I. PENDAHULUAN. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok (RPJMD ) yaitu: Menuju Kota Depok yang melayani dan mensejahterakan. Visi yang tertuang dalam RPJMD Kota Depok, mengandung pengertian Melayani yang berarti meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana bagi warga Depok dengan meningkatkan kemampuan lembaga dan aparatur pemerintahan dalam memberikan dan menyediakan barang-barang publik dengan cara-cara yang paling efisien dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah. Mensejahterakan yang berarti meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengembangkan potensi ekonomi yang dapat memberikan lapangan pekerjaan dan kehidupan bagi masyarakat banyak dan juga keuangan daerah. Tuntutan terhadap kinerja pemerintahan di Kota Depok di masa depan khususnya seperti terjadi di kota-kota lain di DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (JABOTABEK) terhadap pelayanan publik akan semakin tinggi. Dalam hal ini warga Depok merasakan kebutuhan akan ketertiban, transparansi, dan akuntabilitas dalam pemungutan biaya administrasi oleh pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan seperti kependudukan (KTP, Kartu Keluarga) dan biaya perizinan (IMB), serta kebutuhan akan sosialisasi PERDA yang terkait dengan kepentingan masyarakat, termasuk pula pelayanan di bidang pertanahan seperti pelayanan sertipikat hak atas tanah, dan pelayanan pertanahan lain termasuk pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan Kota Depok.

2 Kantor Pertanahan Kota Depok adalah salah satu instansi vertikal dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala BPN Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 juncto Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006, dimana sebagian tugasnya adalah seperti tertuang dalam Pasal 37 Peraturan Kepala BPN yaitu melakukan survey, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survey potensi tanah, serta penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah. Sementara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional, bahwa pelayanan bidang survey, pengukuran dan pemetaan kepada masyarakat meliputi: 1. Pelayanan survey, pengukuran batas kawasan atau batas wilayah, dan pemetaan; 2. Pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka penetapan batas, yang meliputi: a. Pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah; b. Pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah secara massal; c. Pelayanan pengembalian batas, dan; d. Pelayanan legalisasi gambar ukur surveyor berlisensi. 3. Pelayanan pengukuran dan pemetaan batas ruang atas tanah, ruang bawah tanah, atau ruang perairan. Berkaitan dengan pelayanan publik oleh BPN/Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, menurut hasil survei Litbang Surabaya Post menunjuk BPN sebagai

3 institusi layanan umum yang dirasakan paling tidak memuaskan dan paling banyak dikeluhkan warga Surabaya. Proses pengurusan sertifikat yang penuh pungutan liar, berbelit-belit, dan lamban. Tingginya ketidakpuasan terhadap layanan BPN ini selaras dengan hasil survei Transparancy International Indonesia (TII) terhadap persepsi kalangan pengusaha Indonesia dan asing di 32 kota/kabupaten di Indonesia pada tahun 2004 dan BPN berada di peringkat keempat sebagai institusi yang dinilai paling koruptif setelah kepolisian, militer, dan peradilan. Survei bertajuk Integritas Sektor Publik yang dihelat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada bulan Agustus hingga Oktober tahun 2007 di Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor, juga memperlihatkan hasil serupa. Hasilnya, selaras dengan hasil survei Litbang Surabaya Post, BPN sebagai pemegang otoritas pertanahan dinilai KPK sangat buruk dalam melakukan pelayanan, terutama ketika masyarakat ingin melakukan pengukuran dan pemetaan kadastral (pendaftaran pertama kali). Begitu pula Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia (Depkum dan HAM, yang di antaranya membawahi layanan keimigrasian) menempati urutan teratas sebagai instansi dengan tingkat pelayanan paling buruk. Selanjutnya dalam rapat dengar pendapat antara Badan Pertanahan Nasional dengan Komisi II DPR-RI, pada hari Rabu tanggal 19 Mei 2010, juga disinggung mengenai himbauan dan harapan DPR kepada BPN melalui Kepala BPN Joyo Winoto, Ph.D untuk segera membenahi pelayanannya kepada masyarakat. Himbauan tersebut diantaranya mendorong agar BPN meningkatkan upaya penyelesaian sengketa tanah tersebut secara cepat, tepat, obyektif dan berkeadilan termasuk penyelesaian kasus-kasus sengketa tanah yang disampaikan masyarakat melalui Komisi II DPR, meminta kepada

4 BPN untuk meningkatkan kinerjanya dalam pelayanan publik sehingga keluhan dan pengaduan terkait dengan pelayanan pertanahan dapat diminimalisir termasuk melaksanakan rekomendasi Ombudsman RI terkait pelaksanaan pelayanan publik di BPN, dan mendukung upaya BPN untuk menginisiasi rancangan Undang-Undang tentang pertanahan yang merupakan turunan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yang diharapkan mampu mensinkronisasi peraturan perundang-undangan bidang pertanahan yang selama ini tumpang tindih dan saling bertentangan dan sekaligus sebagai payung hukum untuk penyelesaian permasalahan pertanahan. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: PER/20/M.PAN/04/2006 tanggal 20 April 2006 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Publik, bahwa setiap instansi Pemerintah termasuk BUMN/BUMD dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat perlu menjadikan peraturan MENPAN tersebut sebagai pedoman dalam penyusunan standar pelayanannya, yang disesuaikan dengan kegiatan dan kewenangan masing-masing. Adapun standar pelayanan yang harus diterapkan tersebut meliputi prinsip-prinsip konsensus, sederhana, konkrit, mudah diukur, terbuka, terjangkau, dapat dipertanggungjawabkan, mempunyai batas waktu pencapaian, dan berkesinambungan. Kemudian komponen standar pelayanan publik yang harus diterapkan sekurang-kurangnya meliputi: jenis pelayanan, dasar hukum pelayanan, persyaratan pelayanan, prosedur pelayanan, waktu penyelesaian pelayanan, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana pelayanan, dan mekanisme penanganan pengaduan. Selain itu dalam penyusunan standar pelayanan perlu memperhatikan faktor pendukung seperti kompetensi petugas pemberi pelayanan, dan mekanisme pengawasan.

5 Sehubungan dengan standar pelayanan publik tersebut, BPN dalam hal ini Kantor Pertanahan Kota Depok telah memiliki standar pelayanan publik sesuai Surat Keputusan (SK) Kepala BPN Nomor 1 Tahun 2005 tentang Standar Prosedur Operasi Pengaturan dan Pelayanan (SPOPP) di Lingkungan BPN dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan SPOPP untuk Jenis Pelayanan Pertanahan Tertentu, khusus berkaitan dengan pelayanan bidang survey, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, yaitu kegiatan pemecahan sertifikat perorangan, pemisahan sertipikat perorangan, dan penggabungan sertipikat perorangan untuk permohonan satu sampai lima bidang maksimal waktu penyelesaiannya adalah 15 hari kerja saja. Berkaitan dengan pencapaian kinerja Kantor Pertanahan Kota Depok dalam memberikan pelayanan publik khususnya bidang survey, pengukuran dan pemetaan kepada masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 1. tentang keadaan jumlah petugas ukur/surveyor yang bertugas di Kantor Pertanahan Kota Depok dibandingkan dengan jumlah permohonan/pekerjaan dalam satuan bidang yang harus diselesaikan mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 (sampai dengan tanggal 30 Juni 2010), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini. Tabel 1. Keadaan Jumlah Pegawai dan Jumlah Permohonan Masyarakat di Kantor Pertanahan Kota Depok Tahun 2004 s/d Tahun No Tahun Jumlah Surveyor (Orang) Jumlah Permohonan (Bidang) Keterangan (Kinerja = Bidang /Orang) , ,1

6 , , , (s/d 30 Juni) ,8 Sumber : Kantor Pertanahan Kota Depok, data diolah 2010 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, telah terjadi peningkatan yang cukup tajam mengenai jumlah permohonan masyarakat terhadap pelayanan survey, pengukuran dan pemetaan di Kantor Pertanahan Kota Depok mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2009 yakni sekitar 54.6%, dari jumlah rata-rata beban pekerjaan per-orang hanya 364,8 bidang menjadi 668,7 bidang per-orang, per-tahun. Namun sebaliknya, dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 telah terjadi pengurangan jumlah petugas ukur/surveyor yang menangani pekerjaan tersebut sebesar 68%, yakni dari 25 orang surveyor di tahun 2004, sekarang di tahun 2009/2010 menjadi tinggal 17 orang. Pengurangan ini disebabkan beberapa dari mereka telah berpindah tempat tugas karena promosi/naik jabatan, dan juga ada beberapa yang pensiun karena telah mencapai batas usia maksimum 56 tahun. Kondisi demikian membuat beban pekerjaan yang harus ditanggung dan diselesaikan oleh para pegawai pelaksana di Kantor Pertanahan Kota Depok dalam melayani masyarakat menjadi semakin bertambah. Apabila ditinjau dari kemampuan seorang petugas ukur/surveyor pengukuran dan pemetaan kantor pertanahan kabupaten/kota, sebagaimana target dan estimasi yang telah ditetapkan oleh BPN Pusat, bahwa untuk mencapai target nasional sesuai sesuai arahan kegiatan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) diperlukan upaya percepatan pendaftaran bidang tanah di seluruh Indonesia yang meliputi 85 juta bidang tanah (UNDP, 2002). Sementara kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah

7 (BPN) guna melaksanakan kegiatan tersebut sangat terbatas dari segi fisik, manajerial maupun finansial bila dibandingkan dengan target cakupan luas, jumlah bidang dan waktu yang harus dicapai secara maksimal paling lambat selesai pada tahun 2025, dimana seluruh bidang tanah di Indonesia telah terdaftar/terpetakan. Adapun kondisi pengukuran/pemetaan dalam kaitannya dengan sertipikat secara nasional dapat dilihat seperti pada Tabel 2 tentang Jumlah Target/Estimasi Tanah Bersertipikat berdasarkan kondisi Tahun 1961 s/d 2025, sebagaimana dapat dilihat berikut ini. Tabel 2. Jumlah Target/Estimasi Tanah Bersertipikat Berdasarkan Kondisi Tahun 1961 s/d 2025 Tahun Tanah Bersertipikat (Jumlah Bidang) Jumlah Bidang (Rata²/tahun) Kendala Kegiatan Upaya/Solusi Pemerintah (BPN) Intern: Dana, Alat, SDM dan Per-UU Intern: Dana, Alat, SDM Prona,Proda,P3 HT,PP 10/1961 Ajudikasi,Prona Proda,SMS.

8 dan Per-UU Intern: Dana, Alat, SDM dan Per-UU Intern: Dana, Alat, SDM dan Per-UU Sumber : BPN Pusat, data diolah Ajudikasi,Prona Proda, SMS,IP4T Prona, Proda, SMS,IP4T Dari Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa selama periode tahun 2010 sampai dengan 2025 jumlah bidang tanah yang akan bersertipikat selama kurun waktu 15 tahun, adalah sebesar bidang, dan BPN harus mampu mensertipikatkan bidang tanah tersebut sebesar rata-rata bidang per-tahun, dengan kendala kegiatan yang utama secara intern adalah masalah pendanaan, peralatan, sumber daya manusia dan regulasi peraturan perundang-undangan yang belum mendukung. Sementara kendala ekstern adalah meliputi banyaknya jumlah bidang tanah yang luas dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia dan bukti-bukti kepemilikan tanah yang masih lemah oleh masyarakat pada umumnya. Apabila diasumsikan bahwa jumlah Propinsi 33 wilayah propinsi, Kabupaten/Kota 483 wilayah, dengan beban pekerjaan bidang tanah selama 2010 s/d 2025, maka jumlah beban pekerjaan pendaftaran tanah khususnya pengukuran dan pemetaan bidang tanah sebesar 6731 bidang per-tahun, per-kabupaten/kota. Dengan asumsi hari kerja selama setahun adalah 200 hari kerja (setelah dikurangi hari libur dan cuti bersama) maka beban pekerjaan pengukuran yang harus ditanggung oleh setiap Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia adalah sebesar 34 bidang tanah per-harinya. Hal ini berarti untuk kondisi ideal khususnya Kantor Pertanahan Kota Depok, dengan jumlah surveyor/petugas ukur 19 orang (Tahun 2009), adalah 34 bidang : 19 orang = 1.79 bidang

9 per-hari atau 1.79 x 200 hari kerja = 358 bidang per-orang per-tahun. Sementara dari Tabel 1 mengenai keadaan jumlah pegawai dan jumlah permohonan masyarakat di Kantor Pertanahan Kota Depok, untuk tahun 2009 tercatat sebesar bidang : 19 orang adalah 668,7 bidang, berarti ada kelebihan beban pekerjaan dari target ideal sebesar 86,8%, atau 668,7 bidang : 200 hari kerja = 3.34 bidang per-orang, per-hari. Apabila ditinjau dari jumlah tunggakan pekerjaan yang harus diselesaikan oleh para pelaksana kegiatan di seksi survey, pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kota Depok, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3 tentang monitoring kinerja seksi survey pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kota Depok, bahwa sisa tunggakan pekerjaan untuk tahun sebesar 2541 bidang, tahun sebesar 1301 bidang, dan pada tahun sisa tunggakan pekerjaan sebesar 899 bidang. Sehingga apabila dikaitkan dengan jumlah permohonan sampai dengan bulan juni 2010 sebesar 8786 bidang, maka berarti pekerjaan yang harus diselesaikan oleh para petugas pelaksana sebesar 9685 bidang, dan keadaan ini terus bertambah seiring berjalannya waktu dari hari ke hari dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya seperti pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Monitoring Kinerja Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Depok Tahun 2007, 2008 dan 2009.

10 Sumber : Kantor Pertanahan Kota Depok, 2010 Dari data monitoring kinerja Seksi Survey, Pengukuran dan Pemetaan Kantor Pertanahan Kota Depok di atas, apabila dikaitkan dengan penerapan SPOPP Nomor 1 Tahun 2005 jo Peraturan Kepala BPN Nomor 6 Tahun 2008 tentang Penyederhanaan dan Percepatan SPOPP, maka untuk pelayanan survey pengukuran dan pemetaan yang memenuhi syarat maksimal waktu penyelesaian pekerjaannya adalah 25 hari kerja. Selanjutnya hasil kinerja seksi survey, pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kota Depok seperti pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Persentase Jumlah Pekerjaan Dalam Satuan Bidang Yang Dapat Diselesaikan Sesuai SPOPP Tahun 2009 s/d Tanggal 30 Juni 2010

11 No. Tahun Waktu Penyelesaian (Hari Kerja) Jumlah Bidang Persentase (%) , > ,2 Total (s/d 30 Juni) , (s/d 30 Juni) > ,2 Total Sumber : Kantor Pertanahan Kota Depok, data diolah Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa jumlah bidang yang dapat diselesaikan sesuai dengan SPOPP untuk tahun 2009 adalah hanya sebesar 10,8%, sementara sampai dengan 30 Juni Tahun 2010 jumlah bidang yang dapat diselesaikan sesuai dengan SPOPP adalah hanya sebesar 23,8% saja. Dari data tersebut memang terlihat adanya kemajuan peningkatan penyelesaian pekerjaan tetapi masih sangat jauh dari kondisi yang diharapkan. Oleh karena itu melihat fenomena sebagaimana diuraikan sebelumnya berkaitan dengan kinerja dan sisa tunggakan pekerjaan yang harus diselesaikan dengan cepat, tepat dan bertanggung jawab oleh para pegawai di Kantor Pertanahan Kota Depok, maka diperlukan kajian dan analisis lebih lanjut dalam rangka memahami pelaksanaan pelayanan pertanahan kepada masyarakat khususnya pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah dengan mengukur tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan bidang survey pengukuran dan pemetaan Kantor Pertanahan Kota Depok serta menentukan kebijakan alternatif sebagai implikasi manajerial dalam meningkatkan kualitas pelayanan dimaksud kepada masyarakat pada umumnya. 1.2 Rumusan Masalah

12 Berdasarkan visi Kota Depok yang ingin melayani dan mensejahterakan rakyatnya, dan visi BPN Depok yaitu Menjadi Lembaga Instansi Vertikal Yang Konsisten dan Berkelanjutan Memberikan Pelayanan Prima Kepada Masyarakat Kota Depok di Bidang Pertanahan Yang Berkepastian Hukum Yang Tetap, maka sesuai salah satu misinya yaitu: Meningkatkan mutu pelayanan yang lebih berkualitas, cepat, akurat, tepat, transparan, dan akuntabel dengan tetap menjamin kepastian hukum sesuai ketentuan yang berlaku dan dengan kondisi kinerja dan beban pekerjaan yang semakin hari semakin meningkat baik kuantitas mapun kualitasnya, maka diperlukan kebijakan yang tepat dalam meningkatkan pelayanan pertanahan kepada masyarakat khususnya pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah Kantor Pertanahan Kota Depok. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan yang tepat, pemahaman yang baik dan benar mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan dengan menganalisanya dari sudut pandang konsumen yang didasarkan pada lima dimensi kualitas pelayanan parasuraman et.al (1990) yakni tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy menjadi satu hal yang menarik dan penting untuk dikaji lebih dalam. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian dalam kajian ini adalah: a. Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Depok? b. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Depok?

13 c. Alternatif kebijakan apa yang harus ditempuh sebagai implikasi manajerial untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Depok? 1.3. Tujuan Penelitian Bertolak dari perumusan masalah di atas, maka penelitian ini perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk: a. Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Depok. b. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Depok. c. Merumuskan alternatif kebijakan yang dapat ditempuh sebagai implikasi manajerial untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah di Kantor Pertanahan Kota Depok.

14 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan.

kinerja yang berkualitas merupakan suatu kebutuhan. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era reformasi, pemerintah dituntut untuk mampu menggalang partisipasi, mengedepankan transparansi dan akuntabilitas agar tercapai good governance. Kondisi ini berlaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pelayanan pensertifikatan tanah mempunyai arti strategis bagi kepentingan

I. PENDAHULUAN. Pelayanan pensertifikatan tanah mempunyai arti strategis bagi kepentingan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayanan pensertifikatan tanah mempunyai arti strategis bagi kepentingan masyarakat terutama dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kinerja pelayanan publik sudah menjadi isu utama di Indonesia. Sampai

I. PENDAHULUAN. Kinerja pelayanan publik sudah menjadi isu utama di Indonesia. Sampai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja pelayanan publik sudah menjadi isu utama di Indonesia. Sampai sekarang, sebagian besar masyarakat belum merasa puas dengan kinerja pelayanan publik, seperti pengurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek

I. PENDAHULUAN. Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan unsur yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap aspek kehidupan manusia selalu mempunyai hubungan dengan tanah termasuk sumberdaya alam yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan suatu siklus dalam proses menentukan kebijakan melalui urutan pilihan yang tepat dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan dalam berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22

I. PENDAHULUAN. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004, pemerintah daerah secara berkesinambungan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. xi

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. v DAFTAR GAMBAR. ix DAFTAR LAMPIRAN. xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah 12 1.3 Tujuan Penelitian. 13 1.4 Manfaat Penelitian.. 14 1.5 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (BPN-RI) merupakan satu-satunya lembaga pemerintah yang diberi kewenangan dalam memberikan pelayanan publik di bidang pertanahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian dilandasi ruh yang merupakan nilai (value) dan jiwa (spirit) dalam penyelenggaraan pembangunan sehingga tanpa adanya ruh yang menjadi dasar

Lebih terperinci

Kebutuhan Pelayanan Publik

Kebutuhan Pelayanan Publik BAB I Pendahuluan Bagian pendahuluan merupakan uraian yang mengantarkan pembaca untuk memahami apa yang dibicarakan dalam buku ini. Uraian terbagi dalam tiga subbab, yakni kebutuhan perbaikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 PERATURAN MENTERI NOMOR 38 TAHUN 212 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembinaan aparatur negara yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DAN KANTOR PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan

I. PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan adalah kebutuhan pokok bagi manusia, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat. Dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat, maka semakin meningkat pula tuntutan masyarakat

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/26/M.PAN/2/2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/26/M.PAN/2/2004 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : KEP/26/M.PAN/2/2004 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia memegang peranan yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas sebuah perusahaan/organisasi. Berhasil atau tidaknya sebuah organisasi

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.750 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA UNIT PELAYANAN PUBLIK BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut dalam pelaksanaannya melibatkan banyak unsur sumber

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini dituntut untuk lebih banyak memberikan perhatian kepada pelayanan publik. Badan Pelayanan PerizinanTerpadu dan Penanaman

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Profil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purbalingga Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah merupakan suatu entitas yang memiliki fungsi dan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah merupakan suatu entitas yang memiliki fungsi dan tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah merupakan suatu entitas yang memiliki fungsi dan tujuan memberikan layanan publik kepada masyarakat dengan menjalankan peran sebagai organisasi publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan bagian dari proses kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Seiring dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal

BAB I PENDAHULUAN. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum tingkat pelayanan publik di Indonesia saat ini masih rendah. Sementara pelayanan publik bukanlah suatu hal yang baru. Terdapat beberapa hal yang menunjukkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BADUNG Daftar Isi KEPUTUSAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PADA UPT STASIUN PENGAWASAN SDKP TUAL PERIODE JANUARI S.D DESEMBER 2015 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG LOKET PELAYANAN PERTANAHAN BAB I UMUM

MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG LOKET PELAYANAN PERTANAHAN BAB I UMUM PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 3 TAHUN 2010 TENTANG LOKET PELAYANAN PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya guna meningkatkan kualitas pelayanan publik, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Repbulik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja Instansi Pemerintah merupakan gambaran mengenai pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut segala aspek kehidupan yang sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KELURAHAN KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI BAB III DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional pertama kali dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988, telah beberapa kali

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT PADA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SURABAYA PERIODE Januari Desember 2015 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2011 adalah 237.641.326 jiwa. Dengan populasi sebesar itu Indonesia menduduki peringkat

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal

Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal 16 Badan Pertanahan Nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono. Pada saat itu terjadi perubahan yang signifikan karena merupakan awal terbentuknya Badan Pertanahan Nasional. Pada tahun 1998 masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aparatur pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai tugas pokok yang antara lain tercermin dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

Lebih terperinci

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Tahun 2016,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 28 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 28 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 28 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 564 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK (SPP) KANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n PERENCANAAN KINERJA Penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2015 ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003 PEDOMAN UMUM PENYELENGARAAN PELAYANAN PUBLIK I. Pendahuluan A. Latar Belakang Ketetapan MPR-RI

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No dalam huruf b, perlu dibuat dalam bentuk Standar Pelayanan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

2017, No dalam huruf b, perlu dibuat dalam bentuk Standar Pelayanan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru No.431, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. SP Kementerian ATR/BPN. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat. Periode Desember 2014

Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat. Periode Desember 2014 Laporan Indeks Kepuasan Masyarakat Periode Desember 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI VETERINER BANJARBARU 2014 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) i SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) PADA UPT PANGKALAN PENGAWASAN SDKP TUAL PERIODE TAHUN 2017 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN PANGKALAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN:

Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: Restorica Vol. 1, Nomor 01, April 2015 ISSN: 2407-3881 PENGARUH PENERAPAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN E-KTP PADA KANTOR KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KATINGAN Oleh

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk melayani masyarakat. Hal tersebut senada dengan Surjadi (2012:7), bahwa pelayanan publik merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73

C. Pengelolaan Keuangan BAB IV PENUTUP Kesimpulan... 73 C. Pengelolaan Keuangan... 67 BAB IV PENUTUP... 73 Kesimpulan... 73 LAMPIRAN : - Pernyataan Telah Direviu - Formulir Checklist Reviu - Reviu Matrik Rencana Strategis Pengadilan Tinggi Jakarta Tahun 2010-

Lebih terperinci

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010-2014. II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN A. Visi Pembangunan Pertanahan R encana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma kepegawaian di Departemen Keuangan dimulai pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi Biro Kepegawaian sebagai unit yang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI PROPINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LAMPIRAN II: Draft VIII Tgl.17-02-2005 Tgl.25-1-2005 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER 1 TAHUN 2017

LAPORAN HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER 1 TAHUN 2017 LAPORAN HASIL PENGUKURAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) SEMESTER 1 TAHUN 2017 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL, KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LKjIP BAPPEDA Tahun 2015 I / LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. LKjIP BAPPEDA Tahun 2015 I / LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), diperlukan pengembangan

Lebih terperinci

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM) BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN BANJAR TAHUN 2017 Jl. Pangeran Hidayatullah, No. 1 Martapura Telp. (0511) 4721358 Fax. (0511) 4721027 Kalimantan Selatan 70611 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan publik hingga saat ini belum sepenuhnya dapat dipenuhi oleh pemerintah. Kualitas pelayanan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA, KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR KEP/26/M.PAN/2/2004 TANGGAL 24 FEBRUARI 2004 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah

BAB I PENDAHULUAN. Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten Karimun berubah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Karimun, Dinas Kependudukan Catatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pertanahan Nasional Provinsi Lampung Badan Pertanahan Nasional adalah suatu lembaga Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan prima

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pelayanan prima BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pelayanan Publik menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 adalah segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi 4.1.1 Visi Visi adalah pandangan ideal keadaan masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan, dan secara potensial

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN DAN PENGATURAN PERTANAHAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN WONOSOBO

Lebih terperinci

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam RINGKASAN EKSEKUTIF Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, ditetapkan bahwa Kementerian Dalam Negeri merupakan salah satu unsur kementerian/ lembaga yang memiliki tugas

Lebih terperinci

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 Katalog BPS : 9204.3204 INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2011 Kerjasama BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG dengan BAPPEDA KABUPATEN BANDUNG Indeks Kepuasan Masyarakat Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan bahwa setiap lembaga pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN NEGERI RANGKASBITUNG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS KINERJA TAHUN 2015 2019 PENGADILAN NEGERI RANGKASBITUNG PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG PEMERINTAH KOTA BANDUNG KEPUTUSAN CAMAT SUKASARI Nomor 060/Kep.02.11 Kec.Sksr Tahun 2015 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DI LINGKUNGAN KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG CAMAT SUKASARI KOTA

Lebih terperinci