Katalog BPS: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Katalog BPS: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang"

Transkripsi

1 Katalog BPS: STATISTIK DAN ANALISIS GENDER KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2007 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang

2

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar isi... iii v Bab I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sumber Data dan Landasan Hukum... 4 Bab II Gambaran Umum Kondisi Wilayah Geografis Letak Geografis Topografi dan Iklim Luas Wilayah Sejarah Sosial Budaya Bab III Demografi Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Komposisi Penduduk Rasio Anak dan Wanita (Child Woman Ratio/CWR) Rata-rata Umur Kawin Pertama Jumlah Anak Lahir Hidup Jumlah Anak Masih Hidup 29 Bab IV Pendidikan Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Sekolah Angka Melek Huruf Pendidikan yang Ditamatkan Ketersediaan Sarana Pendidikan Angka Putus Sekolah 42 Bab V Kesehatan Angka Kematian Bayi dan Anak Angka Kematian Ibu dan Partisipasi KB Penolong Persalinan, Lama Pemberian ASI, dan Imunisasi Status Gizi 53

4 Bab VI Kegiatan Ekonomi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kontribusi Sektor dalam Penyerapan Tenaga Kerja Status Pekerjaan Jam Kerja Kemiskinan Bab VII Perempuan di Sektor Publik Politik dan Legislatif Pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil Bab VIII Kekerasan Terhadap Perempuan Bab IX Masalah Anak Kepemilikan Akta Kelahiran Pekerja Anak Bab X Penutup Kesimpulan Saran... 78

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional di Indonesia pada hakekatnya membangun manusia yang ada di Indonesia untuk menjadi lebih baik tanpa memandang laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, peran serta perempuan dalam keberhasilan pembangunan masih banyak dikesampingkan dan dipandang sebelah mata oleh berbagai pihak. Dengan adanya penandatanganan Millenium Development Goal s (MDGs), dengan Indonesia sebagai salah satu negara penandatangan kesepakatan tersebut, merupakan salah satu momentum untuk lebih melihat kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan. Dalam butir-butir tujuan MDGs tersebut, disebutkan bahwa tujuannya antara lain adalah untuk dapat mendorong adanya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (butir tujuan ketiga), menghilangkan kesenjangan gender dalam pendidikan dasar (butir tujuan keempat), dan meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu (butir tujuan kelima). Statistik dan indikator yang dirinci menurut jenis kelamin adalah alat yang sangat penting dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan program yang berperspektif gender untuk dapat mencapai hasil pembangunan yang setara dan adil. Dengan menggunakan indikator gender, penyusunan kebijakan dan evaluasi dapat dilakukan dengan lebih baik serta dapat memberikan dampak yang setara bagi perempuan dan laki-laki. Di samping itu, statistik dan indikator tersebut juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi berbagai isu gender yang selama ini terabaikan. Dalam hukum dan Undang-undang yang belaku di Negara Republik Indonesia, tidak ada pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan. Oleh sebab itu, sebagai manusia

6 sekaligus warga negara, perempuan mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Sebagai sumber daya insani, potensi yang dimiliki perempuan tidak berbeda dengan laki-laki. Namun demikian, hal yang berlaku pada kenyataannya di masa yang telah lampau, kesetaraan status dan peranan perempuan masih belum sejajar dengan laki-laki. Hal tersebut ditandai dengan sedikitnya jumlah perempuan yang menempati posisi penting dalam badan legislatif dan eksekutif. Dewasa ini, pemantauan informasi kesetaraan dan keadilan gender telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik yang bersifat sektoral maupun lintas sektoral. Hal tersebut dilakukan mengingat pentingnya informasi gender untuk memonitor serta mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program pembangunan yang berwawasan gender. Dalam era otonomi daerah sekarang ini, keberhasilan pembangunan tidak lagi ditentukan oleh pemerintah pusat saja namun lebih ditentukan oleh pemerintah daerah. Oleh sebab itu, pemahaman tentang kondisi daerah setempat sangat diperlukan, khususnya dalam upaya pembangunan pemberdayaan perempuan yang dilakukan melalui penyediaan data terpilah di berbagai bidang. Untuk dapat mengetahui perkembangan pembangunan pemberdayaan perempuan di masing-masing daerah, perlu dilakukan upaya pemantauan informasi gender yang dapat bersumber dari catatan-catatan registrasi, hasil sensus penduduk, maupun survei-survei di bidang kependudukan serta data yang diperoleh dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Penyusunan publikasi Analisis dan Statistik Gender Kabupaten Bengkayang Tahun 2007 ini merupakan salah satu upaya dalam menyediakan informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kesetaran dan keadilan gender di Kabupaten Bengkayang. Dalam publikasi ini, disajikan hasil analisis statistik gender di berbagai bidang, antara lain bidang

7 kependudukan, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lain sebagainya, baik yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif Tujuan Secara umum, maksud penyusunan publikasi Statistik dan Analisis Gender Kabupaten Bengkayang Tahun 2007 ini adalah untuk: 1. Meningkatkan pemahaman tentang pentingnya data statistik dan indikator gender bagi penyusunan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi kebijakan dan program pemerintah. 2. Meningkatkan ketersediaan data statistik dan indikator serta analisis gender. 3. Mensosialisasikan penggunaan data statistik dan indikator gender di kalangan para pembuat kebijakan. 4. Meningkatkan komitmen untuk menggunakan data statistik dan indikator gender dalam melakukan penyusunan perencanaan dan monitoring berbagai program dan kegiatan di masing-masing daerah. Adapun tujuan khusus penyusunan publikasi dan Analisis Gender Kabupaten Bengkayang Tahun 2007 ini adalah untuk: 1. Mengetahui kesenjangan dan ketidakadilan gender yang terjadi antara perempuan dan laki-laki di berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, ketenagakerjaan, hukum, dan berbagai bidang lainnya. 2. Memperoleh gambaran tentang karakteristik demografi dan berbagai permasalahan gender yang terjadi di daerah. 3. Menggali informasi mengenai berbagai masalah kekerasan terhadap perempuan dan kondisi sosial budaya serta isu-isu lokal yang spesifik.

8 1.3. Sumber Data dan Landasan Hukum Untuk penyusunan publikasi Statistik dan Analisis Gender ini, digunakan data sekunder yang berasal dari berbagai sumber, antara lain dari berbagai data hasil survei yang dilakukan oleh BPS seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas), dan Sensus Penduduk (SP), serta berbagai data lainnya yang diperoleh dari dinas atau instansi terkait. Selanjutnya, landasan hukum dalam kegiatan ini adalah: a. GBHN Tahun 1999 b. Inpes Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

9 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu kabupaten baru di provinsi Kalimantan Barat yang mulai terbentuk setelah adanya undang-undang otonomi daerah. Dasar pembentukan Kabupaten Bengkayang adalah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999, yaitu Kabupaten Bengkayang merupakan pecahan dari Kabupaten Sambas. Selanjutnya, pada tahun 2001, berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001, Kabupaten Bengkayang dimekarkan kembali, yaitu dengan berdiri sendirinya Kota Singkawang yang sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Bengkayang Geografis Letak Geografis Kabupaten Bengkayang berada pada posisi Lintang Utara sampai dengan Lintang Utara dan Bujur Timur sampai dengan Bujur Timur. Letak Kabupaten Bengkayang berada di bagian utara Provinsi Kalimantan Barat dan merupakan salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Posisi Kabupaten Bengkayang yang berada di dekat garis khatulistiwa menyebabkan suhu dan kelembabannya yang relatif mencirikan daerah tropis. Letak Kabupaten Bengkayang yang sangat strategis menyebabkan peluang perkembangan yang semakin pesat baik dalam aspek sosial maupun ekonomi. Wilayah perbatasan administrasi Kabupaten Bengkayang adalah sebagai berikut: Bagian Utara berbatasan langsung dengan negara Malaysia atau tepatnya berbatasan dengan Serawak-Malaysia Timur. Adanya border Jagoi Babang yang berbatasan dengan Serikin-Malaysia menyebabkan perkembangan perekonomian semakin maju pesat. Arus migrasi tenaga kerja yang bekerja ke negara Malaysia maupun perdagangan antar negara

10 dari tahun ke tahun semakin maju sehingga berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi maupun sosial kependudukan masyarakat Kabupaten Bengkayang. Selain itu, bagian utara juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Sambas. Dilihat dari sejarahnya, Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas merupakan satu kabupaten pada masa lampau sehingga memiliki nilai sosial budaya masyarakat yang hampir sama. Panjang perbatasan Kabupaten Bengkayang dengan Kabupaten Sambas adalah 159,218 km sedangkan panjang perbatasan negara di Kabupaten Bengkayang dengan Serawak (Malaysia) adalah 76,564 km. Bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pontianak. Hal ini berpengaruh pada peningkatan potensi kegiatan ekonomi maupun mobilisasi penduduk antar kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Panjang perbatasan dengan Kabupaten Pontianak adalah 54,989 km. Bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau. Hal ini juga berpengaruh pada peningkatan potensi kegiatan ekonomi maupun mobilisasi penduduk antar kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Panjang perbatasan Kabupaten Bengkayang dengan Kabupaten Landak adalah 162,053 km sedangkan panjang perbatasan dengan Kabupaten Sanggau adalah 30,215 km. Bagian Barat berbatasan dengan Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, dan Laut Natuna. Hal ini berpengaruh pada peningkatan potensi kegiatan ekonomi maupun mobilisasi penduduk antar kabupaten yang ada di Kalimantan Barat. Ditambah lagi, dilihat dari sejarahnya, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, dan Kota Singkawang merupakan mempunyai satu kabupaten induk pada masa lampau sehingga memiliki nilai sosial budaya yang erat. Selain itu, wilayah Kabupaten Bengkayang yang berbatasan langsung dengan laut natuna berpengaruh pada pengembangan potensi perikanan yang masih sangat luas di Kabupaten Bengkayang. Selain itu, rencana pengembangan Mega

11 Natuna merupakan peluang yang mendukung perkembangan Kabupaten Bengkayang. Panjang perbatasan Kabupaten Bengkayang dengan Kota Singkawang adalah 58,907 km sedangkan panjang garis pantainya adalah 68,5 km. Perbatasan negara yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Bengkayang yang cukup panjang berimplikasi pada banyak kerawanan masalah sosial politik yang terjadi di kawasan perbatasan. Masalah tapal batas, kesenjangan kondisi sosial ekonomi masyarakat wilayah perbatasan, fasilitas sarana dan prasarana yang terbatas, tenaga kerja illegal, dan trafficking menjadi masalah yang harus dihadapi Kabupaten Bengkayang sebagai salah satu kabupaten yang ada di kawasan perbatasan. Untuk itu, diperlukan strategi pembangunan yang dapat mencakup semua permasalahan yang dihadapi Topografi dan Iklim Ada dua kondisi alam yang membedakan wilayah Kabupaten Bengkayang. Kondisi alam yang pertama adalah pesisir pantai. Keseluruhan wilayah pesisir ini termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan. Kondisi alam yang kedua adalah daratan dan perbukitan yang terdiri dari Kecamatan Capkala, Samalantan, Monterado, Lembah Bawang, Bengkayang, Teriak, Sungai Betung, Ledo, Suti Semarang, Lumar, Sanggau Ledo, Tujuh Belas, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding. Ada tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yang melintasi wilayah Kabupaten Bengkayang, yaitu: DAS Sambas, DAS Sungai Raya, dan DAS Sungai Duri. Dari ketiga DAS tersebut, yang paling besar adalah DAS Sambas yang luasnya meliputi hektar sedangkan DAS Sungai Raya sebesar hektar dan DAS Sungai Duri hanya sebesar hektar.

12 Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar daerah Kabupaten Bengkayang adalah jenis tanah poldosit merah kuning, yaitu sebesar hektar dan yang paling sedikit adalah jenis OGH, yaitu sebesar hektar. Dilihat dari persebaran lerengnya, sebagian besar wilayah Kabupaten Bengkayang masuk pada kelas lereng % dan hanya sebagian kecil yang masuk dalam kelas lereng lebih dari 40 %. Selanjutnya, dilihat dari tekstur tanahnya, sebagian besar masuk dalam tekstur sedang, yaitu sebesar hektar. Luas wilayah tergenang di Kabupaten Bengkayang hanya sebesar hektar dan luas wilayah yang tidak tergenang adalah sebesar hektar. Walaupun hanya sebagian kecil wilayah Kabupaten Bengkayang yang merupakan wilayah perairan laut, Kabupaten Bengkayang juga memiliki sejumlah pulau, yaitu sebanyak 12 pulau. Semua pulau yang ada masuk dalam wilayah Kecamatan Sungai Raya Kepulauan. Sebanyak 8 pulau masuk dalam wilayah Desa Sungai Raya, yaitu: Pulau Penatah Besar, Penatah Kecil, Seluas, Semesak, Kera, Baru, Batu Rakit, dan Tempurung. Selanjutnya, sebanyak 2 pulau masuk dalam wilayah Desa Karimunting, yaitu Pulau Kabung dan Pulau Batu Payung dan sebanyak 2 pulau masuk dalam wilayah Desa Pulau Lemukutan, yaitu Pulau Lemukutan dan Pulau Randayan. Dari sejumlah pulau tersebut, ada sebanyak 5 pulau masih belum berpenghuni dan 7 pulau sudah berpenghuni. Pulau yang sudah berpenghuni adalah: Pulau Penatah Besar, Penatah Kecil, Seluas, Baru, Kabung, Lemukutan, dan Randayan sedangkan sisanya yang belum berpenghuni adalah: Pulau Semesak, Pulau Kera, Pulau Rakit, Pulau Tempurung, dan Pulau Batu Payung. Semua pulau yang ada terletak di wilayah perairan Laut Natuna. Pulau terbesar yang berpenghuni adalah Pulau Lemukutan dan Pulau Penatah Besar. Potensi wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Bengkayang adalah wisata alam. Wilayah Kabupaten Bengkayang ada yang berada di wilayah pesisir dan di daratan yang merupakan wilayah perbukitan. Hal ini menyebabkan jenis wisata alam yang ada di Kabupaten Bengkayang adalah wisata pantai dan wisata alam air terjun. Wisata pantai yang sudah mulai

13 dikelola sebagai percontohan adalah pantai samudra indah, pantai gosong, dan pantai kurakura. Wisata air terjun yang sudah dimanfaatkan adalah air terjun madi yang digunakan sebagai sumber air bersih sedangkan air terjun lainnya, yaitu riam berasap sudah dimanfaatkan sebagai wisata alam. Dimasa yang akan datang, banyaknya air terjun yang ada juga dapat dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Curah hujan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah iklim, keadaan geografi, dan pertemuan arus udara. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Bengkayang selama tahun 2006 mencapai 269 mm. Curah hujan sebesar ini termasuk tinggi dan hal ini dipengaruhi oleh wilayah Kabupaten Bengkayang yang masuk dalam wilayah tropis (dengan ciri hutan tropis yang cukup lebat dan kelembaban udara tinggi). Rata-rata curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan November dan terendah pada bulan Februari. Rata-rata hari hujan pada tahun 2006 di Kabupaten Bengkayang adalah sebanyak 13 hari. Jumlah hari hujan yang paling banyak adalah pada bulan Desember dan yang paling sedikit adalah pada bulan Agustus. Kecamatan yang paling banyak rata-rata curah hujannya adalah Kecamatan Samalantan dan kecamatan yang paling sedikit rata-rata curah hujannya adalah Kecamatan Capkala Luas Wilayah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2001, luas wilayah Kabupaten Bengkayang adalah 5.396,30 km 2 ditambah wilayah laut sampai 12 mil atau wilayah perijinan provinsi (hidro-oceanografi tahun 1993) seluas 1.026,72 km 2 atau wilayah laut sampai batas 4 mil atau wilayah perijinan kabupaten seluas 184 km 2. Secara keseluruhan, luas wilayah Kabupaten Bengkayang yang memiliki luas sebesar 5.396,30 km 2 tersebut hanya mencakup sekitar 3,68 persen dari total luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Hal ini menjadikan

14 Kabupaten Bengkayang sebagai kabupaten dengan cakupan wilayah terkecil di Kalimantan Barat. Tabel 2.1 Jarak ke Ibukota Kabupaten, Luas, dan Ibukota Kecamatan di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Kecamatan Jarak ke Ibukota Kabupaten Ibukota Kecamatan Luas (1) (2) (3) (4) 1. Sungai Raya 89,56 Sungai Duri 75,85 2. Capkala 72,32 Capkala 46,35 3. Sungai Raya Kepulauan 72,56 Sungai Raya 394,00 4. Samalantan 37,39 Samalantan 420,50 5. Monterado 53,18 Monterado 291,00 6. Lembah Bawang 57,39 Tempapan 188,00 7. Bengkayang 0 Bengkayang 167,04 8. Teriak 13,76 Bana 231,51 9. Sungai Betung 14,84 Suka Maju 205, L e d o 31,01 Ledo 481, Suti Semarang 67,03 Suti Semarang 280, Lumar 16,94 Lumar 275, Sanggau Ledo 49,60 Sanggau Ledo 392, Tujuh Belas 61,60 Pisak 221, Seluas 76,08 Seluas 506, Jagoi Babang 89,96 Jagoi 655, Siding 103,68 Siding 563,30 Total 5 396,30 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang Dilihat dari luas masing-masing kecamatan, Jagoi Babang merupakan kecamatan yang paling luas di Kabupaten Bengkayang dengan cakupan wilayah sebesar 655 km 2 atau sekitar 12,14 persen dari luas Kabupaten Bengkayang keseluruhan sedangkan kecamatan dengan wilayah terkecil adalah Kecamatan Capkala dengan luas wilayah sebesar 46,35 km 2 atau hanya sekitar 0,86 persen dari total luas Kabupaten Bengkayang.

15 Grafik Persentase Luas Kabupaten Bengkayang Lembah BawangTujuh Belas Samalantan S. Raya Kep. Sungai Raya Monterado Sungai Betung Bengkayang Teriak Lumar Siding Capkala Jagoi Babang Seluas Ledo Suti Semarang Sanggau Ledo Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang Dilihat dari jarak tempuh terjauh dari ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten di Kabupaten Bengkayang, Kecamatan Siding adalah kecamatan dengan jarak tempuh terjauh ke ibukota kabupaten, yaitu sekitar 103,68 km, kemudian disusul oleh Kecamatan Jagoi Babang dengan jarak tempuh 89,96 km, dan Kecamatan Sungai Raya dengan jarak tempuh 89,56 km Sejarah Kabupaten Bengkayang pada masa penjajahan Belanda merupakan bagian dari wilayah Afdeling Van Singkawang. Pada waktu itu, dilakukan pembagian wilayah Afdeling administrasi yang daerah hukumnya meliputi: Onder Afdeling Singkawang, Bengkayang, Pemangkat, dan Sambas (daerah Kesultanan Sambas) Daerah Kerajaan/Penembahan Mempawah Daerah Kerajaan Pontianak yang sebagian daerahnya adalah Mandor.

16 Tabel 2.2. Sejarah Pemekaran Kecamatan di Kabupaten Bengkayang Tahun Keterangan 1. Sungai Raya 1. Sungai Raya 1. Sungai Raya 1. Sungai Raya 1. Sungai Raya 1. Sungai Raya 2. Sungai Raya Kepulauan Perda No. 7 Tahun Tujuh Belas 3. Roban 4. Pasiran 5. Samalantan 2. Capkala 2. Capkala 3. Capkala Menjadi Wilayah Kota Singkawang 4. Samalantan 2. Samalantan 2. Samalantan 3. Samalantan 3. Samalantan 5. Lembah Bawang 3. Monterado 3. Monterado 4. Monterado 4. Monterado 6. Monterado 5. Bengkayang 7. Bengkayang Perda No. 25 Tahun 2003 UU No. 12 Tahun 2001 Tentang Pembentukan Kota Singkawang Perda No. 12 Tahun 2006 Perda No. 4 Tahun Bengkayang 4. Bengkayang 4. Bengkayang 5. Bengkayang 6. Sungai Betung 8. Sungai Betung Perda No. 5 Tahun Teriak 5. Teriak 6. Teriak 7. Teriak 9. Teriak Perda No. 4 Tahun Ledo 10. Ledo 7. Ledo 6. Ledo 6. Ledo 7. Ledo 9. Lumar 11. Lumar Perda No. 4 Tahun Suti Semarang 8. Suti Semarang 10. Suti Semarang 12. Suti Semarang Perda No. 15 Tahun Sanggau Ledo 7. Sanggau Ledo 8. Sanggau Ledo 9. Sanggau Ledo 11. Sanggau Ledo 13. Sanggau Ledo 14. Tujuh Belas Perda No. 8 Tahun Seluas 8. Seluas 9. Seluas 10. Seluas 12. Seluas 15. Seluas 10. Jagoi Babang 9. Jagoi Babang 10. Jagoi Babang 11. Jagoi Babang 13. Jagoi Babang 16. Jagoi Babang 12. Siding 14. Siding 17. Siding Perda No. 26 Tahun 2003 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang

17 Setelah Perang Dunia II berakhir, daerah tersebut dibagi menjadi daerah otonom Kabupaten Sambas yang beribukota di Singkawang. Kabupaten Sambas ini membawahi 4 (empat) kawedanan, yaitu: Kawedanan Singkawang Kawedanan Pemangkat Kawedanan Sambas Kawedanan Bengkayang Pada masa pemerintahan RI, menurut Undang-undang No. 27 tahun 1959 tentang penetapan Undang-undang Darurat No. 3 tahun 1953 mengenai pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan Barat (LNRI Nomor 72 tahun 1959, tambahan LNRI Nomor 1980), terbentuklah Kabupaten Sambas. Wilayah pemerintahan Kabupaten Sambas ini mencakup seluruh wilayah Kabupaten Bengkayang sekarang. Dengan terbitnya Undang-undang Nomor 10 tahun 1999 tentang pembentukan Daerah Tingkat II Bengkayang, secara resmi mulai tanggal 20 April 1999, Kabupaten Bengkayang terpisah dari Kabupaten Sambas. Pada waktu itu, wilayah Kabupaten Bengkayang ini meliputi 10 kecamatan, yaitu: Kecamatan Sungai Raya, Tujuh Belas, Pasiran, Roban, Samalantan, Bengkayang, Ledo, Sanggau Ledo, Seluas, dan Jagoi Babang. Keberadaan Undang-undang Nomor 12 tahun 2001 tentang pembentukan Pemerintahan Kota Singkawang mengakibatkan Kabupaten Bengkayang dimekarkan kembali, yaitu dengan melepas 3 kecamatannya yang masuk ke dalam wilayah pemerintahan Kota Singkawang sehingga tinggal menjadi 7 kecamatan. Kecamatan yang masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bengkayang setelah adanya pemekaran Kota Singkawang tersebut adalah Kecamatan Sungai Raya, Samalantan, Bengkayang, Ledo, Sanggau Ledo, Seluas, dan Jagoi

18 Babang sedangkan kecamatan yang masuk dalam wilayah Kota Singkawang adalah Kecamatan Tujuh Belas, Roban, dan Pasiran. Pada tahun 2002, kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang kembali bertambah menjadi 10 kecamatan dengan pembentukan 3 kecamatan baru, yaitu: Kecamatan Monterado, Teriak, dan Suti Semarang. Kecamatan Monterado merupakan pemekaran dari Kecamatan Samalantan, Kecamatan Teriak merupakan pemekaran dari Kecamatan Bengkayang, dan Kecamatan Suti Semarang merupakan pemekaran dari Kecamatan Ledo. Pada awal tahun 2004, dari 10 kecamatan yang ada, Kabupaten Bengkayang dimekarkan lagi menjadi 14 kecamatan dengan 4 kecamatan barunya, yaitu: Kecamatan Capkala, Sungai Betung, Lumar, dan Siding. Kecamatan Capkala merupakan pemekaran dari Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Sungai Betung merupakan pemekaran dari Kecamatan Bengkayang, Kecamatan Lumar merupakan pemekaran dari Kecamatan Ledo, dan Kecamatan Siding merupakan pemekaran dari Kecamatan Jagoi Babang. Pada pertengahan tahun 2006, Kabupaten Bengkayang memekarkan kembali jumlah kecamatan ada menjadi 17 kecamatan dengan penambahan 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Lembah Bawang, dan Tujuh Belas. Kecamatan Sungai Raya Kepulauan merupakan pemekaran dari Kecamatan Sungai Raya, Kecamatan Lembah Bawang merupakan pemekaran dari Kecamatan Samalantan, dan Kecamatan Tujuh Belas merupakan pemekaran dari Kecamatan Sanggau Ledo Sosial Budaya Penduduk Kabupaten Bengkayang terdiri dari berbagai latar belakang budaya dan adat istiadat. Keberagaman latar belakang budaya dan adat istiadat tersebut lahir dari penduduknya yang mempunyai beraneka ragam suku. Berbagai suku tersebut antara lain

19 adalah suku Dayak, Melayu, Jawa, Sunda, Batak, Ambon, dan lain sebagainya. Namun demikian, penduduk asli Kabupaten Bengkayang adalah berasal dari suku Dayak dan Melayu sedangkan suku lain merupakan pendatang atau perantau yang berasal dari berbagai wilayah di seluruh nusantara yang datang untuk berbagai tujuan, baik untuk mencari nafkah maupun tujuan khusus lainnya. Pada umumnya, kebanyakan penduduk asli Kabupaten Bengkayang yang berasal dari suku Dayak tinggal di daerah dataran tinggi atau pedalaman sedangkan penduduk yang berasal dari suku Melayu dan suku-suku pendatang lainnya kebanyakan tinggal di daerah dataran rendah atau pesisir. Selain terdiri dari beraneka ragam suku, penduduk Kabupaten Bengkayang juga terdiri dari bermacam-macam agama, yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha, bahkan Konghucu. Hal ini sesuai dengan salah satu butir penting yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu Negara menjamin kehidupan beragama dan senantiasa mengembangkan kerukunan antar umat beragama dan kepercayaan. Sarana dan prasarana ibadah yang ada pada tahun 2006 tercatat, yaitu Masjid sebanyak 146 unit, Surau sebanyak 118 unit, Gereja Katolik sebanyak 146 unit, Gereja Protestan sebanyak 321 unit, Pura sebanyak 2 unit, Vihara sebanyak 4 unit, dan kelenteng sebanyak 37 unit yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkayang.

20 BAB III DEMOGRAFI Penduduk pada dasarnya adalah modal dasar pembangunan yang paling penting dan secara tegas digariskan dalam GBHN. Suatu wilayah yang memiliki jumlah penduduk besar berarti memiliki aset potensial yang berguna dalam mendukung percepatan roda pembangunan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk yang besar tersebut mengindikasikan jumlah angkatan kerja yang tersedia juga dalam jumlah yang besar apalagi jika didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai. Akan tetapi, jika sumber daya penduduk tersebut tidak berkualitas maka penduduk tersebut justru akan menjadi penghambat bagi pembangunan itu sendiri. Mengingat peran dan fungsi tersebut, pembangunan di bidang kependudukan selalu mendapat perhatian utama dalam setiap tahapan pembangunan. Penduduk memiliki peran ganda dalam pembangunan baik sebagai subyek maupun obyek pembangunan. Hal ini dikarenakan penduduk juga merupakan pelaku pembangunan yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan penduduk itu sendiri. Dengan demikian, penduduk yang dimaksud tidak lagi hanya sebagai obyek melainkan juga sekaligus memposisikan diri sebagai subyek pembangunan wilayah. Peran dan fungsi penduduk sangat strategis dalam dinamika pembangunan di berbagai bidang baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Oleh karena itu, pembangunan bidang kependudukan selalu mendapat tempat utama pada tiap lini tahapan pembangunan. Selain itu, akhir dari setiap tujuan pembangunan adalah meningkatkan mutu penduduk secara utuh dan menyeluruh yang biasanya diawali dengan perbaikan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dipandang dari sisi jumlah, pertambahan penduduk di suatu wilayah akan membawa dampak yang sangat menguntungkan bagi ketersediaan angkatan kerja. Pada sisi lain, penambahan angkatan kerja menuntut perluasan kesempatan kerja. Jika antara keduanya tidak

21 seimbang maka akan menimbulkan dampak negatif, yaitu lonjakan angka pengangguran (unemployment) Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan (Jiwa per Km 2 ) (1) (2) (3) (4) 1. Sungai Raya 75, Capkala 46, Sungai Raya Kepulauan 394, Samalantan 420, Monterado 291, Lembah Bawang 188, Bengkayang 167, Teriak 231, Sungai Betung 205, L e d o 481, Suti Semarang 280, Lumar 275, Sanggau Ledo 392, Tujuh Belas 221, Seluas 506, Jagoi Babang 655, Siding 563, Jumlah 5 396, Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, Proyeksi Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang pada tahun 2006 adalah sebesar jiwa. Bila dirinci menurut kecamatan maka

22 Kecamatan Lembah Bawang merupakan kecamatan yang paling sedikit penduduknya sedangkan Kecamatan Monterado merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bengkayang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Dilihat dari kepadatan penduduknya, kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Sungai Raya sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Jagoi Babang. Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Bengkayang Kecamatan (1) (2) (3) 1. Sungai Raya -0,66 2,38 2. Capkala 0,24 2,75 3. Sungai Raya Kepulauan -1,36 3,79 4. Samalantan 0,83 3,12 5. Monterado 0,20 2,93 6. Lembah Bawang 0,31 3,18 7. Bengkayang 0,84 3,28 8. Teriak 0,70 3,08 9. Sungai Betung 1,48 2, L e d o 6,17 3, Suti Semarang 1,54 3, Lumar 0,45 3, Sanggau Ledo -0,20 2, Tujuh Belas 1,68 2, Seluas 1,98 3, Jagoi Babang 4,78 3, Siding 1,95 2,91 Jumlah 0,80 3,08 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, Proyeksi Penduduk

23 Tingginya kepadatan penduduk suatu wilayah akan menimbulkan banyak permasalahan. Salah satunya adalah masalah pemenuhan kebutuhan perumahan akibat luas lahan yang terbatas. Selain itu, tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi juga akan menimbulkan kerawanan terhadap terjadinya konflik sosial masyarakat. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bengkayang yang dihitung dengan metode geometrik selama kurun waktu 16 tahun terakhir terlihat berfluktuasi. Dalam kurun waktu , laju pertumbuhan penduduk per tahun rata-rata hanya mencapai 0,8 persen sedangkan dalam kurun waktu , laju pertumbuhan penduduk rata-rata hanya mencapai 3,08 persen. Rendahnya laju pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu tersebut diperkirakan terjadi karena banyaknya penduduk yang berpindah keluar wilayah kabupaten yang diakibatkan oleh adanya konflik antar suku yang sering terjadi antara tahun dan puncak konfliknya terjadi pada tahun yang lalu. Namun demikian, laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi terjadi di Kecamatan Ledo dan Jagoi Babang. Hal ini dipengaruhi oleh adanya program transmigrasi yang masuk pada kedua kecamatan tersebut yang sebagian besar terjadi antara tahun Komposisi Penduduk Selain jumlah, kepadatan, dan pertumbuhan penduduk, hal lain yang perlu diketahui adalah komposisi penduduk. Komposisi penduduk dapat dibagi menurut umur dan jenis kelamin. Struktur umur penduduk sangat penting untuk menjadi dasar perencanaan pemerintah dalam segala bidang pembangunan termasuk dalam bidang bisnis. Pengetahuan mengenai struktur umur penduduk di suatu wilayah diharapkan dapat menjadi dasar acuan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan kebijakan. Kebutuhan akan suatu pelayanan juga bervariasi sepanjang siklus kehidupan menurut struktur umur yang ada. Salah satu contoh misalnya jika penduduk suatu wilayah

24 banyak yang termasuk dalam kelompok umur balita makan kebutuhan akan fasilitas kesehatan balita dan peningkatan gizi akan menjadi hal yang sangat penting. Namun sebaliknya, jika penduduk yang ada banyak yang termasuk dalam kelompok umur lanjut usia (lansia) maka yang menjadi masalah penting adalah penyediaan sarana kesehatan yang bersifat perawatan penyakit kronis. Contoh lain adalah misalnya jika suatu wilayah memiliki jumlah penduduk berusia sekolah dasar yang cukup besar maka pembangunan akan dapat lebih dikonsentrasikan untuk membangun sarana dan prasarana untuk pendidikan sekolah dasar sehingga tidak lagi salah sasaran, misalnya dengan membangun sarana dan prasarana untuk pendidikan tingkat lanjutan. Grafik Piramida Penduduk Kabupaten Bengkayang Tahun P e r e m p u a n L a k i- la k i Struktur umur penduduk Kabupaten Bengkayang mulai mengalami pergeseran ke level yang lebih tinggi dengan terjadinya transisi struktur umur penduduk muda ke intermediate karena median umur penduduk Kabupaten Bengkayang yang sebesar 20,19. Pada tahun 2006, persentase penduduk usia anak-anak dan remaja (di bawah 20 tahun) adalah sebesar 48,68 persen dengan pembagian sebesar 24,84 persen penduduk usia remaja anak-anak dan remaja berjenis kelamin laki-laki dan sebesar 23,84 persen berjenis kelamin perempuan dari total

25 jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang. Dengan demikian, diketahui bahwa pada usia tersebut perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dikatakan hampir berimbang. Selanjutnya, persentase penduduk lanjut usia atau lansia (usia 65 tahun ke atas) pada tahun 2006 adalah sebesar 2,7 persen dari total jumlah penduduk. Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Kelompok Umur Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) (1) (2) (3) (4) Jumlah Tahun Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, Proyeksi Penduduk

26 Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin, dan Rasio di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Kecamatan Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Rasio Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) (5) 1. Sungai Raya Capkala Sungai Raya Kepulauan Samalantan Monterado Lembah Bawang Bengkayang Teriak Sungai Betung L e d o Suti Semarang Lumar Sanggau Ledo Tujuh Belas Seluas Jagoi Babang Siding Jumlah Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang,Proyeksi Penduduk Rasio jenis kelamin (sex ratio) merupakan angka perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki terhadap setiap 100 penduduk perempuan. Angka rasio jenis kelamin yang lebih dari 100 berarti jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada perempuan. Secara umum, angka rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Bengkayang adalah 106. Hal ini berarti bahwa dari setiap penduduk perempuan Kabupaten Bengkayang, terdapat 106 penduduk laki-laki. Bila diamati masing-masing wilayah kecamatan maka terlihat bahwa pada tahun 2006, Kecamatan Sungai Betung memiliki angka rasio jenis kelamin yang paling tinggi, yaitu 110 sedangkan Kecamatan Siding memiliki rasio jenis kelamin yang paling rendah, yaitu 103.

27 Tabel 3.5 Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Dependency Ratio Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Anak-anak 32,96 31,84 64,80 Lansia 2,49 2,08 4,57 Jumlah 35,45 33,92 69,37 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, Proyeksi Penduduk Komposisi umur penduduk suatu wilayah juga dapat dihubungkan dengan Dependency Ratio (DR) atau Angka Ketergantungan. Dependency ratio secara umum dapat menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (15-64 tahun) terhadap kelompok usia muda (kurang dari 15 tahun) dan usia tua (65 tahun ke atas). Semakin kecil dependency ratio, semakin kecil pula beban kelompok usia produktif untuk menanggung penduduk usia tidak produktif dan sebaliknya. Secara umum, angka beban ketergantungan Kabupaten Bengkayang masih cukup tinggi, yaitu sebesar 69,37 pada tahun Besarnya angka beban tanggungan tersebut berarti dari 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus menanggung 69 penduduk usia non produktif baik itu anak-anak (0-14 tahun) maupun lansia (65 tahun keatas). Secara rinci, angka beban ketergantungan anak jauh lebih besar dibanding dengan angka ketergantungan lansia (lanjut usia), yaitu sebesar 64,8 dibanding dengan 4,57. Hal ini berarti bahwa angka beban tanggungan untuk anak adalah yang paling berperan dalam tingginya angka beban tanggungan secara total. Dengan demikian, diketahui bahwa penduduk Kabupaten Bengkayang sebagian besar adalah kelompok usia muda yang belum produktif dan belum dapat aktif secara ekonomi.

28 Dilihat menurut jenis kelamin, angka beban tanggungan laki-laki lebih besar daripada perempuan, baik untuk angka beban tanggungan lansia maupun angka beban tanggungan anak. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk laki-laki yang secara total yang memang lebih banyak dibanding dengan penduduk perempuan. Tabel 3.6 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Status Perkawinan Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) Belum Kawin 49,17 38,16 43,98 Kawin 48,52 54,15 51,17 Cerai Hidup 0,24 1,52 0,85 Cerai Mati 2,07 6,17 4,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006 Status perkawinan merupakan salah indikator yang dapat menunjukkan pola kelahiran atau fertilitas dan kelanggengan rumah tangga. Dilihat menurut status perkawinannya, persentase penduduk Kabupaten Bengkayang yang berstatus belum kawin adalah sebesar 43,98 persen, yang berstatus kawin sebesar 51,17 persen, cerai hidup sebesar 0,85 persen, dan cerai mati sebesar 4 persen. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa penduduk yang berstatus cerai hidup cukup kecil. Dengan demikian, tergambar bahwa kesadaran penduduk dalam membina rumah tangga telah mantap dan stabil. Dilihat menurut jenis kelaminnya, persentase penduduk perempuan yang berstatus cerai mati lebih tinggi dibanding dengan laki-lakinya. Hal ini dapat menjadi indikator bahwa rata-rata usia harapan hidup penduduk perempuan relatif lebih tinggi dibandingkan penduduk laki-laki.

29 3.3. Rasio Anak dan Wanita (Child Woman Ratio/CWR) Rasio anak dan wanita adalah hubungan dalam bentuk rasio antara jumlah anak (usia 0-4 tahun) dengan jumlah penduduk wanita usia produktif (15-49 tahun). Pada tahun 2006, besarnya rasio anak dan wanita di Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 670. Hal ini berarti bahwa di antara 1000 wanita usia produktif terdapat 670 anak. Angka ini mengindikasikan tingkat fertilitas yang masih cukup tinggi karena masih besarnya jumlah anak balita Rata-rata Umur Kawin Pertama Umur kawin pertama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Syarifuddin (1993) mengemukakan bahwa umur kawin pertama mempunyai korelasi negatif dengan tingkat fertilitas seorang perempuan. Artinya semakin tua umur kawin pertama seorang perempuan, semakin sedikit pula jumlah anak yang akan dilahirkannya. Hal ini terjadi karena semakin tinggi umur kawin pertama seorang perempuan, semakin pendek pula usia suburnya dan pada akhirnya, akan menurunkan tingkat fertilitas perempuan tersebut. Tabel 3.9 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin Menurut Golongan Umur Kawin Pertama di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Golongan Umur Kawin Pertama Persentase (1) (2) 15 ke Bawah 4, , , ,77 25 ke Atas 12,45 Jumlah 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006

30 Dari data yang ada, terlihat umur kawin pertama sebagian besar wanita yang ada di Kabupaten Bengkayang pada tahun 2006 adalah antara umur Persentase wanita 10 tahun ke atas yang pernah kawin menurut kelompok umur kawin pertama dari yang terbesar adalah kelompok umur tahun sebesar 50,77 persen, kelompok umur tahun sebesar 27,53 persen, kelompok umur 25 tahun ke atas sebesar 12,46 persen, kelompok umur 16 tahun sebesar 5,05, dan kelompok umur 15 tahun ke bawah sebesar 4,20 persen. Perkawinan di usia muda cenderung memiliki banyak kendala. Dilihat dari sisi pendidikan, dengan melangsungkan perkawinan di usia muda, tingkat pendidikan yang ditamatkan cenderung akan semakin rendah. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki berdampak pada kurangnya pengetahuan ibu dalam hal merawat anak dan mengatur keluarga. Selain itu, dari sudut kesehatan reproduksi, wanita yang kawin di usia muda, proses reproduksi belum benar-benar matang sehingga lebih rentan kesehatannya jika mempunyai anak. Pada akhirnya, kedua hal tersebut diatas akan menyebabkan semakin tingginya resiko ibu meninggal pada saat melahirkan atau tingginya resiko kematian anak Jumlah Anak Lahir Hidup Kehadiran anak dalam sebuah keluarga merupakan salah satu hal yang dianggap penting. Dari sisi emosional, anak dianggap penting karena dapat membawa kebahagiaan dan kegembiraan bagi keluarga itu sendiri. Selain itu, kehadiran atau keberadaan anak dalam sebuah keluarga berarti kelanjutan keluarga tersebut dimasa yang akan datang tidak hilang atau dengan kata lain, anak mempunyai peran penting dalam meneruskan garis keturunan. Banyaknya anak dalam keluarga sangat dipengaruhi oleh norma-norma yang ada dan dianut oleh suatu masyarakat. Sebagai contoh, adanya pandangan banyak anak banyak rejeki yang masih dianut oleh sebagian masyarakat. Anak juga dipandang sebagai barang modal oleh

31 sebagian masyarakat, khususnya di daerah pedesaan. Anak yang banyak berarti lahan pertanian yang dimiki akan digarap oleh anak-anaknya sendiri sehingga keluarga tersebut tidak perlu keluar biaya untuk mempayar pekerja lagi. Preferensi jenis kelamin anak juga mempunyai peran penting dalam masyararakat tertentu. Sebagai contoh, sebuah keluarga akan terus menambah anaknya jika belum dapat anak laki-laki karena hanya anak laki-laki dianggap mampu menjadi penerus keluarga. Tabel 3.10 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak Lahir Hidup di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Jumlah Anak Lahir Hidup Persentase (1) (2) 0 5, , , , ,83 5 8,43 6 5,57 7 4,41 8 2,56 9 1, ,44 Jumlah 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006 Dengan adanya program Keluarga Berencana (KB) mulai awal tahun 1970-an, terbukti pandangan masyarakat tentang pandangan banyak anak banyak rejeki mulai luntur dan digantikan menjadi keluaga kecil bahagia sejahtera. Diharapkan dengan jumlah anak yang tidak terlalu banyak, kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan baik. Selain itu, orang tua dapat mengikuti perkembangan fisik dan psikologis anaknya lebih optimal. Tujuan akhir program KB

32 ini adalah diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik dan lebih handal dalam segala bidang di masa mendatang. Jumlah anak yang dilahirkan hidup pada wanita pernah kawin usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Bengkayang ternyata masih cukup tinggi. Terlihat bahwa persentase wanita yang pernah kawin dan memiliki 5 atau lebih adalah sebesar 23,82 persen. Namun demikian, jika dilakukan perbandingan antara wanita yang memiliki jumlah anak kurang atau sama dengan empat orang dan yang lima orang atau lebih maka persentasenya masih lebih banyak keluarga yang jumlah anak lahir hidupnya kurang atau sama dengan empat. Dari data jumlah anak lahir hidup diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kelahiran di Kabupaten Bengkayang masih cukup tinggi Jumlah Anak Masih Hidup Tabel 3.11 Persentase Wanita Umur 10 Tahun ke Atas Yang Pernah Kawin Menurut Jumlah Anak Masih Hidup di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Jumlah Anak Masih Hidup Persentase (1) (2) 0 5, , , , ,28 5 8,82 6 5,97 7 3,07 8 2,67 9 0, ,80 Jumlah 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006

33 Data jumlah anak yang masih hidup merupakan salah satu indikator penting dalam kependudukan. Dari data ini, dapat diketahui tingkat kematian, derajat kesehatan masyarakat, pemenuhan gizi, dan penyediaan prasarana kesehatan dalam masyarakat. Persentase jumlah anak yang masih hidup di Kabupaten Bengkayang menurut data Susenas tahun 2006 cukup bagus. Dari wanita pernah kawin berusia 10 tahun ke atas yang mempunyai anak lebih dari dua orang, sebesar 55,79 persen anak yang dilahirkan masih hidup sampai sekarang. Hal ini berarti bahwa ketersediaan fasilitas kesehatan, pemenuhan gizi masyarakat, dan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Bengkayang pada tahun 2006 sudah cukup baik.

34 BAB IV PENDIDIKAN Salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat adalah indikator pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat karena sangat berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumber dayanya. Pengalaman menunjukkan bahwa kebodohan dan kemiskinan bagaikan dua sisi mata uang yang saling terkait. Kebodohan dapat menjadi sumber kemiskinan dan kemiskinan dapat menjadi sumber kebodohan. Pada dasarnya, pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta memperluas wawasan. Pendidikan juga merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam pembangunan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia maka pembangunan di bidang pendidikan dilaksanakan melalui pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan yang diupayakan diharapkan merupakan pendidikan yang berkualitas dengan sistem pengelolaan yang efisien. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai kebutuhan jaman sedangkan yang dimaksud dengan efisiensi pengelolaan pendidikan adalah pendidikan yang diselenggarakan diharapkan dapat berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 sebagai pengganti Undang-undang No. 2 Tahun 1989 yang tidak memadai lagi serta perlu disempurnakan sesuai amanat perubahan UUD Pendidikan nasional adalah pendidikan berdasarkan UUD dan Pancasila yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan

35 nasional. Sisdiknas tersebut dimaksudkan sebagai arah dan strategi pembangunan nasional di bidang pendidikan. Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok, yaitu pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan, dan efisiensi pengelolaan. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Relevansi pendidikan merupakan konsep Link dan Match, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistem pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Upaya perbaikan pendidikan di Indonesia telah dilaksanakan pemerintah secara bertahap sejak tahun Mulai tahun tersebut, pemerintah mulai melaksanakan program wajib belajar 6 tahun yang dilanjutkan dengan program wajib belajar 9 tahun. Dengan semakin lamanya usia wajib belajar ini, diharapkan tingkat pendidikan masyarakat semakin membaik. Bersamaan dengan itu, pembangunan sarana fisik dan prasarana pendidikan juga terus dipacu sehingga penduduk usia sekolah dapat semakin mudah mengakses fasilitas pendidikan yang ada. Peningkatan kualitas masyarakat tentunya tidak hanya terbatas pada golongan usia sekolah saja tetapi diharapkan dapat mencakup golongan usia menengah keatas. Wujud dari penerapan tujuan tersebut antara lain dengan dilaksanakannya program Kejar Paket A dan Kejar Paket B. Dengan adanya program ini, diharapkan kelompok penduduk yang tidak masuk dalam usia sekolah dapat mengambil kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dasar dan menengah. Pemerintah Kabupaten Bengkayang sendiri telah melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan maupun penyediaan fasilitas pendidikan yang ada. Hal

36 ini seiring dengan adanya program wajib belajar 9 tahun yang semakin memacu pemerintah daerah dalam meningkatkan kulitas pendidikan yang ada. Diharapkan upaya yang ada ini dapat mengarah pada perbaikan pendidikan penduduk Angka Partisipasi Kasar Indikator ini digunakan untuk mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka partisipasi kasar dapat memberikan gambaran tentang banyaknya anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu. Tabel 4.1 Angka Partisipasi Kasar Penduduk Menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Bengkayang Tahun 2006 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) SD 95,60 96,79 96,16 SLTP 63,08 67,98 65,32 SLTA 50,35 54,19 52,00 Sumber: BPS Kabupaten Bengkayang, diolah dari Susenas 2006 Berdasarkan hasil Susenas 2006, pada jenjang pendidikan sekolah dasar, angka partisipasi kasar (APK) Kabupaten Bengkayang adalah sebesar 96 yang artinya bahwa pada tahun 2006 terdapat sebanyak 96 murid sekolah dasar dari 100 penduduk usia 7-12 tahun. Dilihat menurut jenis kelamin, angka partisipasi kasar perempuan lebih tinggi dibandingkan lakilaki. Angka partisipasi kasar untuk tingkat sekolah menengah pertama pada tahun yang sama adalah sebesar 65 yang artinya dari 100 penduduk usia tahun, ditemui 65 yang berstatus murid SLTP. Selanjutnya, angka partisipasi kasar untuk tingkat sekolah menengah atas adalah sebesar 52 pada tahun 2006 yang artinya pada tahun 2006, dari 100 penduduk usia tahun, terdapat 52 orang yang berstatus sebagai murid SLTA. Jika dilihat menurut jenis

37 kelamin, angka partisipasi kasar pada jenjang sekolah menengah baik menengah pertama maupun menengah atas angkanya lebih besar perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Angka partisipasi kasar laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan di semua tingkat pendidikan mengindikasikan bahwa partisipasi sekolah perempuan di semua tingkat masih lebih baik jika dibandingkan dengan laki-laki. Faktor yang dimungkinkan menjadi penyebabnya adalah untuk anak-laki-laki setelah tamat SD cenderung untuk bekerja membantu orang tua, apalagi sebagian besar masyarakat Kabupaten Bengkayang bekerja di sektor pertanian yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Namun demikian perlu dikaji lebih dalam penyebab adanya tren penurunan partisipasi sekolah ini lebih lanjut. Adanya pola angka partisipasi kasar yang semakin rendah seiring dengan semakin tingginya jenjang pendidikan salah satunya dipengaruhi oleh masih kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pendidikan. Selain itu, kondisi sosial ekonomi yang serba paspasan dan rata-rata jumlah anggota keluarga yang masih relatif banyak mendorong pendidikan yang dimiliki masih relatif rendah. Dengan kata lain, semakin sedikit penduduk yang mengenyam pendidikan seiring dengan semakin tinggi jenjang pendidikannya Angka Partisipasi Murni Angka partisipasi murni menunjukkan proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Angka partisipasi murni akan selalu lebih rendah dibandingkan angka partisipasi kasar karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. Angka partisipasi murni membatasi usia murid sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikannya sehingga angkanya lebih kecil. Indikator angka partisipasi murni dapat memberikan gambaran yang lebih baik daripada angka partisipasi kasar karena indikator ini memberikan gambaran kekonsistenan antara umur penduduk dengan pendidikan yang disarankan untuk usia yang bersangkutan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI RAYA KEPULAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dengan luasnya wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KAECAMATAN TUJUH BELAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KAECAMATAN TUJUH BELAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KAECAMATAN TUJUH BELAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dengan luasnya wilayahnya Kabupaten

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Perusahaan Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Di tengah maraknya persaingan global, peningkatan kualitas sumber daya manusia sangatlah penting. Dengan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN LEMBAH BAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN LEMBAH BAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN LEMBAH BAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dengan luasnya wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SUNGAI BETUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Barat Setelah era reformasi yang menghasilkan adanya otonomi daerah, maka daerah administrasi di Provinsi Kalimantan Barat yang telah mengalami

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN

STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN Katalog:3311006.6102 Katalog:3311006.6102 STATISTIKPENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN BENGKAYANG 2015 Statistik Penggunaan Lahan Kabupaten Bengkayang 2015 ISSN : 2540-8488 No Publikasi : 61020.1639 Katalog :

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografi dan Iklim Kota Madiun Gambar 4.1. Peta Wilayah Kota Madiun Kota Madiun berada di antara 7 o -8 o Lintang Selatan dan 111 o -112 o Bujur Timur. Kota Madiun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif 2.1.1 Geografis Kabupaten Bengkayang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten terletak di

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 Statistik Daerah Kecamatan Batam Kota Kota Batam 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 No Publikasi : 2171.14.26 Katalog BPS : 1102001.2171.051 Ukuran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014

Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014 Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014 DESKRIPTIF SINGKAT Pada bagian ini akan membahas beberapa angka penting dari hasil pengolahan data proyeksi penduduk Kabupaten Murung Raya 2014. Pembahasan dilakukan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SAGULUNG 2015 No Publikasi : 2171.15.24 Katalog BPS : 1102001.2171.041 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 9 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI MODUL ONLINE 20.11 INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Materi-materi pembelajaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SIDING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SIDING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SIDING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Otonomi Daerah, maka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik serta sejalan dengan rekomendasi PBB mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, maka BPS menyelengarakan Sensus Penduduk 2010.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU

GAMBARAN UMUM. Kabupaten OKU Selatan merupakan pemekaran dari. Kabupaten Ogan Komering Ulu, terbentuknya Kabupaten OKU ` GAMBARAN UMUM Kabupaten OKU Selatan memiliki geografis perbukitan dengan luas 549.394 Ha yang terdiri dari 19 Kecamatan dan 259 Desa/Kelurahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 320.290

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan di Kabupaten Lombok Barat. 2. Melakukan analisis dan evaluasi terhadap situs kependudukan pada tingkat A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN penyajian data dan informasi perkembangan kependudukan terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci