BAB 2 LANDASAN TEORI. bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. transformasi yang terorganisir. Sistem mempunyai tiga fungsi dasar, yakni:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. transformasi yang terorganisir. Sistem mempunyai tiga fungsi dasar, yakni:"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Pengertian Sistem Sistem merupakan kumpulan elemen yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk satu kesatuan, bersama-sama bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Definisi di atas sesuai dengan definisi menurut O Brien (2008, p24) dimana sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berkaitan, dengan batas yang jelas, bekerja bersama mencapai suatu tujuan umum dengan menerima input dan menghasilkan output dalam suatu proses transformasi yang terorganisir. Sistem mempunyai tiga fungsi dasar, yakni: a. Input, yaitu mendapatkan dan merakit elemen yang memasuki sistem untuk diproses. Seperti bahan mentah, data dan usaha manusia yang harus diorganisir untuk pemrosesan. b. Processing, yaitu proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya proses manufaktur, proses pernapasan manusia, atau perhitungan matematika. 6

2 7 c. Output, yaitu pemindahan elemen yang telah dihasilkan oleh proses transformasi dalam mencapai tujuan akhirnya. Contohnya yakni produk jadi, jasa manusia, manajemen informasi yang harus ditransmisikan ke user Pengertian Informasi Informasi merupakan hasil dari pengolahan data yang telah menjadi suatu bentuk yang lebih memiliki nilai sehingga dapat digunakan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhannya untuk mempermudah proses pengambilan keputusan. Pengertian di atas berdasarkan teori yang diungkapkan oleh O Brien (2008, p24) dimana informasi adalah data yang sudah dikonversikan menjadi sesuatu yang berarti dan berguna untuk end users Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi adalah komponen-komponen yang terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras, jaringan, data, dan manusia yang saling terintegrasi satu sama lain untuk mengumpulkan, mengubah, memanipulasi, dan menghasilkan informasi yang berguna dan memiliki nilai bagi pengguna dalam usaha pengambilan keputusan. Pengertian sistem informasi di atas didukung oleh teori yang diungkapkan oleh O Brien (2008, p04) yaitu sistem informasi dapat berupa kombinasi yang teratur dari manusia, hardware, software,

3 8 jaringan komunikasi, dan sumber daya data, kebijakan dan prosedur yang menyimpan, mengumpulkan, mengubah, dan menghasilkan informasi di dalam sebuah organisasi Enterprise Resource Planning Pengertian Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning atau yang biasa disingkat dengan ERP adalah sebuah konsep dan dapat diaplikasikan sebagai sistem terintegrasi yang mampu mengintegrasikan departemen dalam perusahaan seperti sales, finance, human resource, production, procurement, dan lain lain dengan menggunakan satu database yang sama sehingga satu sama lain dapat saling berbagi informasi. Pengertian di atas didukung oleh teori yang diungkapkan oleh Leon dan Vaman. Menurut Leon (2008, p14) Enterprise Resource Planning adalah teknik dan konsep untuk manajemen bisnis yang terintegrasi secara keseluruhan dari sudut pandang efektifitas kegunaan manajemen resources untuk meningkatkan efesiensi enterprise management.

4 9 Sedangkan menurut Vaman (2007, p5), Enterprise Resource Planning adalah sebuah perangkat lunak sistem bisnis yang memungkinkan sebuah organisasi untuk: a. Mengotomatisasi dan mengintegrasikan proses bisnis utama. b. Saling berbagi data, prosedur, dan praktis di seluruh bagian dalam sebuah perusahaan. c. Menghasilkan, berbagi, dan mengakses informasi dalam lingkungan yang real-time. d. Menyediakan kemampuan untuk menganalisis data real-time dan melakukan analisis what-if, dan mendukung perencanaan bisnis dan pelaporan Arsitektur Enterprise Resource Planning Menurut Altekar (2004, p13), ERP secara khusus diimplementasi melalui sebuah client-server environment. Teknologi ini membagi aplikasi secara fundamental menjadi dua atau lebih komponen, yang disebut server dan client. Client menggunakan fungsi di server. Server adalah terpusat, sedangkan client dapat tersebar pada lokasi yang berbeda.

5 10 Jenis arsiterktur ERP yang paling popular adalah two-tier architecture dan three-tier architecture. Berikut penjelasan lebih lanjut. Two-tier architecture Pada jenis ini, server mengontrol application dan database. Jadi database dan aplikasi dijalankan pada komputer yang sama. Client hanya mempresentasikan data dan melewatkan input user kembali ke server. Pada konfigurasi ini, jumlah user dapat ditingkatkan dengan mengelola kinerja yang baik dan mencegah peningkatan biaya. Beban yang dihasilkan dari proses presentation didistribusikan ke berbagai komputer client dan tidak berpengaruh pada kinerja database di server. Jika jumlah user melebihi batas yang ditentukan, kinerja database akan terganggu dan diperlukan tambahan hardware, misalnya distribusi proses application ke beberapa host.

6 11 Gambar 2.1 Two-tier Architecture Sumber : Altekar (2004, p14) Three-tier architecture Dalam arsitektur three-tier, database dan application dipisahkan. Setiap layer dijalankan dalam host-nya masing-masing. Konfigurasi ini mudah diatur. Untuk mengoptimasikan kinerja pada konfigurasi ini, penambahan user dapat dilakukan. Client membangun komunikasi dengan application server. Application server kemudian menciptakan koneksi ke database server. Arsitektur ERP telah didesain menjadi tiga area fungsional dasar: 1. Database, sebagai pusat penyimpanan untuk semua data yang ditransfer ke dan dari client

7 12 2. Client, disini data mentah diinput, permintaan informasi disubmit, dan data yang diminta akan dipresentasikan disini. 3. Application component, bertindak sebagai penghubung antara client dan database. Gambar 2.2 Three-tier Architecture Sumber : Altekar (2004, p14) Pengertian Evaluasi Sistem Menurut Brender (2006, p3), evaluasi dapat didefinisikan sebagai tindakan yang berkaitan pada pengukuran atau eksplorasi dari propertiproperti sebuah sistem. Evaluasi dapat diselesaikan selama perencanaan, pengembangan, atau operasi dan pemeliharaan sebuah sistem IT. Tujuan dari evaluasi adalah menyediakan dasar bagi sebuah keputusan mengenai

8 13 investigasi sistem IT dalam konteks pengambilan keputusan (decisionmaking) Metode Pengumpulan Data Kuesioner Menurut Sugiyono (2008, p199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden, akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan cepat Observasi Sugiyono (2008, p203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

9 14 Observasi Berperan Serta (Participant observation) Dalam observasi ini, penelitian terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak Wawancara Menurut Sugiyono (2008, p410), wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Menurut Sugiyono (2008,p412), wawancara terstruktur digunakan digunakan sebagai terknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah diketahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2008,415), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaaan wawancara unutk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

10 15 1. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan. 2. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan. 3. Mengawali atau membuka alur wawancara. 4. Melangsungkan alur wawancara. 5. Mengkonfirmasi ikhtisar hasil wawancara dan mengakhirinya. 6. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan. 7. Mengidentifikasi tindak lanjut hasilwawancara yang telah diperoleh Skala Pengukuran Menurut Sugiyono (2008, p131), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Menurut Sugiyono (2008, p132), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain :

11 16 a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak setuju Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor, misalnya : 1. Sangat Setuju/ selalu/ sangat positif diberi skor Setuju/ sering/ positif diberi skor Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral diberi skor Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor Sangat tidak setuju/ tidak pernah/ sangat negatif diberi skor Teori Khusus Metode BTripleE Mengukur IT Value Menurut Van der Zee (2002, p36), sebuah pengukuran IT Value yang sistematik dan konsisten harus didasarkan pada dua kunci atribut, yaitu : An overall management framework: dikarenakan adanya kenyataan bahwa aplikasi IT dalam sebuah organisasi sangatlah kompleks, maka sebuah skema konseptual untuk menyederhanakan sangat dibutuhkan. Sebuah

12 17 framework harus diperlakukan sebagai alat untuk membantu menavigasi kesulitan. Untuk mengelola, memonitor, dan menyediakan umpan balik pada nilai IT, pengukuran nilai IT harus didasarkan pada kerangka kerja manajemen (diciptakan kerangka BTripleE) yang menghubungkan tingkat perencanaan bisnis, perencanaan IT, perencanaan pasokan IT dengan tingkatan penilaian yang sebanding. Dengan menetapkan nilai IT pada setiap tingkat, dan dalam konteks yang lengkap, maka pertanyaan keseluruhan nilai dapat terjawab. A set of key measures for value: hal ini memungkinkan adanya manajemen IT, dimana sesuai dengan sasaran organisasi dan tingkatan kerangka kerja dimana ukuran nilai IT diciptakan. Kerangka kerja BTripleE merupakan sebuah model konseptual untuk menyederhanakan pengukuran nilai suatu IT (Information Technology) dan didesain untuk menentukan nilai dari suatu aplikasi maupun pasokan IT. Dalam kerangka kerja BTripleE, dibagi pengukuran IT value dalam tiga level, yaitu: The business value of IT, dapat didefinisikan sebagai nilai IT bagi sebuah organisasi secara keseluruhan, dinyatakan

13 18 dalam hal peningkatan kinerja organisasi pada biaya minimum. The efectiveness of IT, didefiniskan sebagai sejauh mana IT secara memuaskan mendukung proses bisnis, aktivitas bisnis dan karyawan bisnis, terlepas dari biaya yang terkait. Effectiveness and efficiency of IT supply, effectiveness of IT supply yaitu sejauh mana produk dan layanan IT sejalan dengan kebutuhan bisnis terlepas dari biaya. Sedangkan efficiency of IT supply adalah sejauh mana IT dapat disediakan dengan biaya minimum. Derajat efektifitas pada tingkatan yang lebih rendah memberikan dampak efisiensi pada tingkatan yang lebih tinggi. Misalnya, strategi IT dijalankan dengan lebih efisien dan arsitektur IT diisi dengan cara yang efektif, jika strategi IT dan arsitektur IT efektif, maka proses bisnis dan aktivitas bisnis dapat dijalankan dengan lebih efisien selama IT secara optimal selaras dan pengguna IT lebih sedikit menghadapi masalah dalam melaksanakan tugasnya. Demikian pula, jika proses bisnis dijalankan secara efektif, maka tujuan stakeholder dapat dipenuhi secara efisien. Konsep efektifitas di tingkat bawah mempengaruhi efisiensi tingkat yang lebih tinggi tercermin dalam gambar 2.3.

14 19 Konsep tersebut mendasari kebutuhan untuk menilai IT value pada tingkatan yang berbeda. Business Objectives Meeting objectives of stakeholders, e.g., Shareholders Customers Employess Business Management Impacts efficiency at higher level Business Process Business Activites Allocated Resources Are they effective? If so, are they efficient? IT Management Impacts efficiency at higher level IT Strategy IT Architecture Are they effective? If so, are they efficient? IT Supply Management Impacts efficiency at higher level IT Delivery Processes IT Development Projects Are they effective? If so, are they efficient? Gambar 2.3 Efektifitas dan Efisiensi pada Tingkatan yang Berbeda Sumber: Van der Zee (2002, p43) Kerangka Kerja BTripleE Menurut Van der Zee (2002, p43), pengukuran biaya agregat dan efektifitas utama, bersama-sama di sebut dengan nilai, dari semua IT (termasuk IT untuk mendukung proses bisnis dan mengkonfigurasi ulang jaringan bisnis, IT dalam produk dan

15 20 layanan, infrastruktur IT dan IT research) yang berhubungan dengan tingkat manajemen bisnis dalam kerangka kerja BTripleE. Determination of Objectives Business Objectives Measurement of Value Business Planning Business Management Business Value of IT Business Process Business Activites Allocation of Resources IT Planning IT Management Effectiveness of IT IT Strategy IT Architecture IT Supply Planning IT Supply Management Effectiveness and Efficiency of IT Supply IT Delivery Processes IT Development Projects Gambar 2.4 Kerangka Kerja BtripleE untuk Perencanaan IT dan Validasi Sumber : Van der Zee (2002, p44) Sejauh mana IT memungkinkan dan memberikan konstribusi dalam memenuhi sasaran bisnis secara efektif dan efisien membentuk nilai bisnis IT (business value of IT). Hal ini tercermin dalam gambar 2.4. Sedangkan tingkatan manajemen IT

16 21 (IT management) termasuk pengukuran hasil dari perencanaan IT yang efektif dan penentuan efektifitas IT dalam mendukung proses bisnis, aktivitas dan karyawan tanpa terkait dengan biaya dinamakan efektifitas IT (effectiveness of IT). Pada lapisan ketiga, IT supply management, mencakup pengukuran hasil perencanaan IT supply. Pada level ini, efektifitas dan efisiensi persediaan produk dan layanan IT diukur, kemudian disebut juga dengan efektifitas dan efisiensi pasokan IT (effectiveness and efficiency of IT supply). Kerangka kerja yang menghubungkan perencanaan IT (IT planning) dengan penilaian IT (valuation of IT) pada level yang telah didefinisikan disebut dengan kerangka kerja BTripleE. Karena level perencanaan dan nilai saling terkait, baik ke bawah atau ke atas, setiap perencanaan IT dan kerangka penilaian harus mendukung kedua keselarasan top-down serta dampak perencanaan bottom-up. Meskipun tingkat perencanaan yang berbeda saling tergantung dan iteratif, IT Value harus diukur pada setiap tingkat yang berbeda, dengan menerapkan serangkaian yang berbeda dari tindakan yang tepat. Hanya pada tingkat IT management, aspek efisiensi dari IT value dikecualikan, karena alasan praktis. Dengan membaca kerangka BTripleE dari bawah ke atas, nilai IT akan disadari, jika:

17 22 Diperlukan produk dan layanan IT yang dikembangkan, dikelola, dan dioperasikan secara baik dimana hanya mengkonsumsi sumber daya yang sedikit (IT supply efficiency). IT telah berhasil memberikan konstribusi terhadap kinerja proses bisnis, aktivitas dan karyawan (IT effectiveness). IT digunakan untuk potensi penuh dalam hal kontribusi kepada kinerja organisasi, dengan biaya yang minimum (business value) Mengukur Business Value of IT Menurut Van der Zee (2002, p46), sebuah organisasi dapat meningkatkan kinerja jangka pendek dan jangka panjangnya dalam beberapa cara yang berbeda. Ada tiga hal penting dalam kaitannya dengan penerapan IT: Meningkatkan financial performance (mengurangi atau mencegah biaya operasional atau labor yang tinggi, meningkatkan produktivitas dan pendapatan) melalui aplikasi IT tradisional untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pada sebuah organisasi. Meningkatkan business performance (memperluas pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan,

18 23 memperpendek waktu pemenuhan pesanan pelanggan, dan lain lain) melalui aplikasi IT yang inovatif (melalui aplikasi internet, intranet, dan ekstranet). Meningkatkan strategic performance dengan mengkonfigurasi ulang jaringan bisnis yang terlibat dalam pembuatan dan pengiriman produk dan jasa, atau bahkan sepenuhnya menggantikannya dengan IT, sehingga konfigurasi ulang ruang lingkup bisnis. Pengukuran business value of IT berkaitan dengan hubungan antara biaya IT dan kontribusinya pada peningkatan kinerja organisasi, yang diukur dalam tiga dimensi, yaitu: Financial performance, diukur dengan indikator keuangan seperti profitabilitas, produktivitas, pendapatan, dan lain lain. Menurut Sethi, Hwang, dan Pegels dalam Van der Zee (2002, p67), ukuran financial performance ROI dan ROS terlihat sesuai untuk mengkorelasikan tingkatan investasi IT. Business performance, diukur dengan indikator nonfinansial seperti tingkat kompetitif, penjualan produk baru, lead time pengembangan produk, manufacturing

19 24 lead time, distribution lead time, kepuasan pelanggan, dan lain-lain. Strategic performance, diukur dengan indikator yang sesuai dengan sasaran manajemen (management s critical success factors). Oleh karena itu, melihat lebih dekat pada ketiga dimensi nilai tersebut dapat mengantarkan kepada pendekatan untuk mengkaitkan biaya IT dengan nilai bisnis. Berikut dijelaskan satu persatu mengenai ketiga dimensi dalam pengukuran nilai bisnis IT Biaya IT dan Financial Performance Menurut Van der Zee (2002, p47), dimensi penilaian pertama adalah hubungan antara biaya IT dan kinerja finansial. Satu indikator penting untuk mengukur kinerja finansial adalah profitabilitas. Profitabilitas dapat ditingkatkan ketika biaya operasi dikurangi, dengan arti meningkatkan produktivitas dan efisiensi melalui IT. Nilai bisnis IT pada level organisasi pada kasus tersebut sangat jelas. Indikator kinerja finansial lainnya adalah pendapatan. Sangatlah sering diasumsikan bahwa total

20 25 belanja IT, diukur sebagai presentase dari pendapatan dari sebuah organisasi Biaya IT dan Business Performance Menurut Van der Zee (2002, p48), dimensi penilaian kedua adalah hubungan antara biaya IT dan kinerja bisnis. Kinerja bisnis dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja non-finansial, sebagai pengganti dan dalam kombinasi dengan pengukuran kinerja finansial. Indikator kinerja non-finansial selalu digunakan dalam sebuah organisasi, kebanyakan untuk kontrol internal. Untuk mengkaitkan biaya IT dengan perbaikan dalam kinerja bisnis, fokus terhadap hasil aktivitas organisasi dalam pasar sangat diperlukan, sehingga ukuran berorientasi eksternal dari kinerja bisnis dibutuhkan. Jumlah konsumen yang dilayani akan menjadi contoh ukuran berorientasi eksternal untuk mengindikasi ukuran bisnis. Output bisnis dapat diukur dengan produk final yang dihasilkan dalam lingkungan manufaktur, jumlah polis asuransi yang diterbitkan dan jumlah klaim untuk sebuah perusahaan asuransi, dan lain lain. Ukuran non-finansial diklasifikasikan ke dalam

21 26 organizational improvement, organizational learning, product design improvement, production planning dan evaluation. Menurut Van der Zee (2002, p70), untuk mengembangkan hubungan antara IT costs dengan indikator non-financial business performance, konsep the Balance Scorecard akan diterapkan. Konsep ini telah dikenal selama beberapa tahun terakhir, terutama disebabkan karena tingkat kepraktisannya. Kaplan dan Norton merancang konsep the Balance Scorecard sebagai suatu kumpulan ukuran untuk memberikan pihak manajemen tingkat atas pandangan yang cepat dan komprehensif mengenai bisnisnya. The Balance Scorecard memiliki financial measures yang menunjukkan hasil yang telah dicapai. Financial measures sendiri dikatakan merupakan indikator yang difokuskan di pembahasan sebelumnya. The Balance Scorecard melengkapi financial measures dengan operational measures pada kepuasan pelanggan, proses internal, dan inovasi dan aktivitas peningkatan, yang memicu peningkatan financial di masa mendatang.

22 Biaya IT dan Strategic Performance Menurut Van der Zee (2002, p48), dimensi ketiga pengukuran nilai bisnis IT adalah mengkaitkan biaya IT dengan strategic performance dalam organisasi. Financial performance dapat diukur dengan seberapa jauh sebuah organisasi menyadari critical success factor yang merupakan aktivitas paling kritis dalam sebuah organisasi yang paling berkontribusi dalam kesuksesan organisasi. Sangat mungkin untuk menentukan apakah nilai IT yang paling baik diperoleh dari mengkaitkan pemakaian IT dengan critical success factor ini. Dengan kata lain, tingkatan dari kesesuaian IT strategic dapat diungkapkan dengan menentukan apakah biaya IT telah disesuaikan dengan strategi bisnis dan didistribusikan pada critical success factor. Pendekatan ini berdasarkan pada gagasan bahwa biaya IT harus difokuskan pada area yang memberikan dampak terbesar: area paling penting dalam bisnis organisasi Mengukur Effectiveness of IT Menurut Van der Zee (2002, p49), tingkat berikutnya dalam kerangka BTripleE menentukan nilai IT yang diukur melalui kontribusi IT terhadap peningkatan kinerja proses bisnis,

23 28 kegiatan dan karyawan. Berjuang mengoptimalkan efektifitas IT menjadi semakin penting karena ketergantungan pertumbuhan IT dan karena IT semakin terjalin ke dalam setiap aspek bisnis. Terdapat sembilan faktor efektivitas dari IT yang memiliki potensi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pelaksanaan proses bisnis dan aktivitas bisnis yang terdiri dari : 1. Automational : mengeliminasi tenga kerja dari proses 2. Informational : mengirimkan informasi kepada pelanggan sebagai layanan atau produk, dan memperoleh informasi dari proses untuk tujuan manajemen 3. Sequential : mengubah urutan proses atau memungkinkan pararelisme 4. Tracking : memonitor status dari proses dan objek 5. Analytical : meningkatkan analisis dari informasi dan pengambilan keputusan 6. Geographical : mengkoordinasi proses yang terpisah jarak 7. Integrative : mengkoordinasikan antara tugas dan proses 8. Intellectual : menyimpan serta mendistribusikan aset intelektual 9. Disintermediating : mengeliminasi birokrasi dari proses dalam proses penyampaian informasi

24 29 Ada tiga dimensi yang harus diperhitungkan ketika menentukan efektifitas IT. Dimensi ini berasal dari sasaran dan kebutuhan produk bisnis, jasa, proses dan aktivitas bisnis serta pengguna IT, tetapi juga dari sasaran fungsi penyediaan IT dalam kaitannya dengan berbagai jenis IT. Pengukuran efektifitas IT berkaitan dengan: Mendukung dan memungkinkan produk bisnis, jasa, proses dan aktivitas, dan ketersediaannya pada karyawan perusahaan. Efektifitas dirasakan oleh orang yang menggunakannya. Aspek teknis yang berasal dari arsitektur dan kebutuhan infrastruktur di ekspresikan oleh fungsi penyediaan IT. Ukuran pertama untuk menentukan efektifitas IT adalah sejauh mana kemampuan IT mendukung pelaksanaan yang efektif dan efisien dari proses bisnis dan kegiatan bisnis. Ukuran kedua, pengguna (baik pelanggan, pemasok, atau karyawan) harus puas dengan konteks dan konten IT menjadi efektif, yang diukur dengan kemudahan dalam menggunakan, aksesbilitas, fleksibilitas, kehandalan, dan keamanan. Mengukur kepuasan pengguna dengan kemampuan IT yang tersedia adalah cara untuk mengukur kebutuhan mereka dan kebutuhan IT yang efektif, pada saat yang sama kebutuhan akan pembelajaran, pelatihan, dan

25 30 pembinaan bagi pengguna untuk menggunakan IT yang ada. Kepuasan pengguna sangat penting karena hambatan yang paling umum untuk efektifitas IT adalah orang, budaya, bukan kompleksitas IT itu sendiri. Akibatnya, pengukuran efektifitas IT dalam kaitannya dengan kebutuhan user harus dilakukan dengan membangun dan memelihara tingkat kepuasan pengguna dan efektifitas karyawan. Pada akhirnya, pengguna (pelanggan, pemasok atau karyawan) yang menentukan apakah IT mendukung kebutuhannya, peranan, dan kegiatan bisnisnya secara efektif. IT Effectiveness criteria dari perspektif user terdiri atas : 1. Reliability of IT Applications Merupakan derajat ketersediaan aplikasi IT apabila diperlukan, output yang dihasilkan sesuai dengan jadwal, dan masalah yang timbul dapat diatasi dengan cepat 2. Reliability of Information Merupakan tingkat ketepatan dan integritas data yang dihasilkan oleh aplikasi IT, dan derajat dimana output dan data yang diperoleh pada aplikasi memiliki kesesuaian dengan aktual 3. Accessibility of Information Tingkat kecepatan suatu informasi diperoleh dari aplikasi IT

26 31 4. Security of Information Derajat dimana data yang tersimpan dalam aplikasi dapat terlindung dari pihak yang tidak berwewenang 5. Ease of Use Kemudahan dalam penggunaan aplikasi Sedankan untuk ukuran ketiga yakni kebutuhan yang berasal dari fungsi IT supply (pemeliharaan dan pengoperasian aplikasi IT, kepatuhan terhadap standar arsitektur, dan lain lain) adalah penting untuk dimasukkan dalam pengukuran efektifitas. Meskipun mereka tidak memiliki dampak langsung dalam bisnis, tetapi mereka penting untuk penyediaan layanan IT yang efektif dan efisien serta pemeliharaan berkelanjutan. Secara tidak langsung, mereka penting untuk memenuhi kebutuhan efektifitas aplikasi IT dalam jangka panjang. Karena ketersediaan dan pengiriman (berbasis IT) produk dan jasa, pelaksanaan (perubahan) proses bisnis, pasokan IT untuk pengguna dan individu aplikasi IT semua tergantung pada ketersediaan yang stabil dan infrastruktur IT yang direncanakan secara menyeluruh. Menurut Van der Zee (2002, p88), efektivitas IT dari IT supply perspective muncul dari aktivitas yang terkait dengan aspek operasional, aspek maintenance, begitu juga dengan kebutuhan architectural secara keseluruhan.

27 Mengukur Effectiveness and Efficiency of IT Supply Menetapkan Kinerja IT Supply Berdasarkan kerangka kerja BtripleE, kinerja IT supply dipertimbangkan dari dua elemen, yaitu efektifitas dan efisiensi IT supply. Kedua aspek ini telah didefinisikan sebelumnya dan berkaitan dengan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan atau standar telah terpenuhi. Perencanaan kegiatan IT supply tidak begitu mudah, tetapi sangat dinamis. Pemicu dari banyak sisi yang membangkitkan tindakan IT supply, memerlukan adaptasi dan perubahan terus menerus. IT supply harus selaras dan bertujuan untuk membangun keharmonisan antara kegiatan IT, tujuan dan aktivitas perusahaan serta proses bisnis, kegiatan dan karyawan perusahaan Mengukur Kinerja IT Supply Menurut Van der Zee (2002, p54), pengukuran kegiatan yang sulit untuk dievaluasi karena karakter tidak berwujudnya harus diatasi denga membuat kegiatan tersebut menjadi lebih nyata dan terukur. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis proses IT supply, faktor pengaruhnya, seperti sumber daya, alur kerja dan kegiatan kerja dalam strukturnya, ketergantungannya, parameter

28 33 utama seperti biaya, waktu, dan efektifitas. Analisis tersebut meliputi evaluasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat efektifitas dan efisiensi IT supply yang tercermin dalam gambar 2.7. Gambar 2.5 Faktor Efektifitas dan Efisiensi IT Supply Sumber: Van der Zee (2002, p54) Pada gambar tersebut menggambarkan inti pusat dari model yang terdiri dari proses IT supply, dijalankan untuk produk dan jasa secara efektif dan efisien. Panah di atas menggambarkan saluran distribusi ke pelanggan: penyelarasan bisnis dan antarmuka pelanggan di antara proses pengiriman IT dan pengguna IT. Antarmuka ini mungkin terdiri dari, misalnya, antarmuka elektronik

29 34 (help screen, electronic bulletin board, dan lain lain), antarmuka manusia (help desks, account management) dan antarmuka prosedural (Service Level Aggrements, jadwal produksi, dan lain lain). Untuk proses kerja yang baik, sumber daya yang tepat harus ditempatkan untuk mengeksekusi proses tersebut. Jenis pertama sumber daya adalah orang, termasuk pengalama yang relevan, pengetahuan, dan keterampilan. Kemampuan dan kinerja mereka harus dinilai serta karakteristik organisasi seperti struktur dan budaya, yang menyediakan kontekstual motivasi bagi mereka untuk melakukan proses IT supply dengan baik. Orang yang efektif dan efisien akan menggunakan metode, teknik, peralatan dan sistem (office automation systems, workflow systems, dan lain lain) yang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang dilakukan. Jenis kedua dari sumber daya terdiri dari teknologi, fasilitas, informasi, expert support, dan lain lain yang dalam model pada gambar 2.7 diberi label sebagai IT supply infrastructure. Dampaknya besar terhadap keseluruhan efektifitas dan efisiensi proses IT supply dan harus dimasukkan dalam setiap penilaian kinerja yang kredibel. Manajemen kontrol seperti prinsip-prinsip, prosedur, pedoman, kinerja ukuran dimasukkan ke dalam tempat

30 35 dimana untuk menjalankan IT supply sebagai profesional bisnis. Ini berarti bahwa kegiatan IT supply direncanakan, dilaksanakan dalam cara yang terkontrol dan dilacak dan diverifikasi sampai selesai. Salah satu cara khusus untuk mengukur kegiatan IT supply adalah pelacakan biaya terkait dengan IT supply. Bahkan uang adalah jenis ketiga sumber daya yang penting untuk dipertimbangkan, sehingga struktur biaya IT supply harus dinilai juga. Biaya struktur IT supply harus dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan seperti neraca dan pernyataan laba rugi, seperti yang dilakukan dalam setiap aspek lain dari bisnis Ruang Lingkup dan Tugas IT Supply Menurut Van der Zee (2002, p55), masalah seperti perbedaan dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai konsekuensi dari perbedaan antara perusahaan dapat diatasi dengan terlebih dahulu mengevaluasi struktur organisasi IT supply dan kemudian mengambil gambaran proses daripada perspektif fungsional. Salah satu aspek penting dari efektifitas dan efisiensi IT supply adalah pertanyaan tentang bagaimana IT supply harus diatur. Karena peran IT telah berubah dalam organisasi dari alat pendukung untuk transaksi proses internal

31 36 sampai kepada alat pendukung strategi, fungsi tradisional IT supply sering tidak lagi memadai. Teori organisasi telah menunjukkan bahwa struktur IT supply dipengaruhi oleh lingkungan eksternal organisasi dan strategi Proses Gambaran IT Supply Menurut Van der Zee (2002, p57), karena tidak ada struktur organisasi tunggal untuk IT supply dan dukungan aktivitas yang berlaku di setiap situasi, maka hal yang paling tepat adalah membahas efektifitas dan efisiensi IT supply dan proses pendukung yang berbeda, terlepas dari bagaimana mereka diorganisir. Proses bisnis seringkali dimodelkan pada value chain Porter. Berfokus pada kunci primer proses IT supply, dan hanya dengan sedikit mengutip dari konsepnya, value chain Porter dapat diterjemahkan ke proses IT supply sebagai berikut: Tabel 2.1 Proses IT Supply dalam Value Chain Porter Value Chain Proses IT Supply Porter Inbound Logistics Development of IT Applications Operations Operation of IT Outbound Logistics Communications Management Marketing & Sales Account Management Service Client Support Sumber: Van der Zee (2002, p57)

32 37 Karena Operation of IT dan Communications Management adalah kegiatan yang serupa dan terpasang secara erat (keduanya merupakan aktivitas berulang dan terus menerus yang bertujuan pada aset infrastruktur yang efektif dan efisien serta pada service management), hanya satu scorecard yang akan dikembangkan di bawah label IT infrastructure management. Sehingga untuk lima proses tersebut ada lima scorecard yang meliputi ukuran kinerja untuk setiap proses, yaitu: IT Supply Management, sering disebut Management of the IT organization. IT Development Management, sering disebut System Development and System Maintenance. Menurut Van der Zee (2002, p102), peran IT development and maintenance dapat diketaui melalui framework pada gambar 2.XXX berikut :

33 38 Gambar 2.XXX Roles of IT Development and Maintenance Functions Sumber: Van der Zee (2002, p101) Jika peran utama terletak pada efficient delivery and maintenance of large-scale IT applications, mayoritas ukuran performa yang sesuai ditemukan pada Scorecards internal perspective dan customer perspective. Jika peran terletak pada kuadran kanan atas, mayoritas ukuran yang sesuai ditemukan pada Scorecards customer perspective dan innovation and learning. IT Infrastructure Management, sering disebut Data Center Management and Data Communications Management.

34 39 Account Management. Client Support, sering disebut dengan End-User Computing Support and Help Desk. Menurut Van der Zee (2002, p112), setiap proses IT supply yang penting (IT infrastructure management, IT development management, dan client support), telah dikembangkan ke dalam ukuran Scorecards yang sesuai tersebut. Jika IT Supply bergerak sebagai bisnis, dalam hal ini jika kasus IT organization dikelola sebagai profit center, Scorecards ini dapat dilengkapi dengan tambahan dua Scorecards : satu untuk account management dan satu lagi untuk management level IT supply (IT supply management) Oracle E-Business Suite 12 Menurut Passi dan Ajvaz (2010, p2), Oracle E-Business Suite adalah sebuah paket perangkat lunak yang memungkinkan sebuah organisasi untuk mengelola proses bisnis; dikenal juga dengan berbagai nama seperti Oracle Enterprise Resource Planning (ERP), Oracle Apps, Oracle Application, Oracle Financials, e-biz dan EBS (E-Business Suite). Oracle E-Business Suite adalah sebuah produk yang mencakupi hampir semua alur bisnis yang digunakan pada sebagian besar organisasi.

35 40 Bisnis dapat mengimplementasi modul-modul sebanyak yang diperlukan berdasarkan modular tetapi masih tetap terintegrasi dalam arsitektur E- Business Suite. Hal ini memungkinkan kesatuan informasi yang tersedia di seluruh organisasi; juga dapat mengurangi beban IT (Information Technology) dan membantu menjalankan bisnis dengan lebih efisien. Produk dalam E-Business Suite diorganisir ke dalam product families. Beberapa kunci product families adalah sebagai berikut: Financials Procurement Customer Relationship Management (CRM) Project Management Supply Chain Planning and Management Discrete Manufacturing Process Manufacturing Order Management Human Resource Management System (HRMS) Application Technology Dalam E-Business Suite, tiap product family biasanya terdiri dari aplikasi individu. Misalnya beberapa aplikasi yang menyusun Oracle Financials product family adalah General Ledger, Payables, Receivables, Cash Management, ireceivables, iexpenses, dan lain lain.

36 Konsep Common Entities dan Common Data ERP terkenal dengan konsep pemakaian single data model, yang berarti dengan satu database dapat ditemukan definisi single dari customer, supplier, karyawan, item inventori produk, dan semua aspek penting dalam bisnis lainnya. Terbalik dengan ide single data model ini, perusahaan-perusahaan cenderung membangun atau mengimplementasikan aplikasi baru untuk memenuhi kebutuhan bisnis mereka sementara perusahaan terus bertumbuh, berakhir dengan solusi point-to-point diantara sistem-sistem karena aplikasi baru perlu membagikan data yang telah ada dengan aplikasi lainnya di dalam organisasi. Karena sistem berkembang seiring dengan bertumbuhnya bisnis, maka jumlah interface diantara aplikasi yang berbeda juga akan terus berkembang. Contohnya Human Resources data yang berhubungan dengan karyawan dapat disimpan dalam satu database, sementara data keuangan disimpan pada sistem lain. Perhatikan gambar 2.8 yang merepresentasikan sistem dimana aplikasi ditambahkan setelah aplikasi lain karena bisnis berkembang, dan sebagai hasilnya, end-to-end interfacing diantara aplikasi kelihatan tidak dapat mudah dimengerti. Adalah memungkinkan untuk membuat aplikasi seperti ini berkolaborasi agar terhubung dengan proses bisnis yang berbeda; akan tetapi ketika terjadi perubahan pada satu aplikasi, maka akan memberi efek pada komponen lain dalam sistem tersebut dan biaya maintainance menjadi lebih mahal. Oracle E-Business Suite

37 42 mencoba untuk mengatasi isu ini dengan mengintegrasikan di seputar single common data model. Ide dari model ini memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan me-maintain single common business definiton dari karyawan, pelajar, konsumen, supplier, produk, dan aspek lain dalam bisnis maupun organisasi, sehingga semua pihak dalam organisasi mempunyai akses ke common data yang dibagi dengan aplikasi yang berbeda. Semua aplikasi berkolaborasi dengan satu sama lain, membagi informasi yang sama, dan dapat dijalankan dalam satu instalasi single database secara global. Oracle E-Business Suite didesain sebagai serangkaian aplikasi preintegrated, tetapi organisasi dan bisnis dapat secara bebas mengimplementasi single application, multiple application atau seluruh aplikasi dalam Oracle E-Business Suite. Pendekatan modular adalah kunci integrasi yang memungkinkan untuk mengintegrasikan dengan aplikasi yang telah ada.

38 43 Other Application Custom Inventory Application Best of Breed Purchasing Application Mainframe Item Master List Oracle Application Financials Point of Sales Gambar 2.6 Fragmented point-to-point interface model Sumber: Passi dan Ajvaz (2010, p11) Perhatikan gambar 2.9, dimana common data merepresentasikan entitas yang reusable yang di-share oleh aplikasi lain. contohnya, supplier yang didefinisikan dalam Oracle Payable di-share di antara aplikasi Payables, Assets, dan Purchasing. Sama halnya dengan item yang didefinisikan dalam Oracle Inventory di-share oleh Purchasing, Order Management, dan Receivable.

39 44 Gambar 2.7 Shared Data Model Sumber : Passi dan Ajvaz (2010, p12) Oracle Manufacturing Menurut Gerald et al. (2004, p8) tujuan utama proses manufaktur adalah mengambil input (5M manpower, material, machines, measurement, dan methods) dan memproduksi produk sebagai output-nya. Untuk mencapai ini, perusahaan harus memilih proses manufakturnya di antara: Project Manufacturing, Discrete Manufacturing, Repetitive Manufacturing, Flow Manufacturing dan Process Manufacturing. Perusahaan tidak perlu memilih satu jenis proses dan bergelut di dalamnya, tetapi dapat mencampurkan satu atau lebih proses ini tergantung dengan produk yang dihasilkan dan pasar.

40 45 Discrete Manufacturing Discrete manufacturing digunakan untuk assemblies yang dibuat pada discrete batches dan untuk melacak aktivitas seperti rework, upgrade, pembongkaran, pemeliharaan, pengembangan prototipe, dan lain lain. Biasanya menggunakan sebuah layout proses dimana memindahkan produk dalam batch antara operasi ke berbagai toko/departemen untuk melaksanakan pekerjaan dalam perusahaan. Repetitive Manufacturing Proses manufaktur ini digunakan ketika memproduksi assemblies pada basis berkelanjutan atau semi-berkelanjutan dalam interval yang ditentukan. Flow Manufacturing Digunakan ketika membangun sistem manufaktur yang mempunyai responsif yang tinggi. Dalam pendekatan ini, produksi diselaraskan dengan permintaan konsumen. Project Manufacturing Oracle Project Manufacturing bersama dengan Oracle Project Accounting digunakan untuk mengatur lingkungan seperti manufaktur aircraft atau pembangunan kapal. Process Manufacturing

41 46 Digunakan untuk mengatur lingkungan manufaktur seperti chemicals dan beverages Work in Process Menurut Gerald et al. (2004, p15) Oracle Work in Process (WIP) me-record aktivitas produksi aktual. Oracle WIP memungkinkan melaporkan produksi berdasarkan discrete jobs atau repetitive schedules, atau dengan menggunakan work orderless completion transaction. Discrete jobs dalam WIP (disebut juga work orders, production orders, atau shop orders) merepresentasikan produksi dengan kuantitas tertentu dari item tertentu, dan diselesaikan dengan tanggal tertentu. Discrete jobs dapat di-generate dengan perencanaan produk, atau dibuat secara manual. Discrete jobs mendefinisikan sebuah item yang akan diproduksi dan memiliki kuantitias tetap, tanggal mulai, dan tanggal selesai. Aktivitas dengan discrete jobs menggunakan job number yang unik. Repetitive schedules memodelkan produksi satu item dengan jumlah besar. Repetitive schedules mereprensentasikan angka produksi selama satu waktu periode. Repetitive schedules mempunyai empat jenis tanggal penting, yaitu start dan completion date dan waktu untuk unit pertama diproduksi pada jadwal, dan start dan completion date pada unit terakhir.

42 Bill of Material Menurut Gerald et al. (2004, p13) bill of material adalah sebuah daftar terstruktur dari bagian-bagian yang diperlukan untuk membuat sebuah produk. Sebuah bill of material mengidentifikasi komponen atau anak bagian dan kuantitas per unit dari sebuah assembly. Bill of material juga menspesifikasikan faktor hasil untuk tiap komponen. Termasuk sebuah tautan opsional untuk operasi routing dimana komponen dikonsumsi, dan WIP Supply Type untuk tiap komponen, mengindikasikan bagaimana material disuplai pada WIP, misalnya apakah material secara eksplisit di-issued atau back-flushed pada point of use. Karakteristik ini mempengaruhi pemrosesan jobs atau repetitive schedules dalam Work in Process dan berpengaruh pada proses perencanaan Routing Menurut Swamidass (2000, p552), routing adalah urutan (sequence) dari operasi yang diperlukan untuk menyelesaikan satu job. Routing terdapat tiga level yaitu level pertama adalah menjadwalkan material handling system dan rute bagian-bagian diantara cells. Level kedua adalah menjadwalkan material handling device dalam tiap cell dan rute dari bagian antara mesin dalam cell. Level terakhir adalah mengurutkan bagian pada tiap mesin dan menentukan tool perubahaan sequence.

43 Discrete Job Menurut Gerald et al. (2004, p15), discrete jobs mendefinisikan sebuah item yang akan diproduksi dan memiliki kuantitias tetap, tanggal mulai, dan tanggal selesai. Aktivitas dengan discrete jobs menggunakan job number yang unik. Discrete jobs dalam WIP (disebut juga work orders, production orders, atau shop orders) merepresentasikan produksi dengan kuantitas tertentu dari item tertentu, dan diselesaikan dengan tanggal tertentu. Discrete jobs dapat di-generate dengan perencanaan produk, atau dibuat secara manual Non Standard Job Menurut Gerald et al. (2004, p588), non-standard job digunakan untuk aktivitas produksi yang tidak lazim seperti rework, produksi prototipe, atau operasi pemeliharaan sedeharna. Non-standard job dapat dibuat dengan form Discrete Jobs dimana menspesifikasi tipe job dengan Non-Standard dan menentukan Class Accounting yang sesuai untuk membedakan non-standard job sebagai asset atau class pengeluaran biaya. Non-standard job berbeda dengan standard job dimana nonstandard job tidak memiliki bill of material atau routing yang dapat dipilih secara otomatis karena non-standard job menekankan hal fleksibilitas.

44 Outside Processing Menurut Saperstein (2006, p297), Oracle Manufacturing memungkinkan perusahaan untuk mempunyai komponen atau sumber daya dari supplier-sourced dalam proses manufaktur. Fitur di dalamnya meliputi: Menggunakan kemampuan supplier dalam proses manufaktur untuk membantu mengurangi biaya manufaktur dan meningkatkan kualitas produksi. Menggunakan kapasitas supplier untuk meningkatkan kapasitas produksi secara keseluruhan. Berikut proses alur outside processing dalam gambar Gambar 2.8 Alur Proses Outside Processing Sumber : Saperstein (2006, p604)

45 Move Order Menurut Gerald et al. (2004, p490), move order adalah sebuah mekanisme untuk melakukan permintaan, pengadaan, dan transfer material dalam sebuah perusahaan. Move order juga memungkinkan perusahaan untuk melacak perpindahan material di dalam satu organisasi. Move order memungkinkan manajer atau perencana material untuk melakukan permintaan dan memiliki hak dalam hal memindahkan material di dalam sebuah gudang untuk tujuan seperti pengembalian material, penerimaan material, dan pengambilan material. Sebuah organisasi dapat men-generate move order secara manual ataupun otomatis Move Transaction Menurut Gerald et al. (2004, p603), move transaction adalah kegiatan yang digunakan untuk mencatat pemindahan material di dalam operasi dalam routing job atau repetitive schedule. Untuk melakukan move transaction, user harus mengidentifikasikan job atau schedule yang diinginkan. Memilih tipe transaksi terhadap perpindahan material, dan menidentifikasikan operasi from atau to dan langkah step untuk perpindahannya. Step yang digunakan adalah Queue, Run dan To Move. Sistem akan selalu menggunakan langkah Queue pada operasi pertama routing dan langkah To Move untuk langkah terakhir, langkah lainnya bersifat optional.

46 51 Queue Merupakan kuantitas dimana produksi menunggu untuk dijalankan. Run Merupakan representasi kuantitas dimana produksi telah dijalankan. To Move Langkah ini mengindikasikan kuantitas yang berhasil diselesaikan dan siap untuk dipindahkan ke operasi selanjutnya atau kuantitas pada akhir job siap untuk dipindahkan sebagai stok Completion Transaction Menurut Saperstein (2006, p103), competion transaction termasuk meng-update kuantitas produksi yang telah diselesaikan (completed) dari sebuah job atau repetitive schedule, mengidentifikasi komponen dari item dan kuantitas to be backflushed, dan memindahkan reservasi dari assembly order akhir untuk menyesuaikan sales order lines dan deliveries Scrap Menurut Gerald et al. (2004, p615), scarp adalah produk cacat atau gagal selama pemrosesan produksi yang benar-benar tidak dapat

47 52 dilakukan pengerjaan ulang (rework atau repair). Ketika ada produk yang salah diproduksikan, produk akan dilakukan proses pembuangan, user dapat melakukan pemrosesan assembly untuk scrap dengan memindahkannya kepada langkah operasi internal scrap pada setiap operasi dalam routing, atau user dapat menyelesaikan kuantitas ke dalam inventory dan menggunakan transaksi miscellaneous issue untuk melakukan scrapping pada waktu berikutnya. Transaksi scrap akan mengurangi inventory pada biaya standard (atau rata-rata) dan menambahkan pada account scrap Rework Out Rework In Menurut Gerald (2004, p612), rework dapat mengindikasikan bahwa kuantitas tidak memenuhi standar kualitas. Pada proses manufaktur, ada banyak hal yang dikerjakan terjadi kesalahan proses produksi. Dan kesalahan produksi dapat diperbaiki atau dikerjakan ulang dengan melakukan rework untuk produk yang cacat tersebut. Produk yang cacat tetapi masih ada kemungkinan dapat diperbaiki disebut juga defect. Produk defect dilakukan pengerjaan ulang dengan proses rework out yaitu suatu proses di mana suatu material dipisahkan dan dirobak kembali karena material rusak. Sedangkan rework in adalah suatu proses di mana material yang telah dilakukan rework out akan muncul sehingga menambah stok hasil rework out tersebut.

48 Inventory Menurut Gerald (2004, p39), sebuah organisasi mendefinisikan inventory dengan memasukkan klasifikasi inventory organization. Pengelompokan ini membutuhkan perusahaan untuk mendefinisikan parameter yang bervariasi yang berdampak pada fungsi lain pada perusahaan seperti: Accounting, Costing, Material Management, Engineering, dan Manufacturing. Inventory organization dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih ke kecil yang dinamakan subinventory. Subinventory merepresentasikan sebuah subdivisi dari sebuah inventory organization. Sebuah perusahaan dapat menggunakan subinventory untuk melacak material-material dalam sebuah line production atau manufacture consumtion. Dalam subinventory dapat mendefinisikan beberapa atribut item pada level subinventory tersebut. Di dalam subinventory terdapat locator-locator. Locator merepresentasikan lokasi fisikal terkecil dalam Oracle Application yang memungkinkan perusahaan untuk melakukan perhitungan stok dan melacak materialmaterial yang dikonsumsi oleh perusahaan sebagai bahan baku. Jadi tingkat level terakhir dalam struktur enterprise inventory adalah locator. Locator merepresentasikan sebagai sebuah lokasi fisikal dalam sebuah subinventory.

49 Lots Menurut Gerald et al. (2004, p493), lots memrepresentasikan sebagai sebuah kelompok item on-hand yang secara umum memiliki karakter yang sama. Menurut Swamidass (2000, p381), lot size mengacu pada kuantitas yang di-order atau diproduksi. Lot size bermacam-macam sesuai dengan tipe proses manufaktur yang digunakan. Dalam job shop, lot size cenderung lebih kecil ukurannya, sedangkan pada line production, lot size lebih besar Pull System vs Push System Menurut Swamidass (2000, p595), dalam push production system, bahan baku dan parts didorong (pushed) melalui sistem produksi, dan produk jadi distok untuk memenuhi permintaan yang telah diprediksikan. Bahkan ketika produksi terjadi dalam respon terhadap sebuah order, order tersebut memicu sebuah pengeluaran dari raw stock, yang kemudian di-pushed melalui sistem produksi. Sedangkan dalam pull production system, produk yang dihasilkan dalam respon terhadap permintaan tertentu. Pull production system dikenal juga sebagai sistem Just in Time (JIT) atau sistem Kanban. Pull production system dikontrol dengan menggunakan Kanban. Kanban digunakan untuk signal pulling action dari satu workstation ke workstation lain.

50 Personalization Oracle telah memperkenalkan sebuah mekanisme dimana merevolusi cara form-form dapat dikostumisasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Goud (2005, p1) kebanyakan konsumen ingin memodifikasi tampilan form. Mereka ingin mengubah label pada form fields, menyembunyikan fields, menyembunyikan buttons, mengembangkan custom logic, dan lain lain. adapun motif untuk melakukan modifikasi pada form Oracle adalah: Adanya field yang tidak terpakai. Menyesuaikan kebutuhan spesifik bisnis dari konsumen. Menyesuaikan bahasa yang digunakan konsumen. Oracle menyediakan sebuah user interface Personalization form yang digunakan untuk mendefinisikan personalization rules. Personalization rules ini membangun custom actions untuk dijalankan oleh form selama runtime. Action meliputi mengubah prompts, memunculkan message atau menghindarkan konsumen melakukan suatu transaksi, dan lain lain.

IT VALUATION PENERAPAN ORACLE E-BUSINESS SUITE MODUL PLAN TO PRODUCE PADA PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN B3E

IT VALUATION PENERAPAN ORACLE E-BUSINESS SUITE MODUL PLAN TO PRODUCE PADA PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN B3E IT VALUATION PENERAPAN ORACLE E-BUSINESS SUITE MODUL PLAN TO PRODUCE PADA PT. XYZ DENGAN PENDEKATAN B3E Monica Dea Puspita BINUS UNIVERSITY, JAKARTA, DKI JAKARTA, INDONESIA Devia Marina BINUS UNIVERSITY,

Lebih terperinci

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA Enterprise Resource Planning Visual Manufacturing ERP Infor Visual Alur Part Maintenance Modul Dengan menggunakan Visual Manufacturing Unit Of Measure, Vendor, Shop Resource, maintenance Engineering Master

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai modal untuk memenangkan persaingan global. dapat memberikan informasi yang akurat, informatif, dan up to date yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai modal untuk memenangkan persaingan global. dapat memberikan informasi yang akurat, informatif, dan up to date yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, bidang teknologi informasi dan sistem informasi telah mengalami perkembangan. Kedua bidang ini sangat berhubungan dalam kemajuan bisnis

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Bansa Tuasikal 06.11.1012 S1 Ti 10A Daftar Isi : Pendahuluan...1 Pengertian ERP...2 Tujuan dan Peran ERP Dalam Perusahaan...3 Kelebihan

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 7 Pengertian ERP adalah aplikasi sistem informasi manajemen terintegrasi untuk bisnis/organisasi yang mencakup multi fungsionalitas seperti penjualan, pembelian,

Lebih terperinci

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam Teknologi enterprise resources planning (ERP) dapat mengintegrasikan fungsi marketing, fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya, fungsi produksi, dan fungsi lainnya. ERP telah

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning (ERP)

Enterprise Resource Planning (ERP) Enterprise Resource Planning (ERP) ERP adalah sebuah system informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan untuk proses bisnis lengkap.

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi Modul ke: Sistem Informasi Akuntansi I Fakultas 13Feb Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Afrizon, SE, M.Si, Ak Program Studi Akuntansi Sejarah ERP ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, persaingan usaha semakin kompetitif dan kreatif. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha yang ketat, pihak manajemen dalam

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Perancangan Aplikasi Basis Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan 02 Perancangan Aplikasi Basis Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Latar Belakang 2 Metodologi perancangan basis data dapat menggunakan alat bantu seperti Designer 2000 dari Oracle, ERWin, BPWin, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terciptanya persaingan yang sengit diantara para pelaku bisnis di setiap bidang. Kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan secara cepat

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat menghadapi persaingan yang kompleks, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi OBJEK PEMBELAJARAN Definisi ERP Manfaat Penerapan ERP Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Modul standart yg terintegrasi dengan ERP Definisi Sistem Informasi Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 124 BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 4.1 Evaluasi Perspektif dalam IT Balanced Scorecard Sesudah menetapkan ukuran dan sasaran strategis dari masing-masing perspektif IT balanced

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT Supply Chain Management Tita Talitha,MT 1 Materi Introduction to Supply Chain management Strategi SCM dengan strategi Bisnis Logistics Network Configuration Strategi distribusi dan transportasi Inventory

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja SCM

Pengukuran Kinerja SCM Pengukuran Kinerja SCM Pertemuan 13-14 Dalam SCM, manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan merupakan salah satu aspek fundamental. Oleh sebab itu diperlukan suatu sistem pengukuran yang mampu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Informasi Sistem informasi merupakan sekumpulan orang, prosedur, dan sumber daya dalam mengumpulkan, melakukan proses, dan menghasilkan informasi dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BISNIS Enterprise Resources Planning (ERP) Sebagai Proses Otomatisasi Pengolaaan Informasi Pada Perusahaan Oleh : DASRI (09.11.3367) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Enterprise Resources Planning

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING RUANG LINGKUP MATAKULIAH Materi Pengantar ERP Sistem dan Rekayasa ERP Pemetaan Proses Siklus ERP ERP: Sales, Marketing & CRM ERP: Akuntansi, Keuangan ERP: Produksi, Rantai

Lebih terperinci

DEFINISI DAN PERKEMBANGAN ERP JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Definisi ERP Daniel O Leary : ERP system are computer based system designed to process an organization s transactions

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Referensi : 1. Management Information Systems : A Managerial End User Perspective, James A. O'Brien 2. Management Information Systems, Raymond McLeod, Jr. Sistem Informasi dan

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 02- Pemetaan Proses & Siklus ERP PENGELOLAAN PROYEK ERP Lingkungan struktur organisasi dalam implementasi ERP bisa disesuaikan dengan kebutuhan, karena struktur organisasi

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */**

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */** SAP (System Application and Product in data processing ) Pertemuan 6 PENGENALAN SAP SAP is Systems, Applications, Products in Data processing Founded in 1972 by 5

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BUSINESS ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Nama : Ryan Yuli NIM : 09.11.2638 Kelas : 09-S1T1-02 Program Studi : E-Bisnis Jurusan : Teknik Informatika Dosen Pengampu : M. Suyanto, Prof.

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 1

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 1 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 1 Outline ERP dan Enterprise Perkembangan ERP Manfaat dan Alasan Implementasi ERP Membandingkan Nilai Manfaat dengan Investasi Skema Pembahasan ERP dan Enterprise

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implementasi sistem ERP (Enterprise Resources Planning) merupakan teknologi informasi yang memiliki peranan penting dan berinteraksi dengan sistem informasi akuntansi

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Sumber : http://en.wikipedia.org http://yanuar.kutakutik.or.id/ngeweb/erp-masih- validkahditerapkan-di-perusahaan/ www.mikroskil.ac.id/~erwin/erp/00.ppt http://www.komputer-teknologi.net/syarwani/downloads/

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, tantangan yang dihadapi oleh sebuah organisasi semakin berat. Salah satu hal yang menyebabkan beratnya tantangan tersebut adalah tingginya kompetisi global.

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning MODUL PERKULIAHAN Enterprise Resource Planning Supply Chain Management and Customer Relationship Management Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Sistem Informasi Sistem Informasi 04 MK18046

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 PENGERTIAN ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian sistem antara lain sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa pengertian sistem antara lain sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar/ Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Beberapa pengertian sistem antara lain sebagai berikut: Menurut O Brien (2005, p29), sistem kebanyakan dapat didefinisikan secara

Lebih terperinci

وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur

وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur ASPEK TEKNOLOGI ERP (II) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA وإذ تا ذن لي ني ن ربكم شكرتم لا زیدنكم ولي ن إنن كفرتم عذابي لشدید Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LANJUTAN. Dea Arri Rajasa, SE., S.Kom

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LANJUTAN. Dea Arri Rajasa, SE., S.Kom SISTEM INFORMASI MANAJEMEN LANJUTAN Dea Arri Rajasa, SE., S.Kom SEKILAS TENTANG ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ERP (Enterprise Resource Planning) menyediakan informasi tunggal untuk

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4

INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4 MKK-3161 E-BisnisE INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4 Infrastruktur Dasar E-Bisnis Infrastruktur e-bisnis adalah arsitektur hardware, software, konten dan data yang digunakan untuk memberikan layanan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

WORKSHOP SMOS

WORKSHOP SMOS ENTERPRISE RESOURCES PLANNING WORKSHOP 23 08-2005 Enterprise Resource Planning (ERP) Sistem informasi yang didesain untuk mendukung keseluruhan unit fungsional dari perusahaan ERP adalah paket software

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #11

Pembahasan Materi #11 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Konsep, Pengelolaan, Kolaborasi SCM Sistem Informasi Terpadu Tahapan Evolusi Pengembangan Aspek Pengembangan 6623 - Taufiqur Rachman 1 Konsep SCM 3 SCM Memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Menurut Robbins dan Coulter dalam Tisnawatisule dan Saifullah (2005), perencanaan sebagai sebuah proses yang dimulai dari penerapan tujuan organisasi, menentukan strategi

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/**

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/** APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/** Pertemuan 4 Enterprise Resource Planning (ERP) PEMAHAMAN ERP Perencanaan sumber daya perusahaan atau yang sering dikenal ERP adalah : Sistem informasi yang diperuntukkan

Lebih terperinci

ERP ( Enterprise Resource Planning )

ERP ( Enterprise Resource Planning ) ERP ( Enterprise Resource Planning ) Agus Suryanto - 1313080014 Sistem Informasi Intensif AFBII Perbanas Jakarta 2014 agus.antz@gmail.com ABSTRAK Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan salah satu

Lebih terperinci

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards Materi 1. What is Financial Management? 2. Goals of Financial Management in the Context of BSC 3. Financial Aspect of BSC What is Financial Management

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

MODUL ERP (I) JURUSAN TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Dukungan Modul ERP Idealnya ERP Menyediakan dukungan terhadap Fungsi penjualan Fungsi pengadaan persediaan material, pengadaan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Rencana Strategis Bisnis Rencana strategis bisnis berisi sekumpulan arahan strategi yang akan dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada. Adapun arahan strategi yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi informasi yang terintegrasi telah banyak memberikan kontribusi kepada perkembangan bisnis saat ini. Semua proses bisnis dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Bisnis Menurut Aguilar Shaven dan Olhger (2002) proses bisnis adalah elemen kunci saat terintegrasi dengan sebuah perusahaan Kemudian Aguilar Saven (2004) menekankan proses

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Komponen-komponen: 1. Sistem penjadwalan produksi menghasilkan master jadwal produksi yang mencakup lead time terpanjang ditambah waktu produksi terpanjang. 2. Sistem

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom E-CRM strategis bisnis yang menggunakan teknologi informasi yang memberikan perusahaan suatu pandangan pelanggannya secara luas, yang dapat diandalkan

Lebih terperinci

Enterprise Resource Planning

Enterprise Resource Planning Modul ke: Enterprise Resource Planning Fakultas FASILKOM PENTINGNYA ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) DAN TEKNOLOGI TERKAIT Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Anita Ratnasari, M.Kom Latar

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

Supply Chain Management Systems

Supply Chain Management Systems Supply Chain Management Systems Abstraksi Supply chain management systems mengacu kepada koordinasi berbagai aktifitas dan termasuk penciptaan dan pembuatan serta perpindahan suatu produk dari satu titik

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BUSSINESS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : Nama : Yan Ardiansyah NIM : 08.11.2024 Kelas : S1TI-6C JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana: LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE Petunjuk: Berilah nilai bobot antara - dimana: Tidak berhubungan sama sekali. Sangat sedikit hubungannya. Sedikit hubungannya Cukup berhubungan. Memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi tersebut di dalam perusahaannya. canggih, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi tersebut di dalam perusahaannya. canggih, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam dunia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, perkembangan teknologi dan informasi sedang mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi informasi dapat memberikan

Lebih terperinci

ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan

ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan ERP ( Enterprise Resource Planning ) Perencanaan Sumber Daya Perusahaan Disusun oleh : Ika Risti Purwasih 09.11.2837 09.S1TI.04 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

The e-business Application Architecture

The e-business Application Architecture E-BUSINESS TIDAK SAMA DENGAN DENGAN E-COMMERCE. E-BUSINESS JAUH LEBIH LUAS LINGKUPNYA, LEBIH DARI SEKEDAR TRANSAKSI KARENA MENGARAH PADA PENGGUNA, DENGAN KOMBINASI TEKNOLOGI SERTA BENTUK LAINNYA DARI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan L1 LAMPIRAN 1 Kuesioner Domain Bisnis Kuesioner ini dibuat dan disebarkan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan Menggunakan

Lebih terperinci

Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis

Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: Analisa Proses dan Perencanaan Bisnis Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id DOKUMENTASI PROSES Purchasing Department Manufacturing Department

Lebih terperinci

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE Manajemen & SIM 2 Bisnis Elektronik Hal. 1 SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Definisi Bisnis Elektronik Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut

Lebih terperinci

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia

Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab V Perancangan Model Ensiklopedia Bab perancangan model ensiklopedia berisi pemetaan elemen dalam lingkungan kolaborasi ke dalam ensiklopedia. Pemetaan ini menghasilkan sebuah ensiklopedia lingkungan

Lebih terperinci

Bab 2. Tinjauan Pustaka

Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 1.1. Penelitian Sebelumnya Penelitian berjudul Implementasi Aplikasi ADempiere Pada Proses Bisnis Jasa Angkutan Barang Pada PT Sinar Aji Cepat Bhayangkara Pekalongan menjelaskan

Lebih terperinci

System Application and Product (SAP) in Data Processing

System Application and Product (SAP) in Data Processing System Application and Product (SAP) in Data Processing http://en.wikipedia.org/wiki/sap_ag http://priandoyo.wordpress.com/2007/03/30/ belajar-sap-r3-dari-mana/ http://www.sap-img.com/sap-introduction.htm

Lebih terperinci

TRANSACTION PROCESSING

TRANSACTION PROCESSING TRANSACTION PROCESSING Enterprise System : ENTERPRISE SYSTEM Pusat sistem suatu perusahaan yang menjamin informasi dapat disebarkan keseluruh fungsi bisnis dan semua level manajemen untuk mendukung berjalannya

Lebih terperinci

Nama : - Kartika Rahel - Mayke - Rinaras - Radhika Frisdela

Nama : - Kartika Rahel - Mayke - Rinaras - Radhika Frisdela Nama : - Kartika Rahel - Mayke - Rinaras - Radhika Frisdela Review Question BAB 1 No.1-17 1. Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan perencanaan sumber daya perusahaan yaitu sebuah sistem informasi

Lebih terperinci

Konsep E-Business. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom

Konsep E-Business. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Konsep E-Business Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Deskripsi Membahas mengenai bisnis internal, kolaborasi berbagai bentuk e-bisnis, serta keterkaitan e-business dengan e-commerce berbagai bentuk application.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Persaingan di dunia bisnis semakin kompleks, banyak hal yang harus diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis yang mereka kembangkan.

Lebih terperinci

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Balanced Scorecard (BSC) BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992. BSC merupakan sebuah Performance Management System yang memungkinkan

Lebih terperinci

What is your Target????

What is your Target???? What is your Target???? Knowledge Era Attribute Nomadic Agrarian Mercantile Industry Knowledge Technology Hunting Manual Farm Sailing Machines Computer Tool Equipment Ship Energy Source Fire Animals Wind

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

Sistem Informasi

Sistem Informasi Sistem informasi bisnis diintegrasikan dalam satu produk dan dapat disajikan dalam software packet yang sama. Systems from a functional perspective Sales and marketing systems Manufacturing and production

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan berbagai perbaikan dan kualitas dari dalam perusahaan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan berbagai perbaikan dan kualitas dari dalam perusahaan. Salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari masa ke masa terasa semakin kompetitif. Agar setiap perusahaan memiliki keunggulan kompetitif maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis tidak terlepas dari perkembangan teknologi, teknologi membantu perusahaan untuk mempertahankan bahkan mengembangkan competitive advantage

Lebih terperinci

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017

PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 PERFORMANCE MEASUREMENT (Pengukuran Kinerja) Supply Chain Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul July 2017 Objektif Pembelajaran (Learning Objectives) Mahasiswa bisa: Menjelaskan mengapa

Lebih terperinci

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS)

SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) SI402 Arsitektur Enterprise Pertemuan #4 Suryo Widiantoro, ST, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan bahasa, pedoman, dan visualisasi yang digunakan sebagai dasar pembuatan sebuah pemodelan arsitektur

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 05 ERP: Produksi ERP: PRODUKSI Ditujukan untuk mendukung proses produksi atau manufakturing Sistem produksi adalah Sistem yang menyediakan aplikasi manufaktur dalam berbagai

Lebih terperinci

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria Konsultan manajemen stratejik dan pengembangan organisasi ririsatria@yahoo.com Topik hari ini Review tentang strategi. Pengenalan strategi pemasaran. Pengenalan

Lebih terperinci

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI APLIKASI SIKLUS PRODUKSI DAN SIKLUS KEUANGAN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Tujuan Belajar 1 Menjelaskan pengendalian siklus transaksi yang digunakan dalam proses bisnis produksi. Alur Transasi pada

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi memiliki dampak penting bagi dunia bisnis. bergantung pada dukungan dan kemampuan sistem TI.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi memiliki dampak penting bagi dunia bisnis. bergantung pada dukungan dan kemampuan sistem TI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi memiliki dampak penting bagi dunia bisnis dan industri. Keberhasilan, kemajuan, dan tingkat produktivitas industri disadari sangat

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI Materi 1. Era Informasi 2. Strategi dan Peluang Yang Kompetitif 3. Database dan Database Warehouse 4. Desain Database 5. Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas 6. E-Commerce SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Lebih terperinci

Muhammad Bagir S.E., M.T.I

Muhammad Bagir S.E., M.T.I Muhammad Bagir S.E., M.T.I Perkenalan Sistem informasi yang efisien, teritegrasi sangat penting bagi perusahaan untuk mampu berkompetisi Sistem ERP dapat mengintegrasikan operasi perusahaan Bertindak sebagai

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Metodologi Penelitian merupakan langkah selanjutnya untuk memecahkan masalah yang ada, dimana penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan beberapa

Lebih terperinci

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu:

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu: SIKLUS PRODUKSI Siklus produksi adalah serangkaian kegiatan usaha yang berulang dan operasi pemrosesan data yang terkait berhubungan dengan pembuatan produk. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode

Lebih terperinci