kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara."

Transkripsi

1 ng2nya dan ketiga pembantunya yang kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara. Tapi Jun-yan tak peduli, mendekati meja pengurus hotel dan berseru: Hai, kuasa, ini rekening saya!" sembari berkata, ia letakkan serenceng uang perak di atas meja terus putar tubuh hendak pergi. Diluar dugaan, mendadak dari samping tubuhnya angin menyerempet lewat, tahu-tahu Siang Lui sudah menghadang diambang pintu sambil melototkan mata padanya. Hei, maukah kau minggir, aku masih ada keperluan harus lekas-lekas berangkat!" demikian Jun-yan mencoba berkata dengan sopan. Siapa tahu Siang Lui terus memaki: Budak maling!" habis itu, mendadak ia ulur tangan mencengkram kemuka si gadis. Lekas-lekas Jun-yan melompat mundur menghindarkan serangan itu. Sementara itu Siang Lui sudah berteriak-teriak lagi: ayoh, kenapa kalian masih diam saja, kapal jamrud justru berada padanya!" Jun-yan menjadi heran, dari manakah orang bisa tahu, dan bila ia memeriksa bungkusannya, barulah ia insyaf, kiranya dalam ter-gesa2nya waktu membungkus tadi, kain sutera pembungkus kapal jamrud itu ada sebagian terkacir keluar. Karena perbuatannya sudah konangan, ia pun tak mau unjuk kelemahan, cepat ia tarik Pek-lin-to dari bungkusannya terus mengayun kebelakang hingga orang2 yang mengepung di belakangnya itu terdesak mundur. Lalu dengan suara keras ia berseru : Sam-bok-leng-koan, katanya kau adalah Bu-lim cianpwe, kau tahu malu tidak?" Tapi Siang Lui sudah terlalu murka, mendadak ia melangkah maju, tangan kiri mengebas kesamping sekuatnya, walaupun kebasan itu tidak langsung menyerang Jun-yan, tapi tiba2 si gadis merasa ada suatu tenaga yang maha besar seakan2 menyedot dirinya kesamping hingga hampir saja ia terjungkal, dan pada saat itulah, cepat sekali Siang Lui sudah baliki tangannya terus mencengkeram kemukanya lagi. Tenaga kebasan Siang Lui itu sebenarnya bertujuan untuk membikin miring tubuh Jun-yan, menyusul terus mencengkeram. Kalau tubuh Jun-yan sudah terhuyunghuyung kesamping, maka pasti akan kena dicengkeram seperti sengaja memapakkan sendiri. Dalam keadaan terancam, ternyata Jun-yan tidak kurang akal, mendadak ia jatuhkan dirinya kelantai dengan berduduk,

2 berbareng golok Pek-lin-to ia babatkan kedepan dua kali, habis itu, ujung golok ia tutulkan kelantai dan tubuhnya meloncat kesamping. Sam-bok-leng-koan", dampratnya, kemudian mengancam, Jika kau berani maju lagi, segera aku bacok kapal jamrud ini hingga hancur, coba kau mampu membunuh aku tidak?" Siang Lui menjadi mati kutu, ia pikir, sekalipun gadis itu ia cincang, tapi kalau kapal pusaka itu sudah remuk, kemana harus dicari ganti benda yang tiada taranya itu? Lalu, kau mau apa?" tanyanya kemudian kewalahan, tapi dalam hati gusar tidak kepalang. Sebenarnya kapal jamrud ini aku tak inginkan, cuma...ah, meski aku ceritakan juga kau takkan percaya, lebih baik tak diceritakan", demikian sahut Jun-yan. tapi golok ini biar tinggalkan padaku saja, nanti aku yang kembalikan pada Liok-hap-tong-cu!" Sejak Sam-bok-leng-koan Siang Lui malang melintang di kangouw, belum pernah ia dibikin mendongkol seperti sekarang ini. Maka sembari mendengar iapun sambil mencari akal. Ketika Jun-yan lagi senang2 hampir selesai mengucapkan kata2nya, mendadak Siang Lui menggertak: Ngaco-belo!" dan sekali tubuhnya bergerak, secepat kilat ia menubruk maju, tangan kiri mengulur, seketika mulur hampir dua kali lipat, terus membalik hendak menampar muka si gadis. Keruan Jun-yan terkejut, tapi cepat pula ia angkat goloknya buat menangkis. Namun tahu2 tangan kiri Siang Lui sudah mengkeret lagi, sebaliknya tangan kanan yang mulur terus memegang buntalan dipinggang si gadis, ia barengi mendorong dengan tenaga dalamnya hingga gadis itu terhuyung2 kebelakang sambil berseru: Sambuti!" dan segera orang2nya menyambut buntalan itu dengan hati2. Merasa kecundang lagi, Jun-yan gusar tidak kepalang, sesudah berdiri tegak kembali, mendadak sinar tajam berkelebat, ia putar golok pusaka Pek-lin-to dan menghujani bacokan kepada Siang Lui. Karena tidak bisa menggunakan golok, meski Jun-yan mainkan dengan menurut ilmu pukulan Hui-hun-cio-hoat" namun tetap tak ungkulan melawan Siang Lui. Sesudah beberapa jurus, ia sudah terdesak kalang kabut, keruan ia gugup dan sengit, permainan goloknya semakin cepat, ia menyerang mati2an tanpa pikir. Tapi pada suatu saat, ketika Sam-buk-leng koan kebaskan lengan bajunya kedepan

3 hingga angin kuat menyambar pergelangan tangan, Jun yan merasa kesemutan hampir Pek-lin-to terlepas dari cekalannya. terpaksa ia melompat mundur, lalu putar golok semakin kencang. Tampaknya bila empat-lima jurus lagi, pasti si gadis akan kecundang dan goloknya terampas, tiba2 terdengar diluar hotel itu ada suara orang berkata : He, Liheng didalam hotel ada orang lagi bertempur, sinar senjata itu tampaknya adalah senjatamu Pek-lin-to!" Lalu suara seorang menjawab : Benar, mari cepat kita melihatnya kedalam! Girang sekali Jun-yan mendengar suara orang2 itu. dalam seribu kerepotannya itu ia kenal suara orang pertama itu adalah Jing-ling-cu dan yang lain terang Liokhap-tong-cu Li Pong adanya. Saking girangnya semangatnya terbangkit. ser-ser" dua kali ia ayun goloknya hingga Siang Lui terdesak mundur, dan pada saat itulah Jing-ling-cu dan Li Pong pun telah melangkah maju. Ketika tiba2 melihat yang sedang bertarung itu satu diantaranya ialah Lou Jun-yan yang memegang golok pusakanya sambil memainkan jurus2 ilmu golok yang aneh lagi bertahan matimatian, sesaat itu Li Pong tertegun. Tapi kemudian bila mengetahui lawan si gadis adalah Sam-bok-leng-koan Siang Lui, segera iapun terkejut. Lekas2 ia berseru: Tahan dulu, tahan dulu! Orang sendiri semua." Namun Siang Lui sudah ketelanjuran murka, sesaat tak mudah untuk melerai, terutama bila mengingat si gadis segera dapat dilakukan. Berhenti dulu, Siang-heng!" teriak Li Pong pula. Dengarlah kataku, Siang-heng, anak dara ini adalah murid lo-jiau, pikiran lo- Jiau (maksudnya Jiau Pek-king situa) biasanya sempit suka mengeloni murid sendiri, kenapa kau mesti cekcok dengan dia?" Jun-yan tahu persahabatan antara Liok-hap tong-cu Li Pong dengan gurunya sangat karib, asal dia ikut campur, betapa besarnya urusan pasti akan beres, maka hatinya menjadi lega. Segera iapun berseru : Awas, Li-sioksiok, dibelakang suhu kau berani merasahi, kalau pulang nanti, biar aku laporkan pada suhu, coba bagaimana kau akan bela diri?" Sembari berkata, ia menjadi sedikit lengah, kesempatan itu segera digunakan Sambok-leng koan untuk menyerang sambil berteriak : Sebentar lagi, Li-heng, biar aku rebut dulu goloknya!" dan cepat sekali ia menabok kedepan, lalu tangannya menekan turun, lengan bajunya terus membelit hingga golok Pek-lin-to itu kena digulungnya sambil ditarik. Keruan tangan Jun-yan menjadi kesemutan hingga goloknya terlepas dari cekalannya.

4 Liok-hap-tong-cu Li Pong cukup kenal gurunya Jun-yan yang suka mengeloni muridnya pasti tak mau membiarkan muridnya dihina orang, dan jika sampai urusan makin meluas, kedua pihak sama-sama sahabat, tentu ia serba salah. Maka cepat ia menyelak ketengah sembari mengomeli si gadis : Jun-yan, makin lama kau semakin sembrono, Sam-bokleng-koan adalah Bu-lim-cianpwe, kenapa kau sembarangan bergebrak dengan dia? Nah, lekas kau minta maaf!" Namun Jun-yan masih penasaran, sahutnya: Hm, kalau dia adalah Bu-lim cianpwe, seharusnya dia mempunyai sifat angkatan tua dari Bu-lim, kenapa dia berkeras menuduh aku yang telah mencuri kapal jamrudnya itu, tak sudi aku meminta maaf padanya!" Li Pong benar2 kewalahan, maka dengan tertawa katanya kepada Sam-bok-leng-koan: Lau Jiau orangnya aneh, murid ajarannya ternyata juga serupa!" Kalau Li Pong berulang kali menyebut asal usul Lou Jun-yan perlunya biar Siang Lui mengetahui dan jangan coba terlibat permusuhan dengan Jiau Pek king yang disegani itu. Tak terduga, maksud baiknya itu berbalik jelek, Siang Lui menjadi salah paham malah, segera dengan tertawa dingin ia menjawab: Jau-li, budak ini kemarin membawa golok Pek-lin-to dari Kong-tong-pay kalian dan mematahkan tiga bendera pertandaan kami, waktu aku tinggal minum di belakang kangzusi.com hingga datang terlambat sedikit, ternyata daun telinga dua orangku sudah kena diirisnya. Tatkala mana ia sudah terang2an hendak merampas kapal jamrud itu, tapi melihat pertandaan golok pusakamu itu, aku hanya tahan goloknya dan biarkan dia pergi, siapa tahu semalam ia datang kembali untuk mencuri golok dan kapal, kalau bukan bungkusannya kurang rapat hingga dapat kuketahui boleh jadi sekarang ia sudah kabur jauh2. Hm, kau jeri pada Jiau Pek-king, masakan kami juga takut padanya?" Mendengar lagu kata2 orang menjadi kurang senang juga kepadanya, Li Pong hanya tersenyum saja, sahutnya : Siang-heng, gadis ini meski nakal, tapi tentang merampas barang kawalanmu, mungkin belum tentu berani melakukannya." Tapi Siang Lui makin gusar, plok" mendadak ia gebrak meja hingga meja itu amblong suatu lubang besar, berbareng tangan lainnya pun mengayun, Pek-lin-to yang dirampasnya ia tancapkan keatas meja, lalu katanya dengan sengit : Tidak, budak ini takkan kulepaskan pergi, sesudah aku selesai hantarkan barangku, aku sendiri akan mengirimnya kembali ke Jing-sia san untuk menanya pada Jiau Pek-king cara bagaimana mengajar murid. Jika kau merasa kurang senang, terserahlah kau bila mau membelanya!" Melihat Siang Lui ternyata bermaksud menawan si gadis, Li Pong cukup kenal akan watak Jun-yan yang tentu takkan mau turut. Tapi tabiat Siang Lui juga keras luar biasa, apa yang dikatakannya kembali, maka ia menjadi serba salah untuk sesaat itu.

5 Li-sioksiok? tiba2 Jun-yan berseru, orang itu menantang kau, masa kau tidak berani? Ciangbunjin dari Khong-tong-pay janganlah sampai dibikin malu orang!" Li Pong menjadi geli dan mendongkol, omelnya: Jun-yan, jangan sembarangan omong!" habis itu ia coba kedipi Jingling-cu. Imam itu faham akan maksud sang kawan, maka cepat ia menyela: Siang-heng, kalau barang kawalanmu belum sampai hilang, kenapa mesti sepikiran seperti bocah ini? Biarkanlah dia pergi!" Boleh juga, asal dia menjura tiga kali meminta maaf padaku", sahut Siang Lui marah2. Kent..." segera Jun-yan hendak mendamprat, tapi belum lagi ucapannya selesai, tahu-tahu Sam-bok-leng-koan Siang Lui sudah melesat kedekatnya dimana tangannya sampai, koh-ceng-hiat" dipundak si gadis telah kena ditutuknya. Namun cepat Jun-yan dapat menyalurkan tenaga mematahkan tutukan itu, lalu teriaknya : Bagus, Li-sioksiok, kau tinggal peluk tangan saja tidak mau menolong, ya? Masa keparat ini menuduh aku merampok, lantas kau mau percaya?" Li Pong tahu didalam urusan ini tentu ada hal2 yang ber-belit2, tapi Siang Lui sudah ketelanjur bergusar sungguh2, rasanya susah mau beres begitu saja, maka cepat ia menyahut : Jun-yan, lekaslah kau pergi saja. Disini masih ada aku!" Bagus, Lau-Li, beginilah baru benar-benar tegas", teriak Siang Lui tiba-tiba dengan bergelak tertawa. Dengan kata-katamu ini, putuslah persahabatan kami tiga saudara dengan pihak Khong-tong-pay kalian". Habis berkata, mendadak tangannya bergerak membalik dengan ilmu thong-pi-kang, tiba-tiba lengan kanannya seakan-akan mulur lebih panjang terus menggaplok ke dadanya Li Pong. Cepat Li Pong berkelit dan gunakan satu tipu Liok-hap-cio-hoat untuk mematahkan serangan Siang Lui itu. Dalam hati diam2 ia mengeluh. Ia cukup kenal Siang Lui bertiga saudara perguruan itu semuanya berwatak keras berangasan. Ketika melihat Siang Lui hendak buka serangan pula dan Jun-yan masih belum mau pergi, tiba2 hatinya tergerak, cepat ia berseru; Nanti dulu Siang-heng, dengarlah kata2ku". Apalagi?" jengek Siang Lui. Tapi Li Pong terus menanya si gadis: Golok Pek-lin-to itu cara bagaimana bisa jatuh di tanganmu, Jun-yan?" Maka berceritalah si gadis apa yang dialaminya didalam hotel serta cara bagaimana golok Pek-lin-to itu tahu2 sudah berada disamping bantalnya hingga batang hidungnya hampir2 pesek terpapas.

6 Siang-heng", kata Li Pong sesudah merenung sejenak, setelah mendengar penuturan Jun yan, urusan ini memang rada aneh, sesungguhnya Jun-yan tak bisa disalahkan. Lalu iapun menuturkan pengalamannya ketika bertemu si-orang aneh dirimba tempo hari dan menyambungnya pula: Setelah aku melanjutkan perjalanan ke Lo-seng-tian, sampai disana barulah aku mengetahui golokku sudah hilang tanpa aku merasa. Melihat gelagatnya, terang dilakukan oleh manusia aneh itu. Maka hendaklah Siang-heng jangan salah sangka pada orang lain". Namun Siang Lui tidak mau mudah percaya, bukankah sudah terang2an ia melihat Jun yan yang hendak membawa pergi kapal jamrudnya yang dicuri orang malam2 itu? Maka dengan tertawa dingin ia menjawab : Liokhap-tong-cu, biasanya kami tiga saudara selalu pandang kau sebagai seorang laki2 sejati, siapa tahu kaupun tak bertulang, berani pada yang lemah, takut pada yang jahat!" Betapa sabarnya Li Pong, akhirnya menjadi kurang senang oleh olok2 Siang Lui ini, katanya segera : Siang-heng, telah kukatakan bahwa anak dara ini adalah muridnya Lau Jiau, maksud baikku kenapa kausalah artikan?" Siang Lui menjadi gusar. Aku justru ingin tahu betapa lihaynya Thong-thian-sinmo", sahutnya. Jika ternyata kau begitu karib dengan dia, nah, silahkan kau pergi memberitahukan padanya, bahwa didalam dua bulan, pasti kami bertiga saudara akan membawa murid mustikanya ini ke Jing-sia-san untuk mencarinya". Melihat urusan makin lanjut makin runyam Jing-ling-cu cukup kenal watak Siang Lui yang gopoh, tentu susah dilerai, boleh jadi nanti dua bulan lagi amarahnya sudah hilang dan percekcokan inipun dapat didamaikan, maka cepat ia memberi tanda pada Li Pong. Li Pong tahu maksud kawan itu, maka katanya pada si gadis: Jun-yan, sebenarnya kau juga salah mematahkan panji pertandaan orang. Sam-bok-leng-koan ingin kau ikut padanya, dalam dua bulan, kau akan dihantar pulang ke Jing-sia-san, baik kau terima saja, nanti tiba waktunya, tentu kita akan selesaikan urusan ini." Semula Jun-yan berniat melancong di kang ouw, dengan sendirinya sangat berat kalau disuruh pulang. Tapi bila mengingat Liok-hap-tong-cu berada dalam keadaan serba salah, kenapa mesti bikin susah padanya, masa nanti di tengah jalan aku tak bisa meloloskan diri? Maka segera ia mengangguk. Baiklah, Li-sioksiok, masa aku takut padanya?" Tapi masih kuatir terjadi apa2 atas diri si gadis, maka ia berkata pula: Jangan kuatir, Sam-bok-leng-koan adalah angkatan tua, tak nanti dia bikin susah padamu."

7 Dengan kata2 ini, ia telah cegah lebih dulu agar Siang Lui sebagai orang tua tak nanti merecoki seorang muda. Habis ini, bersama Jing ling-cu mereka lantas berlalu. Jangan kau coba melarikan diri!" kata Siang Lui gemas kepada Jun-yan, lalu perintahkan orang2nya berangkat. Jun-yan tidak gubris akan kata2 orang, bahkan terus melengos dengan sikap memandang hina. Keruan Siang Lui ber-jingkrak2, tapi sebagai seorang tua, tidak pantas juga bertengkar terus dengan seorang muda, terpaksa ia menahan gusar pergi mengatur pemberangkatan kereta-keretanya. Tidak lama, iring2an kereta kangzusi.com sudah meninggalkan kota kecil itu, Siang Lui dan Jun-yan menunggang kuda mengikuti dari belakang, diam2 Sam-bok-leng-koan me-nimang2, Thong-thian sin-mo Jiau Pek-king itu benar2 lihay, tiga saudara maju sekaligus belum tentu sanggup melawannya, rasanya didalam dua bulan ini mesti mengundang lagi bala bantuan. Sampai disini ia menjadi agak menyesal juga akan keburu nafsunya menimbulkan percekcokan ini. Sebaliknya Jun-yan sendiri lagi memikirkan bagaimana caranya meloloskan diri, malahan sebelum kabur, Siang Lui harus diberitahukan dulu, barulah mendongkolnya bisa terlampias. Tapi apa daya, jika bertempur terang2an takkan berhasil. Lalu akal apakah yang harus dipakai? Malamnya, mereka menginap dihotel lagi. Siang Lui mengirim dua orangnya menjaga di luar kamar Jun-yan. Karena itu si gadis menjadi mati kutu. Jika ia terjang keluar, tapi kemudian dibekuk kembali oleh Siang Lui, bukankah akan membikin malu saja? Ia menjadi kesal hati, ia rebahan diranjangnya, tanpa terasa ia terpulas. Sampai tengah malam, tiba2 terdengar berkesiurnya angin, samar-samar terasa suatu bayangan berkelebat di depannya. Ia menyangka pandangan sendiri menjadi kabur, cepat ia bangun, tiba2 berjangkit lagi kesiurnya angin, menyusul daun jendela berkedut dan terpentang, satu bayangan orang secepat terbang sudah melayang keluar. Jun-yan kucak2 matanya, kemudian ia menegasi pula, dan memang jendela kamarnya sudah terpentang. Ia menjadi ingat kejadian malam kemarin yang mirip dengan barusan ini. Pada saat itulah, lantas terdengar suara bentakan orang diluar : Budak liar, jangan lari!" Menyusul suara itu, segera seorang menjerit di barengi suara gemerentang jatuhnya senjata. Jun-yan dapat mengenali suara jeritan itu adalah suara orang yang dikirim Siang Lui untuk mengawasi dirinya itu, dan bayangan orang yang begitu cepat dan gesit itu siapa gerangannya? Mungkinkah sipelajar penunggang keledai berjari tunggal itu?

8 Sedang memikir, tiba2 didengarnya lagi suara bentakan Siang Lui yang keras, menyusul mana ada orang sedang melapor dengan gemetar: Susiok, Loji dan Losam telah terbinasa!" Jun-yan terkejut, betapa lihaynya cara turun tangan orang itu? Dalam pada itu Siang Lui hanya menjengek tanpa menyahut, mendadak Jun-yan dikagetkan oleh suara blang" yang keras, sekonyong-konyong pintu kamarnya kena didepak terpentang. Cepat ia bangkit berduduk, dengan suara keras ia membentak : Siapa?" Tadinya Siang Lui menyangka kalau si gadis telah lari sehabis membunuh orang, ia mendepak pintu kamar yang untuk melampiaskan amarah saja, kini mendengar Jun-yan masih berada didalam kamar, seketika ia melengak, tapi terpaksa ia menyahut: Aku!" Tiba2 Jun-yan tergerak pikirannya, ia pura2 mendamprat : Tengah malam buta kau dobrak kamarku ada apa? Katanya angkatan tua Bu-lim, kenapa kelakuanmu begini rendah?" Betapapun Siang Lui memang seorang kesatria, kena digertak demikian, ia menjadi mengkeret dan lekas2 undurkan diri sambil menggerutu didalam hati akan kelicikan si gadis. Sebaliknya diam2 Jun-yan tertawa geli. Karena kematian dua murid keponakannya, dan pula dirinya kena di-olok2 si gadis, sungguh Siang Lui gusar tidak kepalang. Besoknya di waktu meneruskan perjalanan, diam2 ia mengambil ketetapan akan mengundang semua kawan yang dahulu pernah bertengkar dengan Jiau Pek-king untuk mendatangi Jing-sia-san dan menentukan unggul atau asor dengan iblis itu, lalu Jun-yan juga akan dicincangnya pula. Melihat sikap orang, Jun-yan tahu Siang Lui sudah membencinya tujuh turunan, tapi dasar jahil, dalam perjalanannya ia justru sengaja pakai macam2 cara untuk bikin marah Siang Lui hingga tokoh ini semakin geregetan. Untuk selanjutnya Siang Lui tidak mengirim orang untuk menjaganya lagi, sebenarnya kalau mau Jun-yan sudah bisa melarikan diri. Tapi sekarang justru ia berbalik pikiran, ia tidak mau tinggal pergi. Maka tiada beberapa hari akhirnya sampailah mereka diperbatasan daerah Ciatkang, kalau Siang Lui sudah selesaikan barang hantarannya di Hengciu, ia lantas bisa pulang ke Soatang.

9 Selama beberapa hari terakhir ini, setiap tengah malam tentu ada satu orang yang diam2 masuk kamar Jun-yan. Setiap malam si gadis juga melihat bayangan orang, tapi asal sedikit ia bergerak, segera orang itu melompat keluar jendela dan menghilang untuk malam berikutnya datang lagi. Betapa cepat gerakan orang itu, benar2 sukar dilukiskan. Tidak peduli betapa perlahan Jun-yan bergoyang, segera orang itu mendapat tahu dan lantas melesat pergi. Suatu malam, sengaja Jun-yan mengincar orang, pura2 pejamkan mata menantikan datangnya orang. Betul juga, tengah malam orang itu melayang masuk kekamarnya lagi, karena gelap gulita, maka muka orang itu tak tertampak jelas, hanya perawakannya cukup besar, terang seorang laki2. Sesudah, masuk kekamar, orang itu terus berdiri kaku didepan ranjang Jun-yan hingga tanpa merasa si gadis merinding. Diam2 ia pikirkan ilmu silat yang luar biasa itu, kalau orang bermaksud jahat, untuk mencelakai dirinya adalah terlalu mudah, tetapi setiap malam hanya datang, lalu pergi lagi, entah apa yang hendak diperbuatnya? Agaknya yang dua kali membawakan golok Pek-lin-to, tentulah orang ini tak salah lagi. Jun-yan men-duga2 siapakah gerangan orang ini, mulanya ia sangka si pelajar berjari tunggal itu, tapi lantas terpikir olehnya mungkin sang guru yang telah turun gunung dan secara diam2 melindungi dirinya? Namun bila dipikir lagi, rasanya hal itu tidak mungkin. Ketika dilihatnya orang itu masih berdiri terpaku, sekonyong2 ia melompat bangun terus menubruk kearah orang. Ia menaksir dengan tubrukannya secara mendadak itu tentu orang akan kena dicengkeramnya. Siapa tahu ia hanya tubruk tempat kosong saja. Terdengar dua kali suara plak-plak", kedua tangannya telah menghantam diatas meja, sedang disampingnya angin berkesiur perlahan, ketika ia menoleh, orang itu sudah menghilang. Keruan Jun-yan tambah curiga, cepat ia menyalakan lentera, ia lihat keadaan kamarnya tiada tanda2 aneh. Ketika ia hendak matikan lentera untuk tidur lagi, sedikit menunduk, mendadak dilihatnya permukaan meja yang tadinya rata mengkilap itu, kini nampak benjal-benjol seperti terukir tulisan. Waktu ia angkat lentera memeriksanya, ternyata diatas meja itu terukir beberapa hurup yang mencang-mencong, semuanya bertuliskan Jing-kin". Ukiran ini sedalam hampir setengah senti, licin halus, tanpa ada tanda-tanda bekas korekan senjata, terang asal goresan dengan jari, dan tempat dimana orang tadi berdiri tepat berdekatan dengan meja ini, maka dapat diduga tentu dilakukan orang itu, betapa tinggi ilmu silatnya, sungguh bikin orang tercengang. Jin-kin, Jin-kin", tanpa terasa Jun-yan menyebut nama itu. Ia pikir tentu ini nama seorang wanita, tapi apa hubungannya dengan diriku? Kenapa diwaktu orang hantarkan golok dan kapal jamrud itu selalu disertai

10 secarik kertas yang bertuliskan kedua hurup itu? Ia tak bisa pulas lagi, ia coba merenungkan pengalamannya selama ini, tiba2 ia teringat orang aneh yang dilihatnya di Lo-seng-tian dan selalu menguntitnya dalam perjalanan itu. Ia menjadi bergidik bila mengingat betapa seramnya muka orang aneh itu, ia coba lupakan orang, tapi makin hendak melupakan, semakin teringat. Teringat olehnya kelakuan orang aneh itu Pek-lin-to diminta Liok-hap-tong-cu Li Pong tidak boleh, tapi rela diserahkan padanya. Ketika dirinya berkata ingin memiliki golok pusaka itu, tahu2 besoknya senjata sudah berada di samping bantalnya. Ketika terjadi pertengkaran dengan orang Sam-thay Piaukiok, pernah dirinya berteriak ingin mereka tinggalkan kapal jamrud, eh, tahu2 besok paginya benda itu dihantarkan kepadanya. Maka dapatlah dipastikan, kesemuanya itu dilakukan si orang aneh itu. Tapi sebab apakah orang aneh itu sedemikian menurut pada kata2nya serta berbuat apa yang dapat memenuhi keinginan batinnya? Makin dipikir, makin Jun-yan tidak mengerti. Pikirnya lagi, jika begitu naganaganya, terang orang aneh itu senantiasa berada disekitarnya, mungkin sekarang juga masih berada disitu, kenapa aku tidak menjajalnya lagi, apa dugaannya itu sesuai dengan kenyataannya? Maka ia mendekati jendela, ia lihat diluar sana sunyi senyap, maka ia menggumam sendiri : Ai, kapal jamrud itu benar2 sangat mungil dan indah, kalau besok pagi sudah sampai di Hangciu, tiada kesempatan untuk menikmatinya lagi, alangkah baiknya jika malam ini aku dapat memainkannya benda itu sejenak!" Habis berkata, ia tutup daun jendelanya dan merebahkan diri buat tidur lagi. Tidak lama kemudian, mendadak diluar terdengar suara bentakan Siang Lui yang keras : Siapa kau?" menyusul terdengar suara blang yang keras, lalu Siang Lui berteriak lagi : Kau adalah sobat dari gadis mana?" Tapi tiada suara orang menyahut, sebaliknya terus berkumandang suara kangzusi.com gedubrakan yang gaduh. Maka dalam sekejap

11 saja hotel itu menjadi kacau balau semua orang keluar untuk melihat keramaian. Jun-yan bergirang dan terkejut. Terkejutnya karena orang yang selalu mengintil itu ternyata benar si orang aneh yang menyeramkan. Girangnya sebab dugaannya ternyata tepat. Maka cepat iapun membuka pintu kamar, ia lihat dibawah sorot obor, orang aneh itu sudah hancurkan sebuah kereta muatan hingga benda mustika berantakan berserakan ditanah, tersorot oleh sinar api, benda2 berharga itu memancarkan sinar kemilauan yang indah. Sedang kapal jamrud itu tampak sudah dikempit oleh si orang aneh. Kedua mata Siang Lui se-akan2 memancarkan api saking murkanya, dengan senjatanya Hok-mo-kim-kong-co" atau gada penakluk iblis yang diputar sedemikian kencangnya, ia terus memburu. Begitu hebat tenaganya hingga meja kursi, tembok dan pintu berantakan kena dihantam senjatanya itu. Belum pernah Jun-yan melihat Siang Lui memakai senjatanya itu. Mungkin melihat si orang aneh itu terlalu tangguh baginya, maka Malaikat bermata tiga" ini sekarang merasa perlu keluarkan senjata andalannya. Tapi orang aneh itu seperti tidak mau terlibat dalam pertempuran, hanya berkelit kian kemari dibawah sambaran gada orang, dan sedikitpun Siang Lui tak bisa menyentuh padanya. Ber-duyun2 begundalnya Siang Lui juga merubung datang dengan senjata lengkap, tapi ketika melihat macamnya orang aneh yang menakutkan, yang bernyali kecil segera bergidik, apalagi suruh maju mengeroyok? Dalam keadaan ribut2 itu, tiba2 diantara penonton itu ada satu orang berteriak: Wah, celaka, hancur semua, hancur semua!" Terkesiap hati Jun-yan mendengar suara itu, ketika ia berpaling kearah suara itu, benar juga dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi berjingkrak2 kegirangan oleh peristiwa itu. Ketika melihat Jun-yan berpaling, ia membalasnya dengan seulas senyuman. Sementara itu Siang Lui memutar gadanya semakin kencang, ditambah ilmu Thong-pi-kang" yang lihay, tapi sesudah jurus sedikitpun masih belum bisa menyentuh tubuh orang aneh itu. Diam-diam ia apa mau percaya apa yang diceritakan Li Pong tempo hari ternyata tidak omong kosong belaka, betapa hebat ilmu silat orang aneh ini, benar-benar susah diukur. Tapi sekali gebrak saja hampir pundaknya kena dihajar orang, melihat serangan orang aneh ini, terang ilmu pukulan geledek Pi-lik-jiu" dari keluarga In di

12 Holam, tapi sekarang melihat gerak tubuhnya yang enteng, tampaknya dari aliran lain lagi. Dan karena sudah lama masih belum bisa mengalahkan lawan, hati Siang Lui menjadi gugup. Makin lama ia menjadi semakin kalap, saking sengitnya ia memutar gadanya hingga penonton terpaksa menyingkir mundur oleh angin gambarannya. Melihat pertarungan yang susah dilerai itu jika diteruskan entah bagaimana akhirnya, maka cepat Jun-yan berseru : Sudahlah, berhenti, berhenti!" Mendengar suara Jun-yan, orang aneh itu tampak tertegun sejenak hingga gerak tubuhnya agak merandek, kesempatan itu telah digunakan Siang Lui untuk mengemplang dengan gadanya. Saat itu kedua tangan si orang aneh itu lurus kebawah tanpa ber-jaga2, jika kemplangan itu kena kepalanya, jangankan manusia, sekalipun batu juga akan hancur lebur. Keruan Jun-yan terkejut, ia menjerit kaget sambil menekap mulutnya. Tapi pada saat itulah, sampai Siang Lui sendiri tidak jelas bagaimana jadinya. tiba2 pandangan semua orang seakan2 kabur, mendadak orang aneh itu ulurkan tangan kirinya, secepat kilat gada Siang Lui sudah kena ditangkapnya. Cepat Siang Lui menarik sekuatnya, tapi sedikitpun lawan tak bergeming, lekas2 ia gunakan ilmu Thong-pi-kang" mendorong kedepan, tapi masih tetap tak bisa membuat orang aneh itu bergerak malahan lengannya sendiri hampir2 patah, keruan terkejutnya tidak kepalang. Ketika tiba2 orang aneh itu menarik kebawah, menyusul disengkelit kesamping, maka terasa oleh Siang Lui suatu tenaga yang amat besar menubruk kedadanya hingga cekalannya menjadi kendor, gadanya telah kena dirampas orang, sedang tubuhnya akhirnya ter-huyung2 kebelakang terus jatuh terduduk. Sejak ia unjuk diri di kangouw, belum pernah mengalami kekalahan sehebat ini, dalam masgulnya ia membentak pula: Tinggalkan namamu sobat!" Akan tetapi orang aneh itu hanya sedikit mengapkan mulutnya yang sudah tidak utuh lagi dan mengeluarkan semacam suara yang menggoncangkan sukma, se-konyong2 gada yang dirampasnya itu ditimpukan ketanah hingga amblas sedalam setengah gada itu, lalu berjalan ke arah Lou Jun-yan. Terima kasih atas maksud baikmu", kata Jun-yan ketika melihat orang aneh itu mendekatinya. Tiba2 orang aneh itu taruh kapal jamrud itu ditangan Jun-yan, sekali melesat, mendadak meloncat keluar secepat terbang. He, nant..." Jun-yan hendak meneriakinya, tapi orang sudah sampai diluar dan

13 sekejap mata saja sudah menghilang. Menyaksikan semua itu, Sam-bok-leng-koan Siang Lui benar2 terkejut, iapun tahu bukan tandingan orang. Maka ia berbangkit buat kembali kekamarnya. Orang she Siang", tiba2 Jun-yan menegurnya sembari meletakkan kapal jamrud yang diterimanya dari si orang aneh itu keatas meja, barangmu ada disini, apa kau kira aku benar2 menginginkannya? kau sendiri yang menjaganya masih dapat dibegal orang, kalau panji Sam-thay Piaukiok kalian telah kupatahkan, rasanya tidak berlebihan. Sekarang apa kau masih akan menggiring aku kembali ke Jing-sia-san?" Siang Lui sudah lesu sekali, ia hanya kebas tangannya dan menyahut: Bolehlah kau pergi, dalam dua bulan, biar aku pergi menemui gurumu!" Haha, berani mengaku kalah, masih terhitung seorang laki2 sejati!" Jun-yan meng-olok2 sembari tinggalkan pergi. Baru saja ia melangkah keluar pintu, segera dilihatnya sisuseng berjari tunggal itu lagi menggapai padanya. Cepat ia mendekatinya. Tabah benar nona" puji pelajar itu dengan tertawa. Biasanya mulut Jun-yan cukup tajam, tapi aneh, menghadapi suseng ini, mukanya menjadi merah, hatinya ber-debar2, sekejappun tak sanggup buka suara, sampai lama sekali baru ia menjawab : Ah, kau terlalu memuji saja!" Disini bukannya tempat bicara, bila nona tidak menolak, marilah kita tinggalkan tempat ini", ajak suseng itu tiba2. Aneh juga, Jun-yan benar2 kesemsem oleh pemuda ini, maka ia hanya mengangguk setuju. Segera mereka mendatangi kandang kuda, suseng itu menuntun keluar keledainya, mereka berdua menunggangi satu keledai terus dilarikan keluar kota. Siapakah she nona yang terhormat?" tanya suseng itu sesudah sampai ditempat yang sepi. She Lou, bernama Jun-yan..." ia merandek lalu pikirnya hendak balik menanya : Dan kau?" Namun aneh, ia menjadi tak enak mengucapkannya. Ia sendiri heran mengapa bisa malu2 kucing begini. Nona Lou", kata suseng itu pula, orang aneh yang mirip mayat hidup itu, pernah apa dengan kau?" Tidak pernah apa2 denganku", sahut Jun-yan. Lalu menyambungnya pula: Tapi kalau diceritakan, agak panjang juga!" Tidak apa, lihatlah, dibawah sinar bulan yang indah, kita menunggang diatas satu keledai, sekalipun kau bercerita sebelum setahun, akupun takkan bosen, makin jelas ceritamu, makin baik", ujar suseng itu.

14 Senang sekali hati Jun-yan oleh rayuan pemuda itu. Tanpa pikir lagi, segera ia tuturkan pengalamannya selama itu. Ketika selesai ceritanya, hari sudah remang2, subuh sudah tiba. Karena sejak tadi tidak mendengar suara sisuseng, maka Jun-yan berpaling memandang orang, ia lihat wajah si pelajar itu mengunjuk rasa heran dan girang bukan buatan, ia menjadi heran, tanyanya: Eh, hal apa yang membuat kau begini gembira?" Ah, tidak apa2", sahut suseng itu tertawa. Aku hanya terlalu kagum terhadap ilmu kepandaian orang aneh yang tinggi itu. Nona Lou, apakah kau tahu, sebab apakah ia selalu tunduk dan menurut pada perintahmu?" Ya, aku sendiri tidak mengerti kelakuannya yang aneh itu", sahut Jun-yan. Orang itu mahir ilmu silat dari berbagai cabang aliran, sesungguhnya susah dipercaya." Suseng itu termenung sejenak, tiba2 bertanya pula: Sekarang tujuan nona hendak kemana?" Memangnya aku tidak mempunyai tujuan, cuma Sam-bokleng-koan itu bilang dalam dua bulan ini akan mencari suhu ke Jin-sie, bila aku tidak hadir hingga suhu mau percaya atas obrolan mereka sepihak, kelak pasti aku akan didamprat habis2an". Nona Lou, ujar suseng itu. Sam-bok-leng-koan bertiga tidak nanti berani mendatangi gurumu, tentu mereka akan mengundang banyak tokoh2 Kangouw lainnya untuk mana sedikitnya akan makan waktu sebulan, dan selama sebulan ini, aku ingin minta sesuatu bantuan, entah kau sudi tidak." Silahkan berkata", sahut Jun-yan. Betapa tidak, sejak si gadis merasa orang sudi menolong hindarkan dirinya dari kesulitan, dalam hatinya sebenarnya sudah berbenih asmara, ia justru berharap setiap hari bisa berdampingan dengan sipemuda. Aku ingin minta nona bikin perjalanan bersamaku ke Hun-kui (Hunlam dan Kuiciu), dalam sebulan, tentu kita bisa kembali", sahut suseng itu. Tentu saja aku iringimu", sahut si gadis. Dalam hati ia memikir, meski tidak bisa kembali dalam sebulan juga aku tidak menyesal. Karena pikiran ini, wajahnya menjadi merah. Maka sambil mengucapkan terima kasih, segera suseng itu keprak keledainya terlebih cepat ke arah barat. Jun-yan duduk didepan orang, maka tidak mengetahui

15 gerak gerik sisuseng yang waktu itu sebenarnya lagi tengak tengok kebelakang, maksudnya ialah ingin tahu apakah orang aneh yang berilmu silat tinggi, tapi sangat menurut pada Jun-yan itu, apakah mengintil dibelakang. Namun ia agak kecewa, sebab satu bayanganpun tidak kelihatan. Dalam perjalanan selama setengah bulan, dasar gadis remaja mudah terpikat, tanpa merasa Jun-yan telah jatuh kedalam jaring2 cinta, ia merasa setiap gerak-gerik suseng tampan itu sangat menarik. Hanya satu hal yang belum diketahuinya, ialah setiap kali ia menanya nama dan asal usul suseng itu, orang selalu menjawabnya samar2 dan membilukan pembicaraan. Karena melihat kedua tangan orang tak berjari, kecuali jari tengah tangan kanan dan memakai sebuah selongsong emas yang ber-kilat2, maka ia memanggilnya It-ci Toako" atau engko berjari satu, tapi pemuda itupun mau menyahutnya. Suatu hari, selewatnya Kuiciu, tibalah mereka diwilayah Hunlam. Tempat dimana mereka lalui, kedua samping adalah lereng2 gunung hanya di-tengah2nya suatu jalan yang tidak terlalu besar. Daerah Kuiciu dan Hunlam terhitung dataran tinggi yang banyak lereng pegunungan, penduduknya jarang, tempatnya penuh rahasia. Sebab itu banyak pula binatang2 aneh yang tak dikenal namanya, dan karena jarang melihat manusia, maka bila ketemu orang, binatang itupun tidak takut2. Sungguh tidak Jun-yan duga bahwa tempat yang mereka datangi ini ternyata indah permai tidak kalah dengan pegunungan Jing sia tempat kediaman gurunya. Ditambah lagi bikin perjalanan dengan suseng itu, maka hatinya selalu riang gembira. Sesudah sehari pula, sampai petangnya, tiba2 mereka melihat di tepi jalan terdapat sebuah gardu istirahat yang kecil. Didalam gardu itu berduduk dua orang wanita yang berdandan sebagai suku Biau (Miao), yang satu sudah nenek keriput, sedang lainnya gadis jelita. Kulit badan gadis itu putih laksana salju, tapi diantara putih itu bersemu kehijau2an seperti bukan manusia hidup. Namun ketika kedua bola matanya mengerling, menimbulkan rasa senang bagi orang yang memandangnya. A Siu, siapakah orang yang datang ini?" tanya sinenek itu dengan suara tertahan ketika mendengar Jun-yan dan suseng itu mendekati gardu. Entah siapa, belum pernah kenal" sahut si gadis dengan wajah heran sesudah memandangi kedua orang. Barulah kini Jun-yan berdua memperhatikan bahwa nenek itu adalah seorang buta. Tiba2 suseng itu merosot dari keledainya, dengan jari tunggal ia gantol semacam benda kehitam2an yang diambil dari bajunya, lalu disodorkan sambil bertanya : Apakah aku berhadapan dengan Tiat hoa-popo? periksalah ini!"

16 Jun-yan tidak jelas benda apa yang diangsurkan sisuseng itu, cuma dalam hati ia merasa heran untuk apa It-ci Toako ini bersalaman dengan orang Biau dan memanggilnya Tiat-hoa-po po atau nenek bunga besi segala. A Siu, coba kau ambilkan," terdengar nenek tadi berkata. Lalu si gadis Biau tampak bisik-bisik beberapa kali dalam bahasa mereka. Karena kepalanya bergerak, maka anting2 besar di telinganya ikut bergoncang tiada hentinya. Kemudian nenek itu perlahan2 telah berbangkit. Karena tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan, maka Jun-yan berdiam diri saja, tapi perhatiannya tidak lepas dari gerak-gerik wanita2 Biau itu, yang menurut kabar, suku Biau pandai main guna2 dan meracun, mungkinkah mereka akan mencelakai engko jari satunya? Karena pikiran ini, maka ia hendak mendekati kearah mereka bertiga. Tapi tiba2 dilihatnya sisuseng telah menoleh sambil memberi tanda padanya supaya Jun-yan diam2 saja, terpaksa si gadis urungkan niatnya, meski hatinya penuh tanda tanya. Sesudah Tiat-hoa-popo berdiri, ia ambil benda dari tangan sisuseng serta diraba2nya dengan teliti. Barulah sekarang Jun-yan dapat melihat jelas bahwa benda itu berbentuk bunga seruni yang terbuat dari besi. Setelah me-raba2 sebentar, terdengar nenek itu bersuara puas, lalu katanya : Betullah, nah pergilah, kiri tiga, kanan tujuh, timur tiga belas, dan barat delapan belas!" Jun-yan menjadi bingung oleh istilah2 itu, tapi sisuseng meng-angguk2 dan menyahut : Banyak terima kasih atas petunjuk Popo!" Baru saja mereka putar tubuh hendak berlalu, tiba2 si gadis jelita tadi memandang tajam kearah Jun-yan dan bersuara : Tiat-hoa-popo! Ada apa?" nenek itu menjawab. Tapi si suseng itu sudah keburu kedipi si gadis sembari jari tunggalnya itu menggandeng sebelah tangan orang. Gadis itu menjadi ragu2 sejenak, tapi akhirnya ia berkata pula pada sinenek: Tidak apa2, aku hanya panggil biasa saja!" Segera sisuseng itu menarik gadis jelita ini kepinggir dan berbisik: A Siu, terima kasih kau tidak menceritakan pada Tiat-hoa-popo." Tapi gadis itu tidak menjawab, hanya mengebas tangannya dengan muka merah

17 jengah, ia melirik sekilas pada sipemuda lalu menunduk. Melihat itu, perasaan Jun-yan menjadi kecut. Namun sisuseng sudah menaiki keledainya dan melanjutkan perjalanan. Sesudah jauh tak tahan lagi segera Jun-yan menanya: It-ci Toako, tadi nenek itu bilang tentang kiri-kanan-timur-barat, apa2an itu?" Ia menunjukan suatu tempat tujuan kita, yaitu didepan sana yang disebut Bwe-hocap-peh-tong. Tempat itu sangat sulit didatangi karena jalannya yang me-lingkar2 bagai jaring laba-laba, maka apa yang dikatakan nenek itu tadi yalah langkah2 kemana kita harus membalik sesudah sampai dipersimpangan jalan." Masih Jun-yan belum faham, tanyanya pula: Lalu untuk apa sesudah sampai disana?" Kita bicarakan kalau sudah sampai disana," sahut si suseng. Kembali jawaban demikian yang diperoleh, Jun-yan menjadi uring2an. Sepanjang jalan ia sudah sering tanya, dan selalu mendapat jawaban yang sama, padahal ia justru sangat ingin tahu. Maka omelnya: Aku minta sekarang juga kau terangkan, bila tidak, biar aku kembali saja." Habis berkata, ia pura2 hendak merosot kebawah keledai. Diam2 si suseng rada kuatir, maka terpaksa katanya: Tujuan kita menyangkut urusan besar. Kita berada ditanah Biau, mereka ada peraturan yang menentukan orang tidak boleh sembarangan omong. Maka nona, haraplah kau sabar dulu?" Jun-yan serba salah, kalau melihat sikap pemuda ini, tampaknya bukan pura2. Maka sesudah berpikir, katanya kemudian: Jika begitu, masa namamu juga tidak boleh kuketahui? Apakah selama hidup aku harus memanggil It-ci Toako?" Sesudah mengucapkan ini, barulah teringat olehnya agak ketelanjuran hingga mukanya menjadi merah. Namun suseng itu tampaknya lagi susah oleh recoknya, maka tidak memperhatikannya, dan sahutnya: Soalnya karena namaku tak sedap didengar, maka tidak ingin kau tahu. Baiklah kukatakan, aku she Ti, bernama Put-cian (tidak cacat)". Mendadak Jun-yan tertawa. Namamu tidak cacat, tapi jarimu justru bercacat, kesembilan jarimu itu..." Sebenarnya ia hendak bertanya mengapa jarimu itu putus, tapi belum terucapkan, tiba2 teringat seseorang olehnya hingga tanpa terasa ia berseru: He, Kanglam-it-ci-seng, kau adanya?" Benar", sahut sisuseng mengangguk. Jun-yan coba meng-amat2i orang sejenak, kemudian menggumam sendiri: Kau adalah Kanglam-it-ci-seng? Ah, bukan, bukan! Tentu memalsukan namanya!"

18 Lalu, macamnya Kanglam-it-ci-seng itu dalam bayanganmu, seharusnya bagaimana, nona?" tanya Ti Put-cian tertawa. Aku tidak pernah melihatnya, tapi.... tapi...." Sebenarnya ingin bilang: tapi betapapun juga takkan secakap macam suseng muda seperti kau ini!" cuma kata2 ini tak enak diutarakan. Rupanya Ti Put-cian dapat meraba dugaan orang, maka katanya: Ha, dalam bayangan nona, Kanglam-lt-ci-seng yang terkenal jahat itu tentu berwujut seorang yang kepalanya sebesar gantang, mata sebesar mangkok, ditambah lagi hidungnya sebesar kentongan, mulut sebesar baskom, penuh berewok macam singa, bukan?" Jun-yan terkikih geli oleh kata2 itu, sahutnya: Tak peduli apa dia singa atau macan, sekalipun kau benar Ti Put-cian, masakan aku takut padamu? Berani kau menyentuh seujung rambutku?" Kiranya nama Kanglam-lt-ci-seng Ti Put-cian" atau si pemuda jari tunggal dari kanglam itu sangat disegani orang Bu-lim. Pada jari satu-satunya itu terpasang segolongan emas yang bisa mulur mengkeret dan khusus dipakai untuk mematuk, ilmu yang menjadi kemahirannya. Tindak tanduknya kejam, ganas dan tak pilih bulu. Sebab itulah Jun-yan mulai meragukan kebenaran Kanglam-it-ci-seng kangzusi.com yang tersohor sebagai momok itu bisa berupa seorang suseng tampan, malahan diam2 ia sendiri telah jatuh hati padanya. Sudahlah, jangan2 kita akan kesasar", kata Ti Put-cian kemudian sambil tertawa. Karena benih cinta telah tumbuh pada orang dengan sendirinya yang terpikir olehnya hanya mengenai hal2 yang baik, maka Jun-yan menjadi lupa namanya lebih jauh soal tadi. Sebaliknya Ti Put-cian sedang memperhatikan jalan yang mereka lalui itu, haripun mulai gelap. Dan sesudah melingkat kian kemari, akhirnya terdengar Ti Put-cian berkata : Sudah sampai! Segera hidung Jun-yan mengendus bau harum bunga Bwe, sejauh mata memandang, pepohonan jarang2, tetapi bunga2 mekar mewangi ditambah bulan baru menyinari malam nan indah itu. Jun-yan benar2 kesemsem akan keadaan waktu itu. Ketika tiba2 mendengar pemuda itu bilang sampai, ia memandang kearah barat, ia lihat tidak jauh sebuah tebing curam tegak berdiri, tampaknya satu jalan buntu, maka jawabnya : It-ci Toako, jalan sana buntu, jangan-jangan nenek itu salah menunjukkan jalan?"

19 Tidak, Bwe-hoa-cap-peh-tong memang melingkar-lingkar tempatnya, jika orang kesemsem akan pemandangan sekitarnya, tentu dia akan kesasar", sahut Ti Put-cian. Mereka terus menuju ketebing curam itu, sesudah dekat, tampaklah di bawah semaksemak rotan pegunungan situ terdapat sebuah gua, setelah memasuki gua itu dan berbiluk-biluk didalamnya, akhirnya menembusi perut pegunungan itu dan sampai disuatu lembah dengan lima gua yang lebih besar. Ketika beberapa gua dilewati pula dan sampai digua kedelapan belas, jauh-jauh sudah terdengar didalam perut gunung itu suara tambur dipukul riuh ramai mengejutkan orang. Sampailah tempat tujuan kita", kata Ti Put-cian akhirnya. Mendengar sudah sampai, segera Jun-yan mengamati tempat itu, ia lihat didekat gua sana tumbuh beberapa pohon Bwe dengan bunga sebesar mangkok dan ranting2nya yang lebat. Suara tambur itu berkumandang terus dari dalam gua. Ti Put cian melepaskan keledainya agar pergi makan rumput sendiri, lalu Jun-yan diajaknya mendekati pintu gua. Ternyata gua itu berpintu besi yang sangat lebar dan setinggi lebih dua tombak hingga nampaknya sangat megah. Lalu suseng itu mengeluarkan bunga seruni besi dari bajunya dan mengetok beberapa kali pada pintu besi. Melihat itu, hati Jun-yan penuh tanda tanya, namun ia coba menanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak lama, pintu besi itu terdengar berbunyi, tampak satu lubang kecil terpentang dari lubang itu. Ti Put-cian angsurkan bunga seruni besi. Sebentar kemudian, pintu besi itu terbuka, didalam gua itu gelap gulita, Jun-yan kencang2 menggendoli lengan si pemuda dan ikut masuk kedalam. It-ci Toako, kemanakah kita ini?" tanya pula Jun-yan. Didepan ada orang mengunjukan jalan bagi kita, sebentar lagi tentu kau akan jelas melihatnya", sahut Ti Put-cian. Tak lama kemudian, karena sudah biasa dalam kegelapan, samar2 Jun-yan dapat melihat di depan betul saja ada dua orang Biau yang tegap bertombak sedang menunjukan jalan. Sesudah beberapa jauhnya, di depan terdapat pintu besi semacam itu. Suatu saat Jun-yan merasa angin silir berkesiur lewat disampingnya. Tepat pada saat itulah, tiba2 Ti Put-cian berpaling menanya: Jun-yan, sepanjang jalan, apakah kau merasa bahwa manusia aneh itu terus mengintil di belakangmu?"

20 Barusan saja terasa angin lewat menyambar disampingku, apakah kau tidak berasa?" sahut Jun-yan. Gerak gerik orang aneh itu tidak bersuara, tapi menimbulkan kesiurnya angin, tampaklah dia sudah pasti. Ia ikut kemari, tidak berhalangan bukan?" Tidak apa2, bahkan itulah yang kita harap", sahut Ti Put Cian. Jun-yan, sebentar nanti kalau terpaksa, aku ingin minta bantuanmu, hendaklah kau jangan menolak". Jun-yan tidak tahu bantuan apa yang orang harapkan darinya, tapi iapun menjawab : Jangan kuatir! Pada saat itulah, tiba2 pandangan mereka terbeliak, suara tamburpun semakin keras terdengar. Ternyata mereka sudah berada di-tengah2 sebuah lembah pegunungan yang sekelilingnya diapit oleh lereng2 tebing yang tinggi dan curam. Tanah mangkok lembah itu seluas kira-kira dua ha dan tandus tak tertumbuh apapun, malahan dibawah sinar bulan nampaknya halus licin, kecuali dapat dimasuki melalui pintu2 besi dalam gua tadi, agaknya burung sekalipun tak dapat masuk ketempat ini. Di-tengah2 tanah lapang itu terdapat sebuah batu besar setinggi tiga kaki dan lebarnya lebih dua tombak persegi, permukaan batu rata gelap, nyata sebuah meja batu buatan alam. Di atas meja batu itu waktu itu ada seorang Biau dengan bagian atas badan telanjang hingga tampak kulitnya yang ke-hitam2an, sedang memukul tambur sekuat2nya hingga air keringatnya bertetes-tetes. Disekitar batu besar itu banyak orang yang sedang duduk mengitari, ada suku Biau sendiri, juga ada bangsa Han. Didepan batu besar itu terdapat tujuh kursi yang diatur berderet, semuanya masih lowong. Dekat dengan dinding tebing sana beberapa ratus orang Biau memegangi obor besar hingga lembah itu tersorot terang benderang bagai siang hari. Diam2 Jun-yan memikir mungkin ini pertengahan bulan, tentu orang2 Biau lagi mengadakan perayaan apa2. Maka iapun tidak banyak tanya, kemana Ti Put-cian pergi ia mengikut kesitu. Sesudah hampir mengitari tanah lembah itu, kemudian Ti Put-cian memilih suatu tempat yang longgar dan berduduk, tempat itu kira2 beberapa tombak jauhnya dari meja batu tadi, maka Jun-yan pun berduduk disamping kawannya ini. Ketika tanpa sengaja ia berpaling, tiba2 ia berseru kaget: He, hidung kerbau! Kaupun berada disini?" Lekas2 Ti Put-cian menjawil si gadis dan membisikinya: Ssst, jangan bersuara Jun-yan!" Namun seruan Jun-yan tadi meski tak keras, tapi karena waktu itu hanya suara tambur saja yang berdentang, semua orang lagi menanti dengan berdiam, maka yang berdekatan dengan Jun-yan lantas

21 banyak yang berpaling kearahnya. Sebab itu, Jun-yan menjadi makin heran. Kiranya tadi diantara orang2 itu ia telah melihat Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin juga berduduk disana, sebab itulah ia berseru kaget. Tapi kini ketika banyak orang berpaling kearahnya, ia menjadi melihat pula diantaranya bukan saja terdapat Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong, bahkan si orang aneh juga tertampak berduduk tidak jauh dari dirinya dan kepalanya tertutup selapis kain. Walaupun orang aneh itu berkedok, tapi dari bentuk tubuh dan dandanannya Jun-yan masih dapat mengenalinya, maka katanya kepada Ti Put-cian : It-ci Toako, ternyata disini tidak sedikit kenalan lama! Siapa saja?" tanya Put-cian. Lihatlah, imam setengah umur itu ialah Siau-yau-ih-su Cu Hong-tin, dan kakek pendek buntik itu adalah Tong-ting-hui-hi Bok Siang-hiong, sedang lelaki berkedok itu bukan lain adalah orang aneh yang banyak bikin gara2 atas diriku itu!" Benar? Kau tidak salah mengenalinya?" Put-cian menegas. Dan rupanya saking girang hingga suaranya agak keras. Ssst", cepat pula Jun-yan menjawil padanya. Maka keduanya lantas saling pandang dengan tersenyum. Mendadak suara tambur tadi semakin keras dan cepat, lalu beberapa ratus orang Biau lantas bersorak-sorai hingga suasana seketika bergemuruh oleh suara gema kumandang dilembah pegunungan itu. Hampir mulailah sekarang", kata Ti Put-cian rada tegang ketika melihat sang dewi malam sudah berada di-tengah2 cakrawala. Maka tertampaklah dari pintu besi sana berduyun2 datang tujuh orang, setiap orang memondong satu mayat yang sudah kering, ada lelaki ada perempuan, tapi tubuh mayat itu sudah mengering kuning hingga tampaknya sangat menyeramkan. Dandanan mayat2 itupun tidak seragam, ada suku Biau, ada bangsa Han dan suku lain pula. Agaknya, orang yang memondong mayat itu sangat menghormat sekali terhadap apa yang mereka bawa itu. Setelah sampai didepan ketujuh kursi kosong tadi, mereka-mereka meletakkan mayat2 itu diatasnya, lalu berlutut memberi sembah, sesudah bangun, mereka lantas berbicara, mula2 dengan bangsa Biau, kemudian dengan bangsa Han, seru mereka: Secara sembrono kami berani menyentuh tubuh

22 Seng-co (nabi agung), pantas kalau mati, maka mengharap Seng-co suka memberi berkah!" Habis berkata, cepat mereka melolos senjata terus membunuh diri. Segera pula ada orang yang menyeret ketujuh jenazah baru ini kepinggir. Betapa terkejut dan berdebar hati Jun-yan oleh kejadian itu, sebaliknya Ti Putcian ternyata sangat kesemsem menyaksikan itu katanya dengan perlahan pada si gadis: Lihatlah, betapa agung perbawa Seng-co, sesudah wafat, tubuh emasnya masih begitu keramat hingga siapa yang menyentuhnya rela membunuh diri untuknya!" Apa2an Seng-co itu?" tanya Jun-yan. Ssst, jangan sembrono", bisik Ti Put-cian dengan wajah kuatir. Jun-yan masih hendak menanya, tapi suara tambur tadi sudah berhenti mendadak dan orang yang memukul tambur itu terus melompat turun dari meja batu itu dengan gesit. Maka terlihatlah Tiat-hoa-popo menaiki meja batu dengan langkah yang tidak tetap sebagai lajimnya seorang nenek2. Sesudah berada diatas, ia memandang kesekitarnya hingga seketika sunyi senyap, maka iapun mulai berkata, juga bahasa Biau dulu, kemudian bahasa Han. Katanya: Seng co ketujuh sudah wafat 30 tahun yang lalu, Seng-co kedelapan juga sudah menghilang selama 30 tahun dan tak pernah kita ketemukan. Menurut tradisi kita, Seng-co kesembilan harus kita angkat diantara semua hadirin ini. Menurut peraturan, 49 bunga seruni sudah kita sebarkan keseluruh negeri, siapa yang memperolehnya malam ini juga sudah hadir semua. Maka Lopocu (nenek-tua) tidaklah perlu banyak omong, terserah pada takdir, siapakah gerangannya yang bakal terpilih sebagai Seng-co dari rakyat2 72 gua kita." Habis itu, sekali tubuhnya melesat cepat sekali orangnya sudah melayang turun. Jangan dikira usianya sudah tua dan matanya buta, tapi betapa cepat gerakannya, ternyata tidak kalah dengan tokoh kelas satu dari kalangan Bulim. Sampai disini, sedikit banyak Jun-yan sudah mengetahui duduknya perkara. Apa yang disebut Seng-co itu tentu adalah pemimpin tertinggi dari 72 gua suku Biau, dan hari ini justru hari pemilihan Seng-co baru itu. Cuma yang tidak dapat dipahaminya ialah apa yang dikatakan sinenek bahwa Seng-co ke 8 bisa menghilang sejak 30 tahun yang lalu, padahal kedudukan Seng-co ini ada sekian banyak orang yang menginginkannya?

alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa.

alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa. alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa. Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan: Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2 mengerubut

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat lebih jelas. Sebelum batang pohon terlihat seperti batang

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita.

kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita. eperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2, matanya yang buta tiada hentinya mengerling. Bedanya tadi ia terus

Lebih terperinci

SATU. Plak Srek.. Srek

SATU. Plak Srek.. Srek SATU Plak Srek.. Srek Kertas coklat bertuliskan WANTED itu terlepas dari dinding tempat ia tertempel tadi. Tejatuh ke lantai yang juga terbuat dari kayu. Sehingga gambarnya orang bertopi besar mirip pembungkus

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Berita duka menyelimuti kerajaan Airllie, patih kerajaan itu meninggal dunia karena tertimpa bebatuan yang jatuh dari atas bukit saat sedang menjalankan tugas

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

Kuda Berkacamata Hitam

Kuda Berkacamata Hitam Kuda Berkacamata Hitam Jeko adalah kuda yang paling gagah di hutan. Tidak hanya gagah, ia pun kuat dan dapat berlari dengan cepat. Saking hebatnya, warga hutan yang lain memberikan gelar Kuda Perkasa padanya.

Lebih terperinci

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu PROLOG Yui mengerjapkan matanya yang berat dan menggerakan tubuhnya turun dari ranjangnya. Seluruh badannya terasa remuk, dan kepalanya terasa amat pening. Mungkin karena aku terlalu banyak minum semalam,

Lebih terperinci

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~ DOODLE [Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran Cast : Kalian yang membaca~ Part 1: Coretan Gambar Aku melihatnya lagi Gambar itu

Lebih terperinci

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua Rahasia Gudang Tua Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah suara petir yang silih berganti membuatnya susah memejamkan mata. Hiasan gantung di luar jendela kamarnya selalu bergerak ditiup angin

Lebih terperinci

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul Aku tak tahu bagaimana semua peristiwa ini bermula. Yang jelas, keadaan sudah sangat memburuk ketika aku keluar dari kamar mandi dan Ali masuk ke kamarku

Lebih terperinci

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus SATU Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own - ROBERT A. HEINLEIN Kenapa Mama harus pergi? tanya seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Mama harus

Lebih terperinci

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia"

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen Keberanian Manusia Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Tukang Grafir Hanya ada satu tukang grafir di kota kami dan kebetulan dia adalah paman saya. Kalau dia bercakap dengan saya akhir-akhir ini, dia takkan bercerita

Lebih terperinci

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( )

ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( ) ONIMUSHA Written by REZA FAHLEVI ( 09.12.3843 ) Copyright 2011 Reza Fahlevi All Right Reserved SINOPSIS adalah seorang anak laki-laki dari pasangan Yusaku Matsuda dan dari desa kecil bernama Chikuya di

Lebih terperinci

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya. Keledai Cerpen Dedy Tri Riyadi (Koran Tempo, 6 April 2014) LELAKI tua itu memandang ke arah jalan yang ramai di luar jendela. Di jalanan, entah karena apa, banyak sekali orang seperti sedang menunggu sesuatu

Lebih terperinci

Butterfly in the Winter

Butterfly in the Winter Butterfly in the Winter Tahun Ajaran Baru Perasaan cinta dan kesepian memiliki jarak yang begitu tipis. Terkadang kita sukar membedakan keduanya. Meski begitu, keduanya memberikan warna yang cerah dalam

Lebih terperinci

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri.

Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri. Seperti api membakar hati Irfan. Dia menekan dadanya, menangis sekuatnya. Padahal hidup belum berakhir. Aisyah datang menampakkan diri. Irfan terperangkap dalam medan asmara, hatinya terpaut dan terjatuh

Lebih terperinci

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi. Prolog Orion mempercepat langkah kakinya, baju perang yang dikenakannya membuat langkah kakinya menjadi berat, suaranya menggema di lorong gua, bergema dengan cepat seiring dengan langkah kaki yang dia

Lebih terperinci

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. INT. GUDANG - MALAM IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. Ibu meniup permukaan buku. Debu berterbangan. Glittering particle membentuk

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 1. Perhatikan penggalan teks fabel di bawah ini! SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Fiction. John! Waktunya untuk bangun! Prologue Ada seorang anak kecil yang mengendap-endap memasuki sebuah kamar dimana di tengah ruangan terdapat sebuah piano besar. Dia perlahan-lahan menutup pintu dan melihat piano besar tersebut dengan

Lebih terperinci

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Angin senja terasa kencang berembus di antara Bab I Angin senja terasa kencang berembus di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang. Di salah satu puncak gedung tertinggi, terlihat sebuah helikopter berputar di tempat, berusaha untuk mempertahankan

Lebih terperinci

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan - - Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan - Aku bertemu denganmu lengkap dengan salam perkenalan. Senyummu membaur dengan karamel panas yang kau suguhkan. Katamu cuaca cukup dingin jika hanya duduk diam

Lebih terperinci

AKU AKAN MATI HARI INI

AKU AKAN MATI HARI INI AKU AKAN MATI HARI INI Cerpen Ardy Kresna Crenata AKU BELUM TAHU DENGAN CARA APA AKU AKAN MATI. Apakah mengiris nadi dengan pisau akan menyenangkan? Atau memukul-mukul tengkorak dengan batu akan jauh lebih

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Sepasang Sayap Malaikat

Sepasang Sayap Malaikat Sepasang Sayap Malaikat Mereka sepasang sayap terbang ke awan-awan ingatan pemiliknya memilih menapak tanah, menikah dengan gadis pujaan. Setahun lalu, ia bertemu seorang gadis di sebuah kebun penuh air

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. 1 Tesalonika Salam 1:1 1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius. Kepada jemaah Tesalonika yang ada dalam Allah, Sang Bapa kita, dan dalam Isa Al Masih, Junjungan kita Yang Ilahi. Anugerah dan sejahtera menyertai

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri. INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini

Lebih terperinci

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang Prolog Seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman, ya tepatnya adalah sahabat? Apa yang kalian tau tentang teman ataupun sahabat? Dua kata yang hampir serupa, namum mempunyai arti begitu berbeda

Lebih terperinci

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari PROLOG Queenstown Singapore, 1970 Apartemen setinggi ratusan kaki itu mustahil akan membuatnya mudah turun dan keluar. Dia ada di lantai paling atas. Bersama tiga nyawa yang telah hilang dengan beragam

Lebih terperinci

Mengajarkan Budi Pekerti

Mengajarkan Budi Pekerti 4 Mengajarkan Budi Pekerti Sukakah kamu membaca cerita dan dongeng? Banyak cerita dan dongeng anak-anak yang dapat kamu baca. Dalam sebuah cerita, terdapat pelajaran. Belajarlah dari isi cerita dan dongeng.

Lebih terperinci

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu: Kisah Ashabul Kahfi Kisah Ashabul Kahfi dan anjing adalah sebuah kisah penuh keajaiban sebagai pertanda kekuasan Allah swt yang tak bias di jelaskan oleh akal manusia yang terbatas ini kisah ini di muat

Lebih terperinci

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai. KOPI - Sudah ya capek aku lari-larian terus.. niat sekali ya ngelitikin aku?? ujar Xena ketika Ican mengejarnya di sebuah Taman Tiara yang biasa mereka datangi di waktu senggang. Xena dan Ican sudah dua

Lebih terperinci

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante! Bab I Karenina mengangkat kopernya dengan tergesa-gesa. Bi Sumi yang menggendong Alea, putrinya yang baru berumur 9 bulan, juga mengikuti langkahnya dengan tergesa-gesa. Kita harus cepat, Bi. Acaranya

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Namaku nanda, lengkapnya Nanda Prastika. Aku tinggal di sebuah desa bersama seorang wanita paruhbaya yang biasa aku panggil dengan sebutan emak ijah. Hidup

Lebih terperinci

"Maafin gue Na, hari ini gue banyak melakukan kesalahan sendiri" Tutur Towi yang mengimbangi langkah Leana.

Maafin gue Na, hari ini gue banyak melakukan kesalahan sendiri Tutur Towi yang mengimbangi langkah Leana. Bahkan sang juara sejati sekali pun pasti pernah mengalami kegagalan. Itu wajar dalam setiap perjalanan hidup manusia, karena terbentuknya mental sang juara yang sesungguhnya adalah ketika orang itu pernah

Lebih terperinci

Adam Aksara MENANTI CINTA. Penerbit. Nulisbuku.com

Adam Aksara MENANTI CINTA. Penerbit. Nulisbuku.com Adam Aksara MENANTI CINTA Penerbit Nulisbuku.com PROLOG Butir-butir keringat hangat berjatuhan dari dagu persegi seorang pria. Terdengar suara nafasnya yang memburu cepat. Kedua otot-otot lengannya yang

Lebih terperinci

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN

My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN My Journey with Jesus #2 - Perjalananku dengan Yesus #2 THE JOY OF THE LORD SUKACITA DALAM TUHAN Hari ini judul khotbah saya adalah THE JOY OF THE LORD/SUKACITA DALAM TUHAN. Saya rindu hari ini bahkan

Lebih terperinci

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul. PROLOG Frankfurt, Germany. Nick umur 9 tahun. Aku berlarian di padang rumput. Mengitari lapangan yang seperti permadani hijau. Rumput-rumputnya sudah mulai meninggi. Tingginya hampir melewati lututku.

Lebih terperinci

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu Kisah Satu (Oktra) Mendamba Angin Malam Hidup adalah tentang berkorban, atau bahkan mengorbankan orang lain untuk hidup kita. Hidup memberikan makna-makna tersirat yang harus kita artikan sendiri sebagai

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

Hidup adalah sebuah pilihan. Hiduplah

Hidup adalah sebuah pilihan. Hiduplah Chapter 1 Hidup adalah sebuah pilihan. Hiduplah dengan baik saat ini, agar kelak masa depan yang baik menjelangmu. Tanita berjalan ditengah gelapnya malam, ketika itu jam sudah menunjukan pukul 23.35 wib.

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

Cermin. Luklukul Maknun

Cermin. Luklukul Maknun Cermin Luklukul Maknun Orang-orang terkekeh-kekeh setelah melihat dirinya di cermin. Mereka tersenyum, memerhatikan dirinya, lalu tersenyum lagi. Setelah itu, mereka mencatat sesuatu di buku. Mereka memerhatikan

Lebih terperinci

Pemilik jiwa yang sepi

Pemilik jiwa yang sepi Mawar biru Kusiapkan ini khusus untuk hadiah ulang tahunmu Sebagai persembahanku atas perhatianmu... Cintamu dan kesediaanmu menerima diriku Terimalah ini Mawar biru... Yang khusus kupetik dari surga Untuk

Lebih terperinci

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan

Lebih terperinci

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM) AZAN PERTAMA DENDY (Penulis : IDM) Jam menunjukkan pukul 10.30, suasana ruang kelas dua SD Negeri Watambo menjadi ramai. Setiap anak saling mendahului untuk keluar dari kelas. Ibu guru wali kelas dua hanya

Lebih terperinci

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS Yarica Eryana Destiny Penerbit HKS Destiny Oleh: Yarica Eryana Copyright 2013 by Yarica Eryana Penerbit HKS gaemgyuchokyuhyun.wordpress.com hyokyustory@yahoo.com Desain Sampul: Erlina Essen Diterbitkan

Lebih terperinci

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!

Lalu Yesus bertanya kepada mereka: Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini? 16. Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup! Xc3 Kunjungan ke Kaisarea Filipi 96 Petrus Mengakui untuk Kedua-kalinya bahwa Yesus adalah Mesias 88 Matius 16:13-20, Mar kus 8:27-30, Lukas 9:18-21 13 Setelah Yesus beserta murid-muridnya berangkat ke

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

SENA LINGGABHUMI SERINDAI DANYANG

SENA LINGGABHUMI SERINDAI DANYANG SENA LINGGABHUMI SERINDAI DANYANG Perkenalkan, namaku Sena. Jujur saja sampai saat ini, terkadang aku masih merasa risih dengan kehadiran mereka yang terkesan tiba-tiba dan menjengkelkan. Menyodorkan kepala

Lebih terperinci

PERANCANGAN FILM KARTUN SINOPSIS DAN NASKAH FILM PENDEK (POLA C.VOLGER) Ujian MID Perancangan film kartun

PERANCANGAN FILM KARTUN SINOPSIS DAN NASKAH FILM PENDEK (POLA C.VOLGER) Ujian MID Perancangan film kartun PERANCANGAN FILM KARTUN SINOPSIS DAN NASKAH FILM PENDEK (POLA C.VOLGER) Ujian MID Perancangan film kartun Disusun Oleh : Luthfi Asrori (11.21.0573) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di Bait Pertama (Cintaku) Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di atas panggung yang terletak di tengah bangunan mal yang terbuka. Tommy sedang melakukan cek sound untuk penampilannya. Deru suara

Lebih terperinci

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu. Sahabat Terbaik Hari Minggu pagi yang cerah ini seharusnya adalah waktu yang menyenangkan untuk olahraga bersama sahabat terdekat. Sayangnya, hari ini Femii sedang tidak enak badan, perut dan punggungnya

Lebih terperinci

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mukadimah Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mencoba merangkai kata Berpura-pura jadi pujangga Menyenangkan hati dari tangan dan tulisan Semoga semua berkenan

Lebih terperinci

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya

DI BALIK DINDING. Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya Apa ya, yang berada di balik dinding itu?, selalu dan selalu dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Hingga akhirnya suatu hari, dia pun memberanikan diri untuk mengintip. Terlihat seorang bocah lelaki

Lebih terperinci

Tokoh Gerakan Hidup Sederhana

Tokoh Gerakan Hidup Sederhana Tokoh Gerakan Hidup Sederhana Ia datang ke Makkah sambil terhuyung-huyung, namun sinar matanya bersinar bahagia. Memang, sulitnya perjalanan dan teriknya matahari yang menyengat tubuhnya cukup menyakitkan.

Lebih terperinci

Alifia atau Alisa (2)

Alifia atau Alisa (2) Alifia atau Alisa (2) Dari suratku yang satu ke surat yang lainnya, dari pesan melalui media yang terhubung kepadanya semua sia-sia. Hingga lebih dua bulan aku menanti, tapi sepertinya perempuan ini bagaikan

Lebih terperinci

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Nama: ika Putri k Nim: 09.11.2577 Kelas: S1 TI 01 PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA Pada suatu hari terjadi perang antara rakyat Indonesia dengan Malaysia dikarenakan Malaysia sering kali merebut wilayah

Lebih terperinci

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer? tanyanya saat aku One - Deshi Angin yang semilir, bergerak dalam diam, malu-malu menelusup masuk melalui jendela kamar yang memang di biarkan terbuka oleh sang pemilik. Jam dinding yang bertengger indah di sisi sebelah

Lebih terperinci

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak Judul : Oedipus Complex pada Paul didalam novel Sons and Lovers karangan D.H. Lawrence DATA REDUKSI Data Reduksi dibawah ini adalah untuk menyederhanakan penjelasan peneliti. No Oedipus Complex Keterangan

Lebih terperinci

Ruang Rinduku. Part 1: 1

Ruang Rinduku. Part 1: 1 Ruang Rinduku saat mentari hilang terganti langit malam hingga pagi datang menyambut kembali kehidupan, maka saat itulah hati ini merindukan sosokmu, canda tawamu, dan senyumanmu. Part 1: 1 hai selamat

Lebih terperinci

Peter Swanborn, The Netherlands, Lima Portret Five Portraits

Peter Swanborn, The Netherlands,  Lima Portret Five Portraits Peter Swanborn, The Netherlands, www.peterswanborn.nl Lima Portret Five Portraits Bukan seperti salam Semula, kata si laki-laki, adalah air di sini manis dan penuh hidup, kemudian manusia datang mereka

Lebih terperinci

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan Bagian I 1 2 Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

S a t u DI PAKUAN EXPRESS S a t u DI PAKUAN EXPRESS Ya, awal tahun 2008. Pindah ke rumah sendiri. Berpisah dari orangtua, pindah kerja pula ke Jakarta. Meninggalkan kenyamanan kerja di Bogor rupanya membuatku terkaget-kaget dengan

Lebih terperinci

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Aku putuskan duduk di sebelahnya. Ia sadar ada orang yang

Lebih terperinci

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang?

Damar, apakah pada akhirnya mereka ini bisa benar-benar pulang? 100 101 Walaupun aku pura-pura menutup kedua mataku. Toh, akhirnya kubaca juga cerita tentang Ann. Ann yang malang, mengingatkanku pada cerita tentang Elsja dan Djalil, hantu Belanda yang sempat kuceritakan

Lebih terperinci

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah

BAGIAN PERTAMA. Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah BAGIAN PERTAMA Kumpulan Kisah-Kisah Hikmah 2 MOTIVASI HIKMAH 1 Cinta Sang Wanita Penghibur Apakah ada di dunia ini orang tua yang rela menghancurkan hidup anak kandungnya? Apa kau tahu rasanya hidup terkatung-katung

Lebih terperinci

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2

1 Tesalonika 1. 1 Tesalonika 2 1 Tesalonika 1 Salam 1 Dari Paulus, Silwanus dan Timotius kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang di dalam Allah Bapa dan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu.

Lebih terperinci

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat Hujan turun lagi disiang hari ini. Bulan April yang aneh. Bukankah seharusnya ini sudah menjadi liburan musim panas yang menyenankan? Mengapa hujan lagi? Jakarta, metropolitan yang sungguh kontras dengan

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/ :46:33

Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/ :46:33 Buku BI 2 (9 des).indd 1 11/12/2014 14:46:33 Malam itu, Ayah Gilang sangat repot. Ia baru menerima banyak kiriman barang untuk warungnya. Ada berkotak-kotak minuman dalam botol, sabun, kopi, susu cokelat,

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2 1. Bacalah kutipan cepen berikut! Pagi hari ini adalah hari pertama di Kota Yogyakarta buat seorang Revanda. Dia dan keluarganya

Lebih terperinci

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

AKHIR PERJALANAN. ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN ( Kisah Tentang Kehidupan ) Aghana V Idents Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com AKHIR PERJALANAN Oleh: Aghana V Idents Copyright 2015 by Aghana V Idents Penerbit ( nulisbuku.com

Lebih terperinci

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, 11.30 am. Pesawat dari Singapura baru saja mendarat. Kau tahu siapa yang kita tunggu?

Lebih terperinci