3.5 Panggung dan Properti
|
|
- Ade Darmali
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3.5 Panggung dan Properti ELEMEN-ELEMEN TEATER 99 Panggung adalah sebuah tempat yang ajaib. Dipandang oleh puluhan, ratusan atau mungkin ribuan pasang mata, apa yang tidak bisa kita percayai dalam keadaan nyata, bisa dengan begitu gampangnya meyakinkan kita bila disaksikan di atas panggung. Tata lampu, kemudian cerita, belum lagi rias, kostum, musik dan laku pemain, semua itu menyebabkan seakan-akan yang terjadi di panggung lebih terjadi lagi. Itu semua karena banyak faktor. Pertama karena ada kesiapan penonton untuk tertipu, rela mengandaikan semua itu benar. Tetapi dengan syarat bahwa ia dapat diyakinkan. Caranya meyakinkan juga tidak susah, sudah cukup bila orang yang mengatur dan berlaku di panggung juga yakin dengan apa yang dilakukannya. Jadi panggung dapat menjadi kelihatan luar biasa, sebenarnya bukan karena diluar-biasakan, tetapi diniatkan. Hanya saja kalau diluarbiasakan, artinya didandani habis, belum tentu juga bisa luar biasa. Kadang-kadang malah menjadi kampungan. Karena panggung bukan semacam displai, etalase atau tempat pameran. Panggung hanyalah sebuah ruang saja yang kemudian menjadi hidup karena diisi oleh persoalan, konflik, karakter atau laku. Panggung-panggung teater realis juga tak selamanya mengoper kerealitaan. Karena kalau itu dilakukan, kehadiran persoalan penyelesaian dan sebagainya dari lakon akan membuat semuanya terlalu ramai. Mesti ada penyederhanaan yang dilakukan oleh penata pentas, sehingga panggung menjadi alat penunjang saja dari sebuah lakon, namun yang utama tetaplah para pemain. Di dalam pemanggungan-pemanggungan modern, desain panggung menjadi sangat sederhana. Berbeda dengan teater tradisi yang tidak mengenal kata panggung. Yang ada pada saat itu adalah ruang untuk bermain. Untuk membentuk sebuah panggung para pemainlah yang menciptakan bentuk ruang itu sesuai dengan keinginannya karena mereka yakin, penonton pun akan terbawa dalam suasananya. Tata panggung di Indonesia banyak berubah sejak berdirinya Taman Ismail Marzuki (TIM), di Jakarta, pada tahun Berbagai pertunjukan teater dipagelarkan di TIM, baik pertunjukan yang modern maupun tradisi, serta sudah mulai mengacu pada efisiensi dan efektivitas. Imajinasi penonton pun dipergunakan, sebagaimana sandiwara radio mempergunakan imajinasi pendengarnya dalam membuat sebuah set dekor. Dekor sebuah pertunjukan diubah dan cukup dengan mempergunakan level dan boks yang banyak. Dekorasi konvensional hampir ditinggalkan untuk mengejar sebuah kepraktisan dan kesedehanaan. Dalam penyediaan
2 100 TEATER properti panggung satu set dekor dapat berfungsi banyak. Almarhum Rudjito adalah salah seorang penata panggung yang banyak memberikan jasanya di TIM, dalam mengarahkan bentuk penataan set yang modern ringkas dan murah, dan sekaligus menggali semangat set tradisi. Bedanya Rujito tidak menata set dengan benda-benda, tetapi dengan jiwa. Kadangkala beliau membawa satu barang yang ada di dalam tempat latihan untuk diletakkan pada panggung, dengan tujuan untuk mengingatkan kembali atmosfir yang ada ketika sedang latihan. Dengan cara seperti itu, pencapaian-pencapaian latihan secara tidak langsung kembali mendapatkan energinya. Tata lampu juga semakin banyak membelokkan arah penataan panggung. Dengan kemampuan cahaya lampu, panggung yang kosong dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. Dalam perkembangannya, pencahayaan berkembang menjadi sebuah penciptaan seni yang bisa melengkapi ciri waktu, tempat, dan suasana. Cahaya bisa diplot kemudian dikomputerisasi berdasarkan bloking permainan. Sama halnya dengan seorang pemain, tanpa bantuan pendukung yang lain, sebuah panggung mampu diubahnya menjadi lebih spektakuler. Dan itu tergantung dari apakah pemain itu berisi atau tidak. Properti, atau benda-benda yang ada di dalam panggung dan yang mengisi bagian-bagian panggung adalah sebuah bagian dari set. Tidak selamanya benda-benda yang asli atau baik, bisa cocok dan layak untuk diletakkan di dalam set. Penonton bukan hendak mengunjungi museum untuk melihat sesuatu yang asli di pentas. Mereka sadar bahwa mereka melihat benda-benda bohongan, bahkan anehnya, kebohongannya itulah yang menjadi daya tarik. Permainan kebohongan yang disepakati, itulah kiranya istilah yang tepat mengenai hal ini. Semakin mahal harga tiket sebuah pertunjukan, maka semakin indahlah sebuah panggung. Setiap orang yang ingin menonton teater, harus siap untuk diajak mengembara dalam ruang imajinasi. Tetapi anehnya, kalau mereka tidak puas, mereka akan mengusutnya dengan logika. Mereka akan bilang semua adegan tidak masuk akal, lalu mereka menjadi tidak senang dan merasa dibohongi. Sebenarnya bukan karena tidak masuk akal, tetapi karena kemasannya tidak mampu memukau para penonton untuk dapat berimajinasi selaras dengan lakon. Dengan cara melihat panggung seperti itu, jenis properti yang ada di pentas sebenarnya tidak harus menjadi sebuah kendala dalam pementasan. Karena sepotong kayu pun bisa saja diandaikan sebagai pedang atau senapan, asal saja yang mempergunakannya bisa yakin bahwa itu adalah sebuah pedang atau senapan. Dan sebaliknya, pedang pun tidak akan
3 ELEMEN-ELEMEN TEATER 101 dipercaya sebagai pedang kalau jika yang mempergunakannya sendiri tidak bisa meyakinkan dirinya sendiri. Kadang-kadang properti bisa dibuat secara berlebih-lebihan, ataupun lebih sederhana dan seadanya. Dan juga bukanlah menjadi masalah kalau sebuah properti digantikan dengan benda lain. Bahkan tanpa adanya sebuah barang pun, sebuah permainan tetap dapat berjalan karena seorang pemain bisa meyakinkan para penontonnya. Jadi meskipun properti adalah bagian yang penting dari sebuah set, khususnya set teater realis, tetapi kretivitas akan selalu dapat mengatasinya, terlebih lagi bila ada kesulitan yang timbul. a b c Gbr a,b,c: Properti merupakan bagian penting dalam set panggung, (a) properti dalam panggung drama realis, dengan perabotan rumah tangga. (b) set properti panggung yang tidak-realis, kotak-kotak yang digunakan bagian dari disain ruang yang abstrak; (c) properti dari kain yang bergerak untuk menggambarkan kapal layar (dari pertunjukan I La Galigo di Barru, Sulawesi Selatan).
4 102 TEATER a Gbr a,b: Sebuah pertunjukan tidak harus diadakan dalam panggung formal, bisa di mana saja yang sesuai dengan materinya: (a) di ruang terbuka, ataupun (b) di dalam bangunan serba guna.. b Gbr. 3-09: Kostum sering dirancang untuk bisa juga menimbulkan efek tersendiri ketika digerakkan oleh pemainnya. 3.6 Tema dan Cerita Sebuah lakon yang memakai cerita bila dibedah memiliki beberapa unsur. Unsur-unsur itu meliputi tema cerita, ide cerita, dan alur cerita. Setiap lakon yang berisi cerita akan memiliki pesan moral di dalamnya, ide yang mana sebenarnya datang lebih dahulu pada si pengarang, kita tidak tahu dengan pasti. Tetapi mungkin bisa ditebak-tebak. Ide dalam cerita awalnya adalah merupakan gagasan-gagasan, yaitu semacam pikiran yang timbul dalam benak seorang penulis. Gagasan dan pikiran itu melahirkan ide yang kemudian menggerakkannya untuk membuat sebuah lakon. Ide itu tidak harus diartikan sebagai wahyu yang turun dari langit. Sebenarnya ide adalah hasil pengendapan yang dilakukan seorang pengarang dalam keadaan sadar maupun tidak. Kemudian ketika sesuatu yang merangsang sebuah gagasan yang sedang mengendap itu menyentuhnya, tercetuslah sebuah ide. Kalau seseorang tiba-tiba mendadak ingin makan bakmi atau nonton di bioskop, itu bukanlah ide. Tapi bila seseorang ingin makan gratis dan enak dengan cara pura-pura menjadi tamu dalam sebuah acara
5 ELEMEN-ELEMEN TEATER 103 perkawinan di hotel, itu baru disebut ide. Ide itu mengandung PR yang harus dilaksanakan. Sebuah ide mengandung rencana, dan gagasan. Selain itu sebuah ide juga mengandung pikiran-pikiran baru yang sebelumnya jarang dilakukan atau mungkin tidak pernah, khususnya oleh yang bersangkutan. Itu sebabnya sebuah ide sering disangkutkan dengan ide baru ketika sebuah gagasan direalisasi dalam sebuah bentuk nyata Untuk menjadi bentuk lakon, sebuah ide kemudian diisi dengan tema. Seorang penulis akan mengambil tema dari sebuah gejolak atau kejadian-kejadian yang sedang marak terjadi. Atau memilih tema-tema klasik yang tetap hidup dan pasti akan menarik perhatian masyarakat. Misalnya tema-tema cinta. Sesudah menentukan tema, penulis mulai akan merangkai cerita. Ia mungkin akan memulai dengan sebuah sinopsis, yakni sebuah gambaran singkat tentang kejadian atau peristiwa apa yang akan terjadi. Atau mungkin saja dia akan langsung menuliskan keseluruhan isi cerita. Kemudian penulisan akan sampai pada satu tahapan lagi yaitu mengenai pesan moral yang harus disampaikan kepada pembaca. Sebuah tema cerita juga harus mengandung berbagai opini yang menunjukkan sikap, namun juga memberikan anjuran atau rembugan sebagai gambaran keterbukaan pribadinya terhadap cerita itu. Di khazanah teater Barat jelas dibedakan tema antara tragedi dan komedi. Tragedi yaitu sebuah cerita yang sedih karena biasanya berakhir dengan duka. Sementara komedi adalah cerita-cerita dengan tema lucu yang membuat gembira. Komedi dipilah lagi menjadi dua yaitu banyolan dan dagelan. Banyolan adalah sebuah cerita komedi situasi, yaitu cerita yang kerap terjadi pada masa itu namun dibawakan dengan gaya jenaka, contohnya seperti lakon Barabah karya Motinggo Boesye. Sedangkan dagelan adalah lakon-lakon yang lucu seperti yang dimainkan oleh Srimulat. Selain itu, dikenal melodrama yang merupakan racikan komedi dan tragedi. Melodrama juga merupakan gabungan antara musik dan drama yang menitikberatkan kepada kebaikan dan membenci kejahatan. Tokoh yang muncul adalah para pahlawan, dan tokoh yang lucu dan jujur. Tema biasanya diambil dari cerita novel. Hasil perpaduan/racikan ini membuat cerita menjadi lebih ringan, romantis dan biasanya jadi komersial. Tematema seperti ini umumnya sangat digemari dan laku dijual. Mungkin kita sering menonton bentuk cerita seperti ini dan apa yang sering kita lihat dalam opera sabun adalah sebuah bentuk melodrama. Teater tradisi hampir tak mengenal perbedaan itu. Di dalam lakon tradisi, antara tragedi dan komedi tidak berdiri sendiri tapi datang dan
6 104 TEATER muncul secara serentak/bersamaan. Tertawa dan air mata datang silih berganti. Itu bisa sebagai tanda pada keyakinan bahwa kehidupan itu selalu seimbang, bahkan penuh keseimbangan. Hitam dan putih silih berganti. Kalah dan menang datang bergiliran. Di dalam sebuah lakon yang tidak memiliki alur, tidak terdapat jalinan cerita. Yang ada adalah suasana-suasana. Meskipun antara konflik dan pernyataan sudah ada bahkan diskusi juga ada tetapi semuanya tidak akan runtun diarahkan kepada sesuatu. Yang ingin dicapai oleh sebuah lakon drama tanpa alur, bukanlah semata-mata untuk membawa kabar rahasia alias plot, tetapi sebuah kenyataan hidup yang tidak bisa diprediksi sebelumnya. Setiap penonton diberikan kebebasan untuk memberikan tafsiran, namun bukan apa yang disampaikan lakon yang menentukan, tetapi apa yang kemudian sampai pada penontonlah yang penting. Teater tanpa alur cerita, sebenarnya adalah sebuah teror. Mental penonton akan merasa diteror karena diberikan berita yang tidak ada beritanya atau tidak jelas beritanya. Penonton akan gelisah dan mencari kepastian. Pencarian itu akan menghidupkan kembali minat penonton untuk menilai kembali semuanya. Jadi walaupun berupa teror, tetapi sifatnya positif. Gbr. 3-10: Suatu adegan serius dalam sandiwara bangsawan.
7 ELEMEN-ELEMEN TEATER 105 a Gbr a,b: Banyolan/lawak kadang disisipkan dalam pertunjukan teater tradisi seperti, (a) di Jawa Barat dengan nama bodoran dan (b) di Jawa Tengah dengan nama Goro-goro. b 3.7 Struktur Naskah dalam drama yang konvensional, di samping punya cerita dan karakter, juga punya struktur yang sudah baku. Strukturnya meliputi pembukaan, perkenalan, kemudian konflik-konflik yang terjadi dan akhirnya cara untuk membuat sebuah penyelesaian. Kadang-kadang urutan struktur ini dibalik. Konflik didahulukan kemudian flash back (kilas balik), lalu penyelesaian. Atau bisa juga dengan cara penyelesaian dahulu kemudian flash back. Sebaliknya dalam drama yang inkonvensional, naskah tidak lagi menghiraukan patokan-patokan struktur itu. Yang terpenting dalam drama inkonvensional adalah bagaimana membuat sebuah pertunjukan dan bagaimana cara untuk mempertontonkan sesuatu. Naskah tidak lagi berisi cerita atau karakter, juga tanpa pembukaan atau penutup bahkan konflik atau klimaks pun tak ada. Kita akan menganggap sebuah drama inkonvensional adalah sebuah drama yang bisa membingungkan karena tidak ada kejelasan pada awal dan akhir pertunjukan. Sebenarnya asumsi yang seperti ini bisa timbul kalau kita menilainya berdasarkan sudut pandang drama yang konvensional. Dari sudut drama yang inkonvensional, sebenarnya drama yang tanpa batasan adalah inti dari sebuah realita. Bentuk drama ini tidak mencoba menampilkan sosok realita, karena mustahil akan mampu menjelaskannya dalam waktu yang terbatas. Jadi yang ditampilkan adalah jiwa dari realita. Dengan cara pandang seperti itu, seseorang yang bergerak dalam drama inkonvensional akan mengatakan bukan saja ia tidak mengikuti pakem struktur drama, tapi struktur drama itu sendiri baginya tidak ada. Karena menurutnya begitu distrukturkan, drama itu sudah menyimpang sama sekali dari kenyataan.
8 106 TEATER Perdebatan seperti itu tidak harus mencari tahu siapa di antaranya yang lebih benar. Mari kita biarkan saja perdebatan itu sebagai sebuah topik diskusi yang akan dibicarakan terus menerus. Diskusi dan pencarian jalan keluar untuk topik dapat membuat teater menjadi benda yang lebih dinamis. Dialog harus selalu ada karena dengan adanya dialog itulah teater tumbuh, hidup dan berkembang. Yang harus dilakukan saat ini adalah mendokumentasikan semua rembugan dan diskusi. Selain itu disarankan untuk setiap orang yang ingin mempelajari teater harus mengetahui apa yang terjadi dalam teater dan mencermatinya. Tetapi kemudian jika harus memilih, pastikan bahwa pilihan itu cocok dengan dirinya. Realis atau non-realis, konvensional maupun inkonvensional, semua sama saja. Yang penting apakah dalam estetikanya ia sudah berhasil mencapai taraf yang sudah matang. Bila seseorang sudah matang, maka seluruh aliran atau kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam teater tidak ada artinya. Teater tetap saja sebuah alat untuk mempelajari kehidupan, menemukan jati diri, mengenal orang lain, bergotong-royong dan berekspresi. Gbr. 3-12: Perwujudan karakter (rias, kostum) dalam wayang wong panggung tidak realis, tapi alur dan struktur ceritanya realistis, mudah diikuti, dan set panggungnya digambar realistis.
9 ELEMEN-ELEMEN TEATER 107 Gbr. 3-13: Pertunjukan teater absurd bersifat inkonvensional dalam strukturnya, sisi cerita sulit untuk dicerna, dan set panggung tidak realis.
10 108 TEATER Gbr. 3-14: Properti yang digunakan mudah dimengerti (mobil, dengan gambar yang cukup realistis), tapi penggunaannya atau perlakuannya dalam panggung tidak realistis: lucu tapi tidak membuat orang terbahak-bahak.
BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan
BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES A.Pengertian Drama atau Bermain Peran Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan bentuk lain (prosa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rias wajah bukan merupakan suatu hal baru, karena sejak ribuan tahun yang lalu sudah dikenal dan diterapkan khususnya oleh kaum wanita, dimana setiap bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain, seorang aktor harus menampilkan atau. mempertunjukan tingkah laku yang bukan dirinya sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membawakan peran atau akting dapat diartikan menampilkan atau mempertunjukan tingkah laku terutama diatas pentas. Berbuat seolaholah, berpura pura menjadi seseorang,
Lebih terperinciMENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel
MENCIPTA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA Transformasi dari Penokohan Menjadi Dialog, Suasana, Spektakel Yudiaryani PENDAHULUAN Unsur yang paling mendasar dari naskah adalah pikiran termasuk di dalamnya gagasan-gagasan
Lebih terperinciSoal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2
Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2 www.juraganles.com I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c atau d di depan jawaban yang paling benar! 1. Bacalah penggalan pidato berikut! Hadirin yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini banyak kebudayaan yang sudah mulai ditinggalkan, baik kebudayaan daerah dan luar negeri. Karena
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr. Wb. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan rahmatnya kita bisa membuat makalah ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.
Lebih terperinci05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1
05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu
Lebih terperinciB. Unsur-unsur pembangun drama Unsur dalam drama tidak jauh berbeda dengan unsur dalam cerpen, novel, maupun roman. Dialog menjadi ciri formal drama
DRAMA A. Definisi Drama Kata drama berasal dari kata dramoi (Yunani), yang berarti menirukan. Aristoteles menjelaskan bahwa drama adalah tiruan manusia dalam gerak-gerik. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral, yang mengandung makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring
Lebih terperinciManajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan
Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan Oleh: Eko Santosa Salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam proses penciptaan teater adalah manajemen. Dalam teater bahasan manajemen
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah :... Kelas/Semester : IX (sembilan) / I (satu) Mata Pelajaran : Seni Budaya/Seni Rupa Standar : 1. Mengapresiasi karya seni rupa. 1.1 Mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berati kita melihat kejadian yang terjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Menyikapi Kompetensi Dasar tentang Drama pada Kurikulum 2013
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas lima hal sesuai dengan hasil penelitian. Lima hal tersebut yaitu 1) pembahasan terhadap upaya menyikapi kompetensi dasar tentang drama pada kurikulum 2013,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat pada tempat dan zamannya yang dipentaskan. Drama sebagai suatu jenis sastra mempunyai kekhususan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang
89 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Sekolah : SDN. 12 Sungai Lareh Kota Padang Kelas : V Semester : 2 Alokasi Waktu : 6 x pertemuan (12x35 menit) A. Standar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra pada dasarnya adalah seni bahasa. Perbedaan seni sastra dengan cabang seni-seni yang lain terletak pada mediumnya yaitu bahasa. Seni lukis menggunakan
Lebih terperinciBAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)
BAB III TATA DEKORASI STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) KOMPETENSI DASAR : Menyebutkan pengertian Dekorasi Menyebutkan Tujuan dan Fungsi Dekorasi Menyebutkan
Lebih terperinciMenulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama.
Menulis Kreatif Naskah Drama Kelas VII Kompetensi Kompetensi Dasar : Indikator: Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Membedakan dua jenis drama Menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng merupakan kisah yang disampaikan dengan cara bercerita. Dongeng biasanya disampaikan dan dibacakan oleh guru TK, SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprak adalah teater yang amat populer di Jawa Tengah khususnya Yogyakarta ini dan berusia cukup tua. Sekurang-kurangnya embrio teater ini sudah muncul, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai suku bangsa dan warisan budaya yang sungguh kaya, hingga tahun 2014 terdapat 4.156 warisan budaya tak benda yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sandiwara Radio Profesor. Dr. Herman J. Waluyo menyebutkan bahwa dalam Bahasa Indonesia terdapat istilah sandiwara. Sandiwara diambil dari bahasa jawa sandi dan warah
Lebih terperinciBAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan
1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya. Berbagai jenis seni yang dimiliki Indonesia sangat beragam mulai dari bentuk, ciri khas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran membaca sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca untuk menemukan sesuatu pesan atau tujuan yang diinginkan pembaca guna menemukan informasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian Pustaka di dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa
BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang
Lebih terperinciARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA
ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM
Lebih terperinci48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK
48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdiri dari berbagai komponen, mulai dari perencanaan pembelajaran sampai pada evaluasi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama hadir atas proses yang panjang dan tidak hanya terhenti sebagai seni pertunjukan, akan tetapi berlanjut dengan menunjukan fungsinya dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah Kelas / Semester Mata Pelajaran Standar : SMP : VII (Tujuh) / 1 (Satu) : SENI BUDAYA : SENI RUPA 1. Mengapresiasi Karya Seni Rupa 1.1. Mengindentifikasi jenis karya seni rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kebaikan serta mengandung nilai-nilai ajaran Islam. Teater Wadas
82 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pementasan seni drama Teater Wadas memiliki karakteristik tersendiri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni yang kolektif, pertunjukan drama memiliki proses kreatifitas yang bertujuan agar dapat memberikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Kerangka Teoritis Sosiodrama adalah: Drama yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang masalah sosial dan politik. 1
Lebih terperinciLAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER. Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KARYA SENI PERTUNJUKAN KARNAVAL TATA BUSANA TEATER Oleh: Budi Arianto, S.Pd., M.A. NIP 197201232005011001 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA 2014 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan senantiasa mengalami perubahan yang bertujuan untuk mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai pengembangan kebijakan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah bentuk seni yang diungkapkan oleh pikiran dan perasaan manusia dengan keindahan bahasa, keaslian gagasan, dan kedalaman pesan (Najid, 2003:7). Hal ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang berhubungan dengan karya sastra drama pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang antara lain sebagai berikut. 1) Rahmi Samalu.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Drama Pendek a. Pengertian Drama Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan, 1988, 1) yang berarti berbuat, bertindak, bereaksi, dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk
BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari. fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teater hadir karena adanya cerita yang dapat diangkat dari fenomena kehidupan yang terjadi lalu dituangkan kedalam cerita yang berbentuk naskah. Aktor adalah media penyampaian
Lebih terperinciSILABUS PEMBELAJARAN
Sekolah : SMP Kelas/Semester : IX (sembilan) / I (satu) Mata Pelajaran : Seni Budaya SILABUS PEMBELAJARAN Standar : SENI RUPA 1. Mengapresiasi karya seni rupa 1.1 Mengidentifikasi seni rupa murni yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan
Lebih terperinciPrakata. iii. Bandung, September Penulis
Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI
KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 5/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith
BAB IV ANALISIS A. Analisis Kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Zenith Menurut Saini KM, teater memiliki persamaan-persamaan dengan lembaga pendidikan, baik di dalam hal unsur-unsurnya maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cinta merupakan ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebagai salah satu sarana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan keterampilan berbahasa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa yang dipelajari siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya 1.1.1 Alasan Pemilihan Tema Di Indonesia pada dasarnya sangat kental dengan cerita misteri, sampai saaat ini pun di radio-radio tanah air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang berarti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesenian ketoprak atau dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak adalah sebuah kesenian rakyat yang menceritakan tentang kisah-kisah kehidupan yang merupakan kisah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian pada dasarnya adalah salah satu cara seseorang memasyarakat. Kesenian adalah ekspresi seseorang untuk berhubungan dengan orang lain (Sumardjo, 1992:
Lebih terperinciKata kunci: Wayang Topeng, pelatihan gerak, pelatihan musik, eksistensi.
PEMATANGAN GERAK DAN IRINGAN WAYANG TOPENG DESA SONEYAN SEBAGAI USAHA PELESTARIAN KESENIAN TRADISI Rustopo, Fajar Cahyadi, Ervina Eka Subekti, Riris Setyo Sundari PGSD FIP Universitas PGRI Semarang fajarcahyadi@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu aspek belajar yang harus diajarkan guru kepada siswa selain aspek lainnya, yaitu membaca, mendengar, dan berbicara. Menurut Tarigan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak
Lebih terperinciPENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama
PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama
Lebih terperinciModul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting
Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com
Lebih terperinciMODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA
MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan
Lebih terperinciKarena teater cenderung merupakan cakupan semua jenis seni BAB 3 ELEMEN-ELEMEN TEATER
BAB 3 ELEMEN-ELEMEN TEATER Karena teater cenderung merupakan cakupan semua jenis seni pertunjukan, maka semua elemen seni pertunjukan adalah juga elemen teater. Hanya saja karena penekanannya pada lakon,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinci