BAB II TINJAUAN TEORITIS KONSERVASI LAHAN UNTUK MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERESAPAN AIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORITIS KONSERVASI LAHAN UNTUK MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERESAPAN AIR"

Transkripsi

1 14 BAB II TINJAUAN TEORITIS KONSERVASI LAHAN UNTUK MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERESAPAN AIR 2.1 SUMBERDAYA TANAH DAN AIR Tanah dan air merupakan sumberdaya paling fundamental. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan, tambang dan tempat dilaksanakannya berbagai aktifitas. Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air Fungsi Tanah Secara fisik, tanah merupakan benda heterogen yang terbentuk dari partikel-partikel mineral organik dari berbagai ukuran. Diantara partikel-partikel tersebut terdapat poripori yang berisi air dan udara, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh hasil kerja interaksi antara iklim (i) dan jasad hidup (o) terhadap suatu bahan induk (b) yang dipengaruhi oleh topografi (r) dan waktu (w). Fungsi hubungan tersebut adalah sebagai berikut: T = ( i, o, b, r, w) Di mana T adalah tanah dan masing-masing perubah adalah faktor-faktor pembentuk tanah tersebut di atas. Sebagai produk alami yag heterogen dan dinamik, maka ciri perilaku tanah berbeda dari satu tempat ke tempat lain, dan berubah dari waktu ke waktu. Berdasarkan nilai kegunaannya, tanah digolongkan ke dalam 3 (tiga) jenis nilai (jayadinata, 1999 : 28), yaitu: 1. Nilai keuntungan, yaitu nilai yang berkaitan dengan tujuan ekonomi dan yang dapat dicapai dengan jual-beli tanah di pasaran bebas. 2. Nilai kepentingan umum, yaitu nilai yang berkaitan dengan pelayanan dan perbaikan kehidupan masyarakat. 3. Nilai sosial, yaitu hal mendasar bagi kehidupan manusia yang memuat nilai pelestarian, tradisi dan kepercayaan.

2 Air Tanah Air tanah merupakan sumber air tawar yang bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan air bersih serta irigasi lahan pertanian. Berbeda dengan air permukaan, air tanah memiliki vitalitas yang lebih besar dalam pemenuhan kebutuhan kegiatan penduduk. Faktorfaktor yang mendorong pemilihan air tanah lebih besar dibandingkan dengan air pemukaan (Suripin, 2004 : 141) antara lain: 1. Tersedia dekat dengan tempat yang memerlukan, sehingga kebutuhan bangunan / jaringan pendistribusi air lebih murah. 2. Debit (produksi) air tanah relatif lebih stabil pada kondisi tertentu. 3. Relatif lebih bersih dari pencemaran dibanding air permukaan. 4. Kualitasnya lebih seragam 5. Bersih dari kekeruhan, bakteri, lumut atau tumbuhan dan binatang air. Akifer atau kantong penyimpanan air tanah di bawah permukaan bumi terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu akifer dangkal dengan kedalaman antara 5 7,5 m serta akifer dalam dengan kedalaman lebih dari 25 m Hubungan Antara Air dan Tanah Sebagaimana dijelaskan, bahwa air potensial yang banyak digunakan bagi kebutuhan kegiatan penduduk adalah air tanah. Dalam skema penyimpanan air di dalam tanah terdapat proses yang disebut dengan infiltrasi tanah, yaitu gerakan peresapan air yang menembus pori tanah secara vertikal. Lapisan-lapisan tanah yang dilalui oleh air hingga tertangkap oleh akifer digambarkan sebagai berikut:

3 16 Muka Tanah Soil Water Zone & Zona Akar Intermadiate Zone Zona Aerasi Zona Tak Jenuh Zona Kapiler Akifer (Air Tanah) Muka Air Tanah Zona Hampir Jenuh Zona Jenuh Lapisan Kedap Air Sumber: Sarief, 1985 Gambar 2.1 Pembagian Profil Tanah Menurut Gambar diatas, definisi-definisi parsial ruang di bawah tanah di definisikan sebagai berikut: Lapisan tak jenuh adalah lapisan yang tidak seluruh pori-pori mikro tanah terisi air. Bila sejumlah air terdapat di permukaan tanah, karena penyesuaian tegangan, dibantu oleh gaya gravitasi, air tersebut akan mengalir melalui pori-pori besar, akan membasahi seluruh profil kecuali bila ada lapisan kedap yang menghalanginya. Lapisan jenuh air adalah lapisan yang seluruh pori-pori tanah terendam air. Air yang ditambahkan pada permukaan tanah, baik yang berasal dari hujan maupun

4 17 irigasi, akan menembus permukaan tanah, mula-mula mendesak udara pori makro, kemudian pori mikro. Gaya-gaya yang bekerja pada gerakan ke bawah ini adalah gaya gravitasi dan gaya kapiler. Porositas adalah persentasi bagian suatu mineral yang berupa pori-pori terhadap volume totalnya. 2.2 TATA GUNA LAHAN Menurut istilah geografi umum, ruang (space) adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan lapisan biosfera tempat hidup tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Ruang permukaan bumi melingkupi setinggi lapisan atmosfer. Ruang permukaan bumi yang secara spasial luas, unsur-unsur di dalamnya berubah baik oleh faktor alam maupun perbuatan manusia. Menurut geografi regional, ruang merupakan suatu wilayah yang mempunyai batas geografi. Batas geografi adalah batas menurut keadaan fisik, sosial, atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah di bawahnya serta lapisan udara di atasnya. Sehingga penggunaan lahan dapat berarti pula tata ruang (Jayadinata 1999 : 12). Menurut FAO (1995), lahan memiliki fungsi sebagai berikut (dalam: Rayes, 2006 : 2) : Fungsi Produksi, yaitu sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan serta bahan biotik lainnya bagi manusia. Fungsi pengatur iklim, yaitu sebagai sumber dan rosot gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global bagi pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan daur hidrologi global. Fungsi hidrologi, yaitu sebagai pengatur simpanan dan aliran sumber daya air tanah dan air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya. Fungsi penyimpanan, yaitu merupakan sumber berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan manusia. Fungsi pengendali sampah dan polusi, yaitu sebagai penerima, penyaring, penyangga dan pengubah senyawa-senyawa berbahaya. Fungsi ruang kehidupan, yaitu sebagai penyedia sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri dan aktivitas sosial lainnya.

5 18 Suatu rencana tata guna lahan merupakan ekspresi kehendak lingkungan masyarakat tentang bagaimana seharusnya pola tata guna lahan suatu lingkungan pada masa yang akan datang Perencanaan Tata Guna Lahan Perencanaan tata guna lahan merupakan inti praktek perencanaan kota dan wilayah, sehingga merupakan kunci untuk mengarahkan pembangunan. Oleh sebab perencanaan kota / wilayah bersifat menyeluruh dan integral, maka suatu rencana tata guna lahan merupakan unsur fungsional dari suatu proses menyeluruh. Proses perencanaan tata guna lahan dapat dilihat pada bagan sebagai berikut (Catanese 1996 : 271): Hasil pemantauan dan kondisi-kondisi yang berubah Identifikasi masalah dan peluang masyarakat Kumpulan informasi Pelaksanaan program Analisis informasi Mewujudkan rencana menjadi program Menentukan sasaransasaran masyarakat Pemilihan rencana yang dikehendaki Membandingkan rencanarencana alternatif Menciptakan rencanarencana alternatif Sumber : Catanese 1996 : 271 Gambar 2.2 Proses perencanaan tata guna lahan Berdasarkan diagram tersebut, dapat diketahuhi bahwa proses perencanaan tata guna lahan secara umum tidak jauh berbeda dari proses perncanaan aspek lain. Proses tersebut menggambarkan bahwa perencanaan tata guna lahan merupakan bagian dari proses perencanaan yang lebih lengkap. Sebagai contoh bahwa tahap identifikasi permasalahan, pengumpulan informasi dan analisa data sudah terlaksana pada proses perencanaan yang lebih komprehensif Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah suatu wilayah yang dimanfaatkan untuk kegiatan manusia dalam rangka kegiatan dan penghidupannya. Kawasan budidaya merupakan kawasan yang diharapkan dapat menampung semua kegiatan masyarakat, pemerintah dan swasta

6 19 dengan tetap mempertahankan asas penatagunaan tanah yaitu lestari, optimal dan seimbang. Strategi pokok dalam pengembangan kawasan budidaya adalah sebagai berikut (Revisi RTRW Kabupaten Subang ): 1. Pengelolaan kawasan budidaya melalui pemanfaatan sumber daya wilayah secara optimal dengan batasan daya dukung lingkungan. 2. Penentuan prioritas dalam pemanfaatan kawasan budidaya agar terjadi efisiensi dalam penggunaan sumber daya wilayah dan tujuan-tujuan pokok pengembangan wilayah dapat tercapai. 3. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya agar tidak terjadi konflik antar sektor kegiatan Kawasan Lindung Pola pengelolaan kawasan lindung meliputi langkah-langkah pengelolaan kawasan lindung dan pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan lindung. Langkah-langkah pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya antara lain (Kodoatie, 2003 : 112) : Mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologis tanah di kawasan hutan lindung sehingga ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan selalu dapat terjamin. Mengendalikan hidrologis wilayah, berfungsi sebagai penambat air dan pencegah banjir, serta untuk melindungi ekosistem yang khas di kawasan bergambut. Memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada kawasan resapan air untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Strategi pokok pengembangan kawasan lindung berdasarkan Revisi RTRW Kabupaten Subang adalah sebagai berikut : 1. Pemantapan fungsi kawasan lindung sesuai dengan arahan menurut Keppres No 32 Tahun 1990 tentang Kawasan Lindung. Pemantapan kawasan lindung diarahkan pula pada perlindungan kawasan pesisir (hutan mangrove) berupa perlindungan keanekaragaman biota serta ekosistemnya dan melindungi kawasan rawan bencana. 2. Pencegahan kegiatan budidaya di atas kawasan lindung, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung.

7 20 3. Pemantauan dan pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung di atas kawasan lindung agar tidak menimbulkan gangguan terhadap fungsi lindung. 4. Penertiban terhadap kegiatan budidaya yang telah berlangsung di atas kawasan lindung yang terbukti telah menimbulkan gangguan fungsi lindung. 5. Melakukan rehabilitasi terhadap kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan untuk mengembalikan fungsinya Perubahan Penggunaan Lahan Amatan spasial terhadap karakteristik binaan suatu wilayah menyangkut berbagai perspektif, diantaranya sudut pandang ekonomi sebagai aktor penggerak pertumbuhan wilayah. Perekonomian mendominasi alasan suatu pembangunan infrastruktur dilakukan dengan mengedepankan asas pemerataan pelayanan penduduk (Tarigan, 2006). Sebagaimana disebutkan dalam bahasan sebelumnya, terdapat 3 (tiga) tujuan utama pembangunan dalam konteks pengembangan wilayah, yaitu (Pastor et al., 2000 : 155): 1. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi, meliputi; penciptaan lapangan kerja, meningkatkan produktifitas serta sinergisitas pasar antar wilayah. 2. Menciptakan keberlanjutan lingkungan, meliputi; efisiensi sumber daya alam serta perbaikan kondisi lingkungan. 3. Membangun kerangka sosial yang kuat. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tata Guna Lahan Penentu dalam tata guna lahan bersifat sosial, ekonomi, dan kepentingan umum (Jayadinata 1999 : 157). 1. Perilaku masyarakat Dalam penggunaan lahan terdapat nilai-nilai sosial yang berhubungan dengan kebiasaan, sikap moral, pantangan, pengaturan pemerintah, peninggalan kebudayaan, pola tradisional dan sebagainya. Tingkah laku atau tindakan manusia menunjukkan cara bagaimana manusia atau masyarakat bertindak dalam hubungannya dengan nilai-nilai (values) dan cita-cita (ideas) mereka. Nilai dan cita-cita tersebut merupakan hasil pengalaman manusia dalam perekonomian dan kebudayaan tertentu dari keadaan tertentu, dan merupakan pelengkap dari naluri-naluri dasar dalam kehidupan manusia. Tingkah laku dan kehidupan manusia mempunyai sebab

8 21 dan tujuan yang dipengaruhi oleh nilai-nilai. Tingkah laku manusia dalam tata guna lahan disebabkan oleh kebutuhan dan keinginan manusia yang berlaku baik dalam kehidupan sosial maupun dalam kehidupan ekonomi. Hal yang menentukan nilai tanah secara sosial dapt diterangkan dengan prose ekologi yang berhubungan dengansifat fisik tanah, dan dengan proses organisasi yang berhubungan dengan masyarakat yang semua mempunyai kaitan dengan tingkah laku dan perbuatan kelompok masyarakat. Tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh: - Konsentrasi penduduk - Pemusatan dan pemencaran, atau terkumpulnya penduduk disebabkan oleh prasarana sosial ekonomi. - Segregasi penduduk (terkumpulnya kelompok sejenis sehingga terpisah dari kelompok yang lain). - Dominasi penduduk atau hal yang menonjol (misalnya prestise untuk tinggal di bagian kota tertentu). - Serbuan penduduk atau invasi dari kelompok lain yang berbeda dalam keadaan sosial, ekonomi dan budaya. Jika kelompok baru mengalahkan kelompok lama, hal itu disebut dengan suksesi. 2. Kepentingan umum sebagai penentu Kepentingan umum yang menjadi penentu dala tata guna lahan meliputi kesehatan, keamanan, moral dan kesejahteraan umum (termasuk kemudahan, kenikmatan dan keindahan) dan sebagainya. Di dalam kota harus terdapat pengaturan untuk penyediaan hal-hal tertetu bagi kehidupan sosial keluarga dan masyarakat, seperi pemenuhan kesehatan, pemenuhan pendidikan dan estetika serta beberapa perlindungan terhadap kecapaian, polusi udara, cahaya matahari, bahaya moral dan sebagainya. Pengaturan dapat berbentuk ukuran seperti rapat penduduk, luas rumah dan halaman, pencegahan polusi, penggunaan tertentu bagi tempat-tempat yang berbahaya (banjir dan sebagainya), pengaturan lalu lintas, penempatan lokasi industri, penyediaan ruang terbuka dan sebagainya. 3. Penentu yang berhubungan dengan kehidupan ekonomi Dalam kehidupan ekonomi, daya guna dan biaya adalah penting. Oleh karena itu diadakan pengaturan tempat sekolah agar ekonomis, program rekreasi yang ekonomis berhubungan dengan pendapatan per kapita dan

9 22 sebagainya. Pola tata guna lahan yang disebabkan oleh kehidupan ekonomi dapat diterangkan melalui teori jalur terpusat, teori sektor dan teori pusat lipatganda. Alih Fungsi Lahan Nilai lahan dapat berubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada masyarakat pengelolanya. Perubahan nilai lahan inilah yang selanjutnya mendorong terjadinya konversi lahan. Penentuan nilai lahan yang ditetapkan berdasarkan keuntungan ekonomis berpengaruh terhadap terhadap proses konversi lahan ke penggunaan lain, misalnya lahan pertanian ke lahan perumahan. Hal ini disebabkan tingkat produktivitas kegiatan yang dilakukan pada suatu lahan dapat menyebabkan kecenderungan konversi sehingga produktivitas dan nilai lahan menjadi lebih tinggi. (Pohan, Dalam Firdaus, 2005 : 37). Konversi lahan secara umum dapat didefinisikan sebagai perubahan fungsi guna lahan menjadi penggunaan lain yang disebabkan oleh berubahnya nilai guna suatu lahan. Nilai guna yang berubah dapat berupa tingkat harga atau jenis manfaat misalnya manfaat sosial, layanan publik, budaya dan sejarah. Istilah lain yang sama adalah alih fungsi lahan yakni perubahan fungsi atau konversi yang menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumberdaya alam dari satu penggunaan ke penggunaan lain. (Kustiwan, Dalam Firdaus, 2005 : 37). Alih fungsi lahan dipengaruhi oleh banyak faktor baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal konversi lahan meliputi; pertumbuhan rumah tangga petani pengguna lahan, perubahan luas penggunaan lahan, potensi lahan dan aktor yang terlibat dalam penggunaan lahan. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari: pertumbuhan penduduk, pergeseran struktur ekonomi wilayah dan pengembangan kawasan terbangun. Pendapat Kivell (1993) Mengenai Perubahan Penggunaan Lahan Kivell (1993) berargumen bahwa beberapa hal mendasar terbentuknya sebuah pola penggunaan lahan pada suatu wilayah adalah adanya kekuatan dari kebijakan pengembangan wilayah, faktor ketersediaan lahan, serta pola perkembangan perekonomian. Kivell menjelaskan bahwa faktor perkembangan penduduk pada suatu kondisi bukan merupakan faktor utama penyebab perubahan guna lahan hijau menjadi

10 23 kawasan terbangun. Sebagaimana argumentasi Bourne (1976) (dalam Kevill, 1993), terdapat 4 faktor utama penyebab perubahan penggunaan lahan, yaitu: 1. Eksistensi dari urban edge, yaitu faktor sub urbanisasi 2. Restrukturaisasi atau pembaharuan di pusat wilayah 3. Pengembangan infrastruktur, terutama jaringan transportasi 4. Faktor pengembangan industri yang menjauhi pusat kota atau spill over effect dari kegiatan industri, serta berkembangnya wilayah pinggiran sebagai pusat kegiatan tertentu Khusus dalam kausel ke empat, Kivell (1993) berpendapat bahwa kegiatan industri yang melahirkan sektor non basis merupakan faktor signifikan berubahnya wajah fisik suatu wilayah. Perubahan tersebut diterjemahkan sebagai berkembangnya sektor sekunder dan tersier, maupun berkembangnya sektor primer tertentu untuk memenuhi bahan baku industri. 2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERESAPAN AIR HUJAN Proses Peresapan Air ke Dalam Tanah Kawasan resapan air berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan. Dalam mengkaji peresapan air hujan, dikenal beberapa definisi istilah sebagai berikut : Presipitasi adalah volume air hujan yang turun dikurangi penguapan (evaporasi dan evapotransiprasi). Refleksi dari presipitasi menjadi 2 (dua), yaitu limpasan permukaan (run off) dan peresapan ke dalam tanah. (Lisley, 1982 dalam Susilawati, 2000 : 28). Dalam formula, diterjemahkan sebagai berikut : P = Ro I... (2-1) Dimana: P = Presipitasi (mm) Ro = Limpasan Permukaan (mm) I = Infiltrasi (mm) Infiltrasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah melewati permukaan tanah. (Sarief, 1985 : 234) Perkolasi adalah pergerakan air di dalam tanah melalui soil moisture zone (lingkungan sejumlah kecil air si antara sela-sela tanah yang menyebabkan

11 24 kebasahan tanah) pada unsaturated zone, sampai mencapai muka air tanah pada saturated zone. (Sarief, 1985 : 234) Presipitasi dengan intensitas i Infiltrasi Perkolasi Aliran Air Permukaan Aliran Air Tanah Muka Tanah Sumber : Sarief, 1985 : 234 Muka Air Tanah Gambar 2.3 Komponen-Komponen Aliran Air Di Atas dan Di Dalam Tanah Kapasitas Infiltrasi (fp) adalah kecepatan infiltrasi maximum yang bisa terjadi. Kapasitas infiltrasi dipengaruhi oleh kondisi permukaan, termasuk lapisan tanah paling atas. Kecepatan Infiltrasi (fa) adalah kecepatan infiltrasi yang terjadi sesungguhnya. Kecepatan infiltrasi dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi. Apabila i < fp, maka fa<fp. Jika i fp, maka fa = fp. Limpasan Permukaan (surface run off) adalah semua air yang mengalir lewat suatu sungai bergerak meninggalkan daerah tangkapan sungai (DAS) tersebut tanpa memperhatikan asal/jalan yang ditempuh sebelum mencapai saluran. Kawasan resapan air berkaitan dengan kemampuan lahan dalam meresapkan (infiltrasi) air hujan. Kemampuan lahan dalam meresapkan air hujan dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu alamiah dan buatan. Faktor alamiah meliputi beberapa kondisi fisik dasar lahan yaitu topografi, jenis tanah dan struktur tanah serta karakteristik hujan suatu wilayah (Suripin, 2004). Faktor buatan adalah pola penggunaan lahan suatu kawasan.

12 Faktor Alamiah Karakteristik Hujan Karakteristik hujan diterjemahkan sebagai lamanya hujan dan intensitas hujan yang terjadi. Durasi hujan lebat akan menyebabkan pengurangan kapasitas infiltrasi secara konstan, karena: Pemadatan permukaan tanah yang terjadi karena pukulan butir-butir air hujan. Pembengkakan tanah liat (clay) serta butiran-butiran humus. Penyumbatan pori-pori dengan partikel-partikel kecil yang terbawa masuk bersama dengan air hujan. Terjeratnya gelembung-gelembung udara dalam pori-pori Kondisi Permukaan Tanah Kondisi permukaan tanah yang sangat berpengaruh terhadap infiltrasi adalah ada atau tidak adanya tanaman. Akar membuat tanah lebih porus, serta jalan akar mempermudah perpindahan air sehingga akibatnya aliran permukaan lebih kecil, sedangkan kemungkinan air untuk berinfiltrasi lebih besar. Penutup tanaman (daun dan batang) melindungi tanah terhadap peristiwa pemadatan tanah oleh butiran air hujan dengan jalan mengintersepsi lebih dahulu. Akar tanaman mengikat partikel-partikel dengan cara mekanik (pergerakan), sehingga mencegah tergerusnya partikel-partikel tersebut (peristiwa erosi). Pada tanah gundul / kosong, kelembaban tanah akan berkurang, sehingga terjadi pemadatan tanah oleh butir-butir air hujan serta penggerusan partikel-partikel halus Topografi Derajad kemiringan dan panjang lereng merupakan dua sifat utama dari topografi yang mempengaruhi kemampuan resap lahan terhadap air hujan. Makin curam dan panjang sebuah lereng makin besar pula kecepatan limpasan air, sehingga peresapan yang terjadi kecil Jenis Tanah Jenis tanah merupakan sistematika pengelompokan atau penamaan tanah berdasarkan karakteristik tanah. Kapasitas infiltrasi pada beberapa jenis tanah dijelaskan sebagai berikut:

13 26 Tabel 2.1 Kapasitas Infiltrasi Beberapa Macam Tanah No. Jenis Tanah Kapasitas Infiltrasi (mm/jam) 1. Pasir Bergeluh (loamy sand) Geluh (loam) 12, Geluh Berliat (silt loam) 7, Geluh Berlempung (clay loam) 0,5 2,5 5. Lempung (clay) <0,5 Sumber: Arsyad (1976), dalam Suripin, 2004 : 51. Jenis tanah yang terdapat di wilayah studi memiliki karakteristik sebagai berikut (Suripin, 2001): Alluvial adalah Tanah endapan baru, berlapis-lapis dengan kandungan pasir kurang dari 60%. Umumnya jenis tanah Alluvial memiliki tingkat permeabilitas yang cukup baik Latosol adalah Tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam. Umumnya kurang permeabel Regosol adalah Tanah bertekstur kasar dengan kandungan pasir lebih dari 60%. Umumnya berdrainase baik namun peka terhadap erosi Jenis Batuan Penyusun Sifat batuan yang terdapat di bawah lapisan mempengaruhi proses infiltrasi air ke dalam tanah oleh gaya gravitasi dan tarikan hisapan (hidraulik). Sifat batuan di bawah lapisan tanah menentukan kecepatan infiltrasi air. Menurut Suripin (2001), semakin tinggi tingkat permeabelitas maka semakin baik dalam mendukung peresapan air. Batuan yang memiliki rongga atau pori besar, serta banyak mengandung pasir dan kerikil cenderung lebih permeabel Kemampuan Resap Berdasarkan Pola Penggunaan Lahan Tata guna lahan akan berpengaruh terhadap persentase air yang meresap ke dalam tanah dengan aliran permukaan (limpasan). Pada lahan yang banyak tertutup beton bangunan, air hujan yang mengalir di permukaan akan lebih besar dibandingkan dengan air yang meresap ke dalam tanah. Hubungan antara tata guna lahan dengan daya resap tanah terhadap air hujan dijelaskan sebagai berikut.

14 27 Tabel 2.2 Daya Resap Tanah Pada Berbagai Kondisi Permukaan Tanah No. Kondisi Permukaan Tanah Daya Resap Tanah Terhadap Air Hujan (%) 1. Daerah hutan, pekarangan lebat, kebun, ladang berumput Daerah taman kota Jalan tanah Jalan aspal, lantai beton Daerah dengan bangunan terpencar Daerah permukiman kepadatan sedang Daerah permukiman padat Sumber: Kusnaedi, 2002 : 10 Volume air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah dialirkan sebagai limpasan permukaan (run off). Limpasan permukaan memiliki pengertian sebagai bagian dari air hujan yang jatuh di atas daerah tangkapan yang dikeluarkan dari daerah tersebut dalam bentuk aliran. Perbandingan antara bagian hujan yang membentuk limpasan langsung dengan total hujan yangb terjadi disebut dengan koefisien pengaliran. Nilai koefisien pengaliran dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Besarnya koefisien pengeliran disajikan pada Tabel berikut. Tabel 2.3 Nilai Koefisien Pengaliran Berdasarkan Kondisi Permukaan Tanah No. Jenis Permukaan Lahan Nilai f I. Rerumputan a. Tanah Pasir dengan kelerengan 2% 0,05 0,10 b. Tanah Pasir dengan kelerengan 2-7% 0,10 0,15 c. Tanah Pasir dengan kelerengan >7% 0,15 0,20 d. Tanah Gemuk dengan kelerengan 2% 0,13 0,17 e. Tanah Gemuk dengan kelerengan 2-7% 0,18 0,22 f. Tanah Gemuk dengan kelerengan >7% 0,25 0,35 II. Perdagangan a. Daerah Kota Lama 0,75 0,95 b. Daerah Pinggiran 0,50 0,72 III. Perumahan a. Perumahan tidak padat (20 rumah/ha) b. Perumahan kepadatan sedang (20-60 rumah/ha) c. Perumahan padat ( rumah/ha) IV. Industri a. Daerah Ringan 0,50 0,80 b. Daerah Berat 0,60 0,90 V. Pertamanan / Makam 0,10 0,25 VI. Kawasan Hutan 0,05 0,2 VII. Kawasan Perkebunan 0,05 0,3 VIII. Kawasan Pertanian (Sawah, Tegalan) 0,27-0,47 IX. Jalan a. Aspal 0,70 0,95 b. Beton 0,80 0,95 c. Batu 0,70 0,85 Sumber: Milam, 1998 & Susilawati, 2000

15 28 Untuk mengetahui jumlah air hujan yang meresap kedalam suatu kawasan dipergunakan formula perhitungan Sunarto (1985) yaitu: Dimana: I a I a ch ( βa) =...(2-2) 1000 = Imbuhan Alami (m 3 /tahun) c = Angka koefisien resap (c = 1 f) H = Curah hujan tahunan (mm/tahun) ßA = Luas Kawasan Guna Lahan Hasil perhitungan menggunakan formula ini digunakan untuk mengkaji besarnya peresapan air yang terjadi dari intensitas hujan tertentu. Berdasarkan perhitungan ini kondisi permukaan tanah merupakan faktor penentu terjadinya peresapan air. Nilai koefisien resap (c) merupakan angka yang menggambarkan kondisi permukaan tanah tertentu dimana semakin kecil faktor perkerasan tanah, semakin besar nilai resapannya. 2.4 KONSERVASI LAHAN Menurut Puridimaja (2006), konservasi lahan dalam konteks melindungi sistem tata air merupakan upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan besaran infiltrasi (peresapan) air dengan prinsip meminimalisir aliran permukaan. Prinsip dasar dari kajian konservasi adalah perencanaan berbasis lingkungan. Muatan perencanaan tersebut mengandung 3 (tiga) nilai pokok, yaitu (Kozlowski et. Al., 1986 : 1) : 1. Pembangunan dan transformasi lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan manusia. 2. Preservasi dan perlindungan elemen-elemen lingkungan terhadap dampak negatif dari kegiatan manusia dan bencana alam. 3. Rehabilitasi dan restorasi elemen lingkungan yang telah mengalami kerusakan atau degradasi. Berdasarkan prinsip konservasi tersebut, arah konservasi peresapan air dalam kerangka pengembangan wilayah mencakup 3 (tiga) nilai regionalisme, yaitu sinergisitas antara

16 29 efficiency regionalism, equity regionalism serta environmental regionalism yang diterjemahkan dalam 2 (dua) kajian (Pastor et al., 2000 : 156), yaitu : 1. Konservasi tanah dan air. 2. Pengendalian pertumbuhan, pembangunan dan pengembangan wilayah Konservasi Tanah Konservasi Secara Vegetatif Upaya konservasi tanah dan air ada dapat dilakukan melalui upaya konservasi secara vegetatif (Wani 2001 : 109). Konservasi tanah secara vegetatif pada lahan non pertanian dilakukan penanaman pada seluruh lahan sepanjang waktu. Jika pada upaya konservasi tanah dengan cara mekanis hanya dapat diperoleh manfaat dengan adanya penurunan laju erosi, maka dengan cara vegetatif diperoleh dua manfaat sekaligus yaitu penurunan laju erosi dan peningkatan kemampuan peresapan air. Penurunan laju erosi yang diperoleh dari cara vegetatif terjadi karena adanya penurunan energi hujan (sebagai akibat adanya intersepsi oleh tajuk daun) yang sampai ke permukaan tanah, dan sekaligus adanya penurunan volume serta kecepatan limpasan permukaan. Penurunan volume limpasan permukaan ini terjadi karena adanya perbaikan sifat fisik tanah, dalam hal ini struktur dan ruang pori tanah, sehingga jumlah air yang dapat masuk ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) menjadi besar. Pada dasarnya semua jenis tanaman dapat digunakan untuk pekerjaan konservasi tanah dan air, namun pemilihan jenis tanaman akan sangat menentukan keberhasilan upaya konservasi. Jika dalam konservasi tanah juga diharapkan terjadi konservasi air, maka penggunaan tanaman yang mempunyai laju evapotranspirasi tinggi (misalnya pinus) supaya dihindari. Persyaratan pemilihan tanaman bagi metode konservasi ini antara lain: 1. Mempunyai sistem perakaran yang kuat, dalam dan luas, sehingga membentuk jaringan akar yang rapat. 2. Pertumbuhannya cepat, sehingga mampu menutup tanah dalam waktu singkat. 3. Mempunyai nilai ekonomis, baik kayu maupun hasil sampingannya. 4. Dapat memperbaiki kualitas / kesuburan tanah Konservasi Secara Mekanis Konservasi secara mekanis mempunyai fungsi (Kodoatie, 2003 : 239) : Memperlambat aliran permukaan.

17 30 Menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak tanah. Memperbesar kapasitas infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah. Meyediakan air bagi tanaman. Sedangkan usaha konservasi tanah dan air yang termasuk dalam metode mekanis antara lain : Pengolahan tanah Pengolahan tanah menurut garis kontur Pembuatan terras Pembuatan saluran air (waterways) Pembuatan dam pengendali (check dam) Sumur Resapan Sumur resapan adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah (Kusnaedi 2002 : 1). Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi menaikkan air tanah ke permukaan. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah. Fungsi sumur resapan diantaranya adalah: 1. Pengendali banjir 2. Konservasi air tanah 3. Menekan laju erosi Prinsip kerja sumur resapan adalah menyalurkan dan menampung air hujan ke dalam lubang atau sumur agar air dapat memiliki waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah. Tujuan utama dari sumur resapan ini adalah memperbesar masuknya air ke dalam tanah sebagai air resapan (infiltrasi). Dengan demikian, air akan lebih banyak masuk ke dalam tanah dan sedikit yang mengalir sebagai aliran permukaan (run off). Semakin banyak air yang mengalir ke dalam tanah berarti akan banyak tersimpan air tanah di bawah

18 31 pemukaan bumi. Air tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui sumur-sumur atau mata air yang dapat dieksplorasi setiap saat. Jumlah aliran permukaan akan menurun karena adanya sumur resapan. Pengaruh positifnya bahaya banjir dapat dihindari karena terkumpulnya air permukaan yang berlebihan di suatu tempat dapat dihindarkan. Menurunnya aliran permukaan ini juga akan menurunkan tingkat erosi tanah. Tabel 2.4 Model Sumur Resapan Kolektif Sesuai Dengan Kondisi Lingkungan Model Sumur Resapan Yang Kedalaman Muka Air Tanah Ketersediaan Lahan Diterapkan Kolam resapan dangkal Dangkal (<5m) Luas Sumur dalam Dalam (>5m) Sempit Parit berorak Dangkal (<5m) Sempit Sumber: Kusnaedi, 2002 : Pengendalian pertumbuhan, pembangunan dan pengembangan wilayah Pendekatan Batas Ambang (Threshold Analysis) Hal yang mendasari Threshold Analysis adalah munculnya pemahaman terhadap pentingnya memfasilitasi pembangunan dan kelestarian lingkungan / SDA. Perencanaan lingkungan yang rasional mencerminkan sebuah proses konservasi sumber daya wilayah untuk meminimalisasi dampak negatif jangka panjang sebuah komponen lingkungan dari kondisi sekarang (Kozlowski, 1986 : 35). Proses perencanaan lingkungan yang rasional memuat 2 (dua) komponen (IUCN, dalam Kozlowski, 1986 : 35) : 1. Perencanaan institusional yang ditujukan kepada masyarakat, dan pelaku pembangunan untuk memperhatikan masalah konservasi secara spesifik. 2. Perencanaan fisik untuk memfasilitasi sinergisitas antara lingkungan dengan kegiatan pembangunan untuk mencapai tujuan dari sebuah konservasi. Penjelasan di atas memperjelas bahwa metode perencanaan lingkungan memuat analisis kompleksitas hubungan antara kegiatan penduduk (pembangunan) dengan sumber daya alam. Kegiatan penduduk membutuhkan serta memiliki ketergantungan kepada sumber daya alam, sehingga kegiatan penduduk dan pembangunan harus berdampingan dengan limitasi atau batas ambang sumber daya alam. Kausal tersebut penting terkait kawasan lindung yang memiliki nilai ekologi yang tinggi, sehingga tujuan utama dari

19 32 perencanaan lingkungan adalah menciptakan basis pemikiran dalam menentukan arah pengelolaan dan pembangunan kawasan lindung. Batas Ambang (Threshold) didefiniskian sebagai batasan / limitasi secara fisik dari perluasan kegiatan pembangunan atau perluasan kota, dimana kegiatan pembangunan pada tahap selanjutnya tidak dapat dilaksanakan sebagaimana biasanya Pembangunan berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga prinsip (Sonny 2002 : 175), yaitu: 1. Prinsip demokrasi Prinsip ini menjamin agar pembangunan dilaksanakan sebagai perwujudan kehendak bersama seluruh rakyat demi kepentingan bersama seluruh rakyat. 2. Prinsip keadilan Prinsip ini pada dasarnya mau menjamin bahwa semua orang dan kelompok masyarakat memperoleh peluang yang sama untuk ikut proses pembangunan dan kegiatan-kegiatan produktif serta ikut menikmati hasil-hasil pembangunan. 3. Prinsip keberlanjutan Prinsip ini mengharuskan kita untuk merancang agenda pembangunan dalam dimensi visioner jangka panjang, untuk melihat dampak pembangunan baik positif maupun negatif dalam segala aspeknya tidak hanya dalam dimensi jangka pendek. Prinsip ini sejalan dengan kenyataan bahwa sumber daya ekonomi terbatas, aspek sosial budaya dan lingkungan hidup adalah aspek yang berdimensi jangka panjang, dan bahwa pembangunan berlangsung dalam ruang ekosistem yang mempunyai interaksi rumit. Prinsip ini mengharuskan kita untuk memilih alternatif pembangunan yang lebih hemat sumber daya dan mampu mensinkronkan aspek konservasi dengan aspek pemanfaatan secara arif.

20 33 BAB II TINJAUAN TEORITIS KONSERVASI LAHAN UNTUK MELINDUNGI KEMAMPUAN PERESAPAN AIR SUMBERDAYA TANAH DAN AIR Fungsi Tanah Air Tanah Hubungan Antara Air dan Tanah TATA GUNA LAHAN Perencanaan Tata Guna Lahan Kawasan Budidaya Kawasan Lindung Perubahan Penggunaan Lahan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERESAPAN AIR HUJAN Proses Peresapan Air ke Dalam Tanah Faktor Alamiah Karakteristik Hujan Kondisi Permukaan Tanah Topografi Jenis Tanah Jenis Batuan Penyusun Kemampuan Resap Berdasarkan Pola Penggunaan Lahan KONSERVASI LAHAN Konservasi Tanah Konservasi Secara Vegetatif Konservasi Secara Mekanis Sumur Resapan Pengendalian pertumbuhan, pembangunan dan pengembangan wilayah Pendekatan Batas Ambang (Threshold Analysis) Pembangunan berkelanjutan Tabel 2.1 Kapasitas Infiltrasi Beberapa Macam Tanah Tabel 2.2 Daya Resap Tanah Pada Berbagai Kondisi Permukaan Tanah Tabel 2.3 Nilai Koefisien Pengaliran Berdasarkan Kondisi Permukaan Tanah Tabel 2.4 Model Sumur Resapan Kolektif Sesuai Dengan Kondisi Lingkungan Gambar 2.1 Pembagian Profil Tanah Gambar 2.2 Proses perencanaan tata guna lahan Gambar 2.3 Komponen-Komponen Aliran Air Di Atas dan Di Dalam Tanah... 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian Sumur Resapan Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN KONSERVASI LAHAN UNTUK MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERESAPAN AIR

BAB V KAJIAN KONSERVASI LAHAN UNTUK MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERESAPAN AIR 58 BAB V KAJIAN KONSERVASI LAHAN UNTUK MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERESAPAN AIR 5.1 FUNGSI DAN PERAN WILAYAH STUDI TERHADAP KABUPATEN SUBANG Wilayah studi memiliki 2 nilai penting bagi Kabpaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air.

BAB I SIKLUS HIDROLOGI. Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. BAB I SIKLUS HIDROLOGI A. Pendahuluan Ceritakan proses terjadinya hujan! Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan neraca air. Tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*) PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS Oleh: Suryana*) Abstrak Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dilakukan secara integratif dari komponen biofisik dan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hujan adalah jatuhnya air hujan dari atmosfer ke permukaan bumi dalam wujud cair maupun es. Hujan merupakan faktor utama dalam pengendalian daur hidrologi di suatu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*) MODEL PENANGGULANGAN BANJIR Oleh: Dede Sugandi*) ABSTRAK Banjir dan genangan merupakan masalah tahunan dan memberikan pengaruh besar terhadap kondisi masyarakat baik secara social, ekonomi maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap upaya pembangunan membawa konsekuensi terhadap kualitas lingkungan. Interaksi antara pembangunan dan lingkungan merupakan kajian penting untuk mengakomodir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan PENDAHULUAN Latar Belakang Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62%) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai komunitas tumbuhan juga memiliki fungsi hidrologis dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai peran yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan sumber kehidupan manusia dan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia sekaligus merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim lainnya menyebabkan terjadinya proses evaporasi pada permukaan vegetasi tanah, di laut atau badan-

Lebih terperinci

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik Latar Belakang: Penghutan kembali atau reboisasi telah banyak dilakukan oleh multipihak untuk menyukseskan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI SIKLUS HIDROLOGI Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi

Lebih terperinci

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil.

Sub Kompetensi. Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. PENGEMBANGAN AIR TANAH Sub Kompetensi Pengenalan dan pemahaman pengembangan sumberdaya air tanah terkait dalam perencanaan dalam teknik sipil. 1 PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No 7 tahun 2004 : air tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota Adanya aktifitas manusia dalam menjalankan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sehari-hari berdampak pada perubahan penutup/penggunaan

Lebih terperinci

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 16, No. 1, 57-64, Mei 2013 57 Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir (The Effect of Rain to the Change

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph) KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami sifat kimia tanah. 2. Memahami vegetasi tanah. 3. Memahami

Lebih terperinci

Analisis Potensi Air A I R

Analisis Potensi Air A I R Analisis Potensi Air A I R Sumber Daya habis terpakai tetapi dapat diperbaharui/di daur ulang Persediaan air bumi yang dapat diperbaharui diatur oleh siklus hydrologic (Siklus air), yaitu suatu sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Hidrologi Pengertian dan pengetahuan tentang rangkaian peristiwa yang terjadi dengan air mulai dari air jatuh ke permukaan bumi hingga menguap ke udara dan kemudian jatuh

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Kawasan Perkotaan Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, terdapat berbagai macam definisi mengenai istilah pertumbuhan. Definisi-definisi tersebut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai 199 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan laju infiltrasi pada berbagai karakteristik lahan pada bab sebelumnya, maka penelitian Hubungan Karakteristik

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off

TINJAUAN PUSTAKA. Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS. pengangkut bagian-bagian tanah. Di dalam bahasa Inggris dikenal kata run-off 7 TINJAUAN PUSTAKA Aliran Permukaan dan Infiltrasi dalam suatu DAS Aliran permukaan, yaitu air yang mengalir di atas permukaan tanah. Bentuk aliran inilah yang penting sebagai penyebab erosi, karena merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Erosi Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain melalui media air atau angin. Erosi melalui media angin disebabkan oleh kekuatan angin sedangkan

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi 2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke

Lebih terperinci

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7) 7 Persamaan-persamaan tersebut kemudian dikonversi menjadi persamaan volumetrik (Persamaan 5) yang digunakan untuk mendapatkan nilai kadar air tanah dalam % volume. 3.3.5 Pengukuran Curah Hujan dan Tinggi

Lebih terperinci

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian

Manfaat Penelitian. Ruang Lingkup Penelitian 2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjadi panduan untuk petani dalam pengelolaan air hujan dan aliran permukaan di kebun pala untuk menekan penurunan hasil akibat kekurangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR..... ii DAFTAR ISI...... iv DAFTAR TABEL..... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN.... 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah. 7 C. Tujuan Penelitian......

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang

BAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang 62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan Standar Nasional Indonesia Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting untuk dijadikan bahan utama pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan primer

Lebih terperinci

Surface Runoff Flow Kuliah -3

Surface Runoff Flow Kuliah -3 Surface Runoff Flow Kuliah -3 Limpasan (runoff) gabungan antara aliran permukaan, aliran yang tertunda ada cekungan-cekungan dan aliran bawah permukaan (subsurface flow) Air hujan yang turun dari atmosfir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan 1. Pengertian Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah merupakan salah satu bagiannya. Menurut Ritohardoyo, Su (2013) makna lahan dapat disebutkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Debit Banjir Rencana Debit banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6 1. Komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman adalah.... bahan mineral, air, dan udara bahan mineral dan bahan organik

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN 5.1 Kesimpulan Penelitian Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi 12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 KONSERVASI TANAH 1. Pengertian Konservasi Tanah Penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup seluruh makhluk, terutama manusia. Dua pertiga wilayah bumi terdiri dari lautan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 KONSERVASI TANAH 1. Pengertian Konservasi Tanah Penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi

Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Dan Tahapan Proses Siklus Hidrologi Daur Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah perputaran air dengan perubahan berbagai bentuk dan kembali pada bentuk awal. Hal ini menunjukkan bahwa volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan paling mendasar yang sangat diperlukan bagi kehidupan baik di darat, laut, maupun udara. Untuk hidup semua makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan manusia, baik kerugian harta benda maupun korban jiwa manusia. Hal ini mendorong masyarakat disekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sistem penggunaan lahan dalam daerah aliran sungai (DAS), berupa aneka pepohonan dan semak sehingga membentuk tajuk berlapis. Hutan yang demikian

Lebih terperinci

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K 5410012 Prodi Geografi FKIP UNS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya air merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah , I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bencana banjir dikatagorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam, yang dapat dipicu oleh beberapa faktor penyebab: (a) Fenomena alam, seperti curah hujan,

Lebih terperinci