x j dan HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "x j dan HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 Kategori sedang (S) ika nilai rata-rata peubah ke- pada gerombol berada diantara nilai ( x - s ) dan ( x + s ). Kategori rendah (R) ika nilai rata-rata peubah ke- pada gerombol berada dibawah nilai ( x - s ). dimana s x dan adalah masing-masing rataan dan simpangan baku dari peubah ke-. Tahapan pembentukan biplot adalah sebagai berikut: 1) persiapan gugus data yang digunakan (data berukuran nxp). 2) pembentukan matriks data X (gugus data yang dikoreksi terhadap rataan masingmasing peubah). 3) perhitungan akar ciri dan vektor ciri dari matriks X X 4) penabaran matriks X menadi X = U L A 5) perhitungan matriks U, L dan A 6) penabaran matriks X pada langkah 4 menadi: X = U L α L 1-α A 7) pemisalan G=U L α dan H =L 1-α A 8) perhitungan matriks G dan H, dengan menggunakan α=0 dan α=1. 9) ambil 2 kolom pertama dari matriks G sebagai koordinat obek pengamatan dan 2 baris pertama matriks H sebagai koordinat peubah pada hasil perhitungan dengan menggunakan α=0, karena biplot lebih menekankan pada posisi relatif obek atau pengamatan terhadap peubah dan dapat mempertahankan keragaman data. 10) menghitung keragaman yang dapat diterangkan oleh biplot. Semua tahapan metode yang digunakan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan software Microsoft Excell 2003, MINITAB 14 dan SAS 9.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Pendidikan Di Kabupaten Purwakarta Pada tahap awal dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum dari pendidikan di Kabupaten Purwakarta, dengan cara membuat tabel dan diagram kotak garis untuk tiap indikator pendidikan yang digunakan sehingga memudahkan dalam interpretasinya. Gambaran umum kondisi pendidikan di Kabupaten Purwakarta yaitu pencapaian angka melek huruf penduduk di Kecamatan Tegalwaru paling kecil yaitu sebesar 91.54%, auh tertinggal dibandingkan penduduk di Kecamatan Purwakarta yang mencapai 99.49%. Simpangan baku angka melek huruf cukup kecil yaitu sebesar 2.05 hal ini menunukan angka melek huruf tiap Kecamatan tidak berbeda auh. Berdasarkan standar AMH (80%) (nakertrans, 2007), Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sudah berada diatas nilai standar yang ada. Pada peubah rata-rata lama sekolah (RLS), Kecamatan Maniis menempati urutan paling rendah yaitu sebesar 5.89 tahun auh tertinggal dibandingkan Kecamatan Purwakarta yang mempunyai RLS paling tinggi yaitu tahun. Simpangan baku RLS cukup kecil yaitu sebesar 1.16 hal ini berarti RLS antar Kecamatan tidak terlalu auh bebeda, tetapi secara umum bahwa RLS antar Kecamatan di Kabupaten Purwakarta masih rendah, hanya Kecamatan Purwakarta saa yang RLS-nya diatas 9 tahun (lampiran 1). Secara rata-rata, deskriptif dari masingmasing tingkatan sekolah adalah sebagai berikut: rasio guru SD adalah sebesar 35 dan rasio SD sebesar 217. Rasio guru SMP adalah sebesar 25 dan rasio SMP sebesar 575. Rasio guru SMA dan rasio SMA secara berturut-turut adalah sebesar 12 dan 327. Angka partisipasi murni SD, SMP dan SMA secara berturut-turut adalah sebesar 96.72%, 46.45% dan 24.53%. AMH dan RLS adalah 95.77% dan 7.33 tahun (lampiran 1). Berdasarkan standar rasio guru terhadap siswa yang ada yaitu 1:23 (duniaesai, 2007), rasio guru SD di Kabupaten Purwakarta cukup besar (1:35) hal ini berarti seorang guru mengasuh banyak sekali siswa sehingga memerlukan penambahan guru SD agar proses belaar menadi lebih efektif (1:23). Pada beberapa Kecamatan yang mempunyai rasio guru SD kecil memerlukan pendistribusian guru SD yang sebanding dengan umlah siswa yang diasuhnya, sedangkan pada Kecamatan yang mempunyai rasio guru SD besar memerlukan penambahan guru SD agar rasio ini menadi seimbang. Rasio guru SMP di Kabupaten Purwakarta cukup efektif tetapi ika berdasarkan standar yang ada yaitu 1:23 (duniaesai, 2007), rasio guru SMP di Kabupaten Purwakarta belum efektif sehingga diperlukan penambahan guru SMP. Pada Kecamatan yang mempunyai rasio guru SMP besar diperlukan penambahan guru SMP agar rasio ini menadi seimbang, sedangkan pada Kecamatan yang mempunyai rasio guru SMP kecil memerlukan pendistribusian guru SMP yang sebanding dengan umlah siswa yang 6

2 diasuhnya. Proses penambahan guru pada tiap Kecamatan dapat dilakukan dari hasil pendistribusian guru ataupun merekrut guru baru. Rasio guru SMA dan rasio SMA masih kecil, hal ini mungkin diakibatkan sedikitnya penduduk usia sekolah SMA yang bersekolah. Hal ini uga dapat dilihat dari APM SMA yang kecil yaitu 24.53% yang menunukan penduduk usia sekolah SMA masih banyak yang tidak bersekolah. APM SMP uga kecil yaitu sebesar 46.45%. Hal ini menunukan bahwa penduduk usia sekolah SMP di Kabupaten Purwakarta masih banyak yang tidak bersekolah. Ini menunukan bahwa penduduk Kabupaten Purwakarta sebagian besar bersekolah sampai tingkat SD, hal ini dapat dilihat uga dari RLS Kabupaten Purwakarta sebesar 7.33 tahun yang menunukan penduduk Kabupaten Purwakarta bersekolah hanya sampai kelas 2 SMP (pendidikan terakhir SD) (lampiran 1). Berdasarkan simpangan baku masingmasing indikator, terlihat bahwa simpangan baku pada angka partisipasi murni menunukan semakin tinggi enang pendidikan maka simpangan bakunya semakin besar, hal ini berarti semakin tinggi enang pendidikan keragaman angka partisipasi murni antar Kecamatan semakin besar. Pada rasio sekolah, simpangan baku semakin besar dengan semakin tingginya enang pendidikan, hal ini menunukan bahwa semakin tinggi enang pendidikan, keragaman ketersediaan sekolah antar Kecamatan di Kabupaten Purwakarta semakin besar (lampiran 1). Pada diagram kotak garis (lampiran 2) memperlihatkan adanya pencilan pada beberapa peubah. Pencilan yang ada seluruhnya merupakan pencilan atas. Pada peubah rasio guru SD mempunyai pencilan besar di Kecamatan Boong, hal ini menunukan bahwa seorang guru mengasuh banyak sekali siswa sehingga hal ini menadi tidak efektif dan harus dilakukan penambahan guru SD agar proses belaar menadi efektif (1:23), sehingga kualitas pendidikan siswa semakin baik. Peubah APM SMA mempunyai pencilan besar di Kecamatan Babakancikao, hal ini berarti penduduk usia sekolah SMA di Kecamatan Babakancikao banyak yang bersekolah dan peubah RLS memiliki pencilan besar di Kecamatan Purwakarta yang menunukan penduduk di Kecamatan Purwakarta memiliki enang pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan lainnya. Perlu adanya sekolah (SD, SMP dan SMA) pada setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang seimbang dengan umlah siswa dan diimbangi dengan umlah guru. Sehingga dapat meningkatkan deraat pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta. Diharapkan agar pembangunan di Kabupaten Purwakarta khususnya dalam bidang pendidikan lebih merata sehingga semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan secara mudah, murah, dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai deraat pendidikan masyarakat yang lebih baik. Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Beberapa Indikator Pendidikan Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan beberapa indikator pendidikan menggunakan metode penggerombolan berhirarki dengan menggunakan ukuran arak euclid dan metode memperbaiki matriks araknya adalah metode pautan rataan. Lampiran 3 menunukan nilai korelasi antar peubah yang digunakan. Matriks korelasi tersebut menunukan adanya korelasi diantara beberapa peubah, yaitu: Peubah rasio guru SD (X 1 ) berkorelasi dengan APM SD (X 7 ) (0.548). Peubah rasio SMP (X 4 ) berkorelasi dengan angka partisipasi murni SMP (X 8 ) (0.628), AMH (X 10 ) (0.533) dan RLS (X 11 ) (0.609). Peubah rasio guru SMA (X 5 ) berkorelasi dengan rasio SMA (X 6 ) (0.881) dan APM SMA (X 9 ) (0.610). Peubah rasio SMA (X 6 ) berkorelasi dengan APM SMP (X 8 ) (0.555) dan APM SMA (X 9 ) (0.769). Peubah APM SD (X 7 ) berkorelasi negatif dengan RLS (X 11 ) (0.673). Peubah APM SMP (X 8 ) berkorelasi dengan AMH (X 10 ) (0.556) dan RLS (X 11 ) (0.596). Peubah AMH (X 10 ) berkorelasi dengan RLS (X 11 ) (0.828). Untuk mengatasi adanya korelasi antar peubah tersebut, bisa dilakukan transformasi sebelum melakukan analisis gerombol dan salah satu metode yang biasa dipakai adalah Analisis Komponen Utama (AKU) (Jolliffe, 2002). Namun pada penelitian ini transformasi AKU tidak digunakan, hal ini dikarenakan arak euclid antar pengamatan dengan atau tanpa transformasi komponen utama akan sama bila semua komponen utama digunakan 7

3 (Jolliffe, 2002). Selain itu, penelitian ini tidak bertuuan untuk mereduksi peubah dan komponen utama ada kalanya sulit diinterpretasikan (Sartono, 2003). Berdasarkan analisis gerombol yang dilakukan, Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta dapat dibagi ke dalam tiga gerombol. Pemotongan dendogram dilakukan secara subektif berdasarkan kepentingan penelitian (lampiran 4). Tabel 4 Daftar anggota masing-masing gerombol Gerombol No. Kecamatan 1 Jatiluhur 2 Sukasari 3 Maniis 4 Tegalwaru 5 Plered 1 6 Sukatani 7 Darangdan 9 Wanayasa 10 Kiarapedes 12 Pondoksalam 15 Campaka 16 Cibatu 17 Bungursari 2 8 Boong 11 Pasawahan 3 13 Purwakarta 14 Babakancikao Interpretasi masing-masing gerombol Interpretasi dari tiga gerombol yang terbentuk adalah sebagai berikut: Gerombol satu Gerombol satu terdiri dari 13 Kecamatan yaitu Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Maniis, Tegalwaru, Plered, Sukatani, Darangdan, Wanayasa, Kiarapedes, Pondoksalam, Campaka, Cibatu dan Kecamatan Bungursari. Gerombol satu mempunyai karakteristik yaitu semua peubah yang digunakan berada dalam kategori sedang dan ika dibandingkan dengan gerombol lain maka gerombol satu mempunyai nilai yang tidak auh berbeda dengan rataan Kabupaten (lampiran 5). Ciri dari gerombol satu ini adalah mempunyai nilai rasio SMP, APM SMP dan AMH yang terkecil dibandingkan gerombol lainnya (lampiran 5). Kecilnya APM SMP dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru SMP (nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini harus dilakukan penambahan sarana dan guru SMP. Sedangkan AMH yang kecil menunukan bahwa masih banyak penduduk yang buta huruf dibandingkan dengan gerombol lainnya. Gerombol satu mempunyai tingkat bidang pendidikan cukup baik dibandingkan Kabupaten Purwakarta. Gerombol dua Gerombol dua terdiri dari satu Kecamatan yaitu Kecamatan Boong. Karakteristik dari gerombol ini yaitu untuk peubah rasio guru SD tergolong kategori tinggi dan nilainya sangat auh dari rataan Kabupaten sehingga memerlukan penambahan guru SD agar proses belaar menadi efektif. Peubah APM SD tergolong kategori tinggi berarti umlah penduduk usia sekolah SD yang bersekolah lebih besar dari nilai gerombol lainnya dan rataan Kabupaten. Rasio guru SMA dan rasio SMA berada dikategori rendah. APM SMA berada dalam kategori sedang dan nilainya yang sangat kecil sekali dibandingkan dengan gerombol lainnya dan terhadap rataan Kabupaten, hal ini mungkin diakibatkan tidak adanya SMA di gerombol ini sehingga masyarakat enggan bersekolah ke luar Kecamatan karena auhnya arak dan peubah RLS berada dalam kategori sedang yang nilainya terkecil dibandingkan dengan gerombol lainnya. Sehingga pada gerombol ini memerlukan SMA (lampiran 5). Ciri gerombol ini yaitu mempunyai nilai rasio guru SD dan APM SD terbesar dibandingkan dengan gerombol lainnya, tidak adanya SMA, APM SMA dan RLS terendah (lampiran 5). Pada gerombol ini memerlukan penambahan guru SD sehingga rasio guru SD menadi efektif. APM SMA yang kecil dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru SMA (nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini harus dilakukan penambahan/pengadaan sarana dan guru SMA. Sedangkan RLS yang kecil menunukan tingkat pendidikannya masih rendah. Gerombol ini mempunyai tingkat bidang pendidikan yang kurang baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta. Hal ini mungkin diakibatkan oleh auhnya arak Kecamatan Boong terhadap pusat kota dan pemerintahan. 8

4 Gerombol tiga Gerombol tiga terdiri dari tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Pasawahan, Purwakarta dan Kecamatan Babakancikao. Nilai-nilai indikator pendidikan pada gerombol tiga yaitu sebagian besar berada dalam kategori sedang. Ada beberapa peubah yang berada dalam kategori tinggi yaitu peubah rasio SMA, APM SMP, APM SMA dan RLS yang menunukan bahwa deraat pendidikannya lebih bagus dibandingkan dengan gerombol lainnya dan satu peubah dalam kategori rendah yaitu APM SD (lampiran 5). Rendahnya APM SD dapat diakibatkan kurangnya sarana dan guru SD (nakertrans, 2007) sehingga pada gerombol ini harus dilakukan penambahan sarana dan guru SD. Ciri dari gerombol tiga adalah rasio SMA yang sangat besar sehingga diperlukan pembatasan umlah siswa ataupun penambahan ruang kelas SMA sehingga rasio SMA menadi seimbang, APM SMP, APM SMA, AMH dan RLS terbesar dibandingkan dengan gerombol lainnya (lampiran 5). Gerombol tiga mempunyai tingkat bidang pendidikan yang baik dibandingkan Kabupaten Purwakarta. Hal ini mungkin diakibatkan oleh letaknya yang dekat dengan pusat kota dan pemerintahan. Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Pendidikan Hasil analisis Biplot berdasarkan beberapa indikator pendidikan disaikan pada lampian 8. Keragaman data yang mampu diterangkan oleh biplot pendidikan di Kabupaten Purwakarta ini sebesar 97.8%. Keragaman dimensi 1 sebesar 64.3% dan keragaman dimensi 2 sebesar 33.5%. Hal ini menunukan bahwa interpretasi biplot pendidikan di Kabupaten Purwakarta yang dihasilkan dinilai cukup baik (>70%) dan sudah cukup mewakili dari karakteristik populasi yang ada (Sartono, 2003). Tampilan biplot pada lampiran 8 memperlihatkan kedekatan antar Kecamatan dan posisi relatif Kecamatan dengan beberapa peubah, diantaranya: 1. Kecamatan Jatiluhur, Campaka, Plered, Bungursari, Purwakarta dan Pasawahan memiliki karakteristik yang sama yaitu mempunyai nilai peubah rasio SMP (X 4 ) yang besar karena posisinya berdekatan dan searah dengan peubah rasio SMP (X 4 ). Sehingga memerlukan pembatasan umlah siswa SMP atau penambahan umlah ruang kelas SMP. Sedangkan Kecamatan Sukasari dan Cibatu memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio SMP (X 4 ) yang kecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio SMP (X 4 ). 2. Kecamatan Babakancikao, Wanayasa dan Pasawahan memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio SMA (X 6 ) yang besar karena posisinya berdekatan dan searah dengan peubah rasio SMA (X 6 ). Sehingga memerlukan pembatasan umlah siswa SMA ataupun penambahan umlah ruang kelas SMA. Sedangkan Kecamatan Boong dan Kiarapedes memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio SMA (X 6 ) yang kecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio SMA (X 6 ). 3. Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah APM SMP (X 8 ) yang besar karena posisinya searah dengan peubah APM SMP (X 8 ). Hal ini menunukan penduduk usia sekolah SMP pada Kecamatan Purwakarta dan Pasawahan banyak yang bersekolah. 4. Kecamatan Babakancikao memiliki nilai peubah APM SMA (X 9 ) yang besar karena posisinya searah dengan peubah APM SMA (X 9 ). Hal ini menunukan penduduk usia sekolah SMA pada Kecamatan Babakancikao banyak yang bersekolah. 5. Kecamatan Boong memiliki nilai peubah rasio guru SD (X 1 ) yang besar karena posisinya searah dengan peubah rasio guru SD (X 1 ). Sehingga memerlukan penambahan guru SD agar proses belaar menadi efektif. Sedangkan Kecamatan-Kecamatan yang lain tidak mempunyai karakteristik tertentu, karena posisi peubah-peubah yang lain berkumpul pada titik pusat. Sudut dari masingmasing peubah menunukan besarnya korelasi. Beberapa peubah yang berkorelasi tinggi diantaranya: Peubah rasio SMP (X 4 ) berkorelasi dengan angka partisipasi murni SMP (X 8 ). Peubah rasio SMA (X 6 ) berkorelasi dengan angka partisipasi murni SMA (X 9 ). Pada analisis biplot, peubah dengan keragaman kecil digambarkan sebagai vektor pendek sedangkan peubah yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang panang, berarti peubah rasio SMA (X 6 ) mempunyai keragaman paling besar kemudian diikuti oleh peubah rasio SMP (X 4 ). Sementara peubah lainnya mempunyai keragaman yang 9

5 kecil. Ini terlihat dari posisi peubah-peubah tersebut yang mengumpul mendekati titik pusat. Peubah rasio SMA (X 6 ) dan peubah rasio SMP (X 4 ) mengindikasikan sangat bervariasinya peubah-peubah tersebut di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta. Deskripsi Kesehatan Di Kabupaten Purwakarta Pada tahap awal dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum dari bidang kesehatan di Kabupaten Purwakarta, dengan cara membuat tabel dan diagram kotak garis untuk tiap indikator pendidikan yang digunakan, sehingga memudahkan dalam interpretasinya. Data yang digunakan dalam bidang kesehatan adalah umlah fasilitas, SDM kesehatan dan kasus yang telah dirasiokan terhadap umlah penduduk masing-masing Kecamatan di Kabupaten Purwakarta sehingga dapat dilihat kelayakan fasilitas dan SDM kesehatan terhadap umlah penduduk. Sebaran dari umlah penduduk di Kabupaten Purwakarta dapat dilihat pada lampiran 11. Jumlah penduduk mempunyai nilai terbesar pada Kecamatan Purwakarta, yaitu sebesar orang dan terkecil ada pada Kecamatan sukasari sebesar orang. Simpangan baku umlah penduduk cukup besar yaitu sebesar , hal ini mengidentifikasikan umlah penduduk antar Kecamatan berbeda auh. Gambaran umum kondisi kesehatan di Kabupaten Purwakarta secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 9. Terlihat bahwa rata-rata rasio fasilitas dan SDM kesehatan di Kabupaten Purwakarta masih sangat kecil sehingga memerlukan penambahan fasilitas dan SDM kesehatan. Di Kabupaten Purwakarta masih terdapat kasus kematian bayi dan kasus balita gizi buruk walaupun nilai rasionya kecil hal ini mungkin disebabkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah, sehingga di Kabupaten Purwakarta diperlukan pengadaan/penambahan fasilitas, SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar rasio kematian bayi dan balita gizi buruk tidak ada, yang pada akhirnya dapat meningkatkan deraat kesehatan masyarakat dan SDM. Pada diagram kotak garis (lampiran 10) memperlihatkan adanya pencilan pada beberapa peubah. Pencilan yang ada seluruhnya merupakan pencilan atas. Pencilan yang ada adalah pencilan pada peubah rasio apotek, rasio dokter dan rasio perawat yaitu pada Kecamatan Purwakarta hal ini menunukan Kecamatan Purwakarta menyediakan fasilitas dan SDM kesehatan yang lebih bagus dibandingkan Kecamatan lainnya berdasarkan data yang ada pada peubah yang diukur. Selain itu pada peubah rasio kematian bayi terdapat pencilan besar pada Kecamatan Kiarapedes dan Babakancikao hal ini menunukan bahwa di Kecamatan tersebut deraat kesehatannya masih kurang. Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah, sehingga di Kecamatan tersebut diperlukan pengadaan/penambahan fasilitas, SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar rasio kematian bayi dan balita gizi buruk tidak ada. Perlu adanya fasilitas, SDM kesehatan dan program pemerintah di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta. Sehingga dapat meningkatkan deraat kesehatan yang pada akhirnya akan meningkatkan SDM yang ada di Kabupaten Purwakarta. Diharapkan agar pembangunan di Kabupaten Purwakarta khususnya dalam bidang kesehatan lebih merata sehingga semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Agar melalui upaya tersebut diharapkan bisa mencapai deraat kesehatan masyarakat yang lebih baik. Penggerombolan Kecamatan Di Kabupaten Purwakarta Berdasarkan Beberapa Indikator Kesehatan Penggerombolan Kecamatan di Kabupaten Purwakarta berdasarkan indikator kesehatan menggunakan metode penggerombolan berhirarki dengan menggunakan ukuran arak euclid dan metode memperbaiki matriks araknya adalah metode pautan rataan. Lampiran 12 menunukan nilai korelasi antar peubah yang digunakan. Matriks korelasi tersebut menunukan adanya korelasi diantara beberapa peubah, yaitu: peubah rasio rumah bersalin (X 2 ) berkorelasi dengan rasio apotek (X 4 ) (0.634), rasio perawat (X 6 ) (0.576) dan rasio bidan (X 7 ) (-0.591). peubah rsio puskesmas (X 3 ) berkorelasi dengan rasio apotek (X 4 ) (-0.606). peubah rasio apotek (X 4 ) berkorelasi dengan rasio dokter (X 5 ) (0.755) dan rasio perawat (X 6 ) (0.877). peubah rasio dokter (X 5 ) berkorelasi dengan rasio perawat (X 6 ) (0.860) dan rasio balita gizi buruk (X 9 ) (-0.538). 10

6 Seperti pada penggerombolan berdasarkan beberapa indikator pendidikan, transformasi AKU tidak digunakan, hal ini dikarenakan arak euclid antar pengamatan dengan atau tanpa transformasi komponen utama akan sama bila semua komponen utama digunakan (Jolliffe, 2002). Selain itu, penelitian ini tidak bertuuan untuk mereduksi peubah dan komponen utama ada kalanya sulit diinterpretasikan (Sartono, 2003). Berdasarkan analisis gerombol yang dilakukan, Kecamatan-Kecamatan di Kabupaten Purwakarta dapat dibagi ke dalam tiga gerombol. Pemotongan dendogram dilakukan secara subektif berdasarkan kepentingan penelitian (lampiran 13). Tabel 5 Daftar anggota masing-masing gerombol Gerombol No. Kecamatan 1 Jatiluhur 2 Sukasari 3 Maniis 4 Tegalwaru 5 Plered 6 Sukatani 1 7 Darangdan 8 Boong 9 Wanayasa 10 Kiarapedes 11 Pasawahan 12 Pondoksalam 14 Babakancikao 15 Campaka 16 Cibatu 2 13 Purwakarta 3 17 Bungursari Interpretasi masing-masing gerombol Interpretasi dari tiga gerombol yang terbentuk adalah sebagai berikut: Gerombol satu Gerombol satu terdiri dari 15 Kecamatan yaitu Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Maniis, Tegalwaru, Plered, Sukatani, Darangdan, Boong, Wanayasa, Kiarapedes, Pasawahan, Pondoksalam, Babakancikao, Campaka dan Cibatu. Gerombol satu mempunyai karakteristik yaitu seluruh peubah rasio fasilitas kesehatan berada dalam kategori sedang, peubah rasio SDM kesehatan berada dalam kategori sedang kecuali rasio bidan berada dalam kategori tinggi. Sedangkan peubah rasio kematian bayi dan rasio gizi buruk berada dalam kategori sedang dan tinggi (lampiran 14). Ciri dari gerombol satu ini adalah tidak adanya RSU, nilai terkecil pada peubah rasio rumah bersalin, rasio apotek serta rasio perawat dibandingkan dengan gerombol lainnya dan nilai pada peubah rasio kematian bayi dan balita gizi buruk berada diatas rataan Kabupaten (lampiran 14). Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah. Gerombol satu mempunyai tingkat bidang kesehatan kurang baik dibandingkan Kabupaten Purwakarta. Gerombol dua Gerombol dua terdiri dari satu Kecamatan yaitu Kecamatan Purwakarta. Karakteristik dari gerombol ini yaitu peubah rasio fasilitas kesehatan berada dalam kategori sedang, peubah rasio SDM manusia berada dalam kategori sedang kecuali rasio perawat berada dalam kategori tinggi. Sedangkan rasio kematian bayi dan balita gizi buruk berada dalam kategori sedang dan tinggi (lampiran 14). Ciri gerombol dua ini adalah nilai pada peubah rasio rumah bersalin, rasio apotek, rasio dokter dan rasio perawat terbesar dibandingkan gerombol lainnya. Sedangkan rasio kematian bayi lebih kecil dari rataan Kabupaten dan rasio balita gizi buruk terkecil dibandingkan gerombol lainnya (lampiran 14). Gerombol dua mempunyai tingkat bidang kesehatan yang baik dibandingkan Kabupaten Purwakarta. Hal ini mungkin diakibatkan oleh posisi Kecamatan Purwakarta sebagai pusat kota dan pemerintahan. Gerombol tiga Gerombol tiga terdiri dari satu Kecamatan yaitu Kecamatan Bungursari. Nilai-nilai indikator fasilitas kesehatan pada gerombol tiga berada dalam kategori sedang, peubah rasio SDM kesehatan berada dalam kategori tinggi kecuali rasio dokter berada dalam kategori sedang. Sedangkan rasio kematian bayi dan balita gizi buruk berada dalam kategori sedang dan tinggi (lampiran 14). Ciri dari gerombol tiga adalah nilai peubah rasio RSU, rasio rumah bersalin dan rasio dokter lebih kecil dari nilai rataan Kabupaten. Sedangkan rasio kematian bayi terkecil 11

7 dibandingkan dengan gerombol lainnya dan rasio balita gizi buruk lebih besar dari rataan Kabupaten. Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah. Gerombol tiga mempunyai tingkat bidang kesehatan yang cukup baik dibandingkan Kecamatan-Kecamatan lainnya yang terletak di Kabupaten Purwakarta (lampiran 14). Hasil Analisis Biplot Berdasarkan Beberapa Indikator Kesehatan Hasil analisis Biplot berdasarkan beberapa indikator kesehatan disaikan pada lampian 17. Keragaman data yang mampu diterangkan oleh biplot kesehatan di Kabupaten Purwakarta ini sebesar 85.8%. Keragaman dimensi 1 sebesar 58.4% dan keragaman dimensi 2 sebesar 27.4%. Hal ini menunukan bahwa interpretasi biplot kesehatan di Kabupaten Purwakarta yang dihasilkan dinilai cukup baik (>70%) dan sudah cukup mewakili dari karakteristik populasi yang ada (Sartono, 2003). Tampilan biplot pada lampiran 17 memperlihatkan kedekatan antar Kecamatan dan posisi relatif Kecamatan terhadap peubah yang digunakan, diantaranya: 1. Kecamatan Purwakarta memiliki nilai besar pada peubah rasio apotek (X 4 ) karena posisinya searah dengan peubah rasio apotek (X 4 ). 2. Kecamatan Purwakarta memiliki nilai besar pada peubah rasio dokter (X 5 ) karena posisinya searah dengan peubah rasio dokter (X 5 ). 3. Kecamatan Purwakarta memiliki nilai besar pada peubah rasio perawat (X 6 ) karena posisinya searah dan berdekatan dengan peubah rasio perawat (X 6 ), sedangkan Kecamatan Jatiluhur mempunyai nilai terkecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio perawat (X 6 ), sehingga memerlukan penambahan perawat. 4. Kecamatan Jatiluhur, Babakancikao, Pasawahan dan Campaka memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio bidan (X 7 ) dan rasio kematian bayi (X 8 ) yang besar karena posisinya searah dengan peubah rasio bidan (X 7 ) dan rasio kematian bayi (X 8 ). Ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah., sehingga memerlukan penambahan fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar kasus kematian bayi menadi lebih kecil atau bahkan tidak ada. 5. Kecamatan Plered, Tegalwaru, Maniis, Wanayasa dan Kiarapedes memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio balita gizi buruk (X 9 ) yang besar karena posisinya searah dengan peubah rasio balita gizi buruk (X 9 ), hal ini mungkin diakibatkan kurangnya fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah., sehingga memerlukan penambahan fasilitas dan SDM kesehatan ataupun program pemerintah yang efektif agar kasus kematian bayi menadi lebih kecil atau bahkan tidak ada, sedangkan Kecamatan Jatiluhur, Babakancikao, Pasawahan dan Campaka memiliki karakteristik yang sama pada nilai peubah rasio balita gizi buruk (X 9 ) yang kecil karena posisinya berlawanan arah dengan peubah rasio balita gizi buruk (X 9 ). Sedangkan Kecamatan-Kecamatan yang lain tidak mempunyai karekteristik tertentu karena posisinya berdekatan dengan titik pusat. Sudut dari masing-masing peubah menunukan besarnya korelasi. Peubah yang berkorelasi tinggi diantaranya : Peubah rasio apotek (X 4 ) berkorelasi dengan peubah rasio dokter (X 5 ) dan rasio perawat (X 6 ). Peubah rasioh dokter (X 5 ) berkorelasi dengan peubah rasio perawat (X 6 ). Peubah rasio bidan (X 7 ) berkorelasi dengan peubah rasio kematian bayi (X 8 ). Pada analisis biplot, peubah dengan keragaman kecil digambarkan sebagai vektor pendek sedangkan peubah yang ragamnya besar digambarkan sebagai vektor yang panang, berarti peubah rasio balita gizi buruk (X 9 ) mempunyai keragaman paling besar kemudian diikuti oleh peubah rasio perawat (X 6 ). Sementara peubah lainnya mempunyai keragaman yang kecil. Ini terlihat dari posisi peubah-peubah tersebut yang mengumpul mendekati titik pusat. Peubah-peubah dengan ragam besar mengindikasikan sangat bervariasinya peubah-peubah tersebut di setiap Kecamatan di Kabupaten Purwakarta. 12

Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta

Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta LAMPIRAN 14 Lampiran 1. Indikator Pendidikan di Kabupaten Purwakarta No. Kecamatan X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 X 11 1 Jatiluhur 28.36 204.20 29.00 928.00 11.52 334.00 91.81 46.94 8.90 98.05

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN

PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN PENGGEROMBOLAN DAN POSISI RELATIF KECAMATAN DI KABUPATEN PURWAKARTA TERHADAP BEBERAPA INDIKATOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN ADITYA SUBUR PURWANA G14103037 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta Tahun 2017

Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta Tahun 2017 Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Purwakarta Bersama ini kami sampaikan Rekapitulasi Data Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Purwakarta. Pegawai Negeri Sipil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pendekatan pembangunan yang sangat menekankan pada pertumbuhan ekonomi selama ini, telah banyak menimbulkan masalah pembangunan yang semakin besar dan kompleks, semakin melebarnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Hirarki Wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Hirarki Wilayah HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Hirarki Wilayah Melalui analisis skalogram akan diperoleh gambaran karakteristik perkembangan suatu wilayah, yaitu dengan menentukan struktur pusat-pusat pelayanan berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2018 Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta 1. K O N D I S I GEOGRAFI WILAYAH 1.1 Gambaran umum Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. Barat yang terletak diantara 107º30 107º40 Bujur Timur dan 6º25 6º45 BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 2.1. Kondisi Fisik Kabupaten Purwakarta 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107º30

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Diagram kotak garis (boxplot) merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Purwakarta Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Purwakarta Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Purwakarta Tahun 2013 sebanyak 73.129 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Purwakarta Tahun 2013 sebanyak 30 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi, ekologi dan sosial. Dalam Undangundang Nomor 41 Tahun 1999 disebutkan

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP INDIKATOR INDIKATOR YANG MENCIRIKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI INDONESIA WENNY INDRIYARTI PUTRI

ANALISIS TERHADAP INDIKATOR INDIKATOR YANG MENCIRIKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI INDONESIA WENNY INDRIYARTI PUTRI ANALISIS TERHADAP INDIKATOR INDIKATOR YANG MENCIRIKAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI INDONESIA WENNY INDRIYARTI PUTRI DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder makroekonomi 13 negara yaitu 1 negara ASEAN ditambah 3 negara seperti yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Objek

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 SERI E.10 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KABUPATEN CIREBON TAHUN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2015 EVALUASI ELEMEN PARIWISATA DI TIGA KECAMATAN (KECAMATAN PURWAKARTA, KECAMATAN WANAYASA, DAN KECAMATAN PLERED) KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT

2015 EVALUASI ELEMEN PARIWISATA DI TIGA KECAMATAN (KECAMATAN PURWAKARTA, KECAMATAN WANAYASA, DAN KECAMATAN PLERED) KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan sektor yang berevolusi menjadi sebuah industri yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua sektor. Sektor ini pula yang tengah dikembangkan

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda STK511 Analisis Statistika Pertemuan 13 Peubah Ganda 13. Peubah Ganda: Pengantar Pengamatan Peubah Ganda Menggambarkan suatu objek tidak cukup menggunakan satu peubah saja Kasus pengamatan peubah ganda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2 Analisis Korelasi Analisis korelasi adalah alat statistik yang dapat digunakan untuk mengetahui deraat hubungan linear antara satu variabel dengan variabel lain (Algifari, 997)

Lebih terperinci

iii Purwakarta, Juli 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN Hj. ANNE HEDIANA KOESOEMAH, dr., MM NIP

iii Purwakarta, Juli 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN Hj. ANNE HEDIANA KOESOEMAH, dr., MM NIP i KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan penyampaian data hasil kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis serta penyajian data selama kegiatan satu tahun kalender dan anggaran dengan mengacu kepada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi Data Diagram kotak garis merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri suatu negara dapat dijadikan salah satu indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah berlangsung di negara maju menunjukkan

Lebih terperinci

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%.

dari target 28,3%. dari target 25,37%. dari target 22,37%. dari target 19,37%. b. 2010 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 18.966 RTM (10,26%) atau menjadi 40.370 RTM (21,85 %) dari target 28,3%. c. 2011 target penurunan 5.544 RTM (3,00%) turun 760 RTM (2,03%) atau menjadi 36.610

Lebih terperinci

10. DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA

10. DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA 10. DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA NO NAMA NIP PANGKAT/GOL JABATAN ESELON 1 DR. H. ANDRIE CHAERUL, M.Sc 2 H.M. RASMITA NUNUNG SANUSI, S.Pd 3 MOHAMAD ISRO 4 ADE HIDAYAT, SE 5 ADE HERMAN SAPUTRA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kabupaten Purwakarta Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di antara 107 30 107 40 Bujur Timur dan 6 25 6 45

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

Company LOGO ANALISIS BIPLOT

Company LOGO ANALISIS BIPLOT Company LOGO ANALISIS BIPLOT Pendahuluan Company name Data : ringkasan berupa nilai beberapa peubah pada beberapa objek Objek n Nilai Peubah X X.. Xp Company name Penyajian Data dalam bentuk matriks =

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skala pengukuran tingkat penggunaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skala pengukuran tingkat penggunaan 3 Tabel 3. Skala pengukuran tingkat penggunaan Nilai Skala Tingkat Penggunaan 1 Sama sekali tidak menggunakan 2 Jarang menggunakan 3 Agak sering menggunakan 4 Sering menggunakan 5 Sangat sering menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap pelaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang. Demikian juga di Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT

INFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT ANALISIS BIPLOT PENGANTAR Biplot diperkenalkan pertama kali oleh Gabriel (1971) sehingga sering disebut sebagai Gabriel s biplot. Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 84 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dikemukakan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yaitu : lokasi, populasi dan sampel penelitian, metodologi penelitian, variabel penelitian,

Lebih terperinci

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.

gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.A TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.A TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 42.A TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MENARA TELEKOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan

Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Transformasi Biplot Simetri Pada Pemetaan Karakteristik Kemiskinan Desy Komalasari Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail: Desi_its@yahoo.com Mustika Hadijati Fakultas MIPA, Universitas Mataram e-mail:

Lebih terperinci

3.1 Kerangka Pemikiran

3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Kecap banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia saat memasak karena kecap termasuk bumbu pelengkap (condiment) yang memberikan rasa, warna, dan aroma yang khas serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Purwakarta, dan merupakan tempat penulis melakukan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Purwakarta, dan merupakan tempat penulis melakukan penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian 1. Kondisi Fisik Wilayah a. Letak dan Luas Kecamatan Bojong merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta, dan merupakan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang sangat potensial dan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi khususnya di negara-negara berkembang seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Purwakarta berada pada titik temu tiga jalur utama lalu lintas yang sangat strategis yaitu jalur Purwakarta - Jakarta, Purwakarta - Bandung dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Gambaran dari peubah mata kuliah, IPK dan nilai Ujian Nasional yang ditata sesuai dengan mediannya disajikan sebagai boxplot dan diberikan pada Gambar. 9 3 Data 6

Lebih terperinci

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN KABUPATEN : BINTAN TAHUN ANGGARAN : 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KNERJA TARGET 1 Meningkatnya toleransi antar umat beragama yang ditandai dengan tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Statistika Multivariat Analisis statistika multivariat adalah teknik-teknik analisis statistik yang memperlakukan sekelompok variabel terikat yang saling berkorelasi sebagai

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) M-4 PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT) Arif Rahman Hakim 1), Rai Rake Setiawan 2), Muhammad Safar Nasir 3), Suripto 4), Uswatun Khasanah 5) 1,2,3,4,5) Prodi

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan

Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan 511 Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan Titin Agustin Nengsih Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak Analisis pengelompokkan adalah salah satu metode eksplorasi data untuk

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Regresi 2.2 Model Aditif Terampat ( Generalized additive models , GAM) II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode Regresi Analisis regresi merupakan bagian dalam analisis statistika yang digunakan untuk memodelkan hubungan antara peubah tidak bebas (respon) dengan satu atau beberapa peubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

PEMETAAN MASALAH PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MASYARAKAT MISKIN ANTAR KECAMATAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN AKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN OGAN ILIR

PEMETAAN MASALAH PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MASYARAKAT MISKIN ANTAR KECAMATAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN AKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN OGAN ILIR PEMETAAN MASALAH PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR MASYARAKAT MISKIN ANTAR KECAMATAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN AKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Dian Cahyawati S. Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali I Gusti Ayu Made Srinadi Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSTRUKSI KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012

BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSTRUKSI KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012 PEMERINTAH KABUPATEN PURWAKARTA PUSAT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA Sekretariat: Jl. RE. Martadinata Gg. Rusa I Purwakarta (41111) PURWAKARTA BERITA ACARA PENJELASAN PEKERJAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI KABUPATEN PURWAKARTA

ANALISIS POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI KABUPATEN PURWAKARTA Analisis Potensi Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Purwakarta (Andre R. Daud) ANALISIS POTENSI WILAYAH PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA DI KABUPATEN PURWAKARTA Andre R. Daud Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN 4.1 Pendidikan di Banten Pemerintah Provinsi Banten sejauh ini berupaya melakukan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat salah satunya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Perolehan suara PN, PA, dan PC menurut nasional pada pemilu 2004 dan 2009 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data Berdasarkan bagian Latar Belakang di atas, pengelompokan parpol menurut asas dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok parpol. Ketiga kelompok parpol tersebut adalah

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari seringkali dijumpai sesuatu hal yang banyak melibatkan sejumlah variabel yang antar variabel saling berpengaruh, hal semacam ini akan lebih mudah diinterpretasikan

Lebih terperinci

PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH

PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH PENERAPAN BIPLOT PADA PEMETAAN SUMBER DAYA KESEHATAN ANTARPROVINSI DI INDONESIA SUWAIBATUL ASLAMIYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. efisien untuk menentukan lebar jendela fungsi kernel Gaussian.

HASIL DAN PEMBAHASAN. efisien untuk menentukan lebar jendela fungsi kernel Gaussian. 6 6. Catat persentase salah klasifikasi dari hasil penggerombolan. 7. Ulangi langkah 2-6 sebanyak tiga puluh kali. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Lebar Jendela Fungsi Kernel Penentuan lebar jendela fungsi

Lebih terperinci

Tabel 6 Daftar peubah karakteristik

Tabel 6 Daftar peubah karakteristik 6 Tabel 6 Daftar peubah karakteristik Kode. Keterangan X1 Hasil gabah (kg/ha) X2 Umur saat akar tembus lilin (HST) X3 Jumlah akar tembus X4 Panjang akar tembus (cm) X5 Berat akar (gr) X6 Laju asimilasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu analisis peubah ganda, analisis gerombol (cluster analysis),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu analisis peubah ganda, analisis gerombol (cluster analysis), BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu analisis peubah ganda, analisis gerombol (cluster analysis), metode penggerombolan hirarki

Lebih terperinci

Analisis Biplot terhadap Pemetaan Kebutuhan Guru SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Rasio Guru per Mata Pelajaran

Analisis Biplot terhadap Pemetaan Kebutuhan Guru SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Rasio Guru per Mata Pelajaran Analisis Biplot terhadap Pemetaan Kebutuhan Guru SMP di Kabupaten Kepulauan Sangihe Berdasarkan Rasio Guru per Mata Pelajaran Listiani Amare 1, Jantjce D Prang 2, Tohap Manurung 3 1 Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR ANALISIS DATA SECARA DESKRIPTIF UNTUK DATA NUMERIK. Dr. Heru Santoso Wahito Nugroho, CPMC

KEGIATAN BELAJAR ANALISIS DATA SECARA DESKRIPTIF UNTUK DATA NUMERIK. Dr. Heru Santoso Wahito Nugroho, CPMC KEGIATAN BELAJAR ANALISIS DATA SECARA DESKRIPTIF UNTUK DATA NUMERIK Dr. Heru Santoso Wahito Nugroho, CPMC Published by: Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes) Ponorogo, Indonesia 2014 1 DESKRIPSI MATERI KEGIATAN

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA

Data Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama

Lebih terperinci

Penskalaan Dimensi Ganda (Multidimensional Scaling) Data Non Metrik

Penskalaan Dimensi Ganda (Multidimensional Scaling) Data Non Metrik Jurnal Jurnal Matematika, Matematika, Statistika Statistika, & Komputasi Komputasi Vol. Vol. 3 No 3 No. Juli Januari 006 07 Vol 3, No, 8-35 3-30, Januari 07 8 Penskalaan Dimensi Ganda (Multidimensional

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1. FOKUS PEMBANGUNAN RPJMD TAHAP KE-3 ( ) DALAM RPJPD KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN

BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1. FOKUS PEMBANGUNAN RPJMD TAHAP KE-3 ( ) DALAM RPJPD KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN BAB 4 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1. FOKUS PEMBANGUNAN RPJMD TAHAP KE-3 (2013-2018) DALAM RPJPD KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2005-2025 Visi Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Purwakarta berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Survei dilakukan terhadap 76 siswa, yang terdiri atas 46 siswa perempuan dan 30 siswa laki-laki. Pendidikan ayah dan ibu dari siswa-siswi tersebut sebagian

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja oleh siswa yang akan menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT Menggunakan Analisis Biplot

karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT Menggunakan Analisis Biplot JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE 2 (1) 29-33 dapat diakses melalui http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo karakteristik Kualitas Pengajar Berdasarkan Faktor Mutu Pelayanan di Jurusan Matematika FMIPA UNSRAT

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

3.2. Analisis Perubahan RSB Astanaanyar Menjadi RS Khusus Ibu dan Anak Astanaanyar

3.2. Analisis Perubahan RSB Astanaanyar Menjadi RS Khusus Ibu dan Anak Astanaanyar DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i DAFTAR TABEL ii DAFTAR DIAGRAM vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Visi I-2 1.3. Misi I-2 1.4. Tujuan I-3 1.5. Ruang Lingkup Studi Kelayakan I-3 1.6.

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR

KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp. 37-42 ISSN: 2303-1751 KAJIAN TERHADAP TINGKAT PEMERATAAN PENDIDIKAN MENGGUNAKAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN BIPLOT KEKAR Ni Luh Ardila Kusumayanti 1, I Komang

Lebih terperinci

PENGELOMPOKKAN DESA DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 BERDASARKAN STATUS KETERTINGGALAN

PENGELOMPOKKAN DESA DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 BERDASARKAN STATUS KETERTINGGALAN PENGELOMPOKKAN DESA DI KABUPATEN SORONG PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 BERDASARKAN STATUS KETERTINGGALAN Indah Ratih Anggriyani 1), Dariani Matualage 2), Esther Ria Matulessy 3) 1)2)3) Jurusan Matematika

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2012 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2012 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2012 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Dalam memahami pelajaran di sekolah siswa mungkin saja mengalami kesulitan dalam memahaminya. Hal ini dapat dikarenakan metode pembelajaran

Lebih terperinci

Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar pada Masyarakat Miskin antar Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir

Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar pada Masyarakat Miskin antar Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 2(A) 14203 Pemetaan Biplot untuk Masalah Putus Sekolah Pendidikan Dasar pada Masyarakat Miskin antar Kecamatan di Kabupaten Ogan Ilir Dian Cahyawati S. dan Oki Dwipurwani

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH

PROSIDING ISSN: M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN DI PROVINSI JAWA TENGAH M-22 ANALISIS PERUBAHAN KELOMPOK BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2010-2015 DI PROVINSI JAWA TENGAH Rukini Badan Pusat Statistik Kabupaten Grobogan email:rukini@bps.go.id Abstrak Pembangunan

Lebih terperinci

INDIKASI PROGRAM UTAMA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN

INDIKASI PROGRAM UTAMA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN LAMPIRAN IX : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2012 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2011-2031 INDIKASI PROGRAM UTAMA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN PURWAKARTA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci