BAB II TINJAUAN TEORI. diseluruh bagian tubuh yang secara kwantitatif dapat di ukur atau suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI. diseluruh bagian tubuh yang secara kwantitatif dapat di ukur atau suatu"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pertumbuhan dan perkembangan 1. Definisi Pertumbuhan merupakan bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian tubuh yang secara kwantitatif dapat di ukur atau suatu peningkatan dalam berat atau ukuran dari seluruh/sebagian dari organisme (Sacharin, 1996). Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar atau peningkatan kemahiran dalam penggunaan tubuh (Sacharin, 1996). 2. Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan Menurut Moersintowarti (2002) tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, antara lain: a. Masa pranatal atau masa intra uterin (masa janin dalam kandungan). Masa ini dibagi menjadi 2 periode, antara lain: 1) Masa embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu. 2) Masa fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini terdiri dari dua periode: a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan trimester kedua kehidupan intra uterin, terjadi percepatan 10

2 11 pertumbuhan, pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi. b) Masa fetus lanjut, pada trimester akhir pertumbuhan berlangsung pesat dan adanya perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa ini terjadi transfer imunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta. b. Masa postnatal atau masa setelah lahir. Masa ini terdiri dari lima periode, antara lain: 1) Masa neonatal (0-28 hari) Terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi organ-organ tubuh lainnya. 2) Masa bayi, dibagi menjadi dua: a) Masa bayi dini (1-12 bulan), pertumbuhan yang sangat pesat dan proses pematangan berlangsung secara kontiyu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. b) Masa bayi akhir (1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam perkembangan motorik dan fungsi ekskresi. 3) Masa prasekolah (2-6 tahun) Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.

3 12 4) Masa sekolah atau masa prapubertas (wanita: 6-10 tahun, laki-laki: 8-12 tahun). Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. 5) Masa adolesensi (masa remaja), (wanita: tahun, laki-laki: tahun). Anak wanita 2 tahun lebih cepat memasuki masa adolesensi dibanding anak laki-laki. Masa ini merupakan transisi dari periode anak ke dewasa. Pada masa ini terjadi percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang disebut Adolescent Growth Spurt. Pada masa ini juga terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder. 3. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan a. Ciri-ciri pertumbuhan, antara lain: 1) Perubahan ukuran Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain. 2) Perubahan proporsi Selain bertambahnya ukuran-ukuran, tubuh juga memperlihatkan perubahan proporsi. Tubuh anak memperlihatkan

4 13 perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang dewasa. Pada bayi baru lahir titik pusat terdapat kurang lebih setinggi umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi tubuh mulai usia kehamilan 2 bulan sampai dewasa. 3) Hilangnya ciri-ciri lama Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks primitif. 4) Timbulnya ciri-ciri baru Timbulnya ciri-ciri baru ini adalah akibat pematangan fungsifungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain-lain. b. Ciri-ciri perkembangan, antara lain: 1) Perkembangan melibatkan perubahan Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Perkembangan sistem reproduksi misalnya, disertai dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciriciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan

5 14 suatu organ tubuh tertentu. 2) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. 3) Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal. Pola ini disebut pola sefalokaudal. b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang di daerah distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan dalam gerakan halus. Pola ini disebut proksimodistal. 4) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, berdiri sebelum

6 15 berjalan, dan lain-lain. 5) Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kaki dan tangan berkembang pesat pada awal masa remaja, sedangkan bagian tubuh yang lain mungkin berkembang pesat pada masa lainnya. 6) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Soetjiningsih (1995) dan Suryanah (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain: a. Faktor genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Anak dapat mewarisi sifat tertentu. b. Faktor lingkungan Merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan. Faktor lingkungan dibagi menjadi 2: 1) Faktor pranatal Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di

7 16 dalam kandungan. Misalnya: gizi ibu pada waktu hamil, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, dan stres. 2) Faktor post-natal Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir. Secara umum dapat digolongkan menjadi: a) Lingkungan biologis, antara lain: Ras/suku bangsa, Jenis kelamin, umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme dan hormon. b) Faktor fisik, antara lain: cuaca/musim, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi. c) Faktor psikososial, antara lain: stimulasi, motivasi belajar, kelompok sebaya, kasih sayang dan kualitas interaksi anakorang tua. d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaaan, pendidikan, jumlah saudara, adat istiadat, norma dan agama. B. Perkembangan Motorik Halus 1. Pengertian perkembangan motorik Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terorganisasi. Perkembangan motorik ada 2, yaitu: a. Perkembangan gerakan motorik kasar Merupakan aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan

8 17 sikap tubuh dan biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Contohnya: menegakkan kepala, tengkurap, merangkak, berjalan, dsb. b. Perkembangan gerakan motorik halus Merupakan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cepat. Contohnya: memegang benda kecil dengan jari telunjuk dan ibu jari, memasukkan benda ke dalam botol, dll. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan seorang anak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak dan memusatkan perhatian. Semakin muda anak, semakin lama waktu yang dibutukkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan perkembangan motorik halus. 1) Beda anak beda pencapaiannya Kecerdasan motorik halus anak berbeda-beda. Dalam hal kekuatan maupun ketepatannya. Anak perempuan cenderung lebih dini dalam kecerdasan motorik halus, terutama soal kecekatannya, sedangkan anak laki-laki lebih unggul dalam melangkah, melempar bola, menaiki atau menuruni tangga. Menurut Mollie dan Russell Smart, perbedaan ini juga dipengaruhi oleh pembawaan anak dan stimulasi yang

9 18 didapatkannya. Lingkungan (orang tua) mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam kecerdasan motorik halus anak. 2) Pencapaian kemampuan Setiap anak mampu mencapai tahap perkembangan motorik halus yang optimal asal mendapatkan stimulasi tepat. Disetiap fase, anak membutuhkan rangsangan untuk mengembangkan kemampuan mental dan motorik halusnya. Semakin banyak yang dilihat dan didengar anak, semakin banyak yang ingin diketahuinya. Untuk meningkatkan perkembangan motorik halus, yang perlu dilakukan orang tua antara lain: a) Bersabar Apa yang mudah bagi kita, tidak demikian untuk sikecil b) Ajari anak menyelesaikan kegiatan belajarnya. c) Berikan anak kesempatan memilih belajar apa yang disukainnya. 2. Hal-hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik Menurut Hurlock (1991) keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja, melainkan keterampilan itu harus dipelajari. Hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik, yaitu: a. Kesiapan belajar Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama

10 19 oleh orang yang sudah siap. b. Kesempatan Belajar Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar. c. Kesempatan Berpraktek Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. d. Model yang baik Karena dalam mempelajari keterampilan motorik, meniru suatu model memainkan peran yang penting. e. Bimbingan Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. f. Motivasi Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. g. Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu Tidak ada hal-hal yang sifatnya umum perihal keterampilan tangan dan keterampilan kaki melainkan, setiap jenis keterampilan mempunyai perbedaan tertentu, sehingga keterampilan harus dipelajari secara individu.

11 20 h. Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu Dengan mencoba mempelajari berbagai macam keterampilan motorik secara serempak, khususnya apabila menggunakan kumpulan otot yang sama, akan membingungkan anak dan akan menghasilkan keterampilan yang jelek serta merupakan pemborosan waktu dan tenaga. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik Menurut Hurlock (1991) dan Moersintowarti (2002) ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik anak, diantaranya: a. Sifat dasar genetik Bentuk tubuh dan kecerdasan mempunyai pengaruh yang menonjol terhadap laju perkembangan motorik. b. Lingkungan Dalam awal kehidupan pasca lahir tidak ada hambatan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak. c. Status gizi ibu Kondisi pra lahir yang menyenangkan, khususnya gizi makanan sang ibu, lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pasca lahir. d. Kelahiran yang sukar Kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakan pada

12 21 otak akan memperlambat perkembangan motorik. e. Urutan kelahiran Dalam keluarga yang sama, perkembangan motorik anak yang pertama cenderung lebih baik dibanding anak yang lahir kemudian. Hal ini karena orang tua dapat menyisihkan waktunya yang lebih banyak untuk mengajar dan mendorong anak yang lahir pertama dalam belajar dibanding untuk anak yang lahir kemudian. f. Cacat fisik Cacat fisik, seperti kebutaan akan memperlambat perkembangan motorik anak. g. Kecerdasan Anak dengan kecerdasan yang tinggi menunjukkan perkembangan yang lebih cepat dibandingkan anak yang tingkat kecerdasannya rendah. h. Dorongan Adanya dorongan, rangsangan dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik. Disini orang tua khususnya ibu sebagai guru yang pertama bagi anak untuk membantu kemampuan motorik anak. Pendapat ini didukung oleh Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang tidak mendapat stimulasi.

13 22 i. Stimulasi Stimulasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler dapat berupa aktivitas bermain, dimana anak diberikan mainan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi diperlukan koordinasi yang cepat. Misalnya: memasukkan benda ke dalam botol, mengambil manik-manik, menggoyangkan ibu jari, menyusun kubus dan lain-lain. Disini orang tua khususnya ibu sebagai guru yang pertama bagi anak untuk membantu kemampuan motorik anak. Pendapat ini didukung oleh Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau yang tidak mendapat stimulasi. j. Keadaan sosial ekonomi Anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar perkembangan motorik, dibanding anak dari keluarga yang kurang mampu, hal ini dikarenakan anak dari keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan dan bimbingan dari anggota keluarga yang lain. Keluarga dengan ekonomi yang rendah cenderung lebih memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari sehingga perkembangan motorik anak kurang diperhatikan. k. Jenis kelamin Anak perempuan lebih cepat belajar motorik halus dibanding

14 23 anak laki-laki, karena anak laki-laki lebih senang bermain yang lebih kasar. l. Metode pelatihan anak Orang tua perlu melatih keterampilan motorik anak setiap ada waktu dan kesempatan. Dengan metode pelatihan tersebut akan meningkatkan perkembangan motorik anak. 4. Cara yang digunakan anak untuk mempelajari suatu keterampilan motorik. Menurut Hurlock (1991) cara yang digunakan anak untuk mempelajari suatu keterampilan motorik penting untuk memperoleh kualitas keterampilan yang dipelajari. Cara untuk mempelajari keterampilan motorik, antara lain: a. Belajar coba dengan galat Tidak adanya bimbingan dan model untuk ditiru, menyebabkan anak melakukan tindakan yang berbeda secara acak. b. Meniru Belajar dengan meniru atau mengamati suatu model (orang tua atau anak tertua) lebih cepat ketimbang belajar dengan coba dan ralat, tetapi dibatasi oleh kesalahan yang terdapat dalam model tersebut. c. Pelatihan Belajar dengan bimbingan atau supervisi, pada waktu model memperlihatkan keterampilan dan memperhatikan bahwa anak menirunya dengan tepat sangat penting dalam tahap awal belajar.

15 24 5. Alat untuk mengukur perkembangan Denver II adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak, yang dibuat oleh Fran Kenburg & J. B Dodds untuk mengetahui perkembangan motorik anak pada saat pemeriksaan saja dan dapat memperkirakan perkembangan anak dimasa yang akan datang, bukan merupakan tes diagnostik atau tes Intelegensi, tetapi memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini dinilai lebih mudah dibanding tes perkembangan yang lain dan dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Tes ini dapat dilakukan kapan saja dengan menggunakan alat sederhana. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata Denver II secara efektif dapat mengidentifikasikan antara % bayi dan anak pra sekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan dan pada follow up selanjutnya ternyata dari 89 % kelompok Denver II mengalami kegagalan sekolah 5-6 tahun kemudian. a. Tujuan 1) Menafsirkan perkembangan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar pada anak mulai usia 1 bulan sampai 6 tahun. 2) Mengetahui penyimpangan perkembangan secara dini, sehingga upaya stimulasi dan upaya pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis tumbuh kembang.

16 25 b. Kegunaan Denver II 1) Untuk menilai perkembangan anak sesuai usia. 2) Memantau anak yang tampak tidak sehat umur dari lahir sampai dengan 6 tahun. 3) Menjaring anak tanpa gejala terhadap kemungkinan adanya kelainan perkembangan. 4) Memastikan apakah anak dengan persangkaan ada kelainan. Apakah benar-benar ada kelainan. 5) Memonitor anak dengan resiko perkembangan. c. Prinsip dalam melakukan pemeriksaan Denver II 1) Bertahap dan berkelanjutan. 2) Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak. 3) Buat suasana menjadi menyenangkan bagi anak. 4) Dilakukan dengan wajar (tanpa paksaan atau hukuman jika anak tidak mau melakukan) beri anak pujian jika berhasil. 5) Menggunakan alat bantu yang sederhana, tidak berbahaya dan mudah didapat dalam memberi stimulasi pada anak. 6) Sebelum dilakukan tes, alat diletakkan diatas meja dengan tujuan anak senang dan pada saat tes hanya alat yang diperlukan. 7) Pemeriksa menanyakan pada ibu atau pengasuh pada item yang bertanda L. 8) Perhatikan apa yang telah dilakukan anak secara spontan dan beri penilaian.

17 26 d. Hal-hal yang perlu diperhatikan Anak yang ada dalam kondisi dipertanyakan, abnormal atau menolak kemampuan tes yang diberikan.perlu tes kemampuan ulang satu sampai dua minggu kemudian dan berikan kesempatan kepada anak selama tiga kali untuk melakukan tes kemampuan yang diberikan. Lakukan dari sektor yang kurang aktif terlebih dahulu: personal sosial, motorik, halus, bahasa dan motorik kasar. Dimulai dari yang mudah dilakukan, jika anak kurang tepat melakukan beri stimulus dan lakukan tes ulang. Tes menggunakan alat yang sama dilakukan secara berurutan. Tes dilakukan untuk setiap sektor dan mulailah dari sebelah kiri garis umur terus ke kanan. e. Persiapan alat 1) Alat peraga, benang wol, manik-manik, kubus berwarna: merah, hijau, biru, kuning, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil. 2) Lembar formulir Denver II. 3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan dan cara-cara penilaianya. f. Petunjuk pelaksanaan 1) Tarik garis sesuai umur kronologis untuk memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir Denver II. 2) Tes kemampuan anak terutama yang mendekati garis umur. 3) Dilakukan secara kontinyu.

18 27 4) Satu formulir dapat dipakai beberapa kali pada satu anak. 5) Didampingi ibu atau pengasuh. 6) Dalam keadaan santai. 7) Memberikan posisi yang aman dan nyaman untuk anak. 8) Menjelaskan tentang Denver II pada ibu atau pengasuh. 9) Menggunakan test form dalam menentukan tingkat perkembangan sesuai batas usia. 25% 50% 75% 90% a) Menunjukkan standar anak normal bisa melakukan tugas/test item ini sesuai dengan usia. b) Ada beberapa item bertanda L, menunjukkan bahwa kita bisa memperoleh skor dari orang tua. c) Nomor kecil disebelah kiri, bisa melihat petunjuk pelaksanaan pada halaman dibaliknya. 10) Berikan huruf seperti dibawah ini tiap kotak tes perkembangan yang diberikan. a) P (Passed) = Lulus Apabila anak dapat melakukan semua kemampuan tes yang diberikan dengan baik. Atau Ibu/pengasuh memberi laporan L, tepat atau dapat dipercaya bahwa anak dapat

19 28 melakukan. b) F (Fail) = Gagal Apabila anak gagal atau tidak dapat melakukan tes kemampuan yang diberikan. Atau Ibu/pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan dengan baik. c) No (No opportunity) = Tidak ada kesempatan Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan tes karena ada hambatan. d) R (Refusal) = Menolak Anak menolak untuk melakukan tes. e) B (By report) = Dengan bantuan orang tua Anak melakukan tes dengan bantuan dari orang tua. Apabila anak dapat melakukannya, berarti lulus (P) sedangkan apabila anak tidak dapat melakukannya, berarti gagal (F). Kode penilaian : O = F (Fail/gagal) M = R (Refusal/menolak) V = P (Pass/lewat) Setelah itu dihitung masing-masing sektor, berapa jumlah P, berapa jumlah F dsb. Berdasarkan pedoman hail tes diklasifikasikan dalam normal, abnormal, meragukan dan dapat dites.

20 29 g. Interpretasi hasil tes 1) Normal a) Lulus semua tes kemampuan yang diberikan atau tidak terdapat keterlambatan/delay. b) Paling banyak satu caution/peringatan. c) Dapat dilakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol kesehatan berikutnya. 2) Suspect a) Apabila pada satu sektor didapatkan 2 atau lebih caution atau 1 delay atau lebih. b) Dapat dilakukan uji ulangan dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat (rasa takut, keadaan sakit, kelelahan). 3) Unstable/Tidak dapat diuji. a) Apabila ada sektor menolak 1 atau lebih item sebelah kiri garis umur. b) Menolak lebih dari 1 item pada area 75%-90% (warna kelabu) ( Soetjiningsih, 1995). h. Jenis-jenis permainan Pada umur 1 tahun permainan yang diberikan, antara lain: 1) Menaruh kubus dicangkir 2) Mengambil 2 kubus

21 30 Pada umur 2 tahun permainan yang diberikan, antara lain: 1) Mencoret-coret 2) Ambil manic-manik ditunjukkan 3) Menara dari 2 kubus 4) Menara dari 4 kubus 5) Menara dari 6 kubus Pada umur 3 tahun permainan yang diberikan, antara lain: 1) Mencoret-coret 2) Ambil manic-manik ditunjukkan 3) Menara dari 2 kubus 4) Menara dari 4 kubus 5) Menara dari 6 kubus 6) Meniru garis vertikal 7) Menara dari 8 kubus 8) Menggoyangkan ibu jari C. Anak Usia Toddler (1-3 tahun) 1. Batasan anak usia toddler (1-3 tahun). Anak usia toddler (1-3 tahun) merujuk konsep periode kritis dan plastisitas yang tinggi dalam proses tumbuh kembang, maka usia nol sampai tiga tahun sering disebut sebagai golden period (kesempatan emas) untuk meningkatkan kemampuan setinggi-tingginya dimasa mendatang. Karakteristik periode kritis dan plastisitas yang tinggi adalah

22 31 pertumbuhan sel otak cepat, dalam waktu yang singkat, peka terhadap stimulasi dan pengalaman, fleksibel mengambil alih fungsi sel disekitarnya dengan membentuk sinaps-sinaps serta sangat mempengaruhi periode tumbuh kembang selanjutnya. Maka anak pada periode ini harus mendapat perhatian yang serius dalam arti tidak hanya mendapatkan nutrisi yang memadai saja tetapi memperhatikan juga intervensi stimulasi dini untuk membantu anak meningkatkan potensi dengan memperoleh pengalaman yang sesuai tuntutan perkembangannya (Hartanto, 2006). Panduan dan tuntunan orang tua sangat dibutuhkan saat ia menghadapi pengalaman baru sehubungan dengan begitu besar rasa ingin tahunya serta ia ingin mengartikulasikan keinginan, kebutuhan, dan perasaanya. Perubahan fisik dan dunia luar mempengaruhi tumbuh kembang mentalnya (Seri Ayahbunda, 2001). Pada masa ini, anak bersifat egosentris, yaitu mempunyai sifat kekakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang disukainya dianggap sebagai miliknya (Nursalam, 2005). Ciri-ciri anak usia toddler (1-3 tahun), antara lain : a. Jasmani Anak usia toddler (1-3 tahun) berada dalam tahap pertumbuhan jasmani yang pesat. Oleh karena itu mereka sangat lincah. Sediakanlah ruangan yang cukup luas dan banyak kegiatan berguna sebagai penyalur tenaga anak.

23 32 b. Mental Pada anak usia ini mempunyai jangka perhatian yang singkat, suka meniru oleh karena itu jika ada kesempatan, gunakanlah perhatian mereka dengan sebaik-baiknya. c. Emosional Anak mudah merasa gembira dan mudah merasa tersinggung, kadang-kadang mereka suka melawan dan sulit diatur. Kembangkanlah kasih sayang dan disiplin serta perlihatkan kepadanya bahwa ia adalah penting bagi anda dengan sering memujinya. d. Sosial Anak toddler agak anti sosial. Wajar bagi mereka untuk merasa senang bermain sendiri dari pada bermain secara berkelompok. Berilah kesempatan untuk bermain sendiri, tetapi juga tawarkan kegiatan yang mendorongnya untuk berpartisipasi dengan anak-anak lain. Menurut Nursalam (2005) masa anak usia toddler (1-3 tahun) dibagi menjadi tiga fase, yaitu: a. Fase otonomi vs ragu-ragu/malu Menurut teori Erikson, hal ini terlihat dengan berkembangnya kemampuan anak, yaitu dengan belajar untuk makan atau berpakaian sendiri. Apabila orang tua tidak mendukung upaya anak untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu/rasa ragu

24 33 akan kemampuannya. Misalnya, orang tua yang selalu memanjakan anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. b. Fase anal Menurut teori Sigmund Freud, pada fase ini sudah waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau toilet training (buang air besar pada tempatnya). Anak juga dapat menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata, dan mengulang kata-kata baru. c. Fase pra operasional Pada fase ini, anak perlu dibimbing dengan akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas, sehingga anak tidak mengalami kebingungan. Jika orang tua mengenal kebutuhan anak, maka anak akan berkembang perasaan otonominya sehingga anak dapat mengendalikan otot-otot dan rangsangan lingkungan. D. Pengelolaan Aktivitas Bermain 1. Pengertian Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan (proses melakukan kegiatan tertentu) dengan menggerakkan tenaga orang lain. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial (Soetjiningsih, 1995). Bermain adalah tindakan atau kesibukan suka rela yang dilakukan

25 34 dalam batas-batas, tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan yang mengikat, tetapi diakui secara suka rela dengan tujuan yang ada dalam dirinya sendiri, disertai dengan perasaan tegang dan senang serta dengan pengertian bahwa bermain merupakan suatu yang lain dari kehidupan biasa (Suherman, 2000). Pengelolaan aktivitas bermain merupakan proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan bermain anak, yang penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial yang dilakukan dalam batas-batas, tempat dan waktu, berdasarkan aturan-aturan dan tujuan. Suherman (2000) mengemukakan bahwa teori permainan terdiri dari enam teori, yaitu: 1) Teori rekreasi Dikemukakan oleh Schaller pada tahun 1841 dan Lazarus pada tahun Permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran atau untuk beristirahat. 2) Teori kelebihan tenaga Teori ini disebut juga teori Pelepasan atau pemunggahan. Dikemukakan oleh Harbert Spancer seorang ahli dari Inggris. Teori ini mengatakan bahwa kegiatan bermain pada anak karena adanya kelebihan tenaga pada diri anak. Tenaga atau energi yang memupuk pada diri anak perlu digunakan atau dilepaskan dalam bentuk kegiatan bermain. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan pada

26 35 diri anak. 3) Teori atavistis Ditemukan oleh Stanley Hall seorang psikolog dari Amerika. Bahwa di dalam permainan akan timbul bentuk-bentuk perilaku sebagaimana bentuk kehidupan yang pernah dialami oleh nenek moyang. Contoh: permainan berburu, menangkap dan membunuh binatang, bemain kelerang pada anak pada zaman yunani kuno hampir sama dengan bermain kelereng pada anak masa kini. 4) Teori biologis Ditemukan oleh Karl Gross (Jerman), yang dikembangkan oleh Dr.Maria Montessori (Italia). Bahwa permainan mempunyai tugastugas biologis untuk melatih bermacam-macam fungsi jasmani dan rohani. 5) Teori psikologi dalam Dikemukakan oleh Sigmud Freud dan Adler. Menurut Sigmud, Permainan adalah pernyataan napsu-napsu yang terdapat di daerah bawah sadar dan sumbernya berasal dari dorongan napsu seksual. Dalam bermain ada 2 faktor yang penting yaitu fantasi dan kebebasan. Sedangkan menurut Adler permainan merupakan usaha untuk menutup-nutupi perasaan harga diri yang kurang. 6) Teori fenomenologi Dikemukakan oleh Prof. Kohnstamin (Belanda). Permainan

27 36 merupakan suatu fenomena atau gejala yang nyata, yang mengandung unsur suasana permainan. Maksudnya bahwa dorongan bermain merupakan dorongan untuk menghayati suasana bermain itu sendiri, tidak khusus tujuan untuk mencapai prestasi-prestasi tertentu. 2. Pengaruh bermain bagi perkembangan anak Hurlock (1991) mengemukakan pengaruh bermain bagi perkembangan anak adalah: a. Perkembangan fisik Bermain aktif penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. b. Dorongan berkomunikasi Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang dikomunikasikan anak lain. c. Penyaluran bagi energi emosional yang terpendam Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka. d. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain.

28 37 e. Sumber belajar Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal, melalui buku, televisi, atau menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau sekolah. f. Rangsangan bagi kreativitas Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak menemukan bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan minat kreatifnya kesituasi di luar dunia bermain. g. Perkembangan wawasan diri Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan temannya bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih pasti dan nyata. h. Belajar bermasyarakat Dengan bermain bersama anak lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan tersebut. i. Standar moral Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan buruk oleh kelompok, tidak ada pemaksaan standar moral paling teguh selain dalam kelompok bermain. j. Belajar bermain sesuai dengan peran jenis kelamin Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis

29 38 kelamin yang disetujui. Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin menjadi anggota kelompok bermain. k. Perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja sama, murah hati dan sportif. 3. Klasifikasi pengelolaan aktivitas bermain Menurut (Wong, 1998) Klasifikasi pengelolaan aktivitas bermain berdasarkan isi dan karakter sosial, yaitu: a. Bermain berdasarkan isi permainan 1) Social affective play (permainan yang membuat anak belajar berhubungan sosial dengan orang lain). 2) Sense pleasure play (permainan yang berhubungan kesenangan pada anak). 3) Skill play (Permainan yang bersifat membina keterampilan anak). 4) Unocupied behavior (permainan yang hanya memperhatikan saja). b. Berdasarkan karakteristik sosial 1) Onlooker play (permainan dengan mengamati teman-temannya bermain). 2) Solitary play (permainan yang dimainkan sendiri). 3) Parallel play (permainan bersama teman tanpa interaksi). Anak tampak ingin berteman, tetapi sosialnya belum adekuat sehingga

30 39 mereka tidak membentuk kelompok. 4) Assosiative play (permainan dengan bermain bersama temannya dan masing-masing anak bermain sesuai keinginannya, tetapi tidak ada tujuan kelompok). 5) Cooperative play (permainan dengan bermain bersama yang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan juga memperoleh tujuan kompetisi). 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan aktivitas bermain Menurut Soetjiningsih (1995) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan aktivitas bermain, antara lain: a. Ekstra energi Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit, kecil keinginannya untuk bermain. b. Waktu Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain. c. Alat Permainan Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya. d. Ruangan untuk bermain Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan di ruang tidurnya.

31 40 e. Pengetahuan cara bermain Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya. f. Teman bermain Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia memerlukan, baik itu saudaranya, orang tua atau temannya. Bila kegiatan dilakukan bersama orang tuanya, maka hubungan orang tua dan anak menjadi akrab, ibu/ayah akan segera mengetahui setiap kelainan yang terjadi pada anak mereka secara dini. 5. Tahapan perkembangan bermain Hurlock (1991) mengemukakan tahapan perkembangan bermain, yaitu: a. Tahap eksporasi Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. b. Tahap permainan Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada usia 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainanya. Antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat

32 41 bergerak, berbicara, dan merasakan. c. Tahap bermain Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian. Selain itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olah raga dan bentuk permainan matang lainnya. d. Tahap melamun Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilangan minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. 6. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak Menurut Hurlock (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi permainan anak, yaitu: a. Kesehatan Semakin sehat anak semakin banyak energinya untuk bermain aktif, seperti permainan dan olah raga. Anak yang kekurangan tenaga lebih menyukai hiburan. b. Perkembangan motorik Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. c. Intelegensi Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif dan permainan mereka

33 42 lebih menunjukkan kecerdikan. Dengan bertambahnya usia, mereka lebih menunjukkan perhatian dalam permainan kecerdasan dramatik, konstruksi, dan membaca, termasuk upaya menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata. d. Jenis kelamin Anak laki-laki bermain lebih kasar ketimbang anak perempuan dan lebih menyukai permainan dan olah raga ketimbang berbagai jenis permainan lain. e. Lingkungan Anak dari lingkungan yang buruk kurang bermain ketimbang anak lainnya karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan dan ruang. f. Status sosial ekonomi Anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih menyukai kegiatan yang mahal, sedangkan mereka dari kalangan bawah terlihat dalam kegiatan yang tidak mahal. g. Jumlah waktu bebas Jumlah waktu bermain terutama bergantung pada status ekonomi keluarga. h. Peralatan bermain Peralatan bermain yang dimiliki anak mempengaruhi permainannya. Soetjiningsih (1995) menemukan kesalahan-kesalahan di dalam memilih alat permainan, diantaranya:

34 43 1) Orang tua memberikan sekaligus banyak macam alat permainan 2) Banyak orang tua membeli alat permainan yang mereka pikir indah dan menarik. Tetapi mereka tidak berpikir apa yang akan dikerjakan anak terhadap alat permainan tersebut. 3) Banyak orang tua membayar terlalu mahal untuk alat permainan. 4) Alat permainan tidak sesuai dengan umur anak. 5) Memberikan terlalu banyak alat permainan dengan tipe yang sama. 6) Banyak orang tua yang tidak meneliti keamanan dari alat permainan yang dibelinya. 7) Alat permainan yang terlalu lengkap/sempurna, sehingga sedikit peluang bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan konstruksi. Alat permainan edukatif (APE) merupakan alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya. Diungkapkan oleh Soetjiningsih (1995) APE yang memenuhi syarat, yaitu: a) Aman Alat permainan dibawah usia 2 tahun, tidak boleh terlalu kecil, catnya tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian yang tajam, dan tidak ada bagian yang mudah pecah. b) Ukuran dan berat Bila ukurannya terlalu besar akan sukar dijangkau anak,

35 44 sebaliknya kalau terlalu kecil akan berbahaya karena dapat mudah tertelan oleh anak. c) Disainnya harus jelas APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan, dan warna tertentu, serta jelas maksud dan tujuan. d) APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, seperti motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi. e) Harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit sehingga membuat anak frustasi. f) Walaupun sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. g) APE harus tidak mudah rusak. E. Hubungan antara pengelolaan aktivitas bermain dengan perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun). Pengelolaan aktivitas bermain merupakan salah satu cara untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada usia 3 tahun pertama, otak manusia akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, yaitu mencapai % (Jindrich, 2005). Oleh karena itu otak manusia perlu dirangsang sebanyak mungkin dan harus dimulai sejak dini. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, makin maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Bila tidak ada rangsangan, jaringan otak akan mengecil

36 45 akibat menurunnya fungsi otak (Soetjiningsih, 1995). Stimulasi dini adalah rangsangan yang dilakukan sejak dini untuk merangsang semua sistem indera, gerakan, komunikasi, emosi dan pikiran. Rangsangan sejak lahir, terus-menerus dan bervariasi akan memacu berbagai aspek kecerdasan anak, logika-matematikal, emosi, komunikasi linguistik (bahasa), kecerdasan musikal, kinestetik (gerak), visio-spasial. Stimulasi juga harus disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, dan dilakukan terus-menerus oleh keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu) dalam pola asuh yang demokratik, penuh kasih sayang dan dalam suasana bermain (Sukirman, 2000). Hal ini dikuatkan oleh Soetjiningsih (1995) yang menyatakan bahwa anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi yang dapat diberikan dapat berupa bermain. Pengelolaan aktivitas bermain sangat penting untuk meningkatkan perkembangan anak, misalnya orang tua perlu mengawasi anaknya dalam bermain baik bermain sendiri maupun bermain bersama temannya, pemberian permainan yang bervariasi sehingga anak tidak bosan, memberikan bimbingan pada anak saat bermain, dll. Munculnya seseorang di hadapan anak misalnya ibunya, maka akan memberikan gairah kenikmatan dan kesenangan sehingga anak akan berinisiatif untuk melakukan permainan dengan ibu tersebut agar diperoleh sesuatu yang menyenangkan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus pada anak, misalnya bermain memegang benda

37 46 kecil dengan jari telunjuk dan ibu jari, memasukkan benda ke dalam botol, bermain menyusun balok, dll. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila orang tua mengawasi dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya (Soetjiningsih, 1995). F. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi laju perkembangan motorik anak: a. Sifat dasar genetik b. Lingkungan c. Status gizi ibu d. Kelahiran yang sukar e. Urutan kelahiran f. Cacat fisik g. Kecerdasan h. Dorongan i. Stimulasi (pengelolaan aktivitas bermain) j. Keadaan sosial ekonomi k. Jenis kelamin l. Metode pelatihan anak Perkembangan motorik anak Sumber: Modifikasi dari Hurlock (1991) & Moersintowarti (2002). G. Kerangka Konsep Skema 2.1. Kerangka Teori Variabel Independent Pengelolaan aktivitas bermain Variabel Dependent Perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun) Skema 2.2. Kerangka Konsep

38 47 H. Variabel Penelitian Variabel variabel yang diteliti antara lain: 1. Variabel Independent (bebas) Merupakan suatu variabel yang menjadi sebab atau timbulnya variabel dependent/terikat, atau variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Hidayat, 2003). Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengelolaan aktivitas bermain. 2. Variabel Dependent (terikat) Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat variabel independent/bebas (Hidayat, 2003). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus pada anak usia toddler (1-3 tahun). I. Hipotesa Ho: Ada hubungan antara pengelolaan aktivitas bermain dengan perkembangan motorik halus pada usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Ha: Tidak ada hubungan antara pengelolaan aktivitas bermain dengan perkembangan motorik halus pada usia toddler (1-3 tahun) di Kelurahan Pacar Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Anak 1. Pengertian Perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar. Perkembangan anak terdapat suatu

Lebih terperinci

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,

hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH A. Pengertian Perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah keperawatan anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Perkembangan anak praskolah 1. Batasan anak pra sekolah Anak usia prasekolah adalah mereka yang berusia 3 6 tahun. Mereka biasa mengikuti program prasekolah dan kinderganten.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes Definisi ANAK DULU: < 12 THN; < 15 THN; < 16 THN UU Tenaga Kerja, UU Perkawinan [UU No. 9 TAHUN 1979 ttg Kesejahteraan Anak: USIA < 21 thn dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran (KBBI, 2011). Budiman (2014) mengatakan pengetahuan

Lebih terperinci

DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)

DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST) DDST (DENVE DEVELOPMENT SCEENING TEST) PENDAHULUAN Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan indicator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rendahnya kemampuan anak disebabkan oleh kurangnya kegiatan yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam deteksi dini gangguan perkembangan

Lebih terperinci

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi.

Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. Santi E. Purnamasari, M.Si., Psi. 1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu dari konsepsi sampai dewasa. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan bawaan 2. Pada periode tertentu ada masa percepatan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI

TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI TUMBANG PRENATAL, NEONATAL, BAYI COLTI SISTIARANI REFERENSI 1. Tumbuh Kembang Anak Soetjiningsih EGC Jakarta, 1995 2. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan ---- Herawati Mansur, Salemba Medika 2009 3.

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY

DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY DETEKSI DINI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dr. Atien Nur Chamidah PLB FIP UNY 1 Bagus, seorang anak laki-laki berusia 30 bulan. Ibunya merasa bahwa putranya berbeda dg anak lainnya, perkembangan bicara & bahasanya

Lebih terperinci

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

Tumbuh kembang anak. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tumbuh kembang anak Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Pokok bahasan Pendahuluan Definisi pertumbuhan & perkembangan Tumbuh kembang janin Tumbuh kembang anak 0 5 tahun Tumbuh kembang anak 6 10 tahun

Lebih terperinci

Berkaitan dg perubahan besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, atau individu, yang bisa diukur dg ukuran berat, panjang, umur tulang,

Berkaitan dg perubahan besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, atau individu, yang bisa diukur dg ukuran berat, panjang, umur tulang, Berkaitan dg perubahan besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ, atau individu, yang bisa diukur dg ukuran berat, panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik. Berkaitan dg aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Anak 1. Pengertian Pembentukan kualitas sumber daya manusia yang optimal, baik sehat secara fisik maupun psikologis sangat bergantung dari proses perkembangan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga sangat berharap mempunyai anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan berbagai kegiatan fisik lainnya. Bermain dapat membebaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan generasi penerus bangsa, maka ia harus tumbuh menjadi orang dewasa yang cerdas dan sehat. Salah satu cara agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak dan Cara Deteksi Dini menggunakan KPSP Sasaran : Keluarga Bapak S Hari/Tanggal : Senin, 01 Agustus 2016 Tempat : Rumah Bapak S Waktu : Pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau

BAB I PENDAHULUAN. dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN BAYI NEONATAL CIRI-CIRI BAYI NEONATAL Merupakan periode tersingkat Terjadi penyesuaian radikal Merupakan masa terhentinya perkembangan Merupakan pendahuluan dari

Lebih terperinci

KPSP & PEMERIKSAAN DENVER II. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII-

KPSP & PEMERIKSAAN DENVER II. Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII- KPSP & PEMERIKSAAN DENVER II Nurlaili Muzayyanah Departemen IKA FK UII- TES DENVER II A. PENDAHULUAN Alat skrining perkembangan untuk menemukan secara dini anak yang berpotensial mempunyai

Lebih terperinci

4.3 Relasi Sosial yg Primitif

4.3 Relasi Sosial yg Primitif 4.3 Relasi Sosial yg Primitif Maksudnya adalah anak pada masa ini hanya bersosialisasi dalam ruang lingkup sosial yg kecil, ia hanya dekat dengan keluarga inti atau orang yang serumah dengannya, kebanyakan

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun)

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Terbagi 2 tahap : - Neonatal (0 atau baru lahir sd ± 2minggu) -Bayi (setelah 2 minggu sd 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa:

perkembangan anak. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang menyebutkan bahwa: BAB I PENDAHULUAN PENGARUH PERMAINAN RABA RASA (TACTILE PLAY) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI (Penelitian Pre Eksperimen di TK PGRI Parungponteng Kecamatan Parungponteng Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendampingan Orangtua Keluarga merupakan suatu ikatan antara dua orang atau lebih yang terikat dalam kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN. disampaikan dalam kuliah IKD 2 oleh nurul aini

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN. disampaikan dalam kuliah IKD 2 oleh nurul aini PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN disampaikan dalam kuliah IKD 2 oleh nurul aini Definisi Pertumbuhan: Bertambahnya ukuran : tulang, otot, syaraf Proses yang tdk normal akan berpengaruh pada perkembangan Bisa

Lebih terperinci

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja

Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Ciri-ciri Seks Sekunder pada Masa Remaja Wanita 1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak. 2. Bertambah besar buah dada. 3. Bertambah besarnya pinggul. Pria 1. Tumbuh rambut

Lebih terperinci

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK

DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK DIKTAT PERKEMBANGAN MOTORIK Oleh: Hj. Endang Rini Sukamti, MS PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 PENULISAN DIKTAT INI DIBIAYAI DENGAN ANGGARAN

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *) STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO Sarmini Moedjiarto *) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang sering ditemukan oleh tenaga kesehatan. Semenjak dari masa kehamilan sampai meninggal manusia

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK. By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep

TUMBUH KEMBANG ANAK. By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep TUMBUH KEMBANG ANAK By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep TUMBUH KEMBANG TUMBUH : BERTAMBAHNYA SEL-SEL TUBUH/ UKURAN TUBUH BERTAMBAH BERKAITAN DENGAN HAL FISIK YANG TERLIHAT TINGGI BADAN & BERAT BADAN Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni dan budaya.

Lebih terperinci

DENVER II. Click Subdivisi to edit Pedsos Master subtitle style BIKA RSWS 4/28/12

DENVER II. Click Subdivisi to edit Pedsos Master subtitle style BIKA RSWS 4/28/12 DENVER II Click Subdivisi to edit Pedsos Master subtitle style BIKA RSWS Denver II Merupakan revisi dari Denver Developmental Screening Test ( DDST) dgn tujuan menemukan secara dini masalah penyimpangan

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan perkembang anak dalam keluarga dari segi. kesehatan

Pertumbuhan dan perkembang anak dalam keluarga dari segi. kesehatan Pertumbuhan dan perkembang anak dalam keluarga dari segi kesehatan oleh Kasriyati, S.Pd Tahun-tahun pertama kehidupan merupakan periode yang sangat penting dan kritis. Keberhasilan tahun-tahun pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi perkembangan dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa peka adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Y. Joko Dwi Nugroho,S.Psi,M.Psi,Psikolog PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK Pertumbuhan Bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh, sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG 4 Rizal ABSTRAK Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak adalah seseorang yang akan menjadi penerus bagi orang tua, keluarga bahkan negara. Maka seorang anak sudah seharusnya di jaga dan di asuh dengan baik. Pengasuhan

Lebih terperinci

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL

STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK UNTUK MENCAPAI TUMBUH KEMBANG YANG OPTIMAL Oleh: dr. Nia Kania, SpA., MKes PENDAHULUAN Memiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. 1

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI. Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D Dra. Purwandari, M.Si Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Rosita Endang Kusmaryani, M.Si yulia_ayriza@uny.ac.id

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MASA BAYI

PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN MASA BAYI Tahap Masa Bayi Neonatal (0 atau baru Lahir-2 minggu Bayi (2 minggu- 2 tahun) TUGAS PERKEMBANGAN MASA BAYI Belajar makan makanan padat Belajar berjalan Belajar bicara Belajar menguasai

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. gembira dapat memotivasi anak untuk belajar. Lingkungan harus diciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada masa usia dini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk anak dalam menerima pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan bagi anak bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY

PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY PERKEMBANGAN MOTORIK PLAY GROUP DAN TAMAN KANAK-KANAK OLEH: ENDANG RINI SUKAMTI, M.S DOSEN FIK UNY TAMAN KANAK-KANAK (TK): Usia tersebut merupakan masa usia emas (golden age) dalam proses perkembangan

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum Sekolah Dasar (SD) yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain. norma-norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain. norma-norma yang dilakukan di masyarakat (Suwono, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh Pola asuh orang tua adalah sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap yang dilakukan orang tua antara lain mendidik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep tumbuh kembang merupakan suatu hal yang mutlak pada anak, maksudnya tumbuh adalah proses bertambah besarnya sel sel serta bertambahnya jaringan intraseluler.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum. pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31-

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum. pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31- BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aspek tumbuh kembang pada anak merupakan salah satu aspek yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek yang menjelaskan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan. bertumbuh dan berkembang (Narendra, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peran penting dalam suatu tatanan kelompok masyarakat mulai dari yang kompleks sampai pada tingkatan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan potensi sumber daya manusia serta penerus cita-cita perjuangan bangsa dan dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut anak perlu mendapat pembinaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK. OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK. OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TUMBUH KEMBANG ANAK OLEH: Rinkaning Nurul Wati.E. 1211011066 PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2015 RENCANA PROSES PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

1 Tumbuh Kembang Anak

1 Tumbuh Kembang Anak 1 Tumbuh Kembang Anak Waktu Pencapaian kompetensi: Sesi di dalam kelas : 2 X 50 menit (classroom session) Sesi dengan fasilitasi Pembimbing : 4 X 50 menit (coaching session) Sesi praktik dan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih,

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik dan lingkungan bio-fisiko-psikososial (Soetjiningsih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak konsepsi dan terus berlangsung sampai dewasa. Tercapainya tumbuh kembang optimal tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak Usia Dini adalah sosok individu yang sedang dalam proses perkembangan.perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita)

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Para ahli mengatakan bahwa periode anak usia bawah tiga tahun (Batita) sebagai periode keemasan ( golden age period ). 1, 2 Periode ini merupakan periode kritis sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi gelombang II setelah krisis ekonomi tahun 1997 kembali terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global. Krisis ekonomi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus disyukuri dan sesuatu yang indah bagi seseorang yang sudah berkeluarga. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tua

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat

BAB V PEMBAHASAN. Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat BAB V PEMBAHASAN Pengolahan data berdasarkan kumpulan data yang diperoleh diupayakan dapat menjawab pertanyaan penelitian yaitu untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara baby spa dengan perkembangan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh

TUMBUH KEMBANG ANAK. Mei Vita Cahya Ningsih. Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh TUMBUH KEMBANG ANAK Mei Vita Cahya Ningsih TUMBUH KEMBANG ANAK Tumbuh (pertumbuhan) berkenaan dengan pertumbuhan ukuran organ tubuh Kembang (perkembangan) berkenaan dengan perubahan fungsi organ tubuh

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.

Lebih terperinci

1. Untuk kelangsungan/ kesinambungan hidup keluarga 2. Pusat perhatian dan kasih sayang orang tua.

1. Untuk kelangsungan/ kesinambungan hidup keluarga 2. Pusat perhatian dan kasih sayang orang tua. NILAI ANAK KELUARGA BANGSA/ NASIONAL KEPENTING AN UMUM 1. Untuk kelangsungan/ kesinambungan hidup keluarga 2. Pusat perhatian dan kasih sayang orang tua. 3. Tali pengikat hubungan suami-isteri 1. Generasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan kesehatan anak usia dini sejak masih dalam kandungan hingga usia balita ditujukan untuk melindungi anak dari ancaman kematian dan kesakitan yang dapat membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai perkembangan karena usia yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala kemampuan anak sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Santrock,2007). Masa bayi di mulai sejak berumur 1-12 bulan yang mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Santrock,2007). Masa bayi di mulai sejak berumur 1-12 bulan yang mana 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Bayi dan Balita 1. Masa Bayi Masa bayi merupakan masa yang sulit, terutama karena bayi tidak bisa menceritakan bagaimana mereka melihat dirinya sendiri (Santrock,2007).

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah tumbuh kembang mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth)

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tumbuh kembang anak pada dasarnya merupakan dua peristiwa yang berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan dalam ukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan 1. Pengertian perkembangan Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses perkembangan pada anak di usia tiga tahun pertama terjadi sangat cepat dan merupakan masa yang paling sensitif karena masa tersebut dikaitkan dengan the golden

Lebih terperinci

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik

Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Periodisasi Perkembangan Peserta Didik Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu menjelaskan tentang periodisasi perkembangan peserta didik Indikator Mahasiswa mampu menjelaskan periodisasi perkembangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : ANIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas suatu bangsa. Setiap warga negara Indonesia, tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan teori 1. Tumbuh kembang a. Pertumbuhan Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci