kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita."

Transkripsi

1 eperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2, matanya yang buta tiada hentinya mengerling. Bedanya tadi ia terus mengubar jejaknya si gadis, adapun sekarang orangnya berdiri tegak bagaikan patung. Melihat keadaan orang, Jing-ling-cu menghela napas kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita. Cuma sayang ia sudah buta, pula bisu, boleh jadi dimasa dulu hatinya pernah kena pukulan yang hebat sehingga tindak-tanduknya menjadi abnormal. Untuk selanjutnya diharap kalian mengingat akan sesama orang persilatan sukalah meng-amat2i dan mencari tahu siapakah gerangan dia ini serta adakah sanak pamilinya. Adapun kini terpaksa biarkan dia tinggal sementara dikelentingku ini!" Habis berkata, lalu ia mendekati orang aneh itu. Tak terduga, tiba-tiba dilihatnya pada pipi orang aneh yang jelek itu sedikit basah, nyata air matanya sudah meleleh. Hati Jingling-cu tergerak, diam2 ia menduga pasti dimasa yang lalu orang aneh ini tentu mengalami sesuatu peristiwa yang amat menyakiti hati dan menggetarkan sukma. Cuma sayang, keadaan orang aneh ini kini dalam keadaan tidak waras hingga susah untuk ditanya. Yang mencurigakan ialah kejadian tadi sebab apakah mendadak Siauyau-ih-su menjerit kaget, lalu berlari pergi begitu saja? Dan mengapa bila mendengar suara si gadis, Lou Jun-yan, lantas mengubar terus? Apakah mungkin dengan kedua orang tersebut belakangan ini memang pernah ada hubungannya? Dasar watak Jing-ling-cu memang simpatik, ia pikir orang aneh itu ia sendiri yang ketemukan, maka urusan apa yang menyangkut diri orang aneh itu, sudahlah pasti ia takkan bisa tinggal diam. Maka kembali ia tutup muka orang dengan kain selubung hitam tadi dan katanya ramah : Sobat, marilah kembali kekamar mengaso dulu! Orang itu tetap diam saja, maka Jing-ling cu lantas menarik tangannya dan dibawa masuk keruangan belakang. Besok paginya sesudah Tong Po dan Bok Siang-hiong memohon diri pulang kekediamannya masing2, dalam keadaan seorang diri Jing-ling-cu terus memikirkan teka-teki yang menyelubungi diri orang aneh itu. Tiba2 ia menjadi ingat, kalau tak bisa buka suara, bukankah dapat menulis, dan kenapa kemarin tidak diberikan pena dan kertas suruh menulis jawaban apa yang ditanyakan itu? Diam2 Jing-ling-cu mengomeli dirinya sendiri yang kenapa begitu goblok hingga tidak ingat akan akal ini. Maka lekas2 ia mendatangi kamar si orang aneh. Tapi ia kecele, sebab orang itu ternyata telah tiada di kamarnya lagi. Kalau melihat bantal dan selimut yang masih baik2 berada diatas ranjang, nyata sekali semalam sama sekali orang aneh itu tidak tidur disitu, dan sejak kapan orangnya menghilangpun susah diketahui. Karena kejadian ini, hati Jing-ling-cu menjadi murung, tapi apa daya?

2 Dalam pada itu, mengenai diri Lou Jun-yan sejak meninggalkan kuil Lo seng-tian, ditengah jalan teringat olehnya kejadian dikelenteng itu, dimana ia telah menggoda habis2an beberapa tokoh angkatan tua, diam2 ia merasa geli sendiri dan saking senangnya, sepanjang jalan ia bersenandung per-lahan2 sembari memainkan tetumbuhan bunga hutan di tepi jalan, terus turun ke bawah gunung. Setibanya dibawah puncak gunung, gadis ini menjadi ragu2, apakah begitu saja terus pulang kerumah? Biasanya sang guru teramat keras mengawasi dirinya, kalau bukan undangan Jing-ling-cu dan sang guru enggan turun gunung, boleh jadi hingga kini ia masih tetap dikeram, kini dirinya berada sejauh ribuan li dari gurunya, tentu orang tua itu takkan tahu urusan disini ternyata begitu cepat sudah selesai? Dan kesempatan ini mengapa tak dipergunakannya untuk pesiar dikalangan kangouw? Setelah ambil ketetapan itu, hati si gadis makin gembira. Terus saja ia melanjutkan perjalanan buat tinggalkan pegunungan Heng-san itu. Tak terduga, karena terlalu sedikit pengalaman, dan pula Lam-gak Heng-san ini baru pertama kali ia kunjungi, jalan pegunungan ber-liku2, bilak-biluk, meski ia sudah ber-putar2 hingga hari hampir magrib, masih juga belum keluar dari tanah pegunungan itu. Jun-yan menjadi gugup, akhirnya ia pikir2 jangan2 malam ini harus tidur dialas pegunungan terbuka. Dalam kesalnya ia duduk diatas satu batu ditepi jalan untuk mengaso. Tiba2 dilihatnya dari jauh ada beberapa orang yang mendatangi, sesudah dekat, ternyata mereka adalah beberapa tukang pencari kayu. Dalam girangnya Jun-yan terlompat bangun serta berseru : Numpang tanya, toako tukang kayu kangzusi.com!" sembari berkata, segera iapun memapak maju. Siapa tahu, baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa dibelakangnya ada berkesiur angin yang sangat perlahan, seakan2 ada seseorang yang mengintil dibelakangnya. Gerak-gerik Jun-yan memang sangat gesit dan cekatan, ketika berasa begitu, tanpa berpaling lagi, se-konyong2 ia baliki tangannya terus meraup kebelakang. Tapi ternyata ia hanya meraup angin belaka, ketika ia menoleh, yang tertampak hanya cuaca remang2 tanpa suatu bayanganpun. la

3 menjadi heran dan melengak, tapi segera ia meneruskan niatnya memapak beberapa tukang kayu tadi. Sudah tentu para tukang kayu itu terheran-heran ketika mendadak melihat seorang gadis jelita muncul ditengah-tengah alas pegunungan yang sunyi itu. Tadinya mereka menyangka jangan-jangan dewi kayangan yang turun kebumi. Sesudah mendengar pertanyaan si gadis tentang jalan turun kebawah gunung, lalu dengan sangat sopannya mereka memberitahukan dengan jelasnya. Dengan riangnya Jun-yan mengucapkan terima kasih lalu berlari-lari lagi kejurusan yang ditunjuk, tapi sesudah beberapa puluh tombak jauhnya, kembali ia merasa angin silir berkesiur lagi dibelakangnya. Tatkala hari itu sudah mulai gelap, cuma sang dewi malam belum menampakan diri. Kembali hati si gadis terkejut, diam2 ia memikir, apakah mungkin ada setan alas yang sedang mengintil dibelakangnya. Ketika ia coba menghentikan langkahnya, tahu2 angin silir dibelakangnyapun lenyap. Maka yakin sudah si gadis, pasti ada orang yang selalu mengintil, tapi bila ia mendadak menoleh toh tiada sesuatu bayangan yang terlihat olehnya? Dalam keadaan seorang diri di-tengah2 alas pegunungan, dan pula dimalam yang kini sudah gelap, sungguhpun nyali si gadis cukup tabah, tak urung ia merasa mengkirik. Segera ia tarik senjatanya "Ah-jui-bian" atau pecut mulut bebek, ia siapkan ditangan untuk menjaga segala kemungkinan. Pecut ini adalah senjata andalan gurunya, Thong-thian-sin-mo Jiau-Pek-king diwaktu mulai berkecimpung didunia kangouw. Meski nama senjata itu lucu kedengarannya, tapi sebenarnya adalah sesuatu genggaman yang liehay dan jarang dilihat. Panjang pecut itu kira2 tujuh kaki, besarnya seperti jari dan terbagi dalam ruas2 yang terbikin dari baja yang tajam sekali. Di ujung pecut itu terdapat pula dua potong pelat baja yang tipis tajam, letak kelihayannya justru pada kedua pelat baja ini, kalau diputarkan, ke dua pelat ini bisa buka-tutup hingga mirip mulut bebek. Begitulah, Jun-yan siapkan pecutnya ini di tangan terus melanjutkan perjalanan dengan cepat. Beberapa kali terasa angin berkesiur lagi dibelakangnya, segera pecutnya ia sabetkan, tapi selalu mengenai tempat kosong. Dengan sendirinya hatinya menjadi semakin heran. Tidak antara lama, sesudah rembulan lambat laun meninggi disebelah belakangnya serta memancarkan sinarnya yang indah, diam2 Jun-yan bergirang. Tapi ketika ia memandang kebawah, ia menjadi terperanjat tidak kepalang. Kiranya di bawah sorot sinar bulan yang terang, kecuali bayangan tubuhnya yang tertampak memanjang kedepan ditengah pegunungan itu, terdapat pula satu bayangan orang lain yang lebih jangkung dari dirinya, kalau melihat jaraknya, orang itu terang selalu mengintil dalam jarak tiada 4-5 kaki dari belakangnya.

4 Memangnya sejak tadi Jun-yan curiga ada orang yang mengintil dibelakangnya hingga menerbitkan berkesiurnya angin, tapi beberapa kali ia berpaling atau menyabet dengan pecutnya, toh selalu nihil tiada sesuatu yang dilihatnya. Kini kalau bukan dia berjalan dengan memungkiri bulan hingga bayangannya tersorot kedepan, boleh jadi ia belum berani yakin kalau berkesiurnya angin itu dijangkitkan oleh orang. Dalam kagetnya, hati Jun-yan benar2 dek-dekan, ia menduga orang mungkin sudah lama mengintil, maka betapa hebat ilmu entengi tubuh orang itu, sungguh susah dibayangkan. Cuma anehnya, mustahil orang itu belum insyaf kalau bayangan tubuhnya yang tersorot sinar bulan itu kini sudah dapat diketahui? Ketika per-lahan2 Jun-yan sengaja melangkah dua tindak kedepan, tahu-tahu bayangan orang itupun bertindak dua langkah. Bila ia berlari, bayangan itupun ikut berlari, hingga mirip seperti bayangan sendiri saja. Sembari berjalan, diam-diam Jun-yan menimang-nimang, ia pikir orang mungkin tiada maksud jahat, sebab kalau punya tujuan jahat pada sebelum bayangannya diketahui, sejak tadi-tadi sudah turun tangan. Boleh jadi orang ini adalah Bulim Cianpwe atau angkatan tua dari dunia persilatan yang kenal akan kenakalannya maka sengaja hendak bergurau padanya. Memikir akan itu, diam2 Jun-yan geli sendiri, sebab besar kemungkinan malah suhunya sendiri yang telah turun gunung dan menggoda padanya. Diam2 ia himpun tenaganya, ia siapkan pecutnya baik2, suatu ketika, mendadak ia putar tubuh, terus menyabet ber-runtun2 tiga kali. Cara menyerangnya itu cepat luar biasa, tapi gerak tubuh orang yang dibelakangnya itu ternyata jauh lebih cepat lagi, hingga tiga kali sabetannya mengenai tempat kosong semua. Cuma ada hasilnya juga, sebab ia sudah pusatkan perhatian, maka sekilas dapat dilihat oleh Jun-yan, dibawah sinar bulan ada satu orang secepat angin telah melesat pergi terus menyelusup masuk kedalam rimba yang berdekatan. Ha, masih lari? Sudah kepergok, kau mau sembunyi kemana?" teriak Jun-yan. Dan sambil mengangkat pecutnya, segera ia mengejar. Sesudah menyusur rimba, ia ber-teriak2 lagi memaki dengan maksud memancing keluar orang itu, tapi pohon2 rimba itu jarang2 saja tidak terlalu rindang, hingga keadaan sekitarnya cukup terlihat jelas, sunyi senyap saja tiada seorangpun. Tanpa terasa bulu roma si gadis berdiri, diam2 ia membatin, apakah mungkin setan atau genderuwo yang lagi menggodanya? la coba tenangkan diri, lalu duduk dibawah satu pohon besar sambil meng-amat2i keadaan sekitarnya,

5 tapi benar2 tiada suatu bayanganpun yang terlihat, ketika ia menengadah, sinar bulan yang putih jernih menembus rimba yang jarang itu hingga suasana malam itu tenang2 aman. Selagi Jun-yan tengak-tengok kesana kemari, tiba2 dilihatnya diatas sebatang dahan pohon yang tumbuh miring, coraknya agak aneh. Ketika ditegasi, ternyata bukan dahan pohon, tapi kain baju yang ber-goyang2, terang seorang manusia terpantek miring dibatang pohon besar itu dengan ilmu kepandaian lip te-seng-kin" atau berdiri ditanah tumbuh akar, semacam ilmu yang memberatkan tubuh yang pernah didengar tapi belum pernah dilihatnya. Ilmu lip-te-seng-kin" itu adalah kepandaian tunggal kaum Khong-tong-pay. Yang melatih ilmu ini, kalau Iwekangnya belum punya dasar yang kuat, tak nanti bisa berhasil. Kalau begitu, apakah mungkin orang ini adalah Li Pong, Ciang-bunjin atau ketua dari Khong-tong-pay yang berjuluk Liok-hap-tong-cu itu? Li Pong itu di waktu berusia tujuh belas tahun, ilmu silatnya sudah menjagoi sesama saudara seperguruannya, dengan liok-hap-to-hoat dari Khong-tong-pay mereka, sekaligus ia telah kalahkan tiga puluh lima saudara perguruannya hingga diangkat sebagai ketua. Sebab itulah orang kang-ouw menyebutnya Liok-hap-tong-cu" atau sibocah pemain Liok-hap-to. Kini meski usianya sudah lanjut, tapi julukan muda itu masih belum terhapuskan. Jun-yan pikir Li Pong adalah kawan sehidup semati gurunya, Jiau Pek-king, biasanya suka menggoda dan bergurau padanya. Maka ia menduga orang ini pasti Li Pong adanya. Hatinya menjadi lega, dengan ketawa-ketawa segera ia menegur : Hayo, Lisioksiok (paman Li), sudah dapat kukenali, kenapa masih kau pura2 tidak tahu disitu? Lekaslah turun ke mari, ajarkanlah padaku ilmu golokmu Liok-hap-tohoat. Bila tidak nanti aku akan siarkan kau seorang tua sengaja menindas yang muda, coba bagaimana kau akan membela diri?" habis berkata lalu iapun berdiri. Dan ketika ia mendongak pula sambil berkata dengan ketawa: Nah, Li..." belum lagi sioksiok diucapkan tiba2 ia merasa mukanya seperti teraling-aling sesuatu nyata itulah muka seorang yang jelek dan menyeramkan luar biasa yang hampir-hampir menempel dengan mukanya, maka teranglah bahwa orang itu sekali-kali bukan Liok-hap-tong-cu Li Pong yang disangkanya, tapi adalah si orang aneh yang dilihatnya dikelenteng Lo-seng-tian siang tadi. Kiranya tadi tubuh orang aneh itu terpantek" miring keatas dibatang pohon, tapi kemudian menggantung kebawah,

6 hingga mukanya hampir2 berciuman dengan mukanya Jun-yan ketika si gadis berdiri. Sesaat itu, saking kagetnya napas Jun-yan seakan-akan sesak, ia terhuyung-huyung mundur beberapa tindak. Kau...kau sebenarnya...siapa?" tanyanya kemudian dengan suara gemetar. Mendadak matanya menjadi burem, tahu-tahu orang itu telah melayang turun kedua tangannya terpentang terus melangkah maju se-akan2 Jun-yan hendak dirangkul kedalam pelukannya. Dalam kagetnya Jun-yan menjerit tajam sembari melompat mundur. Mendengar suara jeritan si gadis, mendadak orang aneh itu berhenti tak jadi maju, kedua tangannya pun diluruskan kebawah lagi, hanya dari tenggorokannya terdengar berkeruyukan, mulut dengan bibirnya yang sudah tak utuh lagi itu ternganga dan mengeluarkan semacam suara yang menakutkan dan menggetarkan sukma. Mendengar orang mengandung rasa pilu, tapi penasaran dan benci, seperti orang yang telah dianiaya musuh, tapi dendam sedalam lautan itu tak berdaya dibalas. Maka meski suaranya tadi begitu menyeramkan, dari takut tiba-tiba timbul rasa simpatik si gadis terhadap diri orang aneh itu. Jun-yan coba mengamatiamati perawakan dan bentuk wajah orang, tapi tiada sesuatu yang mirip Li Pong, diantara anak murid Khong-tong-pay juga tidak sedikit yang dikenalnya dan tiada seorangpun yang berwajah begini, sebaliknya kepandaian lip-le-seng-kin" yang ditunjukkan si orang aneh ini tadi justru adalah ilmu tunggal golongan Khongtong-pay yang tak mungkin diajarkan pada orang luar. Diam-diam Jun-yan menimang-nimang meski orang aneh tiada maksud jahat, tapi ketika di Lo-seng-tian selalu mengejar saja pada dirinya, sesudah ia tinggalkan kelenteng itu masih terus orang mengintil. Dengan siapapun boleh berkawan, tetapi masa harus berkawan dengan seorang aneh seperti setan ini? Tidakkah jalan paling selamat ialah : kabur? Karena itu segera ia pura2 membentak: Hai, apakah kau ini orang Khong-tongpay? Berani kau menggoda aku ditengah jalan, jika aku laporkan pada Ciangbunjin dari Khong-tong-pay, Liokhap-tong-cu Li Pong, pasti takkan menguntungkan kau!" Cara Jun-yan berkata ini sengaja ia keraskan suaranya, sebab ia insyaf, sedikit saja ia menggeser pergi, betapapun gesitnya, pasti orang aneh itu dapat menyusulnya. Maka semakin berkata semakin keras suaranya, sedang kakinya terus menggeser kebelakang. Ketika selesai ia berkata, sementara itu ia sudah berada sejauh 4-5 tombak dari orang aneh itu. Betul juga, orang aneh itu masih berdiri terpaku ditempatnya, hanya kepalanya miringi, rupanya sedang pasang kuping buat mendengarkan. Diam-diam Jun-yan sangat girang, lebih pasti lagi dugaannya bahwa orang aneh tentu seorang buta, asal ia menahan napas dan tidak

7 menerbitkan suara, pasti orang takkan dapat mencari jejaknya. Ia pikir mundur lagi sedikit jauh, lalu berdiam diri untuk melihat bagaimana reaksi orang aneh itu. Tak terduga ada lebih baik kalau ia tidak mundur lagi, tapi baru mundur selangkah, tahu-tahu tubuhnya telah menubruk kedalam pangkuan seseorang. Kagetnya Jun-yan kali ini ber-tambah2, tanpa pikir lagi telapak tangan kirinya ia tamparkan kebelakang. Dalam keadaan tubuh menempel, semestinya tamparan ini tentu kena sasarannya, siapa duga, baru saja tangannya diayun, tahu-tahu pergelangan tangannya malah terasa kesemutan, kiranya sudah kena ditangkap orang dibelakangnya itu. Jun-yan jadi mengeluh, ia tak berani berteriak, karena kuatir diketahui orang aneh itu hingga soalnya semakin bertele-tele. Dalam gugupnya ia ayun pecutnya yang berujung mulut bebek itu kebelakang dengan tipu hwe-jui-tiok-le" atau membalik mulut mematok keong. Tapi sial baginya, sebelum sabetannya mengenai sasarannya, tahu-tahu jiok-tek-hiat" di sikutnya terasa kesemutan, genggamannya menjadi kendor, dan senjatanya sudah pindah ketangan orang. Dahulu ketika Jun-yan mempelajari ilmu pecut itu, pernah gurunya Thong-thiansin-mo Jiau Pek-king berpesan: Dengan ilmu pecut lain dari pada yang lain ini, betapapun musuh takkan dapat merampas senjatamu ini, tetapi bila sampai pecutmu ini kena direbut, maka terang kau sudah kecundang, tak perduli lawan seorang sepele saja, jangan lagi kau menempur terus, jalan paling selamat ialah lari. Baiknya gurumu ini bukan seorang ksatria atau laki2 sejati, lebih2 bukan manusia yang suka cari nama, maka kau larikan diri rasanya juga tidak merosotkan pamor gurumu ini!" Pesan itu selamanya diingat baik-baik oleh Jun-yan. Kini melihat pecutnya benar2 kena dirampas orang, segera ia bermaksud kabur. Namun pergelangan tangan kirinya kena dipegang musuh, mana bisa lari begitu saja? Dalam gugupnya ia me-ronta2 sembari melirik tangan musuh yang memegangi tangannya itu, dan diluar dugaan, demi nampak tangan orang, dari keringat dingin yang tadinya sudah membasahi tubuhnya itu, kini ia malah menjadi lega. Kiranya tangan orang yang memegangnya itu ternyata berjari gemuk-gemuk dan merah seperti diwanter kuku jarinya, panjang lebih dua senti hingga mengeluarkan cahaya mengkilap, siapa lagi dia kalau bukan telapak tangan Cu-seng-cian atau tangan merah Cu-se yang dikenalinya sebagai tangannya Liok-hap-tong-cu Li Pong.

8 Saking girangnya, segera iapun mengomel : He, Lisioksiok, kenapa kau sengaja bikin kaget padaku?" Maka terdengarlah orang yang dibelakangnya itu ketawa terbahak-bahak sembari kendorkan cekalannya, kemudian katanya : Setan cerdik, dibelakangku kau selalu sebut namaku, apa yang sedang kau lakukan untuk alamatku bukan? Haha, kalau tidak bikin kaget kau sekali-kali, adu mulut aku memang kalah, bukankah selalu aku akan rugi?" Ketika Jun-yan menoleh, maka terlihatlah seorang berperawakan pendek buntat, rambutnya hitam mengkilap, alisnya yang panjang tebal, tapi berwarna putih bersih, dibawah janggutnya tumbuh serumpun jenggot, tapi warnanya justru hitam, dan diapit dan alisnya putih, wajahnya masih kekanak2an, tambah lagi sepasang tangan Cu-seng-ciang", siapa lagi dijagat ini yang mempunyai corak khas seperti Liok-hap-tong-cu Li Pong ini? Sesudah tertegun sejenak, segera Jun-yan mengomel lagi: Bagus kau, Li-sioksiok! Kau kirim orang golonganmu Khong-tong-pay untuk bikin rusuh di Lo-seng-tian diatas Ciok-yong-hong, kini tua menghina lagi seorang gadis muda seperti aku, kelakuanmu ini mana ada sifat pribadi yang agung sebagai Bulim-cianpwe (angkatan tua persilatan) dan seorang ketua cabang persilatan kangzusi.com. Biarlah aku siarkan berita ini tentu kau akan dibuat buah tertawaan orang!" Hebat benar dakwaanmu ini?" sahut Li Pong sambil melelet-leletkan lidahnya. Tapi cara bagaimana untuk menebus kekalahanku ini, supaya nona jelita tidak marah-marah lagi?" Itu mudah", ujar Jun-yan sembari tekap mulutnya yang mungil untuk menahan tertawanya. Asal kau ajarkan aku Liok-hap-to-hoat, maka segalanya akan menjadi beres!" Kiranya Liok-hap-tong-cu Li Pong ini memang bertabiat jenaka, meski seorang ketua cabang persilatan, tapi paling suka pada orang muda yang ingin maju, sama sekali tak berlagak tua terhadap kaum muda, dan Lou Jun-yan memang sudah biasa bersenda gurau dengan dia. Ai, setan cerdik", demikian sahut Li Pong kemudian dengan tertawa ia menyambung : Belum lagi menjadi pembesar, sudah mau terima sogok, sayang Liok-hap-to-hoat yang kau inginkan tidak ada, kalau Liok-hap-cio-hoat, bagaimana? Kau mau tidak?" Jun-yan tidak tahu kalau kata2 Li Pong itu sedang mempermainkannya, sebaliknya ia pikir, menurut cerita suhunya ilmu silat rahasia kaum Khong-tong-pay sangat banyak dan semuanya bagus tiada bandingan, keruan ia kegirangan, segera ia menyahut : Ya, boleh, bagus sekali!" Baik", kata Liok-hap-tong-cu Li Pong sembari geraki tangannya terus mendorong

9 ke arah si gadis. Sampai disini, barulah Jun-yan tahu dirinya kena diapusi. lapun tahu tak nanti Li Pong memukul sungguh-sungguh padanya, namun bila pukulan itu sampai kena, bukankah ia sendiri malu sebagai anak murid Thong-thian-sin mo Jiau Pek-king? Maka cepat sekali ia berkelit kesamping. Bagus, gerakan yang gesit!" seru Li Pong memuji Tapi segera ia melangkah maju dan pukulan kedua dilontarkan pula. Selagi Jun-yan hendak berkelit pula, mendadak terasa angin berkesiur cepat lewat disampingnya, si orang aneh yang terpaku ditempatnya tadi tahu-tahu melesat ketengah-tengah antara dia dengan Li Pong, terlihat pula tangan si orang aneh diangkat, iapun melontarkan pukulan kedepan, maka terdengarlah suara plak", kedua tangan si orang aneh dan Li Pong saling beradu. Pukulan yang dilontarkan oleh Li Pong tadi hanya pura2 saja untuk menggoda Jun-yan, sama sekali ia tidak menduga bahwa mendadak bisa muncul kangzusi.com seseorang untuk merintanginya? Sebaliknya orang aneh itu melontarkan pukulan sepenuh tenaga, maka Liok-hap-tong-cu Li Pong tergetar hingga mundur 7-8 tindak, jika bukan Iwekangnya sudah terlatih sampai tingkat yang bisa dipergunakan dengan sesukanya dan segera kumpulkan tenaga buat menahan, boleh jadi ia sudah terluka dalam. Bila kemudian Li Pong dapat melihat bahwa lawannya itu ternyata seorang jelek yang mukanya 90 persen lebih mirip setan, kedua matanya melolor memutih, terang

10 seorang buta, tapi tenaga dalamnya ternyata sedemikian hebatnya, ia menjadi tercengang. He, budak cerdik, kiranya kau masih punya bala bantuan!", katanya kemudian. Semula Jun-yan menyangka kalau orang aneh ini adalah orang Khong-tong-pay, kini mendengar kata Li Pong, pula cara orang aneh itu turun tangan tadi terang bukannya pura2, tapi menganggap Li Pong hendak mencelakainya, kalau begitu, apakah benar2 orang aneh ini sudah berkawan dengan aku? demikian pikir si gadis. Karena itu, cepat ia menjawab: Li-sioksiok, bergurau boleh bergurau, tapi kalau sungguh2 hendaklah kita juga sungguh2. Orang ini adalah orang yang bikin rusuh di kelenteng Lo-seng-tian, Jing-ling-cu dan kawan2nya tiada yang kenal asal-usulnya, tadi aku melihat ia gunakan kepandaian lip-te-seng-kin" untuk pantek dirinya diatas batang pohon, masa dia bukan orang golonganmu? Dan tiba2 kaupun datang kemari, apakah kau juga hendak mengunjungi Jing-ling Totiang?" Ya, aku juga menerima undangan Jing-ling-cu", sahut Li Pong. Cuma ditengah jalan terhalang sesuatu urusan, maka datangnya terlambat. Apakah undangan Jingling-cu pada orang banyak, justru disebabkan urusan setan jelek ini?" Benar", kata Jun-yan mengangguk. Suhu juga diundang, ia bilang tentu akan berjumpa dengan seorang yang bernama Cu Hong-tin yang memuakkan, ia sendiri tak sudi turun gunung, maka aku yang diperintahkan kemari." Bagus kuda liar terlepas dari kekangan, tentu saja hebat!" goda Li Pong dengan tertawa. Li-sioksiok, biasanya kau sangat sayang padaku. Aku hanya gunakan kesempatan ini untuk mencari pengalaman kangouw, maka terlambat pulang, kelak jika ketemu suhu, harap jangan kau laporkan!" pinta si gadis. Tak bisa", kata Li Pong sembari geleng2 kepalanya. Masa kau suruh aku seorang tua yang menghina kaum muda, seorang yang tanpa sifat pribadi ketua cabang persilatan, supaya berdusta untukmu?" Aii, Li-sioksiok ini..." sahut Jun-yan sambil menjengkitkan mulut. Li Pong menjadi geli melihat muka si gadis yang menyenangkan ini. Jun-yan tahu kalau orang tua itu diam2 sudah berjanji, lalu ia menceritakan pengalamannya di Lo-seng-tian diatas Ciok-

11 yong-hong itu. Sambil mendengarkan cerita si gadis yang menarik itu, diam2 Li Pong memperhatikan orang aneh itu. Ia lihat orang aneh itu berdiri menghadap kearah si gadis tanpa bergerak sedikitpun, se-akan2 sangat senang dan ketarik oleh setiap kata2 serta setiap suara ketawa si gadis. Sesudah Jun-yan selesai menutur, lalu Li Pong berkata : Kalau dia mahir ilmu silat cabang lain, itulah bukan soal, tapi kepandaian lip-te-seng-kin" benar2 adalah ilmu tunggal Khong-tong-pay kami, darimana ia dapat mempelajarinya? Ahm..." ia merenung sejenak, tiba2 dari pinggangnya ia lolos keluar sebilah golok yang bersinar hijau mengkilap. Nyata itulah golok pusaka Pek-lin-sin-to" kaum Khong-tong-pay. Melihat Li Pong mendadak lolos senjata, sedang orang aneh itu juga rupanya sudah mendengar suara senjata tajam dicabut, maka agak terkejut dan terus mundur setengah langkah, kakinya berdiri kokoh dalam gaya miring, nyata itulah kuda2 yang kuat sekali untuk menghadapi segala kemungkinan. Menyangka kedua orang bakal saling gebrak dan kasihan juga bila orang aneh yang cacat itu sampai terluka, maka cepat Jun-yan bertanya: Li-sioksiok, apa yang hendak kau lakukan?" Aku hendak menjajal dia. Kau bilang dia mahir ilmu lip-seng-kin", apakah ia juga pandai Liok-hap-to-hoat?!" sahut Li Pong. Lalu ia membentak ke arah si orang aneh: Nah, sobat, sambutlah!" Habis itu, sekali tangannya bergerak, tahu2 golok pusakanya itu tertimpuk kedepan membawa selarik sinar hijau yang menyilaukan kearah orang aneh itu. Ternyata orang aneh itu sangat cekatan, sekali tangannya membalik, segera golok itu sudah kena dipegangnya. Terkejut sekali Li Pong melihat cara si orang aneh itu menyambuti goloknya, tanpa terasa ia berseru memuji. Kepandaianmu bagus! Awas serangan!" Segera ia gunakan sarung goloknya sebagai senjata, terus dengan tipu Ci-gi-tonglai atau hawa ungu datang dari timur, sarung goloknya membawa angin kencang terus menusuk kemuka si orang aneh. Liok-hap-to-hoat dan Liok-hap-co-hoat dari Khong-tongpay, kesemuanya mengambil atas gabungan langit bumi dan keempat penjuru yang diubah lagi, jadi langit dan bumi atau atas dan bawah ditambah empat penjuru yalah enam, maka disebut Liokhap atau enam gabungan. Ilmu golok dan pukulan itu sebenarnya masing-masing

12 hanya terdiri dari enam jurus saja, yaitu dengan aksara langit, bumi, timur, barat, utara dan selatan, tapi diantara tiap-tiap jurus itu terkandung pula enam macam pecahan, dari tiap-tiap pecahan, ini juga mengambil kedudukan enam aksara seperti tersebut diatas, maka kalau dimainkan menjadi enam kali enam menjadi tiga puluh enam jurus. Ilmu silat ini adalah kepandaian tunggal Khong-tong-pay yang tak diajarkan pada orang lain. Begitulah Jun-yan melihat gerak serangan Li Pong itu dilontarkan sangat perlahan sekali, ia tak kenal tipu serangan macam apakah itu, juga tak tahu kemuzizatan yang terkandung dalam tipu ini, tapi bila ingat inilah kesempatan bagus untuk mencuri belajar Liok-hap-to-hoat, berkat otaknya yang tajam, segera ia perhatikan sungguh2 gerak geriknya Li Pong, ia ingat baik2. Ia lihat ketika tusukan Li Pong itu dilontarkan, sarung golok yang dibuat senjata itu mendengung sekali terus ujungnya memutar hingga menjadi satu lingkaran kecil, kembali mendengung sekali terus menggores sebuah lingkaran besar, selesai dua lingkaran digores, ujung golok itu sudah mendekati muka si orang aneh. Orang aneh itu masih berdiri tegak sambil memegangi Pek-lin-to yang dilemparkan Li Pong tadi, sama sekali tiada tanda2 hendak menangkis atau berkelit. Hayo sambut!" bentak Li Pong lagi sembari menggores lingkaran yang ketiga. Dengan digoresnya tiga lingkaran sinar itu, ujung goloknya sudah tinggal beberapa senti saja didepan muka si orang aneh. Karena itu, baru mendadak orang aneh itu geraki goloknya secepat kilat. Herannya gerak tipunya ternyata sama dengan tipu serangan Li Pong, golok bersinar hijau yang menyilaukan itu segera melingkar menjadi satu bundaran, hebatnya lingkaran pertama ini sudah jauh lebih besar dari lingkaran ketiga yang digoreskan Li Pong tadi. Dibawah sambaran sinar senjata itu, sarung golok Li Pong sudah terkurung didalamnya. Melihat sekali bergerak, orang itu benar-benar melontarkan tipu Ci-gi-tonglai", jurus pertama dari Liok-hap-to-hoat, bahkan tenaga dalam yang digunakannya terang diatas dirinya, tak nanti dibawahnya, keruan Li Pong terkejut, segera ia bermaksud menarik kembali sarung goloknya, tapi sudah tidak keburu lagi. Tiba2 sinar hijau berkelebat, ilmu golok orang aneh itu sudah berubah, Pek-linto dibujurkan kesamping. Li Pong adalah Ciangbunjin atau ketua Khong-tong-pay, sudah tentu ia kenal gerak tipu itu disebut Se-jut-ham-koan" atau kebarat keluar benteng Ham. Jika ia tidak mundur cepat saatnya, tapi tunggu sampai orang habis memainkan enam

13 jurus hingga tiga puluh enam macam perubahan seluruhnya dilontarkan, maka pasti ia akan kewalahan menghadapinya. Ia menjadi geregetan mengapa tadi terlalu pandang enteng lawannya dan menyerahkan golok pusaka kepadanya, kini ia sendiri hendak melepaskan diri dari rangsakan saja rasanya susah. Mendadak ia kendorkan cekalannya, sarung goloknya terpaksa ia korbankan, ia ulurkan kedepan dan dilepaskan, berbareng orangnya terus melompat mundur. Maka terlihatlah sinar golok gemerlapan, sarung golok itu tahu2 terkutung menjadi tujuh potong. Nyata itulah tipu Lam-tau-liok-sing" atau enam bintang dari langit selatan. Tipu serangan ini biasanya sangat susah dimainkan, sebab harus sekali membacok beruntun-runtun menyendal enam kali, tapi dalam permainan orang aneh itu, tipu itu seperti sepele saja, jitu dan langgeng, sedikitpun tidak meleset, hingga sarung golok itu terbabat enam kali dan terkutung menjadi tujuh potong dan berserakan ditanah. Sesudah Liok-hap-tong-cu Li Pong melompat pergi, kembali orang aneh itu berdiri kaku. Saking herannya Jun-yan sampai ternganga, hingga lama baru ia buka suaranya : Li-sioksiok, bagaimana ini? Kau adalah Ciangbunjin Khong tong-pay, masa ilmu golokmu Liok-hap-to-hoat malah kalah sama dia?" Bukan saja ilmu golokku kalah, bahkan tenaga dalam juga dia lebih menang", sahut Li Pong. Umpamanya dia yang gunakan sarung golokku dan aku memegang Peklin-to, rasanya akupun bukan tandingannya! Bukankah kau saksikan tadi, begitu bergerak, jurus pertama saja sarung golokku sudah terkurung didalam sinar goloknya? Sungguh aneh! Orang ini pasti tokoh Khong-tong-pay, apakah mungkin masih angkatan tua dari golongan kami?" Sehabis berkata, segera ia gelengi kepala menjawab sendiri: Tak mungkin, tak mungkin!" Li-siok-siok, tak perlu kau terka tak keruan, sebab ilmu silat cabang lain, iapun sangat mahirnya!" ujar Jun-yan. Paling benar sekarang carilah akal untuk merebut kembali golok pusakamu itu dari tangannya!" Benar juga pikir Li Pong, segera ia menubruk maju sambil julurkan tangannya yang merah itu untuk merebut goloknya, tapi sedikit orang aneh itu angkat lengannya, dengan jurus Thian-ho-to-kwa" atau sungai langit gantung terbalik, satu jurus dari Liok-hapto-hoat, terus hendak memotong

14 pergelangan tangan Li Pong. Keruan Li Pong menjadi terkejut, cepat ia tarik tangannya dan ganti jari tangan kiri diangkat buat menyerang kedua mata lawan, dan ketika orang aneh itu lintangkan goloknya hendak menangkis, Li Pong membarengi sekali gertak, tangan kanan secepat kilat hendak menangkap punggung golok. Tipu serangan Li Pong ini disebut sam-sing-boan-ngoat" atau tiga bintang mengelilingi bulan, ialah semacam ilmu kepandaian merebut senjata orang dengan tangan kosong, lebih dulu jari kiri mengarah mata lawan, disusul menggertak, berbareng tangan kanan merebut, tiga gerakan sekaligus dilontarkan. Dibawah permainan Liok-hap-tong-cu, tipu itu menjadi makin hebat. Tapi hasilnya ternyata nihil, sebab orang aneh itu mendadak tekan goloknya kebawah sembari kepala mengegos, lalu tubuhnya terus meloncat keatas, dalam sekejap saja tipunya thian ho-to-kwa tadi sudah berganti menjadi te-lai-hong-seng" atau bumi bergoncang menjangkitkan angin. Dalam kagetnya Li Pong tak berani menyusul buat merebut senjata lagi, dengan masgul ia melompat mundur, ia termangu-mangu tak berdaya. Disamping sana Jun-yan juga ikut kuatir bagi Li Pong, Pek-lin-to itu adalah golok pusaka kaum Khong-tong-pay yang hanya dibawa oleh ketuanya, malahan ada peraturan yang menentukan bahwa melihat golok itu seakan-akan melihat ketuanya, anak murid Khong-tong-pay sendiri tidak sedikit jumlahnya, golok pusaka kangzusi.com itu mana boleh dihilangkan begitu saja? Tapi apa daya, kalau Li Pong sendiri tak mampu merebut kembali, apa lagi ia sendiri? Hai, kau ini kenapa tidak kenal kebaikan", dalam gugupnya ia berseru, Orang meminjamkan golok padamu untuk menjajal ilmu goloknya, mengapa senjatanya malah kau kangkangi?" Tiba-tiba mulut orang aneh itu menyengir, tapi karena wajahnya yang jelek dan bibirnya yang sudah cacat, maka nampaknya menjadi ngeri. Menyusul ia angsurkan Pek-lin-to itu kepada Lou Jun-yan yang terperanjat sembari mundur selangkah, tapi kemudian dapat dilihatnya orang tak bermaksud jahat, segera ia tabahkan diri dan menanya: Apakah kau hendak berikan golok ini padaku?" Orang aneh itu tertegun sejenak, lalu mengangguk. Maka tanpa ragu2 lagi Jun-yan mendekatinya, cuma untuk menjaga segala kemungkinan pecutnya ia siapkan ditangan. Lalu golok yang diangsurkan orang aneh itu diterimanya. Melihat itu, Liok-hap-tong-cu Li Pong menjadi lega, golok pusaka itupun ia

15 terima kembali dari si gadis, dan katanya : Setan cerdik, sekali ini benar2 berkat kau! Kebaikanmu ini tentu takkan kulupakan!" Takkan melupakan, apa gunanya? Masakan kau bakal memberikan golok itu padaku?" demikian sahut Jun-yan. Lalu iapun berkata lagi pada dirinya sendiri : Ah, betapa baiknya kalau benar2 golok pusaka ini milikku?" Siapa duga, baru selesai ia berkata, mendadak si orang aneh itu terus menerjang ke arah Li Pong, kelima jarinya terpentang terus hendak merebut golok itu, diwaktu tangannya bergerak itu samar2 membawa suara yang gemuruh. Lekas2 Li Pong enjot tubuh berjumpalitan kebelakang hingga jauh sambil berseru : Ilmu "Pi-lik-cio" yang hebat! Setan cerdik, apa yang kau katakan tadi memang benar, orang ini mahir benar dalam berbagai cabang silat, ilmu pukulan Pi-likcio ini adalah kepandaian tunggal keluarga In di Holam yang hanya diturunkan kepada anaknya, ternyata diapun bisa menggunakannya, benar-benar hebat dan aneh! Begitu ia melompat mundur, segera orang aneh itu memburunya dan beruntun-runtun melontarkan beberapa jurus serangan buat merebut golok, tapi Li Pong sudah memegang senjata pusakanya, iapun tidak gentar pula, segera ia mainkan Liok-hap-to-hoat dengan kencang hingga orang aneh itu ditahan dalam jarak-jarak tertentu tak mampu mendekat. Karena itu, maka terdengarlah orang aneh itu bersuara uh-uh-uh" pula, rupanya gugup karena seketika tak bisa merebut senjata lawan. Lekas kau pulang ketempatnya Jing-ling-cu saja, buat apa masih keluyuran disini?" kata Jun-yan kemudian. Aneh bin ajaib, terhadap apa yang dikatakan Jun-yan, ternyata orang aneh itu selalu menurut. Maka sekali putar tubuh, cepat ia mengeloyor pergi. Li Pong dan Jun-yan ter-mangu2 melihat kelakuan orang yang susah dimengerti itu.

16 Berpuluh tahun aku berkecimpung di kang ouw, tapi belum pernah kenal dikalangan persilatan ada seorang tokoh aneh seperti ini", demikian kata Li Pong saking herannya. Kalau melihat tindak tanduknya sudah terang seorang gendeng yang tak merasa lagi asal usul dirinya sendiri. Menurut aku, Jing-ling-cu harus mengumpulkan semua tokoh2 dunia persilatan dari yang rendah sampai yang tinggi, boleh jadi baru bisa mengenalinya! Maka kini biarlah aku pergi ke Ciok-yong-hong untuk menemui Jingling-cu, apakah kau juga ingin ikut?" Ah, tidak", sahut Jun-yan menggelengkan kepala. Tapi harap Li-siok-siok, jangan sekali2 kau beritahukan suhu tentang jejakku ini, bila kau mengatakan padanya, kelak pasti aku akan siarkan kejadian golokmu dirampas orang aneh tadi, coba pamormu bakal merosot atau tidak?" Habis berkata, dengan tertawa ter-kikih2 ia terus berlari pergi. Melihat kenakalan si gadis, Li Pong hanya bisa angkat bahu sambil tersenyum, lalu melanjutkan perjalanannya ke Ciok-yong-hong. Dengan kata2nya tadi, Jun-yan sudah yakin meski ia keluyuran setengah atau selama setahun diluaran, pasti juga Li Pong akan membelanya dimuka sang suhu, maka tak kuatir lagi kini, saking senangnya larinya tambah cepat. Malamnya, ia dapatkan sebuah penginapan disuatu kota kecil dibawah gunung, tapi belum lagi fajar tiba ia sudah bangun, ia melompat keluar melalui jendela, ia pilih sebuah gedung yang paling mentereng dan digerayanginya belasan lonjor emas yang seluruhnya hampir 400 tahil, dengan ini ia akan gunakan sebagai biaya pesiarnya nanti. Memangnya Jun-yan murid Thong-thian-sin-mo yang terkenal ksatria bukan, penjahat pun tidak, maka mesti sementara menjadi pencuri, Jun-yan tidak merasakan sesuatu keganjilan. Setibanya kembali dihotel, hari masih belum terang, ia masuk tidur lagi hingga hari sudah dekat lohor baru mendusin, tapi baru saja sadar, segera ia merasakan sesuatu yang aneh, di dekat lehernya serasa dingin tajam, seperti ada sesuatu senjata tajam terletak disitu. Ketika ia menoleh kesamping, maka terlibatlah sebilah golok pusaka yang memancarkan sinar hijau menyilaukan, persis terletak diujung hidungnya, jaraknya tidak lebih dari satu senti saja. Coba bila ia menolehnya sedikit sembrono, boleh jadi hidungnya yang mancung itu sudah menjadi pesek. Demi nampak golok pusaka itu, segera Jun-yan mengenali itu adalah Pek-lin-to milik Khong-tong-pay, maka tanpa ragu2 lagi segera ia berteriak: Ha, Li-siok-siok, kau selalu mau takut2i aku saja!" Tapi meski ia mengulangi teriakannya, masih tiada orang menyahut, malahan

17 terdengar pelayan hotel yang sedang menegur diluar: Apakah nona sudah bangun? Apakah perlu diambilkan air cuci muka?" Siau-ji-ko (panggilan pada pelayan), mari kau masuk, aku ingin tanya padamu!" sahut Jun-yan sembari betulkan rambutnya yang kusut. Sebenarnya datangnya Jun-yan seorang diri menginap dihotel sudah membikin pengurus hotel merasa heran, kini dilihatnya pula si gadis tidur hingga lohor masih belum bangun, rasa curiga mereka semakin menjadi, maka sebenarnya sipelayan dan kasir lagi kasak kusuk dan bisik-bisik diluar kamar, kini demi mendengar panggilan, segera mereka mendorong pintu dan masuk kekamar. Tapi begitu pintu terbuka, mendadak mereka melihat si gadis berdiri didepan ranjang sambil menghunus golok, mereka menjadi terpaku kaget, malahan saking ketakutan kasir hotel itu sampai mendeprok ditanah sembari memohon : Am...ampun Li-tai-ong (sebutan pada begal wanita)!" sedang sipelayanpun ikut-ikut mendekam diatas tubuh sikasir dengan badannya menggigil ketakutan. Mengkal dan geli si gadis melihat macam kedua orang itu, lalu dampratnya : Ngaco belo, masa aku kalian sangka Li-tai-ong apa segala? Lekas bangun!" Dengan gemetar kedua orang itu berbangkit tapi muka mereka tetap pucat bagai mayat. He, apakah semalam kalian melihat ada orang memasuki kamarku?" tanya Jun-yan. Kedua orang itu saling pandang dengan heran oleh pertanyaan itu. Tidak ada!" sahut mereka akhirnya. Tiada seorang kakek buntak bertangan merah yang masuk kemari?" desak Jun-yan. Tidak ada, tidak ada!" sahut kedua orang itu berulang-ulang. Jun-yan menjadi semakin heran dan bingung tiba-tiba dapat dilihatnya disamping bantalnya terdapat pula secarik kertas kecil, lekaslekas ia mengambilnya dan dibaca, ternyata diatasnya tertulis dua huruf Jingkin", gaya tulisannya kuat dan indah, selain itu, tiada sesuatu lagi yang didapatkannya. Semakin Jun-yan tak faham apakah artinya itu, dan meski sudah dipikir dan tiada mengerti, akhirnya iapun simpan baik-baik golok pusaka itu dan pesan pelayan menyediakan makanan, habis itu, iapun tinggalkan hotel. Ia membeli seekor kuda kuat untuk alat pembantu perjalanannya, sepanjang jalan ia selalu tungak tengok kesana kemari hingga sangat menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang, namun

18 sama sekali ia tak menghiraukan. Jalan yang diikutinya itu ternyata adalah jalan raya kangzusi.com yang menuju kota Hengyang, suatu kota yang ramai makmur dan terkemuka diwilayah Oulam dan banyak dikunjungi saudagar2. Diatas kudanya Jun-yan sangat terpesona oleh keramaian lalu lintas itu. Tiba2 didengarnya ada suara keleningan bercampurkan suara berdetaknya kaki kuda dari belakang, ketika ia menoleh, kiranya seorang Su-seng atau orang sekolahan, menunggang seekor keledai sedang mendatangi cepat dari belakang. Orang menunggang keledai sebenarnya tidaklah mengherankan, tapi Suseng ini justru anak aneh, sebab caranya menunggang binatangnya itu dengan mungkur, jadi seperti caranya Thio-ko-lo, itu dewa dalam cerita Pat-sin (delapan dewa). Pula keledai itu meski kecil, tapi larinya ternyata amat cepat, lebih aneh lagi ialah bulu tubuhnya seluruhnya putih mulus, sebaliknya empat telapakan kaki dan ekornya hitam mengkilap. Ter-heran2 Jun-yan melihat macam keledai yang menarik itu, diam2 ia membatin : Keledai ini hebat amat, jika dapat kurebutnya untuk pesiar ke-mana2, bukankah jauh lebih bagus daripada menunggang kuda belian ini?" Tapi sipelajar muda itu se-akan2 dapat menerka akan maksud hatinya, tiba2 ia membentak, segera keledai putih itu pentang kaki terus lari cepat luar biasa. Sesaat itu Jun-yan malah tertegun, ketika ia sadar kembali, dua saudagar yang berlalu disitu sudah mendahuluinya lagi. Lekas2 ia berdiri diatas kudanya untuk melongok, tapi keledai sipelajar sudah jauh sekali, untuk mengejar rasanya tak mudah, diam2 ia menyesal kenapa tadi melepaskan kesempatan baik itu. Sedang ia ter-menung2, tiba2 disamping ada orang membentak keras2 : Sam-thay... lalu yang seorang menyambung: Piau-kiok!" Nada teriakan itu semuanya sengaja ditarik panjang2 hingga kedengarannya rada aneh dan lucu. Ketika Jun-yan berpaling, kiranya itu adalah dua orang pembuka jalan dari sesuatu perusahaan pengawalan. Memangnya hati Jun-yan lagi mendongkol, apa pula tiba2

19 melihat kedua pembuka jalan Piau-kiok itu selalu melarak-lirik kearahnya seperti copet mengincar sasarannya, tentu saja ia menjadi gusar. Setan, disamping nonamu, kenapa gembar-gembor sesukanya?" demikian dampratnya. Pada umumnya, sebagai pengawal rendahan Piaukiok, meski bisa silat juga tiada artinya, tapi karena pengalaman pekerjaan mereka yang senantiasa merantau, mulut mereka justru tajam luar biasa, lebih-lebih kata-kata yang bersifat menggoda dan rendah, jangan ditanya lagi! Maka ketika mendengar Jun-yan mendamprat orang tanpa alasan, cara mereka memandang si gadis menjadi semakin berani, mereka tidak melirik lagi kini, tapi sengaja mengamat-amati dari depan sampai kebelakang dan dari kepala turun kekaki lalu dari kaki naik lagi keatas. Menghadapi seorang gadis jelita, tentu saja mereka menjadi tambah berani dan ingin mendapatkan keuntungan kata-kata. Mereka saling pandang sekejap, lalu tertawa bersama, sikap mereka sangat rendah memuakkan. He, nona besar, kami bukan lakimu, kenapa belum kenal, datang-datang kau memaki orang?" segera seorang buka suara. Ai, toako ini!" demikian sambung yang lain seperti dua pelawak yang lagi main dagelan, kenapa dia memaki orang? Siapa tahu kalau dia telah penujui kita berdua! Hahaha!" Begitulah mereka bergelak ketawa, masih ada tiga-empat orang kawannya yang dengan sendirinya ikut terbahak-bahak. Sebenarnya mulut Lou Jun-yan tidak kalah tajamnya, ditambah kecerdasannya, biasanya tokoh persilatan mana saja kalau kebentur dia, tentu akan merasa kewalahan. Seperti halnya Siau-yau-ih-su yang dipermainkannya diatas Ciok-yong-hong, tapi tak mampu membalas. Tapi kini menghadapi dua lelaki bangor dengan katakatanya yang bersifat rendah kotor, sebagai seorang gadis dengan sendirinya tak ungkulan menandinginya. Keruan mukanya menjadi merah mendengar apa yang dikatakan kedua orang Piau-kiok tadi, pikirnya : Mereka berteriak membuka jalan memang sudah menjadi peraturan Piaukiok, salahku sendiri tadi memaki mereka, kini rugi sendiri!" maka sembari melototi kedua orang itu dengan sengit, tanpa buka suara lagi ia keprak kudanya berlari mendahului. Kalau si nona sudah terima salah, sebenarnya urusan menjadi beres, tapi dasar kedua orang Piaukiok itu memang lelaki bangor, mereka masih tidak kenal selatan, dikiranya Jun-yan hanya seorang gadis biasa yang

20 mudah digoda. Tiba-tiba merekapun keprak kuda menyusul bahkan sambil bergembargembor dengan kata2 kotor yang tak sedap untuk didengar. Sungguh hati Jun-yan tak bisa bertahan lagi, diam2 ia pikirkan nama perusahaan Sam-thay-piau-kiok" yang diteriakan mereka tadi, logat mereka juga logat daerah Soatang, nama Sam-thay-piau-kiok di Soatang memang sangat terkenal, cuma siapa pemimpinnya ia sudah lupa. Kini ia hendak memberi hajaran setimpal pada laki2 bangor itu, iapun tak pikir bakal cekcok dengan siapa nanti. Maka segera ia menahan kudanya sambil menoleh, ia menggapaikan tangan dan memanggilnya : Marilah, kalian kemari!" Melihat itu, mengira kalau si nona sungguh2 kepincut, saking senangnya, tulang kedua orang itu se-akan2 lemas seluruhnya. Maka dengan suara sahutan yang dibikin2, segera merekapun keprak kuda kedepan. Diluar dugaan, baru mendekati si gadis, mendadak sinar pecut berkelebat, pandangan mereka menjadi silau tar-tar" dua kali, muka kedua orang itu terkena sabetan pecut, saking kesakitan hingga mereka ber-kuik2 bagai babi disembelih, terus merosot kebawah kuda. Rasa gusar Jun-yan masih belum reda, sekali lompat turun sret" golok Pek-lin-to asal milik Li Pong itu ia lolos hingga memancarkan sinar hijau, dan sekejap kemudian, daun telinga kedua orang itu sudah berpisah dengan tuannya, menyusul mana si gadis ayunkan kakinya hingga tubuh mereka terpental jauh ke tepi jalan. Meski perbuatan Jun-yan dilakukan dengan cepat sekali, namun tempat dimana terjadi itu adalah jalan raya yang sangat ramai. Maka demi melihat seorang gadis jelita memegangi sebilah golok yang gemerlapan, sedang dua orang lagi berguling2 ditanah penuh darah dimuka, karuan orang yang berlalu disitu menjadi kacau. Tapi Jun-yan tidak peduli, sedang ia hendak melanjutkan perjalanannya, tiba2 terdengar lagi suara keleningan yang ber-ning2. Waktu ia memandang, kiranya keledai putih yang bertelapak kaki dan ekor hitam itu lagi yang sudah balik kembali dan berhenti sejauh dua-tiga tombak darinya. Penunggangnya, sipelajar muda itu yang menunggang keledai secara mungkur, lagi ter- senyum2 kearahnya diatas binatang tunggangannya. Pikir Jun-yan, kebetulan ular mencari penggebuk", memangnya dirinya lagi hendak merampas keledai itu, kini ia sendiri yang datang kembali, kenapa tidak sekalian dilakukan sekarang, tokh tadi sudah terjadi onar? Dengan keputusan itu, sedang ia hendak melesat kesana, tiba-tiba dilihatnya ada tiga kuda bagus sedang menerobos rombongan kereta dan berjalan menuju kearahnya,

21 tiga orang penunggangnya nampak cekatan sekali diatas kudanya hingga sekejap saja sudah datang menghadang didepan si gadis. Belum lagi Jun-yan mengamat-amati ketiga orang itu, dilihatnya si Suseng tadi sedang bertepuk tangan sambil tertawa dan berkata : Hahaha, bakal ramai, bakal ramai, tentu bakal ramai sekali!" Jun-yan menjadi mendongkol, ia mendelik kearahnya. Tapi tiba-tiba dilihatnya sewaktu pelajar itu bertepuk tangan tadi, tangannnya gemerlapan dengan sinar kuning emas, bila ditegasinya, baru diketahui bahwa kedua telapak tangan pemuda itu ternyata halus rata tanpa satu jaripun, kecuali ditangan kanannya pada jari telunjuknya memakai sebuah salut emas yang bersinar kuning mengkilap. Melihat itu, diam2 Jun-yan gegetun sendiri. Sungguh sayang seribu kali sayang, seorang pemuda yang begitu tampan ganteng ternyata tangannya cacat tanpa jari. Karena itu, tanpa merasa ia memperhatikan pula sekejap pada orang, sebaliknya Suseng itupun lagi tersenyum padanya, entah mengapa, Jun-yan menjadi merah jengah dan lekas-lekas melengos. Ketiga penunggang kuda yang memburu datang tadi, sebenarnya mula-mula berwajah sangat gusar, tapi ketika melihat ditangan si gadis membawa Pek-lin-to, mereka jadi tercengang dan mengunjuk rasa heran. Segera yang berdiri ditengah yang berumur paling tua melangkah maju serta menegur: Sam thay-piaukiok kami selamanya tiada permusuhan dengan Khong-tong-pay, guru kami Sam-jiu ji-lay Hang- It-wi dengan Liok-hap-tong-cu malahan adalah sobat kental, kenapa sekarang nona mencegat ditengah jalan hendak merampas piau" (barang kawalan) kami ditengah hari bolong?" Meski lagu perkataan orang ini tidak kasar tapi terang bersifat menuduh tanpa sebab musababnya, walau sudah kenal juga golok pusaka yang berada ditangan si gadis adalah Pek-lin-to pusaka Khong-tong-pay. Keruan Jun-yan menjadi marah. Hm, jadi kalian bilang aku hendak merampas barang kawalanmu?" jengeknya segera. Ketiga orang itu tertegun, tapi toh menjawab juga : Rasanya juga tidak mudah, jika itu memang maksudmu!" Sebenarnya tiada maksud sama sekali pada Jun-yan hendak merampas barang kawalan orang, tapi kini ia benar2 dibikin marah. Tiba2 terdengar Suseng muda tadi dari samping malahan ikut mengipasi, katanya dingin: Aha, orang sudah terlalu mendesak, kalau tidak turun tangan, kemanakah muka harus disembunyikan!" Sementara itu ketiga orang tadi sudah ambil kedudukan sejajar, masing2 mengeluarkan toya Sam-ciat-kun", yaitu toya tekuk tiga, hingga menerbitkan

22 suara gemerincing karena rantai penyambungnya. Tentu saja hal mana sangat menarik perhatian orang yang berlalu lalang disitu, segera penonton merubung makin lama makin berjubel, se-akan2 tinggal menunggu Jun-yan yang memulai turun tangan. Dasar anak murid Thong-thian-sin-mo Jiau Pek king yang tindak tanduknya terkenal aneh, setiap perbuatan hatinya menurut panggilan hati seketika, sedang akibatnya tak pernah dipikir. Rupanya sifat ini sedikit banyak juga menurun pada diri Jun-yan. Maka dengan tertawa dingin segera jengeknya : Baiklah, katakan terus terang barang apa yang kalian kawal, jika nonamu tidak penuju, boleh jadi tidak sudi turun tangan!" Ketiga orang itu berwatak berangasan dan tinggi hati, berkat nama besar Sam-thay piaukiok pula dengan tiga pemimpinnya, yaitu terdiri dari tiga saudara perguruan, yang tua bernama Sam-jiu-ji-lai Hang It-wi, kedua Sam-pi lo-jia Tiat Gin, ketiga Sam-bok-Ieng-koan Siang Lui. Kesemuanya memiliki kepandaian tunggal yang lihay, pergaulannya luas diseluruh negeri, sejak membuka Sam-thay piaukiok, dari kalangan mana saja suka memberi bantuan seperlunya dan selamanya tak pernah gagal. Sebab itu sedikit banyak orang2nya menjadi terkebur, apalagi kini melihat Jun-yan hanya seorang gadis jelita, lebih2 tak dipandang sebelah mata oleh ketiga orang itu. Maka dengan tertawa dingin orang yang tadi menjawab : Yang kami kawal adalah benda berharga yang bernilai belasan laksa tahil emas, ada diantaranya sebuah kopiah bertabur mutiara yang besar-besar, ada pula sebuah perahu jamrud yang panjangnya hampir satu meter warna seluruhnya hijau dan terukir dari batu kumala asli, betapa hidup ukiran perahu itu hingga beberapa puluh penumpangnya diatas perahu juga seperti hidup sungguh2. Nah, dapatkah barang2 itu menarik perhatianmu?" Begitu terkeburnya, hingga barang2 berharga yang mereka kawal, benar2 ia beritahukan pada Jun-yan. Padahal biasanya benda apa yang dikawal, justru harus dirahasiakan, tak nanti sembarangan boleh diketahui orang, kini caranya bilang terus terang, jelas sekali Jun-yan di pandang sepele saja. Keruan hati si gadis semakin geram, ia pikir sekalipun nantinya harus berurusan dengan Sam jiu-ji-lai bertiga, hari ini sudah pasti aku akan menahan piau ini, bila tidak, mukaku ini harus ditaruh dimana seperti kata si Suseng tadi? Mengingat akan pelajar muda itu, tanpa terasa ia melirik pula kearahnya dan tertampak orang masih berpeluk tangan sambil bersenyum saja menonton disamping.

alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa.

alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa. alah Jing-ling-cu, Wi Ko, Boh-hoat Suthay, Jun-yan serta gurunya, Jiau Pek-king yang sejak tadi tidak ambil tindakan apa-apa. Diam2 Wi Ko membisikkan Jun-yan: Sebentar bila perlu biar kita ber-ramai2 mengerubut

Lebih terperinci

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan. 1st Spring Hujan lagi. Padahal ini hari Minggu dan tak ada yang berharap kalau hari ini akan hujan. Memang tidak besar, tapi cukup untuk membuat seluruh pakaianku basah. Aku baru saja keluar dari supermarket

Lebih terperinci

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011

Pantang Menyerah. Nasution 1. Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Nasution 1 Zahra Kalilla Nasution Rigen Pratitisari Bahasa Indonesia 13 September 2011 Pantang Menyerah Saya berjalan di tengah kota, cuaca begitu indah. Dagangan di kota tampaknya telah terjual semua.

Lebih terperinci

Diceritakan kembali oleh: Rachma www.dongengperi.co.nr 2008 Cerita Rakyat Sumatera Utara Di tepi sebuah hutan kecil yang hijau, sebuah danau yang berair jernih berkilau disapa mentari pagi. Permukaannya

Lebih terperinci

2. Gadis yang Dijodohkan

2. Gadis yang Dijodohkan 2. Gadis yang Dijodohkan Burung-burung berkicau merdu di tengah pagi yang dingin dan sejuk. Dahan-dahan pohon bergerak melambai, mengikuti arah angin yang bertiup. Sebuah rumah megah dengan pilar-pilar

Lebih terperinci

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada Petualangan Tomi di Negeri Glourius Oleh: Desi Ratih Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada di tempat yang begitu asing baginya. Suasana gelap dan udara yang cukup dingin menyelimuti tempat

Lebih terperinci

Belajar Memahami Drama

Belajar Memahami Drama 8 Belajar Memahami Drama Menonton drama adalah kegiatan yang menyenangkan. Selain mendapat hiburan, kamu akan mendapat banyak pelajaran yang berharga. Untuk memahami sebuah drama, kamu dapat memulainya

Lebih terperinci

semoga hujan turun tepat waktu

semoga hujan turun tepat waktu semoga hujan turun tepat waktu aditia yudis kumpulan cerita pendek dan flash fiction yang pernah diikutkan kompetisi nulisbuku dan comotan dari blog pribadi. Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com

Lebih terperinci

kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara.

kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara. ng2nya dan ketiga pembantunya yang kemarin itu berdiri dipinggir, semuanya diam tak berani buka suara. Tapi Jun-yan tak peduli, mendekati meja pengurus hotel dan berseru: Hai, kuasa, ini rekening saya!"

Lebih terperinci

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com LUCKY_PP UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com UNTUKMU Yang Bukan Siapa-Siapa Oleh: Lucky_pp Copyright 2014 by Lucky_pp Desain Sampul: Ii dan friend Diterbitkan

Lebih terperinci

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu PROLOG Yui mengerjapkan matanya yang berat dan menggerakan tubuhnya turun dari ranjangnya. Seluruh badannya terasa remuk, dan kepalanya terasa amat pening. Mungkin karena aku terlalu banyak minum semalam,

Lebih terperinci

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan

Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Raja Langit, Raja Bumi, dan Putri Bulan Kisah dari Sulawesi Selatan Kisah ini mengajarkan dua hal: Pertama, bahwa setiap peperangan yang dikobarkan oleh rasa iri dan benci hanya akan menghancurkan semua

Lebih terperinci

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya.

Ayo, minum, katanya seolah mengajaknya ikut minum bersamanya. Keledai Cerpen Dedy Tri Riyadi (Koran Tempo, 6 April 2014) LELAKI tua itu memandang ke arah jalan yang ramai di luar jendela. Di jalanan, entah karena apa, banyak sekali orang seperti sedang menunggu sesuatu

Lebih terperinci

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus

Dan ia baru menyadari betapa salahnya dirinya. Disana, muncul dari sebelah kirinya, ia merasakan gerakan udara yang cepat. Angin yang berhembus SATU Kalau manusia didesain untuk memiliki lebih dari dua kaki oleh sang Pencipta, ia akan sangat bersyukur saat ini. Ia adalah seorang pria; kegelapan malam menutupi wujudnya. Kegelapan itu merupakan

Lebih terperinci

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~ DOODLE [Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran Cast : Kalian yang membaca~ Part 1: Coretan Gambar Aku melihatnya lagi Gambar itu

Lebih terperinci

SATU. Plak Srek.. Srek

SATU. Plak Srek.. Srek SATU Plak Srek.. Srek Kertas coklat bertuliskan WANTED itu terlepas dari dinding tempat ia tertempel tadi. Tejatuh ke lantai yang juga terbuat dari kayu. Sehingga gambarnya orang bertopi besar mirip pembungkus

Lebih terperinci

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN Naskah Film Dan Sinopsis Ber Ibu Seekor KUCING DISUSUN OLEH : INDRA SUDRAJAT 09.12.3831 09-S1SI-05 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011/2012

Lebih terperinci

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati 1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati Oleh: Alberta Angela (@black_printzesa) Hai, namaku Jati. Mungkin kalian semua sudah sering mendengar namaku. Tapi mungkin kalian belum terlalu mengenal aku dan kehidupanku.

Lebih terperinci

Pertama Kali Aku Mengenalnya

Pertama Kali Aku Mengenalnya 1 Pertama Kali Aku Mengenalnya Aku berhasil menjadi kekasihnya. Laki-laki yang selama 4 tahun sudah aku kagumi dan cintai. Aku pertama kali bertemu dengannya ketika aku duduk di bangku SMP. Saat itu hidupku

Lebih terperinci

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1 Sinar matahari siang ini begitu terik hingga sanggup menembus setiap celah kain berlapis yang menutupi kulit setiap orang yang menantangnya. Langkah Guri semakin cepat

Lebih terperinci

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak PROLOG S eorang anak laki-laki berjalan menuju rumahnya dengan lemas. Padahal ini adalah hari pertamanya masuk SD, seharusnya dia merasa senang. Dia juga termasuk anak lakilaki yang pemberani karena dia

Lebih terperinci

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat lebih jelas. Sebelum batang pohon terlihat seperti batang

Lebih terperinci

Kuda Berkacamata Hitam

Kuda Berkacamata Hitam Kuda Berkacamata Hitam Jeko adalah kuda yang paling gagah di hutan. Tidak hanya gagah, ia pun kuat dan dapat berlari dengan cepat. Saking hebatnya, warga hutan yang lain memberikan gelar Kuda Perkasa padanya.

Lebih terperinci

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua Rahasia Gudang Tua Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah suara petir yang silih berganti membuatnya susah memejamkan mata. Hiasan gantung di luar jendela kamarnya selalu bergerak ditiup angin

Lebih terperinci

Angin senja terasa kencang berembus di antara

Angin senja terasa kencang berembus di antara Bab I Angin senja terasa kencang berembus di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang. Di salah satu puncak gedung tertinggi, terlihat sebuah helikopter berputar di tempat, berusaha untuk mempertahankan

Lebih terperinci

Kura-kura dan Sepasang Itik

Kura-kura dan Sepasang Itik Kura-kura dan Sepasang Itik Seekor kura-kura, yang kamu tahu selalu membawa rumahnya di belakang punggungnya, dikatakan tidak pernah dapat meninggalkan rumahnya, biar bagaimana keras kura-kura itu berusaha.

Lebih terperinci

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan

Wonderheart ditinggali oleh manusia-manusia yang memiliki kepribadian baik. Tidak hanya itu, hampir semua dari mereka nampak cantik dan Bab 1 Wonderheart Di suatu titik di alam semesta ini, terdapat sebuah galaksi yang begitu mirip dengan galaksi Bimasakti. Di dalamnya terdapat sebuah planet yang juga memiliki kehidupan mirip seperti Bumi.

Lebih terperinci

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat

Setelah para penyamun pergi, Alibaba memberanikan diri keluar dari tempat Dahulu kala, dikota Persia, hidup 2 orang bersaudara yang bernama Kasim dan Alibaba. Alibaba adalah adik Kasim yang hidupnya miskin dan tinggal didaerah pegunungan. Ia mengandalkan hidupnya dari penjualan

Lebih terperinci

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL

Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Buah Kejujuran Putri Amanda Karimatullah LL Berita duka menyelimuti kerajaan Airllie, patih kerajaan itu meninggal dunia karena tertimpa bebatuan yang jatuh dari atas bukit saat sedang menjalankan tugas

Lebih terperinci

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi. Prolog Orion mempercepat langkah kakinya, baju perang yang dikenakannya membuat langkah kakinya menjadi berat, suaranya menggema di lorong gua, bergema dengan cepat seiring dengan langkah kaki yang dia

Lebih terperinci

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut. Aku putuskan duduk di sebelahnya. Ia sadar ada orang yang

Lebih terperinci

Yang Mencinta dalam Diam

Yang Mencinta dalam Diam Yang Mencinta dalam Diam Aku melihat sebuah abstrak dengan gambar batu-batu cantik menyerupai sebuah rumah, lengkap dengan air-air jernih dibatu-batu tersebut, mereka mengalir dan bergerak sebebas-bebasnya,

Lebih terperinci

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang Prolog Seorang teman atau bahkan lebih dari sekedar teman, ya tepatnya adalah sahabat? Apa yang kalian tau tentang teman ataupun sahabat? Dua kata yang hampir serupa, namum mempunyai arti begitu berbeda

Lebih terperinci

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana, Tetapi tetap tidak ada jawaban. Aku mencoba mengeluarkan diriku dari tumpukan kertas ini. Kau tahu adegan dimana ada sebuah perahu yang bocor di tengah lautan dan orangorang di dalam perahu mencoba mengeluarkan

Lebih terperinci

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul. PROLOG Frankfurt, Germany. Nick umur 9 tahun. Aku berlarian di padang rumput. Mengitari lapangan yang seperti permadani hijau. Rumput-rumputnya sudah mulai meninggi. Tingginya hampir melewati lututku.

Lebih terperinci

5. Pahlawan Penyelamat

5. Pahlawan Penyelamat 5. Pahlawan Penyelamat KEESOKAN harinya, di dalam bus kota yang meluncur di Jalan Jenderal Sudirman, menuju kampus untuk kuliah siang Romeo tersenyum sendiri ketika mengingat nasi goreng spesial yang dibuatkan

Lebih terperinci

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. INT. GUDANG - MALAM IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU. Ibu meniup permukaan buku. Debu berterbangan. Glittering particle membentuk

Lebih terperinci

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap. CINTA 2 HATI Udara sore berhembus semilir lembut,terasa sejuk membelai kulit.kira kira menunjukan pukul 16.45 WIB. Seorang gadis yang manis dan lugu sedang berjalan didepan rumahnya itu. Tiba tiba seorang

Lebih terperinci

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia"

Tukang Grafir. Dari Kumpulan Cerpen Keberanian Manusia Dari Kumpulan Cerpen "Keberanian Manusia" Tukang Grafir Hanya ada satu tukang grafir di kota kami dan kebetulan dia adalah paman saya. Kalau dia bercakap dengan saya akhir-akhir ini, dia takkan bercerita

Lebih terperinci

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lelah menanti.. Cinta untukmu tak pernah berbalas. Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya. Lucu memang, aku masih saja merindukanmu.. Walau kutau hatimu

Lebih terperinci

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante!

Tante, please... Saya benar-benar membutuhkan bantuan. Pemuda itu tampak memohon. Tapi... Ini menyangkut hidup mati seseorang, tante! Bab I Karenina mengangkat kopernya dengan tergesa-gesa. Bi Sumi yang menggendong Alea, putrinya yang baru berumur 9 bulan, juga mengikuti langkahnya dengan tergesa-gesa. Kita harus cepat, Bi. Acaranya

Lebih terperinci

Butterfly in the Winter

Butterfly in the Winter Butterfly in the Winter Tahun Ajaran Baru Perasaan cinta dan kesepian memiliki jarak yang begitu tipis. Terkadang kita sukar membedakan keduanya. Meski begitu, keduanya memberikan warna yang cerah dalam

Lebih terperinci

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis. A PROLOG lex memacu kudanya secepat yang dia bisa. Matanya bergerak cepat menyisir pemandangan di hadapannya. Dia kenal betul kawasan ini, kawasan terlarang. Tangannya berusaha menarik tali kekang kudanya

Lebih terperinci

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus SATU Love is that condition in which the happiness of another person is essential to your own - ROBERT A. HEINLEIN Kenapa Mama harus pergi? tanya seorang anak berusia sekitar delapan tahun. Mama harus

Lebih terperinci

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Noand Hegask Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali: Kisah-kisah pendek dan sajak rumpang Diterbitkan melalui: Nulisbuku.com Darah Biasanya keluar rumah Saat tengah malam Sambil menangis Hanya

Lebih terperinci

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini. Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati. Malam di Perkuburan Diposkan pada 03 Januari 2016 Sebelumnya saya tidak pernah tinggal di tanah perkuburan. Dan tak ingin tinggal di sana. Namun suatu saat saya mengajak seorang pa-kow. Ketika saya sampai

Lebih terperinci

Sang Pangeran. Kinanti 1

Sang Pangeran. Kinanti 1 Sang Pangeran Langkah Rara terhenti mendengar percakapan dari ruang tamu. Suara seseorang yang sangat dikenalnya. Suara tawa yang terdengar khas itu semakin memperkuat dugaannya, membuat jantung Rara berpacu

Lebih terperinci

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu

Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Rangkuman Kata Mutiara Tentang Waktu Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk berdoa,

Lebih terperinci

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

KOPI DI CANGKIR PELANGI.. KOPI DI CANGKIR PELANGI.. Irama detik menuju menit yang semakin jelas terdengar, menandakan sunyi telah memonopoli malam. Malam memang selalu berdampingan dengan sunyi, dan kemudian memadu kasih untuk

Lebih terperinci

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... 6 Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa... OooOooOooO "Hye..." "Hhmmm..." "Aku mencintaimu..." "Nado. Aku

Lebih terperinci

Mengajarkan Budi Pekerti

Mengajarkan Budi Pekerti 4 Mengajarkan Budi Pekerti Sukakah kamu membaca cerita dan dongeng? Banyak cerita dan dongeng anak-anak yang dapat kamu baca. Dalam sebuah cerita, terdapat pelajaran. Belajarlah dari isi cerita dan dongeng.

Lebih terperinci

"Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer?" tanyanya saat aku

Apa begitu sulit untuk memulai hidup dengan seorang fotografer? tanyanya saat aku One - Deshi Angin yang semilir, bergerak dalam diam, malu-malu menelusup masuk melalui jendela kamar yang memang di biarkan terbuka oleh sang pemilik. Jam dinding yang bertengger indah di sisi sebelah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 1. Perhatikan penggalan teks fabel di bawah ini! SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.5 Sayembara yang dinanti sudah tiba. Semua bintang berkumpul. Termasuk binatang

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.6 1. Merpati, Elang, dan Bangau akan pamer kecepatan. Setelah semua siap, Rajawali memberi aba-aba. Tapi belum hitungan ketiga,

Lebih terperinci

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com MEMBILAS PILU Oleh: Dipa Tri Wistapa Copyright 2014 by Dipa Tri Wistapa Penerbit Dipa Tri Wistapa Website dipoptikitiw@gmail.com

Lebih terperinci

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu:

Kisah Ashabul Kahfi. Adapun lokasi gua Ashabul Kahfi tersebut ada 3 pendapat yaitu: Kisah Ashabul Kahfi Kisah Ashabul Kahfi dan anjing adalah sebuah kisah penuh keajaiban sebagai pertanda kekuasan Allah swt yang tak bias di jelaskan oleh akal manusia yang terbatas ini kisah ini di muat

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

AKU AKAN MATI HARI INI

AKU AKAN MATI HARI INI AKU AKAN MATI HARI INI Cerpen Ardy Kresna Crenata AKU BELUM TAHU DENGAN CARA APA AKU AKAN MATI. Apakah mengiris nadi dengan pisau akan menyenangkan? Atau memukul-mukul tengkorak dengan batu akan jauh lebih

Lebih terperinci

Chapter I. Saudaraku,

Chapter I. Saudaraku, Chapter I Michael sedang berbicara dengan para malaikat yang lain. Rupanya di surga, tempat yang kudus, tenang, dan dipenuhi oleh sungai-sungai yang dialiri susu, telah terjadi kejadian yang menggemparkan,

Lebih terperinci

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak.

Dengan berhati-hati dan waspada Kyai Singoprono mengelilingi sawahnya, dan Kyai Singoprono merasa tentram, sebab tanamannya tak satupun yang rusak. ASAL MULA NAMA SIMO Sawah dan ladang milik Kyai Singoprono subur dengan hasil melimpah ruah, namun kesemuanya itu merupakan hasil kerja keras dan doa yang senantiasa menghiasinya. Suatu malam yang cerah,

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan

Lebih terperinci

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul Aku tak tahu bagaimana semua peristiwa ini bermula. Yang jelas, keadaan sudah sangat memburuk ketika aku keluar dari kamar mandi dan Ali masuk ke kamarku

Lebih terperinci

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi 1 Nadia Eliora Yuda Putri Bahasa Indonesia 7 13 September 2012 Pelarian Jauh Di Hutan Duarr! Bunyi ledakan bom tentara-tentara Jepang. Setelah ledakan pertama itu, orang-orang di desaku menjadi kalang

Lebih terperinci

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO

TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN BUKU PUISI BAGUS EKO SAPUTRO TEMAN KESUNYIAN Bagus Eko Saputro Copyright 2016 by Bagus Eko Saputro Desain Sampul: Agung Widodo Diterbitkan Secara Mandiri melalui: www.nulisbuku.com 2 Daftar

Lebih terperinci

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap

dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Dean, kau menghilang cukup lama, dan kau tak mungkin bergabung dengan mereka dengan mudah, mereka melukaimu? Mengancammu?, aku membuka mataku. Menatap Justin yang menatapku dengan penuh perhatian. Aku

Lebih terperinci

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar

Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar Oleh: Astari Ulfa Tanggal kelima belas bulan Juni. Purnama bersinar terang di langit. Bintang-bintang juga tampak kerlipnya, walaupun samar, kalah oleh cahaya rembulan. Malam ini penduduk Negeri Zaira

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 1. TEKS CERITA MORAL/FABELLatihan Soal 1.7 1. Aduh, Kaka, kalau rambutmu kau sisir model begitu kau kelihatan lebih tua. Kau seperti nenek-nenek! Alah kau ini hanya sirik,

Lebih terperinci

Tubuh-tubuh tanpa bayangan

Tubuh-tubuh tanpa bayangan Tubuh-tubuh tanpa bayangan Ada sebuah planet bernama Arais. Planet Arais dihuni oleh suatu makhluk bernama Tubuh berjubah hitam. Mereka adalah makhluk yang sepanjang masa hanya berdiri di tempat yang sama.

Lebih terperinci

INSPIRATIF

INSPIRATIF INSPIRATIF HTTP://IPHINCOW.WORDPRESS.COM 1 COBALAH UNTUK MERENUNG Sediakan beberapa menit dalam sehari untuk melakukan perenungan. Lakukan di pagi hari yang tenang, segera setelah bangun tidur. Atau di

Lebih terperinci

"Maafin gue Na, hari ini gue banyak melakukan kesalahan sendiri" Tutur Towi yang mengimbangi langkah Leana.

Maafin gue Na, hari ini gue banyak melakukan kesalahan sendiri Tutur Towi yang mengimbangi langkah Leana. Bahkan sang juara sejati sekali pun pasti pernah mengalami kegagalan. Itu wajar dalam setiap perjalanan hidup manusia, karena terbentuknya mental sang juara yang sesungguhnya adalah ketika orang itu pernah

Lebih terperinci

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM)

AZAN PERTAMA DENDY. (Penulis : IDM) AZAN PERTAMA DENDY (Penulis : IDM) Jam menunjukkan pukul 10.30, suasana ruang kelas dua SD Negeri Watambo menjadi ramai. Setiap anak saling mendahului untuk keluar dari kelas. Ibu guru wali kelas dua hanya

Lebih terperinci

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura

Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, am. Pesawat dari Singapura Segera jemput dia di bandara! Dan bawa kemari! Awas, jika dia melarikan diri! Siap, Pak! ~1~ Bandara Soekarno Hatta, 11.30 am. Pesawat dari Singapura baru saja mendarat. Kau tahu siapa yang kita tunggu?

Lebih terperinci

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui

Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui Kehidupan itu terlalu penuh dengan kebahagian bagi orang yang menyadarinya Tommy membaca kalimat terakhir dari sebuah novel yang diterbitkan melalui salah satu blog yang sudah lama ia ikuti. Blog yang

Lebih terperinci

Adam Aksara MENANTI CINTA. Penerbit. Nulisbuku.com

Adam Aksara MENANTI CINTA. Penerbit. Nulisbuku.com Adam Aksara MENANTI CINTA Penerbit Nulisbuku.com PROLOG Butir-butir keringat hangat berjatuhan dari dagu persegi seorang pria. Terdengar suara nafasnya yang memburu cepat. Kedua otot-otot lengannya yang

Lebih terperinci

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS

Yarica Eryana. Destiny. Penerbit HKS Yarica Eryana Destiny Penerbit HKS Destiny Oleh: Yarica Eryana Copyright 2013 by Yarica Eryana Penerbit HKS gaemgyuchokyuhyun.wordpress.com hyokyustory@yahoo.com Desain Sampul: Erlina Essen Diterbitkan

Lebih terperinci

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari

Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Surat Cinta Untuk Bunda Oleh : Santi Widiasari Namaku nanda, lengkapnya Nanda Prastika. Aku tinggal di sebuah desa bersama seorang wanita paruhbaya yang biasa aku panggil dengan sebutan emak ijah. Hidup

Lebih terperinci

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi

Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi Sore yang indah bergerak memasuki malam. Langit yang bertabur warna keemasan mulai menghitam dengan taburan bintang-bintang. Aku masih duduk di kursi ruang tunggu. Pandanganku meluas keluar. Menyapu setiap

Lebih terperinci

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan -

- Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan - - Sebuah Permulaan - - Salam Perpisahan - Aku bertemu denganmu lengkap dengan salam perkenalan. Senyummu membaur dengan karamel panas yang kau suguhkan. Katamu cuaca cukup dingin jika hanya duduk diam

Lebih terperinci

Ruang Rinduku. Part 1: 1

Ruang Rinduku. Part 1: 1 Ruang Rinduku saat mentari hilang terganti langit malam hingga pagi datang menyambut kembali kehidupan, maka saat itulah hati ini merindukan sosokmu, canda tawamu, dan senyumanmu. Part 1: 1 hai selamat

Lebih terperinci

Ditatapnya sebuah batu cukup besar didekat kolam. Air yang tampak jernih hingga pantulan cahaya matahari yang masih remang bisa dengan mudah

Ditatapnya sebuah batu cukup besar didekat kolam. Air yang tampak jernih hingga pantulan cahaya matahari yang masih remang bisa dengan mudah Hitam-Putih Hari yang masih sunyi, disaat matahari baru saja beranjak dari tempat tidurnya yang menyembunyikan cahayanya dengan berselimutkan langit malam. Flynn hari ini pun terbangun pagi sekali. Membuka

Lebih terperinci

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan Bagian I 1 2 Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan keputusasaannya untuk mengobatiku. Aku ingat benar bagaimana harapanku dulu untuk sembuh di dalam rawatannya seperti pasien-pasien yang

Lebih terperinci

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari PROLOG Queenstown Singapore, 1970 Apartemen setinggi ratusan kaki itu mustahil akan membuatnya mudah turun dan keluar. Dia ada di lantai paling atas. Bersama tiga nyawa yang telah hilang dengan beragam

Lebih terperinci

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat Hujan turun lagi disiang hari ini. Bulan April yang aneh. Bukankah seharusnya ini sudah menjadi liburan musim panas yang menyenankan? Mengapa hujan lagi? Jakarta, metropolitan yang sungguh kontras dengan

Lebih terperinci

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M.

TIMUN EMAS. Nyi Loro Kidul. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Nyai Dasima. Dongeng Kera Sakti. Asal Usul Rawa Pening. Buaya Perompak. Leny M. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara TIMUN EMAS Si Manan dan Si Beku Nyai Dasima Pengalaman I Kodok Asal Usul Rawa Pening Dongeng Kera Sakti Buaya Perompak Dongeng Durbet Asal Mula Bukit Demulih Nyi Loro Kidul

Lebih terperinci

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di Bait Pertama (Cintaku) Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di atas panggung yang terletak di tengah bangunan mal yang terbuka. Tommy sedang melakukan cek sound untuk penampilannya. Deru suara

Lebih terperinci

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa 1 MORIENDO FADE IN: EXT. TEPI PANTAI - SIANG Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa CUT TO Butiran-butiran tersebut berubah menjadi dedaunan

Lebih terperinci

Anjing dan Bayangannya. Pemerah Susu dan Embernya

Anjing dan Bayangannya. Pemerah Susu dan Embernya Anjing dan Bayangannya Seekor anjing yang mendapatkan sebuah tulang dari seseorang, berlari lari pulang ke rumahnya secepat mungkin dengan senang hati. Ketika dia melewati sebuah jembatan yang sangat kecil,

Lebih terperinci

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di

Seorang gadis sedang berjalan bahagia di Chapter I: The First Meeting Seorang gadis sedang berjalan bahagia di sepanjang jalan pada malam yang cerah. Ia melihat ke sekelilingnya dengan senyum ceria. Ia berharap hal aneh itu tidak akan muncul

Lebih terperinci

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri. INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini

Lebih terperinci

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku! Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku! Mesin mobil sudah mati beberapa menit yang lalu, tapi Zhara masih duduk diam dibelakang kemudi. Sibuk menenangkan debar jantungnya, berusaha untuk bisa

Lebih terperinci

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

Fiction. John! Waktunya untuk bangun! Prologue Ada seorang anak kecil yang mengendap-endap memasuki sebuah kamar dimana di tengah ruangan terdapat sebuah piano besar. Dia perlahan-lahan menutup pintu dan melihat piano besar tersebut dengan

Lebih terperinci

Pemunculan Cahaya Suci

Pemunculan Cahaya Suci Pemunculan Cahaya Suci Saya amat mengapresiasi sepenggal komentar dalam Sin Teng Lu (Catatan Pelita Batin): Apa itu cahaya suci Sang Jalan? Tindak- tanduk manusia, dalam menghadapi berbagai urusan, melalui

Lebih terperinci

Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu ( 23

Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu ( 23 X.b.5 Mujizad-mujizad yang Dilakukan oleh Tuhan Yesus 74. Menenangkan Badai Markus 4:35-41, Matius 8:18; 23-27, Lukas 8:22-25 35 Pada hari itu, waktu hari sudah petang, 18 ketika Yesus melihat orang banyak

Lebih terperinci

Bab 1 : Lerodia, Desa Penambang Pharite

Bab 1 : Lerodia, Desa Penambang Pharite Bab 1 : Lerodia, Desa Penambang Pharite Sore yang cerah di sebuah bukit tidak jauh dari sebuah desa terlihat dua orang yang sedang melakukan aktivitas. Orang pertama seorang pria berumur sekitar tigapuluh

Lebih terperinci

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya

Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya Teknik Dasar Permainan Bola Basket Beserta Gambarnya A. PASSING DAN CATCHING Passing atau operan adalah memberikan bola ke kawan dalam permainan bola basket. Cara memegang bola basket adalah sikap tangan

Lebih terperinci

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman

Mukadimah. Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mukadimah Aku bukan siapa-siapa Hanya mencoba untuk bercerita dari khayalan dan pengalaman Mencoba merangkai kata Berpura-pura jadi pujangga Menyenangkan hati dari tangan dan tulisan Semoga semua berkenan

Lebih terperinci

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24 Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,

Lebih terperinci

Alifia atau Alisa (2)

Alifia atau Alisa (2) Alifia atau Alisa (2) Dari suratku yang satu ke surat yang lainnya, dari pesan melalui media yang terhubung kepadanya semua sia-sia. Hingga lebih dua bulan aku menanti, tapi sepertinya perempuan ini bagaikan

Lebih terperinci

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU Scene 36 Scene 41 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyuntingan Digital II Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.Sn Disusun Oleh Nopsi Marga Handayani 14148118 Angga

Lebih terperinci

Cermin. Luklukul Maknun

Cermin. Luklukul Maknun Cermin Luklukul Maknun Orang-orang terkekeh-kekeh setelah melihat dirinya di cermin. Mereka tersenyum, memerhatikan dirinya, lalu tersenyum lagi. Setelah itu, mereka mencatat sesuatu di buku. Mereka memerhatikan

Lebih terperinci