BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKMB). Misalnya posyandu. Sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKMB). Misalnya posyandu. Sebagai"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata bentuk peran masyarakat antara lain muncul dan perkembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKMB). Misalnya posyandu. Sebagai indikator peran aktif masyarakat melalui pengembangan UKMB digunakan persentase desa yang memiliki pasyandu.posyandu merupakan wahana kesehatan bersumberdaya masyarakat yang memberikan layanan 5 kegiatan utama (KIA,KB,Gizi, Imunisasi dan p2 Deare) dilakukan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat. Peran kader sangat penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program posyandu.bila Kader tidak aktif maka pelaksaan posyandu juga akan menjadi tidak lancer dan akibatnya status gizi bayi dan balita (bawah lima tahun) tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan program posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita.pada tahun 2007,lebih kurang posyandu di Indonesia hanya 40% yang masih aktif dan diperkirakan hanya 43% anak balita yang terpantau status kesehatan (Riskesdes,2008) Perkembangan dan peningkatan mutu pelayanan posyandu sangat dipengaruhi oleh peran serta masyarakat diantaranya adalah kader. Fungsi kader terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap peritisan 1

2 2 posyandu,penghubung dengan lembaga yang menunjung penyelenggaraan posyandu,sebagai perencana pelaksana dan sebagai Pembina serta sebagai penyuluhan untuk memotivasi masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan posyandu di wilayah (isaura,2011) Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kinerja kader yaitu umur, sikap, motivasi, pengetahuan, masa kerja,insentif/penghargaan,frekuensi pelatihan.makin lama masa kerja seorang kader pengalaman yang dimiliki semakin banyak sehingga dapat digunakan sebagai 3dasar untuk bertindak/mengambil keputusan. Sebaliknya kader pemuka belum memiliki banyak pengalaman serta asing dan ragu ragu. Kondisi ini akan menghambat peran sertanya dalam suatu kegiatan (Aprilianto 2010). Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku kader posyandu yaitu: tingkat pendidikan kader kesehatan yang rendah mempengarihi penerimaan informasi sehingga pengetahuan pengetahuan tentang pemanfaatan meja posyandu menjadi terhambat atau terbatas (Suhardjo, 2009). Faktor bekerja saja Nampak berpengaruh pada peran kader kesehatan sebagai timbulnya suatu masalah pada pemanfaatan meja penyuluhan serta tiada ada waktu kader mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja (Depkes RI, 2000). Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu prilaku didalam kehidupan sehari-hari (notoatmodjo,2003). Tingat pengetahuan tentang psysandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat

3 3 membentuk sikap positif terhadap program posyandu khususnya pemanfaatan meja penyuluhan. Pada gilirannya akan mendorong seseoarang untuk aktif dan ikut serta dalam pelaksanaan posyondu.kurang nya pengetahuaan sering di jumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan karena kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan informasi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari (Sediaoetama, 2009). Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan maka akan semakin baik pemanfaatan meja penyuluhan. Orang dengan pengetahuan penyuluhan yang rendah akan berprilaku tidak ada rasa percaya diri yang berdampak menjadi tidak aktif dalam memanfaatkan meja penyuluhan (Sediaoetama, 2009). Indonesia pada tahun 2011 memiliki posyandu yang aktif dangen jumlah kader orang. Sedangkat di Sulawesi selatan sendiri mempunyai posyandu aktif yang terbesar di 2.955desa dengan jumlah kader yang aktif mencapai orang ( Profil Data Kesehatan Indonesia, 2011). Puskesmas Bontobahara merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Bulukumba yang terletak di Kecamatan Bontabahari tepatnya di desa tenuburu. Berdasarkan data yang diperoleh jumlah kader yang ada tidak sebanding dengan jumlah kader yang aktif. Berdasarkan data Puskesmas Bontabahari tahun 2012, jumlah kades tahun 2009 dan 2010 sebanyak 138

4 4 dan yang aktif 93,5% jumlah kades aktif menurun pada tahun 2011 yaitu 80,4% dari 138 kades. Berdasarkan jumlah posyandu di provinsi Aceh mencapai 5,561 dan jumlah kades sebanyak 51,066. Dengan jumlah balita 616,347 orang,jumlah balita yang di timbang sebanyak 507,297 (82,31%) yang berat badan balita naik yaitu 369,099 (59,88%) dengan status gizi buruk yaitu 24,592 orang (3,99%). Provinsi Aceh mempunyai 9735 posyandu,tingkat partipasi untuk dating ke posyandu (D/S) belum mencapai target yaitu hanya 64%,sedangkan target 75%. Tingkat penimbangan (N/D) tahun 2010 hanya mencapai 60% dari target sebesar 70% (Dinkes Aceh, 2010). Di pukesmas Pante Bidari Lhok Nibong terdapat 20 posyandu dengan jumlah kades yang ada 60,dan kades yang aktif 50 orang. Bayi di desa pante bidari sebanyak 382 bayi,yang telah mendapatkan imunisasi DPT-1 dan HB-1 sekitar 268 bayi dengan 130,46%. Data ini menunjukkan imunisasi bayi dan pemantauan tumbuh kembang balita di Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur belum maksimal (Dinas Kesehatan Aceh Timur, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kinerja kader diwilayah kerja puskemas. B. Rerumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi

5 5 kinerja Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Panten Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader di wilayah kerja puskesmas Pante Bidari Lhok Nibong Kabupaten Aceh Timur tahun Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader di wilayah kerja puskesmas ditinjau dari pengetahuan. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader di wilayah kerja puskesmas ditinjau dari perkerjaan. c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader di wilayah kerja puskesmas ditinjau dari pendidikan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas Puskesmas dapat meningkatkan pembinaan dan pelatihan kader posyandu dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerjanya. 2. Bagi masyarakat/ kader Ketua kader dapat me-review kedisiplinan kader dalam melaksanakan tugas sebagai kader posyandu.

6 6 3. Bagi institusi pendidikan Dapat memberikan gambaran dan informasi sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan calon tenaga kesehatan propesional. 4. Bagi penelitian Dapat dijadikan acuan untuk dilakukan penelitian selanjutnya.

7 7 BAB II TINJAUAAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian Kinerja adalah suatu yang di capai atau prestasi yang di perlihatkan ( Kamus Benar Bahasa Indonesia 2001). Menurut Trisnantoro dan Agastya (1996), kinerja merupakan proses yang dilakukan dan hasil yang di capai oleh suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Kane (1993) menjelaskan,kinerja sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh karyawan tertentu melului kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya Gibson (1996) menyatakan sikap karyawan mempunyai hasil kerja yang berbeda,sedangkan Cosio (2003) mengumuukakkan, kinerja merupakan suatu jaminan bahwa seseorang pekerja atau kelompok mengetahui apa yang diharapkannya dan memfokuskan kepada kinerja yang efektif. McCloy et al (1994), menyetakan bahwa kinerja adalah kelakuan atau kegiatan yang berhubungan dengan organisasi,di mana organisasi tersebut merupakan keputusan dri pimpinan. Dikatakan bahwa kinerja bukan outcome, konsekuensiatau hasil dari prilaku atau perbuatan, tetapi kinerja adalah multidimensi sehingga untuk beberapa perkerjaaan yang spesifik mempunyan beberapa bnetuk komponen kinerja yang di buat dalam batas hubungan variasi dengan variable-variabel lain.

8 8 Stewart (1993) menganalisi faktor-faktor yang mempangaruhui kinerja 14 orang yaitu kecerdasan, stabilitas emisional, motifasi kerja, situasi keluarga, pengalaman kerja, kelompok kerja serta pengaruh ekternal. 2. Jeneis-jenis kinerja a. Kinerja strategik Kinerja strategik biasanya berkaitan denga strategi dalam penyesuaian terhadap lingkungannya dan kemampuan dimana sutuan organisasi berada. Biasanya kebijakan strategi di pengang oleh top menejer karena menyakut strategi menghadapi pihak luar, dan juga ninerja strategi harus mampu visi ke depan tentang kondisi maktro ekonomi Negara yang berpengaruh pada kelansungan organisasi. b. Kinerja administratif Kinerja administratif berkaitan dengan kinerja atministrasi organisasi. Termaksu tentang struktur adminiftrastif yang mengatur hubungan otoritas (wewenang) dan tanggung jawab dari orang y6ang menduduki jabatan atau berkerja pada unit-unit kerja yang terdapat dalam organisasi. Disamping itu, kenerja atminitratif berkaitan dengan kinerja dari mekanisme aliran informasi antar unit kerja dalam organisasi. Agar tercapai singkronisasi kerja antar unit kerja. c. Kinerja operasional Kinerja operasional berkaitan dengan efektifitas penggunaan setiap sumberdaya yang di gunakan organisasi. Kemampuan mencapai efektifitas

9 9 penggunaan sumberdaya (modal, bahan baku, teknologi dan lain-lain) tergantung kepada sumberdaya manusia yang mengerjakan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Menurut darma (2005) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf meliputi: Mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi:umur,jeniskelamin,pendidikan,lama kerja,penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja,atasan,organisasi,penghargaan dan imbalan). Gibson (1996) menyatakan terdapat tiga kelompok variable yang mempengaruhi kinerja dan prilaku yaitu(1) variable individu,yang meliputi,kemampuan dan ketrampilan,fisik maupun mental,latar belakang,pengalaman dan demografi,umur dan jenis kelamin asal usul dan sebagainya, kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yuang mempengaruhi kinerja individu,sedangkan demokrasi mempunyai hubungan tidak langsung pada prilaku dan kinerja.(2) variabel organisasi,yakni sumber daya,kepemimpinan,imbalan,struktur dan desain pekerjaan, (3) variabel psikologis,yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi, persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit di ukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar di capai,karena seseorang individu masuk dan bergabung ke dalam suatu organisasi kerja pada usia,etis,latar belakang,budaya dan ketrampilan yang berbeda satu sama lainnya. Urainan dari variabel kinerja dapat dilihat sebagai berikut:

10 10 a. Tanggug jawab: adalah kesanggupan seorang bidan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memiliki resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukanny (Murlis,2006). b. Inisiatif:asdalah prakarsa atau kemampuan seorang bidan untuk menganbil keputusan,langkah-langkah atau melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan,(steers,2005). c. Jumlah pekerjaan:variabel ini berkembang berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama lain didalam beberapa diantaranya lebih menarik dan menantang di banding lainnya. Menurut Muchlas (2006) terdapat 3 macam teori yang mendukung teori karakteristik perkerjaan ini antara lain: 1) Persyaratan tugas: model karakteristik perkerjaan dan ciri persyaratan tugas dalam organisasi itu. 2) Jumlah produk yang dihasilkan dalam waktu tertentu dibandingkan dengan hasil yang seharusnya dicapai sesuai standar atau dibandingkan dengan hasil perkerjaan orang lain. 3) Penilaian jumlah pekerjaan dilakukan menggunakan indicator: umpan balik dari rekan, atasan, bawahan, orientasi waktu dan menghargai produk dengan insentip yang sewajarnya, (Jain, 2006). 4) Pemenuhan standar kerja: brocklesby, J. And Cummings yang dikutup dalam Eriyanto (2006) menyambut pemenuhan standar kerja

11 11 merupakan proses menghasikan suatu kegiatan yang berjalan sempurna, seluruh perkerja dilaksanakan secara rapi, sempurna, dapat diterapkan dan akurat. Indicator yang dapat di pakai untuk menilai pemenuhan standar kerja dapat dinilai dari mutu pekerjaan dengan cara: selalu menganalisis data, persiapan diri dalam berkerja, motivasi mengembankan diri, patuh pada standar kerja yang ditetapkan, rapi, tertip, tidak menaghindari umapan balik, puas dengan perencanaan yang dapat dikerjakan dan berusaha menjadi yang terbaik. Menurut hayadi dan kristiani (2007) kinerja merupakan gambaran tingkatan suatu pelaksanaan kegiatan atau program dalam usaha mencapai tujuan, misi dan visi organisasi. Istilah kinerja sering dipakai untuk menyebut pretasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang mempunyai tujuan strategis organisasi. Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja sebagi dasar bagi pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja periode berikutnya. Pencapaian kinerja bidan dapat di lihat dari 3 komponen yaitu kondisi yang di harapkan, pelaksanaan program dan indicator yang mencapai produktivitas petugas bidan dalam berkerja dapat diukur melalui berbagai cara, antara lain melalui gaji yang diperoleh tiap-tiap bidan, atau bias juga diukur dengan menggunakan rasio perbandingan antara kompensasi diperoleh oleh petugas bidan dibandingkan dengan jumlah bidan yang ada dalam puskesmas.

12 12 B. Kader 1. Pengertian Kader berasal dari bahasa Yunani cadre yang berarti bingkai. Bila dimaknai secara lebih luas berarti orang yang mampu menjalankan amanat, memiliki kapasitas pengetahuan dan keahlian, pemegang tongkat estafet sekaligus membingkai keberadaan dan kelangsungan suatu organisasi. Kader adalah ujung tombak sekaligus tulang punggung kontinyuitas sebuah organisasi. Secara utuh kader adalah mereka yang telah tuntas dalam mengikuti seluruh pengkaderan formal, teruji dalam pengkaderan informal dan memiliki bekal melalui pengkaderan non formal. Dari mereka bukan saja diharapkan eksistensi organisasi tetap terjaga, melainkan juga diharapkan kader tetapakan membawa misi gerakan organisasi hingga paripurna. Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyaratakat (Zulkifli, 2003). Menurut Depkes RI (2005), kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat pelayanan kesehatan dasar. Meskipun pada mulanya mereka ditunjuk dengan kondisi yang belum tahu apa-apa yang akan dikerjakan tetapi sebagian mereka tidak merasa keberatan, menyesal dan tidak terpaksa. Kader posyandu dipilih oleh pengurus posyandu dari anggota masyarakat yang bersedia,

13 13 mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu. Kader posyandu menyelenggarakan kegiatan posyandu secara sukarela. Tugas kader dalam kegiatan posyandu adalah belum sepenuhnya menjalankan program 5 meja. Kader hanya melakukan pencatatan, penimbangan dan memberikan makanan tambahan. Kader di beberapa posyandu sangat jarang melakukan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan oleh petugas kesehatan baik dari Puskesmas maupun dinas kesehatan. Tugas lain kader adalah mengunjungi ibu balita yang tidak berkunjung ke posyandu untuk memberikan pembinaan (Widiastuti, 2008) Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga merupakan mitra pembanguan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan (Depkes RI, 2005). Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting terhadap kunjungan ibu ke posyandu. Dengan pelayanan yang menyenangkan, ramah, dan memberikan informasi serta penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas kesehatan, sehingga orang tua sadar untuk datang ke posyandu (Mardiati, 2001). Kader kesehatan adalah tenaga kesehatan yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh di tengah-

14 14 tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan meningkatan dan membina kesejahtraan dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan (Depkes, RI 2000 Menurut kramastuti (2004), kader dipilih secara teori oleh,dan untuk masyarakat. Tetapi kadang-kadang kenyataannya dipilih oleh pamong atau aparat desa, adapun kreteria untuk menjadi kader yaitu : 1. Bisa membaca dan menulis 2. Wanita atau pria 3. Berdomisili tetap di kelurahan setempat 4. mau dan mampu bekerja secara sukarela untuk kepentingan masyarakat mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat disamping usahanya mencari nafkah. 5. Berpenampilan ramah dan simpatik 6. Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu 2. Jenis-jenis kader a. Kader Posyandu Balita Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan rutin setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan balita.

15 15 b. Kader Posyandu Lansia Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia. c. Kader Masalah Gizi Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan, penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi). d. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan, pemeriksaan ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan (penyakit). e. Kader Keluarga Berencana (KB) Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan, pelaksanaan pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan tempat tinggalnya f. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik) Kader yang bertugas membantu petugas Puskesmas melakukan pendataan dan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja Puskesmas. 3. Tugas Kader Kesehatan Menurut Depkes RI (2000) tugas kader kesehatan meliputi T u gas kad er dal am pos yandu Kegiatan yang dapat dilakukan

16 16 kader dalam pelayanan posyandu meliputi 5 meja diantaranya. 1) Meja 1 mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada KMS dalam secarik kertas yang diselipkan pada KMS, mendaftarkan ibu hamil yang menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau lembar registrasi ibu hamil dan wanita usia subur (WUS)2)Meja 2 penimbangan bayi atau balita, mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang dipindahkan ke KMS, penimbangan ibu hamil3)meja 3 pengisian KMS dan memindahkan catatan hasil penimbagan balita dari secarik kertas di dalam KMS anak tersebut4) Meja 4 terdiri dari beberapa kegiatan yaitu :a)menjelaskan data KMS atau keadaan anak yang digambarkan berdasarkan data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada ibu dari anak yang bersangkutan. C. Pendidikan Pendidikan adalah faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat sehingga mereka dapat menerima ide-ide baru. Sedangkan tingkat pendidikan merupakan faktor yang terkait dengan ekonomi dan sosial lainnya, seperti pendapatan, gaya hidup, pola reproduksi (Depkes RI, 2003). Menurut Notoadmodjo (1997) pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan melalui proses belajar individu, kelompok atau masyarakt dari tidak tahu tentang nilai-

17 17 nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalahmasalah kesehatan sendiri menjadi mampu. Menurut Sisdiknas tahun 2003 pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau berbentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau berbentuk lain yang sederajat, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umm dan pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, megister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Sisdiknas, 2003). D. Pengetahuan Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi terhadap tindakan yang dilakukan. pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami (Notoatmodjo,2003) Pengetahuan merupakan hasil tau, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. pengetahuaninkan atau kognitif

18 18 merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,2003). Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang diinginkan didalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu : 1. Tahu (know) Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya untuk mengukur bahwa orang tahu tentang sesuatu dengan menggunakan kata kerja antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension) Merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. bila telah paham secara objek, maka kita harus menjelaskan, menerangkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (aplikasion) Merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Merupakn suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tertentu, tetapi dalam struktur organisasi tersebut dan mempunyai hubungan satu sama lain.

19 19 5. Sintesis (Syntesis) Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluating) Merupakan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. setelah orang mendapatkan pengetahuan, selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap yang diketahuinya itu. E. Perkerjaan Perkerjaan Pekerjaan menurut departement pendidikan dan kebudayaan (1994) adalah pencaharian barang apa saja yang menjadi pokok penghidupan, sesuatu yang dilakukan untuk mendapatkan nafkah. Kehidupan seseorang sangat ditunjang oleh kemampuan ekonomi keluarga. sebuah keluarga yang berada dibawah garis kemiskinan akan sangat mustahil untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada keluarganya. orientasi keluarga miskin adalah kebutuhan fisiologi yang dibutuhkan sehari-hari, sedangkan kesehatan baru mendapatkan penelitian apabila telah mengganggu aktifitas mereka sehari-hari (Notoatmodjo, 1997).

20 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Berdasarkan teori yang ditemukan Notoatmodjo (2003), maka kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitianpenelitian yang akan dilakukan Dalam hal ini peneliti akan meneliti dua variable independen, yaitu pendidikan, pekerjaan, dan sikap. Variabel dependent pada penelitian ini adalah pengaruh kinerja kader di desa. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel independen variabel dependen Pendidikan Pengetahuan Pengaruh Kinerja Kader Pekerjaan Gambar 3.1 Kerangka Konsep

21 21 B. Defenisi Operasional No Variabel Dependen Definisi Operasional 1. kinerja kader Hasil yang di capai oleh seorang kader dalam melaksanakan tugasnya Variabel independen 1. Pendidikan Jenjang pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh kader 2. Pengetahuan Pemahaman kader tentang pelayanan posyandu, yang meliputi: Jenis posyandu Tujuan dan sarana posyandu Pelayanan terpadu Kegiatan posyandu Cara Ukur Alat Ukur Hasil ukur Skala Ukur Membagikan kuesioner Baik Ordinal koesioner Buruk dengan kriteria: - baik bila melakukan tugasnya - buruk bila tidak melakukan tugasnya -Tinggi DIII/S1/ sederajat - Menengah SMA/Sederaja t - Dasar SD/SLTP/ Sederajat kuesioner sebanyak 15 soal dgn kriteria - benar > % - sedang, jika menjawab benar 56-75% - rendah jika menjawab benar <56% Kuesioner Kuesioner Tinggi menengah Dasar Tinggi Menegah Dasar Ordinal Ordinal

22 22 3. Pekerjaan Kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga - Bekerja : bila kegiatan utama seharihari dilakukan diluar rumah. - Berkerja tidak tetap = bila perkerjaan dilakukan dibeberapa tempat diluar rumah - Tidak bekerja : bila kegiatan utama seharihari dilakukan di dalam rumah. Kuesioner Bekerja tetap Berkerja tidak tetap Tidak bekerja Ordinal C. Hipotesis 1. Ada Pengaruh Antara Pendidikan Dengan Kinerja Kader Di Wilayah Kerja puskesmas pande bidari lhok nibong Kabupaten Aceh Timur Tahun Ada Pengaruh Antara Pengetahuan Dengan Kinerja Kader Di Wilayah Kerja puskesmas pande bidari lhok nibong Kabupaten Aceh Timur Tahun Ada Pengaruh Antara Pekerjaan Dengan Kinerja Kader Di Wilayah Kerja puskesmas pande bidari lhok nibong Kabupaten Aceh Timur Tahun 2013

23 23 BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik yang dilakukan dengan tujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,2005). Melalui metode ini penelitian ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader di wilayah kerja kader di Puskesmas Lhok Nibong Aceh Timur. B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader di wilayah Kerja Puskesmas Pante Bidari Lhok Nibong Aceh Timur pada tahun 2013 yang berjumlah 60 orang 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yang berjumlah 60 orang. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Puskesmas Pantee Widari Lhok Nibong Aceh Kabupaten Aceh Timur. 2. Waktu penelitian Penelitian ini telah di lakukan pada tanggal 14 s/d 21 Agustus 2013

24 24 D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung oleh penulis dilokasi penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kader di desa Lhok Nibong Aceh Timur yang diperoleh langsung melalui kuesioner dan observasi. 2. Data Skunder Data yang diperoleh dari kinerja kader di desa Lhok Nibong Aceh Timur dan berbagai referensi dari buku-buku perpustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini. E.Intrumen Penelitian Adapun intrumen dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner jumlah pertnyaan 18 peretanyaan yang terdiri dari 1 pernyataan mengenai pendidikan, 15 pertanyaan mengenai pengetahuan 2 pertanyaan tentang perkerjaan dengan penilaian apabila responden menjawab benar diberi skor 1 dan apabila salah di beri skor 0 F. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah semua kuesioner yang telah diisi oleh penelitian berdasarkan jawaban yang di berikan responden dikumpulkan lalu di anjurkan dengan pengolahan data. Ditemukan oleh Arikonto (2006) adapun langkah-langkah yang dilakukan pengolahan data meliputi:

25 25 a. Editing Yaitu mengoreksi kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini data telah dikumpulkan lalu dilakukan pengecekan identitas responden kelengkapan data dan tidak ditemukan data yang missing (hilang) baik itu pada persepsi ibu tentang pelayanan posyandu dengan keaktifan mengikuti kegiatan posyandu. b. Editing Yaitu mengoreksi kesalahan dalam pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini data telah dikumpulkan lalu dilakukan pengecekan identitas responden kelengkapan data dan tidak ditemukan data yang missing (hilang) baik itu pada persepsi ibu tentang pelayanan posyandu dengan keaktifan mengikuti kegiatan posyandu. c. Coding Mengklasifikasi jawaban menurut macamnya dengan memberi kode tertentu. Kode diberikan dengan mencantumkan no pada kode pengenalan responden. d. Transfering Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara beraturan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk memasukan ke dalam master tabel dan data tersebut diolah dengan menggunakan program komputer. e. Tabulating

26 26 Yaitu mengelompokkan responden berdasarkan kategori yang telah dibuat untuk tiap-tiap sub variabel yang diukir dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dan tabel silang/contingency. 2. Analisa Data a. Analisa Univariat Digunakan dengan metode statistik deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan persentase dari masing-masing. Pengkategorian masing-masing dilakukan dengan menentukan mean/rata-rata 0 dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Budiarto (2002),yaitu: Keterangan: n = Nilai rata-rata = Jumlah nilai dari data responden = Sampel Selanjutnya variabel-variabel tersebut dikategorikan dengan kriteria sebagai berikut: Ya, apabila x Tidak, apabila x Selanjutnya data yang telah dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi ditentukan persentase perolehan untuk tiap-tiap kategori dengan menggunakan rumus yang di kemukakan oleh Notoatmodjo (2005) yaitu:

27 27 keterangan : P= x 100% P = Presentase = frekuensi teramati n = jumlah responden yang menjadi sampel b. Analisa Bivariat Analisis bivariat yaitu untuk melihat penggaruh kedua variabel independen dan variabel dependen. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi dan regresi linear sederhana. Menurut Colton kekuatan hubungan variable secara kualitatif dalam uji korelasi dibagi dalam 4 (empat) area : 1. r = 0,00 0,25, tidak ada pengaruh/pengaruh lemah 2. r = 0,26 0,50, pengaruh sedang 3. r = 0,51 0,75, pengaruh kuat 4. r = 0,76 1,00, pengaruh sangat kuat/sempurna

28 28 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Puskesmas Pante Bidari Lhok Nibong merupakan salah satu wilayah kerja yang berada di Kabupaten Aceh Timur. Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Pante Bidari Lhok Nibong adalah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Krueng Teupin Batee 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Matang Perlak 3. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Pante Panah 4. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Matang Kruet. Wilayah Kerja Puskesmas Pantee Bidari Lhok Nibong mempunyai luas wilayah 48,77 km 2 yang ditempati oleh penduduk sebanyak orang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani. Wilayah Kerja Puskesmas Pante Bidari Lhok Nibong mencakupi 4 kemukiman yang terdiri dari 24 desa. Jumlah pegawai yang berdinas di Wilayah Kerja Puskesmas Lhok Nibong terdiri dari 1 orang dokter umum, 2 orang dokter gigi, 12 orang perawat, 10 orang bidan puskesmas, dan 20 orang bidan desa. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantee Bidari Lhok Nibong pada tanggal 14 sampai 21 Agustus 2013 terhadap 60 responden maka diperoleh hasil sebagai berikut :

29 29 1. Pengetahuan Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 No Pengetahuan Jumlah % Rendah Sedang Tinggi Sumber: Diolah Tahun ,3 10,0 31,7 Jumlah Berdasarkan tabel 5.1 dari 60 responden sebagian besar pengetahuannya berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 35 orang (58,3%). 2. Pekerjaan Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 No Pekerjaan Jumlah % Tidak bekerja Bekerja tidak tetap Bekerja tetap Sumber: Diolah Tahun ,3 26,7 20,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.2 dari 60 responden sebagian besar berada pada kategori tidak bekerja yaitu sebanyak 32 orang (53,3%).

30 30 3. Pendidikan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 No Pendidikan Jumlah % Dasar Menengah Tinggi Sumber: Diolah Tahun ,3 26,7 30,0 Jumlah Berdasarkan tabel 5.3 dari 60 responden sebagian besar pendidikannya berada pada kategori dasar yaitu sebanyak 26 orang (43,3%). 4. Kinerja Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kinerja Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 No Kinerja Jumlah % 1 2 Buruk Baik Sumber: Diolah Tahun ,3 46,7 Jumlah Berdasarkan tabel 5.4 dari 60 responden sebagian besar kinerjanya berada pada kategori buruk yaitu sebanyak 32 orang (53,3%).

31 31 5. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Tabel 5.5 Korelasi Pengetahuan Terhadap Kinerja Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 Variabel r R 2 Persamaan p Value Garis Pengetahuan 0,568 0,322-0, ,311 0,000 Sumber: Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.5, kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Pearson Correlation untuk melihat pengaruh pengetahuan terhadap kinerja didapatkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan terhadap kinerja. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai koefisien korelasinya atau r = 0,568, yang berarti pengaruh pengetahuan terhadap kinerja berada pada hubungan yang kuat. 5. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kinerja Tabel 5.6 Korelasi Pekerjaan Terhadap Kinerja Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 Variabel r R 2 Persamaan p Value Garis Pekerjaan 1,000 1,000-0, ,000 0,000 Sumber: Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.6, kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Pearson Correlation untuk melihat pengaruh pekerjaan

32 32 terhadap kinerja didapatkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pekerjaan terhadap kinerja. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai koefisien korelasinya atau r = 1,000, yang berarti pengaruh pekerjaan terhadap kinerja berada pada hubungan yang sangat kuat (sempurna). 6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kinerja Tabel 5.7 Korelasi Pendidikan Terhadap Kinerja Kader Posyandu di kecamatan Pante Bidari Lhok Nibong Kecamatan Aceh Timur tahun 2013 Variabel r R 2 Persamaan p Value Garis Pendidikan 0,582 0,339-0, ,343 0,000 Sumber: Diolah Tahun 2013 Berdasarkan tabel 5.7, kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Pearson Correlation untuk melihat pengaruh pendidikan terhadap kinerja didapatkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan terhadap kinerja. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai koefisien korelasinya atau r = 0,582, yang berarti pengaruh pendidikan terhadap kinerja berada pada hubungan yang kuat.

33 33 C. Pembahasan 1. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Kader Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Pearson Correlation untuk melihat pengaruh pengetahuan terhadap kinerja didapatkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan terhadap kinerja. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai koefisien korelasinya atau r = 0,568, yang berarti pengaruh pengetahuan terhadap kinerja berada pada hubungan yang kuat. Menurut teori Notoadmodjo, (2003), Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang mempengaruhi terhadap tindakan yang dilakukan. pengetahuan seseorang tidak secara mutlak dipengaruhi oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman masa lalu, namun tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diterima yang kemudian menjadi dipahami. Pengetahuan merupakan hasil tau, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. pengetahuaninkan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

34 34 Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Depkes (2011) bahwa ibu yang mengetahui atau memiliki pengetahuan baik tentang kinerja kader, akan cenderung untuk memanfaatkan tersebut. Oleh karena itu pengetahuan ibu tentang kinerja kader penting untuk diketahui agar pemanfaatannya lebih maksimal. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi pengertahuan mempengaruhi terhadap sesuatu yang dilakukan, pengetahuan tidak secara mutlak dipengaruh tapi ada juga, oleh pendidikan karena pengetahuan dapat juga diperoleh dari pengalaman-pengalaman masa yang lalu, karena pendidikan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang yang dipahami. 2. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kinerja Kader Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Pearson Correlation untuk melihat pengaruh pekerjaan terhadap kinerja didapatkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pekerjaan terhadap kinerja. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai koefisien korelasinya atau r = 1,000, yang berarti pengaruh pekerjaan terhadap kinerja berada pada hubungan yang sangat kuat (sempurna). Menurut Teori Notoadmodjo (1997) Kehidupan seseorang sangat ditunjang oleh kemampuan ekonomi keluarga. sebuah keluarga yang

35 35 berada dibawah garis kemiskinan akan sangat mustahil untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan pada keluarganya. orientasi keluarga miskin adalah kebutuhan fisiologi yang dibutuhkan sehari-hari, sedangkan kesehatan baru mendapatkan penelitian apabila telah mengganggu aktifitas mereka sehari-hari. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Mubarak (2011), bahwa kemudahan untuk memperoleh suatu bekerja dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Informasi yang didapat oleh seseorang akan merangsang pikiran dan kemampuan seseorang serta menambah pengetahuan. Menurut peneliti, ibu-ibu yang bekerja akan bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dari segala bidang sehingga memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih baik dari pada ibu yang tidak bekerja. Selain itu, seseorang yang bekerja cenderung lebih mudah menerima informasi guna menambah pengetahuannya termasuk dalam hal kesehatan yang salah satunya adalah tentang kinerja kader posyandu. Dengan kondisi demikian, ibu yang bekerja akan lebih memilih kader posyandu yang memiliki tingkat efektifitas tinggi dan sehingga ibu dapat lebih nyaman dalam bekerja dan keluarga sejahtera. 3. Pengaruh Pendidikan Terhadap Kinerja Kader Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Pearson Correlation untuk melihat pengaruh

36 36 pendidikan terhadap kinerja didapatkan p value = 0,000 yang berarti lebih kecil dari nilai α = 0,05. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara pengetahuan terhadap kinerja. Hasil uji statistik juga diperoleh nilai koefisien korelasinya atau r = 0,582, yang berarti pengaruh pendidikan terhadap kinerja berada pada hubungan yang kuat. Menurut teori Sisdiknas (2003), pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau berbentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah atau berbentuk lain yang sederajat, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umm dan pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan tinggi yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, megister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Sisdiknas, 2003). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Widianti (2007) bahwa pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan denga seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti berasumsi faktor yang mempegaruhi pendidikan kinerja masyarakat sehingga dapat menerima ide-ide baru, sedangkan tingkat pendidikan merupakan factor yang terkait

37 37 dengan ekonomi dan sosialnya seprti, pendapatan, gaya hidup. Dan pendidikan suatu penerapan ilmu atau konsep dalam bidang kesehatan melalui proses belajar, supaya masyarakat yang tidak tahu tentang nilainilai kesehatan menjadi tahu, dari yang tidak mampu mengatasi masalahmasalah kesehatan sendiri menjadi mampu.

38 38 BAB VI PENETUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantee Bidari Lhok Nibong Kabupaten Aceh Timur, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada Pengaruh Pendidikan Terhadap Kinerja Kinerja Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantee Bidari Lhok Nibong Kabupaten Aceh Timur 2. Ada Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kinerja Kinerja Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantee Bidari Lhok Nibong Kabupaten Aceh Timur 3. Ada Pengaruh Pekerjaan Terhadap Kinerja Kinerja Kader Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantee Bidari Lhok Nibong Kabupaten Aceh Timur B. Saran 1. Untuk Peneliti Selanjutnya Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menambah informasi tentang metode Kinerja Kader dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang mempengaruhi pengetahuan kinerja kader. 2. Bagi Dinas Kesehatan/ Puskesmas Diharapkan dapat meningkatkan pembinaan dan pelatihan kader posyandu dalam pelaksanaan posyandu di wilayah kerjanya. 3. Bagi Masyarakat/ Kader

39 39 Diharap kepada Ketua kader dapat me-review kedisiplinan kader dalam melaksanakan tugas sebagai kader posyandu. 4. Bagi institusi pendidikan Diharap untuk dapat memberikan gambaran dan informasi sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan sehingga menghasilkan calon tenaga kesehatan propesional.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR RACHMADY Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh Latar belakang : Kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata bentuk peran masyarakat antara lain muncul dan perkembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. PUSKESMAS a. Pengertian Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Partisipasi Kader Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok (Widiastuti A, 2007). Kader kesehatan adalah promotor kesehatan desa (Promkes) yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azazi manusia (UUD 1945, pasal 28 ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU (Studi di Desa Kemlagilor Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan tahun 2016) Siti Aisyah *Dosen Program Studi

Lebih terperinci

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Rosiana Alfa Risqi Program Studi Magister Epidemiologi Sain Terapan Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih diarahkan pada upaya menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sebagai salah satu parameter yang dapat menentukan kualitas sumber daya manusia sebuah Negara, karena

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Fitryana. M Mahasiswi Pada STIKes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penulis akan menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016. ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016 Disusun Oleh : ANNISA TRIUTAMI NIM. D11.2012.01479 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN

Lebih terperinci

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi Pramanik Gantini, Dewi Hanifah, S.SIT., M.Keb Abstrak Rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dimana penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dimana penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui ada atau tidaknya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Jenis penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif dengan desain penelitian analitik dimana penelitian ini ditunjukan untuk mengetahui ada atau tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pendekatan

Lebih terperinci

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF BALITA 1-3 TAHUN DI POSYANDU JINTEN 12 RW XII BADRAN,BUMIJO, JETIS,YOGYAKARTA Sudarti 1, Afroh Fauziah

Lebih terperinci

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TARUSAN KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2011 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan dari dua atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Kegiatan kegiatan yang dipadukan khususnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) 396726 Kepanjen KERANGKA ACUAN POSYANDU BALITA A. PENDAHULUAN Dalam rangka mendukung dan

Lebih terperinci

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM EVALUASI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU DESA CIDENOK WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari 2 kelompok sampel atau lebih (Notoatmodjo, 2010). Pulokulon kabupaten Grobogan Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari 2 kelompok sampel atau lebih (Notoatmodjo, 2010). Pulokulon kabupaten Grobogan Jawa Tengah. 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan jenis penelitiannya, penelitian ini merupakan Jenis penelitian analitik dengan menggunakan desain comparative study (studi perbandingan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak faktor. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat secara optimal oleh masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai srategis

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN Oleh : Esti Ratnasari dan Muhammad Khadziq Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Univariat Analisis univariat ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen maupun varibel dependen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

MATERI PENYEGARAN KADER

MATERI PENYEGARAN KADER MATERI PENYEGARAN KADER 1. Topik : KMS a. Pengertian Kartu Menuju Sehat (KMS) KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa informasi lain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional yang diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Tilote sebagai salah satu pelayanan dasar dan terdepan di Kecamatan Tilango memberikan pelayanan rawat jaan dan rawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif korelasi, merupakan suatu penelitian yang menguji hubungan dua variabel kuantitatif

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latang Belakang Masalah Menurut Depkes RI keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan pembangunan manusianya. Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang lebih diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK KADER

KUESIONER UNTUK KADER KUESIONER UNTUK KADER Petunjuk Pengisian. 1. Jawablah pertanyaan yang ada pada kuesioner ini secara lengkap dan dengan sejujurnya. 2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang menurut pendapat anda benar.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA Mahasiswi Stikes U budiyah Banda Aceh Abstrak Latar Belakang : Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional di bidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. 1 P r o f i l T a h u n a n P u s k e s m a s K e c. T e b e t

B A B I PENDAHULUAN. 1 P r o f i l T a h u n a n P u s k e s m a s K e c. T e b e t B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati Hubungan Pengetahuan, Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Pada Bayi Di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado Kusmiyati, 1, Syuul Adam 2, Sandra Pakaya

Lebih terperinci

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERJAYA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU DESA CISAYONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA REPI SEPTIANI RUHENDI MA0712020 INTISARI Setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Observasional Analitik study yaitu penelitian yang coba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian cross sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian cross sectional, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi. Sedangkan rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan antara status gizi balita dengan kejadian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur Ranti Lestari 1, Budiman 2 1.Dosen Akademi Kebidanan Cianjur Email : Ranti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Definisi Motivasi Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang berarti menggerakkan (Winardi, 2007). Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERHADAP KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGKAL KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2016 Rickah Liva Yulianti Akademi Kebidanan Manna Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani, dkk : 2008) adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian, 3.8) Alat Pengumpulan Data, 3.9) Metode Pengumpulan Data, 3.10) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang 3.1) Desain Penelitian, 3.2) Kerangka Operasional, 3.3) Populasi, Sampel, dan Sampling, 3.4) Kriteria Sampel, 3.5) Variabel Penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi analitik yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu merupakan bagian dari pembangunan untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dikelola oleh kader posyandu yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah ABSTRAK GAMBARAN SOSIAL BUDAYA DENGAN POLA MAKAN IBU MENYUSUI DI KEMUKIMAN JANGKA BUYA KECAMATAN JANGKA BUYA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013 Fitri Wahyuna 1, Zainal Abidin 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 Endang Wahyuningsih Latar Belakang Penelitian, Asupan makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONSUMSI KALSIUM SELAMA KEHAMILAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTAR GERBANG BEKASI TAHUN 2011 JURNAL MARNI BR. KARO PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Analitik bertujuan mencari hubungan pengetahuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Analitik bertujuan mencari hubungan pengetahuan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel melaui pengujian hipotesa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Posyandu merupakan garda depan kesehatan balita dimana pelayanan yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam 53 BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian ini. Hal-hal yang akan dijelaskan mencakup desain penelititan, populasi dan sampel,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE RITA YUSNITA Mahasiswi D-III Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan melalui panca indra yaitu indra

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Afroh Fauziah 1,Sudarti 2 INTISARI Latar Belakang:Angka Kematian Bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Posyandu a. Pengertian Posyandu Menurut Nasrul Effendi 1998 via Eny (2009), kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PETUGAS TERHADAP KINERJA PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMAS PEUREUMEUEKABUPATEN ACEH BARAT

PENGARUH KOMPETENSI PETUGAS TERHADAP KINERJA PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMAS PEUREUMEUEKABUPATEN ACEH BARAT PENGARUH KOMPETENSI PETUGAS TERHADAP KINERJA PELAYANAN KESEHATAN DIPUSKESMAS PEUREUMEUEKABUPATEN ACEH BARAT Muhammad Iqbal Fahlevi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar E-mail: muhammadiqbalfahlevi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran 1. Pengertian Peran (role) diartikan sebagai aspek yang dinamis dari suatu kedudukan. Dimana apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa.

BAB 3 METODE PENELITIAN. variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesa. BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan/pengaruh antara variabel-variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU HAMIL DI PUSKESMAS MANTRIJERON NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Windi Sriwijayanti 201510104100 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Mei 2013. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pengetahuan, Sikap dan Pendidika, PWS-KIA di Puskesmas. Volume 2 Nomor 2. Juli Desember JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan ISSN :

ABSTRAK. Pengetahuan, Sikap dan Pendidika, PWS-KIA di Puskesmas. Volume 2 Nomor 2. Juli Desember JIDAN Jurnal Ilmiah Bidan ISSN : Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Bidan Dengan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas Kota Manado Deliana Matruty 1, Agnes Montolalu 2

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Aat Agustini ABSTRAK ibu yang mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 1. Pelayanan kesehatan bayi muda - Transport sweeping imunisasi bayi 2. Pelayanan kesehatan balita - Posyandu - Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Lokasi Umum Lokasi penelitian ini berada di Kota Semarang Jawa Tengah yang letaknya berada di Jalan Pandanaran No. 79 Kelurahan Mugassari Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian eksplanatory research dengan metode observasi dan wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa adanya

Lebih terperinci