BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak
|
|
- Dewi Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1) Pengertian Strategi Pembelajaran Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Faturrohman, P. dan Sutikno, S, 2007). Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan, method or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David, 1976 dalam Sanjaya, 2007). Menurut Kemp (1995 dalam Sanjaya, 2007), strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selain itu juga, strategi dapat diartikan sebagai suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Dick & Carey dalam Sanjaya, 2007). Sesuai dengan pengertian-pengertian yang telah disebutkan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan pola umum kegiatan guru murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan. 9
2 10 Suatu strategi pembelajaran disusun sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi yang juga merupakan a plan of operation of achieving something disusun bergantung pada pendekatan yang digunakan. Untuk melaksanakan strategi dibutuhkan suatu metode pembelajaran. Sesuai dengan pengertiannya, strategi pembelajaran dapat diterapkan dengan sebuah perencanaan yang matang sebelum pelaksanaan proses belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar merupakan perpaduan antara belajar dan mengajar. Proses ini merupakan proses yang direncanakan oleh guru sehingga terjadi interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru. Proses belajar mengajar merupakan suatu siklus yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pengalaman belajar Perencanaan Observasi Refleksi Gambar 2.1 Siklus Proses Belajar Mengajar Berdasarkan gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu proses belajar-mengajar meliputi empat tahap yang saling berkaitan yaitu tahap perencanaan pembelajaran, tehap pemberian pengalaman belajar dan observasi serta tahap refleksi. Menurut Arifin (2003) rencana pembelajaran merupakan langkah awal dari suatu manajemen pembelajaran yang berisi kebijakan strategik tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan.
3 11 2) Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Rowntree (1974 dalam Sanjaya, 2007) mengelompokkan strategi kedalam empat macam yaitu strategi exposition learning, strategi discovery learning, strategi groups learning dan strategi individual learning. a. Strategi exposition, dalam strategi ini bahan pelajaran disajikan kepada siswa secara langsung. Artinya siswa menerima bahan pelajaran dalam bentuk jadi dan dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dalam strategi ini, siswa tidak dituntut mengolah bahan pelajaran yang disajikan sehingga proses berpikir siswa kurang dilatih. Guru berfungsi sebagai penyampai informasi. b. Strategi discovery, strategi ini menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui berbagai aktivitas. Oleh karena itu, guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. c. Strategi groups, strategi ini dilakukan oleh kelompok siswa. Bentuk kelompok bisa dalam kelompok besar (pembelajaran klasikal) atau bisa juga siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individu. Kemampuan individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi. d. Strategi individual, strategi ini dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, kelambatan, dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat
4 12 ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana cara mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran induktif adalah strategi pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebih dahulu untuk kemudian dicari kesimpulan dan ilustrasi-ilustrasi. Strategi ini juga disebut strategi pembelajaran dari khusus ke umum. Sebaliknya, pada strategi pembelajaran deduktif bahan yang dipelajari dimulai dari teori yang dibangun dengan dasar logis dan kemudian diuji berkali-kali melalui eksperimen yang sifatnya ditentukan oleh teori tersebut. Strategi ini kerap dinamakan strategi pembelajaran dari umum ke khusus. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh killen (1998, dalam Sanjaya, 2007): No teaching strategy is better than others in all circumtances, so you have to be able to use a variety of teaching strategies and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective. Dalam pemilihan strategi pembelajaran untuk siswa SMA, diperlukan beberapa pertimbangan. Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan yaitu: a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. (1) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotor?
5 13 (2) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi atau rendah? (3) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis? b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran. (1) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu? (2) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? (3) Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu? c. Pertimbangan dari sudut siswa. (1) Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa? (2) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa? (3) Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa? d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya. (1) Apakah untuk mendapat tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja? (2) Apakah strategi itu memiliki nilai efektivitas dan efisiensi?
6 14 B. Representasi Kimia Representasi adalah perbuatan mewakili, keadaan mewakili, perwakilan (KBBI, 2002). Para peneliti dan pendidik dalam bidang kimia telah menyepakati tiga level representasi kimia, yakni level makroskopik, mikroskopik dan simbolik (Gabel 1998; Gabel, Samuel dan Hunn, 1987; Johnstone, 1982,1993 dalam Wu, 2002). Level makroskopik merupakan representasi dari fenomena kimia termasuk pengalaman sehari-hari siswa yang dapat diamati. Level mikroskopik merupakan representasi dari partikel sub-mikroskopik nyata yang tidak dapat dilihat secara langsung seperti elektron, molekul dan atom. Sedangkan level simbolik adalah representasi dari fenomena kimia yang menggunakan tanda, gambar, aljabar, dan bentuk perhitungan (Johnstone, 1982 dalam Chittleborough, Treagust, dan Mocerino, 2003). Ketiga level tersebut sangat berkaitan satu sama lain dalam pembelajaran kimia. Seperti yang digambarkan pada Gambar 2.2. (Johnstone, 1982 dalam Chittleborough, Treagust, dan Mocerino, 2003). Makroskopik (sesuatu yang dapat dilihat, dicium, di dengar, dan dirasakan) Mikroskopik (partikel materi seperti elektron, molekul dan atom) Simbolik (seperti gambar, model, persamaan, rumus, gambar komputer) Gambar 2.2 Tiga Level Representasi Dalam Kimia
7 15 Russel, et al. (1997) dan Bowen (1998) menyatakan bahwa untuk dapat memahami ilmu kimia secara konseptual, dibutuhkan kemampuan untuk merepresentasikan dan menerjemahkan masalah dan fenomena kimia tersebut ke dalam bentuk representasi makroskopik, mikroskopik dan simbolik secara simultan. Gejala yang termasuk ke dalam level makroskopis seperti air mendidih merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Hal yang dapat diamati dalam peristiwa air mendidih diantaranya ialah munculnya gelembunggelembung dan uap di atas permukaan air. Konsep yang dapat menjelaskan peristiwa terbentuknya uap dan gelembung dapat dijelaskan pada level mikroskopik. Level mikroskopik pada peristiwa ini yakni lepasnya molekul dari fasa cair menjadi fasa gas. Kemudian level simbolik yang merepresentasikan bentuk materi kimia dalam bentuk formula ataupun persamaan reaksi, misalnya proses perubahan fasa dalam peristiwa air mendidih dapat disimbolkan seperti pada Persamaan (2.1). H 2 O(l) H 2 O(g) (2.1) Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa level mikroskopik dapat diperoleh dari level makroskopik dan bergantung pada pemahaman dan interpretasi siswa terhadap data dan informasi tentang kimia (Chittleborough, Treagust dan Mocerino, 2003). Pernyataan ini didukung oleh Hoffman dan Laazlo (1991) dalam Wu (2000) yang menyatakan bahwa representasi mikroskopik kimia dikembangkan dari analogi fenomena dari pengalaman sensori pada level makroskopik.
8 16 C. Intertekstualitas Kimia Istilah intertekstual mengandung makna pertautan antar teks. Menurut Halliday dan Hassan (1985, dalam Wu, 2002), teks didefinisikan sebagai bahasa fungsional yang dapat berupa ucapan atau tulisan, atau media lain untuk mengekspresikan apa yang kita pikirkan. Berdasarkan perspektif tersebut, Santa Barbara Classroom Discourse Group (1992 dalam Wu, 2002) mengambil kesimpulan bahwa representasi kimia pada level yang berbeda (makroskopik, mikroskopik dan simbolik) dan pengalaman sehari-hari siswa dapat dianggap sebagai sebuah teks. Oleh karena itu hubungan antara representasi kimia dan pengalaman sehari-hari dapat dianggap sebagai hubungan intertekstual (Bloome & Egan-Robertson, 1993 dalam Wu, 2002). Dengan kata lain, intertekstual bukanlah sebuah model, metode maupun pendekatan dalam pembelajaran, melainkan merupakan sebuah strategi agar siswa dapat membangun makna dari berbagai representasi baru (Wu, 2002). Makna sebuah teks dibangun dengan menghubungkan satu teks dengan teks lainnya yang masih relevan. Proses sentral membangun makna dari sebuah teks adalah dengan membuat hubungan silang dengan teks lain yang berbeda (Short, 1992 dalam Wu, 2002). Berdasarkan uraian tersebut, Wu (2002) menyatakan bahwa dalam pengertian ini, representasi kimia harus menjadi lebih mudah dipahami siswa ketika dihubungkan dengan dengan teks lain yang masih relevan yang telah diketahui siswa, termasuk representasi yang telah mereka pelajari lebih dahulu dan pengalaman yang dimiliki (Wu, 2002). Menurut Bloom dan Egan-Robertson (1993 dalam Wu, 2002),
9 17 konstruksi sosial dari intertekstual terjadi di dalam budaya ideologi yang mempengaruhi teks yang mungkin berdekatan dan bagaimana teks-teks tersebut dapat didekatkan oleh siapapun, dimanapun, dan kapanpun. Orangorang dari komunitas yang berbeda cenderung mempunyai cara yang berbeda untuk membuat hubungan intertekstual diantara beberapa teks. D. Deskripsi Materi Kenaikan Titik Didih Larutan Sifat koligatif merupakan sifat fisika larutan. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah zat terlarut relatif terhadap jumlah total zat dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut. Sifat koligatif larutan meliputi penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik. Yang menjadi fokus materi dalam penelitian ini adalah kenaikan titik didih larutan. Titik didih adalah suhu saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer. Adanya zat terlarut sulit menguap (nonvolatil) dapat menyebabkan titik didih larutan lebih tinggi daripada titik didih pelarut murninya. Lebih tingginya titik didih larutan mengindikasikan terjadinya kenaikan titik didih dari pelarut murninya. Kenaikan titik didih larutan dapat dihitung dengan mengurangkan titik didih pelarut murninya dari titik didih larutan. Pernyataan tersebut dapat diungkapkan melalui Persamaan (2.2). T b = T b - T b * (2.2) keterangan: - T b = kenaikan titik didih larutan
10 18 - T b = titik didih larutan - T b * = titik didih pelarut murni Keberadaan zat terlarut nonvolatil menurunkan tekanan uap larutan sebab adanya molekul-molekul zat terlarut pada permukaan larutan menurunkan jumlah relatif molekul pelarut yang dapat meninggalkan larutan membentuk fasa uap (menguap). Hal ini mengakibatkan rendahnya tekanan uap larutan pada suhu saat pelarut mendidih. Rendahnya tekanan uap larutan mengakibatkan larutan sukar mendidih, sehingga larutan membutuhkan suhu lebih tinggi agar tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan atmosfer. Untuk larutan nonelektrolit encer, besarnya kenaikan titik didih sebanding dengan konsentrasi larutan (molalitas) sesuai dengan Persamaan (2.3). T b = m K b (2.3) dengan (2.4) keterangan : - m = molalitas larutan (mol/kg) - K b = tetapan kenaikan titik didih molal (K kg mol -1 ) - n i = jumlah mol i zat terlarut (mol) - w A = massa pelarut (kg) Untuk larutan elektrolit encer ideal, besarnya kenaikan titik didih sebanding dengan konsentrasi larutan dan faktor van t Hoff seperti pada Persamaan (2.5). T b = m K b i (2.5)
11 19 dengan i (2.6) atau i = 1 + (n-1) α (2.7) keterangan: - i = Faktor van t Hoff - n = jumlah ion yang dapat dihasilkan oleh satu satuan rumus senyawa elektrolit - α = derajat ionisasi elektrolit Hubungan tekanan dengan titik didih larutan dalam pelarut air dapat dilihat dari diagram fasa larutan relatif terhadap pelarut. Gambar 2.3 Diagram Fasa Larutan Relatif Terhadap Pelarut Air keterangan: - Kurva dengan garis putus-putus (---) untuk larutan - kurva dengan garis penuh ( ) untuk pelarut air murni.
12 20 Diagram fasa larutan relatif terhadap pelarut air menggambarkan kenaikan titik didih dan penurunan titik beku larutan yang menggunakan air sebagai pelarutnya. Dari kedua kurva dapat terlihat titik didih larutan lebih besar daripada titik didih air pada berbagai tekanan dan titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarutnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David, 1976
Lebih terperinciBAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih
BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan setelah menganalisis standar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arin Ardiani, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang penting dapat dipergunakan untuk memahami apa yang terjadi di sekitar kita. Kimia mengandung hal yang abstrak dan dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena perubahan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di abad ke-21 ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk memiliki kompetensi yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lia Apriani, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah salah satu cabang ilmu dalam pengetahuan alam (sains). Banyak siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang sulit. Pelajaran kimia sering dirasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus mempelajari materi dan energi yang ditinjau dari segi sifat-sifat, reaksi, struktur, komposisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi, sifat materi, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan materi tersebut. Pelajaran kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Belajar Belajar merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Sukmadinata (2003) menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Menurut Kean dan Middlecamp (1985)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan
Lebih terperinciDAFTAR LAMPIRAN...xi
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya kimia dibentuk dari berbagai konsep dan topik abstrak. Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Gabel (Chittleborough et al., 2002) yang menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu dipelajari secara teoritik, tetapi juga perlu dipelajari secara konkrit. Konsepkonsep dalam kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari sifat dan komposisi materi (yang tersusun oleh senyawa-senyawa) serta perubahannya, bagaimana senyawasenyawa itu bereaksi/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa penelitian terhadap pembelajaran kimia menunjukkan bahwa sebagian besar siswa SMA mengalami kesulitan dalam memahami konsep-kosep kimia. Salah satu penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Strategi Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara guru sebagai pihak pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Menurut Dimyati dan Mudjino (dalam
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 Penentuan Titik Beku Oleh: Nama NIM : Eka Anzihory : M0211024 Hari/tgl praktek : Kamis / 10 November 2011 Kelompok : 6 LABORATORIUM KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciSulistyani M.Si
Sulistyani M.Si Email:sulistyani@uny.ac.id + Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Jumlah zat terlarut dalam suatu larutan dinyatakan dengan konsentrasi larutan. Secara kuantitatif,
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Sifat koligatif larutan yaitu sifat larutan yang hanya dipengaruhi oleh jumlah partikel zat terlarut. Syarat sifat koligatis: 1. Larutan harus encer (larutan dianggap ideal) tidak
Lebih terperinciPilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan.
1 Pilihan Ganda Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan 20 butir. 5 uraian Soal dan Jawaban Sifat Koligatif Larutan. Berilah tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in. International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa Sekolah Dasar (SD),
Lebih terperinciBAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. molukul, ion, dan struktur merupakan fenomena yang tidak dapat dilihat secara. mewakili agar dapat memahami fenomena ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat dan komposisi serta perubahannya (Chang 2004:3). Penyajian terhadap atom, molukul, ion,
Lebih terperinciTITIK DIDIH LARUTAN. Disusun Oleh. Kelompok B-4. Zulmijar
Laporan khusus Laboratorium Kimia Fisika TITIK DIDIH LARUTAN Disusun Oleh Kelompok B-4 Zulmijar 1404103010044 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2015 pes
Lebih terperinciSOAL REMEDIAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SOAL REMEIAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Nama : No induk : Kelas : Mata pelajaran: A. Pilihlah salah satu jawaban yang menurut kamu paling tepat! 1. Sifat koligatif adalah sifat lurutan yang tidak bergantung
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik daerah/sekolah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciI Sifat Koligatif Larutan
Bab I Sifat Koligatif Larutan Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini Anda dapat menjelaskan dan membandingkan sifat koligatif larutan nonelektrolit dengan sifat koligatif larutan elektrolit. Pernahkah
Lebih terperinciKegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan.
Kegiatan Belajar 1: Sifat Koligatif Larutan Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada kimia larutan. Subcapaian pembelajaran: 1. Menentukan sifat koligatif
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN PENURUNAN TEKANAN UAP Penurunan Tekanan Uap adalah selisih antara tekanan uap jenuh pelarut murni dengan tekanan uap jenuh larutan. P = P - P P = Penurunan Tekanan Uap P = Tekanan
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DEFINISI Sifat koligatif larutan : sifat larutan yang tidak tergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya tergantung pada banyakknya partikel zat terlarut dalam larutan. Sifat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall dalam Sukmadinata (2007),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa, seperti yang diutarakan oleh Mulyawati, T. salah
Lebih terperinciKIMIA TERAPAN LARUTAN
KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu cabang ilmu sains yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi, serta perubahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. Banyak materi dalam pembelajaran kimia yang sulit untuk diilustrasikan dalam bentuk gambar dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang di anggap sulit, hal ini menyebabkan sebagian besar siswa kurang berminat untuk mempelajari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan pada pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa Proses pembelajaran
Lebih terperinciRima Puspa Aryani : A1C311010
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA SMA (AKKC 351) PERCOBAAN VIII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Dosen: Dra. Hj. St. H. Nurdiniah, M.Si Drs. Rusmansyah, M.Pd Asisten Praktikum: Siti Meisyarah Trisda Mila Disusun Oleh: Kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan
Lebih terperinciPerhatikan gambar diagram P-T berikut:
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN 1. Yang bukan merupakan sifat koligatif larutan adalah. A. Penurunan tekanan uap B. Penurunan titik beku C. Penurunan titik didih D. Kenaikan titik didih E. Tekanan osmosis 2. Adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Sebagai
Lebih terperinciBAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.
BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya. KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
Lebih terperinciSifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif Larutan A. PENDAHULUAN Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung kepada jenis zat, tetapi hanya bergantung pada konsentrasi larutan. Sifat koligatif terdiri dari
Lebih terperinciSifat-sifat Fisis Larutan
Chapter 7a Sifat-sifat Fisis Larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut. 13.1
Lebih terperinciKEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Uraian Materi Laut mati yang memiliki kadar garam tinggi, menyebabkan seseorang tidak akan tenggelam. Hal ini dikarenakan terjadinya penurunan tekanan uap
Lebih terperinciSifat koligatif larutan. Pak imam
Sifat koligatif larutan Pak imam Sifat-sifat koligatif larutan Adalah sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Materi terbatas untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN YANG MENGINTEGRASIKAN LEVEL MAKROSKOPIK, SUB- MIKROSKOPIK, DAN SIMBOLIK PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu upaya untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran bagi siswa adalah tersedianya bahan ajar yang mudah digunakan dan dipahami. Dengan demikian, seorang
Lebih terperinci11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA
11. Mata Pelajaran Kimia Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga pendidikan IPA bukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar merupakan salah satu unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenjang pendidikan. Dahar (1996) mengungkapkan bahwa belajar didefinisikan sebagai
Lebih terperinciSoal dan Pembahasan. Soal dan Pembahasan Fraksi Mol. 1.Tentukan kemolalan larutan dari 0,01 mol NaOH dalam 200 gram air!
Soal dan Pembahasan Fraksi Mol Soal dan Pembahasan 1.Tentukan kemolalan larutan dari 0,01 mol NaOH dalam 200 gram air! Menentukan kemolalan Dimana m = kemolalan larutan p = massa pelarut n = jumlah mol
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pada Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, pendidikan berpusat pada potensi, perkembangan kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya,
Lebih terperinciSifat Dasar Larutan Kelarutan Pengaruh Jenis Zat pada Kelarutan
2. LARUTAN 1. Sifat Dasar Larutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cicih Juarsih, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah salah satu cabang dari ilmu sains yang dipelajari oleh siswa agar dapat memahami berbagai fenomena yang terjadi di sekitarnya. Topik kimia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mengkaji zat dari segi sifat, komposisi, struktur, ikatan, perubahan, dan pembuatannya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan,
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Instrumen tes diagnostik model mental berupa
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER BERBASIS PIKTORIAL UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan subjek yang didasarkan pada konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami, terutama ketika siswa ditempatkan pada posisi untuk mempercayai sesuatu
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA
RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA Peta Konsep berikut : Dari Peta konsep yang terlukiskan diatas maka akan dibuat ringkasan materi sebagai LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai hasil usaha individu berdasarkan pengalamannya dalam berinteraksi dengan
Lebih terperinciL A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd
L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id LARUTAN Zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu aspek yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seiring peningkatan kualitas sumber daya manusia saat ini kualitas pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta, teori, prinsip atau hukum-hukum saja, tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya, unsur dan senyawa merupakan bagian yang terlibat dalam perubahannya. Berkaitan dengan hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah ilmu yang termasuk ke dalam rumpun IPA yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pepy Susanty, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Concise Dictionary of Science & Computers mendefinisikan kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA), yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andika Nopihargu, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Fitriyani, 2014 Profil model mental siswa pada materi termokimia dengan menggunakan TIM_POE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan sifatnya, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Whitten dkk., 2004). Johnstone (dalam
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN A. KONSENTRASI LARUTAN B. PENGERTIAN SIFAT KOLIGATIF LARUTAN C. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN NONELEKTROLIT D. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT Di dalam kehidupan sehari-hari, banyak
Lebih terperinciUH : SIFAT KOLIGATIF LARUTAN KODE SOAL : A
UH : SIFAT KOLIGATIF LARUTAN KODE SOAL : A Catatan : Boleh menggunakan kalkulator, tetapi bukan kalkulator hp atau sejenisnya. 1.. Larutan 1 molal NaOH (Ar Na = 23 g/mol, Ar O = 16 g/mol, dan Ar H = 1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa. Indonesia sebagai negara yang selalu berupaya memperbaiki kualitas pendidikan masyarakatnya,
Lebih terperinciSifat Koligatif Larutan (Bagian I)
KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 01 Sesi NGAN Sifat Koligatif Larutan (Bagian I) Sebelum mempelajari sifat koligatif larutan, terlebih dahulu kita akan meninjau kembali sedikit pengetahuan mengenai
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN STANDAR KOMPETENSI 1. Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 1.1 Mendeskripsikan sifat-sifat Larutan, metode pengukuran dan terapannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah
Lebih terperinciKISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016
KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 205/206 MATA PELAJARAN KELAS : KIMIA : XII IPA No Stansar Materi Jumlah Bentuk No Kompetensi Dasar Inikator Silabus Indikator
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN
BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Buku Teks Kimia SMA Kelas X 1. Identitas Buku Teks Kimia SMA Kelas X Buku yang menjadi obyek penelitian peneliti adalah buku teks kimia SMA kelas X jilid 1 materi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan agar siswa memiliki
Lebih terperinciSTRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA. Oswald Sitanggang NIM:
1 STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA Makalah Strategi Pembelajaran Geografi Disusun Oleh Oswald Sitanggang NIM: 3113331025 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2007) mendefinisikan kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur
Lebih terperinci54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
54. Mata Pelajaran Kimia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga
Lebih terperinciSIFAT KOLIGATIF LARUTAN
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN 1. Yang bukan merupakan sifat koligatif larutan adalah. A. Penurunan tekanan uap B. Penurunan titik beku C. Penurunan titik didih D. Kenaikan titik didih E. Tekanan osmosis Sifat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah bahan ajar kimia berbasis web pada materi ikatan kovalen kelas X yang disesuaikan dengan kurikulum 2013. B. Lokasi Penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa tingkat sekolah menengah. Kimia merupakan bagian dari sains yang mempelajari materi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen pendidikan nasional,
Lebih terperinciPERTEMUAN VI DAN VII SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
PERTEMUAN VI DAN VII LARUTAN IDEAL SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Larutan Ideal adalah larutan yang memnuhi kriteria sebagai berikut: 1.Homogenitas larutan Homogenitas larutan berlaku dari larutan yang sangat
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS I. Fakultas : Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Kimia I Semester : 1 Dosen : Dini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang IPA yang mempelajari tentang gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan struktur, susunan, sifat dan perubahan
Lebih terperinci20 % w/w = 100% 26.67% x =
massa zat terlarut (g) %w/w = x100% massa larutan (g) Contoh : hitung %berat NaCl yang dibuat dengan melarutkan 20 g NaCl dalam 55 g air Jawab : 20 % w/w = 100% 26.67% 20 + 55 x = Contoh : 50 ml alkohol
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan materi subyek yang menjelaskan mengenai struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Menurut Johnstone
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar sains harus sesuai dengan karakteristiknya yaitu belajar yang dimulai dengan mempelajari fenomena yang terkait langsung dengan kehidupan seharihari siswa. Mempelajari
Lebih terperinci