DAFTAR PUSTAKA. Dale and McLaughlin, 1999: Land Administration, Oxford Press, New York, USA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Dale and McLaughlin, 1999: Land Administration, Oxford Press, New York, USA"

Transkripsi

1 DAFTAR PUSTAKA Abdulharis, R., 2005: Land Administration in Post Disaster Areas: The Case Study of Banda Aceh, Indonesia, M.Sc Thesis, Delft, Delft University of Technology Abdulharis, R., Sarah, K., Hendriatiningsih, S. and Hernandi, A., 2007: The Initial Model of Assimilation of the Customary Land Tenure System into Indonesian Land Tenure System: The Case of Kasepuhan Ciptagelar, West Java, Indonesia, Hong Kong SAR, FIG Working Week 2007 Dale and McLaughlin, 1999: Land Administration, Oxford Press, New York, USA Harsono, Boedi., 1997: Hukum Agraria Indonesia, Jakarta, Penerbit Djambatan Hernandi, Andri., 2005: Ekspedisi Geografi Indonesia 2005 Gunung Halimun-Pelabuhan Ratu, Bogor, Bakosurtanal. Hurgronje, Snouck., 1894: De Atjehers, Vol. II, Leiden Hurgronje, Snouck., 1924: Verspreide Geschriften, Jilid IV, Bonn: Kurt Schroeder Irwansyah, Ruly., 2008: Tata Cara Pembagian atau Pengkaplingan Tanah Dalam Sistem Pertanahan Menggunakan Hukum Adat di Kasepuhan Ciptagelar, Tugas Akhir Mahasiswa Sarjana Teknik Geodesi dan Geomatika, Bandung. J.F. Holleman, dan Van Vollenhoven., 1981: Indonesian Adat Law Kartasapoetra, G, et al., 1991: Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Jakarta, PT Rineka Cipta Kusmara, 2007: Komunikasi Pribadi, Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Parungkuda, Sukabumi Muhtar, 2007: Komunikasi Pribadi, Desa Sirnaresmi. Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi Peranginangin, Effendi., 1979: Hukum Agraria I,Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia Republik Indonesia, 1945: Undang - undang dasar Negara Republik Indonesia, Sekretariat Negara, Jakarta Republik Indonesia, 1960: Undang - undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Sekretariat Negara, Jakarta 71

2 Republik Indonesia, 1999: Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, Sekretariat Negara, Jakarta Ruchiyat, Eddy., 1999: Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi, Bandung, Penerbit Alumni Soemadiningrat, Otje Salman., 2002:Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer, Bandung, Penerbit Alumni Soepomo, R., 1959: Kedudukan Hukum Adat di Kemudian Hari, Jakarta, Pustaka Rakyat Suganda, Her., 2006: Kampung Naga Mempertahankan Tradisi, Bandung, PT. Kiblat Buku Utama Suparwati, Titiek., Pribadi, Ryan., 2006: Ekspedisi Geografi Indonesia 2006 Pangandaran- Tangkubanparahu, Bogor, Bakosurtanal. Vollenhoven, Van., 1913: Het Adratrecht van Netherland Indie, Leiden Vollenhoven, Van., 1918: Adatrecht v Ned. Indie, Jilid I, Leiden. Wisudawanto, W. E., 2008: Tata Cara dan Aturan Penentuan Batas Wilayah Adat Berdasarkan Hukum Adat, Tugas Akhir Mahasiswa Sarjana Teknik Geodesi dan Geomatika, Bandung. 72

3 LAMPIRAN 73

4 LAMPIRAN 1 KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DI KASEPUHAN CIPTAGELAR Narasumber : Pak Muchtar (Ketua RT di Kampung Nangerang, Desa Sirnasari ) Apakah di Kampung Nangerang masih termasuk dalam Kasepuhan Ciptagelar? Kampung Nangerang masih termasuk dalam Kasepuhan Ciptagelar, tetapi sudah sedikit memudar mungkin bisa dikarenakan adanya modernisasi atau pengaruh dari luar yang membuat aturan adat di daerah tersebut sedikit berbeda. Apa saja aturan aturan dalam mengguanakan sebidang tanah? Tidak boleh menempati lokasi lokasi yang dilarang, seperti : Lemah gunting, sirah cai, dan pamatangan Apa yang dijadikan batas tanah (rumah)? Yang dijadikan batas tanah (rumah) yaitu pohon hanjuang Mengapa menggunakan pohon hanjuang sebagai batas? Karena pohon Hanjuang batangnya tegak, tidak terlalu besar, dan jika sudah ditebang maka suatu saat pasti akan tumbuh kembali. Bagaimana dengan batas sawah, apakah ada batasnya juga? Batas sawah yaitu berupa pematang sawah. Apakah tanah di kampung Nagerang sudah ada yang bersertifikat? Ada beberapa warga yang sudah memilki sertifikat Apakah bapak Muhtar juga mempunyai sertifikat? Rumah saya tidak bersertifikat, tetapi sudah memiliki blangko Untuk apa blangko tersebut? 74

5 Blangko merupakan bukti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kepada siapa warga mengajukan untuk pembuatan sertifikat atau mendapatkan blangko? Semua urusan tersebut diserahkan pada Kepala desa Apakah kampung Nangerang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Kampung Nangerang bukan termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak karena masih di luar batas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Apa bukti bahwa Kampung Nangerang bukan termasuk kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak? Ada patok TNGHS yang berada di Kampung ini. Patok tersebut merupakan batas kawasan TNGHS. Apakah patok tersebut masih ada? Patok tersebut sudah hilang, karena dihancurkan warga untuk diambil besinya. Narasumber : Pak Karma Haryono (Kepala Desa Sirnarasa) Apakah benar Kampung Nangerang bukan termasuk kawasan TNGHS? Kampung Nangerang merupakan bagian dari Desa Sirnarasa. Dua pertiga (2/3) bagian dari Desa Sirnarasa berada di dalam kawasan TNGHS, dan Sepertiga (1/3) nya berada di luar kawasan TNGHS. Kampung Nangerang termasuk dalam bagian yang sepertiga tersebut yang memang berada di luar kawasan TNGHS. Apakah memang benar sudah ada kepemilikan sertifikat dan adanya bukti pembayaran pajak berupa blangko? Untuk bagian sepertiga dari Desa Nangerang yang memang berada di luar kawasan TNGHS, sudah ada sertifikat serta blangko sebagai bukti dari pembayaran pajak. 75

6 Bagaimana status tanah warga yang berada di dalam kawasan TNGHS? Tidak boleh ada sertifikat bagi warga yang berada di dalam kawasan TNGHS, karena dari pihak kehutanan memang tidak membolehkan warganya untuk memiliki sertifikat. Narasumber : Mantan Ketua Adat Kasepuhan Ciptagelar (alm. Abah Anom) : Sejak kapan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar mulai terbentuk? Sejarah Kasepuhan Ciptagelar berawal pada tahun Pada saat tersebut tanah mulai dibuka oleh masyarakat adat dan diakui bahwa tanah bukaan tersebut milik adat. Berapa luas seluruh wilayah bukaan milik adat? Luas lahan bukaannya yaitu seluas Ha Apakah ada aturan/hukum adat yang mengatur masalah pertanahan di Kasepuhan Ciptagelar? Ada beberapa aturan mengenai pertanahan contohnya yaitu menghindari lokasi lokasi yang dilarang untuk digarap, seperti : Lemah gunting, sirah cai, dan pamatangan. Selain itu aturan adat juga membagi hutan menjadi 3 bagian menurut pemanfaatannya, yaitu :leuweung tutupan, leuweung titipan, dan leuweung garapan. Apa yang dijadikan batas antar ketiga hutan tersebut? Yang dijadikan batas tersebut yaitu berupa pohon Hanjuang atau palem botol. Bagaimana status tanah kepemilikan seorang warga atas sebidang tanah? Disini tidak ada kepemilikan atas sebidang tanah, yang diakui hanya garapannya berupa rumah, sawah, ladang atau kolam. Apakah ada proses jual beli tanah di Kasepuhan Ciptagelar? Ada proses jual beli tanah disini, namun tetap saja yang dibeli hanya garapannya saja yaitu berupa rumah atau sawah. Jadi sebenarnya uang tersebut sebenarnya untuk menggantikan biaya, tenaga, dan waktu dalam menggarap sebidang tanah tersebut. 76

7 Bagaimana pendapat Abah Anom (alm) mengenai masalah yang terjadi dengan pihak pengelola TNGHS? Sebenarnya keberadaan warga adat Kasepuhan Ciptagelar sudah ada dan membuka tanah yang ada disini jauh sebelum Indonesia merdeka, sedangkan pihak pengelola kawasan TNGHS baru saja terbentuk. Jadi bila dilihat dari sejarah maka kami lebih berhak dalam mengelola tanah yang ada disini. Narasumber : Aki Karma (Orang kepercayaan Abah Anom/baris kolot ) Bagaimana karakteristik hukum adat Kasepuhan Ciptagelar? Hukum adat di Ciptagelar tidak tertulis, tetapi diajarkan turun temurun atau diwariskan kepada anak cucunya atau dalam istilah sunda disebut pajajaran. Seperti yang sekarang ini, Abah Anom menurunkan ajarannya kepada anaknya yaitu Abah Ugi yang sekarang menjadi Ketua Adat Ciptagelar. Ajaran tersebut diturunkan sampai generasi seterusnya, jangan ada yang dihilangkan. Ada berapa kampung yang masih memegang teguh adat Banten Kidul? Abah Anom mempunyai 560 perwakilan di setiap kampung nya. Jadi Kasepuhan Ciptagelar membawahi 560 kampung yang ada di sekitar gunung Halimun. Berapa jumlah keluarga yang terdapat di Kasepuhan Ciptagelar? Di lingkungan Ciptagelar terdapat 60 kepala keluarga. Berapa luas daerah pemukiman di lingkungan sekitar Kasepuhan Ciptagelar? Luasnya yaitu sekitar 6 Ha. Apa yang dijadikan batas antar satu rumah dengan rumah lainnya? Tidak ada batas antar satu rumah dengan rumah lainnya. Apa yang dijadikan batas antar satu sawah dengan sawah lainnya? Batas antara satu sawah dengan sawah lainnya yaitu berupa pematang sawah. 77

8 Aturan apa saja dalam pembagian lahan di tanah ulayat Kasepuhan Ciptagelar? Salah satu contohnya yaitu dalam pembagian hutan menjadi 3 bagian, yaitu hutan titipan, hutan tutupan, hutan garapan. Apakah ketika Abah Anom (alm) pidah dari Ciptarasa ke Ciptagelar membuka lahan lagi untuk wilayah yang barunya? Sebelum Abah Anom pindah ke Ciptagelar, di daerah Ciptagelar sudah ada garapan sebelumnya berupa sawah-sawah. Jadi, Abah Anom tidak membuka hutan lagi, melainkan sudah ada sawah disana. Untuk keperluan sehari hari seperti untuk kayu bakar dan membuat rumah dari mana warga mendapatkan kayunya? Biasanya warga memperoleh kayunya dari leuweung / hutan garapan, tetapi mereka tetap menanam kembali pohon tersebut dengan pohon yang baru. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga alam agar tidak rusak. Narasumber : Aki Upat (Orang kepercayaan Abah Anom / baris kolot ) Bagimana jika warga adat melanggar aturan / hukum adat yang ada? Jika warga melanggar aturan / hukum adat, maka tidak ada hukuman yang diberikan oleh warga yang lain bahkan Ketua Adatnya sekalipun. Hukuman tersebut akan datang dengan sendirinya berupa walatan / kualat. Apa saja aturan / hukum adat lain yang terdapat di Kasepuhan Ciptagelar? Tidak boleh menjual beras, tetapi yang masih dalam bentuk padi boleh dijual, dengan ketentuan persediaan beras dia bisa untuk mencukupi makan selama 2 tahun Berapa kali warga menanam sawah dalam setahun? Warga menanam sawah sekali dalam setahun 78

9 Apa yang dikerjakan warga di atas tanah garapannya untuk 6 bulan setelah panen sawah? Biasanya warga menjadikan sawahnya untuk kolam (bagi yang cukup air nya), atau juga bisa bercocok tanam. Siapa saja warga yang boleh menggarap tanah disini? Semua warga Kasepuhan Ciptagelar boleh untuk menggarap tanah disini. Karena setiap warga mempunyai izin untuk menggarap tanah disini (izin garap). Apakah orang luar adat Kasepuhan Ciptagelar boleh membeli tanah disini? Boleh saja, asal orang luar adat tersebut harus mengikuti aturan / hukum adat yang berlaku disini. Apa yang dijadikan batas antar satu bidang tanah (rumah) dengan bidang tanah lainnya? Pohon Hanjuang digunakan untuk menandai wilayah kekuasaannya, dalam hal ini yaitu garapan sebidang tanah milik warga. Apa yang dijadikan batas antar satu bidang sawah dengan sawah lainnya? Yang menjadi pembatas sawah yaitu pematang sawah. Bagaimana jika ada sebidang tanah garapan yang sudah ditinggalkan pemiliknya? Jika tanahnya sudah tidak diurus lagi, maka tanah tersebut kembali lagi milik adat. Jadi warga lain boleh untuk menggarap tanah tersebut. Narasumber : Aki Radi (Warga Adat Kasepuhan Ciptagelar) Bagaimana sejarah dari tempat yang sekarang menjadi pusat dari Kasepuhan Ciptagelar? Sebenarnya nama daerah sebelum ada Ciptagelar yaitu Cikarancang, namun ketika Abah Anom pindah kesini namnya menjadi Ciptagelar. Apakah ada arti dari nama Ciptagelar tersebut? 79

10 Cipta berasal dari nama Abah Anom yaitu Encup Sucipta, sedangkan gelar maksudnya ajaranajaran / aturan-aturan yang berhubungan dengan adat yang dari sesepuh-sepuh terdahulu di gelar atau boleh diketahui oleh orang lain selain warga adat Ciptegelar. Apa yang dijadikan batas antar satu rumah dengan rumah lainnya? Tidak ada batas yang menandai kepemilikan tanah disana, karena tanahnya hanya milik adat. Adapun batas rumahnya yaitu hanya pojok pojok rumahnya saja. 80

11 LAMPIRAN 1 KESIMPULAN HASIL WAWANCARA DI KAMPUNG NAGA Narasumber : Pak Risman (Ketua RT di Kampung Naga) Siapakah leluhur masyarakat Kampung Naga? Leluhur atau pendiri Kampung Naga adalah Embah Dalem Singaparna sekaligus sebagai pemimpin adat pertama. Beliau dimakamkan di hutan larangan, sampai saat ini ziarah ke makam Embah Dalem Singaparna dilakukan enam kali dalam satu tahun dipimpin oleh kuncen, yang akhirnya tradisi tersebut menjadi upacara adat sampai saat ini. Apakah ada benda-benda sejarah yang menunjukkan asal-usul masyarakat Kampung Naga? Benda dan buku sejarah sebenarnya telah disimpan di Bumi Ageung, namun pada tahun 1956 diserang oleh DI/TII pimpinan Kartosuwiryo, akibatnya Bumi Ageung dan Kampung Naga dibumi hanguskan dan buku serta benda sejarah di Bumi Ageung ikut terbakar dan rusak sehingga sampai saat ini sebetulnya sejarahnya tidak terungkap hanya ada cerita sejarah yang disampaikan dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi. Bagaimana sejarah mengenai berdirinya Kampung Naga? Pada awalnya Embah Dalem Singaparna mencari suatu wilayah sebagai sumber mata air, kemudian di lahan kosong dibuat kapling-kapling tanah dengan menggunakan batu kali untuk digunakan sebagai tempat tinggal penduduk. Bagaimana aturan untuk warga yang ingin tinggal di Kampung Naga? Jika ada warga yang ingin tinggal di Kampung Naga tidak perlu membeli atau menyewa tanah karena menjual tanah adat tidak diperbolehkan di Kampung Naga, asalkan warga tersebut bersedia mengikuti aturan adat Kampung Naga siapapun dapat tinggal di Kampung Naga 81

12 Berapa luas pemukiman di Kampung Naga? Luas pemukiman di Kampung Naga adalah 1,5 Ha, luas lahan pemukiman tersebut tidak dapat bertambah lagi. Bagaimana pengaturan kepemilikan lahan pemukiman di Kampung Naga? Lahan pemukiman adalah milik adat, untuk lahan sawah atau perkebunana merupakan milik perseorangan warga dan dapat diperjualbelikan. Apa saja yang menjadi batas pemukiman Kampung Naga? Bagian utara Kampung Naga berbatasan dengan Kampung Nangtang kecamatan Cigalontang, bagian timur dibatasi oleh sungai Ciwulan, bagian selatan berbatasan dengan bukit dan jalan raya yang menghubungkan Garut dengan Tasikmalaya. Sedangkan dibagian barat dibatasi oleh Bukit Naga yang sekaligus juga menjadi batas pemisah Kampung Naga dengan Kampung Babakan. Apakah ada perbedaan antara masyarakat adat yang tinggal di dalam wilayah pemukiman Kampung Naga dengan masyarakat adat yang tinggal di luar wilayah pemukiman Kampung Naga? Masyarakat yang tinggal diluar pemukiman Kampung Naga disebut dengan masyarakat Sanaga yang jumlahnya mencapai 97% dari total keseluruhan masyarakat adat Kampung Naga. Sedangkan masyarakat yang tinggal di dalam wilayah pemukiman Kampung Naga disebut dengan masyarakat Naga. Kedua kelompok masyarakat ini sama-sama mengikuti aturan dan adat istiadat Kampung Naga, namun masyarakat Sanaga lebih bebas dalam kepemilikan lahan dan tatacara atau bentuk bangunan untuk tempat tinggal. Ada berapa bangunan di dalam wilayah pemukiman Kampung Naga? Di wilayah pemukman Kampung Naga terdapat 111 bangunan yang terdiri dari 108 buah rumah, satu buah masjid, satu buah balai pertemuan, dan satu buah lumbung padi. Bagaimana pengaturan wilayah di sekitar pemukiman Kampung Naga? 82

13 Di Kampung Naga terdapat dua wilayah hutan larangan yang terletak disebelah barat dan timur wilayah pemukiman Kampung Naga. Hutan larangan ini tidak boleh dimasuki oleh siapapun kecuali pada saat ziarah ke makam Embah Dalem Singaparna, pada saat ziarah hanya penduduk Kampung Naga saja yang diperbolehkan memasuiki hutan larangan. Sampai saat ini belum pernah ada pengukuran luas hutan larangan di Kampung Naga. Apakah warga yang memiliki lahan di wilayah pemukiman Kampung Naga juga membayar pakak kepada negara? Warga tidak membayar pajak secara pribadi kepada negara atas kepemilikan lahan tempat tinggal, yang membayar pajak adalah adat. Berapakah ukuran bangunan rumah penduduk Kampung Naga? Ukuran bangunan rumah penduduk Kampung Naga adalah sekitar m 2, kapling yang digunakan untuk tempat tinggal jumlahnya tidak bertambah maupun berkurang sejak Kampung Naga berdiri Bagaimana kondisi wilayah Kampung Naga sebelum Kampung Naga berdiri? Pada awal berdirinya, wilayah Kampung Naga merupakan lembah dan hutan jadi ada pembukaan lahan yang dilakukan oleh Embah Dalem singaparna pada awal berdirinya Kampung Naga. Apakah ada batasan luas dalam hal kepemilikan lahan oleh masyarakat adat? Lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat Kampung Naga bisa diperluas dengan cara membeli, warisan, dan sebagainya. Tetapi untuk lahan pemukiman luas lahannya tidak bisa ditambah. Bagaimana status kepemilikan hutan di sekitar wilayah Kampung Naga? Hutan yang ada di sekeliling Kampung Naga merupakan milik adat. Apakah masyarakat adat memiliki sertifikat kepemilikan lahan? 83

14 Untuk lahan pertanian masyarakat adat memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh negara, namun untuk lahan pemukiman tidak ada sertifikat yang dimiliki oleh warga atas lahan pemukimannya. 84

DAFTAR PUSTAKA. 4. Dale, P. F. dan Mclaughlin, J. D Land Administration. Oxford University Press. New York, USA

DAFTAR PUSTAKA. 4. Dale, P. F. dan Mclaughlin, J. D Land Administration. Oxford University Press. New York, USA DAFTAR PUSTAKA 1. Abdulharis, R., K. Sarah, S. Hendriatiningsih, dan A. Hernandi. 2007. The Initial Model of Integration of the Customary Land Tenure System into the Indonesian Land Tenure System: the

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Artawilaga, R. Rustandi Hukum Agraria Indonesia dalam Teori dan Praktek. NV Masa Baru. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Artawilaga, R. Rustandi Hukum Agraria Indonesia dalam Teori dan Praktek. NV Masa Baru. Jakarta DAFTAR PUSTAKA Abdulharis, R., 2005: Land Administration in Post Disaster Areas: The Case Study of Banda Aceh, Indonesia, M.Sc Thesis, Delft, Delft University of Technology Abdulharis, R., Sarah, K., Hendriatiningsih,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Harahap, B., Rangkuti, S., Batubara, K. dan Siregar, A., 2005: Tanah Ulayat dalam Sistem Pertanahan Nasional, CV Yani s, Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Harahap, B., Rangkuti, S., Batubara, K. dan Siregar, A., 2005: Tanah Ulayat dalam Sistem Pertanahan Nasional, CV Yani s, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Abdulharis, R., 2005: Land Administration in Post Disaster Areas: The Case Study of Banda Aceh, Indonesia, M.Sc Thesis, Delft, Delft University of Technology. Abdulharis, R., Sarah, K.,

Lebih terperinci

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar

Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar III.1.1 Bentang Alam di Daerah Kasepuhan Ciptagelar Bab III Studi Kasus III.1 Sekilas Tentang Ciptagelar Kasepuhan Ciptagelar merupakan komunitas masyarakat yang masih memegang teguh adatnya yaitu adat Banten Kidul. Dan Ciptagelar bisa dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat BAB IV ANALISIS Dalam Bab IV ini akan disampaikan analisis data-data serta informasi yang telah didapat. Bab ini terbagi menjadi 3 sub-bab. Bab 4.1 berisi tata cara dan aturan adat dalam penentuan batas

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Kasepuhan Ciptagelar (Google Earth, 2008)

Gambar 3.1 Lokasi Kasepuhan Ciptagelar (Google Earth, 2008) BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan bagaimana penelitian ini dilakukan hingga didapatkan karakteristik sistem kepemilikan lahan yang berlaku dalam hukum pertanahan adat di wilayah

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAGIAN ATAU PENGKAPLINGAN TANAH DALAM SISTEM PERTANAHAN MENGGUNAKAN HUKUM ADAT DI KASEPUHAN CIPTAGELAR

TATA CARA PEMBAGIAN ATAU PENGKAPLINGAN TANAH DALAM SISTEM PERTANAHAN MENGGUNAKAN HUKUM ADAT DI KASEPUHAN CIPTAGELAR TATA CARA PEMBAGIAN ATAU PENGKAPLINGAN TANAH DALAM SISTEM PERTANAHAN MENGGUNAKAN HUKUM ADAT DI KASEPUHAN CIPTAGELAR TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas keberadaan masyarakat adat Kasepuhan Ciptagelar dari 4 ( empat ) aspek, yaitu : 1. Aspek Yuridis 2. Aspek Teknis 3. Pranata Adat 4. Penguatan Status

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang berbeda-beda. Berbagai macam suku bangsa tersebut tersebar kedalam berbagai wilayah adat

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN BATAS WILAYAH ADAT

BAB III PENENTUAN BATAS WILAYAH ADAT BAB III PENENTUAN BATAS WILAYAH ADAT Pada bab ini akan dijelaskan penentuan batas wilayah adat menurut hukum adat. Karena sebagian wilayah Kasepuhan Ciptagelar terdapat di dalam TNGHS, maka perlu dijelaskan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang Hukum tanah adat merupakan hukum tidak tertulis yang mengurusi masalah pertanahan adat yang dipegang teguh dan dilaksanakan oleh komunitas atau masyarakat adat. Hukum

Lebih terperinci

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 7.1. Persepsi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terhadap Keberadaan Hutan Penilaian

Lebih terperinci

TATA CARA DAN ATURAN PENENTUAN BATAS WILAYAH ADAT BERDASARKAN HUKUM ADAT: Studi Kasus Kasepuhan Ciptagelar

TATA CARA DAN ATURAN PENENTUAN BATAS WILAYAH ADAT BERDASARKAN HUKUM ADAT: Studi Kasus Kasepuhan Ciptagelar TATA CARA DAN ATURAN PENENTUAN BATAS WILAYAH ADAT BERDASARKAN HUKUM ADAT: Studi Kasus Kasepuhan Ciptagelar TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Oleh Eko Wahyu

Lebih terperinci

Bab IV Analisis. Batas

Bab IV Analisis. Batas Bab IV Analisis IV.1 Analisis Batas Tanah Garapan Dikaitkan Dengan Konsep Batas Mengacu pada penjelesan mengenai batas suatu bidang tanah garapan warga Kasepuhan Ciptagelar dan dikaitkan dengan konsep

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab ini akan menjelaskan tentang keberadaan masyarakat, status tanah, hak atas tanah, serta alat bukti hak atas tanah adat di Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar, sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SISTEM KEPEMILIKAN LAHAN SECARA ADAT (Studi kasus: Wilayah adat Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 11 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak 3.1.1 Sejarah, letak, dan luas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi Penelitian dalam tugas akhir ini meliputi, persiapan, pengumpulan data dan pengolahan data yang terdiri dari subbab masing-masing. Untuk lebih jelas alur penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum adat telah ada di Indonesia jauh sebelum hukum nasional dibentuk. Aturan dan hukum yang dilaksanakan oleh masyarakat adat, baik itu di bidang pertanahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dari masa ke masa semakin canggih dan mudah untuk diakses. Kita sebagai manusia tidak dapat menghindari perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah BAB II TEORI DASAR Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Sistem Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah (Bab 2.1) Sistem Kepemilikan Tanah (Bab 2.2), Hukum Pertanahan Adat (Bab 2.3), dan Kedudukan Hukum Adat

Lebih terperinci

SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT KAMPUNG NAGA ABSTRACT

SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT KAMPUNG NAGA ABSTRACT SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT KAMPUNG NAGA 1) Didik Wihardi, 1) Andri Hernandi, 1) Rizki Abdulharis, 2) Alfita Puspa Handayani* didikw@gd.itb.ac.id ABSTRACT Customary land is land controlled by a

Lebih terperinci

PENGUATAN STATUS HUKUM MASYARAKAT CIPTAGELAR MELALUI IDENTIFIKASI BATAS DAN VISUALISASI SPASIAL TANAH ADAT TESIS RODSLOWNY L. TOBING NIM :

PENGUATAN STATUS HUKUM MASYARAKAT CIPTAGELAR MELALUI IDENTIFIKASI BATAS DAN VISUALISASI SPASIAL TANAH ADAT TESIS RODSLOWNY L. TOBING NIM : PENGUATAN STATUS HUKUM MASYARAKAT CIPTAGELAR MELALUI IDENTIFIKASI BATAS DAN VISUALISASI SPASIAL TANAH ADAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang didapat merupakan jawaban dari pertanyaan (research question) yang

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT DI JAWA BARAT MENGACU PADA KETENTUAN KONVERSI UUPA DAN PP NO. 24/1997

KAJIAN SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT DI JAWA BARAT MENGACU PADA KETENTUAN KONVERSI UUPA DAN PP NO. 24/1997 KAJIAN SISTEM KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT DI JAWA BARAT MENGACU PADA KETENTUAN KONVERSI UUPA DAN PP NO. 24/1997 (Studi Kasus Kampung Naga dan Kasepuhan Ciptagelar) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, juga dikenal sebagai negara " multi cultural " yang memiliki lebih dari 250 kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunitas Kasatuan Adat Banten Kidul merupakan sekelompok masyarakat yang mendiami kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Merupakan bagian dari etnik

Lebih terperinci

VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI

VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI 6.1. Riwayat Perluasan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Taman Nasional Gunung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak, Luas, dan Wilayah Secara administratif Kasepuhan Ciptagelar Desa Sirnaresmi termasuk dalam wilayah "Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN

BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN BAB 5 ANALISIS KONFLIK SUMBERDAYA HUTAN 5.1 Sejarah Konflik Sumberdaya Hutan Konflik kehutanan di kawasan Gunung Halimun dimulai sejak tahun 1970- an, ketika hak pengelolaan hutan dipegang oleh Perhutani.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Dalam bab IV ini akan diuraikan mengenai hasil analisis perbandingan sistem kepemilikan lahan di Kasepuhan Ciptagelar dan Kampung Naga (Bab 4.1), dan perbanding sistem kepemilikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. BT dan LS. Suhu rata-rata pada musim kemarau antara 28 C

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. BT dan LS. Suhu rata-rata pada musim kemarau antara 28 C V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Sirna Resmi terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis desa ini terletak antara 106 27-106

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL. Oleh: Gurniwan Kamil Pasya

PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL. Oleh: Gurniwan Kamil Pasya PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI KEARIFAN LOKAL Oleh: Gurniwan Kamil Pasya ABSTRAK Kerusakan hutan di Indonesia sudah sangat parah sebagai akibat banyak perusahaan kayu yang membabat hutan secara besar-besaran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat

Lebih terperinci

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN

BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan

Lebih terperinci

IX. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

IX. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) IX. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 9.1. Kondisi Ekonomi Perluasan kawasan TNGHS telah mengakibatkan kondisi

Lebih terperinci

30. Republik Indonesia, 1999, Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Sekretarian Negara, Jakarta. 31. Republik Indonesia, 1999 ;

30. Republik Indonesia, 1999, Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Sekretarian Negara, Jakarta. 31. Republik Indonesia, 1999 ; Daftar Pustaka 1. Abdulharis Rizqi, 2007, Identification of the Customary Land and Area Parcelling thereon in order to Strengthen the Legal Assurance of the Customary Land toward the Sustainable Development

Lebih terperinci

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug Ratu Arum Kusumawardhani (1), Ryan Hidayat (2) arum_q@yahoo.com (1) Program Studi Arsitektur/Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Hubungan manusia dengan tanah sangat erat. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, tanah juga menjadi tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gunung Bodas yang berada pada ketinggian 765m diatas permukaan laut. Batas wilayah Kampung Adat Ciptarasa:

BAB III METODE PENELITIAN. Gunung Bodas yang berada pada ketinggian 765m diatas permukaan laut. Batas wilayah Kampung Adat Ciptarasa: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Kampung Adat Ciptarasa terletak di bawah Gunung Halimun lebih tepatnya berada di punggung Gunung

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 51 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 6.1 Keragaman Penguasaan Lahan Penguasaan lahan menunjukkan istilah yang perlu diberi batasan yaitu penguasaan dan tanah.

Lebih terperinci

2016 KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI

2016 KAJIAN PEWARISAN PENGETAHUAN SANITASI LINGKUNGAN PADA MASYARAKAT KAMPUNG ADAT KASEPUHAN CIPTARASA KECAMATAN CIKAKAK KABUPATEN SUKABUMI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antara lingkungan dan kesehatan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Kesehatan lingkungan merupakan salah satu aspek dalam kesehatan masyarakat yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

Tabel -10 Kebutuhan Data Metode, Jenis, dan Sumber Data

Tabel -10 Kebutuhan Data Metode, Jenis, dan Sumber Data LAMPIRAN 103 Lampiran 1. Tabel -10 Kebutuhan Data Metode, Jenis, dan Sumber Data No Kebutuhan Data Metode Jenis Data Sumber Data 1 Kondisi umum lokasi Studi dokumen, wawancara, pengamatan berperan serta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. terlepas dari hasil kegiatan, atau budaya yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh

BAB I PENGANTAR. terlepas dari hasil kegiatan, atau budaya yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kondisi kehidupan masyarakat di Jawa Barat, atau suku Sunda tidak terlepas dari hasil kegiatan, atau budaya yang telah dilakukan bertahun-tahun oleh para leluhur mereka.

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku Sunda, suku yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL DI DESA PANGRADIN TERHADAP PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN)

BAB VII PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL DI DESA PANGRADIN TERHADAP PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN) 83 BAB VII PERSEPSI MASYARAKAT LOKAL DI DESA PANGRADIN TERHADAP PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL (PPAN) 7.1 Persepsi Masyarakat Umum Desa Pangradin Terhadap Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tanah dan masyarakat hukum adat mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. Hubungan hukum antara masyarakat hukum adat dengan tanahnya menciptakan hak yang memberikan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 42 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Gambaran Umum Desa Pangradin Desa Pangradin adalah salah satu dari sepuluh desa yang mendapatkan PPAN dari pemerintah pusat. Desa Pangradin memiliki luas 1.175 hektar

Lebih terperinci

KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru *

KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru * KAMPUNG NAGA MASYARAKAT ADAT YANG MENJAGA PELESTARIAN LINGKUNGAN oleh : redaksi butaru * Pendahuluan Kampung Naga, sebuah desa yang berada di Kampung Nagaratengah, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT KAMPUNG KUTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN

BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD)

III. KERANGKA PEMIKIRAN Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD) 3.1. Kerangka Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Analisis Kelembagaan dan Pembangunan (Institutional Analysis and Development, IAD) Analisis ini digunakan untuk mengetahui siapa saja pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN

BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN 89 BAB VI IMPLIKASI PENERAPAN STANDAR PENGELOLAAN DI LAPANGAN Rumusan standar minimal pengelolaan pada prinsip kelestarian fungsi sosial budaya disusun sebagai acuan bagi terjaminnya keberlangsungan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat baik bila industri ini dapat dikelola dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat baik bila industri ini dapat dikelola dan dikembangkan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar yang paling banyak dilirik sebagai salah satu sektor andalan bagi negara dewasa ini, terutama bila dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat berstatus hak milik, yang diatur dalam sebuah undang-undang sehingga akan lebih memiliki

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website :

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 Website : IMPLIKASI PUTUSAN MK NO.35/PUU-X/2012 TERHADAP EKSISTENSI HUTAN ADAT MASYARAKAT KASEPUHAN CIPTAGELAR YANG TUMPANG TINDIH DENGAN HUTAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK Sitta Nabilla Maisara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan. Manusia diciptakan dari tanah, hidup

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Kampung Adat Dukuh Kampung Adat Dukuh merupakan kelompok masyarakat tradisional yang memegang dan melaksanakan tali tradisi leluhur. Kata dukuh berasal

Lebih terperinci

HALIMUN & HARAPAN PENYELAMATAN KAMPUNG HALAMAN Oleh: Tina, Medan

HALIMUN & HARAPAN PENYELAMATAN KAMPUNG HALAMAN Oleh: Tina, Medan HALIMUN & HARAPAN PENYELAMATAN KAMPUNG HALAMAN Oleh: Tina, Medan Masyarakat kawasan Gunung Halimun dahulunya memegang tradisi masyarakat Kasepuhan dengan pola kehidupan unik dan memiliki kearifan mengelola

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM

LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM DESA KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : SIRNARESMI : CISOLOK : SUKABUMI : JAWA BARAT LOKASI DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa 4.1.1 Kondisi Topografi Desa Sinar Resmi merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

I B M AIR BERSIH DI DESA SIRNARASA

I B M AIR BERSIH DI DESA SIRNARASA I B M AIR BERSIH DI DESA SIRNARASA Hartono, Euis Kania Kurniawati 1,2 Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI) ABSTRAK IbM Air Bersih ini berlokasi di Desa Adat Sirnarasa

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

BAB V SUMBER DAYA ALAM

BAB V SUMBER DAYA ALAM BAB V SUMBER DAYA ALAM A. Pertanian Kota Surakarta Sebagai salah satu kota besar di Jawa Tengah, mengalami pertumbuhan ekonomi dan penduduk karena migrasi yang cepat. Pertumbuhan ini mengakibatkan luas

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perubahan Pola Interaksi Masyarakat Dengan Hutan 5.1.1 Karakteristik Responden Rumah tangga petani mempunyai heterogenitas dalam status sosial ekonomi mereka, terlebih

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan terhadap hasil penelitian dalam Bab II, dapat disimpulkan bahwa, Penetapan Bukit Puruk Kambang sebagai Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi dan peranannya mencakup berbagai aspek kehidupan dan penghidupan baik ekonomi,

Lebih terperinci

BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN. 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin

BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN. 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin 67 BAB VI KEADAAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA PANGRADIN 6.1 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pangradin 6.1.1 Kependudukan Desa Pangradin secara Administratif memiliki dua dusun yaitu dusun Pangradin

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI

BAB 4 GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI BAB 4 GAMBARAN UMUM LINGKUNGAN MASYARAKAT ADAT KASEPUHAN SINAR RESMI 4.1 Letak Geografis Komunitas adat Banten Kidul adalah suatu komunitas yang dalam kesehariannya menjalankan sosio-budaya tradisional

Lebih terperinci

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY 117 BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY Desa Cipeuteuy merupakan desa baru pengembangan dari Desa Kabandungan tahun 1985 yang pada awalnya adalah komunitas pendatang yang berasal dari beberapa daerah,

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh

BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh 70 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perolehan konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian hukum. Semua responden yang mengkonversi

Lebih terperinci

Lailan Syaufina 1 dan Fransisxo GS Tambunan 1

Lailan Syaufina 1 dan Fransisxo GS Tambunan 1 JURNAL 166 Lailan SILVIKULTUR Syaufina et al. TROPIKA J. Silvikultur Tropika Vol. 04 No. 3 Desember 2013, Hal. 166 170 ISSN: 2086-8227 Kearifan Lokal Masyarakat Adat dalam Pencegahan Kebakaran Hutan dan

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2012

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2012 BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMEKARAN DESA CILEUNGSING MENJADI DESA CILEUNGSING DAN DESA CIRENDANG KECAMATAN CIKAKAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak hutan tropis, dan bahkan hutan tropis di Indonesia merupakan yang terluas ke dua di dunia setelah negara Brazil

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

ADAPTASI LINGKUNGAN MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG

ADAPTASI LINGKUNGAN MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG ADAPTASI LINGKUNGAN MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG (Studi Kasus ICampung Ciptarasa, Desa Simarasa, Kecarnatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi) Oleh SAPTO NUGROHO JURUSAN ILMU-ILMU SOSUU,

Lebih terperinci

ADAPTASI LINGKUNGAN MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG

ADAPTASI LINGKUNGAN MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG ADAPTASI LINGKUNGAN MASYARAKAT KASEPUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN YANG (Studi Kasus ICampung Ciptarasa, Desa Simarasa, Kecarnatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi) Oleh SAPTO NUGROHO JURUSAN ILMU-ILMU SOSUU,

Lebih terperinci

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan. Van Vollenhoven menyebutkan enam ciri hak ulayat, yaitu persekutuan dan para anggotanya berhak untuk memanfaatkan tanah, memungut hasil dari segala sesuatu yang ada di dalam tanah dan tumbuh dan hidup

Lebih terperinci

Bahwa sebelum berlakunya UUPA terdapat dualisme hukum agraria di Indonesia yakni hukum agraria adat dan hukum agraria barat. Dualisme hukum agraria ini baru berakhir setelah berlakunya UUPA yakni sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. mendapatkan kepastian hukum atas tanah yang dimilikinya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu kebutuhan primer bagi manusia bahkan sampai meninggalpun manusia masih membutuhkan tanah. Kebutuhan manusia terhadap tanah dewasa

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN SARAN

8 KESIMPULAN DAN SARAN 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Dalam konteks kelembagaan pengelolaan hutan, sistem pengelolaan hutan bukan hanya merupakan representasi keberadaan lembaga regulasi negara, melainkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masa kini pariwisata merupakan sektor industri yang memiliki peran penting dalam eksistensi suatu negara. Beragam potensi dan kekhasan suatu negara akan menjadi daya

Lebih terperinci

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,

Lebih terperinci

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai

BAB IX KESIMPULAN. bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai 163 BAB IX KESIMPULAN 9.1. Kesimpulan Status laki-laki dan perempuan dalam keluarga berkaitan dengan bagaimana laki-laki dan perempuan diperlakukan dalam keluarga. Sistem nilai mengenai status anak laki-laki

Lebih terperinci

VIII. STRATEGI ADAPTASI KELEMBAGAAN LOKAL SISTEM PERTANIAN AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

VIII. STRATEGI ADAPTASI KELEMBAGAAN LOKAL SISTEM PERTANIAN AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) VIII. STRATEGI ADAPTASI KELEMBAGAAN LOKAL SISTEM PERTANIAN AKIBAT PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 8.1. Sistem Pertanian Lokal Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi Sistem pertanian

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

JURNAL. Diajukan Oleh : Yohanes Ivan NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum (PK2)

JURNAL. Diajukan Oleh : Yohanes Ivan NPM : Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum (PK2) JURNAL EKSISTENSI HUKUM PIDANA ADAT DALAM MENANGANI DELIK ADAT PADA MASYARAKAT HUKUM ADAT DAYAK PANGKODAN DI DESA LAPE KECAMATAN SANGGAU KAPUAS KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Diajukan Oleh

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci