BAB V ANALISIS DAN SINTESIS
|
|
- Yenny Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 48 BAB V ANALISIS DAN SINTESIS Visi dan misi Taman Lalu Lintas Bandung tetap dipegang teguh sejak pendiriannya sampai sekarang, yaitu memberikan pendidikan keamanan dan ketertiban lalu lintas kepada anak-anak agar dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari demi keselamatan diri sendiri dan orang lain. Pelaksanaannya melalui bentuk rekreasi dan hiburan dalam sebuah taman yang juga menjadi salah satu taman kota. Selanjutnya, visi dan misi tersebut menghasilkan tujuan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung. Berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis dan sintesis yang mengacu kepada tujuan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung, yaitu mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup, dan taman bermain anak-anak (rekreasi). Masing-masing fungsi tersebut dianalisis sesuai dengan data aspek yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut. 5.1 Taman Lalu Lintas sebagai Taman Pendidikan Kelalulintasan Aspek Fisik Taman Lalu Lintas Bandung pada awalnya dirancang sebagai tempat belajar kelalulintasan bagi anak-anak agar mereka dapat berlatih sopan-santun berlalu lintas dan bersikap sebagai seorang pengguna jalan yang taat akan peraturan lalu lintas. Anak-anak akan senang belajar kelalulintasan di taman ini karena metode yang digunakan adalah bermain sambil belajar. Sebagai taman pendidikan kelalulintasan, konsep Taman Lalu Lintas Bandung didesain sebagai miniatur jalan raya yang dilengkapi dengan berbagai perangkat jalan seperti rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, halte, zebra cross, dan papan nama jalan. Keberadaan perangkat jalan tersebut sudah cukup tersedia, tetapi tata letaknya perlu dipertimbangkan lagi berdasarkan fungsi, kebutuhan, lokasi, dan sirkulasi. Hal ini dapat terlihat pada peletakan papan rambu-rambu lalu lintas di Taman Lalu Lintas Bandung. Rambu-rambu lalu lintas di taman ini, yang merupakan salah satu sarana pendidikan kelalulintasan, diletakkan pada suatu tiang yang diletakkan di tengah kanal, yang berada dekat dengan gerbang masuk.
2 49 Peletakan ini perlu dipertimbangkan kembali karena selain dapat menghalangi pengunjung menikmati pemandangan dalam taman, peletakan ini juga cukup berbahaya bagi anak-anak. Bagi anak-anak yang ingin mempelajari atau membaca tulisan pada rambu-rambu, mereka akan terdorong untuk melihatnya lebih dekat. Hal ini disebabkan oleh tulisan yang ada pada rambu agak sulit terbaca dari jalan. Selain itu, hal tersebut juga dapat menimbulkan kecenderungan untuk anak melewati pembatas yang berupa semak dan groundcover sehingga jika tidak hatihati, anak tersebut dapat terjatuh ke dalam kanal (Gambar 31). Sebaiknya peletakan rambu-rambu dipindahkan ke tempat yang lebih aman dan menggunakan font (ukuran huruf) yang lebih besar. Menurut Azhariyah (1994), ukuran huruf pada rambu-rambu lalu lintas adalah 2,5 cm, 5 cm, 10 cm, dan 15 cm dengan jarak baca masing-masing 7,5 cm, 15 cm, 30 cm, dan 45 cm, sedangkan tinggi huruf untuk papan penunjuk bagi pejalan kaki adalah 64 mm dengan warna yang umum digunakan adalah warna hijau gelap. (a) Rambu Lalu Lintas (b) Perilaku Anak-Anak Gambar 31 Peletakkan Rambu Lalu Lintas yang Kurang Sesuai Selain melalui rambu lalu lintas, pendidikan tentang kelalulintasan diberikan melalui papan informasi yang berisi tentang aturan-aturan kelalulintasan seperti cara menyeberang jalan supaya aman (camejasa) (Gambar 32). Namun, keberadaan papan informasi ini dirasa kurang untuk menunjang fungsi Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman pendidikan kelalulintasan. Beberapa taman sejenis, contohnya Taman Lalu Lintas Cibubur, sudah menggunakan multimedia dalam memeberikan pendidikan kelalulintasan. Oleh karena itu, pihak pengelola sebaiknya meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan agar Taman Lalu Lintas Bandung dapat bersaing dengan taman sejenis lainnya.
3 50 Gambar 32 Papan Informasi yang Berisi tentang Camejasa Aspek Sosial Menurut hasil kuisioner yang dibagikan kepada 46 orang responden, yang merupakan pendamping anak-anak, kebanyakan responden (85%) mengaku setelah mengunjungi Taman Lalu Lintas Bandung, mereka mendapat pengetahuan tentang pendidikan kelalulintasan (Gambar 33). Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil pengamatan di lapang. Contohnya pada sarana bermain sepeda mini. Anak-anak yang mengendarai sepada di area ini tidak sesuai dengan peraturan lalu lintas walaupun sudah terdapat lampu lalu lintas. Tidak Tahu 11% Tidak 4% Ya 85% Gambar 33 Karakteristik Pengunjung Berdasarkan Perolehan Pendidikan Kelalulintasan di Taman Lalu Lintas Bandung Untuk keberadaan rambu lalu lintas, kebanyakan responden menilai sesuai dengan persentase 83% sedangkan 11% menilai tidak sesuai dan 6% lainnya menilai sangat sesuai (Gambar 34). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan rambu lalu lintas sudah cukup memadai. Namun, menurut hasil pengamatan lapang, peletakkan papan rambu lalu lintas agak membahayakan anak-anak sehingga perlu dipertimbangkan untuk memindahkan ke tempat yang lebih aman.
4 Frekuensi Sangat Sesuai Cukup Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai Rambu-Rambu Lalu Lintas Gambar 34 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Rambu-Rambu Lalu Lintas Program Pedidikan Kelalulintasan Untuk menunjang fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, Taman Lalu Lintas Bandung saat ini hanya memiliki satu program, yaitu Program Penyuluhan dan Pendidikan Keamanan Lalu Lintas (PPKLL) yang diadakan stiap setahun sekali. Namun, menurut hasil survei lapang, anak-anak yang bermain di Taman Lalu Lintas Bandung belum menunjukkan sikap pengguna jalan yang taat akan peraturan lalu lintas. Contohnya pada sarana bermain sepeda mini. Anakanak mengendarai sepeda tanpa memperhatikan rambu-rambu dan lampu lalu lintas. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya tabrakan antara pengendara sepeda. Oleh karena itu, dapat dikatakan program PPKLL tersebut belum mencapai tujuan. Hal ini juga dapat disebabkan karena tidak adanya pemandu (guide) yang menjelaskan tentang rambu-rambu atau sarana pendidikan kelalulintasan lainnya. 5.2 Taman Lalu Lintas sebagai Taman Lingkungan Hidup Aspek Biofisik Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman lingkungan hidup dimaksudkan sebagai ruang terbuka hijau (RTH) kota Bandung yang berwujud taman kota. Di dalam taman ini terdapat beragam jenis pohon. Pohon yang ada di taman ini merupakan potensi yang perlu dipertahankan. Beberapa pohon bahkan sudah berusia kurang lebih 70 tahun, misalnya pohon palem raja (Roystonea regia) dan ki hujan (Samanea saman). Selain itu, keberadaan pohon ini sangat penting dan diperlukan pemeliharaan yang intensif agar dapat berfungsi secara
5 52 optimal. Fungsi penanaman pohon ini, antara lain, untuk mereduksi polusi udara dan kebisingan yang berasal dari empat ruas jalan yang mengelilingi Taman Lalu Lintas Bandung. Fungsi lainnya adalah untuk menambah keindahan dan keteduhan di dalam taman. Penggunaan penanaman vegetasi dengan gradasi dari tinggi ke rendah dan kasar ke halus di dalam Taman Lalu Lintas Bandung sudah cukup baik. Menurut Laurie (1986), pengaturan kumpulan vegetasi dan struktur bangunan yang tepat dapat mengalirkan udara maksimum yang dapat mengurangi kelembaban yang berlebih sehingga pengunjung akan merasa nyaman. Selain itu, keberadaan penghijauan yang baik di suatu areal bermain tidak hanya bersifat sebagai material struktur saja, tetapi juga dipakai sebagai media pengetahuan (Marcus dan Francis, 1998). Hal ini senada seperti yang dikemukakan Moore (1993) bahwa anak-anak menggunakan vegetasi sebagai sumber dasar untuk bermain dan belajar. Keanekaragaman vegetasi yang ada di taman ini dapat menjadi media pengetahuan anak. Anak-anak dapat mempelajari berbagai jenis spesies dari vegetasi yang ada di taman ini. Sebelumnya, pihak pengelola pernah memberikan papan nama pada setiap pohon (Gambar 35). Namun, beberapa papan dirusak/dicabut oleh pengunjung. Sebaiknya pengelola lebih memperhatikan peletakan papan nama pada pohon agar tidak mudah dirusak oleh pengunjung. (a) Peletakan (b) Kondisi Gambar 35 Papan Nama Pada Pohon Keberadaan pohon tua di Taman Lalu Lintas Bandung selain menjadi potensi nilai sejarah, juga dapat membahayakan pengunjung bila tidak dilakukan pemeliharaan yang baik. Pohon-pohon tua biasanya memerlukan pemeliharaan yang intensif, seperti pemangkasan dan penyiraman yang rutin. Batang pohon yang besar dapat berbahaya bagi anak-anak yang sedang bermain jika tiba-tiba
6 53 patah dan jatuh. Sebaiknya peletakan sarana bermain tidak terlalu dekat dengan pohon-pohon yang sudah tua. Untuk penyiraman, pihak pengelola sudah melakukan dengan baik, yaitu dengan melakukannya setiap hari (selain di musim hujan) Aspek Sosial Sebagai taman lingkungan hidup, keberadaan tanaman di dalam Taman Lalu Lintas Bandung sangat diperlukan. Persepsi pengunjung terhadap keberadaan tanaman di dalam Taman Lalu Lintas Bandung dapat dilihat pada Gambar 36. Keberadaan tanaman dinilai pengunjung cukup nyaman sebesar 87% dan 13% lainnya menilai sangat nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa Taman Lalu Lintas Bandung dinilai sesuai menjadi taman lingkungan hidup oleh responden Frekuensi Sangat Nyaman Cukup Nyaman Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman Tanaman Gambar 36 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Tanaman Untuk penilaian kebersihan dan kenyamanan di dalam Taman Lalu Lintas Bandung, sebagian besar pengunjung menilai bahwa taman ini cukup bersih dan cukup nyaman dengan persentase masing-masing 70% dan 76% (Gambar 37), sedangkan untuk penilaian sistem pemeliharaan taman dan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung secara umum dinilai cukup baik (83%). Namun, masih ada 15% pengunjung menilai kurang baik (Gambar 38). Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pihak pengelola untuk memperbaiki sistem pemeliharaan dan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung agar semakin baik.
7 54 Frekuensi Sangat Bersih Cukup Bersih Bersih Kurang Bersih Tidak Bersih Sangat Nyaman Cukup Nyaman Nyaman Kurang Nyaman Tidak Nyaman Kebersihan Kenyamanan Gambar 37 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Kebersihan dan Kenyamanan Kurang 15% Tidak 0% Sangat 2% Cukup 83% Gambar 38 Persepsi Pengunjung terhadap Sistem Pemeliharaan dan Pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung Program Lingkungan Hidup Untuk saat ini, program yang mendukung fungsi Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman lingkungan hidup belum ada. Namun, pendidikan lingkungan hidup ini disisipkan pada program PPKLL. Oleh karena itu, sebaiknya pihak pengelola perlu menambah program yang menunjang fungsi Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman lingkungan hidup. 5.3 Taman Lalu Lintas Sebagai Taman Bermain (Rekreasi) Aspek Fisik Sebagai tempat bermain (rekreasi), Taman Lalu Lintas Bandung dilengkapi oleh sarana bermain yang cukup bervariasi, mulai dari sarana bermain sederhana seperti ayunan, panjatan, luncuran, jungkitan, dan panjatan spiral
8 55 sampai dengan sampai dengan sarana bermain yang menggunakan tenaga mesin/listrik seperti kereta api mini, karosel, kolam renang, kolam pancing, sepeda mini, mobil baterai, mandi bola, kereta listrik, flying fox, kereta motor, kincir, sport kids, gajah terbang, dan arena bermain anak (AMA) dengan koin. Namun, keberadaan sarana bermain tersebut kurang ditunjang oleh pemeliharaannya. Beberapa sarana bermain terlihat kurang terawat dan bahkan rusak (Gambar 39). Hal ini sesuai dengan hasil kuisioner yang menyatakan bahwa mayoritas responden mengharapkan perbaikan kualitas rekreasi dengan persentase 34% (Gambar 40). (a) Kurang Terawat (b) Rusak Gambar 39 Kondisi Sarana Bermain Kepedulian terhadap lingkungan 13% Tidak ada 0% Penambahan sarana rekreasi 26% Harga lebih terjangkau 3% Perbaikan kualitas rekreasi 34% Peningkatan kualitas pelayanan rekreasi 24% Gambar 40 Karakteristik Pengunjung Taman Lalu Lintas Bandung Berdasarkan Harapan Namun, kerusakan sarana bermain tersebut juga disebabkan oleh perilaku pengunjung yang tidak menaati peraturan. Contohnya, pihak pengelola sudah membatasi pemakaian sarana bermain hanya untuk anak-anak yang berusia 13 tahun ke bawah. Namun, menurut hasil survei lapang, masih banyak remaja bahkan orang dewasa yang menggunakan sarana bermain tersebut. Selain untuk sarana bermain, pihak pengelola juga membuat beberapa aturan untuk menjaga kebersihan seperti tentang keharusan membuang sampah pada tempatnya. Namun,
9 56 pada saat ramai pengunjung, masih dapat ditemukan sampah yang berserakan (Gambar 41). Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak pengelola untuk mempertegas peraturan agar meningkatkan kesadaran para pengunjung. (a) Papan Himbauan (b) Sampah Pengunjung Gambar 41 Papan Himbauan dan Kondisi Waktu Ramai Pengunjung Sarana bermain Taman Lalu Lintas Bandung yang cukup bervariasi membuat anak-anak senang bermain di taman ini. Pemilihan warna pada sarana bermain di taman ini secara umum sudah cukup baik. Anak-anak menyukai warna-warna spektrum/pelangi yang cerah dan warna-warna yang teduh (Gibson, 1968). Dari survei, diketahui bahwa warna-warna primer cerah (merah, kuning, biru) adalah warna yang paling sering digunakan pada sarana bermain, tetapi terdapat juga penggunaan warna lain seperti hijau, ungu, dan oranye dalam porsi yang lebih kecil (Gambar 42). Pemilihan warna-warna teduh jarang dijumpai. (a) Dominasi Warna Primer (b) Penggunaan Warna Lain Gambar 42 Pemilihan Warna Pada Sarana Bermain Fasilitas penunjang rekreasi lain seperti tempat sampah, dan tempat duduk cukup tersebar di dalam taman, tetapi beberapa fasilitas, seperti toilet, kurang banyak dan tidak tersebar merata serta sulit diakses oleh pengunjung berkebutuhan khusus. Sirkulasi di dalam taman kondisinya cukup baik. Jalan utama cukup lebar untuk sirkulasi dua arah. Namun, ada beberapa masalah yang harus diperhatikan, yaitu adanya jalan-jalan buntu, terkonsentrasinya sirkulasi manusia pada jalan atau area rekreasi utama saja, dan kurang intensifnya sirkulasi
10 57 manusia pada jalan atau area rekreasi lainnya (Gambar 43). Hal ini disebabkan oleh fasilitas permainan yang dilalui jalan tertentu kurang menarik dan secara visual kurang menampilkan keindahan atau keunikan taman. Hal ini menyebabkan lahan tidak digunakan secara optimal dan membuat area dengan kepadatan pengunjung yang berbeda-beda (Gambar 44). Alternatif pemecahan masalahnya adalah dengan menghilangkan jalan buntu atau melanjutkan jalan (membuat jalan baru) agar sirkulasi tidak terhambat. Selain itu, tata letak sarana bermain juga sebaiknya dibuat menyebar dan tidak terkonsentrasi pada satu area. U Tanpa Skala Keterangan: Jalan Buntu Area Bermain Utama (Karcis) Gambar 43 Jalan Buntu dan Area Bermain Utama (Karcis) U Tanpa Skala Area Kepadatan Pengunjung : Tinggi Sedang Gambar 44 Area Kepadatan Pengunjung Rendah
11 Analisis Aspek Sosial Sebagai tempat bermain (rekreasi), persepsi dari pengunjung turut menjadi pertimbangan dalam pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung. Berdasarkan hasil kuisisoner yang dibagikan kepada 46 orang respoden, penilaian pemandangan dan kondisi fasilitas sarana bermain cukup baik dengan persentase masing-masing 74% dan 78% (Gambar 45). Dari kedua aspek yang dinilai, aspek pemandangan dinilai paling baik dengan presentase yang menilai sangat baik 13% dan yang menilai kurang baik hanya 2% dari pengunjung. Hal ini dapat menjadi masukan bagi pengelola untuk mempertahankan dan meningkatkan keindahan di Taman Lalu Lintas Bandung. Frekuensi Sangat 30 Cukup Kurang Tidak Sangat 41 Cukup 4 4 Kurang 0 Tidak Pemandangan Kondisi Fasilitas/Sarana Bermain Gambar 45 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Pemandangan dan Kondisi Fasilitas/Sarana Bermain Untuk masalah keamanan, kebanyakan pengunjung menilai aman dengan persentase 87% (Gambar 46) sedangkan untuk jenis permainan yang diminati, kebanyakan responden memilih kereta api mini dengan persentase 27% (Gambar 47). Untuk jenis permainan non-karcis (ayunan, luncuran, panjatan, dan lain-lain) juga diminati responden dengan persentase 14%. Jenis permainan kolam pancing dan mobil baterai paling sedikit diminati responden dengan persentase 2%.
12 59 Frekuensi Sangat Aman Cukup Aman Aman Kurang Aman Tidak Aman Gambar 46 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Keamanan KA Mini Kolam Renang Sepeda Mini Flying Fox Mandi Bola Karosel Kolam Pancing Mobil Baterai AMA/Koin Kereta Listrik Kereta Motor Kincir Gajah Terbang Ayunan, Luncuran, dll Keamanan Frekuensi Jenis Permainan Gambar 47 Persepsi Pengunjung (Frekuensi) terhadap Jenis Permainan yang Diminati Menurut hasil survei lapang, jenis permainan kolam pancing jarang sekali dibuka. Hal ini disebakan oleh pasokan air yang lebih diutamakan untuk kolam renang sehingga untuk kolam pancing jarang diisi air. Untuk mobil baterai, jumlah mobil yang tersedia terbatas dan tidak digunakan secara optimal. Perbedaan persentase yang cukup jauh antara jenis permainan yang satu dengan yang lain dapat menyebabkan terjadinya penumpukan pengunjung pada salah satu jenis mainan (yang paling diminati saja). Hal ini dapat menjadi pertimbangan pengelola Taman Lalu Lintas Bandung untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sarana/jenis permainan yang kurang diminati agar dapat berfungsi dan digunakan secara optimal.
13 Analisis Daya Dukung Daya dukung kawasan (DDK) diartikan sebagai jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung suatu kawasan yang disediakan pada waktu tertentu. Untuk mengetahui daya dukung fisik suatu tempat, perlu diketahui luas area yang dibutuhkan untuk seseorang dalam melakukan suatu aktivitas rekreatif spesifik agar tetap merasa nyaman. Beberapa aktivitas rekreasi sudah memiliki standar tertentu (Douglas, 1982), tetapi yang lainnya didapat melalui asumsi secara logis. Aktivitas rekreasi yang banyak dilakukan di Taman Lalu Lintas Bandung adalah aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak. Menurut Marcus dan Francis (1998), standar minimum kebutuhan ruang untuk anak-anak di suatu areal bermain adalah 7 m 2 /anak. Dengan menggunakan rumus perhitungan daya dukung menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2003), dapat dihitung daya dukung pengunjung Taman Lalu Lintas Bandung per hari dengan mengetahui luas area rekreasi 2,8 hektar (80% x 3,5 hektar), jam kunjungan per hari 7 jam (pada hari Senin Kamis dan Sabtu) dan 8 jam (pada hari Minggu/libur) dengan rata-rata waktu kunjungan 4 jam (sesuai dengan simulasi perjalanan yang telah dilakukan ketika survei). Dengan mengetahui standar minimum kebutuhan ruang untuk rekreasi dan luas area rekreasi, dapat diketahui daya dukung untuk area rekreasi sebanyak 4000 orang, sedangkan dari data jam kunjungan dan rata-rata waktu kunjungan, dapat diketahui koefisien rotasi sebesar 2. Dari hasil perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa daya dukung Taman Lalu Lintas Bandung sebesar orang/hari. Dari hasil tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengunjung taman ini tidak melebihi daya dukung. Namun, dapat berpotensi melebihi daya dukung pada saat hari libur nasional. 5.5 Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats) Setelah menganalisis ketiga fungsi Taman Lalu Lintas Bandung, didapatkan beberapa potensi dan kendala yang kemudian dianalisis menggunakan metode SWOT. analisis SWOT ini digunakan untuk menentukan strategi rencana pengelolaan di Taman Lalu Lintas Bandung. Caranya adalah dengan menganalisis
14 61 potensi dan kendala yang yang dimiliki oleh Taman Lalu Lintas Bandung, yang kemudian disusun ke dalam faktor-faktor internal dan eksternal. Semua faktor internal dan eksternal dianalisa untuk menentukan langkah strategis yang dapat diambil dalam usaha pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup, dan taman bermain (rekreasi) Identifikasi Faktor Strategis Internal Faktor strategis internal yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses). Hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan adalah sebagai berikut. a. Kekuatan 1) Sebagai taman bermain dan belajar Taman Lalu Lintas Bandung merupakan tempat belajar kelalulintasan yang di dalamnya terdapat berbagai sarana bermain bagi anak-anak. Metode pembelajaran yang digunakan dalam taman ini adalah bermain sambil belajar. 2) Sarana bermain yang tersedia cukup bervariasi Sarana bermain yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung cukup bervariasi, baik sarana bermain yang sederhana maupun yang menggunakan tenaga mesin. Hal ini membuat para pengunjung, terutama anak-anak, memiliki banyak pilihan dalam bermain. 3) Terdapat berbagai jenis pohon yang fungsional dan estetis Sebagai taman lingkungan hidup, taman ini memiliki berbagai jenis pohon untuk menambah keindahan dan keteduhan di dalam taman. Pohon ini juga berungsi untuk mereduksi polusi udara dan kebisingan yang berasal dari empat ruas jalan yang mengelilingi Taman Lalu Lintas Bandung. b. Kelemahan 1. Terkonsentrasinya pengunjung pada area/sarana bermain tertentu Sarana bermain berkarcis merupakan sarana bermain yang banyak diminati anak-anak. Namun, peletakannya kurang tersebar. Hal ini menyebabkan mayoritas pengunjung terkonsentrasi pada area tersebut. 2. Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan rusak
15 62 Selain berfungsi sebagai taman kelalulintasan, Taman Lalu Lintas Bandung juga berfungsi sebagai taman bermain (rekreasi) untuk anakanak. Namun, beberapa sarana bermain yang ada di taman ini terlihat kurang terawat dan tidak berfungsi optimal, seperti kolam pancing. 3. Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan Tujuan pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup, dan taman bermain anak-anak (rekreasi). Namun, tujuan tersebut kurang ditunjang dengan program yang ada. Program yang dimiliki Taman Lalu Lintas Bandung hanya satu, yaitu PPKLL. 4. Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai Sebagai taman pendidikan kelalulintasan, Taman Lalu Lintas Bandung dilengkapi dengan berbagai perangkat jalan seperti rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, halte, zebra cross, dan papan nama jalan. Namun peletakan beberapa perangkat jalan kurang sesuai seperti peletakan papan rambu-rambu lalu lintas yang berada di tengah kanal Identifikasi Faktor Strategis Eksternal Faktor strategis eksternal yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Hasil identifikasi peluang dan ancaman adalah sebagai berikut. a. Peluang 1. Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat Taman yang didirikan pada tahun 1958 ini sudah terkenal di mata masyarakat Bandung sebagai tempat pendidikan kelalulintasan dan rekreasi yang strategis, harga biaya masuk, serta sewa permainannya terjangkau bagi masyarakat umum. b. Ancaman 1) Perilaku pengunjung yang kurang menaati peraturan Meskipun sudah banyak papan himbauan untuk menjaga kebersihan, masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Selain itu, sarana bermain yang dibatasi pemakaiannya hanya untuk anak-anak
16 63 yang berusia 13 tahun ke bawah, pada kenyataannya, masih digunakan oleh remaja bahkan orang dewasa. 2) Adanya taman atau objek rekreasi yang lain Semakin berkembangnya pembangunan, semakin banyak taman atau objek rekreasi lain yang menyediakan permainan yang lebih modern serta menarik. Hal ini dapat mengancam keberadaan Taman Lalu Lintas Bandung sebagai taman bermain dan belajar Penilaian Faktor Internal dan Eksternal Sebelum melakukan pembobotan faktor internal maupun eksternal, terlebih dahulu ditentukan tingkat kepentingan dari masing-masing faktor tersebut. Setiap faktor diberi tingkat kepentingannya berdasarkan prioritas fungsi dari Taman Lalu Lintas Bandung. Faktor yang berhubungan dengan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, tingkat kepentingannya lebih penting dari pada fungsi Taman Lalu Lintas Bandung yang kedua (sebagai taman lingkungan hidup) dan fungsi ketiga (sebagai taman bermain/rekreasi) (Tabel 13 dan 14). Setelah memperoleh tingkat kepentingan, dilakukan pembobotan (Tabel 15 dan 16). Tabel 13 Tingkat Kepentingan Faktor Internal Simbol Faktor Internal S1 S2 S3 W1 W2 W3 W4 Sebagai taman bermain dan belajar Sarana bermain yang cukup bervariasi Terdapat berbagai jenis pohon Penumpukan konsentrasi pengunjung Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan rusak Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai Tingkat Kepentingan Sangat penting Cukup penting Penting Sangat penting Cukup penting Sangat penting Sangat penting Tabel 14 Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal Simbol Faktor Eksternal O1 T1 T2 Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat Perilaku pengunjung yang kurang menaati peraturan Adanya taman atau objek rekreasi yang lain Tingkat Kepentingan Sangat penting Penting Penting
17 64 Tabel 15 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Taman Lalu Lintas Bandung Simbol S1 S2 S3 W1 W2 W3 W4 Total Bobot S S S W W W W Total 84 1 Tabel 16 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Taman Lalu Lintas Bandung Simbol O1 T1 T2 Total Bobot O T T Total Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan Matriks External Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, dilakukan penentuan peringkat (rating) dari 1 4. Kemudian peringkat setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan 18). Matriks IFE dan EFE akan digunakan dalam membuat rating strategi Taman Lalu Lintas Bandung yang akan diprioritaskan. Tabel 17 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Strengths (S) S1 S S3 Weaknesses (W) W1 W2 W3 W4 Sebagai taman bermain dan belajar Sarana bermain yang cukup bervariasi Terdapat berbagai jenis pohon Penumpukan konsentrasi pengunjung pada area tertentu Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan tidak berfungsi optimal Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai Total
18 65 Tabel 18 Matriks External Factor Evaluation (EFE) Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Opportunities (O) O1 Threats (T) T1 T2 Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat Perilaku pengunjung yang kurang menaati peraturan Adanya taman atau objek rekreasi yang lain Total Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE pada Tabel 17 dan 18, kondisi internal Taman Lalu Lintas Bandung memiliki total nilai skor 1.95, sedangkan untuk kondisi eksternalnya bernilai Dari skor yang didapat dari pembobotan peringkat di atas, diketahui posisi Taman Lalu Lintas Bandung pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks internal-eksternal (IE). Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu skor total matriks IFE pada sumbu x dan total matriks EFE pada sumbu y. Total skor matriks IFE adalah 1.95 dan total skor matriks EFE adalah Hasil pemetaan matriks IFE dan EFE Taman Budaya dapat dilihat pada Gambar 48. Total Skor IFE sedang tinggi 3 2 rendah 1 4 tinggi I II III 3 IV V VI sedang VII rendah 2 VIII IX 1 Gambar 48 Matriks IE Total Skor EFE Berdasarkan nilai total skor IFE dan EFE, Taman Lalu Lintas Bandung berada pada Kuadran III yang menunjukkan bahwa Taman Lalu Lintas Bandung berada pada posisi hold and maintain. Strategi yang sesuai adalah strategi yang tidak mengubah visi yang telah dibuat (defensif) namun perlu peningkatan potensi yang dimiliki. 5.6 Sintesis Permasalahan dan potensi dari hasil analisis aspek fisik, biofisik, sosial, serta pengelolaan dan pemeliharaan dirumuskan dalam faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan ancaman
19 66 (threats). Sintesis merupakan tahap memberikan solusi dari permasalahan dan mengembangkan potensi dari hasil analisis. Sintesis yang dilakukan merupakan penyusunan alternatif strategi menggunakan Matriks SWOT Matriks SWOT Analisis SWOT mengumpulkan permasalahan dan potensi yang ada di Taman Lalu Lintas Bandung. Hasil sintesis dari analisis SWOT adalah matriks SWOT (Tabel 19). Matriks SWOT menunjukkan beberapa strategi yang dapat diambil untuk mengatasi permasalahan dan mengembangkan potensi yang ada di taman ini. Matriks ini dapat menghasilkan empat alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi kelangsungan suatu kegiatan, yaitu 5. strategi SO, strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil kesempatan yang ada; 6. strategi WO, strategi yang mendapatkan keuntungan dari kesempatan yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan; 7. strategi ST, strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi; 8. strategi WT, strategi yang meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Tabel 19 Matriks SWOT Eksternal Internal Kekuatan (Strengths) 1. Sebagai taman bermain dan belajar 2. Sarana bermain yang cukup bervariasi 3. Terdapat berbagai jenis pohon Kelemahan (Weaknesses) 1. Penumpukan konsentrasi pengunjung pada area tertentu 2. Beberapa sarana bermain yang kurang terawat dan rusak 3. Program yang ada kurang menunjang tujuan pengelolaan 4. Peletakan rambu lalu lintas yang kurang sesuai Peluang (Opportunities) 1. Taman yang banyak dikunjungi dan diminati masyarakat Strategi S O 1. Meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan 2. Mempertahankan keberadaan pohon Strategi W O 1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas fasilitas 2. Menambah program 3. Memindahkan rambu lalu lintas ke tempat yang lebih sesuai Ancaman (Threats) 1. Perilaku pengunjung kurang menaati peraturan 2. Adanya taman atau objek rekreasi yang lain Strategi S T 1. Melakukan sosialisasi kepada pengunjung untuk menaati peraturan 2. Meningkatkan kualitas pelayanan Strategi W T 1. Meletakkan sarana bermain secara menyebar
20 Pembuatan Tabel Peringkat Alternatif Strategi Beberapa alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT kemudian ditentukan prioritasnya. Penentuan prioritas alternatif strategi dilakukan dengan cara menjumlah semua skor dari faktor-faktor penyusunnya. Strategi yang memiliki skor paling tinggi menjadi prioritas utama. Bentuk penentuan prioritas alternatif strategi disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Pemeringkatanan Alternatif Strategi dari Matriks SWOT Strategi 1. Meningkatkan sarana pendidikan kelalulintasan 2. Meningkatkan kualitas pelayanan 3. Mempertahankan keberadaan pohon 4. Melakukan sosialisasi kepada pengunjung untuk menaati peraturan 5. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas fasilitas 6. Menambah program yang menunjang tujuan pengelolaan 7. Memindahkan rambu lalu lintas ke tempat yang lebih sesuai 8. Meletakkan sarana bermain secara menyebar Keterkaitan dengan unsur SWOT S1, O1, W3, W4 S1, S2, S3, T2, O1 S3, O1 S1, T1, O1 W2, O1, T1, T2, S2 W3, O1, S1, T1, T2 W4, O1, S1, T1 W1, T1, S2, O1 Skor Peringkat VI II VIII V III I IV VII
BAB VI RENCANA PENGELOLAAN
68 BAB VI RENCANA PENGELOLAAN Konsep dasar rencana pengelolaan Taman Lalu Lintas Bandung adalah mempertahankan dan memaksimalkan fungsinya sebagai taman pendidikan kelalulintasan, taman lingkungan hidup,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)
12 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Kegiatan penelitian mengambil lokasi di Taman Lalu Lintas Ade Irma Suryani Nasution yang terletak di Jalan Belitung No. 1, Kelurahan Merdeka, Kecamatan Sumur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok
Lebih terperincic. Media cetak d. Media elektronik
LAMPIRAN 83 84 Lampiran 1 Kuisioner Pengunjung Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor KUISIONER PENELITIAN RENCANA PENGELOLAAN TAMAN LALU-LINTAS ADE IRMA SURYANI NASUTION
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Lebih terperinciSumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol
10 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.
9 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok. U Gambar 2. Peta Telaga Golf Sawangan, Depok Sumber: Anonim 2010.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini mengambil lokasi di jalur sepeda Sentul City, Bogor, Indonesia (Gambar 4). Adapun waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih selama
Lebih terperinciGambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)
10 III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Magang ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada Kecamatan Citeureup dan Kecamatan Kedung Halang meliputi, Desa Babakan Madang, Sumurbatu,
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.
Lebih terperinciRENCANA PENGELOLAAN TAMAN LALU LINTAS ADE IRMA SURYANI NASUTION, BANDUNG
RENCANA PENGELOLAAN TAMAN LALU LINTAS ADE IRMA SURYANI NASUTION, BANDUNG TRISTA PRASIDYA WEGANGSULANGJANI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciGambar 2 Tahapan Studi
13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai
Lebih terperinciJenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan
31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Lalu Lintas Taman Lalu Lintas merupakan wadah atau tempat bermain dan belajar berlalu lintas, baik untuk anak-anak maupun siapa saja yang peduli dan ingin mempelajari
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata)
54 BAB V KESIMPULAN Olahraga dan pariwisata merupakan dua disiplin ilmu yang dapat dipadukan sehingga memiliki kekuatan dan efek ganda bagi kampus UPI. Oleh sebab itu olahraga pariwisata saat ini mendapat
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu
19 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Lokasi penelitian adalah Kelurahan Lenteng Agung RW 08. Waktu sejak pelaksanaan studi hingga pembuatan laporan hasil studi berlangsung selama 10 bulan (Maret 2011- Januari
Lebih terperinciBAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM
BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR
LAMPIRAN 81 Lampiran 1. Kuisioner Untuk Pengguna Sepeda Sentul City No Responden : EVALUASI LANSKAP JALUR KHUSUS SEPEDA DI SENTUL CITY, BOGOR Tanggal: Saya Rida Agniya Arifiani (A44080059), mahasiswa tingkat
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi
Lebih terperinciMETODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
9 METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Situs Ratu Boko, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya berjarak
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data
19 III. METODE KAJIAN Kajian ini dilakukan di unit usaha Pia Apple Pie, Bogor dengan waktu selama 3 bulan, yaitu dari bulan Agustus hingga bulan November 2007. A. Pengumpulan Data Metode pengumpulan data
Lebih terperinciSumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel
Lebih terperinciBAB V ANALISIS SINTESIS
BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan permukiman Sentul City yang terletak pada 06 33 55-06 37 45 LS dan 106 50 20-106 57 10 BT di wilayah administrasi
Lebih terperinciV. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak
V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek
Lebih terperinciANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG
ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arif Rahman Hakim L2D 303 283 JURUSAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.
Lebih terperinciVI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data B. Metode Analisis
III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer melalui survei lapangan, wawancara dengan pemilik perusahaan, karyawan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,
Lebih terperinciBAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN
BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN 4.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa temuan studi, yaitu: Secara normatif, terdapat kriteria-kriteria atau aspek-aspek yang
Lebih terperinciB A B 4 A N A L I S I S
B A B 4 A N A L I S I S Pada bab ini saya ingin melakukan analisis terhadap data yang sudah didapat dari studi kasus berdasarkan tiga teori pada bab sebelumnya. Pertama, saya ingin melihat hubungan keempat
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara
20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
37 IV. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Loka Farm yang terletak di Desa Jogjogan, Kelurahan Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi ini
Lebih terperinciIII. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data
27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Martabak Air Mancur Bogor yang terletak di Jl. Sudirman, untuk pemilihan lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan adalah suatu keadaan yang sangat sulit untuk diramalkan, diperkirakan dan dipastikan di masa yang akan datang. Perusahaan tidak terlepas dari berbagai macam
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS
BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS 5.1. Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan.
Lebih terperinciSTUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR
STUDI PERSEPSI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KENYAMANAN KAWASAN SIMPANG LIMA SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK TUGAS AKHIR Oleh: ENI RAHAYU L2D 098 428 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP.. iii ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PENGESAHAN......... i ii RIWAYAT HIDUP.. iii ABSTRAK...... ABSTRACT...... KATA PENGANTAR. iv v vi DAFTAR ISI...... vii DAFTAR TABEL.... viii DAFTAR GAMBAR.......
Lebih terperinciPERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT
PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT DESKRIPSI OBJEK RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Definisi : Konsep ruang publik berupa ruang terbuka hijau atau taman yang dilengkapi dengan berbagai
Lebih terperinciBAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1 Dasar Pendekatan Metode pendekatan ditujukan sebagai acuan dalam penyusunan landasan perencanaan dan perancangan arsitektur. Dengan metode pendekatan diharapkan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km
37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi
Lebih terperinciV. KONSEP PENGEMBANGAN
84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten
Lebih terperinci4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting dan Evaluasi Ruang Terbuka Hijau Kecamatan Jepara Jenis ruang terbuka hijau yang dikembangkan di pusat kota diarahkan untuk mengakomodasi tidak hanya fungsi
Lebih terperinciBAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan
144 BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1 Analisis Matriks EFE dan IFE Tahapan penyusunan strategi dimulai dengan mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan serta kekuatan dan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Jalur pedestrian di Jalan Sudirman Kota Pekanbaru dinilai dari aktivitas pemanfaatan ruang dan Pedestrian Level of Service. Jalur pedestrian di Jalan Sudirman
Lebih terperinciBAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour
BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Hasil perancangan Sekolah Dasar Islam Khusus Anak Cacat Fisik di Malang memiliki dasar konsep dari beberapa penggambaran atau abstraksi yang terdapat pada
Lebih terperinciVII. FORMULASI STRATEGI
VII. FORMULASI STRATEGI 7.1 Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan masukan (input stage) merupakan langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melalui langkah kedua dan langkah ketiga didalam tahap formulasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN Halaman.. i..vi.. viii.. ix I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang.. 1 1.2. Identifikasi Masalah..5 1.3. Rumusan Masalah.. 6 1.4. Tujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah di bengkel sepeda motor Budi Motor, tepatnya di Jalan Wolter Monginsidi Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Alasan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan studi yang merupakan ringkasan hasil studi yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran dalam melakukan studi, serta saran-saran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti melakukan penelitiannya dari proses survei, pengambilan atau pencarian data, dan wawancara
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)
GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA
BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciPERENCANAAN LANSEKAP JALAN DI BEBERAPA JALAN UTAMA KOTAMADYA BOGOR. Oleh : A1 YULIANTI A
/Y4 p PERENCANAAN LANSEKAP JALAN DI BEBERAPA JALAN UTAMA KOTAMADYA BOGOR Oleh : A1 YULIANTI A 28.1143 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANJAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1997 Van hamba-hamba yang baik
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan
25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan
Lebih terperinciP E N D A H U L U A N
P E N D A H U L U A N Dasar Surat Ketua Pengurus KORPRI kecamatan Majenang nomor : 22/PUK-MAG/IX/2014 Tanggal 8 September 2014 Perihal Lomba Penulisan Artikel di Media Elektronik dan Online. Sehubungan
Lebih terperinci5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut
5. Konsep Urban Design Guidelines yang Memperhatikan Kebutuhan Pejalan Kaki Usia Kanak-Kanak dan Usia Lanjut Ruang urban Depok terutama jalan Margonda Raya sangat ramai dan berbahaya. Pada pagi hari pukul
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal
Lebih terperinciBAB III. Metodologi Penelitian
BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
Lebih terperinciLampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara
Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara Kuisioner Responden yang terhormat, Agrowisata Salatiga merupakan salah satu agrowisata yang banyak diminati oleh pengunjung. Welcome area yang ada di agrowisata
Lebih terperinciSTRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO Mukhamad Johan Aris, Uswatun Hasanah, Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Data Umum Jalur sepeda adalah jalur lalu lintas yang khusus diperuntukan bagi pengguna sepeda, dipisahkan dari lalu lintas kendaraan bermotor untuk meningkatkan keselamatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau atau RTH merupakan salah satu komponen penting perkotaan. Secara umum ruang terbuka publik (open spaces) di perkotaan terdiri dari ruang terbuka
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
54 LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner penelitian untuk wisatawan daerah tujuan wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan
Lebih terperinciANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP
ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari
Lebih terperinciBAB V KONSEP Traffic-coaster
BAB V KONSEP Traffic-coaster Rumusan analisis permasalahan pada bab sebelumnya menyebutkan tiga kata kunci sebagai permasalahan utama dari perancangan taman lalu lintas ini, yaitu mix program, akses responsif
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL
BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya
Lebih terperinci