BAB II KERANGKA KONSEPTUAL TEORI KONFLIK STRUKTURAL DAN TEORI KEKUASAAN. Untuk dapat melihat dengan jelas alur tulisan ini, maka penulis mencoba untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KERANGKA KONSEPTUAL TEORI KONFLIK STRUKTURAL DAN TEORI KEKUASAAN. Untuk dapat melihat dengan jelas alur tulisan ini, maka penulis mencoba untuk"

Transkripsi

1 BAB II KERANGKA KONSEPTUAL TEORI KONFLIK STRUKTURAL DAN TEORI KEKUASAAN 1.1 Pendahuluan Untuk dapat melihat dengan jelas alur tulisan ini, maka penulis mencoba untuk menyampaikan gagasan-gagasan dari ahli terhubung dengan, apa itu konflik?, Bagaimana suatu situasi dapat dikatakan konflik?, sebab dengan batasan berdasarkan uraian kajian Teori dirasa dapat membantu untuk memahami apa yang dimaksud oleh penulis dalam tulisan ini. Sebab seperti yang tercantum dalam latar belakang masalah bahwa inti dari karya tulis ini adalah membahas tentang Konflik gereja yang membuahkan perpecahan gereja yang berkonflik tersebut, juga mengakibatkan terjadinya disintegrasi dalam masyarakat Kampung Sawang, sebab konflik tersebut berlatar belakang kepentingan segelintir orang dalam gereja yang cenderung menggunakan kekuasaan yang ada pada mereka. Pemilihan teori dalam uraian pada BAB II ini didasarkan pada masalah yang ditemui di lokasi penelitian, dipakai guna menganalisa lebih jauh bagaimana sebenarnya konflik yang terjadi ini, apa yang menyebabkan konflik ini bisa terjadi, termasuk dalam jenis konflik yang seperti apa, dan dampak konflik yang dirasakan oleh masyarakat, serta apa resolusi konflik yang cocok diterapkan dalam kasus konflik yang seperti terjadi di dalam Gereja GMIST Sawang ini. Seperti juga telah dicantumkan pada bagian analisa data yang ada dalam BAB I dikatakan bahwa dalam menganalisa data semua berdasar pada data yang diperoleh di lapangan dan bukan pada ide-ide yang ditetapkan sebelumnya dengan demikian, hasil``

2 analisa data dengan menggunakan teori-teori yang nantinya akan dijabarkan oleh penulis ini sekiranya dapat menjawab masalah penelitian. Memang bisa saja teori yang dipilih oleh penulis ini tak dapat menjawab keseluruhan masalah yang ada di lokasi penelitian yang jika demikian maka akan ada keluaran pemikiran yang baru yang juga akan dicantumkan oleh penulis sendiri untuk dijadikan sumbangan bagi pembaca secara umum dan bidang akademik khususnya studi Agama dan Masyarakat yang akan di uraikan dalam uraian analisa. Agar jika terjadi gejala-gejala konflik seperti ini, semua dapat ditanggulangi agar tak tercipta disintegrasi dalam masyarakat yang berkonflik tersebut. 1.2 Teori Konflik Lewis Coser Lewis Coser, lahir di Berlin sebagai Ludwig Cohen, Coser adalah sosiolog pertama yang mencoba untuk mempertemukan fungsionalisme struktural dan teori konflik, karyanya berfokus pada menemukan fungsi konflik sosial. Coser berpendapat - dengan George Simmel sebab Coser merupakan murid dari George Simmel yaitu konflik mungkin berfungsi untuk memperkuat kelompok yang strukturnya longgar atau lemah. Konflik yang terjadi dalam masyarakat yang berdisintegrasi dengan masyarakat lain atau konflik antar kelompok, dapat mengembalikan inti integratif. Misalnya, kekompakan Yahudi Israel mungkin disebabkan konflik lama dengan orang Arab. Konflik dengan satu kelompok juga dapat berfungsi untuk menghasilkan kohesi dengan mengarah ke serangkaian aliansi dengan kelompok lain. Konflik antar-kelompok, dapat membawa beberapa individu yang biasanya terisolasi menjadi berperan aktif. 1 1 Di unduh dari Pada Hari Rabu, 27 Maret 2013, Pukul WIB.

3 Berdasarkan pemahamannya di atas maka, Lewis Coser mengemukakan konflik dengan membaginya dalam dua bagian: 2 Konflik external adalah konflik yang terjadi antara dua kelompok yang berbeda, di mana akan memperkuat kelompok yang berkonflik tersebut dengan memberikan batasan yang jelas dengan kelompok lain. Konflik Internal adalah suatu konflik yang muncul dalam sebuah kelompok yang memiliki hubungan yang sangat intim. Konflik ini muncul karena terdapat ketegangan dan perasaan-perasaann negatif yang merupakan hasil dari keinginan individu untuk meningkatkan kesejahteraannya, kekuasaan, prestise, dukungan sosial atau penghargaan-penghargaan lainnya. Karena banyak dari penghargaan-penghargaan itu bersifat langka, maka tingkat kompetisi pun tak terelakkan. Berdasarkan pengertian konflik menurut Lewis Coser ini, jelas bahwa ia membagi konflik dalam dua jenis yaitu konflik external dan internal, di mana external terkait dengan bagaimana konflik terjadi antara satu, dua, bahkan tiga kelompok yang berbeda, sedangkan konflik internal lebih kepada konflik yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri, di mana masing-masing individu dalam kelompok itu memiliki tujuan dan keinginan masing-masing untuk diperjuangkan, sehingga tingkat persaingan meningkat maka menghasilkan keluaran Konflik. Lewis Coser Juga Membedakan konflik menjadi dua bentuk sesuai dengan altar terjadinya konflik, pihak yang terkait dalam konflik, dan substansi konflik, dan lainlain: 3 Konflik realistik dan konflik nonrealistik. Konflik realistik merupakan konflik yang digunakan sebagai suatu sarana pencapaian sesuatu yang diinginkan. Dengan demikian konflik realistik selalu diarahkan pada objek konflik yang sebenarnya. Konflik dapat berhenti ketika tujuan telah tercapai. Metode manajemen konflik yang dapat digunakan dalam konflik ini adalah dialog, persuasi, musyawara, voting dan negosiasi. 2 Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi, Klasik dan Modern (terjemahan), Robert M.Z. Lawang (Jilid 2; Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1990), Wirawan, 55

4 Konflik nonrealistik merupakan sebuah konflik yang mengarah bukan pada objek konflik melainkan pada faktor-faktor penentu konflik dan juga tidak berorientasi pada hasil tertentu. Atau dengan kata lain tidak peduli pada penyelesaian perbedaan pendapat mengenai isu penyebab konflik. Yang penting adalah bagaimana mengalahkan lawannya. Metode menejemen konflik yang digunakan dalam konflik jenis ini adalah agresi, menggunakan kekuasaan, kekuatan dan paksaan. 4 Dari dua jenis konflik menurut Lewis Coser di atas dapat ditarik kesimpulan seperti ini yakni, keduanya memang memiliki tujuan mengapa terjadi konflik, tapi konflik realistis lebih berfokus pada jalan atau tindakkan apa yang harus digunakan untuk dapat memperoleh apa yang ingin di capai. Sedangkan konflik nonrealistik lebih kepada ingin menunjukkan kemampuannya terhadap pihak lawan dengan tidak terlalu memperhatikan faktor-faktor konflik serta tujuan yang hendak dicapai. Yang diperhatikan disini adalah jalan untuk dapat mengalahkan pihak lawan. Setelah mendefinisikan dan membagi konflik dalam dua bagian, Lewis Coser juga memberikan beberapa penjelasan tentang fungsi konflik yang tak terpisahkan dengan dampak dari konflik sesuai yang telah didefinisikan olehnya: 1. Konflik dapat menetapkan dan menjaga identitas dan garis batas masyarakat dan kelompok-kelompok. Yang dimaksud di sini ialah dengan berkonflik maka masing-masing kelompok dapat benar-benar mengetahui batasanbatasan apa yang mereka miliki terhadap kelompok lain. 2. Konflik dengan kelompok lain memberikan kontribusi untuk menetapkan dan menyatakan kembali identitas dari kelompok dan menjaga batas identitas 4 Lewis Coser, The functions of social conflict (New York: Free Press, 1964),

5 tersebut dari dunia sosial yang menguntungkan dua belah pihak dan memberikan manfaat kolektif yang lebih besar bagi para anggotanya. 3. Konflik dapat mempererat persatuan kelompok. Berdasarkan fungsi sekaligus dampak dari konflik di atas, nampak bahwa keseluruhannya mengarah pada dampak positif konflik di mana konfik dapat memperjelas identitas kelompok, dengan menyatakan dan menjaga batas identitas dari kedua kelompok yang berkonflik dan memperkuat integrasi dalam kelompok-kelompok itu sendiri Teori Konflik George Simmel George Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret Ia belajar berbagai bidang studi di Universita Berlin. 5 George Simmel membagi konflik dalam dua jenis sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa Coser sependapat dengan George Simmel tentang teori konflik maka sudah pasti pemikiran mereka tidaklah jauh berbeda. Pertama, konflik dapat di lihat dalam dinamika kelompok- dalam (in-group) dengan hubungan kelompok-luar (out-group). Dengan pengertian bahwa solidaritas dan integrasi kelompok dalam semakin bertambah tinggi jika konflik dengan pihak luar makin bertambah. Sebab sesungguhnya menurut Simmel ketegangan atau konflik dengan pihak luar akan meningkatkan dan mempertahankan solidaritas. Kelompok dalam ini lebih menyalahkan pihak luar atas kesulitan-kesulitan internalnya daripada membiarkan kesulitan-kesuliatan ini menghasilkan perpecahan atau konflik dalam kelompok tersebut. 6 Dengan demikian George Simmel lebih melihat dampak konflik 5 George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern (terjemahan), (Jakarta: Kreasi Kencana, 2011), Doyle Paul Johnson,

6 pada sisi positifnya yakni meningkatkan dan mempertahankan solidaritas secara khusus dalam kelompok itu sendiri (in-group) ketika berkonflik dengan kelompok luar (outgroup). Kedua, George Simmel juga mengemukakan bahwa konflik internal atau konflik di dalam diri kelompok tersebut juga sama halnya dengan konflik dengan kelompok luar yaitu keduanya memiliki dampak konflik yang positif serta negatif. Tak terelakkan bahwa ketegangan dan perasaan negatif merupakan hasil dari keinginan individu untuk meningkatkan kesejahteraannya, kekuasaannya, prestise, dukungan sosial atau penghargaan-penghargaan lainnya. Apapun alasannya konflik internal memang sering dihindari sebab dianggap jelek dan tidak diinginkan terjadi. Di lain pikah anggota kelompok tersebut secara terbuka mengakui kepentingan-kepentingan yang saling bertentangan khususnya untuk hal yang tidak terlalu penting sehingga membangun sebuah mekanisme untuk penyelesaiannya. Namun ketika tidak menemukan sebuah kerangka consensus atau tak ada lagi dasar untuk kesatuan kelompok, maka konflik internal dapat mengakibatkan disintegrasi atau perpecahan kelompok. Tapi antagonistik dan ketidaksepakatan akan berkurang ketika masalah-masalah pokok dibicarakan dengan terbuka dan bukan dipendam. Baiknya konflik internal terjadi karena ketika suatu hubungan begitu erat pastilah akan ada sikap antagonistik dari masing-masing individu di dalam kelompok tersebut, yang sudah seharusnya dikeluarkan atau disampaikan dengan terbuka, sehingga tidak menggunung dan menghasilkan konflik yang lebih besar. Serta dampaknya pun tidak begitu buruk, semua dirundingkan secara eksplisit. 7 7 Ibid.,

7 Jadi, berdasarkan uraian pemikiran Simmel di atas, sebuah konflik internal tercipta memang bisa berdampak negatif yaitu terjadinya disintegrasi atau perpecahan dalam kelompok tersebut ketika tidak mencapai suatu konsensus terhadap perbedaan yang menghasilkan sikap antagonistik tersebut. Tapi sisi positifnya adalah tidak terpendam lebih lama lagi perasaan antagonistik dan permusuhan yang ada sehingga dampaknya pun tidak akan begitu parah, atau dapat dibicarakan secara terbuka. Dalam sebuah konflik internal, masuknya pihak ketiga dalam kelompok, sejumlah peran sosial menjadi mungkin. Sebagai contoh, pihak ketiga dapat memainkan peran sebagai penengah atau mediator pada perselisihan dalam kelompok, tetapi pihak ketiga dapat juga memanfaatkan perselisihan antar dua pihak yang lain demi keuntungannya sendiri atau menjadi sasaran yang dapat diperebutkan dua pihak lain. Anggota ketiga pun dapat secara sengaja mendorong terjadinya konflik antar dua pihak lain untuk memperoleh superioritas (memecah belah dan menguasai). 8 Sering kali pihak-pihak yang terlibat konflik tidak mampu menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung lama dengan menghabiskan sumber-sumber yang dimiliki dan pengorbanan yang besar. Akan tetapi, kedua belah pihak yang terlibat konflik tidak mau mengalah untuk menyelamatkan muka. Menyelamatkan muka sering kali terjadi jika konflik berkaitan dengan harga diri atau citra diri Teori Kekuasaan Menurut Max Weber Max Weber adalah seorang ahli hukum yang merupakan profesor di Freiburg, Heildelberg, dan Munich dan aktif menulis dalam berbagai bidang ilmu seperti sejarah agraria kuno, kondisi-kondisi populasi pedesaan di Prussia, metodologi ilmu-ilmu sosial 8 Ferry Roen, 27 Agustus George Simmel, 111.

8 dan juga sosiologi agama. 10 Untuk itu penulis akan menjabarkan pikirannya tentang kekuasaan, sebab penulis merasa teori kekuasaan ini juga dapat menjawab penelitian penulis. Max Weber berpendapat bahwa setiap individu atau kelompok yang terlibat dalam sebuah konflik pastilah akan menggunakan kekuasaan sebab kekuasaan dalam proses konflik sosial bagaikan oksigen bagi proses biologis tubuh kita betapa pun perbedaan masalah dan perasaan dari mereka. Kekuasaan tersebut digunakan untuk saling menaklukan (pertarungan curang) ataupun untuk saling bekerjasama (pertarungan jujur). Demikian juga dalam proses konflik gereja semua oknum yang terlibat pasti menggunakan kekuasaannya. 11 Berbicara tentang kekuasaan penulis rasa penting untuk sedikit mengulas tentang teori kekuasaan yang dijabarkan oleh Max Weber dalam bukunya yang berjudul Economy and society, menurutnya konsep kekuasaan adalah secara sosiologis tak berbentuk. Setiap orang dalam situasi tertentu dimana terdapat peluang dan juga adanya kualitas tertentu dalam diri seseorang serta kemungkinan kombinasi-kombinasi dari keadaan-keadaan sekitar, dapat menempatkan seseorang itu dalam satu posisi untuk memaksakan kehendaknya. 12 Weber Menulis: Power (Macht) is the probability that one actor within a social relationship will be in a position to carry out his own will despite resistance, regardless, of basis on which this probability rests, 13. Seorang aktor dalam satu hubungan 10 Max Weber, Etika Protestan dan Spirit Kapitalisme (terjemahan), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), v. 11 Ibid., 6 12 Arti dari domination (penguasaan) seringkali digunakan secara umum untuk menggambarkan kekuasaan (power) yang dimiliki suatu kelompok sosial atas kelompok lain, seperti dominasi generasi tua terhadap generasi muda. Atau yang digunakan oleh Weber menggambarkan kecenderungan ditaatinya perintah di dalam organisasi atau masyarakat tertentu. Lihat Max Weber, Economy and Society, ( Edited by Guenther Roth and Claus Wittich, vol. 1. Berkley-Los Angeles- London: University of California Press, 1978), 53. Band. dengan pengertian domination menurut Nicholas Abercrombie dkk, Kamus Sosiologi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Ibid.

9 sosial akan berada dalam satu posisi untuk melaksanakan keinginannya sendiri tanpa memperhatikan hal mendasar lainnya dimana kemungkinan adanya perlawanan. Selain kekuasaan Weber juga mengungkapkan tentang Dominasi (otoritas) sebagai kemungkinan dimana perintah-perintah tertentu yang spesifik atau khusus dipatuhi oleh kelompok yang diberi perintah. 14 Weber menulis: Domination (Herrschaft) is the probability that a command with a given specific content will be obeyed by a given group of person. Yakni dominasi (Herrschaft) adalah kemungkinan dimana satu perintah yang diberikan dengan satu tujuan yang spesifik, akan diikuti oleh sekelompok orang yang diberi atau menerima perintah. 15 Dengan kata lain dominasi berlangsung ketika adanya satu figur tertentu yang sungguh-sungguh berhasil memberikan perintah kepada orang lain. Oleh sebab itu suatu organisasi yang berkuasa (Herrschaftsverband) dapat hidup dan berkembang sejauh mana anggota-anggotanya tunduk kepada dominasi berdasarkan perintah yang diperlihatkan. 16 Terkait dengan kekuasaan dan dominasi, Weber pun menulis tentang disiplin: Dicipline is the probability that by virtue of habituation a command will receive prompt and automatic obedience in stereotyped forms, on the part of a given group o person. 17 Yakni kemungkinan dimana satu perintah secara otomatis segera akan diikuti dengan ketaatan melalui sifat baik dan bentukbentuk yang diikuti kelompok yang diberi perintah. Dengan demikian tak ada kekuasaan atau dominasi yang bisa lepas dari sikap disiplin dari pihak yang diperintah. Jadi ketiga hal tersebut di atas yaitu, kekuasaan, dominasi dan disiplin sangat terkait erat seperti teori yang dijabarkan oleh Max Weber yang penulis rasa juga terkait erat dengan konflik sebab ketika kekuasaan, dominasi dan disiplin dilanggar atau disalah gunakan oleh seorang aktor yang memberi perintah 14 Ibid., Ibid., Ibid. 17 Ibid.

10 dengan menciptakan legitimasi yang salah maka dari sanalah akan muncul perlawanan yang melahirkan konflik. Sebab seperti yang diutarakan oleh Morton Deutsch, Konflik merupakan pergumulan kekuasaan atas berbagai perbedaan: informasi atau keyakinan yang berbeda; kepentingan, keinginan atau nilai-nilai, kemampuan-kemampuan yang berbeda dalam memperoleh sumber-sumber yang dibutuhkan. 18 Yang berarti bahwa konflik lahir dari berbagai perbedaan baik informasi, kepentingan, keinginan, nilai serta kemampuan dalam memperoleh atau mungkin memperebutkan sumber-sumber yang dibutuhkan yang tentunya pastilah bersifat langkah sehingga harus diperebutkan. Lebih dalam lagi, konflik lahir sebab individu atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda dan untuk itulah konflik seringkali merupakan persepsi mengenai perbedaan kepentingan (Perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. Konflik dapat terjadi pada berbagai macam keadaan dan pada berbagai tingkat kompleksitas. 19 Memahami maksud dari pernyataan ini, nampaklah bahwa setiap konflik memiliki sebab yang berbeda-beda, tergantung dengan objek terjadinya konflik tersebut, serta pihak apa yang sedang berkonflik. Objek konflik pastilah terkait dengan kepentingan. Kepentingan yang dimaksud di sini adalah perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Apa yang sesungguhnya ia inginkan tersebut cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang, yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan dan niat (intensi)nya. Ada kepentingan yang bersifat universal (seperti kebutuhan akan rasa aman, isentitas, restu sosial (social approval), kebahagiaan, kejelasan tentang dunianya, 18 Morton Deutsch dalam Hugh F Halverstadt, Conflict: Productive and Destructive Mengelola Konflik Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,2004), Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin,

11 dan beberapa harkat manusia yang bersifat fisik). Namun, beberapa kepentingan lain bersifat spesifik bagi pelaku-pelaku tertentu (contohnya keinginan bangsa Palestina untuk memiliki tanah air). Beberapa kepentingan bersifat penting (memiliki prioritas yang lebih tinggi) dari pada yang lain, dan tingkat prioritas tersebut berbeda pada masing-masing orang. Beberapa kepentingan mendasari kepentingan lainnya; sebagai contoh, kepentingan Amerika atas keamanan mendasari kepentingannya untuk mempertahankan kekuatan aliansi Barat. 20 Konflik yang didefinisikan sebagai perbedaan persepsi mengenai kepentingan terjadi ketika tidak terlihat adanya alternatif yang dapat memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Konflik dapat terjadi hanya karena salah satu pihak memiliki aspirasi tinggi atau karena alternatif yang bersifat integratif dinilai sulit didapat. Ketika konflik semacam ini terjadi maka ia akan semakin dalam bila aspirasi sendiri atau aspirasi pihak lain bersifat kaku dan menetap. 21 Dalam suatu hubungan ada yang disebut antagonism. Secara sosiologis antagonisme merupakan suatu unsur yang tidak pernah tidak ada dalam kerja sama. Sebuah pertentangan karena antagonisme seperti ini berlangsung dengan harapan bahwa antagonisme akan berhenti apabila mencapai taraf tertentu, karena kesadaran bahwa hal itu tidak memiliki manfaat atau karena telah jenuh berkelahi. Sebab konflik atau pertentangan yang terjadi antara kedua pihak karena mengejar tujuan yang sama. 22 Konflik biasanya terjadi juga ketika orang cenderung mengidentifikasi diri dengan para anggota kelompok lain yang dekat dengannya atau yang memiliki kesamaan dalam beberapa hal dengan kelompoknya sendiri. Bila kelompok tersebut Ibid, Ibid, Soerjono Soekanto, George Simmel: Beberapa Teori Sosiologis (Jakarta: CV Rajawali, 1986),

12 berprestasi yang lebih baik, maka dari sanalah tercipta konflik akibat dari peningkatan aspirasi diri sendiri. Hal seperti ini juga dapat terjadi pada individu, di mana fenomena seperti tersebut ini disebut sebagai invidious comparison (perbandingan yang menyakitkan hati). Hal ini akan menstimulasi peningkatan aspirasi untuk alasan yang dianggap realistis (karena rasanya masuk akal ketika orang tersebut dapat melakukan hal itu maka ia pun dapat melakukannya) maupun bersifat idealistis (karena orang tersebut berpikir hasil kerjanya harus sebaik hasil kerja orang yang menjadi perbandingannya). 23 Aktor yang terlibat konflik dalam gereja biasanya adalah pihak yang kepentingan-kepentingannya-tujuan, kebutuhan, keinginan, tanggung jawab dan/atau komitmen-nya bertabrakkan dengan tujuan, kebutuhan, keinginan, tanggung jawab dan/atau komitmen dari sekurang-kurangnya satu pihak lain. Mereka terkait konflik karena ada yang mereka pertaruhkan dalam perbedaan-perbedaan yang bertabrakkan. Jika ingin agar konflik selesai maka perbedaan inilah yang harus diselesaikan dan hal tersebut hanya sanggup diselesaikan oleh mereka sendiri. 24 Pelaku konflik karena tanggung jawab institutional mereka disebut sebagai para pelaku struktural sedangkan yang bertikai karena status yang mereka miliki disebut sebagai pelaku budaya. Baik staf yang digaji, ketua komisi dan anggota majelis yang bekerja secara sukarela termasuk dalam para pelaku struktural ketika mereka terkait dalam konflik gereja. 25 Dengan demikian, para aktor konflik struktural ini pastilah akan menggunakan kekuasaan guna pencapaian keinginan. 23 Dean G. Pruitt dan Jeffrey Z. Rubin, Morton Deutsch, Ibid, 70.

BAB IV ANALISA STUDI KASUS TERHADAP KONFLIK INTERNAL GEREJA GMIST SAWANG

BAB IV ANALISA STUDI KASUS TERHADAP KONFLIK INTERNAL GEREJA GMIST SAWANG BAB IV ANALISA STUDI KASUS TERHADAP KONFLIK INTERNAL GEREJA GMIST SAWANG 4.1 Pendahuluan Penulis telah mengatakan sebelumnya bahwa proses pengambilan data dalam penulisan tesis ini adalah dengan menggunakan

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN

ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri, Analisis Konflik Antara Masyarakat Dengan Perhutani ANALISIS KONFLIK ANTARA MASYARAKAT DENGAN PERHUTANI AKIBAT PENGAMBILAN LAHAN KEHUTANAN Fani Julia Putri 1, Bunyamin Maftuh 2,Elly Malihah

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER. memang pada konflik penggunaan kekerasaan. dalam konflik tersebut, Teori

BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER. memang pada konflik penggunaan kekerasaan. dalam konflik tersebut, Teori 40 BAB II TEORI KONFLIK SOSIAL LEWIS COSER A. Konflik Sosial Lewis Coser Teori yang menjadi acuan penelitian adalah teori konflik karya dari Lewis A. Coser yang mana, dalam hal ini sudah terlihat bahwa

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan

BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF. dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan BAB II TEORI KONFLIK RALF DAHRENDORF Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (3) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau 31 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan Menurut Leonard Binder, keragaman etnik terhadap keagamaan didalam bahasa aslinya berarti pluralism

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan berbagai macam keunikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan berbagai macam keunikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau, dengan berbagai macam keunikan masing-masing, dalam hal adat-istiadat, budaya, bahasa bahkan agama, banyak individu

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL Pengertian Konflik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik diartikan sebagai percekcokan,

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM PARADIGMA TEORI SOSIAL. dengan; atau berselisih dengan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik

BAB II KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM PARADIGMA TEORI SOSIAL. dengan; atau berselisih dengan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia konflik 33 BAB II KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM PARADIGMA TEORI SOSIAL A. Teori Konflik Konflik secara etimologis adalah pertengkaran, perkelahian, perselisihan tentang pendapat atau keinginan; atau perbedaan; pertentangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 91). Adapun definisi konflik menurut beberapa ahli yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 91). Adapun definisi konflik menurut beberapa ahli yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Konflik a. Pengertian Konflik Konflik merupakan perbedaan atau pertentangan antar individu atau kelompok sosial yang terjadi karena perbedaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Fakta Sosial Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: 1. Dalam bentuk material,

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial) karena interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

II. PENDEKATAN TEORITIS

II. PENDEKATAN TEORITIS II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Kepemilikan Sumber Daya (Property rights) Kondisi tragedy of the common didorong oleh kondisi sumber daya perikanan yang bersifat milik bersama

Lebih terperinci

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi Universitas Islam Malang)

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN A. Rasonalitas Manusia Modern Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya sampai mengenai tipe tipe tindakan

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KLASIK MAX WEBER

TEORI SOSIOLOGI KLASIK MAX WEBER TEORI SOSIOLOGI KLASIK MAX WEBER Prof. Dr. Farida Hanum DISUSUN OLEH : 1. Rahma Dewi Agustin 12413244006 2. Nurrizal Ikrar L 12413244013 3. Suhendra Lumban R 12413249006 JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat. BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Pengertian dan Batasan Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan definisi konflik 2 Secara

Lebih terperinci

teguhfp.wordpress.com HP : Flexi:

teguhfp.wordpress.com   HP : Flexi: teguhfp.wordpress.com email: kismantoroadji@gmail.com HP : 081-328089202 Flexi: 0274-7801029 A. PENDAHULUAN Dalam setiap membicarakan ORGANISASI, perlu pemahaman adanya TEORI ORGANISASI yang selalu membahas

Lebih terperinci

Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi

Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi (Perspektif Komunikasi Organisasi) Oleh : Anita Septiani Rosana*) Abstraksi Munculnya konflik dalam sebuah organisasi tidak selalu bersifat negatif. Konflik bisa

Lebih terperinci

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis K U L I A H KE- 5: A M I K A W A R D A N A, P H. D A. W A R D A N A @ U N Y. A C. I D T E O R I S O S I O L O G I K O N T E M P O R E R Materi: Fungsionalisme Versus

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan

BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM. ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap masyarakat membutuhkan 27 BAB II TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM A. Teori Solidaritas Emile Durkheim. Solidaritas adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh sebuah masyarakat ataupun kelompok sosial karena pada dasarnya setiap

Lebih terperinci

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

VII KONFLIK DAN INTEGRASI VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk

Lebih terperinci

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok

A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok A. Kegunaan Mempelajari Moral Kelompok Sebagaimana telah diutarakan, bahwa hubungan interpersonal yang cukup lama dapat meninggalkan kesan-kesan yang mendalam terhadap sesama anggota kelompok dan juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran dasar, kode

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIK

BAB II KERANGKA TEORETIK 22 BAB II KERANGKA TEORETIK A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Konflik Kata konflik mengandung banyak pengertian. Ada pengertian yang negatif, konflik dikaitkan dengan: sifat-sifat kekerasan dan penghancuran.

Lebih terperinci

Kekuasaan dan Kewenangan. IR. HJ. KHODIJAH,M.Si

Kekuasaan dan Kewenangan. IR. HJ. KHODIJAH,M.Si Kekuasaan dan Kewenangan IR. HJ. KHODIJAH,M.Si Pengertian Kekuasaan Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan, (2) Saran.

BAB V PENUTUP. dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan, (2) Saran. BAB V PENUTUP Pada bagian penutup ini penulis akan menguraikan dua poin berdasarkan keseluruhan data hasil penelitian dan analisa dengan menggunakan teori yang dipaparkan pada bab 2, yaitu: (1) Kesimpulan,

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pegawai Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Muhammad Ali), kata pegawai berarti orang yang bekerja pada pemerintah (Perusahaan dan sebagainya) Sedangkan negeri berarti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk konfliktis (homo conflictus), yaitu makhluk yang selalu terlibat dalam perbedaan, pertentangan, dan persaingan baik sukarela maupun terpaksa.

Lebih terperinci

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM PERTEMUAN 14 MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM POKOK BAHASAN: Konflik dan Negoisasi DESKRIPSI Materi berupa uraian tentang dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS BAB II PENDEKATAN TEORITIS Dalam bab ini, kajian teoritis akan digunakan sebagai pintu masuk sekaligus dasar penuntun dalam analisis data empirik yang diperoleh dalam penelitian di lapangan. Menurut Budiarjo,

Lebih terperinci

RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI

RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI KERJASAMA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI INDONESIA (APSSI) DENGAN JURUSAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK. Sunarto 1

HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK. Sunarto 1 HUKUM DALAM PERSPEKTIF TEORI INTEGRASI DAN TEORI KONFLIK Sunarto 1 Abstrak: Keberadaan masyarakat dijelaskan antara lain oleh dua teori besar yaitu teori integrasi dan teori konflik. Dua teori tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Tindakan Sosial Max Weber Dalam hal ini kaitanya antara teori tindakan sosial dengan persepsi masyarakat tentang calon bupati mantan koruptor adalah termasuk relevan. Yang mana

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER Silabus Semester Genap 2013-2014 Dosen : Amika Wardana, Ph.D. Email : a.wardana@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta S I

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM. objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling 49 BAB II SOLIDARITAS SOSIAL-EMILE DURKHEIM Kerangka teori adalah teori-teori yang dianggap relevan untuk menganalisis objek penelitian.sebagai alat, teori tersebut dipilih yang paling memadai, paling

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Agama dan Masyarakat Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia adalah sangat diperlukannya peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA KONFLIK INTERNAL GEREJA (Studi Kasus Terhadap Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Konflik Internal Antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rue (dalam Tjandra 2005:38) didefenisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta

BAB I PENDAHULUAN. Rue (dalam Tjandra 2005:38) didefenisikan sebagai tingkat pencapaian hasil serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan yang ditetapkan harus digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku

Lebih terperinci

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan:

Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : Pertanyaan: Tugas : Perilaku Organisasi Nama : Erwin Febrian Nim : 14121005 Pertanyaan: 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik? 2. Jelaskan jenis, sebab dan proses terjadinya konflik? 3. Jelaskan

Lebih terperinci

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK

SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK SEPUTAR MANAJEMEN KONFLIK Rosemarie Sutjiati Apa itu Konflik Saat mendengar kata konflik, banyak orang memiliki pandangan bahwa itu merupakan suatu hal yang bersifat negatif, tidak baik, bahkan dianggap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu organisasi. Dalam setiap perusahan maupun dalam sebuah instansi pemerintah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting untuk membantu terhadap terselenggaranya proses pencapaian tujuan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

Pengantar tentang Perilaku Sosial (Social Behaviourism) Akar intelektual. Teori Pertukaran Sosial Homans

Pengantar tentang Perilaku Sosial (Social Behaviourism) Akar intelektual. Teori Pertukaran Sosial Homans PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN (HOMANS) a.wardana@uny.ac.id Amika Wardana, PhD. (Teori Sosiologi Kontemporer) Materi: Pengantar tentang Perilaku Sosial (Social Behaviourism) Akar intelektual Antropologi

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan suatu organiasi atau lembaga dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang dimiliki, karena sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Relasi Kekuasaan Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian pengertian kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan terdapat disemua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di dalam sistem hukum. Penegakan hukum pidana dilakukan melalui sistem peradilan pidana. Melalui

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN PERDAMAIAN. Lewis. A. Coser dan Teori Perdamaian menurut Johan Galtung. Untuk lebih jelasnya,

BAB II TEORI KONFLIK DAN PERDAMAIAN. Lewis. A. Coser dan Teori Perdamaian menurut Johan Galtung. Untuk lebih jelasnya, BAB II TEORI KONFLIK DAN PERDAMAIAN Dalam penelitian ini, teori yang akan digunakan adalah Teori Konflik menurut Lewis. A. Coser dan Teori Perdamaian menurut Johan Galtung. Untuk lebih jelasnya, teori

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI Fahrina Yustiasari Liri Wati Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Auliaurrasyidin Tembilahan Abstrak Dalam perjalanan hidup setiap individu di berbagai penjuru dunia, sikap

Lebih terperinci

PERTEMUAN 15 KONFLIK

PERTEMUAN 15 KONFLIK PERTEMUAN 15 KONFLIK UNTUK DAPAT MENGELOLA KONFLIK KITA PERLU MENGETAHUI: Dalam berinteraksi dengan orang lain kita tidak dapat menghindar dari terjadinya konflik, untuk itu kemampuan mengelola konflik

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta

BAB V. Kesimpulan. A. Pengantar. B. Karakter Patronase di Alun-Alun Kidul Yogyakarta BAB V Kesimpulan A. Pengantar Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh narasi tulisan ini. Sebagai sebuah kesatuan tulisan yang utuh, ide pokok yang disajikan pada bab ini tidak dapat dipisahkan dari

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Pengertian dan Batasan Konflik (2) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 JENIS KONFLIK 2 A. Konflik Intrapersonal Yaitu konflik seseorang dengan dirinya sendiri.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONFLIK DENGAN KINERJA PEGAWAI BIRO BINA SOsSIAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

HUBUNGAN KONFLIK DENGAN KINERJA PEGAWAI BIRO BINA SOsSIAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT HUBUNGAN KONFLIK DENGAN KINERJA PEGAWAI BIRO BINA SOsSIAL SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT Mella Aldionita D Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are to

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 MANUSIA DAN MASYARAKAT Selain sebagai individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena: 1. Butuh orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Pertukaran Sosial Peter M. Blau mengembangkan teori pertukaran sosial dengan memusatkan perhatian pada struktur sosial yang lebih luas yang beradasar pada analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. pengaruh interaksi dalam keberhasilan manajemen penyiaran program acara. Angkringan Gayam, dan saran untuk acara tersebut.

BAB IV PENUTUP. pengaruh interaksi dalam keberhasilan manajemen penyiaran program acara. Angkringan Gayam, dan saran untuk acara tersebut. 89 BAB IV PENUTUP Pada Bab terakhir, penulis akan menyampaikan kesimpulan mengenai pengaruh interaksi dalam keberhasilan manajemen penyiaran program acara Angkringan Gayam, dan saran untuk acara tersebut.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial

BAB II KERANGKA TEORI. Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial BAB II KERANGKA TEORI II.1. Teori Modernisasi Teori ini lahir di tahun 1950-an di Amerika yang didorong para ilmuan sosial dalam mengembangkan teori untuk memahami negara Dunia Ketiga yang baru lahir,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN Dalam Bab IV ini penulis akan memaparkan analisa berkaitan dengan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat seiring. berkembangnya masa yang bergerak ke arah globalisasi. Bukan hanya bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat seiring. berkembangnya masa yang bergerak ke arah globalisasi. Bukan hanya bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat seiring dengan berkembangnya masa yang bergerak ke arah globalisasi. Bukan hanya bisnis pada sektor barang, bisnis

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN

KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN KEPERCAYAAN VERSUS PENGETAHUAN Oleh Nurcholish Madjid Perlunya Penelitian atas Agama Sekalipun sebenarnya sudah merupakan kesepakatan umum, barang kali ada baiknya memulai pembahasan mengenai penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggerak pendidikan Islam berlomba lomba memberikan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. penggerak pendidikan Islam berlomba lomba memberikan kualitas dan kuantitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama lembaga pendidikan baik itu formal maupun non formal adalah menghasilkan peserta didik yang berkualitas untuk menjadi kader kader masa depan. Lembaga

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Pengelolaan akibat Konflik Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu Menjelaskan pengelolaan terhadap akibat konflik Mahasiswa

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU Pada dasarnya kesepakatan yang dimaksudkan dalam bagian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim BAB II PENDEKATAN TEORITIS A. Fakta Sosial Asumsi umum yang paling fundamental yang mendasari pendekatan Durkheim mengenai sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu riil dan mempengaruhi kesadaran individu

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Konflik Menurut Fisher, et.al. (2000), konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2

BAB II KAJIAN TEORITIS. yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan. 1 Menurut. perwujudannya secara mudah. 2 21 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Teori Konflik 1. Pengertian Konflik Menurut Webster, istilah conflict di dalam bahasa aslinya berarti suatu perkelaian, peperangan, atau perjuangan. Konflik adalah persepsi

Lebih terperinci