Kajian Ekonomi Regional Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Jakarta"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi Regional Jakarta Triwulan IV - 29

2 Triwulan IV-29 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Jakarta Triwulan IV-29 ini dapat diselesaikan. Buku KER berisi informasi mengenai perkembangan terkini ekonomi dan perbankan di Jakarta yang di era otonomi daerah keberadaannya dirasakan semakin penting. Tujuan dari penyusunan buku laporan triwulanan ini untuk memenuhi kebutuhan Bank Indonesia dalam mempertajam informasi tentang perekonomian regional khususnya DKI Jakarta, sehingga dapat mendukung formulasi kebijakan moneter Bank Indonesia. Selain itu, juga ditujukan untuk memberikan informasi kepada stakeholder tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta, dengan harapan informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Jakarta. Cakupan kajian di dalam buku KER meliputi kajian perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, keuangan daerah, dan outlook perekonomian ke depan. Berdasarkan asesmen pada triwulan IV-29, secara umum pertumbuhan ekonomi Jakarta meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, hal tersebut terlihat dari beberapa indikator ekonomi telah menunjukkan perbaikan. Kinerja perbankan masih relatif terjaga dan inflasi masih berada pada level yang rendah. Dengan perkembangan tersebut dan tren indikator-indikator ekonomi yang terus mengalami perbaikan, menambah optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-21 akan terus membaik. Namun masih tingginya ketidakpastian perekonomian global dan berlakunya kesepakatan perdagangan bebas dengan beberapa negara perlu terus diwaspadai agar tidak memberikan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta, sehingga upaya-upaya untuk meminimalisasi dampak tersebut perlu mendapat prioritas. Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas kajian buku ini. Untuk itu masukan dan terutama informasi data terkini, serta kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya, pada kesempatan ini kami juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini. Jakarta, 5 Februari 21 BIRO KEBIJAKAN MONETER Sugeng ii

3 Triwulan IV-29 Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF halaman v BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL halaman 1 Sisi Permintaan halaman 2 Sisi Penawaran halaman 8 BOKS I : PENERAPAN ASEAN CHINA FREE TRADE AGREEMENT (AC-FTA) DAN IMPLIKASINYA KE JAKARTA halaman 17 BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA halaman 21 BOKS II : KECENDERUNGAN PENURUNAN PORSI PENGELUARAN PANGAN MASYARAKAT JAKARTA DAN IMPLIKASI TERHADAP INFLASI JAKARTA halaman 25 BOKS III : PENTINGNYA PERLUASAN TUGAS PEMANTAUAN HARGA PANGAN MENJADI TIM PENGENDALIAN INFLASI (TPID) halaman 27 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN halaman 31 Intermediasi Perbankan halaman 31 Risiko Kredit Perbankan halaman 33 Kredit UMKM halaman 34 BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 35 Transaksi RTGS halaman 35 Transaksi Kliring halaman 35 Transaksi Tunai halaman 37 BAB V. KEUANGAN DAERAH halaman 39 Realisasi Belanja APBD 29 halaman 4 Realisasi Pendapatan APBD 29 halaman 41 Rencana APBD 21 halaman 42 iii

4 Triwulan IV-29 BAB VI. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT halaman 43 Ketenagakerjaan halaman 43 Upah halaman 44 Kemiskinan halaman 45 Indeks Kesengsaraan halaman 45 Indeks Pembangunan Manusia halaman 46 BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI halaman 49 Asumsi Dan Skenario Yang Digunakan halaman 49 Pertumbuhan Ekonomi halaman 51 Inflasi halaman 55 Faktor Risiko halaman 55 iv

5 Triwulan IV-29 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Jakarta pada triwulan IV-29 diprakirakan akan tumbuh sebesar 5,2-5,6%(yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya (5,1%, yoy). Di sisi permintaan, pendorong optimisme peningkatan tersebut adalah masih tingginya konsumsi rumah tangga, peningkatan kinerja ekspor dan investasi. Dari sisi penawaran, sektor utama diperkirakan akan membaik terutama yang mempunyai berkontribusi besar (sektor keuangan, industri, PHR dan, bangunan). Secara umum perkembangan harga-harga di DKI Jakarta masih dalam tren menurun dan berada pada level yang rendah. Perkembangan hal-hal tersebut didukung oleh kondisi perbankan Jakarta yang relatif terjaga dan perkembangan sistem pembayaran yang masih tetap dapat memenuhi kebutuhan transaksi perekonomian. Selain itu, stimulus fiskal dari APBD Jakarta hingga akhir tahun 29 yang membaik, sebagaimana ditunjukkan oleh realisasi yang meningkat dibanding tahun sebelumnya, turut membantu pertumbuhan ekonomi Jakarta. Apabila tren perkembangan perbaikan kondisi tersebut terus berlanjut ditambah semakin membaiknya kondisi ekonomi global, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-21 diprakirakan akan terus meningkat menjadi sebesar 5,3%-5,7% (yoy). Perkembangan Makro Regional Perkembangan beberapa indikator utama ekonomi Jakarta mengindikasikan bahwa perekonomian Jakarta terus membaik sejak triwulan III-9. Perbaikan ekonomi tersebut terindikasi dari tren membaiknya indikator penuntun (leading indicator) yang sudah menunjukkan arah ekspansi sejak triwulan III-29. Sementara dari indikator dini (prompt indicator) pun pada triwulan IV-29, trennya terus mengalami peningkatan. Faktor pendorong perbaikan tersebut utamanya adalah berkaitan dengan kegiatan konsumsi dan ekspor, karena adanya peningkatan daya beli, perbaikan ekonomi domestik, dan membaiknya perekonomian negara mitra dagang terutama di Asia, Amerika, dan Eropa. Indikasi perbaikan tersebut tercermin dari perkembangan beberapa indikator dini untuk konsumsi, ekspor impor, dan investasi. Perbaikan yang sama terjadi pada sisi penawaran. Komponen PDRB sisi permintaan menunjukkan konsumsi masih kuat, investasi dan ekspor meningkat. Konsumsi diprakirakan tetap kuat, yang diyakini akan tumbuh lebih dari 6%, karena indikator dini konsumsi dan daya beli masih dalam tren meningkat sejak triwulan III- v

6 Triwulan IV Investasi menjelang akhir tahun diperkirakan meningkat. Pada investasi swasta terutama terjadi pada investasi bangunan untuk penyelesaian target tahun 29, sementara investasi pemerintah berupa pembangunan infrastruktur. Komponen ekspor akan membaik seiring pulihnya kondisi perekonomian global dan akan mendorong ekspor industri manufaktur. Impor yang masih didominasi oleh impor bahan baku dengan porsi mencapai 66% dari total impor Jakarta, menyebabkan impor juga diperkirakan akan tetap tinggi. Seiring perkembangan permintaan domestik (konsumsi dan investasi) dan membaiknya permintaan eksternal yang masih kuat mendorong laju pertumbuhan sektor utama Jakarta. Konsumsi yang masih kuat ditambah permintaan ekspor menyebabkan permintaan terhadap sektor industri mulai bertumbuh, sehingga jumlah barang yang diperdagangkan di dalam negeri pun bertambah (termasuk barang dari impor), yang kemudian direspons oleh peningkatan sektor perdagangan, keuangan, dan pengangkutan. Sementara meningkatnya investasi berkaitan dengan perkembangan sektor bangunan, seiring penyelesaian proyek infrastruktur Pemda dan swasta untuk mencapai target tahun 29. Perkembangan Inflasi Regional Pada triwulan IV-29, perkembangan harga-harga secara umum di DKI Jakarta masih dalam tren menurun. Meskipun terdapat hari besar keagamaan (natal), permintaan masyarakat terhadap kebutuhan barang-barang kebutuhan pokok relatif normal, sehingga inflasi IHK (indeks harga konsumen) pada triwulan ini menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (2,63%,yoy), menjadi sebesar 2,34%(yoy). Selain itu, penurunan tersebut terutama akibat pengaruh faktor nonfundamental yaitu administered prices terkait turunnya tarif transportasi dan terjaganya pasokan bahan makanan (volatile foods). Kemudian secara triwulanan, inflasi triwulan IV-29 juga mencatat penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 1,73% menjadi,58%. Perkembangan Perbankan dan Pasar Keuangan Secara umum, kondisi perbankan Jakarta pada triwulan IV-29 relatif terjaga karena resiko kredit tetap terkendali, namun fungsi intermediasi belum menunjukkan ekspansi sebagaimana tahun sebelumnya. Terjaganya kondisi perbankan tercermin dari rasio gross Non Performing Loan (NPL) yang tetap terkendali di bawah 5%. vi

7 Triwulan IV-29 Sementara perkembangan kegiatan intermediasi perbankan belum menunjukkan tren peningkatan sebagaimana terpantau dari perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih melambat menjadi 12,8% (y-o-y), dan kredit yang menurun,6% (yoy). Dari sisi kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) penyaluran kredit di Jakarta masih tertinggi dibanding provinsi lainnya, dan masih bertumbuh. Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan sistem pembayaran sampai triwulan IV-29 masih tetap dapat memenuhi kebutuhan transaksi perekonomian. Transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) masih tinggi baik dari sisi volume ( transaksi per hari) maupun nilai (Rp 61,17 triliun per hari). Sementara pelayanan non tunai lainnya (kliring) juga menunjukkan kinerja membaik sebagaimana ditunjukkan oleh rendahnya persentase tolakan kliring (nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak masing-masing adalah,65% dan,31%). Sementara perkembangan kegiatan sistem pembayaran tunai di wilayah DKI Jakarta relatif stabil dan dapat memenuhi aktivitas kegiatan ekonomi. Selain itu, kegiatan pemantauan terhadap uang palsu menunjukkan penurunan persentase temuan uang palsu. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi APBD Pemprov DKI Jakarta tahun 29 menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari penyerapan belanja 29 APBD DKI Jakarta yang mencapai 87,2%, lebih tinggi daripada tahun 28 (81,1%). Demikian pula realisasi pendapatan daerah yang mencapai 98,9% dari anggaran yang direncanakan. Faktor yang mendukung meningkatnya realisasi APBD adalah pengesahan APBD Jakarta 29 yang lebih awal, serta beberapa upaya percepatan penyerapan yang ditempuh Pemprov DKI Jakarta misalnya penetapan dan pemantauan secara berkala target penyerapan setiap triwulan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Kesejahteraan Masyarakat Tingkat kesejahteraan masyarakat di DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV-29 diperkirakan mengalami peningkatan. Beberapa indikator kesejahteraan mengalami perbaikan diantaranya angka pengangguran di DKI menurun, dari 12,16% pada tahun 28 menjadi vii

8 Triwulan IV-29 12,15% pada tahun 29 namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional (7,87%). Persentase tingkat kemiskinan sedikit mengalami perbaikan, yaitu turun dari 4,3% menjadi 3,6%. Indikator-indikator kesejahteraan lain, seperti indeks pembangunan manusia meningkat tipis, upah juga meningkat, disertai penurunan indeks kesengsaraan. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Indikator ekonomi Jakarta semakin membaik mendorong optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I- 21 diprakirakan akan terus meningkat menjadi sekitar 5,3%- 5,7% (yoy). Peningkatan tersebut diprakirakan akan ditopang oleh tingkat konsumsi RT yang masih kuat dan terus membaiknya kinerja ekspor. Sementara dari sisi sektoral, sektor utama yaitu sektor keuangan, perdagangan, dan industri diperkirakan masih akan meningkat seiring dengan perbaikan ekonomi dunia dan domestik. Sementara itu, inflasi regional Jakarta pada akhir triwulan I-21 diperkirakan masih terjaga dan masih pada level yang rendah. Inflasi regional Jakarta pada akhir triwulan I-21 diperkirakan masih terjaga dan namun mulai kembali ke pola normalnya. Faktor pendorong stabilnya inflasi antara lain terjaganya pasokan dan distribusi bahan makanan dan masih terdapatnya kapasitas produksi yang dapat ditingkatkan. Namun demikian, pola inflasi akan kembali normal karena semakin membaiknya konsumsi dan munculnya tekanan pada imported inflation. viii

9 Triwulan IV-29 BAB I KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL Perekonomian Jakarta pada triwulan IV-29 diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,2-5,6%(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,1%(yoy). Di sisi permintaan, konsumsi rumah tangga masih tinggi, investasi dan ekspor/impor mengalami peningkatan. Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tetap tinggi karena masih kuatnya daya beli. Investasi mengalami peningkatan karena optimisme terhadap kondisi usaha dan bisnis domestik terindikasi mengalami perbaikan. Kinerja ekspor membaik, seiring pulihnya permintaan global dari beberapa negara mitra dagang utama. Selanjutnya, dengan perbaikan ekspor dan permintaan domestik, impor diperkirakan juga akan membaik. Sementara dari sisi penawaran, perkembangan permintaan domestik yang masih kuat, peningkatan investasi dan permintaan eksternal turut mendorong laju pertumbuhan sektor utama Jakarta. Perbaikan kondisi ekonomi Jakarta tersebut juga dikonfirmasi oleh jumlah PHK yang tidak mengalami perubahan sejak pertengahan Juni 29. Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja per posisi Oktober 29, tenaga kerja yang di PHK tercatat sebesar 18.9 orang. 1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Jakarta Perkembangan leading indicators PDRB mengindikasikan bahwa perekonomian telah berada dalam siklus ekspansi. Perbaikan indikator penuntun tersebut karena meningkatnya nilai komponenkomponen indikator penuntun yang berhubungan dengan kegiatan konsumsi (survei penjualan eceran dan nilai transfer menggunakan RTGS), investasi (indeks produksi industri dan impor barang modal) dan ekspor (nilai tukar riil dan nilai ekspor). Membaiknya perekonomian negara mitra dagang terutama di Asia, Amerika, dan Eropa, mulai meningkatkan permintaan komoditas manufaktur dari Jakarta. 13 Composit Leading Indicator PDRB Jakarta (leading 3 bulan mulai Oktober 29) fase kontraksi fase kontraksi Composite indicators: SPE,IPI, impor barang modal,rer,rtgs, total ekspor PDRB Jakarta CLI Grafik I.1 Leading Indikator PDRB Jakarta Dilihat dari strukturnya perekonomian Jakarta masih belum banyak mengalami perubahan. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Jakarta utamanya masih ditopang oleh konsumsi, sedangkan 1

10 Triwulan IV-29 dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi masih didukung oleh sektor tersier (perdagangan, pengangkutan, keuangan, dan jasa) kemudian diikuti oleh sektor sekunder dan primer. Sementara terhadap perekonomian nasional kontribusi Jakarta adalah sekitar 17,%. A. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, meningkatnya pertumbuhan PDRB triwulan IV-29 diprakirakan bersumber dari kuatnya konsumsi, peningkatan investasi dan ekspor. Konsumsi diprakirakan masih akan tumbuh lebih dari 6%. Indikator dini konsumsi dan daya beli masih dalam tren meningkat. Investasi menjelang akhir tahun diperkirakan meningkat. Investasi swasta terutama terjadi pada investasi bangunan untuk penyelesaian target tahun 29, demikian pula investasi pemerintah berupa pembangunan infrastruktur. Ekspor membaik seiring pulihnya kondisi perekonomian global. Ekspor utama Jakarta terutama ke ASEAN, Amerika, dan Eropa, nilainya terus mengalami peningkatan, khususnya untuk barang-barang industri manufaktur seperti garment, peralatan listrik, mesin, dan suku cadang. Seiring dengan meningkatnya ekspor industri manufaktur, impor juga diperkirakan akan membaik. Impor masih didominasi oleh impor bahan baku dengan porsi mencapai 66% dari total impor Jakarta. Tabel I.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, y-o-y) DKI I II III IV 28 I II III Proyeksi Tw IV Proyeksi 29 Konsumsi Investasi Ekspor (.5) - (.1) Impor Net Ekspor (16.9) - (16.5) (19.2 ) - (18.8) P D R B * angka sementara BPS DKI Jakarta p proyeksi BI melambat meningkat meningkat melambat Sumber : BPS, diolah 1. Konsumsi Pada triwulan IV-29, konsumsi diprakirakan masih akan tumbuh tinggi sekitar 6,4-6,8% (yoy), dengan tingkat pertumbuhan yang relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (6,7%). Tren beberapa indikator dini mengindikasikan stabil, seperti konsumsi bahan tahan lama (durable goods) yaitu alat rumah tangga, pakaian, dan bahan konstruksi 1 (grafik I.2), jumlah penjualan mobil/motor baru 2 1 Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia 2

11 Triwulan IV-29 (grafik I.3), maupun pengeluaran yang bersifat rutin seperti makanan (barang nondurable); serta konsumsi energi (listrik rumah tangga) (grafik I.4). Sementara tingkat konsumsi yang tetap stabil tinggi didorong persepsi konsumen 3 yang menyatakan bahwa saat ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan pembelian barang tahan lama. Persepsi konsumen tersebut ditopang oleh optimisme konsumen bahwa kondisi perekonomian juga terus membaik (grafik I.5), setidaknya bertahan hingga 6 bulan yang akan datang. 25 %, yoy Survei Penjualan Eceran 1 %, yoy Sumber: Dinas Pelayanan Pajak Jakarta g.indeks Alat RT g.bahan konstruksi g.pakaian g.makanan Grafik I. 2 Survei Penjualan Eceran g.pendaftaran Motor Baru g.pendaftaran Mobil Baru Grafik I. 3 Perkembangan Pendaftaran Mobil/Motor Baru 3 % Konsumsi Listrik Rumah Tangga 12 Indeks Survei Konsumen Kondisi Saat Ini Sumber : PLN dan Pertamina, diolah Linear (29) Grafik I. 4 Konsumsi Energi Rumah Tangga Grafik I. 5 Indeks Keyakinan Konsumen Saat Ini Tetap tingginya konsumsi masyarakat didukung oleh pembiayaan kredit konsumsi dari bank 4 maupun nonbank. Pembiayaan kredit konsumsi baik yang berasal dari bank maupun nonbank (pegadaian) mulai mengalami ekspansi (tumbuh lebih tinggi). Kredit konsumsi (riil) bank tumbuh sebesar 16,7% (per November 29) meningkat dibandingkan triwulan III-9 (13,6%) dan kredit pegadaian tumbuh 72,9% dibanding triwulan III-9 (62,4%). Kredit pegadaian menjadi salah satu pilihan pembiayaan bagi masyarakat menengah ke bawah, dengan porsi sekitar 12,3% dibandingkan dengan kredit bank. 2 Data dari Dinas Pelayanan Pajak, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 3 Survei Konsumen Bank Indonesia 4 Masyarakat yang menggunakan pembiayaan konsumsi yang berasal dari bank sekitar 3%, sebagian besar pembiayaan menggunakan dana sendiri (84,4%) (Hasil Quick Survei UMKM, Juni 29) 3

12 Triwulan IV % g.kredit kons riil (mtm) g.kredit kons riil (yoy) Grafik I.6 Perkembangan Kredit Konsumsi (Lokasi Proyek) Rp triliun I 28 II III IV I 29 Penyaluran Kredit %, yoy II III IV* g.penyaluran Kredit (rhs) Grafik I.7 Perkembangan Pembiayaan Pegadaian * data sementara Masih tingginya konsumsi terutama didorong oleh masih kuatnya daya beli masyarakat. Masyarakat Jakarta yang tergolong menengah ke atas (profesional) tidak terkena dampak krisis global 5, bahkan penghasilannya masih meningkat 3-17% (tabel I.2). Sementara daya beli kelompok menengah ke bawah secara umum akan meningkat dengan ditetapkannya UMR tahun 21 sebesar Rp , dan tidak bertambahnya jumlah PHK (per 16 Oktober tetap sejumlah 18.9 orang). Tahun Tabel I.2 Kenaikan Gaji Profesional FMCG Telekomunikasi TI Farmasi Bank Asuransi Logistik %,yoy Perusahaan MAPI %, yoy % 9% 6 9% 7 1 % 6 1% 9 13% 7 1% % 1 12% 8 1% 8 11% 9 12% 11 15% 9 12% I II III IV I II III IV I II III % 12 17% 9 11% 8 12% 1 15% 8 12% 9 12% Sumber : Riset BTI Consultants, Mei 29 total sales net income Sumber : BEJ dan Laporan Keuangan Perusahaan (diolah) Grafik I.8 Kinerja PT Mitra Adiperkasa 2. Investasi Investasi diprakirakan tumbuh meningkat 4,3-4,7% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya (4,2%). Indikator investasi nonbangunan seperti impor barang modal dan pendaftaran alat berat menunjukkan ada sedikit perbaikan (grafik I.9), demikian pula investasi bangunan (konsumsi semen, grafik I.1). Berdasarkan survei lembaga riset dan konsultan properti Cushman Wakefield, pada triwulan IV-9 perkembangan pasokan properti di Jakarta meningkat. Properti yang selesai pembangunannya antara lain Pusat Grosir Senen Jaya, apartemen (jual) mendapat tambahan 496 unit yang selesai (kumulatif menjadi unit), kantor (sewa) ada tambahan Menara Bidakara 2 (23. m 2, kumulatif menjadi 3,93 juta m 2 ). 5 hasil Survei Ipsos (Februari 29) 4

13 Triwulan IV %, yoy 8 % Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Pick Up,Truk,Alat Berat,Truk Tanki[baru] Nilai Impor Brg Modal Grafik I.9 Perkembangan Impor Barang Modal dan Pendaftaran Alat Berat Baru % g.kons Semen Jkt(m t m) g.kons Semen Jkt(y o y) Grafik I.1 Konsumsi Semen Total IPO (Rp miliar) rhs g.kredit inv riil (yoy) Grafik I.11 Pembiayaan Investasi Indikator pembiayaan investasi mengindikasikan peningkatan. Pembiayaan investasi yang berasal dari dana perbankan yang berlokasi di Jakarta hanya menunjukkan tren peningkatan tipis menjadi 1,6% (riil, y- o-y), dibandingkan triwulan sebelumnya (-1,8%). Pembiayaan nonbank juga meningkat dengan adanya IPO saham dan obligasi pada triwulan IV-29 masing-masing untuk 7 emiten obligasi senilai Rp 8,8 triliun, dan 6 emiten saham senilai Rp 3,1 triliun. Optimisme terhadap kondisi usaha dan bisnis domestik mulai tumbuh. Investasi asing untuk investasi jangka panjang dalam bentuk foreign direct investment (FDI) hingga September 29 mencapai USD5,23 miliar, dan investasi domestik mencapai Rp 9,15 triliun. Optimisme pengusaha kondisi bisnis di dalam negeri membaik, terutama terkait dengan peningkatan pesanan dalam negeri dan stabilnya harga jual (grafik I.12). Perkembangan tersebut mendorong pesanan barang masukan (input) mengalami peningkatan. Situasi usaha (intern perusahaan) perkembangannya pun cukup baik, sehingga tidak menyebabkan terjadinya pertambahan jumlah PHK. Pengusaha memiliki ekspektasi bahwa situasi usaha akan semakin membaik, dan ke depan diperkirakan masih akan ada penambahan jumlah karyawan (grafik I.13). 5

14 Triwulan IV Indeks *) angka perkiraan Sumber : BPS, diolah 4 3 Indeks SBT Sumber : SKDU Jakarta * 1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 p Perkiraan ITB Order DN Riil Order LN Riil Harga Jual Riil Order Brg. Input Riil Grafik I.12 Ekspektasi Kegiatan Bisnis Jumlah karyawan Ekspektasi jumlah karyawan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Situasi Kegiatan Dunia Usaha Grafik I.13 Kegiatan Usaha 3. Kegiatan Ekspor-Impor 6 Kegiatan ekspor-impor di Jakarta pada triwulan IV-29 masih menunjukkan angka net ekspor yang negatif, yaitu berkurang dari negatif 25,9% menjadi sekitar negatif 16,5% s.d. 16,9%. Negatif net ekspor yang semakin kecil tersebut menunjukkan kegiatan ekspor yang mulai ada perbaikan dengan akselerasi sedikit lebih tinggi dibandingkan impor. Ekspor secara keseluruhan akan lebih baik, karena ekspor barang menunjukkan adanya tren peningkatan. Impor tumbuh lebih tinggi, seiring meningkatnya permintaan barang impor bahan baku untuk pasokan industri pengolahan yang khususnya untuk memenuhi permintaan domestik. 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Komposisi Ekspor Jakarta Luar negeri (36,7%) Domestik (63,3%) Jasa (7,%) Barang (3,%) Grafik I.14 Komposisi Ekspor Jakarta Perkembangan ekspor pada triwulan laporan diperkirakan akan meningkat sekitar 3,6 4,% dibandingkan triwulan sebelumnya (2,1%, yoy). Ekspor barang yang meningkat seiring tumbuhnya perekonomian negara mitra dagang di Asia, Amerika Serikat, dan Eropa berupa barang manufaktur, diantaranya pakaian jadi, mesin/mekanik, peralatan listrik, suku cadang/aksesoris, dan plastik (grafik I.16). Sementara ekspor jasa, sebagaimana ditunjukkan oleh lama menginap turis asing diperkirakan relatif stabil (grafik I.15). 6 Konsep ekspor-impor dalam PDRB, ekspor-impor termasuk kegiatan ekspor-impor domestik (perdagangan antara daerah dan atau antar pulau) (grafik I.14) 6

15 Triwulan IV hari Rata rata Lama Menghinap Tamu Asing 1 %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV Grafik I.15 Indikator Ekspor Jasa Pakaian Jadi Bahan plastik Peralatan listrik Sabun mandi dan cuci Grafik I.16 Pertumbuhan Nilai Ekspor Komponen Utama Manufaktur Jakarta Impor Jakarta diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,8-7,2%, meningkat tipis dibanding triwulan III-29 (7,%). Peningkatan impor, berasal dari bahan baku dan barang konsumsi. Porsi terbesar impor (8%) adalah bahan baku, sehingga pertumbuhannya tergantung permintaan sektor industri manufaktur. Kapasitas produksi sektor industri (makanan, logam, dan alat angkut) menunjukkan tren meningkat (grafik I.21) yang ditengarai berdampak kepada perbaikan pertumbuhan impor. Impor bahan baku utama yang terpantau membaik seperti besi/baja, mesin/mekanik, dan suku cadang terutama karena mulai tumbuhnya permintaan industri otomotif. Permintaan akan mobil dan motor mulai menunjukkan tren meningkat. Peningkatan yang sama terjadi pada barang kebutuhan industri lainnya seperti kimia organik, bahan plastik, dan peralatan listrik (grafik I.18). Sementara barang konsumsi, juga mengalami peningkatan permintaan, yang terkonfirmasi dari hasil penjualan barang eceran untuk makanan yang juga terpantau tumbuh tinggi %, yoy Sumber : Pelindo II (diolah) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q g.bongkar Antar Pulau g.muat Antar Pulau g.ekspor g.impor Grafik I.17 Perkembangan Arus Perdagangan di Terminal Konvensional Tj. Priok %, yoy Besi/baja Peralatan listrik Bahan plastik Kimia Organik Suku cadang & aksesori Kendaraan bermotor Bubur kertas & kertas Makanan olahan lain Grafik I. 18 Perkembangan Volume Impor Jakarta 7

16 Triwulan IV-29 B. SISI PENAWARAN Perkembangan permintaan domestik (konsumsi) yang masih kuat, peningkatan investasi, dan membaiknya permintaan eksternal yang masih kuat turut mendorong laju pertumbuhan sektor utama Jakarta. Sektor utama yang memberi sumbangan besar dalam struktur perekonomian Jakarta antara lain adalah keuangan, perdagangan, industri, pengangkutan/komunikasi, dan bangunan. Konsumsi yang masih kuat ditambah permintaan ekspor menyebabkan permintaan terhadap sektor industri mulai bertumbuh, sehingga jumlah barang yang diperdagangkan di dalam negeri pun bertambah (termasuk barang dari impor), yang kemudian direspons oleh peningkatan sektor perdagangan, keuangan, dan pengangkutan. Sementara meningkatnya investasi berkaitan dengan perkembangan sektor bangunan, seiring penyelesaian proyek infrastruktur pemda dan swasta untuk mencapai target tahun 29. Tabel I.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, y-o-y) DKI I II III IV 28 I II III Proyeksi Tw IV Proyeksi 29 Pertanian Pertambangan Industri Listrik Bangunan Perdagangan Pengangkutan Keuangan Jasa-jasa PDRB * angka sementara BPS DKI Jakarta p proyeksi BI melambat meningkat meningkat melambat Sumber : BPS, diolah 1. Industri Pada triwulan IV-29, sektor industri tumbuh terbatas dalam kisaran,1% s.d.,5%, dibandingkan triwulan sebelumnya (-,3%). Perbaikan pertumbuhan sektor industri terindikasi pada tren peningkatan penggunaan energi (listrik) (grafik I.19) dan indeks produksi industri (grafik I.2). Penggunaan kapasitas produksi industri, terutama makanan, logam, dan alat angkutan mulai terjadi peningkatan (grafik I.21). 8

17 Triwulan IV % Sumber : PLN, diolah 12 1 % % Sumber : CEIC, diolah g.kons Listrik Industri (mtm) g.kons Listrik Industri (yoy) Grafik I. 19 Konsumsi Energi Industri 1 Rincian Utilisasi Kapasitas (%) * data sementara I II III IV I II III IV* Makanan, minuman dan tembakau Kimia dan barang dari karet Alat angkutan, mesin dan peralatannya Total Industri Pengolahan Grafik I. 21 Penggunaan Kapasitas Produksi g.industrial Production Index(yoy) g.industrial Production Index(mtm) rhs Grafik I. 2 Indeks Produksi Industri Tabel I.4 Perkembangan Jumlah PHK Perkembangan PHK DKI Jakarta Tanggal Jumlah Selisih 11 Dec 8 14,268 14,268 6 Feb 9 15,55 1, Mar 9 16,65 1,1 24 Apr 9 17, May 9 17,15 5 Jun 9 17, Jun 9 18, Jun 9 18,9 1 Jul 9 18,9 24 Jul 9 18,9 21 Aug 9 18,9 26 Jul 9 18,9 11 Sep 9 18,9 16 Oct 9 18,9 Sumber : Depnakertrans Pertumbuhan industri yang terbatas diikuti oleh masih rendahnya pembiayaan perbankan untuk sektor industri. Perkembangan pembiayaan perbankan di sektor industri justru turun sekitar 19,8% (yoy). Namun demikian diperkirakan kredit pada sektor industri akan mengalami peningkatan, karena tren pertumbuhan pertumbuhan bulan November mencapai 1,6% (mtm) dibandingkan bulan Oktober (,7%) (grafik I.22). Hal lain yang perlu diperbaiki oleh pembiayaan sektor kredit adalah kinerja kredit yang masih dibawah batas yang diperkenankan (NPL >5%). 5 4 % % g.kredit Industri Riil (yoy) g.kredit Industri Riil (mtm) rhs Grafik I. 22 Kredit Sektor Industri Namun demikian ada optimisme bahwa pertumbuhan sektor industri akan membaik yang berasal dari permintaan domestik yang tetap kuat dan perbaikan pertumbuhan ekonomi global. 9

18 Triwulan IV-29 Kuatnya permintaan domestik tercermin dari hasil survei tendensi bisnis (BPS) (grafik I.12) yang menyatakan permintaan dalam negeri riil meningkat dengan harga jual yang stabil. Situasi kegiatan usaha hasil suvei Bank Indonesia (grafik I.13) menyatakan bahwa perbaikan kegiatan perekonomian akan memacu pengusaha untuk menambah jumlah karyawannya. Sampai dengan triwulan IV-9 memang perkembangan pertambahan jumlah PHK telah terhenti (per 16 Oktober 29). Secara lebih spesifik, permintaan industri otomotif (mesin) di dalam negeri (penjualan mobil/motor), alat berat, dan penjualan makanan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Seiring dengan peningkatan permintaan tersebut, industri melakukan penambahan produksi sehingga kapasitas produksinya meningkat. 2. Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh tinggi (15,2% - 15,6%) dan relatif stabil dibandingkan dengan triwulan III-29 (15,4%). Subsektor komunikasi diperkirakan masih menjadi kontributor utama terhadap masih tingginya pertumbuhan sektor ini. Trafik percakapan telepon seluler masih cukup tinggi. XL mencatatkan trafik percakapan suara 755 juta call per hari, sementara trafik SMS sebesar 32 juta SMS, dan data 3,8 terabyte. Pada saat hari Natal terjadi lonjakan sekitar 1 persen. Indosat mencatat pemakaian kapasitas 774 juta menit kanal suara, sedangkan kapasitas SMS mencapai 492 juta sms per hari. Pada saat Natal dan Tahun baru kira-kira terjadi lonjakan 123,6 persen. Sementara telkomsel terjadi lonjakan hampir 2 kali lipat dari normal 38 juta SMS/hari. Sementara dari subsektor transportasi, jumlah penumpang transportasi dalam kota (kereta Jabodetabek (grafik I.24) dan bus trans Jakarta (grafik I.25)) mengalami peningkatan masingmasing 7% dan 12,6%. Demikian pula moda transportasi antar daerah/negara (pesawat udara) yang melalui bandara Sukarno Hatta (grafik I.26) terjadi peningkatan sekitar 25% terutama untuk penerbangan internasional. 6 5 Jutaan orang % % % Sumber : BPS, diolah Cellular (telkomsel + Indosat+ProXL) (data perkiraan) g.pelanggan Cellular Jabodetabek (yoy) rhs Sumber : CEIC dan Pers Release Grafik I.23 Perkembangan Telepon Seluler g.pnpg KA Jabodetabek (yoy) g.pnpg KA Jabodetabek (mtm) Grafik I.24 Jumlah Penumpang KA Jabodetabek 1

19 Triwulan IV % Sumber : transjakartabusway.com %, yoy Sumber : BPS, diolah g.jumlah penumpang(yoy) g.jumlah penumpang(mtm) Grafik I. 25 Perkembangan Jumlah Penumpang Bus Trans jakarta g.penumpang Soekarno Hatta Total g.domestik g.internasional Grafik I. 26 Perkembangan Jumlah Penumpang Udara di Bandara Soekarno Hatta Pembiayaan perbankan terhadap sektor transportasi/komunikasi masih tinggi disertai dengan kinerja kredit yang membaik. Posisi kredit yang disalurkan perbankan pada sektor ini per posisi bulan November 29 tercatat sebesar Rp 52,2 triliun, naik 11,6% (y-o-y). Peningkatan kredit ini diikuti dengan peningkatan kinerja kredit yang semakin baik (NPLs sebesar 2,6%). Stabilnya pertumbuhan sektor ini diperkirakan karena jumlah pelanggan transportasi/komunikasi sudah cukup tinggi dan terjadi pergeseran pada penggunaan jasa komunikasi. Jumlah pelanggan seluler di Jakarta mulai stagnan (grafik I.23) sekitar 53 juta orang (dihitung dari pangsa pelanggan telepon seluler Jabodetabek yang sekitar 3-4% dari 134 juta pelanggan nasional). Namun demikian, berdasarkan lembaga riset Frost & Sullivan, di Indonesia terjadi pergeseran penggunaan dari basic telephony (suara dan SMS) menjadi Value Added Servicess (VAS) yang membutuhkan akses data. Survei lembaga tersebut menunjukkan bahwa 46 persen responden mengakses internet setiap hari (hasil survei 27 hanya 27 persen). Dari sisi pendapatan, broadband internet Telkom (posisi triwulan III-29) menghasilkan pendapatan sekitar Rp 1.85 miliar atau meningkat signifikan 91,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara operator XL menyatakan pendapatan jasa data naik 12 persen (kontribusi dari jasa data naik dari 26 persen menjadi 27,8 persen). Dari subsektor transportasi, jumlah penumpang bus trans Jakarta rata-rata mencapai 7 juta orang per bulan dengan tren yang stabil sejak awal Bangunan Sektor bangunan pada triwulan IV-29 tumbuh sebesar 6,6-7,%, meningkat tipis dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-29 (6,6%). Peningkatan pertumbuhan sektor bangunan diperkirakan bersumber dari pembangunan properti oleh swasta 11

20 Triwulan IV-29 maupun pemerintah. Pembangunan properti oleh swasta terjadi pada semua kelompok properti (retail, perkantoran, industri, apartemen jual dan sewa). Tambahan pasokan properti di Jakarta misalnya Pusat Grosir Senen Jaya Jakarta Pusat (retail); Menara Bidakara 2 (perkantoran), Gardenia Boulevard (apartemen jual); Kempinski Private Residences, Aston Marina, dan Pejaten Suites (apartemen sewa) (tabel I.5). Sementara untuk properti residensial, terjadi tren peningkatan untuk semua tipe (kecil, menengah, dan besar) (grafik I.27). Sementara pembangunan oleh pemerintah berupa kelanjutan Banjir Kanal Timur yang telah tembus ke Marunda dan perbaikan di beberapa ruas jalan. 2,5 2, 1,5 1, 5 Unit Terjual Perkembangan Penjualan Properti Residensial (Survei Properti DSM BI) TW IV 28 TW I 29 II 29 III 29 IV 29 TOTAL TIPE KECIL TIPE MENENGAH TIPE BESAR Grafik I.27 Hasil Survei Properti Residensial 1 %, y o y Konsumsi KPR/KPA s.d. Tipe 7 Konsumsi KPR/KPS di atas Tipe 7 Konsumsi Ruko/Rukan Kredit Konstruksi Grafik I.28 Kredit Sektor Konstruksi Tabel I.5 Perkembangan Pasokan Properti Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Retail Supply (cumulative supply, m 2 ) 2,98,4 3,8,1 3,26,1 3,192,1 3,374,7 3,396,8 Office Supply (cumulative supply, m 2 ) 3,7, 3,7, 3,81, 3,81, 3,91, 3,93, Industrial Supply (cumulative supply, Ha) 7,82 7,82 7,877 7,877 7,877 7,877 Condominium for Sale Supply (cumulative supply, unit) 68,177 68,514 7,614 72,435 73,963 74,974 Apartment Rental Supply (cumulative supply ) na 31,147 37,638 38,18 39,346 39,715 Sumber : Cushman Wakefield, diolah meningkat menurun Perkembangan pembiayaan perbankan sektor bangunan cenderung meningkat. Kredit perbankan untuk semua unit (KPR/KPA tipe <7, KPR/KPS >7, dan ruko/rukan) mulai Oktober 29 mulai ada peningkatan. Untuk apartemen jual ada sekitar 1.11 unit baru yang selesai terbangun pada triwulan ini. Dari sisi kinerja kredit, risiko kredit (NPLs) sektor bangunan trennya membaik (3,5%). Tabel I.6 Perkembangan Permintaan Properti Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Retail Demand (occupancy rate ) 77.8% 77.4% 76.9% 77.9% 75.1% 75.9% Office Demand (occupancy rate ) 86.2% 87.1% 84.7% 85.2% 83.9% 84.3% Industrial Demand (cumulative sale ) 71.6% 71.9% 72.2% 72.4% 72.7% 73.1% Condominium for Sale Demand (cumulative sales rate ) 94.16% 94.3% 94.1% 93.8% 94.1% 94.% Apartment Rental Demand (occupancy rate ) 7.91% 7.% 62.41% 61.46% 62.6% 62.9% Sumber : Cushman Wakefield, diolah meningkat menurun 12

21 Triwulan IV-29 Perkembangan bangunan didorong oleh perbaikan perekonomian. Optimisme bahwa akan terjadi perbaikan ekonomi mendorong permintaan masyarakat terhadap produk properti. Aktivitas leasing mengalami peningkatan, dimana tingkat hunian properti perkantoran naik dari 83,9% menjadi 84,3%, tingkat hunian apartemen sewa naik sedikit dari 62,4% menjadi 62,9%, dan tingkat hunian sewa di retail naik dari 75,1% menjadi 75,9%. Untuk properti hunian milik, hanya tingkat penjualan di industri yang terlihat meningkat. Apartemen jual kumulatif penjualan memang masih menurun, akan tetapi permintaan pre-sales untuk kalangan menengah ke bawah rusunami (rumah susun sederhana milik) masih meningkat sekitar,1%. 4. Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) pada triwulan IV- 29 tumbuh sebesar 5,-5,4% (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan III-29 (5,1%). Peningkatan tersebut tercermin dari beberapa prompt indikator, seperti indeks penjualan eceran, konsumsi listrik sektor bisnis (grafik I.29) dan arus barang di Tanjung Priok (grafik I.31) yang meningkat. Demikian pula indikator untuk hotel, seperti jumlah wisman dan tingkat hunian (grafik I.3) %, y o y %, yoy hari Indikator Sub Sektor Hotel % Sumber : PLN dan SPE BI, diolah g.kons Listrik Bisnis (yoy) g.spe (rhs) Grafik I.29 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis dan Survei Penjualan Eceran 8 6 % Rata rata lama menghinap tamu (hari) Hotel Occupancy Rate (rhs) Grafik I.3 Jumlah Wisman dan Tingkat Hunian Sumber : BPS, diolah g.brg Kereta (yoy) g.brg Tnjg. Priok (yoy) Grafik I.31 Arus Barang melalui Kereta dan Pelabuhan Perkembangan pembiayaan perbankan ke sektor ini secara umum masih terbatas. Posisi kredit lokasi proyek yang disalurkan di sektor ini masih tumbuh terbatas dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada posisi akhir November 29, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 13

22 Triwulan IV-29 77,2 triliun, turun menjadi 2% (y-o-y) dari sebelumnya tumbuh sebesar 7,8%. Meskipun terjadi penurunan jumlah kredit yang disalurkan, namun kualitas kreditnya masih cukup baik sebagaimana yang ditunjukkan oleh NPL yang berada >5%. Pertumbuhan sub sektor perdagangan didorong pengeluaran konsumsi yang masih bertumbuh dan adanya perayaan hari keagamaan. Adanya perayaan Natal 29 dan Tahun Baru 21, sebagian besar mal di Jabodetabek menggelar program diskon. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan adanya program turut tersebut turut mendorong penjualan ritel modern naik sekitar 5-1% untuk produk makanan dan minuman (mamin) dan sekitar 15% untuk produk fesyen. Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) juga menyatakan bahwa penjualan makanan dan minuman hingga akhir 29 diperkirakan naik 1% dibandingkan omzet 28 mencapai Rp 55 triliun. 5. Keuangan, Persewaan dan Jasa Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 4,%-4,4%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (3,6%). Dampak krisis keuangan global secara langsung diperkirakan hanya sedikit berdampak pada sub sektor keuangan, antara lain karena rendahnya portofolio instrumen keuangan asing bermasalah yang dimiliki lembaga keuangan domestik. Untuk transaksi di pasar modal, perkembangan nilai dan transaksi saham yang diperdagangkan terus mengalami peningkatan (grafik I.32). Bahkan ada penambahan IPO saham dari 6 emiten saham senilai Rp 3,1 triliun %, yoy Frekuensi Saham Diperdagangkan Nilai Saham Diperdagangkan Grafik I. 32 Perkembangan Transaksi Saham Subsektor persewaan dan jasa keuangan diperkirakan meningkat. Tingkat hunian (occupancy rate) persewaan retail, gedung perkantoran, dan apartemen naik lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (grafik I.33). Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik, perusahaan multinasional mulai mencari akomodasi bagi 14

23 Triwulan IV-29 ekspatriat untuk tahun depan, sebagaimana tercermin dari naiknya tingkat hunian aparetemen sewa. 88% 72% 86% 84% 82% 8% 78% 76% 7% 68% 66% 64% 62% 74% Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 6% Cushman Retail Office Cushman Apartment Cushman(rhs) Grafik I.33 Tingkat Hunian Perkantoran 6. Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor listrik diperkirakan tumbuh 5,-5,4%% (y-o-y), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya (5,%). Daya PLN yang semula hanya sekitar tiga kali 9 megawatt, mulai Oktober 29 akan bertambah daya dua kali 24 megawatt karena pembangkit Muara Karang mulai memasok listrik ke Jakarta dengan tambahan dua gas turbin. Perbaikan pasokan tersebut meningkatkan konsumsi listrik total (grafik I.34), dan mendorong peningkatan pendapatan di sektor listrik %, yoy Sumber : PLN, diolah %, yoy g.pendapatan PLN g.konsumsi Listrik Total(rhs) Grafik I.34 Pendapatan dan Konsumsi Listrik DKI Jakarta Perkembangan pembiayaan perbankan dan kinerja kredit kepada sektor ini relatif baik. Pertumbuhan kredit di sektor ini masih cukup tinggi (14,8%) dengan posisi kredit per November 29 Rp 12,1 triliun. Kualitas kredit di sektor listrik relatif baik dengan NPLs yang rendah. 7. Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa tumbuh diperkirakan terjadi peningkatan menjadi 6,1-6,5%, dibandingkan triwulan sebelumnya (6,2%). Meningkatnya sektor jasa antara lain disebabkan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. Pengeluaran konsumsi salah satunya untuk leisure (hiburan). Leisure pada beberapa libur panjang di triwulan IV yang dimanfaatkan untuk mengunjungi tempat wisata seperti Kebun Binatang Ragunan, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan lain- 15

24 Triwulan IV-29 lain. Pengunjung Ancol misalnya kira-kira naik 18% dibandingkan tahun lalu. Sementara hiburan yang berupa live music, setidaknya terdapat 1 grup musik asing, 1 grup musik domestik, dan 2 festival musik di Jakarta pada triwulan IV % % g.kredit Jasa jasa Riil (yoy) g.kredit jasa riil (mtm) rhs Grafik I. 35 Kredit Lokasi Proyek Sektor Jasa Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi dengan risiko kredit yang membaik. Posisi kredit di sektor ini hingga November 29 mencapai Rp 128,4 triliun atau tumbuh sekitar 16,4 % (y-o-y) (grafik I.35). Kualitas kredit sektor ini relatif baik, dengan NPLs kredit selalu terjaga yaitu dibawah 5%. 7 Sumber : Jakartaconcerts.com 16

25 Triwulan IV-29 BOKS I Penerapan ASEAN China Free Trade Agreement (AC-FTA) dan Implikasinya Ke Jakarta Kerjasama ASEAN-China telah dimulai sejak tahun 22 dengan tujuan kerjasama pengembangan ekonomi kedua kawasan. AC- FTA dimulai dengan penandatanganan kerangka persetujuan Comprehensive Economic Cooperation oleh Kepala negara ASEAN dan China di Pnom Penh, Vietnam pada 4 November 22. Kesepakatan AC- FTA bertujuan untuk membentuk perdagangan melalui kesepakatan penurunan tarif bea masuk komoditas perdagangan antara ASEAN dan China secara bertahap sampai dengan berlakunya perdagangan bebas. Guna mengimplementasikan kesepakatan AC-FTA, Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kerangka persetujuan AC-FTA melalui Kepres No.48/24 (15 Juni 24). Hingga saat ini setidaknya telah dikeluarkan 2 SK Menteri Keuangan (SK Menkeu No.355/KMK/1/24 dan SK Menkeu No.356/KMK/1/24) dan 5 Peraturan Menteri Keuangan untuk mengatur tarif bea masuk barang (terakhir Permenkeu No. 235/PMK.11/28) (tabel A-1). Tabel A-1. Kondisi Sekarang (berdasarkan Permenkeu No. 235/PMK.11/28) Sektor Industri Jml Per No. Kategori A B C D E F G H I J K L M N O P Q Kategori Pos Tarif 1 EHP Early Harvest Programme) : bea masuknya telah diturunkan/dihapuskan menjadi % sejak tanggal 1 Januari 2 EHP s/d 1 Januari 26 Normal Track1 : bea masuknya mulai diturunkan/dihapuskan 3 NT I , ,682 sejak tanggal 2 Juli 25 dan akan menjadi % pada 1 Januari 21 4 NT II Normal Track2 : bea masuknya akan diturunkan/dihapuskan 474 menjadi % pada tahun 212 Sensitive Track : penurunan/penghapusan tarif bea masuknya 5 ST hingga % 2% akan dilakukan pada tahun 212 s/d 217, dan % 5% tahun 218 Highly Sensitive Track : penurunan/penghapusan tarif bea 6 HST masuknya hingga menjadi % 5% dilakukan mulai pada tahun 215 Keterangan: A = Pertanian G = Hasil Hutan & Perkebunan M = Aneka B = Kelautan & Perikanan H = Kimia Hulu N = Alat Angkut C = Energi & Sumber Daya Mineral I = Kimia Hilir O = Elektronika D = Pengawasan Obat & Makanan J = Logam P = Maritim E = Kehutanan K = Mesin Q = Kerajinan F = Makanan & Minuman L = Tekstil & Produk Tekstil Keterangan Berdasarkan AC-FTA, terdapat bea masuk barang dari 8.91 barang 8 yang akan diturunkan secara bertahap (tabel A-2). Pada tahap awal, pembebasan bea masuk dilakukan pada sekitar 25,58% dari total jumlah barang, dan pada tahun 21 akan dibebaskan hingga 83,61% dari keseluruhan barang. Ditahap awal (Early Harvest Program), Pembebasan bea masuk terutama dilakukan atas barang dari sektor pertanian. 8 Sesuai nomor Harmonized System 1 digit 17

26 Triwulan IV-29 TARIF BEA MASUK JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF Sumber: Kemendag, 21 PERSENTASE Tabel A-2. Struktur Tarif AC-FTA JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE Berdasarkan jenis barang yang diimpor dari China dan ASEAN, sebagian besar berupa bahan baku. Dari keseluruhan impor dari China yang berupa bahan baku sekitar 62%, sementara impor ASEAN yang berupa bahan baku sekitar 6%. Bahan baku yang diimpor berupa bahan setengah jadi (processed) berupa makanan olahan, plastik, kimia organik, besi baja, kapas, produk tekstil dan lainnya; serta aksesoris transportasi berupa mesin, elektronik, besi baja, dan kain penutup jok. Perkembangan impor bahan baku dari China dan ASEAN mengalami peningkatan paska penerapan AC-FTA (grafik A-1 dan A-2). JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF PERSENTASE JUMLAH POS TARIF % % % % % % % % % 5% % % % % % % % % 7.5% 86.98% 85.97% 33.38% 33.38% 33.38% 33.38% 8% % % 3.3% 3.3% 3.3% 3.3% 1% % % % % % % % % 12% 9 1.3% 9 1.3%.%.%.%.% 12.5% 18.16% 18.16% 48.55% 48.55% 48.55% 48.55% 48.55% 48.55% 15% % % % % % % % % 2% % % % % % % % % 25% % % 2.23% 2.23% 19.22% 19.22% 19.22% 19.22% 3% 39.35% 39.35% 39.45% 39.45% 39.45% 39.45% 39.45% 39.45% >3% : % % % % % % % % TOTAL % % % % % % % % BEA MASUK 9.57% 9.49% 6.38% 6.38% 3.83% 2.92% 2.92% 2.65% RATA RATA TAHUN 212 PERSENTASE Impor dari ASEAN Jutaan USD penerapan AC FTA Konsumsi Bahan Baku Modal Grafik A-1. Perkembangan Impor dari ASEAN Berdasarkan BEC Impor dari China Jutaan USD penerapan AC FTA Konsumsi Bahan Baku Modal Grafik A-2. Perkembangan Impor dari China Berdasarkan BEC Dampak penerapan AC-FTA, porsi impor Jakarta dari China dan ASEAN semakin meningkat (grafik A-3). Sejak Oktober 25, terdapat kecenderungan kenaikan impor oleh Jakarta terhadap komoditas buah-buahan dari China, dengan proporsi impor buahbuahan Jakarta dari China sekitar 51% terhadap impor buah dari semua negara. Barang utama lainnya yang banyak diimpor Jakarta dari China berupa mesin aplikasi (porsi 2% dari total impor mesin aplikasi dari semua negara) dan elektonik (porsi 4% dari total impor elektronik dari semua negara), dan produk tekstil (porsi 1-6% dari total impor elektronik dari semua negara). Sementara dari ASEAN berupa mesin aplikasi (porsi 22% dari total impor mesin aplikasi dari semua negara), 18

27 Triwulan IV-29 kendaraan bermotor (porsi 38% dari total impor kendaraan bermotor dari semua negara), dan produk tekstil (porsi 5-5% dari total impor elektronik dari semua negara). Bea masuk untuk produk pertanian sebagian sudah bebas sejak tahun 24 dan hampir semuanya bebas pada 21. Sementara produk tekstil, mesin, dan elektronika akan bebas bertahap mulai 21 hingga 218 (tabel A-1) Impor dari ASEAN juta USD 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Grafik A-3. Porsi Impor dari ASEAN dan China penerapan AC FTA C. R.R.C ASEAN OTHER ASIA EUROPE AUSTRALIA AMERICA AFRICA juta USD 1, Impor dari China juta USD penerapan AC FTA juta USD Pertanian Pertambangan Industri (rhs) Grafik A-4. Perkembangan Impor dari ASEAN Berdasarkan SITC Pertanian Pertambangan Industri (rhs) Grafik A-5. Perkembangan Impor dari China Berdasarkan SITC Meningkatnya impor produk China dan Asean menjadi kekhawatiran terhadap eksistensi sektor UMKM. Berdasarkan statistik BPS, jumlah usaha kecil dan rumah tangga semakin berkurang (grafik A-5). Berdasarkan Subdin Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan beberapa kendala yang dihadapi UMKM diantaranya tidak memiliki akses ke luar negeri dan kurangnya promosi ke luar negeri sehingga masih minimnya jumlah UKM yang mengirim produknya ke luar negeri; masih minimnya anggaran yang dimiliki para perajin UKM; dan pengerjaan masih manual. Grafik A-6. Perkembangan Jumlah Industri 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, 77,25 71,31 819,52 834,327 Sumber : BPS (29), diolah 1,2, 1,127,596 1,117,911 1,87,489 78,621 69,352 66,178 1,, 8, 6, 4, 2, * Besar dan Medium Kecil Rumah Tangga 19

28 Triwulan IV-29 Pemerintah akan menerapkan kebijakan tarif dan nontarif untuk mengantisipasi dampak negatif AC-FTA. Kebijakan tarif diantaranya penundaan beberapa sektor yang diperkirakan dapat menggangu industri nasional. Sebanyak 228 pos tarif diusulkan akan ditunda penerapannya, antara lain: 1. Sebanyak 146 pos tarif Normal Track 1 (NT 1) yang harus % pada 21 diusulkan menjadi Normal Track 2 (NT 2) atau menjadi % pada tahun Sebanyak 6 pos tarif Normal Track 1 (NT 1) yang harus % pada tahun 21 diusulkan menjadi sensitive list (SL) atau %-5% pada tahun Sebanyak 22 pos tarif yang sudah % dalam AC-FTA 29 dinaikan menjadi 5% dan dimasukan dalam katagori sensitive list (SL) atau %-5% pada tahun 218. Sementara kebijakan non-tarif yang akan dimaksimalkan antara lain : 1. Produk yang beredar wajib: Menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) Menggunakan label halal Menggunakan label berbahasa Indonesia 2. Pengetatan pengawasan impor produk manufaktur di enam pelabuhan besar (Pengetatan izin importir terdaftar + Pemberdayaan kinerja Bea dan Cukai) 3. Penanganan Unfair Trade : Anti Dumping, Safeguard 4. Harmonisasi tarif, terutama bagi produk yang bahan bakunya masih masuk dalam HSL (high sensivity list) seperti gula, beras, jagung, dan kedelai. Harmonisasi tarif agar bea masuk impor barang jadi lebih besar dari bahan baku (gula vs permen) 2

29 Triwulan IV-29 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA Pada triwulan IV-29, perkembangan harga-harga secara umum di DKI Jakarta masih dalam tren menurun. Inflasi IHK (indeks harga konsumen) pada triwulan ini tercatat sebesar 2,34%(yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 2,63%(yoy). Penurunan tersebut terutama akibat pengaruh faktor nonfundamental yaitu administered prices terkait turunnya tarif transportasi dan terjaganya pasokan bahan makanan (volatile foods). Demikian pula, secara triwulanan, inflasi triwulan IV-29 mencatat penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 1,73% menjadi,58%. Penurunan tersebut terkait normalnya permintaan yang masyarakat meskipun terdapat hari besar keagamaan (natal). Secara umum, tekanan inflasi tahunan pada triwulan IV-29 masih relatif rendah. Pada akhir triwulan laporan, laju inflasi secara tahunan year on year (triwulan IV-29 terhadap triwulan IV-28) tercatat sebesar 2,34 % (yoy). Rendahnya tekanan inflasi tersebut terutama disumbang oleh deflasi yang terjadi pada kelompok transportasi yang tercatat sebesar -3,87% (yoy) dan rendahnya inflasi pada kelompok perumahan yang tercatat sebesar,28% (yoy). Bobot inflasi kedua kelompok tersebut di Jakarta relatif besar, yaitu secara keseluruhan mencapai 46,9%, sehingga mampu memberikan sumbangan yang signifikan terhadap rendahnya inflasi Jakarta. Jika dilihat lebih rinci, deflasi pada kelompok transport berasal dari turunnya ongkos transportasi sebesar -6,9% (yoy), sedangkan rendahnya inflasi pada kelompok perumahan berasal dari deflasi yang terjadi pada bahan bakar rumah tangga (-4,4%, yoy). Pergerakan harga pada kedua komoditas tersebut sangat dipengaruhi oleh penetapan harga BBM dan tarif angkutan yang ditentukan oleh Pemerintah, dimana pada saat ini tidak terdapat penyesuaian di keduanya %, m t m Inflasi Jakarta %, y o y Des : 1st round effect dampak 2nd round Jan&Feb:1st+2nd round kenaikan harga harga BBM bersubsidi kenaikan harga BBM effect penurunan BBM internasional rata2 meningkat 28,7% MTM yoy (rhs) panen lebaran panen lebaran panen , Transports Penddkn Kesehatan Pakaian Permhn Mknn jadi Bhn Makanan SHARE : IHK.6.11 Kontribusi Inflasi % qtq yoy Grafik II.1 Perkembangan Inflasi Grafik II.2 Kontribusi Inflasi 21

30 Triwulan IV-29 Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Jakarta Inflasi Jakarta Kelompok Barang Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy IHK Bahan Makanan Makanan jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi Jakarta (y o y,%) Sumber : BPS, diolah 8 6 Jakarta %(q t q) Sumber : BPS, diolah Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Bhn Makanan Mknn jadi Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum Grafik II.3 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang (y-o-y) Makanan Pakaian Bhn Mknn jadi Perumahan Kesehatan Pendidikan Transportasi Umum Grafik II.4 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang (q-t-q) Jenis Tabel II.2 Harga BBM di Jakarta Harga (Rp) Perubahan QtQ (%) Perubahan YoY (%) Tw I 9 Tw II 9 Tw III 9 Tw IV 9 Tw III - IV 9 Tw IV 8 - IV 9 Minyak Solar 4,5 4,5 4,5 4, Premium 4,5 4,5 4,5 4, Minyak Tanah 5,681 5,681 5,681 5, Pertamax Plus 6,3 6,6 7, 6, Pertamax 5,6 6, 6,4 6, Pertamax Dex 5,8 6,55 6,85 7, Sumber : Pertamina, diolah Inflasi pada kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi juga menunjukkan perlambatan yang disebabkan oleh kecukupan pasokan barang. Laju inflasi pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi masing-masing mencapai 5,17% dan 8,55% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (6,6% dan 9,2%). Turunnya laju inflasi kedua kelompok turut memberikan sumbangan terhadap melambatnya inflasi Jakarta, mengingat bobot keduanya secara keseluruhan mencapai 29,3%. Perkembangan harga makanan yang sedikit menurun salah satunya disebabkan oleh kecukupan pasokan. Upaya beberapa instansi di Jakarta dalam menjaga pasokan dan distribusi melalui Tim Ketahanan Pangan turut memberikan andil terhadap kesediaan pasokan disamping masih terjadinya produksi pangan di sentra produksi, seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah. Namun yang perlu diwaspadai adalah level inflasi bahan makanan dan makanan jadi yang masih berada di atas inflasi umum. 22

31 Triwulan IV-29 Kelompok bahan makanan didominasi oleh produk pertanian yang sifatnya musiman mudah busuk sehingga sulit disimpan dalam jangka panjang sehingga harganya berfluktuasi mengikuti pola musimannya. Sebagai contoh, untuk kelompok bahan makanan, komoditi yang inflasi tahunannya masih tinggi adalah bumbu-bumbuan (22,5%, yoy) dan padi-padian (8,5%, yoy). Sementara dari kelompok makanan jadi adalah minuman tidak beralkohol (1,9%, yoy), yang menggunakan bahan baku gula pasir. Harga bahan baku gula internasional yang bergerak naik cukup tajam dan permintaan domestik yang meningkat sehubungan dengan pengaruh musiman natal dan liburan panjang, menyebabkan harga gula domestik ikut terdorong naik Ton Rp ribu ton Rp/kg Pasokan Harian Harga Beras Rata rata Eceran Psr. Jaya (rhs) Grafik II.5 Harga Beras Eceran dan Pasokan Beras di PIB ribu ton Pasokan Buah Rata rata Harga Buah (rhs) Rp/kg Grafik II.7 Perkembangan Rata-rata Pasokan dan Harga Buah Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta Pasokan Sayur Rata rata Harga Sayur (rhs) Sumber : Tim Ketahanan Pangan Jakarta Grafik II.6 Perkembangan Rata-rata Pasokan dan Harga Sayur Rp/kg Sumber : Tim KetahananPangan Jakarta Cabe merah keriting Cabe merah TW Cabe rawit merah Cabe rawit hijau Bawang merah Grafik II.8 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu-bumbuan Secara triwulan, inflasi juga lebih rendah daripada triwulan sebelumnya karena permintaan masyarakat pada masa liburan akhir tahun relatif tidak sekuat pada masa liburan Hari Raya pada triwulan III. Pada triwulan laporan inflasi tercatat sebesar,58% (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya (1,73%, qtq). Inflasi yang lebih rendah tersebut, karena permintaan masyarakat relatif normal dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan inflasi hanya terjadi pada kelompok makanan jadi dan pakaian. Inflasi makanan jadi meningkat pada komoditi tembakau dan minuman beralkohol (7,2%, qtq). Sementara pada kelompok pakaian terutama pada barang pribadi dan sandang lain (4,8%, qtq) karena harga emas yang masih meningkat, mengikuti tingginya permintaan dan harga internasional. 23

32 Triwulan IV Rp/kg Rp/kg Rp/kg Gula pasir Minyak goreng curah Tepung terigu Grafik II.9 Perkembangan Harga Sembako Ayam Boiler/Potong (rhs) Telur ayam ras Daging Sapi Murni (rhs) Grafik II.1 Perkembangan Harga Sembako Lainnya 24

33 Triwulan IV-29 BOKS II Kecenderungan Penurunan Porsi Pengeluaran Pangan Masyarakat Jakarta dan Implikasi terhadap Inflasi Jakarta Inflasi yang terjadi di Indonesia bersumber dari pergerakan harga komoditas pada tujuh kelompok utama. Pengelompokan itu terdiri dari kelompok bahan makanan, makanan jadi, perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Setiap lima tahun sekali dilakukan survei biaya hidup (SBH) untuk mengetahui besarnya pengeluaran (nilai konsumsi) dari tujuh kelompok inflasi tersebut di kotakota yang mewakili pengeluaran masing-masing daerah. Terakhir, SBH dilakukan pada tahun 27 terhadap 774 komoditas, di 66 kota. Di Jakarta, SBH 27 dilakukan terhadap 441 komoditas yang dikonsumsi oleh masyarakat % BAHAN MAKANAN Pangan MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.29 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR Grafik B-1. Perubahan Bobot Nilai Konsumsi Jakarta SANDANG 9.59 Nonpangan 4.25 KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Thn dasar 22 Thn Dasar TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN % Komoditi nonpangan Komoditi pangan Grafik B-2. Ranking 4 Besar Berdasarkan Bobot Komoditi Bobot pangan dalam nilai konsumsi masyarakat Jakarta semakin mengecil. Dibandingkan dengan SBH sebelumnya (SBH 22), porsi bobot konsumsi pangan (kelompok bahan makanan dan makanan jadi) pada SBH 27 turun sebesar 7,85% menjadi sebesar 29,33% dibandingkan kelompok nonmakanan (7,67%) (grafik B-1). Hal ini berarti, pengeluaran masyarakat untuk konsumsi non pangan semakin membesar. Bahkan urutan komoditi terbesar berdasarkan bobot inflasi didominasi oleh komoditas nonpangan (grafik B-2). Sehingga upaya untuk menjaga harga komoditas nonpangan agar tetap stabil menjadi semakin penting. Perkembangan inflasi bulanan (mtm) di Jakarta menunjukkan bahwa terdapat penambahan komoditas yang rata-rata pergerakan harganya lebih tinggi dari rata-rata harga umum 9. Penambahan komoditas yang rata-rata harganya lebih tinggi tersebut terjadi pada kelompok pangan maupun nonpangan (tabel B-1). Hampir semua komoditas pada kelompok pangan perkembangan harganya 9 Perbandingan antara rata-rata harga bulanan selama dengan

34 Triwulan IV-29 melebihi nilai rata-rata harga umum. Sementara pada komoditas nonpangan, rata-rata harga yang lebih tinggi dari rata-rata harga umum terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air; barang pribadi dan sandang lain; perawatan jasmani dan kosmetika; pendidikan. Rata-rata harga pada beberapa komoditas tersebut yang lebih tinggi dari harga umum menunjukkan bahwa pergerakan komoditas tersebut tidak searah (konvergen) dengan perkembangan harga umum yang disebabkan adanya faktor kejutan (shock). Pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air sangat dipengaruhi oleh kebijakan penetapan tarif. Sementara pada kelompok nonpangan lainnya dan kelompok pangan, meningkatnya harga disebabkan oleh ketersediaan pasokan khususnya pada saat terjadi lonjakan permintaan atau menurunnya produksi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka upaya yang dilakukan untuk menjaga pasokan perlu dilakukan agar fluktuasi harga dapat terjaga dan menjaga ekspektasi masyarakat yang normal terhadap harga. Tabel B-1. Rata-rata Perkembangan Inflasi Bulanan Inflasi Bulanan (22 27) Inflasi Bulanan (28 29) KELOMPOK INFLASI Rata-rata Inflasi Bulanan (%) Rata-rata Inflasi Bulanan (%) UMUM BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Ikan Diawetkan.41.9 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran Kacang - kacangan Buah - buahan Bumbu - bumbuan Lemak dan Minyak Bahan Makanan Lainnya MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU Makanan Jadi Minuman yang Tidak Beralkohol.4.5 Tembakau dan Minuman Beralkohol.5.76 PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga.13.1 Penyelenggaraan Rumahtangga.5.36 SANDANG.47.6 Sandang Laki-laki Sandang Wanita Sandang Anak-anak Barang Pribadi dan Sandang Lain KESEHATAN.35.4 Jasa Kesehatan Obat-obatan Jasa Perawatan Jasmani.18.8 Perawatan Jasmani dan Kosmetika PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA Pendidikan Kursus-kursus / Pelatihan.9. Perlengkapan / Peralatan Pendidikan.11.6 Rekreasi.2.21 Olahraga.11.3 TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Transpor Komunikasi Dan Pengiriman Sarana dan Penunjang Transpor Jasa Keuangan Keterangan : < inflasi umum > inflasi umum 26

35 Triwulan IV-29 BOKS - III Pentingnya Perluasan Tugas Pemantauan Harga Pangan menjadi Tim Pengendalian Inflasi (TPID) Peranan Jakarta terhadap pembentukan inflasi nasional relatif besar. Hal tersebut disebabkan, pertama, kota Jakarta memiliki bobot inflasi terhadap nasional yang terbesar. Berdasarkan Survei Biaya Hidup (SBH) 1 22 bobot Jakarta 27,7%, sedangkan pada SBH 27 bobot Jakarta menurun menjadi 22,5%. Namun, kota sekitar Jakarta, yaitu Bekasi, Bogor, Depok, dan Tangerang telah menjadi kota yang disurvei pada SBH 27, sehingga secara keseluruhan wilayah Jabodetabek bobotnya menjadi 37,65%. Kedua, pergerakan inflasi Jakarta mencerminkan pergerakan inflasi nasional mengingat pergerakan inflasi Jakarta dengan nasional secara rata-rata tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Namun demikian, menurut pola historisnya, rata-rata inflasi Jakarta masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Kenaikan inflasi nasional tidak selalu diikuti dengan kenaikan inflasi di Jakarta, dan sebaliknya apabila terjadi penurunan inflasi, maka inflasi kota Jakarta turun lebih tajam dibandingkan inflasi nasional. Sementara pergerakan inflasi wilayah Bodetabek (grafik C-3) untuk kota Bekasi dan Depok relatif berada di bawah rata-rata inflasi nasional, sementara untuk kota Tangerang dan Bogor berada di atas rata-rata inflasi nasional. Bobot Kota (SBH 22) Bobot Kota (SBH 27) Kali Sulampua 14.2% Jakarta 27.7% Kali Sulampua 13.8% Jakarta 22.5% Sumatera 22.6% Balnustra 3.6% Jatim 12.7% Jateng DIY 8.7% Jabar 8.3% Banten 2.2% Sumatera 18.9% Balnustra 3.% Jatim 1.9% Banten (minus Tangerang) 1.4% Jateng DIY 6.9% Grafik C-1. Perkembangan Bobot Kota Inflasi Jakarta %, yoy Inflasi Jakarta v.s. Nasional %, mtm Jabar (minus Bekasi, Depok, Bogor) 7.4% Bekasi 5.3% Tangerang 3.9% Depok 3.8% Bogor 2.2% nasional (rhs) (rerata=.55) jakarta (rhs) (rerata=.49) nasional (rerata=7.2) jakarta (rerata=6.51) Grafik C-2. Perkembangan Inflasi Jakarta Dibandingkan Nasional 1 SBH dilakukan oleh Badan Pusat Statistik sebagai base penghitungan Inflasi 27

36 Triwulan IV %, yoy %, mtm Nasional Bekasi Depok Bogor Tangerang Nasional Bekasi Depok Bogor Tangerang Grafik C-3. Perkembangan Inflasi Bodetabek Dibandingkan Nasional Upaya pengendalian harga di Jakarta telah dilakukan, namun masih terbatas pada kelompok pangan. Untuk memantau pasokan, distribusi dan harga kebutuhan pokok pangan dan bahan penting di Jakarta Pemprov DKI Jakarta telah membentuk Tim Ketahanan Pangan (Focus Group Discussion Pengendalian Harga Jakarta) pada tahun 22 berdasarkan KepGub No.154/22. Tim Ketahanan Pangan identik dengan TPID yang terdiri dari Biro Perekonomian dan instansi teknis lainnya, termasuk Bank Indonesia tergabung ke dalam keanggotaan tim tersebut. Kegiatan Tim adalah melakukan pemantauan, dimana masingmasing anggota melaporkan perkembangan harga dan pasokan barang. Selanjutnya hasil pemantauan dianalisis dan merekomendasikan kepada Gubernur langkah-langkah yang perlu dilakukan diantaranya inspeksi pemantauan harga pangan di pasar, melakukan operasi pasar terhadap barang tertentu, dan lainnya (grafik C-4). Tabel C-1. Perbandingan Anggota FGD Jakarta Dibandingkan TPID Lainnya Anggota TPID Kantor Bank Indonesia Pusat Pekanbaru Bandung Semarang Surabaya Yogyakarta Makasar Manado (Jakarta) Biro Perekonomian v v v v v Dinas Peternakan v v v v Dinas Perindustrian & Perdagangan v v v v v v v v Dinas Pertanian v v v v v v v BPS v v v v v Koord. Pasar Induk Tradisional v v Pasar Induk Beras v Pasar Induk Sayur v Pasar Induk Daging v Bulog v v v v v v v Balai Besar Karantina Tj. Priok v Bappedaprov v v v v v v Dinas Perhubungan v v v v v v Kepolisian Daerah v v v Asosiasi Pengusaha v Kadin v ISEI v DLLAJ v Pertamina v v v Staf ahli gubernur v Staf ahli DPRD v Dinas Pertambangan dan Energi v Telkom v PLN v 28

37 Triwulan IV %, yoy sebelum sesudah %, mtm yoy Jakarta mtm Jakarta (rhs) MTMFOOD Equal variances assumed Equal variances not assumed Levene's Test for Equality of Variances F Sig. Independent Samples Test t df Sig. (2-tailed) t-test for Equality of Means Mean Difference 95% Confidence Interval of the Std. Error Difference Difference Lower Upper

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Jakarta Triwulan III - 29 Kajian Ekonomi Regional Jakarta Triwulan III - 29 i Triwulan III - 29 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Jakarta Kajian Ekonomi Regional Jakarta Triwulan I 211 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan I 211 tumbuh sebesar 6,7%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya,

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta

Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Kajian Ekonomi Regional Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 211 Halaman ini sengaja dikosongkan ii Kata Pengantar Perekonomian Jakarta pada triwulan II 211 tumbuh stabil sebesar 6,7% sebagaimana triwulan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh

Lebih terperinci

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik. Jakarta, 11/11/2012 (Kominfonewscenter) Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 dan keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci