LAPORAN KEMAJUAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KEMAJUAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA"

Transkripsi

1 LAPORAN KEMAJUAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TIM PENGUSUL : Candra Nuraini, SP.,M.Si NIDN Unang, Ir., M.Sc NIDN Dibiayai oleh : Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Siliwangi Sesuai dengan Surat Penugasan Pelaksanaan Program Penelitian Nomor: 1721/UN.58/PP/2017, tanggal 4 Mei 2017 UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS PERTANIAN JULI 2017

2 HALAMAN PENGESAHAN 1 Judul Penelitian Strategi Pengembangan Agribisnis Gula Aren di Kabupaten Tasikmalay. 2 Bidang Penelitian : 181/Sosial Ekonomi Pertanian 3 Identitas Peneliti 3.1. Ketua Peneliti : Nama : Candra Nuraini, SP.,M.Si Jenis kelamin : Perempuan NIDN Disimpin Ilmu : Manajemen Agribisnis (Agribisnis) Pangkat/Golongan : Penata /III C Jabatan Akademik : Lektor Fakultas : Pertanian Alamat : Jl.Cirahong No. 73 Ciamis Telepon/HP : Anggota Peneliti Nama : Unang, Ir.,MSc. NIDN : Perguruan Tinggi : Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi 4 Lokasi Penelitian : Kabupaten Tasikmalaya 5 Biaya Penelitian : Rp (Sepuluh juta rupiah) Tasikmalaya,25 Juli 2017 Mengetahui Fakultas Pertanian - Universitas Siliwangi Dekan, Tim Peneliti Ketua, Dr. Hj Ida Hodiyah, Ir.,MP NIP Candra Nuraini,SP.,M.Si. NIDN Universitas Siliwangi Ketua LP2M-PMP, Prof. H. Aripin. PhD NIP

3 RINGKASAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA Penelitian ini dilakukan untuk: 1) mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, 2). merumuskan alternatif-alternatif strategi pengembangan agribisnis gula aren, 3). Menentukan prioritas strategi pengembangan agribisnis gula aren Metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif ini menggunakan metode survei dengan alat pengukuran berupa kuesioner. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling ) yaitu Kabupaten Tasikmalaya. Metode pengambilan sampel secara nonprobabilitas (non-random). Sampel yang menjadi responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pengambil kebijakan atau pejabat di pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya dan pakar akademisi dari Universitas Siliwangi. Analisis yang digunakan adalah analisis eksternal, analisis internal, matriks SWOT(Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dan AHP (Analytical Hierarchy Process).Pengolahan matriks dilakukan dengan software Expert Choice. Kata Kunci :Gula aren, strategi, AHP,SWOT

4 PENDAHULUAN HALAMAN PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI..... iii RINGKASAN PROPOSAL iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahn Tujuan Urgensi Penelitian Hasil Yang Ditargetkan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka PenelitianTerdahulu LandasanPenelitian 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. PenentuanLokasi Penelitian Teknik Penerikan Sampel Data Penelitian Metode Analisis.. 17 BAB IV ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1. Anggaran Biaya Jadwal Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

5 DAFTAR TABEL No Judul Tabel Hal 4-1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian Jastifikasi Anggaran Biaya Penelitian Jadwal dan Rincian Tahapan Kegiatan Penelitian... 21

6 DAFTAR GAMBAR No Judul Gambar Hal

7 I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan dan kesesuaian sumber daya lahan, kesesuaian agroklimat serta keaneka ragaman hayati yang sangat potensial untuk pengembangan komoditas pertanian, termasuk komoditas perkebunan. Tanaman aren termasuk komoditas perkebunan yang yang memiliki kesesuaian agroklimat dengan kondisi di Indonesia dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi, sehingga memiliki prospek dan peluang untuk dikembangkan yang dapat meningkatkan perekonomian suatu wilayah. Namun, karena belum adanya strategi pengembangan atas agroekosistem setempat secara menyeluruh dari hulu sampai hilir. Menurut Gumbira-Sa id dan Intan (2001), kemajuan agribisnis sangat tergantung dari kekuatan dan kemauan seluruh masyarakat untuk mengembangkan komoditas unggulan dalam rangka meningkatkan pendapatan para petani. Peran masyarakat agribisnis Indonesia dalam persaingan pasar dunia masih sangat kurang sehingga diperlukan upaya dan kemauan masyarakat pertanian dalam pengembangan agribisnis. Pengembangan agribisnis akan efektif dan efisien bila disertai dengan pengembangan subsistem-subsistem lainnya, seperti pengolahan hasil dan pemasarannya. Gula semut aren merupakan salah satu produk turunan aren yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki prospek yang sangat bagus untuk dikembangkan. Permintaan produk gula aren mengalami peningkatan.terkait dengan permintaan dalam negeri, kebutuhan gula semut terbesar datang dari industri makanan dan obat yang tersebar di sekitar Tangerang dan permintan dari masyarakat disaat menjelang bulan ramadhan. Sedangkan, untuk permintaan ekspor yaitu dari Jerman, Swiss dan Jepang (BI, 2009). Disamping itu, gula aren juga sebagai pensuplai energi serta sebagai komponen pelestarian lingkungan hidup (Smits, 2004). Tanaman aren juga memiliki potensi dalam menghasilkan etanol. Potensi etanol dari aren adalah yang paling besar di antara semua sumber yang saat ini bisa dilakukan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.5/2006, pemerintah memiliki target untuk mengganti 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol. Oleh karena itu, Peraturaran Pemerintah No.5/2006 memberikan gambaran bahwa tanaman aren memiliki peluang untuk dikembangkan karena memiliki produksi etanol yang tinggi per satuan luas lahan sehingga mampu memenuhi kebutuhan bioetanol dalam negeri ataupun untuk diekspor ke luar negeri (Soleh, 2009). Selain itu, produk gula aren juga mampu mengatasi fenomena yang terjadi pada persoalan kesenjangan antara tingkat produksi di dalam negeri dengan kebutuhan konsumsi

8 gula oleh masyarakat sehingga harga gula meningkat dan membebani pola pengeluaran masyarakat. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan gula akan terus meningkat. Menurut Effendi (1999), permintaan gula nasional per tahun yang meningkat akan berdampak terhadap permintaan gula merah sebagai pengganti gula manis. Secara teoritis potensi aren sebagai penghasil gula lebih tinggi dibandingkan tebu per satuan luas lahan, produksi gula yang dihasilkan tanaman aren 2,4 kali lebih besar di bandingkan tanaman tebu. Oleh karena itu, gula aren berpotensi menjadi komoditas substitusi gula pasir andalan di dalam negeri sehingga mampu menekan ketergantungan terhadap impor gula. Potensi yang dimiliki komoditas pertanian merupakan tantangan dan peluang bagi petani, pengusaha produk-produk komoditas pertanian, dan pemerintah dalam usaha meningkatkan produksi komoditas pertanian. Masa depan komoditas pertanian tergantung pada sejauh mana sistem agribisnis berkembang yaitu keseimbangan antara aspek pertanian, bisnis dan jasa penunjang (Krisnamuthi dan Fausia, 2009). Sistem agribisnis aren memiliki peluang untuk dikembangkan akan tetapi peluang tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Pada umumnya, tanaman aren tumbuh begitu saja tanpa adanya budidaya dan animo masyarakat untuk mengembangkan tanaman aren tersebut masih sedikit yang disebabkan karena masyarakat takut akan resiko yang akan terjadi apabila mereka mengembangkan tanaman aren. Kepunahan tanaman aren yang memiliki banyak manfaat akan semakin cepat terjadi apabila tidak dikembangkan. Sehubungan dengan itu, pemerintah telah mulai menggalakkan tanaman aren dengan menganjurkan masyarakat membudidayakannya. Pada tahun 1959, pemerintah melalui Dirjen Industri Kecil Departermen Perindustrian RI telah mengeluarkan surat keputusan No. 1959/XIII/86, tentang pengamanan pohon aren. (Rangkuti, 1987). Jawa Barat merupakan daerah persebaran aren terluas di Pulau Jawa sekitar Hektar. Kabupaten Tasikmalaya memiliki kondisi geografis yang sangat mendukung terhadap pertumbuhan tanaman aren, sehingga merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi aren cukup besar di Jawa Barat. Pengembangan agribisnis gula aren di Tasikmalaya semakin pesat sejalan dengan program pengelolaan Hutan Lestari di lahan hutan rakyat yang tergabung dalam Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR) tersebar beberapa kecamatan, terutama di 3 (tiga) kecamatan dengan jumlah petani sebanyak orang, yaitu Kecamatan Bantarkalong (7 desa, 300 orang petani), Kecamatan Bojong Gambir (5 desa, petani aren) dan Kecamatan Pageurageung (2 desa, 200 petani).

9 1.2 Permsalahan Sehubungan dengan hal-hal yang telah diungkapkan sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimanakah keragaan sistem agribisnis gula aren di Kabupaten Tasikmalaya? 2. Apakah yang dapat diidentifikasikan sebagai faktor kekuatan dan faktor kelemahan utama, baik faktor internal maupun faktor eksternal, yang berpengaruh terhadap strategipengembangan agribisnis aren di Kabupaten TAsikmalaya 3. Bagaimana rumusan alternatif-alternatif strategi pengembangan agribisnis gula aren 4. Prioritas kebijakan apa yang secara tepat harus diambil oleh pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya untuk melaksanakan pengembangan agribisnis aren 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: 1. mengetahui sistem agribisnis gula aren 2. Menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan pengembangan agribisnis gula aren, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal berupa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) maupun ancaman (threat); 3. Merumuskan strategi-strategi kebijakan pengembangan agribisnis gula aren; 4. Memilih prioritas strategi kebijakan berdasarkan pertimbangan potensi, kemampuan dan kendala yang ada. 1.4 Urgensi penelitian Penelitian ini memiliki peranan yang penting dalam pengembangkan tanaman aren. produk produk yang dihasilkan tanaman aren memiliki nilai ekonomis. Produk yang paling besar nilai ekonomisnya adalah gula aren. Produk gula aren selain dikonsumsi dalam negri juga diminati oleh pasar ekspor terutama dalam bentuk gula semut. Negara-negara tujuan ekspor tersebut antara lain Jepang, AS dan negara-negara di Eropa ( Burhanuddin, 2005). Hal ini berdampak pada peningkatan nilai ekspor, sehingga dapat meningkatkan devisa dan perekonomian nasional. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengambil kebijakan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dalam rangka pengembangan agribisnis gula aren dengan pemberdayaan masyarakatnya daerah Kabupaten Tasikmalaya, sehingga mampu membawa Kabupaten Tasikmalaya menjadi daerah yang mampu bersaing di

10 era globalisasi ekonomi dan mampu meningkatkan kesejahteraan sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat Hasil Yang Ditargetkan Dalam konteks sebagai produk penelitian internal yang didanai DIPA Universitas Siliwangi, hasil yang ditargetkan dari penelitian ini adalah : a. Penelitian ini menghasilkan rekomendasi strategi untuk melakukanpengembangan terhadap komoditas gula aren, sehingga mampu memanfaatkan potensi dansumberdaya alam sehingga mampu memberikan kontribusi pendapatan bagi penduduk di Kabupaten Tasikmalaya b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dimuat dalam jurnal ilmiah; II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Aren Aren (Arenga pinnata. Merr) adalah tumbuhan yang termasuk ke dalam famili Palmae dan genus Arenga.Batangnya tidak berduri, tidak bercabang, tinggi dapat mencapai 25 meter dan diameter pohon dapat mencapai 65 cm. Batang terbalut oleh ijuk sehingga pelepah daun yang sudah tua sulit lepas dari batang. Oleh karena itu batang pohon sering ditumbuhi oleh banyak tanaman jenis paku-pakuan. Panjang tangkai daun dapat mencapai 1.5 m, helaian daun mencapai 1.4 m dengan lebar daun 7 cm dan bagian bawah daun memiliki lapisan lilin. Pohon aren berumah satu dengan panjang tongkol betina dan jantan sekitar 2.5 m. Pohon mulai berbuah pada umur 6-12 tahun. Masa berbuah (masa produktif) umumnya berlangsung 2-5 tahun sampai pohon mati, lebih dari 50 tahun. Aren termasuk tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) yaitu biji buahnya terbungkus daging buah (Sunanto, 1993). Buah aren berbentuk bulat, berdiameter 5-4 cm, di dalamnya berisi 3 biji buah yang berbentuk satu siung bawang putih. Kulit buah pada waktu muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna kekuning-kuningan, lunak dan dapat menyebabkan gatal pada kulit. Tumbuhan aren menyebar secara alami di Jawa, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian Jaya. Pohon aren tumbuh baik pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut dengan curah hujan minimum 1200 mm setahun. Pada

11 daerah yang mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dan lebih dari 800 m, tanaman aren masih dapat tumbuh namun produksi buahnya kurang memuaskan. Biji aren dikenal sebagai biji yang cukup sulit untuk dikecambahkan. Berdasarkan kondisi fisik benih aren dikelompokkan benih ortodoks karena memiliki fase dorman yang panjang hingga lebih dari 4-6 bulan sebelum berkecambah. Karakter kulit benih yang keras diyakini sebagai pembatas proses perkecambahan meskipun kondisi lingkungan di sekitarnya sudah mendukung. Beberapa percobaan dengan menggunakan asam keras (H2SO4 atau H202) maupun fermentasi telah berhasil mempercepat perkecambahan menjadi hanya 2 atau 3 minggu saja. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang strategi pengembangan agribisnis aren telah banyak dilakukan, antara lain, Aris Aria Samudra(2011) yang menyimpulkan bahwa Strategi pengembangan agribisnis aren yang cocok dalam meningkatkan pendapatan petani aren di Kecamatan Mungka, yaitu (1) membangun lahan pembibitan tanaman aren, (2) peningkatan luas lahan tanaman aren, skala produksi dan kualitas gula aren, (3) memberikan penyuluhan tentang budidaya, (4) membangun pabrik gula aren secara kelompok dengan teknologi tepat guna, (5) pelatihan pengolahan gula aren yang berkualitas, (6) mengembangkan kawasan agroindustri berbasis aren dan (7) membangun sistem informasi tanaman aren yang berbasis web. Sugiyowati dkk(2015) dalam Penelitian tentang Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Aren Di Kabupaten Kendal menyimpulkan bahwa biaya yang dikeluarkan dalam satu kali proses produksi adalah Rp dengan rata-rata produksi 10,48 kg. Penerimaan yang diperoleh yaitu Rp dan pendapatan yang diperoleh adalah Rp Analisis kelayakan usaha nilai R/C ratio 1,2 dan B/C ratio 0,2 yaitu usaha ini menguntungkan. Analisis aspek pemasaran yaitu nilai marjin pemasaran, farmer's share dan nilai efisiensi pemasaran pada semua saluran pemasaran gula aren di Kabupaten Kendal sudah berjalan efisien. Posisi usaha pengolahan gula aren berada pada kuadran I. Alternatif strategi pengembangan agroindustri gula aren dengan menggunakan strategi S-O yaitu mendukung pertumbuhan agresif yaitu dengan pengembangan diversifikasi produk, penguatan pengembangan pasar, membuka jaringan pemasaran dan orientasi ekspor, peningkatan kapasitas produksi, peningkatan promosi melalui kegiatan pameran, penerapan standar mutu produk, penguatan sebagai produk unggulan khas daerah, mengoptimalkan kegiatan riset spesifik lokasi.

12 2.3 Landasan Teori 1. Analisis SWOT Dengan menggunakan analisis SWOT, diharapkan penelitian ini dapat mengungkapkan faktor internal dan faktor eksternal yang dianggap penting dalam mencapai tujuan, yaitu dengan mengidentifikasikan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity), dan ancaman (threat). Analisis ini didasarkan pada logika berpikir bahwa dalam menentukan strategi kebijakan yang akan diimplementasikan, sebuah organisasi harus memaksimalkan kekuatan dan peluang, dan sekaligus dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada, sehingga dapat dicapai keseimbangan antara kondisi internal dengan kondisi eksternal. Analisis SWOT memiliki beberapa keuntungan, antara lain: a. Tidak hanya dapat membuat ekstrapolasi masa depan, analisis SWOT dapat dipakai untuk membuat masa depan; b. Bersifat multiguna dan sederhana; c. Cocok dengan tehnik lain, antara lain Delphi, Brainstroming, time series, regression (ekonometri), dan AHP; d. Dapat dipakai membangun untuk konsensus berdasarkan kebutuhan dan keinginan (Soesilo, 2002). 2. AHP Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu bentuk model pengambilan keputusan yang pada dasarnya berusaha menutupi kekurangan dari model pengambilan keputusan yang lainnya. Alat utama dalam model AHP ini adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya berupa persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dan tidak terukur dipecah ke dalam kelompokkelompoknya dan kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi sebuah bentuk hirarki (Brojonegoro, 1992). Dalam proses penyusunan model AHP, terdapat 2 tahapan yang utama, yaitu: 1. Penyusunan Hirarki (Dekomposisi) 2. Evaluasi Hirarki Penyusunan hirarki atau dekomposisi mencakup 3 proses berurutan yang merupakan proses iterasi, yaitu (a) identifikasi level dan elemen, (b) definisi konsep, dan (c) formulasi pertanyaan. Proses penyusunan hirarki sebenarnya merupakan proses iterasi dimana konsepkonsep, pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawabannya menentukan elemen dan level dari suatu hirarki. Ketidakjelasan atau kesalahan dalam proses menjawab pertanyaan akan

13 membuat para pengambil keputusan memilih kriteria atau alternatif yang salah, oleh karena itu semua pertanyaan seharusnya dijawab dan konsisten dengan informasi yang ada. Proses dekomposisi merupakan langkah terpenting dalam penyusunan model AHP, karena dari langkah inilah sebuah validitas dan kemapuhan model dapat diuji (Brojonegoro, 1992). III. METODE PENELITIAN 3.1Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling ) di Kabupaten Tasikmalaya. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu sentra padi organik Indonesia dengan luas areal 120,245 Ha yang telah mendapatkan sertifikasi international dari IMO dan Indonesian Organik Farming Certification (INOFICE). 3.2 Penentuan Sampel Penelitian Metode pengambilan sampel secara nonprobabilitas (non-random), yaitu dengan Purposive sampling yang mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu, sampel dipilih secra cermat, sehingga relevan dengan rancangan penelitian (Soeratno dan Arsyad, 2003 : 119). Sampel yang menjadi responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang berasal pemerintah daerah (pejabat di Kabupaten Tasikmalaya) dan pakar akademisi dari Universitas Siliwangi. 3.3 Data penelitian Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan pejabat di Kabupaten Tasikmalaya dan pakar akademisi. Data sekunder dilakukan dengan mengambil data pada instansi terkait. 3.4 Metode Analisis Metode analisis digunakan kombinasi antara analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Analisis SWOT dipilih karena analisis ini sangat bermanfaat dalam proses perencanaan strategi. Setelah didapatkan opsi strategi, maka dilanjutkan proses pemilihan strategi terbaik. Pemilihan strategi ini digunakan analisis Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP dipilih karena AHP dapat membantu menentukan pilihan terbaik yang melibatkan banyak kriteria berdasarkan intuisi dan persepsi para ahli dengan tetap memperhatikan konsistensi.

14 Pada penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Analisis SWOT dibuat dengan cara mengidentifikasikan faktor internal dan faktor eksternal untuk menentukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pengembangan agribisnis gula aren melalui pemilihan strategi kebijakan oleh orang yang dianggap ahli; 2. Menggunakan analisis interaksi IFAS-EFAS (Internal Factor Analysis Sistem - External Factor Analysis Sistem) dengan elemen-elemen yang berkaitan untuk menghasilkan alternatif strategi pilihan yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai; 3. Pendekatan AHP dibuat dengan cara memecah suatu masalah yang kompleks dan menyusunnya dalam suatu hirarki, kemudian dilakukan penilaian atas hirarki tersebut oleh orang yang dianggap ahli. 4. Tahapan analis data dengan menggunakan software Expect Choice. Analisis SWOT Tahapan-tahapan dalam melakukan analisis SWOT dilakukan sebagai berikut: 1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal Dan Eksternal Tahap pertama dalam analisis SWOT adalah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya yang dianggap berpengaruh secara positif maupun secara negatif dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan daerah 2. Penyusunan Kuisioner Setelah faktor-faktor internal dan eksternal telah teridentifikasi, kemudian disusun sebuah kuisioner sebagai sarana untuk mendapatkan penilaian dari responden terhadap faktor-faktor yang telah dirumuskan. 3. Penentuan responden Setelah kuisioner selesai disusun, maka tahap berikutnya adalah penentuan responden yang akan mengisi kuisioner tersebut. Penentuan responden dilakukan dengan mempertimbangkan keahlian dan keterkaitan calon responden dengan permasalahan yang akan diteliti. 4. Analisis Data Setelah pengisian kuisioner, maka akan didapatkan persepsi ahli atas faktorfaktor internal dan eksternal yang ada di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya. 5. Perumusan Strategi Untuk mendapatkan prioritas dan keterkaitan antar strategi, maka dari hasil pembobotan IFAS-EFAS kuisioner SWOT untuk masing-masing indikator

15 tersebut, dilakukan interaksi kombinasi dari strategi yang meliputi kombinasi internaleksternal, yang terdiri dari: 1. Strategi Strength-Opportunity (SO); Interaksi kombinasi strategi SO: yaitu suatu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang; 2. Strategi Strength-Threat (ST); Interaksi kombinasi strategi ST: yaitu suatu strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman; 3. Strategi Weakness-Opportunity (WO); Interaksi kombinasi strategi WO: yaitu suatu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang; 4. Strategi Weakness-Threat (WT) Interaksi kombinasi strategi WT: yaitu suatu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mengatasi ancaman. Analytical Hierarchy Process Ciri pemecahan model AHP adalah menggunakan hirarki yang menguraikan permasalahan yang kompleks menjadi elemen-elemen yang lebih sederhana. Hirarki dari metode ini dapat dibagi menjadi Goal, Sasaran, dan Strategi. 1. Prinsip Penyusunan Hirarki Dalam penelitian ini, hirarki yang akan digunakan dalam menentukan kebijakan pembangunan daerah yang terbaik adalah hirarki yang terdapat pada Alternatif strategi yang digunakan merupakan hasil dari analisis SWOT yang telah dilakukan sebelumnya. 2. Penyusunan Kuisioner dan Responden Pengisian kuisioner bertujuan untuk menjaring pesepsi responden sebagai expert untuk menghasilkan data primer 3. Penilaian Kuisioner AHP Penilaian responden atas kuisioner AHP dilakukan dengan memberikan penilaian dari skala 1 sampai Perumusan Strategi Pengolahan data dengan metode AHP ini dilakukan dengan memberikan bobot kepada masing-masing responden 5. Pengolahan Data Pengolahan data dalam metode AHP ini akan dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice nd edition.

16 BAB IV KEADAAN DAERAH PENELITIAN 4.1. KEADAAN UMUM DAERAH Letak geografis, Kondisi Fisik, dan Administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten dari 26 kota/kabupaten yang ada di bagian tenggara Provinsi Jawa Barat yang secara geografis terletak di antara 7º02 29 dan 7º49 08 Lintang Selatan serta 107º54 10 dan 108º25 42 Bujur Timur. Ibukota Kabupaten Tasikmalaya adalah Kecamatan Singaparna yang berbatasan dengan kota Tasikmalaya dan berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Tabel 4.1. Batas Wilayah Kabupaten Tasikmalaya Batas Wilayah Kabupaten/Kota - Sebelah Utara Ciamis, Kota Tasikmalaya, Majalengka - Sebelah Timur Ciamis - Sebelah Selatan Samudera Indonesia - Sebelah Barat Garut Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Secara geografis wilayah Kabupaten Tasikmalaya berada pada ketinggian antara meter di atas permukaan laut dengan karakteristik yang secara umum dapat dibedakan sebagai berikut: - Bagian Utara merupakan wilayah dataran tinggi dengan ketinggian berkisar antara meter di atas permukaan laut, dan - Bagian Selatan merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara meter di atas permukaan laut.

17 Luas wilayah Kabupaten Tasikmalaya adalah seluas hektar dimana hektar digunakan sebagai lahan pertanian dan sisanya yaitu digunakan untuk lahan bukan pertanian. Secara administratf Kabupaten Tasikmalaya terdiri atas 39 kecamatan dengan 351 desa. Wilayah terluas adalah Kecamatan Cipatujah seluas hektar sedangkan wilayah dengan luas lahan terkecil adalah Kecamatan Sukaresik seluas hektar.tiga kecamatan merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah pesisir dan lautan yaitu Kecamatan Cikalong, Cipatujah dan Karangnunggal, dengan panjang garis pantai 56 km. Gambar 4.1. Peta Kabupaten Tasikmalaya Sumber: Peta Kota, 2011

18 KabupatenTasikmalaya memiliki iklim tropis dengan temperatur rata-rata berkisar 34 o C dan kelembaban 50% pada daerah dataran rendah, sedangkan pada daerah dataran tinggi memiliki temperatur berkisar antara 18 o C hingga 22 o C dengan kelembaban udara berkisar antara 61% hingga 73%. Curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.171,95 mm dengan jumlah hari efektif sebesar 84 hari per tahun. Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari Daerah Aliran sungai-besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem drainase yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografinya di Kabupaten Tasikmalaya terdapat 6 daerah aliran sungai besar atau sungai utama, yaitu Sungai Cilangla, Cimedang, Cisanggiri, Cipatujah, Citanduy, dan Sungai Ciwulan. Pola aliran daerah aliran sungai umumnya berpola radial, karena lebih dipengaruhi dominansi vulkanik. Pada daerah tektonik pola aliran berubah menjadi tidak teratur (irregular), tergantung pada bentuk dan arah proses tektonik yang terjadi. Kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Tasikmalaya berturut-turut yaitu: Sangat Curam (> 40 %) sebesar 1,39 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya, Agak Curam (15 % - 40 %) sebesar 25,35 %, Curam (5 % - 15 %) sebesar 27,11 %, Landai (2 % - 5 %) sebesar 13,27 %, dan Datar ( 0 % - 2 %) sebesar 32,87 % dari luas Kabupaten Tasikmalaya. Dari data kemiringan lahan terlihat bahwa sebagian besar bentang alam Kabupaten Tasikmalaya didominasi oleh bentuk permukaan datar sampai dengan agak curam, dengan kondisi kemiringan lahan tersebut kurang menguntungkan untuk pengembangan prasarana dan sarana wilayah Keadaan Penduduk Salah satu sumberdaya yang paling potensial dalam proses pembangunan di suatu wilayah adalah sumberdaya manusia dimana digambarkan dalam keadaan penduduk.

19 Pengelolaan sumberdaya alam di suatu wilayah akan sangat tergantung pada penduduk yang ada, dalam hal ini adalah tenaga kerja yang produktif. Keadaan penduduk harus diketahui dengan baik sehingga pengambilan kebijakan terkait ketenagakerjaan dan kesejahteraan dapat diambil dan diterapkan dengan baik. Hal-hal yang perlu diketahui terkait dengan informasi penduduk untuk pengembangan perencanaan pembangunan kesejahteraan masyarakat adalah komposisi penduduk menurut usia, jenis kelamin dan pendidikan, juga persebaran kepadatan penduduk per wilayah kecamatan. Jumlah penduduk Kabupaten Tasikmalaya tercatat sejumlah pada tahun 2014 dengan luas wilayah yang ada sekitar 2.708,82 km 2 sehingga rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Tasikmalaya per kilometer persegi adalah 635 jiwa. Struktur penduduk menurut usia dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) usia 0 14 tahun termasuk dalam golongan usia muda/usia belum produktif, (2) usia tahun termasuk dalam golongan usia dewasa/usia produktif, (3) usia lebih dari 65tahun termasuk ke dalam golongan usia tua/usia tidak produktif. Struktur penduduk menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut. BPS Kabupaten Tasikmalaya tidak menghitung lebih rinci jumlah penduduk dengan usia lebih dari 60 tahun sehingga pengelompokan usia menjadi sedikit berbeda dan tidak dapat dihitung angka atau rasio ketergantungannya. Tabel 4.2. Struktur Penduduk berdasarkan usia di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 No Kelompok Usia Laki-laki Perempuan Total 1 Belum produktif (0-14 tahun) Produktif (15-64 tahun) Tidak produktif (>65 tahun) Sumber: BPS Tasikmalaya, 2015 Berdasarkan tabel 4.2. pada tahun 2015, kelompok penduduk yang termasuk dalam usia non produktif sebesar jiwa sedangkan penduduk yang termasuk dalam usia produktif

20 sebesar jiwa. Struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki yaitu perempuan sejumlah dan laki-laki sejumlah , dengan nilai sex ratiosebesar 98,46 yang berarti dalam setiap 100 perempuan terdapat 99 laki-laki. Selain dari jenis kelamin dan usia, keadaan penduduk dapat diketahui dari persebaran kepadatan per wilayah kecamatan sebagaimana ditampilkan dalam Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3. Luas Daerah, Jumlah Penduduk dan Rata-Rata Kepadatan Penduduk Tahun 2014 Kecamatan Luas Daerah Jumlah Penduduk Kepadatan per Km 2 Cipatujah 246, Karangnunggal 136, Cikalong 139, Pancatengah 201, Cikatomas 132, Cibalong 58, Parungponteng 47, Bantarkalong 59, Bojongasih 38, Culamega 68, Bojonggambir 169, Sodonghilir 93, Taraju 55, Salawu 50, Puspahiang 34, Tanjungjaya 36, Sukaraja 43, Salopa 121,

21 Jatiwaras 73, Cineam 78, Karangjaya 47, Manonjaya 39, Gunungtanjung 36, Singaparna 24, Sukarame 19, Mangunreja 26, Cigalontang 119, Leuwisari 53, Sariwangi 49, Padakembang 37, Sukaratu 57, Cisayong 59, Sukahening 28, Rajapolah 21, Jamanis 21, Ciawi 45, Kadipaten 45, Pageragung 66, Sukaresik 17, JUMLAH 2.708, RATA-RATA Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kepadatan penduduk pada masing-masing kecamatan tidak merata dan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi adalah Kecamatan Singaparna dengan kepadatan penduduk mencapai jiwa per kilometer persegi.

22 Kepadatan penduduk terendah dapat dijumpai di Kecamatan Pancatengah dengan kepadatan 227 penduduk per kilometer persegi. Perbedaan kepadatan penduduk dapat dipengaruhi oleh perbedaan kondisi geografis masing-masing kecamatan, jenis pekerjaan yang tersedia, biaya hidup, dan tingkat keterjangkauan fasilitas umum seperti sekolah, fasilitas kesehatan dan pemerintahan Keadaan Perekonomian Keadaan perekonomian Kabupaten tasikmalaya dapat diketahui dari Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. Nilai PDRB dapat menjadi dasar analisis untuk mengetahui sektor apakah yang memiliki peranan yang besar dan menajdi basis perekonomian suatu daerah. Nilai PDRB juga dapat digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik secara keseluruhan maupun per sektor dalam suatu periode waktu tertentu.pdrb Kabupaten tasikmalaya Tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 PDRB No Sektor Atas dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 1 Pertanian , ,4 2 Pertambangan dan Penggalian , ,9 3 Industri Pengolahan , ,4 4 Listrik dan Gas , ,1 5 Air, Pengelolaan sampah dan daur ulang 3.893, ,2 6 Konstruksi , ,3 7 Perdagangan besar dan eceran , ,1 8 Transportasi dan pergudangan , ,1 9 Akomodasi dan makan minum , ,1 10 Informasi dan Komunikasi , ,7 11 Jasa keuangan dan asuransi , ,2 12 Real Estate , ,1

23 13 Jasa perusahaan , ,9 14 Pemerintahan dan jaminan social , ,3 15 Jasa pendidikan , ,0 16 Jasa kesehatan dan social , ,9 17 Lainnya , ,0 Jumlah , ,1 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sektor pertanian memiliki kontribusi yang paling besar terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya, dengan demikian sektor ini dapat menjadi sektor basis dalam usaha peningkatan pertumbuhan ekonomi. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Tasikmalaya atas dasar harga berlaku di tahun 2015 adalah 9,2 triliun rupiah atau sebesar 39,29%. Penyumbang PDRB terbesar setelah sektor pertanian adalah sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 20,59% Keadaan Pertanian Luas Penggunaan Lahan Sektor pertanian di Kabupaten Tasikmalaya merupakan sektor utama yang berperan sebagai penggerak perekonomian. Sektor pertanian mencakup pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, kehutanan, dan perkebunan. Keadaan pertanian di Kabupaten Tasikmalaya juga dapat dilihat dari luas penggunaan lahan. Hal ini disebabkan karena lahan adalah salah satu faktor produksi yang ketersediaannya menjadi salah satu syarat utama untuk berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian. Produktivitas lahan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, tekstur tanah serta ketersediaan air dan iklim yang cocok. Berdasarkan penggunaan lahan pertanian tahun 2015 di Kabupaten Tasikmalaya (EPT 2015), lahan sawah adalah seluas51.072ha dan lahan bukan sawah seluas Ha dengan rincian sebagai berikut:

24 Tabel 4.5. LuasPenggunaan Tanah di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 No Jenis Lahan Luas ( Ha ) 1. Lahan Sawah Irigasi Tadah Hujan Lahan Pertanian Bukan Sawah Tegal/kebun Ladang/huma Perkebunan Ditanami pohon/hutan rakyat Padang penggembalaan/padang rumput Sementara tidak diusahakan Lainnya (tambak,kolam,empang,hutan negara dll) Jumlah lahan Pertanian LAHAN BUKAN PERTANIAN (jalan, pemukiman,perkantoran,sungai TOTAL Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2015 Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada tahun 2015 penggunaan lahanyang terekapitulasi terdiri dari lahan sawah Ha dan lahan bukan sawah seluas Ha. Lahan bukan sawah terdiri dari tegal/kebun Ha, ladang/huma Ha, perkebunan Ha, lahan ditanami pohon/hutan rakyat Ha; padang penggembalaan/rumput6.602 Ha; sedangkan lahan yang tidak diusahakan seluas Ha; Lainnya (tambak, kolam, empang, hutan negara dll) adalah seluas Ha, yang tingkat pemanfaatannya dapat dihitung dengan Indeks Pertanaman (IP). Menurut Laporan Tahunan Dinas Pertanian 2015, Indeks Pertanaman (IP) tanaman padi mencapai kisaran angka 242 yang berarti bahwa pemanfaatan lahan untuk tanaman padi masih dapat dioptimalkan begitupun dengan tanaman palawija, sayuran dan buah-buahan masih harus dioptimalkan melalui perluasan area tanam. Adanya laju alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian harus diantisipasi. Lahan pertanian harus dipertahankan dan bahkan diperluas untuk menjaga agar produksi tanaman pangan dan hortikultura dapat terus meningkat.

25 Komoditi Unggulan Kabupaten Tasikmalaya Komoditi Tanaman Pangan Pada sub sektor tanaman pangan, jenis komoditas yang termasuk di dalamnya adalah padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar dan ubi kayu. Kabupaten Tasikmalaya mencanangkan berbagai pengembangan program budidaya padi sebagai komoditas unggulan melalui Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan. Program tersebut adalah intensifikasi teknik budidaya konvensional, Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) dan Sistem of Rice Intensification (SRI). Program ini menghasilkan kenaikan produktivitas pada lahan seluas hektar yang memiliki produktivitas padi sawah sebesar 66,62 kwintal/ha dan produksi sebesar ton di tahun 2013 menjadi 66,78 kwintal/ha dan produksi sebesar ton pada tahun Beberapa wilayah yang menjadi sentra pengembangan padi organik adalah Kecamatan Manonjaya, Sukahening, Sukaraja, Sukaresik, Salawu, Cisayong, dan Cineam. Pengembangan padi organik dapat menjadi solusi peningkatan produktivitas padi sekaligus peningkatan pendapatan petani. Kabupaten Tasikmalaya juga mempunyai Komoditi Unggulan yang lain, antara lain untuk Komoditi Tanaman Pangan (padi dan palawija), terdiri dari : Pdi, Jagung, Ubi Kayu, Ubi Jalar, Kacang Tanah, Kedelai dengan daerah yang menjadi sentra produksi sebagai berikut : Tabel. 4.7 Sebaran Komoditi Unggulan di Kabupaten TAsikmalaya Komoditi Padi Jagung Kacang Tanah Kedelai Ubi kayu Lokasi Tersebar di 39 kecamatan Karangnunggal, Ciawi, Salopa, Bantarkalong, Pancatengah, Cipatujah, Cibalong, Kadipaten Cigalontang, Salawu, Rajapolah Cineam, Karangjaya, Kadipaten, Pancatengah, Cikatomas Jatiwaras, Cipatujah, Jamanis UPTD Karangnunggal

26 Ubi Jalar UPTD Karangnunggal, UPTD Manonjaya,UPTD Sukaraja Upaya peningkatan produktivitas dan produksi tanaman pangan perlu terus dilaksanakan sehubungan dengan sub sektor tanaman pangan sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan dalam peningkatan kondisi perekonomian masyarakat, hal ini Disebabkan karena sub sektor tanaman pangan memiliki peran yang sangat penting dan strategi dalam penyediaan bahan pangan pokok, kesempatan kerja sumber pendapatan serta memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap PDRB, juga menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong industri hulu yang kontribusinya pada pertumbuhan ekonomi cukup besar. Komoditi tanaman pangan yang merupakan pilihan prioritas adalah padi dengan lokasi sentra pengembangan meliputi 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya dan jagung dengan lokasi sentra pengembangan ; Karangnunggal, Bantarkalong, Cipatujah, Pancatengah, Salopa, Cibalong, Salawu, Cigalontang, Kadipaten, Rajapolah, Ciawi. Tabel 4.8 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014 No Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1 Padi Jagung Kedelai Kacang tanah Kacang hijau Ubi kayu Ubi jalar Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015

27 Komoditas padi merupakan komoditas utama sektor pertanian di Kabupaten Tasikmalaya. Pada tahun 2013 luas panen padi sebesar ha dengan produksi sebesar ton sedangkan pada tahun 2014 luas panen menjadi dan produksi sebesar ton yang berarti luas panen dan produksi padi mengalami penurunan. Hal yang sama terjadi pada luas panen dan produksi komoditas jagung yang mengalami penurunan luas panen sebesar 4,17% dan penurunan produksi sebesar 2,04%. Luas panen kedelai dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 8,26% dan produksi yang meningkat secara signifikan sebesar 42,25% dari ton menjadi ton. Komoditas kacang-kacangan dalam hal ini adalah kacang tanah dan kacang hijau, keduanya mengalami penurunan luas panen dan produksi. Penurunan pada kacang hijau lebih signifikan yaitu sebesar 78,98% untuk luas panennya dan 72,26 untuk penurunan produksi dari tahun 2013 ke tahun Komoditas ubi kayu dan ubi jalar mengalami kenaikan dari sisi luas panen dan produksi. Produksi komoditas ubi kayu mengalami kenaikan hingga lebih dari 50% dan ubi jalar naik sebesar 40,89%. Kenaikan luas panen dan produksi ubi menunjukkan adanya peningkatan konsumsi sumber karbohidrat non beras. Komoditi Tanaman Hortikultura (Buah-buahan dan sayuran) Kabupaten Tasikmalaya juga memproduksi berbagai macam komoditas hortikultura yang meliputi tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman obat-obatan. Komoditas sayuran yang diproduksi adalah bawang daun, kentang, kubis, sawi, cabai merah, cabai rawit, tomat, terong, buncis, mentimun, kangkung, bayam, kacang merah, kacang panjang, labu siam dan jamur. Berdasarkan tabel 4.11, dapat diketahui bahwa beberapa komoditas memiliki luas panen yang lebih besar dibandingkan luas tanamanya seperti cabai merah, tomat, terong dan beberapa komoditas lain. Hal ini disebabkan

28 karena komoditas tersebut dapat dipanen berkali-kali dalam satu tahun atau dalam satu siklus umur tanaman tersebut. Namun secara spesifik Kabupaten Tasikmalaya memiliki komoditi unggulan, yaitu buah-buahan terdiri dari : Manggis, Pisang, Salak, Durian dan komoditi unggulan sayuran terdiri dari : Cabe Merah, Mentimun, Tomat. Daerah yang menjadi sentra produksi seperti tertera pada Tabel berikut ini : Tabel 4.9 Potensi dan Sebaran Komoditi Hortikultura di KabupatenTasikmalaya No. Komoditi Lokasi /Kec. Potensi Prod.(ton) Varietas (Ha) X 4 th Manggis Puspahiang Lokal Salawu Sodonghilir Mangunreja Tanjungjaya Sukaraja Jaiwaras Salak Cineam Lokal Manonjaya Pondoh Cibalong Gn. Tanjung Karangjaya Parungponteng Pisang Cipatujah Ambon Pancatengah Nangka Culamega Sodonghilir Jatiwaras Salopa Cineam Durian Salopa Sitokong 401 Jatiwaras Montong 630 Cikatomas Simagrib 105 Sukaraja 625 Sidolar Cabe Merah Cigalontang Hot Chilli Leuwisari 361 Hot Beauty 469 Sariwangi 361 Keriting 640 Padakembang Cisayong Sukaheuning Sukaratu Taraju Sodonghilir

29 Bojonggambir Puspahiang Salawu Mentimun Singaparna Sukarame Mangunreja Cisayong Sukaheuning Leuwisari Sariwangi Padakembang Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa berbagaikomoditi unggulan tanaman hortikultura memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan. Hal ini terlihat pada nilaipotensi dan realisasi. Sehingga merupakan tantangan sekaligus potensi untuk dilakukan perbaikan di masa yang akan datang. Kondisi pertanaman komoditi buahbuahan dalam hal ini Manggis di laksanakan di lahan tegalan dan pekarangan dalam bentuk kebun campuran dan terpencar-pencar sehingga belum ada kebun manggis yang ditanam secara khusus (monokultur). Namun demikian produksi, produktivitas, kualitas dan kontinuitas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sedangkan komoditi sayuran pada umumnya dilaksanakan di lahan sawah dalam bentuk hamparan, dengan perlakuan teknologi yang sudah intensif, sehingga produksi, produktivitas dan kontinuitas sudah terjamin untuk kebutuhan pasar.

30 Tabel 4.10 Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014 No Jenis Sayuran Luas Tanam Luas Panen (Ha) (Ha) Produksi (Ton) 1 Bawang Merah Bawang Putih Bawang Daun Kentang Kubis Petsai/Sawi Cabai Merah Cabai Rawit Tomat Terong Buncis Mentimun Kangkung Bayam Kacang Merah Kacang Panjang Labu Siam Lobak Kembang Kol Jamur ,51 21 Wortel Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya 2015 Komoditas buah-buahan yang diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya cukup beragam diantaranya adalahalpukat, belimbing, duku, durian, jambu biji, jambu air, jeruk siam, jeruk besar, manga, manggis, nangka, nanas, rambutan, sawo, sirsak, sukun, pisang, salak, melinjo, pepaya dan markisa. Berikut ini adalah jumlah tanaman pada saat tanam dan panen, jumlah produksi dan produksi buah-buahan di Kabupaten Tasikmalaya.

31 Tabel 4.11 Jumlah Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah-buahan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2014 No Jenis Buah-buahan Jumlah Panen (Pohon) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha) 1 Alpukat ,02 2 Belimbing ,71 3 Duku ,35 4 Durian ,55 5 Jambu Biji ,07 6 Jambu Air ,03 7 Jeruk Siam ,59 8 Jeruk Besar ,86 9 Mangga ,51 10 Manggis ,71 11 Nangka ,09 12 Nanas ,82 13 Rambutan ,62 14 Sawo ,44 15 Sirsak ,19 16 Sukun ,49 17 Pisang ,34 18 Melinjo ,16 19 Pepaya ,75 20 Salak lokal ,41 21 Salak pondoh ,56 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Tasikmalaya 2015 Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa produksi buah yang terbesar di Kabupaten Tasikmalaya adalah pisang, diikuti dengan salak lokal dan manggis. Selain buah-buahan, beberapa jenis komoditas tanaman obat-obatan juga diproduksi diantaranya jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, kejibeling, dringo, kapulaga, temukunci, mengkudu, sambiloto, mahkota dewa dan lidah buaya.

32 Perkebunan Luas areal perkebunan Kabupaten Tasikmalaya seluas ,33 Ha yang terdiri dari : a. Perkebunan Rakyat seluas ,31 Ha b. Perkebunan Besar Swasta (PBS) luas tanaman 3.738,60 Ha c. PTP Nusantara VIII/Bagjanegara dengan luas tanaman 1.801,43 Ha Komoditi perkebunan rakyat yang dikembangkan oleh masyarakat ada 10 jenis yang terdiri dari 5 (lima) komoditi unggulan yaitu kelapa, teh, kopi, cengkeh, dan karet sedangkan komoditi rintisan/prosfektif yaitu aren, mendong, lada kakao dan jarak. Tabel 4.12 Produksi Komoditi perkebunan dan Lokasi No. Komoditas Luas Areal (Ha) Produksi/th (ton) Lokasi Kecamatan 1. Kelapa , Cikalong,Ciaptujah, Karangnunggal Cibalong,Cikatomaas, Bantarklong, Parungponteng dan Pancatengah 2. Teh 9.394, Taraju, Bojonggambir,Sodonghilir salawu, Cigalontang danpagerageng 2. Kopi 1.508, Karangnunggal, Bojonggambir, Cibalong, Puspahiang, Salopa,Manonjaya dan Pancatengah 4. Cengkeh 2.386,4 496 Cineam, Kadipaten, Salopa, Cikalong, Karangnunggal,Cipatujah, Bojoambir dan Sodonghilir 5. Aren 1.998,0 349,99 Culamega, Kadipaten, Salawu, Sodonghilir, Karangnunggal, Pagerageng,Sukahening, Bojonggambir, Bantarkalong, Cigalontang, Cineam, Cikalong, Cipatujah 6. Pandan 564,45 193,69 Parungponteng, Pagerageng, Rajapolah, Karangnunggal,Sukaresik, Cikalong, Cipatujah 7. Mendong 189, ,95 Manonjaya, Cineam, Salopa, Gunungtanjung 8. Lada 765,2 282,10 Manonjaya, Cineam, Salopa, Salawu,Cisayong, Cipatujah,

33 Cikatomas, Bantarkalong 9. Karet 978,8 71,92 Karangnunggal, Cipatujah, Salopa, Cikatomas, Katangjaya, Pancatengah 10. Jarak 200,4 341,78 Karangnunggal, Bojongasih, Bantarkalong Perikanan Kabupaten Tasikmalaya sudah dikenal sejak lama merupakan salah satu sentra produksi perikanan darat Jawa Barat dan salah satunya yang dikembangkan adalah gurame. Sentra pengembangannya tersebar di beberapa kecamatan antara lain : kecamatan Singaparna, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukarame, Rajapolah, Manonjaya, Cisayong dan Cigalontang dimana kurang lebih 1.541,11 ha kolam di wilayah tersebut potencial sebagai tempat usaha ikan gurame. Untuk menunjang pemasaran hasil perikanan darat telah dibangun sedikitnya 3 pasar ikan yaitu Cieunteung, Pagendingan dan Singaparna Kehutanan KabupatenTasikmalaya mempunyai lahan kering seluas Ha,merupakan potensi untukpengembangan tanaman hutan rakyat dan perkebunan. Potensi sector kehutanan terdiri dari : (a) Potensi Hutan Negara seluas ,82Ha yang terdiri : Hutan Lindung (HL) seluas ,56 Ha, Hutan Produksi (HP)seluas 5.000,47 Ha, dan Hutan produksi terbatas (HPT) seluas ,79 Ha. (b) Potensi Lahan kritis seluas Ha yang tersebar di 39 Kecamatan (c) Potensi Hutan Rakyat seluas Ha yang tersebar di 39 Kecamatan Berdasarkan dari jenis komoditas yang dihasilkan

34 Peternakan Pembangunan sub sektor peternakan merupakan salah core bisnis dalam lingkup kebijakan pembangunan di kabupaten Tasikmalaya. Secara historis kegiatan peternakan telah menyatu dengankehidupan masyarakat sehingga menjadi bagian dalamkontribusinya untuk menopang perekonomian masyarakat. Komoditi peternakan yang dikembangkan di Kabupaten Tasikmalaya, meliputi : Sapi potong, domba, sapi perah,

35 BAB V PEMBAHASAN

36 DAFTAR PUSTAKA Brojonegoro PS, Bambang AHP (the Analytical Hierarchy Process). Pusat Antar University Studi Ekonomi Universitas Indonesia; Leni Sugiyowati, Karno, Titik Ekowat Strategi Pengembangan Agroindustri Gula Aren Di Kabupaten Kendal.Jurnal Agromedia. Vol. 33, No. 1 Maret 2015 Listyati, D Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) dan Pemanfaatannya di Jawa Barat. Buletin Balitka No hal Rangkuti, F Teknik Membdah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. PT. Gramdia Pustaka Utama: Jakarta Saaty, L. Thomas Decision Making For Leaders. University of Pittsburgh; Smits, W Pengalaman Pengembangan Tanaman Aren untuk Koservasi Lahan dan Lingkungan Hidup. Makalah Seminar Pengembangan Aren, Tondano, 19 April Sunanto, H Yogyakarta. Aren Budidaya dan Multigunanya. Kanisius. Anggota IKAPL.

37 BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 4.1. Anggaran Biaya Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan program penelitian ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp 12, , terbilang dua belasjuta empat ratus delapan puluh lima ribu rupiah. Rincian komponen biaya dimaksud dinyatakan dalam Tabel 4.1. berikut. JUMLAH I BAHAN HABIS KOMPOSISI (%) (Rp) ATK dan lain-lain 2,985,000 II Jumlah Biaya untuk Bahan habis SEWA ALAT 2,985,000 24% III Sewa Kendaraan TRANSPORTASI 3,600,000 29% Transportasi Penjajagan 900,000 Transportasi Survai 5,000,000 Jumlah Biaya Transportasi 5,900,000 47% 12,485, %

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tasikmalaya dan Kabupaten IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Taikmalaya berada sekitar 360 km sebelah Tenggara Jakarta dengan ibukota Singaparna. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak di antara

Lebih terperinci

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga 13 BAB II TINJAUAN UMUM Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional kebijakan pembangunan daerah menyarankan adanya keselarasan terhadap laju pertumbuhan antar daerah, pemerataan antar daerah, dan

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA A. Sasaran Umum Selama 5 (lima) tahun ke depan (2015 2019) Kementerian Pertanian mencanangkan 4 (empat) sasaran utama, yaitu: 1. Peningkatan ketahanan pangan, 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

A. Realisasi Keuangan

A. Realisasi Keuangan BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2008 A. Realisasi Keuangan 1. Belanja Pendapatan Realisasi belanja pendapatan (Pendapatan Asli Daerah) Tahun 2008 Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka mencapai 100%

Lebih terperinci

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 9 2.1 Tanaman Sayuran Tabel 2.1.1 Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun 20112015 Uraian A. 1 Bawang Merah Tahun * Luas Panen (Ha) 2,00 7,00 * Produktivitas (Ku/Ha) 45,00 90,00 * Produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 2013 sebanyak 282,6 ribu rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak 8,6 ribu rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kab. Tasikmalaya Tahun 3 sebanyak Perusahaan Jumlah perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA)

RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA) RENCANA KERJA TAHUNAN (RENJATA) PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jl.Bojong Koneng Kompleks Perkantaoran Kabupaten

Lebih terperinci

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi LOKASI PENYEBARAN KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR KABUPATEN TASIKMALAYA (THE DISTRIBUTION LOCATION OF SUPERIOR COMMODITIES OF CULTURED FRESH WATER FISHERIES SUBSECTOR IN TASIKMALAYA

Lebih terperinci

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) RAHASIA Republik Indonesia SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP) PERHATIAN 1. Tujuan pencacahan NP-2 adalah untuk mencatat/mengetahui nilai & volume produksi yang dijual petani

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" ' 00"

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00 ' 00 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. KONDISI KABUPATEN TASIKMALAYA 1. Kondisi Geografis Kabupaten Tasikmalaya secara geografis terletak antara 07 2' 00" - 07 48' 00" Lintang Selatan dan 107 54' 00" - 108

Lebih terperinci

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan

MELALUI PENYEDIA. Perkiraan Biaya (Rp) Satuan kerja. Kegiatan MELALUI PENYEDIA PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH mor : 521.1/965/Disperta.PR/2013 Tanggal : 25 Maret 2013 Alamat : Jln Mayor Utarya mor 1 Telp/Fax 0265 330163 Tasikmalaya mengumumkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI) KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN DAN SURPLUS PRODUKSI) Eka Dewi Nurjayanti, Endah Subekti Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Jl. Menoreh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di daerah tropis karena dilalui garis khatulistiwa. Tanah yang subur dan beriklim tropis

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun 2009-2012 PADI LADANG PADI SAWAH JAGUNG 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 2009 2010 2011 2012 LAROMPONG - - 4

Lebih terperinci

LEMBAR KATALOG Statistik Sayur-Sayuran Dan Buah-Buahan Kabupaten Penajam Paser Utara 2016 Katalog BPS : 5216.6409 Ukuran Buku : 14,8 x 21 cm Jumlah Halaman : ix + 79 Naskah : BPS Kabupaten Penajam Paser

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 61 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tasikmalaya meliputi area seluas 2,563.35 km persegi. Kabupaten Tasikmalaya ini berbatasan dengan Kabupaten Garut dari sebelah timur,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950) SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Pertanian merupakan kegiatan yang penting dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sehingga perlu adanya keterampilan dalam mengelola usaha pertanian

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Selain memiliki masa panen yang cukup pendek, permintaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif

BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah Luas dan batas administratif BAB II KONDISI UMUM 2.1. Gambaran Umum Wilayah 2.1.1. Luas dan batas administratif Kabupaten Tasikmalaya merupakan suatu daerah yang agraris dengan kehidupan masyarakat yang religius, berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Keadaan fisik Kabupaten Sleman Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o 13 00 sampai dengan 110 o 33 00 Bujur Timur, dan mulai 7ᵒ34 51 sampai dengan 7ᵒ47 03 Lintang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : SUMBER DAYA ALAM : Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

beberapakali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG BATAS TERTINGGI UANG PERSEDIAAN DAN GANTI UANG PERSEDIAAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5 Lampiran 2. Konversi Hortikultura 1. Konversi Jarak Tanam, Populasi dan Umur Panen Sayuran dan Buahbuahan Semusim (SBS). a. Sayuran Semusim Jarak Populasi Umur Mulai No Tan / ha Tanam / cm Panen (Hari)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA Menimbang : a.

Lebih terperinci

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C

1. PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. Tabel 1.1.1C SUMBER DAYA ALAM PERTANIAN, KEHUTANAN, KELAUTAN, PERIKANAN, PETERNAKAN & PERKEBUNAN. SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN Apa yang sudah dicapai selama ini lebih ditingkatkan, Pemerintah Kota Jayapura akan lebih

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA dan BUPATI TASIKMALAYA MEMUTUSKAN: SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : 1 Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh : Sri Windarti H.0305039 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dimana sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Keadaan usaha tani penduduk pada umumnya masih

Lebih terperinci

USULAN PENELITIAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

USULAN PENELITIAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA USULAN PENELITIAN DOSEN MADYA STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS GULA AREN DI KABUPATEN TASIKMALAYA TIM PENGUSUL : Candra Nuraini, SP.,M.Si NIDN 00-1512-7402 Unang, Ir., M.Sc NIDN 04-2009-6001 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 -

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20 - 56 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Administrasi Secara geografis wilayah Kota Bandar Lampung berada antara 50º20-50º30 LS dan 105º28-105º37 BT dengan luas wilayah 197,22 km

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013

ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 Kementerian PPN/ Bappenas ANALISIS RUMAH TANGGA, LAHAN, DAN USAHA PERTANIAN DI INDONESIA : SENSUS PERTANIAN 2013 DIREKTORAT PANGAN DAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR

Statistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci