PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI RSUD KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI RSUD KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH"

Transkripsi

1 PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DALAM PROSES MENYUSUI ANTARA IBU PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI RSUD KOTA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan Shinta Ratna Anggraini R PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2011 to user

2 ABSTRAK Shinta Ratna Anggraini. R Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada masa pascanatal, orang tua terutama ibu akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi. Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan dengan pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma perineum akan menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan dengan tuntutan ibu untuk menyusui bayinya. Tuntutan tersebut bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 83 orang ibu menyusui di RSUD Kota Surakarta selama bulan Mei Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner data diri dan skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Analisis data menggunakan teknik independent t-test dengan bantuan program SPSS for windows versi 17. Hasil penelitian diperoleh skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara sebesar 78,37 dan bagi ibu multipara sebesar 69,70. Hasil analisis data independent t-test menunjukkan nilai significancy (p) sebesar 0,000 (p < 0,05). Kesimpulan dari hasil analisis adalah terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Kata Kunci : tingkat kecemasan dalam proses menyusui, primipara, multipara v

3 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan taufik-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara di RSUD Kota Surakarta. Selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. Sp.OG(K) selaku Ketua Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 2. Sri Mulyani, S.Kep, Ns., M.Kes. Sekretaris Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta 3. Erindra Budi C, S. Kep Ns, M. Kes selaku Ketua Tim Karya Tulis Ilmiah 4. M. Nur Dewi K, Amd., SST., M. Kes pembimbing utama atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis. 5. Muthmainah dr, M. Kes pembimbing pendamping atas segala petunjuk, bimbingan, motivasi dan saran bagi penulis. 6. Direktur, staf dan karyawan RSUD Kota Surakarta. 7. Penguji atas segala petunjuk, motivasi dan saran bagi penulis 8. Semua pihak terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini ix

4 Penulis menyadari keterbatasan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, sehingga kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Akhirnya, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Surakarta, Juli 2011 Penulis x

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa pasca persalinan, orang tua terutama ibu akan menghadapi tuntutan bayi baru lahir seperti menyusui bayi, tuntutan keuangan dan penyesuaian terhadap perubahan peran dan hubungan. Hal ini dapat menimbulkan respons emosi yang bermacam-macam. Perasaan yang dimiliki oleh ibu terhadap bayinya bersifat kompleks dan kontradiktif. Di ujung spektrum yang positif, ibu sangat menyayangi bayinya, merasa sangat senang dan puas dengan pengalaman persalinannya namun di ujung spektrum yang negatif, ibu merasakan trauma dengan pengalaman kehamilan dan persalinannya (Freser, 2009). Masa pasca persalinan sering merupakan waktu yang sangat mencemaskan bagi seorang wanita yang baru pertama kali menjadi ibu karena dituntut untuk dapat menyusui dan merawat bayinya (Freser, 2009). Sekitar 80% ibu postpartum akan mengalami periode emosional yaitu postpartum blues. Ibu akan mengalami perubahan mood, cemas, pusing serta perasaan sedih dan salah satu penyebabnya adalah kegiatan menyusui bayi (Bahiyatun, 2006). Keputusan ibu untuk menyusui atau tidak berkaitan erat dengan pengalaman menyusui pada anak sebelumnya. Ibu yang pertama kali menyusui dianggap belum berpengalaman dibandingkan dengan ibu yang 1

6 2 sudah memiliki anak sebelumnya (Suradi, 2004). Pada ibu yang memutuskan untuk menyusui bayinya mungkin akan menjadi orang yang malang dan selalu khawatir selama beberapa bulan setelah persalinan. Rasa sakit dan nyeri yang dialami akibat trauma jalan lahir akan mempengaruhi libido sehingga menimbulkan perasaan lelah, putus asa dan tidak bahagia yang berkaitan dengan tuntutan untuk merawat bayi yang baru lahir (Freser, 2009). Tuntutan menyusui bayi bagi seorang ibu akan dirasa berat sehingga dapat menimbulkan gangguan psikologis seperti kecemasan (Purnama, 2008). Kecemasan disebabkan oleh pengaruh biologis, sosial, psikologis (Durand, 2006). Ketika merasa cemas, individu akan merasa tidak nyaman, takut dan memiliki firasat akan ditimpa malapetaka. Kecemasan merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008). Beberapa bukti menunjukkan bahwa periode kehamilan, persalinan dan pascanatal merupakan masa terjadinya stress yang hebat, kecemasan, gangguan emosi dan penyesuaian diri (Fairlie et al, 2009). Penelitian tentang tingkat kecemasan dalam menyusui pernah dilakukan oleh Luqman Indra Purnama dari Universitas Jember dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Post Partum Primipara dengan Kelancaran Pengeluaran ASI di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan tingkat kecemasan ibu post partum primipara dengan kelancaran pengeluaran ASI dimana semakin tinggi kecemasan ibu post partum maka semakin sedikit ASI yang keluar.

7 3 Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Surakarta, didapatkan hasil bahwa jumlah persalinan dan ibu nifas selama 1 bulan berkisar pasien. Dari 10 orang ibu nifas yang terdiri dari 5 orang ibu primipara dan 5 orang ibu multipara yang berhasil ditemui pada tanggal Februari 2011, didapatkan data 80% ibu primipara mengatakan mengalami kecemasan saat pertama kali menyusui bayinya dan sebanyak 20% dari ibu multipara juga menyatakan pendapat yang sama. Oleh karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian lebih dalam untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara.

8 4 b. Tujuan khusus 1) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara. 2) Untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu multipara. 3) Untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis Diharapkan dapat memberikan masukan ilmiah mengenai kondisi psikologis, khususnya kecemasan dalam proses menyusui yang dialami ibu primipara dan multipara. b. Manfaat aplikatif 1) Bagi ibu Diharapkan dapat dijadikan masukan bagi ibu menyusui dalam mewaspadai perubahan psikologis pada saat menyusui. 2) Bagi profesi Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam upaya membantu, mencegah dan mengatasi kecemasan dalam proses menyusui. Profesi ini terkait dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan masyarakat seperti bidan, dokter atau tenaga kesehatan lainnya, psikolog maupun masyarakat umum.

9 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui a. Pengertian tingkat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) tingkat adalah susunan berlapis yang menyatakan kualitas atau keadaan lebih tinggi atau lebih rendah yang dihubungkan dengan titik tertentu. b. Kecemasan 1) Pengertian kecemasan Kecemasan (ansietas) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart, 2006). Kecemasan memberikan sinyal untuk menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan & Sadock, 2005). Kecemasan juga berhubungan dengan pengalaman dan pemahaman tentang sesuatu yang baru (Kaplan & Sadock, 2005 ; Suradi, 2004). 2) Penyebab kecemasan. Penyebab kecemasan terdiri dari berbagai sumber. Menurut Durrand (2006), kecemasan disebabkan dari berbagai kontribusikontribusi sebagai berikut : 5

10 6 a) Kontribusi biologis. Banyak bukti penelitian menunjukkan bahwa manusia mewarisi kecenderungan untuk tegang atau gelisah. Kontribusikontribusi kecil dari berbagai macam gen di berbagai wilayah kromosom membuat seseorang rentan mengalami kecemasan. Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan system neurotransmitter tertentu. Daerah otak yang paling sering berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik. Sebuah penelitian mengidentifikasi adanya sirkuit otak dalam sistem limbik yang dapat menimbulkan kecemasan. b) Kontribusi psikologis. Kecemasan adalah reaksi psikis terhadap bahaya di seputar reaktivasi situasi menakutkan pada masa kanak-kanak. Pada masa tersebut, seseorang menyadari bahwa tidak semua kejadian dapat dikontrol. Kontinum untuk persepsi ini bervariasi dari keyakinan penuh atas kemampuan untuk mengontrol semua aspek kehidupan hingga ketidakpastian seseorang mengatasi berbagai kejadian di masa datang. Kemampuan untuk mengontol diri menimbulkan action tendency (kecenderungan untuk bertindak) yang disebut dengan emosi. Fungsi utama emosi dapat dipahami sebagai penuntun seseorang untuk melakukan tindakan sebagai respons adanya kejadian eksternal. Berbagai keadaan emosional yang

11 7 menyertai individu dalam bertindak dan berucap disebut dengan afek. Afek negatif dialami oleh individu yang cenderung takut, cemas, gelisah dan depresi. Afek positif merangkum berbagai kecenderungan untuk merasa senang, riang, gembira dan sebagainya. c) Kontribusi sosial. Peristiwa yang menimbulkan stres dapat memicu kerentanan seseorang terhadap kecemasan. Peristiwa tersebut sebagian besar bersifat pribadi seperti masalah perkawinan, perceraian, masalah di tempat kerja, tekanan sosial dan sebagainya. Sebagian lainnya mungkin bersifat fisik seperti cedera atau penyakit. d) Model integratif. Model integratif atau triple vulnerability theory merupakan integrasi dari kontribusi biologis, psikologis dan sosial dalam perkembangan teori kecemasan. Triple vulnerability theory terdiri dari : (1) Generalized biological vulnerability (kerentanan biologis menyeluruh) adalah kecenderungan untuk tegang atau gelisah berasal dari genetik atau diturunkan. (2) Generalized psychological vulnerability (kerentanan psikologis menyeluruh) adalah adanya keyakinan yang kuat pada individu bahwa dunia ini berbahaya dan berada di luar

12 8 kontrol sehingga bila terjadi hal-hal buruk, individu tersebut akan merasa tidak mampu untuk mengatasinya. (3) Specific psychological vulnerability (kerentanan psikologis spesifik) adalah adanya pengalaman buruk terhadap objek tertentu yang berbahaya meskipun sebenarnya tidak menimbulkan bahaya apapun. Husada dalam Andari (2010) mengatakan kecemasan akan menyertai disetiap kehidupan manusia, terutama bila dihadapkan pada hal-hal yang baru maupun adanya sebuah konflik. Faktorfaktor penyebab kecemasan adalah : a) Faktor fisik. Kelelahan fisik bisa melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya simptom-simptom neurotic. b) Trauma dan konflik. Konflik akan terus membayangi apabila belum diselesaikan. Menurut Carnegie dalam Mursyidi (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kecemasan dibagi menjadi 3, yaitu: a) Faktor kognitif Kecemasan dapat timbul sebagai akibat adanya pengalaman masa lalu yang menakutkan dan pernah menimbulkan rasa sakit, maka apabila individu dihadapkan pada peristiwa yang sama ia akan merasakan kecemasan sebagai reaksi adanya bahaya.

13 9 b) Faktor lingkungan Kecemasan dapat timbul dari hubungan-hubungan dan kondisi di masyarakat. Kecemasan dalam kadar terberat dirasakan sebagai akibat dari perubahan sosial yang amat cepat, dimana tanpa persiapan yang cukup seseorang sudah dihadapkan pada situasi yang terus menerus berubah sehingga seseorang sulit melepaskan diri dari pengalaman yang mencemaskan ini. c) Faktor proses belajar Kecemasan timbul sebagai akibat dari proses belajar. Manusia mempelajari respons terhadap stimulus yang memperingatkan adanya peristiwa berbahaya akan segera terjadi. 3) Tingkatan kecemasan Videbeck (2008) mengungkapkan bahwa kecemasan dapat dibagi menjadi 4 tingkatan. Setiap tingkat menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu. Tingkatan tersebut yakni : a) Kecemasan ringan Adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya sendiri.

14 10 b) Kecemasan sedang Merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda sehingga individu menjadi gugup. c) Kecemasan berat Dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ancaman sehingga ia memperlihatkan respons takut dan distress. d) Panik Merupakan tingkatan tertinggi dari kecemasan. Pada tingkatan ini semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respons fight, flight, atau freeze. 4) Gejala kecemasan Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Kaplan & Sadock, 2005). Terdapat empat tingkatan kecemasan yakni ringan, sedang, berat dan panik (Tabel 2.1). Pada masing-masing tahap, individu memperlihatkan perubahan perilaku, kemampuan kognitif, dan respons emosional ketika berupaya menghadapi kecemasan.

15 11 Tabel 2.1 Tingkat respons kecemasan Tingkat kecemasan Ringan (1+) Respons fisik Respons kognitif Respons emosional Ketegangan otot ringan, Lapang persepsi luas, Perilaku sadar akan lingkungan, rileks terlihat tenang, percaya otomatis, atau sedikit gelisah, penuh diri, perasaan gagal sedikit tidak perhatian, rajin sedikit, waspada dan sabar, memperhatikan banyak aktivitas hal, mempertimbangkan menyendiri, informasi, tingkat terstimulasi, pembelajaran optimal tenang Sedang (2+) Ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondarmandir, memukulkan tangan, suara berubah, kewaspadaan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung Lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan Tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira Berat (3+) Ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, tindakan tanpa tujuan, rahang menegang, kebutuhan ruang gerak meningkat, mondarmandir, meremas tangan Panik (4+) Fight, flight, freeze, ketegangan otot meningkat, tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormone stress dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga Sumber : Videbeck, 2008 Lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecahpecah, sulit berpikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman, egosentris Persepsi sangat sempit, pikiran tidak logis, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, tidak rasional, halusinasi Sangat cemas, agitasi, takut, bingung, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas Merasa terbebani, merasa tidak mampu, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut, kaget, lelah

16 12 c. Menyusui 1) Pengertian menyusui Menyusui adalah cara pemberian makanan yang alamiah kepada bayi dari payudara ibu. Keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya yang mahal karena hanya diperlukan kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui serta dukungan dari lingkungan dan suami (Handayani, 2007). 2) Perilaku bayi saat menyusui Ibu harus mengetahui bahwa jika seorang bayi tidak lapar, bayi tidak akan mencari puting. Bayi biasanya mengantuk selama beberapa hari dan pada mulanya bukan merupakan pengisap yang baik (Berhman, 2006). Pada 24 jam pertama, bayi mengonsumsi 7 ml susu setiap kali menyusu dan pada 24 jam kedua konsumsi meningkat hingga 14 ml setiap kali menyusu (Fraser, 2009). Bayi cukup bulan akan dengan cepat menaikkan masukkannya dari 30 ml sampai ml setiap 3-4 jam pada usia 4-5 hari (Berhman, 2006). d. Tingkat kecemasan dalam proses menyusui 1) Pengertian Tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah suatu keadaan atau tahapan yang menyebabkan adanya perubahan psikologis ibu selama proses menyusui (Handerson, 2005). Kecemasan tersebut berkaitan erat dengan kondisi psikologis ibu pada masa

17 13 postpartum. Pada masa postpartum terdapat periode yang akan menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru, bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Berdasarkan teori Reva Rubin, ibu akan mengalami tiga tahapan perubahan psikologi pada periode postpartum yaitu : a) Taking in Terjadi 1-2 hari setelah melahirkan. Pada umumnya ibu pasif dan perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu akan terus menceritakan pengalamannya waktu bersalin. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan biasanya bertambah. b) Taking hold Terjadi 2-4 hari postpartum. Perhatian ibu tertuju pada fungsifungsi tubuh dan kemampuannya menjadi orang tua yang sukses sehingga ibu akan berusaha keras menguasai keterampilan merawat dan menyusui bayi. Nasihat dari bidan sangat diperlukan agar kepercayaan diri ibu timbul. c) Letting go Terjadi setelah ibu pulang ke rumah sehingga harus bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kebutuhan bayi. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya hak ibu dalam kebebasan dan berhubungan sosial. (Bahiyatun, 2009).

18 14 Sekitar 80% ibu postpartum akan mengalami periode emosional stress pada hari ke-3 sampai dengan hari ke-10 yang disebut dengan postpartum blues. Ibu akan mengalami perubahan mood, cemas, pusing serta perasaan sedih dan sendiri. Periode ini akan hilang dengan sendirinya namun tetap diperlukan dukungan psikososial. Penyebab timbulnya postpartum blues adalah : a) Perubahan kadar hormon yang terjadi secara cepat (perubahan kadar estrogen, progesterone, dan prolaktin). b) Ketidaknyamanan yang didapatkan (payudara bengkak, nyeri persalinan). c) Menyusui dengan ASI. d) Perubahan pola tidur. (Bahiyatun, 2009) 2) Faktor faktor yang menyebabkan kecemasan ibu dalam proses menyusui a) Stressor psikososial Stressor psikososial adalah suatu peristiwa atau kejadian yang mengakibatkan seseorang harus melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap kondisi yang dialami tersebut. Setiap orang mempunyai kekuatan atau ketahanan tertentu terhadap stressor yang dialaminya. Ketahanan terhadap stressor mengakibatkan perbedaan reaksi yang berbeda-beda pada tiap orang (Elvira, 2006).

19 15 Menyusui merupakan pengalaman baru yang dapat menjadikan stressor bagi ibu primipara (Nichol, 2005). Seorang ibu dengan bayi pertamanya mungkin mengalami berbagai masalah, hanya karena tidak mengetahui bagaimana cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana (Bahiyatun, 2009). Ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan, dan merawat bayi baru lahir (Handerson, 2005). Ibu multipara cenderung lebih berpengalaman dibandingkan dengan ibu primipara sehingga segala permasalahan yang akan timbul terkait menyusui dapat segera diantisipasi. Kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir (Handerson, 2005). b) Usia ibu Martadisoebrata dalam Handayani (2007) mengatakan bahwa umur sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan menyusui bayi. Ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dianggap belum matang secara fisik dan psikologi dalam menghadapi peran baru sebagai orang tua sedangkan ibu yang berumur diatas 35 tahun dianggap berbahaya karena fisiknya sudah jauh berkurang. Menurut Hurlock (dalam Handayani, 2007), ibu yang berumur

20 tahun disebut sebagai masa dewasa dimana masa ini diharapkan orang telah mampu memecahkan masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional. c) Dukungan sosial (terutama dari keluarga dan suami). Faktor eksternal seperti kurangnya dukungan keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan juga mempengaruhi timbulnya rasa cemas bagi ibu dalam menyusui bayinya. Ibu yang sebelumnya sudah mendapatkan kesulitan dalam menyusui dan mendapat perhatian maupun dukungan yang kurang dari lingkungan sekitar akan membuat ibu putus asa dan frustasi (Fraser, 2009). Dukungan psikologis sangat diperlukan agar ibu memiliki rasa percaya diri untuk menyusui bayinya (Bahiyatun, 2009). d) Kondisi bayi Kondisi bayi juga memberikan kontribusi kecemasan bagi ibu dalam menyusui bayi. Ibu yang mendapati bayinya lahir dengan kondisi yang berkebutuhan khusus (misal prematur) akan membuat ibu merasa kesulitan dan cemas dalam menyusui bayinya (Kodrat, 2010). e) Ketidaknyamanan payudara ibu Masalah lain yang terkait dengan timbulnya kecemasan dalam proses menyusui adalah adanya ketidaknyamanan pada payudara yang kerap menghampiri ibu primipara seperti adanya

21 17 pembengkakan pada payudara, puting lecet, saluran tersumbat, mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting atau bayi enggan menyusu (Bahiyatun, 2009). 2. Pengertian primipara dan multipara Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006). Primipara dan multipara merupakan penjabaran dari paritas. Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Titik ini dipertimbangkan dicapai pada usia kehamilan 20 minggu atau berat janin 500 gram (Varney, 2006).

22 18 B. Kerangka Konsep Variabel bebas : paritas ibu menyusui Ibu primipara Ibu multipara Masa nifas Belum berpengalaman Mengulang pengalaman Tekanan (stressor) Perubahan hormonal Psikologi ibu Postpartum blues Sense of control Emosi Afek negatif (ucapan dan tindakan) Variabel tergantung : Tingkat kecemasan dalam proses menyusui Stressor psikososial Dukungan keluarga Kondisi bayi Ketidaknyamanan payudara Keterangan : : Diteliti : tidak diteliti Gambar 2.1 Diagram kerangka konsep

23 19 C. Hipotesis Berdasarkan tinjauan teori dan kerangka konsep yang ada, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : Ibu primipara lebih cemas dibandingkan dengan ibu multipara dalam proses menyusui.

24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus cross sectional dimana variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2005). Penelitian ini mempelajari ukuran perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui (efek) yang dialami ibu primipara dan multipara (faktor risiko). B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di RSUD Kota Surakarta yang beralamatkan di Kecamatan Banjarsari dengan alokasi waktu penelitian pada bulan Mei C. Subjek Penelitian 1. Populasi Penelitian a. Populasi target Populasi target dalam penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya di RSUD Kota Surakarta. 20

25 21 b. Populasi aktual Populasi aktual dalam penelitian ini sebanyak 83 ibu menyusui yang terdiri dari ibu primipara dan multipara di RSUD Kota Surakarta pada bulan Mei Sampel dan Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive sampling dimana penentuan subjek penelitian berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat tertentu yang berkaitan dengan karakteristik populasi (Taufiqurrahman, 2005) 3. Estimasi Besar Sampel Rata-rata persalinan perbulan di RSUD Kota Surakarta sebesar persalinan. Berdasarkan Sugiyono (2009), ukuran sampel yang layak digunakan dalam penelitian adalah 30 sampai dengan 500 dengan jumlah sampel dalam setiap ketegori minimal 30 sampel sehingga sampel minimal yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 30 sampel untuk kelompok primipara maupun multipara. 4. Kriteria Restriksi a. Kriteria inklusi 1) Ibu primipara dan multipara 3 hari postpartum. 2) Ibu primipara dan multipara yang melahirkan normal. 3) Ibu primipara dan multipara yang berusia tahun. 4) Ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya

26 22 5) Ibu primipara dan multipara yang mendapatkan perawatan rooming in dengan bayinya. b. Kriteria eksklusi 1) Ibu primipara dan multipara yang tidak bersedia mengikuti penelitian. 2) Ibu primipara dan multipara yang masih mendapatkan perawatan intensif pasca persalinan 3) Ibu primipara dan multipara yang memiliki kelainan anatomi payudara 4) Ibu multipara yang belum memiliki pengalaman menyusui karena kondisi-kondisi tertentu. D. Definisi Operasional Variabel Tabel 3.1 Definisi operasional variabel No. Variabel Definisi operasional 1. Variabel bebas : paritas ibu menyusui 2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan Paritas ibu menyusui sebagai primipara dan multipara. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Sedangkan multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua kehamilan atau lebih dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006) Tingkat kecemasan dalam menyusui yang dialami ibu dalam 3 hari postpartum yang meliputi aspek fisiologis, kognitif dan afektif. Alat ukur Kuesioner Pengukuran Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui Skala Nominal Interval

27 23 E. Cara Kerja 1. Instrumen Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari : a. Kuesioner data diri Meliputi nama, usia, alamat, jumlah kehamilan, jumlah persalinan, jumlah pemberian ASI, lama memberikan ASI dan penyebab berhenti memberikan ASI b. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui Skala tingkat kecemasan ibu menyusui disusun oleh peneliti berdasarkan respons kecemasan yang diungkapkan oleh Videbeck (2008) meliputi respons fisik, kognitif dan emosional. Skoring item skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan sistem penilaian skala Likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban yang telah dimodifikasi menjadi 4 alternatif jawaban dengan menghilangkan skala ragu-ragu atau tidak tentu (TT) sehingga diharapkan responden dapat memberikan jawaban yang pasti. Item-item dalam skala meliputi pernyataan yang mendukung (favorable statement) dan pernyataan yang tidak mendukung (unfavorable statement) dengan jumlah yang seimbang. Variasi jawaban yang tersedia untuk kedua pernyataan tersebut adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS) (Suryabrata, 2003). Skor untuk pernyataan favorable statement

28 24 terdiri dari skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS) dan 1 (STS). Sedangkan skor untuk pernyataan unfavorable statement terdiri dari 4 (STS), 3 (TS), 2 (S) dan 1 (SS). Tabel 3.2 Kisi-kisi Skala Kecemasan dalam Menyusui No. Aspek Item Favourable Unfavourable 1. Fisiologis 2, 5, 6, 10, 11, 26, 27, 30, 31 22, 23, 28, 35, 37, Emosional 1, 4, 13, 32, 36, 39, 40, 3, 9, 18, 20, 21, 25, 41 34, 38, 43, Kognitif 12, 14, 15, 16, 17, 19, 42, 7, 8, 24, 29, 33 Jumlah Sumber : Data Primer, Validitas dan reliabilitas instrument a. Uji validitas instrumen Sebelum dilakukan penelitian, instrumen (kuesioner) tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Suatu item yang digunakan dalam instrumen adalah item yang memiliki kualitas tinggi (valid). Kualitas item tersebut dapat ditentukan melalui prosedur pengujian konsistensi item-total atau yang biasa dikenal dengan indeks daya beda item (Azwar, 2008). Item yang memiliki kualitas cukup tinggi (valid) akan digunakan dalam instrumen sedangkan item yang tidak memiliki kualitas tinggi (tidak valid) akan disingkirkan (gugur). Skala dalam penelitian ini akan diuji daya beda itemnya dengan menggunakan korelasi product moment dengan bantuan program komputer Stasistical Package for Social Science (SPSS) versi 17,0.

29 25 Uji coba skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui dilaksanakan pada tanggal April 2011 pada ibu menyusui 3 hari post partum di RSUD Kota Surakarta. Sebanyak 20 eksemplar skala dibagikan, semuanya terkumpul dan memenuhi syarat untuk diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penghitungan indeks daya beda item dari 45 item skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui diperoleh indeks korelasi item berkisar 0,071 sampai 0,786. Terdapat 10 item yang dinyatakan tidak valid berdasarkan ada tidaknya tanda bintang pada item tersebut sehingga diperoleh item sahih (valid) sebanyak 35 item dengan indeks korelasi item berkisar 0,566 sampai 0,786. Hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran sedangkan perincian item gugur dan item yang valid dapat dilihat pada tabel berikut :

30 26 Tabel 3.3 Perincian Item Gugur dan Item Sahih Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui No Aspek Jumlah Bentuk Item Awal Item Gugur item pernyataan sahih Item Jumlah Item Jumlah 1. Fisiologis Favorable 2, 5, 6, 10, 11, 26, 27, 9 5, , 31 Unfavorable 22, 23, 28, 35, 37, , 28, Emosional Favorable 1, 4, 13, 32, 36, 39, 40, 8 32, 36, Unfavorable 3, 9, 18, 20, 21, 25, 34, , 43, Kognitif Favorable 12, 14, 15, 16, 17, 19, 7 15, Unfavorable 7, 8, 24, 29, Total Sumber : Data Primer, 2011 Setelah dilakukan penghitungan validitas skala, langkah selanjutnya adalah menyusun skala baru berdasarkan perincian yang sudah ada. Item yang gugur disingkirkan (tidak digunakan lagi dalam penelitian) sedangkan item yang sahih disusun kembali dengan nomor urut yang baru. Susunan item setelah uji coba terdapat pada tabel dibawah ini :

31 27 Tabel 3.4 Susunan Item Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui Setelah Uji Coba No. Aspek Bentuk Pernyataan Item Jumlah Total 2, 5, 9, 21, 22, 24, Favorable 7 1 Fisiologis Unfavorable 18, 28, 29 3 Favorable 1, 4, 11, 31, Emosional 3, 8, 14, 16, 17, 20, 15 Unfavorable 10 27, 30, 34, 35 3 Kognitif Favorable 10, 12, 13, 15, 33 5 Unfavorable 6, 7, 19, 23, Total 35 Sumber : Data Primer, 2011 b. Uji reliabilitas instrumen Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor eror daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Pengukuran yang tidak reliabel tentu tidak akan konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2007). Teknik untuk mengetahui reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan analisis reliabilitas Alpha Cronbach dengan menggunakan bantuan program computer Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 17. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6. (Ghozali, 2001). Hasil penghitungan reliabilitas skala dengan menggunakan analisis Alpha Cronbach menunjukkan angka

32 28 Berdasarkan penghitungan tersebut, maka skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui ini dianggap andal sebagai alat ukur penelitian. Setelah kuesioner dinyatakan valid dan reliabel, maka kuesioner tersebut dapat dijadikan instrument penelitian. Peneliti dapat melakukan penelitian dengan menyebarkan kuesioner tersebut pada masing-masing kelompok ibu menyusui primipara dan multipara untuk diisi sesuai dengan pendapat masing-masing subjek. F. Pengolahan Data dan Analisis Data Setelah dilakukan pengumpulan data, langkah selanjutnya adalah melakukan coding, tabulating, scoring, dan analisis data. 1. Analisis data tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara. Analisis data untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara menggunakan statistik deskriptif (Winarsunu, 2006) 2. Analisis data tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu multipara. Analisis data untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu multipara menggunakan statistik deskriptif (Winarsunu, 2006). 3. Analisis data untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemaan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan multipara Analisis data menggunakan uji statistik t-test untuk 2 sampel bebas yaitu uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data

33 29 independen (sampel bebas). Kesimpulan didapat apabila hipotesis nol (Ho) ditolak, sehingga terdapat perbedaan antara 2 kelompok data tersebut. Ho ditolak jika nilai p<0,05 (Dahlan, 2009) Tingkat kemaknaan (α) disebut juga sebagai kesalahan tipe I adalah besarnya peluang menolak Ho pada sampel padahal dalam populasi Ho benar (Fajar, 2009). Tingkat kemaknaan (α) dalam penelitian ini sebesar 0,05 dimana setiap 100 kali menolak Ho, ada 5 kali menolak Ho yang benar. Dalam penelitian ini, penghitungan analisis data selengkapnya akan menggunakan jasa Statistical Package for Social Science (SPSS) version 17.0 for windows.

34 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian RSUD Kota Surakarta merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan yang sebelumnya bernama RB Banjarsari. RSUD Kota Surakarta beralamat di Jl. Dr. Lumbang Tobing no. 10 Setabelan, Banjarsari, Kota Surakarta. Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan di RSUD Kota Surakarta mencakup poliklinik Kesehatan Ibu Anak/Keluarga Berencana (KIA/KB), poliklinik mata, gigi, penyakit dalam, kulit dan kelamin, ruang VK (Kamar Bersalin), ruang nifas, ruang inap, laboratorium dan gedung apotek. RSUD Kota Surakarta memberikan pertolongan persalinan pada persalinan normal dan apabila menemui persalinan yang abnormal akan dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi. Rata-rata persalinan perbulan sekitar 70 hingga 100 persalinan. Para ibu yang bersalin di RSUD Kota Surakarta akan mendapatkan perawatan masa nifas selama ± 3 hari. Ibu akan ditempatkan bersama bayinya dalam satu ruangan sehingga dapat memudahkan dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi. B. Karakteristik Responden Dalam penelitian ini, karakteristik responden terbagi menjadi 2 yaitu karakteristik responden berdasarkan jumlah anak yaitu ibu primipara dan multipara serta karakteristik responden berdasarkan umur. Responden dalam 30

35 31 penelitian ini adalah ibu primipara dan multipara yang menyusui bayinya selama 3 hari postpartum di RSUD Kota Surakarta. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak (status ibu primipara dan multipara) Status Frekuensi % (persen) Ibu primipara Ibu multipara Total Sumber : Data Primer, Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengikuti penelitian sebanyak 30 orang ibu primipara dan 30 orang ibu multipara dengan frekuensi masing-masing status sebesar 50%. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Rentang Status % Total usia Ibu primipara Ibu multipara (persen) , ,67 Total Sumber : Data Primer, Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia responden yang mengikuti penelitian berkisar usia 20 hingga 35 tahun. Responden ibu primipara terbanyak berada pada rentang usia tahun sedangkan responden ibu multipara terbanyak berada pada rentang usia tahun. Sekitar 50% responden yang mengikuti penelitian berada di rentang usia tahun. Sebanyak 28,33% responden berada pada rentang usia tahun dan sebanyak 21,67% responden berada pada rentang usia tahun.

36 31

37 32 C. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Pada skor masing-masing subjek pada skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui dilakukan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif ini dilakukan sebelum pengolahan statistik analitik dan dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik subjek penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif secara ringkas dapat dilihat pada tabel dibawah ini sedangkan untuk hasil selengkapnya dapat dilihat di lampiran. Tabel 4.3 Hasil Statistik Deskriptif untuk Skala Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui Ibu Ibu Total primipara multipara N Mean Standard deviation Minimum Maximum Sumber : Data Primer, Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor minimum tingkat kecemasan pada ibu primipara sebesar 68 dan skor maximum sebesar 92. Skor minimum tingkat kecemasan pada ibu multipara sebesar 58 dan skor maximum sebesar 80. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa skor tingkat kecemasan pada ibu primipara lebih tinggi dibandingkan dengan skor tingkat kecemasan pada ibu multipara. 2. Hasil interpretasi skor Suatu proses pengukuran atribut psikologis adalah pemberian makna atau interpretasi terhadap skor skala. Skor pada skala psikologi

38 33 akan menghasilkan angka-angka pada level interval namun dalam interprestasinya hanya dapat dihasilkan kategori-kategori atau kelompokkelompok skor yang berada pada level ordinal (Azwar, 2007). Kategorisasi yang digunakan pada skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui adalah kategorisasi jenjang yang berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur. Kategorisasi ini mengasumsikan bahwa skor populasi subjek terdistribusi secara normal sehingga skor hipotetik didistribusi menurut model normal (Azwar, 2007). Kontinum jenjang ini akan dibagi menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang dan berat. Norma kategorisasi yang digunakan adalah sebagai berikut Tabel 4.4 Norma Kategorisasi Skor Subjek Kategorisasi Norma Ringan X < (µ - 1,0 σ) Sedang (µ - 1,0 σ) X < (µ + 1,0 σ) Berat (µ + 1,0 σ) X Sumber : Azwar, Keterangan X : skor mentah (raw score) µ : nilai rata-rata (mean) σ : standar deviasi Berdasarkan tabulasi data pada skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui didapatkan skor minimal subjek adalah 35 x 1 = 35 sedangkan skor maksimal subjek adalah 35 x 4 = 140. Rentang atau jarak

39 34 sebaran skor adalah = 105 dan setiap deviasi standarnya bernilai 105 : 6,0 = 17,5 sedangkan mean hipotetiknya adalah ( ) : 2 = 87,5. Apabila subjek dibagi menjadi 3 kategori maka akan didapat distribusi skor subjek sebagai berikut : Tabel 4.5 Kategori Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui dan Distribusi Skor Subjek Kelompok Ibu Primipara Kategorisasi Komposisi Kategori Skor Jumlah Persentase Ringan X < ,67% Sedang 70 X < ,33% Berat 105 X 0 0% Sumber : Data Primer, Berdasarkan analisis deskriptif didapatkan mean empirik skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada kelompok ibu primipara sebesar 78,37 dan berada pada rentang skor 68 hingga 92 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimilki kelompok ibu primipara berada pada kategori sedang. Kategori skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui dan distribusi skor subjek kelompok ibu multipara dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Kategori Skala Tingkat Kecemasan Dalam Proses Menyusui dan Distribusi Skor Subjek Kelompok Ibu Multipara. Kategorisasi Komposisi Kategori Skor Jumlah Persentase Ringan X < % Sedang 70 X < % Berat 105 X 0 0% Sumber : Data Primer, Berdasarkan analisis deskriptif didapatkan mean empirik skala tingkat kecemasan dalam commit proses menyusui to user pada kelompok ibu multipara

40 35 sebesar 69,70 dan berada pada rentang skor 58 hingga 80 sehingga tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang dimilki kelompok ibu multipara berada pada kategori ringan. 3. Hasil persentase skor skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui disusun berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons fisiologis, kognitif dan afektif. Respons-respons tersebut terdiri dari beberapa sub indikator yang pada akhirnya membentuk pernyataan-pernyataan dalam kuesioner. Hasil persentase masing-masing sub indikator dapat dilihat pada gambar berikut: Kelelahan Sulit tidur (insomnia) Sub indikator Banyak keringat Nyeri atau sakit pinggang Jantung berdebar multipara primipara Gemetar Persentase Gambar 4.1 Persentase skor respons fisiologis skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa respons fisiologis dalam skala tingkat kecemasan commit to dalam user proses menyusui terdiri dari

41 36 beberapa sub indikator yaitu kelelahan, sulit tidur (insomnia), banyak keringat, nyeri atau sakit pinggang, jantung berdebar dan gemetar. Sub indikator Menarik diri sendiri Kehilangan percaya diri Ketakutan Cenderung menyalahkan orang Tidak dapat rileks Mengutuk diri sendiri Peka rangsang / tdk sabar Kurang inisiatif Mengkritik diri sendiri Gugup Tegang atau merasa terkunci Marah Kehilangan kontrol multipara primipara Persentase Gambar 4.2 Persentase skor respons emosional skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa respons emosional dalam skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari beberapa sub indikator yaitu menarik diri sendiri, ketakutan, tidak dapat rileks, peka rangang (tidak sabar), mengkritik diri sendiri, tegang atau merasa terkunci dan kehilangan kontrol.

42 37 Orientasi pada masa lalu Sub indikator Memblok pikiran Tdk mampu konsentrasi Melamun / termenung Pelupa multipara primipara Perhatian berlebihan Persentase Gambar 4.3 Persentase skor respons kognitif skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa respons kognitif skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui terdiri dari beberapa sub indikator yaitu orientasi pada masa lalu, memblok pikiran, tidak mampu konsentrasi, melamun atau termenung, pelupa dan perhatian yang berlebihan. 4. Hasil Analisis Statistik Analitik a. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini sangat penting karena pemilihan penyajian data dan uji hipotesis yang dipakai tergantung dari normal tidaknya distribusi data. Apabila data berdistribusi normal, maka uji hipotesis menggunakan uji parametrik sedangkan apabila data tidak normal, dapat commit menggunakan to user uji non parametrik sebagai uji

43 38 hipotesisnya. Dalam penelitian ini, uji normalitas untuk masing-masing kelompok data ibu primipara dan multipara menggunakan uji Shapiro- Wilk dimana besar sampel untuk masing-masing kelompok 50 orang yaitu hanya sebesar 30 orang (Dahlan, 2009). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dengan menggunakan program SPSS versi 17 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Paritas Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Ibu primipara Ibu multipara Sumber : Data Primer, Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa significancy atau nilai kemaknaan (p) pada uji Shapiro-Wilk sebesar untuk ibu primipara dan untuk ibu multipara. Hal ini dapat dikatakan bahwa masing-masing kelompok data memiliki distribusi data yang normal karena nilai significancy atau nilai kemaknaan (p) > 0.05 (Dahlan, 2009). b. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t-test untuk 2 sampel bebas (Independent t-test). Uji ini merupakan uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan dari data independen (sampel bebas). Uji statistik independent t-test dapat digunakan bila data berdistribusi normal dan varians data boleh sama atau tidak (Dahlan, 2009).

44 39 Berdasarkan penghitungan uji normalitas data didapatkan hasil bahwa data berdistribusi normal dan penghitungan uji homogenitas data didapatkan hasil bahwa varians data sama sehingga uji hipotesis dapat menggunakan uji statistik Independent t-test. Ringkasan hasil penghitungan uji hipotesis dengan teknik Independent t-test dengan bantuan program komputer SPSS versi 17 dapat dilihat pada tabel dibawah ini sedangkan untuk hasil penghitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran : Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis dengan Independent t-test. Levene s Test for Equality of Variance t-test for Equality of Means F Sig. t df t-test for Equality of Means Sig. (2- tailed) Equal variances assumed Equal variances not assumed Sumber : Data Primer, Berdasarkan penghitungan diatas, dapat di interpretasikan hasil sebagai berikut : 1) Pada kotak Levene s test (uji homogenitas sampel), nilai signifikansi (p) sebesar dimana nilai p > 0.05 maka dapat diartikan bahwa varians data kelompok sama sehingga untuk melihat hasil uji T menggunakan baris pertama yaitu Equal variances assumed.

45 40 2) Angka significancy (p) pada baris pertama sebesar dimana nilai p < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara lebih tinggi daripada ibu multipara.

46 BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah usia dan jumlah anak (status ibu primipara dan multipara). Usia sangat menentukan kondisi maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan menyusui (Handayani, 2007). Kebanyakan responden ibu primipara dalam penelitian ini adalah ibu baru dengan usia yang masih muda bila dibandingkan dengan usia ibu multipara. Hal ini sangat mempengaruhi kondisi emosional atau kejiwaan dari tiap individu sehingga terdapat perbedaan cara pandang dari ibu primipara dan multipara dalam mengatasi segala permasalahan termasuk permasalahan dalam proses menyusui. Penelitian yang dilakukan Handayani (2007) menyatakan bahwa usia ibu mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan dirinya dimana semakin bertambah usia maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah. B. Perbedaan Tingkat Kecemasan dalam Proses Menyusui Antara Ibu Primipara dan Multipara Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik analitik Independent t-test didapatkan hasil terdapat perbedaan rerata yang signifikan antara skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu primipara dan multipara dimana skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui pada ibu 41

47 42 primipara lebih tinggi daripada ibu multipara. Berdasarkan mean skor tingkat kecemasan dalam proses menyusui dapat dikatakan bahwa skor tingkat kecemasan pada ibu primipara berada pada kategori sedang sedangkan pada ibu multipara berada pada kategori ringan. Hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara ibu primipara dan ibu multipara dapat diterima. Perbedaan tingkat kecemasan tersebut dapat diketahui dari perhitungan skor pada masing-masing indikator skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui yang disusun oleh peneliti. Skala tingkat kecemasan dalam proses menyusui disusun berdasarkan 3 respons kecemasan yaitu respons kognitif, emosional dan fisiologis. Berdasarkan perhitungan pada indikator kognitif, didapatkan skor yang cukup berbeda pada sub indikator perhatian yang berlebihan. Sebanyak 63% kelompok ibu primipara dan 47 % kelompok ibu multipara menyatakan bahwa perhatiannya saat ini hanya tertuju pada bayinya saja. Perbedaan ini mungkin dikarenakan ibu multipara sudah memiliki beberapa anak sebelumnya sehingga perhatiannya tidak hanya tertuju pada bayinya saja tetapi juga pada keadaan anak-anaknya yang lain. Pendapat ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa kecemasan ibu multipara lebih terkait dengan sikap saudara kandung (sibling) terhadap bayi yang baru lahir (Handerson, 2005). Perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator termenung dimana sebanyak 30 % kelompok ibu primipara dan 20 % kelompok ibu multipara sering melamun memikirkan keadaan anak. Dari

48 43 wawancara mendalam yang dilakukan oleh peneliti, kebanyakan ibu primipara melamun untuk memikirkan bagaimana kehidupannya kelak saat merawat dan mengasuh bayinya setelah keluar dari Rumah Sakit. Kemungkinan penyebabnya adalah ibu primipara masih perlu beradaptasi dengan keadaan pasca persalinan sedangkan bagi ibu multipara, hal ini mungkin kurang berlaku mengingat ibu multipara sudah mulai terbiasa dengan kehadiran anggota keluarga baru. Menurut Fraser (2009) banyak ibu merasa takut disebut sebagai ibu yang buruk jika mengungkapkan kekhawatiran mereka. Oleh karena itu, emosi yang menyakitkan tersebut akan dipendam dan ibu akan sering melamun untuk memikirkannya. Selain itu, perhitungan skor yang cukup berbeda juga ditemukan pada sub indikator unfavourable statement. Sekitar 77 % kelompok ibu primipara dan 87 % kelompok ibu multipara tidak kebingungan dalam menempatkan posisi bayi saat menyusui. Perbedaan skor ini mungkin dikarenakan ibu primipara masih belum berpengalaman dalam menyusui bayi dan masih terbatasnya pengetahuan yang dimiliki. Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ibu primipara tersebut membuat ibu primipara lebih banyak membutuhkan bantuan dari orang lain. Dalam penelitian ini, ada sekitar 37 % kelompok ibu primipara dan 13 % kelompok ibu multipara yang membutuhkan bantuan orang lain dalam merawat bayinya. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Handerson (2005) ibu primipara sering membutuhkan lebih banyak informasi praktis tentang cara menyusui, menggendong, menenangkan dan merawat bayi baru lahir. Hal ini juga

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional, jenis ini bertujuan untuk melihat apakah antara dua variabel atau lebih memiliki

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PROSES MENYUSUI PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PROSES MENYUSUI PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PROSES MENYUSUI PRIMIPARA DAN MULTIPARA DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL YOGYAKARTA 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NITA ASRI WULANDARI 201410104168 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 2.1. Identifikasi Variabel Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan obyek penelitian dan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional yang bertujuan menganalisis untuk mencari hubungan antar variabel melalui pengamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional. analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dan Identifikasi Variabel Pendekatan penelitian ini menganalisa data dengan menggunakan angka-angka, rumus atau model matematis, atau biasa disebut pendekaan

Lebih terperinci

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda,

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti akan melakukan penelitian ini di SMA Negeri 2 Kejuruan Muda, Aceh Tamiang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Unsur yang paling penting dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tmasan tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ibu muda yang baru saja menjalani proses persalinan dan memeriksakan diri di Puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observational analitik dengan pendekatan cross sectional. Dimana penelitian ini untuk mempelajari hubungan pengetahuan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif Ns Wahyu Ekowati MKep., Sp J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan pembelajaran Menyebutkan kembali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian komparasi atau perbedaan, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk membedakan atau membandingkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Coba Alat Ukur Penelitian 4.1.1. Persiapan Uji Coba Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua buah skala berupa skala regulasi emosi yaitu kuesioner AERQ (Academic

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian survei analitik ini menggunakan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian survei analitik ini menggunakan pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian survei analitik ini menggunakan pendekatan cross sectional yang artinya tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, menurut Sudijono (2010) penelitian komparatif adalah salah satu teknik analisis statistik yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Ciri-ciri sebuah penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu atau lebih faktor lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Untuk membuktikan secara empiris hipotesis pada Bab II tersebut, maka variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Tergantung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka dari BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA 0 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: PUSPA WARDANI F 100 000 066 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Devisi Operasional 1. Variabel Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dua jenis variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada suatu waktu, baik data pelatihan APN maupun data motivasi bidan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. pada suatu waktu, baik data pelatihan APN maupun data motivasi bidan dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Responden dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program dan mengerjakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu kuantitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik dengan jenis penelitian studi korelasi. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penulisan penelitian yang baik dan secara ilmiah tentunya dibutuhkan suatu penelitian yang baik dan cermat. Dalam penyusunan penelitian ini metode yang penulis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menguraikan tentang variabel penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan waktu 1. Tempat : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan peristiwa alamiah dan fase hidup yang paling istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan kehadiran seorang bayi setelah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Dimana penelitian ini menghubungkan antara variabel X (beban kerja)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahap-tahap yang disusun secara ilmiah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional, yang ingin mengukur hubungan variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung: depresi pada remaja putri keluarga broken home.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pedoman Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan jenis studi korelasi. Alasan peneliti menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Identifikasi variabel penelitian ini harus ditentukan terlebih dahulu sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. Penelitian dengan teknik korelasi bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. di jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta Jawa Tengah

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. di jalan A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta Jawa Tengah BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Lapangan Persiapan penelitian diawali dengan menentukan lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian. Adapun tempat yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang di olah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan NURAINI FAUZIAH R1115072

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. b. Regulasi emosi. B. Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Harga diri 2. Varibel bebas : a. Dukungan sosial b. Regulasi emosi B. Definisi Operasional 1. Harga Diri Harga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Merujuk pada pendapat Sugiyono

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada PT. Mahameru Centratama Spinning Mills yang beralamat di jln. Cisirung Km. 2 (Cangkuang Wetan) Moh. Toha Km 6.5

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang menggunakan teknik korelasioanal berganda ( Multiple Corelation) yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi momen yang menakutkan hal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan Penelitian. dengan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 3002/D/T/2004.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Persiapan Penelitian. dengan Surat Keputusan Dirjen DIKTI No. 3002/D/T/2004. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian ini mengambil tempat di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah : Variabel Tergantung : Kematangan karir pada remaja Variabel Bebas : 1. Self-Esteem

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Analisa Aitem Uji Coba. Skala Sikap Terhadap Menopause

Lampiran 1. Hasil Analisa Aitem Uji Coba. Skala Sikap Terhadap Menopause Lampiran 1 Hasil Analisa Aitem Uji Coba Skala Sikap Terhadap Menopause ANALISA I Case Processing Summary N % Reliability Statistics Cases Valid 87 100.0 Excluded a 0.0 Total 87 100.0 Cronbach's Alpha N

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Pendekatan Penelitian Suatu penelitian terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pendekatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Dilihat dari kualifikasinya, maka penelitian ini berfungsi sebagai penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode dalam sebuah penelitian memegang peranan penting karena salah satu ciri dari kegiatan ilmiah adalah terdapatnya suatu metode yang tepat dan sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu menemukan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan secara matang dalam rangka untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu menemukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi kodrat seorang wanita untuk mengandung kemudian melahirkan, yang tentunya akan sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Kehamilan dan kelahiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Pada umumnya penelitian kuantitatif dianggap mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai:

BAB III METODE PENELITIAN. analisa data serta validitas dan reabilitas alat ukur. penelitian, untuk menentukan desai penelitian yang dipakai: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecemasan Kecemasan merupakan reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel. ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Metodologi Pengambilan Sampel Penelitian 3.1.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

Lebih terperinci

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

Kecemasan ialah suatu perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Angka kematian ibu (AKI) melahirkan yang terjadi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari

Lebih terperinci