PEMODELAN PERSEBARAN SATURASI AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOIL FUNCTION (BULK VOLUME OF WATER) PADA RESERVOIR MINYAK DI LAPANGAN X
|
|
- Hamdani Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JTM Vol. XVII No. 1/2010 PEMODELAN PERSEBARAN SATURASI AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOIL FUNCTION (BULK VOLUME OF WATER) PADA RESERVOIR MINYAK DI LAPANGAN X Jovie Yunara 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Pemodelan persebaran saturasi air sangat penting dalam simulasi dan pemodelan reservoir, terutama pada perhitungan jumlah minyak awal di tempat (OOIP) dan peramalan kinerja reservoir. Dalam kenyataannya, penentuan persebaran saturasi air tidak mudah, dikarenakan reservoir memiliki karakteristik hubungan saturasi air dengan ketinggian di atas free water level (FWL) yang unik. Sedangkan saturasi air secara statistik dari data sumur tidak memiliki relevansi untuk membandingkan realita fenomena fisik. Beberapa metode yang umum digunakan untuk memodelkan hubungan saturasi air dengan ketinggian di atas FWL adalah metodeleverett J-Function, FOIL Function (Bulk Volume of Water) dan Lambda Function (effective porosity classes). Metode FOIL function menawarkan opsi yang lebih sederhana dengan memanfaatkan data logging dari beberapa sumur untuk memodelkan saturasi air. FOIL function menggunakan prinsip Bulk Volume of Water (BVW) yang merupakan produk dari saturasi air dan porositas. Satu reservoir akan memiliki karakteristik fungsi BVWterhadap ketinggian di atas FWL. Dengan memanfaatkan hubungan ini, dapat dibuat suatu hubungan antara saturasi air dengan ketingian di atas FWL untuk masing-masing nilai porositas di sebuah reservoir. Penelitian ini membahas penggunaan metode FOIL function untuk persebaran saturasi air di reservoir minyak pada lapangan X. Pembahasannya meliputi langkah kerja dalam penggunaan metode FOIL function, seperti analisa log, penentuan konstanta a dan b yang merupakan parameter dalam FOIL function, pemodelan persebaran saturasi air di model reservoir, dan perhitungan OOIP. Tugas akhir ini juga menunjukkan kelemahan dan kelebihan dari penggunaan metode FOIL Function sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pemodelan persebaran saturasi air sesuai dengan data reservoir yang dimiliki. Kata Kunci : pemodelan reservoir, saturasi air, bulk volume of water, foil function Abstract Water saturation distribution modelling is one of important procedure to do in reservoir modelling and simulation, especially for original oil in place calculation and reservoir performance forecasting. In fact, water saturation modelling is not trivial, because reservoir has unique characterization of water saturation and height above free water level relationship. Besides, water saturation statistically from well data does not have any relevancy to compare with physics phenomena. There are some methods generally used to determine the relation between height above free water level and water saturation such as Leverett J-function, FOIL function (Bulk Volume of Water) and Lambda function (effective porosity classes). FOIL function offers more simple option which only use logging data from several wells. FOIL function uses the principal of Bulk Volume of Water (BVW) which is water saturation and porosity product. A reservoir will have a certain BVW vs height above free water level function. By using this relationship, the water saturation and height above FWL for each porosity in a reservoir can be determined. This research about using FOIL Function method for water saturation distribution modelling in oil reservoir in X field. It includes the procedure in using FOIL function, such as log analysis, determining a and b constant which are the parameters in FOIL function, water saturation distribution modelling in reservoir model, and OOIP calculation. It also discusses about the advantages and disadvantages in using FOIL function method, so it can be consideration in determining water saturation distribution modelling that conforms with the reservoir data. Keywords : reservoir modelling, water saturation, bulk volume of water, foil function 1 ) Program Studi Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa No. 10 Bandung 40132, Telp.: , Fax.: , jovie_46_tm07@yahoo.com I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu langkah kerja dalam simulasi dan pemodelan reservoir adalah pemodelan persebaran saturasi air di reservoir. Untuk memodelkan saturasi air tersebut dibutuhkan suatu fungsi yang dapat mengambarkan persebaran saturasi air di tiap ketinggian di atas free water level (FWL). Fungsi tersebut lebih dikenal sebagai SwH function. Sebenarnya, data saturasi air dapat diperoleh melalui interpretasi logging. Namun demikian, data ini hanya terbatas pada radius beberapa inch dari lubang sumur. Data ini tidak dapat digunakan sebagai representasi perseberan saturasi air di seluruh reservoir. Dengan demikian, penggunaan data ini untuk perhitungan OOIP menjadi tidak tepat. SwH function merupakan salah satu metode untuk menyebarkan data saturasi air di satu reservoir. Dengan cara ini diharapkan perhitungan OOIP menjadi lebih akurat. Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk memodelkan fungsi persebaran saturasi air terhadap ketinggian di atas FWL. Metode-metode tersebut diantaranya adalah metode Leverett J-function, Lambda function, dan FOIL function. Persamaanpersamaan tersebut merupakan fungsi matematik 55
2 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana dari properti reservoir yang diperoleh baik dari data core maupun logging. Masing-masing metode tersebut membutuhkan data yang berbeda-beda dan memakan waktu analisa yang berbeda-beda pula. Metode FOIL function merupakan salah satu metode yang lebih ekonomis dan sederhana untuk dilakukan. Metode ini memanfaatkan prinsip dari Bulk Volume of Water yang merupakan produk dari porositas dan saturasi. Kedua data tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan logging, sehingga pemodelan saturasi air dapat di lakukan setelah pemboran dilakukan tanpa melakukan special core analysis (SCAL) terlebih dahulu. Namun demikian, penggunaan metode ini masih belum terlalu populer dibandingkan metode Leverett J-function. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, di dalam penelitian ini akan dibahas mengenai metodologi penerapan FOIL Function dalam pemodelan saturasi air di satu reservoir minyak. Lapangan yang digunakan pada penelitian ini adalah lapangan X. Lapangan ini memiliki tiga sumur dan masing-masing sumur tersebut telah dilakukan logging. Hasil pemodelan saturasi air yang dilakukan pada reservoir ini akan digunakan sebagai data inisialisasi simulasi reservoir untuk menentukan OOIP dari lapangan X. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menunjukkan metodologi dalam memodelkan persebaran saturasi air dengan menggunakan metode FOIL function di reservoir minyak. Dalam penelitian ini, dijelaskan bagaimana metodologi dalam penggunaan metode FOIL function secara menyeluruh mulai dari interpretasi data logging hingga menghitung jumlah minyak di tempat (OOIP) melalui simulator komersil untuk reservoir minyak, serta kelebihan dan kekurangan dalam pengaplikasian metode ini. Dengan demikian, diharapkan melalui tugas akhir ini dapat membantu para akademisi ataupun profesional dalam menentukan opsi pemodelan persebaran saturasi air di sebuah reservoir secara ekonomis dan sederhana namun tidak mengurangi keakuratan data yang dihasilkan. 1.3 Metodologi Dalam penyusunan penelitian ini, langkahlangkah yang dilakukan oleh penulis dalam penerapan metodologi FOIL function adalah: 1. Melakukan review data reservoir pada lapangan X 2. Mengumpulkan data logging serta melakukan interpretasi terhadap data logging dari 3 sumur yang ada pada lapangan X tersebut. Data logging yang diinterpretasi diantaranya adalah log gamma ray, log densitas, dan hasil interpretasi data saturasi. 3. Melakukan plotting antara porositas vs kedalaman dan kandungan shale vs kedalaman untuk melihat homogenitas litologi reservoir. 4. Melakukan plotting antara log BVW vs log ketinggian di atas FWL (HFWL) untuk mendapatkan konstanta a dan b. 5. Menyusun persamaan FOIL function serta melakukan sensitivitas konstanta a untuk melihat perbandingan antara data sebenarnya dengan data persamaan melalui plot BVW vs HFWL. Dalam uji senistivitas ini digunakan 3 nilai a yang berbeda, yaitu a average yang diperoleh dari regresi pada plot log BVW vs log HFWL, a optimis yang menunjukkan kecenderungan nilai BVW yang kecil dan a pesimis yang menunjukkan kecenderungan nilai BVW yang besar. 6. Mengaplikasikan persamaan FOIL function di simulator untuk memodelkan persebaran saturasi air di seluruh reservoir pada lapangan X. Terdapat tiga model persebaran saturasi air yang berdasarkan nilai konstanta a hasil uji sensitivitas pada langkah sebelumnya. 7. Melakukan perhitungan volumetrik dalam menentukan OOIP dari lapangan X dengan nilai saturasi yang diperoleh dari FOIL function. 8. Melakukan validasi hasil perhitungan OOIP untuk ketiga nilai FOIL function terhadap metode Leverett J-function. 9. Melakukan analisa dan menyimpulkan hasil pengaplikasian metode FOIL function dalam memodelkan saturasi air di reservoir minyak lapangan X. II. TEORI DASAR Bulk Volume of Water (BVW) merupakan hasil perkalian antara porositas dan saturasi air. = (1) Harga BVW ini akan relatif sama bila berada pada zona irreducible water saturation dan nilainya akan meningkat dari zona transisi hingga zona FWL. Hal ini sesuai dengan teori fungsi tekanan kapiler terhadap saturasi yang dapat digunakan sebagai SwH function. Steve Cuddy dalam papernya menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara BVW dengan ketinggian di atas FWL yang disebut sebagai FOIL function (Cuddy 1993). Cuddy melakukan 56
3 Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume Of Water) pada Reservoir Minyak di Lapangan X studi penerapan metode ini pada lapangan gas di Laut Utara. Hubungan antara height above FWL dan BVW dituliskan dalam persamaan sebagai berikut: = = (2) Persamaan (2) menunjukkan bahwa nilai saturasi air akan bervariasi tergantung dari porositas dan posisi pengukuran relatif terhadap FWL. Sehingga, bila persamaan di atas disusun kembali akan diperoleh persamaan umum yaitu: = (3) Dari persamaan (2) dan (3) di atas dapat dilihat bahwa metode FOIL function tidak bergantung pada nilai permeabilitas dan litologi batuan. Nilai fungsi bulk volume of water terhadap HWFL akan konsisten untuk satu jenis reservoir, tanpa dipengaruhi oleh keragaman dari porositas dan permeabilitas reservoir tersebut. Namun demikian, tetap harus diperhatikan bahwa persamaan ini hanya berlaku pada satu unit geologi atau lithofacies, dilihat dari fungsi hubungan antara porositas dan permeabilitas yang seragam. (Amabeoku, 2005). Selain itu, karena perhitungan berdasarkan analisa hasil interpretasi log, maka keakuratan data log menjadi sangat penting dalam penerapan metode tersebut. Metode FOIL dianggap lebih cocok diterapkan untuk 3-D modelling dibandingkan dengan metode Leverett J-function. Keunggulan metode FOIL function ini adalah metode ini memanfaatkan prinsip BVW yang tidak bergantung pada nilai porositas dan permeabilitas. Dalam penggunaan Leverett J-function, perlu dilakukan denormalisasi untuk mendapatkan fungsi saturasi terhadap ketinggian di atas free water level, yaitu dengan pengelompokan SwH function untuk nilai-nilai porositas tertentu. Fungsi seperti ini akan menimbulkan ketidakpastian dalam pemodelan reservoir karena membutuhkan data yang cukup untuk membuat fungsi SwH yang lebih sensitif. Selain itu, metode Leverett J-function juga merupakan fungsi dari permeabilitas. Dalam kenyataannya, pemodelan permebalitas dalam 3-D sangat sulit. Akibatnya, pemodelan saturasi air memiliki ketidakpastian yang cukup tinggi sehingga perhitungan OOIP menjadi tidak akurat. Oleh karena itu, metode FOIL function dianggap lebih baik dan sangat dianjurkan untuk memodelkan persebaran saturasi air dalam suatu reservoir (Worthington, 2002). III. METODOLOGI FOIL FUNCTION 3.1 Analisa Keseragaman Litologi Reservoir Telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode FOIL function hanya berlaku pada satu unit geologi atau litofacies. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi keseragaman litologi dari reservoir pada lapangan X sebelum menerapkan metode FOIL function pada reservoir ini. Keseragaman ini dapat diidentifikasi dengan melihat nilai keseragaman hubungan porositas terhadap permeabilitas melalui routine core analysis, serta keseragaman nilai porositas dan kandungan shale untuk tiap kedalaman reservoir melalui interpretasi log. Gambar 1. Semilog plot log permeabilitas vs porositas 57
4 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana Untuk melihat keseragaman litologi reservoir, dapat dilihat dari hubungan antara log permeabilitas vs porositas. Masing-masing nilai permeabilitas dan porositas ini diperoleh dari routine core analysis. Hubungan antara porositas dan permeabilitas ini digunakan sebagai model untuk persebaran permeabilitas di reservoir. Hasil pemodelan hubungan log permeabilitas dan porositas dapat dilihat pada Gambar 1. Dari pemodelan ini menunjukkan bahwa reservoir ini hanya memiliki satu unit geologi atau litofacies dilihat dari hanya ada satu pemodelan hubungan antara porositas dan permeabilitas. Untuk memperkuat analisa, juga dilakukan interpretasi logging dari 3 sumur yang telah dibor di lapangan X. Interpretasi dilakukan untuk mengidentifikasi keseragaman kandungan shale dan porositas terhadap kedalaman. Log gamma ray digunakan untuk megidentifikasi kandungan shale pada reservoir, sedangkan untuk menentukan nilai porositas digunakan log densitas. Kedalaman reservoir untuk masingmasing sumur bervariasi. Untuk sumur 1, reservoir berada pada kedalaman ft TVDSS. Untuk sumur 2, reservoir berada pada kedalaman ft TVDSS. Sedangkan sumur 3, kedalaman reservoir berada pada ft TVDSS. Data logging dapat dilihat pada Gambar 2. Lokasi sumur bisa dilihat pada Gambar 3. Top Reservoir Free Water Level Gambar 2. Hasil logging gamma ray, densitas dan resistivitas dari 3 sumur lapangan X
5 Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume Of Water) pada Reservoir Minyak di Lapangan X Sumur 1 Sumur 3 Sumur 2 Gambar 3. Lokasi sumur pada lapangan X (dari kiri : sumur-1, sumur 3, sumur 2) Perhitungan shale content dengan interpretasi gamma ray didekati oleh persamaan berikut: = (4) Vsh merupakan nilai yang menunjukkan presentasi volume shale dalam volume batuan. Nilai kandungan shale untuk tiap kedalaman hasil interpretasi log gamma ray pada masing-masing sumur dapat dilihat dari Gambar 4. Dari Gambar 4 tersebut, dapat dilihat bahwa kandungan shale untuk tiap kedalaman untuk masing-masing sumur relatif seragam. Dari data ini dapat diidentifikasi tidak adanya laminasi shale yang membagi-bagi zona reservoir. Gambar 4. Plot kandungan shale vs HFWL dari Sumur-1, Sumur-2 dan Sumur-3
6 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana Perhitungan porositas dapat dilakukan dengan interpretasi log densitas. Persamaan umum dalam perhitungan log densitas adalah = + 1 (5) Persamaan di atas disusun menghitung porositas menjadi: kembali untuk = (6) Untuk studi kali ini, diasumsikan bahwa mud filtrate merupakan fresh water, dengan besar ρ f = 1.0. Sedangkan jenis batuan diketahui merupakan sandstone dengan ρ ma = Porositas yang dihasilkan dari interpretasi log densitas, diplot terhadap kedalaman. Hasil plot ditunjukkan pada Gambar 5. Dari Gambar 5 tersebut, dapat dilihat bahwa porositas terhadap kedalaman hampir seragam atau tidak berubah. Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa reservoir pada lapangan X ini merupakan reservoir yang terdiri dari satu jenis litologi batuan. Gambar 5. Plot porositas vs HFWL dari Sumur-1, Sumur-2, dan Sumur-3 Hasil analisa core dan interpretasi log telah membuktikan bahwa reservoir pada lapangan X terdiri dari satu jenis litologi batuan. Dengan demikian, pada lapangan ini dapat diterapkan metode FOIL function untuk memodelkan persebaran saturasi air pada reservoir tersebut. 3.2 Penentuan Konstanta a dan b Telah dijelaskan sebelumnya bahwa persamaan FOIL function menghubungkan antara saturasi air dengan porositas dan ketinggian dari free water level. Persamaan yang digunakan adalah oleh persamaan (3): Untuk menentukan persamaan khusus dari persamaan (3) diatas, maka perlu dilakukan penentuan nilai konstanta a dan b. Kedua nilai konstanta tersebut dapat ditentukan dengan memodifikasi persamaan (2). Log BVW = log α + b log H (7) Berdasarkan persamaan (7) di atas, nilai konstanta a dan b dapat ditentukan dengan melakukan log-log plot antara BVW dan HFWL. Untuk mendapatkan data BVW, dibutuhkan data porositas dan saturasi air untuk setiap kedalaman. Pada pembahasan log interpretasi sebelumnya, telah dijelaskan bahwa porositas diperoleh dari interpretasi log densitas. Sedangkan untuk data saturasi air merupakan hasil interpretasi log resistivitas dan ditunjukkan oleh Gambar 6. Dari nilai porositas dan saturasi yang telah diketahui, maka nilai BVW dapat ditentukan dari hasil perkalian porositas dan saturasi air.untuk posisi free water level dilakukan hanya dengan pengamatan pada hasil interpretasi log resistivity. Free water level ditandai dengan nilai saturasi air yang mencapai 100%. 60
7 Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume Of Water) pada Reservoir Minyak di Lapangan X Gambar 6. Saturasi vs kedalaman hasil interpretasi log Log BVW y = x R² = Log HFWL Gambar 7. Log-Log plot HFWL vs BVW 61
8 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana Hasil log-log plot BVW vs HFWL ditunjukkan pada Gambar 7. Dari hasil log-log plot tersebut, dilakukan regresi linier, dimana gradien garis menunjukkan nilai konstanta b dan intercept merupakan nilai log a. Dari nilai-nilai konstanta a dan b, persamaan FOIL function untuk reservoir pada lapangan X akan menjadi: =.. (8) 3.3 Analisa FOIL Function Menurut Cuddy (1993), FOIL function dapat diturunkan dari persamaan Leverett J-function dan fungsi tekanan kapiler terhadap HFWL. Persamaan tersebut diturunkan sebagai berikut : = (9) Bila dibandingkan dengan persamaan (2), maka konstanta a dan b adalah: = (10) = (11) Dari persamaan (10) dan (11) di atas, menunjukkan bahwa konstanta a memuat parameter-parameter properti fluida dan properti batuan, sedangkan konstanta b merupakan sebuah konstanta dimensionless. Dari hasil studi, telah dibuktikan bahwa yang sangat mempengaruhi besaran SwH function adalah konstanta a, sedangkan konstanta b relatif sama untuk suatu lapangan. Bila kita nyatakan kualitas reservoir ditentukan oleh nilai saturasi pada ketinggian tertentu dari FWL pada nilai porositas tertentu, maka bila suatu lapangan memiliki kualitas reservoir yang bervariasi, maka FOIL function yang diperoleh akan bervariasi pada konstanta a sedangkan konstanta b relatif sama (Gagnon, D., 2008). 3.3 Sensitivitas Konstanta a Dari hasil plot antara BVW vs HFWL, diperoleh tren garis yang menggambarkan SwH function dari reservoir lapangan X. Dan bila dibandingkan dengan penggunaan persamaan (8), terlihat bahwa persamaan tersebut cukup representatif untuk digunakan dalam pemodelan saturasi air di reservoir tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 8. Namun demikian, bila dilihat secara seksama, terdapat pola sebaran yang tidak mengikuti persamaan (8) yang telah dikembangkan tersebut. Dengan kata lain, ada kemungkinan pola SwH function yang berbeda dengan persamaan yang telah diperoleh. Hal ini tidak dapat dibuktikan sepenuhnya, karena diperlukan data-data log tambahan dari pemboran sumur-sumur baru. HFWL (ft) a average Data E BVW Gambar 8. Plot BVW vs HFWL 62
9 Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume of Water) pada Reservoir Minyak di Lapangan X Karena keterbatasan data tersebut, maka alternatif yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji sensitifitas. Dalam studi ini yang diuji adalah sensitifitas konstanta a. Hal ini didasarkan pada studi mengenai FOIL function yang menganggap suatu reservoir akan memiliki nilai konstanta b yang relatif sama, dan kualitas reservoir akan sangat dipengaruhi oleh konstanta a (Gagnon, D., 2008). Pada studi ini, uji sensitifitas hanya mengambil 2 nilai, yaitu konstanta a optimis dan konstanta a pesimis. Konstanta a optimis mengikuti tren BVW vs HFWL yang memberikan nilai saturasi air yang paling kecil atau kualitas reservoir yang paling baik. Sedangkan konstanta a pesimis mengikuti tren BVW vs HFWL yang memberikan ilai saturasi air yang paling besar atau kualitas reservoir yang paling buruk. Berdasarkan hal tersebut, diperoleh nilai konstanta a optimis = 0.2 sedangkan konstanta a pesimis = 0.5. Hasil plot dengan persamaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan hal tersebut, maka pemodelan saturasi air di reservoir minyak pada lapangan X ini akan menggunakan 3 persamaan, salah satunya adalah persamaan (8): = =.. (12).. (13) HFWL (ft) a average a optimis a pesimis Data BVW Gambar 9. Plot BVW vs HFWL untuk Berbagai Konstanta a IV. HASIL PEMODELAN DAN PERHITUNGAN OOIP Untuk memodelkan persebaran saturasi air di reservoir pada lapangan X tersebut, penulis menggunakan simulator PETREL TM. Model reservoir yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 14 dengan ukuran 187 x 196 x 110 grid cells. Pada model ini, properti reservoir seperti porositas telah di sebarkan ke seluruh reservoir, serta telah dilakukan penentuan zona aquifer dan posisi free water level.persebaran saturasi air di reservoir ini menggunakan fungsi dari persamaan (8), (12), dan (13). Hasil pemodelan saturasi dengan menggunakan tiga persamaan tersebut ditampilkan dalam bentuk model 3-D pada Gambar
10 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana Gambar 14. Model reservoir lapangan X (a) (b) 64
11 Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume of Water) pada Reservoir Minyak di Lapangan X (c) Gambar 15. Hasil pemodelan saturasi air dengan FOIL function: (a) FOIL function a = 0.356, (b) FOIL function a = 0.2, (c) Foil function dengan a = 0.5 Dari ketiga pemodelan saturasi di atas dilakukan perhitungan jumlah minyak di tempat (OOIP) secara volumetrik. Persamaan umum yang digunakan adalah: = 1 (14) Hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan-persamaan di atas ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil perhitungan konstanta a dan OOIP Konstanta a OOIP (x 10 6 res.bbl) Sebagai pembanding, hasil perhitungan OOIP yang diperoleh dengan metode FOIL function ini dibandingkan dengan metode Leverett J-function. Dari hasil lab, diperoleh persamaan untuk Leverett J-funtcion adalah sebagai berikut: = (15) = (16) = _ (17) = (18) Dengan pemodelan saturasi air metode Leverett J- function, diperoleh OOIP sebesar x 10 6 res.bbl. Hal ini menjadi perhatian, karena nilai OOIP yang diperoleh dengan metode FOIL function dengan konstanta a average tidak sesuai dengan nilai OOIP yang diperoleh dengan pemodelan saturasi air metode Leverett J- function. Ada beberapa hal perlu dianalisa untuk mengetahui ketidaksesuaian antara hasil perhitungan OOIP dengan menggunakan metode FOIL functiondan Leverett J-function. Pertama, adalah kurva BVW vs HFWL. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa terdapat beberapa data yang tidak mengikuti tren garis persamaan (8), sehingga perlu dilakukan sensitifitas konstanta a. Dan dari hasil perhitungan OOIP, ditunjukkan bahwa perhitungan dengan metode Leveret J-function akan mendekati perhitungan FOIL function dengan konstanta a optimis. Bila data Leverett J-function dipercaya lebih akurat, maka terdapat kemungkinan bahwa mayoritas reservoir memiliki kecenderungan data sebenarnya untuk mengikuti tren BVW vs HFWL dengan konstanta a optimis. Namun, untuk membuktikan hal tersebut, dibutuhkan data logging dari pemboran sumur-sumur baru. Analisa kedua adalah dengan membandingkan hasil logging dengan hasil pemodelan persebaran saturasi air di reservoir tersebut. Pada Gambar 11, terlihat bahwa data dengan persebaran saturasi dengan metode FOIL function dengan persamaan (8) akan mendekati nilai data logging dibandingkan dengan Leverett J-function ataupun data dari FOIL function dengan konstanta a optimis dan a pesimis untuk ke tiga sumur (Gambar 10, 12, 13). Dari hasil analisa di atas, disimpulkan bahwa pemodelan persebaran saturasi dengan metode FOIL function dengan konstanta a average telah merepresentasikan keadaan sebenarnya dibandingkan dengan data Leverett J-function. Hasil pemodelan saturasi air 65
12 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana dengan metode Leverett J-function yang dihasilkan tidak sesuai dengan data logging bisa jadi dikarenakan saat penggunaan metode Leverett J-function data yang digunakan berasal dari sebaran data yang paling optimis, atau memberikan hasil nilai saturasi air yang paling kecil. Gambar 10. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air metode Leverett J-function dengan saturasi Gambar 11. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air FOIL function a = dengan saturasi air hasil logging 66
13 Pemodelan Persebaran Saturasi Air dengan Menggunakan Metode Foil Function (Bulk Volume of Water) pada Reservoir Minyak di Lapangan X Gambar 12. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air FOIL function a = 0.2 dengan saturasi air hasil logging Gambar 13. Perbandingan hasil simulasi pemodelan saturasi air FOIL function a = 0.5 dengan saturasi air hasil loggin 67
14 Jovie Yunara, Taufan Marhaendrajana Namun demikian, untuk lebih memvalidasi data tersebut, tetap diperlukan data-data dari pemboran sumur-sumur baru, sehingga persebaran saturasi dapat dimodelkan dengan tepat, perhitungan OOIP menjadi lebih akurat, dan simulasi reservoir yang dilakukan semakin representatif. V. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Metode FOIL function memiliki beberapa keunggulan dibandingkan metode Leverett J- function karena tidak memerlukan data SCAL, merupakan fungsi yang tidak bergantung pada jenis litologi, dan lebih representatif untuk pemodelan 3 dimensi. 2. Metode FOIL function sangat bergantung pada keakuratan data interpretasi logging. 3. Satu persamaan FOIL function hanya berlaku untuk satu unit geologi atau litofacies. 4. Lapangan X yang digunakan pada tugas akhir ini sangat cocok diterapkan metode FOIL function, dengan hasil pemodelan saturasi air yang cukup baik dan representatif. 5. Uji sensitifitas konstanta a (properti fluida dan properti batuan) dapat menjadi opsi untuk penentuan OOIP bila data logging dari sedikit sumur masih belum representatif untuk satu reservoir. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. Amabeoku, M.O., Incorporating hydraulics units concepts in saturation-height modelling in a gas field : 2005 SPE Asia Pacifik Oil and Gas Conference Proceeding, pp Cuddy, S., The FOIL function a simple, convincing model for calculating water saturations in Southern North Sea Gas Fields : Transactions of the 34th Annual Logging Symposium of the Society of Proffesional Well Log Analysts, H1-17, Calgary, Canada., BP Expoloration. 3. Gagnon, D., The effect of pore geometry on the distribution of reservoir fluids in U.K North Sea oil and gas fields: 49th Annual Logging Symposium of the Society of Proffesional Well Log Analysts, Edinburgh, Scotland, 2008, Nexen Petroleum U.K. Ltd. 4. Worthington, P. F., Lovell, M. and Parkinson, N., Application of saturation-height functions in intergrated reservoir description: AAPG Methods in Exploartion Series, 13, pp. 89. DAFTAR SIMBOL a, b = Konstanta dalam FOIL function BVW = Bulk Volume of Water g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) GR log = Pembacaan Gamma Ray dari log GR maks = Pembacaan log Gamma Ray maksimum GR min = Pembacaan log Gamma Ray minimum H = Height above free water level (ft) Sw = Saturasi air (fraksi) V sh = Kandungan shale dalam batuan (%) ρ w = Densitas fasa air (g/cm 3 ) = Konstanta dimensionless = Konstanta dimensionless = Sudut kontak ( 0 ) = Porositas (fraksi) ρ b = Densitas batuan terbaca dari log ρ f = Densitas fluida yang mengisi pori batuan ρ ma = Densitas matriks batuan ρ o = Densitas fasa minyak (g/cm 3 ) = Tegangan antar permukaan 68
Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISA DATA LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF DAN MEMPERKIRAKAN CADANGAN AWAL PADA SUMUR R LAPANGAN Y Riza Antares, Asri Nugrahanti, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciBerikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).
Gambar 3.17 Grafik silang antara porositas inti bor dan porositas log densitas. Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah
BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR
STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : RADEN
Lebih terperinciPEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
PEMODELAN RESERVOIR BATUPASIR A, FORMASI MENGGALA DAN PENGARUH HETEROGENITAS TERHADAP OOIP, LAPANGAN RINDANG, CEKUNGAN SUMATRA TENGAH TUGAS AKHIR B Diajukan Sebagai Syarat dalam Mencapai Kelulusan Strata
Lebih terperinciANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN
Analisis Petrofisika dan... ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN GAS ALAM LAPANGAN KAPRASIDA FORMASI BATURAJA CEKUNGAN SUMATERA SELATAN M. Iqbal Maulana, Widya Utama, Anik Hilyah Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL
BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS EMA FITRIANI NIM :
STUDI KELAYAKAN PENERAPAN INJEKSI SURFAKTAN DAN POLIMER DI LAPANGAN X MENGGUNAKAN SIMULATOR NUMERIK TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas
Lebih terperinciCut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan
Cut-off Porositas, Volume shale, dan Saturasi Air untuk Perhitungan Netpay Sumur O Lapangan C Cekungan Sumatra Selatan Bambang Triwibowo Jurusan Teknik Geologi FTM UPN Veteran Yogyakarta Abstract The values
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE USULAN PERAMALAN WATER CUT SUMURAN MENGGUNAKAN DATA PERMEABILITAS RELATIF DAN METODE X-PLOT
JTM Vol. XVII No. 2 /2 PENGEMBANGAN METODE USULAN PERAMALAN WATER CUT SUMURAN MENGGUNAKAN DATA PERMEABILITAS RELATIF DAN METODE X-PLOT Yenny Delvia Rosa Br Sinaga, Tutuka Ariadji Sari Lapangan minyak tua
Lebih terperinciBAB IV Perhitungan Cadangan
BAB IV Perhitungan Cadangan Perhitungan cadangan minyak yang ada di dalam Reservoir X akan menggunakan parameter-parameter yang ada dalam model Reservoir X, misalnya porositas dan Sw. Dalam perhitungan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK
ANALISA DATA LOG UNTUK PERHITUNGAN VOLUME AWAL GAS DI TEMPAT DENGAN METODA VOLUME TRIK Dhita Stella Aulia Nurdin Abstract Perhitungan Initial Gas In Place (IGIP) pada Lapangan KIM menjadi langkah awal
Lebih terperinciRekonstruksi dan Validasi Data Permeabilitas Relatif Untuk Proses History Matching Dalam Simulasi Reservoir Pengembangan Lapangan X
JEEE Vol. 4 No. 2 Rita, Putra, Erfando Rekonstruksi dan Validasi Data Permeabilitas Relatif Untuk Proses History Matching Dalam Simulasi Reservoir Pengembangan Lapangan X Novia Rita 1, Andre Pratama Putra
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR
PERKIRAAN VOLUME GAS AWAL DI TEMPAT MENGGUNAKAN METODE VOLUMETRIK PADA LAPANGAN POR Edgar G Sebastian Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Universitas Trisakti E-mail: edgar_bastian23@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lapangan R merupakan bagian dari kompleks gas bagian Selatan Natuna yang terbentuk akibat proses inversi yang terjadi pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal
Lebih terperinciMETODE PENENTUAN LOKASI SUMUR PENGEMBANGAN UNTUK OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PENENTUAN LOKASI SUMUR PENGEMBANGAN UNTUK OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER POROSITAS, PERMEABILITAS DAN SATURASI MINYAK SECARA SEMI-ANALITIK TUGAS AKHIR Oleh: YOGA PRATAMA
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS KARAKTERISTIK RESERVOIR DAN PERHITUNGAN CADANGAN PADA LAPANGAN ALFA, FORMASI BATURAJA, CEKUNGAN SUNDA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PETROFISIK BERDASARKAN DATA SUMUR DAN SEISMIK
Lebih terperinciOleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**
IDENTIFIKASI PENGARUH KEDALAMAN PENGUKURAN TEKANAN, SIFAT MINYAK, DAN BATUAN RESERVOIR TERHADAP PENENTUAN JUMLAH MINYAK AWAL di RESERVOIR DENGAN METODE MATERIAL BALANCE Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir.
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 29 Bandung, 2- Desember 29 Makalah Profesional IATMI 9-16 ANALISIS DATA WATER OIL RATIO UNTUK MEMPREDIKSI NILAI PERMEABILITAS VERTIKAL
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI
BAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI V. Kurva Fractional flow History matching dilakukan terhadap data produksi aktual dibandingkan dengan data produksi hasil perhitungan. History matching ini menggunakan
Lebih terperinciANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia)
ANALISIS PETROFISIKA DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK PADA LAPANGAN BEAR CEKUNGAN SUMATRA TENGAH (Studi kasus PT Chevron Pacific Indonesia) Eko Vidhotomo 1, A. M. Juwono M.Sc 1, Rinie Mekarsari M.Sc 2,
Lebih terperinciRani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010
PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN HIDROKARBON LAPANGAN KYRANI FORMASI CIBULAKAN ATAS CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA DENGAN METODE VOLUMETRIK Rani Widiastuti 1105 100 034 Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciOptimasi Produksi Lapangan X dengan Menggunakan Simulasi Reservoir
Optimasi Produksi Lapangan X dengan Menggunakan Simulasi Reservoir Muhammad Bima Furqan, Onnie Ridaliani, Bambang kustono Abstrak Penelitian ini meneliti tentang bagaimana cara mengoptimasikan produksi
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERAMALAN PRODUKSI SUMUR X DILAPISAN RESERVOIR Y DENGAN SIMULASI RESERVOIR
PERAMALAN PRODUKSI SUMUR X DILAPISAN RESERVOIR Y DENGAN SIMULASI RESERVOIR Deddy Phitra Akbar, Mumin Priyono Tamsil, Sri Feni M Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Dalam industri
Lebih terperinciPorositas Efektif
Gambar 4.2.3. Histogram frekuensi porositas total seluruh sumur. 4.2.3. Porositas Efektif Porositas efektif adalah porositas total yang tidak terisi oleh shale. Porositas efektif ditentukan berdasarkan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI 5.1. Analisis Litologi dari Crossplot Formasi Bekasap yang merupakan target dari penelitian ini sebagian besar tersusun oleh litologi sand dan shale, dengan sedikit konglomerat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE
ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE Cahaya Rosyidan, Listiana Satiawati* ), Bayu Satiyawira 1 Teknik Perminyakan-FTKE, Universitas Trisakti
Lebih terperinciEVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X
EVALUASI FORMASI SUMURGJN UNTUK PENENTUAN CADANGAN GAS AWAL (OGIP) PADA LAPANGAN X Abstrak Muhammad Fahdie, Asri Nugrahanti, Samsol Fakultas teknologi kebumian dan energi universitas trisakti Evaluasi
Lebih terperinciEvaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur
Evaluasi Formasi dan Estimasi Permeabilitas Pada Reservoir Karbonat Menggunakan Carman Kozceny, Single Transformasi dan Persamaan Timur Oleh: Ari Teguh Sugiarto 1109100053 Dosen Pembimbing: Prof. Dr.rer.nat
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR
BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR Pemodelan petrofisika reservoir meliputi pemodelan Vshale dan porositas. Pendekatan geostatistik terutama analisis variogram, simulasi sekuensial berbasis grid (Sequential
Lebih terperinciBAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI
BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa
Lebih terperinciBAB V ANALISA. dapat memisahkan litologi dan atau kandungan fluida pada daerah target.
BAB V ANALISA 5.1 Analisa Data Sumur Analisis sensitifitas sumur dilakukan dengan cara membuat krosplot antara dua buah log dalam sistem kartesian sumbu koordinat x dan y. Dari plot ini kita dapat memisahkan
Lebih terperinciKata kunci: recovery factor, surfactant flooding, seven-spot, saturasi minyak residu, water flooding recovery factor.
Pengembangan Persamaan untuk Mengestimasi Recovery Factor dari Surfactant Flooding pada Pola Injeksi Seven-Spot Gerdhy Ferdian* Dr. Ir. Leksono Mucharam** Abstrak Pemilihan metode peningkatan perolehan
Lebih terperinciData dan Analisis Ketidakpastiannya
Bab III Data dan Analisis Ketidakpastiannya Penelitian-penelitian geologi, geofisika dan petrofisika telah dilakukan dilapangan Batang. Beberapa penelitian yang mendukung untuk dilakukannya pemodelan reservoar
Lebih terperinciPEMODELAN 3 DIMENSI RESERVOAR LAPANGAN BATANG DAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN VOLUMETRIKNYA TESIS
PEMODELAN 3 DIMENSI RESERVOAR LAPANGAN BATANG DAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN VOLUMETRIKNYA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR
ANALISIS PENENTUAN ZONA PRODUKTIF DAN PERHITUNGAN CADANGAN MINYAK AWAL DENGAN MENGGUNAKANDATA LOGGING PADA LAPANGAN APR Anastasya P.R1) 1) Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Email
Lebih terperinciPengembangan Lapangan Y Menggunakan Simulasi Reservoir
Pengembangan Lapangan Y Menggunakan Simulasi Reservoir Lia Yunita Staf Pengajar Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta CoresponngAuthor. Email : ylia47@yahoo.com Lapangan
Lebih terperinciPENENTUAN DISTRIBUSI AREAL SATURASI MINYAK TERSISA SETELAH INJEKSI AIR PADA RESERVOIR X DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATERIAL BALANCE
PENENTUAN DISTRIBUSI AREAL SATURASI MINYAK TERSISA SETELAH INJEKSI AIR PADA RESERVOIR X DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATERIAL BALANCE Oleh : Muhamad Aji Pembimbing : Dr. Ir. Utjok W.R Siagian Sari Pengukuran
Lebih terperinciSTUDI PENEMPATAN SUMUR HORIZONTAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN RECOVERY
JTM Vol. XVI No. 3/2009 STUDI PENEMPATAN SUMUR HORIZONTAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN RECOVERY Abdurachman 1, Taufan Marhaendrajana 1 Sari Pada lapangan X, adanya bottom water drive membuat dibutuhkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan energi di dunia akan minyak dan gas bumi sebagai bahan bakar fosil yang utama cenderung meningkat seiring dengan perubahan waktu. Kebutuhan dunia
Lebih terperinciKlasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-127 Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density Ismail Zaky Alfatih, Dwa Desa Warnana, dan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM :
PENGEMBANGAN KORELASI KUMULATIF PRODUKSI MINYAK SUMURAN BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN SIFAT FISIK BATUAN LAPANGAN DALAM KONDISI WATER CONING DENGAN BANTUAN SIMULASI RESERVOIR TUGAS AKHIR Oleh: LUSY MARYANTI
Lebih terperinciPENENTUAN CEMENTATION EXPONENT (m) TANPA ADANYA CLEAN ZONE DAN WATER BEARING PADA RESERVOAR KARBONAT
PEETUA CEMETATIO EXPOET (m) TAPA ADAYA CLEA ZOE DA WATER BEARIG PADA RESERVOAR KARBOAT Oleh : Widya Utama, Puguh Hiskia, Benny ugroho Ardhiansyah, Septa Erik Prabawa Program Studi Geofisika Jurusan Fisika,
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.
Lebih terperinciPERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS
PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS Parameter-parameter fisis suatu batuan merupakan aspek penting dalam dunia eksplorasi
Lebih terperinciAnalisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin
Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti
Lebih terperinciDISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT
JTM Vol. XVI No.4/2009 DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT Deddy Surya Wibowo 1, Tutuka Ariadji 1 Sari Metode
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii SARI... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciKata kunci: Interpretasi seismik, Petrofisika, Volumetrik, OOIP
PERHITUNGAN VOLUMETRIK CADANGAN HIDROKARBON MENGGUNAKAN DATA PETROFISIK DAN SEISMIK PADA RESERVOIR BATUPASIR FORMASI TALANG AKAR, LAPANGAN CTR, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN Citra Fitriani 1, Makharani,S.Si
Lebih terperinciBab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer
Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Pada bab ini akan dijelaskan tentang model yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya kemudian dari model tersebut akan dioptimalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Hal ini menyebabkan minyak dan gas bumi menjadi salah satu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR.
PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR Oleh: ESTRI ANDROMEDA NIM : 12206038 Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciPERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT
PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT PADA RESERVOIR MULTI LAPISAN BERTENAGA DORONG AIR TUGAS AKHIR Oleh: SANDI RIZMAN H NIM
Lebih terperinciDAFTAR GAMBAR. Gambar 5. Pengambilan Conventinal Core utuh dalam suatu pemboran... Gambar 6. Pengambilan Side Wall Core dengan menggunakan Gun...
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kontribusi berbagai cabang disiplin ilmu dalam kegiatan eksplorasi (Peadar Mc Kevitt, 2004)... Gambar 2. Peta Lokasi Struktur DNF... Gambar 3. Batas batas Struktur DNF dari
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI LAPANGAN M DENGAN PENDEKATAN SIMULASI UNTUK MENENTUKAN SKENARIO PENGEMBANGAN MENGGUNAKAN METODE WATERFLOODING
PENINGKATAN PRODUKSI LAPANGAN M DENGAN PENDEKATAN SIMULASI UNTUK MENENTUKAN SKENARIO PENGEMBANGAN MENGGUNAKAN METODE WATERFLOODING Maria Irmina Widyastuti, 1 I Putu Suarsana, 1 Maman Djumantara 1 )Program
Lebih terperinciEVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON
EVALUASI DAN INTERPRETASI LOG DI LAPISAN X PADA LAPANGAN Y UNTUK MENGIDENTIFIKASI KANDUNGAN HIDROKARBON SKRIPSI Oleh : TRIJANTO GONDOSUSILO 113112002/ TM PRORAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciEoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said ABSTRAK
PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DI TEMPAT DENGAN METODE VOLUMETRIK DAN MATERIAL BALANCE GARIS LURUS HAVLENA-ODEH DAN PERKIRAAN PRODUKSI ZONA ENH PADA LAPANGAN X Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said 1 Program
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity.
BAB IV PEMBAHASAN Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity. Model porositas tunggal digunakan pada primary recovery yang hanya memerlukan nilai porositas dari pori-pori atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Gambar 1.1
I.1. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lapangan Reira telah diproduksi sejak 30 tahun yang lalu. Hingga saat ini telah lebih dari 90 sumur diproduksi di Reira. Pada awal masa eksploitasi, sumursumur
Lebih terperinciaintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28
Jurnal aintis Volume 1 Nomor 1, April 011, -8 ISSN: 1410-7783 Perhitungan Laju Alir Minyak Setiap Lapisan pada Sumur Commingle Distribution Of Calculated Rate Oil Flow To Commingle Well Ali Musnal Jurusan
Lebih terperinciANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA
ANALISA INVERSI ACOUSTIC IMPEDANCE (AI) UNTUK KARAKTERISASI RESERVOIR KARBONAT PADA LAPANGAN X FORMASI PARIGI CEKUNGAN JAWA BARAT UTARA Luxy Rizal Fathoni, Udi Harmoko dan Hernowo Danusaputro Lab. Geofisika,
Lebih terperinciBAB IV UNIT RESERVOIR
BAB IV UNIT RESERVOIR 4.1. Batasan Zona Reservoir Dengan Non-Reservoir Batasan yang dipakai untuk menentukan zona reservoir adalah perpotongan (cross over) antara kurva Log Bulk Density (RHOB) dengan Log
Lebih terperinciPerhitungan Volumetrik OOIP dan Analisis Ketidakpastiannya
Bab V Perhitungan Volumetrik OOIP dan Analisis Ketidakpastiannya Definisi dan terminologi dalam perhitungan volumetrik dalam studi ini dideskripsikan dalam diagram gambar V.1. Gross Pore Volume Total Pore
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciBAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN
BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iv PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN IGIP/RESERVES GAS
BAB IV PERHITUNGAN IGIP/RESERVES GAS Setelah dilakukannya pemodelan perangkap hidrokarbon yang ada di Lapangan Tango, juga perhitungan properti reservoir dengan melakukan analisis kuantitatif untuk menghasilkan
Lebih terperinciAcara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II
WELL LOG 1. Maksud dan Tujuan Maksud : agar praktikan mengetahui konsep dasar mengenai rekaman sumur pemboran Tujuan : agar praktikan mampu menginterpretasi geologi bawah permukaaan dengan metode rekaman
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN RESERVOIR
BAB III PEMODELAN RESERVOIR Penelitian yang dilakukan pada Lapangan Rindang dilakukan dalam rangka mendefinisikan reservoir Batupasir A baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa hal yang dilakukan
Lebih terperinciINTERPRETASI LITOLOGI BERDASARKAN DATA LOG SINAR GAMMA, RAPAT MASSA, DAN TAHANAN JENIS PADA EKSPLORASI BATUBARA
INTERPRETASI LITOLOGI BERDASARKAN DATA LOG SINAR GAMMA, RAPAT MASSA, DAN TAHANAN JENIS PADA EKSPLORASI BATUBARA (Studi Kasus : Formasi Muara Enim di Muara Tiga Selatan) T 622. 332 WIN LITHOLOGIC INTERPRETATION
Lebih terperinciBAB IV RESERVOIR KUJUNG I
BAB IV RESERVOIR KUJUNG I Studi geologi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui geometri dan potensi reservoir, meliputi interpretasi lingkungan pengendapan dan perhitungan serta pemodelan tiga dimensi
Lebih terperinciPemodelan Distribusi Saturasi Air Awal Pada Lapangan "X" Berdasarkan Data Analisa Petrophysic (Well Log) Dan Analisa Core
Pemodelan Distribusi Saturasi Air Awal Pada Lapangan "X" Berdasarkan Data Analisa Petrophysic (Well Log) Dan Analisa Core Oleh : Bambang Triwibowo * V Dedi Cahyoko Aji ** (* Dosen Teknik Geologi Universitas
Lebih terperinciPerkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)
Jurnal of Eart, Energy, Engineering ISSN: 2301 8097 Jurusan Teknik perminyakan - UIR Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X) Estimation Geothermal
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 8km
BAB I Pendahuluan I.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dengan luas sekitar 72 km 2 berada di Lapangan Duri bagian Utara, Kabupaten Bengkalis, Riau, Sumatera, Indonesia (Gambar I.1). 8km 9km Gambar I.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk. menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Eksplorasi hidrokarbon memerlukan analisis geomekanika untuk menghindari berbagai masalah yang dapat mempengaruhi kestabilan sumur pemboran. Analisis geomekanika
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PENGARUH KONDUKTIVITAS EFEKTIF REKAHAN TAK BERDIMENSI TERHADAP RADIUS INVESTIGASI PADA SUMUR REKAH VERTIKAL
STUDI TENTANG PENGARUH KONDUKTIVITAS EFEKTIF REKAHAN TAK BERDIMENSI TERHADAP RADIUS INVESTIGASI PADA SUMUR REKAH VERTIKAL TUGAS AKHIR Oleh: RYAN ALFIAN NOOR NIM 12206069 Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI
BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI Pada bab ini dibahas tentang beberapa metode metode analisis uji sumur injeksi, diantaranya adalah Hazebroek-Rainbow-Matthews 2 yang menggunakan prosedur
Lebih terperinciKELAKUAN PRODUKSI SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR REKAH ALAMI
IATMI 25-22 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 25 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 6-8 November 25. KELAKUAN PRODUKSI SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR REKAH
Lebih terperinciJl. Raya Palembang-Prabumulih KM.32 Indralaya Sumatera Selatan, Indonesia Telp/Fax. (0711) ;
STUDI EVALUASI DATA LOGGING DAN SIFAT PETROFISIKA UNTUK MENENTUKAN ZONA HIDROKARBON PADA LAPISAN BATU PASIR FORMASI DURI LAPANGAN BALAM SOUTH, CEKUNGAN SUMATERA TENGAH STUDY EVALUATION OF DATA LOGGING
Lebih terperinciBAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN
BAB IV MODEL GEOLOGI DAN DISTRIBUSI REKAHAN IV.1 Model Geologi Model geologi daerah penelitian dibuat berdasarkan data sumur, peta geologi permukaan terdahulu, dan kegempaan mikro. Untuk data lithologi
Lebih terperinciMETODE EVALUASI DAN PERAMALAN KELAKUAN PRODUKSI UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN-LAPANGAN TUA (BROWNFIELDS) TESIS
METODE EVALUASI DAN PERAMALAN KELAKUAN PRODUKSI UNTUK APLIKASI DI LAPANGAN-LAPANGAN TUA (BROWNFIELDS) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah Pada tahun 1997, PT CPI mengaplikasikan teknik perolehan dengan metode peripheral waterflood di lapangan Bekasap untuk mengimbangi penurunan
Lebih terperinciPEMODELAN RESERVOAR PADA FORMASI TALANG AKAR BAWAH, LAPANGAN YAPIN, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR
PEMODELAN RESERVOAR PADA FORMASI TALANG AKAR BAWAH, LAPANGAN YAPIN, CEKUNGAN SUMATRA SELATAN TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat menyelesaikan sarjana S1 Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian, yaitu Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan dari rangkaian cekungan sedimen busur belakang berumur Tersier yang terletak di Sumatra dan Laut
Lebih terperinciTESIS. satu syarat. Oleh NIM
METODE PEMILIHAN POLA INJEKSI-PRODUKSI UNTUK OPTIMASI INJEKSI AIR DI LAPANGAN X TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh ZIAD TOURIK
Lebih terperinciKesalahan pembulatan Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil
BAB V PEMBAHASAN Simulasi reservoar merupakan usaha untuk menirukan/memodelkan suatu reservoar yang sesungguhnya dengan model matematis sehingga perilaku reservoar di masa yang akan datang dapat diprediksi.
Lebih terperinciPenentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well
Penentuan Absolute Open Flow Pada Akhir Periode Laju Alir Plateau Sumur Gas Estimation Absolute Open Flow Of The End Of Plateau Rate Of Gas Well NOVRIANTI Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPENINGKATAN PRODUKSI PADA RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN MULTILATERAL WELL LAPANGAN X TESIS SRI FENI MAULINDANI NIM :
PENINGKATAN PRODUKSI PADA RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN MULTILATERAL WELL LAPANGAN X TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh SRI FENI
Lebih terperinciANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3
ANALISA LOG UNTUK MENENTUKAN AWAL ISI GAS DITEMPAT (OGIP) LAPANGAN X SUMUR RM-3 Profit Pradana, Sembodo, Suryo Prakoso Program Studi Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi, Universitas
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI. 3.1 Analisa Log. BAB III Dasar Teori
BAB III DASAR TEORI 3.1 Analisa Log Analisa log sumuran merupakan salah satu metoda yang sangat penting dan berguna dalam karakterisasi suatu reservoir. Metoda ini sangat membantu dalam penentuan litologi,
Lebih terperinciKARAKTERISASI BATUAN RESERVOUIR PASIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYDRAULIC FLOW UNIT PADA SUMUR X
KARAKTERISASI BATUAN RESERVOUIR PASIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE HYDRAULIC FLOW UNIT PADA SUMUR X M. Ghazian Rahman Aziz 1). Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi Trisakti E-mail:
Lebih terperinciWELL LOG INTRODUCTION
WELL LOG INTRODUCTION WELL LOGGING? Logging Rekaman suatu parameter versus jarak ataupun waktu Mud logging Log berdasarkan data pemboran, antara lain : cutting, gas reading, hc show, parameter lumpur,
Lebih terperinciPerbandingan Kinerja Reservoir Gas Konvensional dengan Coal Bed Methane (CBM) Suranto Dosen Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta
ISSN 2540-9352 JEEE Vol. 5 No. 1 Suranto Perbandingan Kinerja Reservoir Gas Konvensional dengan Coal Bed Methane (CBM) Suranto Dosen Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Reservoir gas konvensional
Lebih terperinciI Made Rommy Permana , Semester II 2010/2011 1
Sari KLASIFIKASI TINGKAT KELAYAKAN PLAN OF DEVELOPMENT (POD) DENGAN METODE QUICK LOOK I Made Rommy Permana * Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc.,Ph.D.** Perencanaan pengembangan lapangan (Plan Of Development POD)
Lebih terperinciBAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B
BAB 3 ANALSIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN DAN EVALUASI FORMASI RESERVOIR FORMASI BANGKO B Untuk melakukan analisis lingkungan pengendapan suatu reservoir dibutuhkan data batuan inti (core) dan juga melihat
Lebih terperinci