Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Dengan Menggunakan Interferometer Michelson
|
|
- Herman Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Dengan Menggunakan Interferometer Michelson Friska Ayu Nugraheni, Heru Setijono, Agus Muhammad Hatta Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya heru@ep.its.ac.id Abstrak Telah dilakukan penelitian mengenai perancangan sistem pengukuran konsentrasi larutan gula yang mengadopsi teknologi non-destructive testing dengan menggunakan interferometer Michelson. Ketika sebuah cahaya berjalan melewati medium kemudian diteruskan melewati medium lain selain udara maka akan terjadi perubahan panjang lintasan optis. Perubahan panjang lintasan optik dapat diperoleh dengan pendekatan teori cahaya sebagai gelombang yaitu pada fenomena interferensi. Dengan menggunakan interferometer Michelson maka dapat dilakukan pengukuran konsentrasi larutan dengan cara menaruh sampel dalam wadah yang dirancang berbentuk segitiga yang akan digeser dalam arah tegak lurus sinar laser. Pada variasi konsentrasi larutan yang akan diukur dengan perlakuan yang sama maka akan didapatkan hubungan antara nilai beda lintasan optis yang dihitung dari jumlah perubahan frinji dengan konsentrasi larutan. Dari percobaan didapatkan grafik hubungan konsentrasi larutan dengan nilai optical path difference ialah C g/ml = 0,255.OPD-0,611. Dimana setelah dilakukan analisis hasil percobaan maka sistem pengukuran memiliki karakteristik statis pengukuran yang baik yaitu nilai akurasi pengukuran hingga mencapai 96,23 %, sensitivitas pengukuran 0,255 g ml -1 /µm dan resolusi pengukuran 0,039 µm/ g ml -1.. Kata Kunci Interferensi, Interferometer Michelson, konsentrasi larutan, frinji, optical path difference. I. PENDAHULUAN etika sebuah cahaya berjalan melewati medium udara Kmaka panjang lintasan optisnya ialah jarak sesungguhnya yang dilalui cahaya tersebut. Dan ketika cahaya tersebut kemudian diteruskan melewati medium lain selain udara maka akan terjadi perubahan panjang lintasan optis. Perubahan panjang lintasan optik dapat diperoleh dengan pendekatan teori cahaya sebagai gelombang yaitu pada fenomena interferensi. Interferensi cahaya ialah superposisi dari dua gelombang cahaya atau lebih yang menimbulkan pola gelombang yang baru. Interferensi dan difraksi merupakan fenomena penting yang membedakan gelombang dari partikel. Interferensi ialah penggabungan secara superposisi dua gelombang atau lebih yang bertemu dalam satu titik di ruang. Sedangkan difraksi adalah pembelokan gelombang di sekitar sudut yang terjadi apabila sebagian muka gelombang dipotong oleh halangan atau rintangan. [1] Prinsip pengukuran konsentrasi larutan yaitu pada medium yang berbeda maka memiliki karakteristik fisis yang berbeda-beda. Sebuah larutan A dengan konsentrasi yang berbeda maka akan memiliki karakteristik fisis yang berbeda pula. Konsentrasi yaitu adalah perbandingan antara jumlah partikel yang terlarut dengan larutannya. Konsentrasi dapat dilambangkan dengan molaritas. Bila molaritas suatu larutan tinggi, hal itu menandakan jumlah partikel yang terlarut dalam larutan juga tinggi. Salah satu karakteristik fisis yang berbeda contohnya ialah indeks bias, yaitu perbandingan antara kecepatan rambat cahaya di udara dengan cepat cahaya di medium yang bersangkutan. Semakin pekat suatu larutan, kecepatan cahaya dalam medium tersebut semakin berkurang yang berarti indeks biasnya berbeda untuk setiap konsentrasi larutan. Indeks bias (n) adalah perbandingan antara kecepatan rambat cahaya dalam vakum (medium pertama) dengan kecepatan cahaya dalam medium kedua. Indeks bias antara dua medium pada fenomena cahaya yang melintasi kedua medium tersebut dibahas dalam hukum Snellius atau hukum pembiasan. Dalam hukum Snellius dinyatakan bahwa sinar datang, sinar bias, dan garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada satu bidang datar. Dalam hal ini, sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal, sedangkan sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan [2] menjauhi garis normal. Nilai indeks bias pada suatu benda dapat dihubungkan dengan sifat-sifat pada pola interferensi gelombang cahaya monokromatik yang terbentuk. Hukum pemantulan berlaku untuk semua jenis gelombang dan hukum pemantulan dapat diturunkan dari prinsip Huygens, dimana setiap titik pada bidang gelombang yang diberikan dapat dianggap sebagai titik dari anak gelombang sekunder. Hukum pemantulan (cahaya) menyatakan bahwa sinar datang, sinar pantul dan garis normal permukaan bidang selalu berada dalam bidang yang sama serta sudut datang sama dengan sudut pantul sehingga dari hukum pemantulan dapat diapresiasi bahwa berkas cahaya yang mengenai sebuah permukaan rata (halus) maka akan terjadi pemantulan sejajar. Pola interferensi diatas muncul meskipun lintasan sinar dihalangi oleh medium yang masih dapat ditembus oleh sinar laser ini karenakan interferensi
2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) merupakan superposisi gelombang harmonik yang bergantung pada beda fasa antara gelombang-gelombang, beda fasa ini diakibatkan dua hal yaitu : beda jarak tempuh dan pemantulan saat gelombang datang dari medium renggang ke rapat. [3] Dengan memanfaatkan interferometer Michelson tersebut maka dilakukanlah percobaan dengan memanfaatkan pola interferensi untuk mengetahui nilai beda lintasan optis pada larutan gula dengan variasi konsentrasi tertentu. II. URAIAN PENELITIAN A. Peralatan dan Bahan Adapun penjelasan secara rinci mengenai peralatan yang digunakan ialah sebagai berikut : Meja Optik Pada eksperimen ini digunakan meja optik buatan Newport Model No.RPR-468 yang bersifat rigid sehingga mampu meminimalisir getaran yang diakibatkan lingkungan. Sumber cahaya (Laser He-Ne) Untuk mendapatkan pola interferensi yang jelas teramati maka sebuah interferometer harus mengggunakan sumber cahaya yang monokromatik yang koheren dan mempunyai kecerahan yang tinggi. Beam Splitter Beam splitter digunakan sebagai pemisah berkas cahaya menjadi dua bagian Movable mirror Cermin datar digunakan berfungsi sebagai transmisi berkas menuju pemisah bekas dan dari pemisah berkas. Fixed mirror Cermin ini berfungsi sebagai perefleksi berkas menuju pemisah bekas dan dari pemisah berkas.. Convex lens Lensa cembung atau convex lens digunakan untuk memperbesar pola frinji yang terbentuk di layar pengamatan sehingga mampu diamati dengan mata telanjang. Wadah sampel Wadah terbuat dari bahan kaca bening seperti yang biasa digunakan sebagai preparat untuk pengamatan objek dengan mikroskop. Wadah dibentuk sedemikian rupa sehingga berbentuk segitiga dengan sudut yang didesain kecil. Larutan sampel Larutan yang digunakan ialah air gula dengan variasi konsentrasi tertentu. Fotodetektor Digunakan untuk mendeteksi perubahan pola gelap terang untuk dapat mengetahui perubahan jumlah frinji. Fotodetektor yang dipakai ialah Thorlabs PM100D sensor fotodioda tipe S120C. Gambar.1. Skema Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Interferometer Michelson Adapun prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut : 1. Uji beam splitter Berkas yang keluar dan yang dipantulkan dari beam splitter dihitung intensitasnya dan digunakan beam splitter yang mampu membagi berkas dengan perbandingan intensitas 50 : Perancangan interferometer dan uji kestabilan alat. Setelah dipastikan bahwa beam splitter mampu membagi cahaya menjadi dua berkas yang sama intensitasnya maka langkah selanjutnya ialah membangun interferometer Michelson yang stabil seperti prosedur berikut : Laser, fixed mirror, movable mirror dan beam splitter diletakkan seperti pada gambar 1.Peletakkan beam splitter harus 45 o terhadap kedua cermin (movable mirror dan fixed mirror) agar berkas sinar yang terpecah arahnya tegak lurus 90 o satu sama lain. Kemudian posisi alat diluruskan dengan menggunakan bantuan sinar laser. Proses ini disebut alignment. Kemudian diamati frinji yang terbentuk pada layar pengamatan. Jika frinji yang terbentuk tidak bergerak maka sistem telah stabil. Bentuk frinji yang nampak pada layar kemudian diatur dengan menggeser-geser movable mirror hingga terbentuk pola frinji yang sempurna dan dapat diamati dengan jelas. Setelah pola frinji dapat teramati jelas dan stabil maka kedua cermin datar dibiarkan berada dalam posisi yang tetap untuk tahap selanjutnya. 3. Pengambilan data perubahan pola frinji B. Langkah Penelitian Dari peralatan dan bahan yang sudah disebutkan pada bagian sebelumnya maka peralatan disusun seperti pada gambar berikut Gambar.2. Bentuk 3D tempat sampel
3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Setelah interferometer berada dalam posisi tetap seperti pada langkah sebelumnya maka selanjutnya wadah diletakkan pada salah satu lengan interferometer seperti tampak pada gambar 2. Wadah dirancang sebelumnya berbentuk segitiga seperti pada gambar 3.4 dengan sudut yang diatur kecil. Kemudian dengan menggeser wadah dari satu titik ke titik yang lain maka akan didapatkan perubahan pola frinji. Terdapat enam variasi titik berbeda yang akan digunakan pada percobaan dengan jarak tiap titik ialah 20 µm untuk percobaan pertama dan 30 µm untuk percobaan selanjutnya. Pengambilan data awal ialah ketika wadah kosong tidak berisi selanjutnya data yang diambil ialah dengan perlakuan yang sama namun ketika wadah telah diisi dengan menggunakan larutan dengan konsentrasi yang berbeda. Variasi konsentrasi larutan yang digunakan ialah 0, 8, 16, 24, 32 dan 40 gram / 100 ml. Selanjutnya dibuat grafik hubungan antara nilai optical path difference dengan konsentrasi larutan dan dilakukan analisis mengenai hasil yang telah didapat. Bentuk geometri wadah secara dua dimensi dapat dilihat dengan jelas pada gambar 3 yaitu memiliki sudut β sebesar 2ᵒ dengan lebar alas 4 mm, tinggi 57,2 mm dan panjang sisi miring 57,4 mm. III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berikut di bawah ini ialah tabel 1 yang berisi data yang didapatkan dari percobaan. Dapat dilihat bahwa pada pergeseran dari tiap titik pada sumbu y terjadi perubahan jumlah frinji yang teramati yang dilambangkan dengan N. Dengan menggunakan persamaan d = λ N / 2 yaitu persamaan dasar pada interferometer Michelson maka dapat dihitung nilai OPD yang terjadi [4].Pada pergeseran sebesar 20 dan 30 µm beda jumlah frinji yang dihasilkan berbeda sehingga menunjukkan nilai perubahan optical path difference yang berbeda pula. Tabel.1. Data perubahan jumlah frinji & nilai OPD pada variasi pergeseran y sebesar 20 µm dan 30 µm pada wadah kosong kosong Titik y (µm) N OPD (µm) y y ,2656 y ,2656 y ,582 y ,582 y6 20 Rata-rata 4 1,2656 1,39216 Titik y (µm) N OPD (µm) y y ,8984 y ,8984 y ,8984 y ,2148 y6 30 Rata-rata 7 2,2148 2,02496 Nilai optical path difference yang dihasilkan merupakan konsekuensi dari pergeseran wadah yang dilakukan dalam arah sumbu y seperti nampak pada gambar 2 bahwa ketika sinar laser dilewatkan pada titik y1 kemudian digeser menuju titik y 2 maka akan terjadi perbedaan lintasan yang ditunjukkan dengan perubahan jarak x, yaitu x = x 2 x 1 Dengan menggunakan data bentuk geometri wadah, selanjutnya akan dapat diketahui perbandingan antara OPD yang dihasilkan dari data pengukuran dengan data perhitungan dari bentuk geometri segitiga yang diketahui. Gambar.3. Bentuk geometri 2D wadah dan ukuran Dari data tersebut dengan menggunakan prinsip trigonometri maka bisa dihitung jika garis AB terletak sejauh 20 µm dengan CD maka selisih panjang keduanya ialah 1,4 µm. Kemudian jika AB terletak sejauh 30 µm dengan CD maka selisih panjang keduanya ialah 2,1 µm. Hal ini ternyata sesuai dengan hasil pengukuran yang dilakukan seperti dapat dilihat pada tabel 1. Berikut ini ialah tabel yang menampilkan hasil keseluruhan dari percobaan berdasarkan langkah yang telah dijelaskan sebelumnya Tabel.2. Hubungan Nilai Beda Lintasan Optis Dengan Konsentrasi Larutan Pada (a) Pergeseran 20 µm dan (b) 30 µm. Konsentrasi Konsentrasi OPD (µm) y (µm) (gram/ml) y (µm) (gram/ml) OPD (µm) 0 1, , ,08 2, ,08 2, ,16 2, ,16 3, ,24 2, ,24 3, ,32 2, ,32 3, ,4 3, ,4 3,86008 Dari hasil pada tabel.2. tersebut dapat dilihat bahwa perbedaan nilai optical path difference yang terjadi pada setiap larutan berbeda, meningkat mengikuti perubahan jumlah konsentrasi larutan. Adanya perbedaan nilai optical path difference yang terjadi tidak dipengaruhi oleh medium kaca pada wadah melainkan dipengaruhi oleh medium cairan yang diuji yaitu larutan dengan variasi konsentrasi yang berbeda. Dengan menerapkan hukum Snellius tentang pembiasan cahaya maka dilihat bahwa adanya medium wadah yang dilambangkan dengan n w yang memiliki indeks bias lebih besar daripada medium udara yang dilambangkan dengan n u tidak mempengaruhi terjadinya optical path difference. Yang menyebabkan terjadinya optical path difference ialah selisih dari panjang lintasan optis atau optical path length dari lintasan yang melalui titik AB dengan BC. Pada gambar 4 lebih jelas bisa dilambangkan dengan
4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) OPD =, dimana perubahan optical path OPL CD OPL AB difference dikarenakan oleh selisih jarak lintasan AB dengan CD.Adapun dengan dengan kondisi wadah ketika diisi berbagai variasi konsentrasi larutan, maka hal ini juga turut mempengaruhi perubahan optical path difference dikarenakan perbedaan konsentrasi medium tersebut menandakan adanya perubahan indeks bias dimana hal itu akan menghasilkan beda fase dan menyebabkan perbedaan perubahan optical path difference pada tiap variasi konsentrasi larutan. Gambar.4. Arah perjalanan sinar laser Gambar.5. Hubungan nilai OPD dengan konsentrasi larutan Pada Grafik 4.1, dengan menggunakan analisis teknik regresi maka hubungan persamaan linear antara optical path difference dengan konsentrasi larutan dapat diketahui. Untuk pergeseran 20 µm maka persamaan linear regresinya ialah C g / ml = 0,247 OPD 0,430 Untuk pergeseran 30 µm maka persamaan linear regresinya ialah C g / ml = 0,255 OPD 0,611 Dimana OPD menunjukkan nilai optical path difference dan C ialah konsentrasi (g/ml). Untuk menganalisis apakah pengukuran yang telah dilakukan mempunyai akurasi yang baik maka dengan memanfaatkan persamaan linear regresi tersebut selanjutnya dapat dilakukan perhitungan error relative. Jika misal sebuah larutan gula dengan konsentrasi yang belum diketahui dimasukkan ke dalam wadah sampel kemudian dilakukan pergeseran wadah sebesar 30 µm sebanyak 5 kali dan didapatkan nilai OPD sebesar 3,03744 µm maka ketika dimasukkan ke persamaan linear 4.2 akan menghasilkan nilai C sebesar 0, g/ml. Massa terlarut tersebut ketika sebelumnya dihitung menggunakan alat ukur menunjukkan angka 16 gram kemudian dicampurkan dengan pelarut yaitu air sebesar 100 ml sehingga memiliki konsentrasi 16 g/ml. Sehingga dapat diketahui error relative dari pengukuran yaitu 2 % yang menunjukkan bahwa pengukuran memiliki karakteristik sistem pengukuran yang baik. Jika ditinjau dari akurasi sistem, maka dapat dihitung sesuai dengan teori sebelumnya bahwa sistem pengukuran konsentrasi larutan yang telah dirancang ini memiliki akurasi hingga 96,23% untuk pergeseran 30 µm. Adapun selanjutnya selain menghitung akurasi maka dapat dihitung pula mengenai sensitivitas sistem pengukuran yang merupakan laju perubahan output (O) dengan bergantung terhadap input (I) yang mampu ditunjukkan oleh gradien garis pada grafik yang terbentuk di atas dimana sensitivitas pada grafik pergeseran 20 µm ialah 0,247 g ml dan untuk 30 µ m µm ialah 0,255 µ m, dalam hal ini pergeseran 30 µm g ml memiliki sensitivitas yang lebih baik. Hal ini berarti sistem pengukuran dapat merespon perubahan konsentrasi sebesar 0,255 g/ml untuk perubahan panjang lintasan optis sebesar 1 µm. Selain itu dihitung pula resolusi sistem pengukuran yaitu didefinisikan sebagai perubahan terbesar pada input yang terjadi tanpa memperhatikan perubahan pada output.. Hasil resolusi pengukuran pada grafik pergeseran 20 µm ialah 0,04 µm dan untuk 30 µm ialah 0,039 µm, yang berarti sistem dapat mendeteksi perubahan sebesar 0,039 µm untuk setiap penambahan konsentrasi 0,01 g/ml. Resolusi pengukuran pada pergeseran 30 µm terbukti lebih baik. Berikut ialah beberapa karakteristik statis dari hasil penelitian dalam bentuk tabel 4.9. Tabel.3. Karakteristik statis dari sistem pengukuran larutan gula menggunakan interferometer Michelson y=20 µm y=30 µm Akurasi (%) 95,25 96,23 Sensitivitas g ml µ m 0,247 0,255 Resolusi µ m 0,04 0,039 g ml Dapat dilihat sistem pengukuran yang lebih baik dihasilkan pada pergeseran 30 µm yaitu nilai akurasi sebesar 96,23 %, sensitivitas 0,255 g ml dan resolusi µ m pengukuran 0,039 µ m. g ml Fenomena perubahan optical path difference yang berbeda pada masing-masing larutan dengan konsentrasi yang berbeda ini menunjukkan bahwa setiap larutan memiliki jumlah perbedaan kerapatan molekul dalam medium yang berbeda sehingga mempunyai indeks bias yang berbeda sehingga mampu menunjukkan perubahan beda lintasan optis
5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) yang berbeda. Karakteristik medium yang berbeda mampu menunjukkan sifat larutan salah satunya konsentrasi. Faktor wadah sampel yang terbuat dari kaca dalam pengukuran tidak mempengaruhi hasil pengukuran seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya sehingga tidak terjadi perubahan lintasan optik oleh kaca wadah. Perubahan lintasan optik terjadi dikarenakan medium cairan yang terdapat pada wadah yaitu larutan dengan konsentrasi tertentu. Adanya error dalam sistem pengukuran disebabkan oleh adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi kestabilan frinji yang terbentuk sehingga terkadang sulit untuk diamati. Adapun hal-hal yang berpengaruh ialah seperti getaran yang timbul pada lingkungan, perubahan suhu yang terjadi, dan juga selain itu laser He-Ne yang digunakan meskipun sudah cukup stabil namun masih adanya osilasi frekuensi yang cukup kecil sehingga berpengaruh terhadap pengamatan frinji. Selain itu dilihat secara mekanik dari alat juga turut mempengaruhi kesalahan pengukuran meskipun setup peralatan telah dirancang sedemikian rupa dengan supaya tahan terhadap perubahan lingkungan namun hal sekecil mungkin yang dilakukan seperti menggeser microdisplacement harus dilakukan dengan gerakan selembut mungkin. Dari hasil tersebut ternyata dapat dilakukan pengukuran konsentrasi larutan gula dengan memanfaatkan interferometer Michelson dengan menggunakan wadah sampel yang telah didesain berbentuk bangun segitiga dengan sudut yang dirancang bernilai sangat kecil. Perancangan sudut tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan alat untuk dapat mengamati perubahan nilai lintasan optis dengan baik. [5] Bass, Michael. 1995, Handbook of Optics.2nd Ed, USA : McGraw- Hill. [6] Bentley, John P., 1983, Principles Of Measurement Systems, London : Prentice Hall. [7] Hariharan, P Basic Of Interferometry. Sydney : Academic Press. [8] Malacara, Daniel Physical Optic and Light Measurements.Volume 26, Methods of Experimental Physics. London : Academic Press. [9] W.P, Edwards The Science Of Sugar Confectionery. RSC Paperbacks. Cambridge : The Royal Society of Chemistry. [10] Yeh,Yin-Liang, Real-Time Measurement Of Glucose Concentration And Average Refractive Index Using A Laser Interferometer. Optics and Lasers in Engineering 46, IV. KESIMPULAN/RINGKASAN a. Telah dilakukan perancangan sistem pengukuran dengan menggunakan interferometer Michelson untuk mengukur konsentrasi larutan dengan mengamati perubahan nilai optical path difference (OPD) yang terjadi pada variasi konsentrasi larutan. Hasil percobaan menunjukkan hubungan grafik linear antara nilai OPD dengan konsentrasi larutan gula. b. Sistem pengukuran konsentrasi larutan gula menggunakan interferometer Michelson ini memiliki sistem pengukuran memiliki karakteristik statis pengukuran yang baik yaitu nilai akurasi pengukuran hingga mencapai 96,23 %, sensitivitas pengukuran 0,255 g ml-1/µm dan resolusi pengukuran 0,039 µm/ g ml-1. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak dari Laboratorium Rekayasa Fotonika, Teknik Fisika, ITS atas dukungan penuh dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Halliday, D. dan Resnick, R Physics. Diterjemahan Pantur Silaban dan Erwin Sucipto. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Erlangga. [2] Tipler, P., 1991, Fisika Untuk Teknik dan Sains, Jakarta, Erlangga. [3] A, Artoto & R, Lutfi OPTIKA. Jakarta: Universitas Terbuka. [4] Pedrotti, F.L. dan L.S. Pedrotti Introduction to Optics, Second Edition. New Jersey : Prentice-Hall.
Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson
Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson MAHASISWA : Friska Ayu Nugraheni NRP 2407 100 014 DOSEN PEMBIMBING : Ir. Heru Setijono. M.Sc NIP. 194901201976121001
Lebih terperinciINTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET
INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET Arief Rachman Pribadi, Leni Indah Sri Fitriyani, Nabila Khrisna Dewi, Pribadi Mumpuni Adhi 10208029,10208109,10208041,10208069 Program Studi Fisika, Institut Teknologi
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Gula Menggunakan Metode Difraksi Lusiana Weny Setyarini, Heru Setijono, Agus Muhammad Hatta Jurusan Teknik
Lebih terperinciInterferometer Michelson
1 Interferometer Michelson I. Tujuan Percobaan : 1. Memahami interferensi pada interferometer Michelson. 2. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya dengan pola interferensi. II. Landasan Teori Interferensi
Lebih terperinciAbstrak. Kata kunci: NiraTebu, Sukrosa, Indeks bias, Interferometer Michelson
Perancangan Aplikasi Pengukuran Kadar Gula (Sukrosa) Nira Tebu dengan Sistem Polariser Dilanjutkan dengan Menggunakan Sistem Interferometer Michelson Presisi Tinggi Peneliti : Mutmainnah 1, Imam Rofi i
Lebih terperinciAnalisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Masroatul Falah Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro ABSTRACT An interferometer
Lebih terperinciMODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET
MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET 1. Tujuan a. Merangkai Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder b. Menggunakan Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder untuk meneliti dan memahami
Lebih terperinciPenentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Michelson
Penentuan Nilai Panjang Koherensi Laser Menggunakan Interferometer Mihelson Agustina Setyaningsih Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro ABSTRACT Interferometer Mihelson method has been used
Lebih terperinciPENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI PADA INTERFEROMETER MICHELSON
PENGARUH KENAIKAN FREKUENSI GETARAN AKUSTIK TERHADAP JUMLAH PERGESERAN FRINJI PADA INTERFEROMETER MICHELSON Nurilda Hayani 1, Nurma Sari 2, Arfan Eko Fahrudin 2 Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang
Lebih terperinciPengukuran Panjang Koherensi Menggunakan Interferometer Michelson
Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol 10, No.4, Oktober 007 hal. 169-173 Pengukuran Panjang Koherensi Menggunakan Interferometer Mihelson Agustina Setyaningsih, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan Firdausi Laboratorium
Lebih terperinciDASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI
DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat
Lebih terperinciANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA
26 S.L. Handayani, Analisis Pola Interferensi Celah Banyak ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA Sri Lestari Handayani Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi
Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Menggunakan Metode Difraksi Oleh : Lusiana Weny Setyarini 2408100005 Dosen Pembimbing : Ir. Heru Setijono, M.Sc 19490120 197612 1 001 Agus Muhammad Hatta,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PERAGA PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD) Jl. Lontar no 1 Semarang, Indonesia
RANCANG BANGUN ALAT PERAGA PEMANTULAN DAN PEMBIASAN CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR (SD) 1 Diana Endah Handayani, 2 Wawan Kurniawan 1 Program Studi Pendidikan Guru SD, IKIP PGRI SEMARANG
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen
Lebih terperinciLAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA
LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA 215 1 Analisa Kekerasan Bahan dengan Metode Citra Spekel Asrofi Khoirul Huda, Diana Ainun Nisa, Ning Rosianah, Diky Anggoro Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut
Lebih terperinciINTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK
INTERFEROMETER MICHELSON DAN CCD WEBCAM SEBAGAI PENENTU FREKUENSI GETAR OBJEK Afdhal Muttaqin, Nadia Mayani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand Limau Manis, Padang, 25163 Email: allz@fmipa.unand.ac.id
Lebih terperinciCetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura
Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4
PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4 Wiwis Sasmitaninghidayah*, Ari Santoso**, dan Agus Rubiyanto* *Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciPENGUKURAN INDEKS BIAS ALKOHOL DENGAN MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON SKRIPSI
PENGUKURAN INDEKS BIAS ALKOHOL DENGAN MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON SKRIPSI Oleh HARTIJAH FASILATIFA NIM 081810201001 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER
Lebih terperinciKISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi
KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman
Lebih terperinciBAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC
BAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC Interferometer Sagnac terbagi 2 yaitu Interferometer Sagnac aktif dan pasif. Apabila sumber laser berada di dalam ring resonator disebut Aktif
Lebih terperinciSIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11, No.3, Juli 2008 hal 97-102 SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Rahmadi Setyawan, Evi Setiawati, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan Firdausi. Jurusan Fisika Universitas
Lebih terperinciSISTEM OPTIK INTERFEROMETER MICHELSON MENGGUNAKAN DUA SUMBER LASER UNTUK MEMPEROLEH POLA FRINJI. Yayuk Widamarti*, Minarni, Maksi Ginting
SISTEM OPTIK INTERFEROMETER MICHELSON MENGGUNAKAN DUA SUMBER LASER UNTUK MEMPEROLEH POLA FRINJI Yayuk Widamarti*, Minarni, Maksi Ginting Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun
KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi
Lebih terperinciOLIMPIADE SAINS NASIOANAL
OLIMPIADE SAINS NASIOANAL Pelajaran Rumpun Materi Tingkat : Fisika : Cahaya dan Optika : Kabupaten / Kota A. PILIHAN GANDA 1. Berikut ini adalah beberapa pernyataan yang berkaitan dengan cahaya : 1. Umbra
Lebih terperinciKompetensi. 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi.
04:55:45 Kompetensi 1.Mahasiswa mampu menentukan perbedaan fasa antara dua buah gelombang. 2.Mahasiswa mampu menentukan pola gelap-terang hasil interferensi. 04:56:01 Merupakan superposisi gelombang harmonik.
Lebih terperinciHANDOUT FISIKA KELAS XII (UNTUK KALANGAN SENDIRI) GELOMBANG CAHAYA
YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id HANDOUT
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson akibat perbedaan ketebalan benda transparan dengan metode image processing
Lebih terperinciDeteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target
Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Hilyati N., Samian, Moh. Yasin, Program Studi Fisika Fakultas Sains
Lebih terperinciXpedia Fisika. Optika Fisis - Soal
Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus
Lebih terperinciPENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR
10 Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 1, Oktober 2010 PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR Emmilia Agustina Abstrak: Kayu
Lebih terperinciBerkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal 91-96
UJI INTERFEROMETRI BAHAN TRANSPARAN DALAM MEDAN MAGNET LUAR K. Sofjan Firdausi 1,, Sulistya Budiwati, Asep Y. Wardaya 1, Priyono 3, dan Wahyu Setia Budi. 1. Lab. Fisika Atom dan Nuklir,. Lab. Optoelektronik
Lebih terperinciBAB II : PEMBIASAN CAHAYA
BAB II : PEMBIASAN CAHAYA I.. Pembiasan Ketika sebuah cahaya mengenai sebuah permukaan bidang batas yang memisahkan dua medium berbeda, maka energi cahaya tsb dipantulkan dan memasuki medium kedua. Perubahan
Lebih terperinciPenentuan Nilai Koefisien Linear Magneto Optik Bahan Transparan Menggunakan Interferometer Michelson
Penentuan Nilai Koefisien Linear Magneto Optik Bahan Transparan Menggunakan Interferometer Michelson Natanael Roni Budi Handoko, Drs. K. Sofjan Firdausi, Evi Setiawati M,Si INTISARI Telah dilakukan penelitian
Lebih terperinciEKSPERIMEN RIPPLE TANK. Kusnanto Mukti W M Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK
EKSPERIMEN RIPPLE TANK Kusnanto Mukti W M0209031 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperimen ripple tank ini dilakukan dengan mengamati bentuk-bentuk gelombang
Lebih terperinciDisusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)
Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :
Lebih terperinciPengukuran Kualitas Madu Bunga Berdasarkan Konstanta Efek Kerr yang Diukur Menggunakan Interferometer Michelson
Pengukuran Kualitas Madu Bunga Berdasarkan Konstanta Efek Kerr yang Diukur Menggunakan Interferometer Michelson Misto, Widayanti, I.R., Arkundato, A. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember Jln. Kalimantan
Lebih terperinciEksperimen Michelson Morley pada Media Non-vakum Rira Nurmaida dan Nuri Trianti Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB
Eksperimen Michelson Morley pada Media Non-vakum Rira Nurmaida dan Nuri Trianti Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB Kata Kunci: Eksperimen Michelson Morley, Non-vakum
Lebih terperinciJURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No.02,juli 2015
JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No.02,juli 2015 Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Sebagai Pendeteksi Ketebalan Bahan Transparan Dengan Metode Image Processing Menggunakan
Lebih terperinci6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR
6.4! LIGHT ( B. LENSA ) NOOR 17 Menurunkan hukum pembiasan. 21 Mendeskripsikan pengertian bayangan nyata dan bayangan maya. INDIKATOR KD - 6.4 ( B. LENSA ) 18 Menjelaskan makna indeks bias medium. 19 Mendeskripsikan
Lebih terperinciSensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler
Sensor Indeks Bias Larutan Menggunakan Fiber Coupler Zilda Qiftia¹, Samian¹, dan Supadi¹. ¹Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Univesitas Airlangga, Surabaya. Email: zqiftia@gmail.com Abstrak.
Lebih terperinciLampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!
LAMPIRAN Tahap I : Menggambarkan garis normal dari bidang batas yang datar No. Soal No. Soal 1. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar
Lebih terperinciCAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM
CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil
Lebih terperinciMODUL FISIKA SMA Kelas 10
SMA Kelas 0 A. Pendahuluan Optika geometri adalah ilmu yang membahas tentang sifat-sifat cahaya Sifat-sifat Cahaya yang dipelajari meliputi. Pemantulam cahaya 2. Pembiasan cahaya 3. Alat-alat optik Cahaya
Lebih terperinciPerancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-87 Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyono, dan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK
ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA
Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas Fisika Panas dan Gelombang IT012211 / 2 SKS Sistem Komputer Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengertian Panas Temperatur dan Termometer, Jumlah Panas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan
Lebih terperinciAnalisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk Menentukan Indeks Bias Bahan Transparan Berbasis Image Processing
Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk Menentukan Indeks Bias Bahan Transparan Berbasis Image Processing Riza Amelia, Gurum Ahmad Pauzi, Warsito Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata.
BAB III OPTIK Kompetensi dasar : Memahami ciri-ciri cermin dan lensa Indikator Tujuan pembelajaran : : - Sifat dan fungsi cermin datar, cekung, dan cembung diidentifikasi - Hukum pemantulan dibuktikan
Lebih terperinciInterferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi.
Interferometer Fabry Perot : Lapisan optis tipis, holografi. KELOMPOK 2 Anggota : Amry Priswanto 135090807111001 Achmad Ainul Yaqin 135090301111014 Aulia Ainur Rohmah 135090301111028 Talitha Dea Ambarwati
Lebih terperinciDeskripsi Mata FISIKA DASAR I / FI321
Deskripsi Mata FISIKA DASAR I / FI321 Mata kuliah ini adalah matakuliah wajib merupakan prasyarat bagi kelompok mata kuliah keahlian program studi pada program S-1 Program Studi Pendidikan Fisika Program
Lebih terperinciDeteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler
Deteksi Kadar Glukosa dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Menggunakan Fiber Coupler Fina Nurul Aini, Samian, dan Moh. Yasin. Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika, FST Universitas Airlangga,
Lebih terperinciJenis dan Sifat Gelombang
Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah
Lebih terperinciKumpulan Soal Fisika Dasar II.
Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]
Lebih terperinciUJI KESEMPURNAAN LENSA BERDASARKAN SIFAT ABERASI LENSA MENGGUNAKAN METODE INTERFEROMETER TWYMAN-GREEN Oleh Indah Warni J2D002202
UJI KESEMPURNAAN LENSA BERDASARKAN SIFAT ABERASI LENSA MENGGUNAKAN METODE INTERFEROMETER TWYMAN-GREEN Oleh Indah Warni J2D002202 INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang perubahan pola frinji akibat
Lebih terperinciStudi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas
Studi Awal Aplikasi Fiber coupler Sebagai Sensor Tekanan Gas Samian, Supadi dan Hermawan Prabowo Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya Kampus C Mulyorejo, Surabaya
Lebih terperinciMacam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar.
BAB V CAHAYA Cahaya adalah gelombang yang memindahkan tenaga tanpa perambatan massa. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari beberapa macam warna. Di dalam ruang hampa warna warna
Lebih terperinciPERANGKAT LUNAK PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN DAN LENSA. Nirsal Dosen tetap yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo
PERANGKAT LUNAK PEBENTUKAN BAYANGAN PADA CERIN DAN LENSA Nirsal Dosen tetap yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo Email: nirsal_e@yahoo.co.id Abstrak Dalam Ilmu isika banyak materi yang menarik untuk
Lebih terperinciANALISIS INTERFERENSI CAHAYA LASER TERHAMBUR MENGGUNAKAN CERMIN DATAR BERDEBU UNTUK MENENTUKAN INDEKS BIAS KACA
Jurnal Fisika Vol. 3 No. 1, Mei 2013 1 ANALISIS INTERFERENSI CAHAYA LASER TERHAMBUR MENGGUNAKAN CERMIN DATAR BERDEBU UNTUK MENENTUKAN INDEKS BIAS KACA Emi Sulistri 1, *, Masturi 2 1 Pascasarjana, Universitas
Lebih terperinciANALISA DEFORMASI PELAT LOGAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOIRE PROYEKSI
ANALISA DEFORMASI PELAT LOGAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE MOIRE PROYEKSI Donny Adibrata 2405 100 001 Pembimbing: Ir. Heru Setijono M.Sc. Laboratorium Rekayasa Fotonika Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri
Lebih terperinciBAB II. Landasan Teori
BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser
LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Ari Kusumawardhani NPM : 1406572302 Fakultas : Teknik Departemen/Prodi : Teknik Sipil/Teknik Sipil Kelompok Praktikum : 9 Kode Praktikum : OR01
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah
Lebih terperinciKey words : external electrics field, non-linear optics, polarization, polarization angle
ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK LUAR TERHADAP SUDUT PUTAR POLARISASI SINAR LASER DALAM LARUTAN GULA DAN GLISERIN Oleh: Linda Perwirawati, K.Sofjan Firdausi, Indras M Laboratorium Optoelektronik & Laser
Lebih terperinciLAPORAN R-LAB. Pengukuran Lebar Celah
LAPORAN R-LAB Pengukuran Lebar Celah Nama : Ivan Farhan Fauzi NPM : 0806399035 Fakultas Departemen Kode Praktikum : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam : Fisika : OR02 Tanggal Praktikum : 27 April 2009
Lebih terperinciFisika Optis & Gelombang
Fisika Optis & Gelombang 1 Pemantulan & Pembiasan Saat cahaya yang merambat melalui suatu medium menemui bidang batas antara 2 medium dapat terjadi proses pemantulan dan/atau pembiasan Pemantulan: sebagian
Lebih terperinciPENENTUAN TEBAL BAHAN TRANSPARAN
PENENTUAN TEBAL BAHAN TRANSPARAN (ZnO) MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON Sulung Edy Nugroho, K. Sofyan Firdausi, Indras Marhaendarjaya ( Mahasiswa Fisika FMIPA Undip, Dosen Fisika Fakultas FMIPA Undip)
Lebih terperinciStudi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran
Studi Difraksi Fresnel Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya Monokromatis Menggunakan Celah Bentuk ingkaran Oleh : Arinar Rosyidah / JD 00 186 008 ABSTRAK Telah dilakukan studi difraksi Fresnel
Lebih terperinciCahaya. Bab. Peta Konsep. Gambar 17.1 Pensil yang dicelupkan ke dalam air. Cermin datar. pada. Pemantulan cahaya. Cermin lengkung.
Bab 7 Cahaya Sumber: Dokumen Penerbit Gambar 7. Pensil yang dicelupkan ke dalam air Coba kamu perhatikan Gambar 7.. Sebatang pensil yang dicelupkan ke dalam gelas berisi air akan tampak bengkok jika dilihat
Lebih terperinciPENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN
PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Niken Larasati
Lebih terperinciLAPORAN R-LAB. Pengukuran Panjang Gelombang Laser
LAPORAN R-LAB Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Humuntar Russell N H NPM : 1106052493 Fakultas Departemen Kode Praktikum : Teknik : Teknik Mesin : OR01 Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2012 Kelompok
Lebih terperinciPENGUKURAN NILAI PANJANG KOHERENSI DUA SUMBER LASER MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON
PENGUKURAN NILAI PANJANG KOHERENSI DUA SUMBER LASER MENGGUNAKAN INTERFEROMETER MICHELSON Dhiesta Anggrainie, Minarni, Tengku Emrinaldi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus
Lebih terperinciIdentifikasi Sifat Optis Media Air dan Larutan Garam Dalam Medan Magnet Luar
Berkala Fisika ISSN : 0-966 Vol.8, No., Januari 00, hal -6 Identifikasi Sifat Optis Media Air dan Larutan Garam Dalam Medan Magnet Luar K. Sofjan Firdausi,, Widarsono, Priyono, Much Azam, Indras M,, Asep
Lebih terperinciGelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr
Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium
Lebih terperinciSifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i
Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang
Lebih terperinciBAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK
DAFTAR ISI DAFTAR ISI...1 BAB 24. CAHAYA : OPTIK GEOMETRIK...2 24.1 Prinsip Huygen dan Difraksi...2 24.2 Hukum-Hukum Pembiasan...2 24.3 Interferensi Cahaya...3 24.4 Dispersi...5 24.5 Spektrometer...5 24.6
Lebih terperinciReview Studi Difraksi Fresnel Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran
Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol 11., No., April 008, hal 39-43 Review Studi Difraksi Fresnel Menggunakan Celah Bentuk Lingkaran Arinar Rosyidah, Indras Marhaendrajaya, K.Sofjan Firdausi Jurusan Fisika,
Lebih terperinciJARAK FOKUS LENSA TIPIS
JARAK FOKUS LENSA TIPIS Dian Saputri Yunus, Ni Nyoman Putri Ari, Fitri Safitri, Sadri. LABORATORIUM FISIKA DASAR JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Abstrak Telah dilakukan
Lebih terperinciPEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR
PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe
Lebih terperinciPerancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik
Perancangan Sensor Kebakaran (Asap) Menggunakan Serat Optik Plastik Oleh : Desica Alfiana 2408100015 Pembimbing I : Ir. Heru Setijono, MSc Pembimbing II : Agus M. Hatta, ST, MSi, PhD 9/7/2012 Seminar Tugas
Lebih terperinciGambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)
3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya
Lebih terperinciA. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.
Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang
Lebih terperinciO L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I
CAHAYA O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I PETA KONSEP Cahaya Dualisme Cahaya Kelajuan Cahaya
Lebih terperinciPENDALAMAN MATERI CAHAYA
PENDALAMAN MATERI CAHAYA Cahaya digolongkan sebagai suatu bentuk radiasi. Radiasi adalah sesuatu yang memancar keluar dari suatu sumber tetapi bukan merupakan zat. Cahaya dapat dilihat mata manusia. Cahaya
Lebih terperinciK13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika
K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Optika Geometri - Soal Doc Name : RK13AR11FIS1101 Version : 2016-12 halaman 1 01. Seberkas sinar datang menumbuk bidang pantul I kemudian dipantulkan menuju bidang
Lebih terperinciPEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL
Laporan Hasil Praktikum PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Disusun Oleh : Daning Herawati 36 / XII IPA 5 SMA NEGERI 2 JEMBER Tahun ajaran 2014/2015 A. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki sifat pembiasan pada
Lebih terperinciISSN: Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 163 Oktober 2013
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2013) Vol.3 No.2 Halaman 163 Oktober 2013 Desain Sensor Serat Optik Sederhana untuk Mengukur Konsentrasi Larutan Gula dan Garam Berbasis Pemantulan
Lebih terperinciSATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO. Satuan Acara Pembelajaran
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI- UNDIP SAP 1.9.4 xxx Revisi ke : Tanggal : 5-11-212 Dikaji Ulang Oleh : Ketua Jurusan Fisika Dikendalikan Oleh : GPM Fak Disetujui Oleh : Fakultas
Lebih terperinciSTRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA. 2 Foton adalah paket-paket cahaya atau energy yang dibangkitkan oleh gerakan muatan-muatan listrik
STRUKTUR MATERI GELOMBANG CAHAYA NAMA : ST MANDARATU NIM : 15B08044 KD 3.1 KD 4.1 : Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahayadalam tekhnologi : merencanakan dan melaksanakan percobaan interferensi
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit
BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi
Lebih terperinciPENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF
Berkala Fisika ISSN : 11-966 Vol 1, No., Oktober 7 hal. 18-186 PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Lilik Eko Jatwiyono, Heri Sugito, K. Sofjan
Lebih terperinci*cermin datar terpendek yang diperlukan untuk dapat melihat seluruh bayangan adalah: SETENGAH dari TINGGI benda itu.
OPTIK A. OPTIKA GEOMETRI Optika geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena perambatan cahaya seperti pemantulan dan pembiasan. 1. Pemantulan Cahaya Cahaya adalah kelompok sinar yang kita lihat.
Lebih terperinciA. PENGERTIAN difraksi Difraksi
1 A. PENGERTIAN Jika muka gelombang bidang tiba pada suatu celah sempit (lebarnya lebih kecil dari panjang gelombang), maka gelombang ini akan mengalami lenturan sehingga terjadi gelombang-gelombang setengah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK
BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK Tujuan Instruksional Umum Bab II menjelaskan konsep-konsep dasar optika yang diterapkan pada komunikasi serat optik. Tujuan Instruksional Khusus Pokok-pokok bahasan
Lebih terperinciGambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.
EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue
Lebih terperinciFisika I. Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 20:12:40. m2π, di mana m = 0,1,2,... (2n-1)π, di mana n =1,2,3,...
Interferensi Interferensi Lapisan Tipis (Gelombang Pantul) 0:1:40 = k AB (k 1 AC + ) n 1 C (1) () layar maksimum;0,π,4π,6π,... minimum;π,3π,5π,... mπ, di mana m = 0,1,,... (n-1)π, di mana n =1,,3,... t
Lebih terperinci