Profil Aerosol Dan Ozon Di Atas Bandung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Profil Aerosol Dan Ozon Di Atas Bandung"

Transkripsi

1 Profil Aerosol Dan Ozon Di Atas Bandung Sri Kaloka Ps, Saipul Hamdi, Timbul Manik, Nurlaini Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim ABSTRACT Observation of aerosol by lidar and ozone profile by ozonsonde were done simultaneously on March 26, 1998 in Bandung. It was obtained a close correlation between them. An increase of aerosol concentration shown by backscattering coefficient is followed by decreasing of ozone abundance. Generally, the maximum of aerosol concentration was obtained at km altitude and the ozone abundance at km. ABSTRAK Pengamatan aerosol dengan lidar dan profil ozon dengan menggunakan ozonsonde telah dilakukan secara bersamaan pada tanggal 26 Maret 1998 di Bandung. Hasil pengamatan memperlihatkan adanya kaitan yang erat antara jumlah aerosol dengan jumlah ozon. Kenaikan konsentrasi aerosol yang ditunjukkan oleh kenaikan koefisien hamburan balik diikuti oleh berkurangnya konsentrasi ozon. Secara umum, konsentrasi aerosol maksimum diperoleh pada ketinggian 20-22,5 km- sedangkan untuk ozon pada ketinggian km. 1. PENDAHULUAN Aerosol di stratosfer mempunyai peran penting dalam perubahan iklim global yang berkaitan dengan proses radiasi dan kimiawi. Sementara itu reaksi heterogeneous dari aerosol telah diyakini oleh para ahli dapat mempengaruhi konsentrasi ozon (Chandra, 1993). Pada abad 20 penambahan aerosol di stratosfer terbesar disebabkan oleh letusan gunung Pinatubo di Philipina pada bulan Juni Jumlah aerosol yang dihamburkan oleh gunung tersebut mencapai megaton (Uchino, 1995). Sesudah peristiwa letusan tersebut terjadi, aerosol yang dihamburkan melayang di atmosfer dan membentuk suatu lapisan atau awan aerosol yang dapat bertahan dengan orde tahunan. Yasui et al. (1995) menemukan awan aerosol di atas Fukuoka Jepang sampai hari ke 861 sejak letusan gunung Pinatubo terjadi. Selain itu, aerosol ini menyebar hingga ke Lauder, New Zeland (45' S) yang dideteksi dengan lidar (Uchino, 1995). Adanya jumlah aerosol yang cukup banyak di atmosfer ini menimbulkan dugaan para peneliti bahwa jumlah ozon di stratosfer akan mengalami penipisan karena proses heterogeneous (Mc. Gee, 1994) seperti yang pernah terjadi ketika gunung El Chichon di Mexico meletus pada tahun Konsentrasi aerosol di atmosfer diamati antara lain dengan menggunakan Lidar (Light Detection And Ranging). LAPAN bekerja sama dengan Communication Research Laboratory dan Meteorological Research Institute Jepang telah mulai melakukan pemantauan aerosol di atas Bandung sejak awal Lidar di LAPAN Bandung merupakan bagian dari jaringan Lidar di dunia yang diharapkan bisa memantau kondisi aerosol di daerah khatulistiwa, yang biasanya dikaitkan juga dengan penelitian lapisan ozon. Pada makalah ini dilaporkan adanya keterkaitan antara kondisi ozon dengan aerosol terutama di stratosfer pada tiap ketinggian. Profil aerosol diteliti dengan 64

2 Lidar dan profil ozon diamati dengan ozonsonde. 2. LAPISANOZON Ozon merupakan salah satu trace gases ( gas yang jumlahnya relatif sedikit dan tidak stabil) di atmosfer yang keberadaannya di stratosfer berfungsi untuk mengurangi intensitas radiasi uv-b matahari yang sampai di bumi, dengan demikian akan mengurangi bahaya radiasi uv-b yang ditimbulkannya. Ozon di atmosfer tidak terdistribusi secara merata, sebanyak 90% dari keseluruhan jumlah ozon berada di stratosfer dan sisanya berada di troposfer. Proses pembentukan ozon terjadi secara terus menerus, yaitu ketika sinar ultraviolet matahari pada panjang gelombang kurang dari 200 nm mengenai molekul oksigen (O2) maka akan menguraikan menjadi 2 atom O. Selanjutnya 1 atom O yang terpisahkan ini, bila bereaksi dengan molekul O2 lainnya membentuk ozon (O3). Selain proses pembentukan terdapat pula proses yang sifatnya mengurangi jumlah ozon yang telah ada, misalnya proses transport atau pemindahan ozon ke tempat lain karena dinamika atmosfer, serta proses yang bersifat kimiawi yaitu karena reaksi dengan zat lain. Proses pembentukan dan pengurangan berlangsung secara berulang-ulang, membuat konsentrasi ozon di daerah katulistiwa relatif lebih sedikit dibanding daerah yang terletak di lintang menengah. Umumnya ozon total di atas wilayah Indonesia berubah-ubah berkisar antara Dobson Unit ( 1 DU = 2.69 x molekul ozon/cnv 3 ). Salah satu cara mengetahui kondisi ozon di atmosfer adalah melakukan pengukuran dengan menggunakan ozonsonde yang diterbangkan dengan balun seperti yang dilakukan oleh LAPAN. Keuntungan adalah dapat diketahui kerapatan ozon pada tiap level hingga ketinggian maksimum yang dicapai balun yaitu sekitar 30 km. Dengan demikian konsentrasi ozon maksimum dapat terdeteksi, karena terdapat pada ketinggian sekitar km. 3. AEROSOL Menurut Wen (1992) yang disebut aerosol adalah partikel berukuran kecil baik berbentuk padat raaupun cair. Aerosol yang berbentuk padat dicontohkan asap dan debu, sedangkan yang berbentuk cair adalah kabut, sedangkan aerosol yang berbentuk campuran padat dan cair adalah smog (campuran asap dan kabut). Dari sisi ukuran, aerosol diklasifikasikan menjadi inti Aitken bila panjang jari-jari aerosol r < 0.1 im, inti besar (0.1 < r < 1.0 nm) dan inti raksasa (r > 1.0 nm). Aerosol di atmosfer ini tersebar secara tidak merata pada tiap ketinggian, untuk itu diperlukan aerosol sonde atau optical particle counter yang diterbangkan dengan balun untuk mengukur jumlah aerosol. Pertambahan jumlah aerosol di atmosfer yang paling signifikan adalah bila terjadi gunung meletus seperti yang telah terjadi yaitu gunung Krakatau di Indonesia (1883), El Chichon di Mexico (1982), dan Pinatubo di Filipina (1991). Adanya awan aerosol di atmosfer tersebut dapat mempengaruhi iklim di bumi serta mempengaruhi jumlah ozon di atmosfer. Selain dengan aerosol sonde, kini lidar lebih banyak digunakan untuk memantau kondisi aerosol di atmosfer hingga ketinggian 40 km seperti yang dioperasikan di LAPAN Bandung. 4. PENGUKURAN AEROSOL DENGAN LIDAR Gambar 4-1 merupakan skema cara kerja lidar yaitu sebagai berikut : a. Seberkas sinar laser yang dihasilkan oleh pemancar Nd: YAG laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) dipancarkan ke atmosfer. 65

3 Spesifikasi lidar yang digunakan dalam penelitian ini adalah sbb. : PEMANCAR Laser Panjang gelombang keluaran Energi keluaran Laju pengulangan pulsa Lebar beam PENERIMA Diameter teleskop Nisbah F Sudut pandang Detektor Resolusi ketinggian Rentang pengamatan Rentang efektif PARAMETER PENGAMATAN Metode pengukuran Kanal pengamatan SUMBER HAMBURAN Nd: YAG laser dengan harmonik kedua dan ketiga 1064 nm 400 mj 532 nm 200 mj 10 Hz 0.1m rad 355 nm 580 mj 35 cm F/ll 1.0 rad PMT(R3234 x 4) 60 m km 4-50 km Menghitung foton 2 Komponen - P (atas, bawah) 1 Komponen - S (depolarisasi) Raman 607 nm Hamburan elastik oleh aerosol Hamburan Raman oleh N2 molekul dan b. Oleh partikel-partikel di atmosfer, sebagian berkas sinar laser tersebut akan mengalami hamburan balik yang selanjutnya diterima dan dikumpulkan oleh sistem penerima melalui teleskop. c. Setelah melewati teleskop berkas sinar diperkuat oleh photomultiplier d. Selanjutnya berkas sinar diteruskan ke sistem komputer. Dengan bantuan software akan diperoleh suatu informasi yang lebih nyata, yaitu scattering ratio (nisbah hamburan) yaitu perbandingan antara jumlah aerosol terhadap jumlah molekul udara atau backscattering coefficient (koefisien hamburan balik) dari aerosol. Umumnya diasumsikan bahwa hamburan oleh molekul atmosfer adalah hamburan Rayleigh yaitu bila ukuran molekul penghamburnya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya yang digunakan, misalnya jari-jari molekul r < 0.05X, sedangkan hamburan oleh aerosol adalah hamburan Mie. Sinyal yang dihamburkan dan kembali ke penerima adalah sebanding dengan kerapatan molekul pada ketinggian tersebut. Kerapatan molekul dapat dihitung berdasar data radiosonde yaitu data tekanan dan temperatur. Persamaan dasar lidar yang digunakan adalah sebagai berikut (Hayashida et al, 1991) : P(z) - E C A/ z* {p. (z) t p m (z))tv (z) T m * (z) (4-1) P(z) adalah sinyal yang diterima pada ketinggian z E adalah daya dari laser C adalah konstanta dari sistem laser A adalah luas teleskop Ta.Tm adalah faktor transmisi untuk aerosol dan molekul udara Pa, (5m adalah koefisien hamburan balik aerosol dan molekul udara 00 Ta 2 (z)= exp (- 2 Jo oa(z) dz) (4-2) aa adalah koefisien ekstingsi p m dan T m dihitung berdasarkan kerapatan molekul atmosfer. 66

4 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Lidar yang dioperasikan di LAPAN Bandung guna memantau aerosol mempunyai sistem yang cukup peka terhadap sinar matahari, oleh sebab itu data yang diperoleh dan dianalisis merupakan hasil pengamatan pada malam hari. Umumnya pengoperasian lidar dilaksanakan sesudah matahari terbenam hingga sebelum matahari terbit. Selain itu, dalam kondisi langit berawan terutama muncul awan komulo nimbus, pengamatan aerosol tidak dilakukan karena sinyal yang dipancarkan akan mengalami banyak hamburan oleh awan tersebut sehingga data noise yang terekam lebih banyak, akibatnya data aerosol yang diinginkan tidak dapat diperoleh. Pengamatan aerosol dengan Lidar umumnya aerosol dinyatakan oleh nisbah hamburan yaitu perbandingan antara jumlah aerosol dengan molekul udara atau dapat juga dinyatakan dengan koefisien hamburan balik yang sebanding dengan konsentrasi aerosol. Gambar 5-1 a, b, c, dan d secara berurutan adalah koefisien hamburan balik sebagai fungsi ketinggian pada tanggal 27 Desember 1996, 22 Agustus 1997, 25 Maret 1998, dan 26 Maret Masing-masing gambar merupakan hasil pengamatan dengan Lidar dari jam hingga sekitar jam WIB. Keempat contoh memperlihatkan bahwa pada ketinggian di bawah tropopaus yaitu sekitar 17 km muncul suatu lapisan dengan nilai hamburan balik yang lebih besar dari hamburan balik di atas tropopaus, bahkan bisa mencapai 100 kali. Menurut hasil pengamatan lidar selama ini, lapisan yang letaknya di sekitar km dengan koefisien hamburan balik relatif besar ini adalah awan yang merupakan salah satu ciri khas atmosfer di daerah katulistiwa yaitu awan cirrus di sekitar ketinggian km (Nee et al., 1988) Aerosol di daerah stratosfer terlihat dengan jelas pada setiap pengamatan, yaitu ditunjukkan oleh profil koefisien hamburan balik di atas ketinggian tropopaus. Secara umum kerapatan aerosol maksimum terjadi pada ketinggian sekitar km. Nilai maksimum koefisien hamburan balik aerosol berorde Bila diperhatikan secara seksama, profil hamburan balik aerosol membentuk lebih dari satu lapisan. Lapisan pertama terbentuk mulai tropopaus hingga ketinggian sekitar 30 km. Lapisan kedua mulai di atas 30 km hingga 38 km. Proses terjadinya dua lapisan ini belum dapat diketahui dengan jelas. Gambar 5-2 adalah profil ozon yang ditunjukkan dalam tekanan parsiil ozon, ozone mixing ratio serta temperatur yang diamati di Bandung pada tanggal 9 Januari 1997, 12 Agustus 1997, 16 Agustus 1997, dan 26 Maret Keempat peluncuran ozonsonde memperlihatkan bahwa konsentrasi ozon maksimum terjadi pada ketinggian sekitar km dengan nilai dalam tekanan parsiil ozon sebesar sekitar 140 nbar. Di daerah troposfer kondisi ozon lebih banyak mengalami perubahan dibanding di daerah stratosfer. Hal ini dimungkinkan oleh pengaruh faktor luar seperti adanya polusi udara yang berasal dari industri, transportasi, dan sebagai- 67

5 nya. Setelah mencapai ketinggian tropopaus jumlah ozon meningkat secara tajam hingga mencapai maksimum pada ketinggian km dan selanjutnya berkurang. Gambar 5-3 adalah profil koefisien hamburan balik aerosol dan ozon pada ketinggian km di atas Bandung. Pengamatan aerosol dilakukan dari jam WIB tanggal 25 Maret 1998 hingga keesokan harinya yaitu tanggal 26 Maret 1998 jam WIB, sedangkan profil ozon didapatkan dari hasil peluncuran ozonsonde pada tanggal 26 Maret 1998 pada jam WIB. Dengan demikian kedua profil parameter tersebut diamati dengan waktu yang tidak besar selisihnya. Hasil peluncuran ozonsonde yang tiga lainnya tidak dapat dibandingkan dengan hasil pengamatan aerosol seperti yang dilakukan di atas karena mempunyai perbedaan waktu yang relatif besar antara peluncuran ozonsonde dengan pengamatan aerosol yang dideteksi dengan lidar. Salah satu kendalanya adalah faktor cuaca yang menyebabkan lidar tidak dapat beroperasi setiap saat. Pengukuran kedua parameter pada ketinggian 20 hingga 22 km, memperlihatkan konsentrasi ozon bertambah menjadi 2,5 kali lipat, sedangkan jumlah aerosol berkurang sekitar 33 %. Sebaliknya dengan bertambahnya aerosol hingga 23,3 km memperlihatkan konsentrasi ozon menurun. Dari ketinggian 23,3-25,8 km terjadi penurunan konsentrasi aerosol kembali yang diikuti dengan pertambahan jumlah ozon. Ketika konsentrasi ozon mencapai maksimum sebesar 140 nbar pada ketinggian 26,4 km, di daerah ketinggian tersebut diperoleh konsentrasi aerosol minimum yang juga terletak pada ketinggian 26,4 km. Selanjutnya aerosol bertambah, ozon berkurang. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa ketika terdapat pertambahan aerosol, diperoleh jumlah ozon yang menurun dan sebaliknya. Kejadian seperti ini diindikasikan karena proses heterogeneous seperti yang diungkapkan oleh Hoffman (1988) ketika menemukan bertambahnya konsentrasi aerosol yang menghasilkan pengurangan konsentrasi ozon di atas stasiun Mc. Murdo di Antartika. Hal yang sama juga teramati ketika terjadi pertambahan aerosol sulfat di stratosfer yang diakibatkan oleh letusan gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991 yang kemudian menimbulkan dampak berupa menurunnya jumlah ozon di lintang menengah yang cukup besar, bahkan tercatat sebagai jumlah ozon terkecil terutama pada tahun (Tolbert, 1994). 6. KESIMPULAN Hasil peluncuran ozonsonde dan pengamatan aerosol dengan lidar pada waktu yang hampir bersamaan dapat diperoleh informasi bahwa aerosol berpengaruh dalam proses terjadinya pengurangan konsentrasi ozon di atmosfer. Pengamatan aerosol dengan lidar secara rutin memungkinkan dapat digunakan mengidentifikasi kondisi ozon pada setiap tingkat ketinggian, kemungkinan konsentrasi ozon bertambah atau menipis. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi ozon di atas Bandung yang ditunjukkan oleh profil ozon dipengaruhi oleh kondisi aerosol yang berada di setiap tingkat ketinggian. DAFTAR RUJUKAN Chandra, S., 1993, Changes in Stratospheric Ozone and Temperature Due to the Eruptions of Mt. Pinatubo, Geoph. Res. Lett., 20, p Hayashida, S., Y.Sasano and Y.Iikura, 1991, Volcanic Disturbances in the Stratospheric Aerosol Layer Over Tsukuba, Japan, Observed by the National Institute for Environmental Studies Lidar From 1982 Through J. of Geoph. Res., 96, p

6 Warta LAPAN Vol. 3, No. 2, April - Juni 2001 Hoffman, D.J., 1988, Balloon-Borne Measurements of Middle Atmosphere Aerosols and Trace Gases in Antartica, Review of Geophysic, 26, p Mc.Gee, T..J., 1994, Correlation of Ozone Loss with the Presence of Volcanic Aerosol, J. Geoph. Res. Lett., 21, p Nee, J.B, C.N Len, W.N Chen, and C.I Lin, 1988, Lidar Observation of the Cirrus Cloud in the Tropopause at Chung-Li, American Meteorology Society, 55, p Tolbert, M.A, 1994, Sulfate Aerosol and Polar Stratospheric Cloud Formation, Science, 264, p Uchino, , Lidar Observations of the Pinatubo Aerosol Layers, The Review of Laser Engineering, 23, p Wen, C.S., 1992, The Fundamentals of Aerosol Dynamics, World Scientific, Singapore. Yasui, M., M. Fujiwara, H. Akiyoshi, S. Ikawa, H. Nonaka, and K. Shiraishi, 1995, Seasonal Variation of Pinatubo Volcanic Aerosol in the Stratosphere Observed by Lidar in Fukuoka, J. Geomag. Geoelec", 47, p

7 Gambar 5-1: Koefisien hamburan balik di atas Bandung a.tanggal 27 Desember 1996 b. Tanggal 22 Agustus 1997 c. Tanggal 25 Maret 1998 d. Tanggal 26 Maret 1998

8 Gambar 5-2 : Profil ozon vertikal di atas Bandung a. Tanggal 9 Januari 1997 b. Tanggal 12 Agustus 1997 c. Tanggal 16 Agustus 1997 d. Tanggal 26 Maret

9 25 jprofil Vertikal Aerosol dan Ozon Bandung, 26 Maret 1998 Tekanan Parsil Ozon (nbar) E E-08 Koef. Hamburan Balik (Sr/m) 1.0E-0 gtekanan Parsil Ozon e Koef. Hamburan Balik Gambar 5-3 : Profil vertikal aerosol dan ozon di atas Bandung tanggal 26 Maret

BANDUNG (6 54' LS ' BT) BERDASARKAN PENELITIAN TAHUN MENGGUNAKAN RAMAN LIDAR

BANDUNG (6 54' LS ' BT) BERDASARKAN PENELITIAN TAHUN MENGGUNAKAN RAMAN LIDAR AEROSOL BACKGROUND LAPISAN STRATOSFER Dl ATAS BANDUNG (6 54' LS 107 35' BT) BERDASARKAN PENELITIAN TAHUN 1997-2000 MENGGUNAKAN RAMAN LIDAR Salpul Hamdl, Sri Kaloka, lis Soflatt, Aflf Budtyono Peneliii

Lebih terperinci

Hubungan Variasi Radiasi Ultraviolet Matahari Di Permukaan Bumi Dan Variasi Aktivitas Matahari Selama Fase Menurun Siklus Matahari Ke - 22

Hubungan Variasi Radiasi Ultraviolet Matahari Di Permukaan Bumi Dan Variasi Aktivitas Matahari Selama Fase Menurun Siklus Matahari Ke - 22 Hubungan Variasi Radiasi Ultraviolet Matahari Di Permukaan Bumi Dan Variasi Aktivitas Matahari Selama Fase Menurun Siklus Matahari Ke - 22 Wilson Sinambela, Muhammad La Ode Musafar*) dan Sri Kaloka**)

Lebih terperinci

PEMANFAATAN POTENSI OZON DI INDONESIA

PEMANFAATAN POTENSI OZON DI INDONESIA PEMANFAATAN POTENSI OZON DI INDONESIA Lilik Slamet.5. Peneliti Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan, LAP AN 1 PENDAHULUAN Mendengar kata ozon, maka yang terlintas pada pikiran kita adalah Iubang

Lebih terperinci

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni.

Atmosfer Bumi. Meteorologi. Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita. Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Atmosfer Bumi Meteorologi Pendahuluan Peran Atmosfer Bumi dalam Kehidupan Kita Atmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER)

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ketiga (ATMOSFER) 1. Pengertian Atmosfer Planet bumi dapat dibagi menjadi 4 bagian : (lithosfer) Bagian padat

Lebih terperinci

Atmosfer. 1. Bahan 2. Struktur 3. Peranan Atmosfer. Meteorology for better life

Atmosfer. 1. Bahan 2. Struktur 3. Peranan Atmosfer. Meteorology for better life Atmosfer 1. Bahan 2. Struktur 3. Peranan Atmosfer 2 1 Bahan Penyusun Gas ~96%volume Udara kering 99.9% Gas utama 0.01% Gas penyerta (permanen, tidak permanen) >dftr Udara Lembab di daerah Subtropika 0%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1 BAB I PENDAHULUAN Klimatologi berasal dari bahasa Yunani di mana klima dan logos. Klima berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi

Lebih terperinci

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi

ATMOSFER BUMI A BAB. Komposisi Atmosfer Bumi BAB 1 ATMOSFER BUMI A tmosfer Bumi berperan dalam menjaga bumi agar tetap layak huni. Dengan keberadaan atmosfer, suhu Bumi tidak turun secara drastis di malam hari dan tidak memanas dengan cepat di siang

Lebih terperinci

Kebakaran Hutan dan Dampaknya Terhadap Penurunan radiasi Ultraviolet B ~ studi kasus kebakaran hutandi Pontianak bulan Juli September 1997 ~

Kebakaran Hutan dan Dampaknya Terhadap Penurunan radiasi Ultraviolet B ~ studi kasus kebakaran hutandi Pontianak bulan Juli September 1997 ~ Kebakaran Hutan dan Dampaknya Terhadap Penurunan radiasi Ultraviolet B ~ studi kasus kebakaran hutandi Pontianak bulan Juli September 1997 ~ Saipul Hamdi, Sri Kaloka Puslitbang Pengetahuan Atmosfer LAPAN

Lebih terperinci

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas

Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas ATMOSFER ATMOSFER Seputar ATMOSFER Asal katanya dari atmos dan shaira (bahasa Yunani), yang artinya atmos : uap, shaira : bulatan. Jadi, atmosfer adalah lapisan gas yang menyelimuti bulatan bumi. Atmosfir

Lebih terperinci

DAN OZON STRATOSFER DI EQUATORIAL

DAN OZON STRATOSFER DI EQUATORIAL 97 No. Urut : 076/S2-TUTPU19 PERILAKU NO 2 DAN OZON STRATOSFER DI EQUATORIAL (STUDI KASUS : DI CIATER 6.43 S - 107.41 T) TESIS MAGISTER Oleh AFIF BUDIYONO NIM : 25394015 BIDANG KHUSUS TEKNOLOGI PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN ANALISIS PENGARUH INTENSITAS RADIASI MATAHARI, TEMPERATUR DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP FLUKTUASI KONSENTRASI OZON PERMUKAAN DI BUKIT KOTOTABANG TAHUN 2005-2010 Mairisdawenti 1, Dwi Pujiastuti 1, Asep

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1. argon. oksigen. nitrogen. hidrogen 1. Komposisi gas terbesar di atmosfer adalah gas. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.1 argon oksigen nitrogen hidrogen karbon dioksida Komposisi gas-gas di udara

Lebih terperinci

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah.

Atmosfer Bumi. Ikhlasul-pgsd-fip-uny/iad. 800 km. 700 km. 600 km. 500 km. 400 km. Aurora bagian. atas Meteor 300 km. Aurora bagian. bawah. Atmosfer Bumi 800 km 700 km 600 km 500 km 400 km Aurora bagian atas Meteor 300 km Aurora bagian bawah 200 km Sinar ultraviolet Gelombang radio menumbuk ionosfer 100 km 80 km Mesopause Stratopause 50 km

Lebih terperinci

ANALISIS STATISTIK PERBANDINGAN TEMPERATUR VIRTUAL RASS DAN RADIOSONDE DI ATAS KOTOTABANG, SUMATERA BARAT SAAT KEGIATAN CPEA CAMPAIGN I BERLANGSUNG

ANALISIS STATISTIK PERBANDINGAN TEMPERATUR VIRTUAL RASS DAN RADIOSONDE DI ATAS KOTOTABANG, SUMATERA BARAT SAAT KEGIATAN CPEA CAMPAIGN I BERLANGSUNG ANALISIS STATISTIK PERBANDINGAN TEMPERATUR VIRTUAL RASS DAN RADIOSONDE DI ATAS KOTOTABANG, SUMATERA BARAT SAAT KEGIATAN CPEA CAMPAIGN I BERLANGSUNG Eddy Hermawan Peneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

Infeksi di lapisan ozon

Infeksi di lapisan ozon Infeksi di lapisan ozon Lapisan ozon terkena infeksi? Kok bisa? Infeksi apa? Bagaimana cara mengobatinya supaya cepat sembuh? Ternyata gejala infeksi di lapisan ozon ini sudah terdeteksi sejak puluhan

Lebih terperinci

PENGAMATAN AWAN CIRRUS SUBVISIBLE DI ATAS BANDUNG MENGGUNAKAN RAMAN LIDAR (Studi Kasus: bulan September 2000)

PENGAMATAN AWAN CIRRUS SUBVISIBLE DI ATAS BANDUNG MENGGUNAKAN RAMAN LIDAR (Studi Kasus: bulan September 2000) PENGAMATAN AWAN CIRRUS SUBVISIBLE DI ATAS BANDUNG MENGGUNAKAN RAMAN LIDAR (Studi Kasus: bulan September 2000) Saipul Hamdi, Sri Kaloka, Penehu" Pusat Pemartfaatan Sains Atmosrer dan Iklim. LAPAN Email:

Lebih terperinci

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. LAMPIRAN Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS. Pada tanggal 18 Desember 1999, NASA (National Aeronautica and Space Administration) meluncurkan Earth Observing System (EOS) Terra satellite untuk mengamati,

Lebih terperinci

TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI

TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI TUGAS PRESENTASI ILMU PENGETAHUAN BUMI & ANTARIKSA ATMOSFER BUMI ATMOSFER BUMI 6.1. Awal Evolusi Atmosfer Menurut ahli geologi, pada mulanya atmosfer bumi mengandung CO 2 (karbon dioksida) berkadar tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA OZON DENGAN TEMPERATUR (STUDI KASUS DATA WATUKOSEK )

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA OZON DENGAN TEMPERATUR (STUDI KASUS DATA WATUKOSEK ) VOLUME 5 NO. 1, JUNI 9 ANALISIS HUBUNGAN ANTARA OZON DENGAN TEMPERATUR (STUDI KASUS DATA WATUKOSEK 1993-5) Ninong Komala Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim-LAPAN

Lebih terperinci

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C) Pengaruh Kadar Gas Co 2 Pada Fotosintesis Tumbuhan yang mempunyai klorofil dapat mengalami proses fotosintesis yaitu proses pengubahan energi sinar matahari menjadi energi kimia dengan terbentuknya senyawa

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI

STRUKTURISASI MATERI STRUKTURISASI MATERI KOMPETENSI DASAR 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan 4.8 Menyajikan ide/gagasan pemecahan masalah gejala pemanasan global dan dampaknya

Lebih terperinci

Dinamika Atmosfer Bawah (Tekanan, Konsentrasi, dan Temperatur)

Dinamika Atmosfer Bawah (Tekanan, Konsentrasi, dan Temperatur) Dinamika Atmosfer Bawah (Tekanan, Konsentrasi, dan Temperatur) Abdu Fadli Assomadi Laboratorium Pengelolaan Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim Dinamika Atmosfer Bawah Atmosfer bawah adalah atmosfer yang

Lebih terperinci

Atmosf s e f r e B umi

Atmosf s e f r e B umi Atmosfer Bumi Massa Atmosfer Tekanan di permukaan laut seluas 1 cm 2, dihasilkan oleh berat udara 1,02 kg massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6 Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik 83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana

Lebih terperinci

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T

PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T PENGINDERAAN JAUH D. SUGANDI NANIN T PENGERTIAN Penginderaan Jauh atau Remote Sensing merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh data dan informasi dari suatu objek dipermukaan bumi dengan menggunakan

Lebih terperinci

Gambar 1. Teteasan air dan Kristal es di dalam awan menghamburkan spectrum cahaya tampak kesegala arah

Gambar 1. Teteasan air dan Kristal es di dalam awan menghamburkan spectrum cahaya tampak kesegala arah 1. Mengapa bintang berkelap-kelip? Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer. Banyaknya lapisan udara dengan temperatur yang berbeda-beda di atmosfer menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut

Lebih terperinci

6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6. Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi) : kg

6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6. Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi) : kg Massa Atmosfer Tekanan di permukaan laut seluas 1 cm 2, dihasilkan oleh berat udara 1,02 kg 6massa udara yg terdapat pd seluas 1 cm 2 : 1,02 kg6 Massa total atmosfer : 1,02 kg x ( luas permukaan bumi)

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR SUHU LM35

PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR SUHU LM35 PENGUKURAN RADIASI MATAHARI DENGAN MEMANFAATKAN SENSOR SUHU LM35 Eka Kristian Winasis Adi Susatya, Rendy Pamungkas, Triana Susanti, Andreas Setiawan Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

ATMOSFER BUMI A. Pengertian Atmosfer Bumi B. Lapisan Atmosfer Bumi

ATMOSFER BUMI A. Pengertian Atmosfer Bumi B. Lapisan Atmosfer Bumi ATMOSFER BUMI A. Pengertian Atmosfer Bumi Bumi merupakan salah satu planet yang ada di tata surya yang memiliki selubung yang berlapis-lapis. Selubung bumi tersebut berupa lapisan udara yang sering disebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. spektrofotometer UV-Vis dan hasil uji serapan panjang gelombang sampel dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian diawali dengan pembuatan sampel untuk uji serapan panjang gelombang sampel. Sampel yang digunakan pada uji serapan panjang gelombang sampel adalah

Lebih terperinci

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman : CO 2 + H 2 O + hv {CH 2 O} + O 2 (g)

Oksigen memasuki udara melalui reaksi fotosintesis tanaman : CO 2 + H 2 O + hv {CH 2 O} + O 2 (g) Bahan Kimia dan Reaksi-Reaksi Fotokimia Dalam Atmosfer REAKSI-REAKSI OKSIGEN ATMOSFER Reaksi umum dari perubahan oksigen dalam atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Siklus oksigen sangat penting

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer

Kita awali fenomena geosfer dari yang pertama: Atmosfer Geosfer merupakan satu istilah yang tidak pernah lepas dari ilmu geografi, karena pada dasarnya geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya gejala-gejala maupun fenomena geosfer berdasarkan

Lebih terperinci

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere

Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere Atmosphere Biosphere Hydrosphere Lithosphere Atmosfer Troposfer Lapisan ini berada pada level yang paling rendah, campuran gasgasnya adalah yang paling ideal untuk menopang kehidupan di bumi. Di lapisan

Lebih terperinci

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer

ATMOSFER I. A. Pengertian, Kandungan Gas, Fungsi, dan Manfaat Penyelidikan Atmosfer 1. Pengertian Atmosfer. Tabel Kandungan Gas dalam Atmosfer KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian dan kandungan gas atmosfer. 2. Memahami fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN KANDUNGAN AEROSOL STRATOSFER AKIBAT LETUSAN GUNUNG BERAPI

KAJIAN PENINGKATAN KANDUNGAN AEROSOL STRATOSFER AKIBAT LETUSAN GUNUNG BERAPI Berita Dirgantara Vol. 15 No. 2 Desember 2014:40-49 KAJIAN PENINGKATAN KANDUNGAN AEROSOL STRATOSFER AKIBAT LETUSAN GUNUNG BERAPI Saipul Hamdi Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lapan e-mail:

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI RADIASI MATAHARI NAMA NPM JURUSAN DISUSUN OLEH : Novicia Dewi Maharani : E1D009067 : Agribisnis LABORATORIUM AGROKLIMAT UNIVERSITAS BENGKULU 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Lebih terperinci

Angin Meridional. Analisis Spektrum

Angin Meridional. Analisis Spektrum menyebabkan pola dinamika angin seperti itu. Proporsi nilai eigen mempresentasikan seberapa besar pengaruh dinamika angin pada komponen utama angin baik zonal maupun meridional terhadap keseluruhan pergerakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH UAP AIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM

KAJIAN PENGARUH UAP AIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM KAJIAN PENGARUH UAP AIR TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Novita Ambarsari Peneliti Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, LAPAN e-mail: novitaambar@yahoo.com RINGKASAN Gas Rumah Kaca (GRK) dianggap komponen

Lebih terperinci

Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio)

Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio) Dinamika Atmosfer Bawah (Skala Ketinggian dan Mixing Ratio) Abdu Fadli Assomadi Laboratorium Pengelolaan Pencemaran Udara dan Perubahan Iklim karakteristik tinggi skala (scale height) Dalam mempelajari

Lebih terperinci

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034%

Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Unsur gas yang dominan di atmosfer: Nitrogen : 78,08% Oksigen : 20,95% Argon : 0,95% Karbon dioksida : 0,034% Ozon (O 3 ) mempunyai fungsi melindungi bumi dari radiasi sinar Ultraviolet Ozon sekarang ini

Lebih terperinci

Cahaya membawaku ke bulan

Cahaya membawaku ke bulan Cahaya membawaku ke bulan Cahaya membawaku ke bulan? Lebih tepatnya sinar laser membawaku ke bulan! Karena pesawat dengan teknologi baru ini memanfaatkan sinar laser untuk mengangkatnya ke udara dan terbang

Lebih terperinci

Jaman dahulu Sekarang

Jaman dahulu Sekarang PENGANTAR Meteorologi meteoros: benda yang ada di dalam udara logos: ilmu/kajian ilmu yang mempelajari proses fisis dan gejala cuaca yang terjadi di lapisan atmosfer (troposfer) Klimatologi klima: kemiringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

STUDI PUSTAKA PERUBAHAN KERAPATAN ELEKTRON LAPISAN D IONOSFER MENGGUNAKAN PENGAMATAN AMPLITUDO SINYAL VLF

STUDI PUSTAKA PERUBAHAN KERAPATAN ELEKTRON LAPISAN D IONOSFER MENGGUNAKAN PENGAMATAN AMPLITUDO SINYAL VLF Berita Dirgantara Vol. 11 No. 3 September 2010:80-86 STUDI PUSTAKA PERUBAHAN KERAPATAN ELEKTRON LAPISAN D IONOSFER MENGGUNAKAN PENGAMATAN AMPLITUDO SINYAL VLF Prayitno Abadi Peneliti Bidang Ionosfer dan

Lebih terperinci

Perang di Luar Angkasa

Perang di Luar Angkasa Perang di Luar Angkasa Ini bukan seperti perang bintang yang digambarkan dalam film legendaris Star Wars. Perang ini terjadi di luar angkasa dalam upaya mencegah terjadinya perang di bumi ini. Bagaimana

Lebih terperinci

Fisika Modern (Teori Atom)

Fisika Modern (Teori Atom) Fisika Modern (Teori Atom) 13:05:05 Sifat-Sifat Atom Atom stabil adalah atom yang memiliki muatan listrik netral. Atom memiliki sifat kimia yang memungkinkan terjadinya ikatan antar atom. Atom memancarkan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-15 CAKUPAN MATERI 1. EKSITASI ATOMIK 2. SPEKTRUM EMISI HIDROGEN 3. DERET SPEKTRUM HIDROGEN 4. TINGKAT ENERGI DAN

Lebih terperinci

DAMPAK AEROSOL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER

DAMPAK AEROSOL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER DAMPAK AEROSOL TERHADAP LINGKUNGAN ATMOSFER Saipul Hamdi Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lapan e-mail: saipulh@yahoo.com RINGKASAN Aerosol yang dilepaskan ke atmosfer melalui proses letusan

Lebih terperinci

KD 3.9 kelas XI Tujuan Pembelajaran : Uraian Materi A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

KD 3.9 kelas XI Tujuan Pembelajaran : Uraian Materi A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon KD 3.9 kelas XI : Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa mampu mengidentifikasi penyebab terjadinya pemanasan global. 2. Siswa mampu

Lebih terperinci

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira

Udara & Atmosfir. Angga Yuhistira Udara & Atmosfir Angga Yuhistira Udara Manusia dapat bertahan sampai satu hari tanpa air di daerah gurun yang paling panas, tetapi tanpa udara manusia hanya bertahan beberapa menit saja. Betapa pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari

BAB I PENDAHULUAN. Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan sumber energi terbesar di Bumi. Tanpa Matahari mungkin tidak pernah ada kehidupan di muka Bumi ini. Matahari adalah sebuah bintang yang merupakan

Lebih terperinci

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan. Global Warming Pemanasan global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 C (1.33 ± 0.32 F)

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI COBA TES. : Efek Pemanasan Global : 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan

KISI-KISI SOAL UJI COBA TES. : Efek Pemanasan Global : 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan LAMPIRAN V KISI-KISI SOAL UJI COBA TES Materi Kompetensi Dasar : Efek Pemanasan Global : 3.9 Menganalisis gejala pemanasan global dan dampaknya bagi kehidupan dan lingkungan No Indikator Kompetensi 1 Mengidentifika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti pemborosan energi. Selain itu semakin majunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoana Nurul Asri, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yoana Nurul Asri, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi setiap saat selalu dihujani oleh atom-atom yang terionisasi dan partikel subatomik lainnya yang disebut sinar kosmik. Sinar kosmik ini terdiri dari partikel yang

Lebih terperinci

PENGARUH AEROSOL DAN AWAN PADA OZON TOTAL DI INDONESIA

PENGARUH AEROSOL DAN AWAN PADA OZON TOTAL DI INDONESIA Tuti Budiwati/Pengaruh Aerosol PENGARUH AEROSOL DAN AWAN PADA OZON TOTAL DI INDONESIA Tuti Budiwati dan Wiwiek Setyawati Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer Dan Iklim-LAPAN Jl. Dr. Djundjunan 133, Bandung,

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon

FIsika PEMANASAN GLOBAL. K e l a s. Kurikulum A. Penipisan Lapisan Ozon 1. Lapisan Ozon Kurikulum 2013 FIsika K e l a s XI PEMANASAN GLOBAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Dapat menganalisis gejala pemanasan global, efek rumah

Lebih terperinci

ANALYSISOFOZONECONCENTRATIONBEFOREANDAFTEROCCUR RINGOFLAPINDOMUDFLOWINPERIOD AND 2013

ANALYSISOFOZONECONCENTRATIONBEFOREANDAFTEROCCUR RINGOFLAPINDOMUDFLOWINPERIOD AND 2013 ANALYSISOFOZONECONCENTRATIONBEFOREANDAFTEROCCUR RINGOFLAPINDOMUDFLOWINPERIOD 4-7 AND 13 Rochmatul Auwalia 1, Sutrisno 2, Dian Yudha R. 3 1 Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Sistem Komunikasi Serat Optik Sistem komunikasi optik adalah suatu sistem komunikasi yang media transmisinya menggunakan serat optik. Pada prinsipnya sistem komunikasi serat

Lebih terperinci

PROFIL VERTIKAL OZON, ClO DAN TEMPERATUR DI BANDUNG DAN WATUKOSEK BERBASIS OBSERVASI SENSOR MLS SATELIT AURA

PROFIL VERTIKAL OZON, ClO DAN TEMPERATUR DI BANDUNG DAN WATUKOSEK BERBASIS OBSERVASI SENSOR MLS SATELIT AURA PROFIL VERTIKAL OZON, ClO DAN TEMPERATUR DI BANDUNG DAN WATUKOSEK BERBASIS OBSERVASI SENSOR MLS SATELIT AURA Novita Ambarsari dan Ninong Komala Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, Pusfatsatklim-LAPAN

Lebih terperinci

Jurnal Sains Dirgantara Vol. 10 No. 2 Juni 2013 :

Jurnal Sains Dirgantara Vol. 10 No. 2 Juni 2013 : Jurnal Sains Dirgantara Vol. 10 No. 2 Juni 2013 :116--125 KORELASI OZON DAN BROMIN MONOKSIDA DI INDONESIA BERBASIS OBSERVASI SATELIT AURA-MLS [BROMINE MONOXIDE AND OZONE CORRELATION IN INDONESIA BASED

Lebih terperinci

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I Hidrometeorologi Pertemuan ke I Pengertian Pengertian HIDROMETEOROLOGI Adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara unsur unsur meteorologi dengan siklus hidrologi, tekanannya pada hubungan timbal balik

Lebih terperinci

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL

PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL PENENTUAN PANJANG GELOMBANG EMISI PADA NANOPARTIKEL CdS DAN ZnS BERDASARKAN VARIASI KONSENTRASI MERCAPTO ETHANOL Muhammad Salahuddin 1, Suryajaya 2, Edy Giri R. Putra 3, Nurma Sari 2 Abstrak:Pada penelitian

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221)

Suhu, Cahaya dan Warna Laut. Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu, Cahaya dan Warna Laut Materi Kuliah 6 MK Oseanografi Umum (ITK221) Suhu Bersama dengan salinitas dan densitas, suhu merupakan sifat air laut yang penting dan mempengaruhi pergerakan masa air di laut

Lebih terperinci

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar

STRUKTUR BUMI. Bumi, Tata Surya dan Angkasa Luar STRUKTUR BUMI 1. Skalu 1978 Jika bumi tidak mempunyai atmosfir, maka warna langit adalah A. hitam C. kuning E. putih B. biru D. merah Jawab : A Warna biru langit terjadi karena sinar matahari yang menuju

Lebih terperinci

Model Sederhana Penghitungan Presipitasi Berbasis Data Radiometer dan EAR

Model Sederhana Penghitungan Presipitasi Berbasis Data Radiometer dan EAR Model Sederhana Penghitungan Presipitasi Berbasis Data Radiometer dan EAR Suaydhi 1) dan M. Panji Nurkrisna 2) 1) Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN. 2) Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA,

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

BAB III. KETENTUAN PIDANA DALAM PERDA JABAR No.11 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BAB III. KETENTUAN PIDANA DALAM PERDA JABAR No.11 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA BAB III KETENTUAN PIDANA DALAM PERDA JABAR No.11 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA A. Pencemaran Udara Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya (ipteks) yang pesat telah menyebabkan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

DINAMIKA ATMOSFER A.LAPISAN ATMOSFER

DINAMIKA ATMOSFER A.LAPISAN ATMOSFER DINAMIKA ATMOSFER A.LAPISAN ATMOSFER Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti Bumi secara menyeluruh. Berdasarkan perbedaan suhu arahnya vertikal atmosfer menjadi 5 lapisan yaitu: 1.TROPOSFER Troposfer

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sedimen Dasar Perairan Berdasarkan pengamatan langsung terhadap sampling sedimen dasar perairan di tiap-tiap stasiun pengamatan tipe substrat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

BBM 9. EFEK RADIASI MATAHARI TERHADAP BUMI Oleh : Andi Suhandi

BBM 9. EFEK RADIASI MATAHARI TERHADAP BUMI Oleh : Andi Suhandi BBM 9. EFEK RADIASI MATAHARI TERHADAP BUMI Oleh : Andi Suhandi PENDAHULUAN Apakah pentingnya radiasi Matahari bagi kehidupan di Bumi? Radiasi Matahari sangat berguna bagi keseimbangan panas Bumi. Bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Matahari mengalami perubahan secara periodik dalam skala waktu pendek dan skala waktu panjang (misalnya siklus Matahari 11 tahunan). Aktivitas dari Matahari

Lebih terperinci

KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF

KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. No. 3 September 2009 : 11-122 KEMUNCULAN LAPISAN E SEBAGAI SUMBER GANGGUAN TERHADAP KOMUNIKASI RADIO HF Varuliantor Dear Peneliti Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi,

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci

DAMPAK PENINGKATAN RADIASI ULTRAVIOLET B TERHADAP MANUSIA

DAMPAK PENINGKATAN RADIASI ULTRAVIOLET B TERHADAP MANUSIA DAMPAK PENINGKATAN RADIASI ULTRAVIOLET B TERHADAP MANUSIA W. Eko cahyono Peneliti Bidang Pengkajian Ozon dan Polusi Udara, LAPAN RINGKASAN Peningkatan radiasi ultraviolet B berhubungan dengan penipisan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9. lithosfer. hidrosfer. atmosfer. biosfer

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9. lithosfer. hidrosfer. atmosfer. biosfer SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.9 1. Berdasarkan susunan kimianya komposisi permukaan bumi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer, dan biosfer.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia yang 75% luas wilayahnya merupakan lautan memiliki potensi kekayaan yang tak ternilai. Oleh karenanya diperlukan perhatian serta penanganan

Lebih terperinci

Pengaruh Kekeruhan Atmosfir Terhadap Kesetimbangan Radiasi Matahari

Pengaruh Kekeruhan Atmosfir Terhadap Kesetimbangan Radiasi Matahari Indonesian Journal of Physics Kontribusi Fisika Indonesia Vol. 14 No.2, April 2003 Pengaruh Kekeruhan Atmosfir Terhadap Kesetimbangan Radiasi Matahari Abstrak Tuti Budiwati, Rukmi Hidayati, dan Iis Sofiati

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON

FISIKA. Sesi TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON B. TEORI ATOM THOMSON FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN TEORI ATOM A. TEORI ATOM DALTON 1. Atom adalah bagian terkecil suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi.. Atom suatu unsur serupa semuanya, dan tak

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya

PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer,

Lebih terperinci

EFEK RADIKAL HIDROXYL (OH) DAN NITRIC OXIDE (NO) DALAM REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER

EFEK RADIKAL HIDROXYL (OH) DAN NITRIC OXIDE (NO) DALAM REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER EFEK RADIKAL HIDROXYL (OH) DAN NITRIC OXIDE (NO) DALAM REAKSI KIMIA OZON DI ATMOSFER Novita Ambarsari Pusat Sain dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jl. Dr. Djundjunan 133,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari yang sampai di bumi merupakan sumber utama energi yang menimbulkan segala macam kegiatan atmosfer seperti hujan, angin, siklon tropis, musim panas, musim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada pembenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada pembenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pembenturan tiga lempeng kerak bumi yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Hindia Australia dan berada pada pertemuan 2 jalur

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JURUSAN FISIKA NAMA : HERLIN TARIGAN NPM :

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JURUSAN FISIKA NAMA : HERLIN TARIGAN NPM : PRINSIP KERJA LASER NAMA : HERLIN TARIGAN NPM : 140310090029 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 OUTLINE PENDAHULUAN PENGERTIAN INTERAKSI CAHAYA DENGAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 2 Diagram alir penelitian. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Stabilitas Atmosfer 4.1.1 Identifikasi Stabilitas Atmosfer Harian Faktor yang menyebabkan pergerakan vertikal udara antara lain

Lebih terperinci

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad

Lebih terperinci

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya

SIKLUS OKSIGEN. Pengertian, Tahap, dan Peranannya SIKLUS OKSIGEN Pengertian, Tahap, dan Peranannya Apa yang terbesit dalam pikiran anda bila mendengar kata oksigen? Seperti yang kita tahu, oksigen bagian dari hidup kita yang sangat kita butuhkan keberadaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan senyawa campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandung nitrogen, oksigen, uap air dan gas-gas lain. Udara ambien,

Lebih terperinci