OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH"

Transkripsi

1 OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN ENRICO SYAEFULLAH. Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya Sebelum Pemeraman Dengan Algoritma Genetika. Dibimbing oleh HADI K. PURWADARIA, SUTRISNO, SUROSO. Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik untuk pasar dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Pepaya merupakan salah satu buah tropis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi sebagai sumber pendapatan dan mempunyai peran penting dalam ketersediaan gizi. Masalah yang membatasi perdagangan buah-buahan adalah daya simpannya yang relatif singkat dan besarnya variasi tingkat ketuaan sehingga mutunya tidak seragam. Penanganan pascapanen adalah tahapan kegiatan yang sangat penting dilakukan sejak produk dipanen hingga produk dipasarkan dan sampai di tangan konsumen. Metode pasca panen yang umum digunakan untuk memperpanjang umur simpan buah segar adalah penyimpanan dengan pendinginan dilanjutkan dengan pemeraman untuk mendapatkan buah matang yang seragam. Untuk memenuhi kebutuhan pasar modern dewasa ini diperlukan keadaan yang optimum pada penyimpanan buah pepaya sebelum pemeraman. Mutu buah yang diinginkan setelah penyimpanan dan pemeraman dapat diduga dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan dan optimasi keadaan penyimpanan sebelum pemeraman dapat dilakukan menggunakan algoritma genetika. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan optimasi keadaan penyimpanan buah pepaya IPB 1 sebelum pemeraman dengan algoritma genetika. Identifikasi tingkat ketuaan dan umur buah pada tingkat tua menggunakan pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan. Citra diproses menggunakan algoritma pengolahan citra. Algoritma pengolahan citra dibangun untuk 150 pepaya dari tiga tingkat ketuaan yaitu muda, tua dan lewat tua dan 150 pepaya dari tiga tingkat umur buah pada tingkat tua berdasar pada umur petiknya. Indeks warna dan tekstur didapat dari citra pepaya menggunakan algoritma pengolahan citra yang dibangun. Hasil pengolahan citra digunakan sebagai input untuk membangun jaringan syaraf tiruan yang dimodelkan dengan 7 input dengan tingkat ketuaan dan umur buah pada tingkat tua sebagai output. Perlakuan suhu penyimpanan pada beberapa tingkat tua buah menggunakan buah pepaya dengan tingkat tua 0% dan10%. Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan buah pepaya. Buah dimasukkan ke dalam chamber dan ditempatkan dalam lemari pendingin masing-masing bersuhu 10 o C dan 15 o C dan suhu ruang. Pengamatan terhadap laju respirasi, kekerasan, total padatan terlarut, warna dan susut bobot dilakukan secara periodik. Model disusun berdasarkan data hasil penelitian terhadap perubahan mutu pepaya IPB 1 selama penyimpanan. Penyusunan model laju perubahan mutu pepaya IPB 1 dilakukan dengan menggunakan persamaan Arrhenius. Perlakuan konsentrasi etilen dan suhu pemeraman dilakukan dengan cara pepaya disimpan selama 10 hari. Setelah penyimpanan hari ke-10 pepaya diberi pelakuan etilen dengan konsentrasi 0, 100 dan 200 ppm untuk diperam pada suhu 20ºC, 25ºC, dan suhu ruang selama 24 jam. Pendugaan parameter mutu buah pepaya IPB 1 dengan metode near infrared. Sistem NIR dikembangkan dan digunakan masing-masing untuk 100 pepaya pada panjang gelombang nm, data direkam pada interval 5 nm. Analisis data

3 meliputi kalibrasi dan validasi data absorbansi (Log 1/R) dengan beberapa metode yaitu Stepwise Multiple Linier Regression, Principal Component Regression, dan Partial Least Squares. Data dari seluruh sampel yang diukur dibagi dua bagian yaitu untuk proses kalibrasi dan untuk proses validasi. Optimasi keadaan penyimpanan buah pepaya menggunakan buah pepaya IPB 1 pada tingkat tua 0% dan10%. Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang masa simpan buah pepaya sebelum dilakukan proses pemeraman. Buah pepaya dimasukkan ke dalam lemari pendingin bersuhu 10ºC dan 15 o C selama 10, 12, 14, 16, 18 dan 20 hari. Pemeraman buah pepaya bertujuan agar pepaya matang seragam dengan kondisi yang baik. Pepaya yang telah disimpan pada suhu 10ºC dan 15 o C dimasukkan dalam chamber dan diberi perlakuan etilen dengan konsentrasi 100 ppm. Selanjutnya pepaya diperam pada suhu 20ºC selama 24 jam. Kemudian pada suhu ruang dilakukan pengamatan laju respirasi setiap 6 jam dan pengukuran kekerasan, warna, total padatan terlarut, susut bobot dan uji organoleptik setiap hari. Model jaringan syaraf tiruan yang dikembangkan untuk menduga mutu buah pepaya setelah penyimpanan dan pemeraman menggunakan algoritma backpropagation yang terdiri dari tiga layer yaitu input layer, hidden layer dan output layer. Data yang digunakan sebagai input layer adalah data suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan tingkat tua. Sedangkan sebagai output layer adalah warna buah, susut bobot, total padatan terlarut dan kekerasan buah. Hasil dari jaringan syaraf tiruan ini adalah nilai pembobot yang menghubungkan input dan output. Model algoritma genetika yang dikembangkan bertujuan untuk mendapatkan suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan tingkat tua yang optimal didapatkan dari warna kulit buah, nilai total padatan terlarut, kekerasan dan susut bobot yang sesuai. Pada kasus ini dicari nilai suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan tingkat tua yang optimal. Buah pepaya matang dengan baik apabila nilai suhu, lama penyimpanan dan tingkat tua optimal. Adapun sebagai input dari algoritma genetika ini adalah nilai warna, nilai total padatan terlarut, nilai susut bobot dan nilai kekerasan buah. Sedangkan sebagai output adalah adalah suhu penyimpanan, lama penyimpanan, tingkat tua buah pepaya IPB 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan konstanta laju pembelajaran 0.6, konstanta momentum sebesar 0.5, nilai fungsi aktivasi 1 dan dilatih sampai iterasi serta 3 lapisan tersembunyi pada jaringan syaraf tiruan yang digunakan diperoleh tingkat keakuratan yang tinggi mencapai 97.89% dan 100% pada klasifikasi pepaya berdasarkan tingkat ketuaan dan umur buah pada tingkat tua. Model hubungan suhu penyimpanan dengan perubahan mutu selama penyimpanan menghasilkan persamaan k = 1.53 x e (1/T) untuk kekerasan pepaya 0% ; k = 9.73 x e (1/T) untuk kekerasan pepaya 10%; k = 3.69 x 10-5.e (1/T) untuk TPT pepaya 0%; k = 3.38 x 10-4.e (1/T) untuk TPT pepaya 10%; k = 1.87 x e 14435(1/T) untuk warna pepaya 0%; dan k = 2.85 x e 14531(1/T) untuk warna pepaya 10%. Parameter mutu yang paling baik pada pemeraman yaitu buah pepaya yang diperam pada suhu 20 0 C dan konsentrasi etilen 100 ppm. Validasi pada pendugaan total padatan terlarut menghasilkan standar error (SE), coefficient of variation (CV) dan rasio antar standar deviasi dengan standar error (SD/SE) berturut sebesar 0.25, 2.51%, dan 3.07 untuk metode SMLR; 0.42, 4.21%, dan 1.83 untuk metode PCR, serta 0.49, 4.867%, dan 1.59 untuk metode PLS. Sedangkan pada validasi pendugaan kekerasan adalah 0.35, 0.14%, dan 3.1 untuk metode SMLR; 0.87, 76.64%,

4 dan 0.97 untuk metode PCR; serta 0.56, 49.84%, dan 1.49 untuk metode PLS. Laju respirasi buah pepaya dengan tingkat tua 0% selama penyimpanan 20 hari pada suhu 10 o C sebesar 4.38 ml CO 2 /kg/jam, pada suhu 15 o C sebesar 6.48 ml CO 2 /kg/jam, sedangkan pada suhu ruang sebesar ml CO 2 /kg/jam. Laju respirasi buah pepaya dengan tingkat tua 10% selama penyimpanan pada suhu 10 o C sebesar ml CO 2 /kg/jam, pada suhu 15 o C sebesar ml CO 2 /kg/jam dan pada suhu ruang sebesar ml CO 2 /kg/jam. Hasil algoritma genetika dapat menentukan berbagai suhu dan lama penyimpanan optimum untuk berbagai tingkat tua pepaya. Untuk penyimpanan pepaya IPB 1 pada tingkat tua 5% (117 hsa) disarankan kombinasi suhu penyimpanan o C dan lama penyimpanan 274 jam agar memperoleh mutu buah pepaya yang disukai konsumen setelah pemeraman. Kata kunci : pepaya, optimasi, keadaan penyimpanan, pemeraman, pengolahan citra, jaringan syaraf tiruan, algoritma genetika

5 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan optimasi keadaan penyimpanan buah pepaya sebelum pemeraman dengan algoritma genetika. Pada tahap pertama penelitian prediksi umur dan ketuaan pepaya IPB 1 dengan pengolahan citra dan jaringan syaraf tiruan memperoleh ketepatan 100%. TPT dan kekerasan pepaya IPB 1 dapat diduga dengan teknologi NIR dan metode analisis SMLR dengan standar error, CV dan rasio SD/SE adalah 0.25, 2.51%, dan 3.07 untuk TPT dan 0.35, 0.14%, dan 3.1 untuk kekerasan. Optimasi keadaan penyimpanan sebelum pemeraman pepaya IPB 1 dengan tingkat tua 0% dan 10% dilakukan berdasarkan waktu simpan selama 10, 12, 14, 16, 18 dan 20 hari pada suhu 10 o C dan 15 o C. Kemudian buah pepaya dimatangkan menggunakan etilen 100 ppm dan suhu pemeraman 20 o C. Hasil algoritma genetika dapat menentukan berbagai suhu dan lama penyimpanan optimum untuk berbagai tingkat tua pepaya. Kata kunci : pepaya, optimasi, keadaan penyimpanan, pemeraman, pengolahan citra, jaringan syaraf tiruan, algoritma genetika

6 ABSTRACT The objective of this research was to determine the optimum storage condition for papaya fruit prior to ripening using genetic algorithms. In the previous step, image processing was applied along with neural network program to classify papaya based on their maturity and harvest time. The developed neural network program was capable to classify papaya with 100% accuracy. Prediction of total soluble solid has standard error (SE), coefficient of variation (CV) and the ratio of standard deviation over the standard error prediction (SD/SE) of 0.25, 2.51% and 3.07 respectively for a Stepwise Multiple Linier Regression (SMLR). Similarly, the validation for hardness were 0.35, 0.14%, and 3.1 for the related parameters. The storage conditions applied to papaya IPB 1 prior to ripening were 10, 12, 14, 16, 18 and 20 days in 10 o C and 15 o C with an ethylene trigger 100 ppm and 20 o C ripening temperature for the ripening process. The genetic alghorthms was capable to determine the optimum temperature and storage time at various maturity of fruit for papaya prior to ripening. Key words : papaya, optimum, storage condition, ripening, image processing, artificial neural network, genetic algorithms

7 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul : Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya Sebelum Pemeraman Dengan Algoritma Genetika adalah bener merupakan hasil karya saya sendiri dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada peguruan tinggi manapun. Semua sumber daya dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, September 2008 Enrico Syaefullah Nrp.F

8 Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

9 OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH Disertasi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

10 Judul Disertasi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya Sebelum Pemeraman Dengan Algoritma Genetika : Enrico Syaefullah : F Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Hadi K Purwadaria, M.Sc. Ketua Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr. Anggota Dr. Ir. Suroso, M.Agr. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : Tanggal Lulus : 29 Agustus 2008

11 Penguji Luar Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MAgr Penguji Luar Ujian Terbuka : 1. Prof. Dr.Ir. Roedy Poerwanto, MSc 2. Dr. Ir. Winarno, MSc

12 PRAKATA Bismillaahirrahmanirrahiim. Alhamdulillaahirabbil alamin. Dengan segala kerendahan hati penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi yang berjudul Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya Sebelum Pemeraman Dengan Algoritma Genetika. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang tulus serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Hadi K. Purwadaria, MSc., selaku ketua komisi pembimbing, Dr. Ir. Sutrisno M.Agr, Dr. Ir. Suroso M.Agr masing-masing sebagai anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan, arahan, saran dan dukungan yang tidak terhingga sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. 2. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, M.Agr, Prof. Dr. Ir. Roedy Poerwanto, M.Sc. dan Dr. Ir. Winarno yang telah memberi banyak masukan sebagai dosen penguji di ujian tertutup dan ujian terbuka. 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodipuro, MS, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Dr. Ir. Sam Herodian, Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Dr. Ir. Sugiyono, Ketua Program Studi Keteknikan Pertanian Prof. Dr. Ir. Armansyah H. Tambunan beserta staf pengajar yang telah memberi ilmu dan bimbingan kepada penulis selama menimba ilmu di IPB. 4. Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Gatot Irianto, Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Dr. Ir. Muhrizal, Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Dr. Ir. Masganti atas ijin, kesempatan dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S3.

13 5. Pengelola Program Insentif Riset Terapan di Kementerian Negara Riset dan Teknologi serta LPPM-IPB, Pengelola Yayasan Damandiri atas bantuan dana penelitiannya. 6. Ayahanda Drs H. Suharna A. Rasjid dan Ibunda Hj. Siti Maemunah, Ayah Chairul M Saad dan Ibu Melati kecintaan dan rasa hormat penulis persembahkan atas ketulusan dalam doa dan pengorbanan yang tiada tara. 7. Istri tercinta Maya Hairina SP, ananda tersayang Shofiatasya Qonitatussakinah dan Muhammad Zaky Nur Ilmi yang bersamanya selalu tercipta bahagia dalam suka dan duka. Juga Yudha, Levy dan Brian, Yopie, Kak Desi, Bang Adi, Roby dan Elma serta Noval yang telah memberikan dorongan moral dan materil sehingga perjuangan ini dapat diselesaikan. 8. Pak Sulyaden, Pak Sugiyono, Warji, Slamet, Rudi, Renato dan rekan-rekan yang dengan tulus ikhlas membantu dari awal kuliah sampai akhir penulisan disertasi. Demikian juga kepada semua pihak yang banyak membantu penulis selama mengikuti pendidikan sampai selesainya disertasi ini, dihaturkan banyak terima kasih, semoga Allah membalas kebaikan kita semua. Akhirnya semoga disertasi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas. Bogor, September 2008

14 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bekasi pada 4 April 1973 sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Drs. H. S.A. Rasjid dan Hj. Siti Maemunah. Pada tahun 1997 penulis lulus sebagai Sarjana Teknologi Pangan pada Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Pada tahun 2002 melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi Pasca Panen dan lulus pada tahun Studi S3 pada Program Studi Ilmu Keteknikan Pertanian mulai ditempuh tahun ajaran 2004/2005 dengan biaya sendiri. Sejak tahun 1999 penulis bertugas sebagai staf peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah. Selama bekerja sebagai staf peneliti di BPTP Kalimantan Tengah penulis pernah menjadi Ketua Tim Pengkajian Pascapanen Buah-buahan di Kalimantan Tengah Publikasi ilmiah yang telah diterbitkan selama dua tahun terakhir, adalah (1) Identifikasi Tingkat Ketuaan dan Kematangan Pepaya (Carica papaya L.) IPB 1 Dengan pengolahan Citra Digital dan Jaringan Syaraf Tiruan (Agritech Vol. 27 No.2 Juni 2007 Fateta UGM Yogyakarta) dan (2) Penentuan Parameter Mutu Pepaya IPB 1 Secara Non Destruktif (Prosiding Seminar Nasional Ketahanan Pangan PERTETA 2007 Unila Lampung). Kedua publikasi ilmiah tersebut telah dipresentasikan secara oral dalam Seminar PERTETA (Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia) di Yogyakarta dan Lampung.

15 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Pepaya Penyimpanan Pemeraman Respirasi Hubungan Etilen dengan Pematangan Buah Teknologi Near Infrared (NIR) Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Pengolahan Citra (Image Processing) Algoritma Genetika (AG) III. METODE PENELITIAN Tempat, Bahan dan Alat Penelitian Identifikasi Ketuaan Perlakuan Suhu Pada Beberapa Tingkat Tua Perlakuan Konsentrasi Etilen dan Suhu Pemeraman Pengukuran TPT dan Kekerasan dengan NIR Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Ketuaan Perlakuan Suhu Pada Beberapa Tingkat Tua Perlakuan Konsentrasi Etilen dan Suhu Pemeraman Pengukuran TPT dan Kekerasan dengan NIR Optimasi Keadaan Penyimpanan Buah Pepaya V. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

16 DAFTAR TABEL Teks Halaman Tabel 1. Kriteria mutu buah pepaya malang segar (SNI )... 7 Tabel 2. Tabel keluaran JST tingkat ketuaan pepaya IPB Tabel 3. Tabel keluaran JST umur buah pepaya IPB Tabel 4. Hasil Perhitungan statistik indeks warna merah buah pepaya pada berbagai tingkat ketuaan Tabel 5. Hasil validasi tingkat ketuaan buah pepaya dengan JST Tabel 6. Hasiil perhitugnan statistik indeks warna merah buah pepaya pada berbagai umur buah Tabel 7. Hasil validasi umur buah pada tingkat tua dengan JST Tabel 8. Laju respirasi selama penyimpanan buah pepaya IPB Tabel 9. Perubahan kekerasan buah pepaya selama penyimpanan Tabel 10. Perubahan TPT buah pepaya selama penyimpanan Tabel 11. Perubahan derajat warna kuning (b*) pepaya selama penyimpanan Tabel 12. Persamaan regresi perubahan kekerasan, total padatan terlarut pepaya IPB 1 selama penyimpanan Tabel 13. Nilai E/R, dan k 0 untuk kekerasan dan total padatan terlarut pepaya IPB 1 selama penyimpanan Tabel 14. Nilai r dan RMSE model perubahan mutu selama penyimpanan Tabel 15. Hasil analisis data total padatan terlarut dengan metode Stepwise Multiple Linier Regression (SMLR) Tabel 16. Hasil analisis data kekerasan buah pepaya dengan metode Stepwise Multiple Linier Regression (SMLR) Tabel 17. Variasi komponen utama nilai absorbansi NIR Tabel 18. Hasil analisis data TPT buah pepaya dengan metode Principal Component Regression (PCR) Tabel 19. Variasi komponen utama nilai absorbansi NIR Tabel 20. Hasil analisis data kekerasan buah pepaya dengan metode Principal Component Regression (PCR) Tabel 21. Hasil analisis data TPT buah pepaya metode Partial Least Squares (PLS) Tabel 22. Hasil analisis data kekerasan buah pepaya metode Partial Least Squares (PLS) Tabel 23. Perbandingan hasil kalibrasi dan validasi TPT metode SMLR, PCR, dan PLS Tabel 24. Perbandingan hasil kalibrasi dan validasi kekerasan metode SMLR, PCR, dan PLS Tabel 25. Parameter training JST Tabel 26. Parameter AG viii

17 DAFTAR GAMBAR Teks Halaman Gambar 1. Buah dan daging buah pepaya varietas IPB Gambar 2. Waktu pencapaian klimakterik dengan produksi etilen selama penyimpanan Gambar 3. Fase dari periode klimakterik (Watada et al. 1984, diacu dalam Sutrisno, 1994) Gambar 4. Model fisik proses respirasi sistem pemeraman pada ruang pemeraman tertutup Gambar 5. Proses binerisasi dan thresholding citra buah pepaya Gambar 6. Arsitektur jaringan syaraf tiruan Gambar 7. Model JST untuk menduga tingkat ketuaan buah pepaya Gambar 8. Model JST untuk menduga umur buah pada tingkat tua Gambar 9. Model JST untuk pendugaan mutu buah hasil penyimpanan Gambar 10. Sebaran nilai indeks warna merah untuk tingkat ketuaan Gambar 11. Sebaran indeks warna merah untuk umur buah Gambar 12. Grafik laju respirasi pepaya IPB 1 selama penyimpanan Gambar 13. Grafik perubahan indeks warna merah pepaya IPB 1 selama penyimpanan Gambar 14. Grafik susut bobot pepaya IPB 1 selama penyimpanan Gambar 15. Laju respirasi CO 2 pepaya IPB1 selama pemeraman dengan konsentrasi etilen (a). 100 ppm, (b). 200 ppm, (c). 0 ppm pada suhu 20 o C, 25 o C dan suhu ruang Gambar 16. Laju respirasi CO 2 pepaya IPB 1 selama pemeraman pada suhu (a). 20 o C, (b). 25 o C, dan (c). suhu ruang dengan konsentrasi etilen 100, 200, dan 0 ppm Gambar 17. Perubahan kekerasan pepaya IPB 1 selama penyimpanan dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 18. Perubahan TPT pepaya IPB 1 setelah penyimpanan dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 19. Perubahan susut bobot pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu 20 o C selama 10 hari dan diperam dengan konsentrasi etilen 0 ppm, pada suhu 20 o C, 25 o C dan pada suhu ruang Gambar 20. Nilai perbandingan derajat warna kuning pada image dengan chromameter ix

18 Gambar 21. Perubahan derajat warna kuning selama penyimpanan sampai pemeraman Gambar 22. Penilaian uji organoleptik terhadap warna kulit dan daging pepaya IPB 1 setelah pemeraman Gambar 23. Penilaian uji organoleptik terhadap aroma dan rasa pepaya IPB 1 setelah pemeraman Gambar 24. Penilaian uji organoleptik terhadap tekstur dan keseluruhan pepaya IPB 1 setelah pemeraman Gambar 25. Grafik absorbsi NIR pada beberapa sampel pepaya Gambar 26. Grafik perbandingan TPT dugaan NIR dengan TPT referensi pada tahap kalibrasi log (1/R) dan validasi log (1/R) dengan metode SMLR Gambar 27. Grafik perbandingan kekerasan dugaan NIR dengan kekerasan referensi pada tahap kalibrasi log (1/R) dan validasi log (1/R) dengan metode SMLR Gambar 28. Grafik perbandingan TPT dugaan NIR dengan TPT referensi tahap kalibrasi log (1/R) dan validasi (1/R) dengan metode PCR Gambar 29. Grafik perbandingan kekerasan dugaan NIR dengan kekerasan referensi pada tahap kalibrasi log (1/R) dan validasi (1/R) dengan metode PCR Gambar 30. Grafik perbandingan TPT dugaan NIR dengan TPT referensi pada tahap kalibrasi log (1/R) dan validasi (1/R) dengan metode PLS Gambar 31. Grafik perbandingan kekerasan dugaan NIR dengan kekerasan referensi pada tahap kalibrasi log (1/R) dan validasi (1/R) dengan metode PLS Gambar 32. Laju respirasi selama penyimpanan 10 hari (a) dan 12 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 33. Laju respirasi selama penyimpanan 14 hari (a) dan 16 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 34. Laju respirasi selama penyimpanan 18 hari (a) dan 20 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 35. Perubahan warna pepaya selama penyimpanan 10 hari (a) dan 12 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 36. Perubahan warna pepaya selama penyimpanan 14 hari (a) dan 16 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 37. Perubahan warna pepaya selama penyimpanan 18 hari (a) dan 20 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman x

19 Gambar 38. Perubahan kekerasan pepaya selama penyimpanan 10 hari (a) dan 12 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 39. Perubahan kekerasan pepaya selama penyimpanan 14 hari (a) dan 16 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 40. Perubahan kekerasan pepaya selama penyimpanan 18 hari (a) dan 20 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 41. Perubahan TPT pepaya selama penyimpanan 10 hari (a) dan 12 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 42. Perubahan TPT pepaya selama penyimpanan 14 hari (a) dan 16 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 43. Perubahan TPT pepaya selama penyimpanan 18 hari (a) dan 20 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 44. Susut bobot pepaya selama penyimpanan 10 hari (a) dan 12 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 45. Susut bobot pepaya selama penyimpanan 14 hari (a) dan 16 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 46. Susut bobot pepaya selama penyimpanan 18 hari (a) dan 20 hari (b) dilanjutkan dengan pemeraman Gambar 47. Grafik hubungan kekerasan (a) dan TPT (b) hasil pendugaan JST dan hasil pengamatan pada saat training Gambar 48. Grafik hubungan warna (a) dan susut bobot (b) hasil pendugaan JST dan hasil pengamatan pada saat training Gambar 49. Grafik perubahan nilai fitness selama proses optimasi Gambar 50. Grafik perubahan nilai optimal suhu penyimpanan selama proses optimasi Gambar 51. Grafik perubahan nilai optimal lama penyimpanan selama proses optimasi Gambar 52. Grafik perubahan nilai optimal tingkat tua selama proses optimasi Gambar 53. Tampilan hasil optimasi suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan tingkat tua dengan AG xi

20 DAFTAR LAMPIRAN Teks Halaman Lampiran 1. Data hasil pengolahan citra papaya IPB Lampiran 2. Data pelatihan dan validasi untuk pendugaan tingkat ketuaan Lampiran 3. Data pelatihan dan validasi untuk pendugaan umur buah Lampiran 4. Analisis sidik ragam organoleptik skor warna kulit buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman Lampiran 5. Analisis sidik ragam organoleptik skor warna daging buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman Lampiran 6. Analisis sidik ragam organoleptik skor aroma buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman Lampiran 7. Analisis sidik ragam organoleptik skor rasa buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman Lampiran 8. Analisis sidik ragam organoleptik skor tekstur buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman Lampiran 9. Analisis sidik ragam organoleptik skor keseluruhan penerimaan buah pepaya IPB 1 setelah pemeraman Lampiran 10. Data mutu fisik buah papaya IPB 1 sebagai data training Lampiran 11. Hasil training model pendugaan mutu fisik buah pepaya IPB Lampiran 12. Populasi awal proses optimasi Lampiran 13. Perubahan nilai fitness selama proses optimasi Lampiran 14. Populasi akhir proses optimasi xiii

21 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Buah-buahan merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik untuk pasar dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Pepaya merupakan salah satu buah tropis yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berpotensi sebagai sumber pendapatan dan mempunyai peran penting dalam ketersediaan gizi. Pepaya (Carica papaya) merupakan salah satu tanaman buah yang sangat penting dalam pemenuhan kalsium dan sumber vitamin A dan C (Nakasome dan Paull, 1998). Selain dikonsumsi sebagai buah segar, buah pepaya yang masak dapat diolah menjadi minuman penyegar, dan sebagai bahan baku industri makanan (Villegas, 1997). Getah pepaya (papain) mengandung enzim proteolitik, dapat digunakan sebagai pelunak daging. Villegas (1992) menyatakan bahwa karpaina yang terkandung dalam daun pepaya berguna untuk mengurangi gangguan jantung, obat anti amuba, serta biji buah pepaya dapat digunakan sebagai obat peluruh kencing. Sebagai buah segar yang tidak mengenal musim di Indonesia tanaman pepaya dapat tumbuh di semua daerah, produksi pepaya di Indonesia dari tahun 2002 sampai tahun 2006 sebesar ton, ton, ton, ton, ton, dengan total ekspor pada tahun 2006 sebesar kg yang bernilai USD (Departemen Pertanian, 2007). Salah satu jenis pepaya unggul yang dikembangkan di Indonesia adalah pepaya IPB 1. Pepaya IPB 1 yang lebih dikenal dengan nama Arum memiliki kulit buah yang berwarna hijau muda, berubah menjadi kuning pada bagian ujungnya ketika mulai matang. Daging buah matang berwarna kuning sampai jingga kemerahan serta memiliki aroma yang khas. Bentuk buah lonjong, ukuran buah kecil, panjang buah ± 14 cm, diameter buah ±10 cm, dan bobot per buah ±500 gr (Dirjen Hortikultura, 2005). Pepaya IPB 1 berasal dari indukan pepaya eksotika yang diperoleh dari rangkaian penelitian pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh Pusat Kajian Buah-Buahan Tropis (PKBT) IPB (Pusat Kajian Buah-Buahan Tropis, 2004).

22 Masalah yang membatasi perdagangan buah-buahan adalah daya simpannya yang relatif singkat dan besarnya variasi tingkat kematangan sehingga mutunya tidak seragam. Umumnya, pedagang dan pemasok membeli buah-buahan dari petani saat buah tersebut cukup tua tapi belum matang dengan harapan dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi segar, kualitas kematangan seragam dan siap dikonsumsi. Kenyataannya, masalah ketidakseragaman kematangan buah sering terjadi karena kurangnya kendali proses pascapanen. Penanganan pascapanen adalah tahapan kegiatan yang sangat penting dilakukan sejak produk dipanen hingga produk dipasarkan dan sampai di tangan konsumen. Penanganan pascapanen harus dapat mempertahankan mutu, kesegaran, keseragaman buah serta kandungan vitamin dan mineral, sehingga dapat diterima konsumen dan dapat disimpan lebih lama. Adapun beberapa kegiatan pascapanen yang perlu diperhatikan yaitu pengemasan, pengangkutan, perlakuan panas, penyimpanan, dan pemeraman. Setelah dipanen buah pepaya tetap melakukan kegiatan metaboliknya seperti respirasi, fotosintesis dan transpirasi. Respirasi merupakan kegiatan metabolik oksidatif yang penting dalam fisiologi pascapanen. Menurut Pantastico (1989), sebagian besar perubahan fisikokimia buah pascapanen berhubungan dengan respirasi seperti proses pemeraman, pembentukan aroma dan kemanisan, pelunakan daging buah dan penurunan nilai mutu. Sebagai buah klimakterik, kenaikan pola respirasi buah pepaya dapat digunakan sebagai acuan untuk waktu simpan dan pemeraman. Buah pepaya mudah mengalami kerusakan setelah pemanenan baik kerusakan fisik, mekanis maupun kerusakan mikrobiologis. Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen yang selalu terkait dengan faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan nilai komditas yang disimpan. Tujuan utama penyimpanan buah segar adalah pengendalian laju transpirasi dan respirasi (Pantastico 1989). Peranan penyimpanan antara lain dalam hal penyelamatan dan pengamanan hasil panen, juga memperpanjang waktu simpan, terutama untuk komoditas hortikultura. Umur pemasaran pepaya dapat diperpanjang dengan metode penyimpanan yang tepat. Kondisi optimal untuk penyimpanan pepaya adalah kondisi yang memungkinkan buah tersebut disimpan selama mungkin tanpa banyak 2

23 kehilangan citarasa, tekstur dan kadar air. Jangka waktu penyimpanan juga tergantung dengan aktivitas respirasi, ketahanan terhadap kehilangan air dan tanggapan terhadap mikroorganisme perusak. Kondisi lingkungan penyimpanan yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara pengendalian suhu, kelembaban, sirkulasi udara atau komposisi atmosfirnya. Pengontrolan suhu untuk mengendalikan laju respirasi produk hasil pertanian sangat penting artinya dalam usaha memperpanjang umur simpan produk tersebut. Metode yang umum digunakan adalah penyimpanan dengan pendinginan karena sederhana dan efektif. Selama penyimpanan dengan pendinginan diperlukan suhu yang tepat karena adanya kemungkinan komoditi mengalami kerusakan akibat suhu rendah (chilling injury). Buah-buahan tropika umumnya sensitif terhadap suhu dingin (Kays, 1991). Chilling injury adalah kerusakan karena penyimpanan di bawah suhu optimum yang dicirikan oleh bintik-bintik hitam atau coklat pada kulit buah, pembentukan warna kulit yang tidak sempurna dan pematangan yang tidak normal. Pemeraman buah pepaya mempunyai arti penting sebagai suatu usaha mengatur proses pematangannya (mempercepat atau memperlambat) pepaya agar diperoleh buah pepaya dengan tingkat kematangan yang seragam. Secara komersial, pemeraman dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar terhadap buah yang masak optimum. Untuk mempercepat proses pemeraman dapat dilakukan dengan cara memberikan bahan kimia tertentu yang berefek fisiologis terhadap buah-buahan. Gas etilen (C 2 H 4 ) merupakan salah satu jenis bahan kimia yang banyak digunakan sebagai pemicu proses pemeraman. Respirasi erat kaitannya dengan suhu penyimpanan serta responsip terhadap pemberian hormon pematangan yaitu etilen. Jika dapat diketahui hubungan proses fisiologis buah pepaya dan perubahan mutunya, maka akan memegang peran penting dalam sistem penyimpanan dan pemeraman buah pepaya. Dengan demikian produsen buah pepaya dapat memperkirakan batas tolerasi penyimpanan, dan waktu pemberian etilen yang tepat agar buah menjadi matang seragam dan masih berada dalam karakteristik mutu yang baik saat sampai di tempat pemasaran atau negara tujuan. Pengontrolan pematangan dalam pemeraman relatif mudah dilakukan, terutama untuk buah-buahan klimakterik, yakni dengan jalan mengatur waktu terjadinya puncak klimakterik. Secara 3

24 teoritik, pengontrolan pematangan dilakukan dengan perlakuan suhu ruang penyimpanan pada suatu tingkat tertentu tanpa menimbulkan kerusakan buah-buahan tersebut dan pemberian etilen yang berefek fisiologis terhadap buah-buahan. Buah pepaya yang dipanen harus memiliki keseragaman produk yang dicirikan dengan tingkat ketuaan. Selama ini petani dan pedagang pengumpul buah pepaya mengidentifikasi tingkat ketuaan menggunakan prosedur analisis warna kulit secara visual mata manusia dengan segala keterbatasannya. Menurut Pantastico (1989) batas antara stadium kematangan buah sukar ditentukan dengan mata telanjang, sehingga seringkali penentuan ketuaan bersifat subjektif. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode yang dapat menjamin tingkat ketuaan buah pepaya. Metode non konvensional yaitu menggunakan pengolahan citra digital dan data yang dihasilkan akan diproses secara pembelajaran dengan jaringan syaraf tiruan (JST) yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat ketuaan buah pepaya. Secara umum penilaian kualitas internal buah pepaya dilakukan dengan mencicipi rasa atau dengan tes laboratorium secara destruktif. Penilaian dengan cara visual sulit mengetahui kualitas internal buah sedangkan penilaian dengan mencicipi buah atau secara test laboratorium akan merusak buah. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk menentukan faktor mutu produk pertanian adalah Near Infrared (NIR). Teknologi ini dapat digunakan untuk mengukur kualitas internal maupun eksternal seperti kadar air, kekerasan, kadar gula, kememaran dan komposisi kimia dari produk pertanian. NIR merupakan salah satu metode pengukuran non destruktif yang dapat menganalisa dengan kecepatan tinggi, tidak menimbulkan polusi, penggunaan preparat contoh yang sederhana dan tidak menggunakan bahan kimia. Untuk memenuhi kebutuhan pasar modern dewasa ini diperlukan keadaan yang optimum pada penyimpanan buah pepaya sebelum pemeraman. Mutu buah yang diinginkan setelah penyimpanan dan pemeraman dapat diduga dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan (JST) dan optimasi keadaan penyimpanan sebelum pemeraman dapat dilakukan menggunakan algoritma genetika (AG). 4

25 JST dan AG merupakan metode yang tepat untuk memecahkan permasalahan dimana hubungan antara masukan dan keluaran tidak diketahui dengan jelas. Kemampuan JST dalam mempelajari hubungan input dan output yang sangat kompleks sangat cocok diterapkan untuk mengidentifikasi hubungan antara suhu penyimpanan, lama penyimpanan dan tingkat tua buah pepaya dengan kekerasan, total padatan terlarut (TPT), warna dan susut bobot buah. Sedangkan AG memiliki kemampuan untuk mengotimisasi dengan cara mencari nilai optimum dari sekumpulan solusi secara paralel (Goldberg, 1989) Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan optimasi keadaan penyimpanan buah pepaya sebelum pemeraman dengan algoritma genetika. Tujuan yang lebih spesifik adalah 1) mendapatkan metode penentuan tingkat ketuaan buah pepaya IPB 1 secara non konvensional dengan pengolahan citra digital dan jaringan syaraf tiruan. 2) mendapatkan model hubungan antara lama penyimpanan dan suhu penyimpanan terhadap perubahan mutu pepaya IPB 1. 3) mendapatkan konsentrasi etilen dan suhu pemeraman untuk mutu pepaya IPB 1. 4) menduga parameter mutu buah pepaya IPB 1 dengan metode near infrared. 5) mendapatkan keadaan penyimpanan optimum buah pepaya IPB 1 sebelum pemeraman dengan algoritma genetika Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan dukungan teknologi pascapanen pada suatu kegiatan agroindustri yang bergerak dalam produk segar buah pepaya IPB 1, baik untuk kepentingan pasokan pasar dalam negeri maupun ekspor. 5

26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) termasuk kelas Dicotyledoneae, Ordo Caricales, Famili Caricaceae dan Genus Carica. Pepaya merupakan tanaman herba dengan daun yang terletak pada ujung tanaman (roset). Semua bagian tanaman mengandung getah, daunnya tersusun secara spiral melingkari batang, lembaran daun bercelah-celah menjari. Batangnya tidak bercabang, bulat silindris dengan diameter sekitar 10 cm sampai dengan 30 cm dan dapat mencapai ketinggian antara 2 m sampai dengan 10 m (Villegas, 1997). Berdasarkan bunganya tanaman pepaya dapat digolongkan atas tiga tipe utama yaitu tanaman yang berbunga jantan, betina dan bunga hermaprodit (sempurna). Buah pepaya mempunyai sifat yang sangat khas yaitu merupakan buah buni, kulit luar tipis, daging buah tebal dengan rongga besar ditengah berasal dari bakal buah yang menumpang serta biji yang menempel pada daging buah (Pantastico, 1989). Buah mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Buah yang dihasilkan dari bunga betina berbentuk bulat, licin dan bertangkai pendek. Buah dari bunga hermaprodit berbentuk agak lonjong, berdaging tebal, berbiji banyak. Saat masak kulit buah berwarna kekuningan atau jingga (Villegas, 1997). Bobot buah bervariasi antara g tergantung pada lokasi tumbuhnya. Bobot buah pepaya dari bunga hermaprodit sekitar 350 g sedangkan dari bunga betina dapat mencapai bobot 500 g, sedangkan di Indonesia rata-rata untuk bobot buah pepaya solo sekitar 300 g (Yon, 1994). Pepaya termasuk jenis tanaman tropis basah dan memerlukan cahaya penuh. Buah pepaya yang mendapat cahaya penuh atau diproduksi pada musim kemarau akan memiliki penampilan yang lebih menarik, yaitu warna kulitnya kuning cerah dan penampilannya mulus. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman pepaya adalah 22 o -26 o C, suhu minimal 15 o C dan suhu maksimal 43 o C dengan curah hujan mm/tahun.

27 Dalam menentukan standar mutu buah pepaya digunakan Standar Nasional Indonesia SNI Pepaya malang segar digolongkan dalam 4 ukuran yaitu kelas A, B, C dan D berdasarkan berat tiap buah. Kelas A : Berat per buah 2.5 kg 3.0 kg Kelas B : Berat per buah 1.8 kg 2.4 kg Kelas C : Berat per buah 1.5 kg 1.7 kg Kelas D : Berat per buah < 1.5 kg atau > 3 kg Pada Tabel 1 di bawah ini dapat dilihat kriteria mutu buah pepaya malang segar berdasarkan SNI Tabel 1. Kriteria mutu buah pepaya malang segar (SNI ) No Kriteria mutu Mutu I Mutu II Mutu III 1 Tingkat ketuaan warna kulit 13 strip 2-3 strip 1 strip (jumlah strip warna jingga) 2 Kebenaran kultivar 97% 95% 90% 3 Keseragaman ukuran berat 97% 95% 90% 4 Keseragaman ukuran bentuk 97% 95% 90% 5 Buah cacat dan busuk 0% 0% 0% 6 Kadar kotoran 0% 0% 0% 7 Serangga hidup/mati 0% 0% 0% 8 Tingkat kesegaran segar100% segar<25% segar>25% Salah satu jenis pepaya yang dikembangkan saat ini adalah pepaya IPB 1. Pepaya IPB 1 (Gambar 1) yang lebih dikenal dengan nama Arum memiliki kulit buah yang berwarna hijau muda, berubah menjadi kuning pada bagian ujungnya ketika mulai matang. Daging buah matang berwarna kuning sampai jingga kemerahan serta memiliki aroma yang khas. Gambar 1. Buah dan daging buah matang pepaya varietas IPB 1 7

28 Bentuk buah lonjong, ukuran buah kecil, panjang buah ± 14 cm, diameter buah ±10 cm, dan bobot per buah ±500 g (Dirjen Hortikultura, 2005). Pepaya IPB 1 berasal dari indukan pepaya eksotika yang diperoleh dari rangkaian penelitian pemuliaan tanaman yang dilakukan oleh Pusat Kajian Buah-Buahan Tropis (PKBT) IPB (Pusat Kajian Buah- Buahan Tropis 2004). Lembaga Pemasaran Pertanian Persekutuan Malaysia (2004) mengeluarkan standar pengkelasan ukuran untuk pepaya eksotika MS Kelas XL (lebih besar) berat per buah >850 g Kelas L (besar) berat per buah g Kelas M (sedang) berat per buah g Kelas S (kecil) berat per buah g. Kader (1992b) menyatakan buah dan sayuran yang telah dipanen akan tetap hidup karena masih meneruskan reaksi-reaksi metabolisme dan masih mempertahankan sistem fisiologis sebagaimana saat masih melekat pada pohon induknya. Ryall dan Pentzer (1982) menyatakan bahwa selama proses pematangan, buah mengalami perubahan yang jelas yaitu kenaikan kadar gula, penurunan zat pati pada buah apel, pear, dan pisang, kenaikan kadar minyak/lemak pada buah alpukat, perubahan tekstur, penurunan kadar tanin dan rasa sepat, perubahan warna pada kulit dan daging buah, turunnya rasa asam diikuti perubahan karoten. Juga terjadi perubahan laju produksi CO 2 dan produksi etilen, pelunakan kulit daging buah, penurunan bobot, serta penurunan kadar air (Dominguez dan Vendrell, 1993; Moya-Leon dan Jhon, 1994). Buah yang matang mengalami banyak perubahan fisik dan kimia setelah dipanen, hal ini dapat mempengaruhi kualitas buah untuk dikonsumsi. Pada buahbuahan klimakterik, selama proses pematangan akan terjadi peningkatan respirasi dan produksi etilen sebelum mencapai penuaan. Proses respirasi dan transpirasi berpengaruh terhadap susut bobot buah. Selain dapat mengurangi bobot buah, kandungan air dari jaringan buah dapat mengakibatkan perubahan penampakan buah. Selain transpirasi, hidrolisis pati juga dapat menurunkan kandungan air buah. Buah yang banyak kehilangan 8

29 air menjadi tidak menarik, teksturnya jelek dan mutu atau kandungan gizinya menurun (Kader, 1992a). Perubahan warna kulit buah merupakan salah satu parameter dalam menentukan tingkat kematangan buah pepaya. Wills et al., (1989) menyatakan bahwa selama penyimpanan buah pepaya mengalami perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi kuning atau jingga. Hal ini disebabkan oleh penurunan klorofil dan terbentuknya karotenoid dalam jaringan buah. Karotenoid yang terdapat dalam buah atau sayuran terdiri atas karoten, xantofil, dan likopen. Karbohidrat utama yang terdapat pada buah pepaya adalah gula. Jenis gula yang dominan adalah sukrosa (48.3%), glukosa (29.8), dan fruktosa (21.9%) (Villegas, 1997). Pada saat buah pepaya masak, kadar gula dalam buah meningkat, hal ini disebabkan terjadinya hidrolisis polisakarida menjadi gula (Kader, 1992a). Selama pematangan kandungan total padatan terlarut (TPT) cenderung meningkat karena adanya metabolisme polisakarida dalam dinding sel. Arriola (1980) melaporkan bahwa pada buah pepaya matang terjadi peningkatan baik kandungan asam maupun TPT, namun kandungan gula jauh lebih tinggi dibandingkan kandungan asam organiknya sehingga rasa manis lebih dominan. Perubahan lain yang terjadi selama proses pematangan adalah perubahan tekstur buah. Pantastico (1989) menyatakan bahwa selama penyimpanan buah akan mengalami pembongkaran protopektin tidak larut menjadi asam pektat dan pektin yang mudah larut, sehingga ketegaran dinding sel menurun dan buah menjadi lunak atau masak. Arriola (1980) menyatakan bahwa buah pepaya pada saat mentah memiliki tekstur buah yang keras tetapi setelah matang buah menjadi lunak karena protopektin dalam buah terhidrolisis menjadi pektin. Pepaya mengalami kenaikan kandungan total pektin selama pematangan dan mencapai maksimum 2 hari sebelum buah matang. Almora et al., (2003) menyatakan bahwa kekerasan pepaya menurun selama proses pematangan, enzim hydrolitik aktif sejalan dengan kerusakan dinding sel dan penurunan tingkat kekerasan. 9

30 2.2. Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan penanganan pascapanen yang selalu terkait dengan faktor waktu, tujuan menjaga dan mempertahankan nilai komditas yang disimpan. Peranan penyimpaann antara lain dalam hal penyelamatan dan pengamanan hasil panen, juga memperpanjang waktu simpan, terutama untuk komoditas hortikultura. Selain itu penyimpanan juga dapat menghindarkan banjirnya produk ke pasar, memberi kesempatan yang luas untuk memilih buah-buahan dan sayur-sayuran sepanjang tahun. Penyimpanan adalah suatu cara menempatkan suatu komoditi di dalam ruangan pada suhu dan kelembaban optimal untuk menunggu proses selanjutnya. Jangka waktu penyimpanan juga tergantung dengan aktivitas respirasi, ketahanan terhadap kehilangan air dan tanggapan terhadap mikroorganisme perusak. Kondisi lingkungan penyimpanan yang diinginkan dapat diperoleh dengan cara pengendalian suhu, sirkulasi udara, kelembaban dan komposisi atmosfir. Tujuan utama penyimpanan buah segar adalah pengendalian laju transpirasi dan respirasi (Pantastico, 1989). Penyimpanan selain dilakukan pada suhu ruang bisa juga dilakukan di dalam lemari pendingin. Penyimpanan dingin adalah penyimpanan di bawah 15 o C dan di atas titik beku. Pendinginan akan mengurangi kelayuan karena kehilangan air, penurunan laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada bahan yang disimpan (Watkins, 1971). Apabila buah-buahan didinginkan, maka proses respirasi yang menyebabkan kehilangan CO 2 dapat dikurangi, tetapi peroses penguapan air justru dapat menajdi cepat terutama bila kelembaban relatif udara di bawah keadaan optimal (85-90%). Proses pendinginan yang kurang tepat akan menyebabkan buah-buahan mengalami kerusakan dingin yang disebut chilling injury (Winarno, 2002). Chilling injury adalah kerusakan karena penyimpanan suhu rendah yaitu di bawah suhu optimal yang dicirikan oleh bintik-bintik hitam atau coklat pada kulit buah. Chilling injury terjadi karena adanya kerusakan mitokondria sehingga produksi adenosin tri posphat (ATP) menurun, terakumulasinya senyawa etilen yang akan merangsang sintesa lignin (penyebab mengerasnya jaringan daging buah), timbulnya rasa pahit akibat terakumulasinya senyawa penol, meningkatnya asam organik chlorogenat dan 10

31 menurunnya vitamin C (Potter, 1978). Tiap-tiap jenis buah-buahan mempunyai batas ketahanan tertentu pada suhu dingin. Buah-buahan tropik umumnya sensitif terhadap suhu dingin (Kays, 1991). Pepaya merupakan buah yang relatif lebih mudah rusak dibandingkan dengan buah-buahan lainnya karena mempunyai kulit yang tipis (Broto et al., 1994). Jagtiani et al., (1998) menyatakan buah pepaya sensitif terhadap suhu rendah, dan chilling injury terjadi pada suhu dibawah 7 o C. Gejala chilling injury pada buah pepaya terjadi setelah 14 hari penyimpanan pada suhu 5 o C untuk buah hijau dan 21 hari untuk 60% buah menguning (Seymour et al., 1993). Pada buah pepaya ciri-ciri chilling injury adalah buah menjadi kehilangan flavour (rasa dan aroma) dan tampak keriput (Desroiser, 1988). Model Matematika Laju Perubahan Mutu Selama penyimpanan, mutu produk akan berubah karena adanya pengaruh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara. Melalui model matematika, pengamat dapat mengandaikan dan menduga laju perubahan mutu yang akan terjadi pada kondisi tertentu. Untuk menyusun model perubahan mutu diperlukan beberapa pengamatan parameter yang dapat diukur secara kuantitatif dan mencerminkan keadaan mutu produk yang diperiksa, misalnya hasil uji kimiawi, uji fisik, uji organoleptik dan uji mikrobiologis (Syarief dan Halid, 1991). Suhu merupakan faktor eksternal terpenting untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpan suatu produk hasil pertanian (Tijsjenks et al., 2001). Semakin tinggi suhu penyimpanan maka semakin cepat laju reaksi berbagai senyawaan kimia, sehingga dalam membuat model pendugaan laju perubahan mutu selama penyimpanan, selalu memperhitungkan faktor suhu. Kondisi suhu ruangan penyimpanan, selayaknya dalam keadaan tetap dari waktu ke waktu (Syarief dan Halid, 1991). Jika diasumsikan faktor waktu adalah tetap, maka untuk menduga konstanta laju perubahan mutu dapat menggunakan persamaan Arrhenius yaitu : k E / RT = k e (1) 0. 11

32 dimana : k adalah konstanta penurunan mutu, k 0 adalah konstanta (tidak tergantung pada suhu), E adalah energi aktivasi, T adalah suhu mutlak ( o C+273) dan R adalah konstanta gas (8.314 joule/mol.k). Besarnya nilai pendugaan perubahan mutu dapat dihitung dengan persamaan : y = y awal kt (2) dimana : y adalah mutu hasil pendugaan, y awal adalah mutu pengamatan awal, k adalah konstanta laju perubahan mutu dan t adalah lama penyimpanan (hari) Pemeraman Pemeraman diartikan sebagai suatu usaha mengatur proses pematangan sehingga tidak hanya mengandalkan proses pematangan alami semata. Pemeraman dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar akan suatu buah yang matang optimum pada suatu periode yang terjadwal, dalam artian mempercepat atau memperlambat proses pematangan tersebut. Pengontrolan pematangan relatif mudah dilakukan, terutama untuk buah-buahan klimakterik, yakni dengan jalan mengatur waktu terjadinya puncak klimakterik. Secara teoritik, pengontrolan pematangan dilakukan dengan perlakuan suhu ruang penyimpanan pada suatu tingkat tertentu tanpa menimbulkan kerusakan buah-buahan tersebut. Suhu ruangan pematangan yang tinggi dapat mengakibatkan kelainan fisiologis pada buah. Buah yang diperam pada suhu tinggi akan berwarna kusam dan daging buah rusak, sedangkan pada suhu rendah, pematangan akan berlangsung lama. Metode lain untuk mempercepat pematangan adalah dengan memberikan etilen yang berefek fisiologis terhadap buah-buahan. Etilen (C 2 H 4 ) merupakan gas hasil metabolisme aktif yang dikeluarkan oleh buah yang matang dan berfungsi sebagai pemicu (trigger) pematangan (Seymour et al., 1993). Pemberian etilen berpengaruh nyata terhadap waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak klimakterik. Kader (1989) menerangkan bahwa baik kelompok buah klimakterik maupun non klimakterik, akan memberikan respon terhadap pemberian etilen, walau efeknya berbeda. Pada buah-buahan klimakterik, konsentrasi etilen pada tingkat kritis buah tersebut akan mempercepat tercapainya puncak klimakterik, tanpa berpengaruh terhadap tingginya puncak klimakterik 12

OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH

OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH OPTIMASI KEADAAN PENYIMPANAN BUAH PEPAYA SEBELUM PEMERAMAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA ENRICO SYAEFULLAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN ENRICO SYAEFULLAH. Optimasi Keadaan Penyimpanan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER MUTU BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN METODE NEAR INFRARED SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMERAMAN. Oleh : RINI SUSILOWATI F

PENDUGAAN PARAMETER MUTU BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN METODE NEAR INFRARED SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMERAMAN. Oleh : RINI SUSILOWATI F PENDUGAAN PARAMETER MUTU BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) DENGAN METODE NEAR INFRARED SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMERAMAN Oleh : RINI SUSILOWATI F14103074 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR

PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR PENGKAJIAN BAHAN PELAPIS, KEMASAN DAN SUHU PENYIMPANAN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN BUAH MANGGIS KEMALA SYAMNIS AZHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi Respirasi merupakan proses metabolisme oksidatif yang mengakibatkan perubahan-perubahan fisikokimia pada buah yang telah dipanen.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) termasuk kelas Dicotyledoneae, Ordo Caricales, Famili Caricaceae dan Genus Carica. Pepaya merupakan tanaman herba dengan daun yang terletak pada

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F

KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F KAJIAN PERUBAHAN MUTU BUAH MANGGA GEDONG GINCU SELAMA PENYIMPANAN DAN PEMATANGAN BUATAN OLEH : NUR RATIH PARAMITHA F145981 29 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1. Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F

PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1. Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F PENGARUH KONSENTRASI ETILEN DAN SUHU PEMERAMAN TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya, L.) IPB 1 Oleh: ADRIANA NITA KRISNA F14103013 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER INPUT SELAMA PENYIMPANAN PEPAYA IPB 1 (Carica papaya L.) DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIK ISMI MAKHMUDAH EDRIS

OPTIMASI PARAMETER INPUT SELAMA PENYIMPANAN PEPAYA IPB 1 (Carica papaya L.) DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIK ISMI MAKHMUDAH EDRIS OPTIMASI PARAMETER INPUT SELAMA PENYIMPANAN PEPAYA IPB 1 (Carica papaya L.) DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DAN ALGORITMA GENETIK ISMI MAKHMUDAH EDRIS DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penghasil komoditi pertanian yang beranekaragam dan melimpah. Beberapa jenis buah yang berasal dari negara lain dapat dijumpai dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) Oleh : Ali Parjito F14103039 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Buah-buahan merupakan salah satu kelompok komoditas pertanian yang penting di Indonesia. Buah-buahan memiliki tingkat permintaan yang tinggi. Permintaan domestik terhadap

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++)

Tabel 1. Pola Respirasi Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna Hijau kekuningan (+) Hijau kekuningan (++) V. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Pola Buah Klimakterik dan Non Klimakterik Jeruk (blanko: 24,5 ml) Warna (++) Aroma Khas jeruk Khas jeruk Khas jeruk - - (++) Tekstur (++) Berat (gram) 490 460 451 465,1 450

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Spektra NIR Buah Mangga Varietas Gedong Selama Penyimpanan Pengukuran spektra menggunakan perangkat NIRFlex Fiber Optic Solids N-500 menghasilkan data pengukuran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi

Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Umur Simpan Dan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Dalam Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Pada Simulasi Transportasi Oleh : YOLIVIA ASTRIANIEZ SEESAR F14053159 2009 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Kardus tipe RSC yang digunakan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Pisang Ambon Kuning Pada simulasi transportasi pisang ambon, kemasan yang digunakan adalah kardus/karton dengan tipe Regular Slotted Container (RSC) double flute

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu

TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu 4 TINJAUAN PUSTAKA Pisang Raja Bulu Pisang merupakan tanaman yang termasuk kedalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas monokotiledon (berkeping satu) ordo Zingiberales dan famili Musaseae.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pendahuluan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan emulsi lilin dan pelapisan lilin terhadap buah sawo dengan konsentrasi 0%, 2%,4%,6%,8%,10%, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT

TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT II. TINJAUAN PUSTAKA A. TOMAT Secara sistematis tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Sub Divisi : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

Skripsi PENYIMPANAN POTONGAN SAWO SEGAR DALAM KEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI. Oleh : DEDY AGUSPRIANDONO SUPRAPTO F

Skripsi PENYIMPANAN POTONGAN SAWO SEGAR DALAM KEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI. Oleh : DEDY AGUSPRIANDONO SUPRAPTO F Skripsi PENYIMPANAN POTONGAN SAWO SEGAR DALAM KEMASAN ATMOSFIR TERMODIFIKASI Oleh : DEDY AGUSPRIANDONO SUPRAPTO F 14103093 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas mempunyai beberapa definisi tergantung pada kriteria dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas mempunyai beberapa definisi tergantung pada kriteria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Kualitas mempunyai beberapa definisi tergantung pada kriteria dan konteksnya. Menurut ahli internasional dunia, definisi kualitas adalah apa-apa saja yang menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN Oleh : Usman Ahmad Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang Pisang adalah salah satu jenis tanaman pangan yang sudah dibudidayakan sejak dahulu. Pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia, kemudian menyebar luas

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN

PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN PERUBAHAN KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangosiana L.) SETELAH PROSES TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN DINGIN (Changes in the quality of mangosteen fruits (Garcinia mangosiana L.) after transportation and

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pati bahan edible coating berpengaruh terhadap kualitas stroberi (Fragaria x 57 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Jenis Pati Bahan Edible Coating terhadap Kualitas Stroberi (Fragaria x ananassa) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis pati bahan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Suhu pada Respirasi Brokoli Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa brokoli mempunyai respirasi yang tinggi. Namun pada suhu yang rendah, hasil pengamatan menunjukkan

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai

Lebih terperinci

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A VI. PEMBAHASAN VI. PEMBAHASAN merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun

Lebih terperinci

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN

Makalah Bidang Teknik Produk Pertanian ISSN PENGARUH PELILINAN BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) SELAMA PENYIMPANAN (Effect of Mangosteen Waxing during Storage) Sugiyono 1, Sutrisno 2, Bianca Dwiarsih 3 1. Alumni Program Studi Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

~66 8 (39 6 PENGENDALIAN PEMATANGAN BUAH SAW0 (Achras Zapota, L) VARIETAS SUKATALI ST1 DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERLAKUAN PEMBERIAN ETILEN

~66 8 (39 6 PENGENDALIAN PEMATANGAN BUAH SAW0 (Achras Zapota, L) VARIETAS SUKATALI ST1 DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERLAKUAN PEMBERIAN ETILEN ~66 8 (39 6 PENGENDALIAN PEMATANGAN BUAH SAW0 (Achras Zapota, L) VARIETAS SUKATALI ST1 DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI DAN LAMA PERLAKUAN PEMBERIAN ETILEN Oleh : LIA AULrYA ULHAYAT F14104032 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah

PENDAHULUAN. Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah PENDAHULUAN Latar Belakang Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Buah durian juga terkenal dengan julukan sebagai raja buah tropika dengan alasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tomat Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) termasuk dalam genus Lycopersicon, sub genus Eulycopersicon. Genus Lycopersicon merupakan genus sempit yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO

PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO PENGEMBANGAN ALGORITMA PEMUTUAN EDAMAME MENGGUNAKAN PENGOLAHAN CITRA DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DEDY WIRAWAN SOEDIBYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis buah segar yang disenangi masyarakat. Pisang Cavendish memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya karbohidrat, antioksidan,

Lebih terperinci

KAJIAN PENYIMPANAN DINGIN BUAH MANGGIS SEGAR (Garcinia Mangostana L.) DENGAN PERLAKUAN KONDISI PROSES PENYIMPANAN 1

KAJIAN PENYIMPANAN DINGIN BUAH MANGGIS SEGAR (Garcinia Mangostana L.) DENGAN PERLAKUAN KONDISI PROSES PENYIMPANAN 1 KAJIAN PENYIMPANAN DINGIN BUAH MANGGIS SEGAR (Garcinia Mangostana L.) DENGAN PERLAKUAN KONDISI PROSES PENYIMPANAN 1 Sutrisno 2, Ida Mahmudah 3, Sugiyono 4 ABSTRAK Manggis (Garcinia mangostana L.) sebagai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. kismis, cung, tomat liar atau currant tomato. Bentuk tanaman tomat rampai

I. TINJAUAN PUSTAKA. kismis, cung, tomat liar atau currant tomato. Bentuk tanaman tomat rampai I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tomat Rampai Tomat rampai memiliki banyak sebutan nama antara lain: tomat ranti,tomat kismis, cung, tomat liar atau currant tomato. Bentuk tanaman tomat rampai sama dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS

KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS KAJIAN PEMBUATAN EDIBEL FILM KOMPOSIT DARI KARAGENAN SEBAGAI PENGEMAS BUMBU MIE INSTANT REBUS ENDANG MINDARWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2 0 0 6 Judul Tesis Nama NIM : Kajian

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian. Iklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun, serta tanah yang subur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus maupun yang ditanam sembarangan di kebun atau halaman rumah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus maupun yang ditanam sembarangan di kebun atau halaman rumah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pisang Hampir semua lapisan masyarakat Indonesia mengenal buah pisang. Buah pisang termasuk ke dalam golongan buah klimakterik. Penyebarannya sangat luas mulai dari dataran rendah

Lebih terperinci

I d ',, [ ciqy d. occp,... TERHADAP MOfO K nona muricata L 1 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I d ',, [ ciqy d. occp,... TERHADAP MOfO K nona muricata L 1 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR I d ',, [ ciqy d occp,..... PEWGARUH TINGKAT AS ASETELENA TERHADAP MOfO K nona muricata L 1 1994 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR B O G O R LUSH1 SUZAIDA. -F 26 0172. Pengaruh Tingkat

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA

PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA PENYIMPANAN SAYUR DAN BUAH TITIS SARI KUSUMA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mengetahui prinsip penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui tujuan penyimpanan sayur dan buah Mahasiswa mengetahui jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Salak Salak (Salacca edulis) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini tumbuh subur di daerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam keluarga Palmae yang diduga dari Pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pisang merupakan salah satu tanaman yang cukup penting di Indonesia, yang tergolong ke dalam famili Musaceae. Daerah sentra produksi pisang di Indonesia adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PULPA KAKAO UNTUK MEMPRODUKSI ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI DAN AERASI MARGARETHA HAUMASSE

PEMANFAATAN PULPA KAKAO UNTUK MEMPRODUKSI ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI DAN AERASI MARGARETHA HAUMASSE PEMANFAATAN PULPA KAKAO UNTUK MEMPRODUKSI ASAM ASETAT DENGAN MENGGUNAKAN RAGI ROTI DAN AERASI MARGARETHA HAUMASSE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

Untuk IbudanBapak (Rlm) tercinta, Mbak Wiwin dan Dian tersayang.

Untuk IbudanBapak (Rlm) tercinta, Mbak Wiwin dan Dian tersayang. Untuk IbudanBapak (Rlm) tercinta, Mbak Wiwin dan Dian tersayang. PENUIMPANAN ERMODIFIKASI Oleh : 1993 JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN DAN GIZI FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANTALLY INSTITUT PERTANIAN BOGOR Sigit Rinanto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di

I. PENDAHULUAN. Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroberi berasal dari benua Amerika, jenis stroberi pertama kali yang ditanam di Indonesia adalah jenis Fragaria vesca L. Buah stroberi adalah salah satu produk hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Laju Respirasi dengan Perlakuan Persentase Glukomanan Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah sawo yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING Analysis of Physical and Organoleptic Properties of Mango Chips (Mangifera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses respirasi setelah pemanenan. Klimakterik menghasilkan etilen lebih banyak sehingga mempercepat terjadinya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan, termasuk buah

BAB I PENDAHULUAN. zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan, termasuk buah BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Dalam Al-Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang tumbuh-tumbuhan, sehingga apa yang telah dibicarakan oleh ilmu pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci