POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR. Oleh : Hijrah Satria Eka Putra G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR. Oleh : Hijrah Satria Eka Putra G"

Transkripsi

1 POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR Oleh : Hijrah Satria Eka Putra G PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

2 ABSTRAK HIJRAH SATRIA EKA PUTRA. Pola Pertumbuhan Remaja Usia 15 sampai 20 Tahun di Wilayah Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan R.R. DYAH PERWITASARI. Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anakanak, remaja sampai dewasa. Deskripsi pola pertumbuhan remaja dapat digunakan sebagai referensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh remaja usia 15 sampai 20 tahun di Wilayah Bogor. Prosedur antropometri dilakukan secara horizontal pada probandus dari SMPN 2, SMUN3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB dengan maksud memperoleh probandus dengan latar belakang sosial ekonomi di atas rata-rata. Pola pertumbuhan diperoleh berdasarkan persentil 50. Tinggi badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Tinggi badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 18 tahun. Tinggi badan maksimum remaja laki-laki sebesar cm sedangkan tinggi badan maksimum remaja perempuan pada sebesar cm. Berat badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Berat badan maksimum remaja laki-laki sebesar kg sedangkan berat badan maksimum remaja perempuan sebesar kg. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan mengalami sedikit peningkatan. Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan perempuan terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar kg/m 2 untuk remaja laki-laki dan kg/m 2 untuk remaja perempuan. ABSTRACT HIJRAH SATRIA EKA PUTRA. Growth Pattern of Bogor Adolescence Aged 15 to 20. Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and R.R. DYAH PERWITASARI. Growth continues from conception, pregnancy, baby, children, adolescence until adulthood. Adolescence growth pattern description can be used as a reference. This research aims to determine normal growth pattern of height, weight, and body mass index of Bogor adolescence aged 15 to 20. Cross-sectional sampling were conducted to get probands from SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Bogor City, and IPB in order to obtain probands with socioeconomic background above average. Growth pattern derives from 50 th percentile. Male adolescence height grows until the age of 18 and ceases to grow afterwards. Female adolescence height ceases to grow at the age of 18 years old. Maximum male adolescence height is cm while maximum female height is cm. Male adolescence weight increases until the age of 20 while female adolescence ceases to grow at the age of 19. Maximum male adolescence weight is kg while maximum female weight is kg. Body mass index of male and female adolescence increases slightly in rate. Body mass index in male and female reaches maximum in the age of 20. That is equal to kg/m 2 for male adolescence and kg/m 2 for female adolescence.

3 POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : Hijrah Satria Eka Putra G PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

4 Judul Nama NRP : POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR : Hijrah Satria Eka Putra : G Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Bambang Suryobroto Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc. NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada 30 Mei 1984 sebagai anak pertama dari enam bersaudara dari pasangan Amiruddin dan Arna Arga. Lulus dari SMUN 112 Jakarta pada tahun 2001 dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB) di Fakultas MIPA, Departemen Biologi pada tahun yang sama. Penulis melakukan praktik lapang pada tahun 2004 mengenai Pemeliharaan Anoa Dataran Rendah (Anoa depressicornis), Anoa Dataran Tinggi (Anoa quarlesi) serta Keturunannya di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Pengalaman sebagai asisten praktikum pernah dijalani penulis untuk mata kuliah Biologi Dasar, Genetika Dasar, dan Ilmu Lingkungan pada tahun ajaran 2003/2004, Avertebrata pada tahun ajaran 2004/2005 serta Biologi Manusia pada tahun ajaran 2005/2006.

6 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc. atas bimbingan dan saran selama penelitian. Terima Kasih untuk Prof. Dr. Ir. Alex Hartana, M.Sc. sebagai Wakil Komisi Pendidikan atas masukan dan kritiknya terhadap karya ilmiah ini. Terima kasih pula penulis sampaikan pada Tities Puspita yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis pada awal penelitian. Ucapan terima kasih ditujukan pada Kepala Sekolah, guru, dan siswa SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, dan SMUN 8, Bogor serta mahasiswa IPB dan Kepala Laboratorium Biologi Dasar atas izin dan bantuannya dalam penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Septian (SMPN 2), Ibu Ervita (SMUN 3), Bapak Karep (SMUN 4), Ibu Rani (SMUN 8), Bapak Naryo dan Bapak Pepen atas fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama penelitian. Penulis berterima kasih pula pada Yuli, Anne S, Afif, Dolly, HIMABIO dan seluruh asisten Biologi Dasar yang membantu saat pelaksanaan prosedur antropometri; teman-teman di laboratorium Zoologi: Evi, Sulastri, Angga, Duti, Rusdi, Fitri, Anne N, Aries, Deris, Ae, Khrisna, Ruly P, Cynthia, Yudit, Lucky, Ratna dan Suryo; Irwandi, Nana, Dewi, Vina, Pi i, Lulu, Cynthia M, warga DC-7, Bumi Panyileukan, Pondok Bima, dan Villa Merah atas persahabatannya selama ini. Terima kasih kepada seluruh dosen dan laboran Laboratorium Zoologi untuk suasana kekeluargaan yang penulis rasakan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih pada Ayah, Mama, seluruh keluarga, serta Rini Suhartini atas segala dukungan, perhatian, doa dan kasih sayangnya. Bogor, Oktober 2005 Hijrah Satria Eka Putra

7 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 METODE HASIL Probandus... 1 Prosedur Antropometri... 2 Analisis Data... 2 Tinggi Badan... 3 Berat Badan... 4 Indeks Massa Tubuh... 5 PEMBAHASAN Pola pertumbuhan... 6 Tinggi badan... 6 Berat badan... 6 Indeks massa tubuh... 6 Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja... 7 Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat... 7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan... 7 Saran... 7 DAFTAR PUSTAKA... 8 LAMPIRAN... 9 Halaman vi vi vi

8 DAFTAR TABEL 1 Asal wilayah probandus Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin... 2 Halaman DAFTAR GAMBAR 1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan 3 3 Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan 4 5 Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan... 5 Halaman DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuisioner penelitian (halaman depan) Kuisioner penelitian (halaman belakang) Jumlah probandus yang dianalisis berdasarkan lokasi pengambilan data Contoh formulir data pribadi dan hasil pengukuran pada data-base Lotus Approach Data persentil tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Data persentil berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Data persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan... 16

9 PENDAHULUAN Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa. Remaja merupakan periode pemantapan polapola dewasa. Remaja dimulai dengan pubertas, yaitu kematangan gonad, dan terus berlanjut sampai terjadi perubahan-perubahan morfologi dan fisiologi pada masa dewasa. Faktor yang berperan dalam pertumbuhan adalah faktor genetik dan lingkungan. Ada banyak aspek yang tergolong dalam faktor lingkungan antara lain konsumsi zat gizi, pendidikan orang tua, iklim, penyakit infeksi, sosial budaya, dan ekonomi. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kondisi dan kesehatan ibu selama mengandung (Riyadi 2001). Antropometri dapat digunakan dalam penilaian status gizi (Gibson 1993). Antropometri yang dapat digunakan adalah berat badan untuk memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), tinggi badan untuk menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal dan indeks massa tubuh (Riyadi 2001). Penelitian ini merupakan lanjutan penelitian Puspita (2004) yang telah melakukan pengukuran pertumbuhan berat dan tinggi badan anak Bogor usia 5 sampai 15 tahun. Selain itu penelitian ini dilakukan karena masih kurangnya penelitian serupa yang berkaitan dengan remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan berat dan tinggi badan remaja usia 15 sampai 20 tahun di wilayah Bogor. METODE Probandus Probandus (orang yang diperiksa) pada penelitian ini adalah remaja SMPN 2, SMUN 3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB yang dibesarkan dan bertempat tinggal di wilayah Bogor. Probandus pada penelitian ini diukur dengan prosedur antropometri yang sama dengan penelitian Puspita (2004). Probandus pada penelitian ini adalah remaja yang berusia antara 15 sampai 20 tahun. Seluruh probandus yang diperoleh berjumlah 609 orang, namun 13 orang tidak disertakan dalam analisis selanjutnya karena merupakan pencilan. Pencilan diketahui berdasarkan posisi hasil pengukuran probandus yang berada jauh dari sebaran normal atau di luar kelompok usia. Probandus yang dianalisis sebanyak 596 orang yang terdiri dari 320 orang remaja laki-laki dan 276 orang remaja perempuan. Probandus berasal dari 6 kecamatan di Kotamadya Bogor dan 19 kecamatan di Kabupaten Bogor. Jumlah probandus yang dianalisis beserta asal wilayahnya terangkum dalam Tabel 1. Tabel 1 Asal wilayah probandus Jumlah Probandus Persentase (%) Wilayah Kotamadya Bogor Bogor Utara Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Kabupaten Bogor Ciomas Taman Sari Sukaraja Citeureup Cileungsi Kidul Cibinong Gunung Putri Ciawi Cijeruk Caringin Dramaga Babakan Madang Kemang Jonggol Mega Mendung Cibungbulang Ciampea Bojong Gede Parung Lainnya* Jumlah *Kecamatan tidak diketahui Agar diperoleh pola pertumbuhan normal sebagai acuan maka data harus berasal dari probandus yang sehat serta memperoleh kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh secara optimal. Probandus yang dianalisis mempunyai latar belakang sosial ekonomi di atas rata-rata. Hal ini diketahui dari pengeluaran orang tua per bulan untuk

10 2 konsumsi makanan yang dapat diketahui melalui formulir data pribadi pada kuisioner penelitian (Lampiran 1). Pada penelitian ini, pengeluaran rata-rata orang tua probandus per bulan untuk konsumsi makanan terangkum pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan Jumlah Jumlah Pengeluaran Probandus n < Rp Rp < n < Rp Rp < n < Rp Rp < n < Rp n > Rp Total 596 Keterangan : n = jumlah pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi makanan. Dari tabel tersebut dapat diketahui banyak pengeluaran orang tua probandus per bulan untuk konsumsi makanan melebihi Rp ,00. Pengeluaran ini lebih besar daripada upah minimum bagi Kota dan Kabupaten Bogor yang digunakan sebagai rata-rata. Merujuk pada Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 561/kep.1132/Bangsos/ 2004 tentang penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2005, besar upah minimum Kota Bogor dan Kabupaten Bogor sebesar Rp ,00 dan Rp ,00. Prosedur Antropometri Prosedur antropometri dilakukan dengan metode horizontal yang berarti pengukuran hanya dilakukan satu saat pada sejumlah besar probandus (Bogin 1999). Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan badan berskala 0.5 kg. Probandus berdiri tanpa bantuan di tengah timbangan, santai tetapi tidak bergerak, dan pandangan lurus ke depan (Gibson 1993). Pengukuran tinggi badan menggunakan tongkat pengukur dan bidang vertikal sebagai bidang proyeksi. Probandus berdiri tegak, kaki rapat, lutut diluruskan, tumit, bokong, dan bahu menyentuh bidang vertikal, dan bidang Frankfurt berada dalam posisi horizontal. Bidang Frankfurt adalah garis khayal yang melintasi meatus auditory dan puncak tulang pembentuk rongga mata bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda tersebut diukur dengan tongkat pengukur sebagai tinggi badan. Indeks Massa Tubuh dihitung dari rasio berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m 2 ). Indeks ini dapat digunakan untuk menilai status gizi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Hasil pengukuran antropometri dicatat pada data hasil pengukuran yang terdapat pada kuisioner penelitian (Lampiran 2). Usia probandus dicatat sebagai usia ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran kelompok usia probandus adalah 15 sampai 20 tahun. Jumlah probandus per kelompok usia dan per jenis kelamin terangkum pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin Jenis Kelamin Kelompok usia Laki-laki Perempuan (tahun) (orang) (orang) Jumlah Rincian jumlah probandus berdasarkan lokasi pengambilan data disajikan pada Lampiran 3. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2005 hingga Juni Analisis Data Data dikumpulkan dalam sebuah database Lotus Approach (Lampiran 4). Data hasil pengukuran, usia saat pengukuran, dan jenis kelamin dipindahkan ke ASCII file untuk memudahkan analisis. Usia probandus dalam satuan hari kemudian diubah menjadi usia dalam satuan tahun. Additivity and Variance Stabilitation for Regression (AVAS) (Tibshirani 1988 & Tango 1998) digunakan untuk menentukan nilai-nilai persentil tinggi badan, berat badan, dan indeks massa tubuh untuk setiap kelompok usia. Persentil merupakan tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi yang diberikan, yang dijelaskan dengan nilai seseorang sama atau lebih besar dari nilai

11 3 persentase kelompok populasi (Riyadi 2001). Pola pertumbuhan diperoleh dengan cara menghubungkan nilai setiap persentil dari tahun ke tahun. Analisis data dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dengan menggunakan program R. HASIL Tinggi Badan Remaja Bogor Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 1. Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 2. Tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor. Tinggi badan remaja lakilaki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 18 tahun namun mengalami sedikit penurunan pada usia 19 hingga 20 tahun. Tinggi badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit kenaikan dari usia 15 hingga 16 tahun. Setelah itu tinggi badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit penurunan dan kenaikan. Tinggi badan maksimum remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 18 tahun yaitu sebesar cm pada remaja laki-laki Bogor dan cm pada remaja perempuan Bogor. Laju pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada usia 16 dan 17 tahun adalah sebesar 6.2 mm/tahun dan 4.2 mm/tahun. Pertumbuhan melambat sejak usia 16 tahun dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan tinggi badan remaja perempuan Bogor sudah mencapai nol pada usia 19 tahun sehingga pertumbuhan tinggi badan pada remaja perempuan pada usia ini telah berhenti. Data keseluruhan nilai persentil tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 5. Remaja Laki-laki Bogor Remaja Perempuan Bogor Tinggi Badan (cm) Tinggi Badan (cm) Umur (tahun) Umur (tahun) Gambar 1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor. Remaja Bogor Tinggi Badan (cm) Laki-laki.50 Perempuan Umur (tahun) Gambar 2 Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

12 4 Berat Badan Remaja Bogor Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan berat badan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 3. Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 4. Berat badan remaja laki-laki Bogor pada setiap usia lebih besar dibandingkan remaja perempuan. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 15 hingga 20 tahun. Berat badan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit penurunan pada usia 15 menuju 16 tahun lalu terjadi sedikit peningkatan hingga usia 19 tahun dan setelah itu kembali mengalami penurunan. Berat badan maksimum remaja laki-laki Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar kg sedangkan berat badan maksimum remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 19 kg yaitu sebesar kg. Laju pertumbuhan berat badan remaja laki-laki Bogor sedikit meningkat hingga usia 17 tahun yaitu sebesar 1.2 kg/tahun dan mengalami perlambatan mendekati nol setelahnya. Laju pertumbuhan berat badan remaja perempuan Bogor mencapai nol pada usia 16 tahun tetapi kembali terjadi sedikit peningkatan hingga usia 19 tahun sehingga setelah usia ini sudah tidak terjadi pertumbuhan berat badan pada remaja perempuan Bogor. Data keseluruhan nilai persentil berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 6. Remaja Laki-laki Bogor Remaja Perempuan Bogor Berat Badan (kg) Berat Badan (kg) Umur (tahun) Umur (tahun) Gambar 3 Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor. Remaja Bogor Berat Badan (kg) Laki-laki.50 Perempuan Umur (tahun) Gambar 4 Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

13 5 Indeks Massa Tubuh Remaja Bogor Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 5. Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja lakilaki dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar 6. Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor pada setiap usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks massa tubuh remaja lakilaki. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan dari usia 16 hingga 20 tahun. Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan perempuan Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar kg/m 2 untuk remaja laki-laki Bogor dan kg/m 2 untuk remaja perempuan Bogor. Data keseluruhan nilai persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor terangkum pada Lampiran 7. Remaja Laki-laki Bogor Remaja Perempuan Bogor Indeks Massa Tubuh (kg/m^2) Indeks Massa Tubuh (kg/m^2) Umur (tahun) Umur (tahun) Gambar 5 Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor. Remaja Bogor Indeks Massa Tubuh (kg/m^2) Laki-laki.50 Perempuan Umur (tahun) Gambar 6 Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

14 6 PEMBAHASAN Pola pertumbuhan Pola pertumbuhan dapat ditampilkan melalui kurva dengan menggunakan indeks antropometri menurut umur. Pola pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh remaja berbeda dibandingkan dengan anak-anak. Pola pertumbuhan dapat digunakan untuk menilai status gizi dan kesehatan, memonitor pertumbuhan individu, membandingkan antar populasi dan antar jenis kelamin, evaluasi terhadap intervensi dan menentukan akibat dari nutrisi (Kuczmarski et al. 2002). Tinggi badan remaja Bogor Tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak setelahnya. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan tinggi badan anak-anak Bogor. Pada anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, tinggi badan anak lakilaki dan perempuan Bogor mengalami lonjakan (Puspita 2004). Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita (2004) menunjukkan laju pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki Bogor terus melonjak tinggi hingga usia 15 tahun kemudian melambat sejak usia 16 tahun dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan tinggi badan anak perempuan Bogor relatif naik hingga usia 7 tahun lalu tumbuh dengan laju yang sama hingga mengalami perlambatan sejak usia 11 dan mendekati nol pada usia 18 tahun dan mencapai nol setelahnya. Pertumbuhan tinggi badan remaja akan terhenti karena tulang panjang dari skeleton kehilangan kemampuannya untuk bertambah panjang. Hal ini biasanya terjadi pada bagian epifisis, yaitu bagian akhir tulang yang berkembang dan menyatu dengan diafisis. Penyatuan ini dirangsang oleh hormon gonad yaitu androgen, dan estrogen (Bogin 1999). Tinggi badan yang pendek dan massa tubuh kecil menurut usianya merupakan akibat gangguan fungsional yang bersamaan. Tinggi badan yang pendek pada remaja dapat disebabkan oleh gizi kurang yang berhubungan dengan penurunan massa tubuh tanpa lemak, dan berkurangnya massa otot. Tinggi badan berlebih dapat disebabkan gangguan endokrin berupa sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan (Riyadi 2001). Berat badan remaja Bogor Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Hasil ini berbeda dengan pertumbuhan berat badan anak Bogor. Pada anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, berat badan anak laki-laki dan perempuan Bogor mengalami lonjakan (Puspita 2004). Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita (2004) menunjukkan laju pertumbuhan berat badan anak laki-laki Bogor terus meningkat hingga usia 10 tahun kemudian melambat dan akan mengalami peningkatan pada usia 12 tahun dan kemudian akan terus melambat dan lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun. Laju pertumbuhan berat badan anak perempuan Bogor relatif konstan hingga usia 7 tahun lalu meningkat hingga usia 10 tahun, kembali meningkat hingga usia 14 tahun dan mulai melambat hingga mencapai nol setelah usia 19 tahun. Umumnya laki-laki memiliki massa otot dan tubuh yang besar pada keseluruhan umur. Perempuan mengalami penambahan berat badan pada usia 9 hingga 18, dan kemungkinan mengalami kehilangan beratnya pada pertumbuhan berat badan saat remaja. Lakilaki juga mengalami kehilangan berat dan pada usia 18 tidak memiliki lemak. Penambahan massa tubuh berhubungan dengan peningkatan densitas tulang, peningkatan cardio-pulmonari, penambahan volume darah dan semakin bertambahnya jumlah sel darah merah. Peningkatan-peningkatan tersebut terjadi pada kedua jenis kelamin tetapi laki-laki mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan perempuan (Bogin 1999). Berat badan dapat disebabkan oleh sejumlah faktor yakni genetik, pola makan, gaya hidup, dan penyakit. Berat badan berlebihan terjadi karena terdapat penimbunan lemak yang berlebihan dibandingkan kebutuhan karena adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan dan pengeluaran kalori. Indeks massa tubuh remaja Bogor Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan semenjak usia 16 hingga usia 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian Puspita (2004) diketahui indeks massa tubuh pada anak laki-laki dan perempuan Bogor yang berusia 5 sampai 15 tahun mengalami pertumbuhan yang terus meningkat.

15 7 Indeks massa tubuh remaja perempuan Bogor lebih sedikit mengalami pertumbuhan dibandingkan indeks massa tubuh remaja lakilaki Bogor. Perbedaan indeks massa tubuh ini terjadi karena berat badan dan tinggi badan remaja perempuan Bogor semenjak usia 15 hingga 20 telah mulai tidak mengalami pertumbuhan. Sedangkan remaja laki-laki Bogor tetap mengalami pertumbuhan berat badan dan tinggi badan. Tinggi badan dan berat badan remaja laki-laki yang jauh lebih besar dibandingkan remaja perempuan menyebabkan nilai indeks massa tubuh remaja perempuan pada setiap usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks massa tubuh remaja laki-laki Indeks massa tubuh digunakan dalam prosedur antropometri karena mudah, akurat, dapat digunakan pada anak-anak maupun remaja (Schroeder & Reynaldo 1999). Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk penilaian status gizi (Gibson 1993). Dari hasil penelitian diketahui terdapat beberapa remaja laki-laki dan perempuan yang mengalami kekurusan, overweight, dan obesitas. Kekurusan merupakan keadaan status gizi yang kurang dari status gizi normal. Overweight merupakan keadaan status gizi yang sedikit melebihi keadaan status gizi normal. Obesitas adalah keadaan status gizi yang sangat berlebihan dibandingkan keadaan normal. Obesitas disebabkan akumulasi lemak tubuh yang berlebihan (Riyadi 2001). Kekurusan dapat diketahui jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di bawah persentil 5. Overweight diketahui jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di atas persentil 85 hingga persentil 95. Remaja dikatakan mengalami obesitas jika nilai indeks massa tubuh remaja berada di atas persentil 95. Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja Perubahan bentuk dan komposisi tubuh pada remaja laki-laki dan perempuan sangat berhubungan erat dengan mulainya pubertas (Boot et al. 1997). Selama masa pubertas, aktivitas kelenjar hipofisis mengakibatkan peningkatan sekresi hormon pertumbuhan dan hormon gonadotrofik. Sekresi kedua jenis hormon ini akan menstimulasi kelenjar lainnya yaitu kelenjar adrenal, seks, dan tiroid. Kelenjar-kelenjar tersebut akan saling berinteraksi sehingga terjadi percepatan pertumbuhan pada tinggi badan, berat badan, otot dan perkembangan pada beberapa sistem organ yang akan membawa tubuh mendekati tinggi badan dan berat badan pada saat dewasa (O dea 1996). Percepatan pertumbuhan terjadi pada semua anak-anak dan bervariasi pada intensitas dan durasi antara anak satu dengan anak lainnya. Pada laki-laki percepatan pertumbuhan dimulai pada rata-rata usia 12.5 sampai 15.5 dan perempuan dua tahun lebih awal dibandingkan laki-laki (Jones et al. 1992). Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat Pertumbuhan berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh remaja Bogor lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Kuczmarski et al. (2002) yang meneliti pertumbuhan berat badan, tinggi badan remaja dan indeks massa tubuh remaja Amerika Serikat. Perbedaan antropometri ini disebabkan interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan remaja Amerika Serikat sangat berperan sehingga menunjang percepatan pertumbuhan dibandingkan remaja Bogor. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Remaja laki-laki Bogor memiliki tinggi badan dan berat badan yang lebih besar dibandingkan remaja perempuan Bogor. Tinggi badan remaja laki-laki Bogor dan remaja perempuan Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Berat badan remaja laki-laki Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19 tahun. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan semenjak usia 16 hingga usia 20 tahun. Saran Untuk memperoleh pola pertumbuhan yang lebih baik, diperlukan penambahan jumlah probandus pada setiap usia kedua jenis kelamin khususnya usia 20 tahun. Selain itu jumlah probandus per kecamatan diperlukan penambahan agar dapat mewakili wilayah Bogor secara keseluruhan.

16 8 DAFTAR PUSTAKA Bogin B Patterns of Human Growth. Ed ke-2. Cambridge: Cambridge University Press. Boot AM, Jan B, Maria AJ, Eric PK, Sabine MPF Determinants of body composition measured by dual-energy X- ray absorptiometry in Dutch children and adolescents. Am J Clin Nutr 66: Gibson RS Nutritional Assessment: A Laboratory Manual. New York: Oxford University Press. Jones S, Robert M, David P The Cambridge Encyclopedia of Human Evolution. New-York: Cambridge University Press. Kuczmarski et al Centers for disease control and prevention 2000 growth charts for the United States: improvement to the 1977 national center for health statistics version. Pediatrics 109: O dea JA A healthy weight range chart for adolescent self-assessment. JNE 28:293A. Puspita T Pola Pertumbuhan tinggi badan, berat badan dan indeks massa tubuh anak bogor usia 5 sampai 15 tahun [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Riyadi H Metode Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Schroeder & Reynaldo Fatness and body mass index from birth to young adulthood in a rural Guatemalan population. Am J Clin Nutr 1997: 70 (suppl): Tango T Estimation of age-spesific reference ranges via smoother AVAS. Statistics in Medicine 17: Tibshirani R Estimating optimal transformation for regression via additivity and variance stabilization. J Am Statist Assoc 83:

17 LAMPIRAN

18 Lampiran 1 Kuisioner penelitian (halaman depan) INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN BIOLOGI Jalan Raya Pajajaran Bogor 16144, Telp (0251) , Pes. 212, Telefax , biologifmipa@.ipb.ac.id KUISIONER PENELITIAN POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR DATA PRIBADI Nama : Jenis Kelamin : Tempat & Tanggal Lahir : Anak ke- : dari bersaudara Alamat Lengkap : Kelurahan : Kecamatan : Telepon : Pemberian asi sampai usia : bulan Penyakit (jika ada) : Frekuensi makan per hari : kali Nama ayah : Tempat & Tanggal lahir ayah/umur ayah : Suku ayah : Pekerjaan ayah : Pendidikan tertinggi ayah : Penyakit ayah (jika ada) : Tinggi badan ayah : Berat badan ayah : Suku kakek dari pihak ayah : Tempat lahir/asal kakek dari pihak ayah : Suku nenek dari pihak ayah : Tempat lahir/asal nenek dari pihak ayah : Nama ibu : Tempat & Tanggal lahir ibu/umur ibu : Suku ibu : Pekerjaan ibu : Pendidikan tertinggi ibu : Penyakit ibu (jika ada) : Tinggi badan ibu : Berat badan ibu : Suku kakek dari pihak ibu : Tempat lahir/asal kakek dari pihak ibu : Suku nenek dari pihak ibu : Tempat lahir/asal nenek dari pihak ibu : Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu): 1. n <Rp Rp < n <Rp Rp < n < Rp n > Rp Rp < n < Rp Keterangan : n = jumlah pengeluaran keluarga per bulan untuk makan Jika anda laki-laki: Pada usia berapakah anda pertama kali mengalami mimpi basah: tahun Jika anda perempuan: Pada usia berapakah anda pertama kali mengalami menstruasi : tahun

19 Lampiran 2 Kuisioner penelitian (halaman belakang) DATA HASIL PENGUKURAN Pengukur : Fnum : Pencatat : ID num : Tanggal : Waktu : Parameter Hasil Pengukuran 1. Berat Badan (BB) 2. Tinggi Badan (TB) 3. Tinggi Duduk (TD) 4. Panjang Lengan Atas (PLA) 5. Panjang Lengan Bawah (PLB) 6. Panjang Paha (PP) 7. Panjang Betis (PB) 8. Lingkar Lengan Atas (LLA) 9. Tebal Lipatan Kulit Trisep (TLKT) 10. Lebar Siku (LS) Memo :

20 Lampiran 3 Jumlah probandus yang dianalisis berdasarkan lokasi pengambilan data Jenis Kelamin Lokasi Laki-laki Perempuan Pengukuran (orang) (orang) SMPN SMUN SMUN SMUN IPB Jumlah

21 Lampiran 4 Contoh formulir data pribadi dan hasil pengukuran pada data-base Lotus Approach Data Pribadi No 1 Nama Adi Gunawan Anak ke- 4 dari 4 Tanggal Pengukuran 2/21/2005 Jenis Kelam Tempat Lahir L Bogor bersauda Usia akhir pemberian Penyakit - lever, vertigo Alamat Jl Palupuh 1 no 48 Bantar Jati Tempat Pengukuran SMUN 3, 2-8 Tanggal lahir 11/14/1988 Frekuensi makan per hari (ka 2-3 Telepon (0251) Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara Nama ayah Tempat lahir ayah Rudy Rachman (alm) Bogor Suku ayah Pekerjaan ayah Pendidikan tertinggi aya sunda PNS SLTA Tinggi badan ayah (c Berat badan ayah ( Suku kakek dari pihak ayah - - sunda Suku nenek dari pihak a Asal nenek dari pihak a sunda-belanda bogor Nama ibu Tempat lahir ibu E. Sunarsih bogor Suku ibu Pekerjaan ibu Pendidikan tertinggi ibu sunda Ibu Rumah Tangga SLTP Tinggi badan ibu (cm) Berat badan ibu (kg) Suku kakek dari pihak ibu - - sunda Suku nenek dari pihak ibu Asal nenek dari pihak ibu sunda bogor Tanggal lahir ayah 8/8/1942 Penyakit ayah jantung Asal kakek dari pihak ayah bogor Tanggal lahir ibu 5/5/1953 Penyakit ibu - Asal kakek dari pihak ibu bogor Usia pertama kali mimpi basa 13 Usia pertama kali menstruasi - Pengeluaran per bulan utk mkn Rp Rp Data Hasil Pengukuran Berat Badan 54 Tinggi Badan Tinggi Duduk 87.2 Panjang Paha 54.2 Panjang Betis 42 Panjang Lengan Atas 33 Panjang Lengan Bawah 26.5 Lingkar Lengan Atas 23.5 Tebal Lipatan Kulit Trisep 0.4 Lebar Siku 5.6

22 Lampiran 5 Data persentil tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan (cm) A. Tinggi badan remaja laki-laki (cm) Kelompok usia Persentil (tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0, ,58 154,40 156,11 158,79 163,37 168,17 171,20 172,83 173,93 175,59 176,67 177, ,52 155,34 157,07 159,76 164,36 168,79 171,78 173,41 174,52 176,18 177,27 177, ,20 156,04 157,77 160,47 165,10 169,21 172,21 173,84 174,96 176,62 177,71 178, ,30 156,14 157,87 160,58 165,20 169,27 172,28 173,91 175,02 176,69 177,78 178, ,27 155,10 156,82 159,51 164,10 168,63 171,63 173,26 174,37 176,03 177,11 177, ,38 153,20 154,90 157,56 162,10 167,21 170,46 172,08 173,18 174,83 175,91 176,43 B. Tinggi badan remaja perempuan (cm) Kelompok usia Persentil (tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0, ,75 144,41 145,78 147,91 151,55 155,69 159,77 161,99 163,52 165,81 167,31 168, ,27 144,94 146,31 148,45 152,10 156,24 160,32 162,56 164,09 166,39 167,89 168, ,26 144,92 146,29 148,43 152,08 156,23 160,31 162,54 164,07 166,37 167,88 168, ,76 145,42 146,80 148,95 152,61 156,74 160,84 163,08 164,62 166,92 168,43 169, ,70 145,37 146,74 148,89 152,55 156,68 160,78 163,02 164,56 166,86 168,37 169, ,69 145,36 146,73 148,88 152,54 156,67 160,77 163,01 164,54 166,85 168,36 169,10

23 Lampiran 6 Data persentil berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan (kg) A. Berat badan remaja laki-laki (kg) Kelompok usia Persentil (tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0, ,85 37,65 39,33 42,07 47,09 53,36 59,95 63,73 66,42 70,61 73,48 74, ,13 37,93 39,62 42,39 47,44 53,76 60,36 64,16 66,87 71,09 73,98 75, ,98 38,80 40,54 43,36 48,53 54,96 61,62 65,50 68,27 72,58 75,53 77, ,42 39,24 41,00 43,86 49,09 55,55 62,27 66,18 68,98 73,34 76,31 77, ,05 39,89 41,67 44,58 49,89 56,39 63,19 67,17 70,00 74,43 77,45 78, ,56 40,42 42,22 45,17 50,55 57,08 63,95 67,98 70,85 75,32 78,38 79,91 B. Berat badan remaja perempuan (kg) Kelompok usia Persentil (tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0, ,77 34,49 36,03 38,55 43,14 48,84 53,77 56,53 58,48 61,49 63,53 64, ,66 34,38 35,92 38,42 43,00 48,69 53,64 56,39 58,34 61,34 63,38 64, ,85 34,58 36,12 38,64 43,25 48,95 53,87 56,64 58,59 61,61 63,65 64, ,26 36,02 37,63 40,26 45,05 50,59 55,54 58,39 60,40 63,51 65,62 66, ,60 36,37 38,00 40,64 45,49 50,96 55,94 58,81 60,83 63,97 66,09 67, ,94 35,69 37,29 39,89 44,64 50,24 55,16 57,99 59,99 63,08 65,17 66,21

24 Lampiran 7 Data persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan (kg/m 2 ) A. Indeks massa tubuh remaja laki-laki (kg/m 2 ) Kelompok usia Persentil (tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0, ,20 14,43 14,92 15,71 17,12 18,83 20,97 22,34 23,31 24,83 25,88 26, ,19 14,42 14,91 15,70 17,11 18,82 20,96 22,32 23,29 24,81 25,85 26, ,39 14,63 15,12 15,92 17,35 19,09 21,32 22,71 23,70 25,24 26,30 26, ,55 14,78 15,28 16,09 17,53 19,30 21,60 23,01 24,01 25,58 26,65 27, ,88 15,12 15,64 16,46 17,94 19,78 22,22 23,66 24,69 26,31 27,41 27, ,18 15,43 15,95 16,80 18,30 20,25 22,77 24,26 25,31 26,96 28,10 28,66 B. Indeks massa tubuh remaja perempuan (kg/m 2 ) Kelompok usia Persentil (tahun) 0,023 0,03 0,05 0,1 0,25 0,5 0,75 0,85 0,9 0,95 0,97 0, ,05 15,29 15,77 16,55 17,94 19,63 21,69 22,92 23,79 25,14 26,07 26, ,99 15,22 15,70 16,48 17,87 19,54 21,58 22,80 23,67 25,02 25,93 26, ,06 15,29 15,78 16,56 17,95 19,64 21,69 22,93 23,80 25,16 26,08 26, ,43 15,67 16,17 16,97 18,39 20,14 22,31 23,57 24,47 25,86 26,81 27, ,58 15,82 16,32 17,13 18,57 20,35 22,56 23,84 24,74 26,15 27,11 27, ,66 15,90 16,40 17,22 18,66 20,47 22,68 23,97 24,88 26,30 27,26 27,75

POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 4 SAMPAI 13 TAHUN DI WILAYAH KARAWANG CARWAN HERMAWAN

POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 4 SAMPAI 13 TAHUN DI WILAYAH KARAWANG CARWAN HERMAWAN POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 4 SAMPAI 13 TAHUN DI WILAYAH KARAWANG CARWAN HERMAWAN DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK CARWAN HERMAWAN.

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun)

Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia tahun) LAMPIRAN 34 35 Lampiran 1 Kuisioner jangka reproduksi (probandus usia 35 70 tahun) KUISIONER JANGKA REPRODUKSI PADA WANITA DI KAB. CIREBON DATA PRIBADI Tgl :... FNUM:... Nama Lengkap :... Tempat dan Tanggal

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN BADAN BAYI USIA 0 HINGGA 12 BULAN DI WILAYAH BOGOR

POLA PERTUMBUHAN BADAN BAYI USIA 0 HINGGA 12 BULAN DI WILAYAH BOGOR POLA PERTUMBUHAN BADAN BAYI USIA 0 HINGGA 12 BULAN DI WILAYAH BOGOR Oleh : Adisty Wulandari G34102043 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK

Lebih terperinci

DATA PRIBADI :... :... bulan

DATA PRIBADI :... :... bulan LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner data pribadi probandus INSTITUT PERTANIAN BOGOR Gedung Fapet Lt. 5 Wing 1 Jl. Agatis Kampus IPB Darmaga, 16680 Telp/fax. (0251) 8622833 PENELITIAN JANGKA REPRODUKSI PADA

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN PRIA USIA 4 SAMPAI 21 TAHUN DI SUKU BADUY, DESA KANEKES, KECAMATAN LEUWIDAMAR, KABUPATEN LEBAK, BANTEN I N D R A

POLA PERTUMBUHAN PRIA USIA 4 SAMPAI 21 TAHUN DI SUKU BADUY, DESA KANEKES, KECAMATAN LEUWIDAMAR, KABUPATEN LEBAK, BANTEN I N D R A POLA PERTUMBUHAN PRIA USIA 4 SAMPAI 21 TAHUN DI SUKU BADUY, DESA KANEKES, KECAMATAN LEUWIDAMAR, KABUPATEN LEBAK, BANTEN I N D R A DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI, SETU BABAKAN JAKARTA SELATAN HANNA WIDIASTUTY

POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI, SETU BABAKAN JAKARTA SELATAN HANNA WIDIASTUTY 1 POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI, SETU BABAKAN JAKARTA SELATAN HANNA WIDIASTUTY DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki

PEMBAHASAN. Maturasi Seksual Laki-laki 32 PEMBAHASAN Pubertas adalah reaktivasi system syaraf pusat untuk perkembangan seksual yang ditandai oleh peningkatan hormon seks secara dratis dan merupakan kejadian berdurasi pendek, yang terjadi ketika

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH BOGOR. Oleh Yuliana G

POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH BOGOR. Oleh Yuliana G POLA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-5 TAHUN DI WILAYAH BOGOR Oleh Yuliana G 34101001 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK YULIANA. Pola Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Overweight Overweight (kelebihan berat badan atau kegemukan) didefinisikan sebagai berat badan di atas standar. Pengertian lainnya overweight adalah kelebihan berat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang dilakukan sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis dan logis. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. al., 2005). Berdasarkan laporan dari National Health and Nutrition Examination BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan tingkat sosial ekonomi masyarakat terjadi pergeseran pola gaya hidup dan pola nutrisi yang cenderung mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas adalah penumpukan jaringan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO,2011). Batas yang tidak wajar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA

MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA MODE LOKOMOSI PADA ORANGUTAN KALIMANTAN (Pongo pygmaeus Linn.) DI PUSAT PRIMATA SCHMUTZER, JAKARTA MUSHLIHATUN BAROYA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari rinilina1@gmail.com Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya Abstrak

Lebih terperinci

POLA PERTUMBUHAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK

POLA PERTUMBUHAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK POLA PERTUMBUHAN BESAR TUBUH ANAK ARFAK Abstrak Pola pertumbuhan tinggi dan berat badan merefleksikan status nutrisi dan kondisi kesehatan suatu populasi. Penilaian pola pertumbuhan dan status nutrisi

Lebih terperinci

Kata kunci : Body Mass Index (BMI), Lingkar Lengan Atas (LLA)

Kata kunci : Body Mass Index (BMI), Lingkar Lengan Atas (LLA) ABSTRAK HUBUNGAN PENILAIAN STATUS GIZI DENGAN METODE BMI (Body Mass Index) DAN METODE LLA (Lingkar Lengan Atas) PADA ANAK PEREMPUAN USIA 6-10 TAHUN Asyer, 2009 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS.,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia

Lebih terperinci

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc

MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc MENGENAL PARAMETER PENILAIAN PERTUMBUHAN FISIK PADA ANAK Oleh: dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc Pendahuluan Pernahkah anda mengamati hal-hal penting apa sajakah yang ditulis oleh dokter pada saat

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER DENGAN MENGGUNAKAN METODE REGRESI LOGISTIK DAN CHAID: KASUS DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR ASTRI ATTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA

Sekapur Sirih. Jakarta, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, Ahmad Koswara, MA Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia kita mengetahui bahwa yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Anak a. Definisi Banyak perbedaan definisi dan batasan usia anak, menurut Depkes RI tahun 2009, kategori umur anak ialah usia 5-11 tahun. Undang- undang nomor

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEMATANGAN SEKSUAL PEREMPUAN DI WILAYAH BOGOR RINI SUHARTINI

TAHAP-TAHAP KEMATANGAN SEKSUAL PEREMPUAN DI WILAYAH BOGOR RINI SUHARTINI TAHAP-TAHAP KEMATANGAN SEKSUAL PEREMPUAN DI WILAYAH BOGOR RINI SUHARTINI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RINI SUHARTINI. Tahap-Tahap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI MASA LALU ANAK DAN PARTISIPASI IBU DI POSYANDU DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA MURID TAMAN KANAK-KANAK NINA TRIANA PROGRAM STUDI S1 GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH 20 DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR DI SELURUH KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Lampiran 1. Tes Status Gizi Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB) Peralatan tes antara lain:

Lebih terperinci

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN

ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN ANTROPOMETRI pada ANAK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antropometri merupakan ukuran dari tubuh. Pengukuran antropometri merupakan data referensi untuk mengevaluasi dan mencatat pertumbuhan anak. Hal

Lebih terperinci

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN SURATNO

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN SURATNO i USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN SURATNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 i i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

GAMBARAN STATUS GIZI DAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3 5 tahun) DI POS PAUD TERPADU ANAK SHOLEH SURABAYA SKRIPSI

GAMBARAN STATUS GIZI DAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3 5 tahun) DI POS PAUD TERPADU ANAK SHOLEH SURABAYA SKRIPSI GAMBARAN STATUS GIZI DAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH (3 5 tahun) DI POS PAUD TERPADU ANAK SHOLEH SURABAYA SKRIPSI OLEH : Musholiyah NRP: 9103009008 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh manusia dan penggunaannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Menurut Soekirman (2000) status gizi adalah merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan sehingga dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Obesitas ditentukan dengan menggunakan Indeks

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT ABSTRAK HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT (%BF) YANG DIUKUR DENGAN MENGGUNAKAN BOD POD DAN BROCA SERTA CUT OFF POINT (COP) DAN ODDS RATIO (OR) COP BROCA PADA OBESE Febrine Wulansari Gunawan, 2010 Pembimbing:

Lebih terperinci

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

GAYA HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER. Shinta Monica Permana

GAYA HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER. Shinta Monica Permana GAYA HIDUP PRIA DEWASA DI PEDESAAN DAN PERKOTAAN BOGOR, KAITANNYA DENGAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER Shinta Monica Permana PROGRAM STUD1 GlZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM Oleh: WULAN ANGGRAENI G54101038 PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori Faktor risiko dan etiologi: - Faktor lingkungan - Faktor neurogenik - Faktor hormonal - Faktor genetik Overweight dan obesitas Body Mass Index

Lebih terperinci

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA.

POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA. POLA PEMBERIAN SUSU FORMULA DAN KONSUMSI ZAT GIZI ANAK USIA DI BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) PADA KELUARGA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA Djuwita Andini PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia. meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pertumbuhan manusia merupakan proses dimana manusia meningkatkan ukuran dan perkembangan kedewasaan dan fungsi. Pertumbuhan manusia dipengaruhi oleh banyak faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0-8 tahun yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU

PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU PERTUMBUHAN SERTA INTERAKSI ANTARA Lactobacillus casei DAN Bifidobacterium longum TERHADAP Escherichia coli PADA SUMBER KARBON PATI DAN MI SAGU TRIA MAULIANY PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR ANALISIS PERILAKU SADAR GIZI IBU SERTA HUBUNGANNYA DENGAN KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA BABAKAN KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR RENA NINGSIH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI

POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI POLA KONSUMSI PANGAN DAN STATUS GIZI PADA RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KOTA DAN KABUPATEN BOGOR DIAH IMAS SRIMARYANI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi

Lebih terperinci

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD ADVENT DI KOTA MEDAN TAHUN Oleh : SUNTHARA VIGNES MOOGAN

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD ADVENT DI KOTA MEDAN TAHUN Oleh : SUNTHARA VIGNES MOOGAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD ADVENT 2 067777 DI KOTA MEDAN TAHUN 2013 Oleh : SUNTHARA VIGNES MOOGAN 100100398 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA. SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN ANTARA PANJANG DEPA/ ARM SPAN TERHADAP TINGGI BADAN PADA SISWA SMA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran YUSAK ADITYA SETYAWAN G0013241 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237,6 juta jiwa, hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa 63,4 juta diantaranya adalah remaja yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI PENDAKI GUNUNG DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JESA NUHGROHO DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER KEGEMUKAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUMBER, KABUPATEN CIREBON

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER KEGEMUKAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUMBER, KABUPATEN CIREBON HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER KEGEMUKAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUMBER, KABUPATEN CIREBON Dian Fajriyah Pangestika*), Apoina Kartini**), Martha Irene Kartasurya**) *) Mahasiswa Peminatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah observasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional atau studi belah lintang dimana variabel

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh BUDI HARTONO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 65 ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN DAN PROYEKSI KEBUTUHAN DANA UNTUK PERIODE YANG AKAN DATANG (Studi Kasus : PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Dan Tangerang Area Jaringan

Lebih terperinci

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan KESEIMBANGAN ENERGI Jumlah energi yang dibutuhkan dan yang dilepaskan dari makanan harus seimbang Satuan energi :kilokalori yaitu sejumlah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 kg sebesar

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG Skripsi Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai Pemenuhan Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon.

METODE PENELITIAN LAUT JAWA. Gambar 5 Peta wilayah kecamatan di Kabupaten Cirebon. 12 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2010. Lokasi penelitian di Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat yang meliputi 12 kecamatan dan terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KONSEP DASAR PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN APA PERBEDAAN PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN (GROWTH) BERKAITAN DG. PERUBAHAN DALAM BESAR, JUMLAH, UKURAN DAN FUNGSI TINGKAT SEL, ORGAN MAUPUN INDIVIDU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat 24 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengambilan data dilakukan pada waktu yang bersamaan atau pada satu saat, baik variabel independen

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 31 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian 1) Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri. 4.2 Tempat

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN GIBERELIN TERHADAP KUALITAS TUNAS PISANG FHIA-17 IN VITRO. Oleh : DONNY ANDRIANA A

PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN GIBERELIN TERHADAP KUALITAS TUNAS PISANG FHIA-17 IN VITRO. Oleh : DONNY ANDRIANA A PENGARUH KONSENTRASI BAP TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS DAN GIBERELIN TERHADAP KUALITAS TUNAS PISANG FHIA-17 IN VITRO Oleh : DONNY ANDRIANA A34301064 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Email : yuliastutierni @ ymail.com Abstrak Masa remaja merupakan masa transisi

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA

MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA MODEL PENDUGA BERAT BAYI LAHIR BERDASARKAN PENGUKURAN LINGKAR PINGGANG IBU HAMIL CHAIRUNITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi adalah suatu proses yang normal, yang terjadi setiap bulannya pada hampir semua wanita. Menstruasi terjadinya pengeluaran darah, dalam jangka waktu 3-5 hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status Nutrisi 2.1.1 Definisi Status Nutrisi Status nutrisi merupakan hasil interaksi antara makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Menurut Supariasa

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana Strata-1

Lebih terperinci

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN SURATNO

USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN SURATNO i USIA MATURASI SEKSUAL DAN PERTUMBUHAN BADAN LAKI-LAKI KABUPATEN SRAGEN SURATNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 i i PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Growth faltering adalah sebuah keadaan gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan kurva pertumbuhan sebelumnya. 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR

HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR HUBUNGAN MORBIDITAS DAN STIMULASI DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA BERSTATUS GIZI BAIK DAN PENDERITA KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI KOTA BOGOR Yulia Rimawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi pertama (darah yang pertama kali keluar dari vagina) yang dialami oleh remaja putri disebut sebagai menarche. Menarche adalah sebuah tanda dimana seorang

Lebih terperinci

SKRIPSI. PRAKTIK SANITASI DAN PENYIMPANAN PANGAN PADA SUHU RENDAH DI TINGKAT RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

SKRIPSI. PRAKTIK SANITASI DAN PENYIMPANAN PANGAN PADA SUHU RENDAH DI TINGKAT RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus SKRIPSI PRAKTIK SANITASI DAN PENYIMPANAN PANGAN PADA SUHU RENDAH DI TINGKAT RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus Oleh : SUKMA PARAMITA DEWI F24104059 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia pada saat ini menghadapi permasalahan ganda berupa kasus-kasus penyakit menular yang masih belum terselesaikan sekaligus peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi kurang banyak dihubungkan dengan penyakit-penyakit infeksi, maka masalah gizi lebih dianggap

Lebih terperinci

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN PROPORSI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN Oleh: MUHAMMAD DANIAL BIN MOHD NOR 070100293 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME

PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME PAPARAN MEDAN LISTRIK 10 VOLT SELAMA 0, 2, 4, DAN 6 MENIT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemous gouramy Lac.) PADA MEDIA PEMELIHARAAN BERSALINITAS 3 ppt ADHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang digunakan untuk menilai status gizi seorang individu. IMT merupakan metode yang murah dan mudah dalam mengukur

Lebih terperinci