BAB II TINJAUAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Konsep Pertukaran Sosial Peter M. Blau mengembangkan teori pertukaran sosial dengan memusatkan perhatian pada struktur sosial yang lebih luas yang beradasar pada analisis terhadap hubungan-hubungan antar individu. Oleh karena itu, jika Homans bertolak dari petukaran sosial berskala micro atau hubungan antar individu, maka Blau lebih tertarik pada skala macro atau hubungan pada struktur sosial yang kompleks seperti kelompok, organisasi atau negara. Artinya Blau ingin menegaskan bahwa setiap proses pertukaran tidak hanya berakhir pada hubungan-hubungan individu, tetapi akan berlanjut dalam skala yang lebih besar (struktur yang kompleks) dan melampaui hubungan-hubungan individu. 1 Istilah struktur mikro digunakan untuk mengacu pada keterkaitan antar individu di dalam kelompok, sedangkan struktur mikro digunakan untuk menjelaskan keterkaitan antar kelompok di dalam kelompok kolektif yang besar atau kelompok kolektif besar pada kelompok lain yang lebih besar lagi. Oleh karena itu, elemen dari struktur makro bisa berupa struktur mikro atau struktur makro itu sendiri. 2 Salah satu karakteristik yang membedakan struktur makro dengan struktur mikro yaitu bahwa proses sosial pada struktur makro ditengahi oleh nilai-nilai yang berlaku. Kriteria pembeda lain yaitu bahwa struktur makro terbentuk dari kesalingterkaitan struktur 1 George Ritzer dan Goodman J. Douglas. Teori Sosiologi Modern, McGraw-Hill. Di- Indonesiakan oleh Alimandan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Peter M. Blau Exchange and Power in Social Life, (New York: John Wiley and Sons, 1964),

2 sosial, dimana unsur pokok dari struktur mikro, yaitu kesalingterkaitan individu pada kontak sosial secara langsung. 3 Dinamika struktur makro bergantung pada berbagai macam kesalingtergantungan antar dorongan sosial baik di dalam maupun di antara sub strukturnya. Jenis sub struktur pada sebuah komunitas dapat dibedakan sebagai berikut : Pertama, sebuah komunitas dengan populasi yang dapat dibagi menjadi golongan atau ketegori sosial sebagai dasar dari semua perlengkapan sosial, yang mengatur hubungan antar manusia dan orientasi mereka satu sama lain. kedua, komunitas dalam kolektifitas terorganisir pada wilayah tertentu, yang memiliki pemerintahan dan batas geografis yang menghindarkan mereka dari ketumpang-tindihan pada setiap komunitas, termasuk bagian kecil hingga besar dari organisasi teritorial. ketiga, kolektifitas terorganisir merupakan asosiasi orang-orang dengan organisasi sosial tersendiri, yang bisa saja terbentang dari kelompok kecil pertemanan informal hingga organisasi birokratis formal yang besar. keempat, sistem sosial yang abstrak tidak hanya terdiri dari hubungan sosial pada kebersamaan yang spesifik tetapi juga pada prinsip analitis organisasi, seperti misalnya ekonomi atau lembaga politik dari sebuah komunitas. 4 Bertolak dari empat faktor perbedaan sub struktur dalam komunitas tersebut maka Blau mendefenisikan komunitas sebagai keseluruhan yang dikoordinir dengan fitur khusus tertentu, khususnya daerah teritorial dan batas geografis yang tidak saling tumpang tindih dengan komunitas lain. 5 Meskipun proses-proses umum dari attraction (tindakan); competition (persaingan); integration (integrasi); dan oposisi merupakan bukti dari pertukaran yang terjadi di antara macrostructure, namun Blau melihat beberapa perbedaan fundamental antara pertukaran dan aspek-aspek makrostruktur, diantaranya: 1) Dalam pertukaran yang kompleks antara macrostructure, makna shared value (nilai-nilai bersama) meningkat melalui beberapa nilai pertukaran tidak langsung di antara macrostructure yang termediasi. 3 Ibid, Ibid, Ibid,

3 2) Jaringan pertukaran di antara macrostructure dilembagakan. Meskipun pertukaran yang terjadi secara spontan adalah sebuah ciri yang selalu ada dalam kehidupan sosial, biasanya terbentuk persetujuan secara historis yang membatasi proses-proses pertukaran dasar dari attraction, competition, differentiation, integration atau bahkan pertentangan antara unit-unit kolektif. 3) Macrostructures itu sendiri adalah produk yang melebihi sekedar proses pertukaran dasar, sehingga analisis Macrostructures memerlukan analisis yang lebih dari satu level organisasi sosial Dari Pertukaran Individu ke Pertukaran Kelompok. Dengan mengutip Simmel, Blau mengatakan : interaksi sosial berhubungan dengan berbagai macam bentuk dan dapat berkembang berbagai macam keinginan individu sehingga mendorong mereka untuk mengembangkan unit sosial mereka dimana mereka dapat menyadari keinginan seperti: sensual atau ideal, awet atau sementara, sadar atau tidak sadar, secara kebetulan mendorong atau secara telelogis mengajak. 7 Interkasi sosial terjadi dan dapat dilihat atau diamati dalam ruang sosial dan waktu, ketika terjadi kontak sosial antara individu dalam kelompok atau dalam suatu komunitas. Karena itu, ruang sosial dan waktu menjadi sarana dalam mengamati dan melihat proses interaksi sosial, sedangkan tindakan atau aksi dari individu, memberi makna dari hubungan sosial tersebut. Dengan demikian tindakan atau aksi dapat dimaknai sebagai keadaan sosial dalam tingkat lanjut, sebagaimana bayangan dari arti 6 Jonathan H. Turner, The Structure of Sociological Theory, sixth edition, (Belmont California United States: Wadsworth Publishing Company, 1997), Peter M. Blau, Exchange and Power..., 12 12

4 subyektifitas yang berhubungan dengan keadaan tersebut oleh tindakan atau aksi individu (atau beberapa individu), yang membutuhkan sikap individu lain, atau dengan kata lain, aksi berhubungan dengan penyebabnya. 8 Tindakan atau aksi sosial antar individu atau beberapa individu dalam kelompok tentu di dilatari oleh dua hal mendasar yakni: adanya nilai-nilai sosial bersama yang membentuk struktur sosial yang kompleks, dan ketertarikan sosial yang memberikan perbedaan status dalam struktur sosial. Dalam perspektif pertukaran sosial, interaksi tersebut dilatar belakangi oleh ketertarikan antara individu yang kemudian menghasilkan cost dan reward. Kekuatan dari ketertarikan sosial menyebabkan pertukaran sosial. Proses ketertarikan tersebut yang mendasari perkembangan integrasi sosial dalam kelompok. Semakin besar ketertarikan individu terhadap individu lain dan terhadap kelompok diakibatkan ketertarikan intrinsik mereka terhadap hubungan tersebut memunculkan identifikasi yang sama, maka semakin padu pula kelompok itu. 9 Ketertarikan seseorang anggota baru terhadap sebuah kelompok dikarenakan adanya kesadaran diri yang bersangkutan atau keinginan diri akan penerimaan sosial tertentu. Oleh karena setiap individu dibimbing oleh keinginan dan kesadaran akan penerimaan, maka interaksi memunculkan proses kompetitif, dan diferensiasi sosial yang berkembang dalam persaingan. Proses kompetitif dan diferensiasi ini meningkatkan kebutuhan akan ikatan sosial yang suportif. Identifikasi anggota terhadap kelompoknya melengkapi ketertarikan yang merupakan dasar solidaritas sosial. Namun melalui hubungan itu akan muncul diskriminasi dan generalisasi baik terhadap individu maupun terhadap kelompok. Oleh karean itu menurut Blau dua hal yang akan muncul adalah : 8 Ibid, 13 9 Ibid, 80 13

5 Pertama, diskriminasi berada diantara individu yang menarik dan orangorang yang tidak menarik, generalisasi berasal dari pengalaman yang menyenangkan hingga harapan dimana pengalaman lain yang berhubungan dengan dia akan memuaskan juga, dan ini merupakan kedekatan intrinsik baginya. Kedua, diskriminasi berada pada orang dan obyek atau aktivitas yang menyenangkan, generalisasi dikarenakan obyek mirip dengan orang lain yang juga akan memberikan kepuasan dan kemauan ekstrinsik pada keuntungan yang didapat dari sumber manapun. 10 Hal ini kemudian pula memunculkan empat faktor penting dalam struktur sosial yaitu, integrasi, diferensiasi, organisasi, dan oposisi. Integrasi dan diferensiasi muncul dalam pertukaran sosial tanpa adanya desain yang eksplisit, sementara organisasi dan oposisi merupakan hasil usaha terorganisir yang difokuskan pada sasaran dan idelisme kolektif. 11 Pertukaran secara tidak langsung merupakan karakteristik dari struktur kompleks pada komunitas luas secara umum. Karena kontak langsung antara sebagian besar anggota pada komunitas yang luas tidaklah mungkin, namun keterkaitan diantara mereka mempersatukan mereka pada sebuah struktur sosial, melalui nilai-nilai sosial sebagai media yang memediasi hubungan dan transaksi yang tidak langsung. 12 Nilainilai tersebut kemudian yang memunculkan solidaritas dan integrasi sosial dalam struktur sosial maupun pada sub struktur sosial. Ketika nilai-nilai tertentu tidak dilembagakan dalam sebuah sistem sosial, hubungan pertukaran tidak akan dipertimbangkan untuk hubungan timbal balik oleh mereka yang telah menginternalisasi nilai-nilai ini. Bagi mereka yang telah menginternalisasi nilai-nilai yang tidak dilembagakan, mungkin saja ada persepsi 10 Ibid, Integrasi dan oposisi berada pada nilai-nilai partikularistik yang menyatukan kelompok dalam dan membaginya dari kelompok luar. Diferensiasi dan legitimasi dikendalikan oleh standard universalistik yang menspesifikasi pencapaian dan kualitas yang secara umum dinilai dalam kolektivitas dibawah pertimbangan dan yang memberikan status superior pada mereka yang menunjukannya. Dua dari empat sisi struktur sosial ini dapat dicapai secara langsung dari analisa pertukaran. Ibid, Ibid,

6 bahwa pertukaran yang adil telah dilanggar. Kesadaran ini akan membimbing mereka untuk menetapkan prinsip-prinsip atau nilai-nilai keadilan dalam kelompok, konsensus ini pada akhirnya melahirkan sanksi negatif terhadap mereka yang melanggar normanorma pertukaran yang adil Memahami Pertukaran Sosial dalam Struktur Kekuasaan Weber mendefenisikan kekuasaan sebagai kemampuan seseorang untuk memaksakan kehendaknya terhadap orang lain sekalipun ada perlawanan. 14 Weber membedakan pula dua tipe kekuasaan yaitu: dominasi atas orang yang bergantung pada kemampuan untuk mempengaruhi kepentingan mereka, dan dominasi yang bergantung pada otortitas, yakni kekuasaan untuk memerintah dan tugas untuk patuh. 15 Singkatnya, suatu kekuasaan yang stabil membutuhkan legitimasi. Namun perbedaan dalam kekuasaan akan menciptakan potensi konflik. Potensi ini sering ditangguhkan oleh serangkaian kekuatan untuk menunjukkan perubahan otoritas kekuasaan, di mana bawahan menerima legitimasi pemimpin sebagai tuntutan ketaatan. Ada empat hal yang kemungkinan terjadi jika pertukaran tak seimbang dalam satu kelompok di dalam asosiasi antara lain: pertama, orang dapat memaksa orang lain untuk menolongnya; kedua, mereka mencari sumber yang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka; ketiga, mereka dapat bertahan hidup terus tanpa memperoleh apa yang mereka butuhkan; dan keempat, mereka dapat takluk kepada orang-orang yang memberikan bantuan kepada mereka. 16 Hal ini kemudian akan menimbulkan kekuasaan atas yang kuat dan lemah, atau dalam suatu struktur sosial disebut pimpinan dan 13 Ibid, Denis Wrong (Ed), Max Weber Sebuah Khazanah,( Yogyakarta: Ikon Tarelita, 2003). Judul asli adalah : Max Weber Makers of Modern Social Science. (New Jersey: Pretince-Hall, Inc. Englewood Cliffs, 1970), Ibid, Bernard Raho, Teori sosiologi Modern, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),

7 bawahan. Karena itu Blau mengatakan bahwa jika salah satu dari empat kondisi tersebut tidak tersedia bagi mereka, maka para individu yang ingin mendapatkan keuntungan namun tidak memiliki pilihan lain harus tunduk kepada kekuasaannya sebagai pendorong bagi orang tersebut untuk menyediakan keuntungan ini. 17 Salah satu faktor yang dianggap penting dalam melegitimasi kekuasaan adalah kepemimpinan yang memiliki otoritas atau kewenangan. Namun otoritas soerang pemimpin ditentukan pula oleh kepatuhan dari mereka yang dipimpin. Kepatuhan bisa dipaksakan melalui kekuasaan yang cukup, tetapi persetujuan yang berhubungan dengan seberapa besar kekuasaan tidak bisa dipaksakan. Sebab hal tersebut akan menyebabkan adanya perlawanan, agresi dan oposisi yang mungkin memicu jatuhnya kepemimpinan seseorang, 18 sebaliknya, persetujuan kolektif akan melegitimasi kepemimpinan. Oleh karena itu menurut Blau, Hubungan yang stabil tergantung pada kekuasaan terhadap orang lain serta pengakuan yang sah mengenai kekuasaan tersebut. Dilema akan kepemimpinan disebabkan oleh pencapaian atas kekuasaan dan pencapaian pengakuan sosial yang akan berakibat pada tidak seimbangnya permintaan pada seseorang. 19 Kemampuan untuk memberikan sesuatu yang menguntungkan kepada bawahan adalah hal yang paling penting untuk menjaga kestabilan suatu kekuasaan. Semakin sedikit hal yang diharapkan untuk dicapai oleh seorang pemimpin dengan kekuasaan yang dimilikinya, maka semakin sedikit kekuasaan yang akan cukup untuk memenuhi kebutuhannya dan semakin sedikit tuntutan yang akan dia buat pada hal yang 17 Peter M. Blau, Exchange and Power..., Ibid, Ibid,

8 berhubungan dengan kekuasaannya. 20 Pada sisi lain, ketika seseorang yang berada pada posisi subordinat dan agar tidak tergantung pada orang lain, maka strategi menolak dan menerima pelayanan atau pemberian dari orang lain akan digunakan sebagai bagian dari strategi penolakan diri atas potensi penguasaan orang lain, atau melakukan pelayanan yang seimbang kepada orang yang sama posisinya sebagai potensi investasi kuasa Nilai dan Norma Menurut Blau Dalam kehidupan masyarakat, nilai dan norma merupakan dasar yang menggerakan perilaku individu maupun perilaku sosial. Dengan demikian, nilai dan norma juga berfungsi sebagai dasar pertukaran sosial dalam ruang lingkup yang melebihi batas kontak sosial secara langsung. Dengan kata lain, nilai dan norma memediasi transaksi sosial langsung maupun tidak langsung dalam ruang sosial mikro dan makro. Sebab kalau norma menjadi alat pertukaran antara individu dan masyarakat maka nilai menjadi alat pertukaran antara kelompok dan kelompok atau antara kolektivitas dengan kolektivitas. 22 Menurut Blau, nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat menjadi kebiasaan dan dilestarikan dari generasi ke generasi, sekalipun terdapat perubahan atau modifikasi. Sebab baginya nilai dan norma tersebut membentuk kehidupan sosial (social life) dalam masyarakat dan pola-pola sosial (social patterns) yang terjadi pada kelompok tertentu. Nilai sosial ialah penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang terbukti mempunyai daya guna fungsional bagi 20 Ibid, Doyle Paul Johnson. Teori Sosiologi Klasik dan Moderen. Jilid I & II. di-indoenisa-kan oleh Robert M.Z Lawang. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1990), Bernard Raho, Teori...,

9 perkembangan hidup bersama. 23 Menurut Hendropuspito, tolak ukur yang digunakan untuk memberi penghargaan adalah daya guna fungsional yang dialami atau dirasakan secara faktual oleh masyarakat. Orang, barang atau apapun itu harus berfungsi dengan baik dalam sistem dan sturktur masyarakat tertentu, sebab jika daya guna fungsional itu tidak fungsional dalam sistem dan struktur masyarakat, maka pengharagaan terhadapnya akan mempengaruhi penilaian masyarakat. Dalam kehidupan sosial, standar normatif merupakan hal yang sangat penting dalam membatasi tindakan yang menyimpang. Tanpa norma-norma sosial yang melarang kekerasan dan penipuan, pertukaran sosial dapat terancam dan pertukaran sosial tidak bisa berfungsi sebagai mekanisme pengaturan diri sendiri (Self-regulating mechanism) dalam batas norma-norma. Pada sisi lain, kekuasaan dan sumber daya manusia merupakan hasil keunggulan kompetitif yang diperoleh dalam pertukaran sosial memungkinkan untuk mengeksploitasi orang lain. Menurut Rapoport (1960: 173) yang dikutip oleh Blau mengatakan bahwa: Manifestasi paling dramatis tentang perlunya norma sosial ditemukan dalam berbagai situasi sosial dimana kepentingan semua pihak, tidak hanya sebagian, perlu dilindungi dengan norma sosial karena pengejaran kepentingan pribadi tanpa batasan-batasan normatif dapat mengalahkan kepentingan pribadi dari semua pihak yang terlibat. 24 Berdasarkan penjelasan di atas, maka norma sosial dibutuhkan untuk melarang tindakan seorang individu yang memperoleh keuntungan dengan mengorbankan kepentingan kelompok. Dengan kata lain, jika terjadi pelanggaran terhadap standar moral maka yang terjadi adalah kepentingan individu lebih menonjol dari kepentingan 23 Objek yang mendapat nilai meliputi orang-orang, barang-barang, hal ihwal yang bersifat ideologi atau pendangan hidup maupun berupa ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta semua cabangnya. Masing-masing secara sendiri dan secara kategorial diberi penghargaan, dan oleh karena itu mendapat nilai sosial. D. Hendropuspito OC, Sosiologi Sistematik, (Jogjakarta: Kanisius, 1989), Peter M. Blau, Exchange and Power...,

10 kelompok. Hal ini telah merubah reward dan cost sebagai suatu pilihan atau alternatif dalam perilaku sosial. Sehingga dibutuhkan norma yang dapat berfungsi sebagai dasar pemberian sanksi bagi yang bersangkutan, baik sanksi sosial maupun sanksi hukum. Blau meyakini bahwa interpersonal attraction (tindakan interpersonal) dari pertukaran dasar yang terjadi di antara individu dapat digantikan oleh shared value (nilai-nilai bersama) pada tingkat makro. Nilai-nilai ini dapat dikonseptualisasikan sebagai media of social transactions (media transaksi-transaksi sosial) yang menyediakan standar baku untuk menuntun pertukaran tidak langsung yang kompleks antara struktur sosial dengan anggotanya. 25 Dalam memediasi pertukaran tidak langsung antara kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi, shared value menyediakan standar untuk pengukuran (a) expected reward/reward yang diharapkan, (b) reciprocity/timbal balik, dan (c) fair exchange/pertukaran yang adil. 26 Standar keadilan dalam pertukaran sosial dan norma-norma sosial lainnya bersandar pada legitimasi persetujuan bersama atau konsensus, seperti menetapkan tujuan oposisi dan nilai-nilai sosial lainnya yang menegaskan kelompok sasaran dan individu berusaha untuk mencapainya. Umumnya nilai dan norma yang disepakati berperan sebagai media kehidupan sosial dan sebagai perantara penghubung untuk transaksi-transaksi sosial. 27 Dengan demikian menurut Blau, nilai dan norma sosial tersebut memungkinan terjadinya pertukaran sosial tidak langsung, mengatur prosesproses integrasi sosial dan diferensiasi dalam struktur sosial yang kompleks serta perkembangan organisasi sosial dan reorganisasi di dalamnya. 25 Jonathan H. Turner, The Structure..., Ibid. 27 Peter M. Blau, Exchange and Power...,

11 2.5. Nilai sebagai Media Transaksi Sosial Dalam rangka memahami fungsi dan peran nilai dalam pertukaran sosial, Blau bertolak dari proposisi nilai menurut Homans. Proposisi nilai menurut Homans yang dikutip Bernard Raho adalah: semakin tinggi nilai tindakan seseorang, maka semakin besar kemungkinan orang itu melakukan tindakan yang sama. 28 Itu berarti dapat dismpulkan bahwa secara umum nilai dapat dipahami sebagai media pertukaran sosial yang memperluas tujuan interaksi sosial dan struktur hubungan sosial dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai sosial yang disepakati (konsensus nilai) berperan sebagai dasar untuk memperluas cakupan pertukaran sosial serta melampaui pertukaran sosial secara langsung dan untuk memelihara struktur sosial melebihi waktu hidup manusia. Nilai standar dapat dianggap media kehidupan sosial dalam dua pengertian: konteks nilai adalah medium/perantara yang menciptakan bentuk hubungan sosial, dan nilai-nilai bersama adalah hubungan perantara asosiasi sosial dan pertukaran dalam skala yang luas. Dalam hal ini, misalnya prektek Lahatol dalam kehidupan masyarakat Haria di Maluku. Lahatol merupakan konsensus nilai yang mengatur hubungan kekeluargaan atau kekerabatan (matarumah dan soa) masyarakat Haria. Walaupun sistem nilai ini dipraktekan pada level matarumah dan (mungkin) soa, namun implikasi dari praktek lahatol dalam wujud pertukaran tersebut sampai pada mempertahankan dan meningkatkan kohesi sosial atau harmoni dan solidaritas masyarakat negeri Haria. Dalam kaitan dengan nilai-nilai sosial, maka menurut Blau, ada empat nilai dasar yang sangat mempengaruhi pertukaran sosial, yakni: nilai partikularistik, nilai universal, nilai legitimasi dan nilai oposisi. Nilai-nilai partikularistik dikatakanya 28 Bernard Raho, Teori...,

12 sebagai media solidaritas; nilai-nilai universal sebagai media pertukaran dan diferensiasi; nilai-nilai legitimasi sebagai media organisasi; sedangkan cita-cita nilai oposisi sebagai media reorganisasi. 29 Untuk itu, keempat nilai ini akan coba diuraikan di bawah ini Nilai Partikularistik Blau mengatakan bahwa nilai partikularistik adalah atribut karakteristik yang membedakan kelompok dan sekaligus menyatukan anggota dari setiap solidaritas sosial yang diciptakan untuk memisahkan batas antara kelompok. 30 Sebab menurutnya, selain dapat menyatukan anggota kelompok dalam solidaritas sosial, nilai partikularistik mampu mengintegrasikan kelompok masyarakat melampaui hubungan-hubungan personal. Nilai partikularistik menjadi simbol untuk dapat membedakan keanggotaan kelompok di dalam (in group) dan mereka yang tidak berada dalam kelompok lain (out group). Dengan demikian, nilai partikluaristik membuka ruang untuk pertukaran langsung yang terjadi dalam suatu kelompok masyarakat Nilai Universal Nilai-nilai universal adalah media pertukaran sosial dan diferensiasi yang memperluas jangkauan transaksi pertukaran dan struktur status di luar batas-batas interaksi sosial langsung. Sistem pertukaran yang paling kuno adalah barter. Pertukaran yang sederhana ini tidak saja dikenal sebagai pertukaran ekonomi, tetapi juga pertukaran sosial. Blau mengatakan bahwa, dalam barter, orang juga melakukan pertukaran jasa. Bahkan menurutnya, barter tidak saja terbatas pada pertukaran jasa 29 Peter M. Blau, Exchange and Power..., Ibid,

13 atau tenaga kerja, tetapi juga pertukaran objek dimiliki dan yang dihasilkan oleh orang ketiga untuk jasa yang lain Nilai Legitimasi Nilai legitimasi sangat memperluas rentang pengendalian kekuasaan, baik langsung maupun tidak langsung. Nilai ini menyebabkan kekuasaan pemerintah untuk mengatur administrasi independen dari pengaruh pribadi atau kewajiban anggotanya dapat tercipta. 32 Sebab Secara lebih luas kekuasaan dapat didefinisikan sebagai segala macam pengaruh antar individu atau sekelompok orang, termasuk percobaan dalam pertukaran, dimana seseorang membujuk seseorang yang lain untuk mengikuti keinginannya dan memberi penghargaan bagi mereka yang telah mengikutinya. Namun, sering kali kesepakatan normatif seperti itu menjadi terhambat, oleh karena itu pelaku dalam suatu pertukaran harus mensosialisasikan suatu tata nilai-nilai yang umum di mana tidak hanya menyatakan apa yang adil dalam situasi pertukaran tertentu, tetapi pertukaran ini juga harus dilembagakan menjadi norma untuk pemimpin dan bawahan. 33 Kemudian menurut Blau, legitimasi tidak hanya toleran, tetapi merupakan konfirmasi dan kemajuan yang aktif terhadap pola-pola sosial melalui nilai-nilai bersama, apakah sudah ada sebelumnya atau yang muncul pada suatu kolektivitas dalam proses interaksi sosial. Dalam konteks lahatol, legitimasi itu tampak diabsahkan sebagai perekat solidaritas sosial Cita-cita Oposisi Cita-cita Oposisi merupakan media reorganisasi sosial, karena cita-cita tersebut melegitimasi para pemimpin gerakan oposisi mengatur kekuatan mereka dan dengan 31 Ibid. 32 Ibid, Jonathan H. Turner, The Structure...,

14 demikian menghasilkan kekuatan countervailing terhadap kekuasaan yang mapan dan lembaga yang ada di masyarakat. 34 Kecendurungan-kecendrungan sistem pertukaran yg kompleks untuk menghasilkan oposisi dapat dijelaskan oleh prinsip dasar pertukaran. Ketika nilai-nilai mediasi tertentu tidak dilembagakan dalam sebuah sistem sosial, hubungan pertukaran tidak akan dipertimbangkan untuk hubungan timbal balik oleh mereka yang telah menginternalisasi nilai-nilai ini. Bagi mereka yang telah menginternalisasi nilai-nilai yang tidak dilembagakan, mungkin saja ada persepsi bahwa pertukaran yang adil telah dilanggar membimbing mereka, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, untuk mencoba mengatur sanksi negatif terhadap mereka yang melanggar norma-norma pertukaran adil. 35 Oleh karena itu, menurut Blau, perubahan revolusioner atau reformasi fundamental dapat terjadi dalam masyarakat hanya jika manusia terinspirasi oleh cita-cita radikal demi keinginan untuk mengorbankan kesejahteraan materi mereka. Sebab bagi Blau, Ideologi oposisi, pada akhirnya, menjadi satu titik penyatuan, satu simbol identitas kelompok, dan satu basis baru solidaritas sosial. 36 Berdasarkan penjelasan di atas, maka guna menjawab tujuan penelitian ini, tiga konsep utama dari teori pertukaran, yakni: expected reward, reciprocity, dan fair exchange digunakan sebagai alat analisis hasil penelitian. Dengan kata lain, ketiga konsep ini tidak untuk diukur prakteknya oleh masyarakat Haria, namun praktek Lahatol dalam masyarakat Haria sebagai sebuah nilai yang memiliki makna setempat yang mengatur pola hidup (kekeluargaan) mereka akan dianalisis lebih dalam dengan 34 Peter M. Blau, Exchange and Power..., Ibid, Ibid,

15 menggunakan konsep ini, jadi ketiga konsep tersebut hanya digunakan sebagai kaca mata yang mengarahkan analisis praktek hidup masyarakat Haria lewat Lahatol. 24

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Relasi Kekuasaan Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian pengertian kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan terdapat disemua bidang

Lebih terperinci

PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN BLAU

PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN BLAU Kuliah ke-12 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id PERILAKU SOSIAL: TEORI PERTUKARAN BLAU Materi: Teori Pertukaran Sosial Pertukaran dan Integrasi Sosial Pertukaran dan Kekuasaan

Lebih terperinci

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini

BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM. dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei, teori ini BAB II SOLIDARITAS SOSIAL DALAM PERSPEKTIF EMILE DURKHEIM Melihat kondisi solidaritas dan berdasarkan observasi, serta wawancara dengan pihak-pihak terkait. Peneliti memilih teori Solidaritas Emile Durkhei,

Lebih terperinci

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi

Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Kuliah ke-2: Paradigma Teori Sosiologi Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana. Ph.D a.wardana@uny.ac.id Overview Perkuliahan Konstruksi Teori Sosiologi Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Ilmu Pengetahun

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS LAHATOL SEBAGAI NILAI PEREKAT SOLIDARITAS MASYARAKAT HARIA

BAB IV ANALISIS LAHATOL SEBAGAI NILAI PEREKAT SOLIDARITAS MASYARAKAT HARIA BAB IV ANALISIS LAHATOL SEBAGAI NILAI PEREKAT SOLIDARITAS MASYARAKAT HARIA Dalam bab ini peneliti coba mengkostruksikan praktek Lahatol oleh masyarakat adat Haria sebagai sebuah bentuk nilai yang mengeratkan

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya 36 BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF A. Teori Konflik Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu melekat

Lebih terperinci

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan

BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF. keterlibatan konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan 31 BAB II KONFLIK DALAM KACAMATA RALF DAHRENDORF A. TEORI KONFLIK Ralf Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Suatu kelembagaan merupakan suatu sistem kompleks yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses, dan peran masing-masing

Lebih terperinci

STUDI MASYARAKAT INDONESIA

STUDI MASYARAKAT INDONESIA STUDI MASYARAKAT INDONESIA 1. Prinsip Dasar Masyarakat Sistem Sistem kemasyarakatan terbentuk karena adanya saling hubungan di antara komponenkomponen yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di

BAB II : KAJIAN TEORITIK. mengajar di tingkat universitas memberikan khusus sosiologi pertama kali di BAB II : KAJIAN TEORITIK a. Solidaritas Sosial Durkheim dilahirkan di Perancis dan merupakan anak seorang laki-laki dari keluarga Yahudi. Dia mahir dalam ilmu hukum filsafat positif. Dia terakhir mengajar

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan paparan yang digambarkan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pengukuhan PAI sebagai bagian dari mata kuliah yang harus

Lebih terperinci

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER

TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER TEORI SOSIOLOGI KONTEMPORER Silabus Semester Genap 2013-2014 Dosen : Amika Wardana, Ph.D. Email : a.wardana@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta S I

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN

BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN BAB II TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM PERSPEKTIF JAMES S. COLEMAN A. Rasonalitas Manusia Modern Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan Weber dalam klasifikasinya sampai mengenai tipe tipe tindakan

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI-TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id TEORI TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI STRUKTURAL

Lebih terperinci

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1. Modal Sosial Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap individu

Lebih terperinci

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi

August Comte Selo Soemardjan Soelaeman Soemardi PENGANTAR SOSIOLOGI 1. Pengertian Dasar Sosiologi berasal dari kata latin socius dan kata yunani yaitu logos. Socius berarti kawan atau teman; Logos berarti pengetahuan. Maka sosiologi berarti pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI PERTUKARAN SOSIAL DALAM PANDANGAN PETER M. BLAU

BAB II TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI PERTUKARAN SOSIAL DALAM PANDANGAN PETER M. BLAU BAB II TEORI PERTUKARAN SOSIAL DAN TEORI PERTUKARAN SOSIAL DALAM PANDANGAN PETER M. BLAU Apa itu teori pertukaran sosial? Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teori pertukaran sosial merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dalam masyarakat tersebut pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. individu dalam masyarakat tersebut pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat pada umumnya diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup di suatu wilayah yang memiliki aturan atau norma yang mengatur hubungan-hubungan satu sama

Lebih terperinci

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL II. TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL A. Konflik Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan atau tabrakan. Jadi, konflik dalam

Lebih terperinci

Bangsa (nation), apa itu? Charles Tilly: istilah yang paling menimbulkan teka-teki dan tendensius dalam kamus politik (The Formation Of National

Bangsa (nation), apa itu? Charles Tilly: istilah yang paling menimbulkan teka-teki dan tendensius dalam kamus politik (The Formation Of National Bangsa (nation), apa itu? Charles Tilly: istilah yang paling menimbulkan teka-teki dan tendensius dalam kamus politik (The Formation Of National State in western Europe: 1975). Dari berbagai definisi tentang

Lebih terperinci

Kekuasaan dan Kewenangan. IR. HJ. KHODIJAH,M.Si

Kekuasaan dan Kewenangan. IR. HJ. KHODIJAH,M.Si Kekuasaan dan Kewenangan IR. HJ. KHODIJAH,M.Si Pengertian Kekuasaan Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 NEQUALITY DAN MUNCULNYA PERILAKU ANOMI Beberapa konsep yang digunakan pada kajian ini ialah, komunitas, inequality, konflik, dan pola perilaku. Komunitas yang dimaksud disini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Multi Level Marketing disebut juga dengan Networking Marketing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Multi Level Marketing disebut juga dengan Networking Marketing BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Multi Level Marketing (MLM) Multi Level Marketing disebut juga dengan Networking Marketing (pemasaran berjenjang) atau direct selling yang merupakan salah satu bisnis yang berhubungan

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D.

Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id Materi: Konsep Diri: Mengingat kembali Looking-glass self Cooley Tensi antara I dan Me Mead Interaksi Pelaku dan Audien

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERTUKARAN SOSIAL. beberapa pengertian. Pertama, memperoleh sesuatu dengan memberikan sesuatu atau

BAB II TEORI PERTUKARAN SOSIAL. beberapa pengertian. Pertama, memperoleh sesuatu dengan memberikan sesuatu atau BAB II TEORI PERTUKARAN SOSIAL 2.1 Pengertian Pertukaran Pertukaran berasal dari kata dasar tukar, sedangkan kata kerja bertukar memiliki beberapa pengertian. Pertama, memperoleh sesuatu dengan memberikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 MANUSIA DAN MASYARAKAT Selain sebagai individu, manusia juga sebagai makhluk sosial. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena: 1. Butuh orang

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MAKRO (MACROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYIMPANGAN SOSIAL Tidak seperti biologi atau teori-teori psikologi yang, untuk sebagian besar, mengeksplorasi faktor-faktor yang terkait kejahatan

Lebih terperinci

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team Anda mungkin memiliki banyak pengalaman bekerja dalam kelompok, seperti halnya tugas kelompok, tim olahraga dan lain sebagainya. Kelompok kerja merupakan

Lebih terperinci

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)

Lebih terperinci

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis K U L I A H KE- 5: A M I K A W A R D A N A, P H. D A. W A R D A N A @ U N Y. A C. I D T E O R I S O S I O L O G I K O N T E M P O R E R Materi: Fungsionalisme Versus

Lebih terperinci

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

VII KONFLIK DAN INTEGRASI VII KONFLIK DAN INTEGRASI Pengertian Konflik Konflik adalah perselisihan atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk

Lebih terperinci

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07 MODUL PERKULIAHAN Kelompok & Organisasi Sosial Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 07 MK61004 Nurwidiana, SKM MPH Abstract Mata kuliah ini merupakan pengantar bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Modal sosial Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat dan komunitas.

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia 4 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan mengenai pustaka rujukan yang diambil dari berbagai jenis pustaka seperti buku, peraturan pemerintah maupun hasil penelitian. Bab ini juga menjelaskan mengenai

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota

BAB IV ANALISIS DATA. proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses komunikasi interpersonal anggota SFCK di awali dengan tahap proses perkenalan melalui interaksi antar SFCK, interaksi antara anggota SFCK dan interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1 Teori Interaksi Simbolik Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan suatu pendekatan yang di kenal dengan pendekatan interaksional simbolik. Salah satu tokoh pelopor teori

Lebih terperinci

ORGANIZATIONS 8 th. th edition

ORGANIZATIONS 8 th. th edition ORGANIZATIONS 8 th th edition James L. Gibson Kincaid Professor College of Business and Economics University of Kentucky John M. Ivancevich Professor of Organizational Behaviour and Management University

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Bertahan Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial Modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama (shared

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat yang tercakup atas aspek-aspek

Lebih terperinci

Kekuasaan dan Wewenang. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

Kekuasaan dan Wewenang. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Kekuasaan dan Wewenang Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Kekuasaan Sosiologi tidak memandang kekuasaan sebagai suatu yang baik atau buruk, namun sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang penting dalam

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL

PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL PERSPEKTIF SOSIOLOGI-MIKRO (MICROSOCIOLOGICAL) TENTANG PENYMPANGAN SOSIAL 1. Teori Asosiasi Diferensial (differential association Theory) Teori ini dikembangan oleh Edwin Sutherland pada tahun 1930-an,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PERKAWINAN Manusia pertama-tama ada, berjumpa dengan dirinya, muncul di dunia dan setelah itu menentukan dirinya. (Jean-Paul Sartre) A. MANUSIA DAN KESADARAN DIRI Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KELOMPOK KODE MATAKULIAH /SKS = MKK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI KELOMPOK KODE MATAKULIAH /SKS = MKK / 2 SKS TIU : Agar mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan berbagai teori dan konsep-konsep mengenai dan kaitannya dengan perilaku manusia serta menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan melalui teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkawinan pada dasarnya merupakan manifestasi keinginan manusia untuk hidup berkelompok. Keinginan itu tercermin dari ketidakmampuan untuk hidup sendiri.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelembagaan 2.1.1 Pengertian Kelembagaan Kelembagaan merupakan suatu sistem yang sengaja dibuat manusia untuk mengatur cara, aturan, proses dan peran masing-masing komponen

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK Menurut Anwar Arifin komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK MASING-MASING SUB STRUKTUR BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-MASING

Lebih terperinci

Social/Network Power:

Social/Network Power: Social/Network Power: Applying Social Capital Concept to Individual Behavior in the Organizational Context Imam Salehudin, SE. Department of Management Faculty of Economics University of Indonesia Social/Network

Lebih terperinci

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

teguhfp.wordpress.com HP : Flexi:

teguhfp.wordpress.com   HP : Flexi: teguhfp.wordpress.com email: kismantoroadji@gmail.com HP : 081-328089202 Flexi: 0274-7801029 A. PENDAHULUAN Dalam setiap membicarakan ORGANISASI, perlu pemahaman adanya TEORI ORGANISASI yang selalu membahas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA. Asmika Madjri

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA. Asmika Madjri PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL & PROSES ADAPTASI REMAJA Asmika Madjri PENGERTIAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN- Proses terus menerus- kedepan- tidak dapat diulang- serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung

Lebih terperinci

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Hakekat Perubahan Sosial yang Terjadi di Masyarakat Perubahan sosial merupakan sebuah proses yang tidak dapat dihindari dalam sebuah masyarakat, baik perubahan

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Kata kunci: Perspektif Komunikasi Pembangunan

Kata kunci: Perspektif Komunikasi Pembangunan 2 KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF TERKINI Oleh : Muchri Ramah ABSTRAK Pembangunan merupakan proses tidak hanya mencakup peningkatan fisik dan material saja, melainkan pula merupakan perubahan sosial

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MATERI SAJIAN PERKULIAHAN KE : P13 P Sebuah perjalanan abad ini untuk memahami kepemimpinan sekolah

MATERI KULIAH MATERI SAJIAN PERKULIAHAN KE : P13 P Sebuah perjalanan abad ini untuk memahami kepemimpinan sekolah MATERI KULIAH Mata Kuliah : Filsafat Administrasi Pendidikan Jumlah SKS : 2 ( dua ) Sks Kode MataKuliah : Ap 301 Pengampu : Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd. Nugraha Suharto, M. Pd. MATERI SAJIAN PERKULIAHAN

Lebih terperinci

KELOMPOK SOSIAL, KELOMPOK KERJA, DAN TIM

KELOMPOK SOSIAL, KELOMPOK KERJA, DAN TIM Mata kuliah: Komunikasi Kelompok Hari/ Tanggal: Jumat/ 25 Februari 2011 KPM (212) Nama/ NRP : Lutfi Afifah/ A34070039 Praktikum ke-: 1 Asisten: Auliyaul Hafizhoh (I34070021) KELOMPOK SOSIAL, KELOMPOK KERJA,

Lebih terperinci

RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI

RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI RUMUSAN WORKSHOP NASIONAL PENGELOLAAN JURNAL DAN PEMBELAJARAN MATAKULIAH INTI PROGRAM SARJANA DAN PASCASARJANA SOSIOLOGI KERJASAMA ASOSIASI PROGRAM STUDI SOSIOLOGI INDONESIA (APSSI) DENGAN JURUSAN SOSIOLOGI

Lebih terperinci

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI

PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN PENGENALAN PANDANGAN ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Alternatif Pandangan Organisasi 2. Perkembangan Teori Dalam Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke:

KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: Jaringan Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Gufroni Sakaril, Drs, MM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Organisasi Informal Mengapa Organisasi Informal

Lebih terperinci

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian

Lebih terperinci

DINAMIKA KELOMPOK DINAMIKA : DINAMIKA KELOMPOK : Ciri utama kelompok (Duncan, 1981)

DINAMIKA KELOMPOK DINAMIKA : DINAMIKA KELOMPOK : Ciri utama kelompok (Duncan, 1981) DINAMIKA KELOMPOK Tujuan Mata Ajar 1.Mengidentifikasi jenis kelompok 2.Mengidentifikasi & mendiskusikan alasan pembentukan kelompok karakteristik kelompok 3.Mengidentifikasikan kualitas kelompok 4.Mengidentifikasikan

Lebih terperinci

SIKAP SOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI MOTIF BERAFILIASI DAN MOTIF BERKUASA

SIKAP SOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI MOTIF BERAFILIASI DAN MOTIF BERKUASA SIKAP SOSIAL MAHASISWA DITINJAU DARI MOTIF BERAFILIASI DAN MOTIF BERKUASA Heru Purwantoro Fakultas Psikologi, Universitas Sarjana Wiyata Tamansiswa, Jalan Kusumanegara 157, Yogyakarta. ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KEKUASAAN DAN WEWENANG

KEKUASAAN DAN WEWENANG KEKUASAAN DAN WEWENANG A. Pengantar Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO

REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO REALITAS SOSIAL TINGKAT MESO Lembaga tidak dapat direduksi menjadi struktur mesolevel karena domain institusional ini terdiri dari hubungan antara struktur meso serta penggunaan simbol budaya yang lebih

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN DASAR-DASAR KONSEP PERILAKU ORGANISASI Fakultas Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA Program Studi Magister Manajemen http://mercubuana.ac.id DASAR2 KONSEP

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI STMIK AMIKOM YOGYAKARTA ADI JUNAEDI SIMANJUNTAK 11.12.6183 KELOMPOK J S1 SISTEM INFORMASI 1.LATAR BELAKANG MASALAH Menurut pemikiran

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah BAB VI KESIMPULAN Sampai pada saat penelitian lapangan untuk tesis ini dilaksanakan, Goenawan Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah Tempo dalam waktu yang relatif lama,

Lebih terperinci

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial 2.1.1 Pengertian Modal Sosial Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP KELOMPOK LANJUTAN

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama   TAHAP KELOMPOK LANJUTAN BK KELOMPOK Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id TAHAP KELOMPOK LANJUTAN Ketika kelompok sudah bisa melewati tahap awal, maka tidak mungkin lagi untuk memisahkan langkah dari perkembangan.

Lebih terperinci

Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL

Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL Eko Nugroho, S.Pt, M.Sc Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya KELOMPOK DAN ORGANISASI SOSIAL Kelompok sosial Himpunan/kesatuan manusia yg hidup bersama dan saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Agama dan Masyarakat Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah

BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Simpulan. Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 5.1. Simpulan Pokok masalah yang hendak dipecahkan dalam studi ini adalah mengonfirmasi elaboration likelihood model for workplace aggression

Lebih terperinci

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF NUR ENDAH JANUARTI, MA TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu memahami masalah sosial budaya dalam berbagai perspektif Mahasiswa mampu menganalisa

Lebih terperinci

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP

BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP BAB VI KOMUNITAS DIBO-DIBO SEBAGAI JARINGAN YANG HIDUP Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijabarkan pada dua bab sebelumnya, dapat diidentifikasi bahwa komunitas karakter sosial dan juga karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Menjalin suatu hubungan / interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya dalam

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Teori-Teori Sosial Budaya

Ringkasan Materi Teori-Teori Sosial Budaya Ringkasan Materi Teori-Teori Sosial Budaya BAB 8 Teori Pertukaran, Teori Jaringan, dan Teori Pilihan Rasional Pada bab 8 dalam buku Teori Sosiologi Modern ini perhatiannya lebih dipusatkan pada tiga teori

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,

Lebih terperinci

PERANAN KELOMPOK INFORMAL DI DALAM PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN HAMIDAH. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

PERANAN KELOMPOK INFORMAL DI DALAM PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN HAMIDAH. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN PERANAN KELOMPOK INFORMAL DI DALAM PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN HAMIDAH Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Organisasi merupakan kumpulan orang-orang yang bekerja secara bersamasama

Lebih terperinci

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI)

1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) a. AUGUSTE COMTE (1798 1857) 1) MERUMUSKAN SOSIOLOGI (1840) SBG ILMU EMPIRIK ( BAPAK SOSIOLOGI) 2) SOSIOLOGI TDA : SOS STATIS (ASPEK STRUKTUR) SOS DINAMIS (ASPEK PROSES, PERUBAHAN) 3) MASY DIPANDANG SBG

Lebih terperinci