EKSISTENSI PURA AGUNG KENTEL GUMI DI DESA PAKRAMAN TUSAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG. (PERSPEKTIF TEOLOGI HINDU)
|
|
- Liani Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKSISTENSI PURA AGUNG KENTEL GUMI DI DESA PAKRAMAN TUSAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG. (PERSPEKTIF TEOLOGI HINDU) Oleh : I KOMANG RAI SATRIA BUDIMAN Raisatria23@gmail.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D Pembimbing II Dr. Drs. I Ketut Tanu, M.Si ABSTRAK Pada dasarnya, pura merupakan simbol gunung atau alam semesta, tempat suci untuk menghubungkan diri dan memuja kebesaran Hyang Maha Pencipta dengan berbagai prabhawa-nya. Di sini, Pura Agung Kentel Gumi berfungsi sebagai tempat memuja Tuhan dalam manifestasi-nya selaku Sang Hyang Reka Bhuwana (pencipta alam semesta).berdasarkan lontar "Raja Purana Batur", Pura Agung Kentel Gumi merupakan salah satu dari Tri Guna Pura atau Kahyangan Tiga Bali, yakni sebagai Pura Puseh Bali, tempat mohon kedegdegan dan kerahayuan jagat. Sementara Pura Batur sebagai Pura Desa-nya, tempat mohon kesuburan, dan Pura Agung Besakih sebagai Pura Dalem-nya, tempat memohon kesucian sekala-niskala. Jadi, Pura Agung Kentel Gumi juga menjadi bagian amat penting sebagai Pura Kahyangan Jagat yang di-sungsung seluruh umat Hindu. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas, maka diadakan penelitian yang lebih mendalam, agar nantinya masyarakat dapat mengetahui bentuk, fungsi serta makna teologi Hindu yang terkandung dalam Pura Agung Kentel Gumi di Desa. Adapun permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu : bagaimanakah bentuk Pura Agung Kentel Gumi, bagaimanakah fungsi Pura Agung Kentel Gumi dan bagaimanakah makna Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bentuk, fungsi dan makna teologi Hindu 1
2 2 yang tersirat dalam Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Penelitian yang dilaksanakan mempergunakan beberapa teori untuk membedah permasalahan yang dibahas. Teori yang dipergunakan adalah teori Fungsional Struktural untuk membedah permasalahan bentuk Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, teori Simbol untuk membedah permasalahan makna Pura Agung Kentel Gumi, dan teori Religi untuk membedah permasalahan fungsi Pura Agung Kentel Gumi. Metode penelitian adalah penelitian kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah kata kualitatif berupa keterangan yang bersumber dari informan dan literatur berupa karangan ilmiah tesis, disertasi serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian, sedangkan sumber data yang dipergunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara, dan data sekunder yang didapatkan dari literatur yang relevan dengan masalah penelitian. Data dikumpulkan dengan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, serta studi kepustakaan. Temuan penelitian yang didapatkan yaitu : (1) bentuk Pura Agung Kentel Gumi berupa sejarah Pura Agung Kentel Gumi, Struktur Pura Agung Kentel Gumi, Pangempon dan Panyiwi dan ritual upacara yajnya di Pura Agung Kentel Gumi. (2) fungsi Pura Agung Kentel Gumi dapat dijabarkan yaitu memiliki fungsi religius, fungsi sosial, fungsi pendidikan dan fungsi etika. (3) makna Pura Agung Kentel Gumi yaitu makna teologi bentuk Pura Agung Kentel Gumi, makna simbol yang terkandung pada Pura Agung Kentel Gumi, makna estetika pada bentuk Pura Agung Kentel Gumi dan Makna Istadewata puja pada Pura Agung Kentel Gumi. Kata kunci : Eksistensi Pura Agung Kentel Gumi, Teologi Hindu. PENDAHULUAN Gunung, danau, campuhan, sungai, pantai, laut adalah sebagian dari bentuk alam semesta itu yang nyata kita lihat dibumi, tempat yang dipilih oleh para Maha Rsi untuk mendirikan tempat suci (pura) dan menjadi kawasan suci, karena di tempat seperti inilah Beliau mendapatkan pikiran-pikiran suci (wahyu). Beliau
3 3 telah mendapatkan pura sebagai benteng kesucian jagat raya ini, khususnya pulau Bali. Penempatan pura ini berdasarkan konsepsi Padma Mandala. Pura adalah simbolis gunung, Tuhan, para dewa, dan roh suci leluhur dianggap bersemayam di puncak gunung, sehingga gunung dipandang sebagai tempat suci. Konsepsi masyarakat Hindu di Bali tentang alam semesta didasarkan atas pandangan bahwa alam ini tersusun menjadi tiga bagian yang disebut Tri Loka, yaitu alam bawah (bhur loka), alam tengah (bhwah loka) dan alam atas (swah loka). Demikian pula halnya dengan Pura Agung Kentel Gumi yang dibangun di suatu kawasan suci terpilih alas negik yang menebarkan bau harum. Karena menebarkan bau yang harum sehingga kawasan yang suci ini dikenal dengan nama Tegal Wangi. Mpu Kuturan sebagai seorang konseptor dan seorang agamawan menata pulau Bali ini agar Kentel kembali, dengan menancapkan sebuah tiang berbentuk segi empat kedasar bumi yang sekarang dikenal dengan sebutan Ratu Pancer Jagat. Sebutan Pancer Jagat, Pancer berarti pacek atau pasak, puser atau pusat sedangkan jagat berarti bumi. Jadi Pancer Jagat berarti pasak atau dasar bumi. Menyimak struktur bangunan pura pada umumnya areal suatu pura akan terdiri dari Tri Mandala, Nista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala. Namun di Pura Agung Kentel Gumi terdiri dari tujuh mandala yakni ; Nista Mandala, Madya Mandala, Utama Mandala, Mandala Maspahit, Mandala Mascesti, Mandala Sumanggen dan Mandala Suci yang masing-masing mandala akan dibangun palinggih yang patut dibangun sesuai dengan fungsi dan kedudukan palinggih yang bersangkutan. Keberadaan Pura Agung Kentel Gumi sebagai salah satu Kahyangan Jagad/ sebagai Pura Pusehnya Bali memiliki beberapa perbedaan dengan keberadaan pura pada umumnya. Dari segi bentuk, Pura Agung Kentel Gumi memiliki struktur bangunan yang berbeda yang di dalamnya terdapat beberapa keunikan. Adanya palinggih Sumanggen yang pada masa pemerntahan kerajaan digunakan sebagai tempat untuk menyambut para tamu raja yang berkunjung ke Kerajaan Klungkung. Pada Utama Mandala terdapat sebuah palinggih Ratu Pancer Jagad
4 4 yang merupakan palinggih pokok dari Pura Agung Kentel Gumi. Di Utama Mandala Pura Agung Kentel Gumi juga terdapat palinggih bale murdha manik yang berfungsi sebagai tempat Ida Bhtara Manca yang hadir pada saat pujawali ngusabha kalima dan karya agung panyegjeg gumi. Pada kedua sisi Utama Mandala diapit oleh dua mandala yaitu mandala maspait dan mandala masceti yang digunakan sebagai tempat pemujaan untuk memohon kesejateraan, keharmonisan dan keseimbangan alam semesta. konsep palinggih ini memiliki titik temu yakni Gedong Mas Pahit menghadap ke selatan dan Gedong Mas Ceti menghadap ke utara (berhadap-hadapan) dan bertemu di tengah pada Sang Hyang Reka Bhuana. Secara Tattwa di Mas Pahit umat memohon kemakmuran, pada Mas Ceti memohon kesuburan jika kedua ini terwujud barulah Kedegdegan Jagat tercapai dan Kedegdegan Jagat tercapai apabila Pancer Jagat terpelihara dengan baik. Pura Agung Kentel Gumi memiliki banyak memiliki keunikan dan ciri khas yang membedakan dengan pura secara umum yang ada di Bali. namun demikian, banyak dari masyarakat Hindu yang ada di Bali belum mengetahui secara jelas mengenai bentuk fungsi dan makna dari keberadaan Pura Kentel Gumi tersebut. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang bentuk, fungsi dan makna Teologi yang terkandung dalam Pura Agung Kentel Gumi di Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Adapun rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah bentuk Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung? 2) Apakah fungsi Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung? 3) Makna apakah yang terdapat di Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung? METODE Jenis metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berlokasi di Pura Agung Kentel Gumi Desa Pakraman Tusan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, dan menggunakan metode
5 5 pengumpulan data sebagai berikut observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Sumber data diperoleh dari informan yang dipilih secara purposive sampling yaitu memilih orang-orang yang dianggap mengetahui secara detail tentang bentuk, fungsi dan makna Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan. HASIL PENELITIAN A) BENTUK PURA AGUNG KENTEL GUMI 1) Pembagian Mandala dan Palinggih Pura Agung Kentel Gumi Pura Agung Kentel Gumi terbagi atas tujuh Mandala yaitu Nista Mandala, Madya Mandala, Utama Mandala, Mandala Maspahit, Mandala Masceti, Mandala Sumanggen, lan Mandala Suci. Adapun ke tujuh mandala itu adalah 1) Nista Mandala terdapat 3 jenis bangunan yaitu, Palinggih Manik Bingin, Wantilan dan Candi Bentar. 2) Madya Mandala terdapat 8 jenis bangunan yaitu, Bale Kulkul, Bale Gong, Bale Agung, Palinggih Pangulun Bale Agung, Palinggih Bala Tama, Panggunga, Apit Lawang dan Candi Kurung. 3) Mandala Sumanggen mempunyai 5 jenis bangunan yaitu Bale Gong, Bale Pesandekan, Bale Sumanggen, Bale Gegitaa dan Candi Bentar. 4) Utama Mandala mempunyai bangunan yang paling banyak yaitu 20 bangunan terdiri dari, Bale piasan, bale reringgitan, palinggih pertiwi, palinggih catur muka, palinggih ratu panji, meru tumpang solas, meru tumpang siya, meru tumpang tiga, padmasana, palinggih limas sari, palinggih limas catu, meru tumpang lima, menjangan seluang, meru tumpang dua, bale murdha manik, bale pangaruman agung, bale pangaruman alit, meru tumpang pitu, gedong tarib dan palinggih ratu puseh. 5) Mandala Maspahit terdapat 7 jenis bangunan yaitu, Gedong Simpen, Bale Piasan, Bale Pangaruma, Gedong Maspahit, Gedong Sari, Ngerurah dan Pangunggan. 6) Mandala masceti terdapat 10 jenis bangunan yaitu, Bale Piasan, Palinggih Ratu Manik Galih, Pangaruman, Palinggih Limas Sari, Palinggih Limas Catu, Meru Tumpang Telu, Palinggih Bala Samar, Gedong Masceti, Panggungan dan Panyawangan Ratu Gede Mas Mecaling. 6) Mandala penyucian terdapat 5 jenis
6 6 bangunan yaitu, Candi Bentar, Palinggih Lumbung, Bale Suci, Bale Petandingan dan Bale Paebatan. B) FUNGSI PURA AGUNG KENTEL GUMI 1) Fungsi religius Secara empiris Pura Agung Kentel Gumi mempunyai fungsi religius terbukti yang di puja di Pura Agung Kentel Gumi adalah Hyang Widhi dalam Prabawa-Nya Sang Hyang Reka Bhuwana. Keberadaan pura yang merupakan dari apa yang dipuja, kiranya Pura Agung Kentel Gumi dibangun sebagai simbol perwujudan potensi alam semesta (Bhuana Agung) yang ditunjukan oleh macammacam bangunan suci dan fungsi didalamnya. 2) Fungsi sosial Bagaimanapun sederhananya yang bernama tempat suci tentu melibatkan lebih dari satu orang dalam membangun, memeliharanya, membuatkan upakara maupun dalam mengadakan perenopasian yang dilakukan dengan cara ngaturang ayahan dengan perasaan tulus ikhlas yang melibatkan Pengempon, Panyiwi dan Panyungsung. Pura Agung Kentel Gumi memiliki fungsi sosial sebagai pemersatu umat antara Desa Pakraman Tusan, Desa Pakraman Griya Budha, Desa Pakraman Sema Agung, Desa Pakraman Banjarangkan dan Desa Pakraman Bakas karena pada waktu piodalan kelima Desa Pakraman itu saling bertemu dan sebagai Pangempon Pura Agung Kentel Gumi. Selain kelima Desa Pakraman tersebut Pura Agung Kentel Gumi juga memiliki fungsi sosial dan pemersatu antar Desa Pakraman seluruh Kecamatan Banjarangkan sebagai Panyiwi, baik yang menyankut yajnya. 3) Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan yang terdapat dalam Pura Agung Kentel Gumi cukup banyak di antaranya (1) berkaitan dengan piodalan yang dilaksanakan di Pura Agung Kentel Gumi, kaum muda-mudi banyak dapat belajar membuat upakara yajnya dari orang yang lebih dewasa seperti membuat Penjor, tetaring, sanggah
7 7 surya, sanggah cucuk, klakat, sengkui, katik sate dan ngulat kelabang ini bagi kaum truna. (2) dapat belajar memasak seperti meracik bumbu, mencingcang dan memanggang daging : ayam, babi, itik, ngilit sate, membuat ebet-ebetan untuk keperluan kawesan. Pura mengandung lima unsur pendidikan yaitu : (1) pendidikan watak/karakter, (2) pendidikan ke arah persaudaraan, (3) pendidikan ke arah jiw demokrasi, (4) pendidikan ke arah jiwa seni dan (5) pendidikan ke arah peri kemanusiaan. 4) Fungsi etika Pura Agung Kentel Gumi memiliki fungsi etika yang dapat dipaparkan sebagai berikut : Etika dalam masuk pura hendaknya menuruti aturan yang ada baik yang terdapat dalam sastra maupun dresta setempat, seperti: (1) berpakaian adat Bali madya, bagi Pinandita : agelung sangka putih, baju putih, kampuh putih/kuning, kain/kamben putih, umpal/sabuk dan alas kaki. Bagi welaka destar agelung panji, baju kalau bisa putih, selempot putih/kuning, kain/kamben bebas, umpal/sabuk dan alas kaki, atau dapat berpakaian bersih dan rapi. (2) bertutur kata yang lemah lembut, ramah-tamah, disesuaikan sesusai dengan sor singgih basa Bali, bagaimana bertutur kata dengan Pinandita, orang yang lebih tua, dihindari untuk bertutur kata yang kotor, kasar, menuturkan kejelekan orang lain/fitnah dan berbohong. 5) Fungsi estetika Estetika Hindu pada intinya merupakan cara pandang mengenai rasa keindahan (lango) yang diikat oleh nilai-nilai agama Hindu yang didasarkan atas ajaran-ajaran kitab suci Weda. Konsep Kesucian (Shiwan) pada intinya menyangkut nilai-nilai ketuhanan yang juga mencakup yadnya dan taksu. Umat Hindu pangempon Pura Agung Kentel Gumi, memiliki pandangan estetik yang diikat oleh nilai-nilai spiritual ketuhanan sesuai dengan ajaran agama Hindu. Kebenaran (satyam) mencakup nilai kejujuran, ketulusan, dan kesungguhan. Sesuai dengan ajaran agama Hindu, persembahan dan yadnya yang dilakukan
8 8 masyarakat, dilaksanakan dengan penuh kejujuran hati, rasa tulus, dan niat yang sungguh-sungguh. C) MAKNA PURA AGUNG KENTEL GUMI 1) Konsepsi Ketuhanan Melandasi Pembangunan Pura Pembangunan Pura Agung Kentel Gumi mengambil konsep Rwa Bineda yaitu adanya dua hal yang saling berbeda dan bertentangan namun satu sama lain saling membutuhkan dan akan menimbulkan kekuatan tertentu sesuai dengan harapan masyarakat Tusan. Jeroan Pura Agung Kentel Gumi diapit oleh dua areal pura, yaitu diantaranya Pura Mas Pahit dan Pura Mas Ceti. Keberadaan dua pura tersebut menunjang fungsi dari Pura Agung Kentel Gumi sebagai tempat memohon Kerahayuan Jagat mengingat yang bersthana pada kedua pura tersebut adalah Dewi Sri dan Dewi Laksmi (Sedhana) yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu sebagai dewa utama yang dipuja pada Pura Puseh. 2) Makna Bentuk Simbol yang Terkandung pada Pura Agung Kentel Gumi Pura Agung Kentel Gumi merupakan tempat suci bagi seluruh umat Hindu yang berada di wilayah Desa Pakraman Tusan merupakan simbol dari alam semesta (Bhuana Agung ) sebagai sthana Hyang Widhi dalam Prabhawa-Nya Sang Hyang Reka Bhuwana, yang diiringi oleh siddha, widyadara-widyadari yang diyakini memiliki wahana berupa binatang-binatang mitos seperti lembu, singga, anggsa, garuda dan stana-nya yang abadi adalah kahyangan atau sorga yang tempatnya jauh di atas vyomantara yaitu luhuring akasa. Hati (nurani) sebagai pura (tempat suci) stana Tuhan Yang Maha Esa. 3) Makna Estetika pada Bentuk Pura Agung Kentel Gumi Meru Tumpang Solas yang merupakan palinggih utama yang terdapat pada Pura Agung Kentel Gumi sebagai simbol gunung Mahameru yang merupakan
9 9 sthana Dewa-dewi, Bhatara-bhatari leluhur adalah relefan dengan kebudayaan Hindu yang sangat indah setelah melalui proses Prayascitta pembersihan dan pengenteng liggihan. Maka makna estetika Pura Agung Kentel Gumi bermakna untuk menumbuh kembangkan dan tetap terpeliharanya nilai-nilai seni budaya baik melalui seni arca berupa patung raksasa, Dewa-dewi, relief-relief : Kertimuka yang merupakan simbol dari bhoma, pepatran daun-daunan yang merupakan simbolik tumbuh-tumbuhan yang ada di alam diukir pada dinding candi Gelung pintu masuk, pepatran gajah, ular, dan binatang yang lainnya. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan mengenai Eksistensi Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung (Perspektif Teologi Hindu), yaitu : Bentuk Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan adalah sebagai berikut : (1) Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan sesuai dengan Raja Purana Batur adalah salah satu Tri Guna pura yang merupakan Kahyangan Tiganya Bali dan (2) bentuk Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan terdiri dari tujuh Mandala atau disebut dengan Sapta Mandala yaitu Nista Mandala, Madya Mandala, Utama Mandala, Mandala Maspahit, Mandala Masceti, Mandala Sumanggen lan Mandala Suci. SARAN Untuk memberikan nilai budaya yang dimiliki umat Hindu yang jumlahnya sangat banyak khususnya di Bali, maka para tokoh umat Hindu hendaknya selalu memberikan penerangan kepada masyarakat umum untuk tetap
10 10 melestarikan budaya yang sudah diwariskan oleh leluhur, disamping itu perlu ditanamkan agar budaya tetap lestari, terutama di dalam melaksanakan kegiatan keagamaan maupun adat-istiadat. PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakann bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjaan disuatu perguruan tinggi,, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pandapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Sukarsimin Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta. Azwar, Saifuddin Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badjerayasa, dkk, Dharma, Jakarta: Departemen Agama RI. Bungin, Burhan, Metodelogi Penelitian Sosial Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press. Pudja,Gde.1999.Teologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya : Paramita. Pudja, Gde, Veda, Jakarta: Maya Sari. Soma, Dewa Kahyangan Jagat Pura Agung Kentel Gumi Linggih Sang Hyang Reka Bhuwana Nunas Kadegdegan Jagat. Plawa Mandiri. Titib, I Made Ketuhanan Dalam Weda. Denpasar: Pustaka Manik Gni. Titib, I Made Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Surabaya: Paramita. Titib, I Made Teologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.
OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I
EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email
Lebih terperinciTAMAN NARMADA BALI RAJA TEMPLE IN PAKRAMAN TAMANBALI VILLAGE, BANGLI, BALI (History, Structure and Potential Resource For Local History) ABSTRACT
PURA TAMAN NARMADA BALI RAJA DI DESA PAKRAMAN TAMANBALI, BANGLI, BALI (Sejarah, Struktur, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal) Oleh : Ni Wayan Eka Krisna Yanti, (NIM 0914021029), (niwayanekakrisnayanti@yahoo.com)
Lebih terperinciEKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciRITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR
RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 13
EKSISTENSI PURA BEJI AGUNG TEGALTAMU DESA BATUBULAN KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR ( Kajian Teologi Hindu ) Oleh Dewa Ayu Made Santika Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Beji
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI
118 BAB 5 PENUTUP PURA MAOSPAIT DI MASA LALU DAN MASA KINI Berdasarkan kajian yang telah dilakukan terhadap Pura Maospait maka dapat diketahui bahwa ada hal-hal yang berbeda dengan pura-pura kuna yang
Lebih terperinciKata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu
ESENSI LINGGA YONI DI PURA BATUR NING DESA PAKRAMAN SAYAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR OLEH: I NYOMAN SUDIANA Email : sudiana_syn@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Ketut
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS. oleh
IDENTIFIKASI KEUNIKAN PURA GUNUNG KAWI DI DESA PEKRAMAN KELIKI, GIANYAR, BALI SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS oleh I Wayan Sudiana, (NIM 0814021029), (Email : Sudiana_ IWayan@yahoo.com) Desak Made Oka
Lebih terperinciPEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA
PEMANFAATAN POTENSI WARISAN BUDAYA PURA MEDUWE KARANG DI DESA KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG SEBAGAI TEMPAT TUJUAN PARIWISATA Elfrida Rosidah Simorangkir Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas
Lebih terperinciRiwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali
Riwayat Perkembangan Rancangan Bangunan Suci (Pura) di Bali I Nyoman Gde Suardana Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail: suar_bali@yahoo.com ABSTRAK Pulau Bali juga disebut
Lebih terperinciUPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)
UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA
DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen
Lebih terperinciKARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS
Lebih terperinciMASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG
UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 17-29 ISSN 2338-0454 MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED,
Lebih terperinciKARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA
Lebih terperinciMASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG
MASTER PLAN PENATAAN DAN PENGEMBANGAN PURA DALEM BIAS MUNTIG DI DESA PAKRAMAN NYUH KUKUH, DUSUN PED, DESA PED, KECAMATAN NUSA PENIDA, KLUNGKUNG I Kadek Merta Wijaya Dosen Program Studi Teknik Arsitektur,
Lebih terperinciBANTEN PIODALAN ALIT PURA AGUNG GIRI KERTHA BHUWANA SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI )
BANTEN PIODALAN ALIT SANISCARA UMANIS WATUGUNUNG ( SARASWATI ) NO A PELINGGIH SARANA BANTEN UPAKARA SATUAN KETERANGAN MEPIUNING MEKARYA SANGANAN SUCI 1 PEJATI 3 SET Padmasana, Dapur Suci, Pinanditha 2
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA
NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciDesain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan
Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan
Lebih terperinciEKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA
EKSISTENSI PURA KAWITAN DI DESAYEH SUMBUL KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Komang Samiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Pura Kawitan yang
Lebih terperinciKARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition
KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA
Lebih terperinciTRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)
TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinciOleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut
Lebih terperinciTIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA
TIPOLOGI BANGUNAN SUCI PADA KOMPLEK PURA Bangunan pura pada umumnya menghadap ke arah barat dan bila memasuki pura menuju ke arah timur, sedangkan persembahyangannya menghadap ke arah timur yaitu ke arah
Lebih terperinciARTIKEL. Oleh Ni Wayan Astini JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
ARTIKEL Judul PURA DUKUH SANTRIAN DUSUN PEKANDELAN, DESA BEDULU, BLAHBATUH, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN FUNGSI, SERTA POTENSI SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA) Oleh Ni Wayan Astini
Lebih terperinciTUGAS AGAMA DEWA YADNYA
TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG
Lebih terperinciPura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah).
Pura Kehen di Desa Pakraman Cempaga, Bangli, Bali (Sejarah Struktur dan Fungsinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah). Oleh : Ni Luh Sri Karmi Asri, (NIM 0914021002), (e-mail: niluhsrikarmiasri@yahoo.com)
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 89
UPACARA MAPAG TOYA DI PURA BEDUGUL DESA PAKRAMAN NYANGLAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Nyoman Hari Mukti Dananjaya, I Pt. Sudharma, I Md. Adi Surya Pradnya Institut
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciMIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk
1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa nilai sosial
Lebih terperinciUPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciOleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari
Lebih terperinciEKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA
EKSISTENSI PELINGGIH GAJAH MINA DI PURA DALEM PENATARAN PED DI DUSUN NUSASAKTI DESA NUSASARI KECAMATAN MELAYA JEMBARANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Kade Artini Institut Hindu Dharma Negeri
Lebih terperinci(Perspektif Teologi Hindu)
IMPLEMENTASI KONSEP PEMUJAAN SAGUNA BRAHMAN DI PURA SAMUANTIGA DESA BEDULU KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Teologi Hindu) Oleh : Ni Nyoman Sriani komingriani@yahoo.com Institut Hindu
Lebih terperinciREALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN
REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, tidak mungkin ada kebudayaan jika tidak ada manusia. Setiap kebudayaan adalah hasil dari ciptaan
Lebih terperinciGambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana.
ARSITEKTUR BALI Mata Kuliah ARSITEKTUR PRA MODERN pertemuan ke 5 Dosen: Dr. Salmon Martana, M.T. Masyarakat Bali sangat percaya bahwa mereka hadir di dunia membawa misi hidup, yaitu berbuat kebaikan. Kesempurnaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, seluruh umat beragama memiliki hari suci. Makna hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu memperingati suatu kejadian yang sangat
Lebih terperinciPenyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)
Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk
Lebih terperinciPURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI. Oleh
PURA BEJI SEBAGAI CAGAR BUDAYA DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN DI DESA SANGSIT, SAWAN, BULELENG, BALI Oleh I Gede Yogi Adi Prawira, Nim 0814021039 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan Pura Tanah Lot (yang selanjutnya disingkat GPTL) merupakan geguritan yang memiliki keterkaitan isi tentang perjalanan suci pengemban dharma dari Ida Dang
Lebih terperinciPENGARUH KARAKTERISTIK LINGKUNGAN SOSIAL PERKOTAAN TERHADAP KONSEP PEMBANGUNAN PURA ADHITYA JAYA DI RAWAMANGUN JAKARTA
PENGARUH KARAKTERISTIK LINGKUNGAN SOSIAL PERKOTAAN TERHADAP KONSEP PEMBANGUNAN PURA ADHITYA JAYA DI RAWAMANGUN JAKARTA I Kadek Oka Supribawa¹, Moh.Ischak² 1 Mahasiswa Program Studi Magister Arsitektur,
Lebih terperinciSTUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG
STUDI ETNOGRAFI RELIGIUS MAGIS PURA PUSERING JAGAT DI BANJAR SENAPAN DESA CARANGSARI KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG Oleh Ni Putu Sukarmiasih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar wiwinsukarmiasih@gmail.com
Lebih terperinciGaneÇ Swara Vol. 6 No.1 Maret 2012
PURA PUSEH BATUNUNGGUL DI DESA BATUNUNGGUL KECAMATAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG ( KAJIAN FUNGSI DAN NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU) PUTU SOMIARTHA Staf Pengajar STAH Negeri Gde Pudja Mataram ABSTRAK
Lebih terperinciPELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra
PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup
Lebih terperinciKata Kunci: Sejarah, struktur, fungsi, potensi Pura Wayah Dalem Majapahit sebagai sumber belajar. *) Dosen Pembimbing
Identifikasi Pura Wayah Dalem Majapahit di Desa Lembongan, Nusa Penida, Klungkung, Bali ( Kajian Tentang Sejarah, Struktur dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah di SMA Wisata Dharma) OLEH
Lebih terperinciEKSISTENSI PURA LUHUR TAMBAWARAS DI DESA SANGKETAN KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN
EKSISTENSI PURA LUHUR TAMBAWARAS DI DESA SANGKETAN KECAMATAN PENEBEL KABUPATEN TABANAN Oleh Ni Made Indra Kristhina, I Nyoman Temon Astawa dan I Wayan Lali Yogantara indra.kristhina91@gmail.com Institut
Lebih terperinciPENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA
ARTIKEL Judul PENINGGALAN PURBAKALA DI PURA SUBAK APUAN, SINGAPADU, SUKAWATI, GIANYAR, BALI (SEJARAH, STRUKTUR DAN POTENSINYA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA OLEH : NI WAYAN DEWI LASMI 1114021004
Lebih terperinciOleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah yang merupakan sasaran ekspansi dari kerajaan-kerajaan Jawa Kuna. Daerah Bali mulai dikuasai sejak Periode Klasik Muda dimana kerajaan
Lebih terperinciPenataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan
Laporan kemajuan HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)
Lebih terperinciKonsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah
SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 PENELITIAN Konsep Penataan Pura Dalem Desa Adat Negari, Desa Singapadu Tengah sebagai Objek Baru Wisata Sejarah I Made Suarya (1), I Nyoman Widya Paramadhyaksa (2), Ni Ketut
Lebih terperinciVERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 RUMAH DALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.
DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Peninggalan benda-benda purbakala merupakan warisan budaya yang mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi. Dengan demikian peninggalan purbakala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata dunia, salah satu tradisi yang menarik untuk dikupas lebih lanjut adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali merupakan salah satu pulau yang dikenal dengan beragam tradisi yang dimilikinya. Hal tersebut menjadikan Bali memiliki daya tarik tersendiri di mata pariwisata
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah
BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan
Lebih terperinciOleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
EKSISTENSI TRADISI NEKAANG TUMPENG PADA HARI RAYA GALUNGAN DI DESA PAKRAMAN TEMESI KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (PERSPEKTIF PENDIDIKAN SOSIO RELIGIUS) Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma
Lebih terperinciDavid J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,
IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida
Lebih terperinciINTERAKSI KEBUDAYAAN
Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP Kesimpulan
BAB VIII PENUTUP Bab VIII memaparkan pembahasan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, serta implikasi dan saran dalam ranah akademik dan praktis sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian. Pada bagian
Lebih terperinciPenataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan
LAPORAN PELAKSANAAN HIBAH UDAYANA MENGABDI Penataan Lingkungan Pura Muncak Sari Desa Sangketan, Penebel, Tabanan Oleh IR. I WAYAN SUKERAYASA (196411031991031001) IR. I NYOMAN SURATA, MT. (195310301986011001)
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri
Lebih terperinciBali. Pola Tata Ruang Tradisional
Bali Pola Tata Ruang Tradisional Konsep Sanga Mandala Konsep Tri Angga pada lingkungan Konsep Tri Angga pada Rumah Tata Ruang Rumah Tinggal Konsep tata ruang tradisional Pola tata ruang tradisional Bali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta menyalin dan menciptakan karya-karya sastra baru. Lebih-lebih pada zaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan karya sastra di Bali, masyarakat tidak segan-segan dan dan tidak bosan-bosannya membaca, menerjemahkan, menghayati, mengkaji, serta menyalin dan
Lebih terperinciEKSISTENSI PURA AGUNG BATAN BINGIN DESA PAKRAMAN PEJENG KAWAN KECAMATAN TAMPAKSIRING KABPATEN GIANYAR (Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna)
EKSISTENSI PURA AGUNG BATAN BINGIN DESA PAKRAMAN PEJENG KAWAN KECAMATAN TAMPAKSIRING KABPATEN GIANYAR (Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna) Oleh Dewa Ngakan Putu Purnayasa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA
51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS DATA A. Ajaran Agama Hindu tentang Penghormatan kepada Lembu Dalam pandangan agama Hindu binatang lembu merupakan binatang yang dihormati dan diagungkan. Lembu merupakan binatang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu
Lebih terperinciDAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..
Lebih terperinciBAB 4 TINJAUAN DAN PERBANDINGAN ARSITEKTUR PURA MAOSPAIT DENGAN BEBERAPA PURA KUNA LAIN DI BALI
59 BAB 4 TINJAUAN DAN PERBANDINGAN ARSITEKTUR PURA MAOSPAIT DENGAN BEBERAPA PURA KUNA LAIN DI BALI Berdasarkan pengertian pura secara umum yang sebelumnya telah dijelaskan, maka pura dapat dibagi berdasarkan
Lebih terperinciPEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68
PERKAWINAN GAMYA GAMANA ANTARA MASYARAKAT TIONG HOA DENGAN MASYARAKAT BATUR DI SESA BATUR KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Kajian Aksiologi) Oleh Ni Luh Ginanti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
Lebih terperinciPERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015
PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan
Lebih terperinciBHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari
Lebih terperinciUPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
UPACARA WAYONAN DALAM NGEBEKIN DI DESA PAKRAMAN BANYUNING KECAMATAN BULELENG KABUPATEN BULELENG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) I Putu Arta Buana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar phutu.artha@yahoo.com
Lebih terperinciEKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma
Lebih terperinciDESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010
DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS
Lebih terperinciAKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG
1 AKULTURASI HINDU BUDDHA DI PURA GOA GIRI PUTRI DESA PEKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 2007-2014 I Ketut Winata Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Budaya winatasejarah11@yahoo.com
Lebih terperinciPATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)
PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) Oleh I Wayan Agus Gunada Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Ngaben merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pulau Bali selama ini dikenal dengan kebudayaannya yang khas. Beragam tradisi yang mencerminkan adat Bali menarik banyak orang luar untuk melihat lebih dekat keunikan
Lebih terperinciDESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG
DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya
BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya adalah suatu konsep yang secara formal didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan,
Lebih terperinciJURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 19
EKSISTENSI TARI BARIS IDIH-IDIH DI DESA PAKRAMAN PATAS, DESA TARO, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR Oleh Ni Nyoman Muliartini Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Hinduism is the oldest
Lebih terperinciornamen yang disakralkan. Kesakralan ornamen ini berkaitan dengan lubang pintu kori agung yang difungsikan sebagai jalur sirkulasi yang sifatnya sakra
UNDAGI Jurnal Arsitektur Warmadewa, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2016, Hal 48-55 ISSN 2338-0454 TIPOLOGI ORNAMEN KARANG BHOMA PADA KORI AGUNG PURA DI KECAMATAN BLAHBATUH, GIANYAR Oleh: I Kadek Merta Wijaya,
Lebih terperinci