BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Kesehatan reproduksi juga berarti bahwa orang dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan seberapa seringkah, termasuk hak pria dan wanita untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara-cara keluarga berencana yang aman, efektif dan terjangkau, pengaturan fertilitas yang tidak melawan hukum, hak memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan, kesehatan yang memungkinkan para wanita dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan kesempatan untuk memiliki bayi yang sehat (Nugroho, 2012). 2. Menstruasi a. Pengertian Menstruasi adalah perdarahan uterus yang terjadi secara siklik dan dialami oleh sebagian besar wanita usia reproduktif 6

2 7 (Norwitz, Schorge, 2008). Menarke adalah menstruasi pertama yang berlangsung sekitar umur tahun (Manuaba, 2008). Haid normal merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi. Siklus ovulasi diawali dari pertumbuhan beberapa folikel antral pada awal siklus, diikuti ovulasi dari satu folikel dominan, yang terjadi pada pertengahan siklus. Kurang lebih 14 hari pascaovulasi, bila tidak terjadi pembuahan akan diikuti dengan haid (Anwar, Baziad, dan Prabowo, 2011). b. Siklus Menstruasi Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama ± 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar cc. Puncaknya hari ke-2 atau 3 dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Diikuti fase proliferasi sekitar 6-8 hari (Manuaba, 2008). c. Aspek Endokrin Dalam Siklus Haid Haid merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari sumbu Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium (sumbu H-H-O). Pada awal siklus sekresi gonadotropin meningkat perlahan, dengan follicle stimulating hormone (FSH) lebih dominan dibanding luteinizing hormone (LH). Pada awal siklus terjadi pembentukan estrogen dari androgen oleh FSH dibantu enzim aromatase di sel granulosa. Pada hari 5-7 siklus kadar estrogen dan inhibin B cukup tinggi dan menekan sekresi FSH yang mengakibatkan hanya satu

3 8 folikel yang dominan yang terus tumbuh, sedangkan folikel yang lain mengalami atresia. Pada akhir masa folikuler siklus sekresi LH lebih dominan dari FSH. Sekitar jam dari awal lonjakan LH, oosit keluar dari folikel yang dikenal sebagai ovulasi. Pascaovulasi sekresi progesteron meningkat menyebabkan kadar LH dan FSH menurun. Pada fase luteal, kadar progesteron dan estrogen meningkat, mencapai puncak pada 7 hari pascaovulasi. Kurang lebih 14 hari pascaovulasi progesteron dan estrogen cukup rendah, sekresi gonadotropin meningkat dan memasuki siklus baru (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011). d. Gangguan Menstruasi Menurut Anwar, Baziad dan Prabowo (2011), gangguan haid atau disebut juga dengan perdarahan uterus abnormal merupakan keluhan yang sering menyebabkan seorang perempuan datang berobat ke dokter atau tempat pertolongan pertama. 3. Menometroragia a. Pengertian Menurut Benson (2008), menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval yang tidak teratur. Biasanya jumlah dan lama perdarahan bervariasi. Penyebab menometroragia sama dengan penyebab metroragia. Sedangkan menurut Manuaba (2008), menometroragia adalah perdarahan saat menstruasi yang berlangsung terus/panjang dan berdarah banyak.

4 9 Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa menometroragia adalah perdarahan yang terjadi diluar masa siklus haid dengan interval yang tidak teratur dan jumlah perdarahan yang banyak. b. Etiologi Menurut Wiknjosastro (2009), menometroragia dapat disebabkan kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional. 1. Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada : a. Serviks uteri, seperti polipsus servisis uteri, erosion porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri, karsinoma servisis uteri. b. Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus imminens, abortus sedang berlangsung, abortus inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri, sarcoma uteri, mioma uteri. c. Tuba falopii, seperti kehamilan ektopik terganggu, radang tuba, tumor tuba d. Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium 2. Sebab-sebab fungsional

5 10 Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium atrofik, hiperplastik, proliferative, dan sekretoris, dengan endometrium jenis nonsekresi merupakan bagian terbesar. Dengan demikian dapat dibedakan perdarahan yang anovulatoar dan yang ovulatoar. a. Perdarahan ovulatoar Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika perdarahan lama dan tidak teratur siklus haid tidak lagi dikenali, maka kadang bentuk kurva suhu badan basal dapat menolong. Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, maka harus dipikirkan sebagai etiologinya : 1. Korpus luteum persistens, dijumpai perdarahan kadangkadang bersamaan dengan ovarium membesar. Sindrom ini harus dibedakan dari kehamilan ektopik karena riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan panggul sering menunjukkan banyak persamaan antar keduanya. 2. Insufisiensi korpus luteum dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea.

6 11 3. Apopleksia uteri, pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. 4. Kelainan darah, seperti anemia, purpura trombositopenik, dan gangguan dalam mekanisme pembekuan darah. b. Perdarahan anovulatoar Perdarahan anovulatoar biasanya dijumpai pada penderita-penderita dengan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang menahun, tumor-tumor ovarium. Sedangkan pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan yang tidak normal disebabkan oleh gangguan proses maturasi pada hipotalamus, dengan akibat bahwa pembuatan releasing factor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. c. Patofisiologi Estrogen mengalami peningkatan pada siklus anovulatoar. Endometrium mengalami proliferasi berlebih tetapi tidak diikuti dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesteron yang rendah. Endometrium menjadi tebal tapi rapuh. Jaringan endometrium lepas tidak bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak teratur (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011).

7 12 Gangguan fungsional hipotalamus - hipofisis Estrogen diproduksi terus-menerus Peningkatan estrogen Korpus luteum tidak terbentuk Progesteron rendah Penurunan sekresi estrogen Proliferasi endometrium Endometrium tebal namun rapuh Menometroragia Bagan 2.1 Patofisiologi Menometroragia (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011) d. Faktor resiko Menurut Wiknjosastro (2009), perdarahan disfungsional dapat terjadi setiap waktu dalam kehidupan menstrual seorang wanita. Pada masa pubertas sesudah menarche, perdarahan tidak normal disebabkan oleh gangguan atau terlambatnya proses maturasi pada hipotalamus. Pada wanita pada masa pramenopause proses terhentinya fungsi ovarium tidak selalu berjalan dengan lancar. Selain itu stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun diluar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar.

8 13 e. Keluhan subjektif Menurut Manuaba (2008), pasien pada kasus menometroragia akan datang dengan keluhan mengalami perdarahan yang banyak saat menstruasi yang berlangsung terus/panjang. f. Tanda klinis/laboratoris Pada usia reproduksi pemeriksaan suhu basal badan, sitologi vagina, atau analisa hormonal (FSH, LH, estradiol, prolaktin, dan progesteron) dapat dilakukan. Pada usia perimenopause, antara masa pramenopause dan pascamenopause (usia tahun) perlu dilakukan analisa hormonal, yaitu pemeriksaan hormon FSH, LH, estradiol, dan prolaktin. Kadar FSH lebih dari 35 miu/ml menunjukkan pasien memasuki masa perimenopause. Kadar estradiol yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya penebalan endometrium (Baziad, 2008). g. Diagnosis Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit - sedikit, sakit atau tidak), lama perdarahan. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit

9 14 menahun. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal ( polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu) (Wiknjosastro, 2009). Menurut Anwar, Baziad, dan Prabowo (2011), keluhan terlambat haid, mual, nyeri, dan mulas sebaiknya ditanyakan. Palpasi bimanual perlu untuk melihat pembesaran uterus, dan USG untuk memastikan adanya gangguan kehamilan. Penyebab iatrogenik seperti pemakaian obat hormon, kontrasepsi, kortikosteroid dan obat herbal juga harus dievaluasi. Bahan obat tersebut akan mengganggu kadar estrogen dan faktor pembekuan darah sehingga berpotensi menjadi perdarahan. h. Prognosis Pada masa pubertas kemungkinan keganasan kecil sekali dan ada harapan bahwa lambat laun keadaan menjadi normal dan siklus menstruasi menjadi ovulatoar. Namun pada wanita dewasa terutama dalam masa pramenopause dengan menometroragia, mutlak diperlukan kerokan untuk menentukan ada tidaknya tumor ganas (Wiknjosastro, 2009). i. Penatalaksanaan Penanganan pertama kasus menometroragia ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan hemodinamik tidak stabil segera masuk rumah sakit untuk perawatan perbaikan keadaan

10 15 umum. Pada keadaan akut, dimana Hb <8 gr% maka pasien harus dirawat dan diberikan transfusi darah (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011; Baziad, 2008). Penatalaksanaan penghentian perdarahan dapat dilakukan dengan terapi hormon dan nonhormon. Penanganan dengan medikamentosa nonhormon dapat digunakan untuk perdarahan uterus abnormal adalah sebagai berikut (Anwar, Baziad, dan Prabowo, 2011) : 1) Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) Terdapat 5 kelompok NSAID berdasarkan susunan kimianya, yaitu : a. Salisilat (aspirin) b. Analog asam indoleastetik (indometasin) c. Derivat asam aril proponik (ibuprofen) d. Fenamat (asam mefenamat) e. Coxibs (celecoxib) Asam mefenamat diberikan dengan dosis mg 2-4 kali sehari. Ibuprofen diberikan dengan dosis mg per hari. NSAID dapat memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah haid 20-50%. Efek samping secara umum dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal dan kontraindikasi pada perempuan dengan ulkus peptikum.

11 16 2) Antifibrinolisis Pada perempuan dengan keluhan perdarahan uterus abnormal ditemukan kadar activator plasminogen pada endometrium lebih tinggi dari normal. Penghambat activator plasminogen atau obat antifibrinolisis dapat digunakan untuk pengobatan perdarahan uterus abnormal. Asam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara reversible dan bila diberikan saat haid mampu menurunkan jumlah perdarahan 40-50%. Efek sampingnya adalah keluhan gastrointestinal dan tromboemboli. Sedangkan terapi hormon untuk menghentikan perdarahan dikelompokkan menjadi 3 kelompok usia, yaitu : 1) Usia Remaja Pada usia remaja terjadi siklus haid anovulatorik. Tanpa pengobatan, ovulasi akan terjadi spontan selama perdarahan yang terjadi tidak berbahaya, atau tidak mengganggu pasien. Pengobatan hanya diberikan bila gangguan yang terjadi sudah 6 bulan, atau 2 tahun setelah menarche belum juga dijumpai siklus haid yang berovulasi. Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostalglandin, antiinflamasi nonsteroid, atau asam traneksamat. Pada keadaan akut diberikan sediaan estrogen-progesteron kombinasi (pil kontrasepsi kombinasi) selama 3 hari. Pengobatan berhasil bila perdarahan berkurang

12 17 atau berhenti. 3-4 hari setelah pengobatan akan terjadi perdarahan lucut. Setelah perdarahan teratasi, selanjutnya adalah pengaturan siklus dengan pemberian progesteron dari hari ke 16-25, selama 3 bulan (Baziad, 2008). 2) Usia Reproduksi Pada usia reproduksi, setelah dipastikan bahwa perdarahan dari uterus dan bukan karena gangguan kehamilan maka dapat dilakukan dilatasi dan kuretase yang kemudian diperiksakan patologi-anatominya. Jika hasilnya perdarahan yang dialami karena penyebab hormonal maka dapat diberikan terapi hormonal estrogen-progesteron kombinasi atau pil kontrasepsi kombinasi yang diberikan sepanjang siklus menstruasi dapat juga diberikan tablet progesteron MPA dosis 10 mg / hari selama 14 hari kemudian pengobatan dihentikan 14 hari berikutnya, diulang selama 3 bulan (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011; Baziad, 2008; Wiknjosastro, 2007). 3) Usia perimenopause Pada keadaan tidak akut, maka dilakukan dilatasi dan kuretase untuk mengetahui ada tidaknya keganasan pada endometrium. Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistik, atau hiperplasia adenomatosa maka diberikan MPA dosis 3x10 mg/hari selama 6 bulan. Kemudian dilakukan dilatasi dan kurestase ulang

13 18 setelah pasien mendapatkan haid normal atau setelah pengobatan terjadi lagi perdarahan yang abnormal (Baziad, 2008). Persiapan tindakan kuretase a. Persiapan pasien Persiapan tindakan dilakukan dengan melakukan konseling dan persetujuan tindakan medis (Saifuddin, 2014). Melakukan pemeriksaan umum meliputi : tekanan darah, nadi, keadaan jantung, dan paru-paru (Mochtar, 2013). b. Persiapan alat Persiapan alat meliputi : 2 spekulum, sonde uterus, dilatator hegar berbagai ukuran, sendok kuret berbagai ukuran, cunam abortus, pinset, klem, kain steril dan 2 sarung tangan steril. Alat-alat tersebut dalam keadaan yang steril dan diletakkan dalam bak alat (Mochtar, 2013). c. Persiapan alat pelindung diri (APD) penolong Persiapan APD bagi penolong dan asisten meliputi : menggunakan baju tindakan, pelindung kaki (alas kaki terbuat dari karet), kaca mata pelindung, masker, dan sarung tangan steril (Saifuddin, 2010). d. Persiapan obat yang akan digunakan Persiapan obat yang digunakan meliputi analgetika (petidin 1-2 mg/kg berat badan), sedativa (diazepam 10 mg), atropine sulfas

14 19 0,25 mg, oksigen serta regulator, larutan antiseptik ( povidon iodin 10%). Uterotonika (oksitosin 10 IU) (Saifuddin, 2014). Tindakan kuretase : a. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (Mochtar, 2013). b. Bagian bawah perut dan lipatan paha dibersihkan. c. Pemberian sedativa dan analgetika dapat diberikan secara IV atau IM. d. Memberikan cairan antiseptik pada vagina dan serviks. e. Memberikan oksitosin 10 IU atau metergin 0,2 mg untuk mencegah perforasi uterus dan meningkatkan kontraksi uterus. f. Melakukan pemeriksaan bimanual bertujuan mengetahui bukaan serviks, besar, arah, dan resiko terjadi perforasi. g. Serviks dilakukan penjepitan diarah jam dan menggunakan tenakulum atau dapat digantikan dengan menggunakan cunam ovum. Lignokain 0,5 % 1 ml diberikan jika penjepitan dilakukan menggunakan tenakulum. h. Dilatasi dilakukan dengan menggunakan dilatator sampai dapat dilalui oleh sendok kuret. Sendok kuret dimasukkan melalui kanalis servikalis. i. Kedalaman uterus diketahui dengan melakukan pemeriksaan menggunakan sonde uterus. j. Dinding uterus dibersihkan dengan pengerokan secara sistematis sampai bersih dengan tanda seperti menyentuh

15 20 bagian bersabut. Pemeriksaan bimanual dilakukan kembali untuk mengetahui besar dan konsistensi uterus. k. Pemeriksaan hasil kuretase. Perawatan pascatindakan dilatasi dan kuretase, yaitu : 1. Pemberian analgetika (paracetamol 500 mg) untuk mengurangi nyeri jika diperlukan. 2. Anjurkan untuk segera mobilisasi. 3. Memberikan antibiotik profilaksis (amoxcillin 500 mg). 4. Memberikan edukasi Keluarga Berencana (KB). 5. Melakukan observasi meliputi : skala nyeri, jumlah perdarahan pervaginam, dan tanda-tanda infeksi. (Saifuddin, 2014). Hasil dilatasi dan kuretase dibagi menjadi 2, yaitu : a. Bila tidak ditemukan lagi hiperplasia, pasien mendapat pengobatan progesteron tablet, dilanjutkan dengan tablet MPA 3x10 mg 2 kali seminggu selama 6 bulan (Baziad, 2008). b. Bila hasil dilatasi dan kuretase ulang tidak menunjukkan adanya perubahan terhadap pengobatan dengan progesteron maupun analog GnRH, sebaiknya pasien dianjurkan untuk histerektomi (Baziad, 2008). Menurut Baziad (2008), Penatalaksanaan menometroragia dengan terapi hormon sebagai berikut :

16 21 Penatalaksanaan menometroragia terapi hormon Usia Remaja Usia Reproduksi Usia Perimenopause Penghentian perdarahan -Pil kontrasepsi kombinasi Pengaturan Siklus -MPA Dilatasi & Kuretase Penyebab hormonal -MPA/pil kombinasi Dilatasi & Kuretase dan USG Hiperplasia endometrium -MPA Dilatasi & Kuretase ulang Tidak ada hiperplasia endometrium, terapi lanjut Ada hiperplasia endometrium, sarankan histerektomi Bagan 2.2 Penatalaksanaan Menometroragia (Baziad, 2008) 4. Anemia a. Pengertian Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen akibat penurunan produksi sel darah merah dan atau penurunan kadar hemoglobin. Anemia sering didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin dalam darah sampai dibawah rentang normal (Fraser, 2009).

17 22 b. Etiologi Penyebab anemia adalah kurang asupan Fe, gangguan gastrointestinal mual, muntah, diare, infeksi oleh cacing dan malaria (Manuaba, 2007). c. Derajat Anemia Menurut Manuaba (2010), hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Hb >11 gr% : tidak anemia 2) Hb 9-10 gr% : anemia ringan 3) Hb 7-8 gr% : anemia sedang 4) Hb <7 gr% : anemia berat d. Klasifikasi Anemia Menurut Manuaba (2010), b erdasarkan etiologinya anemia dapat digolongkan menjadi: 1) Anemia defisiensi besi (kekurangan zat besi) 2) Anemia megaloblastik (kekurangan asam folat dan vitamin B12) 3) Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari pembentukan) 4) Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah)

18 23 e. Penatalaksanaan 1. Seorang bidan hendaknya memberikan penkes tentang pemenuhan kebutuhan asupan zat besi dan kebutuhan istirahat (Robson, 2011) 2. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk : a) pemberian terapi preparat Fe : Fero sulfat, Fero gluconat atau Na-fero bisitrat secara oral untuk mengembalikan simpanan zat besi ibu (Manuaba, 2007). Pemberian preparat Fe 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr% perbulan (Saifuddin, 2009). b) Jika ada indikasi kehilangan darah saat operasi dan kadar Hb ibu kurang dari 9,0 gr%, maka transfusi darah dengan pack cell dapat diberikan (Prawirohardjo, 2014 dan Fraser, 2009). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberi asuhan kebidanan. Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menggambarkan alur pola berpikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk mengatasi masalah (Yulifah, 2013).

19 24 2. Pelaksanaan Manajemen Kebidanan Pada kasus Menometroragia berdasarkan 7 langkah varney. a. Langkah I Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Data atau fakta yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan objektif, yaitu : 1. Anamnesa 1) Identitas a. Umur Umur sangat dibutuhkan untuk menentukan klien termasuk dalam faktor resiko dari kasus menometroragia atau tidak yakni usia pubertas dan usia pramenopause (Wiknjosastro, 2009). 2) Keluhan utama Pada kasus menometroragia, pasien datang dengan keluhan perdarahan yang banyak saat menstruasi yang berlangsung terus/panjang (Manuaba, 2008). Pada kasus anemia biasanya mengeluh merasa lemah, pucat, cepat lelah dan nafsu makan kurang (Manuaba, 2007; Saifuddin, 2009). 3) Riwayat menstruasi Apakah didahului oleh siklus memanjang, oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak/sedikit), lama perdarahan (Anwar, Baziad dan Prabowo, 2011). 4) Riwayat obstetri

20 25 Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu perlu ditanyakan guna mengetahui apakah pasien seksual aktif atau masih virgin sehingga dapat dibedakan dalam penatalaksanaannya (Manuaba, 2008). 5) Riwayat kesehatan Perlu diperhatikan adanya penyakit metabolik, penyakit endokrin, dan penyakit menahun yang dicurigai sebagai penyebab dari perdarahan (Wiknjosastro, 2009). 6) Riwayat sosial Stress yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar pekerjaan, kejadian-kejadian yang mengganggu keseimbangan emosional seperti kecelakaan, kematian dalam keluarga, pemberian obat penenang terlalu lama, dan lain-lain, dapat menyebabkan menometroragia (Wiknjosastro, 2009). 2. Data subjektif Data yang dikaji pada kasus menometroragia, yaitu : a. Keadaan umum Pengkajian pada menometroragia terdiri dari pemeriksaan umum seperti pemeriksaan status kesadaran dan keadaan umum klien untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan stabil atau tidak ( Anwar, Baziad dan

21 26 Prabowo, 2011). Ibu dengan anemia terlihat lemah dan pucat (Saifuddin, 2009). b. Pemeriksaan fisik Data fokus pemeriksaan fisik pada kasus menometroragia, yaitu : 1) Inspeksi : dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat apakah konjungtiva terlihat pucat yang menunjukkan adanya komplikasi anemia pada kasus menometroragia. Inspeksi genetalia bagian luar juga diperlukan untuk memastikan sumber perdarahannya. 2) Pemeriksaan dalam ( vagina toucher) : untuk mengetahui bagaimana vaginanya, serviknya, uterusnya dan ada/tidaknya kelainan pada adneksanya. 3) Pemeriksaan inspekulo : mencari sumber perdarahannya dan menetapkan terdapatnya/tidak kelainan pada serviks. 3. Pemeriksaan penunjang Pada kasus menometroragia dan anemia pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium (pemeriksaan darah lengkap) dan USG. Selain itu, untuk mengkaji masalah struktur dan keganasan, dapat dilaksanakan pap smear-biopsi, pemeriksaan patologi-anatomi, histeroskopi serta pemeriksaan hormonal. Pada wanita usia

22 27 reproduksi juga diperlukan pemeriksaan suhu basal badan (SBB) untuk mengetahui ada tidaknya ovulasi (Manuaba, 2008; Wiknjosastro, 2009). b. Langkah II Interpretasi Data Dasar 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan yang dapat ditegakkan pada kasus pasien dengan ganguan reproduksi menometroragia disertai anemia sedang adalah dengan dasar data subjektif dan data objektif. a. Data subjektif : berasal dari keluhan subjektif klien pada kasus menometroragia, yakni perdarahan diluar siklus menstruasi yang berlangsung terus/panjang dan berdarah banyak (Manuaba, 2008). Pada kasus anemia biasanya mengeluh merasa lemah, pucat, cepat lelah dan nafsu makan kurang (Manuaba, 2007; Saifuddin, 2009). b. Data objektif : berasal dari hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang klien. 2) Masalah Masalah yang muncul pada pasien dengan menometroragia disertai anemia sedang berkaitan dengan kekhawatiran pasien terhadap keadaan yang dialami. Hal ini muncul karena kurangnya pengetahuan pasien tentang menometroragia dan anemia (Manuaba, 2008).

23 28 3) Kebutuhan Kebutuhan pasien dengan menometroragia disertai anemia sedang adalah dukungan moril serta informasikan tentang kasus dan penatalaksanaan menometroragia serta anemia. c. Langkah III Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganan Diagnosis potensial pada kasus menometroragia disertai anemia sedang adalah anemia berat. Antisipasi yang dapat dilakukan bidan menghadapi kasus menometroragia disertai anemia sedang adalah mengobservasi keadaan umum, vital sign, serta perdarahan pervaginam pada pasien, dan memberikan tambahan nutrisi suportif (Manuaba, 2008). d. Langkah IV Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera Tindakan yang perlu segera dilakukan oleh bidan dalam penanganan kasus menometroragia disertai anemia sedang adalah melakukan konsultasi dengan dokter spesialis obstetri ginekologi untuk pemeriksaan penunjang (ginekologi) (Manuaba, 2008). e. Langkah V Perencanaan Asuhan Yang Menyeluruh Rencana asuhan kebidanan secara umum yang dilakukan pada kasus menometroragia disertai anemia sedang adalah: 1) Informasikan pada klien dan keluarga tentang keadaan yang dialami klien. 2) Observasi keadaan umum dan vital sign setiap 8 jam.

24 29 3) Observasi perdarahan setiap 24 jam. 4) Lanjutkan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter spesialis (obstetri ginekologi dan atau haematologi) (Manuaba, 2008) : a. Pemeriksaan USG untuk mengetahui perubahan pada endometrium. b. Pemberian terapi dan tindakan dengan pertimbangan aktivitas seksual dan penyebabnya. c. Pemeriksaan EKG dilakukan untuk melihat apakah pasien mengalami kelainan jantung. Pemeriksaan EKG dilakukan untuk proses pembiusan saat akan dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase. 5) Informasikan pada klien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan kepada klien serta anjurkan ibu dan walinya untuk mengisi informed consent terkait tindakan yang akan ditempuh pasien. f. Langkah VI Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Implementasi pada kasus menometroragia disertai anemia sedang mengacu pada rencana tindakan yang sudah disetujui oleh pasien.

25 30 g. Langkah VII Evaluasi Evaluasi atau hasil yang diharapkan dari asuhan pada pasien gangguan sistem reproduksi dengan menometroragia disertai anemia sedang adalah: 1) Pasien mendapatkan asuhan yang menyeluruh sesuai dengan kebutuhannya. 2) Pasien mendapatkan terapi dan tindakan untuk mengatasi menometroragia serta anemianya. 3) Perdarahan yang dialami pasien dapat berhenti dan tidak terjadi perdarahan berulang atau pada pasien pubertas siklus menstruasi dapat kembali normal (Manuaba, 2008 ; Wiknjosastro, 2009). 3. Follow up data perkembangan pasien Menurut KepMenKes RI No: 938/MenKes/SK/VIII/2007 adalah sebagai berikut : S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien pada kasus menometroragia disertai anemia sedang melalui anamnesis sebagai langkah I Varney. Data subjektif yang dapat mendukung diagnosis menometroragia disertai anemia sedang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien mengenai keluhan perdarahan ataupun keluhan lain yang dirasakan.

26 31 O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang diperlukan dalam pemeriksaan kasus menometroragia disertai anemia sedang dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney. Pada kasus menometroragia disertai anemia sedang, data objektif yang didapatkan bisa melalui pemeriksaan fisik pasien, vital sign, pemeriksaan khusus seperti inspeksi untuk mengetahui perdarahan yang terjadi. Pemeriksaan penunjang pun diperlukan untuk membantu menegakan diagnosis dan penanganan yang sesuai. A : Assesment Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan serta kebutuhan pada kasus menometroragia disertai anemia sedang, sebagai langkah II Varney. Diagnosis kebidanan pada data perkembangan yang dapat ditegakan dari kasus menometroragia disertai anemia sedang adalah Ny.P P1A0 umur 38 tahun dengan menometroragia disertai anemia sedang. Masalah yang sedang dialami ibu adalah kecemasan akan kondisi dirinya karena mengalami perdarahan, kebutuhan yang diperlukan ibu adalah informasikan mengenai kondisi ibu dan beri dukungan moril ibu untuk menghadapi kondisinya.

27 32 P : Plan Menggambarkan perencanaan dan pelaksanaan asuhan yang meliputi : tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi follow up dari rujukan sebagai langkah III, IV, V, VI, dan VII Varney. Pada kasus ibu dengan menometroragia disertai anemia sedang hal yang perlu direncanakan, dilakukan dan dievaluasi pasca tindakan kuretase meliputi : melakukan observasi vital sign dan jumlah perdarahan, memberikan support mental pada ibu dan keluarga, menganjurkan ibu untuk mobilisasi, memberikan konseling program Keluarga Berencana (KB) (Saifuddin, 2014). Berdasarkan tahap pelaksanaan tersebut, evaluasi dan hasil diperoleh vital sign dan keadaan umum ibu baik, perdarahan dalam batas normal, hasil pemeriksaan laboratorium yang baik, tidak timbul cemas pada ibu, ibu mendapatkan perawatan pasca kuretase dengan baik dan tidak timbul komplikasi pasca tindakan kuretase.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selama hari, 3-6 hari adalah waktu keluarnya darah menstruasi. perdarahan bercak atau spotting (Baziad, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi berawal dari tidak normalnya siklus haid dan banyak darah yang keluar saat haid. Siklus menstruasi normal berlangsung selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Reproduksi Gangguan reproduksi adalah kegagalan seorang wanita dalam manajemen kesehatan reproduksinya (Manuaba, 2008). Masalah kesehatan reproduksi pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN I. PENGUMPULAN/PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Ibu masuk memeriksakan diri ke poli pada tanggal 14 Maret 2014 pukul 09.00 WIB. Ibu mengatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENOMETRORHAGIA DI RUANG FLAMBOYAN RSD MARDI WALUYO BLITAR

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENOMETRORHAGIA DI RUANG FLAMBOYAN RSD MARDI WALUYO BLITAR LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MENOMETRORHAGIA DI RUANG FLAMBOYAN RSD MARDI WALUYO BLITAR Di susun oleh SILVIA ANDRIANI L. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Tanggal : 17 Maret 2015 pukul : 12.30 WIB Pada pemeriksaan didapatkan hasil data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan perdarahan uterus abnormal merupakan suatu penyakit, dimana salah satunya adalah Disfungsional Uterine Bleeding. Disfungsional uterine bleeding merupakan suatu perdarahan dari

Lebih terperinci

Tatalaksana Tujuan terapi o mengontrol perdarahan o mencegah perdarahan berulang o mencegah komplikasi o mengembalikan kekurangan zat besi dalam

Tatalaksana Tujuan terapi o mengontrol perdarahan o mencegah perdarahan berulang o mencegah komplikasi o mengembalikan kekurangan zat besi dalam Tatalaksana Tujuan terapi o mengontrol perdarahan o mencegah perdarahan berulang o mencegah komplikasi o mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh o menjaga kesuburan. Tatalaksana awal dari perdarahan

Lebih terperinci

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.

1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi. Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita. kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Hal ini mencakup infeksi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Gangguan Sistem Reproduksi Wanita Organ-organ reproduksi wanita membentuk suatu sistem kompleks yang dapat menimbulkan berbagai masalah atau gangguan pada setiap

Lebih terperinci

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi

Pend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi TERAPI HORMONAL & NONHORMONAL DALAM PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI (PUD) Pendahuluan Etiologi PUD Belum diketahui i pasti Beberapa pilihan terapi Pendahuluan Pembagian : PUD akut kronis Perimenarcheal

Lebih terperinci

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11

Istilah-istilah. gangguan MENSTRUASI. Skenario. Menstruasi Normal. Menilai Banyaknya Darah 1/16/11 Skenario gangguan MENSTRUASI Rukmono Siswishanto SMF/Bagian Obstetri & Ginekologi RS Sardjito/ Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta Anita, wanita berumur 24 tahun datang ke tempat praktek karena sejak 3

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdarahan uterus abnormal (PUA) menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengeluh menoragia,

Lebih terperinci

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ;

Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; Fisiologi Reproduksi & Hormonal Wanita Sistem hormon wanita, seperti pada pria, terdiri dari tiga hirarki hormon, sebagai berikut ; 1. Hormon yang dikeluarkan hipothalamus, Hormon pelepas- gonadotropin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo. Nama Pasien : Ny. M Nama Suami : Tn. M BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Tanggal Masuk : 26 Maret 2013 Pukul : 09.15 WIB Tempat : Poliklinik KIA Puskesmas Mojolaban, Sukoharjo No Register : 015113 1. Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. Umur : 32 tahun Umur : 35 tahun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tanggal masuk : 15 April 2013 Pukul : 10.00 WIB Tempat : Poli Kebidanan dan Kandungan RSUD Surakarta No. Register : 00015748 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa secara individual (Ralph. C Benson, 2009). Adapun Komplikasi

BAB I PENDAHULUAN. diagnosa secara individual (Ralph. C Benson, 2009). Adapun Komplikasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendarahan adalah kondisi di mana seseorang kehilangan darah. Rata-rata dalam batas normal perdarahan yaitu 100-300 cc. Darah dapat ditemukan pada organ tubuh dan pembuluh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. endometrium yang terjadi secara rutin setiap bulan (Ayu dan Bagus, 2010). 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menstruasi 2.1.1 Pengertian Menstruasi Mentruasi adalah pendarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, dkk, 2005). Menstruasi adalah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014

Asuhan Kebidanan Koprehensif..., Dhini Tri Purnama Sari, Kebidanan DIII UMP, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuhan kebidanan komprehensif merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium dan konseling. Asuhan kebidanan komprehensif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi sangat penting artinya, kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi sangat penting artinya, kesehatan reproduksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi sangat penting artinya, kesehatan reproduksi merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan karena alat reproduksi ini langsung berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis, emosional dan sosial (Prawirohardjo, 2014). Masa nifas. berlanjut hingga 6 minggu (Fraser, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis, emosional dan sosial (Prawirohardjo, 2014). Masa nifas. berlanjut hingga 6 minggu (Fraser, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian Masa nifas adalah fase khusus dalam kehidupan ibu serta bayi meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis,

Lebih terperinci

PENDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL

PENDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL PENDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL Definisi Perdarahan uterus abnormal yang terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi, penyakit medis tertentu atau kehamilan. Diagnosis perdarahan uterus disfungsional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdarahan uterus abnormal merupakan perdarahan dari uterus yang disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak berdarah (Manuaba,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan Data Dasar Tanggal : 15 Maret 2016 Pukul : 09.30 WIB Pasien bernama Ny. S P 2 A 0 umur 34 tahun mengatakan bahwa ia mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Kehamilan Normal a. Pengertian Masa kehamilan terjadi mulai dari konsepsi sampai janin lahir. Perkembangan janin kehamilan normal membutuhkan waktu 280 hari (40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut lalage (2013) anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kontrasepsi Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan untuk pengaturan kehamilan dan merupakan hak setiap individu sebagai makhluk seksual, serta

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY D P 2002 AKSEPTOR AKTIF SUNTIK 3 BULAN DENGAN MENOMETRORAGIA DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015 Kustini* Triana Riski Oktaviani** *Dosen Program Studi D III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan atau Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Pengumpulan dan penyajian data penulis lakukan pada tanggal 22 Maret 2016 pukul 06.45

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Aspirasi Vakum Manual (AVM) Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi No. Langkah/Kegiatan 1. Persiapan Lakukan konseling dan lengkapi persetujuan tindakan medis. 2. Persiapkan alat,

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL

SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN INFERTIL Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai satu kesatuan yang berarti apabila istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan ini tidak diperiksa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Komprehensif Kebidanan..., Harlina Destri Utami, Kebidanan DIII UMP, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ukuran yang digunakan untuk menilai baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan dalam suatu negara atau daerah ialah angka kematian ibu. Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Langkah I : Pengumpulan/penyajian data dasar secara lengkap Pada pemeriksaan didapatkan hasil data subjektif berupa identitas pasien yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

Aspirasi Vakum Manual (AVM)

Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan salah satu cara efektif evakuasi sisa konsepsi pada abortus inkomplit. Evakuasi dilakukan dengan mengisap sisa konsepsi dari kavum uteri

Lebih terperinci

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Tumor jinak pelvik. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Tumor jinak pelvik Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Massa pelvik merupakan kelainan tumor pada organ pelvic yang dapat bersifat jinak maupun ganas Tumor jinak pelvik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infertilitas 1. Definisi Infertilitas atau kemandulan adalah penyakit sistem reproduksi yang ditandai dengan ketidakmampuan atau kegagalan dalam memperoleh kehamilan, walaupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Menstruasi a. Pengertian menstruasi Menstruasi merupakan perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan kematian yaitu neoplasma ganas serviks uterus, neoplasma ganas ovarium, neoplasma ganas kandung kemih (buli-buli), leiomioma

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P 1 A 0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL ASSALAM GEMOLONG SRAGEN

ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P 1 A 0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL ASSALAM GEMOLONG SRAGEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA NY. R UMUR 34 TAHUN P 1 A 0 DENGAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSIONAL DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan

Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan Asuhan Keperawatan Abortus Imminens A.PENGERTIAN Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai komplikasi yang dialami oleh ibu hamil mungkin saja terjadi dan memiliki peluang untuk terjadi pada semua ibu hamil. Komplikasikomplikasi ini bila dapat dideteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat

BAB I PENDAHULUAN. sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei. Kedua ovarium melekat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ovarium merupakan kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5 sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma, merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot rahim dan jaringan ikat di rahim. Tumor

Lebih terperinci

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

Kontrasepsi Hormonal (PIL) Kontrasepsi Hormonal (PIL) A.KONTRASEPSI HORMONAL Adalah: kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron Bentuk kontrasepsi hormonal, antara lain: 1. Kontrasepsi oral 2. Kontrasepsi suntik

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Anemia Ibu Bersalin a. Definisi Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunya hemoglobin sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak hamil, terjadi secara siklik dan periodik akibat peluruhan dinding endometrium sebagai

Lebih terperinci

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik A. PENGERTIAN Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. ( Arief Masjoer, dkk, 2001 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Menstruasi Normal Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologispancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Berdasarkan UU no 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga

Lebih terperinci

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing. Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. PENGUMPULAN/ PENYAJIAN DATA DASAR SECARA LENGKAP Dari hasil anamnesa yang dilakukan kepada pasien pada tanggal 05 Maret 2014 didapatkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception

GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS. Contraception GYNECOLOGIC AND OBSTETRIC DISORDERS Contraception DEFINISI Kontrasepsi adalah suatu proses pencegahan kehamilan yang dilakukan dengan 2 cara yaitu : Menghambat sperma mencapai ovum yang telah matang (i.e

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN DATA. Pada langkah pertama semua informasi yang akurat dan

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN DATA. Pada langkah pertama semua informasi yang akurat dan 54 BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN DATA Pada langkah pertama semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien telah dikumpulkan. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada

BAB V PEMBAHASAN. apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian anemia pada BAB V PEMBAHASAN Data yang terkumpul dari penelitian telah dilakukan pengolahan yang diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama menstruasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai

BAB 1 PENDAHULUAN. Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menstruasi adalah pendarahan periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai

Lebih terperinci

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12 Nama : Kristina vearni oni samin Nim: 09031 Semester 1 Angkatan 12 Saya mengkritisi tugas biologi reproduksi kelompok 7 tentang siklus menstruasi yang dikerjakan oleh saudari Nela Soraja gusti. Tugas mereka

Lebih terperinci

Anatomi/organ reproduksi wanita

Anatomi/organ reproduksi wanita Anatomi/organ reproduksi wanita Genitalia luar Genitalia dalam Anatomi payudara Kelainan organ reproduksi wanita Fisiologi alat reproduksi wanita Hubungan ovarium dan gonadotropin hormon Sekresi hormon

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. PUD anovulatorik. Polimenorea Oligomenorea Amenorea Jumlah perdarahan Menoragia

PENDAHULUAN. PUD anovulatorik. Polimenorea Oligomenorea Amenorea Jumlah perdarahan Menoragia PENDAHULUAN Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan haid selama masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritroprotein. Akibatnya volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak daerah rahim atau lebih tepatnya otot rahim dan jaringan ikat di sekitarnya. Tumor ini pertama kali ditemukan oleh Virchow pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang istimewa. Wanita dikatakan istemewa karena jumlah populasinya yang lebih besar dari pada laki-laki. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000).

BAB I PENDAHULUAN. tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, ketidakpuasan bagi ibu dan bayinya (Saifuddin. 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan ovum matang di tuba falopi kemudian berimplantasi di endometrium. (Prawiroharjho, 2002). Kehamilan dan persalinan

Lebih terperinci

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency

The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency The Spotting Risk in Using Depo Medroxy Progesterone Acetat (DMPA) Injection and Implan Contraception at Leyangan, Ungaran Timur, Semarang Regency Jatmiko Susilo, Suci Irina ABSTRACT Depo Medroxy Progesterone

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun

Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur tahun KLIMAKTERIUM Masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi berakhir pada awal senium umur 40-65 tahun SENIUM Saat ovarium kehilangan sama sekali fungsi hormonalnya MASA KLIMAKTERIUM PRAMENOPAUSE MEN0PAUSE

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi 2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan konseling kepada ibu hamil mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan sebagai deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Varney (2006) dijelaskan bahwa Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan suatu tindakan pemeriksaan pada pasien yang dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis 1. Masa Nifas a. Pengertian 1) Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Saifuddin, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nidasi atau implantasi ( Prawirohardjo, 2009:213).

BAB I PENDAHULUAN. dengan nidasi atau implantasi ( Prawirohardjo, 2009:213). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi International adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, melalui jalan lahir atau melalui jalan buatan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. Persalinan

Lebih terperinci

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA

KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA KB SUNTIK 3 (TIGA) BULAN DENGAN EFEK SAMPING GANGGUAN HAID DAN PENANGANANNYA ABSTRAK Oleh : Endang Susilowati, S.SiT Staff pengajar Prodi D-III Kebidanan FIK Unissula Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali

BAB I PENDAHULUAN. sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian, sering kali perkembangan kehamilan mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

BAB II TINJAUAN TEORI. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Mansjoer Arif, 1999) Abortus

Lebih terperinci

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Perawatan kehamilan & PErsalinan Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Pendahuluan Konsep kehamilan Tanda tanda kehamilan Tanda tanda persalinan Kriteria tempat bersalin Jenis tempat bersalin

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. N di Puskesmas Kedungwuni I mulai dari

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. N di Puskesmas Kedungwuni I mulai dari BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas analisa hasil penatalaksanaan studi kasus dengan harapan untuk memperoleh gambaran secara nyata dan sejauh mana asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Haid Haid merupakan proses kematangan seksual bagi seorang wanita (LK lee dkk, 2006). Haid adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN METRORAGIA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN METRORAGIA PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN METRORAGIA Mardiana Zakir *, Rosmadewi * Metroragia merupakan gangguan menstruasi yang terjadi dengan interval atau jika terdapat insiden bercak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

ABORTUS INKOMPLIT. No. Dokumen : No. Revisi : - Tanggal Terbit : Halaman : 1/ Sutarjo, SKM, M.MKes NIP

ABORTUS INKOMPLIT. No. Dokumen : No. Revisi : - Tanggal Terbit : Halaman : 1/ Sutarjo, SKM, M.MKes NIP SOP NIP. 19620305 198803 1 008 UPT Puskesmas Gegesik 1. Pengertian Abortus Inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar darimkavum uteri masih ada yang tertinggal 2. Tujuan Sebagai acuan petugas

Lebih terperinci