BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar. orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar. orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat"

Transkripsi

1 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari (Majid, 2005). Kegiatan belajar mengajar melibatkan fase transformasi pengetahuan dari yang mengajarkan kepada yang diajarkan. Transformasi dalam proses belajar mengajar tersebut tidak terlepas dari peran seorang guru. Menurut Burner (Nasution, 2005), dalam proses belajar pada fase transformasi, informasi harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. Menurut Arikunto (2005) guru adalah orang yang paling penting statusnya di dalam kegiatan belajarmengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Dalam proses belajar mengajar (PBM), posisi guru sangat penting dan strategis, meskipun gaya dan penampilan mereka bermacam-macam. Menurut Claife (Syah, 1995), guru adalah:...an authority in the disciplines relevant to education, yakni pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan.

2 11 berikut. Gambaran secara lebih jelas mengenai posisi guru yaitu sebagai Guru mengajar Siswa Belajar Perubahan positif tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor siswa (Syah, 1995) Gambar 2.1 Posisi Guru dalam PBM Model ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan akibat hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks PBM. Namun demikian tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa tanpa melibatkan kegiatan guru. Setiap guru mengajar membutuhkan murid belajar, tetapi tidak setiap murid belajar memerlukan guru mengajar (Syah, 1995). Menurut Siregar (1998), dalam proses belajar mengajar terdapat interaksi antara tiga komponen yaitu guru, siswa dan materi subyek. Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

3 12 KURIKULUM Pembelajar Presentasi Pengajar Strategi Organisasi Rekonstruksi Konteks Materi-subyek Hasil-Belajar Gambar 2.2 Antar Hubungan Komponen-Komponen Mengajar Guru sebagai pengajar mempunyai peranan penting dalam mendefinisikan dan mengendalikan bentuk wacana yang wajar selama pembelajaran. Guru memerlukan strategi dalam proses pengajarannya agar lebih mudah dipahami oleh pembelajar. Pada Gambar 2.2 di atas dapat terlihat adanya hubungan antara pengajar, materi-subyek, dan pembelajar untuk memperoleh hasil belajar. Untuk menjalankan proses mengajar tersebut diperlukan adanya kurikulum. Menurut Arifin, et al. (2000) pembelajaran merupakan kegiatan belajarmengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa (PBS) yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar-mengajar.

4 13 Seorang pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar harus dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, karena motivasi tersebut dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Salah satu faktor yang dapat memotivasi siswa dalam kegiatan belajar adalah kemampuan guru dalam menyampaikan isi materi, sehingga dapat mempermudah dalam proses belajar. B. Representasi Ilmu Kimia Ben-zvi, Eylon, Silberstein, dan Gabel dalam Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway (2000) mengemukakan bahwa pemahaman konseptual para siswa terhadap representasi kimia merupakan area penelitian terkemuka dalam pendidikan kimia. Gabel dalam Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway (2000) menyatakan bahwa selama satu dasawarsa, para peneliti dan pendidik ilmu kimia telah mendiskusikan tiga level representasi dalam ilmu kimia yaitu makroskopis, mikroskopis, dan simbol. Representasi kimia pada level makroskopis menunjukan fenomena yang dapat diamati, contohnya perubahan wujud zat. Kimia mikroskopis menunjukkan pergerakan molekul yang digunakan untuk menjelaskan keadaan senyawa atau fenomena alam. Kimia pada level simbol menunjukkan representasi simbolis dari atom, molekul dan senyawa, contohnya seperti simbol-simbol kimia, rumus dan struktur (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000). Menurut Johnstone (Chittleborough, D. F. Treagust, M. Mocerino, 2002) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan dan

5 14 berkontribusi terhadap pembentukan pemahaman para siswa, yang terefleksikan dalam model mental dari fenomena. Model mental tersebut diperlihatkan pada Gambar 2.3. Makroskopis Model mental Mikroskopis Simbolis Gambar 2.3 Representasi Ilmu Kimia Studi empirik Ben-Zvi, Eylon & Silberstein dalam Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway (2000) menunjukkan bahwa pembelajaran representasi mikroskopis dan simbolis menyulitkan siswa karena kedua representasi tersebut tidak kasat mata dan bersifat abstrak. Di sisi lain pemahaman siswa terhadap kimia sangat bersandar pada informasi yang dapat diindera. Ben-Zvi mengemukakan bahwa walaupun representasi memainkan peranan penting dalam ilmu kimia akan tetapi literatur mengindikasikan bahwa kebanyakan siswa mempunyai kesulitan dalam memvisualisasikan representasi-representasi tersebut (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000). Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Ben-Zvi, Eylon, dan Silberstein (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000), mereka mengeksplorasi level apa yang digunakan siswa ketika beberapa simbol dan rumus kimia digunakan, seperti Cu(s), H 2 O(l), dan Cl 2 (g). Respon dari siswa menandakan

6 15 bahwa mayoritas dari mereka kebingungan mengenai atom dan molekul. Banyak pelajar, meskipun telah mempelajari ilmu kimia, tidak memahami peran dari sebuah rumus, sebagian dari mereka berpikir bahwa rumus merupakan singkatan belaka untuk sebuah nama. Kozma (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000) menyatakan bahwa kebanyakan siswa mempunya kesulitan dalam menginterpretasikan persamaan kimia. Ketika mereka melihat sebuah persamaan seperti C(s) + O 2 (g) CO 2 (g), mereka menginterpretasikannya sebagai komposisi huruf, jumlah dan garis daripada sebuah proses pembentukan dan pemecahan ikatan. Sebagai penjelasan tambahan, studi Keig dan Rubba (1993) dalam Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway (2000) menunjukkan bahwa sangat banyak siswa yang tidak dapat membuat terjemahan diantara rumus, konfigurasi elektron, dan model ball and stick. Dengan demikian walaupun ahli kimia melihat simbol dan huruf-huruf sebagai molekul dan tanda panah sebagai arah reaksi, banyak pelajar tidak dapat memvisualisasikan representasi tersebut. C. Intertekstualitas Menurut semiotik sosial, arti dari suatu teks tidak berdiri sendiri tetapi dihubungkan dengan teks lain yang sama atau relevan. Lemke mengemukakan bahwa segala sesuatu akan bermakna hanya jika dipertentangkan dengan latar belakang hal lain yang sama dengannya (Wu, 2002).

7 16 Menurut Haliday dan Hasan dalam Wu (2002), teks didefinisikan sebagai bahasa fungsional yang bisa berupa percakapan atau tulisan, atau medium apapun lainnya untuk mengekspresikan apa yang kita pikirkan. Dari sudut pandang ini, representasi kimia pada level yang berbeda-beda (yaitu level makroskopis, mikroskopis, dan simbol), pengalaman sehari-hari dan kejadian-kejadian dalam kelas dapat dipandang sebagai suatu teks (Santa Barbara Classroom Discourse Group, 1992, dalam Wu, 2002). Ketika siswa mengkonstruk pemahaman mengenai konsep-konsep kimia, mereka mungkin mengkoordinasikan representasi yang berbeda-beda dengan pengalamannya sehari-hari. Pertautan diantara representasi, pengalaman kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dilakukan pembelajar dapat dipandang sebagai hubungan intertekstual Pendapat yang sama dikemukakan oleh Bloome dan Egan-Robertson (Wu, 2002) bahwa pertautan antara representasi, pengalaman kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dilakukan siswa dapat dipandang sebagai hubungan intertekstual. Dengan demikian, intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan antara representasi kimia, pengalaman hidup sehari-hari, serta kejadian-kejadian di dalam kelas yang dibangun siswa untuk memahami ilmu kimia. Diilhami oleh pandangan konstruktivis sosial dalam pembelajaran, Vygotsky dan Kozma (Wu, 2002) menyatakan bahwa untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai kimia, kurikulum kimia harus membimbing mereka untuk menggunakan representasi majemuk dalam

8 17 hubungannya dengan fenomena fisik. Lingkungan belajar, termasuk guru, material kurikulum, atau peralatan teknologi, harus secara eksplisit memperlihatkan hubungan diantara level-level makroskopis, mikroskopis dan simbol dalam konteks inkuiri. Melalui praktik sosial dan diskursif, siswa secara konseptual bergerak maju dan mundur diantara ketiga level tersebut dan memiliki kesempatan secara kognitif berinteraksi dengan beragam jenis representasi dalam cara yang bermakna. Berdasarkan pandangan Kozma mengenai pembelajaran kimia, diperlukan kajian intertekstualitas untuk membangun teori mengenai hubungan diantara representasi kimia pada level yang berbeda. Tautan intertekstual dapat dibuat diantara pengalaman sehari-hari dan level makroskopis kimia. Meskipun proses kimia pada level makroskopis dapat dilihat dan relatif lebih mudah untuk dipahami, akan tetapi umumnya dalam kurikulum kimia proses ini dipisahkan dari situasi nyata di kehidupan sehari-hari dan biasanya didesain sebagai kegiatan laboratorium. Pada kegiatan tersebut siswa diminta untuk mengikuti prosedur yang telah diberikan, sehingga tidak mengherankan apabila kebanyakan siswa tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan ilmiah yang telah mereka peroleh di sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menjembatani jurang pemisah di antara pengalaman seharihari dengan pengalaman belajar siswa di sekolah, hubungan intertekstual yang pertama kali harus dibangun yaitu antara situasi nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan aspek makroskopis kimia, sehingga

9 18 memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat bagaimana sains di sekolah dihubungkan dengan kehidupannya serta bagaimana pengetahuan sains tersebut diaplikasikan. Interaksi sosial juga merupakan aspek penting pada intertekstualitas ilmu kimia. Melalui interaksi sosial siswa dapat mengkonstruk pemahaman kimianya bukan hanya mengikuti makna individualnya saja, akan tetapi mengkonstruk pemahaman dari makna sosial juga (Wu, 2002). Guru memainkan peranan penting dalam menciptakan interaksi sosial yang menunjang proses pertautan antara representasi ilmu kimia pada level makroskopis, mikroskopis, dan simbol dengan pengalaman sehari-hari siswa. Melalui interaksi sosial juga guru dapat melihat sejauh mana pemahaman yang telah dibangun siswa, sehingga dengan adanya interaksi tersebut guru dapat langsung mengevaluasi pembelajaran yang telah dan sedang berlangsung di kelas. C. Model Representasi Teks Analisis yang digunakan pada proses belajar mengajar termasuk ke dalam analisis wacana. Dalam menganalisis representasi ilmu kimia pada pengajaran guru ini, digunakan model representasi teks dari Siregar. Model tersebut digunakan untuk mengkonstruk ilmu yang dipetakan dari hasil transkripsi kegiatan belajar mengajar. Model representasi teks menjelaskan hubungan antara unit-unit teks dan ketepatan struktur materi subyek ilmu yang mewakilinya pada berbagai

10 19 tingkatan. Dalam model representasi tersebut, dimensi progresi berlangsung di bawah kendali dimensi elaborasi, sedangkan dimensi elaborasi itu sendiri mengendalikan ketepatan pengembangan materi subyek selama pengembangan wacana terpusat pada produksi pengetahuan materi subyek. E L A B O R A S I TOPIK P-I P R O G R E S I P-II P-III S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 P-IV S-10 S-11 S-12 Gambar 2.4 Model Representasi Mengajar (Dahar dan Siregar, 2000) Van Dijk dan Kintsch dalam Siregar (1999) mengemukakan bahwa pengorganisasian wacana dilakukan menggunakan unit wacana yang dalam

11 20 hal ini adalah proposisi, karena hubungan wacana dan materi-subyek yang tidak dapat dipisahkan. Dari Gambar 2.4, P melambangkan proposisi makro dan S melambangkan proposisi dengan abstraksi rendah. Proposisi merupakan pernyataan pengukuhan antara hubungan konsep dibedakan menurut tingkat abstraksinya. Tugas utama dalam analisis wacana adalah mengorganisasi unit terkecil, proposisi-mikro (pengukuhan yang mewakili struktur permukaan teks) menjadi unit yang lebih besar, proposisi-makro secara berulang-ulang dapat digabung menjadi proposisi-makro pada berbagai tingkat abstraksi yang akhirnya menjadi proposisi-global. Berikut ini disajikan tahapan-tahapan untuk memperoleh struktur global dan struktur mako pengajaran guru. 1. Penghalusan Transkripsi Menjadi Teks Dasar Transkripsi diperhalus menjadi teks dasar untuk memperoleh data yang mudah untuk dianalisis. Penghalusan ini dilakukan berdasarkan kriteria ketepatan dan kejelasan, dengan cara penghapusan dan penyisipan kata. Penghapusan dilakukan terhadap kata-kata yang dirasa tidak berperan atau berlebihan dalam membentuk struktur yang diinginkan. Sedangkan penyisipan dilakukan untuk mempertajam atau mengganti peranan kata yang dihapus. 2. Penurunan Proposisi dari Teks Dasar Teks dasar yang diperoleh dari penghalusan transkripsi selanjutnya dibuat proposisinya. Sebelum proposisinya diturunkan, dilakukan

12 21 segmentasi terlebih dahulu terhadap teks dasar. Satu segmentasi tersebut mengandung satu tema atau satu tindakan utama. Proposisi biasanya mempunyai rumusan yang lebih singkat dari teks dasar. Menurunkan proposisi dari suatu teks dasar diwujudkan dengan cara menggunakan aturan makro. Aturan makro tersebut terdiri atas tiga cara, yaitu dengan menghapus, dengan menggeneralisasi dan dengan membangun (Siregar, tanpa tahun). Aturan makro tersebut bersifat rekursif, artinya proposisi yang dihasilkan dapat digunakan kembali untuk penurunan proposisi yang lebih umum. 3. Struktur Makro dan Struktur Global Pengajaran Guru Penurunan struktur global harus memperhatikan keterpaduan hubungan antar unit tema. Tindakan makro dalam alur progresi memungkinkan penampilan yang lebih kontinu dan dalam dimensi elaborasi menghendaki keutuhan hubungan hirarki antara unit materi subyek. Pada struktur global pengajaran terdapat makro utama yang dapat dijabarkan kembali menjadi struktur makro pengajaran. Struktur makro ini digunakan untuk mempermudah proses pemilihan representasi ilmu kimia pada level makroskopis, mikroskopis, dan simbol.

13 22 D. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 1. Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram L -1 atau mol L -1. Bila sejumlah NaCl dilarutkan ke dalam air dan ada sebagian yang tidak larut, maka larutan yang dihasilkan merupakan larutan jenuh. Bila ke dalam larutan jenuh NaCl ditambahkan lagi sedikit NaCl maka NaCl yang ditambahkan tersebut tidak bisa melarut namun tetap sebagai endapan NaCl. Konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuh dinyatakan sebagai kelarutannya. 2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (K sp ) Perak kromat (Ag 2 CrO 4 ) merupakan contoh garam yang sukar larut dalam air. Jika Ag 2 CrO 4 dimasukkan sedikit saja ke dalam segelas air kemudian diaduk, maka akan terlihat bahwa sebagian besar dari garam itu tidak larut (mengendap di dasar gelas). Larutan perak kromat mudah sekali jenuh. Setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut ternyata tidak berhenti. Dalam larutan jenuh tetap terjadi proses melarut, tetapi pada saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama. Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbangan antara zat padat tak larut dengan larutannya. Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat adalah sebagai berikut.

14 23 Ag 2 CrO 4 (s) 2Ag + (aq) + CrO 4 2- (aq) Dari kesetimbangan dalam keadaan jenuhnya tersebut dapat ditentukan hasil kali kelarutannya. Hasil kali kelarutan adalah hasil kali konsentrasi molar ion-ion dalam larutan jenuhnya dipangkatkan koefisiennya masing-masing. Harga hasil kali kelarutan dilambangkan dengan K sp (solubility product constant) atau tetapan hasil kali kelarutan. K sp ini merupakan tetapan untuk reaksi kesetimbangan antara padatan terlarut dengan ion-ionnya. Garam-garam atau basa-basa tertentu memiliki harga K sp yang berbeda-beda. Pada reaksi kesetimbangan antara ion-ion yang melarut dan padatan Ag 2 CrO 4, rumusan tetapan hasil kali kelarutannya (K sp ) adalah: K sp = [Ag + ] 2 [CrO 2-4 ]. Konsentrasi kesetimbangan ion Ag + dan ion CrO 2-4 dalam larutan jenuh dapat dikaitkan dengan kelarutan Ag 2 CrO 4, yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi (perbandingan koefisien reaksinya). Jika kelarutan Ag 2 CrO 4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag + dalam larutan 2- itu sama dengan 2s dan konsentrasi ion CrO 4 sama dengan s. Ag 2 CrO 4 (s) 2Ag + (aq) + CrO 2-4 (aq) s 2s s Dengan demikian, tetapan hasil kali kelarutan (K sp ) Ag 2 CrO 4 dapat dikaitkan dengan kelarutannya (s) sebagai berikut. K sp = [Ag + ] 2 [CrO 2-4 ] = (2s) 2 (s) = 4s 3

15 24 3. Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan Dalam larutan jenuh Ag 2 CrO 4 terdapat kesetimbangan antara Ag 2 CrO 4 padat dengan ion-ion Ag + dan CrO 4 2- dalam larutannya. Ag 2 CrO 4 (s) 2Ag + (aq) + CrO 4 2- (aq) Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion CrO 4 2- atau ion Ag + akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibat dari pergeseran tersebut, jumlah Ag 2 CrO 4 yang larut berkurang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ion senama akan memperkecil kelarutan. Akan tetapi, ion senama tidak mempengaruhi harga tetapan hasil kali kelarutan, asal suhu tidak berubah. 4. Pengaruh ph Terhadap Kelarutan Jika ke dalam larutan suatu senyawa yang mengandung anion dari asam lemah, ditambahkan ion H 3 O + dari asam kuat, maka akan memperbesar harga kelarutan dari senyawa tersebut. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan. Contohnya dalam larutan jenuh CaCO 3 yang memiliki kesetimbangan sebagai berikut. CaCO 3 (s) Ca 2+ (aq) + CO 3 2- (aq) Dalam larutan asam, ion H 3 O + akan mengikat ion CO 3 2- yang merupakan anion dari asam lemah, membentuk HCO 3 - atau H 2 CO 3. H 2 CO 3 selanjutnya akan terurai membentuk CO 2 dan H 2 O. Hal ini akan menggeser kesetimbangan reaksi di atas ke kanan. Dengan kata lain, menyebabkan CaCO 3 melarut.

16 25 Berbeda halnya pada saat penambahan ion H 3 O + ke dalam larutan jenuh suatu senyawa yang mengandung anion dari asam kuat, seperti perak klorida. Hal tersebut tidak akan mempengaruhi proses kesetimbangan dalam reaksinya. AgCl(s) Ag + (aq) + Cl - (aq) Karena ion Cl - merupakan basa konjugasi dari asam kuat (HCl), maka ion Cl - akan ada di dalam larutannya bersama-sama dengan ion H 3 O +. Ion Cl - tidak meninggalkan sistem, sehingga tidak mempengaruhi posisi kesetimbangan dalam reaksi tersebut. 5. Tetapan Hasil Kali Kelarutan dan Pengendapan Harga K sp suatu senyawa dapat memberikan informasi tentang kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar harga K sp suatu zat, semakin mudah larut senyawa tersebut. Harga K sp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjadi tidaknya endapan suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut dicampurkan. Untuk mengendapkan ion Cl - dari air laut dapat dilakukan dengan cara menambahkan larutan AgNO 3. Ion Cl - dari air laut akan bergabung dengan ion Ag + yang berasal dari AgNO 3 membentuk AgCl yang sukar larut. Ag + (aq) + Cl - (aq) AgCl(s) Pada saat larutan yang mengandung ion Cl - ditetesi sedikit demi sedikit dengan larutan Ag +, endapan AgCl tidak akan langsung

17 26 terbentuk. AgCl dapat larut dalam air, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Artinya, ion Ag + dan ion Cl - dapat berada bersama-sama dalam larutan hingga larutan jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag + ] [Cl - ] = nilai K sp AgCl. Apabila penambahan ion Ag + dilanjutkan hingga hasil kali [Ag + ] [Cl - ] > K sp AgCl, maka kelebihan ion Ag + dan ion Cl - akan bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi, pada penambahan larutan Ag + ke dalam larutan Cl - dapat terjadi tiga hal sebagai berikut: Jika [Ag + ] [Cl - ] < K sp AgCl, larutan belum jenuh Jika [Ag + ] [Cl - ] = K sp AgCl, larutan tepat jenuh Jika [Ag + ] [Cl - ] > K sp AgCl, terjadi pengendapan dan larutan yang terbentuk bersifat jenuh 6. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Kehidupan Sehari-hari Berikut ini merupakan beberapa contoh fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan. 1) Proses Mendapatkan Sidik Jari Sewaktu tangan memegang suatu benda, salah satu zat yang ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl yang berasal dari keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan larutan AgNO 3. AgNO 3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag + dan Cl - nya telah melebihi harga K sp AgCl. Di bawah sinar, endapan AgCl putih ini akan berubah menjadi endapan Ag yang berwarna hitam. Endapan ini akan menampilkan sidik jari.

18 27 NaCl(aq) + AgNO 3 (aq) AgCl(s) + NaNO 3 (aq) Putih Terbentuknya endapan AgCl tersebut terkait dengan kelarutan AgCl yang rendah dalam pelarut air. Harga K sp dari AgCl adalah sebesar 1, ) Terbentuknya Batu Karang Gambar 2.5 Sidik Jari Manusia Gambar 2.6 Gugusan Batu Karang Gugusan batu karang yang ada sekarang ini berasal dari CaCO 3 yang terbentuk selama juta tahun yang lalu. Pembentukan CaCO 3 berawal dari karbondioksida yang berada di atmosfer bereaksi dengan air laut membentuk asam karbonat melalui reaksi di bawah ini: CO 2 (g) + H 2 O(l) H 2 CO 3 (aq) Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air laut, maka asam karbonat akan terurai menjadi ion bikarbonat atau karbonat dan H +. H 2 CO 3 (aq) H + (aq) + HCO 3 - (aq)

19 28 HCO 3 - (aq) H + (aq) + CO 3 2- (aq) Beberapa organisme yang hidup di air laut mereaksikan ion bikarbonat dengan Ca 2+ untuk membentuk kalsium karbonat (CaCO 3 ). Ca 2+ (aq) + 2HCO 3 - (aq) CaCO 3 (s) + CO 2 (g) + H 2 O(l) Gugusan batu karang yang terbentuk di dasar lautan terjadi karena kelarutan CaCO 3 tersebut rendah dalam air. Harga K sp dari CaCO 3 yaitu sebesar 2, Dengan harga K sp yang kecil, maka harga kelarutannya pun kecil. Dengan memiliki harga kelarutan yang kecil, maka makin lama akan terjadi proses pengendapan di dasar laut dan akhirnya akan terbentuk gugusan batu karang. 3) Menghilangkan Kesadahan Air Air sadah mengandung ion Mg 2+ dan Ca 2+ yang cukup tinggi, disamping anion seperti HCO - 3. Jika air sadah digunakan dengan sabun, maka ion Ca 2+ atau Mg 2+ pada air sadah akan mensubstitusikan ion Na + dan atau ion K + yang dikandung sabun, sehingga air sabun tidak berbuih dan kehilangan daya pembersihnya. Pada mesin, alat rumah tangga, pipa dan sebagainya, air sadah membentuk kerak atau endapan yang menempel pada mesin atau alat lain, dan oleh karena kerak itu bukan penghantar panas maka hal ini menyebabkan pemborosan bahan bakar. Jika air sadah itu hanya mengandung garam Ca(HCO 3 ) 2 atau Mg(HCO 3 ) 2, maka air sadah dikatakan mempunyai kesadahan sementara. Ion Ca 2+ atau Mg 2+ dalam larutan dapat dipisahkan dengan cara pemanasan. Jika air sadah tersebut

20 29 mengandung garam sulfat (CaSO 4, MgSO 4 ) atau garam klorida (CaCl 2, MgCl 2 ), maka air sadah itu dikatakan mempunyai kesadahan tetap Untuk mengatasi hal ini, ke dalam air sadah dapat ditambahkan garam yang mengandung ion CO 2-3, contohnya Na 2 CO 3 untuk mengendapkan Ca 2+ dan Mg 2+. CaCl 2 (aq) + Na 2 CO 3 (aq) MgSO 4 (aq) + Na 2 CO 3 (aq) CaCO 3 (s) + 2NaCl(aq) MgCO 3 (s) + Na 2 SO 4 (aq) 4) Penambahan Senyawa Fluorida ke dalam Pasta Gigi terdiri dari senyawa hidroksiapatit, Ca 5 (PO 4 ) 3 OH yang memiliki harga K sp 2, Kerusakan gigi terjadi karena suasana di dalam mulut bersifat asam. Suasana asam dapat terjadi karena pengaruh bakteri dalam mulut ketika menguraikan sisa-sisa makanan yang terselip di gigi. Hal ini akan menyebabkan terjadi demineralisasi , dan akan rusak. Kerusakan ini dapat dicegah dengan menyikat gigi secara teratur. Salah satu cara yang lain adalah menambahkan senyawa fluorida ke dalam pasta gigi. Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluorida (F - ) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi fluoroapatit. Senyawa fluoroapatit, Ca 5 (PO 4 ) 3 F(s) memiliki K sp 3, , dengan demikian harga kelarutannya akan lebih kecil dari harga kelarutan hidroksiapatit. Ketika menggosok gigi dengan pasta gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH - oleh ion F - sehingga membentuk fluoroapatit yang lebih sukar larut dalam suasana asam

21 30 dibandingkan dengan hidroksiapatit. Proses tersebut dapat mencegah kerusakan gigi. 5) Terbentuknya Stalaktit dan Stalakmit pada Gua Batu Kapur Pembentuk utama batu kapur adalah CaCO 3, yang merupakan senyawa ionik dengan kelarutan yang rendah, harga K sp nya sebesar 2, Batuan tersebut mulai terakumulasi di dalam tanah lebih dari 400 juta tahun yang lalu. Berikut ini akan diuraikan mengenai terjadinya gua batu kapur hingga terbentuknya stalaktit dan stalakmit. Gas CO 2 berkesetimbangan dengan larutan CO 2 dalam air: H 2 O(l) CO 2 (g) CO 2 (aq) (1) Konsentrasi CO 2 dalam air sebanding dengan tekanan parsial gas CO 2 yang larut dalam air (Hukum Henry). [CO 2 (aq)] PCO 2 Selanjutnya air permukaan tanah yang mengalir melalui celah-celah di tanah bereaksi dengan CO 2 yang terkandung dalam tanah: CO 2 (aq) + 2H 2 O(l) H 3 O + (aq) + HCO - 3 (aq) (2) Ketika asam yang terbentuk dari CO 2 dengan air bereaksi dengan kapur, maka CaCO 3 melarut. Persamaan reaksinya yaitu: CaCO 3 (s)+co 2 (aq)+h 2 O(l) Ca 2+ (aq)+2hco - 3 (aq) (3) Maka, reaksi kesetimbangan pada persamaan (3) bergeser ke kanan. Akibatnya, semakin banyak batu yang terkikis membentuk lubang dan dalam ratusan tahun gua mulai terbentuk.

22 31 Dalam terowongan bawah tanah, Ca(HCO 3 ) 2 melarut. Melalui langitlangit dari gua yang terbentuk, larutan tersebut menetes, bereaksi dengan udara yang mengandung PCO 2 lebih rendah dari yang di tanah sehingga CO 2 (aq) berkurang dari larutan (persamaan 1 bergeser ke kiri). Dari tetesan pada langit-langit tersebut akan membentuk endapan CaCO 3 (persamaan 3 bergeser ke kiri). Dalam waktu satu dasawarsa, dari proses tetesan pada langit-langit akan menghasilkan stalaktit, sedangkan yang pertumbuhannya ke atas gua dinamakan stalakmit. Dalam waktu yang lama stalaktit dan stalakmit bertemu membentuk kolom lapisan endapan batu kapur, sehingga lama-lama akan membentuk tiang gua. Gambar 2.7 Stalaktit dan Stalakmit pada Gua Batu Kapur

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 39 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pengambilan data pertama kali adalah merekam guru yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di abad ke-21 ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk memiliki kompetensi yang memadai

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Apa yang terjadi pada saat gula dilarutkan ke dalam air, mengapa bila gula yang dilarutkan dalam jumlah banyak tidak dapat terlarut semua? Mengapa gula tidak bisa

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN 7 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) B. HUBUNGAN KELARUTAN (s) DENGAN Ksp C. PENGARUH ION SEJENIS TERHADAP KELARUTAN D. HUBUNGAN Ksp DENGAN PH LARUTAN E. HUBUNGAN

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci.

BAB 8. Jika Anda memasukkan satu sendok gula ke dalam segelas air, kemudian Anda. Kelarutan Garam Sukar Larut. Kata Kunci. Kimia XI SMA 205 BAB 8 Kelarutan Garam Sukar Larut Gambar Larutan Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau larutan

Lebih terperinci

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran

kimia K-13 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN K e l a s A. Kelarutan Garam (Elektrolit) Tujuan Pembelajaran K-1 kimia K e l a s XI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan 1. Memahami tentang kelarutan garam (elektrolit). 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David, 1976

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. Pengertian Kelarutan Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam air seperti natrium klorida (NaCl) dan ada pula garam sukar

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun

KATA PENGANTAR. Wassalamualaikum Wr. Wb. Palembang, Oktober Penyusun KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr.Wb Puji syukur senatiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan Makalah Kimia ini dengan baik dan

Lebih terperinci

MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN

MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN MODUL IV KESETIMBANGAN KELARUTAN I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami konsep hubungan kelarutan dengan Ksp 2) Mahasiswa mampu memprediksi terjadinya reaksi pengendapan 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah salah satu cabang ilmu dalam pengetahuan alam (sains). Banyak siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang sulit. Pelajaran kimia sering dirasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi,

Lebih terperinci

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

Analisa Klorida Analisa Kesadahan Analisa Klorida Analisa Kesadahan Latar Belakang Tropis basah Air bersih Air kotor limbah Pencegahan yang serius Agar tidak berdampak buruk bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup Air tercemar 1 Prinsip

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1) Pengertian Strategi Pembelajaran Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kelas/semester Meta pelajaran Topik Pertemuan Alokasi Waktu : XI/2 : Kimia : Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan :.. : 11 x 45 menit a. Kompotensi Dasar : 1.1 Menyadari

Lebih terperinci

Oleh: Henrica Christi Astuti

Oleh: Henrica Christi Astuti ISO 9001 : 2008 Cert. No. 47484/A/0001/UK/En PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PADA MATERI KELARUTAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama

Lebih terperinci

BAB II KESETIMBANGAN KIMIA

BAB II KESETIMBANGAN KIMIA BAB II KESETIMBANGAN KIMIA TIU : 1. Memahami definisi kimia dan mengidentifikasi keadaan kimia. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kimia: Prinsip Le Chatelier. Memahami aplikasi kimia dalam perolehan

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman I. PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman I. PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN COVER... HALAMAN HAK CIPTA... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN URAIAN MATERI

KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN URAIAN MATERI Standar ompetensi ELARUTAN DAN HASILALI ELARUTAN Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. ompetensi Dasar 1. Memprediksi terbentuknya endapan dari suatu reaksi berdasarkan

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

Bab II Studi Pustaka

Bab II Studi Pustaka Bab II Studi Pustaka II.1 Kelarutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah

Lebih terperinci

D kj/mol E kj/mol

D kj/mol E kj/mol 1. Dari data : 2H 2 (g) + O 2 (g) 2H 2 O (l) H = -571 kj 2Ca (s) + O 2 (g) 2CaO(s) H = -1269 kj CaO (s) + H 2 O (l) Ca(OH)2(s) H = -64 kj Dapat dihitung entalpi pembentukan Ca(OH) 2 (s) sebesar... A. -984

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) Kelarutan (s) Kelarutan (solubilit) adalah suatu zat dalam suatu pelarut menatakan jumlah maksimum suatu zat ang dapat larut dalam suatu pelarut. Satuan kelarutan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/semester Alokasi Waktu Pertemuan ke- : Kimia : SMA : XI/2 : 2 x 45 menit : 9 (sembilan) Standar Kompetensi : 4. Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

Pengendapan. Sophi Damayanti

Pengendapan. Sophi Damayanti Titrasi Pengendapan 1 Sophi Damayanti 1. Proses Pelarutan Senyawa ionik dan ionik Dalam keadaan padat: kristal Struktur kristal: Gaya tarik menarik, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan antaraksi dipol-dipol

Lebih terperinci

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA Asam merupakan zat yang yang mengion dalam air menghasilkan ion H + dan basa merupakan zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH -. ASAM Asam

Lebih terperinci

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI HABIS Reaksi satu arah REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI Irreversible / reaksi habis / Reaksi tidak dapat balik Reaksi satu arah REAKSI Reversible/ reaksi dapat

Lebih terperinci

Untuk SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Sepfina Nurul Mundharifah Universitas Negeri Semarang

Untuk SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam. Sepfina Nurul Mundharifah Universitas Negeri Semarang Untuk SMA/MA Program Ilmu Pengetahuan Alam Sepfina Nurul Mundharifah Universitas Negeri Semarang Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA mengalami kesulitan dalam memahami konsep-kosep kimia. Salah satu penelitian

Lebih terperinci

Pemetaan /Analisis SK dan KD

Pemetaan /Analisis SK dan KD 56 Pemetaan /Analisis SK dan KD Mata Pelajaran Kelas/Semester : Kimia : XI/Genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Tingkat Ranah KD Indikator Pencapaian Tingkat Ranah IPK Ruang Lingkup 1 2 3 Alokasi

Lebih terperinci

Stoikiometri. OLEH Lie Miah

Stoikiometri. OLEH Lie Miah Stoikiometri OLEH Lie Miah 1 STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KARAKTERISTIK MATERI KESULITAN BELAJAR SISWA STANDAR KOMPETENSI Memahami hukum-hukum dasar Kimia dan penerapannya dalam perhitungan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Soal Doc. Name: RK13AR11KIM0601 Doc. Version : 2016-12 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium

Lebih terperinci

SOAL dan PEMBAHASAN Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

SOAL dan PEMBAHASAN Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan SOAL dan PEMBAHASAN Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 1. Diketahui kelarutan PbSO 4 dalam air pada suhu tertentu adalah 1,4 10 4 mol/l. Tentukan massa PbSO 4 yang dapat larut dalam 500 ml air, nyatakan

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Reaksi Dan Stoikiometri Larutan Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri dari:

Lebih terperinci

Soal 1. a. MgSO 4.nH 2O(s) Mg 2+ (aq) + SO 4

Soal 1. a. MgSO 4.nH 2O(s) Mg 2+ (aq) + SO 4 Ofiice : 021-2951 1160. Contact Person : 0-878787-1-8585 / 0818691-2130 Bidang Studi Kode Berkas : Kimia : KI-L01 (solusi) Soal 1 a. MgSO 4.nH 2O(s) Mg 2+ (aq) + SO 4 (aq) + nh 2O(l) (3 poin) b. MgSO 4(aq)

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR Oleh : MARTINA : AK.011.046 A. PENGERTIAN AIR senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya karena fungsinya

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN. titik setimbang

KESETIMBANGAN. titik setimbang KESETIMBANGAN STANDART KOMPETENSI;. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR;.. Menjelaskan kestimbangan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang konsentrasi laju reaksi materi78.co.nr Kesetimbangan Kimia A. PENDAHULUAN Reaksi satu arah (irreversible) atau reaksi tidak dapat balik adalah reaksi yang terjadi pada satu arah, dan produknya tidak dapat

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM HANDOUT klik di sini LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina (4301414032) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENGERTIAN LARUTAN

Lebih terperinci

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T. SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 0/0 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 0/0 PETUNJUK :. Isikan identitas peserta pada tempat yang telah disediakan pada lembar

Lebih terperinci

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7

D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 1. Jika gas belerang dioksida dialirkan ke dalam larutan hidrogen sulfida, maka zat terakhir ini akan teroksidasi menjadi... A. S B. H 2 SO 3 C. H 2 SO 4 D. H 2 S 2 O E. H 2 S 2 O 7 Reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion

Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion Laporan Praktikum Analisis Kualitatif Anion I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dan Stoikiometri Larutan Reaksi dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada larutan elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya dipahami melalui teori namun perlu dipelajari secara konkrit, kimia merupakan salah satu yang sulit.

Lebih terperinci

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar Kimia XI SMA 179 BAB 6 Larutan Penyangga Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan pengertian larutan penyangga dan komponen penyusunnya. 2. Merumuskan persamaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Air Keberadaan air di bumi merupakan suatu proses alam yang berlanjut dan berputar, sehingga merupakan suatu siklus (daur ulang) yang lebih dikenal dengan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH Oleh: Oktavina G. LP. Manulangga 330 8201 014 Latar Belakang dan Permasalahan Mata air Namosain di Kota Kupang memiliki tingkat kesadahan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya: . Atom X memiliki elektron valensi dengan bilangan kuantum: n =, l =, m = 0, dan s =. Periode dan golongan yang mungkin untuk atom X adalah A. dan IIIB B. dan VA C. 4 dan III B D. 4 dan V B E. 5 dan III

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si Oleh Kelompok V Indra Afiando NIM 111431014 Iryanti Triana NIM 111431015 Lita Ayu Listiani

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi, serta perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Air Air merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah dan merupakan kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat terpisahkan. Air

Lebih terperinci

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1

BAB I STOIKHIOMETRI I - 1 BAB I STOIKHIOMETRI 1.1 PENDAHULUAN Setiap zat, unsur, senyawa dalam kimia mempunyai nama dan rumus uniknya sendiri. Cara tersingkat untuk memerikan suatu reaksi kimia adalah dengan menuliskan rumus untuk

Lebih terperinci

UN SMA 2012 IPA Kimia

UN SMA 2012 IPA Kimia UN SMA 2012 IPA Kimia Kode Soal Doc. Name: UNSMAIPA2011KIM999 Doc. Version : 2012-12 halaman 1 01. Tahap awal pembuatan asam nitrat dalam industri melibatkan reaksi oksidasi ammonia yang menghasilkan nitrogen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber-Sumber Air Sumber-sumber air bisa dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu: 1. Air atmosfer Air atmesfer adalah air hujan. Dalam keadaan murni, sangat bersih namun keadaan

Lebih terperinci

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga Bab 7 Soal-Soal Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Larutan Penyangga 1. Berikut ini yang merupakan pasangan asam basa terkonjugasi (A) H 3 O + dan OH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus mempelajari materi dan energi yang ditinjau dari segi sifat-sifat, reaksi, struktur, komposisi,

Lebih terperinci

LOGO Analisis Kation

LOGO Analisis Kation LOGO Analisis Kation Golongan IV 1 Golongan kation ke empat Barium, Strontium dan Kalsium Reagensia golongan: larutan amonium karbonat 1 M Reagensia memperlihatkan reaksi basa karena hidrolisis: CO 3 +

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Demineralisasi Proses demineralisasi adalah suatu proses penghilangan garam-garam mineral yang ada didalam air, sehingga air yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 Kimia

Antiremed Kelas 11 Kimia Antiremed Kelas 11 Kimia Stoikiometri Larutan - Latihan Soal Doc. Name: AR11KIM0699 Doc. Version : 2012-07 01. Zat-zat berikut ini dapat bereaksi dengan larutan asam sulfat, kecuali... (A) kalsium oksida

Lebih terperinci

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP ILMU KIMIA ANALIT Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP 2011 Lanjutan.. METODE ANALISIS KUANTITATIF SECARA GRAVIMETRI Cara-cara Analisis Gravimetri Presipitasi (pengendapan) Senyawa/ ion yang akan dianalisis

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER KESADAHAN DAN WATER SOFTENER Bambang Sugiarto Jurusan Teknik Kimia FTI UPN Veteran Jogjakarta Jln. SWK 104 Lingkar Utara Condong catur Jogjakarta 55283 Hp 08156897539 ZAT PENGOTOR (IMPURITIES) Zat-zat

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi prosedur pemisahan anion serta mengidentifikasi jenis anion

Lebih terperinci