UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.l) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.l) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7"

Transkripsi

1 UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAN FRAKSI ETANOL EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya.l) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7 CYTOTOXICITY ASSAY ETHYL ACETATE FRACTION AND ETHANOL FRACTION OF ETHANOL EXTRACT PAPAYA LEAF (Carica papaya. L) ON BREAST CANCER CELL MCF-7 Desi Kurniasari 1), Kusmardi 2) dan Hadi Sunaryo 1) 1) Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta. 2) Bioassay Departemen Kimia Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Abstract Papaya leaves were used to treat malaria, appetite stimulant, fever and anticancer. Previous research on LC50 value BSLT method obtained ug/ml, it considering potentially as cytotoxic, Based on that fact, this research aimed at determining cytotoxic effect ethanol fraction and ethyl acetate fraction of 70% ethanol extract papaya leaf on MCF-7 cells. Cytotoxicity assay performed in vitro by direct calculation method ( viable cell count). Ethanol fraction and ethyl acetate fraction of 70% ethanol extract as the test solution was made 5 concentrations subsiquently of 20.93; 16.26; 12.64; 9.82; 7.63 ug / ml, whiles cells plus media as a negative control, cells plus DMSO as a solvent control. Results ethanol fraction LC50 24-hour incubation at ug / ml, ethyl acetate fraction LC50 24-hour incubation at ug / ml. It could be concluded that ethanol fraction and ethyl acetate fraction of 70% ethanol extract papaya leaf (Carica papaya L.) have cytotoxic quality on MCF-7 cells and the potential to be developed as an anticancer drug. Keywords: Cytotoxicity, Carica papaya.l, Cells MCF-7, Breast cancer. Abstrak Daun pepaya digunakan untuk mengobati malaria, merangsang nafsu makan, demam dan anti kanker. Penelitian sebelumnya pada metode BSLT diperoleh nilai LC50 23,73 μg/ml, dianggap potensial sebagai sitotoksik. Berdasarkan fakta tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol 70% daun pepaya terhadap sel MCf-7. Uji sitotoksisitas dilakukan secara in vitro dengan metode perhitungan langsung (viable cell count). Fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol 70% sebagai larutan uji dibuat 5 konsentrasi berikut 20,93; 16,26; 12,64; 9,82; 7,63 μg/ml, sedangkan sel ditambah media sebagai kontrol negatif, sel ditambah DMSO sebagai kontrol pelarut. Hasil LC50 Fraksi etanol inkubasi 24 jam sebesar 12,1338 µg/ml, LC50 Fraksi etil asetat inkubasi 24 jam sebesar 11,4156 µg/ml. Dapat disimpulkan bahwa fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki sifat sitotoksik terhadap sel MCF-7 dan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Kata kunci : Sitotoksisitas, Carica papaya.l., Sel MCF-7, Kanker payudara.

2 PENDAHULUAN Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali, dan akan terus membelah diri, dan menyerang organ-organ penting dalam tubuh (Mangan 2009). Di Amerika Serikat insiden kanker payudara 92 kasus baru / penduduk wanita dengan mortalitasnya 27/ yaitu 18% dari angka kematian pada wanita. Di indonesia insiden kanker payudara ini belum ada datanya, namun suatu data pathological base registration mencatat bahwa kanker payudara ini menduduki peringkat kedua (15,8%) dari sepuluh kanker setelah kanker mulut rahim ditempat pertama. Diperkirakan pula insiden kanker payudara ini di Indonesia semakin meningkat di masa yang akan datang (Reksoprodjo 2009). Salah satu masalah yang mempersulit upaya pengobatan kanker adalah kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat yang belum memadai. Mengingat mahalnya biaya pengobatan, perlu dicari alternatif dengan memanfaatkan tumbuhan obat disekitar kita yang berkhasiat sebagai antikanker. Pengobatan tradisional sering dilakukan masyarakat karena biaya murah, bahannya mudah didapat, dan aman bagi tubuh dan memiliki efek samping yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat-obat modern. Tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat anti kanker yaitu daun pepaya. Kandungan kimia daun pepaya adalah enzim papain, alkaloid karpaina, pseudo karpaina, glikosid, karposid dan saponin (Depkes 2000). Daun pepaya berkhasiat obat malaria, menambah nafsu makan, demam (Depkes 2000), hepatoprotektor (Dwi Astuti 2009), anti kanker dari ekstrak daun pepaya (Sukardiman dan Wiwied 2006), senyawa alkaloid golongan piperidina yang terdapat pada daun pepaya memiliki aktivitas antikanker dengan menginduksi apoptosis adalah senyawa flavopiridol, yang merupakan senyawa hasil semisintesa dari alkaloid piperidina dengan senyawa flavonoid (Wittmann et al. 2003). Data empiris ini didukung oleh penelitian sebelumnya tentang uji toksisitas ekstrak daun pepaya mengunakan metode Brine Shirmp Lethality Test (BSLT) pada ekstrak etanol daun pepaya memiliki nilai LC50 23,73 µg/ml dan ekstrak kloroform daun pepaya memiliki nilai LC50 18,19 µg/ml. Dengan demikian ekstrak kloroform dan ekstrak etanol daun pepaya dikatakan memiliki potensi sebagai antikanker karena jika suatu zat memiliki nilai LC50 < 1000 µg/ml zat tersebut dianggap potensial sebagai sitotoksik (Awolola et al. 2010). Penelitian yang telah dilakukan oleh (Sukardiman dkk. 2006), menunjukkan bahwa fraksi kloroform daun pepaya memiliki aktivitas sitotoksik terhadap sel mieloma dengan nilai LC50 sebesar 104,4 µg/ml dan mampu menginduksi apoptosis dengan metode pewarnaan atidium bromida dan acridine orange. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti ingin mencoba melanjutkan meneliti uji sitotoksik fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun pepaya terhadap sel kanker yaitu sel MCF-7. Sel MCF-7 adalah salah satu model sel kanker payudara

3 yang banyak digunakan dalam penelitian. Dan metode yang digunakan yaitu metode perhitungan langsung (viabel cell acount). METODELOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan yaitu: toples kaca, blender, timbangan analitik, gelas ukur, batang pengaduk, rotary evaporator, lemari es, dan oven, labu kultur jaringan, plat kultur jaringan, kabinet laminari, inkubator sel dengan aliran CO2 5%, pendingin, tangki nitrogen cair, alat suntik, tabung eppendrof, pipet serologik, tabung dan alat sentrifuse, penyaring steril berdiameter pori 0,2 µ, mikropipet, alat-alat gelas, timbangan analitik, ph meter, mikroskop, hemocytometer. Bahan Daun pepaya, sel MCF-7, Etanol 70% teknis (merck), etil asetat teknis (merck), Dymethyl Sulfoxide (DMSO,Sigma), Medium kultur Roswell Park Memorial Institute 1640 (RPMI 1640 Hybri -Max, sigma), HEPES (Asam N -2- dihidroksietil-piperazin-n -2-etana sulfonat,flow lab), Fetal Bovine Serum (FBS 10%) (Gibco), Phosfat Buffer Salina (PBS) (Merck), Penisilin-streptomisin 1% (Gibco), fungizon 0,5% (Gibco), HCl 0,1%, natrium karbonat (Na 2CO3), dinatrium hidrogen fosfat, kalium dihidrogen fosfat, natrium klorida, biru tripan, aqubidest, tripsin. Prosedur Pembuatan ekstraksi dan fraksinasi daun pepaya Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dengan larutan penyari yaitu etanol 70% sampai seluruh simplisia terendam. Pelarut dilebihkan setinggi kurang lebih 3 cm diatas permukaan serbuk. Proses perendaman ini dilakukan selama 3 hari dan dilakukan pengadukan beberapa kali agar senyawa senyawa yang terdapat pada simplisia dapat lebih larut selama pengadukan pelarut diganti, kemudian di saring dengan kertas saring sehingga filtrat hampir tidak berwarna (± 3 perlakuan). Sebagian maserat dipekatkan dengan menggunakan alat rotary evaporator dengan suhu tidak lebih 50 o C dengan kecepatan 6 rpm hingga diperoleh ekstrak yang kental dan pekat tetapi masih dapat mengalir (Depkes 2008). Untuk membuat fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya dimasukkan ke dalam corong pisah. Kemudian di fraksinasi dengan pelarut n-heksan dengan perbandingan (1:1), kocok selama ± 15 menit. Setelah didiamkan beberapa lama terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan n-heksan dengan lapisan etanol 70%. Lapisan n-heksan ( bagian atas ) dipisahkan dengan membuka kran (corong) pisah sampai lapisan etanol habis. Diambil lapisan n-heksan kemudian dipisahkan sebagai fraksi n-heksan. Lapisan etanol kemudian difraksinasi kembali dengan pelarut etil asetat dengan perbandingan (1:1), kocok selama ± 15 menit. Setelah didiamkan beberapa lama terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan etil asetat (bagian atas) dan lapisan etanol 70% (bagian bawah). Lapisan etil asetat dipisahkan dengan membuka kran corong pisah sampai lapisan etanol habis. Diambil lapisan etanol 70% dan lapisan etil asetat kemudian dipisahkan sebagai fraksi etanol dan fraksi etil asetat. Fraksi etanol

4 diuapkan dengan vacum rotary evaporator pada suhu 50 ºC hingga kental tapi masih bisa dituang. Kemudian fraksi tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 40ºC (Depkes 1986). Pemanenan dan penghitungan sel MCF-7 Sel yang telah aktif dicuci tiga kali dengan 10 ml PBS. Kemudian ditambahkan 1 ml tripsin untuk melepaskan sel dan dinding flask. Sel dipindahkan dalam tabung konical steril, ditambahkan medium hingga 10ml, suspensi sel di sentrifuge dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit. Supernatan yang diperoleh dibuang, pellet disuspensikan dalam 10 ml media RPMI 1640 dihitung jumlah selnya menggunakan haemocylometer dengan mencampurkan 10 µl suspensi sel dengan 90 µl biru tripan di bawah mikroskop. Sebanyak 10 µl campuran dipipet ditaruh pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup, Biarkan kamar hitung terisi larutan perlahan lahan sampai penuh. Sel diamati dengan pembesaran 100 kali. Pembuatan larutan uji fraksi etil asetat dan fraksi etanol dari ekstrak daun pepaya Fraksi etanol dan fraksi etil asetat ditimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dengan DMSO 0,25% dalam labu ukur 10 ml sehingga konsentrasi larutan induk 5000 µg/ml. Dari larutan induk dipipet sebanyak 1 ml dan ditambahkan pelarut 9 ml sehingga diperoleh konsentrasi 500 µg/ml dan kemudian dari larutan ini dibuat pengenceran dengan konsentrasi 20,93; 16,26; 12,64; 9,82 dan 7,63 µg/ml untuk fraksi etilasetat dan fraksi etanol. Semua larutan uji dibuat dengan pengenceran bertingkat. Uji sitotoksisitas dengan metode perhitungan langsung Pada penelitian ini dibagi 3 kelompok pengujian yaitu media ditambah sel sebagai kontrol negatif, sel ditambah pelarut DMSO 0,25% sebagai pelarut masing-masing dibuat 3 kali, dan pengujian larutan sampel uji sebanyak 5 konsentrasi yaitu: 20,93; 16,26; 12,64; 9,82 dan 7,63µg/ml untuk fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Masing-masing dimasukkan kedalam plate 96 sumuran sebanyak 100 µl, kemudian ditambahkan suspensi sel sebanyak 100 µl kedalam tiap sumuran, sehingga tiap sumuran berisi 200 µl larutan. Seri kadar dilakukan tiga kali replikasi (triplo) untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, selanjutnya kultur dinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 o C. Untuk menghitung jumlah sel tiap sumuran diambil medianya sebnyak 50 µl kemudian ditambahkan 50 µl larutan biru tripan. Setelah kurang lebih 3 menit diresuspensi diambil 10 µl untuk dihitung jumlah selnya menggunakan haemocytometer. Persentase kematian sel dengan metode perhitungan langsung (viabel cell acount) dihitung dengan menggunakan rumus yang dipakai oleh Doyle dan Griffith: Persen kematian yang diperoleh masing-masing konsentrasi diubah kedalam angka probit dengan menggunakan tabel probit. Dari data itu dibuat persamaan regresi linier untuk melihat hubungan antar

5 perlakuan dengan persen kematian sel. Perhitungan dengan cara probit ini memasukan angka 5 sebagai HASIL DAN PEMBAHASAN Daun pepaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pepaya segar yang diperoleh dari pembudidayaan pepaya gantung di daerah cibinong Bogor. Untuk memastikan kebenaran simplisia yang akan digunakan maka dilakukan determinasi tanaman di Herbarium Bogoriense hingga mendapatkan hasil bahwa simplisia tersebut adalah daun pepaya ( Carica papaya.l). Daun pepaya segar dibersihkan terlebih dahulu dibersihkan dan dirajang kemudian dikeringkan dengan cara diangin-angikan untuk menghindari kerusakan senyawa dalam kandungan tanaman tersebut. Daun pepaya kering lalu diserbukan dan diayak dengan ayakan No.4/18, pengayakan dilakukan bertujuan untuk memperoleh ukuran serbuk yang relatif seragam dan ukuran tidak terlalu halus. Metode yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah metode maserasi. Maserasi merupakan proses penyarian yang menggunakan alat sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia halus. Teknik penyarian dengan metode maserasi dilakukan dengan merendam simplisia dengan cairan penyari tertentu. Karena perbedaaan konsentrasi di luar dan di dalam sel, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar probit kedalam regresi linier, hasil distribusi dan antilogaritma serta hasil tersebut merupakan nilai LC50. sel, maka larutan yang pekat didorong ke luar. Peristiwa ini terjadi berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Pada penelitian ini, penyari yang digunakan adalah etanol 70%. Etanol karena etanol memiliki dua gugus yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat nonpolar, sehingga semua senyawa yang ada dalam kandungan daun pepaya tertarik keluar oleh pelarut etanol. Selain itu etanol tidak beracun, netral, kapang dan kuman sulit untuk tumbuh, absorbsinya baik dan panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih kecil. Digunakan konsentrasi 70% bertujuan untuk memudahkan proses penarikan senyawa karena simplisia yang dipakai adalah simplisia kering, dengan demikian diharapkan kandungan air 30% nya melakukan pembasahan terhadap serbuk sehingga proses pertukaran cairan di dalam sel berlangsung lebih mudah dan cepat. Setelah proses maserasi selesai kemudian maserat dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator dengan suhu 50 o C. Setelah diperoleh ekstrak etanol, kemudian difraksinasi. Tujuan dilakukan fraksinasi ini adalah untuk memisahkan kandungan zat kimia yang terdapat dalam ekstrak daun pepaya berdasarkan kepolarannya. Fraksinasi dimulai dengan menggunakan n-heksan, kemudian terdapat lapisan n-heksan dan campuran residu. Kemudian residu difraksinasi dengan pelarut etil asetat sehingga didapat fraksi etanol. Fraksi etanol tersebut diuapkan dengan

6 rotary evaporator. Setelah didapat fraksi kental etanol dan fraksi kental etil asetat kemudian dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 40º. Pada penelitian ini cairan yang digunakan pada fraksinasi adalah etanol dan etil asetat. Etanol adalah senyawa polar. Etanol dipilih karena etanol dapat menarik senyawa yang larut dalam pelarut polar. Sedangkan etil asetat adalah senyawa semi polar. Etil asetat dipilih karena etil asetat dapat menarik senyawa yang larut dalam pelarut polar dan senyawa yang larut dalam pelarut semi polar. Hasil perolehan fraksi etil asetat dan fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya berbau khas, rasa pahit dan berwarna hijau kecoklatan serta mengandung senyawa kimia alkaloid, flavonoid dan saponin. Susut pengeringan fraksi etil asetat dan fraksi etanol sebesar 0,7793% dan 3,2354%. Hasil rendemen fraksi etil asetat dan fraksi etanol sebesar 4,2398% dan 7,2970%. Hasil uji identifikasi golongan kimia terbukti bahwa fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya mengandung beberapa senyawa yang berkhasiat sebagai anti kanker seperti alkaloid, flavonoid dan saponin. Hasil di tampilkan pada tabel I. Tabel 1. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia No. Hasil pemeriksaan Fraksi etil asetat Fraksi etanol atau pengujian 1. Flavonoid Alkaloid Saponin Tanin - - Keterangan: (+) = ada (-) = tidak ada Penelitian uji sitotoksisitas pada umumnya dilakukan secara in vitro metode ini dipilih karena metodenya cepat, hanya memerlukan sedikit senyawa yang digunakan dalam pengujian, tidak memerlukan hewan laboratorium, dan dapat memberikan informasi tentang potensi efeknya pada sel target secara langsung. Sel yang digunakan dalam uji sitotoksik ini yaitu sel MCF-7. Sel MCF-7 merupakan continuous cell lines yang tumbuh sebagai sel yang semi melekat pada jaringan payudara. Sel MCF-7 dipilih karena lebih mudah ditangani, tumbuh lebih cepat, sehingga mampu memproduksi lebih banyak sel, selain itu Sel MCF-7 juga biasa digunakan untuk tes antitumor, transformasi uji tumorigenitas, uji sitotoksisitas, biologi sel dan invasi bakteri. Kepadatan sel yang dihitung dengan haemocytometer, diperoleh sebanyak 772 sel dengan rata-rata 30,88 sel pada tiap bidang. Sehingga diperoleh kepadatan sel dengan jumlah 30,88 x 10 5 sel/ml, pada tiaptiap sumuran dimasukkan sebanyak 100 µl suspensi sel di dapat kepadatan sel 61,76 x Media yang digunakan pada kultur sel MCF-7 adalah RPMI. Media RPMI mengandung nutrisi

7 yang dibutuhkan sel seperti asam amino, vitamin, garam-garam anorganik dan glukosa, sedangkan serum mengandung hormon yang memacu pertumbuhan sel, albumin sebagai protein transport, lipid untuk pertumbuhan sel dan mineral sebagai kofaktor enzim. Pada pengujian sitotoksik pelarut yang digunakan untuk melarutkan fraksi etil asetat dan fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya adalah DMSO, DMSO dipilih karena tidak toksik terhadap sel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode perhitungan langsung menggunakan haemocytometer. Haemocytometer merupakan perangkat gelas bersama coverslip tipis, terbagi dalam sembilan area dengan empat area pojok sebagai area menghitung jumlah sel. Ketebalan chamber adalah 0,1 mm dengan kapasitas 10 μl cairan berisi sel dalam area 0,9 mm 3. Pewarna yang digunakan dalam memudahkan penelitian uji sitotoksik ini yaitu Tripan blue. Tripan blue biasa digunakan untuk membedakan sel hidup dan sel mati. Sel yang mati akan terlihat berwarna biru, karena membrane sel yang telah lisis protein dalam plasmanya akan berikatan dengan tripan blue sehingga sel menjadi berwarna biru. Hal ini tidak terjadi pada sel yang hidup karena tidak mengalami kerusakan pada membran selnya. Hasil pengamatan ditunjukkan pada gambar 1. a b Keterangan a : sel mati, b: sel hidup Gambar 1. Sel kanker payudara MCF-7 dengan penambahan biru tripan Uji sitotoksik dengan metode perhitungan langsung dimana sel mendapat 3 kelompok perlakuan sebagai berikut: fraksi etanol dan fraksi etil asetat sebagai larutan uji dibuat 5 konsentrasi. Sel ditambah media sebagai kontrol negatif, sel ditambah DMSO sebagai kontrol pelarut. Inkubasi dilakukan dalam waktu 24 jam. Pada penelitian ini dilakukan inkubasi 24 jam, inkubasi 24 jam bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 atau nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% serta menunjukan ketoksikan suatu senyawa terhadap sel. Pada penelitian ini dilakukan inkubasi 24 jam, inkubasi 24 jam bertujuan untuk mengetahui nilai LC50 atau nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel 50% serta menunjukan ketoksikan suatu senyawa terhadap

8 sel. Hasil pengujian pada larutan uji fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya diperoleh nilai LC50 = 12,1338 µg/ml µg/ml, dan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun pepaya diperoleh LC50= 11,4156 µg/ml. Hasil pengamatan ditampilkan pada Tabel II dan Tabel III. Tabel II. Nilai LC50 Fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya inkubasi 24 jam Konsentrasi (µg/ml) Log konsentrasi (x) % kematian Probit (y) 20,93 1, ,71 6, ,26 1, ,81 5, ,64 1, ,77 5,1434 9,82 0, ,13 4,7233 7,63 0, ,95 4,2244 Y = 0, ,3442 X r = 0,9943 LC50 = 11,4156 µg/ml Tabel III. Nilai LC50 Fraksi etanol ekstrak etanol 70% daun pepaya inkubasi 24 jam Konsentrasi (µg/ml) Log konsentrasi % kematian Probit (y) (x) 20,93 1, ,33 5, ,26 1, ,00 5, ,64 1, ,92 5,3202 9,82 0, ,00 4,4172 7,63 0, ,37 4,0576 Y = 0, ,6025 X r = 0,9806 LC50 = 12,1338 µg/ml

9 Berikut adalah grafik hubungan konsentrasi dengan persen kematian sel pada inkubasi 24 jam % kematian Fraksi etil asetat y = 4,8938 x 9,5772 r = 0, konsentrasi (µg/ml) Fraksi etanol y = 5,1631 x 16,3511 r = 0,9416 fraksi etil asetat Linear (fraksi etil asetat) fraksi etanol Linear (fraksi etanol) Gambar 2. Grafik hubungan konsentrasi dengan % kematian fraksi etanol dan fraksi etil asetat inkubasi 24 jam. Berdasarkan nilai LC50 yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa daun pepaya mempunyai sifat sitotoksik terhadap sel kanker payudara (MCF -7). Dan daya sitotoksik fraksi etil asetat lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi etanol karena LC50 semakin kecil yang berarti aktivitasnya semakin besar. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan ekstrak etanol 70% daun pepaya terhadap larva artemia salina leach menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) memiliki nilai LC50 23,73 μg/ml sedangkan fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya terhadap sel MCF-7 dengan inkubasi 24 jam diperoleh nilai LC50 12,1338 µg/ml SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan fraksi etanol dan fraksi etil asetat dari ekstrak etanol 70% daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap sel MCF-7 memiliki nilai LC50 pada inkubasi 24 jam sebesar 12,1338 µg/ml dan 11,4156 µg/ml dan masuk dan 11,4156 µg/ml. Dengan demikian tampak bahwa dengan meningkatnya kandungan senyawa aktif yang dimaksud maka harga LC50 semakin kecil yang berarti aktivitasnya semakin besar. Dari data LC50 yang diperoleh, fraksi etanol dan fraksi etil asetat ekstrak etanol 70% daun pepaya berada dalam rentang amat sangat toksik yaitu 5-50 µg/ml, dapat dikatakan memiliki potensi sitotoksik terhadap sel kanker payudara (MCF -7). Untuk memisahkan zat yang bersifat sitotoksik tersebut, maka perlu dilakukan isolasi lebih lanjut, sehingga daun pepaya dapat dimanfaatkan untuk pengembangan obat tradisional pada penyakit kanker khususnya kanker payudara. dalam rentang amat sangat toksik yaitu 5-50 µg/ml. Dapat disimpulkan bahwa daun pepaya memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sel kanker yang

10 sama dengan metode yang berbeda secara in vitro atau in vivo untuk mengetahui sifat toksiknya dan mengisolasi lebih lanjut senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman daun pepaya yang berkhasiat dan berpotensi sebagai obat antikanker. DAFTAR PUSTAKA Awolola G, Oluwaniyi O, Solanke A, Dosumu O, and Shuiaba O Toxicity assessment of natural and chemical coagulants using brine shrimp(artemia salina) bioassay. Dalam: Int. J. Biol. Chem. Sci 4(3). Hlm Departemen Kesehatan RI Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI. Dirjen POM. Jakarta. Hlm. 8, Departemen Kesehatan RI, Farmakope Herbal Indonesia Edisi 1. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Hlm Direktorat Jendral POM Buku Panduan Teknologi Ekstrak. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal. 1, 6-7, 8-9, Doyle A, Griffiths JB Cell and Tissue Culture For Medial Research. New York: John Wiley & Sons. Hlm. 12-6,48-9,409. Dwi Astuti S Efek Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica papaya, Linn.) Terhadap Aktivitas AST & ALT pada Tikus Galur Wistar Setelah Pemberian Obat Tuberkulosis (Isoniazid & Rifampisin). Skripsi. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi. Hlm Mangan Y Solusi Sehat Mencegah dan Mengatasi Kanker. Agromedia. Jakarta. Hlm.1, 8-10, 49. Reksoprodjo S Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Binarupa Aksara. Jakarta. Hlm , Sukardiman dan Wiwied E Uji Anti Kanker dan Induksi Apoptosis Fraksi Kloroform dari Daun Papaya (Carica papaya,l.) terhadap Kultur Sel Kanker. o.id/gophp?node = 146 jkp kbppk-gdl-res2007- sukardiman Dalam: Jurnal Media Kedokteran Hewan. Hlm Wittmann S, Bali P, Donapaty S, Nimmanapalli R, Guo F, Yamaguchi H, Huang M, Jove R, Wang HG & Bhalla K Flavopiridol down regulates antiapoptotic proteins and sensitizes human breast cancer cells to epothilone induced apoptosis. Cancer Res. Hlm. 63:

11

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa Cytotoxicity assay ethanol fraction of ethanol 70% extract of bitter melon fruit (Momordica

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% HERBA CEPLUKAN (Physalis angulata Linn.) TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA T47D SECARA IN VITRO IN VITRO CYTOTOXICITY ASSAY ETHYLE ACETATE FRACTION OF

Lebih terperinci

Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara. Abstrak. Abstract

Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara. Abstrak. Abstract Original Article 79 Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Antikanker Payudara Dwitiyanti Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, Jakarta Timur 13460 Email : dwity.farmasi@gmail.com

Lebih terperinci

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL 70% BUAH PARE (Momordica charantia L.) TERHADAP SEL HeLa CYTOTOXICITY ASSAY ETHYL ACETATE FRACTION OF ETHANOL 70% EXTRACT OF BITTER MELON FRUIT (Momordica

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung Lawu. Sedangkan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Biologi dan Kimia

Lebih terperinci

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi 3 2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam, Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong dan Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan sampel ascidian telah dilakukan di Perairan Kepulauan Seribu. Setelah itu proses isolasi dan pengujian sampel telah dilakukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat 47 LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat Biji Alpukat - Dicuci dibersihkan dari kotoran - Di potong menjadi

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 2 dalam menurunkan kadar glukosa dalam darah, selain itu daun anggrek merpati juga memiliki kandungan flavonoid yang tinggi, kandungan flavonoid yang tinggi ini selain bermanfaat sebagai antidiabetes juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar dan Waktu Penelitian Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian daun dari tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris in vitro. B. Sampel Penelitian Subjek penelitian ini adalah Human Dermal Fibroblast,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Lampiran 1 Hasil identifikasi tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 2 Gambar tumbuhan andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC) Lampiran 3 Gambar buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium

Lebih terperinci

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK

POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) ABSTRAK POTENSI SITOTOKSIK EKSTRAK AIR DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) Nadia Rahma Kusuma Dewi*, Hadi Kuncoro, Laode Rijai Laboratorium Penelitian dan Pengembangan FARMAKA TROPIS, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata Linn) terhadap kultur primer sel hepar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa

Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2009, hal. 7-11 ISSN 1693-1831 Vol. 7, No. 1 Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa IRA DJAJANEGARA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat 19 Metode ekstraksi tergantung pada polaritas senyawa yang diekstrak. Suatu senyawa menunjukkan kelarutan yang berbeda-beda dalam pelarut yang berbeda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratorium. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun ciplukan (Physalis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.)

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan poguntano (Picria fel-terrae Lour.) Lampiran 2. Gambar daun poguntano (Picria fel-terrae Lour.) a Keterangan: a. Gambar daun poguntano b. Gambar simplisia daun poguntano

Lebih terperinci

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng 44 Tumbuhan ketepeng Daun ketepeng Lampiran 3.Gambarsimplisia dan serbuk simplisia daun ketepeng 45 Simplisia daun ketepeng Serbuk simplisia daun ketepeng Lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang uji sitotoksisitas rebusan daun sirsak (Annona muricata L) terhadap kultur primer sel otak baby hamster yang dipapar dengan dimetilbenz(α)antrase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, yaitu: 1. Tempat pengambilan sampel dan preparasi sampel dilakukan di desa Sembung Harjo Genuk Semarang

Lebih terperinci

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa

Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Tugas Akhir SB 091351 Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Siklus Sel Kanker HeLa Ika Puspita Ningrum 1507100059 DOSEN PEMBIMBING: Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si N. D. Kuswytasari,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 19 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental 4.2. Tempat Penelitian 1. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH Dian Pratiwi, Lasmaryna Sirumapea Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Bhakti Pertiwi Palembang ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12-

BAB III METODE PENELITIAN. asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian tentang Pengaruh Ekstrak Pegagan (Centella asiatica L.) terhadap Pertumbuhan Sel Hepar Baby hamster yang Dipapar 7.12- dimetilbenz(α)antrasen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium 22 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis senyawa menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua rancangan penelitian, yaitu : deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH) BIOAKTIVITAS EKSTRAK METANOL DAN FRAKSI N-HEKSANA DAUN SUNGKAI (PERONEMA CANESCENS JACK) TERHADAP LARVA UDANG (ARTEMIA SALINA LEACH) Islamudin Ahmad dan Arsyik Ibrahim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach)

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach) UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL DARI VARIASI TEH DAUN SIRSAK (Annona muricata Linn) TERHADAP LARVA UDANG (Artemia salina Leach) Mega Yulia, Devahimer Harsep Rosi Akademi Farmasi Imam Bonjol Bukittinggi

Lebih terperinci

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO

TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL KULIT UMBI KETELA GENDRUWO (Manihot utilissima Pohl) DENGAN BRINE SHRIMP LETHALITY TEST Susan Retnowati, 2011 Pembimbing : (I) Sajekti Palupi, (II) Elisawati Wonohadi ABSTRAK

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH Dian Kartikasari 1, Nurkhasanah 2, Suwijiyo Pramono 3 1 Pasca sarjana prodi Farmasi Universitas Ahmad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental laboratorium. B. Lokasi Penelitian Ekstraksi dilakukan di Lembaga Penelitian dan Pengujian Terpadu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di laboratorium Biologi Molekuler dan Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dari bulan Agustus 2006 sampai Juli 2007, bertempat di Laboratorium Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Pengumpulan Bahan Tumbuhan yang digunakan sebagai bahan penelitian ini adalah daun steril Stenochlaena palustris. Bahan penelitian dalam bentuk simplisia, diperoleh dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) Nazmy Maulidha*, Aditya Fridayanti, Muhammad Amir Masruhim Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

Prosiding Farmasi ISSN:

Prosiding Farmasi ISSN: Prosiding Farmasi ISSN: 2460-6472 Uji Sitotoksik Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Daun Pepaya (Carica papaya.l) Terhadap Larva Udang Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Cytotoxic

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen kuantitatif dengan variabel hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 21 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini berupa penelitian analitik eksperimental. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian Pengaruh Vitamin E (α-tocoferol) Terhadap Kerusakan, Viabilitas, dan Abnormalitas Kultur Primer Sel Paru-Paru Fetus Hamster Yang Dipapar Etanol

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel penelitian 1. Variabel bebas : variasi konsentrasi sabun yang digunakan. 2. Variabel tergantung : daya hambat sabun cair dan sifat fisik sabun 3. Variabel terkendali

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Jawa Barat. Identifikasi dari sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

BAB III METODE PENELITIAN. primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian peran vitamin E (alpha tokoferol) terhadap proliferasi kultur primer sel otak fetus hamster ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 23 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran Fakultas

Lebih terperinci

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT)

UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) UJI EFEK TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL AKAR AWAR-AWAR (Ficus septica Burm.F) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Suryanita Program Studi D3 Farmasi STIKES Nani Hasanuddin Makassar (Suryanita_noth@yahoo.com)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk, Lampiran. Persiapan Media Bakteri dan Jamur Media Trypticase Soy Agar (TSA) Sebanyak g bubuk TSA dilarutkan dalam ml akuades yang ditempatkan dalam Erlenmeyer liter dan dipanaskan pada penangas air sambil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan 4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan

Lebih terperinci

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry

Uji Sitotoksik Analisis Statistik HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Sitotoksik Analisis Siklus Sel dengan Flow Cytometry 8 serta doxorubicin 1 µm. Penentuan nilai konsentrasi pada flow cytometry berdasarkan daya penghambatan yang dimungkinkan pada uji sel hidup dan rataan tengah dari range konsentrasi perlakuan. Uji Sitotoksik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik FMIPA Universitas Lampung. Analisis senyawa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT

SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT SKRINING AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI BEBERAPA JENIS SPON LAUT ASAL PULAU MANDEH SUMATERA BARAT 1 Noveri Rahmawati, 2 Dian Handayani, 1 Nofri Mulyanti 1 Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version

DAFTAR ISI. Halaman. viii. PDF created with pdffactory Pro trial version DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN. iv HALAMAN DEKLARASI.... v KATA PENGANTAR.... vi DAFTAR ISI.. viii DAFTAR GAMBAR.. x DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L)

IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L) IDENTIFIKASI DAN UJI TOKSISITAS EKSTRAK METANOL DARI DAUN TANAMAN SIRSAK (Annona muricata L) R.Juliani 1, Yuharmen, H.Y. Teruna 1 Mahasiswa Program Studi S1 Kimia Dosen Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro SIDANG TUGAS AKHIR Uji Sitotoksisitas Ekstrak Spons Laut Aaptos suberitoides Terhadap Sel Kanker Serviks (HeLa) Secara In Vitro Hani Tenia Fadjri 1506 100 017 DOSEN PEMBIMBING: Awik Puji Dyah Nurhayati,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang- Cihideung. Sampel yang diambil adalah CAF. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap yaitu pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA

UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN FRAKSI NON POLAR EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus BURM F.) TERHADAP SEL KANKER HELA Nurshalati Tahar 1, Haeria 2, Hamdana 3 Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker

Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Sebanyak 10 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker Lampiran. Prosedur Pembuatan Pereaksi Pendeteksi. Pereaksi pendeteksi Flavonoid Pereaksi NaOH 0% Sebanyak 0 gram NaOH dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman dengan kode AGF yang diperoleh dari daerah Cihideng-Bandung. Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

Buah asam gelugur, rimpang lengkuas, dan kencur. Persiapan contoh. Serbuk contoh

Buah asam gelugur, rimpang lengkuas, dan kencur. Persiapan contoh. Serbuk contoh LAMPIRAN 20 Lampiran 1 Bagan alir penelitian Buah asam gelugur, rimpang lengkuas, dan kencur Persiapan contoh pencucian perajangan pengeringan penggilingan Serbuk contoh Penetapan kadar air Ekstraksi air

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, 36 BAB III METODELOGI PENELITIAN Dalam kegiatan penelitian ini yang diperlukan adalah peralatan laboratorium, bahan, dan cara kerja penelitian. Dibawah ini adalah uraian mengenai tiga hal tersebut. 3.1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang Lampiran 2. Gambar 1. Hewan Teripang segar Gambar 2. Daging Teripang Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar 3. Simplisia Teripang Gambar 4. Serbuk simplisia Lampiran

Lebih terperinci

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Ethanol 70 % Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) Terhadap Sel WiDr Secara In Vitro

Uji Sitotoksisitas Ekstrak Ethanol 70 % Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) Terhadap Sel WiDr Secara In Vitro Uji Sitotoksisitas Ekstrak Ethanol 70 % Herba Ceplukan (Physalis angulata Linn.) Terhadap Sel WiDr Secara In Vitro Ira Djajanegara P3T Bioindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi, tabung maserasi, rotary vaccum evaporator Sibata Olibath B-485, termometer,

Lebih terperinci

PINGKAN MARSEL

PINGKAN MARSEL UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL DAN SENYAWA ALKALOID HASIL FRAKSINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SENGGUGU (CLERODENDRON SERRATUM L.) DENGAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST PINGKAN MARSEL 2443010160 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dekskriptif. Metode yang digunakan untuk mengekstraksi kandungan kimia dalam daun awar-awar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

Lebih terperinci

Mengganggu transport elektron pada Mitokondria

Mengganggu transport elektron pada Mitokondria Lampiran 1 Kerangka Konsep Penelitian DMBA Karsinogen Sel Hati Fetus Hamster Dmba bereaksi dengan sitokrom P-450 untuk membentuk ikatan kovalen dengan DNA pada sel Kerusakan DNA atau DNA adduct Ekstrak

Lebih terperinci

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan kegiatan penelitian diperlukan peralatan laboratorium, bahan serta prosedur penelitian yang akan dilakukan. Tiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5,7,4-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8]- FLAVON DARI BATANG PAkTI ITS PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIMALARIA DAN INSEKTISIDA FRAKSI ETIL ASETAT DAN SENYAWA 5,7,2',5",7",4"-HEKSAHIDROKSIFLAVANON-[3,8"]- FLAVON DARI BATANG Garcinia celebica Linn Disusun oleh : Mirna Saga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath, 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2015 di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area. 3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI FRAKSI METANOL, ETIL ASETAT DAN N-HEKSAN DARI EKSTRAK METANOL BUNGA PIRETRUM

UJI AKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI FRAKSI METANOL, ETIL ASETAT DAN N-HEKSAN DARI EKSTRAK METANOL BUNGA PIRETRUM UJI AKTIVITAS INSEKTISIDA NABATI FRAKSI METANOL, ETIL ASETAT DAN N-HEKSAN DARI EKSTRAK METANOL BUNGA PIRETRUM [Chrysanthemum cinerariifolium (Trevir.) Vis] TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti L. Biologycal insecticide

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons 96 97 98 Lampiran 2. Pembuatan Larutan untuk Uji Toksisitas terhadap Larva Artemia salina Leach A. Membuat Larutan Stok Diambil 20 mg sampel kemudian dilarutkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Juli sampai Oktober 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Sawit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antikanker ialah tapak dara (Catharanthus roseus). Tumbuhan ini umumnya

I. PENDAHULUAN. antikanker ialah tapak dara (Catharanthus roseus). Tumbuhan ini umumnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir, pemanfaatan bahan alam telah banyak dimanfaatkan baik sebagai obat maupun tujuan lain atau lebih dikenal dengan slogan back to nature. Efek samping

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tumbuhan Lampiran 3. Serbuk Simplisia Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

Lebih terperinci

Uji Aktivitas Antikanker (Diastuti, dkk) UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN

Uji Aktivitas Antikanker (Diastuti, dkk) UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN Uji Aktivitas Antikanker (Diastuti, dkk) UJI AKTIVITAS ANTIKANKER EKSTRAK ETANOL DAUN Rhizopora mucronata TERHADAP SEL MYELOMA Hartiwi Diastuti 1, Warsinah 2, Purwati 1 1 Program Studi Kimia, Jurusan MIPA,

Lebih terperinci

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website :

Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website : SCIENTIA SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia 7 (2) ; 173 178, 217 UJI

Lebih terperinci

UJI PENGHAMBATAN PROLIFERASI DARI BEBERAPA EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP SEL TUMOR MCA-B1 DAN MCM-B2 SECARA IN VITRO

UJI PENGHAMBATAN PROLIFERASI DARI BEBERAPA EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP SEL TUMOR MCA-B1 DAN MCM-B2 SECARA IN VITRO UJI PENGHAMBATAN PROLIFERASI DARI BEBERAPA EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP SEL TUMOR MCA-B1 DAN MCM-B2 SECARA IN VITRO Ros Sumarny 1), Bambang P.Prisoeryanto 2), Meva Sari Candra 1) 1)

Lebih terperinci