Bab II Kajian Pustaka. Meckling dalam Isnanta (2008), agency theory mendeskripsikan pemegang saham
|
|
- Widyawati Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency theory) mendasarkan hubungan antara prinsipal/pemegang saham dengan agen/manajemen. Menurut Jensen dan Meckling dalam Isnanta (2008), agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan mereka. Manajemen diberikan sebagian kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan terbaik pemegang saham. Oleh karena itu, manajer harus bertanggungjawab kepada pemegang saham. Schipper (1997) dalam Norbarani (2012) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap suatu proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuangan pribadi. Pernyataan itu sejalan dengan Healy dan Wahlen (1999) yang menyatakan bahwa earning management terhadi ketika manajer menggunakan judgement dalam pelaporan keuangan dan melakukan manipulasi transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka-angka dalam laporan keuangan. Laba sering dipergunakan berbagai pihak sebagai alat untuk memprediksi tingkat pertumbuhan laba di masa depa serta tingkat pengembalian pinjaman. Pentingnya laporan keuangan terutama laba yang dilaporkan oleh perusahaan 17
2 18 dalam pengambilan keputusan oleh para stakeholders. Tindakan manajemen laba terjadi karena manajemen perusahaan yang dalam menjalankan operasional perusahaan selalu dimonitor oleh para stakeholders, memiliki dorongan yang besar untuk melakukan praktik manajemen laba. Adanyan sistem reward yang berdasar pada kinerja laba akan semakin memberikan kebebasan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Tobing dan Anggrowati, 2009). Teori keagenan menganggap bahwa individu berperilaku sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Hendriksen (1992) dalam Septiani (2005) menyatakan bahwa agen memiliki kontrak untuk menunjukkan kewajibannya kepada principal, sedangkan principal memiliki kontrak untuk memberikan bonus kepada agen. Para principal menginginkan laba yang tinggi dari perusahaan agar investasi yang telah ditanamkan cepat kembali. Besarnya laba berhubungan dengan besarnya deviden yang akan dibagikan kepada investor. Semakin tinggi laba, maka harga saham akan semakin tinggi dan semakin besar pula deviden yang akan diterimanya. Namun disisi lain, para agent memiliki kepentingan sendiri yakni bonus yang diterima. Pada dasarnya antara principal dan agen memiliki tujuan yang berbeda. Principal menginginkan return yang tinggi atas investasinya, sedangkan agent memiliki kepentingan untuk mendapatkan kompensasi yang besar atas hasil kerjanya. Perbedaan tujuan itulah yang menyebabkan terjadinya conflict of interest di antara pihak agen dan prinsipal. Hal inilah yang mendorong terjadinya asimetri informasi di antara kedua belah pihak tersebut. Karena adanya keinginan kompensasi yang tinggi itulah, maka kemungkinan besar agen akan melakukan
3 19 moral hazard. Di samping itu, para agent memiliki informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan lebih banyak dibandingkan para principal. Hal ini yang menimbulkan kesempatan (opportunistiy) agen untuk melakukan kecurangan. Menurut Eisenhardt (1989) dalam Maudy (2013), teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reabilitasnya dan informasi yang disampaikan biasanya diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya atau lebih dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asymmetric information (Ujiyantho & Pramuka, 2007). Hal tersebut memberikan kesempatan atau opportunity kepada manajer untuk melakukan manajemen laba. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, manajer akan lebih mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan dengan kepentingan pemilik atau lebih dikenal dengan sifat opportunistiy. Agent akan berusaha mencari keuntungannya sendiri untuk mendapatkan bonus dari perusahaan dengan berbagai cara seperti memanipulasi angka-angka di laporan keuangan. Adanya hal tersebut praktik pelaporan keuangan sering menimbulkan ketidaktransparanan yang dapat menimbulkan konflik antara principal dan agent. Akibat adanya perilaku manajemen yang tidak transparan dalam menyajikan semua informasi ini akan menjadi penghalang dalam mewujudkan praktik GCG (Good Corporate Governance) karena salah satu prinsip dari GCG adalah
4 20 transparansi. Praktik perataan laba dapat melalui Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktuf (PPAP) atau Loan Loss Provision (LLP). Berdasarkan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum pasal 44 dan 45 menyebutkan bahwa bank wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva untuk aktiva produktif dan aktiva non produktif. Meskipun besarnya penyisihan dalam batasan persentase tertentu ditentukan oleh Bank Indonesia, namun pihak manajemen bank masih diberikan keleluasaan untuk menentukan kualitas aktiva berdasarkan ketentuan yang diatur dalam PBI tersebut serta membentuk cadangan PPAP melebihi cadangan yang wajib dibentuk. Sehingga sangat memungkinkan PPAP dijadikan objek oleh manajer bank dalam meratakan laba. (Tobing dan Anggrowati, 2009). Tindakan manajemen laba (earning management) yang dilakukan manajemen akibat adanya conflict of interest dan asymmetric information dengan pemilik merupakan salah satu bentuk financial statement fraud. Pernyataan tersebut sejalan dengan Rezaee (2002) dalam Norbarani (2012) yang menyatakan bahwa tindakan manajemen laba berkaitan erat dengan financial statement fraud. Tindakan memanajamen laba yang dilakukan manajemen jika dibiarkan dan tidak diketahui oleh pemilik, pada akhirnya akan berkembang menjadi suatu financial statement fraud yang menyesatkan secara material. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya agency problem antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) dapat menyebabkan terjadinya financial statement fraud yang menyesatkan dan merugikan.
5 Fraud Definisi Fraud Fraud adalah tindakan melawan hukum, penipuan berencana dan bermakna ketidakjujuran. Fraud dapat terdiri dari berbagai bentuk kejahatan atau tindak pidana kerah putih (white collar crime) antara lain pencurian, penggelapan asset, penggelapan informasi, penggelapan kewajiban, penghilangan atau penyembunyian fakta, rekayasa fakta termasuk korupsi (Razaee,2002). Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan organisasi anti-fraud terbesar di dunia dan sebagai penyedia utama pendidikan dan pelatihan anti-fraud. ACFE mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain (Ernst & Young LLP, 2009). Menurut Merriam Webster s Dictionary of Law (1996) seperti yang dikutip dalam Viton (2003); Daniel (2013), definisi fraud adalah: any act, expression, omission, or concealment calculated to deceive another to his or her disadvantage, specifically, a misrepresentation or concealment with reference to some fact material to a transaction that is made with knowledge of it is falsity or in reckless disregard of it is truth or falsity and woth the intent to deceive another and that is reasonably relied on by the other who is injured thereby Sedangkan menurut, Tampubolon (2005) berpendapat, fraud tidak selalu sama dengan tindak kriminal. Tindak kriminal didefinisikan sebagai an intentional at that violates the criminal law under which no legal excuse applies sementara itu fraud didefinisikan sebagai any behavior by which one person gains
6 22 or intened to gain a dishonest advantage over another. Tindakan fraud dapat dikatakan sebagai criminal apabila niat atau perbuatan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak jujur tersebut juga sekaligus melanggar ketentuan hukum misalnya korupsi atau penggelapan pajak. Fraud yang bukan criminal masuk kategori risiko operasional sedangkan fraud yang sekaligus tindak kriminal masuk kategori risiko illegal. Ada pula yang mendefinisikan fraud sebagai tindakan dengan sengaja menggunakan sumber daya perusahaan dan menyajikan fakta untuk keuntungan pribadi. Dalam bahasa yang lebih sederhana, fraud adalah penipuan yang disengaja. Tindakan fraud adalah pembohongan, penipuan, penggelapan, dan pencurian. Penggelapan disini adalah mengubah asset/kekayaan perusahaan yang dipercayakan kepadanya secara tidak wajar untuk kepentingan dirinya. Dengan demikian, perbuatan yang dilakukannya adalah untuk menyembunyikan, menutupi atau dengan cara tidak jujur lainnya melibatkan atau meniadakan suatu perbuatan atau membuat pernyataan yang salah dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dibidang keuangan atau keuntungan lainnya atau meniadakan suatu kewajiban bagi dirinya dan mengabaikan hak orang lain. Suatu gejala dari penipuan adalah merupakan adanya sinyal atas kecurangan. Namun, adanya gejala dari penggelapan tersebut tidak berarti bahwa penipuan ada (Hassink, 2010). Keberadaan terhadap terjadinya kecurangan adalah suatu panggilan untuk melakukan penyelidikan. Pernyataan Standar Auditing Internasional (ISAs) harus diikuti ketika diduga adanya suatu penipuan. Ada beberapa gejala umum yang menyadarkan seorang auditor dalam setiap situasi di
7 23 mana penipuan mungkin saja terjadi (Laksmana, 2009): 1. Tidak adanya keseimbangan antara rekening kontrol terhadap akun-akun terkait. 2. Melakukan pencatatan terhadap tagihan piutang usaha sebagai piutang dan mencuri uang tunai yang diterima dan pada melakukan penghapusan tagihan piutang rekening 3. Perbedaan pencatatan yang dilaporkan oleh pelanggan. 4. Adanya kolusi antara pembeli dan penjual untuk memproses pengembalian uang dan barang untuk tidak dikembalikan 5. Kurangnya tanggapan permintaan atas konfirmasi yang diterima 6. Penagihan barang dagangan yang dicuri dimasukkan ke rekening fiktif. 7. Setiap transaksi tidak memiliki dokumentasi yang tepat. 8. Memanipulasi catatan penggajian untuk mengalihkan upah, pajak atas gaji, atau gaji. 9. Transaksi yang mencurigakan akhir tahun. 10. Kelebihan jam kerja (lembur) yang tidak sah 11. Transaksi dicatat tanpa izin dari manajemen. 12. Kelebihan atas akun rekening pengeluaran atau mengalihkan uang muka tersebut kepada kepentingan pribadi. 13. Kegagalan untuk memperbaiki kelemahan yang serius di dalam pengendalian internal. 14. Kurang pembagian dividen kepada investor dari yang seharusnya serta mengalihkan untuk kepentingan pribadi.
8 Pencatatan pada rekening pengeluran tidak sesuai dengan posisi pada akun karena kurangnya pengawasan 16. Pembayar tagihan palsu diperoleh melalui kolusi dengan pemasok. 17. Balasan tidak jelas atau menghindar untuk melakukan pemeriksaan 18. Tugas yang diberikan kepada karyawan tidak sesuai deskripsi pekerjaan. Sementara pengertian fraud dalam definisi tersebut adalah (BPK, 2012.): a) Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan. b) Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat pada mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat. Suatu kerugian timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya. c) Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah, penyembunyian fakta material atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya. Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka
9 25 dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Menurut BPK RI (2008) secara umum, unsurunsur dari kecurangan adalah: 1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation); 2. Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present); 3. Fakta bersifat material (material fact); 4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or ecklessly); 5. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi; 6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut 7. Yang merugikannya (detriment) Jenis-Jenis Fraud Menurut Albrecth (dikutip oleh Nguyen, 2008 dalam Daniel 2013), fraud diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: 1. Embezzlement employee atau occupational fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh bawahan kepada atasan. Jenis fraud ini dilakukan bawahan dengan melakukan kecurangan pada atasannya secara langsung maupun tidak langsung. 2. Management fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh manajemen puncak kepada pemegang saham, kreditor dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan. Jenis fraud ini dilakukan manajemen puncak dengan cara menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada informasi keuangan.
10 26 3. Invesment scams Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh individu/perorangan kepada investor. Jenis fraud ini dilakukan individu dengan mengelabui atau menipu investor dengan cara menanamkan uangnya dalam investasi yang salah. 4. Vendor fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan yang menjual barang atau jasa kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan organisasi dengan memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya pengiriman barang meskipun pembayaran telah dilakukan. 5. Customer fraud Merupakan jenis fraud yang dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa. Jenis fraud ini dilakukan pelanggan dengan cara membohongi penjual dengan memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya. Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Albretch (dikutip oleh Nguyen, 2008), fraud diklasifikasikan menjadi 5 (lima) jenis.
11 27 Tabel 2.1 Jenis Jenis Fraud Jenis Fraud Korban Pelaku Penjelasan Embezzlement employee atau occupational fraud Karyawan Atasan Atasan baik secara langsung maupun tidak langsung melakukan kecurangan pada karyawannya. Management fraud Pemegang saham, pemberi pinjaman dan pihak lain yang mengandalkan laporan keuangan Manajemen puncak Manajemen puncak menyediakan penyajian yang keliru, biasanya pada informasi keuangan. Investment scams Individu Perorangan Individu yang menipu investor menanamkan uangnya dalam investasi yang salah. Vendor fraud Organisasi atau perusahaan yang membeli barang atau jasa Organisasi atau perorangan yang menjual barang atau jasa Organisasi yang memasang harga terlalu tinggi untuk barang dan jasa atau tidak adanya pengiriman barang walaupun pembayaran telah dilakukan. Customer fraud Organisasi atau perusahaan yang menjual barang atau jasa Pelanggan Organisasi yang membohongi penjual dengan memberikan kepada pelanggan yang tidak seharusnya atau menuduh penjual memberikan lebih sedikit dari yang seharusnya
12 Fraud Tree Secara skematis, Association Of Certified Fraud Examiner (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam bentuk skema hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Occupational tree ini mempunya tiga cabang utama, yaitu Corruption, Asset Missappropriation dan Fraudulent Statements
13 29 The Association Certified Fraud Examiners membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Pohon ini menggambarkan cabang-cabang dari fraud dalam bentuk
14 30 skema hubungan kerja, beserta ranting dan anak rantingnya. Occupational tree ini mempunyai tiga cabang utama, yaitu: 1. Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation) Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk mendeteksi penyimpangan atas aset. Namun, pemahaman yang baik mengenai pengendalian internal dalam pos-pos adalah teknik terbaik untuk mendeteksi kecurangan tipe ini. 2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement) Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. 3. Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, dimana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati
15 31 keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities) dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion) Teori Fraud Triangle Teori yang mendasar pada penelitian ini adalah fraud triangle theory. Konsep segitiga kecurangan pertama kali diperkenalkan oleh Cressey (1953). Melalui serangkaian wawancara dengan 113 orang yang telah di hukum karena melakukan penggelapan uang perusahaan yang disebutnya trust violators atau pelanggar kepercayaan, Cressey (1953) dalam Gagola (2011) menyiimpulkan bahwa : Orang yang dipercaya menjadi pelanggar kepercayaan ketika ia melihat dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai masalah keuangan yang tidak dapat diceritakannya kepada orang lain, sadar bahwa masalah ini secara diam-diam dapat diatasinya dengan menyalahgunakan kewenangannya sebagai pemegang kepercayaan di bidang keuangan dan tindak-tanduk sehari-hari memungkinkannya menyesuaikan pandangan mengenai dirinya sebagai seseorang yang biasa dipercaya dalam menggunakan dan atau kekayaan yang dipercayakan. Ilustrasi faktor risiko kecurangan dari standar kecurangan yang ada (yakni SAS 99, ISA 240, TSAS 43) serta oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Pernyataan Standar AKuntansi No. 70 didasarkan pada teori segitiga kecurangan yang dicetuskan oleh D.R Cressey pada tahun 1953 dalam Lou and Wang (2009), Cressey menyimpulkan terdapat kondisi yang selalu hadir dalam kegiatan kecurangan perusahaan yakni tekanan/motif, kesempatan dan rasionalisasi.
16 32 Konsep dari fraud triangle diperkenalkan dalam literatur profesional pada SAS no. 99, Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit, Cressey (1953) dalam Skousen e. al. (2009) menyimpulkan bahwa kecurangan secara umum mempunyai tiga sifat umum. Fraud triangle terdiri dari tiga kondisi yang umumnya hadir pada saat fraud terjadi, yaitu: pressure, opportunity dan rationalization (Turner et al., 2003). 1. Pressure (Tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud, misalnya tindakan untuk menutupi kinerja yang buruk karena tuntutan pekerjaan untuk mendapatkna hasil yang baik. 2. Opportunity (Peluang), yaitu situasi yang membuka kesempatan untuk memungkinkan suatu kecurangan terjadi. Para pelaku fraud percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Peluang dapat terjadi karena pengendalian internal yang lemah, manajemen pengawasan yang kurang baik dan atau melalui penggunaan posisi. Kegagalan untuk menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas fraud juga meningkatkan kesempatan terjadinya kecurangan. Dari tiga elemen dalam fraud triangle, kesempatan memiliki kontrol yang paling atas. Organisasi perlu untuk membangun sebuah proses, prosedur dan kontrol membuat karyawan dalam posisi tidak dapat melakukan fraud dan yang efektif dapat mendeteksi aktivitas kecurangan jika hal itu terjadi.
17 33 3. Rationalization (Rasionalisasi), yaitu adanya sikap, karakter atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindakan kecurangan atau orang-orang yang berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka merasionalisasi tindakan fraud. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. Bagi mereka dengan standar moral yang lebih tinggi itu mungkin tidak begitu mudah. Pelaku fraud selalu mencari pembenaran secara rasional untuk membenarkan perbuatannya. Berikut disajikan ringkasan kategori, definisi dan contoh fraud risk factor berdasarkan fraud triangle theory cressey dalam Skousen et.al (2009) dan berkaitan dengan financial statement fraud. Tabel 2.2 Kategori, Definisi, dan contoh Fraud Risk Factor dalam SAS 99 berkaitan dengan Financial Statement Fraud Fraud Risk Factor Kategori menurut SAS No. 99 Definisi dan Contoh Faktor Resiko Financial Stability Keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi stabil. Contoh faktor resiko: perusahaan mungkin memanipulasi laba ketika stabilitas keuangan atau profitabilitasnya terancam oleh kondisi ekonomi External Pressure Tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Contoh faktor resiko: ketika perusahaan menghadapi adanya tren tingkat ekspektasi para analisis investasi, tekanan untuk memberikan kinerja terbaik bagi investor dan kreditor yang signifikan bagi perusahaan atau pihak eksternal
18 34 Pressure Opportunity Personal Financial Need Financial Targets Nature of Industry Ineffective Monitoring lainnya. Suatu keadaan dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan. Contoh faktor resiko: kepentingan keuangan oleh manajemen yang signifikan dalam entitas, manajemen memiliki bagian kompensasi yang signifikan yang bergantung pada pencapaian target yang agresif untuk harga saham, hasil operasi, posisi keuangan, atau arus kas manajemen menjaminkan harta pribadi untuk utang entitas Tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen. Contoh faktor resiko: perusahaan mungkin memanipulasi laba untuk memenuhi prakiraan atau tolok ukur para analis seperti laba tahun sebelumnya. Berkaitan dengan munculnya risiko bagi perusahaan yang berkecimpung dalam industry yang melibatkan estimasi dan pertimbangan yang signifikan jauh lebih besar. Contoh faktor risiko: penilaian persediaan mengandung risiko salah saji yang lebih besar bagi perusahaan yang persediaannya tersebar di banyak lokasi. Risiko salah saji persediaan ini semakin meningkat jika persediaan itu menjadi usang. Keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang efektif memantau kinerja perusahaan. Contoh faktor resiko: adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil tanpa control kompensasi tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal dan sejenisnya
19 35 Organizational structure Struktur organisasi yang kompleks dan tidak stabil. Contoh faktor risiko: struktur organisasi yang terlalu kompleks, perputaran personil perusahaan seperti senior manajer atau direksi yang tinggi Rationalization Rationalization Sikap/rasionalisasi anggota dewan, manajemen atau karyawan yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam dan/atau membenarkan kecurangan pelaporan keuangan. Contoh faktor resiko: jika CEO atau manajer puncak lainnya sangat tidak peduli pada proses pelaporan keuangan, seperti terus mengeluarkan prakiraan yang terlalu optimistik, pelaporan keuangan yang curang lebih mungkin terjadi Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Definisi Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Definisi financial statement fraud menurut Association Of Certified Fraud Examiners (ACFE) dalam Rezae (2002) dikutip oleh Rahmanti (2013): The intentional, delibate, misstatement or omission of material facts or accounting data which is misleading and when considered with all the information made available would case the reader to change or alter his or her judgement or decision. Definisi financial statement fraud menurut American Institute Certified Public Accountant (2002) dalam adalah tindakan yang disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Selain itu, menurut Australian Auditing Standards (AAS), financial statement fraud merupakan suatu kelalaian maupun salah saji yang disengaja dalam jumlah tertentu atau pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk menipu para
20 36 pengguna laporan keuangan (Brennan dan McGrath, 2007) dalam Norbarani (2012). Elliott and Willingham (dalam Intal dan Do, 2002), mendefinisikan financial statement fraud dari sudut pandang yang berbeda. Menurutnya, financial statement fraud merupakan suatu management fraud yaitu, the deliberate fraud committed by management that injures investors and creditors through materially misleading. Dengan demikian, istilah management fraud dan financial statement fraud sering digunakan secara bergantian, namun secara umum fraud adalah tindakan yang disengaja untuk merugikan pihak lain. Laporan keuangan palsu dapat digunakan untuk pembenaran dalam menjual saham, memperoleh pinjaman atau kredit perdagangan dan/atau memperbaiki kompensasi agerial manusia dan bonus. Kecurangan laporan keuangan menimbulkan dampak yang besar, yaitu menciptakan masalah-masalah seperti berikut ini : 1. Merongrong kualitas dan integritas dari proses pelaporan keuangan 2. Membahayakan integritas dan objektivitas profesi audit, khususnya auditor dan audit perusahaan 3. Mengurangi kepercayaan pasar modal, serta pelaku pasar dalam keandalan informasi keuangan 4. Membuat pasar modal kurang efisien 5. Keburukan yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi bangsa dan kemakmuran 6. Mungkin hasilnya mengakibatkan biaya litigasi besar
21 37 7. Menghancurkan karir para individu yang terlibat dalam penipuan laporan keuangan seperti sebagai eksekutif puncak dilarang menjabat sebagai dewan direksi dari setiap publik perusahaan atau auditor yang dilarang dari praktik akuntansi publik. 8. Penyebab kebangkrutan atau kerugian ekonomi yang besar oleh perusahaan yang bergerak pada kecurangan pelaporan keuangan 9. Mendorong intervensi regulasi berlebihan 10. Penyebab kebangkrutan perusakan dalam operasi normal dan dugaan kinerja perusahaan. Untuk mencegah dampak-dampak yang ditimbulkan akibat adanya kecurangan laporan keuangan diperlukan suatu teknik untuk mendeteksi adanya kecurangan laporan keuangan. Pada dasarnya, kecurangan laporan keuangan dapat di deteksi dengan cara : 1. Analisis vertikal Analisis vertikal adalah sebuah teknik analisis yang menghubungkan Antara komponen-komponen laporan keuangan seperti neraca, laporan laba-rugi dan laporan arus kas yang disajikan dalam presentase. Sebagai contoh, dalam neraca telah terjadi kenaikan hutang dagang terhadap total hutangnya, yaitu dari 28% menjadi 50% namun disisi lain, terjadi penurunan persentase biaya penjualan dari 25% menjadi 22%. Informasi semacam ini dapat digunakan sebagai dasar pemeriksaan laporan keuangan karena mengindikasikan adanya kecurangan.
22 38 2. Analisis Horizontal Analisis horizontal adalah sebuah teknik untuk menganalisis perubahanperubahan setiap komponen dalam laporan keuangan selama beberapa periode pelaporan. Sebagai contoh, terdapat informasi bahwa penjualan meningkat menjadi 85% dan harga pokok penjualannya juga mengalami kenaikan menjadi 150%. Dengan asumsi tidak ada perubahan unsur-unsur dalam penjualan maupun pembelian, temuan ini dapat menimbulkan sangkaan bahwa telah terjadi penggelapan, pembelian fiktif atau transaksi illegal lainnya. 3. Analisis Rasio Analisis rasio merupakan teknik untuk mengukur hubungan Antara nilai itemitem dalam laporan keuangan. Sebagai contoh current ratio, adanya pencurian kas atau penggelapan uang dapat menurunkan angka rasio Pelaku kecurangan laporan keuangan (Financial Statement Fraud) Kerungan laporan keuangan (financial statement fraud) dilakukan oleh siapa saja pada level apapun, siapapun yang memiliki kesempatan (Nguyen, 2008). Menurut, Taylor (2004) dalam Nguyen (2008), terdapat dua kelompok utama pelaku kecurangan dalam laporan keuangan (financial statement fraud). Urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut: 1. Senior manajemen (CEO, CFO dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada tingkat 72%, sedangkan CFO pada tingkat 43% 2. Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Karyawan ini bertanggung jawab pada anak perusahaan, divisi atau unit lain dan mereka dapat melakukan kecurangan pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja mereka yang
23 39 buruk atau untuk mendapatkan bonus berdasarkan hasil kerja yang lebih tinggi. (Welss, 2005) Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak. Selain investor dan kreditor, auditor adalah salah satu korban financial statement fraud karena mereka mungkin menderita kerugian keuangan dan/atau kehilangan reputasi (Rezaee, 2002). Oleh karenanya, auditor harus memahami cara-cara yang ditempuh pihak tertentu dalam melakukan praktik financial statement fraud. Menurut SAS No.99, financial statement fraud dapat dilakukan dengan: 1. Fraudulent financial reporting. Definisi dari salah saji yang disengaja atau kelalaian dalam jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang didesain untuk merugikan pengguna laporan keuangan. 2. Misappropriation of assets. Penyalahgunaan asset dapat dilakukan dalam beberapa cara (termasuk menggelapkan penerimaan, mencuri asset berwujud dan asset tidak berwujud atau menyebabkan organisasi membayar untuk barang dan jasa yang tidak diterima). Kwok (dikutip oleh Nguyen, 2008 dalam Norbarani, 2012) menyatakan bahwa penyalahgunaan asset seringkali disertai dengan pencatatan palsu dalam menyembunyikan fakta bahwa asset yang hilang tidak langsung menyebabkan penyimpangan akuntansi dalam laporan keuangan. Menurut, The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat kecurangan laporan keuangan dapat
24 40 didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan laporan keuangan didefinisikan oleh AICPA sebagai hal yang disengaja, salah saji atau penghilangan fakta-fakta material atau data akuntansi yang menyesatkan dan bila dianggap dengan semua informasi yang telah dibuat akan menyebabkan pembaca mengubah penilaian atau keputusannya. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan non finansial. Meliputi, tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangan untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. Gravitt (2006) dalam Kurniawati (2012) mengatakan bahwa kecurangan pada laporan keuangan melibatkan skema berikut: 1. Pemalsuan, perubahan, atau manipulasi catatan keuangan yang material, dokumen pendukung atau transaksi bisnis; 2. Kelalaian yang disengaja atau misrepresentasi peristiwa, transaksi, rekening atau informasi penting lainnya dari laporan keuangan yang disusun; 3. Kesalahan yang disengaja pada penggunaan prinsip akuntansi, kebijakan dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, pengakuan, laporan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis; 4. Kelalaian yang disengaja pada pengungkapan atau penyajian pengungkapan yang tidak memadai berdasarkan prinsip akuntansi dan kebijakan dan nilai keuangan yang terkait.
25 Manajemen Laba (Earning Management). Earnings management telah dijelaskan secara berbeda oleh para akademisi, peneliti, praktisi dan badan lain yang terotorisasi (Rezaee, 2002). Schipper (1997) dalam Rezaee (2002) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Earnings management seringkali dilakukan atas intervensi manajemen. Pernyataan itu sejalan dengan Healy and Wahlen (1999) yang menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan melakukan manipulasi transaksi untuk mengubah laporan keuangan, baik untuk menyesatkan beberapa stakeholders tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka-angka dalam laporan keuangan. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan fleksibilitas bagi manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan. Fleksibilitas inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh manajemen untuk memilih kebijakan yang dapat menguntungkannya. Scott (2000) menyatakan bahwa manajemen laba adalah cara yang digunakan oleh manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dengan cara memilih kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu yang bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan manajer dan atau nilai pasar dari perusahaan. Dasar akrual telah disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan (Wibisono, 2004). Pemilihan basis akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu
26 42 laporan keuangan yang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Chaerul (2003) meyatakan bahwa dalam mengaplikasikan kebijakan akrual digunakan accrual, defferal dan prosedur alokasi yang bertujuan untuk menyesuaikan beban dan pendapatan dengan periodenya bukan mengaitkan beban dan pendapatan berdasarkan atas pengeluaran dan penerimaan kas (cash basis) (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Oleh karena itu, kebijakan accrual dalam mengaplikasikan standar akuntansi ini dapat digunakan untuk melakukan manajemen laba. Tindakan earnings management merupakan cikal bakal terjadinya suatu skandal akuntansi. Cornett et al. (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka 2007) dalam Norbani (2012) menyatakan bahwa tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Gideon (2005) juga menyatakan bahwa beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan (financial reporting) yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi laba. Melihat beberapa contoh tersebut, sangat relevan bila dikatakan bahwa earning management merupakan bagian dari fraud. Financial statement fraud seringkali diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material (Rezae, 2002). Perilaku manipulasi yang dilakukan manajemen ini termasuk dalam financial statement fraud. Tindakan manipulasi laba untuk
27 43 memperoleh outlook perusahaan yang baik dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen akan memilih metode tertentu untuk memperoleh laba sesuai dengan target yang ditentukan. Tindakan manipulasi laba oleh manajemen ini dapat digolongkan sebagai fraud pada laporan keuangan. Berbagai fakta dan teori yang telah diuraikan di atas mengindikasikan bahwa terdapat hubungan erat antara earnings management dan financial statement fraud. Pernyataan tersebut diperkuat kembali oleh Rezaee (2002) yang menyatakan bahwa: Suatu financial statement fraud sering diawali dengan salah saji atau manajemen laba dari laporan keuangan kuartal yang dianggap tidak material tetapi akhirnya berkembang menjadi fraud secara besar-besaran dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material. Earning management juga tidak dapat secara langsung dapat diamati. Sehingga dibutuhkan suatu proksi untuk dapat mengindikasi terjadinya manajemen laba. Beberapa penelitian, discreationary accruals digunakan sebagai proksi untuk earning management. Penggunaan discretionary accruals digunakan sebagai proksi manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model Dechow et.al (dikutip oleh Ujiyantho dan Pramuka, 2007 ; Molida, 2011) Berdasarkan uraian di atas, sangat relevan bila penelitian untuk mendeteksi financial statement fraud diproksikan dengan earnings management yang dilakukan perusahaan karena keduanya memiliki hubungan kausalitas.
28 Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas tentang fraud telah banyak dilakukan. Tak jarang pula penelitian-penelitian mengenai fraud yang dihubungkan dengan cara pendeteksiannya dan prediksi perusahaan yang melakukan fraud. Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud. Turner et.al (2003) menguji dampak dari fraud triangle terhadap proses audit. Turner et.al (2003) mengembangkan jaringan bukti yang memiliki dua sub jaringan. Pertama, untuk menangkap resiko dan bukti hubungan untuk audit laporan keuangan konvensional. Kedua, untuk menangkap hubungan resiko dan bukti untuk penilaian resiko kecurangan. Jaringan ini menggunakan pendekatan belief function untuk mengekspresikan ketidakpastian yang terlibat dalam bukti audit laporan keuangan. Hasil analisis pada penelitian ini mendukung konsep fraud triangle bahwa dalam tiga komponen dan hubungan antar komponen terbukti memiliki dampak yang besar pada resiko audit. Skousen et.al (2009) melakukan penelitian secara empiris yang mengkaji efektivitas teori Cressey (1953) mengenai kerangka faktor resiko kecurangan yang diterapkan dalam SAS No.99 untuk mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Menurut teori Cressey, pressure, opportunity dan rationalization selalu hadir dalam situasi fraud. Skousen et.al mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan dan rasionalisasi dan menguji variabel-variabel ini menggunakan informasi umum yang tersedira. Skousen et.al (2009) mengidentifikasi lima proksi tekanan dan dua proksi kesempatan yang secara signifikan berhubungan dengan kecurangan. Skousen et.al (2009) juga
29 45 menemukan bahwa pertumbuhan asset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai dan pembiayaan eksternal yang secara positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fraud. Kepemilikan saham eksternal dan internal serta kontrol dewan direksi juga terkait dengan peningkatan insiden kecurangan pada laporan keuangan. Ekspansi jumlah anggota independen di komite audit, bagaimanapun juga berhubungan negatif dengan terjadinya kecurangan. Pengunjian lebih lanjut menunjukkan bahwa variabel yang signifikan jgua efektif memprediksi kelompok perusahaan yang mengalami fraud dan kelompok perusahaan yang tidak mengalami fraud. Dari penelitian-penelitian diatas ditemukan bahwa fraud triangle sebagian besar digunakan untuk mendeteksi adanya kecurangan pada laporan keuangan. Beberapa penelitian diatas juga membahas faktor-faktor yang menjadi penyebab adanya fraud. Baik faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan nyatanya mempengaruhi terjadinya kecurangan pada laporan keuangan. Penelitian mengenai kecurangan pada laporan keuangan menggunakan analisis fraud triangle masih sedikit dilakukan khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba melakukan pengaruh financial stability, personal financial need, dan ineffective monitoring terhadap financial statement fraud untuk mendeteksi terjadinya kecurangan laporan keuangan perusahaan perbankan menggunakan proksi perubahan total asset, kepemilikan saham dan jumlah komite audit.
30 46 Tabel 2.3 Ringkasa Penelitian Terdahulu No Peneliti dan Judul Penelitian 1. Spathis (2002) Judul: Detecting False Financial Statements Using Published Data: Some Evidence from Greece 2. Lou dan Wang (2009) Judul: Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No Lou dan Wang (2009) Judul: Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood Of Metode Penelitian 1. Menggunakan sampel 76 perusahaan yang terdiri dari 38 perusahaan dengan FFS dan 38 perusahaan non- FFS. 2. Memilih sepuluh variabel keuangan yang berpotensi dapat digunakan untuk memprediksi FFS. 3. Menggunakan statistic univariate dan multivariate seperti regresi logistic. 1. Mengembangkan variabel yang berfungsi sebagai ukuran proksi untuk tekanan, kesempatan, dan rasionalisasi dan mengujinya. 2. Mengidentifikasi lima proksi tekanan dan dua proksi kesempatan yang secara signifikan berhubungan dengan kecurangan Menggunakan sebuah model logistik sederhana berdasarkan contoh faktor risiko kecurangan ISA 240 dan SAS 99 Hasil Penelitian Membuktikan bahwa model penelitian terbukti akurat dalam mengklasifikasikan total sampel dengan tingkat akurasi melebihi 84 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model berfungsi efektif. Menemukan bahwa: 1. Pertumbuhan aset yang cepat, peningkatan kebutuhan uang tunai, dan pembiayaan eksternal yang secara positif berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fraud. 2. Kepemilikan saham eksternal dan internal serta kontrol dewan direksi juga terkait dengan peningkatan financial statement fraud. 3. Ekspansi jumlah anggota independen di komite audit berhubungan negatif dengan terjadinya kecurangan. Mengindikasikan bahwa kecurangan pelaporan berhubungan dengan salah satu kondisi berikut: tekanan keuangan dari suatu perusahaan atau supervisor perusahaan, rasio yang lebih
31 47 Fraudulent Financial Reporting 4. Ema Kurniawati (2012) Judul: Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi financial statement fraud dalam perspektif fraud triangle 5. Daniel T. H. Manurung dan Niki Hadian (2013) Judul: Detection Fraud of Financial Statement with Fraud Triangle Variabel-variabel dari fraud triangle yang digunakan adalah tekanan/motif yang diproksi dengan HIGHGR, LOSS, NCFO, dan LEVERAGE, kesempatan yang diproksi dengan RPT%, dan rasionalisasi yang diproksi dengan CPA. Indikasi financial statement fraud pada penelitian ini menggunakan restatement sebagai variabel independen Variabel-variabel fraud triangle yang digunakan adalah tekanan yang terdiri dari stabilitas keuangan (AGROW), tekanan eksternal (LEV), target keuangan (ROA), dan efektivitas pengawasan (BDOUT) tinggi dari transaksi yang kompleks suatu perusahaan, lebih dipertanyakannya integritas manajer sebuah perusahaan, atau penurunan hubungan antara perusahaan dengan auditornya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan/motif yang diproksi dengan HIGHR, LOSS, NCFO dan LEVERAGE, kesempatan yang diproksi dengan RPT% berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud dan rasionalisasi yang diproksi dengan CPA tidak berpengaruh secara signifkan terhadap financial statement fraud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : 1. Stabilitas keuangan yang diproksikan dengan tingkat pertumbuhan asset (AGROW) memiliki pengaruh positif dengan kecurangan laporan keuangan, 2. Target keuangan diproksikan dengan rasio profitabilitas (ROA) memiliki hubungan positif dengan kecurangan laporan keuangan, 3. Efektivitas keuangan diproksikan dengan rasio dewan komisaris (BDOUT) memiliki hubungan negatif dengan kecurangan laporan keuangan, 4.Tekanan eksternal
32 48 diproksikan dengan rasio leverage (LEV) memiliki hubungan positif dengan kecurangan laporan keuangan Kerangka Penelitian Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Akan tetapi, menurut Collins et.al (1997) Francis dan SChipper (1999) relevansi nilai informasi akuntansi semakin turun dari waktu ke waktu (Rahman dan Oktaviana, 2010). Hal ini dibuktikan dalam lebih dari dua decade ini bahwa kejadian kecurangan laporan keuangan telah meningkat secara substansial (Rezae, 2002). Peningkatan tersebut memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Adanya kecurangan laporan keuangan tersebut, menyebabkan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan suda tidak relevan lagi untuk dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan. Tindak kecurangan tersebut pada akhirnya akan merugikan pengguna laporan keuangan karena informasi yang terkandung di dalamnya sangat menyesatkan. Sesuai dengan tujuan penelitian bahwa pendeteksian adanya fraud penting dilakukan dalam upaya pencegahan perluasan masalah perusahaan. Hal tersebut dikarenakan terjadinya fraud menandakan rapuhnya manajemen perusahaan dalam melakukan pengendalian. Pengendalian internal dan eksternal perusahaan perlu ditingkatkan dalam upaya mencegah terjadinya fraud. Manajemen perusahaan perlu melakukan tindakan proaktif untuk mencegah dan
33 49 menanggulangi terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi dan masa depan organisasi. Secara umum terdapat tiga kondisi umum yang selalu ada pada saat terjadinya fraud. Ketiga kondisi tersebut yaitu tekanan (pressure), peluang (opportunity) dan rasionalisasi (rationalization) yang selanjutnya disebut fraud triangle seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Faktor-faktor tersebut tidak dapat secara langsung diteliti sehingga diperlukan variabel proksi agar lebih mudah diteliti. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009). Penelitian ini bertujuan mendeteksi adanya financial statement fraud sebelum akhirnya berkembang menjadi masalah yang merugikan perusahaan. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada faktor risiko kecurangan oleh Cresey (1953) yang diadopsi dalam SAS No.99 (Skousen et al., 2009). Faktor-faktor tersebut tidak dapat secara langsung diteliti sehingga diperlukan variabel proksi agar lebih mudah diteliti (Skousen et al., 2009). Penelitian ini menggunakan tiga proksi sebagai variabel independen. Hal tersebut dikarenakan adanya penyesuaian dengan data laporan keuangan perusahaan yang tersedia. Meskipun praktek manajemen laba ini sulit dideteksi pada laporan keuangan, dapat digunakan proksi discretionary accruals model. Pada penelitian ini earnings management dimasukkan sebagai proksi tambahan untuk variabel dependen dikarenakan proksi ini terkait erat dengan terjadinya fraud pada laporan keuangan (Rezaee, 2002). Earnings management dapat digunakan sebagai indikator telah terjadinya fraud pada laporan keuangan.
34 50 Secara singkat, paradigma penelitian yang dapat digambarkan sesuai kerangka pemikiran di atas adalah sebagai berikut : Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Financial Stability Fina (X 1 ) Personal Financial Need (X 2 ) Financial Statement Fraud Ineffective Monitoring (X 3) yaitu : Dari definisi sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan penulis, H 1 : Financial stability berpengaruh positif terhadap financial statement fraud H 2 : Personal financial need berpengaruh positif terhadap financial statement fraud H 3 : Ineffective monitoring berpengaruh positif terhadap financial statement fraud H 4 : Financial stability, Personal financial need, dan Ineffective monitoring berpengaruh positif terhadap financial statement fraud, baik secara simultan maupun parsial
35 Pengembangan Hipotesis Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud Ketika suatu perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditor, dan publik. Menurut SAS No. 99, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan ketika stabilitas keuangan dan/atau profitabilitas yang terancam oleh keadaaan ekonomi, industri atau situasi entitas yang beroperasi (Skousen et al.,2009). Loebbecke dkk (1989) Bell et al. (1991) menunjukkkan bahwa dalam kasus dimana perusahaan mengalami pertumbuhan yang berada di bawah ratarata industri, manajemen akan memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan (Skousen et al., 2009). Perusahaan berusaha untuk meningkatkan outlook perusahaan yang baik salah satunya dengan memanipulasi informasi kekayaan aset yang dimilikinya. Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et.al. 2009). Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel financial stability. Semakin tinggi total aset yang dimiliki perusahaan menunjukkan kekayaan yang dimiliki semakin banyak. Bentuk manipulasi pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al., 2009). Oleh sebab itu, financial stability diproksi dengan persentase perubahan total aset (ACHANGE). FASB mendefinisikan asset sebagai manfaat ekonomik masa mendatang yang cukup pasti atau diperoleh atau dikuasai/dikendalikan oleh suatu
36 52 entitas akibat transaksi atau kejadian masa lalu (Sijenius, 2008). Total aset menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Total aset meliputi aset lancar dan aset tidak lancar. Tingginya aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik bagi investor. Untuk menarik para investor, manajemen perusahaan tentunya berupaya untuk menyajikan tampilan perusahaan yang meyakinkan bagi investor. Agar dapat menampilkan pertumbuhan dan performa perusahaan yang meningkat, manajemen perusahaan kerapa kali melakukan manipulasi pada laporan keuangan. Oleh sebab itu, adanya perubahan persentase total aset yang tinggi mengindikasikan terjadinya manipulasi pada laporan keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total aset (ACHANGE) suatu perusahaan maka probabilitas dilakukannya tindak kecurangan pada laporan keuangan perusahaan tersebut semakin tinggi. Berdasarkan uraian tersebut, diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut: H 1 : Variabel financial stability berpengaruh positif terhadap financial statement fraud Pengaruh Personal Financial Need Terhadap Financial Statement Fraud Beasley (1996), Committee of Sponsoring Organizations (1999), dan Dunn (2004) menyatakan bahwa ketika eksekutif memiliki peranan keuangan yang signifikan kuat dalam suatu perusahaan, personal financial need mereka akan terancam oleh kinerja keuangan perusahaan (Skousen et al., 2009). Sebagian
BAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agency Theory Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.
Lebih terperinciBAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan dengan
BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tijauan Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian sebelumnya yang membahas tentang kecurangan pelaporan keuangan. berikut ini beberapa penelitian yaang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat komunikasi informasi antara manajer dengan bawahan serta kepada pihak luar perusahaan. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sebagai mana yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berperan memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan tersebut. Laporan keuangan bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Audit ditujukan untuk menilai kewajaran penyajian laporan keuangan. Selain itu, auditor juga diwajibkan untuk mendeteksi adanya fraud dalam suatu perusahaan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Hubungan keagenan yakni dimana agent dan principal atau manajer dengan pemilik memiliki sebuah kontrak kerja sama atau sebagainya (Jensen dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi sesuai dengan yang. dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan perusahaan berfungsi untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan keuangan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk alat komunikasi oleh manajer puncak kepada bawahannya serta kepada pihak luar perusahaan untuk menginformasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kinerja perusahaan selama satu periode akuntansi. Lewat laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sebuah alat pertanggungjawaban manajemen terhadap pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, seperti pemegang saham, investor, kreditor,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecurangan (Fraud) Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara harfiah diartikan sebagai kecurangan. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan berkewajiban melaporkan aktivitasnya dalam pemanfaatan sumber daya ekonomi perusahaan ke dalam sebuah media tertulis yang dinamakan laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai entitas memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan, salah satunya adalah kecurangan laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi instrumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjelma menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia tenggara. Dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin penting di mata internasional. Setelah sempat lumpuh akibat krisis ekonomi pada tahun 1998, kini perekonomian Indonesia menjelma menjadi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Lingkup Audit Pelaporan 2.1.1 Audit Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan alat bagi pihak manajemen untuk menginformasikan kondisi keuangan dan aktivitas oprasional perusahaan kepada para pengguna laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan keuangannya dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu pencerminan dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan
digilib.uns.ac.id 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Triangle Fraud dan Kecurangan Laporan Keuangan Menurut kamus Inggris-Indonesia, fraud diterjemahkan sebagai penipuan, kecurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu penyajian terstruktur mengenaiposisi keuangan dan kinerja suatu entitas selama suatu periode tertentu. Sesuai dengan Konsep
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pelaporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi keuangan entitas yang berguna untuk investor dan kreditor dalam membuat keputusan tentang penyediaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Agency Theory Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency theory mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang aktivitas perusahaan selama periode waktu tertentu. Pemakai internal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan merupakan sarana yang disediakan oleh perusahaan kepada para pemakai baik internal maupun eksternal untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian
TINJAUAN PUSTAKA Kecurangan (Fraud) Menurut Sawyer et al. (2006: 339) kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi seseorang agar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan cermin kondisi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi dengan produk utamanya laporan keuangan telah lama dirasakan manfaatnya sebagai salah satu sarana untuk mengambil keputusan. Mengkomunikasikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki risiko terjadinya kecurangan atau Fraud. Kecurangan atau biasa disebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi angka angka hasil kinerja perusahaan dalam suatu periode yang biasanya diterbitkan setiap satu tahun. laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Setiap tahun perusahaan menerbitkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pihakpihak eksternal seperti : investor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor merupakan pihak yang menanamkan uangnya dalam bentuk modal pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas investasi yang dilakukannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia. Konsep good corporate
Lebih terperinciPENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99
PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE YANG DIADOPSI DALAM SAS NO.99 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perekonomian yang begitu pesatnya antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi pada saat ini, persaingan antara para pelaku bisnispun akan semakin ketat. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis berusaha dengan berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi antara pemilik dan pemegang saham (principal) dengan
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori agensi (agency theory) yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling dalam Ratmono (2014) yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Agensi Teori keagenan dalam perusahaan mengidentifikasi adanya pihak-pihak dalam perusahaan yang memiliki berbagai kepentingan untuk mencapai tujuan dalam kegiatan perusahaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan media yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan bagi pengguna. Menurut PSAK no 1, laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dalam mengoperasikan bisnisnya. Dari sisi negatif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan zaman terutama pada dunia bisnis, berbagai persaingan bisnis, baik itu bersifat positif maupun negatif dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent). Hubungan keagenan yang terjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa teori agensi dapat menjelaskan hubungan yang terjadi antara pemilik dan pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan disusun berdasarkan sumber-sumber informasi dalam perusahaan, salah satu informasi tersebut digunakan sebagai acuan mengenai laba perusahaan. Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber informasi bagi pihak eksternal yang dapat membantu dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah laporan keuangan. Laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu corporate governance. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan menjadi perhatian utama bagi penggunanya sebagai informasi akuntansi kepada pihak internal maupun pihak eksternal untuk pengambilan keputusan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan yaitu untuk memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai sumber penyalahgunaan informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Belum
Lebih terperinciPENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE
PENGARUH FINANCIAL STABILITY, PERSONAL FINANCIAL NEED DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PERSPEKTIF FRAUD TRIANGLE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menampilkan kondisi perusahaan yang menggunakan data keuangaaaaan. Laporan keuangan ini yang akan digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan dunia bisnis, berbagai persaingan dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengoperasikan kinerjanya. Persaingan beberapa perusahaan tersebut dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan informasi yang lengkap dan berkualitas dalam berbagai bentuk sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kontrak dimana satu atau lebih pemegang saham (principle) melibatkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan teori agensi sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pemegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekadar kumpulan angka-angka, namun menjadi alat yang sangat berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah salah satu instrumen penting yang digunakan dalam mengkomunikasikan dan mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan dari manajer kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Laporan keuangan menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi pemangku kepentingan dan calon pemangku kepentingan (Pernyataan Standar
Lebih terperinciPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH FINANCIAL STABILITY, EXTERNAL PRESSURE, PERSONAL FINANCIAL NEED, FINANCIAL TARGETS, DAN INEFFECTIVE MONITORING PADA FINANCIAL STATEMENT FRAUD DALAM PRESPEKTIF FRAUD TRIANGLE SKRIPSI Diajukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan komponen penting dalam perusahaan yang merupakan sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecenderungan Kecurangan Akuntansi atau yang dalam bahasa pengauditan disebut dengan fraud akhir akhir ini menjadi berita utama dalam pemberitaan media yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi dewasa ini merupakan hasil dari proses pembangunan yang telah membuat dunia usaha menjadi semakin kompleks, bervariasi, dan sangat dinamis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency theory), hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang kian pesat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya perusahaan yang mulai melebarkan sayapnya ke kancah nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi dapat bersifat material dan merugikan pihak pihak berkepentingan, seperti
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai organisasi mulai dari nirlaba hingga yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan, memiliki potensi untuk terindikasi melakukan berbagai penyimpangan
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory) Teori agensi berasumsi bahwa semua individu akan bertindak untuk memenuhi kepentingannya sendiri. Agen diasumsikan akan menerima
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan informasi yang lengkap dan berkualitas dalam berbagai bentuk sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Salah satu informasi yang diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan yang disusun berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dalam laporan keuangan menjadi salah satu informasi yang digunakan oleh stakeholder untuk pengambilan keputusan. Hery (2008) menyatakan laporan keuangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Teori Keagenan Dalam rangka memahami good corporate governance maka digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pengkomunikasian informasi ekonomi yang bisa dipakai untuk penilaian (judgement) dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Keagenan (Agency Theory) Konsep Teori Keagenan (agency theory) menurut Anthony dan Govindarajan (2005) yaitu hubungan antara principal dan agen. Principal mempekerjakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis seringkali terjadi kecurangan-kecurangan atau tindakan yang menyimpang dari prosedur akuntansi yang benar, dimana kecurangan tersebut disebut
Lebih terperinciStandar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan akuntansi telah berkembang di berbagai Negara, termasuk di Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan kerugian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi banyak pihak. Tanpa informasi banyak orang yang akan mengalami kebingungan dan ketidak tahuan terhadap suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi Penelitian Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Cooper dan Schindler, 2003). Menurut Sugiyono (1998)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi dan kinerja keuangan suatu entitas dalam suatu periode.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu pada bagian kepemilikan sebuah perusahaan yang berfungsi sebagai pendanaan perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan (financial statement) merupakan sumber informasi keuangan yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya isu kecurangan yang diteliti belakangan ini menunjukkan bahwa kasus kecurangan semakin sering terjadi. Berita mengenai indikasi penyimpangan (fraud) di dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pelaporan keuangan yang memiliki peranan yang sangat penting baik bagi pihak internal maupun pihak eksternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dan digunakan oleh pihak eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus disusun berdasarkan metode dan prinsip
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen. Hasil keputusan individual yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1, dikatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan informasi yang berguna untuk investor dan calon investor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengaudit laporan keuangan adalah upaya yang berorientasi pada resiko (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen (management assertion),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, penyajian laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan, posisi keuangan dan arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi di pasar bursa indonesia sampai pada saat ini telah memperlihatkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang ditandai dengan masuknya dana-dana asing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu Negara dapat dilihat dari peningkatan pasar modalnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lima tahun terakhir bergerak menuju ke arah lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penghasilan Komprehensif Lain (PSAK 1 Revisi 2013, p. 80A). Pentingnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Laba merupakan hasil kegiatan operasional pada satu periode tertentu yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Informasi mengenai laba rugi yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perusahaan mempunyai tujuan dalam melakukan kegiatan operasionalnya, yaitu mencari profit, akan tetapi selain mencari profit, tujuan utama perusahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. bekerja untuk pemegang saham dan diberikan kekuasaan untuk membuat
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Agency Theory (Teori Keagenan) Dalam sebuah perusahaan pihak manajemen merupakan pihak yang bekerja untuk pemegang saham dan diberikan kekuasaan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai media komunikasi, laporan keuangan harus dapat mempertemukan dua kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu peran auditor eksternal adalah untuk memberikan keyakinan kepada pihak yang berkepentingan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai standar yang berlaku
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Kecurangan (Fraud) Kecurangan (fraud) merupakan tindakan penipuan yang disengaja, baik melalui penghilangan ataupun tidak, yang menyebabkan korbannya menderita
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang
Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajer dan pemegang saham merupakan dua partisipan terkait dalam sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang saham dapat dikatakan sebagai
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai meningkat tajam sejak negara-negara Asia dilanda krisis ekonomi. Penelitian yang dilakukan oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2001 tercatat skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan manipulasi laporan keuangan oleh PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk. Hal tersebut membuktikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siklus akuntansi yang terjadi dalam setiap perusahaan akan selalu diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan. Laporan keuangan menurut Kieso dkk. (2011:4) adalah sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntanbilitas
Lebih terperinci