DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

Transkripsi

1 DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2010

2 KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, berkat rahmat-nya, maka deskrip Fragmen Tari Dukuh Siladri dapat diselesaikan sesuai dengan rencana. Tari ini digarap dalam rangka Festival Seni Tradisional Daerah se-mpu di Mataram, NTB tanggal 1 Agustus Dalam mewujudkan tari ini banyak diperoleh bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. I Wayan Rai, S MA selaku Rektor ISI Denpasar, atas seijin dan tugas yang diberikan sehingga garapan ini bisa berjalan dengan lancar 2. Bapak Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, atas kepercayaan yang diberikan untuk menata Fragmen Tari Dukuh Siladri. 3. Para pendukung garapan atas tanggung jawabnya mengikuti latihan-latihan sampai kepada pementasan berlangsung dengan lancar. Semoga skrip karya ini dipersembahkan ada manfaatnya. Denpasar, Agustus 2010 Penata

3 I. PENDAHULUAN Seni pertunjukan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Berbagai pertunjukan berlangsung silih berganti, baik di daerah maupun di kota-kota besar. Pertunjukan yang tumbuh dan berkembang patut dikenang dan diingat sebagai sebuah monumen ritual budaya. Bentuk penghargaan diberikan kepada kreator seni dengan memberikan ruang pentas untuk berkomunikasi lewat budaya. Agar komunikasi budaya tidak mandeg, upaya pelestarian yang meliputi perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan seni, dirasa sangat perlu untuk dilaksanakan secara berkesinambungan, dengan membuka kesempatan secara luas kepada para seniman seluruh Indonesia untuk berkreativitas. 1.1 Latar Belakang Saat ini beberapa jenis kesenian tradisional mengalami persaingan ketat dengan kesenian populer. Hal ini akibat pengaruh media elektronik yang sering menampilkan hiburan-hiburan yang popular serta akibat bergesernya nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Seni tradisional menjadi kehilangan pamor, baik sebagai hiburan, maupun fungsi sosialnya. Untuk mengimbangi kecenderungan generasi muda yang semakin akrab dengan berbagai kesenian popular/masa kini, perlu dilakukan upaya untuk memberikan pemahaman dan apresiasi agar mereka tidak semakin terasing dengan kesenian tradisional yang hidup dan berkembang baik di daerahnya maupun di daerah lainnya. Dalam upaya menanamkan rasa cinta terhadap khasanah budaya tradisional Indonesia di kalangan generasi muda, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi NTB, menyelenggarakan Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU (Mitra Praja Utama) di Mataram, NTB, tanggal 31 Juli 1 Agustus 2010.

4 Kegiatan ini diikuti oleh 5 provinsi yaitu Provinsi Bali, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan 5 provinsi lainnya yaitu Provinsi Lampung, Banten, Jawa Barat, DIY Yogyakarta dan Provinsi Nusa Tenggara Timur tidak dapat mengikuti, karena provinsi bersangkutan sedang melaksanakan event budaya didaerahnya. Festival ini dilaksanakan bersamaan dengan Event Lombok Begendang/ Festival Perkusi Nusantara. Festival Seni Tradisional Daerah ini, dengan keaneka ragamannya diharapkan dapat menjadi peluang bagi kreator seni untuk dapat berkomunikasi lewat budaya dengan mengedepankan nilai-nilai etika dan estetika serta kekhasan daerahnya. Peluang yang baik ini akan menciptakan dan menumbuhkan kekuatan ekonomi bidang pariwisata yang potensial. Dalam upaya ikut melestarikan dan mengembangkan keragaman budaya daerah, maka Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, ikut berperan serta dalam festival tersebut dengan menampilkan Fragmen Tari Dukuh Siladri pada malam festival, di gedung proscenium Taman Budaya Mataram, Nusa Tenggara Barat, tanggal 1 Agustus Tujuan Penggarapan Adapun tujuan dari penggarapan ini adalah: 1. Mengasah sensitifitas dalam menafsirkan sebuah cerita serta meningkatkan kemampuan daya kreativitas di dalam penataan tari, dengan berbagai eksperimen yang dilakukan. 2. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam cerita. 3. Mendorong minat generasi muda untuk mengenal, memahami dan menghargai seni budaya tradisional Indonesia. 4. Menambah wawasan apresiasi terhadap kesenian lintas budaya.

5 II. PROSES GARAPAN Fragmen Tari Dukuh Siladri terwujud melalui suatu proses penggarapan yang cukup panjang. Ada beberapa tahap penggarapan yang ditempuh di dalam mewujudkan tari ini. Tahapan yang ditempuh di dalam penggarapan ini yaitu tahap Eksplorasi, Improvisasi dan Forming. - Tahap Eksplorasi Pada tahap ini dilakukan berbagai aktivitas seperti : mencari materi melalui studi kepustakaan tentang cerita Dukuh Siladri. Setelah mendapat cerita yang memungkinkan untuk digarap, kemudian dicoba menyusun naskah lengkap dengan struktur tari dan suasananya. Naskah yang telah tersusun kemudian diserahkan kepada penata iringan untuk memulai iringannya. Di samping itu pula sudah dipilih para penari yang cocok dan mampu untuk mendukung tari. - Tahap Improvisasi Tahap ini dilakukan percobaan-percobaan dengan mencari rangsangan musik yang dapat menimbulkan suatu gerakan yang sesuai dengan ide cerita yang digunakan. Improvisasi ini tidak terbatas pada gerak-gerak tari saja, namun juga disesuaikan dengan beberapa adengan penari yang memakai property Barong Macan, Jempana (kursi singgasana), Barong Ket dan Rangda. - Tahap Forming Setelah ragam gerak dan iringan terpilih maka barulah gerakangerakan itu dirangkai dan kemudian diterapkan kepada para pendukung. Penuangan materi gerak dilakukan bagian demi bagian. Selama proses pembentukan ini berlangsung selalu terjadi hubungan saling mempengaruhi antara penari, penabuh dan penata tari sehingga terwujudlah bentuk akhir

6 garapan Fragmen Tari Dukuh Siladri yang dipentaskan pada tanggal 1 Agustus 2010 di Taman Budaya Mataram, NTB. III. IDE GARAPAN Dukuh Siladri adalah merupakan cerita rakyat Bali yang penuh dengan unsur-unsur mistik, bertemakan Rwa Bhineda yaitu adanya dua kekuatan yakni kekuatan kebajikan (Dharma) dan kekuatan kejahatan (Adharma). Kekuatan dharma digambarkan oleh tokoh Dukuh Siladri, dan kekuatan adharma digambarkan oleh tokoh Dayu Datu. Dalam cerita ini, kekuatan dharma selalu mampu mengalahkan kekuatan adharma. Ide garapan ini ingin menyampaikan pesan agar setiap orang selalu berbuat kebaikan/dharma. Tari ini didukung oleh 10 orang penari laki dan 6 orang penari wanita, diiringi dengan gamelan Gong Kebyar. Ringkasan Cerita Dikisahkan di Gunung Kawi, Dukuh Siladri hidup dengan anaknya yang bernama Ni Kusuma Sari. Karena hidup di lereng gunung, mereka terbiasa bergaul dengan binatang, bahkan dengan binatang buas sekalipun seperti; macan, singa dan lain-lainnya. Dilain tempat (Karang Buncing), I Wayan Buyar, anak dari I Gede Kedampal, mengetahui keberadaan Ni Kusuma Sari, dan berniat untuk melamarnya. I Wayan Buyar bersama anak buahnya dengan membawa perhiasan mas, perak, manik, berangkat menuju Gunung Kawi. Sesampainya di Gunung Kawi, ternyata Ni Kusuma Sari menolak pinangan itu, karena ia talah memiliki calon suami bernama I Mudita yang telah disetujui oleh Dukuh Siladri.

7 Karena kekecewaan yang teramat sangat, I Wayan Buyar membawa paksa dan melarikan Ni Kusuma Sari. Seekor macan yang menjadi sahabat Dukuh Siladri segera mengejar I Wayan Buyar dan berhasil menyelamatkan Kusuma Sari. I Wayan Buyar lari tunggang langgang dan meminta bantuan pada Dayu Datu yang menekuni black magic di Bukit Mumbul. Dayu Datu adalah guru dari I Gede Kedampal, ayah dari I Wayan Buyar. Dengan para muridnya yang mempelajari ilmu hitam lalu berangkat menuju Gunung Kawi. Di Gunung Kawi, Dayu Datu disambut oleh Dukuh Siladri. Terjadilah perang yang dahsyat. Masing-masing saling mengeluarkan ilmu handalannya. Pada akhirnya Dayu Datu dapat dikalahkan. ADEGAN : Bagian I Dikisahkan di Bukit Mumbul, Dayu Datu sedang mengajari ilmu hitam pada murid-muridnya: - Sisya/murid ngelembar. - Dayu Datu ngelembar. - Mempraktekkan ilmu hitam. Bagian II Menggambarkan keasrian di Gunung Kawi: - I Mudita dan Ni Kusuma Sari sedang berkasi-kasihan (roman). - I Wayan Buyar datang dan merebut Ni Kusuma Sari. - Barong macan ngelembar, dan mengejar I Wayan Buyar. - I Wayan Buyar lari ketakutan dan minta bantuan pada Dayu Datu.

8 Bagian III Melukiskan Dayu Datu bersedia membantu keinginan I Wayan Buyar: - Dayu Datu diiringi oleh murid-muridnya berangkat ke Gunung Kawi. - Terjadi perang antara Dukuh Siladri dengan Dayu Datu. - Dayu Datu menjadi Rangda dan Dukuh Siladri menjadi Barong. - Dayu Datu dapat dikalahkan dan memohon ampun pada Dukuh Siladri.

9 IV. ADEGAN POLA LANTAI, DAN SUASANA

10

11

12

13

14