P01 PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KONSERVASI EKSITU EBONI (Diospyros pilosanthera Blanco.) UMUR 1 TAHUN DI HUTAN PENELITIAN BATUANGUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "P01 PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KONSERVASI EKSITU EBONI (Diospyros pilosanthera Blanco.) UMUR 1 TAHUN DI HUTAN PENELITIAN BATUANGUS"

Transkripsi

1 P01 PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN KONSERVASI EKSITU EBONI (Diospyros pilosanthera Blanco.) UMUR 1 TAHUN DI HUTAN PENELITIAN BATUANGUS Julianus Kinho 1,2* 1) Balai Penelitian Kehutanan Manado 2) Mahasiswa Pascasarjana Prodi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, UGM, Yogyakarta * ragilkinho@gmail.com ABSTRAK Salah satu jenis kayu mewah yang diperdagangkan adalah kayu eboni karena memiliki ornamen kayu yang dekoratif dan artistik karena bergaris. Terdapat 7 jenis kayu di Indonesia yang dikategorikan sebagai kayu eboni yaitu Diospyros celebica, D. rumphii, D. pilosanthera, D. lolin, D. ebenum, D. ferrea, dan D. macrophylla. Sulawesi Utara merupakan salah satu habitat alam kayu eboni khususnya jenis D. pilosanthera. Potensi kayu eboni jenis ini (D. pilosanthera) di alam sampai saat ini belum diketahui secara pasti, sedangkan populasinya diduga terus menyusut yang ditandai dengan semakin sulitnya ditemukan pada hutan alam. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan jenis tumbuhan tersebut yaitu dengan membangun tegakan konservasi eksitu untuk melestarikan sumberdaya genetiknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh naungan dan aplikasi mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman konservasi eksitu eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus, Bitung, Sulawesi Utara. Lokasi penanaman merupakan lahan kritis dengan tekstur tanah, pasir berbatu sehingga diberikan input tambahan sebagai media dasar yang sama berupa: tanah top soil, sekam padi, pupuk kandang ayam dan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 1:1:1:1. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berkelompok (Randomized Complete Block Design) dengan pola faktorial. Faktor 1 adalah aplikasi mulsa dengan 2 level yaitu radius 50 cm dan radius 100 cm dengan ketebalan mulsa masing-masing 30 cm. Faktor 2 adalah intensitas naungan dengan 3 level yaitu naungan 25%, 50% dan 75%. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 50 anakan dengan 4 ulangan sehingga jumlah tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak Jarak tanam yang digunakan 3 m x 3 m. Analisis data menggunakan program SAS 9.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dalam pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) terhadap kombinasi perlakuan antara naungan dan aplikasi mulsa organik. Kombinasi perlakuan mulsa dengan radius 100 cm dan naungan 75% (A2B3) memberikan respon pertumbuhan yang terbaik dengan rata-rata tinggi 91,53 cm dan rata-rata diameter 65,75 mm. Respon pertumbuhanyang paling rendah ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan mulsa radius 50 cm dan naungan 25% (A1B1) dengan rata-rata pertumbuhan tinggi 83,26 cm dan diameter 61,75 mm. Semakin besar radius penggunaan mulsa organik (Ф 100 cm) dan semakin tinggi intensitas naungan yang diberikan (75%), semakin baik untuk pertumbuhan tanaman eboni muda pada fase awal pertumbuhan dilapangan, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan kondisi lingkungan mikro yang mendukung pertumbuhannya. Kata kunci: eboni, konservasi, eksitu, pertumbuhan, mulsa, naungan PENDAHULUAN Salah satu jenis tumbuhan dari kelompok kayu mewah yang diperdagangkan adalah kayu eboni. Jenis kayu ini paling diminati dalam perdagangan kayu karena memiliki ornamen kayu yang dekoratif dan artistik karena bergaris. Menurut Achmad (2002) garis-garis yang membentuk ornamen pada kayu eboni bervariasi berdasarkan asal daerah tebangan, dan hal ini yang membedakan kualitas ekspor jenis kayu eboni. Warna garis kayu eboni dibedakan menjadi dua yaitu garis berwarna coklat dan garis telur (coklat kekuningan). Jarak antar garis-garis yang terbentuk pada kayu eboni menentukan perbedaan target pemasarannya (negara tujuan ekspor). Kayu eboni dengan garis-garis yang sempit dan kecil (< 3 mm) lebih disukai di Jepang, sedangkan kayu eboni dengan garis yang lebih lebar (> 3 mm) lebih disukai oleh negara-negara Eropa (Belanda, Inggris, Perancis, Jerman) dan Amerika (Rombe dan Raharjo, 1982). 302

2 Kayu eboni yang diperdagangkan dipasaran kayu berasal dari marga Diospyros. Anggota dari marga Diospyros yang terdapat di Indonesia ±100 jenis berdasarkan koleksi herbarium yang tersimpan di Herbarium Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi, Badan Litbang Kehutanan, Bogor. Menurut Alrasyid (2002) terdapat 7 jenis kayu di Indonesia yang tergolong sebagai kayu eboni yaitu Diospyros celebica, D. rumphii, D. pilosanthera, D. lolin, D. ebenum, D. ferrea, dan D. macrophylla. Sulawesi Utara merupakan salah satu habitat alami dari kayu eboni khususnya jenis D. pilosanthera. Daerah sebaran alami jenis kayu eboni ini (D. pilosanthera) lebih luas dibandingkan kayu eboni jenis D. celebica dan D. rumphii. Penyebaran eboni (D. pilosanthera) di Indonesia meliputi Pulau Kalimantan (Kutai, Bulungan, Berau, Tarakan, Tidung), Pulau Sulawesi (Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Poso, Banggai, Muna), Kepulauan Maluku (Morotai, Buru, Tanimbar, Halmahera) dan Irian Jaya (Alrasyid, 2002). Potensi kayu eboni dari jenis D. pilosanthera di alam sampai saat ini belum diketahui secara pasti, meskipun memiliki daerah sebaran alami yang lebih luas di kawasan Indonesia Timur. Di daerah sebaran alaminya, secara khusus di Sulawesi Utara, populasi kayu eboni (D. pilosanthera) diduga terus menyusut yang ditandai dengan semakin sulitnya ditemukan pada hutan-hutan alam. Hal ini menyebabkan kekhawatiran akan terjadi kelangkaan bahkan kehilangan sumber keragaman genetiknya. Oleh karena itu, diperlukan tindakan penyelamatan sumber keragamangenetik eboni (D. pilosanthera) baik secara insitu maupun eksitu. Data mengenai pertumbuhan eboni (D. pilosanthera)pada berbagai jenis tapak belum banyak tersedia sehingga untuk menentukan kondisi lingkungan pertumbuhan eboni (D. pilosanthera)yang optimal di luar habitat aslinya masih sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipertumbuhan awal tanaman konservasi eksitu eboni (D. pilosanthera)umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus, Bitung, Sulawesi Utara dengan perlakuan pemberian naungan secara buatan dan aplikasi mulsa organik. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit anakan eboni (D. pilosanthera) yang berasal dari cabutan anakan alam di CA. Tangkoko dan TN. Bogani Nani Wartabone (Kab. Bone Bolango, Gorontalo). Bahan lainnya berupa: tanah top soil, sekam padi, dan pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran sapi).alat yang digunakan yaitu pita meter, kaliper mini, gunting stek, thermohygrometer, lux meter, fl aging tape, cangkul, sekop, parang dan alat tulis. Metode Penelitian dilakukan di Hutan Penelitian Batuangus, Bitung, Sulawesi Utara. Penanaman dilakukan pada blok tanam , tanggal 13 November Pengamatan pertumbuhan dilakukan selama 1 tahun (November 2012 November 2013). Areal penanaman merupakan bekas aliran lava hasil erupsi Gunung Batuangus yang dilaporkan terakhir erupsi pada tahun 1839 (Whitten dkk., 1987), yang sampai saat ini masih menjadi padang alang-alang yang gersang. Tekstur tanah di lokasi penanaman yaitu pasir berbatu,sehingga diberikan input tambahan sebagai media dasar yang sama berupa:tanah top soil+sekam padi+pupuk kandang (kotoran ayam)+pupuk kandang (kotoran sapi) dengan perbandingan 1:1:1:1. Penanaman menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berkelompok (Randomized Complete Block Design) dengan pola faktorial. Faktor 1 adalah aplikasi mulsa dengan 2 level yaitu radius 50 cm dan radius 100 cm dengan ketebalan mulsa masingmasing 30 cm. Faktor 2 adalah intensitas naungan dengan 3 level yaitu naungan 25%, 50% dan 75%. Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 50 anakan dengan 4 ulangan sehingga jumlah tanaman yang diteliti sebanyak anakan. Rancangan penelitian ditampilkan pada Tabel

3 Intensitas Naungan (%) Tabel 1. Rancangan penelitian Aplikasi Radius Mulsa 50 cm (A1) 100 cm (A2) 25%(B1) A1B1 A2B1 50%(B2) A1B2 A2B2 75%(B3) A1B3 A2B3 Pengambilan data tinggi dan diameter dilakukan empat kali yaitu pengukuran pertama pada saat dilakukan penanaman, pengukuran kedua pada saat usia tanaman berumur 3 bulan, pengukuran ketiga pada umur 6 bulan dan pengukuran keempat pada umur 12 bulan. Analisis Data Analisis data dilakukan menggunakan program SAS 9.1 for windows. Data hasil pengukuran pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat perlakuan yang berbeda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Tinggi Tanaman eboni (D. pilosanthera) Hasil analisis sidik ragam pertumbuhan tinggi eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus umur 1 tahun menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi mulsa organik (A) dan intensitas naungan (B), masing-masing berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi anakan eboni dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi anakan eboni di lapangan. Hasil ANOVA (Tabel 2) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam pertumbuhan tinggi eboni umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus, hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung yang lebih besar dari F tabel. Tabel 2. ANOVA pertumbuhan tinggi tanaman konservasi eksitu eboni (D. pilosanthera) umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Tabel 3. ANOVA pengaruh perlakuan dan interaksi kombinasi perlakuan mulsa dan naungan terhadap pertumbuhan tinggi eboni (D. pilosanthera) umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus. Source DF ANOVA SS Mean Square F Value Pr > F Mulsa Naungan <.0001 Mulsa*Naungan <.0001 Hasil ANOVA (Tabel 3) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan respon pertumbuhan tinggi tanaman eboni umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus terhadap perlakuan radius mulsa, perlakuan intensitas naungan dan interaksi antara perlakuan radius mulsa dan intensitas naungan. Hasil uji lanjut dengan uji Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa pengaruh dari perlakuan aplikasi mulsa terhadap pertumbuhan tinggi tanaman eboni yang memberikan respon terbaik adalah aplikasi mulsa dengan radius 100 cm (88,28 cm) dibandingkan aplikasi mulsa dengan radius 50 cm (87,05 cm). 304

4 Tabel 4. Hasil uji lanjut respon pertumbuhan tinggi tanaman eboni (D. pilosanthera) umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus dengan perlakuan mulsa. Duncan Grouping Mean (cm) N Radius Perlakuan Mulsa (cm) A B Pengaruh perlakuan naungan yang memberikan respon pertumbuhan tinggi yang terbaik adalah naungan 75% (91,53 cm), naungan 50% (88,21 cm) dan naungan 25% (83,26 cm). Hasil uji lanjut pengaruh naungan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman konservasi eksitu eboni (D. pilosanthera) umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji lanjut respon pertumbuhan tinggi tanaman eboni (D. pilosanthera) umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus dengan perlakuan naungan (%). Duncan Grouping Mean (cm) N Perlakuan Naungan (%) A B C Interaksi antara perlakuan mulsa (A) dan perlakuan naungan (B) seperti ditunjukkan pada Tabel 6, yang memberikan respon terbaik untuk pertumbuhan tinggi tanaman eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus yaitu perlakuan mulsa radius 100 cm dengan naungan 75% (A2B3) dengan rata-rata pertumbuhan tinggi 93,80 cm; sedangkan paling rendah adalah perlakuan mulsa radius 50 cm dengan naungan 25% (A1B1) rata-rata pertumbuhan tinggi 83,00 cm dengan standar deviasi 0,9831. Tabel 6. Respon pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) umur 1 tahun di Hutan Penelitian Batuangus dengan perlakuan radius mulsa dan intensitas naungan Radius Intensitas Tinggi (cm) Diameter (mm) Mulsa (cm) Naungan (%) N Mean Std Dev Mean Std Dev Pertumbuhan Diameter Tanaman Eboni (D. pilosanthera) Hasil ANOVA pertumbuhan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Hasil ANOVA ditampilkan pada Tabel

5 Tabel 7. Hasil ANOVA pertumbuhan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model <.0001 Error Corrected Total Tabel 8. Pengaruh perlakuan dan interaksi kombinasi perlakuan mulsa dan naungan terhadap pertumbuhan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus Source DF ANOVA SS Mean Square F Value Pr > F Mulsa Naungan <.0001 Mulsa*Naungan <.0001 Tabel 8 menunjukkan bahwa pengelompokan perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap pertumbuhan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera).hal ini menunjukkan bahwa lokasi penanaman dianggap seragam atau homogen, sehingga pengulangan terhadap perlakuan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman eboni. Pengaruh perlakuan aplikasi mulsa terhadap pertumbuhan diameter tanaman eboni yang memberikan respon terbaik adalah dengan radius 100 cm (64,50 cm) dibandingkan aplikasi mulsa dengan radius 50 cm (63,00 cm). Pengaruh perlakuan naungan yang memberikan respon pertumbuhan diameter yang terbaik adalah naungan 75% (65,75 cm), naungan 50% (63,75 cm) dan naungan 25% (61,75 cm).interaksi antara perlakuan mulsa (A) dan perlakuan naungan (B) seperti ditunjukkan pada Tabel 6 yang memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan diameter tanaman ebonidi Hutan Penelitian Batuangus yaitu perlakuan mulsa radius 100 cm dan naungan 75% (A2B3) dengan rata-rata pertumbuhan tinggi 68,00 cm sedangkan paling rendah adalah perlakuan mulsa radius 50 cm dan naungan 25% (A1B1) dengan rata-rata pertumbuhan tinggi 59,50 cm. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman konservasi eksitu eboni (D. pilosanthera) dapat tumbuh dengan baik di Hutan Penelitian Batuangus yang memiliki tekstur tanah pasir berbatu, dengan memberikan input tambahan pada media tanamdan pengaturan naungan secara buatan mengingat tanaman eboni merupakan jenis semitoleran yang membutuhkan naungan pada fase awal pertumbuhan (semai). Penggunaan mulsa organik dan perlakuan naungan buatan dapat memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter anakan tanaman konservasi eksitu eboni di Hutan Penelitian Batuangus. Semakin besar radius penggunaan mulsa organik (100 cm) dan semakin tinggi intensitas naungan yang diberikan (75%), semakin baik pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman eboni di Hutan Penelitian Batuangus. Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh dengan hasil yang dilaporkan oleh Seran dan Yusri (1996) bahwa anakan eboni (D. celebica) cenderung tumbuh baik pada intensitas naungan 100% dan 75%. Hal ini diduga bahwa pada intensitas naungan tersebut kelembaban dan temperatur udara maupun kelembaban dan temperatur tanah lebih cocok bagi pertumbuhan anakan eboni (D. celebica) karena jenis inibersifat semitoleran. Naungan yang lebih rapat atau intensitas cahaya yang rendah menyebabkan temperatur relatif cukup rendah dan kelembaban relatif cukup tinggi sehingga tersedia air yang cukup untuk perkembangan tanaman muda (Doubenmire, 1967). Pengaruh naungan pada penelitian ini, secara nyata meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus terutama pada naungan 75% dan 50% dibandingkan naungan 25%. Pertumbuhan merupakan salah satu indikator penyerapan hara mineral dan fotosintesis. Menurut Kramer dan Koozlowski (1979), intensitas cahaya yang terlalu tinggi melemahkan kegiatan proses fotosintesis, sementara laju respirasi meningkat. Semakin meningkat pertumbuhan anakan karena pengaruh naungan, menunjukkan semakin aktifnya proses fotosintesis. Rendahnya pertumbuhan tinggi dan diameter pada perlakuan naungan 25% diduga karena adanya kenaikan intensitas cahaya sehingga kurang mendukung proses fotosintesis, karena menerima cahaya yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya proses foto-oksidasi klorofil dan menyebabkan kerusakan pada klorofil, sementara itu klorofil yang tersisa tidak 306

6 mampu menyerap semua energi yang tersedia sehingga kegiatan fotosintesis menjadi semakin lemah. Sebaliknya, naungan akan mempengaruhi kondisi lingkungan fisik mikro anakan eboni (D. pilosanthera) sehingga mendukung pertumbuhan tinggi dan diameter batang. Nurkin dkk. (2002) menyebutkan bahwa permudaan alam eboni pada tahap awal harus dibawah bayangan (naungan), sehingga pohon-pohon tua disamping berfungsi sebagai sumber biji juga dapat memberikan naungan. Setelah anakan eboni (D. celebica) melampaui fase semai, pohon penaung harus segera dikurangi agar anakan pohon yang baru tumbuh mendapat sinar matahari yang cukup. Selanjutnya dikatakan bahwa anakan alam eboni (D. celebica) di Hutan Amaro, Sulawesi Selatan yang banyak tertutup oleh semak atau belukar serta tajuk pohon lain, rata-rata tingginya lebih rendah bila dibandingkan dengan anakan yang tumbuh di sepanjang jalan setapak dan bagian pinggiran sungai yang bebas dari pohon-pohon penaung (Nurkin dkk., 2002). Pemberian pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran sapi) serta pemberian mulsa yang berasal dari sisa pembersihan jalur tanam merupakan pupuk organik yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, kemantapan agregat, daya pegang air, permeabilitas tanah, meningkatkan nilai tukar kation, menyediakan hara baik mikro maupun makro dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah (Yufdi, 1996). Menurut Suriatna (1988), pupuk kandang tersusun atas unsur nitrogen, fosfor dan kalium. Pupuk kandang ayam baik dalam bentuk padat maupun cair tersusun atas nitrogen (1,00%), fosfor (0,80%) dan kalium (0,40%). Pemupukan dengan pupuk kandang (unsur fosfor) dapat mempercepat pertambahan tinggi dan jumlah daun anakan. Hal ini diduga karena unsur P dalam tanaman berfungsi sebagai zat pembangun, sehingga pemberian pupuk kandang yang sesuai akan menghasilkan karbohidrat yang lebih banyak dan merangsang pembelahan sel-sel yang lebih cepat serta meningkatkan pembentukan daun, juga dapat terkonsentrasi pada titik tumbuh anakan sehingga lebih merangsang pertumbuhan sel secara vertikal (Rukmini, 1985). Produksi daun oleh tanaman dapat ditingkatkan dengan pemberian pupuk nitrogen (N). Pengaruh yang nyata dari unsur kalium (K) terhadap pertumbuhan adalah menguatkan batang tanaman sehingga tidak mudah rebah dan juga dapat berpengaruh terhadap pertambahan tinggi tanaman (Susilo, 1991).Fungsi yang penting dari penggunaan pupuk kandang adalah menggemburkan lapisan olah tanah, mengaktifkan aktivitas populasi jasad renik dan meningkatkan daya serap akar terhadap unsur hara (Rismunandar, 1984). Penambahan setiap jenis bahan organik yang dapat dirombak ke dalam tanah terutama pupuk kandang, menyebabkan pengaruh yang luar biasa terhadap perkembangan miselia. Pupuk kandang yang diberikan kedalam tanah disamping dapat menyuburkan tanah secara langsung, juga merupakan bahan makanan mikroorganisme tanah, sehingga dapat bekerja secara lebih aktif (Buckman dan Brady, 1982). Pohon eboni apabila ditanam pada tempat yang berbeda dapat menghasilkan respon pertumbuhan yang berbeda, karena sebaran alaminyaberada berbagai jenis tapak yang cukup luas dan berbeda (Soerianegara, 1970). Hasil pengamatan pertumbuhan pohon eboni (D. celebica) yang ditanam dibawah tegakan jati pada enam Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) di Jawa selama delapan tahun, menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan tinggi antar satu lokasi dengan lokasi lainnya, hal ini diduga karena pengaruh kesuburan tanah pada masing-masing tapak yang berbeda (Alrasyid, 1985). Apabila dibandingkan antara tanaman eboni (D. celebica) dibawah tegakan jati dengan tanaman eboni di kebun percobaan Cikampek yang keduanya mempunyai kondisi iklim yang sama, ternyata pertumbuhan tinggi tanaman eboni dibawah tegakan jati lebih lambat. Terhambatnya pertumbuhan tersebut, menurut Alrasyid (1985) karena adanya stress (cekaman) sinar matahari langsung yang diterima tanaman eboni (D. celebica) pada saat pohon jati menggugurkan daunnya. KESIMPULAN Perlakuan penggunaan mulsa organik dan perlakuan naungan memberikan respon yang baik terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter anakan eboni (D. pilosanthera) di Hutan Penelitian Batuangus. Semakin besar radius penggunaan mulsa organik (Ф 100 cm) dan semakin tinggi intensitas naungan yang diberikan (75%), semakin baik untuk pertumbuhan tanaman eboni muda pada fase awal pertumbuhan dilapangan karena dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menghasilkan kondisi lingkungan mikro yang mendukung pertumbuhannya. 307

7 DAFTAR PUSTAKA Achmad, A Strategi Konservasi In-situ Eboni Bergaris/Kayu Hitam Makassar (Diospyros celebica Bakh.) Di Sulawesi. Berita Biologi. Vol. 6. No. 2. Edisi Khusus Manajemen Eboni. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. Alrasyid, H Percobaan Penanaman Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Bawah Tegakan Jati di Jawa. Buletin Penelitian Hutan No 464, 23-37, Bogor. Alrasyid, H Kajian Budidaya Pohon Eboni. Berita Biologi. Vol. 6. No. 2. Edisi Khusus Manajemen Eboni. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. Buckman, H.O., dan N.C. Brady Ilmu Tanah.Penerbit. PT Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Doubenmire, R.T Plants and Enviromental. Jhon Wiley and Sons. Inc. London. Kramer, P.J and T.T. Koozlowski Physiology of Woody Plants. Academic Press. New York, London. Nurkin, B., A.Achmad., N.P. Oka., W.Rachman., dan S.A.Paembonan Berita Biologi. Vol. 6. No. 2. Edisi Khusus Manajemen Eboni. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. Rismunandar, Tanah dan Seluk Beluknya Bagi Pertanian. Penerbit. Sinar Baru. Bandung. Rombe, Y.L., dan R. Raharjo Potensi dan Penyebaran Jenis Kayu Kurang Dikenal (Lesser Known Species) Eboni. Buku II. Direktorat Bina Program Kehutanan, Bogor. Rukmini Pengaruh Naungan, Pupuk TSP dan Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimusop elengi) di Pembibitan. Thesis. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. Santoso, B. dan C.Anwar Pertumbuhan Tanaman Konservasi Eksitu Eboni (Diospyros celebica Bakh.). Buletin Penelitian Kehutanan Vol. 8, No 1 Tahun Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang. Seran, D. dan M.Yusri Stimulasi Pertumbuhan Eboni (Diospyros celebica Bakh.) Melalui Pengaturan Intensitas Naungan dan Pemupukan NPK di Persemaian. Buletin Penelitian Kehutanan No.2, Balai Penelitian Kehutanan Ujung Pandang, Sulawesi Selatan. Badan Litbang Kehutanan. Soerianegara, I Pemuliaan Pohon Hutan. Laporan No.104. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor. Suriatna, S Pupuk dan Pemupukan. Melton Putra. Jakarta. Susilo Fisiologi Tanaman. Universitas Indonesia. Jakarta. Whitten, A.J., M.Mustafa and G.S.Henderson The Ecology of Sulawesi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Yufdi, P Pengaruh Berbagai Jenis Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jahe (Zingiber offi cinale Rosc.) Prosiding Simposium Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatik. APINMAP. P

Balai Penelitian Kehutanan Manado

Balai Penelitian Kehutanan Manado Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Konservasi Eksitu Diospyros Umur 1,5 Tahun Di Hutan Penelitian Batuangus Oleh : Julianus Kinho *), Jafred Halawane, Yermias Kafiar, Moody Karundeng dan Melkianus Diwi Balai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DIPERSEMAIAN

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DIPERSEMAIAN Berita Biologi, Volume 6. Notnor, Agustus 00 Edisi Khusus - Manajemen Eboni PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN ANAKAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DIPERSEMAIAN VVirianto Rahman

Lebih terperinci

EFEKTWITAS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N PADA PERTUMBUHAN BIBIT EBONI (Diospyros celebica Bakh.)

EFEKTWITAS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N PADA PERTUMBUHAN BIBIT EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Berita Biologi Volume 6, Nomor 2. Desember 2002 EFEKTWITAS PUPUK ORGANIK DAN PUPUK N PADA PERTUMBUHAN BIBIT EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Hartutiningsih M Siregar dan Ning Wikan Utami Balitbang Botani,

Lebih terperinci

EFEK NAUNGAN DAN ASAL ANAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Wirianto Rahman dan Muh. Nurdin Abdullah

EFEK NAUNGAN DAN ASAL ANAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Wirianto Rahman dan Muh. Nurdin Abdullah Berita Biologi, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2002 EFEK NAUNGAN DAN ASAL ANAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Wirianto Rahman dan Muh. Nurdin Abdullah Fakultas Pertanian dan Kehutanan,

Lebih terperinci

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi

Lebih terperinci

STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN. Edi Kurniawan

STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN. Edi Kurniawan Strategi Penyelamatan Eboni (Diospyros celebica Bakh.) dari... STRATEGI PENYELAMATAN EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI ANCAMAN KEPUNAHAN Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK SILVIKULTUR DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN EBONI (Diospyros rumphii Bakh.) DI SULAWESI UTARA

PENERAPAN TEKNIK SILVIKULTUR DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN EBONI (Diospyros rumphii Bakh.) DI SULAWESI UTARA PENERAPAN TEKNIK SILVIKULTUR DALAM MENDUKUNG UPAYA PELESTARIAN EBONI (Diospyros rumphii Bakh.) DI SULAWESI UTARA Julianus Kinho 1,2), Jafred Halawane 1) dan Yermias Kafiar 1) 1) Balai Penelitian Kehutanan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati * Pertumbuhan Anakan Alam Eboni (Diospyros celebica Bakh) C. Andriyani Prasetyawati PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN C. Andriyani Prasetyawati * Balai

Lebih terperinci

PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang

PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang Berita Biologi. Volume 6. Nomor 2, Agustus 2002 PENAMPILAN TANAMAN KONSERVASIEX-SITU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso dan Chairil Anwar Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang ABSTRAK Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra Latar Belakang Lava G.Batur batuan vulkanis beku dan pasir kesuburan rendah (kritis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

EKSPLORASI ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN. C. Andriyani Prasetyawati dan Edi Kurniawan

EKSPLORASI ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN. C. Andriyani Prasetyawati dan Edi Kurniawan Eksplorasi Anakan Alam Eboni (Diospyros celebica Bakh.). EKSPLORASI ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI TIGA KABUPATEN DI SULAWESI SELATAN Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

Oleh: Merryana Kiding Allo

Oleh: Merryana Kiding Allo Corak Indah Kayu Eboni (Diospyros celebica Bakh.) CORAK INDAH KAYU EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243, telp. (0411)

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian Kamaludin Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi kompos kotoran sapi yang terbaik dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN 194 UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN Provenances test of Ebony (Diospyros celebica Bakh) in seedling phase Muh. Restu Abstract The study was conducted to determine growth variability

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

Volume 11 Nomor 2 September 2014

Volume 11 Nomor 2 September 2014 Volume 11 Nomor 2 September 2014 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 11 2 Hal. 103-200 Tabanan September 2014 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 HASIL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

KONSERVASI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Sunaryo

KONSERVASI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Sunaryo Berita Biologi, Volume 6, Nomor 2, Agustus 2002 KONSERVASI EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Sunaryo Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam ABSTRAK Kelimpahan jenis pohon eboni

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perum Perhutani merupakan Perusahaan milik negara yang diberikan mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di Pulau Jawa dan Madura dengan

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.)

STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Berita Biologi, Volume 6, Nomor 2. Agustus 2002 STATUS DAN STRATEGIPEMULIAAN POHON EBONI (Diospyros celebica Bakh.) Budi Santoso Balai Penelitian Kehutanan, Ujung Pandang ABSTRAK Sejak tahun 1990 eboni

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September PENGARUH UMUR SEMAI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN DI PERSEMAIAN 1) Oleh: Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Suren (Toona sureni Merr), merupakan jenis yang memiliki pertumbuhan cepat dan kegunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembibitan Jati Jati (Tectona grandis L.) adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS, Volume 9, No 1 : 1-6 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) Sri Susanti Ningsih

Lebih terperinci

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Urgensi dan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Bengkulu 7 Juli 2011 ISBN 978-602-19247-0-9 24 Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola

Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Kotoran Ternak (Sapi, Ayam, dan Kambing) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Brachiaria Humidicola The Effect of Three Kind Manure (Cow, chicken, and goat) to The Vegetative

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PUPUK KOMPOS, PUPUK KANDANG DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KLICUNG (Diospyros malabarica Desr. Kostel)

EFEKTIFITAS PUPUK KOMPOS, PUPUK KANDANG DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KLICUNG (Diospyros malabarica Desr. Kostel) EFEKTIFITAS PUPUK KOMPOS, PUPUK KANDANG DAN UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KLICUNG (Diospyros malabarica Desr. Kostel) Ahmad Suryanullah 1, Subagio 2, & Baiq Mirawati 3 1 Pemerhati Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY Aang Kuvaini Abstrak Kualitas media tanam akan memberikan pengaruh terhadap kualitas pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG Nerty Soverda, Rinaldy, Irmia Susanti Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin meningkatnya sektor industri di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan perekonomian dan taraf hidup penduduk Indonesia, akan tetapi dengan munculnya berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING PENGARUH KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KAILAN (Brassica alboglabra, L.) PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Nining Sri Sukasih Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE PENDAHULUAN Tebu ialah tanaman yang memerlukan hara dalam jumlah yang tinggi untuk dapat tumbuh secara optimum. Di dalam ton hasil panen tebu terdapat,95 kg N; 0,30 0,82 kg P 2 O 5 dan,7 6,0 kg K 2 O yang

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mempunyai prospek pasar yang unik dan menarik. Selama ini budidaya cabai dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan nitrogen tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Variasi kandungan nitrogen dalam tanah terjadi akibat perubahan topografi, di samping pengaruh iklim, jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1

KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1 Kesesuaian Media Sapih terhadap. Hanif Nurul Hidayah & Arif Irawan KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1 Hanif Nurul Hidayah dan

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.)H.Keng). Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1 Hanif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG 1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan Lokakarya Fungsional Non Peneliri 1997 PENGEMBANGAN TANAMAN ARACHIS SEBAGAI BAHAN PAKAN TERNAK Hadi Budiman', Syamsimar D. 1, dan Suryana 2 ' Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Jalan Raya Pajajaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM PLANT GROWTH AND PRODUCTION MUSTARD (Brassica juncea L) WITH GRANT OF MICROORGANISMS

Lebih terperinci

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pengaruh Nutrisi Terhadap Pertumbuhan Tanaman A. Tujuan Mengetahui pengaruh nutrisi terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. B. Dasar Teori Pertumbuhan adalah perubahan biologis yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan pangan, namun dapat juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Keluarga ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN EMPAT INTENSITAS NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KHAYA ANTOTECHA

PENGARUH MEDIA TANAM DAN EMPAT INTENSITAS NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KHAYA ANTOTECHA PENGARUH MEDIA TANAM DAN EMPAT INTENSITAS NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KHAYA ANTOTECHA ADITYA HANI Balai Penelitian Kehutanan Ciamis Jl. Ciami-Banjar Km 4. Po Box 5. Telp. 0265 771352 e-mail : adityahani@gmail.com

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juni tahun 2009, pada areal hutan produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pemanfaatan

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf

PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf PENGARUH WAKTU PEMUPUKAN DAN TEKSTUR TANAH TERHADAP PRODUKTIVITAS RUMPUT Setaria splendida Stapf Oleh WAHJOE WIDHIJANTO BASUKI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember RINGKASAN Percobaan pot telah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI Ubad Badrudin dan Bambang Suryotomo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Pekalongan

Lebih terperinci