Warisan Dunia Gunung Fuji

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Warisan Dunia Gunung Fuji"

Transkripsi

1 Warisan Dunia Gunung Fuji Objek Kepercayaan Spiritual dan Sumber Inspirasi Seni Katsushika Hokusai, "Ombak Besar Lepas Pantai Kanagawa", dari 36 Pemandangan Gunung Fuji (Koleksi Museum Prefektur Yamanashi) Melalui pendakian spiritual dari dasar hingga ke puncak dan perziarahan ke area sakral di kaki gunung, Gunung Fuji nan agung dan sakral mendapatkan kekuatan spiritual dewa-dewi Buddha yang mendiaminya, menumbuhkan sebentuk kepercayaan unik dengan permohonan atas kematian dan kebangkitan diri, serta menjadi menjadi objek karya-karya seni seperti lukisan papan cetak ukiyo-e yang memengaruhi seniman asing pula. Gunung Fuji yang menjadi objek kepercayaan dan sumber inspirasi seni ini mendapat penghargaan tinggi di dunia dan terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia pada sidang ke-37 Komite Warisan Dunia UNESCO (Juni 2013). - CONTENTS - Gunung Fuji, Objek Kepercayaan Spiritual dan Sumber Inspirasi Seni - Gunung Fuji dan Kepercayaan SpiritualSpiritual - Gunung Fuji dan Seni - Aset pembentuk Page 2 Page 3 Page 4 Page HAVE MORE FUN! - Click these icons to see more information or videos with a working Internet connection.

2 Warisan Dunia Gunung Fuji, Objek Kepercayaan Spiritual dan Sumber Inspirasi Seni Pada Januari 2007, Gunung Fuji tercatat dalam Daftar Tentatif kandidat Situs Warisan Budaya Dunia yang hendak direkomendasikan kepada UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB). Gunung Fuji memiliki nilai yang tiada duanya di dunia sebagai gunung yang membentuk kepercayaan spiritual dan memberi inspirasi seni berkat keagungan, keluhuran, serta keelokannya. Untuk menjadikan Gunung Fuji sebagai Warisan Budaya Dunia, Prefektur Yamanashi, Prefektur Shizuoka, dan kota-kota terkait berupaya membuktikan nilai Gunung Fuji berdasarkan kriteria penilaian Warisan Dunia, merumuskan rencana manajemen konservasi yang memadai dan mengatur kebijakan perlindungan serta pelestarian Gunung Fuji, dan menyerahkan rancangan pencalonannya kepada Badan Urusan Kebudayaan pada Juli Pemerintah Jepang kemudian memutuskan untuk mencalonkan Gunung Fuji sebagai Warisan Budaya Dunia pada bulan September 2011, dan menyerahkan berkas nominasinya kepada UNESCO pada bulan Januari Setelah melalui survei lapangan oleh ICOMOS (Dewan Monumen dan Situs Internasional), badan penasihat UNESCO, Gunung Fuji didaftarkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh Komite Warisan Dunia UNESCO pada bulan Juni Mewariskan Gunung Fuji ke Masa Depan Menurut "Panduan Operasional Penerapan Konvensi Warisan Dunia" yang memuat aturan pendaftaran Warisan Dunia, berbagai langkah harus dilakukan untuk memastikan manajemen pelestarian serta melindungi nilai-nilai aset sebagai persyaratan pendaftaran. "Rencana Manajemen Perlindungan" menetapkan kebijakan serta cara-cara yang akan digunakan untuk melindungi nilai istimewa Gunung Fuji dan mewariskannya secara pasti kepada generasi mendatang. Gunung Fuji yang terbentang di Prefektur Yamanashi dan Shizuoka memiliki aset-aset budaya yang terkait dengan kepercayaan spiritual dan seni yang tersebar di berbagai penjuru. Untuk itu, perlu dirumuskan rencana manajemen perlindungan yang menetapkan kebijakan serta mekanisme perlindungan dan pelestarian Gunung Fuji secara menyeluruh, termasuk dengan aset-aset kulturalnya, sebagai satu kesatuan. Berdasarkan rencana ini, kita dapat mengantarkan Gunung Fuji melewati waktu hingga ke masa depan dalam kondisi yang lebih sesuai sebagai Warisan Budaya Dunia. Kriteria Penilaian untuk Pendaftaran Situs Warisan Budaya Dunia Gunung Fuji terdaftar sebagai Warisan Budaya Dunia karena memiliki nilai budaya utama sebagai "objek kepercayaan spiritual" dan "sumber inspirasi seni" yang telah memenuhi kriteria penilaian yang disebutkan dalam "Panduan Operasional Penerapan Konvensi Warisan Dunia" yang ditetapkan oleh Komite Warisan Dunia. Gunung Fuji telah memenuhi sepuluh kriteria penilaian yang tersebut di bawah ini: Page 2

3 Nilai Gunung Fuji yang Universal dan Mengemuka Dasar Penilaian (iii) Bukti yang menunjukkan adanya tradisi budaya khas akan gunung yang disebut "kepercayaan spiritual akan Gunung Fuji" Sebagai awal kepercayaan akan dewa-dewi Buddha yang dipercaya mendiami Gunung Fuji berkembanglah tradisi yang menekankan harmoni dengan gunung berapi serta tradisi terima kasih kepada benda-benda seperti mata air di kaki gunung. Esensi kepercayaan itu telah diwariskan dalam bentuk dan semangat ziarah serta pendakian Gunung Fuji yang bertahan melampaui zaman hingga saat ini. Berbagai aset budaya yang dibuat sebagai momentum Gunung Fuji dan kepercayaannya merupakan bukti tiadanya tandingan tradisi budaya pada gunung yang tetap hidup hingga sekarang. Kriteria Penilaian (vi) Kaitan langsung dan konkret dengan karya-karya seni dengan arti universal yang mengemuka. Ikon Gunung Fuji yang tergambar pada ukiyo-e pada paruh pertama abad ke-19 banyak digunakan sebagai motif seni modern Barat, berpengaruh besar terhadap karya-karya seni Eropa, dan dikenal luas di luar negeri sebagai simbol Jepang serta budaya Jepang. Gunung Fuji adalah gunung yang tiada tandingannya yang memiliki kaitan langsung dan konkret dengan karya-karya seni dengan arti universal yang mengemuka dan merupakan simbol Jepang serta budaya Jepang. Gunung Fuji dan Kepercayaan Spiritual Masyarakat Jepang sejak dahulu merasa takjub akan Gunung Fuji yang menjadi tempat bersemayam dewa-dewi dan kerap meletus. Kuil Sengen kemudian didirikan di kaki gunung untuk meredam letusan tersebut. Pada akhir Zaman Heian, setelah aktivitas vulkanik gunung mereda, Gunung Fuji menjadi pusat kegiatan kepercayaan "Shugen-do" yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan purba Jepang akan gunung-gunung dan ajaran esoteris Buddha. Seorang biksu bernama Matsudai Shonin yang hidup pada awal abad ke-12 membangun Kuil Buddha Dainichi di puncaknya. Pada akhir Zaman Muromachi, penganut Shugen-do dan para warga biasa mulai mendaki gunung sebagai perziarahan spiritual. Perziarahan itu kemudian dijadikan sebagai doktrin kepercayaan spiritual baru akan Gunung Fuji oleh Kakugyo Hasegawa yang hidup pada Zaman Sengoku. Ajaran Kakugyo diwariskan kepada muridmuridnya dan sekte "Fujiko" menjadi sangat populer pada pertengahan Zaman Edo, terutama di wilayah Kanto. Setelah itu, banyak orang mulai mendaki Gunung Fuji atau berziarah ke tempat-tempat spiritual, seperti Lima Danau Fuji. Pada Zaman Meiji, berkat pencabutan larangan pendakian ke puncak bagi perempuan serta pembangunan jaringan jalan dan kereta, banyak orang ingin mendaki puncak Gunung Fuji. Lukisan Sutra Warna Mandala Ziarah Fuji (Koleksi Kuil Besar Sengen Hongu Fujisan) Menggambarkan pendakian ziarah Gunung Fuji pada Zaman Muromachi. Patung Putri Konohana Sakuya (Koleksi Museum Sejarah Lokal Fujiyoshida) Sejak Zaman Edo, Putri Konohana Sakuya mulai dipuja sebagai dewi Gunung Fuji. Page 3

4 Gunung Fuji dan Seni Berkat keindahannya, Gunung Fuji menjadi tema berbagai karya kreatif. "Man'yoshu", koleksi puisi Jepang tertua dari abad ke-8, juga mencakup karya-karya bertemakan Gunung Fuji yang salah satunya menyebut Gunung Fuji sebagai dewa kedamaian negeri dan sebagai harta karun. Asap vulkanik yang membubung pada waktu itu digambarkan dalam banyak karya sastra sebagai simbol cinta yang membara. Gunung Fuji juga ditampilkan dalam karya-karya klasik seperti "Kisah Pemotong Bambu", "Kokin Wakashu", dan "Kisah Ise", haiku Matsuo Basho dan Yosa Buson, serta karya-karya Natsume Soseki dan Dazai Osamu. Beberapa representasi Gunung Fuji yang paling terkenal adalah ukiyo-e dari Zaman Edo. Di antara ukiyo-e tersebut, karya Katsushika Hokusai "36 Pemandangan Gunung Fuji", dan karya Utagawa Hiroshige "36 Pemandangan Gunung Fuji" serta "53 Stasiun Tokaido" menggambarkan Gunung Fuji dari berbagai tempat dalam karya-karyanya. Ukiyo-e juga mempengaruhi seniman-seniman impresionis seperti Van Gogh dan Monet. Pada lukisan modern Jepang, seniman seperti Yokoyama Taikan yang dikenal atas karyanya "Fuji Biru Laut" menciptakan banyak karya yang menyertakan Gunung Fuji. Karena itu, bisa dikatakan bahwa Gunung Fuji merupakan sumber inspirasi seni dan layak menjadi Warisan Budaya Dunia. Katsushika Hokusai, "Angin Selatan Langit Cerah", dari 36 Pemandangan Gunung Fuji (Koleksi Museum Prefektur Yamanashi) Yokoyama Taikan, "Fuji Biru Laut" (Koleksi Museum Seni Prefektur Shizuoka) Page 4

5 Warisan Dunia Gunung Fuji, Objek Kepercayaan Spiritual dan Sumber Inspirasi Seni Aset pembentuk - 1. Situs Gunung Fuji (Yamanashi dan Shizuoka) Nilai Gunung Fuji sebagai Warisan Budaya Dunia berkat pemandangannya nan agung dan sakral, yang menjadikannya "objek kepercayaan spiritual" serta "sumber inspirasi seni". Area (dengan ketinggian meter atau lebih) yang terutama penting bagi nilai Gunung Fuji dipandang sebagai bagian aset Gunung Fuji. Hal ini didasarkan pada cakupan area-area yang digambarkan dalam lukisanlukisan terkenal dan tepat berada di atas "Umagaeshi", yang merupakan salah salah satu batas kesakralan spiritual. Dalam lingkup area itu terdapat Posko 8 dan setelahnya yang merupakan tempat Dewa Sengen bersemayam, serta pemandangan dari Danau Motosu, seperti yang tergambar dalam lembaran uang kertas yen saat ini. Page 5

6 1-1. Relikui kepercayaan spiritual yang di puncak gunung (Yamanashi dan Shizuoka) Berbagai fasilitas spiritual seperti kuil tersebar di sepanjang dinding kawah di puncak gunung. Setelah pendakian ziarah Gunung Fuji dimulai, bangunan kuil, patung Buddha, dan lain-lain dipersembahkan, dan aktivitas-aktivitas spiritual di puncak gunung pun dikelola secara sistematis. Bahkan saat ini, banyak pendaki beraktivitas di puncak gunung, seperti berdoa ketika melihat matahari terbit dan mengelilingi kawah (ritual "Ohachimeguri"). Lewat hal-hal itu, semangat kepercayaan spiritual akan Gunung Fuji terus diwariskan hingga zaman modern Jalan Lintas Omiya-Murayama Jalan lintas ini berawal di Kuil Besar Sengen Hongu Fujisan, melewati Kuil Sengen Murayama, dan menuju ke sisi selatan puncak gunung. Aktivitas Matsudai Shonin pada awal serta pertengahan abad ke-12 diperkirakan telah mendorong pendakian Gunung Fuji. Sejak itu, masyarakat mulai melakukan pendakian sebagai suatu perziarahan spiritual, yang digambarkan dalam Lukisan Sutra Warna Mandala Ziarah Fuji (Kenbon Chakushoku Fuji Mandarazu) pada abad ke-16. Lingkup aset ini adalah Posko 6 dari Jalan Lintas Fujinomiya dan setelahnya. Page 6

7 1-3. Jalan Lintas Suyama (kini Jalan Lintas Gotemba) Jalan lintas ini berawal dari Kuil Sengen Suyama dan menuju area tenggara puncak gunung. Meskipun awal jalan lintas ini tidak jelas, keberadaannya pada tahun 1486 dapat dipastikan dari dokumendokumen kuno. Jalan ini mengalami kerusakan parah akibat letusan Hoei Gunung Fuji (tahun 1707) dan diperbaiki sepenuhnya pada tahun Lingkup aset ini adalah ketinggian meter (tempat Jalan Lintas Gotemba saat ini) dan setelahnya, dan pada area di sekitar Suyama Otainai (ketinggian meter) Jalan Lintas Subashiri Jalan lintas ini berawal di Kuil Sengen Fuji, menyatu dengan Jalan Lintas Yoshida di Posko 8, dan menuju area timur puncak gunung. Meskipun awal jalan lintas ini tidak jelas, piring gantung Buddha bertatahkan tahun 1384 ditemukan di jalan tersebut. Banyak penganut Fujiko dan kepercayaan lain mulai memanfaatkannya pada paruh kedua abad ke-18. Lingkup aset ini adalah Posko 5 dan setelahnya. Page 7

8 1-5. Jalan Lintas Yoshida Jalan lintas ini berawal di Kuil Sengen Fuji Hongu Kitaguchi dan menuju ke puncak Gunung Fuji. Pada paruh kedua abad ke-14 mulai dibangun persinggahan bagi para peziarah dan juga fasilitas bagi banyak pendaki. Setelah Jikigyo Miroku meletakkan dasar kebesaran Fujiko dan menetapkan Jalan Lintas Yoshida sebagai jalur pendakian utama bagi para penganutnya, jumlah penganut Fujiko bertambah secara bertahap sejak paruh kedua abad ke-18 dan banyak orang menggunakan jalan lintas tersebut Kuil Sengen Fuji Hongu Kitaguchi Kuil ini bermula dari tempat memandang yang didedikasikan untuk Asama no Okami. Pada tahun 1480 sebuah gerbang kuil "Gunung Fuji" didirikan dan pada pertengahan abad ke-16 paviliun Kuil Sengen dibangun. Karena kaitan eratnya dengan kepercayaan Fujiko, bangunan-bangunan tersebut direnovasi pada tahun 1730-an dengan kontribusi seorang pendeta Fujiko, Murakami Kosei, dan dibuat lanskap halaman yang dapat dilihat saat ini. Page 8

9 1-7. Danau Sai / 1-8. Danau Shoji / 1-9. Danau Motosu Para penganut Fujiko menetapkan aturan Uchi Hakkai Meguri dan menziarahi delapan danau di kaki Gunung Fuji. Meskipun lokasi perziarahan berubah menurut zaman, Lima Danau Fuji yang mencakup juga Danau Sei, Danau Shoji, dan Danau Motosu tetap selalu menjadi objek ziarah yang tak lekang oleh zaman. Di antara Lima Danau Fuji itu, Danau Motosu menjadi sumber inspirasi banyak karya seni berkat pemandangannya yang sungguh elok dan permai. Di antara karyakarya itu, foto Musim Semi di Tepi Danau karya Okada Koyo yang terus memburu Gunung Fuji sepanjang hidupnya diadopsi sebagai gambar lembaran uang kertas yen dan yen. 2. Kuil Besar Sengen Hongu Fujisan Kuil Sengen mengawali pemujaan Gunung Fuji sebagai Asama no Okami dan Kuil Besar Sengen Hongu Fujisan adalah pusat Kuil-kuil Sengen yang ada. Menurut legendanya, Kuil Besar tersebut dipindahkan ke lokasinya yang sekarang dari Yamamiya. Kepercayaan spiritual itu bermula pada abad ke-9, dan paviliun kuil yang ada saat ini dibangun di bawah perlindungan khusus Tokugawa Ieyasu. Selain itu, berkat kontribusi Ieyasu, area Gunung Fuji dari Posko 8 hingga puncak gunung dikelola sebagai simbol sakral dewa-dewi. Di halaman kuil terdapat "Kolam Wakutama" yang bersumber dari mata air Gunung Fuji dan di masa lalu airnya digunakan penganut kepercayaan untuk menyucikan tubuh sebelum mendaki Gunung Fuji. Page 9

10 3. Kuil Sengen Yamamiya Menurut legenda Kuil Besar Sengen Hongu Fujisan, Kuil Sengen Yamamiya merupakan pendahulu Kuil Besar Sengen Hongu Fujisan yang dibangun oleh Yamatotakeru no Mikoto. Ketiadaan bangunan pada bagian dalam kuil yang merupakan hasil konfigurasi unik dari bangunan tempat beribadah untuk melihat Gunung Fuji, diperkirakan didasarkan pada sebentuk ritual kuno ibadah Gunung Fuji dari kejauhan yang bertujuan untuk meredam letusannya. 4. Kuil Sengen Murayama Setelah aktivitas letusan Gunung Fuji reda pada abad ke-12, Matsudai Shonin dan orang-orang lain mulai melakukan praktik asketis di gunung. Aktivitas ini terus berkembang hingga lahir kepercayaan Shugen-do di Gunung Fuji pada awal abad ke-14. Sebagai pusatnya adalah Kuil Sengen Murayama (juga dikenal dengan nama Koho-ji). Para penganut Shugen-do mengelola Jalan Lintas Omiya-Murayama hingga paruh kedua abad ke Kuil Sengen Suyama Kuil Sengen Suyama merupakan titik awal Jalur Suyama. Menurut legenda, kuil ini dibangun oleh Yamatotakeru no Mikoto dan keberadaannya pada tahun 1524 dapat dipastikan dari penanda konstruksi kuil. Kuil ini juga mengalami kerusakan parah akibat letusan Hoei pada tahun 1707 dan bangunan kuil utama yang ada saat ini direnovasi pada tahun Page 10

11 6. Kuil Sengen Fuji (Kuil Sengen Subashiri) Kuil Sengen Fuji merupakan titik awal Jalan Lintas Subashiri dan menarik banyak penganut kepercayaan Fujiko. Di sana tertinggal sekitar 70 monumen peringatan yang menunjukkan hal-hal seperti jumlah pendakian sebanyak 33 kali sebagai satu jeda. Menurut legenda, kuil ini dibangun pada tahun 807. Meskipun mengalami kerusakan parah akibat letusan Hoei (tahun 1707), pada tahun 1718 direnovasi dan telah berkali-kali diperbaiki hingga menjadi bentuknya yang sekarang. 7. Kuil Asama Kawaguchi Dikisahkan bahwa kuil ini merupakan Kuil Asama pertama yang dibangun di kaki utara Gunung Fuji pada momentum letusan yang terjadi pada paruh kedua abad ke-9. Daerah Kawaguchi yang berpusat di Kuil Sengen dibangun sebagai permukiman Oshi sejak paruh kedua zaman pertengahan ketika pendakian ziarah Gunung Fuji menjadi populer hingga Zaman Edo. Hingga saat ini, aktivitas spiritual yang terkait erat dengan Gunung Fuji pun masih terus dilakukan. 8. Kuil Sengen Omuro Fuji Dikisahkan bahwa kuil ini dibangun pada awal abad ke-9 di lokasi Posko 2 dari Jalan Lintas Yoshida, dan terdapat pula dokumen-dokumen yang menyebutkan bahwa kuil ini adalah kuil pertama yang didedikasikan untuk Gunung Fuji. Meskipun - Page 11

12 - bangunan utama kuil dipindahkan tanpa mengalami perubahan ke kaki gunung pada tahun 1970-an, kuil ini telah berfungsi sebagai kombinasi antara kuil utama di Posko 2 yang dipandang sebagai basis berbagai bentuk kepercayaan spiritual akan Gunung Fuji, seperti Shugen dan pendakian ziarah, dan kuil di kaki gunung yang berfungsi sebagai tempat bersemayamnya Ubusunagami, dewa pelindung bumi Permukiman Oshi (dulu tempat tinggal keluarga Togawa dan Osano) Pemukim Oshi membantu penganut kepercayaan Fujiko yang sedang melakukan pendakian ziarah dengan menyediakan persinggahan dan makanan. Mereka juga secara reguler beribadah dan menyebarkan ajaran kepercayaan akan Gunung Fuji. Banyak rumah Oshi berbentuk memanjang dengan pintu masuk menghadap jalan utama, dan mencakup bangunan rumah tinggal serta persinggahan peziarah yang berlokasi di belakang drainase yang mengaliri kompleks tersebut. Foto menunjukkan bekas rumah tinggal keluarga Togawa. *) 10. Tempat tinggal keluarga Osano tidak terbuka untuk umum (Model rekonstruksi rumah dapat dilihat di Museum Sejarah Lokal Fujiyoshida) 11. Danau Yamanaka / 12. Danau Kawaguchi Dua danau ini merupakan danau bendungan yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik Gunung Fuji dan termasuk dalam Lima Danau Fuji. Dalam naskah pendeta Hasegawa yang ditulis tangan pada paruh kedua abad ke-16 disebutkan bahwa beliau melakukan "Suigyo" dan berziarah ke Danau Yamanaka dan Danau Kawaguchi. Dalam "Catatan 31 Hari" tahun 1733, Jikigyo Miroku menyebutkan tentang ziarah "Uchi Hakkai Meguri" ke delapan danau. Dari 8 danau tersebut, Danau Yamanaka dan Danau Kawaguchi termasuk dalam Lima Danau Fuji yang merupakan objek ziarah suigyo yang tak lekang oleh zaman. Page 12

13 13~20. Oshino Hakkai Inilah 8 kolam air yang bersumber dari air tanah Gunung Fuji, yang merupakan tempat menyemayamkan 8 Raja Naga, dan masing-masing merupakan tujuan ziarah keliling dari kepercayaan akan Gunung Fuji. Para pendaki ziarah Gunung Fuji menyucikan hadas dengan air tersebut. Kolam-kolam ini dikisahkan sebagai lokasi-lokasi suci bersejarah yang disebut dengan "delapan danau mata air Gunung Fuji" dan disamakan dengan delapan kolam praktik asketis Hasegawa Kakugyo, dan diperkirakan diungkap kembali oleh para penganut Fujiko pada tahun Lubang Pohon Lava Funatsu 22. Lubang Pohon Lava Yoshida Saat Hasegawa Kakugyo melakukan pendakian ziarah Gunung Fuji pada tahun 1617, ia menemukan gua di area utara kaki gunung (yang diperkirakan merupakan satu lubang pohon lava berskala kecil yang tersebar di seluruh area gua lubang pohon Funatsu) dan mendedikasikannya untuk Asama no Okami. Guagua lubang pohon Funatsu yang ada saat ini ditemukan oleh para penganut Fujiko pada tahun 1673, dan gua-gua lubang pohon Yoshida diperbaiki sebagai "Otainai" baru pada Putri Konohana Sakuya disemayamkan di dalam gua. Page 13

14 23. Relikui Fujiko Hitoana Menurut legenda, gua angin Hitoana (gua lava) yang menjadi "tempat bersemayam Dewa Sengen Daibosatsu" (nama dewi Gunung Fuji) merupakan tempat suci. Hasegawa Kakugyo yang diperkirakan merupakan pendiri Fujiko melakukan latihan spiritual dan bermeditasi di sini pada abad ke-16 hingga 17. Di halaman kuil tertinggal sekitar 230 monumen peringatan serta penghormatan bagi Kakugyo dan para pendeta lain, dan juga monumenmonumen peringatan pendakian yang didirikan oleh para peziarah spiritual. 24. Air Terjun Shiraito Air terjun Shiraito menyembur setinggi sekitar 200 meter dari mata air Gunung Fuji. Hasegawa Kakugyo, yang diperkirakan merupakan pendiri Fujiko, diperkirakan pula melakukan latihan latihan spiritual di sini. Air terjun ini juga menjadi tempat latihan dan ziarah penganut kepercayaan, terutama penganut Fujiko. Page 14

15 25. Miho no Matsubara Miho no Matsubara ditampilkan sebagai objek banyak puisi Jepang pasca "Man'yoshu" dan juga menjadi latar pertunjukan drama Noh "Hagoromo". Selain itu, penempatan gambar Miho no Matsubara di sisi depan merupakan tipe gambar Gunung Fuji abad ke-15 serta ke-16 dan setelahnya. Melalui karya-karya itu dan banyak karya seni lain, Miho no Matsubara dikenal luas sebagai lokasi permai untuk melihat Gunung Fuji. Page 15

Panduan fasilitas. Konsep

Panduan fasilitas. Konsep Panduan fasilitas Di prefektur Yamanashi, dibangun gedung selatan yang baru sebagai "Yamanashi Prefecture Mount Fuji World Heritage Centre" yang memainkan peran sentral dalam penyampaian informasi, konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara kepulauan yang wilayahnya terdiri dari pulaupulau berbentuk melengkung, terbentuk dari timur laut ke barat daya di lautan bagian timur benua

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsanya. Hal ini dapat dilihat pada sejarah, tabiat dan watak bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan. moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari segi sosialnya, Jepang merupakan negara yang maju dan moderen. Walaupun demikian, negara tersebut memiliki banyak keanekaragaman budaya tradisional termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam.

Bab 1. Pendahuluan. Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam. Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam. Kebudayaan tersebut diaplikasikan secara langung melalui karya seni. Kebudayaan yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GUNUNG FUJI. Gunung Fuji terletak di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GUNUNG FUJI. Gunung Fuji terletak di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GUNUNG FUJI 2.1 Letak Geografis dan Geologis 2.1.1 Letak Geografis Gunung Fuji terletak di perbatasan Prefektur Shizuoka dan Yamanashi, tepatnya sebelah barat kota Tokyo di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG 2.1. Letak Geografis Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia, membentang seperti busur yang ramping sepanjang 3.800 KM. Luas totalnya adalah 377.815

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri Tagata Jinja Hounen matsuri merupakan sebuah festival yang diadakan di Tagata Jinja yang terletak di

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata Kunci : - Haiku - Arti Simbolisme

Abstraksi. Kata Kunci : - Haiku - Arti Simbolisme Abstraksi Bila ingin mengetahui makna dari ukiyo-e (seni lukisan kuno Jepang), maka harus memahami penulisan kaligrafinya yang tertulis berupa haiku (Puisi Jepang). Oleh karena itu, tujuan penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

Meiji Jinggu.

Meiji Jinggu. Meiji Jinggu Meiji Jinggu (Meiji Shrine) adalah kuil bersejarah yang lokasinya di belakang stasiun Harajuku dan berlawanan arah dengan Takeshita Dori. Jika berjalan kaki dari stasiun ini maka diperlukan

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu

BAB VI KESIMPULAN. kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu BAB VI KESIMPULAN A. Simpulan Keindahan dalam beragam pemaknaannya melahirkan ekspresi-ekspresi kesenian yang khas. Konsep akan yang indah (beauty) itu sendiri seiring waktu bertransformasi secara ideal

Lebih terperinci

10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi

10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi 10 Tempat Wisata di Manado yang Wajib Dikunjungi Manado merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki semboyan Torang Samua Basudara yang berarti Kita Semua Bersaudara. Masyarakat

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar masyarakatnya tidak memeluk suatu agama atau kepercayaan tertentu. Namun, bukan berarti kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang yang oleh penduduknya sendiri disebut Nippon atau Nihon merupakan negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: 649-658). Barisan pulau-pulau

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. dicintai oleh masyarakat Jepang. Ada istilah dalam bahasa Jepang yang mengatakan

Bab 5. Ringkasan. dicintai oleh masyarakat Jepang. Ada istilah dalam bahasa Jepang yang mengatakan Bab 5 Ringkasan Bunga sakura merupakan bunga nasional negara Jepang dan bunga yang sangat dicintai oleh masyarakat Jepang. Ada istilah dalam bahasa Jepang yang mengatakan hana to ieba, sakura no koto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri pada akhir dekade pertama abad ke-19, diresmikan tanggal 25 September 1810. Bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik arsitektur bangunan kuno maupun arsitektur bangunan modern. Arsitektur bangunan dapat berupa

Lebih terperinci

RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017

RANCAK KECAK PASOLA DI PURA LUHUR ULUWATU PERANG SAMBIL BERKUDA MEMBER OF INFLIGHT MAGAZINE OF BATIK AIR NOVEMBER 2017 NOVEMBER 2017 THE Inflight Magazine of Batik Air NOVEMBER 2017 RANCAK KECAK DI PURA LUHUR ULUWATU PASOLA PERANG SAMBIL BERKUDA TIDAK DIBAWA PULANG MEMBER OF i { ART } 40 NATEE UTARIT Kritik untuk Kapitalisme dan Modernisasi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan Bab 5 Ringkasan Skripsi Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan sendiri memiliki arti sebagai pedoman yang menyeluruh bagi kehidupan masyarakat yang memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,

Lebih terperinci

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan

berpengaruh terhadap gaya melukis, teknik pewarnaan, obyek lukis dan lain sebagainya. Pembuatan setiap karya seni pada dasarnya memiliki tujuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat Indonesia secara umum kian menurun tingkat ketertarikannya dengan dunia seni, khususnya pada dua cabang seni murni yaitu seni lukis dan seni

Lebih terperinci

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alas kaki atau lebih dikenal dengan sebutan sepatu/sandal adalah bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menunjang segala kegiatan, bukan hanya menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan

BAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan 1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai Bab 5 Ringkasan Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai hadiah yang diberikan saat berbahagia. Dahulu temari juga dikenal sebagai bola kesayangan para ibu. Di sekitar

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013

Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Jadwal Kagyu Monlam ke 30 21 December 2012 01 January, 2013 Sebagai program utama harian Monlam, His Holiness Gyalwang Karmapa dan para tulku senior lainnya dan para lama akan memimpin persamuan dari ribuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu, tanda pengenal yang tetap (menyatakan sifat dan keadaan).

Lebih terperinci

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI

POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI POTENSI SUMBER DAYA ALAM DI GUNUNG MERAPI Disusun oleh : Lucky Indra Pradipta (07312244072) Agus Satmoko (07312244081) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSUTAS

Lebih terperinci

PERADABAN MACHUPICCHU

PERADABAN MACHUPICCHU PERADABAN MACHUPICCHU Masyiana Arifah A R (36911) Audra Nesia Pratidina (37269) Irma Ramadan (36688) Nurinda Fauzia A (36452) Maya Meiditta F (36462) Riri Chairiyah (36143) Nuzuli Ziadatun N (37195) Annisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya.

BAB I PENDAHULUAN. (isolasi) dari dunia luar dengan sistem feodal, yang merupakan transisi ke. Restorasi Meiji kelak sebagai antiklimaks isolasinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang patut diperhitungkan.dengan kehebatannya dalam memadukan tradisi dan modernisasi, menjadikan Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesusastraan adalah salah satu bagian dari ilmu dan juga salah satu kebanggaan dari suatu Bangsa. Setiap Negara atau daerah pada umumnya memiliki seni drama

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat Bab 5 Ringkasan Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat perayaan-perayaan ataupun festival yang diadakan setiap tahunnya. Pada dasarnya, perayaan-perayaan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan industri di dunia pada saat ini. Hal ini dapat kita lihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan industri di dunia pada saat ini. Hal ini dapat kita lihat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara Asia yang maju dalam bidang teknologi dan industri di dunia pada saat ini. Hal ini dapat kita lihat dengan menjamurnya barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA. musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA. musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG OSHIBANA 2.1 Pengertian Oshibana Negara Jepang mengenal empat musim, yaitu musim panas, musim semi, musim gugur, dan musim dingin. Di Jepang orang-orang sangat menyukai bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT ' BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji.

BAB I PENDAHULUAN. surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji ( ) dan. yang kemudian dikenal dengan Restorasi Meiji. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah, kekaisaran Jepang beberapa kali mengalami masa pasang surut. Dua periode penting tersebut adalah masa Kaisar Meiji (1868-1912) dan Kaisar

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba: Pesona Sumatera Utara Danau Toba yang terletak di Sumatera Utara ini merupakan salah satu danau vulkanik terindah yang dimiliki Indonesia. Dengan luas yang mencapai 1.145 kilometer persegi,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang memiliki kekayaan teknologi yang berkembang pesat dikarenakan adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG Boneka merupakan salah satu simbol anak-anak yang dijadikan mainan dan dibuat untuk menemani anak-anak hingga pada akhirnya boneka juga dianggap sebagai

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami Abstraksi Salah satu kebudayaan yang terus dipertahankan di Jepang hingga sekarang adalah matsuri. Tagata Jinja Hounen matsuri yang menjadi topik pembahasan skripsi ini memiliki keunikan yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah sebuah negara maju yang berada di Asia Timur. Dalam Hal keyakinan, Jepang merupakan negara yang membebaskan warga negaranya dalam beragama, seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pelestarian Filosofi pelestarian didasarkan pada kecenderungan manusia untuk melestarikan nilai-nilai budaya pada masa yang telah lewat namun memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi

Lebih terperinci

KARYA SENI RUPA TRADISIONAL MANCANEGARA. Oleh : Arna Ningsih Kelas XII IPA 1 MAN 2 PAREPARE

KARYA SENI RUPA TRADISIONAL MANCANEGARA. Oleh : Arna Ningsih Kelas XII IPA 1 MAN 2 PAREPARE KARYA SENI RUPA TRADISIONAL MANCANEGARA Oleh : Arna Ningsih Kelas XII IPA 1 MAN 2 PAREPARE 1. Karnak (mesir) terdiri dari konglomerasi besar candi hancur, kapel, tiang dan bangunan lain, terutama Candi

Lebih terperinci

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH 41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat dalam Jidai matsuri, berdasarkan empat unsur penting dalam matsuri yang sesuai dengan konsep Shinto. Empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam kesenian dan budaya. Salah satu budaya atau kesenian Indonesia yang terkenal adalah batik. Seni budaya batik

Lebih terperinci

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar

Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan. merupakan panglima yang tinggal di Desa Sei Nagalawan. Tokoh Panglima Besar LAMPIRAN 1 Wujud Cerita Panglima Besar dalam Masyarakat Desa Sei Nagalawan Bagi sebagian masyarakat di Desa Sei Nagalawan cerita Panglima Besar ini tidak asing lagi, banyak orang berpendapat bahwasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia.

Kandy City Sri Lanka. di Indonesia. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri.

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri. Abstraksi Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Matsuri merupakan salah satu contoh dari kebudayaan Jepang tersebut. Setiap tahun bahkan setiap bulan masyarakat Jepang mengadakan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Febriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Letaknya di ujung barat Samudra Pasifik, di sebelah timur Laut Jepang, dan bertetangga dengan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188

STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 STUDI IDENTIFIKASI ATRAKSI WISATA RAWAPENING YANG DIMINATI PASAR WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SUSILOWATI RETNANINGSIH NIM L2D398188 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH & KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka.

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya 1 UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya Kelahiran Bodhisattva berikut menunjukkan bagaimana sebagai seorang pertapa, beliau mempraktikkan kemurahan hati dan pemberian secara terusmenerus,

Lebih terperinci

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis. Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis unsur Shinto Oharai dalam Sanja Matsuri Saya akan membagi analisis Sanja Matsuri melalui empat unsur Shinto, yaitu Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri,

Lebih terperinci

SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG

SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG RUMAH TRADISIONAL JEPANG Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur GEOGRAFIS NEGARA JEPANG Jepang terletak di zona gunung berapi yang di atas Lilitan Gunung Berapi Pasifik (Pasifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang

BAB I PENDAHULUAN. Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kita terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang terbentang mulai dari ujung barat sampai timur. Setiap wilayah mempunyai kebudayaan yang khas sebagai lambang

Lebih terperinci

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Diantara banyak peninggalan bangunan bersejarah di Kota Yogyakarta adalah museum. Sebenarnya di Yogyakarta

Lebih terperinci

Kerukunan Rumah Ibadah di. Mylapore

Kerukunan Rumah Ibadah di. Mylapore Langlang Kerukunan Rumah Ibadah di Mylapore Menyusuri sudut-sudut kota Mylapore, sambil menjelajahi berbagai simbol keagamaan, mendatangkan kekaguman tersendiri terhadap pluralisme India. Penulis & Fotografer:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pariwisata di Indonesia saat ini mengalami peningkatan dan terus berkembang secara kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan kata Inggris folklore. Kata itu adalah kata majemuk, yang berasal dari dua kata dasar folk dan

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra di Bali masih berhubungan erat dengan masyarakat pendukungnya. Pada zaman kerajaan, sastra menjadi dasar dan cermin tindakan para raja dalam mengemban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak Bab 5 Ringkasan Agama Shinto merupakan salah satu agama tertua dan dianggap sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak terputus dari zaman pra sejarah sampai

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum

PERTEMUAN 2. Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum PERTEMUAN 2 Bahan Ajar 2. Ruang Lingkup dan Pengertian Museologi, Museum Dan Permuseum A. PENDAHULUAN Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang bersifat perluasan fungsi museum.

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1266 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Lautan Pasifik dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Alasan Pemilihan Judul. Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Lautan Pasifik dengan luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Lautan Pasifik dengan luas 377.944 km 2, dan terdiri dari 6.852 pulau. Pulau-pulau utama yang membentang dari utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari. DANAU SEGARA ANAK Danau Segara Anak adalah danau kawah (crater lake) Gunung Rinjani yang berada di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Paket Wisata. Hoshizora Tour

Paket Wisata. Hoshizora Tour Paket Wisata Hoshizora Tour DIES NATALIS & LUSTRUM X FAKULTAS PSIKOLOGI UGM 2015 Paket Wisata Jogja Jogja Favorite Tour Paket Jogja Favorite Tour akan membawa Anda mengunjungi lokasi favorit di Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa sendiri merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh warga negara. Hal ini tidak terlepas dari kepedulian kepada

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan, dengan keanekaragaman budaya disetiap daerah dan wilayah yang dimiliki bangsa Indonesia. Adalah suatu kebanggan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut

Lebih terperinci