BAHAN DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Widya Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAHAN DAN METODE Bahan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder makroekonomi 13 negara yaitu 1 negara ASEAN ditambah 3 negara seperti yang tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar Objek Pengamatan no negara 1 Brunei Darussalam Cambodia 3 Indonesia 4 Laos 5 Malaysia 6 Myanmar 7 Phillipines 8 Singapore 9 Thailand 1 Vietnam 11 China 1 Korea 13 Japan Peubah yang digunakan yaitu berupa peubah makroekonomi yang didasarkan pada kriteria Maastricht dalam pencapaian integrasi ekonomi di wilayah ASEAN seperti yang tercantum pada Tabel. Tabel. Daftar peubah Makroekonomi berdasarkan kriteria Maastricht no peubah Keterangan 1 X1 Rata rata inflasi (%) X Volatilitas pada nilai tukar mata uang, dihitung dari standar deviasi ( ) dari logaritma nilai pembedanya (%). 3 X3 Suku bunga jangka panjang (%). 4 X4 Rasio defisit anggaran pemerintah dengan GDP, (deficit as percentage of GDP) dalam %. 5 X5 Rasio hutang dengan GDP (debt as percentage of GDP) dalam %. Data yang diperoleh dimulai pada tahun 1996 hingga tahun 6. Data tersebut didapat dari berbagai sumber data diantaranya adalah : 1. ASEAN Statistical Yearbook 7 di Kantor sekretariat ASEAN Indonesia, Jalan Sisingamangaraja no.7 Jakarta untuk peubah inflasi, dan interest rate.. Kantor BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Moldal), Departemen Keuangan Jakarta untuk peubah GDP. 3. World Economic Outlook Database, April 8 untuk peubah exchange rate dan deficit anggaran pemerintah. 4. United Nations Statistics Devision ( untuk peubah debt. Metode Tahapan awal pada penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari tahun 1996 hingga 6 dibagi menjadi dua periode yakni periode pada saat krisis ekonomi (tahun 1996 hingga 1) dan periode setelah krisis ekonomi (tahun hingga 6). Untuk masing-masing periode data, dihitung nilai rataannya dan nilai rataan inilah yang dianalisis dengan beberapa algoritma penggerombolan. Pada penelitian ini tidak perlu dilakukan pembakuan data karena data yang didapat satuan pengukurannya sama. Tahapan selanjutnya, untuk masingmasing periode saat krisis ekonomi dan setelah krisis ekonomi dilakukan : 1. Pendeskripsian untuk semua peubah guna melihat gambaran secara umum kondisi perekonomian masing-masing negara.. Menghitung nilai korelasi untuk semua peubah yang digunakan. 3. Melakukan penggerombolan 3 dan 4 cluster dengan metode k-rataan dan metode fuzzy c-means pada dua periode. 4. Melakukan analisis biplot pada masingmasing periode untuk mengetahui posisi relatif masing-masing negara terhadap peubah yang digunakan. 5. Melakukan analisis procrustes dan menghitung nilai R nya. Semua tahapan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan software Microsoft Excel 7, SPSS 13, SAS 9.1, dan MATLAB 6.5. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi perekonomian Negara ASEAN+3 Langkah awal adalah membuat tabel data rataan untuk seluruh objek dan peubah yang digunakan pada periode saat krisis ekonomi (1996-1) juga pada periode setelah krisis ekonomi (-6). Tabel nilai rataan
2 untuk masing-masing periode bisa dilihat di Lampiran 1 dan. Pada Lampiran 1, untuk peubah X4 (rasio defisit terhadap GDP) tanda negatif pada data menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami deficit anggaran pemerintah, sedangkan nilai positif menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami surplus anggaran pemerintah. Pada saat krisis ini, negara yang mengalami deficit anggaran pemerintah diantaranya negara Cambodia, Laos, Myanmar, Phillipines, dan Vietnam. Pada Lampiran, periode setelah krisis ekonomi untuk peubah X1 (rata-rata inflasi) tanda negatif pada data menunjukkan bahwa negara tersebut mengalami deflasi seperti pada negara Jepang yakni sebesar.4%. Padahal, periode saat krisis ekonomi negara Jepang sempat mengalami inflasi sebesar.15%. Negara yang mengalami deficit anggaran pemerintah pada periode setelah krisis ekonomi diantaranya negara Cambodia, Laos, dan Vietnam. Deskripsi data untuk masing-masing peubah pada periode saat krisis ekonomi disajikan pada Gambar 1. Data laos x brunei Gambar 1. Boxplot data saat krisis ekonomi. Keterangan: X1 = Rata rata inflasi X = Volatilitas pada nilai tukar mata uang X3 = Suku bunga jangka panjang X4 = Rasio defisit anggaran pemerintah dengan GDP, (deficit as percentage of GDP) X5 = Rasio hutang dengan GDP (debt as percentage of GDP) Berdasarkan diagram kotak garis diatas, dapat dilihat bahwa untuk peubah rata-rata inflasi, terdapat satu pencilan yakni negara Laos. Negara Laos mengalami rata-rata inflasi tertinggi pada saat krisis ekonomi yang mencapai hampir 5%. Untuk peubah rasio deficit terhadap GDP (X4) terdapat satu data pencilan yaitu Negara Brunei Darussalam yang mencapai 35%. Diagram kotak garis untuk periode setelah krisis bisa dilihat pada Gambar. Data myanmr x brunei Gambar. Boxplot data setelah krisis ekonomi. Berdasarkan boxplot diatas, peubah X1 (rata-rata inflasi) hanya terdapat satu data pencilan yaitu Myanmar. Pada peubah X4 (rasio deficit terhadap GDP) negara Brunei Darussalam juga merupakan pencilan sama seperti pada periode saat krisis ekonomi. Hal ini secara ekonomi dikarenakan negara Brunei merupakan negara kecil yang cenderung mengalami surplus anggaran pemerintah dan tidak memiliki hutang. Pada boxplot kedua periode tersebut dapat dilihat bahwa untuk peubah X (kestabilan nilai tukar mata uang) keragamannya sangat berbeda. Untuk kondisi saat krisis terlihat keragamannya besar, sedangkan setelah krisis ekonomi keragamannya mengecil. Hal ini dikarenakan setelah krisis ekonomi, nilai tukar mata uang untuk setiap negara sudah cenderung stabil dibandingkan pada saat krisis ekonomi terjadi. Hasil Penggerombolan Negara ASEAN+3 dengan metode k-rataan Langkah selanjutnya setelah pendeskripsian data, dilakukan penggerombolan 4 cluster. Secara ekonomi, hasil penggerombolan dengan 4 cluster dinilai cukup representatif dan ingin mengetahui posisi Indonesia dalam penggerombolan dengan 4 cluster. Sehingga pada penelitian ini akan dibahas penggerombolan dengan 4 cluster.
3 Penggerombolan negara ASEAN+3 dilakukan dengan metode penggerombolan non-hierarkhi k-rataan. Pada penggerombolan ini ditetapkan dahulu jumlah cluster yang akan dibentuk secara subjektif berdasarkan kepentingan penelitian yaitu 4 cluster. Sebelum dilakukan penggerombolan, terlebih dahulu dilihat nilai korelasi antar peubah pada kondisi saat krisis ekonomi dan setelah krisis ekonomi. Nilai korelasi antar peubah pada kondisi saat krisis ekonomi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. x.485 Nilai korelasi antar peubah pada saat krisis ekonomi. x.75**.59* * Keterangan : (*)berbeda nyata pada taraf 5 % (**)berbeda nyata pada taraf 1% Pada Tabel diatas, dilihat bahwa terdapat korelasi positif antara peubah X1 (rata-rata inflasi) dengan X3 (suku bunga jangka panjang) pada taraf 1%. Ditinjau dari segi ekonomi, hal tersebut sangat memungkinkan karena inflasi sangat berpengaruh positif terhadap suku bunga. Selain itu korelasi positif pada taraf nyata 5% terjadi pada peubah X (keseimbangan nilai tukar mata uang) dengan X3 (Suku bunga jangka panjang), dan X3 (Suku bunga jangka panjang) dengan X4 (Rasio hutang dengan GDP). Nilai korelasi antar peubah pada periode setelah krisis disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Nilai korelasi antar peubah pada periode setelah krisis ekonomi. x x.59951* Keterangan : (*)berbeda nyata pada taraf 5% Pada kondisi setelah krisis ekonomi peubah yang berkorelasi adalah X1 (rata-rata inflasi) dengan X3 (suku bunga jangka panjang) pada taraf nyata 5%. Untuk mengatasi terjadinya korelasi antar peubah, bisa dilakukan tansformasi Analisis Komponen Utama (AKU). Namun, pada penelitian ini transformasi AKU tidak digunakan karena jarak euclid antar pengamatan dengan atau tanpa transformasi AKU akan sama bila semua komponen utama digunakan. Selain itu, korelasi antar peubah yang digunakan sebagai dasar pengelompokan masih relatif kecil (Tabel 3 dan 4). Sehingga keortogonalan peubah yang menjadi syarat penggunaan jarak euclid masih dapat terpenuhi. Oleh karena itu penggerombolan dilakukan dengan menggunakan algoritma k-rataan dan jarak euclid sebagai ukuran keserupaan serta metode centoid untuk memperbaiki jaraknya. Hasil pengelompokan 4 cluster untuk periode saat krisis ekonomi disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Daftar anggota gerombol periode saat krisis ekonomi (4cluster) Gerombol No Negara 1 1 Brunei Darussalam Cambodia 5 Malaysia 6 Myanmar 7 Pilliphines 8 Singapore 9 Thailand 1 Vietnam 11 China 1 Korea Selatan 13 Japan 3 3 Indonesia 4 4 Laos Pada periode saat krisis ekonomi (Tabel 5), hasil penggerombolan 4 cluster dengan k- rataan menunjukkan bahwa kelompok memiliki anggota kelompok terbanyak. Sedangkan anggota kelompok 1, 3, dan 4 hanya memiliki satu anggota. Kelompok satu beranggotakan negara Brunei Darussalam, kelompok 3 beranggotakan negara Indonesia, dan kelompok 4 beranggotakan negara Laos. Hasil ini tidak jauh berbeda seperti pada pembentukan gerombol 3 cluster, hanya saja negara Indonesia pada penggerombolan 4 cluster membentuk kelompok tersendiri. Hasil pengelompokan 4 cluster untuk periode setelah krisis ekonomi disajikan pada Tabel 6. Pada periode setelah krisis ekonomi (Tabel 8), hasil pengelompokan 4 cluster dengan metode k-rataan tidak jauh berbeda dengan pada saat pembentukan 3 cluster dengan periode yang sama. Negara-negara yang sudah dianggap maju membentuk satu
4 kelompok tersendiri, begitu juga dengan negara-negara yang sedang berkembang, membentuk kelompok tersendiri. Tabel 6. Daftar anggota gerombol periode setelah krisis ekonomi (4cluster) Gerombol No Negara 1 1 Brunei Darussalam Cambodia 3 Indonesia 4 Laos 7 Pilliphines 9 Thailand 1 Vietnam 5 Malaysia 8 Singapore 3 11 China 1 Korea selatan 13 Japan 4 6 Myanmar Untuk negara Brunei Darussalam, pada penggerombolan dengan dua periode saat krsis dan setelah krisis ekonomi menunjukkan bahwanegara tersebut membentuk gerombol tersendiri. Hal ini dipandang dari segi ekonomi memungkinkan, karena negara Brunei Darussalam merupakan sebuah negara kecil yang cenderung kaya dan bahkan negara ini tidak memiliki hutang, selain itu juga negara Brunei Darussalam mengalami surplus anggaran pemerintah pada kedua periode tersebut. Hasil perbandingan anggota 4 cluster pada periode saat krisis ekonomi dan setelah krisis ekonomi bisa dilihat di Lampiran 3 dan hasil perbandingan anggota 3 cluster pada periode saat krisis ekonomi dan setelah krisis ekonomi bisa dilihat di Lampiran 4. Negara yang mengalami pergeseran gerombol pada penggerombolan 4 cluster adalah Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapore, China, Korea Selatan dan Cambodia. Negara-negara ini juga megalami pergeseran gerombol pada penggerombolan 3 cluster (Lampiran 4). Nilai akhir jarak masing-masing cluster terhadap setiap peubah pada periode saat krisis dan setelah krisis disajikan di Lampiran 5 dan 6. Hasil Penggerombolan Negara ASEAN+3 dengan Metode Fuzzy C-means Setelah dilakukannya penggerombolan dengan metode k-rataan, kemudian dicobakan dengan metode fuzzy clustering (c-means) dimana keluaran dari metode fuzzy c-means ini adalah sebuah kumpulan matriks derajat keanggotaan masing-masing objek (negara) terhadap setiap cluster yang terbentuk. kecenderungan suatu objek (negara) akan masuk ke dalam suatu cluster tertentu jika nilai derajat keanggotaan objek tersebut pada suatu cluster yang terbentuk memiliki nilai terbesar. Pengelompokan 4 cluster dengan fuzzy c- means periode saat krisis ekonomi, nilai derajat keanggotaan masing-masing objek pengamatan disajikan pada Lampiran 7. Nilai keanggotaan tersebut juga bisa disajikan dalam bentuk diagram batang untuk melihat seberapa jauh perbedaan nilai keanggotaan tersebut (Gambar 3). Gambar 3 Diagram derajat keanggotaan setiap negara terhadap setiap cluster pada periode saat krisis Hasil pengelompokan 4 cluster periode saat krisis ekonomi menunjukkan bahwa negara Indonesia menjadi satu kelompok dengan negara Cambodia, Myanmar, Phillipines dan Korea Selatan dengan nilai derajat keanggotaan sebesar 54%. Di samping itu, negara Indonesia juga menjadi satu kelompok dengan negara negara Malaysia, Singapore, Thailand, Vietnam, China dan Japan, dengan nilai keanggotaan sebesar 1.% dan juga Indonesia bergabung dengan negara Laos dengan derajat keanggotaan sebesar 16% (Lampiran 7). Secara ekonomi, pada saat krisis negara Indonesia belum siap untuk bergabung dengan negara-negara seperti Japan, China, Malaysia. Negara Korea Selatan, pada periode saat krisis ekonomi cenderung bergabung dengan negara Indonesia, Cambodia, Myanmar dan Pilliphines (5%), nilai derajat keanggotaan negara ini tidak begitu berbeda jauh dengan nilai derajat keanggotaannya yang satu kelompok dengan negara-negara maju (sekitar 4%).
5 Pada periode setelah krisis ekonomi, pengelompokan 4 cluster dengan metode fuzzy c-means, nilai derajat keanggotaan setiap objek pada setiap cluster disajikan pada Lampiran 8. Pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa negara Brunei Darussalam memiliki nilai keangotaan terbesar pada kelompok 1 dibandingkan dengan nilai keanggotaan Brunei untuk kelompok, 3, dan 4. Kecenderungan negara-negara maju untuk menjadi satu kelompok terlihat pada kelompok 4. Begitu pula dengan negara berkembang yang cenderung menjadi satu kelompok. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4 yang ditunjukkan oleh besarnya nilai derajat keanggotaan setiap negara untuk masing-masing kelompok. Gambar 4 Diagram derajat keanggotaan setiap negara terhadap setiap cluster periode setelah krisis Pada Gambar 4, negara Indonesia lebih cenderung bergabung dengan negara Pilliphines, Thailand, dan Vietnam dengan nilai derajat keanggotaan 51%. Negara Indonesia menjadi satu kelompok dengan negara Cambodia, Laos, dan Myanmar dengan nilai keanggotaan sebesar 33.71%. Nilai ini tidak begitu berbeda jauh. Pada Gambar diatas juga dapat dilihat bahwa negara-negara maju seperti Jepang, Malaysia, Singapura, China dan Korea membentuk satu kelompok secara jelas yang digambarkan oleh nilai keanggotaan negara tersebut terhadap setiap clusternya yang berbeda jauh selisihnya. Pada periode setelah krisis negara Korea cenderung bergabung dengan negara negara maju, namun pada periode saat krisis negara ini cenderung bergabung dengan negara berkembang seperti Indonesia, Cambodia, Myanmar dan Pilliphines Hal ini dimungkinkan karena pada saat krisis ekonomi negara Korea Selatan mengalami guncangan ekonomi yang sangat mempengaruhi perekonomian negara tersebut. Secara umum hasil pengelompokan dengan menggunakan fuzzy c-means maupun k-means tidak terlalu berbeda jauh baik dikelompokkan menjadi 3 ataupun 4 cluster. Berdasarkan pada dua metode penggerombolan tersebut, negara Brunei Darussalam cenderung membentuk kelompok tersendiri. Nilai derajat keanggotaan negara Brunei pada masing-masing cluster yang terbentuk memiliki perbedaan yang sangat jauh. Hal ini bisa dikatakan seperti pada crisp clustering dimana nilai keanggotaan setiap objeknya bernilai penuh atau 1. Negara Indonesia pada penggerombolan dengan fuzzy c-means terlihat samar antara membentuk satu gerombol dengan nerara maju atau membentuk satu gerombol dengan negara yang masih berkembang seperti Phillipines, Thailand dan Vietnam yang ditujukkan dengan selisih nilai keanggotaan yang tidak berbeda jauh pada cluster negara maju maupun cluster negara berkembang. Pada perwujudan single market nantinya, negara Indonesia mungkin bisa bergabung dengan negara maju jika perekonomian negara Indonesia bisa meningkat secara cepat. Hasil analisis biplot periode saat krisis ekonomi Hasil analisis biplot pada periode saat krisis ekonomi disajikan pada Gambar 5. Keragaman data yang mampu dijelaskan oleh biplot sebesar 84.55%. Keragaman dimensi 1 sebesar 66.63% dan keragaman dimensi sebesar 17.9%. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi biplot data periode saat krisis ekonomi yang dihasilkan dinilai cukup baik karena total keragaman yang dihasilkan melebihi 7%. Biplot pada Gambar 5 memperlihatkan kedekatan antar negara dan posisi relatif suatu negara terhadap peubah yang digunakan. Negara Brunei Darussalam memiliki nilai besar pada peubah X4 (Deficit as percentage of GDP) karena posisinya yang searah dengan peubah X4 tersebut. Negara Laos juga memiliki nilai yang besar terhadap peubah X1(inflation rate), begitu juga dengan negara Indonesia yang memiliki nilai besar pada peubah X (keseimbangan nilai tukar mata uang). Negara Jepang memiliki nilai kecil untuk peubah X1 karena
6 letaknya yang berlawanan arah dengan peubah X1. Hal yang sama juga terlihat pada negara Myanmar, Cambodia, dan Phillipines yang posisinya berlawanan arah dengan peubah X4. Ini berarti negara-negara tersebut memiliki nilai kecil pada peubah X4. Pada periode saat krisis ini, banyak negara-negara yang mengumpul di sekitar titik pusat (Gambar 5). Negara Cambodia terlihat dekat dengan Pilliphines. Dapat diartikan bahwa kedua negara ini memiliki karakteristik yang sama pada peubah X5 (debt, as percentage of GDP) karena letaknya yang searah dengan peubah X5. Negara Jepang, China, Malaysia, Thailand, dan Korea terlihat mengumpul. Pada periode saat krisis ekonomi, negara-negara tersebut secara ekonomi tergolong ke dalam negara maju. Sehingga hasil biplot ini dinilai cukup baik dan representatif. Negara Brunei Darussalam letaknya searah dengan Singapore. Hal ini menunjukkan karakteristik kedua negara tersebut tidak jauh berbeda. Hal yang sama terlihat pula pada negara Laos dan Indonesia. Pada analisis biplot, korelasi antar kedua peubah digambarkan sebagai sudut yang terbentuk antara dua garis peubah tersebut. Pada Gambar 5, korelasi positif tinggi terjadi pada peubah X1 (inflation rate) dan X3 (long-term interest rate) yang digambarkan sebagai sudut lancip dan searah. Sedangkan korelasi negatif digambarkan antara peubah X4 (Deficit as percentage of GDP) dengan X1 (inflation rate), X (volatility in exchange rate), X3 (long-term interest rate) dan X5 (debt, as percentage of GDP) karena sudut yang tumpul dan letaknya berlawanan arah. Keragaman pada masing-masing peubah pada biplot digambarkan sebagai panjang pendeknya vektor peubah tersebut. Gambar 5 memperlihatkan bahwa peubah X4 (Deficit as percentage of GDP) dan X1 (inflation rate) memiliki keragaman yang besar. Sedangkan keragaman peubah yang paling kecil dimiliki oleh peubah X5 (rasio hutang terhadap GDP). Peubah X (volatility in exchange rate) dan X3 (long-term interest rate) cenderung besar keagamannya namun tidak sebesar peubah X1 atau X BD Dimensi (17.9%) 3 1 SIN MS KS TL IND x MR LAO -1 JPCN VT PL CAM Dimensi 1 (66.63%) 5. Gambar 5. Biplot data periode saat krisis ekonomi Keterangan: X1 = Rata rata inflasi X = Volatilitas pada nilai tukar mata uang X3 = Suku bunga jangka panjang X4 = Rasio defisit anggaran pemerintah dengan GDP, (deficit as percentage of GDP) X5 = Rasio hutang dengan GDP (debt as percentage of GDP)
7 BD = Brunei Darussalam TL = Thailand CAM = Cambodia VT = Vietnam IND = Indonesia CN = China LAO = Laos KS = Korea Selatan MS = Malaysia JP = Japan MR = Myanmar SIN = Singapore PL = Phillipines Hasil analisis biplot periode setelah krisis ekonomi Hasil analisis biplot pada periode setelah krisis ekonomi disajikan pada Gambar 6. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa keragaman yang mampu diterangkan oleh biplot sebesar 9.4%. keragaman pada dimensi 1 sebesar 74.3% dan keragaman pada dimensi sebesar 15.81%. Hal ini menunjukkan bahwa interpretasi biplot yang dihasilkan dinilai cukup baik (>7%). 4 MR 3 Dimensi (15.81%) 1-1 LAO IND CAM x VT PL KS CN TL MS SIN BD JP Dimensi 1 (74.3%) Gambar 6. Biplot data periode setelah krisis ekonomi Keterangan: X1 = Rata rata inflasi X = Volatilitas pada nilai tukar mata uang X3 = Suku bunga jangka panjang X4 = Rasio defisit anggaran pemerintah dengan GDP, (deficit as percentage of GDP) X5 = Rasio hutang dengan GDP (debt as percentage of GDP) BD = Brunei Darussalam TL = Thailand CAM = Cambodia VT = Vietnam IND = Indonesia CN = China LAO = Laos KS = Korea Selatan MS = Malaysia JP = Japan MR = Myanmar SIN = Singapore PL = Phillipines
8 Pada periode setelah krisis ekonomi, hasil biplot (Gambar 6) memperlihatkan negara Brunei Darussalam tetap memiliki nilai yang tinggi pada peubah X4 (Deficit as percentage of GDP) hal ini sama seperti pada periode saat krisis ekonomi. Negara Brunei Darussalam pada periode setelah krisis letaknya sangat jauh dari negaranegara lain. Secara ekonomi, mungkin krisis ekonomi tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian negara ini. Negara Myanmar memiliki nilai yang besar pada peubah X1 (inflation rate), ini berbeda pada periode saat krisis ekonomi. Posisi yang dekat pada negara-negara maju masih terlihat pada biplot periode setelah krisis seperti negara Malaysia, China, Jepang, Korsel, Thailand dan ditambah dengan negara Singapore yang letaknya lebih dekat bila dibanding pada periode saat krisis ekonomi. Negara Laos pada periode ini letaknya tidak lagi jauh dari negara Indonesia dan Cambodia, seperti yang digambarkan pada periode saat krisis. Korelasi antar peubah yang digambarkan biplot pada Gambar 6, sama seperti pada periode saat krisis ekonomi. Peubah X4 (Deficit as percentage of GDP) berkorelasi negatif terhadap peubah X1 (inflation rate), X (volatility in exchange rate), X3 (long-term interest rate) dan X5 (rasio hutang terhadap GDP)..Sedangkan korelasi positif tinggi diperlihatkan antara peubah X1(inflation rate) dan X3 (long-term interest rate). Hal ini disebabkan karena secara ekonomi, jika inflasi mengalami kenaikan, maka suku bunga harus dinaikkan supaya tidak menjatuhkan mata uang dalam negeri. Keragaman yang besar masih ditunjukkan oleh peubah X4 (Deficit as percentage of GDP) yang memiliki panjang vektor terpanjang diantara peubah yang lain. Untuk peubah X1 dan X3 memiliki keragaman yang cukup besar dibanding dengan X dan X5. Pada periode setelah krisis ekonomi ini, biplot yang dibentuk hasilnya tidak berbeda jauh dari pengelompokan dengan metode k-rataan dan fuzzy c-means. Hasil Analisis Procrustes Analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya kesamaan bentuk dan ukuran dari dua konfigurasi yang dibandingkan. Gugus data saat krisis ekonomi (matriks P) diperlakukan sebagai matriks target, sedangkan gugus data setelah krisis ekonomi (matriks Q) diperlakukan sebagai matriks yang ditransformasi. Nilai JKG dan JKT yang dihasilkan berturut-turut adalah dan Sehingga R yang dihasilkan pada analisis procrustes ini sebesar 75.94%, ini disebabkan karena pergeseran sebagian besar objek yang tidak terlalu jauh. Dengan kata lain, secara sistematis pengaruh krisis ekonomi tidak linier atau tidak setara antar peubah. Perbedaan konfigurasi kedua periode saat krisis dan setelah krisis sebesar 4.6% yang mengindikasikan beberapa objek mengalami pergeseran yang jauh. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 7 yang menunjukan bahwa titik-titik dengan objek maupun peubah yang sama mengalami pergeseran walaupun jaraknya dekat. Tetapi ada pula yang terlihat jauh jarak perpindahannya seperti pada negara Laos, Myanmar, Vietnam, Indonesia dan Cambodia. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis ekonomi membuat sebagian besar negara tersebut terguncang. Negara yang perekonomiannya sudah cenderung stabil terlihat tidak berbeda jauh jaraknya, sehingga krisis ekonomi tidak terlalu berpengaruh besar seperti yang terlihat pada Gambar 7 yaitu negara Jepang, Singapore, Malaysia, China, Pilliphines, Brunei Darussalam dan Thailand.
9 5 4 BD BD Variable C4 * saat krisis C9 * hasil transformasi 3 Y-Data 1 SIN SIN IND x MR LAO -1 MS x MS KS TL CN KS PL VT JPCN JP TL PL VT CAM IND CAM MR LAO X-Data.5 5. Gambar 7. Hasil Analisis Procrustes Keterangan: X1 = Rata rata inflasi X = Volatilitas pada nilai tukar mata uang X3 = Suku bunga jangka panjang X4 = Rasio defisit anggaran pemerintah dengan GDP, (deficit as percentage of GDP) X5 = Rasio hutang dengan GDP (debt as percentage of GDP) BD = Brunei Darussalam TL = Thailand CAM = Cambodia VT = Vietnam IND = Indonesia CN = China LAO = Laos KS = Korea Selatan MS = Malaysia JP = Japan MR = Myanmar SIN = Singapore PL = Phillipines KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil pengelompokan negara ASEAN+3 yang ditunjukkan dengan beberapa metode pengelompokan tidak jauh berbeda. Negara-negara maju cenderung menjadi satu kelompok, dan begitu pula seperti negara-negara berkembang yang juga membentuk kelompok tersendiri. Negara Brunei Darussalam, hasil pengelompokan dengan kedua metode tersebut menunjukkan bahwa negara ini cenderung membentuk kelompok tersendiri. Hal ini disebabkan karena Brunei merupakan suatu negara kecil yang cenderung kaya karena negara ini tidak memiliki hutang, dan cenderung mengalami surplus anggaran pemerintah setiap tahunnya. Beberapa negara memperlihatkan pergeseran kelompok pada periode yang berbeda yaitu pada saat krisis dan setelah krisis ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis ekonomi yang terjadi, cenderung mempengaruhi perekonomian sebagian besar negara tetutama negara yang sedang berkembang. Hasil analisis procrustes menunjukkan bahwa kedua konfigurasi data saat krisis dan setelah krisis memiliki R sebesar 75.94%. Secara sistematis, pengaruh krisis ekonomi tidak linier atau tidak setara antar peubah
BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara berkembang, yang membutuhkan investasi cukup besar untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Sementara sumber-sumber dana yang berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
PENDHLN Latar elakang Sebelum terbentuk kerja sama antar negara seperti ni Eropa, SEN, NFT, dan lain - lain, masing - masing negara memili mata uang sendiri, sehingga banyak sekali jenis mata uang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Biplot Kanonik dan Analisis Procrustes dengan Mathematica Biplot biasa dengan sistem perintah telah terintegrasi ke dalam beberapa program paket statistika seperti SAS,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Financial Market atau Pasar Keuangan merupakan sebuah mekanisme pasar yang memungkinkan bagi seseorang maupun bagi korporasi untuk dapat melakukan transaksi penjualan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Data Diagram kotak garis (boxplot) merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran.
Lebih terperincix j dan HASIL DAN PEMBAHASAN
Kategori sedang (S) ika nilai rata-rata peubah ke- pada gerombol berada diantara nilai ( x - s ) dan ( x + s ). Kategori rendah (R) ika nilai rata-rata peubah ke- pada gerombol berada dibawah nilai ( x
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??
TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara tahun 2008 sampai tahun 2010 kurang stabil (lihat tabel 1.1 dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dari data Asian Development Bank tahun 2010 kondisi perekonomian Asia Tenggara tahun 2008 sampai tahun 2010 kurang stabil (lihat tabel 1.1 dan 1.2). Hal ini
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3
IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor
Lebih terperinciBAB 7 PERDAGANGAN BEBAS
BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS Pengaruh Globalisasi Terhadap Perekonomian ASEAN Globalisasi memberikan tantangan tersendiri atas diletakkannya ekonomi (economy community) sebagai salah satu pilar berdirinya
Lebih terperinciANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS
ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H151054164 TESIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi mengenai pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang menjadi pembahasan yang sangat menarik. Berbagai perdebatan telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem keuangan memegang peranan penting dalam perekonomian. Sistem keuangan yang baik akan mendorong terciptanya stabilitas sistem keuangan. Perbankan merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Krisis finansial yang menimpa kawasan Asia Timur pada tahun 1997 1998 bermula di Thailand, menyebar ke hampir seluruh ASEAN dan turut dirasakan juga oleh Korea Selatan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan hipotesis nolnya adalah antar peubah saling bebas. Statistik ujinya dihitung dengan persamaan berikut:
. Menyiapkan gugus data pencilan dengan membangkitkan peubah acak normal ganda dengan parameter µ yang diekstrimkan dari data contoh dan dengan matriks ragam-peragam yang sama dengan data contoh. Proses
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ASEAN terbentuk pada tahun 1967 melalui Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh Wakil Perdana Menteri merangkap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa
TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat kini lebih cenderung untuk menginvestasikan dana yang dimiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat kini lebih cenderung untuk menginvestasikan dana yang dimiliki dengan tujuan untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Salah satu sarana yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Eksplorasi Data Diagram kotak garis merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran, dan kemiringan pola sebaran. Gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh. manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang dari penelitian yang akan dilakukan yang berhubungan dengan pengaruh faktor makro ekonomi terhadap harga saham properti.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar keputusan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dalam rangka memaksimalkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Keputusan keuangan yang
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( )
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu potensi yang dimiliki oleh ASEAN adalah dalam bidang pariwisata. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor pendukung utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciTabel 6 Daftar peubah karakteristik
6 Tabel 6 Daftar peubah karakteristik Kode. Keterangan X1 Hasil gabah (kg/ha) X2 Umur saat akar tembus lilin (HST) X3 Jumlah akar tembus X4 Panjang akar tembus (cm) X5 Berat akar (gr) X6 Laju asimilasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciKESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013
KESEMPATAN KERJA MENGHADAPI LIBERALISASI PERDAGANGAN Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja Jakarta, 5 Juli 2013 1 MATERI PEMAPARAN Sekilas mengenai Liberalisasi Perdagangan
Lebih terperinciDAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI
DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan
Lebih terperinciJAKARTA, 23 JANUARI 2013 MATERI DAN TAYANGAN INI ADALAH ILUSTRASI DAN HANYA DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN KONSULTASI PUBLIK TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH
JAKARTA, 23 JANUARI 2013 Outline 1. Makna Redenominasi 2. Manfaat Redenominasi 3. Ilustrasi Penyederhanaan Digit 4. Penentu Keberhasilan 5. Ilustrasi Tahapan dan Kegiatan Redenominasi 6. Ilustrasi Redenominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan fiskal menurut Adams et al. (2010) didefinisikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberlanjutan fiskal menurut Adams et al. (2010) didefinisikan sebagai kondisi dimana anggaran pemerintah dapat lancar dibiayai tanpa menghasilkan peningkatan utang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat
Total inflow (Miliar Dolar AS) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat sejak memasuki era 1990-an. Pertumbuhan remitansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasar modal memiliki peranan penting dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Menurut Usman dkk (1997), pasar modal didefinisikan sebagai perdagangan instrumen keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi pada tahun 1997 dan 1998 yang melanda negara negara Asia mempengaruhi perekonomian Indonesia (Kanisius, 2008). Salah satu perubahan besar yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun perekonomian negaranya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS
10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 1 Pergerakan laju inflasi kelompok ASEAN-5
5 yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Viet Nam. Oleh karena itu, jumlah pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 90. Peubah
Lebih terperinciINFORMASI YANG BISA DIAMBIL DARI BIPLOT
ANALISIS BIPLOT PENGANTAR Biplot diperkenalkan pertama kali oleh Gabriel (1971) sehingga sering disebut sebagai Gabriel s biplot. Metode ini tergolong dalam analisis eksplorasi peubah ganda yang ditujukan
Lebih terperinciV. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA. Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis ekonomi di Thailand.
74 V. PERGERAKAN NILAI TUKAR RUPIAH DAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Awal Krisis Asia Krisis yang terjadi di Indonesia tidak terlepas dari krisis yang terjadi di Asia Tenggara, yang pemicunya adalah krisis
Lebih terperinciJAKARTA, 23 JANUARI 2013 MATERI DAN TAYANGAN INI ADALAH ILUSTRASI DAN HANYA DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN KONSULTASI PUBLIK TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH
JAKARTA, 23 JANUARI 2013 Outline 1. Makna Redenominasi 2. Manfaat Redenominasi 3. Ilustrasi Penyederhanaan Digit 4. Penentu Keberhasilan 5. Ilustrasi Tahapan dan Kegiatan Redenominasi 6. Ilustrasi Redenominasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki inflasi yang berfluktuasi dan cenderung lebih tinggi dibandingkan negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperincimenggunakan analisis regresi dengan metode kuadrat terkecil. Model analisis data panel yang dievaluasi kemudian adalah model gabungan, model
4 kurang dari 10, maka peubah bebas tersebut tidak mengalami masalah multikolinearitas dengan peubah bebas lainnya. Selanjutnya Uji ARCH atau White digunakan untuk menguji asumsi kehomogenan ragam sisaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan
Lebih terperinciMateri Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciI. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied
I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud
Lebih terperinciDETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis
TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciSKOR INDONESIA DALAM WORLD GOVERNANCE INDICATORS 2012
SKOR INDONESIA DALAM WORLD GOVERNANCE INDICATORS 2012 Judul Laporan The Worldwide Governance Indicators Penerbit World Bank 2012 A. Pengantar World Governance Indicators (WGI) merupakan kumpulan indikator
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian event study dengan mengamati kejadian January effect dengan melakukan perbadingan pada periode akhir tahun dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir mengalami fluktuasi karena pengaruh dari kondisi perekonomian dunia. Beberapa contoh krisis yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk konsumsi manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh, Myanmar, Kamboja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah ekonomi seperti rendahnya pertumbuhan ekonomi, tingginya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas perekonomian suatu negara menjadi fokus bagi setiap negara. Hal ini dikarenakan apabila perekonomian suatu negara tidak stabil maka akan menimbulkan masalah-masalah
Lebih terperinciAnalisis Stabilitas Nilai Tukar Mata Uang Asean-10 Terhadap Dolar As Dan Dinar Emas
EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah, 227-253 P-ISSN: 2355-0228, E-ISSN: 2502-8316 journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium Analisis Stabilitas Nilai Tukar Mata Uang Asean-10 Terhadap Dolar As Dan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. ASEAN. (2007). ASEAN Economic Community Blueprint. Singapura: National University of Singapore.
5. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada analisis Bab IV tentang analisis faktor penentu Foreign Direct Investment otomotif di 5 negara ASEAN, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa research and development,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan
Lebih terperinciAnalisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan
511 Analisis Pengelompokan dengan Metode K-Rataan Titin Agustin Nengsih Fakultas Syariah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstrak Analisis pengelompokkan adalah salah satu metode eksplorasi data untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era informasi saat ini, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi prasyarat untuk memperoleh peluang partisipasi, adaptasi dalam hal eksistensi di
Lebih terperinciPEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011
PEMETAAN KEMBALI MODEL PENDIDIKAN DI INDONESIA RZ ABD AZIZ Bandar Lampung, 21 Februari 2011 P E N D A H U L U A N DALAM PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UNDANG- UNDANG DASAR (UUD) 1945 UU N0. 20 /2003 SISTEM
Lebih terperinciDAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara
Lebih terperinciBAB III. Metode Penelitian. diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan Laporan
BAB III Metode Penelitian 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder. Semua data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI NIM
PEMILIHAN CLUSTER OPTIMUM PADA FUZZY C-MEANS (Studi kasus: Pengelompokan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan Indikator Indeks Pembangunan Manusia) SKRIPSI Disusun Oleh: SARITA BUDIYANI PURNAMASARI
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena
Lebih terperinciDaya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan
Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan www.packindo.org oleh: Ariana Susanti ariana@packindo.org ABAD 21 Dunia mengalami Perubahan Kemacetan terjadi di kota-kota besar
Lebih terperinciDhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.
Pertemuan 5 Dinamika Organisasi Internasional Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena yang sangat penting di perhatikan oleh pemerintah baik negara maju maupun negara berkembang adalah Inflasi. Dimana inflasi merupakan indikator stabilitas perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan sangat berdampak dalam dunia bisnis saat ini. Perusahaan berada dalam lingkungan bisnis yang sangat berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mobilitas adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dalam gaya hidup masyarakat sekarang ini. Serangkaian aktifitas menuntut seseorang untuk berada di suatu tempat bahkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 2.r. vii profil Suku Bunga Surat 25 Utang Negara. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I 1.1 L2 1.
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar BAB I 1.1 L2 1.3 L.4 1.5 PENDAHULUAN Peran Pemerintah Dalam Perekonomian Perkembangan APBN dan Defisit 1990-2OO9 Perkembangan Surat Utang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,
Lebih terperinci