LALAT TABAWIDAE DAN PERANANNYA DALAM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SURRA

Transkripsi

1

2 LALAT TABAWIDAE DAN PERANANNYA DALAM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SURRA SUSl SOVIANA B FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1988

3 RINGKASAN SUSI SOVIANA. Lalat Tabanidae dan Peranannya Dalam Epiderniologi Penyakit Surra (Di bawah bimbingan SINGGIH H. SIGIT). Lalat famili Tabanidae termasuk dalam kelompok besar yang terdiri dari genus-genus pernakan sari tumbuhan dan genus-genus pemakan darah, antara lain Chrysoos (lalat tegopati, lalat tohpati atau lalat krisop), Tabanus ( la- let piteuk, lalat petak atau lalat pitak) dan Haematopo- a. Lalat ini dikenal sebagai lalat yang besar dengan panjang 5-25 mm, tegap dan bentangan sayap mencapai 6,5 cm. Mengalami metamorfosa sernpurna dari telur, larva, pu- pa sampai dewasa dalarn waktu beberapa bulan sarnpai tahun tergantung spesies dan suhu sekitar. Masa pradewasa terutama dihabiskan pada tempat-tempat yang bersifat. akuatik atau semiakuatik, seperti persawahan, rawa-rawa, lumpur atau kolam air tawar dan payau. Lalat dewasa aktif pada siang hari dan hanya yang betina yang menghisap darah dan bersifat anotogeni. Lalat ini tersebar hampi r di seluruh dunia i kosmopo- litan) dan di Indonesia sampai dengan tahun 1926 diketa- hui terdapat 21 jenis Chrysops, 21 jenis Haematopota, dan 67 jenis Tabanus. Jenis-jenis yang masih ada sampai saat ini belum diketahui.

4 Sejak dulu secara eksperimen lalat famili Tabanidae terbukti sebagai vektor penyakit surra yang baik. Surra adalah salah satu bentuk tripanosomiasis pada hewan yang disebabkan oleh Trypanosoma evansi. Menyerang bangsa ku- da, unta, ruminansia serta anjing dan kucing yang ditanda i dengan kelemahan, anemia dan ikterus, udema di bagian bawah tubuh, pengeluaran cairan mukus sampai purulen dari hidung dan mata serta gejala-gejala syaraf pada yang kronis. Penyakit ini dianggap berasal dari Afrika dan menye- bar luas hampir di seluruh dunia. Di belahan Barat dike- nal sebagai Surra Amerika sedangkan di sebelah Timur mu- lai dari bagian paling barat Afrika sampai Filipina, termasuk Indonesia dan kepulauan Samudera Hindia. Di Indonesia sampai dengan tahun 1930 dilaporkan terdapat 28 jenis Tabanus, 5 jenis Chrysops dan 5 jenis Haematopota yang dapat menularkan surra. Penularan dilakukan oleh berbagai spesies lalat Ta- banidae. Secara inokulasi dengan transmisi yang bersifat mekanik, sehingga tidak terjadi pelipat gandaan jumlah a- gen penyakit di dalam tubuh lalat. Faktor-faktor yang mem batasi peran lalat Tabanidae dalam epidemiologi penyakit surra ialah adanya keterbatasan daya hidup I. evansi di dalam tubuh lalat, transmisinya yang bersifat mekanis

5 serta beberapa aspek biologi dari lalat ini antara lain perilaku makan yang cenderung hanya pada satu lokasi, jarak waktu yang panjang antar rnakan darah, waktu yang panjang dalam satu generasi, serta tingkat populasinya dalam periode waktu tertentu.

6 LALAT TABANIDAE DAN PERANANNYA DALAM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SURRA S K R I P S I Oleh SUSI SOVIANA B F A K U L T A S K E D O K T E R A N H E W A N INSTITUT PERTANIAN BOGOR

7 LALAT TABANIDAE DAN PERANANNYA DALAM EPIDEMIOLOGI PENYAKIT SURRA 01 eh SUSI SOVIANA Sarjana Kedokteran Hewan (1988) B Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing Prof. DR. SINGGIH H. SIGIT Dosen Entomologi pada Jurusan Parasitologi Patologi Tanggal : Z& 928

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 27 September 1963, sebagai anak keenarn dari tujuh bersaudara keluarga Bapak Christanto Prayitno dan Ibu Yohaenni Emma. Pada tahun 1976 penulis lulus dari Sekolah Dasar Ibu Soe di Jakarta. Tahun 1980 lulus dari SMP Negeri 3 Jakar- ta, kemudian melanjutkan ke SMA Negeri 8 Jakarta dan lu- lus pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama di Institut Pertanian Bogor pada tahun 1983 melalui Proyek Perintis 11. Pada tahun 1984 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan pada tanggal 14 Juli 1987 lulus sebagai Sarjana Kedokteran Hewan. Selama menjadi mahasiswa FKH-IPB penulis pernah rnen- jadi asisten pada mata kuliah Praktikum Mikrobiologi ta- hun 1985 dan Praktikum Entomologi dari tahun 1986 hingga 1987.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadlirat Allah Yang Maha Pernurah atas segala kurnia dan rahrnatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang rnerupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Dokter Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesernpatan ini penulis mengucapkan terirna kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. DR. Singgih H. Sigit selaku dosen pernbirnbing yang telah banyak mernberikan pe- ngarahan, birnbingan, semangat serta saran-saran selama penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rasa hormat dan terirna kasih yang tulus penulis sarn- paikan kepada Ayah dan Ibu serta kakak dan adik atas se- mua jerih payah serta pengorbanannya selama ini. Akhirnya penulis juga rnenyampaikan terima kasih ke- pada sernua pihak yang telah membantu baik berupa rnoril rnaupun materiel pada penyelesaian skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis rnernpersernbahkan skripsi yang isinya rnasih jauh dari sernpurna ini, dengan harapan semoga bermanfaat bagi yang rnemerlukannya dan kernajuan ilrnu pengetahuan. Bogor, Agustus 1988 Penul i s

10 DAFTAR IS1 RINGKASAN... i RIWAYAT HIDUP... vi Hal aman KATA PENGANTAR... vii DAFTAR IS1... viii DAFTAR TABEL... X DAFTAR LAMPIRAN... x i I. PENDAHULUAN... 1 I1. BEBERAPA ASPEK BIOLOGI LALAT TABANIDAE Klasifikasi Morfologi Siklus Hidup a. Telur b. Larva c Pupa d. Lalat Dewasa dan Tingkah Lakunya di Alam I11. PENYAKIT SURRA Etiologi Epizootiologi a. Mortalitas b. Distribusi Geografis c. Hewan Rentan... 21

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40 b. Perubahan Pasca Mati Evans (1880) mencatat adanya cairan serous pada kantung perikardial dan ruang peritoneum hewan yang mati akibat surra. Selain itu adanya petekhia dan ikterus merupakan tanda yang menyolok. Lingard (da7am Stephen, 1986) melaporkan lebih ban yak perubahan pasca mati pada organ-organ tubuh seperti kepucatan otot jantung akibat degenerasi lema~ menjadi eksudat gelatinus, kebengkakan dan udema limfonodus, erosi dan ulserasi dinding lambung, adanya petekhia, ekhimosa dan kongesti yang difus pada usus, sedangkan hati mengalami kebengkakan dan degenerasi lemak. Lebih lanjut dilaporkan adanya atrofi otot dengan warna yang sangat gelap, selain udema pada otak dan sumsum tulang belakang. c. Diagnosis Karena gejala klinis yang bervariasi pada berbagai hewan yang terserang surra, menemukan agen penyakit merupakan langkah diagnosis yang penting. Hal ini dapat dilakukan dengan memeriksa preparat ulas maupun natif darah peri fer hewan yang terinfeksi secara mikroskopik. Selain itu metoda inokulasi darah hewan ter- 26

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

67