LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %) DOSEN PEMBINA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %) DOSEN PEMBINA"

Transkripsi

1 Kode/Nama Rumpun Ilmu : 724/ Pendidikan Geografi LAPORAN KEMAJUAN PENELITIAN INTERNAL TAHAP 1 (70 %) DOSEN PEMBINA ANALISIS KAJIAN GEOGRAFIS POTENSI PARIWISATA AIR TERJUN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TIM PENGUSUL Ketua Tim : Dr. H. Nandang Hendriawan, M.Pd. / Anggota : 1. Dr. Rachmat H. Sujana / UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA JULI 2017

2

3 IDENTITAS DAN URAIAN UMUM 1. Judul Penelitian : Analisis Kajian Potensi Pariwisata Air Terjun Di Kabupaten Tasikmalaya 2. Tim Peneliti No. Nama Jabatan Bidang keahlian Instansi Asal Alokasi Waktu (jam/ Minggu) 1 Dr. H. Nandang Hendriawan, M. Pd. 2 Dr. Rachmat H. Sujana, M. Pd Lektor Kepala Lektor Pendidikan Geografi Pendidikan Geografi Universitas siliwangi Universitas siliwangi 6 Bulan 4 Jam/ Minggu 3. Objek Penelitian : Geografi Pariwisata 4. Masa Pelaksanaan Penelitian : Mulai : April 2017 Berakhir : Nopember Usulan Biaya DPRM Ditjen Penguatan Risbang : Rp ,- 6. Lokasi Penelitian : Kabupaten Tasikmalaya 7. Instansi lain yang terkait : Dinas Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya 8. Temuan yang ditargetkan : Analisis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya 9. Kontribusi mendasar pada suatu bidang ilmu : Aplikasi Matakuliah Geografi Pariwisata 10. Jurnal ilmiah yang menjadi sasaran : Jurnal Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta Jurnal Geografi UNESA 11. Rencana luaran HAKI, buku, purwarupa, atau luaran lain yang ditargetkan: Analisis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya

4 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii IDENTITAS DAN URAIAN UMUM... iii DAFTAR ISI... iv RINGKASAN... v BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis... 3 a. Konsep Pariwisata... 3 b. Objek Wisata... 4 c. Air Terjun... 5 d. Geografi Pariwisata... 6 e. Sapta Pesona... 7 f. Destinasi Pariwisata... 8 g. Pariwisata h. Potensi Objek wisata i. Analisis SWOT Studi Pendahuluan yang sudah dilaksanakan BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT 3.1 Tujuan Penelitian Urgensi Penelitian Penerapan HasilPenelitian BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Populasi dan sampel Teknik Analisis Data BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 5.1 Deskripsi Kondisi Geografis Daerah Penelitian Karakteristik Responden Profil Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya Sebaran Objek Wisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya Analisis SWOT dan Arah Pengembangan BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA Lampiran-Lampiran

5 RINGKASAN Nandang Hendriawan Analisis Kajian Geografis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya. Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Siliwangi. Kabupaten Tasikmalaya mempunyai banyak wisata air terjun yang dapat dijadikan potensi khusus bagi Kabupaten Tasikmalaya dengan lokasi wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya tersebar luas di setiap penjuru daerah. Ini merupakan potensi alami yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dengan dijuluki sebagai jantungnya Priangan Timur. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya. Namun disisi lain untuk mendapatkan informasi tentang lokasi air terjun tersebut seringkali sukar untuk didapatkan karena memang sebagian lokasi air terjun masih kurangnya media publikasi. Mengingat suatu potensi wisata air terjun merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya untuk terus memberikan identitas khas wilayah ini yang membedakan dengan wilayah yang lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya tersebut adalah melakukan penataan terhadap daya tarik wisata yang potensial untuk dikembangkan melalui perencanaan dan perancangan yang baik, salahsatunya dengan mengkaji potensi yang dimiliki oleh objek wisata air terjun yang nantinya dapat mengembangkan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dan dapat memberikan peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga lokal, baik langsung maupun tidak langsung. Permasalahan yang dibahas adalah Bagaimanakah potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh setiap lokasi air terjun berbasis kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya. Persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya ialah sesuai dengan ketentuan yang telah dilakukan yaitu bergerombol. Wisata alam Air Terjun tersebar disetiap penjuru daerah Kabupaten Tasikmalaya. Wisata Air Terjun berada dibeberapa kecamatan yang diantaranya terletak di Kecamatan Salopa, Kecamatan Pageurageung, Kecamatan Cisayong, Kecamatan Cikatomas, Kecamatan Jatiwaras, Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cigalontang, Kecamatan Padakembang, Kecamatan Gunungtanjung, dan Kecamatan Pancatengah. Kecamatan-kecamatan tersebut memiliki aksesibilitas yang didalamnya kondisi jalan, rute jalan, jarak tempuh, dan kondisi jalan yang berbeda, kuhususnya akses jalan pedesaan yang masih kurang memadai. Kondisi jalan pedesaan pada umumnya sangat labil dan sulit untuk diprediksi, terkadang jalan yang akan dilalui yaitu jalanan aspal kasar, jalanan aspal berbatu, jalanan aspal berlubang, dan jalanan berbatu. Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan dapat disimpulkan air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki keunikan masing-masing dimulai dari toponimi, letak, serta kondisi fisik masing-masing air terjun, Beberapa objek wisata air terjun dengan Kondisi jalan yang rusak, berlubang dan berbatu, Kondisi warung dan toilet/ruang ganti yang masih kurang memadai, dan Tempat ibadah yang kurang luas, belum tersedia wartel, kondisi parkir yang kurang rapi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Survey Lapangan (Field Study), Wawancara (Interview), Studi Dokumentasi, Studi Literatur. Teknik analisis untuk memperoleh analisis kajian geografis potensi wisata air terjun di kabupaten Tasikmalaya adalah dengan analisis SWOT. Kata Kunci: Analisis Potensi, Pariwisata, Air Terjun, Kota Tasikmalaya.

6 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya memiliki peranan yang penting dalam kepariwisataan Jawa Barat maupun dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Dalam kepariwisataan Jawa Barat, Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu destinasi pariwisata yang diunggulkan. Kabupaten Tasikmalaya memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari peninggalan sejarah, keanekaragaman budaya, keanekaragaman kuliner, dan berbagai potensi wisata lainnya. Peran penting kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya di tingkat daerah maupun regional/provinsi tidak terlepas dari potensi alam dan budaya yang dimilikinya. Kabupaten Tasikmalaya mempunyai banyak wisata air terjun yang dapat dijadikan potensi khusus bagi Kabupaten Tasikmalaya dengan lokasi wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya tersebar luas di setiap penjuru daerah. Ini merupakan potensi alami yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dengan dijuluki sebagai jantungnya Priangan Timur. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya. Wisata air terjun merupakan daya tarik wisata alam, Darsoprajitno (2013: 162) berpendapat bahwa dalam tata alam terpadu berbagai bentukan alam non hayati dan hayati serta satu dengan yang lainnya terjalin dalam satu ekosistem hingga membentuk daya dukung lingkungan yang mantap. Namun disisi lain untuk mendapatkan informasi tentang lokasi air terjun tersebut seringkali sukar untuk didapatkan karena memang sebagian lokasi air terjun masih kurangnya media publikasi. Mengingat suatu potensi wisata air terjun merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya untuk terus memberikan identitas khas wilayah ini yang membedakan dengan wilayah yang lainnya. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung kebijakan pengembangan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya tersebut adalah melakukan penataan terhadap daya tarik wisata yang potensial untuk dikembangkan melalui perencanaan dan perancangan yang baik, salahsatunya dengan mengkaji potensi yang dimiliki oleh objek wisata air terjun yang nantinya dapat mengembangkan pariwisata Kabupaten Tasikmalaya dan dapat memberikan

7 peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga lokal, baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Kajian Geografis Potensi Pariwisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya. 1.2 Rumusan Masalah Kabupaten Tasikmalaya mempunyai banyak wisata air terjun yang dapat dijadikan potensi khusus bagi Kabupaten Tasikmalaya dengan lokasi wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya tersebar luas di setiap penjuru daerah. Ini merupakan potensi alami yang dimiliki oleh Kabupaten Tasikmalaya dengan dijuluki sebagai jantungnya Priangan Timur. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya. Terdapat 15 titik lokasi curug tersebar dibeberapa kecamatan. 11 curug sedang dikelola oleh masyarakat desa setempat ataupun ada keterlibatan dari pihak-pihak terkait, sedangkan 4 curug merupakan potensi yang dapat dijadikan objek wisata dan masih belum dikelola oleh masyarakat desa setempat. Mengingat suatu potensi wisata air terjun merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tasikmalaya untuk terus memberikan identitas khas wilayah ini yang membedakan dengan wilayah yang lainnya. Pada banyak kasus wisata air terjun ini lokasinya tersebar dan pada satu wilayah memiliki beberapa lokasi wisata air terjun atau potensi yang dapat dijadikan objek wisata air terjun. Di satu sisi wisata air terjun ini menjadi wisata yang diunggulkan namun disisi lain, pengelolaannya yang masih kurang optimal dan tidak ada progam jangka panjang untuk mengembangkan wisata air terjun ataupun potensi yang dimiliki oleh lokasi air terjun tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya?

8 BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 State of The Arts Konsep Pariwisata a. Definisi Pariwisata Happy Marpaung (2002), pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktivitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yang dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Undang Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Konsep dan batasan lain tentang pengertian pariwisata beberapa ahli berhasil dihimpun oleh Pitana (2005: 45 46) sebagai berikut: a. Murphy (1985) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah keseluruhan elemen-elemen terkait (wisatawan, daerah tujuan, perjalanan, industri, dan lain-lain) yang merupakan akibat dari perjalanan wisata ke daerah tujuan wisata, sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen. b. Matheison dan Wall (1982) mengatakan bahwa pariwisata mencakup tiga elemen utama, yaitu: (a) a dynamic element yaitu perjalanan ke suatu destinasi wisata; (b) a static element yaitu singgah ke daerah tujuan; dan (c) a consequential element sebagai akibat dari dua hal di atas (khususnya pada masyarakat lokal) yang meliputi dampak ekonomi, sosial dan fisik dari adanya kontak dan interaksi dengan wisatawan. Spillane (1994: 30) mengelompokkan aktor utama pelaku pariwisata dalam tiga kelompok berikut: a. Manusia yang mencari kepuasan/kesejahteraan lewat perjalanannya sebagai wisatawan/ tamu (guests). b. Manusia yang tinggal dan berdomisili dalam masyarakat yang menjadi alat pariwisata yaitu tuan rumah/penduduk setempat (hosts).

9 c. Manusia yang mempromosikan dan menjadi perantaranya yaitu bisnis pariwisata/perantara (brokers). Lebih lanjut Spillane (1994: 30) juga mengkategorikan lima bidang dalam industri pariwisata antara lain: a) Hotel dan restoran, b)tour & travel, c) Transportasi, d) Pusat wisata dan sovenir, e) Bidang pendidikan kepariwisataan. Suatu lokasi dijadikan obyek pariwisata (destinasi) menurut Spillane (1994: 63) karena memiliki lima unsur penting yaitu: Atraksi, Fasilitas, Infrastruktur, Transportasi, Keramahan masyarakat. Lebih lanjut menurut Kusudianto Hadinoto (1996:21), sebagai produk yang di jual di Pasar Wisata, pariwisata merupakan suatu campuran dari tiga komponen utama, yaitu; a. atraksi dan destinasi b. fasilitas di destinasi c. aksesibilitas dari destinasi 1) Jenis - Jenis Pariwisata James J. Spillane (1985:28) mengemukakan jenis-jenis pariwisata diantaranya sebagai berikut: Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism), Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism), Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism), Pariwisata Untuk Olah Raga (Sport Tourism). 2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pariwisata a. Lokasi b. Sarana dan Prasarana Penunjang c. Partisipasi Masyarakat d. Pengunjung (Wisatawan) e. Promosi dan Informasi Pariwisata b. Objek Wisata Objek wisata merupakan tempat yang ramai dikunjungi oleh kebanyakan orang, didalamnya tersedia fasilitas, sarana dan prasarana, serta infrastruktur yang memadai. Pengertian lebih lengkap tentang objek wisata dikemukakan oleh Yoeti, O (1996: 172) yang menjelaskan pengertian objek wisata biasanya lebih digunakan istilah tourist attractions yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi daerah tersebut. Dari arti tersebut, berarti objek wisata tidak lepas dari apa yang ditawarkan suatu tujuan wisata dan pariwisata akan sangat tergantung dengan daya tarik wisata.

10 Objek wisata sedianya harus mempunyai syarat-syarat untuk dapat dijadikan objek wisata, menurut Maryani (1991: 11) dengan penjelasannya, bahwa suatu objek wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi syarat-syarat dalam pengembangan daerahnya, diantaranya: 1. What to see Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain, daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi buidaya yang dapat dijadikan entertainment bagi wisatawan. What to see meliputi pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata. 2. What to do Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dipilih dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan nyaman tinggal lama di tempat itu. 3. What to buy Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja, terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh guna dibawa pulang ke tempat asal. 4. What to arrived Didalamnya termasuk aksesibilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan, dan berapa lama sampai ke tempat tujuan wisata tersebut. 5. What to stay Bagaimana wisatawan akan tinggal sementara selama dia berlibur di wisata itu. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang dan sebagainya. c. Air Terjun 1) Definisi Air Terjun Air terjun atau dalam bahasa sundanya curug mempunyai definisi yang beragam, air terjun dapat dikatakan pola aliran sungai berumpak-umpak seperti tangga yang dipengaruhi oleh kondisi topografi suatu wilayah. Air terjun merupakan aliran sungai yang jatuh dari ketinggian dan dibawahnya akan membentuk kolam yang sangat dalam akibat dari tergerusnya dasar kolam oleh tenaga jatuhan air tersebut secara terus menerus. Air terjun diketahui merupakan aliran air yang jatuh dari ketinggian suatu lembah dengan kecepatan tertentu.

11 Terbentuknya air terjun tidak terlepas oleh faktor alam dan kondisi geografi disetiap wilayah. Wood (1995: 4) menjelaskan bagaimana air terjun itu terbentuk, air terjun terjadi dimana ada lapisan batuan keras diatas lapisan batuan lunak dan batuan lunak tersebut mengalami erosi (terkikis) meninggalkan tebing batuan keras. 2) Macam-macam Air Terjun Macam-macam air terjun ditentukan oleh jumlah air yang mengalir serta bentukan dari air terjun tersebut, berikut macam-macam air terjun: 1. Kaskada Adalah kata yang menggambarkan air terjun dengan jumlah air yang tidak banyak atau serangkaian air terjun yang berturut-turut. Kaskada pula menggambarkan bentukan dari air terjun yang bertingkat-tingkat atau berumpakumpak dengan jumlah air yang rendah sampai normal. 2. Katarak Air terjun dengan jumlah air yang banyak dikenal dengan nama katarak, katarak digambarkan bentukan air terjun yang sangat rendah namun dengan jumlah air yang banyak. 3. Jeram Tempat-tempat dimana dasar sungai menurun dengan curam atau menyempit, air mengalir lebih cepat daripada biasanya dan arusnya sangat deras. d. Geografi Pariwisata Santoso dalam Rachman (2013: 39) memberikan penjelasan bahwa geografi mempelajari aneka macam gejala di muka bumi dari sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, atau keruangan. Karena itu lingkup kajian geografi pariwisata atau kajian geografi tentang kepariwisataan menyangkut tinjauan dari salah satu sudut pandang tersebut atau kombinasinya, sekalipun tinjauan keruangan merupakan kajian pokok utamanya. Lebih jauh Santoso (2006) dalam Rachman (2013:40) menyatakan bahwa geografi yang menggunakan pendekatan analisis keruangan dapat menjelaskan lokasi sebaran (distribusi) karena antara lokasi dan sebaran dapat memberi informasi kondisi keruangan. Burton (1995) dalam Rachman (2013: 37) menyebutkan 4 macam tipe wisatawan, diantaranya: 1. Wisatawan asing adalah seseorang yang mengunjungi sebuah negara (bukan tempat tinggal orang tersebut) untuk periode lebih dari 24 jam.

12 2. Ekskursionis adalah seseorang yang melakukan perjalanan untuk bersenangsenang dalam kurang dari 24 jam. 3. Pengunjung adalah seseorang yang mengunjungi sebuah negara (bukan tempat tinggal negara orang tersebut) untuk alasan apapun selain melakukan pekerjaan dalam negara yang dikunjungi (definisi OECD) mencakup orang yang melakukan perjalanan untuk bersenang-senang, bisnis, tujuan pendidikan dan religius. 4. Wisatawan domestik adalah seseorang yang melakukan perjalanan jauh dari rumah dengan jarak sekurang-kurangnya 75 km (searah) untuk bisnis, bersenangsenang, urusan pribadi atau tujuan lain kecuali perjalanan untuk bekerja, walaupun menetap bermalam atau kembali pada hari yang sama. e. Sapta Pesona Sapta pesona merupakan tujuh unsur pesona yang harus diwujudkan bagi terciptanya lingkungan yang kondusif dan ideal bagi berkembangnya kegiatan kepariwisataan di suatu tempat yang mendorong tumbuhnya minat wisatawan untuk berkunjung, (Rahim, 2012: 5). Rahim melanjutkan bahwa sapta pesona sebagai unsur penting dalam mendukung pengembangan destinasi pariwisata tentu tidak dapat terwujud secara otomatis tanpa adanya langkah dan upaya-upaya untuk merintis, menumbuhkan, mengembangkan, dan melaksanakan secara konsisten di destinasi pariwisata. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan pesan serta masyarakat secara aktif dalam mengembangkan sadar wisata dan sapta pesona bersama-bersama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya. Sapta pesona adalah kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau Negara kita, agar wisatawan memperpanjang masa tinggal (length of stay) disuatu daerah serta memperoleh kepuasan atas kunjungannya. Sapta pesona merupakan sebutan bagi 7 unsur pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di indonesia. Sapta Pesona terdiri dari: 1. Aman. Tujuan: menciptakan lingkungan yang aman bagi wisatawan dan berlangsungnya kegiatan kepariwisataan, sehingga wisatawan tidak merasa cemas dan dapat menikmati kunjungannya.

13 2. Tertib Tujuan: Menciptakan lingkungan yang tertib bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu nenberikan layanan teratur dan efektif bagi wisatawan. 3. Bersih Tujuan: Menciptakan lingkungan yang bersih bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu memberikan layanan higienis bagi wisatawan. 4. Sejuk Tujuan: menciptakan lingkungan yang nyaman bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang nyaman dan rasa betah bagi wisatawan, sehingga mendorong lama tinggal dan kunjungan lebih panjang. 5. Indah Tujuan: Menciptakan Lingkungan yang indah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang menarik dan menumbuhkan kesan yang mendalam bagi wisatawan, sehingga mendorong promosi ke kalangan/pasar yang lebih luas dan potensi kunjungan ulang. 6. Ramah Tujuan: Menciptakan lingkungan yang ramah bagi berlangsungnya kegiatan kepariwisataan yang mampu menawarkan suasana yang akrab, bersahabat serta seperti di rumah sendiri bagi wisatawan, sehingga mendorong minat kunjungan ulang dan promosi yang positif bagi prospek pasar yang lebih luas. 7. Kenangan Tujuan: menciptakan memori yang berkesan bagi wisatawan, sehingga pengalaman perjalanan/kunjungan wisata yang dilakukan dapat terus membekas dalam benak wisatawan, dan menumbuhkan motivasi untuk berkunjung ulang. f. Destinasi Pariwisata Menurut Richardson dan Fluker (2004: 48) mendefinisikan destinasi pariwisata sebagai A significant place visited on a trip, with some form of actual or perceived boundary. The basic geographic unit for the production of tourism statistic. Sementara itu, menurut Kusdianto (1996: 8) dalam Prasiasa (2013: 19) destinasi pariwisata dapat digolongkan berdasarkan ciri-ciri destinasi tersebut, yaitu sebagai berikut:

14 a. Destinasi sumber daya alam, seperti iklim, pantai, dan hutan. b. Destinasi sumber daya budaya, seperti tempat bersejarah, museum, teater, dan masyarakat lokal. c. Fasilitas rekreasi seperti taman hiburan. d. Event, seperti pesta kesenian Bali, pesta Danau Toba, dan pasar malam. e. Aktivitas spesifik, seperti kasino di Genting Highland Malaysia. f. Daya tarik psikologis, seperti petualangan, perjalanan romantis, dan keterpencilan. Dalam suatu destinasi perlu adanya daya dukung untuk menarik para wisatawan untuk dapat berkunjung ke destinasi tersebut. Daya dukung tersebut ialah komponen-komponen pelayanan di destinasi pariwisata seperti yang dikemukakan oleh Prasiasa (2013: 23) yaitu sebagai berikut: a. Atraksi destinasi Atraksi pada suatu destinasi dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu aktraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi buatan manusia. Atraksi alam berupa laut, pantai, gunung, danau, sungai, fauna langka, flora langka, kawasan lindung, cagar alam, dan pemandangan alam. Atraksi budaya dapat berupa upacara kelahiran, tari-tarian tradisional, musik tradisional, festival budaya, adat istiadat lokal, dan museum. Atraksi buatan manusia dapat berupa sarana dan fasilitas olahraga, permainan layangan, ketangkasan, taman rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan. b. Fasilitas destinasi Fasilitas destinasi merupakan komponen dari destinasi yang dapat membuat wisatawan memutuskan untuk tinggal di destinasi. Komponen tersebut dapat berupa akomodasi, restoran, serta pelayanan informasi. c. Aksesibilitas Salah satu komponen penting dari destinasi adalah aksesibilitas atau kelancaran perpindahan seseorang dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. Perpindahan tersebut bisa dalam jarak dekat, menengah, dan jauh. d. Citra Citra atau image terbentuk sedemikian rupa, sehingga dapat menjadi faktor pendorong bagi wisatawan untuk berwisata ke destinasi pariwisata. Untuk memperkuat citra sebuah destinasi pariwisata, perlu memperhatikan daya dukung seperti fisik, sosial budaya, ekonomi, dan prasarana.

15 e. Harga Harga merupakan jumlah akumulatif biaya yang dibayar karena menikmati berbagai produk wisata selama perjalanan wisata. Harga yang dibayar bergantung pada kualitas produk wisata yang dikonsumsi selama berwisata ke destinasi pariwisata. g. Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya mendefinisikan: Istilah pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta terdiri dari dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, atau berputar-putar. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan berkalikali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain. Berdasarkan Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan menyebutkan bahwa pariwisata adalah: Berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerindah daerah. Pariwisata secara luas dapat didefinisikan (UU No. 10 Tahun 2009, Tentang Kepariwisataan; Ps. 1), mendefinisikan pariwisata adalah : a) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam waktu sementara. b) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. c) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. d) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegitan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi dan multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat, sesame wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. e) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

16 f) Daerah tujuan pariwisata (destinasi) adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fisilitas pariwisata, aksessibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. g) Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. h) Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan pariwisata. i) Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka mengahasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata. j) Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumberdaya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan. Dengan demikian bahwa pariwisata merupakan segala bentuk dan macam jenis wisata dengan jumlah yang banyak dan didalamnya ada kegiatan segala aktifitas dari para wisatawan serta didukung oleh fasilitias sarana dan prasarana. h. Potensi Obyek Wisata Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang ke daerah tujuan di luar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang telah dilakukannya dan fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Fandeli (1995: 47). Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berpariwisata adalah mendapat kesenangan, namun wisatawan moderen akhir-akhir ini selama perjalanan berpariwisata ingin memperoleh beberapa manfaat. Ada 2 (dua) faktor penting yang menetukan kepergian untuk berwisata yaitu:

17 1) Faktor pendorong Faktor yang mendorong seseorang untuk berpariwisata adalah ingin terlepas (meskipun untuk sementara) dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang tercemar, kemacetan lalu lintas, dan kesibukan kota. 2) faktor penarik Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di tempat tujuan wisata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek, tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang, serta sedang menjadi berita. Dorongan berkunjung ke tempat teman atau keluarga atau ingin menyaksikan kesenian serta pertandingan olahraga yang sedang berlangsung juga menjadi daya tarik di daerah tujuan wisata (Fandeli, 1995: 40). Wahab dalam Musanef (1996: 10) mengemukakan bahwa pariwisata terdiri dari 3 unsur yaitu: 1. Manusia (man), adalah orang yang melakukan perjalanan wisata. 2. Ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan. 3. Waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata. Yoeti (1996: 172) mengemukakan bahwa: obyek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa obyek wisata adalah potensi dari suatu daerah yang merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung. Dengan kata lain obyek wisata merupakan tempat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan berpariwisata untuk mendapat kepuasan. Suwantoro (1997: 18) menyebutkan bahwa obyek wisata itu antara lain: a. Keindahan alam (obyek wisata alam) Obyek wisata alam ini mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya. b. Ciptaan manusia (obyek wisata budaya) Yang termasuk obyek wisata ini antara lain: candi, monument, art gallery dan lainlain. Obyek wisata ini mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian dan nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau. Namun pendapat lain

18 menyebutkan bahwa obyek wisata dikelompokkan menjadi 3 jenis (Sammeng, 2001: 31), antara lain: 1. obyek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (berapi), flora -fauna (langka), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain. 2. obyek wisata budaya, misalnya: cagar budaya, bangunan bersejarah, musik tradisional, peninggalan tradisional, festival budaya dan lain-lain. 3. obyek wisata buatan, misalnya: sarana dan prasarana olahraga, hiburan, taman rekreasi, taman nasional dan lain-lain. Daerah atau tempat dapat menjadi obyek wisata bila mempunyai potensi yang dapat menarik pengunjung, baik potensi alam maupun potensi yang dibuat oleh manusia. Sujali (1989: 11), mengungkapkan bahwa potensi obyek wisata terjadi karena proses, dapat disebabkan oleh proses alam maupun proses budidaya manusia. Potensi alam yang dimiliki obyek wisata merupakan kekuatan yang paling besar untuk menarik wisatawan, kemudian dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang ada pada obyek wisata tersebut. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa potensi wisata adalah kemampuan dari obyek wisata yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, potensi yang dapat dikembangkan dapat berupa daya tarik tertentu atau sesuatu yang menarik untuk dikunjungi. Semua obyek wisata mempunyai keunggulan masin-masing sesuai dengan situasi dan kondisinya. Keunggulan inilah yang menarik wisatawan mengunjungi obyek wisata yang ditawarkan. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salahsatu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi pariwisata yang beragam, mulai dari peninggalan sejarah, keanekaragaman budaya, keanekaragaman kuliner, dan berbagai potensi wisata lainnya termasuk diantaranya potensi wisata air terjun/ curug. Wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki ciri khas yang unik dan berbeda dengan air terjun yang lainnya i. Analisis SWOT dan Pengembangan Pariwisata Analisis SWOT dalam skenario pengembangan pariwisata digunakan untuk mengetahui dan menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut: 1. Kekuatan (Strength) Dengan mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah maka akan dapat dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing

19 untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang. 2. Kelemahan (Weaknesses) Yaitu segala fator yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor pariwisata. Pada umumnya kelemahan-kelemahan yang dapat diidentifikasi adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata, dan lain-lain. Dalam hal ini kelemahan dapat dimanfaatkan untuk meraih peluang. 3. Kesempatan (Oportunity) Yaitu semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap dapat member peluang bagi kegiatan pariwisata. 4. Ancaman (Threats) Dalam hal ini ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya. Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan meningkatkan suatu yang sudah ada. Musanef (1996: 1), pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha yang terencana untuk menarik wisatawan, menyediakan semua prasarana dan sarana, barang dan jasa fasilitas yang diperlukan, guna melayani kebutuhan wisatawan. Musanef juga menyebutkan manfaat pengembangan pariwisata, antara lain : 1. memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja. 2. meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. 3. mendorong pelestarian budaya, peninggalan sejarah serta lingkungan hidup. Pengusahaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata meliputi kegiatan membangun dan mengelola obyek wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola obyek dan dayatarik wisata yang sudah ada. Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan pada: 1. Memajukan tingkat kehidupan masyarakat sekaligus melestarikan identitas budaya dan tradisi lokal.

20 2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara merata pada penduduk lokal. 3. Berorientasi pada pengembangan wirausaha berskala kecil dan menengah dengan daya serap tenaga kerja besar dan berpotensi pada teknologi komparatif. 4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya dengan dampak dampak negatif seminimal mungkin. 2.2 Studi Pendahuluan yang sudah dilaksanakan Road Map Penelitian TAHUN 2017 ANALISIS KAJIAN GEOGRAFIS POTENSI PARIWISATA AIR TERJUN DI KABUPATEN TASIKMALAYA SEBARAN POTENSI OBJEK WISATA AIR TERJUN DI KABUPATEN TASIKMALAYA ANALISIS TETANGGA TERDEKAT POTENSI OBJEK WISATA Keunikan Aksesibilitas Fasilitas Dasar Fasilitas Pendukung ANALISIS SWOT Gambar 2.1 Road Map Penelitian Tahapan yang Sudah Dilakukan Tahapan yang sudah dilaksanakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pembuatan Pedoman Observasi 2. Pembuatan Instrumen Penelitian 3. Deskripsi/ pengolahan data hasil observasi dan penelitian lapangan

21 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT 3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya (Suatu Kajian Geografis pada Mata Kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata). 3.2 Urgensi (Keutamaan) Penelitian Urgensi penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pariwisata air terjun (curug) berdasarkan kajian geografis di Kabupaten Tasikmalaya (Suatu Kajian Geografis pada Mata Kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata) dengan luaran penelitian diantaranya: 1. Sebaran pariwisata Air terjun di Kabupaten Tasikmalaya dan memperoleh data dan informasi tentang fasilitas dan pelayanan wisata air terjun yang ada di Kabupaten Tasikmalaya 2. Menghasilkan Jurnal ilmiah yang akan diterbitkan di salah satu Jurnal ber ISSN. 3. Menghasilkan draft rancangan materi ajar pada mata kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata. 4. Akan disampaikan pada Seminar Nasional forum nasional Ikatan Geograf Indonesia (IGI) 3.3 Target Inovasi Target inovasi yang ingin dihasilkan adalah : 1. Membuat Bahan ajar pada mata kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata. 2. Mengembangkan potensi air terjun di Kabupaten Tasikmalaya supaya di ketahui oleh umum. 3.4 Penerapan Hasil Penelitian Penerapan hasil penelitian ini diharapkan dapat diterima oleh seluruh pihak dan terutama oleh para pengambil kebijakan untuk mengupayakan pengembangkan potensi air terjun di Kabupaten Tasikmalaya. Selain itu dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah referensi dalam pembelajaran pada mata kuliah Geografi Transportasi dan Pariwisata.

22 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif Kualitatif dengan cara mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasikan data, kemudian dianalisis. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Survey Lapangan (Field Study) b. Wawancara (Interview) c. Studi Dokumentasi d. Studi Literatur 4.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah lokasi air terjun serta pengunjung atau responden, populasi mencakup semua lokasi air terjun sedangkan sampel penelitiannya yaitu tiga orang responden dari setiap lokasi air terjun. Populasi dan sampel sedianya mempunyai definisi, populasi adalah keseluruhan subjek dan objek penelitian, sedangkan sampel yaitu sebagian atau yang mewakili dari populasi yang respresentatif, (Nasution, 2009: 86). Populasinya wilayahnya yaitu lokasi air terjun yang terdiri dari 11 titik lokasi, sedangkan yang menjadi sampelnya yaitu 3 orang responden yang akan diberikan masing-masing kuesioner disetiap titik lokasi air terjun yang berjumlah 33 orang responden. Setiap sampel yang tersedia merupakan perwakilan untuk mendapatkan informasi dan data lokasi tersebut. Tahapan dalam pengambilan sampel yang dimulai dari sampel daerah, sampel random acak sederhana, dan sampel aksidental. Pengambilan sampel untuk pengunjung dan masyarakat sekitar menggunakan Simple Random Sampling (Random Acak Sederhana) sedangkan untuk pengelola obyek wisata menggunakan Sampel Aksidental. 4.3 Teknik Analisis Data Prosedur Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dalam dua tahap yaitu: a. Tahap 1 merupakan tahap persiapan, hal-hal yang dilakukan adalah : (1) Membuat instrumen dan validasinya (2) Melakukan observasi awal

23 b. Tahap 2 merupakan tahap implementasi, hal yang dilakukan adalah : (1) Mengumpulkan data dan menyajikan data (2) Melakukan analisa data (3) Menentukan hasil dan pembahasan (4) Membuat kesimpulan dan laporan Tahapan dan Alur Penelitian PENGKAJIAN 1. Pembentukan Team work 2. Survey Lapangan 3. Pengolahan Data 4. Penyusunan Bahan Ajar 5. Publikasi/Seminar Hasil Penelitian - BAHAN AJAR - PUBLIKASI

24 BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 5.1 Deskripsi Kondisi Geografis Wilayah Penelitian 1) Letak dan Luas Daerah Penelitian Gambar 5.1 Peta Administrasi Kabupaten Tasikmalaya

25 Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak diantara dan LS serta dan BT yang berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Tasikmalaya di sebelah utara, Kabupaten Ciamis di sebelah timur, Samudera Indonesia di sebelah selatan, dan Kabupaten Garut di sebelah barat. Wilayah Kabupaten Tasikmalaya dengan luas wilayah ± 2.712,52 km² atau ,71 ha adalah wilayah yang sangat luas sebanding dengan luas wilayah satu provinsi di Indonesia yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak astronomis mempunyai pengertian, seperti yang dikemukakan oleh Banowati, E (2012: 1) dalam bukunya yang berjudul Geografi Indonesia yaitu letak suatu tempat menurut garis lintang (paralel) dan garis bujur (meridian), garis lintang adalah garis khayal yang melingkari permukaan bumi secara horisontal, sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan. 2) Morfologi dan Tofografi Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memiliki ketinggian berkisar antara mdpl. Secara umum wilayah tersebut dapat dibedakan menurut ketinggiannya, yaitu bagian utara merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian berkisar mdpl dan bagian selatan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara mdpl. Sebaran ketinggian di Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada table 5.1: Tabel 5.1 Sebaran Ketinggian Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014 No. Ketinggian Sebaran (mdpl) (Kecamatan) Bantarkalong, Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cikalong, Cikatomas, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras, Kadipaten, Karangjaya, Karangnunggal, Leuwisari, Mangunreja, Manonjaya, Padakembang, Pageurageung, Pancatengah, Puspahiang, Rajapolah, Salopa, Sariwangi, Singaparna, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukarame, Sukaresik, dan Taraju Bojongasih, Bojonggambir, Ciawi, Cibalong, Cigalontang, Cineam, Cipatujah, Cisayong, Culamega, Gunungtanjung, Jamanis, Jatiwaras, Kadipaten, Karangjaya, Mangunreja, Padakembang, Pageurageung, Parungponteng, Puspahiang, Rajapolah, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sodonghilir, Sukahening, Sukaraja, Sukaratu, dan Tanjungjaya.

26 Ciawi, Cigalontang, Cineam, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pageurageung, Puspahiang, Salawu, Salopa, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu. Ciawi, Cigalontang, Cisayong, Kadipaten, Leuwisari, Pageurageung, Sariwangi, Sukahening, dan Sukaratu Cigalontang, Cisayong, Sariwangi, dan Sukahening, Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2016 Kondisi kemiringan lereng di Kabupaten Tasikmalaya berturut-turut yaitu sangat curam (> 40 %) sebesar 1,39 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya, agak curam (15 % - 40 %) sebesar 25,35 %, curam (5 % - 15 %) sebesar 27,11 %, landai (2 % - 5 %) sebesar 13,27 %, dan datar (0% - 2 %) sebesar 32,87 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Kemiringan Lereng Kabupaten Tasikmalaya No. Lereng Kemiringan (%) Persentase (%) 1. Datar Landai Agak curam Curam Sangat curam > Jumlah 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2015 Dari Tabel 5.2. data kemiringan lereng terlihat bahwa sebagian besar bentang alam Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan datar sampai dengan agak curam, dengan kondisi kemiringan lereng tersebut kurang menguntungkan untuk pengembangan prasarana dan sarana wilayah. 3) Cuaca dan Iklim Kabupaten Tasikmalaya pada umumnya beriklim tropis dengan temperatur 34 C pada wilayah dataran rendah dengan kelembaban 50%. Sedangkan pada daerah dataran tinggi mempunyai temperatur C dengan kelembaban udara berkisar antara 61%-73%. Curah hujan rata-rata per tahun 2.171,95 mm dengan jumlah hari hujan efektif selama satu tahun sebanyak 84 hari. Pengelompokan daerah hujan berdasarkan ketinggian curah hujan pada masing-masing wilayah di Kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut: a) Wilayah dengan curah hujan antara mm/tahun meliputi Kecamatan Sukaraja, Cibalong, Salopa, Pagerageung, Ciawi, dan Jamanis.

27 b) Wilayah dengan curah hujan antara mm/thn meliputi: Kecamatan Cipatujah, Bantarkalong, Karangnunggal, Salopa, Sodonghilir, Cineam, dan Manonjaya. c) Wilayah dengan curah hujan antara mm/thn meliputi Kecamatan Bojonggambir, Sodonghilir, Singaparna, Cisayong, Rajapolah, Cikalong, Pancatengah, Cikatomas, sebagian Pagerageung. d) Wilayah dengan curah hujan di atas mm/thn meliputi Kecamatan Taraju, Salawu, Cigalontang, Leuwisari, dan Cisayong. 4) Hidrologi Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari daerah aliran sungai besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem drainase yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografinya. Di Kabupaten Tasikmalaya terdapat 6 daerah aliran sungai besar atau sungai utama, yaitu Sungai Ci Langla, Ci Medang, Ci Sanggiri, Ci Patujah, Ci Tanduy, dan Ci Wulan. Pola daerah aliran sungai umumnya berpola radial, karena lebih dipengaruhi dominansi vulkanik. Pada daerah tektonik pola aliran berubah menjadi tidak teratur (irregular), tergantung pada bentuk dan arah proses tektonik yang terjadi. 5) Penggunaan Lahan Luas tanah Kabupaten Tasikmalaya setelah pemekaran dengan Kota Tasikmalaya adalah sebesar ha, dimana ha dipergunakan sebagai lahan pertanian dan ha merupakan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan eksisting di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari hutan, kebun, ladang, tegalan, pantai, pemukiman, persawahan, semak belukar, tambak, kolam, dan tubuh air. Penggunaan lahan yang paling luas yaitu lahan perkebunan seluas ,43 ha dengan persentase 29.50%, sedangkan lahan yang paling kecil yaitu lahan pantai yaitu seluas 29,61 ha dengan persentase 0.10%. 5.2 Karakteristik Responden Usia responden menggambarkan kematangan setiap responden dalam cara berpikir dan memberikan sudut pandang yang berbeda terhadap suatu penilaian. Responden dengan usia lebih dewasa dibanding dengan responden dengan usia remaja, tentunya berbeda dari caranya berpikir. Usia responden pula mempengaruhi

28 produktifitas dan ruang geraknya, usia remaja sampai dewasa lebih memiliki produktivitas lebih dan ruang gerak yang luas karena didukung oleh daya tahan fisik yang masih normal dibandingkan dengan responden yang berusia lanjut. Dalam hasil yang didapat dari penelitian yang telah dilakukan, usia responden diawali pada usia 14 tahun sampai lebih dari 64 tahun. Usia responden yang paling banyak yaitu berusia tahun dengan jumlah 13 orang responden. 5.3 Profil Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya Dari data yang telah dihimpun terdapat 11 objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya. Masing-masing air terjun tersebut memiliki perbedaan kondisi fisiknya, baik itu letak, koordinat, ketinggian air terjun dan ketinggian lokasinya serta yang paling unik yaitu toponimi atau asal-usul penamaan air terjun tersebut. Disisi lain, terdapat pula fasilitas dari tiap objek wisata air terjun, fasilitas utama yaitu tiket masuk, tempat parkir, warung, tempat ibadah, toilet, dan penunjuk arah serta fasilitas pendukung lainnya. Dari masing-masing objek wisata air terjun masih belum didukung oleh fasilitas yang memadai dan sedang dalam tahap pengelolaan dari pemerintah serta dari penduduk setempat. Sebaran lokasi air terjun berada di setiap kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Tasikmalaya, yang paling mendominasi yaitu Kecamatan Cisayong dengan objek wisata Air Terjun Batu Blek, Objek Wisata Air Terjun Badak, Objek Wisata Air Terjun Putih, dan Objek Wisata Air Terjun Gado Bangkong.. Melihat pada teori Yoeti, O yang menjelaskan syarat-syarat objek wisata, maka objek wisata air terjun pada penelitian ini belum dapat memenuhi kriteria sebagai objek wisata. Namun fasilitas yang dasar untuk menunjang menjadi objek wisata sudah mulai dijalankan. Berikut Toponimi beserta profil lengkap dari masing-masing objek wisata air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan data yang telah dihimpun:

29 Tabel 5.3 Profil Objek Wisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya NAMA CURUG& TOPONIMI PROFIL 1. BATU BLEK Kata Blek bukan dari bahasa asing atau inggris Black dalam penyebutannya, yang berarti hitam dengan artian disambungkan menjadi batu hitam, akan tetapi maksud dari blek yang sebenarnya yaitu bongkahan batuan yang berbentuk blek atau seperti kaleng, persegi empat, dan cenderung berkotak-kotak. Asal mula penam aan Batu Blek oleh masyarakat sekitar dikarenakan sekitar air terjun tersebut terdapat batu yang berbentuk blek dengan jumlah yang banyak, maka dari itu masyarakat menamakannya dengan Curug Batu Blek yang dalam bahasa Indonesianya ialah Air Terjun Batu Blek Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Santanamekar Cisayong Tasikmalaya S, E 7º15 10 LS - 108º7 23 BT 6 meter 988 mdpl 10 meter Ci Loseh Objek wisata Sedang dikelola Katarak

30 2. CURUG DENGDENG Menurut seorang penanggungjawab pengelolaan objek wisata air terjun Dengdeng yang bercerita bahwa di masa yang lalu ada nenek yang kehilangan anaknya, anak dari nenek tersebut diketahui tersambar petir di Air Terjun Dengdeng dan menyatu dengan bebatuan di sekitaran air terjun tersebut. Dinamakan Dengdeng karena proses tersambarnya anak tersebut dan terbelahnya batuan sehingga sekarang menjadi Air Terjun Dengdeng Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat decimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Cikawunggading Cipatujah Tasikmalaya S, E 7º44 50 LS - 108º0 54 BT 13 meter 12 mdpl 8 meter Ci Kembang Objek wisata Sedang dikelola Kaskade

31 3. GADO BANGKONG Dua kata dari gado dan bangkong mempunyai arti berbeda yaitu gado ialah dagu dan bangkong ialah kodok. Dinamakan gado bangkong karena di masa dahulu sekitaran air terjun ini dihuni oleh kodok yang berukuran sangat besar dan dari kodok-kodok tersebut ada satu kodok yang paling besar ukurannya, lalu kodok yang paling besar tersebut dimakan oleh sekumpulan kodok-kodok yang lain sampai hanya menyisakan dagunya saja. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Santanamekar Cisayong Tasikmalaya S, E 7º14 57 LS - 108º6 45 BT 17 meter 795 mdpl 1 meter Ci Loseh Objek wisata Sedang dikelola Katarak

32 4. CURUG PUTIH Menurut aparat Desa Sukamukti asal mula penamaan Air Terjun Putih pada dahulunya air dari air terjun ini sangat bening dan bersih sampai dasar dari kolam air terjunnya terlihat dengan tampak batu kerikil yang berukuran kecil sampai berukuran besar. Jadi dinamakan putih bukan acuan dari putih seperti susu, akan tetapi maksudnya yaitu kata putih mempunyai makna bening dan bersih. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Sukamukti Cisayong Tasikmalaya S, E 7º14 14 LS - 108º6 38 BT 15 meter 879 mdpl 2 meter Ci Loseh Objek wisata Sedang dikelola Jeram

33 5. CURUG BADAK Penamaan air terjun ini, menurut masyarakat setempat bahwa konon dahulu di lokasi air terjun ini dihuni oleh badak bercula satu sekitar 200 tahun yang lalu dan seiring dengan berjalannya waktu, badak tersebut punah ditelan zaman. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Santanamekar Cisayong Tasikmalaya S, E 7º15 9 LS - 108º6 40 BT 30 meter 765 mdpl 2 meter Ci Loseh Objek wisata Sedang dikelola Jeram

34 6. CURUG KOJA Menurut salah satu pengelola objek wisata Air Terjun Koja asal mula dinamakan Koja karena di masa lalu untuk mengukur ketinggian dari air terjun ini menggunakan koja yaitu tali tas orang tua zaman dahulu yang mana tali tersebut berukuran sangat panjang serta ada pula yang menyebutkan bahwa kata koja diambil dari alat untuk menangkap sejumlah ikan yaitu alat tersebut bernama koja. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Linggalaksana Cikatomas Tasikmalaya S, E 7º38 42 LS - 108º14 24 BT 63 meter 112 mdpl 3 meter Ci Watin Objek wisata Sedang dikelola Jeram

35 7. CURUG CIBAKOM Penamaan Cibakom karena air terjun ini terlihat seperti baskom terbalik yang dalam bahasa Indonesianya memiliki arti kurang lebih seperti wadah. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Linggalaksana Cikatomas Tasikmalaya S, E 7º38 35 LS - 108º14 43 BT 12 meter 102 mdpl 2 meter Ci Watin Objek wisata Sedang dikelola

36 8. CURUG DENGDENG PANCATENGAH Dinamakan Dengdeng karena menurut salah seorang pengelola objek wisata air terjun tersebut digambarkan bahwa dengdeng mempunyai arti bertingkat-tingkat, terlihat dari air terjun tersebut yang memang terdiri dari tiga tingkatan air terjun. Tingkat pertama yaitu Air Terjun Dengdeng, tingkat kedua yaitu Air Terjun Kopo, dan tingkat ketiga yang paling bawah yaitu Air Terjun Widi. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Tawang Pancatengah Tasikmalaya S, E 7º38 30 LS - 108º19 25 BT 15 meter 176 mdpl 4 meter Ci Kembang Objek wisata Sedang dikelola Kaskada

37 9. CURUG CIPINAHA Cipinaha atau yang biasa disebut Curug Luhur dinamakan Cipinaha karena orang tua zaman dahulu di Desa Malatisuka beranggapan bahwa curug ini berada di ketinggian yang menamakan Curug Luhur dan kata luhur berarti tinggi sedangkan Ci Pinaha merupakan aliran sungai dari Curug Luhur. Jadi ada dua nama untuk air terjun ini yaitu Air Terjun Cipinaha dan Air Terjun Luhur. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Malatisuka Gunungtanjung Tasikmalaya S, E 7º26 60 LS - 108º18 56 BT 20 meter 655 mdpl 3 meter Ci Pinaha Objek wisata Sedang dikelola Kaskada

38 10. CURUG MANINTIN Kata Manintin diambil dari sejarah kejadian di air terjun ini pada masa lalu terdapat burung manintin yang selalu membersihkan lokasi air terjun tersebut darirumput, dan serabut-serabut yang lainnya. Burung manintin tersebut keberadaannya masih misteri dan konon habitatnya berada di bagian hulu sungai yang sekarang masih ada keberadaannya namun sulit untuk ditemukan. Maka dari itu air terjun ini mengambil nama dari burung tersebut yaitu Manintin. Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Kategori Status Tipe Tanjungsari Salopa Tasikmalaya S, E 7º29 42 LS - 108º19 7 BT 115 meter 607 mdpl 2 meter Objek wisata Sedang dikelola Jeram

39 11. CURUG CIPARAY Menurut masyarakat bahwa penamaan air terjun ini berdasarkan arti kata yang dapat dipisahkan, yaitu Ci yang artinya air atau sungai dan Paray yang berarti ikan. Jadi dinamakan Ciparay karena di sekitaran air terjun tersebut terdapat banyak ikan Desa Kecamatan Kabupaten Koordinat UTM Koordinat desimal Ketinggian air terjun Ketinggian lokasi Kedalaman Aliran sungai Kategori Status Tipe Cidugaleun Cigalontang Tasikmalaya S, E 7º16 30 LS - 108º1 51 BT 75 meter 821 mdpl 5 meter Ci Kuluwung Objek wisata Sedang dikelola Jeram Tabel diatas memperlihatkan informasi asal-usul/toponimi dari air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya. Dapat pula diperoleh informasi mengenai letak secara administratif, letak koordinat, kedalaman air terjun, kategori, status dan tipe dari masing-masing air terjun.

40 Berikut deskripsi fasilitas dari masing-masing objek wisata air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya sesuai dengan data yang telah dihimpun: Tabel 5.4 Deskripsi Fasilitas Masing-Masing Air Terjun Di Kabupaten Tasikmalaya NAMA CURUG JENIS FASILITAS DESKRIPSI FASILITAS TIKET MASUK Untuk dapat masuk ke kawasan wisata air terjun Batu Blek dikenakan tarif Rp ,00/motor. TEMPAT PARKIR Tempat parkir objek wisata air terjun Batu Blek sudah mulai dikembangkan oleh masyarakat dengan izin dari pemerintah desa, serta sudah tersedianya portal yang terbuat dari kayu untuk dapat membuka dan 1. BATU BLEK Santana mekar Cisayong menutup area parkir. Tempat parkir dapat menampung sekitar 50 motor dengan luas lahan parkir 10x5 m². WARUNG Sudah tersedia dua warung berlokasi di area parkir objek wisata Air Terjun Batu Blek yang menyediakan berbagai jenis makanan ringan dan minuman seperti air minum dalam kemasan dan botol, kopi seduh, dan lain-lain. TOILET belum tersedia Toilet di lokasi objek wisata Air Terjun Batu Blek. TEMPAT IBADAH Disamping warung terdapat tempat ibadah untuk melaksanakan shalat dan ruang ganti pakaian. PENUNJUK ARAH Untuk penunjuk arah ke lokasi Air Terjun masih belum terdapat penunjuk arah yang pasti, namun sebagian besar pengunjung berpatokan kepada alur selokan dari Air Terjun Batu Blek. 2. DENGDENG TIKET MASUK Biaya yang harus dibayar oleh

41 Cikawunggading Cipatujah TEMPAT PARKIR WARUNG TOILET TEMPAT IBADAH PENUNJUK ARAH pengunjung yang mengunjungi objek wisata Air Terjun Dengdeng adalah sebesar Rp ,00/orang temasuk didalamnya asuransi kecelakaan yakni Rp. 500,00/orang. Penerapan asuransi tersebut bekerjasama dengan PT. Asuransi Amanah Githa. Area parkir di kawasan wisata ini mempunyai dua area parkir, yang pertama di halaman rumah warga yang dapat memuat sekitar 20 sepeda motor dan untuk kendaraan beroda empat. Sedangkan yang kedua, area parkir di sekitaran lokasi objek wisata air terjun yang dapat memuat 150 motor dengan luas lahan 240m². Area parkir yang kedua dikelola 4 bulan yang lalu dari inisiatif karang taruna Desa Cikawunggading Warung berlokasi di area parkir yang kedua dengan jumlah total ada 4 warung di kawasan wisata ini, keempat warung tersebut posisinya berjejer di sebelah kanan awal masuk area parkir. Warung-warung disini dibangun oleh masing-masing oleh pemiliknya dengan bantuan dari warga setempat. Sarana toilet masih dalam tahap perencanaan yang saat ini belum tersedia di kawasan wisata Air Terjun Dengdeng, namun pengunjung dapat menggunakan toilet rumah milik salah satu warga di area pakir pertama. Begitupun dengan tempat ibadah masih dalam tahap perencanaan dan pengunjung dapat menumpang shalat dirumah salah satu warga atau mendatangi masjid terdekat Penunjuk arah untuk dapat ke kawasan ini dapat ditemui disepanjang jalan Desa

42 Cikawunggading dengan memasang penunjuk jalan di setiap percabangan jalan. Selain keenam fasilitas utama diatas terdapat fasilitas lainnya yaitu tempat duduk santai dibawah pohon, saung untuk berkumpul bersama keluarga 3. GADO BANGKONG TIKET MASUK DAN TEMPAT PARKIR WARUNG Disaat waktu libur tepatnya hari Minggu atau weekend di hari Sabtu dapat masuk ke objek wisata Air Terjun Gado Bangkong dengan dikenakan tarif Rp ,00/motor di portal pertama masuk, namun biasanya untuk hari-hari biasa di portal pertama tidak dikenakan biaya masuk. Area parkir dapat memuat sekitar 80 motor dengan luas lahan parkir 150 m², area parkir dikelola oleh masyarakat kampung tersebut. Terbagi menjadi dua bagian area yaitu dibagian bawah dan atas. Berjumlah 7 warung yang terdiri 5 warung di sekitar area parkir, dan satu warung di lokasi Air Terjun Gado Bangkong.

43 TOILET Terdapat 2 toilet untuk pria dan wanita dengan dikenakan tarif Rp ,00/orang serta satu toilet sedang dalam tahap pembangunan di sekitar lokasi Air Terjun Gado Bangkong. TEMPAT IBADAH Mushola sedang dalam tahap pembangunan yang terletak disamping wc umum. PENUNJUK ARAH Penunjuk arah menuju lokasi ditandai dengan letak-letak posisi warung yang langsung menuju lokasi air terjun. 4. PUTIH TIKET MASUK TEMPAT PARKIR Parkir kendaraan yang harus dibayar oleh pengunjung sebesar Rp ,00/kendaraan dan sudah termasuk tiket masuk objek wisata. Luas lahan parkir tersebut 10x20 m² dengan daya tanpung 40 sepeda motor dan 2 mobil. 5. BADAK WARUNG Tersedia hanya satu warung berlokasi di area parkir yang menjual gorengan, mie rebus, dan makanan serta minuman yang lainnya. TOILET DAN TEMPAT IBADAH Toilet yang ada di objek wisata ini menyatu dengan mesjid sekaligus tempat untuk berwudhu dengan kondisi yang

44 bersih. Mesjid terletak di area parkir dengan kondisi yang baik. 6. KOJA PENUNJUK ARAH TIKET MASUK DAN TEMPAT PARKIR Penunjuk arah sudah tersedia di lokasi objek wisata ini selepas dari portal masuk yang mengarah ke lokasi air terjun keduanya dengan mengikuti aliran selokan yang bersumber dari air terjun tersebut dengan jarak 1 km. Yang paling menonjol ialah Air Terjun Koja, namun pengunjung dapat diantar oleh pengelola ke Air Terjun Cibakom. Tiket masuk dan tarif parkir Rp ,00/orang dan parkir motor dikenakan tarif Rp ,00/motor. Lahan parkir di tempat ini sangat sempit yang sebelumnya merupakan lahan bekas perkebunan dengan luas 3x4m².

45 WARUNG DAN TEMPAT IBADAH Warung di objek wisata air terjun berjumlah 6 warung dan satu warung di area parkir, warung di lokasi ini kepemilikannya oleh masingmasing pedagang dengan membayar biaya sewa ke pemilik lahan perminggunya Rp ,00 dan perbulannya Rp ,00. Sudah tersedia tempat ibadah dengan ukuran yang kecil yang dapat memuat satu orang saja. 7. CIBAKOM TOILET DAN PENUNJUK ARAH Tersedia dua toilet pria dan wanita dengan membayar Rp ,00/orang. Penunjuk arah tersedia di sepanjang perjalanan. LAINNYA Terdapat sewa ban untuk berenang di kolam air terjun koja dengan membayar biaya sewa Rp ,00. Lalu sudah tersedia tempat sampah dari kayu yang dianyam seperti bentuk obor. 8. DENGDENG PANCATENGAH TIKET MASUK Harga tiket untuk dapat menikmati objek wisata air terjun Dengdeng sebesar Rp ,00/orang dan parkir motor Rp ,00/kendaraan. TEMPAT PARKIR Luas area parkir di objek wisata air terjun ini 500m² dengan daya tampung 400 kendaraan bermotor dan 10 mobil. Dengan luas lahan parkir yang cukup luas, terkadang selalu

46 mengadakan acara musik di area parkir tersebut yang menyatu dengan lapangan. WARUNG TEMPAT IBADAH DAN TOILET PENUNJUK ARAH TIKET MASUK DAN TEMPAT PARKIR Total 24 warung dengan kepemelikan masing-masing dari pedagang dan lahannya. Dan di sekitar lokasi objek wisata air, selain 24 warung tersebut yang telah mulai beroperasi, terdapat warung-warung yang sedang dalam pembangunan yang berjumlah dua warung. Ada empat tempat ibadah yaitu mushola untuk melaksanakan shalat, masing berada disamping warung sekitar lokasi Air Terjun Dengdeng Pancatengah. Berjumlah tiga wc umum untuk pria dan wanita yang tersedia di lokasi objek wisata ini dengan membayar sebesar Rp ,00/orang. Tersedia papan penunjuk arah dengan ukuran yang cukup besar di jalan utama Desa Tawang. Dikenakan tarif sebesar Rp ,00/orang. 9. CIPINAHA

47 PARKIR WARUNG TEMPAT IBADAH Area parkir di objek wisata air terjun ini sangat sempit dengan luas area 3x2 meter yang dapat menampung kurang dari 10 motor dan dikenakan biaya parkir sebesar Rp ,00/motor. Tempat parkir yang menjadi kendala bila suatu saat pengunjung memadati objek wisata ini, karena memang area parkir di tempat ini memanfaatkan lahan-lahan perkebunan milik warga. Berjumlah 6 warung di objek wisata ini yang terdiri dari 2 warung di area parkir dan 4 warung lainnya di sekitar lokasi objek wisata air terjun, satu diantaranya menyediakan menu spesial yaitu nasi liwet dan ikan bakar. Tersedia dua tempat ibadah yaitu mushola sederhana yang berlokasi di sekitar area parkir yang masih dalam tahap pembangunan serta satu lainnya di sekitar lokasi objek wisata air terjun. TOILET Toilet berada di sudut dari Air Terjun Cipinaha bersampingan dengan warung, dikenakan tarif Rp ,00/orang. PENUNJUK ARAH Sudah tersedia penunjuk arah ke objek wisata Air Terjun Ci Pinaha yang dapat ditemui sepanjang perjalanan. LAINNYA Masih terdapat fasilitas pendukung lainnya di objek wisata air terjun ini yaitu sewa ban untuk dewasa Rp ,00/orang dan untuk anak dibawah umur Rp ,00/orang. Lalu sudah tersedia tempat ganti baju dengan membayar Rp ,00/orang, tempat penitipan helm.

48 10. MANINTIN TIKET MASUK Belum tersedianya tiket masuk khusus yang disediakan oleh masyarakat Desa Tanjungsari untuk tiap pengunjung yang mengunjungi objek wisata ini, namun pengunjung dapat membayar biaya parkir motor seharga Rp ,00/motor dan sudah termasuk tiket masuk. TEMPAT PARKIR Tempat parkir di objek wisata ini masih kurang jelas lokasinya, tetapi pengunjung akan disambut oleh warga kampung setempat yang menawarkan parkir kendaraan bermotor di halaman rumah warga yang bersangkutan. Selain itu kendaraan bermotor dapat dibawa ke lokasi parkir dengan melewati jalanan pesawahan dan akan melewati jembatan sasak gantung. WARUNG Total warung berjumlah 4 warung yang menyatu dengan area parkir di objek wisata ini, warung-warung tersebut tidak akan beroperasi di saat hari-hari biasa dan akan kembali berjualam pada hari sabtu serta minggu. TEMPAT IBADAH Untuk ketersediaan tempat melaksanakan sembahyang masih belum tersedia secara pasti di objek wisata ini, pengunjung dapat menumpang ke salah satu rumah warga guna untuk melaksanakan shalat. TOILET Demikian dengan toilet yang masih belum tersedia di objek wisata ini dengan alasan dari masyarakat desa bahwa rencana pembangunan toilet akan segera

49 dilakukan. 11. CIPARAY PENUNJUK ARAH LAINNYA TIKET MASUK Penunjuk arah untuk sampai ke lokasi air terjun belum tersedia dengan jelas, pengunjung dapat bertanya ke warga setempat. Pada kampung yang paling ujung, pengunjung dapat meminta untuk diantarkan ke lokasi air terjun dengan bantuan dari masyarakat sekitar. Belum tersedianya fasilitas yang memadai di objek wisata ini, akan tetapi pengunjung dapat melakukan berbagai aktivitas alam seperti panjat tebing, makan-makan bersama, dan berkemah. Lalu, sudah tersedia tempat untuk ganti baju di sekitar lokasi air terjun dan saung-saung sederhana untuk sekedar beristirahat dan menikmati pemandangan. Tiket masuk sudah termasuk biaya parkir motor yang dikenakan tarif Rp ,00/motor. TEMPAT PARKIR Luas area lahan tempat parkir di objek wisata ini yaitu 15m² dengan daya tampung 40 sepeda motor

50 WARUNG Total warung di lokasi objek wisata air terjun ini berjumlah tiga warung, yang pertama berada di area parkir dan yang kedua berada di sekitar lokasi air terjun. TEMPAT IBADAH Belum tersedianya tempat ibadah seperti mushola di objek wisata air terjun ini, mushola dalam tahap perencanaan pembangunan oleh masyarakat setempat. TOILET Tersedia dua toilet untuk pria dan wanita. PENUNJUK ARAH Secara administratif Air Terjun Ciparay berada di Kecamatan Cigalontang, namun rute jalan yang perlu diambil menuju Kecamatan Sariwangi dan Desa Parentas.

51 LAINNYA Banyak yang dapat dilakukan di objek wisata aur terjun ini yaitu kemping, berenang di sekitar lokasi air terjun, dan mengadakan acara atau event khusus tentang pecinta alam. Tabel diatas memperlihatkan informasi deskripsi fasilitas di masing-masing air terjun yang tersebar di Kabupaten Tasikmalaya. Mengacu pada teori yang ada, objek wisata air terjun pada penelitian ini belum dapat memenuhi kriteria sebagai objek wisata. Namun fasilitas yang dasar untuk menunjang menjadi objek wisata sudah mulai dijalankan, artinya ada potensi yang bisa dikembangkan dari air terjun di kabupaten Tasikmalaya. 5.4 Sebaran Objek Wisata Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya Hasil akhir dari peta persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya yang total ada 15 titik lokasi tersebar dibeberapa kecamatan. Kecamatan Cisayong berjumlah 4 objek wisata air terjun diantaranya Air Terjun Batu Blek, Air Terjun Badak, Air Terjun Gado Bangkong, dan Air Terjun Putih, Kecamatan Pageurageung memiliki satu potensi objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Bunar, Kecamatan Cigalontang memiliki satu objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Ciparay, Kecamatan Salopa memiliki satu objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Manintin, Kecamatan Cikatomas memiliki 2 objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Cibakom, dan Air Terjun Koja, serta potensi objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Ciwatin, Kecamatan Jatiwaras memiliki 2 potensi objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Amoh dan Air Terjun Sawer, Kecamatan Gunungtanjung memiliki satu objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Cipinaha, Kecamatan Pancatengah memiliki satu objek wisata air terjun yaitu Air Terjun Dengdeng Pancatengah. Berikut tampilan peta persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya pada My Map di Google Map seperti yang ditunjukan pada Gambar 5.2

52 Gambar 5.2 Peta sebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya via Google Map Pada Gambar 5.1 terlihat hasil akhir dari peta persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya, terdapat dua warna yang berbeda yaitu biru yang berarti air terjun tersebut sedang dikelola oleh masyarakat desa setempat ataupun ada keterlibatan dari pihak-pihak terkait, sedangkan yang berwarna merah menandakan bahwa air terjun tersebut merupakan potensi yang dapat dijadikan objek wisata dan masih belum dikelola oleh masyarakat desa setempat. Pemetaan dalam menyajikan persebaran dapat menggunakan metode analisis persebaran dengan analisa tetangga terdekat, fungsi untuk menganalisis persebaran tersebut untuk mengetahui kesimpulan dari objek yang telah dipetakan. Analisis persebaran dapat menganalisa spasial yang berbentuk titik, garis, dan area dengan hasil akhir dari analisa menggunakan analisa tetangga terdekat akan menghasilkan pola model sebaran yang terdiri dari regukler, random, dan clustered.

53 Berikut Gambar 5.3 dari pola model sebaran analisis tetangga terdekat: Reguler Random Clustered Titik Garis Area Gambar 4.5 Gambar 5.3 Pola Model Sebaran Analisis Tetangga Terdekat Rumusan: R = = P Nilai R berkisar antara 0 (nol) dengan 2, ,7 1. 1,4 0 I II III Ketentuan: I = bergerombol (clustered pattern) II = tersebar tidak merata (random pattern) III = tersebar merata (dispersed pattern) 2,1491

54 Perhitungan: A = Air Terjun Ciparay B = Air Terjun Batu Blek C = D = E = Air Terjun Putih Air Terjun Gado Bangkong Air Terjun Badak F = G = H = I = J = Air Terjun Cipinaha Air Terjun Manintin Air Terjun Dengdeng Pancatengah Air Terjun Cibakom Air Terjun Koja K = Air Terjun Dengdeng A-B = 9 B-C = 1 C-D = 1 D-E = 1 E-F = 30 F-G = 6 G-H = 15 H-I = 9 I-J = 0,5 J-K = 30 Jumlah = 102,5 R = = ( ) Jadi persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya ialah sesuai dengan ketentuan yaitu bergerombol. Wisata alam Air Terjun tersebar disetiap penjuru daerah Kabupaten Tasikmalaya. Wisata Air Terjun berada dibeberapa kecamatan yang diantaranya terletak di Kecamatan Salopa, Kecamatan Pageurageung, Kecamatan Cisayong, Kecamatan Cikatomas, Kecamatan Jatiwaras, Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cigalontang, Kecamatan Padakembang, Kecamatan Gunungtanjung, dan Kecamatan Pancatengah. Kecamatankecamatan tersebut memiliki aksesibilitas yang didalamnya kondisi jalan, rute jalan, jarak tempuh, dan kondisi jalan yang berbeda, kuhususnya akses jalan pedesaan yang masih kurang memadai. Kondisi jalan pedesaan pada umumnya sangat labil dan sulit untuk diprediksi, terkadang jalan yang akan dilalui yaitu jalanan aspal kasar, jalanan aspal berbatu, jalanan aspal berlubang, dan jalanan berbatu. Berikut Tabel 5.5 yang mengelompokan persebaran aksesibilitas lokasi air terjun.

55 Tabel 5.5 Aksesibilitas menuju Objek Air Terjun di Kabupaten Tasikmalaya No. Lokasi (Air Terjun) Jarak dari Kota (Km) Kondisi jalan 1. Batu Blek 22 Baik 2. Dengdeng 77 Parah Dari Kota Indihiang, Cisayong, dan Desa Santanamekar. Kawalu, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, Cikalong, Cipatujah, dan Desa Cikawunggading. Rute Jalan Dari Kabupaten Singaparna, Padakembang, Sukaratu, Cisayong, dan Desa Santanamekar. Mangunreja, Cibalanarik, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, Cikalong, Cipatujah, dan Desa Cikawunggading. Keadaan jalan 3. Gado Bangkong 20 Baik Indihiang, Cisayong, dan Desa Santanamekar. Singaparna, Padakembang, Cisayong, dan Desa Santanamekar 4. Putih 23 Baik Indihiang, Cisayong, dan Desa Sukamukti. Singaparna, Padakembang, Cisayong, dan Desa Sukamukti. 5. Badak 22 Baik Indihiang, Cisayong,dan Desa Santanamekar. Singaparna, Padakembang, Sukaratu, Cisayong, dan Desa Santanamekar.

56 6. Koja 58 Baik 7. Cibakom 58 Baik 8. Dengdeng Pancatengah 56 Parah 9. Cipinaha 30 Baik 10. Manintin 43 Parah Kawalu, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, dan Desa Linggalaksana. Kawalu, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, dan Desa Linggalaksana Kawalu, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, dan Desa Tawang. Cibeureum, Manonjaya, Gunungtanjung, dan Desa Malatisuka Kawalu, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, dan Desa Tanjungsari. Mangunreja, Cibalanarik, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, dan Desa Cikatomas. Mangunreja, Cibalanarik, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, dan Desa Linggalaksana Mangunreja, Cibalanarik, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, Cikatomas, dan Desa Tawang. Singaparna, Mangkubumi, Indihiang, Cibeureum, Manonjaya, Gunungtanjung, dan Desa Malatisuka. Mangunreja, Cibalanarik, Sukaraja, Jatiwaras, Salopa, dan Desa Tanjungsari. 11. Ciparay 33 Parah Mangkubumi, Singaparna, Sariwangi, Cigalontang, dan Desa Parentas. Singaparna, Sariwangi, Cigalontang, dan Desa Parentas. Pada tabel 5.5 diatas menunjukan aksesibilitas menujun objek wisata air terjun di kabupaten Tasikmalaya. Kondisi jalan pedesaan yang akan dilalui yaitu jalanan aspal

57 kasar, jalanan aspal berbatu, jalanan aspal berlubang, dan jalanan berbatu. Objek wisata air terjun hanya bias di tempuh dengan kendaraan pribadi dan itupun beberapa diantaranya tidak sampai lokasi, harus jalan kaki lagi untuk sampai ke lokasi objek wisata air terjun. 5.5 Analisis SWOT dan arah pengembangan Analisis SWOT ( Strength, weakness, opportunities, threats) merupakan analisis yang cukup baik, efektif dan efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan-kemungkinan yang berkaitan dengan pengembangan awal programprogram inovasi baru dalam kepariwisataan. Tabel 5.6 Analisis SWOT No Variabel Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman 1 Variabel Daya tarik Objek >Tingkat keunikan >Nilai Objek >Ketersediaan Lahan >Kondisi Fisik Objek Menampilkan pemandangan/ keindahan alam Rekreasi dan pengetahuan/ pendidikan Tersedia lahan untuk bermain air atau bersantai menikmati pemandangan Masih terjaga dengan baik Masih berada pada kriteria local Masih perlu penambahan nilai objek Belum terdapat fasilitas yang memadai Belum ada pengelola yang formal Penambahan atraksi yang berbeda dengan objek wisata lain supaya memiliki kekhasan atau keunikan Nilai objek dapat ditingkatkan dengan menambah fasilitas Pengembangan daerah sekitar untuk menambah fasilitas Menampilkan pemandangan alam Banyak terdapat objek wisata sejenis di sekitar objek wisata airterjun Nilai objek sama dengan objek lain akan menjadi saingan Terjadi kerusakan objek oleh pihakpihak yang tidak bertanggungjawab 2 Variabel Aksesibilitas >Jarak Jarak terdekat ±5km Jarak terjauh ±77 km kota Penginapan untuk wisatawan yang datang dari tempat yang jauh Jarak tempuh yang jauh menyebabkan pengunjung

58 >Kondisi Jalan >Kendaraan Menuju Objek 3 Variabel Fasilitas Dasar >Warung >MCK 4 Variabel Fasilitas Pendukung >Tempat Ibadah >Wartel >Tempat Parkir Beberapa objek memiliki kodisi jalan baik Kendaraan pribadi untuk menuju objek Tersedia warung di setiap objek wisata Terdapat MCK Tersedia Tersedia Masih terdapat objek yang memiliki jalan rusak parah Tidak terdapat angkutan umum Kondisi warung yang masih kurang memadai Kondisi MCK yang kurang memadai Masih kurang luas Belum tersedia sama sekali Belum tertata rapi Perbaikan jalan supaya mudah dilewati Perlu adanya angkutan umum menuju objek Pengelolaan warung yang baik supaya memberi kenyamanan terhadap pengunjung Perbaikan MCK Perlu perluasan sehingga tidak menimbulkan antrian dalam beribadah Pengadaan sarana komunikasi Perlu penataan yang lebih rapi agar pengunjung merasa nyaman kesulitan mendatangi lokasi Kerusakan jalan menyulitkan wisatawan untuk datang Tidaka adanya angkutan umum menjadi kendala Kondisi yang kurang bersih bisa menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung Kondisi MCK yang kurang bersih bias menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung Saat pengunjung ramai banyak antrian untuk beribadah Berdasarkan analisis SWOT pada tabel 5.6 di atas kemudian dapat ditentukan prioritas usaha pengembangan obyek wisata air terjun dan Langkah-langkah dalam menentukan usaha pengembangan ini didasarkan pada kelemahan dan ancaman yang dapat menghambat pengembangan. Serta dengan mengoptimalkan peluang dan kekuatan yang ada untuk menarik wisatawan.

59 Kebijakan yang dapat mempengaruhi kerja pariwisata dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu kebijakan eksternal dan internal. Kondisi kebijakan eksternal menyangkut kendala yang berasal dari luar lingkungan pariwisata yang potensial dapat menghambat kerja kebijakan pariwisata. Sedangkan kondisi kebijakan internal menyangkut aspek kepariwisataan yang dapat menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kepariwisataan. Makna analisis SWOT adalah apapun cara dan tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mengandung dan mempunyai prinsip-prinsip mengembangkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, menangkap kesempatan, dan menghilangkan ancaman. Lebih jauh mengenai pengembangan obyek wisata Air terjun disajikan dalam tabel 5.7 berikut: Tabel 5.7 Tabel Usaha Pengembangan Objek Wisata Air Terjun No Aspek Pengembangan Analisis SWOT Usaha Pengembangan 1 Daya Tarik Objek Wisata Objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki keunikan masingmasing dimulai dari toponimi, letak, serta kondisi fisik masing-masing air terjun. 2 Aksesibilitas Beberapa objek wisata air terjun dengan Kondisi jalan yang rusak, berlubang dan berbatu 3 Fasilitas Dasar Kondisi warung dan toilet/ruang ganti yang masih kurang memadai 4 Fasilitas Pendukung Tempat ibadah yang kurang luas, belum tersedia wartel, kondisi parkir yang kurang rapi Perlu penambahan atraksi yang berbeda dan belum ada di objek wisata lain supaya menjadi daya tarik bagi wisatawan Perlu perbaikan jalan serta pengadaan kendaraan umum supaya objek wisata mudah diakses Perbaikan fasilitas warung dan toilet/ ruang ganti Perluasan tempat ibadah, pengadaan wartel, dan penataan tempat parkir agar wisatawan merasa nyaman

60 Usaha pengembangan dalam penelitian ini masih berupa gambaran secara umum, artinya perlu penelitian lebih lanjut. Berikut Analisis serta upaya pengembangannya: 1. Variabel Daya Tarik Objek Daya tarik obyek wisata merupakan modal utama dalam pengembangan obyek wisata. Variabel daya tarik diberi bobot angka tertinggi yaitu 4 karena daya tarik memberikan pengaruh yang besar terhadap kunjungan wisatawan. Masingmasing parameter diberi skor berbeda sesuai fungsinya dalam menarik wisatawan. Daya tarik obyek wisata Air terjun adalah keindahan alam dari curug itu sendiri serta keindahan alam di sekitar curug. Variabel daya tarik obyek wisata mempunyai pengaruh paling besar dalam menarik wisatawan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, daya tarik objek air terjun diantaranya Menampilkan pemandangan/ keindahan alam, memiliki nilai objek wisata: Rekreasi dan pengetahuan/ pendidikan, Tersedia lahan untuk bermain air atau bersantai menikmati pemandangan, kondisi fisik alam sekitar curug masih terjaga dengan baik. Perlu penambahan atraksi yang berbeda dan belum ada di objek wisata lain supaya menjadi daya tarik bagi wisatawan 2. Variabel Aksesibilitas Aksesibilitas merupakan komponen yang penting dalam kegiatan kepariwisataan karena tanpa kualitas aksesibilitas yang baik maka wisatawan akan kesulitan berkunjung ke suatu obyek wisata. Penilaian variabel aksesibilitas menggunakan 3 parameter yaitu jarak, kondisi jalan, dan kendaraan menuju obyek. Berdasarkan observasi, Jarak terdekat dari kota Tasikmalaya ke objek wisata air terjun ±5km, dan jarak terjauh mencapai ±77 km. Beberapa objek memiliki kodisi jalan baik dengan Kendaraan pribadi untuk menuju objek. Jarak tempuh akan diabaikan apabila terganti dengan keindahan alam yang akan diperoleh. Namun memang perlu perbaikan jalan serta pengadaan kendaraan umum supaya objek wisata mudah diakses. 3. Variabel Fasilitas Dasar Fasilitas dasar berfungsi untuk memenuhi kebutuhan wisatawan selama berada di obyek wisata. Dalam penelitian ini ada 3 fasilitas dasar yang dinilai yaitu

61 warung makan, MCK, akomodasi. Fasilitas dasar mempunyai pengaruh lebih kecil terhadap kunjungan wisatawan dibanding faktor daya tarik dan aksesibilitas. Perbaikan fasilitas warung dan toilet/ ruang ganti supaya pengunjung merasa nyaman di lokasi objek wisata. 4. Variabel fasilitas Pendukung Variabel fasilitas pendukung sebenarnya juga memberi peran yang penting dalam kegiatan kepariwisataan yaitu memberi kemudahan bagi wisatawan. Variabel ini diberi bobot penilaian terendah karena variabel ini memiliki pengaruh paling kecil terhadap kunjungan wisatawan. Perluasan tempat ibadah, pengadaan wartel, dan penataan tempat parkir agar wisatawan merasa nyaman

62 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 6.1 Rencana Tahapan Berikutnya 1. Penyiapan Bahan Ajar a. Analisis Satuan Acara Perkuliahan pada Mata Kuliah Geografi Pariwisata b. Pemilihan materi dan Pembuatan Materi Ajar c. Pembuatan SAP 2. Lanjutan Analisis Data hasil penelitian melalui metode Deskriptif 3. Penyiapan draft untuk Jurnal 4. Pembuatan Poster 31

63 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1) Persebaran objek wisata air terjun di Kabupaten Tasikmalaya ialah sesuai dengan ketentuan yang telah dilakukan yaitu bergerombol. Wisata alam Air Terjun tersebar disetiap penjuru daerah Kabupaten Tasikmalaya. Wisata Air Terjun berada dibeberapa kecamatan yang diantaranya terletak di Kecamatan Salopa, Kecamatan Pageurageung, Kecamatan Cisayong, Kecamatan Cikatomas, Kecamatan Jatiwaras, Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cigalontang, Kecamatan Padakembang, Kecamatan Gunungtanjung, dan Kecamatan Pancatengah. 2) Objek wisata curug yang tersebar di Kecamatan-kecamatan tdi Kabupaten Tasikmalaya memiliki aksesibilitas yang didalamnya kondisi jalan, rute jalan, jarak tempuh, dan kondisi jalan yang berbeda, kuhususnya akses jalan pedesaan yang masih kurang memadai. Kondisi jalan pedesaan pada umumnya sangat labil dan sulit untuk diprediksi, terkadang jalan yang akan dilalui yaitu jalanan aspal kasar, jalanan aspal berbatu, jalanan aspal berlubang, dan jalanan berbatu. 3) Berdasarkan analisis SWOT yang telah dilakukan dapat disimpulkan air terjun di Kabupaten Tasikmalaya memiliki keunikan masing-masing dimulai dari toponimi, letak, serta kondisi fisik masing-masing air terjun, Beberapa objek wisata air terjun dengan Kondisi jalan yang rusak, berlubang dan berbatu, Kondisi warung dan toilet/ruang ganti yang masih kurang memadai, dan Tempat ibadah yang kurang luas, belum tersedia wartel, kondisi parkir yang kurang rapi. 4) Usaha pengembangan obyek wisata air terjun dan Langkah-langkah dalam menentukan usaha pengembangan ini didasarkan pada kelemahan dan ancaman yang dapat menghambat pengembangan. Serta dengan mengoptimalkan peluang dan kekuatan yang ada untuk menarik wisatawan.

64 7.2 Saran 1) Perlu penambahan atraksi yang berbeda dan belum ada di objek wisata lain supaya menjadi daya tarik bagi wisatawan 2) Perlu perbaikan jalan serta pengadaan kendaraan umum supaya objek wisata mudah diakses 3) Perlu penataan yang lebih rapi agar pengunjung merasa nyaman 4) Perbaikan fasilitas warung dan toilet/ ruang ganti agar pengunjung merasa nyaman. 5) Perluasan tempat ibadah, pengadaan wartel, dan penataan tempat parkir agar wisatawan merasa nyaman.

65 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka Tahun Penerbit Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya. Banowati, E Geografi Indonesia. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Darsoprajitno, S.H Ekologi Pariwisata (Tata Laksana Pengelolaan Objek dan Daya Tarik Wisata). Edisi Revisi. Penerbit Angkasa. Bandung. Efendi, S. dan Tukiran Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga Puluh. Penerbit LP3ES. Jakarta. Irwansyah, E Sistem Informasi Geografis (Prinsip Dasar dan Pengembangan Aplikasi). Penerbit Digibooks. Yogyakarta. Maryani Pengantar Geografi Pariwisata. Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS. Penerbit IKIP. Bandung. Nasution, S Metode Research. Edisi Pertama. Cetakan Ketiga Belas. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Pitana, G., dan Gayatri, G Sosiologi Pariwisata. Penerbit C.V Andi Offset. Yogyakarta. Prasiasa, D Destinasi Pariwisata Berbasis Masyarakat. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta. Rachman, A Geografi Pariwisata Jawa dan Bali. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Penerbit Media Bangsa. Jakarta.. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun Tentang Kepariwisataan. 16 Januari Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11. Sekretariat Negara RI. Jakarta. Wood, J Waterfalls. Two-Can Publishing Ltd Alih Bahasa Esther S.M. Editor Lyndon, S Memahami Tentang Lingkungan: Air Terjun. Edisi Terjemahan. Penerbit Quality Press. Jakarta. Yoeti, O Pengantar Ilmu Pariwisata. Edisi Revisi. Penerbit Angkasa. Bandung. Yoeti, O Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Penerbit Pradaya Paramita. Jakarta.

66 Lampiran 1 PEDOMAN OBSERVASI WILAYAH PENELITIAN Lokasi : Kabupaten Tasikmalaya Kondisi Fisikal Kabupaten Tasikmalaya 1. Bentang wilayah Daerah Penelitian Letak dan Luas Daerah Penelitian 2. Morfologi dan Tofografi Daerah Penelitian 3. Cuaca dan Iklim/ Curah hujan di Daerah Penelitian 4. Hidrologi/ Sumber air yang digunakan di Daerah Penelitian 5. Penggunaan Lahan Daerah Penelitian Profil Masing-masing Air terjun (Curug) di Kabupaten Tasikmalaya 1. Nama Curug 8. Ketinggian lokasi 2. Desa 9. Kedalaman 3. Kecamatan 10. Aliran sungai 4. Kabupaten 11. Kategori 5. Koordinat UTM 12. Status 6. Koordinat decimal 13. Tipe 7. Ketinggian air terjun Variabel Daya Tarik Air Terjun 1. Keunikan Air terjun 2. Ketersediaan lahan untuk rekreasi (olahraga, bersantai) 3. Kondisi fisik air terjun secara umum Variabel Aksesibilitas 1. Jarak dari Ibukota Kabupaten Menuju Air terjun 2. Kondisi Jalan menuju Air terjun 3. Kendaraan Menuju Air terjun Variabel Fasilitas Dasar 1. Warung/ tempat makan di Air terjun 2. MCK dan Tempat Ganti di Air terjun Variabel Fasilitas Penunjang 1. Tempat Ibadah di Air terjun 2. Tempat Parkir di Air terjun 3. Telepon Umum/ wartel di Air terjun

67 PEDOMAN WAWANCARA Untuk Instansi Terkait/ Pegawai/ Pengelola Air terjun/ Curug A. Identitas Pribadi 1. Nama Lengkap : 2. Usia : 3. Alamat : 4. Pendidikan terakhir : 5. Pekerjaan / Jabatan : B. Daftar Pertanyaan 1. Apakah anda mengetahui asal muasal nama/ toponimi dari air terjun/curug ini? 2. Apakah ada tiket masuk di air terjuncurug ini? Kalau ada, berapa? 3. Kebanyakan pengunjung yang datang kesini untuk kepentingan apa? 4. Apakah anda setuju lokasi air terjun ini harus dipublikasikan? 5. Apakah ada kendaraan umum menuju lokasi air terjun ini? 6. Apakah ada peran pemerintah dalam upaya pengembangan objk wisata air terjun ini? Kalau ada, dalam hal apa? 7. Menurut anda apakah air terjun ini sudah layak disebut objek wisata? 8. Apa yang bias diunggulkan dari air terjun/ curug ini? 9. Kapan pengunjung ramai mengunjungi air terjun ini? 10. Bagaimana harapan anda kedepannya terkait air terjun ini?

68 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK RESPONDEN PENGUNJUNG AIR TERJUN A. Identitas Responden Nama/ JK :... Usia :... Alamat :... Pendidikan Terakhir :... B. Lokasi Air Terjun Nama air terjun :... Desa :... Kecamatan :... C. Butir Pertanyaan Variabel Daya Tarik Objek 1. Apakah anda sering datang ke air terjun ini? (berapa kali) 2. Apakah anda ingin kembali mengunjung wisata air terjun ini? 3. Apakah yang anda lakukan di air terjun ini? (rekreasi, pengetahuan, religi, kebudayaan) 4. Dari mana anda mengetahui informasi air terjun ini?apakah mudah atau sulit untuk mendapatkan informasi tentang lokasi? 5. Apakah anda setuju lokasi air terjun ini harus dipublikasikan? 6. Apakah ada tiket masuk di air terjun ini? Kalau ada, berapa harganya? 7. Apakah anda melihat ada pegawai atau pengelola di air terjun ini? 8. Bagaimana penilaian anda terhadap kondisi fisik air terjun ini? Variabel Aksesibilitas 1. Anda menggunakan kendaraan apa untuk sampai di lokasi air terjun ini? 2. Bagaimana kondisi jalan menuju lokasi air terjun? 3. Apakah ada kendaraan umum menuju lokasi air terjun ini? Variabel Fasilitas Dasar 1. Apakah ada warung di air terjun ini? Berapa jumlahnya? Apa yang tersedia? 2. Apakah ada fasilitas MCK di air terjun ini? Bagaimana kondisinya? 3. Apakah ada ruang ganti di air terjun ini? Bagaimana kondisinya? Variabel fasilitas Pendukung 1. Apakah ada tempat ibadah di air terjun ini? Bagaimana kondisinya? 2. Apakah terdapat tempat parker di air terjun ini? Kalau ada, Bagaimana kondisinya? Apakah berbayar atau tidak? Kalau berbayar, berapa? 3. Apakah Terdapat telepon umum di Air terjun ini?

69 MATERI AJAR MATA KULIAH GEOGRAFI PARIWISATA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI 2017

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga 13 BAB II TINJAUAN UMUM Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional kebijakan pembangunan daerah menyarankan adanya keselarasan terhadap laju pertumbuhan antar daerah, pemerataan antar daerah, dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BATAS TERTINGGI UANG PERSEDIAAN DAN GANTI UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah 2.1.1. Luas dan batas administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang agraris dengan kehidupan masyarakat yang religius, berada di wilayah

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN: SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi LOKASI PENYEBARAN KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR KABUPATEN TASIKMALAYA (THE DISTRIBUTION LOCATION OF SUPERIOR COMMODITIES OF CULTURED FRESH WATER FISHERIES SUBSECTOR IN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00 ' 00 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Kondisi Geografis Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" - 07 48' 00" Lintang Selatan dan 107 54' 00" - 108

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Parwisata berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata berarti perjalanan, bepergian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah diasumsikan sebagai industri yang dapat diandalkan untuk mengisi devisa. Alasan utama pengembangan pariwisata sangat terkait dengan kemajuan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN LAMPIRAN MODEL DB1 - KWK.KPU REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON BUPATI DAN CALON WAKIL BUPATI TASIKMALAYA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN A. SUARA SAH NOMOR DAN NAMA PASANGAN CALON BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak 8,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN

CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 TINGKAT KABUPATEN MODEL DB - KWK.KPU CATATAN PELAKSANAAN REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 0 TINGKAT KABUPATEN NO URAIAN KECAMATAN CIPATUJAH KARANGNUNGGAL

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal tersebut terlihat dari komposisi luas daratan yang lebih kecil daripada lautannya. Luas daratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata. berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengembangan Potensi Kawasan Pariwisata Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjustment yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Obyek Wisata Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan ( something to see).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Supaya penelitian ini dapat terarah dengan baik maka penulis merunjuk kepada pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri terbesar abad ini, hal ini bisa dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan dunia serta penyerapan tenaga kerja yang menjadikan

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2002), pengertian pengembangan adalah: Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia Pariwisata yang ada di Indonesia berbagai macam cara mengembangkan dunia pariwisata adalah yang berhubungan dengan aspek budaya karena di Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta, terdiri dari dua suku kata, yatu pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA 2.1 Pengertian Objek Wisata Objek wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dan bersifat multidimensi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata Ditinjau dari segi Etimologi kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu: 1. Pari : Berarti

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Dunia saat ini. Setiap negara serius dalam pengelolaan Pariwisata, karena hal tersebut dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak pulau dengan berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan alam. Berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Berkembangnya pariwisata pada suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap. Bersyukurlah, tanah kelahiran kita Cilacap Bercahaya dianugerahi wilayah dengan alam yang terbentang luas yang kaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan dunia pariwisata dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh setiap manusia, karena semakin lama seseorang tersebut berkecimpung dalam kesibukannya, maka peluang untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia terdiri dari pulau-pulau dan berbagai macam suku dengan adat istiadat yang berbeda,yang mempunyai banyak pemandangan alam yang indah berupa pantai,danau,laut,gunung,sungai,air

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam, Inta Sulisdiyanti, FKIP, UMP, 2017

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam, Inta Sulisdiyanti, FKIP, UMP, 2017 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia secara geografis adalah sebuah Negara tropis dengan sumber daya alam yang sangat besar. Tidak kurang dari 17.500 pulau yang terdapat di Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan pariwisata harus ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci