PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA BERKELOMPOK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA BERKELOMPOK"

Transkripsi

1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA BERKELOMPOK MODUL 5 Bagian ini membahas tentang beberapa teknik pengambilan keputusan secara berkelompok yang dilakukan dalam organisasi. Teknik yang disajikan merupakan teknik pengambilan keputusan kualitatif yang jarang, dan bukan tidak, menggunakan pendekatan matematis-statistik dalam penentuan satu alternatif solusi. Sebelum membahas mengenai teknik-teknik tersebut, landasan konsep pengambilan keputusan secara berkelompok dan bahaya yang dapat muncul dari pengambilan keputusan secara berkelompok disampaikan terlebih dahulu. Tujuannya adalah memberikan gambaran kebaikan dan keburukan dari model pengambilan keputusan ini. A. Group-Aided-Decision-Making Pengambilan keputusan secara berkelompok (group-aided decision making) pada hakekatnya tidak jauh berbeda dengan pengambilan keputusan yang dilakukan individu. Hal ini dikarenakan hakekat dari keputusan adalah jelas, yaitu: penentuan satu langkah strategis guna menghadapi ketidakpastian, untuk menyelesaikan masalah. Perbedaan utama antara keputusan individual dan kelompok dalam konteks organisasi terletak pada proses pengambilan 68

2 keputusan dan penentuan keputusan akhir. Beberapa pandangan mengatakan bahwa pengambilan keputusan secara berkelompok dianggap lebih baik dibandingkan pengambilan keputusan secara individual. Ketika para manajer bekerja dalam sebuah tim untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan, pilihan alternatif yang diajukan tidak akan memiliki bias subyektifitas. Hal ini dapat terjadi karen a pengajuan alternatif merupakan totalitas kombinasi dari kernampuan, kompetensi dan akumulasi dari seluruh pengetahuan yang dimiliki oleh setiap anggota tim. Totalitas dan akumulasi ini meningkatkan kemampuan mereka untuk menghasilkan alternatif yang memungkinkan. Pengambilan keputusan secara berkelompok juga mern permudah proses pengolahan informasi dan dapat setiap pengambil keputusan dapat sal ing mengoreksi kelakuan anggota lainnya. Selain itu, karena proses pengambilan keputusan dilakukan secara berkelompok, maka keputusan final dan implementasi atas keputusan akan lebih mudah didukung. Keputusan yang telah dibuat secara kolektif memiliki peluang lebih besar untuk disetujui untuk dilaksanakan, dan setiap orang akan berusaha untuk mewujudkan keputusan tersebut. Dengan kata lain, pengambilan keputusan secara berkelompok cenderung lebih mening-katkan peluang keberhasilan penerapan solusi terpilih. Artinya, keputusan yang diambil secara bersama telah menyiratkan adanya kesepakatan untuk saling bekerja sarna melaksanakan dan mewujudkan keputusan. Bagaimanapun juga, terdapat kelemahan dari pengambilan keputusan secara berkelompok. Pada umumnya, proses pengambilan keputusan secara berkelompok lebih memakan waktu, prosesnya lama dan panjang, dibandingkan proses pengambilan keputusan yang dilakukan individu. Bila dalam organisasi terdapat konflik antar kelompok dan manuver politik dalam organisasi yang dilakukan oleh setiap kelompok atas dorongan tingkat preferensi dan vested interest masing-masing kelompok, maka akan sulit untuk menyatukan setiap manajer guna menghasilkan kesepakatan atas satu alternatif, 69

3 pada satu keputusan akhir. Kelemahan dari pengambilan keputusan secara berkelompok terletak pada bias yang timbul sebagai akibat adanya keterikatan pada pemikiran kelompok, yang lebih dikenal sebagai groupthink. B. Bahaya Dari Groupthink Ketika para manajer terikat pada kelompok, maka mereka pada umumnya akan terikat pada pemikiran kelompok. Keterikatan ini sering kali menyebabkan bias pada pengambilan keputusan, karena manajer secara kolektif terikat pad a sebuah tindakan yang tidak didukung atau dibangun atas dasar kriteria yang benar dalam hal penentuan alternatif tindakan atau solusi. Pemikiran kelompok merupakan sebuah pola khas dari kegagalan dan bias pengambilan keputusan yang muncul dalam kelompok karena para anggotanya berusaha keras untuk meraih kesepakatan di antara mereka sendiri dengan mengabaikan nilai informasi yang akurat tentang penentuan alternatif solusi terbaik. Pada umumnya, perilaku dan tindakan yang ditunjukkan para anggota kelompok akan ditujukan untuk mendorong keberhasilan tujuan kelompok dan kesuksesan ketua kelompok. Ketua kelompok dalam organisasi merupakan orang-orang yang memegang posisi strategis tertentu. Semenjak seluruh tindakan dipusatkan untuk mendukung dua tujuan tersebut, maka para anggota kejompok terikat buta (blindly committed) terhadap satu tindakan tertentu tanpa menilai tindakan secara obyektif atas dasar kepentingan organisasi. Penilaian alternatif solusi dan tindakan dilakukan atas dasar emosi pada kelompok dan tidak lagi pada prinsip obyektifitas. Pemikiran kelompok juga menghasilkan bahaya lain, yaitu peluang munculnya kelompok kuat menekan kelompok lemah. Pada bag ian pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan, tindakan untuk menekan pihak minoritas oleh mayoritas dalam organisasi merupakan salah satu penyebab timbulnya eskalasi keterikatan atas kegagalan berkelanjutan. Pemikiran kelompok yang kuat, tanpa diikuti oleh 70

4 pertimbangan etika yang baik, merupakan alat untuk melegitimasi kekuasaan, wewenang dan posisi seseorang dan kelompok dalam organisasi. Semenjak setiap kelompok memiliki minat dan preferensi yang berbeda-beda, maka tidak aneh bila muncul manuver politik untuk menyukseskan tujuan kelompok. Kasus meledaknya ChalJenger merupakan contoh dari kehadiran groupthink dalam pengambilan keputusan, dimana para manajer di NASA dan Morton Thiokol (tim suksesi penerbangan) meyakinkan setiap orang di organisasi bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik dan tidak periu menunda keberangkatan pesawat. Sedang kenyataan menunjukkan bahwa terdapat sejum lah sinyal informasi yang menunjukkan bahwa pesawat menga]ami rnasalah dan sebaiknya ditunda keberangkatannya. Pemikiran kelompok berpeluang besar untuk mendorong kemunculan perilaku pengabaian atas sinyal kegagalan, dan berpeluang menghasilkan eskalasi keterikatan atas kegagalan berkelanjutan. C. Teknik-Teknik Pengambilan Keputusan Secara Berkelompok Kehadiran dari pemikiran kelompok ini memberikan pertanyaan tentang bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan secara berkelompok, sehingga para manajer dapat membuat keputusan yang realistis dan didasarkan atas evaluasi menye)uruh atas seluruh proses pengambilan keputusan. Para ahli pengambijan keputusan telah mengembangkan tiga teknik pengambilan keputusan yang digunakan untuk mengurangi (sulit untuk menghijangkan) cacat-cacat di atas, yaitu: brainstorming technique, the nominal group technique dan Delphi technique. 1. Brainstorming Technique Teknik ini digunakan untuk membantu setiap kelompok menghasilkan beragam ide dan alternatif untuk menyelesaikan masalah. Teknik ini efektif dalam mernbantu mengurangi gangguan (noise) dan campur tangan (interference) dalam proses pengambilan keputusan yang dihasilkan oleh kritik atau reaksi 71

5 penilaian atas ide satu orang/satu kelompok oleh kelompok lain. Ketika melakukan teknik ini, setiap manajer dikumpulkan, dan masalah dikajiulang kembali. Setiap orang kemudian diminta untuk mengemukakan pandangan, ide atau alternatif solusi bagi penyelesaian masalah secara diam-diam/ tertulis. Pengajuan secara diam-diarn ini direkomendasikan untuk menutupi kelemahan praktik pencarian ide yang berlaku umum, rapat dan saling debat. Ide ini pada umumnya menghasilkan lebih banyak pandangan dan ide unik bagi penyelesaian sebuah masalah dibandingkan cara konvensional. Langkah selanjutnya adalah seluruh ide yang diajukan ditulis pada papan tulis, dan kemudian para manajer diajak untuk melakukan kritik dan evaluasi terhadap seluruh ide. Langkah..langkah dalam melakukan teknik ini adalah: a. Perwakilan kelompok menjelaskan dalam garis besar pandangan tentang masalah sebenarnya yang dihadapi menurut kelompok mereka. b. Kemudian perwakilan kelompok juga mengernukakan ide dan alternatif solusi yang memungkinkan untuk menyelesaikan masalah. c. Ketika setiap kelompok mengajukan pandangannya, kelompok lain atau anggota lain dilarang keras untuk melakukan kritik atau menilai alternatif sampai seluruh presentasi yang dilakukan kelompok telah selesai dilakukan. d. Setiap anggota kelompok didorong untuk bersikap "seradikal dan seliar" mungkin dalam mengajukan ide dan alternatif solusi. Pandangan inovatif merupakan keharusan yang membantu proses pengambilan keputusan. Lebih banyak ide yang muncul, akan lebih baik alternatif solusi terbangun. e. Lebih lanjut, setiap kelompok diminta untuk mengakumulasikan seluruh ide melalui teknik saling sumbang saran. Dalam hal ini, penilaian ide atas dasar kuantitatif 72

6 menjadi prioritas utama. f. Ketika seluruh ide dan alternatif telah selesai dipaparkan, maka setiap kelornpok diminta untuk melakukan debat yang sehat dan terarah, menilai pro dan kontra dari beberapa alternatif yang menarik, menetapkan daftar alternatif terbaik serta mereduksi alternatif menjadi beberapa alternatif yang memungkinkan. Teknik ini berlaku efektif dalam menghasilkan ide, namun tidak tepat untuk menentukan satu alternatif terbaik. Karena bagairnanapun juga, keputusan final akan berada pada pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi. Kebaikan dari teknik ini adalah mereduksi keinginan terselubung dalam proses pengambilan keputusan. Semenjak setiap orang yang hadir memiliki suara yang sama untuk menghasilkan sejumlah ide alternatif solusi, maka alternatif terbaik yang akan dipilih dapat dikatakan sebagai alternatif yang bebas bias, dan setiap orang memiliki kewajiban untuk mewujudkan altematifterpilih. 2. The Nominal Group Technique Teknik ini membantu kelompok dalam menghasilkan sejumlah ide, meng evaluasi dan memilih solusi secara lebih terstruktur dan sistematis. Dalam teknik ini, setiap anggota kelompok menulis ide dan solusi, membacakan ide dan solusinya kepada anggota lain, mendiskusikan dan merangking seluruh alternatif. Teknik ini juga sangat berguna terutama sekali bila sebuah isu merupakan isu yang kontroversial. Format dasar dari teknik ini dijabarkan sebagai berikut: a. Sebuah kelompok dibentuk untuk mendiskusikan topik atau masalah yang spesial. b. Setelah masalah dipahami dengan baik, setiap individu diminta untuk menuliskan ide-idenya. Untuk menuliskan ide-ide diberikan waktu selama kurang lebih 30 atau 40 men it. Setiap orang diminta untuk inovatif dalam menghasilkan ide. 73

7 c. Kemudian, seluruh ide dituliskan pada papan tulis agar kelompok dapat mengetahui pandangan setiap individu. Pada tahap ini, sesi diskusi, kritik, saran dan evaluasi belurn dibuka. d. Seketika seluruh alternatif solusi telah dijabarkan, sesi diskusi mulai dibuka. Setiap orang boleh mengajukan kritik dan saran, evaluasi serta perbaikan membangun untuk setiap ide. Pada tahap ini, diskusi tentang alternatif solusi dimulai dari alternatif atau ide yang pertama kali diajukan/ ditulis di papan, dimana pengajuan dilakukan secara acak. Setiap anggota kelompok dapat meminta klarifikasi informasi dan kritik untuk setiap alternatif guna mengidentifikasi pandangan pro dan kontranya. e. Setiap anggota individu yang terlibat diskusi diberikan waktu 30 detik untuk berargumentasi, mempertahankan kebaikan idenya, atau mendukung ide tertentu yang dianggap baik. f. Bila seluruh alternatif telah didiskusikan, setiap anggota kelompok merangking seluruh alternatif yang menurut pandangan mereka terbaik dan paling memungkinkan untuk diterapkan. Contoh: pilihan 1, alternatif 5, skor 3, pilihan 2, alternatif 3, skor 2, pilihan 3, alternatif 6, skor 1. dimana dalam hal ini pilihan akan mengikuti jumlah ide terbaik yang ditetapkan. Misalnya jumlah alternatif terbaik yang dipilih adalah 7 dari 20 alternatif. Jurnlah pilihan yang kecil berguna untuk memangkas waktu pengambilan keputusan. g. Pemimpinkelompok kernudian menentukan pilihan akhir berdasarkan pilihan alternatif tertinggi, atau alternatif pilihan yang paling banyak dipilih. Teknik ini mengikuti teknik penentuan keputusan dengan suara terbanyak (voting). Sebelum keputusan akhir diambil. kelompok dapat mendiskusikan kembali pilihan alternatif terbaik pada urutan teratas (misal 3 atau 5 besar), dan kemudian melakukan teknik voting ronde kedua. Teknik ini dapat mengurangi hambatan terhadap pengambilan 74

8 keputusan secara berkelompok dengan: memisahkan brainstorming dari tahap evaluasi, mempromosikan keseimbangan partisipasi diantara anggota kelompok dan memadukan teknik voting secara matematis untuk rneraih kesepakatan bersama. Hal yang perlu diingat dalam penggunaan teknik ini adalah, pemimpin diskusi harus bertindak sebagai moderator yang baik agar pandangan obyektif dapat muncul, se,hingga setiap anggota dapat memilih dan merangking alternatif tanpa terikat pada bias pemikiran kelompok. 3. Delphi Technique Teknik Delphi dianggap sebagai teknik pengambilan keputusan yang masuk pada wilayah tesis bounded rationality, atau kondisi pengambilan keputusan dalam kondisi konflik. Teknik ini merupakan pendekatan proses pengumpulan ide alternatif solusi berdasarkan atas input dari para ahli di bidang tertentu, baik dalam organisasi, maupun luar organisasi. Konsep dasar dari teknik ini berhubungan dengan gaya pemikiran persons atau method of authority (lihat bagian gaya pemikiran dan persepsi). Oleh keterbatasan informasi dan pengetahuan yang dimiliki organisasi, maka dalam proses pengambilan keputusan mereka berpegang pada kompetensi, keahlian, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki para ahli. Teknik pengambilan keputusan secara berkelompok ini tidak menandakan kehadiran fisik dari para ahli yang berkumpul dalam satu ruang untuk membahas satu masalah. Tidak seperti teknik lain yang mengharuskan pertemuan tatap muka untuk mendiskusikan alternatif solusi, maka teknik ini mendapatkan ide masukkan dari para ahli yang dilakukan melalui kuesioner. Kuesioner, ide tertulis, itulah satu-satunya persamaan teknik ini dengan teknik lainnya. Langkah-Iangkah yang dilakukan dalam tekn ik ini adalah: a. Para pembuat keputusan memulai proses Delphi dengan 75

9 mengidentifikasikan isu dan masalah pokok yang hendak diselesaikan. b. Kemudian kuesioner dibuat dan para peserta teknik Delphi, para ahli, mulai dipilih. c. Kuesioner yang telah dibuat dikirim kepada para ahli, baik di dalam organisasi maupun luar organisasi, yang dianggap mengetahui dan menguasai dengan baik permasalahan yang dihadapi. d. Para ahli diminta untuk mengisi kuesioner yang dikirim, menghasilkan ide dan alternatif solusi penyelesaian masalah, serta mengirimkan kembali kuesioner kepada pemimpin kelompok, para pembuat keputusan akhir. e. Sebuah tim khusus dibentuk untuk merangkum seluruh respon yang muneul dan mengirimkan kembali hasil rangkuman kepada partisipan teknik ini. f. Pada tahap ini, partisipan diminta untuk: menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala prioritas atau memeringkat alternatif solusi yang dianggap terbaik dan mengembalikan seluruh hasil rangkuman beserta masukkan terakhir dalam periode waktu tertentu. g. Proses ini kembali diulang sampai para pembuat keputusan telah mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna meneapai kesepakatan untuk menentukan satu alternatif solusi atau tindakan terbaik. Teknik ini menjadi teknik yang efektif dalam kondisi ketidakpraktisan teknik diskusi tatap muka dilaksanakan., ketika ketidaksetujuan dan konflik menghalangi komunikasi, ketika muneul dominasi mayoritasl yang kuat (seeara kekuasaan, wewenang dan posisi) terhadap minoritas sehingga mayoritas akan mendominasi diskusi dan ketika pemikiran kelompok muneul dalam proses pengambilan 76

10 keputusan seeara kelompok. Agar teknik ini berlaku dengan efektif, pihak manajemen harus dapat menentukan para partisipan yang dianggap dapat berlaku obyektif dalam menilai sesuatu dan memberi masukkan. Selain itu, teknik ini memerlukan bantuan sistem informasi, teknologi informasi.yang baik agar proses pengiriman kuesioner dan penerimaan berlangsung dengan eepat. Teknik Delphi merupakan teknik yang sangat bergantung pada kecepatan waktu pengolahan informasi dibandingkan teknik lainnya. 77

TEKNIK PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM TIM DOSEN : DIANA MA RIFAH

TEKNIK PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM TIM DOSEN : DIANA MA RIFAH TEKNIK PEMBUATAN KEPUTUSAN DALAM TIM DOSEN : DIANA MA RIFAH Teknik sumbang saran/penyaringan digunakan untuk merangsang kreativitas. Setiap anggota tim bebas menyampaikan berbagai gagasannya. Setelah semua

Lebih terperinci

MODUL PENDAHULUAN 1 A. Mengapa Perlu Mempelajari Pembuatan Keputusan

MODUL PENDAHULUAN 1 A. Mengapa Perlu Mempelajari Pembuatan Keputusan PENDAHULUAN MODUL 1 Apakah keputusan? Apakah pengambilan keputusan (decision-making)? Mengapa dan bagaimana manusia mengambil keputusan? Apakah pengambilan keputusan dibatasi oleh sejumlah faktor? Faktor-faktor

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Materi ke -6

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Materi ke -6 PENGAMBILAN KEPUTUSAN Materi ke -6 Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan/ Decision Making merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan organisasi. Pengambilan keputusan dapat didefinisikan

Lebih terperinci

NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT)

NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT) NOMINAL GROUP TECHNIQUE (NGT) Eka Oktaviani R. Hermin Yulianti Ahmad Zamroni L. Nurul Hidayatul M. Aig Baladhika Ngasdianto Lira Yuanita Mohammad Ridwan A. Ajeng fauziah S. K. Faris Lazwar I. Oky Nor Sahana

Lebih terperinci

Metode pengambilan keputusan. Ira Prasetyaningrum

Metode pengambilan keputusan. Ira Prasetyaningrum Metode pengambilan keputusan Ira Prasetyaningrum Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan (artifical intelligence - AI) adalah aktivitas penyediaan mesin seperti komputer dengan kemampuan untuk menampilkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A DAFTAR ISI Pengantar: Lomba Debat Nasional Indonesia 1. Lembar Penilaian hal.4 a. Isi hal. 4 b. Gaya hal.5 c. Strategi hal.5

Lebih terperinci

Penentuan prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh

Penentuan prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh Firyal Yasmin Penentuan prioritas masalah dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Penentuan prioritas masalah kesehatan adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pertemuan 12 SM III

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pertemuan 12 SM III Penempatan School of Communication Pegawai & Business Inspiring Creative Innovation Pertemuan 12 SM III 2017-2018 TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF Mahasiswa dapat memahami Teknik

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Dosen : Diana Ma rifah

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Dosen : Diana Ma rifah PENGAMBILAN KEPUTUSAN Dosen : Diana Ma rifah Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah proses memilih pemecahan masalah dari beberapa alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data 13 BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu Kegiatan ini dibatasi sebagai studi kasus pada komoditas pertanian sub sektor tanaman pangan di wilayah Bogor Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan

Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan Undangan Menulis Buku Dinamika Kelompok dan Kepemimpinan Editor: Idhamsyah Eka Putra Universitas Persada Indonesia YAI Hanrezi Dhania Universitas Tama Jagakarsa Ardiningtiyas Pitaloka Universitas Yarsi

Lebih terperinci

BELAJAR KELOMPOK/KOOPERATIF

BELAJAR KELOMPOK/KOOPERATIF BELAJAR KELOMPOK/KOOPERATIF 1 TUJUAN Pada akhir sesi, peserta diharapkan dapat: 1. mengidentifikasi kegiatan belajar/tugas yang cocok dengan kerja kelompok 2. mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan belajar

Lebih terperinci

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENELITIAN KUALITATIF

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENELITIAN KUALITATIF KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENELITIAN KUALITATIF Kendala umum yang kerap dihadapi peneliti adalah keterbatasan waktu, tenaga, dana dan peralatan. Ragam kendala ini memang bersifat relatif antarpeneliti. Waktu

Lebih terperinci

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi

pujian atau kritik atas hasil kerja karyawan Tabel 4.14 Tanggapan responden mengenai pemimpin selalu meminta karyawan untuk berpartisipasi DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Operasional Variabel... 37 Tabel 3.2 Arti pembobotan dengan Skala Likert... 45 Tabel 3.3 Skala Interval Gaya Kepemimpinan... 46 Tabel 3.4 Skala Interval Motivasi... 46 Tabel 3.5

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force]

Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force] Draft Dokumen Panduan: Kebijakan Keterlibatan Stakeholder Untuk Satgas Iklim dan Kehutanan [Governors Climate and Forest (GCF) Task Force] Kelompok Ad-Hoc Keterlibatan GCF-Stakeholder 18 Agustus 2010 Satgas

Lebih terperinci

Rubrik untuk Menilai Soft Skills

Rubrik untuk Menilai Soft Skills Rubrik untuk Menilai Soft Skills Bahan Refleksi Pada tugas kelompok, apakah kemampuan kerja kelompok menjadi tujuan pembelajaran pada mata kuliah? Bagaimana saya dapat menilai bahwa kerjasama kelompok

Lebih terperinci

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya menjelaskan materi di depan kelas dengan metode ceramah saja (teacher center), namun guru juga dituntut mampu menciptakan

Lebih terperinci

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAJER SEBAGAI PEMBUAT KEPUTUSAN PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN Manajer bertugas membuat keputusan. Dan mereka ingin keputusan tersebut menjadi keputusan yang terbaik,

Lebih terperinci

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN * HAKIKAT KEPUTUSAN

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN * HAKIKAT KEPUTUSAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN * HAKIKAT KEPUTUSAN Proses pengambilan keputusan merupakan proses utama dalam mengelola tugas organisasi. Proses pengambilan keputusan melibatkan pemilihan dari berbagai alternatif

Lebih terperinci

ASPEK PENILAIAN MATA KULIAH ADAPTIF SOFTSKILL I. Tingkatan kemampuan kemampuan ranah kognitif. Indikator Penilaian

ASPEK PENILAIAN MATA KULIAH ADAPTIF SOFTSKILL I. Tingkatan kemampuan kemampuan ranah kognitif. Indikator Penilaian ASPEK PENILAIAN MATA KULIAH ADAPTIF SOFTSKILL I. Tingkatan kemampuan kemampuan ranah kognitif Indikator Penilaian 1 PENGETAHUAN: mengingat, menghafal dan menyebutkan Rentang Kriteria a > 80% mampu menyebutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

DESKRIPSI VERBAL. JURI LOMBA DEBAT SMA TINGKAT NASIONAL DI CISARUA BOGOR (26 November s.d. 1 Desember 2012) oleh Setyawan Pujiono, M.Pd.

DESKRIPSI VERBAL. JURI LOMBA DEBAT SMA TINGKAT NASIONAL DI CISARUA BOGOR (26 November s.d. 1 Desember 2012) oleh Setyawan Pujiono, M.Pd. DESKRIPSI VERBAL JURI LOMBA DEBAT SMA TINGKAT NASIONAL DI CISARUA BOGOR (26 November s.d. 1 Desember 2012) oleh Setyawan Pujiono, M.Pd. PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN Saya mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang sedang melakukan penelitian tentang Evaluasi Kompetensi Pustakawan Pelayanan Referensi di Perpustakaan

Lebih terperinci

BAB III DECISION SUPPORT SYSTEM

BAB III DECISION SUPPORT SYSTEM BAB III DECISION SUPPORT SYSTEM Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan / SPK, secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MAKALAH PENINGKATAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN DALAM RANGKA OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN UNTUK MEWUJUDKAN JAWA BARAT CERDAS Rabu - Jumat, 3-5 Desember 2008 Hotel Baltika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk berargumentasi atau mengemukakan ide-ide.pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi kemajuan zaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi proses peningkatan kemampuan dan daya saing suatu bangsa. Menjadi bangsa yang maju tentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan

Lebih terperinci

BAB 8 PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB 8 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB 8 PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. MASALAH DAN KESEMPATAN 2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN 3. KEPASTIAN, RISIKO,DAN KETIDAKPASTIAN 4. PENDEKATAN RASIONAL UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN 5. ALTERNATIF PENDEKATAN RASIONAL

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi perencanaan pembelajaran, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi kemampuan

Lebih terperinci

Artikel : Lima Hal yang Diperlukan dalam Sebuah Program Pelatihan 0

Artikel : Lima Hal yang Diperlukan dalam Sebuah Program Pelatihan 0 Artikel : Lima Hal yang Diperlukan dalam Sebuah Program Pelatihan 0 Lima Hal yang Diperlukan dalam Sebuah Program Pelatihan Program Review Efektivitas Kinerja StellarHR Tulisan ini akan berfokus pada program

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

APLIKASI DALAM MATA KULIAH

APLIKASI DALAM MATA KULIAH APLIKASI DALAM MATA KULIAH Alternatif 2 PENGUKURAN DAN PENILAIAN BELAJAR Mampu mendesain model. Mampu berkomunikasi dengan baik KULIAH TUTORIAL II- IV KULIAH TUTORIAL V -VIII KULIAH TUTORIAL IX - XV

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL PENDAHULUAN Salah satu kegiatan manajemen yang penting adalah memahami sistem sepenuhnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com Komunikasi EFEKTIF KETERAMPILAN DASAR h t t: p ws w w. /d a r e m a n t e p. S u d a r m a n t e p. 0 h t t: p ws w w. /u s /d e ra r e m a n t e p Capaian Pembelajaran Menerapkan keterampilan dasar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan dari pembelajaran bahasa asing untuk peserta didik adalah agar peserta didik mampu berkomunikasi dengan bahasa yang dipelajarinya dan mampu bersaing di

Lebih terperinci

[8] Perencanaan Strategis. Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak.

[8] Perencanaan Strategis. Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak. [8] Perencanaan Strategis Hasudungan Hutasoit, SE, M.Ak. Memikirkan masa depan: 1. Pemahaman informal 2. Pernyataan formal Pernyataan formal megenai rencana disebut RENCANA STRATEGIS Proses pembuatannya

Lebih terperinci

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin, KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin, Zulfa_@yahoo.com ABSTRAK Penelitian Ini Berjudul Keterampilan guru membimbing diskusi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

PERTEMUAN VIII,IX POLA ORGANISASI DAN PROSES ORGANISASI

PERTEMUAN VIII,IX POLA ORGANISASI DAN PROSES ORGANISASI PERTEMUAN VIII,IX POLA ORGANISASI DAN PROSES ORGANISASI Pola Organisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi formal dan organisasi informal. 1. Organisasi Formal, adalah organisasi yang dibentuk

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikn : SD N Percobaan 2. Kelas/ Semester : V/ I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikn : SD N Percobaan 2. Kelas/ Semester : V/ I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikn : SD N Percobaan 2 Kelas/ Semester : V/ I Mata Pelajaran Alokasi Waktu : Matematika : 2 x 35 menit A. Standar Kompetensi 1. Melakukan operasi hitung

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana siap mental bagi siswa serta menarik perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang

Lebih terperinci

9. PROSES ORGANISASI

9. PROSES ORGANISASI 9. PROSES ORGANISASI Proses dalam kamus bahasa Indonesia berarti rangkaian suatu tindakan. Sedangkan proses dalam buku organisasi karangan Gibso Invancevich Donnelly adalah berkenaan dengan aktifitas yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik. Selain itu juga, model pembelajaran kooperatif efektif untuk mengembangkan keterampilan

Lebih terperinci

MANAGEMENT. (Chapter 2)

MANAGEMENT. (Chapter 2) MANAGEMENT (Chapter 2) SUMMARY MID TERM EXAM 2013/2014 Chapter 2 Pandangan Omnipotent (Mumpuni) dan Simbolis terhadap Manajemen Omnipotent View of Management Pandangan bahwa para manajer bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. a.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I terdiri dari 2 kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I terdiri dari 2 kali BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Siklus I 1. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan, dengan langkah-langkah

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek, yaitu menyimak atau mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Siswa harus menguasai keempat aspek tersebut agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan bernalar dan koneksi siswa mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena itu kurangnya kemampuan bernalar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan jalan yang berkaitkan dengan cara kerja dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan jalan yang berkaitkan dengan cara kerja dalam 42 BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan jalan yang berkaitkan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII MTsN TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN e-issn: 2502-6445 https://ejurnal.stkip-pessel.ac.id/index.php/kp P-ISSN: 2502-6437 September 2017 Abstract PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE DEBAT NASIONAL KEFARMASIAN PHARMACIOUS 2017

TERM OF REFERENCE DEBAT NASIONAL KEFARMASIAN PHARMACIOUS 2017 TERM OF REFERENCE DEBAT NASIONAL KEFARMASIAN PHARMACIOUS 2017 A. KETENTUAN UMUM 1. Setiap peserta wajib berpakaian rapi dan sopan selama mengikuti seluruh rangkaian acara Lomba Debat Kefarmasian Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan harapan dapat mewujudkan tujuan tersebut. Tercapai atau tidaknya

Lebih terperinci

Handout Penganggaran KONSEP DASAR SISTEM PENGANGGARAN MENYELURUH. Maya Sari SE MM

Handout Penganggaran KONSEP DASAR SISTEM PENGANGGARAN MENYELURUH. Maya Sari SE MM Handout Penganggaran KONSEP DASAR SISTEM PENGANGGARAN MENYELURUH 1 Perencanaan & Pengendalian Laba (PPL) Perencanaan dan Pengendalian Laba (PPL) : Suatu proses yang ditujukan untuk membantu melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 08 Opini Publik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Opini Publik Opini publik berasal

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. terhadap produktivitas karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)

BAB II URAIAN TEORITIS. terhadap produktivitas karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) BAB II URAIAN TEORITIS A. PENELITIAN TERDAHULU Sabrina Anggreini (1999), tentang analisis pendelegasian wewenang terhadap produktivitas karyawan pada PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Medan. Hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengenai pelaksanaan pemberian kredit kendaraan bermotor roda empat serta BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Kualitatif dan sifatnya lebih mengarah untuk

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: 05 Distinctive Strategic Management Strategic Business Formulation Industry Life Cycle Stage Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Dr. Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas Karyawan

Lebih terperinci

RISET KUALITATIF DOSEN : DIANA MA RIFAH

RISET KUALITATIF DOSEN : DIANA MA RIFAH RISET KUALITATIF DOSEN : DIANA MA RIFAH PENDAHULUAN Data primer dapat berupa data yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif Kapanpun sebuah masalah ditangani, riset kuantitatif harus didahului oleh riset

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N I. LATAR BELAKANG Pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah adalah kemampuan mendasar bagi praktisi kesehatan, khususnya dalam asuhan keperawatan dan kebidanan. Tidak

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI POKOK NORMA DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DEBAT DI KELAS VII-B SMP NEGERI 3 SATU

Lebih terperinci

Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut. (Herman Hudojo, 2003: 123)

Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut. (Herman Hudojo, 2003: 123) A. Pemahaman Konsep Menurut Jerome Bruner dalam teori-teorinya yaitu teori konstruksi, notasi, kekontrasan dan variasi, serta konektivitas menyatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan

BAB I. Pendahuluan. Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan BAB I Pendahuluan Bab pendahuluan ini menjelaskan pemikiran peneliti terkait pertanyaan mengapa penelitian ini dilakukan. Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Keputusan Teori keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan diantara pilihan-pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih (Hansson,

Lebih terperinci

PB 1. Visi Undang-undang Desa

PB 1. Visi Undang-undang Desa PB 1 Visi Undang-undang Desa SPB 1.1. Visi Perubahan Desa Tujuan Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat: 1. Mampu menjelaskan visi UU Desa tentang perubahan desa yang maju, kuat, mandiri, berkeadilan

Lebih terperinci

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Seseorang akan bisa menulis dengan baik kalau ia banyak membaca.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung dari tingkat penguasaan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung dari tingkat penguasaan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tergantung dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kehidupan warga negaranya. Salah satu bidang yang erat kaitannya

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER 1: ( Diisi oleh karyawan)

LAMPIRAN KUESIONER 1: ( Diisi oleh karyawan) LAMPIRAN KUESIONER : ( Diisi oleh karyawan) BAGIAN A Kami mohon kesediaan bapak/ibu/sdr/i untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini, dengan cara mengisi tempat yang telah disediakan atau memberi tanda

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK

DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK BAB VIII DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK 2005 Prentice Hall Inc. All rights reserved. 8 0 Mendefinisikan dan mengklasifikasikan kelompok Kelompok dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,

Lebih terperinci

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP Waktu : 3 jam 45 menit A. Pendahuluan Pada paket pelatihan

Lebih terperinci

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA

SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA SEJARAH SUMBER TERBUKA: PEMETAAN PAMERAN SENI RUPA DI INDONESIA Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) mengundang Anda untuk berpartisipasi pada acara Sejarah Sumber Terbuka:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM   HP : Lucky B Pangau. Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Perancangan Model Komunitas Belajar Learner-Centered BAB IV PERANCANGAN Pada bab ini dilakukan perancangan model komunitas belajar dengan prinsip psikologis learner-centered sesuai dengan analisis yang telah dilakukan sebelumnya, berikut penjelasannya. IV.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin berkembang dengan pesat. Hal ini menuntut untuk setiap individu dapat menguasai teknologi informasi serta

Lebih terperinci

TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN

TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN Kegiatan suatu kelompok tidak mungkin berlangsung terus menerus, selanjutnya kelompok akan mengakhiri pada kegiatan yang dianggap tepat.

Lebih terperinci

Hariadi PW SMP Negeri 10 Surakarta ABSTRACT

Hariadi PW SMP Negeri 10 Surakarta ABSTRACT PENINGKATAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SNOW BALL PADA SISWA KELAS VII B SEMESTER GENAP SMP NEGERI 10 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 Hariadi PW SMP

Lebih terperinci

4/24/2014 PELIBATAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN KONSEP PPK

4/24/2014 PELIBATAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN KONSEP PPK PELIBATAN DAN PEMBERDAYAAN KARYAWAN Disajikan oleh: Nur Hasanah, SE, MSc KONSEP PPK Salah satu unsur pokok dalam TQM adalah PPK. Pelibatan karyawan: suatu proses untuk mengikutsertakan para karyawan pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor penyebab lamanya waktu perbaikan jaringan komputer dan mencari solusi perbaikannya dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

TEAM LEARNING. Tujuan Pembelajaran Khusus

TEAM LEARNING. Tujuan Pembelajaran Khusus PULAP - BKKBN 1 PULAP - BKKBN 2 TEAM LEARNING Tujuan IPembelajaran Umum Peserta dapat memahami cara mengembangkan kapasitas individu dalam tim sebagai satu kesatuan untuk meningkatkan kinerja organisasi

Lebih terperinci

DETERMINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DETERMINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DETERMINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL 6 A. pendahuluan Masalah proses pengambilan keputusan terletak dari pengaturan tentang bagaimana tujuan yang hendak kita capai itu terwujud, dengan melalui

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN MELALUI RUBRIK

PENILAIAN PEMBELAJARAN MELALUI RUBRIK PENILAIAN PEMBELAJARAN MELALUI RUBRIK Dr. Magdalena S. Halim, Psikolog Jakarta, 1 Desember 2016 Penilaian Pembelajaran Penilaian proses dan hasil belajar mahasiswa mencakup: prinsip penilaian; teknik dan

Lebih terperinci

Panduan Sukses Menjalani Assessment Centre. Copyright Andin Andiyasari Mei 2008

Panduan Sukses Menjalani Assessment Centre. Copyright Andin Andiyasari Mei 2008 Panduan Sukses Menjalani Assessment Centre Copyright Andin Andiyasari Mei 2008 Assessment Centre Sebuah proses penilaian yang dilakukan oleh lebih dari satu penilai (multi-rater) dengan lebih dari satu

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU AKADEMIK INTERNAL POLITEKNIK LP3I JAKARTA TAHUN 2016 ii iii DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv Bab I Penjelasan Umum... 2 A. Definisi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti merupakan masalah yang bersifat sosial dan dinamis. Oleh karena itu, peneliti memilih menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Uraian pada Bab II menyajikan kajian teoritis tentang pengertian pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu 50 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Siklus I 1. Implementasi Siklus I Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu pada tanggal 16 September 2014. Pembelajaran pada siklus

Lebih terperinci

Brainstorming Digunakan oleh arsitek yang memerlukan ide-ide kreatif untuk memecahkan permasalahan dalam rentang waktu yang sangat ketat, cepat dan

Brainstorming Digunakan oleh arsitek yang memerlukan ide-ide kreatif untuk memecahkan permasalahan dalam rentang waktu yang sangat ketat, cepat dan METODA PERANCANGAN ARSITEKTUR II PERTEMUAN KETUJUH + DUKUNGAN MULTIMEDIA + DISKUSI TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI DAN EVALUASI 1. INTERAKSI PARTISIPAN Brainstorming Digunakan oleh arsitek yang memerlukan ide-ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan empat keterampilan. Keterampilan merupakan salah satu unsur kompetensi yang harus dimiliki

Lebih terperinci