BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI
|
|
- Johan Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI Pada bab ini dibahas tentang beberapa metode metode analisis uji sumur injeksi, diantaranya adalah Hazebroek-Rainbow-Matthews 2 yang menggunakan prosedur coba coba (trial and error) dalam menentukan nilai P e di dalam plot log (P ws P e ) dengan waktu tutup sumur (Δt); Merill-Kazemi- Gogarty 3 yang memperhitungkan gradasi saturasi akibat perbedaan sifat dan karakteristik fluida yang diinjeksikan dan fluida reservoir; LP Bown 4 yang juga memperhitungkan gradasi saturasi seperti metode MKG dengan koreksi bahwa storage ratio tidak mempengaruhi kemiringan garis lurus kedua pada plot semilog tekanan dengan waktu Metode Hazebroek Rainbow Matthews Hazebroek Rainbow Matthews 2 mengemukakan sebuah metode analisa uji sumur injeksi untuk kondisi falloff dengan memberlakukan asumsi asumsi : o Pada suatu lapisan horizontal dengan ketebalan yang konstan seperti pada Gambar 3.1, dan volume porinya mengandung minyak, gas, dan air pada saturasi connate (S oi, S gi dan S wc ). Ketika air diinjeksikan pada laju yang konstan, gas dan minyak akan terdesak keluar sampai saturasi gas yang tersisa adalah saturasi gas tersisa, S gr. Sejumlah minyak yang terdorong disebut displaced oil sampai saturasi minyak tersisa,s or. 17
2 Gambar 3.1. Profil saturasi model HRM. 2 o Daerah di dekat sumur injeksi didominasi oleh air yang membentuk water bank dengan bentuk radial dan sumur berada di tengah lingkaran tersebut. Tepat setelah batas antara air dan minyak, terdapat oil bank dengan bentuk radial yang konsentrik (titik pusat lingkaran sama) dengan water bank seperti diilustrasikan pada Gambar 3.2 r e Gambar 3.2 Skema model water bank dan oil bank HRM. 2 o Sedangkan dalam kajiannya, ada dua kasus utama yang dibahas yaitu mobilitas air dan minyak adalah sama (mobility ratio, M=1) dan mobilitas air dan minyak berbeda (M 1). 18
3 3.1.1 Mobilitas air dan minyak sama (M=1) Sifat fluida dianggap tak termampatkan (incompressible) kecuali pada saat awal injeksi 2. Persamaan distribusi tekanan pada reservoir dengan fluida yang tak termampatkan adalah (3.1) Jari jari muka batas luar fluida dapat dicari dengan asumsi bahwa volume pori yang tadinya terisi oleh gas, terdesak oleh minyak yang terdesak oleh air yang diinjeksikan pada suatu waktu t, yaitu (3.2) Kemudian untuk tidak membingungkan dengan adanya tanda negatif pada laju injeksi (q i ), Persamaan 3.1 disusun ulang menjadi (3.3) dengan q i dalam tanda positif. Kemudian apabila sumur ditutup selama waktu t c, jari jari batas luar minyak membesar sampai sama dengan yang dicari dengan Persamaan 3.2 dan mengganti t = t c. Sehingga tekanan di formasi memenuhi persamaan distribusi (3.4) Setelah penutupan sumur injeksi, fluida yang mengalir ke dalam formasi hanyalah air yang ada di dalam tubing atau casing dan dalam laju yang mengecil. Jumlah air ini sangat kecil dibandingkan dengan jumlah fluida yang ada di dalam formasi. Meskipun jari jari batas luar air yang diinjeksikan membesar akibat adanya ekspansi air yang termampatkan, besar ekspansi ini dianggap kecil dan sesuai dengan asumsi fluida yang tak termampatkan atau sedikit termampatkan 19
4 (slightly compressible). Akibat dari hal ini, maka jari jari batas luar fluida dianggap tetap setelah dilakukan penutupan sumur injeksi, dan besar tekanan alir dasar sumur setelah pendistribusian tekanan sudah stabil, adalah sebagai berikut (3.5) dengan nilai r e tetap. Untuk menjaga laju alir q i konstan, diperlukan analisa terhadap tekanan di permukaan. Sesaat setelah sumur ditutup, ada dua kemungkinan perubahan pada tekanan di permukaan, yaitu a. Tekanan di permukaan menurun secara perlahan dan seluruh lubang sumur tetap dipenuhi oleh air. Aliran fluida ke dalam formasi (afterflow) hanya disebabkan ekspansi air termampatkan karena penurunan tekanan. Karena jumlahnya sangat kecil, dianggap tidak terjadi afterflow. Hal seperti ini biasanya terjadi pada reservoir yang mempunyai tekanan tinggi. b. Tekanan dipermukaan langsung turun menjadi nol pada waktu yang singkat setelah sumur ditutup dan tinggi kolom air di dalam lubang sumur langsung turun. Jumlah air yang masuk ke dalam formasi (afterflow) sama dengan jumlah pengurangan ketinggian permukaan air dari ujung atas lubang sumur sampai ketinggian permukaan air terakhir. Jumlah aliran akibat ekspansi air dapat dianggap tidak ada karena jumlahnya kecil dibandingkan dengan perubahan ketinggian permukaan air. Apabila tekanan permukaan pada saat adanya aliran afterflow adalah P h dan tekanan alir dasar sumur P wf, maka tekanan alir dasar sumur sesaat setelah sumur ditutup Untuk kasus A (tidak terjadi afterflow) (3.6) 20
5 Untuk kasus B (terjadi afterflow) (3.7) Apabila Persamaan 3.6 dan 3.7 diturunkan terhadap waktu, maka (3.8) di mana, untuk kasus A (3.9) dengan (P wf P h ) dianggap sama dengan tekanan hidrostatik, ρgz o. 2 Untuk kasus B (3.10) Sehingga tekanan dasar sumur dan tekanan reservoir (pada saat r = r w ) dapat dihubungkan dengan Persamaan 3.4 sampai 3.11 ini kemudian dicari solusinya, di dapat (3.11) Persamaan di atas dapat didekati dengan persamaan (3.12) (3.13) Untuk kebutuhan praktis, suku pertama dari deret eksponensial Persamaan 3.13 sudah cukup memberikan hasil nilai permeabilitas dan faktor skin. Dengan membandingkan suku pertama dari deret eksponensial Persamaan 3.12 dan 3.13, didapat hubungan 21
6 (3.14) yang dapat direduksi menjadi (3.15) Dengan mendapatkan nilai kh ini, maka dengan menggunakan Persamaan 3.3 yang dimodifikasi dalam satuan lapangan, diperoleh (3.16) dengan (3.17) Sedangkan nilai C 1, C 2 dan C 3 untuk kasus A (3.18) (3.19) (3.20) Untuk kasus B (3.21) (3.22) (3.23) Untuk kedua kasus, (3.24) 22
7 Nilai f(θ) didapat dari Gambar permukaan harus diambil pada saat sumur ditutup (t c ). dan tekanan dasar sumur dan tekanan Gambar 3.3 Kurva f(θ) 2 Pada kasus A dan beberapa kasus B, nilai C 1, C 2, C 3 dan θ biasanya kecil sehingga f(θ) dapat diambil pada f(0) = 181. Hal ini berarti menghilangkan efek afterflow. Sehingga Persamaan 3.15 dapat ditulis menjadi (3.25) Mobilitas Air dan Minyak berbeda (M 1) Untuk kasus mobilitas air dan minyak yang berbeda, dibatasi bahwa afterflow tidak terjadi dan fluida yang ada adalah tak termampatkan atau sedikit termampatkan. Hal ini untuk memudahkan pencarian solusi. Apabila hal ini terpenuhi, maka tekanan di daerah water bank, P 1, dan tekanan di daerah oil bank, P 2, pada saat injeksi adalah sebagai berikut 2 23
8 (3.26) (3.27) dengan (3.28) (3.29) Selanjutnya untuk menganalisa tekanan setelah dilakukan penutupan sumur, fluida dapat dianggap termampatkan (compressible). Tekanan dianggap memenuhi Persamaan 3.4 dan jari jari batas luar, r e, konstan setelah dilakukan penutupan, sehingga 2 (3.30) Seperti halnya pada kasus terdahulu, untuk kebutuhan praktis, suku pertama dari deret eksponensial Persamaan 3.30 sudah cukup memberikan hasil nilai permeabilitas dan faktor skin. Sehingga didapatkan 2 (3.31) (3.32) Sedangkan dalam satuan lapangan, dengan (3.33) (3.34) (3.35) 24
9 Untuk mencari nilai F, didapat dengan menggunakan Gambar 3.4, 3.5 dan 3.6 dengan nilai (3.36) dimana sebelum fill-up, (3.37) (3.38) Nilai C 1, C 2, dan C 3 tidak digunakan karena asumsi tidak adanya afterflow. Akan tetapi, dapat juga dihitung dulu nilai C 1 untuk memeriksa apakah metode yang di atas dapat dilakukan atau tidak. Disarankan, metode untuk M 1 ini dilakukan apabila, C 1 1. Faktor skin dapat dihitung dengan memodifikasi Persamaan 3.26 dalam satuan lapangan menjadi 2 (3.39) Berikut ini adalah gambar gambar yang digunakan untuk menentukan nilai F sebagai fungsi mobility ratio (M) dengan parameter R o dan perbandingan kompresibilitas minyak dan air (γ). Perbandingan kompresibilitas minyak dan air (γ) di sini hanya untuk γ = 1, γ = 2 dan γ = 4. Untuk nilai γ yang lain, dapat menggunakan teknik interpolasi maupun ekstrapolasi. 25
10 Gambar 3.4, Kurva untuk menentukan nilai F sebagai fungsi mobility ratio (M) dengan parameter R o untuk reservoir dengan γ =
11 Gambar 3.5, Kurva untuk menentukan nilai F sebagai fungsi mobility ratio (M) dengan parameter R o untuk reservoir dengan γ =
12 Gambar 3.6, Kurva untuk menentukan nilai F sebagai fungsi mobility ratio (M) dengan parameter R o untuk reservoir dengan γ =
13 3.5. Metode Merrill Kazemi Gogarty Merrill Kazemi Gogarty 3, menyatakan bahwa uji sumur falloff dapat digunakan untuk beberapa tujuan dengan memanfaatkan perbedaan sifat dan karakteristik fluida yang diinjeksikan, serta fluida reservoir yang menimbulkan ketidakkontinyuan saturasi antara daerah yang didominasi fluida yang diinjeksikan dan daerah yang didominasi fluida reservoir. Sebagai contoh sistem ini adalah reservoir yang sedang di injeksi air, reservoir gas yang dilakukan pembakaran in-situ dan reservoir yang dilakukan injeksi gas untuk penyimpanan gas, pengaturan tekanan dan sebagainya. Fungsi uji sumur falloff biasanya dipakai untuk mendeteksi jarak radius muka batas air - minyak, dan juga untuk menentukan sifat reservoir baik yang berada di zona yang dibelakang maupun zona yang di depan batas tersebut. Kemiringan (slope) dari segmen garis lurus pertama pada plot semilog tekanan dan waktu, biasanya digunakan untuk menentukan mobilitas zona pertama. Akan tetapi, kemiringan ini bisa jadi terpengaruhi oleh adanya fenomena wellbore storage. Sedangkan kemiringan dari segmen di luar daerah pertama, biasanya digunakan untuk menentukan sifat zona yang lain. Garis lurus ini sebetulnya fungsi dari mobility dan specific storage dari kedua fluida (yang diinjeksikan dan fluida resevoir). Oleh karena itu, seharusnya kemiringan ini tidak dapat digunakan secara langsung untuk menghitung mobility fluida yang diinjeksikan. Waktu penyimpangan dari segmen garis lurus pertama, Δt f1 *, bisa jadi dipengaruhi oleh muka batas air - minyak. Dengan menganggap waktu penyimpangan tak berdimensi, Δt Df1 *, adalah konstan pada beberapa reservoir, jarak muka batas ini ditentukan dengan (3.40) 29
14 Akan tetapi, pada kenyataannya Δt Df1 * tidak konstan dan merupakan fungsi dari mobility ratio dan specific storage ratio. Oleh karena itu, asumsi konstan tadi dapat memberikan kesalahan hasil yang mengakibatkan kesalahan interpretasinya Model Sistem Model dari sistem akibat adanya perbedaan sifat fluida injeksi dan fluida reservoir adalah seperti pada Gambar 3.7 Gambar 3.7 Model sistem 3 Pada Gambar 3.7 di atas, zona 1 adalah daerah yang didominasi oleh fluida yang dinjeksikan, berbentuk radial dengan jari jari r f1. Sedangkan daerah yang didominasi oleh fluida reservoir yang terdesak oleh fluida yang diinjeksikan, dalam hal ini minyak adalah zone 2 dengan jari jari r f2. Zone 3 adalah daerah dimana sifat reservoirnya masih asli, belum terpengaruh oleh adanya injeksi. Radius terluar, r e, tergantung dari lokasi dan pola sumur yang berpengaruh pada injeksi. Untuk banyak kasus, seperti reservoir yang terisi penuh oleh cairan ataupun sistem injeksi gas ataupun reservoir tiga zona yang jari jari zona 2, r f2, 30
15 jauh lebih besar dibandingkan dengan jari jari zona 1, r f1, zona 2 dan zona 3 adalah sama, sehingga dapat disederhanakan menjadi reservoir dengan dua zona saja Reservoir dengan Dua Zona Reservoir tiga zona dapat disederhanakan menjadi reservoir dua zona apabila serupa dengan yang disebutkan di atas. Gambar 3.8, 3.9 dan 3.10 adalah plot tekanan tak berdimensi dan waktu tak berdimensi dari uji sumur falloff dengan sifat fluida yang berbeda beda sesuai dengan yang ada di dalam gambar gambar tersebut. Gambar 3.8 Tekanan falloff hasil simulasi untuk sistem dua zona, mobility ratio lebih besar dari satu 3 31
16 Gambar 3.9 Tekanan falloff hasil simulasi untuk sistem dua zona, mobility ratio sama dengan satu 3 Gambar 3.10 Tekanan falloff hasil simulasi untuk sistem dua zona, mobility ratio lebih kecil dari satu 3 32
17 Pada gambar gambar tersebut, dibagi menjadi empat segmen yaitu segmen A yang menggambarkan bagian waktu dimana data tekanan sangat dipengaruhi oleh wellbore storage. Segmen B menggambarkan bagian waktu dimana terjadi transien tekanan mengalir secara radial pada zona 1 ( zona yang didominasi fluida penginjeksi ). Kemiringan pada segmen ini dapat digunakan untuk menentukan sifat reservoir pada zona 1. Segmen C adalah bagian waktu di mana transien tekanan mengalami transisi dari zona 1 ke zona 2. Segmen D adalah di mana transien tekanan dipengaruhi oleh sifat sifat dari kedua zona dan juga adanya efek batas. Gambar 3.11 dan 3.12 adalah plot yang menggambarkan efek dari mobility ratio dan specific storage ratio terhadap perbandingan kemiringan (slope) pada segmen D dengan kemiringan pada segmen A. Mobility ratio (M) didefinisikan sebagai berikut (3.41) dan specific storage ratio (3.42) dengan notasi 1 adalah milik dari fluida yang diinjeksikan, sedangkan notasi 2 adalah sifat dari fluida yang didesak. 33
18 Gambar 3.11 Efek mobility ratio dan storage ratio pada slope ratio 3 Gambar 3.12 Crossplot dari Gambar
19 Dengan ketergantungan slope ratio (m 2 /m 1 ) terhadap mobility ratio dan specific storage ratio, maka titik pertemuan antara kedua garis kemiringan tersebut, Δt Dfx, juga dipengaruhi oleh kedua efek tersebut. Gambar 3.13 menggambarkan Δt Dfx, sebagai fungsi slope ratio dengan specific storage ratio menjadi parameternya. Gambar Korelasi untuk menentukan dimensionless intersection time 3 Efek mobility ratio (M) direfleksikan oleh penyebaran data, oleh karena itu, parameter yang digunakan adalah specific storage ratio. Untuk slope ratio yang lebih kecil dari satu, maka data berada dalam satu daerah dimana specific storage ratio tidak mempunyai pengaruh. Contoh sistem specific storage ratio lebih kecil dari satu adalah injeksi air pada reservoir dengan kompresibilitas minyaknya tinggi. Sedangkan contoh dari sistem yang mempunyai specific storage ratio di atas satu adalah injeksi gas ataupun injeksi air untuk minyak dengan kompresibilitas yang rendah. 35
20 Dengan memodifikasi Persamaan 3.40, yaitu mengganti Δt f1 * dengan Δt fx, dan Δt Df1 * dengan Δt Dfx menjadi (3.43) kita dapat menentukan jari jari muka batas zone 1, apabila kita memiliki data specific storage (φ C t ) 1. Prosedur yang dipakai adalah a. Dari data plot semilog tekanan falloff, didapatkan kemiringan m 1, kemiringan m 2 dan dapat dicari slope ratio (m 2 /m 1 ). Juga bisa didapatkan Δt fx, merupakan titik pertemuan dua garis lurus. Untuk mencari mobility ratio 1, λ 1, dengan menggunakan persamaan (3.44) dengan q i adalah laju injeksi, BBi adalah faktor volume formasi fluida yang diinjeksikan, dan h adalah ketebalan lapisan b. Perkirakan specific storage (φ C t ) 2 dan hitung specific storage ratio [(φ C t ) 2 /(φ C t ) 1 ] c. Baca waktu deviasi tak berdimensi, Δt Dfx, dari Gambar 3.13 d. Dengan Persamaan 3.44, jari jari muka batas zone 1 dapat kita tentukan. Apabila kita tidak memiliki data specific storage (φ C t ) 1, maka prosedurnya akan dijelaskan nanti Wellbore Storage (Afterflow) Seperti yang sudah dijelaskan pada Gambar 3.8, 3.9 dan 3.10, pada segmen A, kemiringan dari plot semilog tersebut dipengaruhi oleh adanya wellbore storage. Wellbore storage ini menurut Kazemi et.al 6, dapat menutupi 36
21 segmen garis lurus ini bahkan sampai ketika titik deviasi (jarak batas zona 1) tercapai. Ini dapat terjadi apabila perubahan ketinggian permukaan fluida yang diinjeksi pada lubang sumur turun drastis dari ketinggian semula (ujung atas lubang sumur). Apabila hal ini terjadi, maka akan mengakibatkan kemiringan yang di dapat lebih besar dari kemiringan yang di dapat apabila efek wellbore storage tidak ada. Untuk mengatasi hal itu, perlu diturunkan nilai wellbore storage maksimum supaya efek ini tidak merusak hasil analisa. Menurut Ramey 7, waktu tak berdimensi yang dicapai ketika efek wellbore storage dapat diabaikan adalah (3.45) dengan waktu tutup sumur tak berdimensi, Δt D (3.46) dan konstanta wellbore storage tak berdimensi, C D (3.47) Menurut Merrill Kazemi Gogarty, sebaiknya efek wellbore storage dapat dihilangkan pada minimal satu skala log sebelum pengaruh batas fluida terasa. Dengan mendefiniskan waktu tak berdimensi untuk mencapai sampai efek batas fluida terasa, Δt D *, dapat ditulis (3.48) (3.49) sehingga (3.50) 37
22 atau dapat juga ditulis (3.51) Nilai C ini sebagai nilai wellbore storage maksimum yang diijinkan sehingga tidak mengganggu kemiringan segmen B (m 1 ) Metode untuk Memperkirakan Saturasi Air Uji sumur falloff pada beberapa sistem dilakukan dengan prosedur coba coba (trial and error) untuk menentukan sifat reservoir zona 1 dan zona 2 juga letak ketidakkontinyuan, r f1. Untuk injeksi air, lokasi batas air dan minyak dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung dari data yang ada, yaitu a. Persamaan material balance (3.52) b. Persamaan intersection time (3.53) Untuk sebagian besar pemakaian, hanya variabel mobilitas fluida yang diinjeksikan, λ 1, dan waktu titik persimpangan garis kemiringan, Δt fx, yang dapat ditentukan langsung dari analisa plot semilog. Variabel variabel yang lain, S w, C t, Δt Dfx, dan S wc dapat ditentukan dengan cara yang tidak langsung. Persamaan persamaan yang dipakai adalah (3.54) (3.55) (3.56) 38
23 dengan mensubtitusikan Persamaan 3.56 ke dalam Persamaan 3.54, (3.57) dengan prosedur sebagai berikut : a. Untuk S wc diketahui a.1. Dari data plot semilog tekanan falloff, didapatkan kemiringan 1 (m 1 ), kemiringan 2 (m 2 ) dan dapat dicari slope ratio (m 2 /m 1 ). Juga bisa didapatkan Δt fx, merupakan titik pertemuan dua garis kemiringan. Untuk mencari mobility ratio 1, λ 1, dengan menggunakan persamaan (3.58) a.2. Asumsikan nilai saturasi air (Sw) pada zona 1 dan hitung specific storage ratio [(φ C t ) 2 /(φ C t ) 2 ] dengan Persamaan S w pada zona 2 adalah S wc a.3. Baca waktu deviasi tak berdimensi, Δt Dfx, dari Gambar 3.13 a.4. Hitung nilai E dengan Persamaan 3.55 dan nilai S w dengan Persamaan 3.57 a.5. Ulangi langkah a.2, a.3 dan a.4 sampai selisih antara S w yang dihitung dengan S w asumsi adalah 0 (S w asumsi = S w dihitung) b. Untuk S wc tidak diketahui Untuk S wc tidak diketahui, maka dilakukan coba coba dua kali (double trial and error), yaitu b.1. Asumsikan suatu nilai S wc, dan lakukan perhitungan seperti pada bagian a. b.2. Apabila nilai S w asumsi dan S w dihitung belum sama, ganti nilai S wc. b.3. Ulangi langkah b.2 dan b.3 sampai nilai S w asumsi sama dengan S w dihitung 39
24 3.2.5 Catatan dari Walter Dowdle 8 Prosedur coba coba (trial and error) untuk menentukan saturasi air dapat disederhanakan sehingga Persamaan 3.54, 3.55 dan 3.57 tidak diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara a. Asumsikan nilai S w b. Hitung S w S wc c. Hitung nilai C t dengan Persamaan 3.56 d. Hitung r f1 dengan Persamaan 3.52 e. Hitung r f1 dengan Persamaan 3.53 f. Plotkan kedua r f1 (hasil d dan e ) sebagai fungsi saturasi, titik potong kedua kurva adalah saturasi air pada daerah tepat dibelakang batas air dan minyak seperti pada Gambar 3.14 g. Gambar Plot jarak batas (r f ) dengan Persamaan 3.52 dan
25 3.6. Metode L.P. Brown L.P. Brown 4 mengemukakan sebuah metode analisa uji sumur injeksi dengan mempertanyakan masalah masalah yang sering ditujukan pada studi composite reservoir ini antara lain : a. Seberapa besar zona yang dipengaruhi oleh fluida yang diinjeksikan supaya memberikan analisa secara grafis dan mendapatkan perkiraan yang akurat tentang parameter pada zona tersebut. b. Seberapa lama dan kapan terjadinya periode transisi pada data tekanan antara yang menggambarkan daerah yang terinvasi dengan daerah yang parameternya masih asli. c. Apa pengaruh wellbore storage dan faktor skin terhadap respon transien tekanan pada composite reservoir Model Sistem Reservoir seperti pada Gambar 3.15 di bawah, menggambarkan suatu sumur injeksi pada tahapan pertama proyek secondary atau tertiary recovery. Gambar 3.15 Model Sistem L.P Brown 4 41
26 3.3.2 Diskusi Pada studi yang dilakukan L.P Brown ini, memformulasikan ulang model yang diajukan oleh Satman etc dengan model basis pada properti pada daerah reservoir yang asli. Pada daerah tak terinvasi, parameter parameter batuan maupun fluidanya sama dengan parameter parameter batuan dan fluida reservoir asli. Sedangkan pada daerah terinvasi, parameter parameter batuan dan atau fluidanya dapat berbeda dengan parameter parameter batuan dan fluida reservoir asli. Sensitivitas yang dilakukan dalam studi ini adalah set parameter seperti viskositas, saturasi dan kompresibilitas fluida pada daerah terinvasi dibuat sama dengan pada fluida reservoir asli. Sedangkan parameter permeabilitas, porositas dan kompresibilitas batuannya dibuat berbeda untuk mensimulasikan sebuah sumur produksi yang rusak ataupun adanya perbaikan. Juga dilakukan set parameter fluida dan batuan daerah terinvasi dibuat berbeda dengan daerah tak terinvasi untuk mensimulasikan sumur injeksi dalam suatu proyek secondary atau tertiary recovery. Studi ini dilakukan untuk memprediksi respon tekanan sumur pada composite reservoir yang diproduksikan pada suatu laju produksi. Sedangkan untuk uji sumur buildup dapat dibangun dengan menggunakan prinsip superposisi. Solusi tekanan sumur tak berdimensi dalam ruang Laplace seperti Persamaan 3.59 Dengan (3.59) 42
27 Inversi ke dalam P DW ruang nyata dapat dilakukan dengan algoritma Stehfest dan dapat diplotkan sebagai fungsi t D dengan variasi nilai S, C D, r D, λ dan η. Dalam studi ini, plot yang dibentuk bukan log P DW vs log t D seperti pada umumnya, tetapi diajukan metode grafis yang menggunakan plot antara kemiringan (slope) P DW yang diturunkan terhadap log t D dengan log t D, dengan transformasi sebagai berikut (3.60) Contoh dari plot ini seperti ditunjukkan pada Gambar 3.16 sampai Gambar 3.20 Gambar 3.16 Contoh plot (dp D /d log t D ) vs log t D 4 43
28 Gambar 3.17 Contoh plot (dp D /d log t D ) vs log t D 4 Gambar 3.18 Contoh plot (dp D /d log t D ) vs log t D 4 44
29 Gambar Contoh plot (dp D /d log t D ) vs log t D 4 Gambar 3.20 Contoh plot (dp D /d log t D ) vs log t D 4 45
30 Plot plot ini menunjukkan bahwa faktor skin hanya menambah selisih tekanan yang konstan pada tekanan tak berdimensi, dan tidak mengubah bentuk kurva seperti dihubungkan dengan Persamaan 3.61 (3.61) Diharapkan hubungan tersebut dapat dipakai juga dalam composite reservoir. Beberapa hal yang dapat diambil dari studi ini : a. Pada waktu waktu awal, nilai (dp D /d log t D ) adalah (ln 10/2 λ). Hal ini menggambarkan garis lurus pertama pada plot semilog yang mempunyai kemiringan (ln 10/2 ) b. Pada waktu waktu akhir, nilai (dp D /d log t D ) adalah (ln 10/2). Hal ini menggambarkan garis lurus kedua pada plot semilog yang mempunyai kemiringan (ln 10/2 ) c. Lama (durasi) periode transisi adalah paling sedikit sekitar 2 skala log. Hal ini terjadi pada saat storage ratio ((φ C t ) 1 /(φ C t ) 2 ) reservoir adalah satu. d. Untuk reservoir dengan storage ratio kurang dari satu, kemiringan plot P DW vs log t D pada akhir transisi adalah lebih kecil dari kemiringan garis lurus semilog terakhir e. Untuk reservoir dengan storage ratio lebih dari satu, kemiringan plot P DW vs log t D pada akhir transisi adalah lebih besar dari kemiringan garis lurus semilog terakhir f. Untuk reservoir dengan storage ratio sama dengan satu, kemiringan plot P DW vs log t D pada akhir transisi adalah lebih besar dari kemiringan garis lurus semilog terakhir jika mobility ratio (M) kurang dari satu, dan lebih kecil dari kemiringan garis lurus semilog terakhir jika mobility ratio (M) lebih dari satu Gambar 3.21 menunjukkan bahwa kemiringan terakhir selalu memberikan harga (ln 10/2) meskipun dengan harga storage ratio yang berbeda beda. Hal ini memberikan koreksi terhadap kesimpulan yang didapat oleh MKG 46
31 Gambar 3.21 Contoh plot (dp D /d log t D ) vs log t D dengan storage ratio yang berbeda - beda Aplikasi untuk analisa uji sumur Dengan definisi tekanan tak berdimensi dan waktu tak berdimensi sebagai berikut (3.62) (3.63) maka (3.64) dengan nilai (dp/d log t) adalah kemiringan dari plot semilog yang didapat pada uji sumur yang biasa dikenal sebagai m, sehingga (3.65) 47
32 Pada garis lurus pertama nilai (dp D /d log t D ) adalah (ln 10/2), sehingga kemiringan data pada daerah terinvasi (m 1 ) atau (3.66) Pada garis lurus terakhir nilai (dp D /d log t D ) adalah (ln 10/2), sehingga kemiringan data pada daerah tak terinvasi (m 2 ) (3.67) Persamaan persamaan ini menggambarkan aproksimasi pada waktu akhir solusi line source reservoir dan digunakan untuk membangun persamaan persamaan yang digunakan untuk analisa secara grafis respon tekanan sumur pada composite reservoir sebagai berikut (3.68) (3.69) (3.70) (3.71) Kesimpulan Studi L.P Brown a. Model composite reservoir secara semi analitik telah diajukan dan dibuktikan dapat digunakan b. Model tersebut, dengan tanpa wellbore storage, pada plot semilog data tekanan muncul sebagai dua garis lurus, menggambarkan mobilitas daerah terinvasi dan daerah tak terinvasi c. Storage ratio reservoir hanya mempengaruhi terjadinya dan bentuk periode transisi antara dua garis lurus semilog dan tidak mempengaruhi kemiringan garis semilog tersebut 48
33 d. Daerah transisi mempunyai karakter bentuk yang bergantung pada mobility ratio (M) dan storage ratio dari kedua daerah e. Persamaan untuk analisa composite reservoir telah dibangun dan sudah diverifikasi menggunakan data sintetik f. Composite reservoir dengan daerah terinvasi sejauh ft dapat dianalisa dengan metode ini g. Wellbore storage mengakibatkan kesulitan mendapatkan keakuratan analisa dan dapat dikurangi atau dihilangkan dengan metode metode yang ada untuk mendapatkan keakuratan yang lebih. 49
BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI
BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa
Lebih terperinciBAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN
BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI UJI SUMUR DRAWDOWN DAN BUILD UP
BAB II LANDASAN TEORI UJI SUMUR DRAWDOWN DAN BUILD UP Pada bab ini akan dijelaskan tentang uji sumur drawdown dan buildup untuk fluida dengan fasa tunggal, hal ini berdasarkan Earlougher 1, apabila mobility
Lebih terperinciEVALUASI METODE METODE ANALISA TRANSIEN TEKANAN PADA SUMUR INJEKSI. Thesis DODI SETIAWAN NIM :
EVALUASI METODE METODE ANALISA TRANSIEN TEKANAN PADA SUMUR INJEKSI Thesis Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : DODI SETIAWAN NIM
Lebih terperinciBAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI
BAB V KARAKTERISASI DAN APLIKASI V. Kurva Fractional flow History matching dilakukan terhadap data produksi aktual dibandingkan dengan data produksi hasil perhitungan. History matching ini menggunakan
Lebih terperinciGambar 11. Perbandingan hasil produksi antara data lapangan dengan metode modifikasi Boberg- Lantz pada sumur ADA#22
Sekali lagi dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa perbandigan kurva produksi metode modifikasi Boberg-Lantz dengan data lapangan berpola mendekati. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan kenaikan produksi
Lebih terperinciAnalisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing
Abstract JEEE Vol. 5 No. 1 Novrianti, Yogi Erianto Analisis Performance Sumur X Menggunakan Metode Standing Dari Data Pressure Build Up Testing Novrianti 1, Yogi Erianto 1, Program Studi Teknik Perminyakan
Lebih terperinciANALISA UJI TUTUP (PRESSURE BUILDUP TEST) DENGAN MENGGUNAKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFUSI ALIRAN SATU FASE
ANALISA UJI TUTUP (PRESSURE BUILDUP TEST) DENGAN MENGGUNAKAN SOLUSI PERSAMAAN DIFUSI ALIRAN SATU FASE Hardiyanto 1 1 Program Studi Nautika, Politeknik Negeri Bengkalis E-mail: hardiyanto@polbeng.ac.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama kali muncul pada tahun 1858 ketika minyak mentah ditemukan oleh Edwin L. Drake di Titusville (IATMI SM STT MIGAS
Lebih terperinciTotal skin factor, s d : damage skin. s c+θ : skin karena partial completion dan slanted well. s p : skin karena perforation
Total skin factor, s d : damage skin s c+θ : skin karena partial completion dan slanted well s p : skin karena perforation s pseudo : skin karena perubahan fasa dan rate 1. skin due to formation damage,
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 29 Bandung, 2- Desember 29 Makalah Profesional IATMI 9-16 ANALISIS DATA WATER OIL RATIO UNTUK MEMPREDIKSI NILAI PERMEABILITAS VERTIKAL
Lebih terperinciTinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara
Lebih terperinciMetodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir
Bab III Metodologi Penelitian III.1 Diagram Alir Penelitian Diagram pada Gambar III.1 berikut ini merupakan diagram alir yang menunjukkan tahapan proses yang dilakukan pada penelitian studi simulasi injeksi
Lebih terperinciKAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X
KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X Abstrak Margaretha Marissa Thomas, Siti Nuraeni, Rini Setiati Jurusan Teknik Perminyakan Universitas
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 4. Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan permasalahan pada penelitian ini adalah:
Bab 1 Pendahuluan Pada saat produksi awal suatu sumur minyak, fluida dapat mengalir secara natural dari dasar sumur ke wellhead atau kepala sumur. Seiring dengan meningkatnya produksi dan waktu operasi,
Lebih terperinciAnalisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin
Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti
Lebih terperinciGambar Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus (a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi 3)
4.2. Injeksi Air (Waterflooding) Waterflooding merupakan metode perolehan tahap kedua dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan perolehan minyak yang bergerak dari reservoir
Lebih terperinciPERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT
PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT PADA RESERVOIR MULTI LAPISAN BERTENAGA DORONG AIR TUGAS AKHIR Oleh: SANDI RIZMAN H NIM
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iv
Lebih terperinciPENENTUAN DISTRIBUSI AREAL SATURASI MINYAK TERSISA SETELAH INJEKSI AIR PADA RESERVOIR X DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATERIAL BALANCE
PENENTUAN DISTRIBUSI AREAL SATURASI MINYAK TERSISA SETELAH INJEKSI AIR PADA RESERVOIR X DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP MATERIAL BALANCE Oleh : Muhamad Aji Pembimbing : Dr. Ir. Utjok W.R Siagian Sari Pengukuran
Lebih terperinciPERAMALAN KURVA IPR UNTUK SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR EDGE WATER DRIVE
PERAMALAN KURVA IPR UNTUK SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR EDGE WATER DRIVE Oleh: Reza Oktokilian Chon *) Pembimbing: Dr. Ir. Pudjo Sukarno Dr.Ir. Asep Kurnia Permadi Sari Makalah ini merupakan hasil penelitian
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR
STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : RADEN
Lebih terperinciSTUDI TENTANG PENGARUH KONDUKTIVITAS EFEKTIF REKAHAN TAK BERDIMENSI TERHADAP RADIUS INVESTIGASI PADA SUMUR REKAH VERTIKAL
STUDI TENTANG PENGARUH KONDUKTIVITAS EFEKTIF REKAHAN TAK BERDIMENSI TERHADAP RADIUS INVESTIGASI PADA SUMUR REKAH VERTIKAL TUGAS AKHIR Oleh: RYAN ALFIAN NOOR NIM 12206069 Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBab II Tinjauan Pustaka
Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Injeksi Air Injeksi air merupakan salah satu metode Enhanced Oil Recovery (aterflood) untuk meningkatkan perolehan minyak yang tergolong injeksi tak tercampur. Air injeksi
Lebih terperinciBab V Metode Peramalan Produksi Usulan Dan Studi Kasus
3 25 2 15 1 5 Minyak Air Gas 15-Jun-94 28-Oct-95 11-Mar-97 24-Jul-98 6-Dec-99 19-Apr-1 1-Sep-2 14-Jan-4 28-May-5 14 12 1 8 6 4 2 Bab V Metode Peramalan Produksi Usulan Dan Studi Kasus V.1. Metode Peramalan
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Permasalahan...
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST PADA SUMUR X LAPANGAN Y DENGAN METODE HORNER MANUAL DAN ECRIN 4.
ANALISA PRESSURE BUILD UP TEST PADA SUMUR X LAPANGAN Y DENGAN METODE HORNER MANUAL DAN ECRIN 4.10 Agus Andri Yulianto, Djoko Sulistyanto, Albert Larope Abstract The main purpose of a hydrocarbons well
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix
Lebih terperinciOleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**
IDENTIFIKASI PENGARUH KEDALAMAN PENGUKURAN TEKANAN, SIFAT MINYAK, DAN BATUAN RESERVOIR TERHADAP PENENTUAN JUMLAH MINYAK AWAL di RESERVOIR DENGAN METODE MATERIAL BALANCE Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir.
Lebih terperinciBab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer
Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Pada bab ini akan dijelaskan tentang model yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya kemudian dari model tersebut akan dioptimalisasi
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR
BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR Pemodelan petrofisika reservoir meliputi pemodelan Vshale dan porositas. Pendekatan geostatistik terutama analisis variogram, simulasi sekuensial berbasis grid (Sequential
Lebih terperinciDISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT
JTM Vol. XVI No.4/2009 DISAIN WAKTU BUKA SUMUR UJI BACK PRESSURE PADA SUMUR MINYAK SEMBUR ALAMI UNTUK MEMBERIKAN HASIL PERMEABILITAS YANG LEBIH AKURAT Deddy Surya Wibowo 1, Tutuka Ariadji 1 Sari Metode
Lebih terperinciSistem Sumur Dual Gas Lift
Bab 2 Sistem Sumur Dual Gas Lift 2.1 Metode Pengangkatan Buatan (Artificial Lift Penurunan tekanan reservoir akan menyebabkan penurunan produktivitas sumur minyak, serta menurunkan laju produksi sumur.
Lebih terperinciBerikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).
Gambar 3.17 Grafik silang antara porositas inti bor dan porositas log densitas. Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar
Lebih terperinciPerencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada
3.1.2. Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses waterflood itu sendiri. Perkiraan
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciANALISA PENENTUAN KARAKTERISTIK RESERVOIR, KERUSAKAN FORMASI, DAN DELIVERABILITAS GAS PADA SUMUR AST-1
Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 ANALISA PENENTUAN KARAKTERISTIK RESERVOIR, KERUSAKAN FORMASI, DAN DELIVERABILITAS GAS PADA SUMUR AST-1 Muh.
Lebih terperinciOPTIMASI LAJU PRODUKSI PADA SUMUR GAS X-01 DAN SUMUR GAS X-02 PADAA LAPANGAN Y BERDASARKAN DATAA UJI DELIVERABILITY SKRIPSI
OPTIMASI LAJU PRODUKSI PADA SUMUR GAS X-01 DAN SUMUR GAS X-02 PADAA LAPANGAN Y BERDASARKAN DATAA UJI DELIVERABILITY SKRIPSI Oleh ; FADHIL SANDY 113.060.076 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN...vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR
Lebih terperinciANALISA PRESSURE BUILD-UP TEST DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORNER MANUAL UNTUK PENENTUAN KERUSAKAN FORMASI PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI
ANALISA PRESSURE BUILD-UP TEST DENGAN MENGGUNAKAN METODE HORNER MANUAL UNTUK PENENTUAN KERUSAKAN FORMASI PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI Disusun Oleh : BENI PRAMONO 113.090.159/ TM PROGRAM STUDI TEKNIK
Lebih terperinciANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT
ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM
BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM Tujuan utama analisis variogram yang merupakan salah satu metode geostatistik dalam penentuan hubungan spasial terutama pada pemodelan karakterisasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciKELAKUAN PRODUKSI SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR REKAH ALAMI
IATMI 25-22 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 25 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 6-8 November 25. KELAKUAN PRODUKSI SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR REKAH
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI
EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI Imam Kurniawan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak Penelitian ini mengevaluasi perekahan
Lebih terperinciKURVA IPR SUMUR MULTI-LATERAL PADA RESERVOIR BERTENAGA DORONG GAS TERLARUT TUGAS AKHIR. Oleh: FRANKY DANIEL SAMOSIR NIM
KURVA IPR SUMUR MULTI-LATERAL PADA RESERVOIR BERTENAGA DORONG GAS TERLARUT TUGAS AKHIR Oleh: FRANKY DANIEL SAMOSIR NIM 12204005 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK
Lebih terperinciPRESSURE BUILDUP TEST ANALYSIS WITH HORNER AND STANDING METHODS TO GET PRODUCTIVITY CONDITION OF SGC-X WELL PT. PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD JAMBI
1 ANALISA DATA PRESSURE BUILDUP TEST DENGAN METODE HORNER DAN STANDING UNTUK MENGETAHUI KONDISI PRODUKTIVITAS SUMUR SGC-X PT. PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD JAMBI PRESSURE BUILDUP TEST ANALYSIS WITH HORNER
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciKEASLIAN KARYA ILMIAH...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR
Lebih terperinciStudi Kasus dan Analisa Simulasi
Bab 5 Studi Kasus dan Analisa Simulasi Alokasi gas injeksi pada sumur dual gas lift memerlukan hubungan antara laju injeksi gas terhadap laju produksi minyak untuk masing-masing tubing (string). Kurva
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISIS SIFAT PATAHAN (SEALING-LEAKING) BERDASARKAN DATA TEKANAN, DECLINE CURVE, DAN CONNECTIVITY INJECTION PADA LAPANGAN DIMA Alfredo, Djoko Sulistyanto Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti
Lebih terperinciPENGEMBANGAN METODE USULAN PERAMALAN WATER CUT SUMURAN MENGGUNAKAN DATA PERMEABILITAS RELATIF DAN METODE X-PLOT
JTM Vol. XVII No. 2 /2 PENGEMBANGAN METODE USULAN PERAMALAN WATER CUT SUMURAN MENGGUNAKAN DATA PERMEABILITAS RELATIF DAN METODE X-PLOT Yenny Delvia Rosa Br Sinaga, Tutuka Ariadji Sari Lapangan minyak tua
Lebih terperinciEVALUASI WATERFLOOD ZONA 560 DAN ZONA 660 LAPANGAN X MENGGUNAKAN OFM PADA TAHUN
EVALUASI WATERFLOOD ZONA 560 DAN ZONA 660 LAPANGAN X MENGGUNAKAN OFM PADA TAHUN 1984-2005 Reswin Hamdi Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti E-mail: reswin_hamdi@yahoo.com
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH KEMAMPUMAMPATAN TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH KEMAMPUMAMPATAN TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 5224 KOMPONEN PENURUNAN (SETTLEMENT) Penambahan beban di atas suatu permukaan
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR
Lebih terperinciIkatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 009 Bandung, -5 Desember 009 Makalah Profesional IATMI 09-003 Mencari Hubungan Storativity Ratio dan Interporosity Flow Coefficient dengan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISIS GAS ASSOSIATED PADA LAPISAN LP DI LAPANGAN BUGEL DENGAN PEMILIHAN SKENARIO TERBAIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI Deny Handryansyah, Djoko Sulistiyanto, Hari K. Oestomo Jurusan Teknik Perminyakan,
Lebih terperinciPERENCANAAN PATTERN FULL SCALE UNTUK SECONDARY RECOVERY DENGAN INJEKSI AIR PADA LAPANGAN JAN LAPISAN X1 DAN LAPISAN X2
PERENCANAAN PATTERN FULL SCALE UNTUK SECONDARY RECOVERY DENGAN INJEKSI AIR PADA LAPANGAN JAN LAPISAN X1 DAN LAPISAN X2 Jannisto Harrison Mongan Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian dan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM :
PENGEMBANGAN KORELASI KUMULATIF PRODUKSI MINYAK SUMURAN BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN SIFAT FISIK BATUAN LAPANGAN DALAM KONDISI WATER CONING DENGAN BANTUAN SIMULASI RESERVOIR TUGAS AKHIR Oleh: LUSY MARYANTI
Lebih terperinciKonsep Gas Deliverability
BAB 3 Konsep Gas Deliverability Terdapat tiga komponen penting dalam gas deliverability, yaitu aliran gas di reservoir, aliran gas sepanjang pipa vertikal, dan aliran gas sepanjang pipa horizontal. Ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurunnya angka produksi minyak dan gas bumi dewasa ini memberikan konsekuensi yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Kebutuhan akan sumber daya minyak dan gas
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Diskusi
Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Studi Kelayakan Hasil plot silang antara data sifat reservoir dan data sifat batuan sintetik menunjukkan adanya korelasi yang bagus pada sebagian parameter, dengan koefisien
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN 1 BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN
HALAMAN JUDUL ------------------------------------------------------------------- i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ------------------------- ii HALAMAN PENGESAHAN -------------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah Pada tahun 1997, PT CPI mengaplikasikan teknik perolehan dengan metode peripheral waterflood di lapangan Bekasap untuk mengimbangi penurunan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR II.1. Model Reservoir Rekah Alam
BAB II TEORI DASAR Pada saat ini jenis reservoir rekah alam mulai sering ditemukan, hal ini dikarenakan semakin menipisnya reservoir batu klastik yang mengandung hidrokarbon. Fakta menunjukkan bahwa sekitar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN FAKTOR SKIN YANG TERGANTUNG PADA LAJU ALIR DAN WAKTU UNTUK SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR BERTENAGA DORONG GAS TERLARUT
Sari PERKEMBANGAN FAKTOR SKIN YANG TERGANTUNG PADA LAJU ALIR DAN WAKTU UNTUK SUMUR MINYAK PADA RESERVOIR BERTENAGA DORONG GAS TERLARUT Oleh : Radhintya Danas Okvendrajaya* Pembimbing : Dr. Ir. Pudjo Sukarno
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. memperbesar jari-jari pengurasan sumur sehingga seakan-akan lubang
BAB VI KESIMPULAN 1. Operasi Radial Jet Drilling merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan rate produksi suatu sumur yang mempunyai prinsip membuat lubang yang berfungsi untuk mengurangi
Lebih terperinci1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan
Lebih terperinciMETODE STRAIGHT-LINE MATERIAL BALANCE PADA RESERVOIR GAS REKAH ALAM
METODE STRAIGHT-LINE MATERIAL BALANCE PADA RESERVOIR GAS REKAH ALAM Andini W Mulyandari* Abstrak Reservoir rekah alam memiliki sistem yang kompleks karena adanya dua sistem porositas, yaitu porositas matriks
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Penentuan Zona Reservoar dan Zona Produksi Penentuan zona reservoir dilakukan dengan menggunakan cutoff volume serpih (VSH) dan porositas efektif (PHIE) pada zona target.
Lebih terperinciPemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan
Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah
BAB I PENDAHULUAN Kegiatan ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah kegiatan eksplorasi dilaksanakan dan ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kiprah dan perjalanan PT. Chevron Pacific Indonesia yang telah cukup lama ini secara perlahan diikuti oleh penurunan produksi minyak dan semakin kecilnya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR.
PENGEMBANGAN KORELASI USULAN UNTUK PENENTUAN LAMA WAKTU LAJU ALIR PLATEAU PADA SUMUR GAS KONDENSAT DENGAN FAKTOR SKIN TUGAS AKHIR Oleh: ESTRI ANDROMEDA NIM : 12206038 Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... HALAMAN PENGESAHAN.... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... HALAMAN PERSEMBAHAN.... KATA PENGANTAR.... RINGKASAN.... DAFTAR ISI.... viii DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL....
Lebih terperinciANALISIS DATA UJI PRESSURE BUILD-UP
JP Vol.1 No.3 Mei 017 ISSN 549-1008 ANALISIS DATA UJI PRESSURE BUILD-UP DAN MODIFIED ISOCHRONAL UNTUK MENGETAHUI KONDISI RESERVOIR DAN PRODUKTIVITAS SUMUR GAS RM#13 PT. PERTAMINA EP ASSET PENDOPO FIELD
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA PRESSURE BUILD UP DAN INTERFERENCE TEST PADA SUMUR ALPHA DAN BETA LAPANGAN X
ANALISA PRESSURE BUILD UP DAN INTERFERENCE TEST PADA SUMUR ALPHA DAN BETA LAPANGAN X Abstract Arya Bintang Graha, Mulia Ginting, Edward Tobing Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti The
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL
BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL Simulasi reservoir pada reservoir rekah alam dilakukan pada studi ini untuk mengetahui performance dari reservoir dan memprediksi
Lebih terperinciEoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said ABSTRAK
PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DI TEMPAT DENGAN METODE VOLUMETRIK DAN MATERIAL BALANCE GARIS LURUS HAVLENA-ODEH DAN PERKIRAAN PRODUKSI ZONA ENH PADA LAPANGAN X Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said 1 Program
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN INJEKSI AIR UNTUK PRESSURE MAINTENANCE PADA RESERVOIR LAPANGAN MINYAK
EVALUASI PENGGUNAAN INJEKSI AIR UNTUK PRESSURE MAINTENANCE PADA RESERVOIR LAPANGAN MINYAK Oleh: Dedy Kristanto dan Anas Puji Santoso Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Lebih terperinciPorositas Efektif
Gambar 4.2.3. Histogram frekuensi porositas total seluruh sumur. 4.2.3. Porositas Efektif Porositas efektif adalah porositas total yang tidak terisi oleh shale. Porositas efektif ditentukan berdasarkan
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:
ANALISA DATA LOG UNTUK MENENTUKAN ZONA PRODUKTIF DAN MEMPERKIRAKAN CADANGAN AWAL PADA SUMUR R LAPANGAN Y Riza Antares, Asri Nugrahanti, Suryo Prakoso Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciFluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.
Fluida Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-moleku1di dalam fluida mempunyai kebebasan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k)
BAB II TEORI DASAR.1 Permeabilitas Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k) merupakan kemampuan suatu material (khususnya batuan) untuk melewatkan fluida. Besaran ini dapat diperoleh
Lebih terperinciBab 3. Model Matematika dan Pembahasan. 3.1 Masalah Perpindahan Panas
Bab 3 Model Matematika dan Pembahasan 3.1 Masalah Perpindahan Panas Beberapa model studi telah dikembangkan mengenai perolehan minyak dengan injeksi fluida panas atau uap. Tidak sedikit asumsi yang digunakan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK SUMUR DAN RESERVOIR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI PRODUKSI
STUDI KARAKTERISTIK SUMUR DAN RESERVOIR YANG MEMPENGARUHI ALOKASI PRODUKSI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan Oleh:
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X
Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Amanu Pinandito, Sisworini, Sisworini, Djunaedi Agus Wibowo Abstrak Sumur X yang sudah beroperasi sejak 2004 merupakan sumur yang menggunakan gas lift sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapangan TERRA adalah salah satu lapangan yang dikelola oleh PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) dalam eksplorasi dan produksi minyak bumi. Lapangan ini terletak
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh
III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode perturbasi homotopi untuk menyelesaikan suatu masalah taklinear. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan model Sisko dalam masalah aliran
Lebih terperinciBAB II INJEKSI UAP PADA EOR
BAB II INJEKSI UAP PADA EOR Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah istilah dari kumpulan berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak bumi dan saat ini banyak digunakan pada banyak reservoir
Lebih terperinciaintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28
Jurnal aintis Volume 1 Nomor 1, April 011, -8 ISSN: 1410-7783 Perhitungan Laju Alir Minyak Setiap Lapisan pada Sumur Commingle Distribution Of Calculated Rate Oil Flow To Commingle Well Ali Musnal Jurusan
Lebih terperinciBAB V ANALISA SEKATAN SESAR
BAB V ANALISA SEKATAN SESAR 5.1 Analisa Sesar Pada daerah analisa ini terdapat sebanyak 19 sesar yang diperoleh dari interpretasi seismik. Pada penelitian sebelumnya keterdapatan sesar ini sudah dipetakan,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Penelitian ini meninjau kestabilan sebuah lereng yang terdapat Desa Tambakmerang, Kecamatan Girimarto, DAS Keduang, Wonogiri akibat adanya beban hujan 3 harian.
Lebih terperinciKEASLIAN KARYA ILMIAH...
HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERUNTUKAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinci