BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA"

Transkripsi

1 BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Untuk dapat mengukur keberhasilan dan implementasi Rencana Strategis Tahun ditetapkan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator kinerja. Rincian pengukuran kinerja berisi indikator kinerja, serta pencapaian target masing-masing kegiatan dan sasaran, yang disajikan dalam bentuk formulir Pengukuran Kinerja. Penetapan indikator kinerja kegiatan berdasarkan pada kelompok masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome). Untuk satuan pengukuran indikator ditetapkan dalam bentuk kabupaten/kota, unit, paket, kegiatan, lokasi dan lain sebagainya. Berdasarkan sasaran yang telah ditetapkan sesuai dengan visi, misi dan tujuan pembangunan kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan, maka program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2015 dituangkan dalam bentuk formulir Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Rencana Kinerja Tahun 2015 merupakan implementasi Rencana Strategis Pembangunan Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun Kegiatan ini mencakup kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2015 tersebut, kegiatan yang dilaksanakan mencakup pelaksanaan 47 (empat puluh tujuh) kegiatan/dpa-skpd dan anggaran APBN meliputi 1 (satu) DIPA 1 (satu) kegiatan untuk mendukung 5 (lima) sasaran strategis. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 28

2 Secara ringkas pencapaian kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015, yang meliputi 5 (lima) sasaran dapat digambarkan dalam tabel berikut: No. Sasaran ( ) 1. Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan Indikator Kinerja (2015) - Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sebanyak 16 lokasi/tahun Target 16 lokasi/ tahun Tingkat Capaian (%) 143,75 - Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi sebanyak 2 unit/tahun 2 unit 400,00 2. Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu - Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan seluas 250 Ha/tahun 250 Ha/ tahun 187,14 3. Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa Lingkungan di Bidang Kehutanan - Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 unit/tahun - Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan seluas 200 Ha/tahun - Luas Hutan Tanaman seluas Ha/tahun 3 unit/tahun 200 Ha/ tahun Ha/tahun 100,00 992,50 121,67 4. Meningkatkan Produktifitas sumber daya hutan - Produksi Kayu dari Hutan Tanaman sebesar 4,125 Juta M3/tahun 4,125 Juta m3/ tahun 119,59 5 Meningkatkan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan - Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan sebesar Rp. 20,00 M/tahun Rp. 20,00 M/tahun 156,70 LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 29

3 Berdasarkan pengukuran kinerja terhadap sasaran yang dituangkan pada masing-masing sasaran pada tahun 2015, maka dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sasaran 1: Mewujudkan Pemantapan Perencanaan Hutan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Lokasi/Tahun ,75 Unit/Tahun ,00 Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas dan Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi telah berhasil dicapai. Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 30

4 1.1. Jumlah Rencana Lokasi Permasalahan Kawasan Hutan yang Dapat Ditindaklanjuti dengan Tata Batas sebanyak 16 lokasi. Berkenaan dengan indikator kinerja jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, kegiatan identifikasi dan rekonstruksi batas kawasan hutan terhadap permasalahan/kasus kawasan hutan yang merupakan salah satu tugas pokok Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. dan fungsi Dinas Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran pertama serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Lokasi/ ,75 Tahun Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 16 lokasi. Realisasi Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sebanyak 23 lokasi, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas, telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 143,75%. Keberhasilan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 31

5 Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan ( sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah. Grafik Target dan Realisasi Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 Pada tahun 2015 pelaksanaan identifikasi permasalahan kawasan hutan di 16 (enam belas) lokasi dengan sumber dana APBD antara lain: 1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Bero Jaya Timur.. 2) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Beji Mulyo. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pulai Gading. 4) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Cogong di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 32

6 5) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Hulu Tumpah di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. 6) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Kungku Kabupaten Rawas. 7) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Galang Tinggi. 8) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Kota Baru. 9) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Sinar Marga. 10) Kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambu Bukit Nanti Mekakau Kabupaten Lahat di wilayah Desa Penindaian. 11) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Ulak Dabuk. 12) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Tanjung Ning. 13) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Dingin Kabupaten Muara Enim di Wilayah Desa Segamit 14) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Mulyo Sari. 15) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Lubuk Tua. 16) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Jajaran baru I dan Desa Jajaran Baru. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 33

7 Hasil kegiatan Identifikasi dan Inventarisasi Permasalahan Tenurial Kawasan Hutan dengan sumber dana APBN dilaksanakan di 7 (tujuh) lokasi yaitu : 1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di wilayah Desa Way Cacahan. 2) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Teluk Beringin. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pangkalan Bayat. 4) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pagar Desa. 5) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Muara Bahar. 6) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Banyuasin di wilayah Desa Teluk Tenggulang. 7) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Suka Damai, Desa Beji Mulyo dan Desa Tungkal Jaya. Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas Satuan Lokasi/ Tahun Capaian 2015 (%) Capaia n 2013 (%) (%) ratarata capaian 143,75 33,33 88,54 Ket LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 34

8 Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas Satuan Lokasi/ Tahun Capaian Realisasi Naik Ket (Turun) Naik Indikator kinerja Jumlah Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas pada tahun 2015 sebanyak 23 lokasi, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 16 lokasi, mengalami peningkatan sebesar 7 lokasi. Grafik Rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas tahun LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 35

9 Berdasarkan grafik jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas meningkat tajam dari tahun 2014 sampai dengan tahun Indikator kinerja Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas sampai dengan tahun 2015 sebanyak 23 lokasi, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total 53 lokasi, maka Jumlah rencana lokasi permasalahan kawasan hutan yang dapat ditindaklanjuti dengan tata batas baru dicapai sebesar 43,40%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Grafik Rencana Lokasi Permasalahan Kawasan Hutan Yang Dapat Ditindaklanjuti dengan Tata Batas Tahun 2015 dan Target pada RPJMD Pencapaian sasaran kinerja tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 36

10 Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Pengukuhan Kawasan Hutan (APBD) a.1. Kegiatan Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah pelaksanaan identifikasi permasalahan kawasan hutan di 23 (dua puluh tiga) lokasi antara lain: 1) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Bero Jaya Timur.. 2) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Beji Mulyo. 3) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pulai Gading. 4) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Cogong di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. 5) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Hulu Tumpah di wilayah Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau. 6) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Kungku Kabupaten Rawas. 7) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Galang Tinggi. 8) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Kota Baru. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 37

11 9) Kawasan Hutan Lindung (HL) Mekakau dan HL. Peraduan Gistang Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di wilayah Desa Sinar Marga. 10) Kawasan Hutan Lindung (HL) Bukit Jambu Bukit Nanti Mekakau Kabupaten Lahat di wilayah Desa Penindaian. 11) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Ulak Dabuk. 12) Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Bukit Balai Kabupaten Empat Lawang di Wilayah Desa Tanjung Ning. 13) Kawasan Hutan Produksi Lindung (HL) Bukit Dingin Kabupaten Muara Enim di Wilayah Desa Segamit 14) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Mulyo Sari. 15) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Lubuk Tua. 16) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Lakitan Selatan Kabupaten Musi Rawas di wilayah Desa Jajaran baru I dan Desa Jajaran Baru. 17) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di wilayah Desa Way Cacahan. 18) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Teluk Beringin. 19) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pangkalan Bayat. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 38

12 20) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Pagar Desa. 21) Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) Meranti Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Muara Bahar. 22) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Banyuasin di wilayah Desa Teluk Tenggulang. 23) Kawasan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) Sungai Lilin Bertak Kabupaten Musi Banyuasin di wilayah Desa Suka Damai, Desa Beji Mulyo dan Desa Tungkal Jaya. b. Program Inventarisasi Sumber Daya Hutan Tingkat Provinsi (APBD) b.1. Kegiatan Inventarisasi Sumberdaya Hutan Tingkat Provinsi Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: a) Laporan dan Data potensi Sumber Daya Hutan pada Kawasan Hutan di 5 (lima) Kabupaten berupa 8 dokumen laporan hasil ISDHTP Tahun 2015, sebagai berikut: 1. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL Mekakau di Kabupaten OKU Selatan seluas Ha dengan sampling 37,4 Ha. 2. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL Peraduan Gistang dan HL Saka di Kabupaten OKU Selatan masing-masing seluas Ha dan Ha dengan sampling 167,59 Ha dan 10,43 Ha. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 39

13 3. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HL. A. Telang, HL Muara Musi, HL P. Payung, HL Pulau Rimau di Kabupaten Banyuasin seluas Ha dengan sampling 30,17 Ha. 4. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Air Tebangka dan HP Air Niru di Kabupaten OKU seluas Ha dengan sampling 44,20 Ha. 5. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP dan HPT Lubuk Batang di Kabupaten OKU dan Muara Enim seluas Ha dengan sampling 26,41 Ha. 6. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Mangsang Mendis di Kabupaten Musi Banyuasin seluas Ha dengan sampling 58,85 Ha. 7. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Martapura dan HP Air Laye di Kabupaten OKU Timur seluas Ha dengan sampling 21,32 Ha. 8. Inventarisasi Sumber Daya Hutan HP Meranti S. Merah dan HPT Merabti Dangku di Kabupaen Musi Banyuasin seluas Ha dengan sampling 39,23 Ha. b) Buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 b.2. Kegiatan Pengelolaan Databesa, Internet dan Jaringan Data Spasial Kehutanan Daerah (JDSKD) Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: jumlah infrastruktur jaringan data spasial kehutanan daerah berupa Website Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 1 set LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 40

14 c. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85% Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang Beroperasi sebanyak 2 unit. Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan saat ini belum dikelola secara intensif dan dimanfaatkan secara optimal. Kondisi tersebut disebabkan karena belum adanya pengelolaan hutan pada tingkat tapak yaitu Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), baik itu berupa Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK). Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi maupun Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota pada saat ini lebih bersifat pengadministrasian kegiatan-kegiatan kehutanan. Dalam rangka mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari maka seluruh kawasan hutan dibagi dalam KPH. KPH tersebut dapat berbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK), Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), maupun Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP). Hal ini menjawab permasalahan yang muncul saat ini, misalnya kondisi hutan yang memperihatinkan ditandai dengan meningkatnya laju degradasi hutan, kurang berkembangnya LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 41

15 investasi di bidang kehutanan, rendahnya kemajuan pembangunan hutan tanaman, kurang terkendalinya illegal logging dan illegal trade, merosotnya perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan, serta meningkatnya luas kawasan hutan yang tidak terkelola dengan baik. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya strategis dalam bentuk deregulasi dan debirokratisasi. Kawasan hutan Provinsi Sumatera Selatan telah ditetapkan sebagai KPH sesuai Keputusan Menteri No. SK.76/Menhut-II/2010 tanggal 10 Februari Penetapan Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Selatan terbagi menjadi 24 Unit KPH terdiri dari 14 unit KPH Produksi seluas 2,059,461 ha dan 10 unit KPH Lindung seluas 498,941 ha. Penetapan tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan kelembagaan pada setiap unit KPH. Menurut letak wilayah kerjanya, penetapan KPH tersebut terdiri atas lintas kab/kota 4 unit KPH dan 20 unit KPH terletak di dalam kabupaten/kota. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2011, Kelembagaan KPH yang wilayahnya lintas kab/kota dibentuk dengan Perda Provinsi dan KPH yang wilayahnya dalam kab/kota dibentuk dengan Perda Kabupaten/Kota. Kelembagaan KPH Model yang telah terbentuk sampai dengan tahun 2014 sebanyak 6 unit, antara lain: 1. KPHL Model Unit I Pantai Timur Banyuasin 2. KPHP Model Unit III Lalan Mangsang Mendis Musi Banyuasin 3. KPHP Model Unit IV Meranti Musi Banyuasin 4. KPHP Model Unit V Rawas Musi Rawas Utara 5. KPHP Model Unit VI Lakitan Musi Rawas 6. KPHP Model Unit VII Benakat Bukit Cogong Provinsi Sumatera Selatan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 42

16 Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran pertama serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Unit/Tahun ,00 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 ditargetkan sebanyak 2 unit. Realisasi Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi sebanyak 8 unit, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 400,00%. Keberhasilan pencapaian ini tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah. Dalam rangka memenuhi peraturan perundangan dan percepatan pembangunan KPH, maka kegiatan Pembentukan KPHP tahun 2015 antara lain fasilitasi pembangunan KPH berupa sosialisasi, koordinasi dan monitoring serta penyiapan prakondisi KPH pada unit-unit KPH di Provinsi Sumatera Selatan. Progres Pembangunan KPH sampai dengan tahun 2015 yaitu : LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 43

17 a. Pembentukan Kelembagaan KPH. Dari 22 Unit KPH, telah terbentuk 19 organisasi KPH yang berbentuk UPTD dan SKPD, yaitu : 1. UPTD KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2009, ditingkatkan menjadi SKPD pada tahun SKPD KPHP Unit VI Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun UPTD KPHP Unit V Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun SKPD KPHP Unit IV Meranti Kabupaten Musi Banyuasin tahun UPTD KPHL Unit I Banyuasin Kabupaten Banyuasin tahun UPTD KPHP Unit II Lalan Sembilang Kabupaten Banyuasin tahun UPTD KPHL Unit XII Ogan Ulu Kabupaten Muara Enim Tahun 2013, serta 8. SKPD KPHP Unit VII dan Unit VIII Benakat Bukit Cogong Provinsi Sumatera Selatan (Peraturan Daerah Provinsi Sumsel No.16 Tahun 2013) 9. SKPD KPHP Unit XIV dan Unit XX Subanjeriji Martapura Provinsi Sumatera Selatan (Peraturan Daerah Provinsi Sumsel Tahun 2013) 10. UPTD KPHL Unit VII Dempo Kota Pagar Alam 11. UPTD KPHL Unit XV Bukit Nanti Kabupaten OKI 12. UPTD KPHL Unit XVI Peraduan Gistang Kabupaten OKU Selatan 13. UPTD KPHL Unit XVII Mekakau Kabupaten OKU Selatan 14. UPTD KPHL Unit XVIII OKU Selatan 15. UPTD KPHL Unit XIX Saka Kabupaten OKU Selatan 16. UPTD KPHL Unit XXI Lempuing Kabupaten OKI LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 44

18 17. UPTD KPHL Unit XXII Mesuji Ilir Kabupaten OKI 18. UPTD KPHL Unit XXIII Sungai Lempur 19. UPTD KPHL Unit XIV Sungai Batang Riding b. Penetapan KPH Model 1. KPHP Unit III Lalan Mangsang Mendis Kabupaten Musi Banyuasin tahun KPHP Unit VI Lakitan Kabupaten Musi Rawas Tahun KPHP Unit V Rawas Kabupaten Musi Rawas Tahun KPHP Unit IV Meranti Kabupaten Musi Banyuasin tahun KPHP Unit VII Benakat Provinsi Sumatera Selatan tahun KPHP Model Unit I Pantai Timur Banyuasin Penetapan wilayah KPH perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan pembentukan kelembagaan dan penyusunan rencana pengelolaan. Kabupaten yang belum membentuk Kabupaten Lahat dan Empat Lawang. Pembentukan kelembagaan KPH mengalami kendala antara lain Pemerintah Daerah yang belum membentuk kelembagaan KPH terkait dengan kondisi daerah masing-masing peserta sumber daya manusia, dana, serta kondisi penataan organisasi di dalam Kabupaten. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 45

19 Grafik Target dan Realisasi Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Satuan Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) ratarata capaian Unit/Tahun 400,00 225,00 312,50 Ket Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 46

20 Indikator Kinerja 2 Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi Satuan Unit/ Tahun Capaian Realisasi Naik Ket (Turun) Naik Indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 8 unit, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 6 unit, maka indikator Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi mengalami peningkatan sebesar 2 unit. Grafik Jumlah Kelembagaan KPH yang beroperasi tahun Berdasarkan grafik Jumlah kelembagaan KPH yang beroperasi tahun , pelaksanaan pembentukan kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dari tahun 2014 mengalami peningkatan pada tahun 2015 mencapai jumlah 2 unit. Dengan demikian maka pencapaian sasaran kinerja berupa LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 47

21 terlaksananya jumlah kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang beroperasi tercapai dengan capaian kinerja 400,00%. Indikator kinerja Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi pada tahun 2015 sebanyak 8 unit, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total 13 unit, maka Jumlah Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH yang beroperasi baru dicapai sebesar 61,54%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Grafik Kelembagaan KPH yang beroperasi tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode Pencapaian sasaran kinerja tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 48

22 a. Program Pembentukan Kelembagaan Kesatuan Pengelolaan Hutan/KPH (APBD) a.1. Kegiatan Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Indikator kinerja (output) kegiatan antara lain: 1. Terbentuknya kelembagaan KPH di Kabupaten OKU Selatan (3 unit KPHL dan 1 unit KPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten OKU Selatan dan terbentuknya kelembagaan KPH di Kabupaten OKI (4 unit KPHP) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Kehutanan Kabupaten OKI. 2. Laporan hasil inventarisasi biogeofisik pada 4 (empat) plot di wilayah tertentu KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura di Kabupaten Muara Enim, untuk mendukung proses penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah II Palembang. 3. Laporan hasil Sosekbud pada 4 (empat) desa yang berada di sekitar wilayah tertentu KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura di Kabupaten Muara Enim, untuk mendukung proses penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) KPHP Unit XIV Subanjeriji-Martapura yang difasilitasi oleh BPKH Wilayah II Palembang. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 49

23 4. Data dan informasi terbaru tentang perkembangan pembangunan KPH di Provinsi Sumatera Selatan sebagai bahan untuk fasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengenai kebijakan pembangunan KPH. 2. Sasaran 2: Meningkatkan Daya Dukung DAS Musi dan Pengelolaan DAS Terpadu Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan 2 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Ha/ ,86 187,14 Tahun Unit/ Tahun Dari tabel menunjukkan bahwa ,00 Indikator kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan dan Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu telah berhasil dicapai. Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 50

24 2.1. Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan seluas 250 Ha/Tahun. Sejalan dengan perkembangan waktu tekanan terhadap kawasan hutan semakin tinggi yang antara lain disebabkan oleh gangguan penebangan liar (Illegal Logging), perambahan kawasan hutan, alih fungsi kawasan hutan, kebakaran hutan. Selain itu dampak dari pengelolaan lahan yang tidak memperhatikan teknik konservasi tanah dan air yang baik sehingga menyebabkan masih banyaknya lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan. Lahan kritis wilayah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 seluas ,500 Ha. Lahan Kritis di Provinsi Sumatera Selatan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 51

25 Untuk mengatasi masalah lahan kritis di Provinsi Sumatera Selatan dilakukan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Rehabilitasi hutan dan lahan dimaksudkan untuk mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Rehabilitasi hutan dan lahan merupakan bagian dari sistem pengelolaan hutan dan lahan yang ditempatkan pada kerangka Daerah Aliran Sungai (DAS). Rehabilitasi hutan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan. Rehabilitasi hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan pada saat ini telah dilaksanakan melalui kebijakan peningkatan peran serta/partisipasi masyarakat. Dengan meningkatnya peran serta/partisipasi masyarakat, diharapkan akan terjadi pengurangan lahan kritis yang signifikan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Ha/ ,86 187,14 Tahun Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 ditargetkan seluas 250 Ha. Realisasi Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan seluas 467,86 Ha, sehingga capaian indikator kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 187,14%. Keberhasilan pencapaian rehabilitasi lahan kritis tidak LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 52

26 terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah. Grafik Target dan Realisasi Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melalui Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan. Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 53

27 Indikator Kinerja 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan Satuan Ha/ Tahun Capaian Realisasi Naik Ket (Turun) ,86 150,86 Naik Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan Satuan Ha/ Tahun Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) ratarata capaian 187,14 182,61 184,88 Ket Indikator kinerja Luas Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 seluas 467,86 Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 seluas 317 Ha, mengalami peningkatan sebesar 150,86 Ha. Peningkatan Luas rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan disebabkan karena meningkatnya upaya pelaksanaan kegiatan rehabilitasi lahan kritis yang dilakukan oleh masyarakat, perusahaan dan pemerintah. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 54

28 Grafik Luas rehabilitasi lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan Foto Bibit Tanaman Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 55

29 Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan pada tahun 2015 seluas 467,86 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total luas Ha, maka Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan baru dicapai sebesar 38,04%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Grafik Luas lahan kritis di dalam dan di luar kawasan hutan yang direhabilitasi tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode Pencapaian sasaran kinerja Luas Rehabilitasi Lahan Kritis di Dalam dan di Luar Kawasan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 56

30 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Rehabilitasi Lahan Kritis dalam Kawasan Hutan (APBD) a.1. Kegiatan Rehabilitasi Catchment Area di Kawasan Hutan Lindung dan Pengkayaan di Luar Areal KPHL Indikator kinerja (output) kegiatan adalah: 1. Belanja Bahan Bahan Kimia dan Pupuk Kegiatan Rehabilitasi Catchment Area di Kawasan Hutan Lindung dan Pengkayaan Diluar Areal KPHL. 2. Belanja Barang yang akan diserahkan pada masyarakat / pihak ketiga meliputi belanja bibit tanaman untuk hutan lindung dan bekanja bibit tanaman bantuan untuk masyarakat sekitar kawasan hutan lindung sebanyak batang. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan 4. Belanja Modal gedung dan bangunan berupa pembangunan kantor resort Sungai Baung dan pagar pengaman kantor KPHP Benakat Bukit Cogong 5. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Kendaraan Dinas bermotor Perorangan 6. Belanja modal peralatan dan mesin kendaraan dinas bermotor perorangan berupa pengadaan kendaraan roda 2 merk Kawasaki sebanyak 2 (dua) unit. 7. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan Peralatan Mini Komputer 8. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Pengadaan peralatan Mini Komputer berupa pengadaan PC/komputer (GIS), Printer A3 dan printer portable. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 57

31 Kegiatan ini terealisasi sebesar 100,00%. a2. Kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah: 1. Koordinasi kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat. 2. Pengukuran areal kerja kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat. 3. Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung di Dusun Tanjung Beranting Kelurahan Burung Dinang Kecmatan Dempo Utara Kota Pagar Alam seluas 25 Ha dengan koordinat X dan Y ; dan Desa Mengkenang Kecamatan Mulak ulu Kabupaten Lahat seluas 25 ha dengan koordinat X dan Y Bantuan bibit tanaman kehutanan kepada masyarakat jenis bambang lanang sebanyak batang dan durian sebanyak batang. Kegiatan Pengembangan Sistem Agroforestry di Kawasan Hutan Lindung terealisasi sebesar 100%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 58

32 a.3. Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah jumlah Luas demplot tanaman hasil hutan non kayu seluas 40 Ha pada (dua) lokasi : 1. Desa Jajaran Baru I, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas dengan koordinat X dan koordinat Y Desa Muara Megang I, Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas dengan koordinat lokasi X dan koordinat Y Pengadaan bibit kepada masyarakat dengan jenis gaharu sebanyak batang dan nangka sebanyak batang. Kegiatan terealisasi 100%.b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 59

33 2.2. Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 Unit/Tahun. Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi mencakup wilayah Provinsi Sumatera Selatan, sebagian wilayah Provinsi Jambi, Bengkulu, dan Lampung. Kegiatan pembangunan di DAS Musi tergolong intensif karena banyaknya aktivitas penduduk di sekitarnya. Sungai Musi telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di sepanjang sungai, namun manfaat tersebut akhir-akhir ini dirasakan semakin berkurang bahkan mengandung potensi bencana karena rusaknya ekosistem DAS Musi tersebut. DAS Musi mengalami kerusakan disebabkan oleh peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai akibat dari pertambahan penduduk dan tuntutan pemenuhan kebutuhan masyarakat, konflik kepentingan dan kurangnya keterpaduan antar sektor, serta antar wilayah hulu dan hilir. Kegiatan pembangunan DAS Musi cenderung mengarah kepada penurunan kemampuan lahan dalam meresapkan air. Berdasarkan data SPOT liputan tahun 2008 menunjukkan bahwa tutupan hutan hanya tinggal 19,75% dari wilayah DAS, luas lahan kritis dan sangat kritis hampir mencapai 45% dari luas DAS, serta meningkatnya frekuensi banjir di beberapa wilayah sekitar Sungai Musi, Sejak tahun 2005, secara merata banyak terjadi banjir di wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Apabila tidak ada upaya perbaikan lingkungan maka kecenderungan kerusakan ekosistem DAS Musi akan semakin meningkat, baik oleh faktor alam maupun tekanan penduduk dengan segala aktivitasnya. Masalah lain yang cukup serius adalah adanya ancaman kebakaran hutan dan okupasi kawasan hutan. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 60

34 Berdasarkan uraian di atas tampak jelas bahwa pengelolaan DAS Musi harus dilakukan secara terpadu, karena : Terdapat keterkaitan antar berbagai kegiatan dalam pengeloaan sumberdaya dan pembinaan aktivitasnya. Melibatkan berbagai disiplin ilmu yang mendasari dan mencakup berbagai bidang kegiatan. Batas DAS tidak selalu berhimpitan/bertepatan dengan batas wilayah administrasi pemerintahan. Interaksi daerah hulu sampai hilir dapat berdampak negatif maupun positif sehingga memerlukan koordinasi antar pihak. Peran kelembagaan sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pengelolaan DAS terpadu. Kelembagaan dalam tulisan ini merujuk pada definisi dari Ruttan dan Hayami (1984), yaitu sebagai aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan bahwa setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Kelembagaan ini berperan untuk mengarahkan perilaku seluruh stakeholders agar sejalan dengan tujuan umum (public goal) yang ditetapkan. Beberapa alternatif bentuk kelembagaan dalam pengelolaan DAS, antara lain memanfaatkan lembaga yang sudah ada. Bentuk kelembagaan bersama (dalam bentuk forum/badan koordinasi) merupakan salah satu alternatif yang paling memungkinkan dalam pembentukan kelembagaan pengelolaan DAS saat ini. Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa kondisi yang mendukung, antara lain: (1) Sesuai dengan perundangan-undangan yang ada (UU No 7 tahun 2004). (2) Kegiatan pengelolaan DAS melibatkan banyak stakeholders, lintas sektoral, multidisiplin dan lintas wilayah, oleh karena itu kelembagaan yang disusun hendaknya kelembagaan yang bersifat independent dan mewakili banyak pihak. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 61

35 Permasalahan yang paling menonjol dalam pengelolaan DAS saat ini adalah koordinasi, oleh karena itu pengelolan DAS ke depan perlu suatu wadah untuk mengikat, menyatukan dan menselaraskan semua sektor dan wilayah agar dapat mewujudkan pengelolaan DAS terpadu yang berkelanjutan. Pengembangan kelembagaan di suatu wilayah harus memperhatikan atau mampu mengakomodasi kelembagaan yang sudah ada dan berkembang di wilayah tersebut. Hal ini juga harus dilakukan dalam rangka pengembangan kelembagaan DAS Musi. Agar DAS Musi dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak diperlukan penguatan kelembagaan pengelolaan DAS terpadu. Pengelolaan DAS terpadu mensyaratkan keterpaduan antara sektor, multi disiplin dan keterpaduan wilayah (hulu sampai hilir). Beragamnya stakeholders yang terlibat dan berbagai kepentingan yang berbeda menjadi masalah utama dalam pengelolaan DAS terpadu, oleh karena itu diperlukan suatu kelembagaan untuk mengatur perilaku seluruh stakeholder agar bersepakat untuk bersama-sama mewujudkan pengelolaan DAS terpadu secara berkelanjutan. Pengelolaan kelembagaan air dalam konteks DAS juga mensyaratkan apa yang disebut sebagai biaya transaksi (transaction cost). Pengelolaan kelembagaan dilihat sebagai suatu upaya meminimisasi biaya transaksi. Biaya transaksi dapat didefinisikan sebagai seluruh ongkos yang timbul karena pertukaran dengan pihak lain. Biaya transaksi ini cukup mahal karena banyaknya aktor yang terlibat di dalamnya serta kompleksitas pengaturan dan biaya pengawasan yang ditimbulkan (Fauzi, 2004). Adanya konsekuensi tersebut, timbul pertanyaan bagaimana biaya dan manfaat itu diatur dalam pembagian secara adil dan proporsional di antara pemerintah daerah yang terlibat, dunia usaha dan masyarakat. Sampai saat LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 62

36 ini belum ada mekanisme yang jelas untuk mengatur biayamanfaat. Indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu dapat dilihat pada tabel berikut: No. Tahun Jumlah DAS/Sub DAS (unit) Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Unit/ ,00 Tahun Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 ditargetkan seluas 3 unit. Realisasi Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu sebanyak 3 unit, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 100,00%. Keberhasilan pencapaian Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), koordinasi antar instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 63

37 Grafik Target dan Realisasi Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan melalui Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) telah melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka pengelolaan DAS/Sub DAS secara terpadu. Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu Satuan Unit/ Tahun Capaian Realisasi Naik Ket (Turun) Naik LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 64

38 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu Satuan Unit Tahun Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) ratarata capaian 100,00 100,00 100,00 Ket Indikator kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 2 unit, mengalami peningkatan sebesar 1 unit. Grafik Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 65

39 Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu pada tahun 2015 sebanyak 3 unit, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan jumlah 13 unit, maka Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu baru dicapai sebesar 23,08%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Grafik Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode Pencapaian sasaran kinerja Jumlah DAS/Sub DAS yang dikelola secara terpadu tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 66

40 a. Program Kelembagaan Pengelolaan DAS Terpadu Musi (APBD) a.1. Kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Reboisasi dan Penghijauan Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa laporan hasil koordinasi penyelenggaran Reboisasi dan Penghijauan partisipatif di 15 kabupaten/kota dan pelaksanaan penilaian lomba penghijauan sebanyak 15 laporan terealisasi sebesar 100,00%. a.2. Kegiatan Pengadaan Bibit Pohon Penghijauan untuk Peringatan Bulan Bakti Menanam Indikator kinerja (output) kegiatan adalah jumlah pengadaan bibit pohon penghijauan di Provinsi Sumatera Selatan untuk Peringatan Bulan Bakti Menanam sebanyak batang yang terdiri dari tanaman kehutanan berupa mahoni, pulai dan salam di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Ogan Ilir, OKI, Kota Prabumulih, dan Kota Palembang terealisasi sebesar 100%. a.3. Kegiatan Pelatihan kelompok tani dan pembuatan Demplot teknik budidaya agroforestry dan konservasi tanah dan air. Indikator kinerja (output) kegiatan adalah sebagai berikut: Pembuatan Demplot Teknik Budidaya Agroforestry dan Konservasi Tanah dan Air seluas 25 Ha, serta bantuan bibit kepada mayarakat berupa bibit Kayu Afrika sebanyak batang dan bibit alpukat sebanyak batang. Lokasi kegiatan di Kelurahan Jokoh Kecamatan Dempo LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 67

41 Tengah Kota Pagar Alam dengan koordinat BT dan LS. Kegiatan ini terealisasi sebesar 100%. a.4. Kegiatan Fasilitasi Forum Rimbawan, Forum DAS dan Pokja Revitalisasi Lahan Gambut Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah frekuensi pertemuan Forum DAS dan Pokja Revitalisasi Lahan Gambut dalam rangka mendukung pengelolaan DAS Terpadu dan Revitalisasi Lahan Gambut Sumatera Selatan sebanyak 2 kali terealisasi sebesar 60%. a.5. Kegiatan Tanaman Hutan Rakyat Sebagai Tabungan Pendidikan Indikator kinerja (output) kegiatan ini adalah: 1. Luas tanaman Hutan Rakyat sebagai Tabungan Pendidikan seluas 30 Ha di Desa Pengentaan Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Koordinat lokasi: koordinat X dan koordinat Y Jumlah bibit yang diserahkan kepada masyarakat (Kelompok Tani Kebina Ria) sebanyak batang dengan jenis tanaman bambang lanang. 2. Luas tanaman Hutan Rakyat sebagai Tabungan Pendidikan seluas 30 Ha di Desa Lubuk Dendan Kecamatan Mulak Ulu Kabupaten Lahat. Koordinat lokasi: koordinat X dan koordinat Y Jumlah bibit yang diserahkan kepada masyarakat (Kelompok Tani Karya Indah) sebanyak batang dengan jenis tanaman bambang lanang. Kegiatan terealisasi sebesar 100%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 68

42 b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%. Foto Kegiatan Hari Menanam Pohon Indonesia LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 69

43 3. Sasaran 3: Menurunkan Emisi Karbon dan Meningkatnya Usaha Jasa Lingkungan di Bidang Kehutanan. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan 2 Luas Hutan Tanaman Ha/ Tahun Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Ha/ ,5 Tahun ,54 121,67 Adapun capaian kinerja dari indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.1. Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan sebesar 200 Ha/Tahun Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan sebesar 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun Komitmen tersebut menjadi tantangan bagi Pemerintah Republik Indonesia, karena berdasarkan laporan resmi Indonesia kepada United Nations Framework Conventions on Climate Change (UNFCCC) menunjukkan bahwa 85 persen ( GTon) dari keseluruhan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia berasal dari sektor kehutanan dan alih fungsi lahan. Sektor kehutanan diharapkan dapat mencapai penurunan emisi kurang lebih 14 persen melalui kegiatan pengelolaan hutan seperti pencegahan deforestasi, degradasi, penurunan jumlah hot spot kebakaran hutan dan kegiatan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 70

44 penanaman kembali (reforestasi). Kita ketahui di Indonesia saat ini, tata kelola kehutanan masih belum cukup baik, kondisi ini dapat diukur dari masih banyaknya konflik lahan (tenure), sosial, ekonomi, politik dan hukum di sektor kehutanan yang sangat berpotensi meningkatnya deforestasi dan degradasi dalam skala besar. Terkait dengan komitmen diatas untuk menurunkan emisi gas rumah kaca tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan tata kelola sektor kehutanan di Indonesia secara menyeluruh, terintegrasi dan terkoordinasi antar sektor lainnya. Empat aspek penting dalam tata kelola kehutanan adalah perencanaan penataan lahan/hutan, penguasaan hutan, manajemen kehutanan dan pendapatan/ ekonomi kehutanan. Kebakaran hutan adalah kontributor utama dari pembakaran hutan dan konversi lahan. Pemanasan global menyebabkan siklus yang sangat berisiko tinggi dengan mengeringkan hutan hujan dan rawa-rawa lahan gambut, dengan demikian meningkatkan risiko kebakaran hutan dan akan berdampak menurunkan tingkat kualitas dari fungsi hutan dan luas hutan, tentunya pelepasan emisi karbon dioksida ke udara ini turut mendorong terjadinya efek Gas Rumah Kaca (GRK) serta pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim. Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang rawan kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan peta rawan kebakaran Provinsi Sumatera Selatan dimana kelas rawan kebakaran dibagi menjadi 5 kelas rawan, maka prosentase luas kerawanan wilayah adalah tidak rawan 30,04 %, kerawanan rendah 39,86 %, sedang 19,74 %, rawan 20,94 dan sangat rawan 7,94%. Penyebab kebakaran hutan dan lahan diantaranya adalah aktifitas pembakaran yang dilakukan berbagai pihak untuk bermacam kepentingan utamanya adalah LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 71

45 pembakaran lahan untuk pertanian (sonor), perkebunan, mencari ikan dan lain sebagainya, kemudian juga disebabkan kondisi lahan gambut yang luas dan masih banyaknya lahan tidur, dimana pada musim kemarau panjang akan mengering dan rawan terbakar. Kedua faktor penyebab tersebut dipacu oleh adanya fenomena alam el-nino yang menyebabkan kemarau panjang dan bersifat kering. Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan dilaksanakan berupa operasi pengamanan hutan penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan terhadap pelanggaran hutan yang terjadi di kawasan hutan DAS Hulu meliputi operasi terhadap kegiatan penebangan kayu ilegal, perambahan liar, pencurian kayu, pengangkutan kayu tanpa dilengkapi dokumen pengangkutan yang sah dan kegiatan pelanggaran hutan lainnya. Kegiatan operasi pengamanan hutan penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan dilaksanakan dengan tujuan untuk menghentikan kegiatan pelanggaran keamanan hutan khususnya pada kawasan hutan pada DAS Hulu pada areal tangkapan air (catchment area) sehingga diharapkan dapat menurunkan laju deforestasi dan degradasi. Kegiatan ini dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, POLDA dan atau POLRES Kabupaten /Kota dan atau Satuan SPORC Brigade Siamang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Selatan. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 72

46 Kegiatan Pemeriksaan Peredaran Hasil Hutan Kegiatan tindak lanjut setelah operasi pengamanan hutan berupa penghentian kegiatan deforestasi dan degradasi hutan dilaksanakan dengan melakukan penyidikan terhadap pelaku tindak pidana di bidang kehutanan yang dilaksanakan oleh PPNS kehutanan dengan berkoordinasi sepenuhnya dengan penyidik kepolisian. Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan di Hutan Lindung LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 73

47 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan berdasarkan hasil kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut: No Tahun Luas (Ha/tahun) Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran ketiga serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Ha/ ,50 Tahun Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 ditargetkan seluas 200 Ha. Realisasi Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan seluas Ha, sehingga capaian indikator kinerja Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan telah berhasil dicapai dengan tingkat capaian 992,50%. Keberhasilan pencapaian penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tidak terlepas dari dukungan faktor antara lain: sumberdaya manusia (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Masyarakat), dukungan program dan kegiatan (sumber dana APBD, APBN, swasta), instansi/lembaga, dan kebijakan dari pemerintah. koordinasi antar LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 74

48 Grafik Target dan Realisasi Jumlah Penurunan Laju Deforestasi dan Degradasi Hutan tahun 2015 Kegiatan Operasi Pengamanan Hutan di Hutan Lindung LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 75

49 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan Satuan Ha/ Tahun Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian 992,50 100,00 546,25 Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan Satuan Ha/ Tahun Ket Capaian Realisasi Naik Ket (Turun) Naik Indikator kinerja Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 seluas Ha, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 seluas Ha, mengalami peningkatan sebesar 310 Ha. Peningkatan pencapaian tidak terlepas dari dukungan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan, UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, LSM, mitra kehutanan, dan masyarakat dalam melaksanakan program dan kegiatan Penurunan Laju Deforenstasi dan Degradasi Hutan. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 76

50 Grafik Jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun Apabila dilihat dari Grafik jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun , terjadi peningkatan luasan penghentian laju deforestasi dan degradasi hutan. Indikator kinerja jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan pada tahun 2015 seluas Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total luas Ha, maka jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan telah berhasil dicapai. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 77

51 Grafik Penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode Pencapaian sasaran kinerja jumlah penurunan laju deforestasi dan degradasi hutan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Penurunan Laju Deforestasi (APBD) a.1. Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Output/keluaran yang dicapai adalah: 1. Kampanye pencegahan kebakaran hutan dan lahan melalui koran 15 hari 2. Koordinasi pengendalian kebakaran hutan dan lahan 2 Kabupaten 3. Pelatihan Regu Kebakaran Desa Terlatih (RKDT) 9 Desa di 3 Kabupaten LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 78

52 4. Monitoring kesiapsiagaan pengendalian kebakaran hutan di 1 perusahaan IUPHHK 5. Sosialisasi/Lokakarya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di 3 Kabupaten 6. Supervisi aparatur pengelola sistem informasi kebakaran di 1 Kabupaten 7. Ground check hotspot di 6 kabupaten 8. Patroli pengendalian kebakaran hutan dan lahan di 6 Kabupaten Lokasi kegiatan di Kabupaten OKI, Ogan Ilir, Muba, Mura, Muratara, Banyuasin, Muara Enim, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, Lahat, Empat Lawang, dan PALI. Kegiatan terealisasi sebesar 100,00%. a.2. Kegiatan Pengamanan Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa jumlah pengamanan hutan berupa operasi pengamanan hutan sebanyak 3 kali, identifikasi pelanggaran hutan sebanyak 5 kali, patroli pengamanan hutan sebanyak 4 kali, dan supervisi pengamanan hutan sebanyak 3 kali, terealisasi sebesar 100%. Lokasi kegiatan pada 3 (tiga) kabupaten yaitu: 1) Desa Talang Tinggi dan Muara Payang Kecamatan Jarai Kabupaten Lahat dengan luas 400 Ha. 2) Desa Muara Danau Kecamatan Semende Darat Ulu Kabupaten Muara Enim dengan luas 600 Ha. 3) Desa Pulau Panggung, Desa Gunung Megang Kecamatan Kisam Tinggi Kabupaten OKU Selatan seluas 145 Ha. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 79

53 a.3. Kegiatan Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah peserta Pengembangan Kelembagaan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan sebanyak 60 orang di Kabupaten Ogan Ilir, terealisasi sebesar 100%. a.4. Kegiatan Penyelidikan Kasus-kasus Peredaran hasil Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah laporan hasil monitoring identifikasi kasus peredaran hasil hutan di Kabupaten Muba, Muara Enim, Lahat, OKI, dan Kota Pagar Alam, terealisasi sebesar 100%. b. Program Penurunan Laju Degradasi Hutan (APBD) b.1. Kegiatan Operasional Pos Pengamanan Terpadu Kawasan Hutan Tanjung Api-api Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah operasionalisasi fungsi Pos Pengamanan Terpadu sebanyak 1 unit terealisasi sebesar 100%. b.2. Pembinaan dan Pengendalian Hama dan Penyakit Hutan Alam dan Hutan Tanaman Indikator kinerja (output) kegiatan berupa: a) Koordinasi pengendalian hama dan penyakit; b) identifikasi gangguan hama dan penyakit di HPHTI; c) Identifikasi gangguan hama dan penyakit di hutan akam,; dan d) monitoring pengelolaan kawasan konsevasi di HPHTI. Lokasi kegiatan di Kabupaten Muara Enim, Muba, Lahat, dan OKI. Realisasi fisik kegiatan sebesar 100%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 80

54 c. Program Penguatan Kelembagaan Implementasi REDD+ dan RAD GRK (APBD) c.1. Kegiatan Fasilitasi Kegiatan REDD+ dan Pendampingan Bioclime Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Fasilitasi Kegiatan REDD+ dan Pendampingan Bioclime sebanyak 12 kali, terealisasi sebesar 100,00%. c.2. Kegiatan In House Training Perencanaan Teknis dan Sistem Informasi Geografi Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah SDM yang terlatih Sistem Informasi Geografi Kehutanan sebanyak 30 orang, terealisasi sebesar 100,00%. c.3. Kegiatan Sinkronisasi dan Monitoring Evaluasi Kegiatan Pembangunan Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan adalah sinkronisasi kegiatan pembangunan kehutanan dan frekuensi monitoring dan evaluasi capaian target kinerja kegiatan secara berkala di Kabupaten OKI, Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin, Musi Rawas, OKU, OKU Selatan, OKU Timur, PALI, dan Kota Pagar Alam, terealisasi sebesar 100,00%. d. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan 1. Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 81

55 Kegiatan Patroli Udara dan Water Boombing Menggunakan Helicopter Mi Luas Hutan Tanaman seluas Ha. Pengusahaan HTI merupakan suatu usaha yang berjangka panjang, sehingga perlu dikelola sebaik-baiknya dengan menerapkan prinsip-prinsip ekonomi dalam pengusahaanya agar mampu memberikan keuntungan secara terus-menerus secara lestari. Pengusahaan HTI sangat bergantung pada keadaan alam dan memerlukan waktu panjang, serta mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil, terutama apabila tidak dilengkapi dengan sarana pengendalian yang memadai. Karena sifat usaha yang demikian itu, maka perencanaan yang matang yang meliputi seluruh tahap pengusahaan, merupakan salah satu persyaratan untuk bisa mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 82

56 Luas hutan tanaman tahun 2013 sampai tahun 2015 Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel berikut: No Tahun Luas (Ha/tahun) , , ,54 Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran ketiga serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Capaian Indikator Kinerja Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % 2 Luas Hutan Tanaman Ha/ Tahun ,54 121,67 Luas Hutan Tanaman pada tahun 2015 ditargetkan seluas Ha. Realisasi Luas Hutan Tanaman seluas ,54Ha, sehingga capaian indikator kinerja Luas Hutan Tanaman hanya dicapai dengan tingkat capaian 121,67%. Grafik Target dan Realisasi Luas Hutan Tanaman Tahun 2015 LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 83

57 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 2 Luas Hutan Tanaman Satuan Ha/ Tahun Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian 121,67 100,00 110,84 Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja 2 Luas Hutan Tanaman Satuan Ha/ Tahun Ket Capaian Realisasi Naik Ket (Turun) , , ,29 Naik Capaian indikator kinerja Luas Hutan Tanaman pada tahun 2015 seluas ,54 Ha, apabila dibandingkan dengan capaian tahun 2014 seluas ,25Ha, mengalami peningkatan sebesar ,29 Ha. Grafik Luas Hutan Tanaman Provinsi Sumatera Selatan tahun LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 84

58 Apabila dilihat dari Grafik Luas Hutan Tanaman Provinsi Sumatera Selatan tahun , terjadi peningkatan luasan hutan tanaman. Indikator kinerja Luas Hutan Tanaman pada tahun 2015 seluas ,54 Ha, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total luas Ha, maka Luas Hutan Tanaman baru dicapai sebesar 18,96%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Grafik Luas Hutan Tanaman Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 85

59 Pencapaian sasaran kinerja luas hutan tanaman tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: a. Program Peningkatan Produksi Kayu dari HTI (APBD) a.1. Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hasil Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Lumbung Kayu Desa Indikator kinerja (output) kegiatan Jumlah lokasi yang difasilitasi dalam rangka pembentukan kelembagaan HTR dan berkembangnya Hutan Rakyat sebanyak 11 lokasi, terealisasi 100,00%. a.2. Kegiatan Perencanaan dan Pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan Hutan Desa (HD) Indikator kinerja (output) kegiatan berupa: 1. Koordinasi fasilitasi percepatan pembangunan HKm dan HD di 4 (empat) kabupaten yaitu Musi Rawas, Lahat, Musi Banyuasin dan Muara Enim. 2. Fasilitasi percepatan pembangunan HKm dan HD di Kabupaten Musi Rawas (sebanyak 5 lokasi Hutan Desa), Kabupaten Lahat (sebanyak 1 lokasi Hutan Kemasyarakatan), Kabupaten Musi Banyuasin (sebanyak 1 lokasi Hutan Desa) dan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 86

60 Kabupaten Muara Enim (sebanyak 12 lokasi Hutan Desa) b. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) b.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan 1. Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%. 4. Sasaran 4: Meningkatkan Produktifitas sumber daya hutan Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Juta 4,125 4, ,64 m3/tahun Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Produksi Kayu dari Hutan Tanaman dicapai dengan tingkat capaian sebesar 119,64%. Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 87

61 4.1. Produksi Kayu dari Hutan Tanaman sebesar 4,125 juta M3/Tahun Hutan Tanaman Industri atau HTI adalah hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan berdasarkan prinsip pemanfaatan yang optimal, dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Penerapan kedua prinsip itu selalu diupayakan agar dapat berjalan selaras dan seimbang. Dalam pembangunan nasional, sebagai yang digariskan dalam Peraturan Pemerintah No.7 tahun 1990, tujuan pengusahaan HTI adalah : 1. Menunjang pengembangan industri hasil hutan dalam negeri guna meningkatkan nilai tambah dan devisa. 2. Meningkatkan produktivitas lahan dan lingkungan, serta memperluas lapangan kerja dan lapangan usaha. Tujuan tersebut dijabarkan lebih jauh sebagaimana yang diformulasikan oleh Ditjen Pengusahaan Hutan (1991), bahwa tujuan pembangunan HTI antara lain adalah untuk : 1. Membangunan hutan tanaman yang secara ekonomis menguntungkan, secara ekologis sehat, dan secara sosial bermanfaat bagi masyarakat setempat. 2. Meningkatkan produktivitas hutan dalam arti meningkatkan riap ( growth per ha/tahun), sehingga diperoleh volume akhir daur (yield) yang tinggi. 3. Memenuhi kebutuhan bahan baku industri yang ada (existing industry), serta yang akan dikembangkan. Sasaran pada akhir jangka waktu pembangunan HTI, diarahkan pada pembentukan hutan yang tertata dengan baik, terutama dalam hal pengelolaannya, komposisi dan struktur hutannya, serta lingkungan biofisik dan sosial ekonominya. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 88

62 Sedangkan sasaran yang akan dicapai pada setiap periode lima tahun, adalah pembentukan penutupan lahan dengan tumbuhan hutan yang berkualitas, perampungan penataan kawasan, serta konsolidasi unit HTI dengan mengantisipasi pembangunan regional dan pembangunan kehutanan daerah, termasuk pembangunan dan pengembangan industri perkayuan. Pengusahaan HTI pada hakekatnya merupakan alokasi sumber daya antar waktu. Sumberdaya tersebut berupa sumber daya alam (hutan, tanah dan air) tenaga kerja, modal, sarana/prasarana dan kemampuan manejerial yang profesional. Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran keempat serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman Capaian Tahun 2014 Satuan Target Realisasi % Juta 4,125 4, ,59 m3/tahun Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) pada tahun 2015 di targetkan sebesar ,00 m 3. Realisasi produksi HTI sebesar ,28 m 3. Produksi kayu ini seluruhnya berasal dari kegiatan penebangan hutan tanaman. Target penanaman HTI di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2015 seluas ± Ha dengan realisasi penanaman seluas ± ,54 Ha (121,67%). LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 89

63 Foto pembibitan tanaman HTI Grafik Target dan Realisasi Produksi Kayu dari Hutan Tanaman tahun 2015 Pengusahaan/pemanfaatan hutan alam produksi sejak 1970 s/d 1990 memberikan devisa terbesar kedua setelah migas, mendukung pertumbuhan industri perkayuan nasional, menyerap tenaga kerja terutama tenaga-tenaga tidak terampil (Labor Intensive) dan membuka isolasi daerah-daerah pedalaman yang sangat diperlukan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sejak tahun 1990, kebutuhan bahan baku industri perkayuan tersebut tidak mungkin lagi dipenuhi dari penebangan Hutan Alam LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 90

64 Produksi. Oleh karena itu, perlu kebijakan Pemerintah untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan produksi melalui pembangunan Hutan Tanaman (HTI) dan telah dimulai sejak tahun Produksi hutan tanaman industri disini dimaksudkan adalah produksi hasil hutan dari hutan tanaman (HTI). Kegiatan penanaman HTI di Provinsi Sumatera Selatan telah dimulai sejak tahun Pada tahun 2015 terdapat 20 (dua puluh) pemegang izin Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (HPHTI) dengan luas konsesi Ha. Data produksi hasil hutan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: No. Tahun Luas Tebangan Volume Tebangan (Ha) (M³) , , , , , , , , , , , , , ,28 Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman Capaian Satuan Realisasi Naik Ket (Turun) Juta 4,13 4,933 0,80 Naik m3/tahun LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 91

65 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Produksi Kayu dari Hutan Tanaman Satuan Juta m3/tahun Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian 119,59 51,76 85,68 Ket Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) pada tahun 2015 sebesar 4,933 Juta m3/tahun, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 4,13 Juta m3/tahun, mengalami peningkatan sebesar 0,80 Juta m3/tahun. Produksi Hutan Tanaman Industri (HTI) di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan pada Tahun 2015, disebabkan karena: 1. Pada HTI telah dilakukan perubahan jenis tanaman dari Acasia menjadi Eucalyptus yang sudah mulai dapat ditebang. Perubahan jenis ni untuk memutuskan rantai makanan hama monyet. 2. Potensi produksi kayu tiap hektar meningkat dari semula ± 78,5 m3/ha menjadi ±109 m3/ha. Hal ini menunjukkan semakin baiknya pengelolaan hutan tanaman di Provinsi Sumatera Selatan LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 92

66 Grafik Produksi Kayu Hutan Tanaman dari Tahun Produksi Hutan Tanaman pada tahun 2015 sebesar 4,933 Juta m3/tahun, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total produksi 25,25 Juta m3/tahun, maka Produksi Hutan Tanaman baru dicapai sebesar 19,54%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. Grafik Produksi Kayu Hutan Tanaman Tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 93

67 Upaya pencapaian sasaran kinerja produksi hasil hutan tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran sbb: a. Program Peningkatan Target Penanaman Hutan (APBD) a.1. Kegiatan Pembinaan pengembangan hutan tanaman industri dan produksi kayu Indikator kinerja (output) yang dicapai adalah Jumlah lokasi dan luas IUPHHK-HT yang dibina untuk ditingkatkan luas areal penanaman 15 IUPHHK-HT dan ditingkatkan produksi 4,125 juta m3 sebanyak 15 IUPHHK-HT. 5. Sasaran 5: Meningkatkan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Rp 20,00 31,34 156,70 M/tahun Dari tabel menunjukkan bahwa target untuk indikator kinerja Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan dicapai sebesar 156,70%. Adapun capaian kinerja dari masing-masing indikator kinerja sasaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 94

68 4.1. Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan sebesar Rp. 20,00 M/Tahun Dalam kurun waktu tiga dasawarsa terakhir, sumberdaya hutan telah menjadi modal utama pembangunan ekonomi nasional, dengan memberikan dampak yang positif bagi peningkatan penerimaan pemerintah, penyerapan tenaga kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi. Penerimaan Negara dari Sub Sektor Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan meliputi Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR), dan IIUPHH. di Provisi Sumber Daya Indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran keberhasilan capaian sasaran kelima serta target dan capaiannya tahun 2015 adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Capaian Tahun 2015 Satuan Target Realisasi % Rp 20,00 31,34 156,70 M/tahun Penerimaan negara dari sub sektor kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp ,09,- Penerimaan ini berasal dari: - PSDH : Rp ,00 - DR : Rp ,09 US$ ,38 - IIUPHH : Rp ,00 LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 95

69 Penerimaan Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2015 mencapai Rp ,09,- yang terdiri dari penerimaan yang berasal dari PSDH sebesar Rp ,00; DR sebesar Rp ,09 atau US$ ,38; dan IIUPHH sebesar Rp ,00. Target penerimaan subsektor kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp ,- sehingga capaiannya sebesar 156,71%. Proses Pembuatan Kayu menuju Log Pound Grafik Target dan Realisasi Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Tahun 2015 LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 96

70 Penerimaan negara hasil hutan pada tahun 2009 sampai dengan 2015 adalah sebagai berikut: Tahun IIUPHH PSDH DR Rp. Rp. Rp. US $ , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,38 Perbandingan capaian indikator kinerja tahun 2015 dengan capaian indikator kinerja tahun 2013 (kondisi awal RPJMD) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Satuan Rp M/tahun Capaian 2015 (%) Capaian 2013 (%) (%) rata-rata capaian 156,70 0,00 78,35 Ket Apabila dilihat dari perbandingan realisasi indikator kinerja tahun 2015 dengan realisasi indikator kinerja tahun 2014, dapat diuraikan sebagai berikut: Indikator Kinerja 1 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan Capaian Satuan Realisasi Rp M/tahun Naik (Turun) Ket 18,17 31,34 13,17 Naik LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 97

71 Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp. 31,34 M/tahun, apabila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar Rp. 18,17 M/tahun, mengalami peningkatan sebesar Rp.13,17 M. Grafik Penerimaan Sub Sektor Kehutanan dari tahun Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan pada tahun 2015 sebesar Rp. 31,34 M/tahun, apabila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Selatan periode dengan total Rp.96,86 M/tahun, maka Jumlah Penerimaan Sub Sektor Kehutanan baru dicapai sebesar 32,36%. Hal ini dikarenakan tahun 2015 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 98

72 Grafik Penerimaan Sub Sektor Kehutanan tahun 2015 dan Target pada RPJMD Provinsi Sumatera Selatan Periode Pencapaian sasaran kinerja tahun 2015 berupa meningkatnya penerimaan hasil hutan dari hutan tanaman tidak terlepas dari dukungan program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015, sebagaimana diuraikan dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun Adapun program dan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 yang mendukung tercapainya sasaran ini adalah sebagai berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 99

73 a. Program Peningkatan Penerimaan Sub Sektor Kehutanan (APBD) a.1. Kegiatan Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah lokasi/ laporan hasil rekonsiliasi administrasi pemungutan dan penyetoran PSDH dan DR sebanyak 6 (enam) lokasi/ laporan. Lokasi kegiatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, OKI, Muara Enim, Musi Rawas, dan Kota Prabumulih. Realisasi fisik mencapai 100,00%. a.2. Kegiatan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Jumlah laporan hasil pengendalian peredaran hasil hutan (rekonsiliasi dokumen TUHH) sebanyak 5 (lima) lokasi/ laporan. Lokasi kegiatan di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas, dan Lahat, Realisasi fisik kegiatan sebesar 100%. a.3. Kegiatan Sriwijaya Expo dan Pameran Kehutanan Indikator kinerja (output) kegiatan berupa Sriwijaya Expo dan pameran kehutanan sebagai akses layanan informasi pembangunan kehutanan Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 2 kali terealisasi sebesar 100,00%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 100

74 b. Program Peningkatan Produksi Industri Kayu Hulu (APBD) b.1. Kegiatan Inventarisasi, Registrasi, Monitoring dan Evaluasi Perkembangan Industri Hasil Hutan Indikator kinerja (output) kegiatan adalah Jumlah tertib administrasi dan tata usaha industry hasil hutan di 9 (sembilan) kabupaten/ kota, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin, OKI, OKU, Ogan Ilir, Lahat, Musi Rawas, Muara Enim, dan Empat Lawang. Realisasi fisik mencapai 100,00%. b.2. Kegiatan Fasilitasi Pokja Pengembangan Industri Pengolahan Kayu Rakyat Indikator kinerja (output) kegiatan berupa terselenggaranya rapat Fasilitasi Pokja Pengembangan Industri Pengolahan Kayu Rakyat sebanyak 2 kali, terealisasi sebesar 100,00%. c. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (APBN) c.1. Kegiatan Koordinasi Perencanaan dan Evaluasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan 1. Indikator kinerja (output) kegiatan berupa tercapainya sasaran strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebesar 85%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 101

75 B. Realisasi Anggaran Pelaksanaan kegiatan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) pada tahun 2015 dibiayai dari anggaran APBD Provinsi Sumatera Selatan dan APBN. Jumlah anggaran yang dikelola Dinas Kehutanan tersebut adalah Rp ,- yang terdiri dari APBD Provinsi Sumatera Selatan sebesar Rp ,- dan APBN sebesar Rp ,- Anggaran belanja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) yang berasal dari APBD Provinsi Sumatera Selatan pada Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp ,- sampai dengan 31 Desember 2015 terealisasi sebesar Rp ,- atau 96,20%. Anggaran ini terdiri dari belanja tidak langsung sebesar Rp ,- dengan realisasi Rp ,- atau 97,88% dan belanja langsung dengan anggaran sebesar Rp ,- dengan realisasi Rp ,- atau 93,50%. Alokasi dan Realisasi Anggaran menurut Belanja pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat sebagai berikut: No Uraian Pagu Anggaran Realisasi % (Rp) Keuangan (Rp) 1. Belanja Tidak ,88 langsung 2. Belanja Langsung ,50 Jumlah ,20 LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 102

76 a. Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung APBD Provinsi Sumatera Selatan Tahun Anggaran 2015 pada SKPD Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) adalah Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- atau 97,88% dan realisasi fisik sebesar 97,88%. Adapun perincian anggaran dan realisasinya adalah sebagai berikut: 1). Gaji dan Tunjangan Gaji dan tunjangan dengan anggaran Rp ,- dengan realisasi Rp ,- atau 97,02 % dan realisasi fisik 97,02%. 2). Tambahan Penghasilan PNS Tambahan penghasilan PNS dengan anggaran Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- atau 99,27% dan realisasi fisik 99,27%. b. Belanja Langsung Anggaran Belanja Langsung pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan (termasuk UPTD Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan) adalah Rp ,- yang meliputi 47 (empat puluh tujuh) kegiatan/dpa, dengan realisasi keuangan sebesar Rp ,- atau 93,50% dan realisasi fisik sebesar 98,65%. Sedangkan yang dikelola oleh UPTD Pelayanan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan adalah Rp ,- yang meliputi 2 (dua) kegiatan, dengan realisasi keuangan Rp ,- atau 89,00% dan realisasi fisik sebesar 100,00%. LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 103

77 Tabel akuntabilitas keuangan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 disajikan dalam tabel berikut: LAKIP Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan Page 104

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi Untuk dapat mengukur keberhasilan dan implementasi Rencana Strategis Tahun 2013-2018 ditetapkan pengukuran kinerja yang mencakup penetapan indikator

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR V TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESATUAN

Lebih terperinci

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun /10/2014 2

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun /10/2014 2 Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 3/10/2014 2 Peserta Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan

Lebih terperinci

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Disampaikan pada Seminar Nasional dan Kongres VIII MKTI Di Palembang 5-7 November 2013 Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013 Permasalahan Pengelolaan SDA Sampah Pencemaran Banjir Kependudukan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. RAD-GRK Provinsi Sumsel RAN-GRK SRAN-REDD+

Ringkasan Eksekutif. RAD-GRK Provinsi Sumsel RAN-GRK SRAN-REDD+ Ringkasan Eksekutif Upaya menekan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan gambut di Provinsi Sumatera Selatan dilakukan terutama denganmengatasi deforetasi, degradasi hutan, dan perubahan

Lebih terperinci

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 MUARA BELITI, JANUARI 2017 Dinas Kehutanan Jl. Sulaiman Amin Muara Beliti Sumsel Phone / Fax : (0733) 4540089

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

PEMERINTAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU RIAU

PEMERINTAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU RIAU 1. Semangat pembangunan kehutanan adalah memperbaiki kondisi tapak hutan menjadi lebih baik. Masalah di tingkat tapak, perlu diberikan intervensi (regulasi dan anggaran) sehingga perbaikan kinerja senantiasa

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu:

PERKEMBANGAN IPM 6.1 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA. Berdasarkan perhitungan dari keempat variabel yaitu: PERKEMBANGAN IPM Angka IPM Kabupaten OKU Selatan dari tahun ke tahun terus meningkat. Akan tetapi karena nilai percepatan capaian (reduksi shortfall) setiap tahunnya kecil maka pada tahun 2011 peringkat

Lebih terperinci

Luas Budidaya perairan/kolam ikan (ha) OKU OKI Muara Enim Lahat MURA 3, ,

Luas Budidaya perairan/kolam ikan (ha) OKU OKI Muara Enim Lahat MURA 3, , Draft Laporan Akhir Studi Pengeloaan Air Secara Menyeluruh 1. Judul Program: Program 1-4 Pengelolaan Budi Daya Air 2. Lokasi Lokasi Program : Keseluruhan DAS Musi (59.932 km 2 ) Saat ini,konflik antara

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Sumber daya hutan di Kabupaten Wonosobo terdiri dari kawasan hutan negara seluas + 20.300 Ha serta hutan rakyat seluas ± 19.481.581 Ha. Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja (Renja) merupakan bagian dari Rencana Strategis dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pemanfaatnya sehingga menjadi wilayah-wilayah open access, sehingga dapat

TINJAUAN PUSTAKA. pemanfaatnya sehingga menjadi wilayah-wilayah open access, sehingga dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Kondisi hutan di Indonesia telah mengalami degradasi dan deforestasi yang sangat hebat. Kondisi terdegradasi dan deforestasi tersebut diakibatkan

Lebih terperinci

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang PENDAHULUAN BAB A. Latar Belakang Pemerintah telah menetapkan bahwa pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) menjadi salah satu prioritas nasional, hal tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DITJEN PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH (Memperkuat KPH dalam Pengelolaan Hutan Lestari untuk Pembangunan Nasional / daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

Tabel IV.C.3.1 Program, Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Kehutanan Tahun No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp)

Tabel IV.C.3.1 Program, Alokasi dan Realisasi Anggaran Urusan Kehutanan Tahun No. Program Alokasi (Rp) Realisasi (Rp) 3. URUSAN KEHUTANAN Kawasan hutan negara di wilayah Wonosobo secara administratif dikelola oleh KPH Kedu Selatan dan KPH Kedu Utara. Hutan yang ada di Wonosobo saat ini menjadi penyangga 13 kabupaten yang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 46/8/16/Th. XVII, 3 Agustus 215 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 214 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 14,8 RIBU TON, CABAI RAWIT SEBESAR 3,87 RIBU

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa sampai datangnya LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Profil Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya, pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA)

RENCANA KERJA (RENJA) RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2015 KOTAWARINGIN BARAT DINAS KEHUTANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 I. PENDAHULUAN REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 Pembangunan kehutanan pada era 2000 2004 merupakan kegiatan pembangunan yang sangat berbeda dengan kegiatan pada era-era sebelumnya. Kondisi dan situasi

Lebih terperinci

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Visi Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah adalah Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat. Pelayanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN

PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN PERAN TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) DALAM PENDATAAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL (PPLS) TAHUN 2011 BAPPEDA PROVINSI SUMATERA SELATAN Rapat Koordinasi Tim Penanggulangan Kemiskinan (TKPK)

Lebih terperinci

PENGUMUMAN REVISI RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG Nomor : /3037-I/HUT

PENGUMUMAN REVISI RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG Nomor : /3037-I/HUT PENGUMUMAN REVISI RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG Nomor : 522.045.2/3037-I/HUT PA : Ir. SIGIT WIBOWO (KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN) KPA : DINAS/INSTANSI : DINAS KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

SISTEMATIKA PENYAJIAN : KEPALA BIRO PERENCANAAN PERAN LITBANG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN SEKTOR KEHUTANAN JAKARTA, 11 JULI 2012 SISTEMATIKA PENYAJIAN : 1. BAGAIMANA ARAHAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN? 2. APA YANG SUDAH DICAPAI? 3.

Lebih terperinci

RAD-GRK SEKTOR KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT TINGKAT KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN

RAD-GRK SEKTOR KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT TINGKAT KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN RAD-GRK SEKTOR KEHUTANAN DAN LAHAN GAMBUT TINGKAT KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMATERA SELATAN S ela m atk an H uta n S ela m atk an B um i S ela m atk an G e n er a si Y a ng A ka n Da tan g RAD-GRK Sektor

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015 DEFORESTASI INDONESIA TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

Lampiran I.16 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.16 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.6 : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 98/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS. III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat

BAB III STUDI KASUS. III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat BAB III STUDI KASUS III.1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Lahat SUNGAI LEMATANG Gambar III. 1. : Peta Wilayah Kabupaten Lahat Wilayah Kabupaten Lahat terletak pada koordinat 3.25 0 4.5 0 LS dan 102.37

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU Fitra Riau 1 Skema Pendanaan Perhutanan Sosial SKEMA PENDANAAN PERHUTANAN SOSIAL LANDASAN KEBIJAKAN (HUKUM) Banyak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi

Lebih terperinci

Luas Budidaya perairan/kolam ikan (ha) OKU OKI Muara Enim Lahat MURA 3, ,

Luas Budidaya perairan/kolam ikan (ha) OKU OKI Muara Enim Lahat MURA 3, , Draft Laporan Akhir Studi Pengeloaan Air Secara Menyeluruh 1. Judul Program: Program 1-4 Pengelolaan Budi Daya Air 2. Lokasi Lokasi Program : Keseluruhan DAS Musi (59.932 km 2 ) Saat ini, konflik antara

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.36/MENHUT-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG Bandar Lampung, 2015 i KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur Kami kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan ridhonya, penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA KEMITRAAN PEMANFAATAN HUTAN DI WILAYAH TERTENTU PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI DI

Lebih terperinci

A. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan

A. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan Lampiran Surat Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten Nomor : 522/ /Hutbun.1/2016 Tanggal : Nopember 2016 Perihal : Kajian Pembentukan UPTD Urusan Kehutanan pada Dinas Lingkungan Hidup dan

Lebih terperinci

DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN

DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN DEWAN KEHUTANAN DAERAH MALUKU (DKDM) KELOMPOK KERJA REDD+ DEWAN REMPAH MALUKU (DRM) PS. MANAJEMEN HUTAN PROGRAM PASCA SARJANA UNPATTI JURUSAN KEHUTANAN FAPERTA-UNPATTI JAKARTA, 2012 LUAS WILAYAH MALUKU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Selatan 202.414 23.805 44.545 48.706 46.376 48.865 42.493 30.682 43.325 261.667 537.401 2 Banyu Asin 74.354 6.893 15.232 9.133 8.357 11.370 14.914 10.561

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Selatan 175.517 14.520 28.238 30.943 30.415 63.437 80.416 47.113 57.176 280.562 537.423 2 Banyu Asin 63.171 4.322 5.770 9.872 11.440 16.385 28.658 11.966

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Selatan 178.423 31.968 30.373 48.437 35.571 58.619 50.807 24.344 67.668 248.151 537.808 2 Banyu Asin 58.327 11.485 7.424 12.266 9.755 15.582 18.133 7.698

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Selatan 288.456 16.926 22.384 34.827 30.181 29.824 34.511 41.041 28.541 192.768 532744 2 Banyu Asin 82.159 4.192 5.041 8.043 11.345 18.010 18.343 12.742

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai dan kultur tradisional. Sejak jaman dahulu, mereka tidak hanya

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : OGAN KOMERING ULU 16.01 OGAN KOMERING ULU 192.831 182.28 35.109 1 16.01.0 SOSOH BUAY RAYAP.332 6.820 14.152 2 16.01.08 PENGANDONAN 5.292 5.13 10.465 3 16.01.09 PENINJAUAN 25.186 23.13

Lebih terperinci

BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA

BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA BAB 4 VISI DAN MISI KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan jangka panjang 20 (dua puluh) tahun. Visi harus dapat menunjukkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laswell dan Kaplan (1970) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan suatu program yang memroyeksikan tujuan, nilai, dan praktik yang terarah. Kemudian Dye (1978) menyampaikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Partisipasi Masyarakat Partisipasi adalah turut berperan sertanya seseorang atau masyarakat mulai dari perencanaan sampai dengan laporan di dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan BB. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi

Lebih terperinci

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PENGANTAR Sebagai konsekuensi dari perubahan nomeklatur Kementerian

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.15/02/16/Th. XVII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Sumatera Selatan Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sumatera Selatan No. 30/05/16/Th. XIX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN Hasil Pendaftaran (Listing)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM 2016-2020 Tugas Pokok : Fungsi : Visi : Misi : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kean dan 1. Merumuskan kebijakan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA OPERASIONALISASI KPH Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Disampaikan pada Sosialisasi DAK Bidang Kehutanan Tahun 2014 Jakarta, 6 Februari 2014 Mandat Perundang-undangan

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Vegetatif 2 (31-40 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Max. Vegetatif (41-54 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Selatan 227.724 25.153 21.877 14.691 14.496 30.225 49.463 44.048 49.214 174.800 539.158 2 Banyu Asin 91.654 6.116 2.488 1.867 3.120 7.882 13.631 16.095 18.375

Lebih terperinci

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan

IV.C.3 Urusan Pilihan Kehutanan 3. URUSAN KEHUTANAN Kabupaten Wonosobo secara topografis memiliki bentang alam pegunungan dan berbukit dengan kisaran ketinggian antara 270 meter sampai dengan 2250 meter di atas permukaan laut,dengan

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Teknis Bidang Kehutanan

Lebih terperinci

07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN

07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN 07. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI SUMATERA SELATAN 82 Kecamatan Tanpa bahan organik Dengan 5 ton jerami/ha Dengan 2 ton pupuk kandang/ha

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Laporan Kinerja Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur dibuat sesuai ketentuan yang terkandung dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerusakan hutan dan lahan mendorong munculnya lahan kritis yang semakin luas setiap tahun di seluruh Indonesia. Kekritisan lahan ditunjukan oleh meningkatnya bencana alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Kewenangan Perintah, Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu

Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah. Kabupaten Ogan Komering Ulu Profil Lembaga Badan badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu A. Sejarah Singkat Kabupaten Ogan Komering Ulu Penulusuran sejarah oleh tim diantara nya dilakukan oleh instansi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia, yaitu manfaat ekologis, sosial maupun ekonomi. Tetapi dari berbagai

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH. Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M.

TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH. Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M. TANTANGAN DAN PERAN DINAS KESEHATAN DALAM JARLITBANGKES DI DAERAH Sekretaris Dinas Kesehatan Prov. Sumatera Selatan dr. H. Trisnawarman, M.Kes Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan V I S I - MISI DINAS

Lebih terperinci

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1. No.247, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penggunaan DAK. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi bidang

Lebih terperinci

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan tropis Indonesia merupakan kekayaan alam yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan terjamin kelestariannya dan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT)

DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT) DISAMPAIKAN OLEH Ir. BEN POLO MAING (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi NTT) DASAR HUKUM DAN ARAHAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DI PROV. NTT UUD 1945; Pasal 33 BUMI, AIR DAN KEKAYAAN ALAM YANG TERKANDUNG DI DALAMNYA

Lebih terperinci

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG - 563 - AA. PEMBAGIAN URUSAN AN KEHUTANAN PROVINSI 1. Inventarisasi Hutan prosedur, dan kriteria inventarisasi hutan, dan inventarisasi hutan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA 013 NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG FASILITASI BIAYA OPERASIONAL KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program dan Kegiatan Program SKPD merupakan program prioritas RPJMD yang sesuai dengan tugas

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN, 1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci