BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
|
|
- Hartono Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini, telah banyak dikembangkan penelitian dalam rangka modifikasi substrat kaca dari kaca konvensional menjadi kaca fungsional. Kaca fungsional memiliki beberapa keunggulan sifat, diantaranya: (i) stabil terhadap kerusakan mekanis, (ii) anti bakteri, anti jamur, dan anti-uv, (iii) tidak mudah kotor dan mudah dibersihkan. Pada penggunaan kaca fungsional, pembersihan kaca secara berkala dibutuhkan untuk mempertahankan sifat konvensionalnya yaitu transparansi kaca. Di sisi lain, pada beberapa kondisi, pembersihan secara periodik pada kaca sulit untuk dilakukan. Pada gedung-gedung tinggi, terdapat resiko kecelakaan yang tinggi dalam proses pembersihan kaca, terutama pada permukaan kaca bagian luar gedung. Oleh karena itu, muncul kebutuhan terhadap kaca yang bersifat self-cleaning. Sifat self-cleaning pada kaca memberikan beberapa aplikasi yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi kaca self-cleaning pada kaca mobil membuat kaca mobil lebih mudah dibersihkan, sehingga penglihatan para pengendara mobil menjadi lebih jelas. Selain itu, pada saat hujan, tetesan-tetesan air atau uap air yang menempel pada kaca tersebut juga cepat hilang sehingga tidak mengganggu penglihatan atau mengurangi jarak pandang pengendara. Keuntungan juga akan diperoleh untuk aplikasi kaca pada jendela rumah atau kantor, khususnya untuk bangunan-bangunan tinggi karena sifat self-cleaning pada kaca akan mempermudah proses pembersihan kaca secara periodik. Di samping itu, aplikasi kaca self-cleaning pada sel surya berperan dalam memaksimalkan intensitas sinar matahari yang diterima sel, karena debu-debu yang menempel pada sel surya menjadi lebih mudah dibersihkan. Sifat self-cleaning pada suatu permukaan dapat diperoleh melalui dua mekanisme, yaitu mekanisme permukaan hidrofilik dan hidrofobik. Kaca selfcleaning dengan permukaan hidrofilik melibatkan mekanisme fotokatalitik sehingga aktivitasnya memerlukan aktivasi menggunakan paparan sinar matahari 1
2 2 atau sinar UV-A untuk degradasi kotoran. Sedangkan kaca dengan permukaan hidrofobik mempunyai mekanisme self-cleaning yang lebih sederhana. Pada permukaan hidrofobik, tetesan tetesan air akan membentuk bulatan-bulatan sempurna. Fenomena tersebut menyebabkan tetesan air dapat meluncur pada permukaan kaca tersebut sambil membawa kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan kaca (Shang et al., 2011). Ditinjau dari mekanisme tersebut, kaca selfcleaning dengan mekanisme hidrofobik mempunyai potensi aplikasi yang lebih luas. Salah satu keunggulan dari mekanisme ini adalah tidak adanya ketergantungan aktivitas kaca fungsional terhadap ketersediaan paparan sinar matahari. Kaca fungsional hidrofobik telah secara luas diaplikasikan pada berbagai bidang seperti peralatan biomedis, pemisahan cairan, penurunan laju turbulensi pada pipa air, anti beku, dan permukaan anti korosi untuk transportasi ruang angkasa (Guo et al., 2011). Hidrofobisitas suatu permukaan dapat ditentukan dari besarnya sudut kontak air (water contact angle, WCA), yaitu sudut antara tetesan air dengan permukaan suatu benda pada suatu garis kontak (Mahltig et al., 2007). Jika sudut kontak air pada permukaan material lebih dari 90 o, maka permukaan material tersebut disebut permukaan hidrofobik (Feng et al., 2002). Jika sudut kontak air melebihi 150 o, maka material itu bersifat superhidrofobik (Zairyou, 1996 dalam Nakajima et al., 2001). Selama ini, suatu permukaan hidrofobik dibuat dengan meniru konsep hidrofobisitas alami permukaan daun teratai (lotus effect). Suatu permukaan hidrofobik dapat diperoleh melalui modifikasi struktur hirarki mikro dan/atau nano pada suatu substrat atau dengan modifikasi struktur permukaan dengan material yang memiliki energi permukaan rendah (Guo et al., 2011). Energi permukaan yang rendah akan menurunkan wettability permukaan padatan sehingga akan dihasilkan permukaan dengan sifat hidrofobik (Nakajima, et. al., 2001). Selain itu, semakin kasar morfologi permukaan juga dapat menyebabkan kenaikan hidrofobisitas permukaan material tersebut. Wang et al. (2011) melakukan preparasi film hidrofobik dengan kombinasi sol silika dengan senyawa-senyawa silikon organik seperti metil-trimetoksisilan (MTMS), etil-
3 3 trietoksisilan (ETES), γ-methacryloxypropyl trimethoxy silane (MPMS), and hexamethyl disilizane (HMDS). Kombinasi antara energi permukaan yang rendah dari silikon organik dan kekasaran permukaan film yang lebih rendah dari 5nm menghasilkan film hidrofobik dengan sudut kontak bervariasi antara Pada aplikasinya untuk beberapa bidang seperti kaca jendela atau sel surya, kaca fungsional self-cleaning juga harus dapat mempertahankan sifat konvensionalnya yaitu transparansi. Sifat transparansi pada kaca fungsional bergantung pada, ketebalan lapisan, komposisi kimia material aktif pada permukaan kaca serta teknik pelapisan dalam proses modifikasi kaca. Selama ini, permukaan hidrofobik yang ideal, transparan dan tahan lama diperoleh dengan melakukan modifikasi permukaan kaca melalui pelapisan dengan menggunakan senyawa-senyawa yang mempunyai gugus CF 3 atau fluorokarbon (Guo et al., 2011). Preparasi material hidrofobik berbasis polisakarida telah dikaji melalui berbagai perlakuan kimia dan fisika untuk meningkatkan karakter hidrofobik permukaannya (Cunha dan Gandini, 2010a). Sudut kontak tertinggi ( ) dicapai melalui modifikasi kimia menggunakan senyawa terfluorinasi (Cunha dan Gandini, 2010a; Cunha dan Gandini, 2010b). Wi et al. (2009) melakukan modifikasi permukaan material menggunakan senyawa poli(tetrafluoroetilen) yang menghasilkan sudut kontak sebesar Hayn et al. (2010) melakukan grafting fluorosilan dengan radiasi gelombang microwave, menghasilkan material hidrofobik dengan sudut kontak Pada tahun 2011, Lee et al. melakukan modifikasi permukaan kaca menggunakan 1,1,2,2,-tetrahidrodesiltrimetoksisilan melalui teknik dip coating, menghasilkan permukaan superhidrofobik dengan sudut kontak >165. Penggunaan senyawa-senyawa terfluorinasi dihindari memberikan efek negatif terhadap lingkungan, seperti kemungkinan pencemaran, bioakumulasi pada makhluk hidup, serta toksisitas yang cukup tinggi pada lingkungan (Prusty et al., 2009). Oleh karena itu, dalam perkembangan teknologi fabrikasi kaca hidrofobik, penggunaan senyawa-senyawa non-fluor lebih diutamakan karena sifatnya yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, telah dikaji bahwa sifat superhidrofobik pada alam sendiri dihasilkan bukan dari gugus CF 3 -, senyawa
4 4 silil, atau fluorokarbon. Hal ini menunjukkan bahwa energi permukaan yang rendah tidak menjadi faktor penentu untuk memperoleh efek water-repellent (Barthlott et al., 1997 dalam Guo et al., 2011). Beberapa senyawa berbasis silika telah banyak digunakan untuk menggantikan senyawa terfluorinasi, diantaranya adalah sol silika yang dimodifikasi dengan senyawa-senyawa silane, diantaranya yaitu metiltrimetoksisilan (MTMS), oktiltrimetoksisilan, heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS), dan beberapa jenis polysiloxane (Mahltig et al., 2003). Zhang, et. al. (2005) menggunakan kombinasi antara SiO 2 dengan dimethyldiethoxysilane sebagai induktor hidrofobisitas substrat kaca yang dapat menghasilkan kaca fungsional hidrofobik dengan sudut kontak air mencapai 123. Linda et. al. (2006) berhasil melakukan modifikasi substrat kaca dengan menggunakan kombinasi antara partikel silika dengan polydimethylsiloxane yang menghasilkan kaca fungsional dengan sudut kontak air mencapai 133. Senyawa-senyawa berbasis silika terbukti mampu menggantikan senyawa-senyawa terfluorinasi sebagai agen superhidrofobik. Namun, kelimpahan senyawa-senyawa silane dan polysiloxane cukup rendah. Senyawa dengan energi permukaan rendah dapat dijumpai pula dalam molekul surfaktan seperti polietilen glikol (PEG), cetil triammonium bromida (CTAB), dan dodesilamin (DDA). Vinogradov et al. (2010) melakukan preparasi kaca self-cleaning hidrofobik dengan mengkombinasikan surfaktan DDA dengan partikel titania dan alumina. DDA merupakan senyawa yang termasuk golongan surfaktan, sehingga memiliki sifat untuk menurunkan energi bebas antarmuka (Rosen, 2004). Meskipun demikian, DDA tidak dapat digunakan secara langsung sebagai induktor superhidrofobisitas. Struktur misel DDA mengalami kerusakan (collapse) saat perlakuan annealing film pada kaca. Hal tersebut mengakibatkan orientasi struktur misel DDA pada kaca bersifat tidak efektif untuk menghasilkan permukaan superhidrofobik sehingga tidak akan diperoleh kaca yang mempunyai aktivitas self-cleaning. Untuk mengatasi hal tersebut, partikel titania dan alumina digunakan sebagai matriks untuk menghubungkan struktur misel DDA dan substrat kaca sehingga orientasi struktur misel DDA dapat mengarah ke
5 5 permukaan kaca. Film hibrida titania-dda yang dihasilkan mempunyai karakter superhidrofobik dengan sudut kontak air 146,4. Sedangkan film hibrida alumina- DDA mempunyai sudut kontak air 152,8. Febriyanti (2013) melakukan kajian pengaruh teknik lapis celup layer by layer (LbL) dalam pembentukan film hibrida TiO 2 DDA. Dari kajian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa teknik deposisi lapis celup layer by layer (LbL) memberikan hasil yang lebih baik daripada teknik deposisi lapis celup satu tahap. Film hibrida TiO 2 DDA yang dibuat dengan teknik lapis celup LbL mempunyai sudut kontak air yang menyamai film dari teknik satu tahap disertai dengan ketahanan film dalam kondisi udara ambien yang lebih baik. Namun, peningkatan jumlah lapisan film menyebabkan penurunan transparansi film hibrida nano TiO 2 DDA. Di sisi lain, beberapa penelitian telah melaporkan penggunaan nanopartikel SiO 2 sebagai matriks permukaan hidrofobik. Dalam penelitianpeneltian tersebut, kaca yang diperoleh bersifat hidrofobik dan transparan. Gurav et al. (2010) berhasil membuat kaca hidrofobik transparan dengan sudut kontak mencapai 165 melalui modifikasi kaca menggunakan partikel SiO 2 dan heksametildisilazan (HMDZ). Latthe et. al. (2009) menggunakan kombinasi partikel SiO 2 dengan trimetilklorosilan (TMCS) and heksametildisiloksan (HMDS). Kaca yang diperoleh bersifat transparan dengan sudut kontak air berturut-turut yaitu 162 dan 147. Menurut Latthe et al. (2009), untuk memperoleh integrasi antara superhidrofobisitas dan transparansi optik dalam satu permukaan yang sama, maka dimensi kekasaran permukaan harus lebih rendah dari panjang gelombang sinar tampak. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa DDA mempunyai potensi besar untuk digunakan sebagai induktor hidrofobisitas kaca. Rantai karbon panjang pada strukturnya menjadikan DDA memiliki energi permukaan yang rendah. Sifatnya yang lebih ramah lingkungan menjadikan DDA bisa digunakan sebagai material alternatif pengganti senyawa-senyawa terfluoronasi. Untuk mengontrol agar struktur DDA efektif dalam meningkatkan hidrofobisitas, digunakan matriks berupa partikel SiO 2 sebagai penopang struktur misel DDA.
6 6 Jika partikel SiO 2 yang digunakan sebagai matriks memiliki dimensi kekasaran dalam skala nanometer, maka diharapkan kombinasi antara SiO 2 dan DDA akan menghasilkan film hibrida yang hidrofobik dan dapat mempertahankan transparansinya. Dalam penelitian ini, film hibrida organo-anorganik nano DDA-SiO 2 pada permukaan kaca dibuat melalui pengembangan teknik deposisi layer by layer. DDA yang mempunyai sifat lebih ramah lingkungan dimaksudkan untuk menggantikan senyawa-senyawa fluor sebagai induktor hidrofobisitas kaca. Struktur rantai karbon panjang dari DDA diharapkan mampu menurunkan energi permukaan film sehingga dihasilkan kaca yang bersifat hidrofobik. Penggunaan matriks berupa partikel SiO 2 dimaksudkan agar orientasi struktur misel DDA dapat mengarah ke permukaan kaca. Selain itu, dengan penggunaan nanopartikel SiO 2, diharapkan kaca dapat mempertahankan sifat transparansinya. Proses short annealing pada film SiO 2 di tahap awal preparasi diharapkan dapat menghasilkan kaca superhidrofobik transparan yang bersifat self-cleaning dan memiliki ketahanan cukup baik. Pada penelitian ini dikaji pula kondisi optimum dalam preparasi film hibrida SiO 2 -DDA dengan mempertimbangkan hubungan antara komposisi kimia dalam film, karakter hidrofobisitas film, jumlah lapisan, serta transparansi kaca fungsional. Di satu sisi, semakin tinggi rasio mol SiO 2 -DDA dan semakin banyak jumlah lapisan material hibrida diperkirakan akan menghasilkan permukaan yang semakin kasar sehingga karakter superhidrofobiknya lebih baik dan lebih kuat namun hal tersebut dapat menurunkan transparansi kaca. Oleh karena itu, diperlukan kondisi optimum untuk mengetahui komposisi film hibrida dan jumlah lapisan yang mampu menghasilkan kaca superhidrofobik dengan sifat selfcleaning yang stabil tanpa mengurangi transparansi kaca. Selain itu, dalam penelitian ini dikaji pula pengaruh paparan udara luar dan air terhadap hidrofobisitas film hibrida.
7 7 I.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mempelajari pengaruh komposisi kimia film hibrida SiO 2 -DDA terhadap karakter hidrofobisitas dan transparansi substrat kaca 2. Mempelajari pengaruh jumlah lapisan film hibrida SiO 2 -DDA terhadap karakter hidrofobisitas dan transparansi substrat kaca 3. Mempelajari pengaruh paparan udara luar dan air terhadap karakter hidrofobistas kaca yang termodifikasi film hibrida SiO 2 -DDA. I.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi baru serta menjadi rujukan dalam pengembangan dan preparasi kaca hidrofobik yang mudah, aman, dan ramah lingkungan.
III.3.2. Pembuatan film hibrida dengan variasi rasio mol C/Si. 26 III.3.3. Pembuatan film hibrida dengan variasi jumlah pelapisan. 26 III.3.4.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN PERNYATAAN... v PRAKATA. vii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL. xi DAFTAR LAMPIRAN. xii INTISARI xiii ABSTRACT. xiv BAB I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPerbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida
Perbandingan Stabilitas Lapisan Hidrofobik Pada Substrat Kaca Dengan Metode Sol-Gel Berbasis Water-glass dan Senyawa Alkoksida Laboratorium Elektrokimia dan Korosi Teknik Kimia FTI-ITS 2011 Mahardika Fahrudin
Lebih terperinciPENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI
PENGARUH NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA PADA RESIN SEBAGAI MATERIAL TRANSPARAN ANTI UV DAN SELF CLEANING MATERIAL SKRIPSI LAILA SARI 0810442038 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciSINTESIS LAPISAN TiO 2 MENGGUNAKAN PREKURSOR TiCl 4 UNTUK APLIKASI KACA SELF CLEANING DAN ANTI FOGGING
SINTESIS LAPISAN TiO 2 MENGGUNAKAN PREKURSOR TiCl 4 UNTUK APLIKASI KACA SELF CLEANING DAN ANTI FOGGING Anggi Pravita R, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang, material nano seperti nanowire, nanotube, nanosheet, dsb. tidak terlepas dari peranan penting katalis yang berfungsi sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nanoteknologi adalah ilmu yang mempelajari, menciptakan dan merekayasa material berskala nanometer dimana terjadi sifat baru. Kata nanoteknologi berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi, sudah seharusnya Indonesia memanfaatkannya sebagai energi listrik dengan menggunakan sel surya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi merupakan teknologi masa depan, tanpa kita sadari dengan nanoteknologi tersebut berbagai aspek persoalan dapat kita selesaikan (Anonim A, 2012). Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Proses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negative bagi lingkungan hidup. Industrialisasi
Lebih terperinciElektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning
Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Ardi Riski Saputra*, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi cahaya matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik melalui suatu sistem yang disebut sel surya. Peluang dalam memanfaatkan energi matahari masih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah berkembang suatu mekanisme fotokatalis yang menerapkan pemanfaatan radiasi ultraviolet dan bahan semikonduktor sebagai fotokatalis, umumnya menggunakan bahan TiO2
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Fabrikasi Membran PES Fabrikasi membran menggunakan bahan baku polimer PES dengan berat molekul 5200. Membran PES dibuat dengan metode inversi fasa basah yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan pangan yang semakin meningkat memicu peningkatan penggunaan pupuk untuk pertanian setiap tahunnya. Menurut perkiraan Departemen Pertanian, kebutuhan pupuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya
λ Panjang Gelombang 21 ω Kecepatan Angular 22 ns Indeks Bias Kaca 33 n Indeks Bias Lapisan Tipis 33 d Ketebalan Lapisan Tipis 33 α Koofisien Absorpsi 36 Frekuensi Cahaya 35 υ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. I.1 Latar Belakang Pasir besi merupakan salah satu sumber besi yang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketersediaan energi matahari di muka bumi sangat besar yakni mencapai 3x10 24 J/tahun atau sekitar 10.000 kali lebih banyak dari energi yang dibutuhkan makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan. 1.1 Latar Belakang Masalah Mineral besi oksida merupakan komponen utama dari
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA. Oleh STEFANI KRISTA BP :
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPORI TiO2-SiO2/KITOSAN DENGAN PENAMBAHAN SURFAKTAN DTAB SKRIPSI SARJANA KIMIA Oleh STEFANI KRISTA BP : 0910412029 JURUSAN S1 KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yulieyas Wulandari, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melamin merupakan senyawa kimia bersifat basa yang digunakan terutama sebagai bahan polimer. Tidak ada peraturan yang mengijinkan penambahan langsung melamin ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan
Lebih terperinciLogo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si
SEMINAR TUGAS AKHIR Add Your Company Slogan STUDI AWAL FABRIKASI DAN KARAKTERISASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) MENGGUNAKAN EKSTRAKSI BUNGA SEPATU SEBAGAI DYE SENSITIZERS DENGAN VARIASI LAMA ABSORPSI
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Penambahan PEG Terhadap Ketebalan Membran Fabrikasi membran menggunakan PES dengan berat molekul 5900, dengan PEG sebagai zat aditif dan menggunakan DMAc sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karena tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi tanpa energi matahari maka sebenarnya pemanfaatan energi matahari sudah berusia setua kehidupan itu sendiri.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopartikel merupakan suatu partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1 100 nm (Hosokawa, dkk. 2007). Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Titanium dioksida (TiO 2 ) sejak beberapa tahun terakhir banyak digunakan dalam berbagai bidang anatas anatara lain sebagai pigmen, bakterisida, pasta gigi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,
Lebih terperinciTUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN
TUGAS FISIKA FARMASI TEGANGAN PERMUKAAN Disusun Oleh : Nama NIM : Anita Ciptadi : 16130976B PROGRAM STUDI D-III FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2013/2014 KATA PENGANTAR Puji syukur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem penghantaran obat semakin meningkat. Sistem penghantaran obat tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial dalam berbagai bidang dan industri. Kitin dan kitosan merupakan bahan dasar dalam bidang biokimia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanoteknologi diyakini akan menjadi suatu konsep teknologi yang akan melahirkan revolusi industri baru di abad 21 (Anonim, 2011). Sekarang ini nanoteknologi memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi yang terus meningkat dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan gas alam menjadi pendorong bagi manusia untuk mencari sumber energi alternatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korosi merupakan salah satu permasalahan penting yang harus dihadapi oleh berbagai macam sektor industri di Indonesia terutama industri perkapalan. Tidak sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi minyak bumi yang berlebihan dan kebutuhan akan energi menciptakan masalah baru bagi keberlangsungan bumi, terutama makhluk hidup yang bergantung padanya.
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk mendistribusikan aliran fluida dari suatu tempat ketempat yang lain. Berbagi jenis pipa saat ini sudah beredar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sel surya merupakan salah satu divais elektronik yang dapat mengubah secara langsung energi radiasi matahari menjadi energi listrik. Sel surya merupakan sumber energi
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. semakin meningkat, maka perlu dilakukan suatu perencanaan dalam sistem
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karena ketergantungan akan kebutuhan energi listrik dari hari kehari semakin meningkat, maka perlu dilakukan suatu perencanaan dalam sistem ketenagaan yang dapat menyediakan
Lebih terperinciSILABUS IPA KELAS VII. Objek IPA dan pengamatannya Pengukuran Besaran Pokok dan turunan Satuan baku dan tak baku
LAMPIRAN 5 SILABUS IPA KELAS VII Kelas VII Alokasi waktu: 5 JPL / Minggu Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran 3.1 Menerapkan konsep pengukuran berbagai besaran yang ada pada diri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis sebagai salah satu hasil utama perikanan Indonesia. Menurut Pusat Data Statistik dan Informasi Departemen
Lebih terperinci2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran
2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,
Lebih terperinci6. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs
6. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMP/MTs KELAS: VII Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan
Lebih terperinci4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL
4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL 21 Pendahuluan Sel surya hibrid merupakan suatu bentuk sel surya yang memadukan antara semikonduktor anorganik dan organik. Dimana dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi alternatif telah mendorong minat yang besar pada device dan material dengan skala nanometer beberapa tahun terakhir ini. Material berskala nano
Lebih terperinciSTUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC
STUDI AWAL FABRIKASI DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) DENGAN EKSTRAKSI DAUN BAYAM SEBAGAI DYE SENSITIZER DENGAN VARIASI JARAK SUMBER CAHAYA PADA DSSC Surabaya 27 Januari 2012 Perumusan Masalah B Latar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri tekstil dan industri lainnya di Indonesia menghasilkan banyak limbah organik golongan senyawa azo, yang akan menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan nanopartikel saat ini sangat pesat. Dalam beberapa puluh tahun terakhir berbagai negara di Eropa, Amerika, Australia dan sebagian Asia mengarahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer memiliki
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini dapat digambarkan dalam diagram alir di bawah ini: Mulai Studi Literatur Persiapan Sampel Pembuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu rekayasa material menjadi suatu kajian yang sangat diminati akhir - akhir ini. Pemanfaatan material yang lebih dikembangkan saat ini adalah polimer. Polimer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopatikel merupakan partikel mikroskopis yang memiliki ukuran dalam skala nanometer yaitu < 100 nm. Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena ketika
Lebih terperinciPERANGKAT PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN. Nama Guru : Windi Agustine NIM : : SMP N 1 Kota Mungkid Tahun Pelajaran : 2016/ 2017
PERANGKAT PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Kelas : VII Nama Guru : Windi Agustine NIM : 13312241026 Sekolah : SMP N 1 Kota Mungkid Tahun Pelajaran : 2016/
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik, inorganik, logam maupun campuran metal organik dan memiliki sifat-sifat konduktor, semikonduktor
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.
Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.
Lebih terperinciADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA PELAPISAN SUPERHIDROFOBIK DAN UJI KEMAMPUAN SELF CLEANING PADA BATU ANDESIT SKRIPSI
PELAPISAN SUPERHIDROFOBIK DAN UJI KEMAMPUAN SELF CLEANING PADA BATU ANDESIT SKRIPSI SITI NUR WAHYUNI PROGRAM STUDI S-1 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari
Lebih terperinciSURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan )
SURFACE TENSION ( Tegangan Permukaan ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi fenomena-fenomena tersbut mempunyai hubungan dengan adanya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN SEL SURYA
PERKEMBANGAN SEL SURYA Generasi Pertama Teknologi pertama yang berhasil dikembangkan oleh para peneliti adalah teknologi yang menggunakan bahan silikon kristal tunggal. Teknologi ini dalam mampu menghasilkan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dalam dua dekade terakhir ini telah membawa pengaruh yang sangat luas dalam berbagai kehidupan manusia terutama dalam bidang ilmu sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karbon mesopori merupakan material berpori yang menarik perhatian peneliti karena keteraturan geometrinya dan memiliki potensi yang besar untuk berbagai aplikasi,
Lebih terperinciC w : konsentrasi uap air dalam kesetimbangan, v f dan f w menyatakan laju penguapan dengan dan tanpa film di permukaan
Adanya film monomolekuler menyebabkan laju penguapan substrat berkurang, sedangkan kesetimbangan tekanan uap tidak dipengaruhi Laju penguapan dinyatakan sebagai v = m/t A (g.det -1.cm -2 ) Tahanan jenis
Lebih terperinciKELAS VII : SEMESTER 1
A.. Standar Isi (SK dan KD) KELAS VII : SEMESTER 1 1. Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan 2. Memahami unsur, senyawa, dan campuran 3. Memahami gejalagejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan magnetic nanoparticles (MNPs) sebagai perangkat elektronik semakin banyak diminati. Hal ini didasarkan pada keunikan sifat kemagnetan yang dimilikinya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sel surya tersensitisasi zat warna (dye-sensitized solar cell, DSSC) merupakan jenis sel surya generasi ketiga yang banyak dikembangkan karena efisiensinya yang tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia industri. Boiler berfungsi untuk menyediakan kebutuhan panas di pabrik dengan mengubah air menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran logam berat sangat berbahaya bagi lingkungan. Banyak laporan yang memberikan fakta betapa berbahayanya pencemaran lingkungan terutama oleh logam berat pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan manusia. Industri memiliki potensi sebagai sumber terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis energi yang dialami hampir oleh seluruh negara di dunia menyebabkan beberapa perubahan yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Energi
Lebih terperinciSINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR
SKRIPSI - TK091384 SINTESIS SILIKA AEROGEL BERBASIS ABU BAGASSE DENGAN METODE PENGERINGAN PADA TEKANAN AMBIENT MENGGUNAKAN TEKNIK CO-PRECURSOR Disusun Oleh: Ernita Basaria Hutabarat 2307 100 084 Arini
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem tenaga listrik terdiri atas tiga bagian utama, yakni pusat pembangkit, saluran transmisi dan sistem distribusi. Pusat pembangkit listrik ada kalanya berlokasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 11. Rangkaian pengukuran karakterisasi I-V.
10 larutan elektrolit yang homogen. Pada larutan yang telah homogen dengan laju stirring yang sama ditambahkan larutan elektrolit KI+I 2 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 0.3 M tanpa annealing. Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu bahan akibat berinteraksi dengan lingkungan yang bersifat korosif. Proses korosi adalah
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Lokal (MOL) Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk cair. Bahan utama
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI
SINTESIS DAN KARAKTERISASI CORE-SHELL ZnO/TiO2 SEBAGAI MATERIAL FOTOANODA PADA DYE SENSITIZED SOLAR CELL (DSSC) SKRIPSI Oleh Yuda Anggi Pradista NIM 101810301025 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Nanoteknologi merupakan salah satu bidang yang menarik perhatian para peneliti dunia saat ini. Nanoteknologi adalah teknik rekayasa atau sintesis (kombinasi
Lebih terperinciLaporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan
Laporan Kimia Fisika Penentuan Tegangan Permukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak fenomena-fenomena alam yang kurang kita perhatikan akan tetapi fenomenafenomena tersbut mempunyai hubungan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian minyak, pekerjaan teknisi, dan proses pelepasan cat (Alemany et al,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenol merupakan senyawa organik yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan lingkungan hidup. Fenol merupakan salah satu senyawa organik yang bersifat karsinogenik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi rekayasa zat dalam skala nano selalu menjadi daya tarik di kalangan peneliti. Hal ini dikarenakan nanoteknologi akan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi. Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pengukuran sudut kontak merupakan salah satu metode yang terus dikembangkan untuk menentukan karakteristik permukaan material dan kemampuan interaksi antara permukaan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berupa material bening atau transparan yang biasanya dihasilkan dari
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR. Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
SIDANG TUGAS AKHIR Arisela Distyawan NRP 2709100084 Dosen Pembimbing Diah Susanti, S.T., M.T., Ph.D Jurusan Teknik Material & Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sintesa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciTiO 2 jatuh pada 650 nm sedangkan pada kompleks itu sendiri jatuh pada 600 nm, dengan konstanta laju injeksi elektron sekitar 5,5 x 10 8 s -1 sampai
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Transfer elektron antara material semikonduktor nanopartikel dengan sensitiser, yaitu suatu senyawa berwarna (dye) yang didopingkan pada semikonduktor merupakan subyek
Lebih terperinciPENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA
PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA Pembimbing:» Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng» Dr. Widiyastuti, ST. MT Penyusun:» Wahyu Puspitaningtyas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk kelompok senyawa polisakarida, dimana gugus asetilnya telah hilang sehingga menyisakan gugus amina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciSIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN
SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN Terdapat pada sistem pangan yang merupakan sistem 2 fase (campuran dari cairan yang tidak saling melarutkan immiscible) Antara 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran lingkungan oleh zat warna yang berasal dari industri tekstil dan pewarnaan (dying) serta pencemaran logam berat Cu(II) dari kegiatan electroplating
Lebih terperinci