PENERAPAN PRODUCT SERVICE SYSTEM (PSS) PADA PENGEMBANGAN MODEL BISNIS PRINTER TIGA DIMENSI (3D)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PRODUCT SERVICE SYSTEM (PSS) PADA PENGEMBANGAN MODEL BISNIS PRINTER TIGA DIMENSI (3D)"

Transkripsi

1 PENERAPAN PRODUCT SERVICE SYSTEM (PSS) PADA PENGEMBANGAN MODEL BISNIS PRINTER TIGA DIMENSI (3D) Ivan Eliata Kusuma 1), Dyah Santhi Dewi 2), dan I Ketut Gunarta 3) 1) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia ieliata@yahoo.com 2) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3) Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Printer Tiga Dimensi (3D) merupakan teknologi Additive Manufacturing (AM), yang saat ini banyak digunakan dunia industri untuk pembuatan prototype dan produk jadi dalam jumlah kecil. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki oleh Printer 3D, diprediksi bahwa pasar Printer 3D akan terus meningkat, termasuk di Indonesia (Wohler, 2013). Potensi peningkatan pasar, sedikitnya referensi model bisnis, dan pentingnya konsep PSS dalam pengembangan model bisnis, menjadi motivasi dalam penelitian ini. Product Service System (PSS) merupakan konsep value creation yang memadukan antara produk (Tangible) dan service (Intangible) sehingga mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Dengan menerapkan PSS, konsumen dapat memenuhi semua keinginannya lebih banyak, dibandingkan sekedar memanfaatkan produk dengan fungsi tertentu. Selain itu, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan, diantaranya mampu mempererat hubungan dengan konsumen dan memicu perusahaan untuk menciptakan value baru dalam sebuah aktifitas bisnis. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses antara lain studi literatur, wawancara, survei, penentuan segmen pasar, penyebaran kuesioner untuk menjaring Voice of Customer (VOC), menterjemahkan VOC ke teknikal respon, pembuatan alternatif model bisnis, pemilihan alternatif model bisnis, dan analisa kelayakan bisnis. Penelitian ini menghasilkan model bisnis product oriented untuk segmen pasar pembuat maket. Kata kunci: Product Service System (PSS), Model Bisnis, Printer Tiga Dimensi (3D) PENDAHULUAN Latar Belakang Pertengahan tahun 1980 an Printer 3D mulai dikembangkan, bersamaan dengan berkembangnya teknologi komputer dan sistem kontrol (Hopkins et al., 2006). Saat ini Printer 3D banyak digunakan dalam dunia industri manufaktur untuk pembuatan prorotype, produk jadi dalam jumlah kecil, customized product, produk-produk bernilai tinggi seperti komponen pesawat terbang dan alat-alat yang berkaitan dengan dunia kesehatan (Berman, 2012; Hopkins et al., 2006). Printer 3D memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan teknologi manufaktur terdahulunya, seperti Injection Molding dan Computer Numerical Controler (CNC). Keunggulan yang didapat adalah penghematan biaya produksi, penghematan energi, dan pengurangan emisi gas CO 2. Gebler et al., (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan Printer 3D berpotensi untuk penghematan biaya produksi sebanyak US$ milyar, penghematan energi sebanyak 2,54-9,30 Exa 1

2 joul (Ej), dan pengurangan emisi gas CO 2 sebanyak 130,5-525,5 Megaton (Mt) terhitung jika ini digunakan sampai tahun Pasar Printer 3D diprediksi akan bertumbuh dengan cepat, termasuk di Indonesia (Wohlers, 2013). Pertumbuhan pasar Printer 3D di Indonesia ditandai dengan mulai banyaknya distributor dan penyedia jasa pembuatan produk custom serta prototype dengan menggunakan Printer 3D. Kondisi pertumbuhan pasar dan minimnya model bisnis Printer 3D di Indonesia menjadi motivasi dalam penelitian. Justru dengan meningkatnya pasar akan meningkatkan persaingan bisnis, dengan meningkatnya persaingan bisnis dibutuhkan sebuah model bisnis yang mampu berkelanjutan. Untuk itu dibutuhkan sebuah konsep khusus dalam pengembangan model bisnis. Product Service System (PSS) secara umum dikenal sebagai konsep value creation yang memadukan antara produk (Tangible) dan service (Intangible), dimana perpaduan antara produk dan service ini akan didesain sedemikian rupa sehingga mampu memberikan nilai tambah, mampu memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen secara spesifik. Penelitian ini akan berfokus pada penerapan konsep PSS dalam pengembangan model bisnis Printer 3D. Dimana PSS akan menjadi strategi utama dalam proses pengembangan model bisnis, sehingga dapat menciptakan value baru yang kreatif dan inovatif, sehingga model bisnis tersebut dapat berkelanjutan khsusnya dalam aspek finansial. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang masalah di atas, perumusan masalah yang menjadi obyek kajian dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model bisnis berbasis teknologi Printer 3D dengan pendekatan PSS, sehingga model bisnis tersebut dapat berjalan dengan baik, mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta dapat berkelanjutan dalam aspek finansial. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengembangkan model bisnis berbasis teknologi Printer 3D dengan konsep PSS. 2. Melakukan analisa kelayakan bisnis terhadap model bisnis. Printer Tiga Dimensi (3D) Teknologi Printer 3D dalam dunia manufaktur dikenal dengan nama Additive Manufacturing (AM). Dimana dengan teknologi ini dapat dengan mudah menghasilkan model 3 dimensi sesuai dengan keinginan. Disebut dengan istilah Additive Manufacturing karena proses untuk menghasilkan benda 3 dimensi dilakukan dengan cara menambahkan material atau menyatukan material lapis demi lapis sehingga menjadi benda 3 dimensi sesuai dengan data digital yang telah dibuat (Data dari sofware Computer Aided Design) (Gebler et al., 2014). Jenis material yang dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menghasilkan benda 3 dimensi meliputi plastik, alumunium, baja, titanium, dan keramik. Beberapa proses yang umum diterapkan dalam teknologi Printer 3D adalah Stereolithography (SLA), Selective Laser Sintering (SLS), Digital Light Processing (DLP), Fused Deposition Modelling (FDM), Selective Laser Melting (SLM), dan Electron Beam Melting (EBM) (Gebler et al., 2014). 2

3 Product Service System (PSS) Product Service System (PSS) secara umum dikenal sebagai konsep value creation yang memadukan antara produk (Tangible) dan service (Intangible), dimana perpaduan antara produk dan service ini akan didesain sedemikian rupa sehingga mampu memberikan nilai tambah, mampu memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen secara spesifik. Berikut ini adalah definisi PSS menurut beberapa penilitian yang telah dilakukan oleh beberapa peniliti sebelumnya: A Product Service system (PS system or product service combination) is a marketable set of products and services, jointly capable of fulfilling a client's need (Goedkoop et al, 1999) A system of products, services, supporting networks and infrastructure that is designed to be: competitive, satisfy customer needs and have a lower environmental impact than traditional business models (Mont, 2002) Ide utama PSS adalah bagaimana konsumen tidak dihadapkan secara langsung pada produk-produk, tetapi bagaimana konsumen memperoleh semua kebutuhan dan keinginannya melalui service yang disediakan. Dengan memanfaatkan service, konsumen dapat memenuhi semua keinginannya lebih banyak, dibandingkan hanya sekedar memanfaatkan produkproduk dengan fungsi tertentu. Inilah yang membedakan konsep tradisional dengan PSS. Dimana konsep tradisional hanya berorientasi pada produk dan bagaimana menjual produk tersebut. Kategori Product Service System (PSS) Tukker (2004) dalam penelitiannya membagi PSS ke dalam tiga kategori utama, yaitu: 1. Product oriented: penjualan produk dimana pelanggan akan membeli sebuah produk dan memiliki 100% kepemilikan atas produk yang sudah dibelinya. Sementara perusahaan menawarkan dan mengenakan biaya atas layanan service yang terkait dengan produk tersebut. 2. Use oriented: untuk kategori ini, kepemilikan produk 100% dipegang oleh perusahaan, dimana perusahaan tidak menjual produk secara langsung kepada konsumen tetapi menjual penggunaan produk atau fungsi produk tersebut melalui sistem leasing, sharing, atau renting. 3. Result oriented: perusahaan menjual hasil atau kompetensi mereka. Dalam kasus ini, perusahaan menawarkan berbagai macam service dimana hasil yang akan diberikan kepada konsumen tersebut dapat diwujudkan melalui bantuan produk-produk yang mereka miliki. Kepemilikan produk 100% dipegang oleh perusahaan penyedia service. Konsumen tidak perlu lagi melakukan leasing, sharing, ataupun renting, tetapi cukup memanfaatkan kompetensi dari perusahaan sehingga kebutuhan dan keinginan konsumen dapat terpenuhi. METODE Ada beberapa tahapan proses yang harus dilakukan dalam penelitian ini. Secara terperinci tahapan proses yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Survei dan wawancara awal untuk mengetahui kondisi dan model bisnis Printer 3D di Surabaya saat ini. 2. Studi literatur untuk mengetahui gambaran keseluruhan kondisi Industri Kreatif Indonesia. 3

4 3. Segmentasi pasar. 4. Pengumpulan Voice of Customer (VOC) dengan kuesioner dan menterjemahkan ke terknikal respon. 5. Pembuatan alternatif model bisnis dengan konsep PSS. 6. Pemilihan alternatif model bisnis yang sesuai dengan segmen pasar. 7. Pendefinisian proses bisnis dan komponen biaya untuk setiap model bisnis. 8. Analisa kelayakan bisnis. HASIL DAN PEMBAHASAN Langkah awal dalam pengembangan model bisnis ini adalah dengan melakukan survei dan wawancara untuk mencari informasi tentang kondisi dan model bisnis berbasis Printer 3D yang ada. Survei dan wawancara dilakukan pada lima perusahaan di Surabaya. Selanjutnya adalah dengan melakukan studi literatur untuk mengetahui gambaran keseluruhan mengenai kondisi Industri Kreatif Indonesia. Tujuan studi literatur ini adalah untuk mengetahui peluang pengembangan model bisnis Printer 3D, terutama kondisi pasar yang berpotensi untuk memanfaatkan teknologi Printer 3D. Dalam buku Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia , Industri Kreatif Indonesia dibagi kedalam 14 sub-sektor meliputi Periklanan; Arsitektur; Pasar barang seni; Kerajinan; Desain; Fashion; Video, film & fotografi; Permainan interaktif; Musik; Seni pertunjukan; Penerbitan & percetakan; Layanan komputer & piranti lunak; Televisi & radio; Riset & pengembangan. Setelah peluang pengembangan model bisnis didapatkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah dengan melakukan proses segmentasi pasar. Manfaat segmentasi pasar adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat penjualan dan yang lebih penting lagi agar operasi perusahaan dalam jangka panjang dapat berkelanjutan dan kompetitif. Dalam penelitian ini segmen pasar yang dipilih ada segmen pasar pembuat maket (Sub-sektor arsitek). Segmen pasar telah ditentukan, selajutnya adalah pengumpulan VOC dengan kuesioner. Kuesioner ini akan dibagikan pada 30 responden untuk segmen pasar pembuat maket. Tujuan dari pengumpulan VOC adalah supaya dapat mengetahui seluruh kebutuhan dan keinginan konsumen terkait model bisnis Printer 3D. Setelah seluruh VOC didapatkan, langkah yang perlu dilakukan adalah menterjemahkannya kedalam teknikal respon perusahaan. Tujuan proses ini adalah untuk menjawab semua kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga konsumen merasa puas terhadap produk dan service yang diberikan. Pembuatan alternatif model bisnis dengan konsep PSS Sesuai dengan pembagian tipe PSS menurut Tukker, alternatif model bisnis yang dapat dibuat adalah model bisnis yang bersifat product oriented, model bisnis yang bersifat use oriented, dan model bisnis yang bersifat result oriented. Untuk model bisnis yang bersifat product oriented adalah bagaimana sebuah perusahaan dapat menyediakan Printer 3D yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang disertai dengan service tambahan yang diberikan kepada konsumen. Dalam hal ini, value yang dapat diberikan kepada konsumen adalah dengan menjadi penyedia (Menjual) Printer 3D. Untuk model bisnis yang bersifat use oriented adalah bagaimana perusahaan dapat memberikan manfaat dan fungsi dari Printer 3D kepada konsumen, tanpa konsumen harus membeli Printer 3D. Dalam hal ini, value yang yang dapat diberikan kepada konsumen adalah dengan layanan persewaan Printer 3D. 4

5 Sedangkan untuk model bisnis yang bersifat result oriented adalah bagaimana perusahaan dapat memberikan manfaat dan fungsi dari Printer 3D kepada konsumen, tanpa konsumen harus memiliki atau bahkan menggunakan Printer 3D secara langsung. Dalam hal ini, value yang dapat diberikan kepada konsumen adalah jasa pembuatan produk dengan menggunakan Printer 3D. Pemilihan alternatif model bisnis yang sesuai dengan segmen pasar Untuk memilih tiga alternatif model bisnis diatas, digunakan analisa biaya produksi. Analisa biaya produksi ini digunakan untuk mengetahui alternatif model bisnis mana yang memberikan biaya terkecil dari sudut pandang konsumen. Konsumen dalam hal ini adalah para pembuat maket yang membutuhkan manfaat dan fungsi dari Printer 3D. Dalam melakukan analisa biaya produksi ini dibutuhkan informasi mengenai rata-rata jumlah pembuatan maket untuk para setiap pembuat maket. Informasi ini didapatkan dari kuesioner yang telah dibagikan kepada para pembuat maket, sebanyak 30 responden. Setelah informasi ini didapatkan, langkah selanjutnya adalah mendefinisikan biaya material, biaya listrik, biaya tenaga kerja, biaya investasi untuk pembelian Printer 3D, biaya perawatan, depresiasi alat, biaya sewa, biaya jasa untuk proses printing 3D, dan beberapa komponen biaya lain yang diasumsikan. Contoh perhitungan biaya produksi untuk pembuatan maket dengan menggunakan Printer 3D milik sendiri (Product oriented), dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Perhitungan Produksi untuk Pembuatan Maket dengan Menggunakan Printer 3D Milik Sendiri - Product Oriented (Dalam Rupiah) Res. Total material dan listrik investasi per bulan Total biaya perawatan depresiasi alat operator Total biaya produksi dengan alat sendiri per bulan , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,31 Contoh perhitungan biaya produksi untuk pembuatan maket dengan menyewa Printer 3D (Use oriented), dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Perhitungan Produksi untuk Pembuatan Maket dengan Menyewa Printer 3D - Use Oriented (Dalam Rupiah) Res. Total biaya sewa alat Total material dan listrik operator per bulan Total biaya pembuatan dengan sewa alat , , , , , , , , , ,93 5

6 Contoh perhitungan biaya produksi untuk pembuatan maket dengan menjasakan ke pihak lain (Result oriented), dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Perhitungan Produksi untuk Pembuatan Maket dengan Menjasakan ke Pihak Lain - Result Oriented (Dalam Rupiah) Res. Berat material per maket (Gram) Jumlah pembuatan jasa per gram jasa per maket Total biaya jasa ,67 0, ,56 0, , , ,00 0, , , , , , ,67 Pendefinisian proses bisnis dan komponen biaya untuk setiap model bisnis Setelah model bisnis ditentukan, tahapan selajutnya adalah dengan mendefinisikan proses bisnis dari kedua model bisnis tersebut. Pendefinisian proses bisnis ini dilakukan untuk mengetahui keseluruhan aktivitas yang akan dilakukan dalam sebuah model bisnis. Aktivitas ini meliputi dari penerimaan order hingga penyampaian value kepada konsumen. Value dalam hal ini merupakan gabungan antara produk dan service. Setelah proses bisnis didefinisikan, tahapan selanjutnya adalah dengan mendefinisikan semua komponen dan besarnya biaya terkait dengan model bisnis yang akan dijalankan. Semua komponen dan besarnya tersebut didefinisikan berdasarkan model bisnis yang telah ditentukan, seluruh VOC yang telah diterjemahkan kedalam teknikal respon perusahaan, dan asumsi. Analisa kelayakan bisnis Tahapan terakhir adalah dengan melakukan analisa kelayakan usaha untuk model bisnis yang telah dipilih. Dalam analisa kelayakan bisnis ini, dilakukan perhitungan proyeksi laba rugi, perhitungan proyeksi Free Cash Flow (FCF), perhitungan Internal Rate of Return (IRR), Weighted Average Cost of Capital (WACC), dan Net Present Value (NPV) untuk jangka waktu 10 tahun kedepan. Contoh perhitungan laba rugi untuk model bisnis menjual Printer 3D dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Contoh Perhitungan Laba Rugi Model Bisnis Menjual Printer 3D Product Oriented 2016 (Rp) 2017 (Rp) Laba usaha Beban bunga (11.5%) Laba sebelum pajak Pajak penghasilan (30%) Laba bersih perusahaan

7 Contoh perhitungan Free Cash Flow, nilai IRR, WACC, dan NPV untuk model bisnis menjual Printer 3D dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Contoh Perhitungan Free Cash Flow Model Bisnis Menjual Printer 3D - Product Oriented Free cash flow 2016 (Rp) 2017 (Rp) Net profit Depresiasi mobil Depresiasi gedung 0 0 Bunga*1-pajak Terminal value 0 0 Total in flow Initial cost Perubahan modal kerja 0 0 Total out flow Net cash flow IRR 43% WACC 10,75% NPV Rp KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil pengembangan model bisnis Printer 3D dengan penerapan PSS, dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini telah dikembangkan tiga alternatif model bisnis, antara lain model bisnis penyedia (Menjual) Printer 3D (Product oriented), model bisnis persewaan Printer 3D (Use oriented), dan model bisnis jasa pembuatan produk menggunakan Printer 3D (Result oriented). Dari hasil analisa biaya produksi, model bisnis yang paling sesuai untuk segmen pasar pembuat maket adalah model bisnis penyedia (Menjual) Printer 3D (Product oriented). Karena memiliki biaya terkecil dari sudut pandang konsumen, dalam hal ini adalah para pembuat maket. 2. Berdasarkan indikator finansial yang digunakan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa model bisnis tersebut layak untuk dijalankan dan menguntungkan, serta diharapkan dapat berkelanjutan (Sustainable) secara finansial. Hal ini dapat dilihat dari nilai IRR dan NPV untuk masing-masing model bisnis yang telah dikembangkan. Dimana nilai IRR > WACC dan nilai NPV > 0. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diberikan beberapa saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat diberikan: 1. Keberlanjutan (Sustainability) mencakup aspek finansial, lingkungan, dan sosial. Dalam penelitian ini, aspek keberlanjutan (Sustainability) yang dijadikan indikator hanya aspek 7

8 finansial saja. Untuk penelitian selanjutnya, alangkah baiknya jika aspek lingkungan juga disertakan sebagai indikator tambahan. Sehingga hasil penerapan PSS dalam pengembangan model bisnis akan lebih maksimal. Dengan demikian model bisnis yang dihasilkan tidak hanya profit oriented, tetapi juga ramah lingkungan. 2. Dalam penelitian ini, segmen pasar yang menjadi target penelitian adalah sub-sektor arsitek (Pembuat maket). Untuk pengembangan penelitian selanjutnya, dapat memanfaatkan sub-sektor industri kreatif yang lain seperti sub-sektor kerajinan, sub-sektor desain, sub-sektor perfilman, dan sub-sektor fashion yang sangat berpotensi untuk memanfaatkan teknologi Printer 3D. DAFTAR PUSTAKA Gebler, M., Anton, J.M., Uiterkamp, S., dan Visser, C. (2014). A global sustainability perspective on 3D printing technologies. Energy Policy, Vol.74, p Goedkoop, M et al. (1999). Product Service-Systems, ecological and economic basics. Report for Dutch Ministries of Environment (VROM) and Economic Affairs (EZ). Gunarta, I.K. (2013). Penilaian Usaha, Konsep Dasar dan Implementasi. Jurusan Teknik Industri, Hopkinson, N., Hague, R.J.M., dan Dickens, P.M. (2006). Rapid Manufacturing. An industrial Revolution for the Digital Age. John Wiley and Sons Ltd., Chischester, West Sussex.UK. Reim, W., Parida, V., dan Ortqvist, D. (2014). Product-Service Systems (PSS) business models and tactics a systematic literature review. Journal of Cleaner Production, Vol.30, p Tischner, U. dan Vezzoli, C. (2009). Product-Service Systems: Tools and Cases, Design for Sustainability (D4S): A Step-By-Step Approach. Tukker, A. (2004). Eight types of product-service system: eight ways to sustainability? experiences from SusProNet. Tukker, A. dan Tischner, U. (2006). New Business for Old Europe, Greenleaf Publishing. United Nations Environment Programme (UNEP). The role of Product Service Systems In a sustainable society. Vezzoli, C., Kohtala, C., Srinivasan, A., Diehl, J.C., Fusakul, S.M., Xin, L., dan Sateesh, D. (2014). Learning Network on Sustainability (LeNS): Product-Service System Design for Sustainability. Wohlers. (2013). Wohlers Report 2013 Additive Manufacturing and 3D Printing State of Industry Annual Worldwide Progress Report. Wohlers Associates, Fort Collins, CO, USA. 8

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Pada awalnya seperti diketahui, kegiatan perekonomian hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian semakin cepat seiring dengan munculnya potensi ekonomi baru yang mampu menopang kehidupan perekonomian masyarakat dunia. Pada awalnya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rapid Prototyping adalah salah satu langkah penting untuk finalisasi sebuah desain produk. Prototyping mempermudah dalam pembentukan konsep suatu desain. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia industri dewasa ini, kecepatan inovasi produk baik dari segi teknologi maupun estetika dan fungsionalitasnya memegang peranan penting untuk memenangkan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal dengan negara yang memiliki keanekaragaman seni dan budaya. Hal ini yang menjadi salah satu daya tarik wisata di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES

SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES SIDANG TUGAS AKHIR ANALISIS ELAYAKAN USAHA MAKANAN TRADISIONAL PEPES Pembimbing: Agus Riyanto, MT Oleh: Winda Octaviany 1.03.08.010 Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Berbagai usaha pada saat ini

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK Karaoke merupakan salah satu sarana hiburan yang sedang berkembang dan diminati masyarakat saat ini, untuk mendirikan sarana hiburan karaoke keluarga di Galeri Ciumbuleuit Apartemen, penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. 42 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Proses penelitian dalam rangka untuk memecahkan masalah diperlukan data-data dan informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dan berkaitan secara sistematis dengan masalah

Lebih terperinci

Teknik Analisis Biaya / Manfaat

Teknik Analisis Biaya / Manfaat Teknik Analisis Biaya / Manfaat Komponen Biaya Biaya Pengadaan (procurement cost) Biaya Persiapan Operasi (start-up cost) Biaya Proyek (project-related cost) Biaya Operasi (ongoing cost) dan Biaya Perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan dunia industri, adanya model produk menjadi sangat penting dalam menentukan apakah produk yang akan diproduksi sudah memenuhi kriteria atau belum.

Lebih terperinci

TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT

TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT TEKNIK ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT 1. Pendahuluan Pengembangan suatu sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainnya. Investasi berarti dikeluarkannya sumber sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan banyaknya kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak terjadinya suatu kelangkaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Asumsi-asumsi... 11

DAFTAR ISI Asumsi-asumsi... 11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR BAGAN...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian CAD CAD (Computer Aided Design) adalah suatu program komputer untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk. Produk yang ingin digambarkan bisa diwakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Menteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan pesatnya pesaingan dalam era globalisasi, organisasi dituntut agar mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PERMAINAN EDUKATIF JENIS GELINDING KELERENG UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK USIA 4-6 TAHUN

RANCANG BANGUN ALAT PERMAINAN EDUKATIF JENIS GELINDING KELERENG UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK USIA 4-6 TAHUN Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi RANCANG BANGUN ALAT PERMAINAN EDUKATIF JENIS GELINDING KELERENG UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK USIA 4-6 TAHUN *Nila Kusumaningtyas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor ekonomi Indonesia mengalami perubahan. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor pertanian. Namun seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan yang terjadi di dalam dunia usaha begitu ketat, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan yang tepat agar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER)

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER) ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER) RENDI NUGROHO (5209100124) DOSEN PEMBIMBING : DR. APOL PRIBADI SUBRIADI, ST, MT OUTLINE Sekilas Tentang PT. TELKOM MSC (Maintenance

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG

PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG PENGGUNAAN TERTINGGI DAN TERBAIK PADA BANGUNAN DI KORIDOR JL. BASUKI RACHMAT KAYUTANGAN MALANG Afief Fithrotun Nisa 1, *), Purwanita Setijanti 2) dan Christiono Utomo 3) Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-222 Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Yudha Pramana dan I Putu Artama Wiguna Departemen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PERPANJANGAN LISENSI SOFTWARE CAD/CAM/CAE DI DIESHOP DMD, PT AHM

KELAYAKAN PERPANJANGAN LISENSI SOFTWARE CAD/CAM/CAE DI DIESHOP DMD, PT AHM KELAYAKAN PERPANJANGAN LISENSI SOFTWARE CAD/CAM/CAE DI DIESHOP DMD, PT AHM Anthony Seno Subroto Staf Produksi Industri Manufaktur Automotive, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No.

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY MARKETING PLAN. Business Plan Salon Mobil ++ Kewirausahaan/Contoh Proposal Usaha/ BDS-Doc. Latar belakang. Tujuan dan Manfaat Bisnis

EXECUTIVE SUMMARY MARKETING PLAN. Business Plan Salon Mobil ++ Kewirausahaan/Contoh Proposal Usaha/ BDS-Doc. Latar belakang. Tujuan dan Manfaat Bisnis EECUTIVE SUMMARY Latar belakang Tujuan dan Manfaat Bisnis Tujuan bagi konsumen : Manfaat bagi konsumen : Tujuan bagi pihak salon mobil : Manfaat bagi pihak salon mobil : Ruang Lingkup Bisnis Nature of

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value and Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value and Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT PT. Dollar Super Plastin is one of manufacturing companies which engaged in the manufacture of plastics and as a distributor. Company today wants to invest capital in the form of a new branch

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi kendaraan di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data dari badan pusat statistik dari tahun 2000 hingga 2012 menunjukkan kenaikan jumlah kendaraan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA tbk. PADA PERIODE 2005-2013 Disusun Oleh : Nama : Fera Aristiyani NPM : 20207459 Kelas : 4EB05

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produk berkelanjutan merupakan suatu hal yang menjadi sangat penting dalam perkembangan dunia industri. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan target pasar

Lebih terperinci

Interaksi Manusia dan Komputer

Interaksi Manusia dan Komputer Pertemuan 07 Interaksi Manusia dan Komputer Bg.5 Prototype Oleh : ANISYA, S.Kom., M. Kom Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informatika ITP 2013 SUB TOPIK Rapid Prototyping Dimensi Prototyping (Representasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan zaman saat ini yang ada di Indonesia telah banyak sekali pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi pengembangan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini Teknologi Informasi (TI) telah digunakan secara luas dalam berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan manfaat yang diperoleh

Lebih terperinci

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value.

Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang. keuangan yang strategis yang meningkatkan shareholder value. Balanced Scorecard adalah salah satu system pengukuran keberhasilan manajemen yang meyakini bahwa jika perusahaan memiliki orang-orang dengan kemampuan yang tepat dan sikap yang baik akan dapat melaksanakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Capital budgeting, investment machine, and the feasibility of the investment. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Capital budgeting, investment machine, and the feasibility of the investment. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The initial goal of the company is to maintain the continuity of the business in order to survive in the global competition. This study aimed to assess the feasibility of using the investment

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA NECIS LAUNDRY LATAR BELAKANG Saat ini perubahan ekonomi mempengaruhi gerak laju kegiatan kegiatan perekonomian yang berlangsung. Persaingan yang ketat, perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan rencana..., Rabiah Amalia, FE UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan rencana..., Rabiah Amalia, FE UI, 2008. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Departemen Perdagangan RI telah memetakan 14 sektor industri kreatif yang salah satunya merupakan industri penerbit dan percetakan. Menteri Perdagangan mengatakan bahwa

Lebih terperinci

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Industri Kreatif dapat diartikan sebagai kumpulan aktivitas ekonomi yang terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi. Industri kreatif juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Sedangkan perumahan merupakan kumpulan atau kelompok rumah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif adalah industri yang bermuara pada intelektualitas, ide, dan gagasan orisinil yang kemudian di realisasikan berdasarkan pemikiran insan kreatif yang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada laba (profit oriented) menjadi tujuan yang berorientasi pada nilai (value

BAB I PENDAHULUAN. pada laba (profit oriented) menjadi tujuan yang berorientasi pada nilai (value 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis sangat mendorong perusahaan untuk berinvestasi ke seluruh dunia dengan membawa perubahan yang berorientasi pada laba (profit oriented)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Antagonishop Apparel adalah salah satu perusahaan di kota Bandung yang menekuni usaha di bidang percetakan sablon kaos oblong digital. Perusahaan ingin melakukan ekspansi usaha dengan membeli

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTAS OBYEK HASIL FUSED DEPOSITION MODELING PADA WAKTU PROSES

PENGARUH ORIENTAS OBYEK HASIL FUSED DEPOSITION MODELING PADA WAKTU PROSES Jurnal Teknik Mesin, Vol. 16, No. 2, Oktober 2016, 41-46 ISSN 1410-9867 DOI: 10.9744/jtm.16.2.41-46 PENGARUH ORIENTAS OBYEK HASIL FUSED DEPOSITION MODELING PADA WAKTU PROSES Wesley Budiman 1), Juliana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan cukup strategis dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto Nasional (PDB) Indonesia. Sektor

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Penerapan Konsep Green Building Terhadap Keputusan Investasi pada National Hospital Surabaya

Analisa Pengaruh Penerapan Konsep Green Building Terhadap Keputusan Investasi pada National Hospital Surabaya 1 Analisa Pengaruh Penerapan Konsep Green Building Terhadap Keputusan Investasi pada National Hospital Surabaya Rizki Andini dan Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana atau modal, kita perlu melakukan suatu studi kelayakan untuk melihat apakah proyek

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Analisis Aspek Teknis Bagan alur kerja di Dies Manufacturing Division, PT. Astra Honda Motor adalah sebagai berikut, dijelaskan pula pada tahap mana

Lebih terperinci

Industri Kreatif Jawa Barat

Industri Kreatif Jawa Barat Industri Kreatif Jawa Barat Dr. Togar M. Simatupang Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Masukan Kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat 2007 Daftar Isi Pengantar Industri Kreatif Asal-usul

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU PADA KEDAI MINUMAN LILIPUT BUBBLE Nama : Adi Putro Nugroho NPM : 10210156 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pembimbing:Ir. Titiek Irewati,MM BAB I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung Gambar 1.1 Logo Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK)

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA Nur Aini Rachmawati, Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian ini akan dijelaskan mengenai struktur kerja penelitian, data-data yang diperlukan, metode pengumpulan data serta hasil yang diharapkan. 3.1.

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Analisis Kelayakan Proyek Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang Kebijakan Publik Perlukah membangun rumah sakit baru? Membangun bandara atau menambah

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI PRODUK

PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI PRODUK PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI PRODUK Sobron Lubis, Sofyan Djamil, Yolanda Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah A222 Yudha Pramana dan I Putu Artama Wiguna Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA Dan MANFAAT

ANALISA BIAYA Dan MANFAAT Pertemuan 6 ANALISA BIAYA Dan MANFAAT ANALISA BIAYA Dan MANFAAT Pendahuluan Di dalam mengembangkan suatu sistem informasi perlu dipertimbangkan investasi yang dikeluarkan sebab menyangkut kepada dana perusahaan.

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Analisis Biaya/Manfaat. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Analisis Biaya/Manfaat. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Analisis Biaya/Manfaat Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Pendahuluan Pengembangan sistem informasi merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek lainya. Investasi artinya dikeluarkanya

Lebih terperinci

BISNIS MODEL PERMAINAN INTERAKTIF THE SHERLOCK WAYS

BISNIS MODEL PERMAINAN INTERAKTIF THE SHERLOCK WAYS BISNIS MODEL PERMAINAN INTERAKTIF THE SHERLOCK WAYS Raymond R. Mulyadi, Virtue Ngaharjo, Janice, dan Agustian B. Prasetya Laporan Teknis Jakarta, 04/05/2015 Disetujui, Dr. Agustian Budi Prasetya, MPA ABSTRAK

Lebih terperinci

Kata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI

Kata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI ABSTRAK Dalam menghadapi ekonomi yang global dewasa ini, perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam persaingan bisnis yang semakin tajam terutama dalam melakukan investasi

Lebih terperinci

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI PRODUK PETROLEUM DAN CHEMICAL DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING

OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI PRODUK PETROLEUM DAN CHEMICAL DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING OPTIMASI PERENCANAAN PRODUKSI PRODUK PETROLEUM DAN CHEMICAL DENGAN METODE GOAL PROGRAMMING Dimas Ismunandar dan Suparno Program Studi Magister Manajemen Teknologi ITS Bidang Keahlian Manajemen Industri

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED

PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, ITS Surabaya Kampus ITS, Keputih, Sukolilo, Surabaya, Indonesia e-mail:

Lebih terperinci

EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI

EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI EKONOMI KREATIF DALAM PERSPEKTIF PERDAGANGAN, HAMBATAN DAN PERAN PERGURUAN TINGGI Dedi Budiman Hakim dan Muhammad Fazri, Bogor, 29 Desember 2015 Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Penggunaan mesin Auto cutter Metoda Analisa Kelayakan Investasi Proyek 1. Proyek 2 (Jaket)

ABSTRAK. Penggunaan mesin Auto cutter Metoda Analisa Kelayakan Investasi Proyek 1. Proyek 2 (Jaket) ABSTRAK Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan laba dalam persaingan yang semakin ketat pada industri manufacturing di Indonesia maupun terhadap luar negeri, terutama dalam bidang industri garment, dapat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab empat, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebelum melakukan analisis

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN. Prototyping Rapid Prototyping Dimensi Prototyping Terminologi Prototyping Prototyping Tools

MATERI PEMBELAJARAN. Prototyping Rapid Prototyping Dimensi Prototyping Terminologi Prototyping Prototyping Tools PROTOTYPE Pert 5 MATERI PEMBELAJARAN Prototyping Rapid Prototyping Dimensi Prototyping Terminologi Prototyping Prototyping Tools PROTOTYPE? proses membangun model dari suatu sistem. bentuk awal (contoh)

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI MATERI 1. Konsep dasar operasi dan produktivitas 2. Strategi Operasi 3. Perencanaan pengendalian operasi, Perencanaan dan 4. persediaan 5. Perencanaan Kebutuhan Bahan (MRP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK

INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN. Vita Kartika Sari 1 ABSTRAK INDUSTRI KREATIF: MOTOR PENGGERAK UMKM MENGHADAPI MASAYARAKAT EKONOMI ASEAN Vita Kartika Sari Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS Surakarta E-mail: kartikavirgo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Kuantitatif Setelah mengadakan pengamatan dan wawancara terhadap suatu unit bisnis salon X, penulis melakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Diagram alir metode penelitian merupakan kerangka berpikir yang terdiri langkah-langkah penelitian yang disusun sebagai acuan penelitian. Diagram alir diperlukan agar penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak liberalisasi perbankan tahun 1988, persyaratan pembukaan bank dipermudah, bahkan setoran modal untuk mendirikan bank relatif dalam jumlah yang kecil. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan ABSTRAK Dunia usaha selalu dipenuhi dengan persaingan. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan bisnis atau usahanya agar mampu bersaing dan dapat bertahan. Ada berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN Oleh : CITTO PACAMA FAJRINIA 3109100071 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi negara merupakan suatu hal yang sangat penting karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih baik untuk dicapai sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL BUDGETING PADA CV. SURYA SEJAHTERA BERSAMA Nama : Restia Arenisca Wulandari NPM : 26212149 Kelas : 3EB27 Jurusan : S1 Akuntansi

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

Analisis Biaya Proyek

Analisis Biaya Proyek Manajemen biaya proyek (Project Cost Management) Analisis Biaya Proyek Drs. Antok Supriyanto, MMT. 1-33 Pendahuluan Pengembangan SI merupakan suatu investasi seperti halnya investasi proyek yang lain.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Spa adalah salah satu alternatif pilihan masyarakat Bandung untuk melepaskan lelah. Melihat hal ini, pengusaha Delta Spa di Jakarta berminat mengembangkan usaha spa pria di Bandung, karena belum

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat perekonomian yang tiap tahunnya meningkat membuat individu di dunia harus mencari sumber penghasilan sebanyak-banyaknya agar mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci