KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN. Wiwit Widyastuti A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN. Wiwit Widyastuti A"

Transkripsi

1 KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN Wiwit Widyastuti A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 RINGKASAN WIWIT WIDYASTUTI. Kajian Kualitas Buah Delapan Genotipe Pepaya Koleksi PKBT pada Dua Stadia Kematangan. Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan SRIANI SUJIPRIHATI. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas buah yang meliputi sifat fisik dan kimia pada stadia kematangan buah 75 dan 100 % pada delapan genotipe pepaya koleksi PKBT (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika). Genotipe yang diamati adalah IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2008 di kebun percobaan IPB Tajur 1, Bogor. Ruangan untuk penyimpanan buah di kebun percobaan IPB Tajur 1, serta pengamatan sifat kimia dilakukan di Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Petak utama adalah perlakuan penyimpanan buah hingga mencapai stadia kematangan 75 dan 100 %. Genotipe buah pepaya yang diamati yaitu IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 sebagai anak petak. Setiap perlakukan dilakukan 3 ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu buah pepaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf 5 %. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan stadia kematangan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, kecuali berpengatuh nyata terhadap ph serta berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit buah bagian tengah. Terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe yang diamati pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah, ATT, kandungan vitamin C, dan karoten. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada peubah panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji, tebal minimal dan maksimal daging buah, kekerasan

3 kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung, serta kekerasan daging buah bagian ujung, dan ph, sedangkan pada bagian yang dapat dimakan, kekerasan daging buah bagian pangkal, PTT dan PTT/ATT tidak terdapat perbedaan yang nyata. Koefisien keragaman berkisar antara 3 55%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe yang diamati pada kematangan 75 dan 100% pada umumnya memiliki kualitas yang sama, kecuali pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah dan ujung, kandungan vitamin C serta kandungan karoten. Kualitas buah dapat ditentukan oleh beberapa peubah, yaitu jumlah biji, bagian buah yang dapat dimakan, kekerasan daging buah, nilai PTT, ATT, perbandingan PTT dan ATT, serta kandungan vitamin C dan karoten. Genotipe IPB 4 memiliki jumlah biji yang lebih sedikit dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe IPB 3 memiliki keunggulan hampir pada semua peubah yang menentukan kualitas, kecuali pada tingkat kekerasan daging buah yang lunak, nilai ATT yang lebih tinggi serta perbandingan antara nilai PTT dan ATT lebih rendah dibandingkan dengan IPB 2A dan IPB 9. Genotipe IPB 9 dan IPB 7 memiliki keunggulan yang sama pada peubah tingkat kekerasan daging buah, kandungan ATT yang rendah, nilai perbandingan antara PTT dan ATT yang besar, serta nilai ph yang tinggi. Kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 4.

4 KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Wiwit Widyastuti A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 Judul Skripsi: KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN Nama : WIWIT WIDYASTUTI NRP : A Menyetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, (Ir. Ketty Suketi, MSi.) NIP: (Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.) NIP: Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian (Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.) NIP: Tanggal Lulus:

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 01 Januari Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak Narjono dan Ibu Eli Cuhaeli, anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar dari tahun 1992 sampai 1998 di SD Negeri Sukaraja 2 Kabupaten Sumedang. Tahun 1998, penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 2 Sumedang hingga tahun 2001, selanjutnya lulus dari SMA Negeri 1 Sumedang pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi daerah Wadah Pelajar Mahasiswa Lingga (WAPEMALA) Sumedang. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata ajaran Tanaman Hias dan Pembiakan Tanaman.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tujuan penelitian yang berjudul Kajian Kualitas Buah Delapan Genotipe Pepaya Koleksi PKBT pada Dua Stadia Kematangan adalah untuk mengkaji kualitas buah yang meliputi sifat fisik dan kimia pada dua stadia kematangan. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan PKBT IPB Tajur, Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Ketty Suketi, MSi. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. atas bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan ini. Ucapan terima kasih kepada Mas Awang sebagai teknisi kebun dan Pa Bambang sebagai laboran yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil, Doni Tri Wibowo yang telah memberikan dukungan serta semangatnya selama penelitian dan penulisan, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Tanaman Pepaya... 4 Perkembangan Fisiologis dan Pematangan Buah... 5 Kulit Buah... 7 Tekstur Buah... 7 Padatan Terlarut Total... 7 Asam Terlarut Total... 8 Vitamin C... 8 Karoten... 8 BAHAN DAN METODE... 9 Waktu dan Tempat... 9 Bahan dan Alat... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Analisis Ragam Karakter yang Diamati Panjang Buah, Diameter Buah, Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji Kekerasan Kulit dan Daging Buah Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), PTT/ATT, ph, Vitamin C, Karoten Kualitas Buah Berdasarkan Beberapa Peubah Data Produksi Buah KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 31

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Rekapitulasi Uji F Peubah yang Diamati pada Delapan Genotipe Pepaya Panjang Buah, Diameter Buah Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji Kekerasan Kulit Buah Kekerasan Daging Buah Padatan Terlarut Total, Asam Tertitrasi Total, PTT/ATT, ph Vitamin C, Karoten Kisaran Nilai Skor Masing-masing Genotipe Skor Kualitas Buah Genotipe Pepaya Berdasarkan Beberapa Peubah Data Produksi Buah Pepaya Selama Empat Bulan... 25

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Tebal Minimal Daging Buah (a), Tebal Maksimal Daging Buah (b)... 11

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Uji F Pengamatan Sifat Fisik pada Delapan Genotipe Hasil Uji F Pengamatan Sifat Kimia pada Delapan Genotipe Hasil Uji Korelasi Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia Stadia Kematangan pada Beberapa Genotipe Pepaya yang Diamati Buah yang Terserang Colletotrichum sp. (a), Buah yang Terserang Rhizopus sp. (b), Buah yang Mengeluarkan Getah (c)... 41

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Buah pepaya (Carica papaya L.) sudah tidak asing lagi di masyarakat dan dapat mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Buah pepaya merupakan salah satu buah yang disukai masyarakat karena nilai nutrisi yang baik serta memiliki harga yang relatif terjangkau. Kandungan vitamin C dan karotenoid yang tinggi pada buah pepaya sangat potensial untuk mengurangi aktivitas radikal bebas yang memicu kanker (Soenardi, 2005). Pepaya (Carica papaya L.) menjadi salah satu komoditas buah secara internasional, baik dalam bentuk segar maupun sebagai produk olahan (Sankat dan Maharaj, 1997), salah satu faktornya karena pepaya mempunyai kontribusi sosial-ekonomi yang menjadi salah satu komoditas buah-buahan penting di negara-negara ASEAN, selain dapat menambah nilai ekonomi dari lahan yang dapat dimanfaatkan, sehingga dapat dijadikan sebagai faktor dalam peningkatan pendapatan. Permintaan buah pepaya pada umumnya terus meningkat dari tahun ke tahun, berdasarkan data FAO pola konsumsi buah pepaya di Indonesia pada tahun 2005, mencapai ton yang mengalami peningkatan rata-rata 16.67% dari tahun Produksi buah pepaya di Indonesia terus meningkat, berdasarkan data Departemen Pertanian produksi buah pepaya ton pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi ton. Hal ini pun diiringi oleh produktivitas buah yang meningkat, pada tahun 2005 produktivitas buah pepaya ku/ha serta pada tahun 2006 meningkat menjadi ku/ha. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain banyaknya dilakukan pengembangan baik dalam budidaya maupun varietas-varietas baru yang dihasilkan lebih baik, serta permintaan konsumen yang terus meningkat. Menurut Ashari (1995) peningkatan konsumsi buah tidak hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk serta pendapatan jumlah per kapita, melainkan dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi keluarga untuk menjaga kesehatan tubuh dan kesegaran jasmani serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

13 2 Pepaya menjadi salah satu komoditas buah-buahan yang penting dalam cakupan negara-negara ASEAN serta secara internasional karena memberikan peluang pasar yang bagus untuk memasarkan buah pepaya dalam produk segar ataupun olahan. Menurut Sankat dan Maharaj (1997) buah yang dapat dipasarkan mempunyai bobot 0.5 sampai 2.0 kg setiap buahnya. Pemasaran buah pepaya masih mengalami masalah, salah satunya adalah dalam penentuan tingkat kematangan fisiologis optimum saat panen untuk menjamin kematangan buah yang cukup untuk konsumsi dengan kualitas yang baik. Menurut Santoso dan Purwoko (1995) pada saat proses pemasakan, buah mengalami banyak perubahan fisik dan kimia setelah panen yang menentukan kualitas buah untuk dikonsumsi. Pantastico (1989) telah mengemukakan sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi untuk mendapatkan buah yang berkualitas baik adalah waktu panen yang tepat, karena mutu buah tidak dapat diperbaiki namun dapat dipertahankan. Buah yang dipanen sebelum matang dapat menghasilkan mutu yang kurang baik serta proses pemasakan yang salah. Penundaan waktu panen buah akan meningkatkan kepekaan buah terhadap proses pembusukan, sehingga mutu dan nilai jualnya rendah. Kontribusi yang tidak kalah pentingnya adalah dalam pemenuhan asupan gizi, pepaya merupakan buah yang sangat bermanfaat karena merupakan sumber vitamin dan mineral dalam pemenuhan diet sehari-hari dengan harga yang relatif murah (Yon, 1994). Santoso dan Purwoko (1995) menyatakan bahwa buah memegang peranan penting dalam pemenuhan nutrisi pada manusia, khususnya sebagai sumber vitamin (vitamin C, A, B6, thiamin, niacin), mineral dan serat. Sankat dan Maharaj (1997) mengemukakan bahwa nilai nutrisi pada buah ditentukan oleh kultivar, faktor lingkungan tumbuh selama perkembangan buah serta tahap pemasakan saat dikonsumsi. Menurut Ashari (1995) buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jasmani. Pepaya yang mempunyai rasa yang enak dan banyak mengandung zat gizi yang paling dominan adalah vitamin dan mineral. Villegas (1997) menyatakan bahwa kandungan dalam 100 g bagian pepaya yang dapat dimakan adalah 0.45 g vitamin A, g vitamin C, sedangkan kandungan mineral dalam 100 g buah pepaya adalah g kalsium,

14 g fosfor, g kalium, dan g zat besi. Pepaya yang mengandung 12.1 g karbohidrat, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 0.7 g serat, 0.5 g abu, dan 86.6 g air. Nilai energinya adalah 200 kj/100 g. Kandungan gula utamanya adalah 48.3% sukrosa, 29.8% glukosa serta 21.0% fruktosa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak dihasilkan varietas baru terutama pada buah pepaya, sehingga perlu dilakukan pengkajian karakter fisik maupun kimia. Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengkaji kualitas buah yang meliputi sifat fisik dan kimia buah pada stadia kematangan 75 dan 100% genotipe IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan kualitas buah pada stadia kematangan 75 dan 100%. 2. Terdapat perbedaan kualitas buah pada delapan genotipe pepaya yang diuji.

15 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pepaya Pepaya merupakan tanaman yang berbunga dan berbuah sepanjang tahun (Yon, 1994). Tanaman ini termasuk ke dalam Genus Carica Famili Caricaceae yang terdiri dari empat genus, yaitu: Carica, Jarilla, Jakaratia yang berasal dari daerah Amerika dan Cylicomorpha dari daerah Afrika yang berada di daerah garis khatulistiwa, serta termasuk tanaman dikotiledon (Nakasone dan Paull, 1999). Genus Carica mempunyai sekitar 40 spesies, tetapi hanya tiga yang menjadi penting dalam hortikultura (Yon, 1994). Tanaman pepaya berupa pohon kecil atau perdu dengan daun terletak pada ujung tanaman (roset), daunnya tersusun secara spiral melingkar batang dengan lembaran daun bercelah-celah menjari. Daun bertangkai panjang, berkelompok pada pucuk kanopi. Batang tidak bercabang, lurus, bulat, berongga di dalam, lunak, dapat mencapai ketinggian hingga 10 m, tetapi apabila pucuknya dipotong cabang akan terbentuk. Getah tanaman pepaya mengandung papain, yaitu enzim proteolitik yang dapat digunakan untuk melunakkan daging serta meningkatkan daya tahan wol dari tarikan. Berdasarkan bunganya, tanaman pepaya dapat digolongkan atas tiga tipe utama yaitu tanaman yang berbunga jantan, betina dan bunga hermaprodit (Ashari, 1995). Berdasarkan asal-usulnya buah pepaya dan jumlah ruang bakal buahnya termasuk buah sejati tunggal, yaitu buah sejati yang berasal dari perkembangan satu bakal buah dari satu kuntum bunga yang sama. Berdasarkan bentuk dan sifat daging buah, pepaya termasuk ke dalam tipe buah buni, memiliki kulit luar yang tipis, kuat dan lentur, sedangkan lapisan dalam berdaging, berair dan dapat dimakan, dengan rongga besar di tengah (Ashari, 1995). Nakasone dan Paull (1999) mengemukakan bobot buah berkisar antara kg. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Suhu udara optimum C, curah hujan mm/tahun. Tipe tanah yang yang baik untuk pertumbuhan pepaya adalah tanah yang subur, remah (gembur), drainase baik, serta ph tanah berkisar 6 7 yang bersifat netral (Ashari, 1995).

16 5 Perkembangan Fisiologis dan Pematangan Buah Santoso dan Purwoko (1995) menyatakan bahwa tahap perkembangan buah adalah pembelahan sel, pembesaran sel, pematangan (ripening), pemasakan (maturation), penuaan (senescene), dan kemunduran/pembusukan (deterioration). Pantastico (1989) menyatakan bahwa buah yang berkualitas baik, salah satunya dipengaruhi oleh waktu panen yang tepat, karena mutu buah tidak dapat diperbaiki namun dapat dipertahankan. Buah yang dipanen sebelum matang dapat menghasilkan mutu yang kurang baik serta proses pemasakan yang salah. Santoso dan Purwoko (1995) mendefinisikan pematangan adalah proses perubahan organ tanaman dari matang secara fisiologis, tetapi belum dapat dimakan. Perkembangan dan pematangan buah sebagian besar selesai pada saat buah masih berada di pohon, sedangkan proses pemasakan dan senesence akan berlanjut hingga buah telah dipetik dari pohonnya. Pertumbuhan melibatkan proses pembelahan sel dan diteruskan dengan pembesaran sel yang bertanggung jawab terhadap ukuran maksimal sel. Selama proses pemasakan terjadi, terdapat perubahan secara fisik maupun kimia yang mempengaruhi kualitas buah. Perubahan yang terjadi diantaranya kandungan Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Terlarut Total (ATT), vitamin C, tingkat kekerasan buah, serta perubahan warna kulit buah. Menurut Pantastico (1989) penundaan waktu panen buah akan meningkatkan kepekaan buah terhadap proses pembusukan, sehingga mutu dan nilai jualnya rendah. Kriteria pemanenan dapat dilakukan dengan cara visual, secara fisik, analisis kimia, perhitungan, dan secara fisiologi. Secara visual antara lain melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai putik, adanya daun-daun tua di bagian luar yang kering, mengeringnya tubuh tanaman dan penuhnya buah. Secara fisik antara lain mudahnya buah terkelupas dari tangkai atau adanya absisi, ketegaran dan berat jenis. Analisis kimia meliputi kandungan zat padat, asam, perbandingan zat padat dengan asam dan kandungan zat pati. Perhitungan dengan mengetahui jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubungannya dengan tanggal berbunga dan unit panas, serta secara fisiologis dengan mengukur tingkat respirasi.

17 6 Perubahan warna kulit merupakan salah satu parameter dalam menentukan tingkat kematangan buah pepaya. Selama proses pematangan terjadi perubahan warna kulit pepaya dari hijau menjadi kuning atau jingga (Sankat dan Maharaj, 1997) yang disebabkan oleh proses penurunan klorofil dan terbentuknya karoten dalam jaringan buah (Aziz-Abou et al., 1975). Abeywickrama at al. (2008) mengemukakan bahwa terdapat enam stadia kematangan untuk pepaya yaitu munculnya semburat warna kuning pada kulit buah, warna kuning 25%, warna kuning 50%, warna kuning 75%, warna kuning penuh 100%, dan lewat matang (over ripe). Huber (1983) menyatakan bahwa pematangan pepaya selalu ditandai dengan penurunan kekerasan buah yang disebabkan oleh perubahan struktur dan kandungan kimia pada dinding sel karbohidrat dalam jaringan buah. Karakteristik rasa pada buah dipengaruhi oleh jenis dan tingkat aroma yang dihasilkan. Menurut Yon (1994) kandungan gula, asam organik dan phenol yang terkandung selalu memberikan pengaruh untuk mengidentifikasi buah. PTT dapat dijadikan sebagai identifikasi kandungan gula dan asam organik. Hawai i State Department of Agriculture (1968) menyatakan bahwa standar pemasakan buah untuk dimakan, paling sedikit harus mempunyai padatan terlarut total rata-rata tidak boleh kurang dari 11.5%. Menurut Akamine dan Goo (1971) untuk pemanenan dilihat dari segi praktis dapat ditunjukkan dengan warna kuning pada permukaan kulit buah yang sesuai untuk dapat memenuhi persyaratan minimal PTT adalah sekitar 6%, yang dijadikan tingkat kemasakan minimal untuk pemanenan. Untuk tercapainya PTT dalam buah yang matang setelah pemanenan, buah harus dipanen setelah warna kuning di permukaan sekurang-kurangnya telah mencapai 33%. Penemuan ini berlaku bagi buah baik yang tidak diberi perlakuan ataupun yang diberi perlakuan dengan air panas ataupun desinfektan. Lazen et al. (1990) buah pepaya merupakan sumber yang baik untuk vitamin C dan provitamin A. Pada pepaya Eksotika, tingkat asam askorbat meningkat dari 46 mg menjadi 60 mg per 100 g daging buah. Peh (1991) menyatakan bahwa jumlah karoten dari 1 g menjadi 5 g per 100 g daging buah, selama proses pematangan.

18 7 Kulit Buah Tingkat kematangan buah lebih mudah ditentukan oleh penampakan buah, salah satunya dengan perubahan warna kulit pada ujung buah. Jika sebagian kulit buah tampak warna kuning pada ujung buahnya, maka buah pepaya dapat dipetik (Pantastico et al., 1989). Warna kulit buah merupakan indikator yang pada umumnya digunakan oleh konsumen dalam menentukan pematangan buah. Perubahan warna kulit buah selama penyimpanan dan pematangan buah terjadi karena kandungan klorofil mengalami penurunan serta terjadi sintesis karotenoid dan antosianin selama proses pemasakan buah (Kays, 1991). Tekstur Buah Tekstur buah dapat diketahui secara fisik, tetapi secara tidak langsung dipengaruhi oleh kelembaban dan serat dalam produk. Terjadinya perubahan tekstur pada buah akan meningkatkan kelunakan, sehingga menyebabkan buah akan cepat mengalami kerusakan mekanik (Kays, 1991). Secara umum pektin terdapat di dalam dinding sel primer tanaman, khususnya di sela-sela selulosa dan hemiselulosa (Winarno dan Aman, 1981). Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lain. Proses pemasakan dapat menambah jumlah zat pektin yang dapat larut dan mengurangi bagian yang tidak terlarut, sehingga sel menjadi mudah terpisah dan mengakibatkan buah menjadi lunak (Matto et al., 1989). Padatan Terlarut Total (PTT) Kays (1991) menyatakan bahwa dalam tanaman terdapat karbohidrat dengan jumlah melimpah dan mewakili 50 80% bobot kering tanaman. Karbohidrat sederhana seperti sukrosa dan fruktosa, merupakan kualitas yang penting pada buah-buahan. Buah klimakterik terjadi perubahan pati menjadi gula yang memberikan rasa manis dan berfungsi sebagai prekusor berbagai komponen aroma dan cita rasa.

19 8 Asam Terlarut Total (ATT) Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) selama pemasakan pada buah akan terjadi peningkatan kadar gula untuk memberikan rasa manis. Penurunan kadar asam organik serta senyawa fenolik untuk mengurangi rasa asam dan sepat. Asam organik mempengaruhi rasa serta aroma buah, sehingga digunakan untuk menentukan mutu buah. Vitamin C Perubahan asam organik, protein, asam amino, serta lipid dapat mempengaruhi rasa pada buah pepaya. Kehilangan kandungan vitamin, terutama vitamin C merugikan kualitas nutrisi. Asam askorbat juga bersifat sangat larut dalam air, akibatnya sangat mudah hilang karena adanya luka di permukaan atau pada saat pemotongan bahan pangan (Andarwulan dan Koswara, 1992). Karoten Karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning, jingga dan merah jingga, serta larut dalam minyak / lipida. Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0.5%) brsama-sama dengan klorofil (9.3%), terutama terdapat pada permukaan atas daun, dekat dengan dinding palisade (Winarno, 1995).

20 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember Tanaman buah yang digunakan adalah koleksi PKBT (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika) di kebun percobaan IPB Tajur 1, Bogor. Ruangan untuk penyimpanan buah di kebun percobaan IPB Tajur 1, serta Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah delapan genotipe pepaya koleksi PKBT yaitu genotipe IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Buah yang dipanen pada tingkat kematangan buah stadia 25%. Bahan lain yang digunakan adalah larutan NaOH 0.1 N, iod 0.01 N, indikator Phenolftalein, amilum, aquades, serta aseton tris. Alat yang digunakan adalah keranjang, pisau, jangka sorong, penggaris, timbangan, hand refractometer, pnetrometer, ph meter, blender, labu takar, alat titrasi, sentrifuse, spektrofotometer. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Petak utama adalah perlakuan penyimpanan buah hingga mencapai stadia kematangan 75 dan 100%, sedangkan perbedaan genotipe buah pepaya yang diamati yaitu IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 sebagai anak petak. Setiap perlakukan dilakukan 3 ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu buah pepaya. Model statistik yang akan digunakan adalah:

21 10 Dimana i = 1, 2, 3,..., r; j = 1, 2, 3,..., a; k = 1, 2, 3,..., b Y ijk = nilai pengamatan pengaruh faktor A ke-j, faktor B ke-k dan kelompok ke-i, µ = rataan umum, γ i α j ε a β k (αβ) jk = nilai tambah pengaruh kelompok ke-i, = nilai tambah pengaruh faktor A ke-j, = pengaruh galat a = nilai tambah pengaruh faktor B ke-k, = nilai tambah pengaruh interaksi faktor A ke-j dengan faktor B ke-k, ε b = pengaruh galat b. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf 5%. Pelaksanaan Tanaman pepaya yang digunakan pada genotipe IPB 1 dan IPB 2A masingmasing berumur sekitar 1 tahun, sedangkan IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, IPB 9 berumur antara tahun. Waktu panen ditentukan berdasarkan stadia kematangan buah 25%. Setelah dipanen, buah dibersihkan dan disimpan pada kondisi suhu ruang, setelah buah mencapai kematangan 75 dan 100% dilakukan pengamatan. Buah yang diamati berasal dari tanaman hermaprodit. Pengamatan di laboratorium yang dilakukan meliputi sifat fisik dan kimia. Sifat fisik meliputi: a. Panjang buah dan diameter buah, diukur dengan menggunakan penggaris/meteran dan jangka sorong. b. Bobot buah utuh, bobot kulit, bobot daging, bobot biji, dan bobot 100 biji, diukur dengan penimbangan. c. Jumlah biji. d. Persen bagian yang dapat dimakan (edible portion), dihitung dengan rumus:

22 11 e. Tebal daging buah, diukur dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tebal minimal dan tebal maksimal daging buah diukur jarak daging buah terluar dengan sudut terbesar bintang. Jarak tebal dan maksimal daging buah dapat dilihat pada Gambar 1. (a) (b) IPB 1 IPB 2A IPB 3 IPB 3A IPB 4 IPB 7 IPB 8 IPB 9 Gambar 1. Tebal Minimal Daging Buah (a), Tebal Maksimal Daging Buah (b) f. Tingkat kekerasan kulit dan daging buah, diukur dengan pnetrometer. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah, masingmasing bagian diukur kekerasannya sebanyak tiga kali (triplo). Tingkat kekerasan buah dinyatakan dalam satuan mm/150 g/5 detik.

23 12 Sifat kimia meliputi: a. Padatan terlarut total (PTT), daging buah diblender dan disaring kemudian filtrat disaring secukupnya dan diuji dengan hand-refractometer, PTT dihitung sebagai nilai o Brix yang dapat dibaca pada skala yang telah tertera. b. Asam tertitrasi total (ATT), diukur dengan menggunakan metode titrimetri (Sibarani et al., 1986). Pembuatan bahan sama dengan bahan yang digunakan untuk mengukur kadar vitamin C, namun terdapat perbedaan pada indikator yang digunakan yaitu Phenolftalein sebanyak 3 4 tetes, titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N, titrasi dilakukan sampai terbentuk warna merah muda yang stabil. % ATT dapat dihitung dengan rumus: c. Derajat keasaman (ph) larutan buah, sampel dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades dengan perbandingan tertentu yang sama dengan sampel yang lainnya, kemudian diukur dengan menggunakan ph meter. d. Kadar vitamin C (asam askorbat), diukur dengan menggunakan metode titrasi Iodium (Sudarmaji et al., 1984). Daging buah yang sudah diblender diambil sebanyak 50 g disaring dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan ditambah air destilata sampai tanda tera, filtrat dimasukkan ke erlenmeyer sebanyak 25 ml diberi 3-4 tetes indikator amilum (pati), kemudian dititrasi dengan larutan iod 0.01 N, titrasi dilakukan sampai terbentuk warna biru keunguan yang stabil. Kadar asam askorbat dihitung dengan rumus: 1 ml 0.01 N iodium = 0.88 mg asam askorbat fp = faktor pengencer N = Normalitas

24 13 e. Kadar karoten daging buah, diukur menggunakan alat spektrofotometer, dengan metode Dan Sims yang telah dimodifikasi (Sims, 2003). Daging buah diblender sampai halus, ambil sampel sebanyak 0.1 mg, masukan ke dalam tabung sentrifuse tambahkan 5 ml aseton tris. Bahan disentrifuse selama 10 menit, kemudian dilakukan pembacaan hasil dengan spektrofotometer. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar karoten: Chl a = klorofil a Chl b = klorofil b A = panjang gelombang BM Chl a = g mol -1 BM Chl b = g mol -1 BM Carotenoids = 559 g mol -1 Selama penelitian, dilakukan pengamatan produksi buah per pohon pada genotipe IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9, serta menghitung buah yang layak dan tidak layak jual berdasarkan penampakan luar buah.

25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai pada bulan Februari Genotipe yang diamati IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Buah dipanen dari pohon yang berumur tahun. Pada akhir bulan Februari 2008, buah sudah mulai dipanen berdasarkan kematangan yang telah mencapai 25%. Buah dipanen dengan kematangan 25%, buah dibersihkan, setelah itu disimpan di suhu ruang sampai buah mencapai kematangan 75 dan 100%, kemudian dilakukan pengamatan (Lampiran 4). Selama penyimpanan, sekitar 80% buah yang kulit buahnya mengeluarkan getah, hal ini mungkin disebabkan oleh gigitan serangga seperti lalat buah saat masih berada di pohon sehingga terjadi pelukaan pada permukaan kulit buah (Lampiran 5). Pelukaan kulit buah menyebabkan buah yang disimpan cepat masak serta mudah terinfeksi cendawan seperti Colletotrichum sp., dan Rhizopus sp. (Lampiran 5), buah yang terkena penyakit berkisar 70%. Pengamatan sifat fisik dan kimia dilakukan pada buah stadia kematangan 75 dan 100%. Pengamatan sifat fisik meliputi panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji, tebal minimal daging buah, tebal maksimal daging buah, bagian yang dapat dimakan (BDD), kekerasan pangkal, tengah, ujung kulit dan daging buah. Pengamatan kimia meliputi PTT, ATT, PTT/ATT, ph, vitamin C, dan karoten. Analisis Ragam Karakter yang Diamati Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan stadia kematangan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, kecuali berpengatuh nyata terhadap ph serta berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit buah bagian tengah (Tabel 1).

26 15 Terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe yang diamati pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah, ATT, kandungan vitamin C, dan karoten. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada peubah panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji, tebal minimal dan maksimal daging buah, kekerasan kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung, serta kekerasan daging buah bagian ujung, dan ph, sedangkan pada bagian yang dapat dimakan, kekerasan daging buah bagian pangkal, PTT dan PTT/ATT tidak terdapat perbedaan yang nyata. Koefisien keragaman berkisar antara 3 55% (Tabel 1). Tabel. 1 Rekapitulasi Uji F Peubah yang Diamati pada 8 Genotipe Pepaya. Peubah Stadia Kematangan Genotipe KK (%) Panjang (PJG) 1.08 tn ** Diameter (DMR) 0.26 tn 14 ** Bobot buah (BBH) 0.03 tn ** Bobot kulit buah (BKB) 0 tn ** Bobot daging buah (BDB) 1.04 tn ** Bobot biji (BBJ) 0.93 tn 6.74 ** Bobot 100 biji (BBO) 0.37 tn ** Jumlah biji (JBJ) 1.22 tn 3.5 ** Tebal min daging buah (TMN) tn ** Tebal max daging buah (TMX) 1.52 tn ** Bagian yang dapat dimakan (BDD) 0.31 tn 1.3 tn Kekerasan pangkal kulit buah (KKP) tn 4.33 ** Kekerasan tengah kulit buah (KKT) ** 6.69 ** Kekerasan ujung kulit buah (KKU) tn 6.95 ** Kekerasan pangkal daging buah (KDP) 9.53 tn 2.02 tn Kekerasan tengah daging buah (KDT) 2.36 tn 2.62 * Kekerasan ujung daging buah (KDU) tn 4.08 ** PTT (PTT) 0 tn 0.37 tn 3.56 ATT (ATT) 0.79 tn 0.03 * PTT/ATT (PAT) 0.3 tn 0.15 tn Derajat keasaman (DPH) * 0.01 ** Vitamin C (VIC) 0 tn 0.02 * Karoten (KRT) 0.12 tn 0.01 * Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%, tn tidak berpengaruh nyata.

27 16 Panjang Buah, Diameter Buah, Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan Bobot buah IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 secara berurutan 500 g, g, 615 g, g, g, g, g, 1355 g (Tabel 2). Berdasarkan Yon (1994) klasifikasi buah genotipe IPB 1, IPB 3 dan IPB 4 termasuk buah kecil, genotipe IPB 2A, IPB 3A, IPB 8, IPB 9 termasuk buah sedang, dan genotipe IPB 7 termasuk buah besar. Yon (1994) mengklasifikasikan ukuran buah pepaya berdasarkan bobot buah ke dalam tiga jenis ukuran, yaitu buah kecil yang mempunyai bobot berkisar g, buah sedang dengan bobot g, dan buah besar berkisar g. Genotipe IPB 2A memiliki panjang, buah, bobot buah dan bobot kulit buah tidak berbeda nyata dengan genotipe IPB 3A, IPB 8, IPB 9. Genotipe IPB 2A dan IPB 3A memiliki bobot biji lebih besar dari IPB 9 dan diameter buah lebih panjang dari IPB 8. Bobot buah genotipe IPB 9 lebih besar dari IPB 8, sedangkan panjang buah IPB 8 lebih panjang dari IPB 3A dan IPB 9. Genotipe IPB 9 memiliki bobot daging buah lebih besar dari IPB 3A dan IPB 8 (Tabel 2 dan 3). Tabel 2. Panjang Buah, Diameter Buah Genotipe Panjang buah Diameter buah cm cm IPB 1: e 9.57 bc IPB 3: d 8.23 d IPB 4: de 7.72 d IPB 2A: bc b IPB 3A: c b IPB 8: b 8.69 cd IPB 9: c 9.63 bc IPB 7: a a Uji F. ** ** Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%

28 17 Genotipe IPB 7 memiliki panjang buah, diameter buah, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah terbesar dari semua genotipe yang diamati. Bobot biji IPB 7 tidak berbeda nyata dengan IPB 2A dan IPB 3A (Tabel 2 dan 3). Tabel 3. Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan Genotipe Bobot buah Bobot kulit Bobot daging Bobot biji BDD g g g g % IPB 1: d c e cd IPB 3: d c e bc IPB 4: d c e d IPB 2A: bc b bc ab IPB 3A: bc b cd ab IPB 8: c bc d bc IPB 9: b b b cd IPB 7: a a a a Uji F. ** ** ** ** tn Penentuan edible portion atau persen bagian yang dapat dimakan bersifat subjektif tergantung konsumen dalam memanfaatkan bagian buah pepaya untuk dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan. Persen BDD pada semua genotipe yang diamati tidak berbeda nyata, berkisar 62 71% (Tabel 3). Berdasarkan hasil uji korelasi panjang buah semakin panjang maka diameter buah semakin panjang. Genotipe IPB 3 dan IPB 8 memiliki panjang buah yang panjang serta diameter buah yang cukup panjang, sedangkan IPB 9 memiliki panjang buah yang cukup panjang serta diameter buah yang panjang. Bobot buah yang semakin besar akan diikuti dengan bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji yang semakin besar. Pada IPB 4 dan IPB 3A bobot buah cukup besar serta bobot kulit buah yang besar, selain itu IPB 3A memiliki bobot biji yang besar pula. Pada IPB 9 bobot buah besar memiliki bobot biji cukup besar (Lampiran 3).

29 Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji 18 Tebal minimal daging buah genotipe yang diamati berkisar cm, serta tebal maksimal daging buah berkisar cm. Genotipe IPB 4 memiliki bobot 100 biji lebih besar dan jumlah biji lebih kecil dari genotipe IPB 1 dan IPB 3. Jumlah biji pada genotipe yang diamati berkisar (Tabel 4). Genotipe IPB 7 memiliki tebal minimal dan maksimal daging buah tidak berbeda nyata dengan IPB 9. Bobot 100 biji IPB 7 tidak berbeda nyata dengan IPB 8 dan lebih besar dari IPB 2A. Jumlah biji IPB 2A, IPB 3A, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 tidak berbeda nyata (Tabel 4). Tabel 4. Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji Genotipe Tebal minimal Tebal maksimal Bobot 100 biji Jumlah biji cm Cm g IPB 1: 1.08 d 1.98 e 7.66 e a IPB 3: 1.25 cd 2.45 cd 7.99 e a IPB 4: 1.23 cd 2.02 de c b IPB 2A: 1.85 b 2.67 bc b a IPB 3A: 1.55 bc 2.53 c 9.64 cd a IPB 8: 1.68 b 2.23 cde ab a IPB 9: 2.23 a 3.15 a 8.56 de a IPB 7: 2.48 a 3.00 ab a a Uji F. ** ** ** ** Bobot buah memiliki hubungan yang positif dengan tebal minimal dan maksimal daging buah, semakin besar bobot buah maka ketebalan daging buah semakin tebal. Pada genotipe IPB 3 bobot buah besar serta tebal minimal daging buah yang cukup tebal, selain itu bobot buah IPB 3A yang cukup besar memiliki tebal maksimal yang tebal, genotipe IPB 8 memiliki tebal minimal yang tebal (Lampiran 3).

30 19 Kekerasan Kulit dan Daging Buah Peningkatan stadia kematangan buah, pada umumnya mempengaruhi kekerasan kulit buah. Kekerasan kulit buah bagian tengah pada kematangan 75% lebih tinggi dari stadia kematangan 100%. Kekerasan kulit buah bagian tengah pada stadia kematangan 75% sebesar mm/150 g/5 detik dan pada stadia kematangan 100% sebesar mm/150 g/5 detik, hal ini menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah bagian tengah mengalami penurunan. Semakin kecil nilai kekerasan kulit dan daging buah maka kulit dan daging semakin lunak, pada pengukuran dengan penetrometer semakin tinggi nilai yang tertera pada alat, maka akan semakin rendah tingkat kekerasannya. Jeong et al. (2002) mengemukakan bahwa penurunan kekerasan buah mempunyai hubungan erat dengan enzim pektin yang kaitannya dengan etilen. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) proses pelunakan disebabkan terjadinya proses hidrolisis zat pektin menjadi komponenkomponen yang larut air, sehingga total zat pektin yang mempengaruhi kekerasan buah mengalami penurunan menyebabkan buah semakin lunak. Tabel 5. Kekerasan Kulit Buah Kekerasan Kulit Buah Genotipe Pangkal Tengah Ujung mm/150 g/5 detik IPB 1: b b b IPB 3: b b b IPB 4: a a a IPB 2A: b b b IPB 3A: b b b IPB 8: b b b IPB 9: b b b IPB 7: b b b Uji F. ** ** **

31 Tabel 6. Kekerasan Daging Buah Kekerasan Daging Buah Genotipe Pangkal Tengah Ujung mm/150 g/5 detik IPB 1: a ab IPB 3: abc abc IPB 4: ab a IPB 2A: abc c IPB 3A: bc bc IPB 8: ab ab IPB 9: c c 20 IPB 7: abc c Uji F. tn * ** Genotipe IPB 4 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih rendah dari IPB 1 dan IPB 3. Kekerasan kulit dan daging buah pada bagian pangkal, tengah, ujung IPB 1 dan IPB 3 tidak berbeda nyata (Tabel 5 dan 6). Genotipe IPB 2A, IPB 3A, IPB 8, dan IPB 9 memiliki kekerasan kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung, serta kekerasan daging buah bagian pangkal tidak berbeda nyata. Kekerasan daging buah bagian tengah IPB 9 lebih tinggi daripada IPB 8. Genotipe IPB 2A dan IPB 9 memiliki kekerasan daging buah bagian ujung lebih tinggi dari IPB 9 (Tabel 5 dan 6). Genotipe IPB 7 memiliki nilai kekerasan kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung dan kekerasan daging buah bagian pangkal, tengah yang tidak berbeda nyata dengan semua genotipe yang diamati. Kekerasan daging buah bagian ujung IPB 7 lebih tinggi dari IPB 1, IPB 4, dan IPB 8 (Tabel 5 dan 6). Hasil uji korelasi menunjukkan kekerasan kulit buah bagian pangkal semakin kecil maka kekerasan kulit bagian tengah dan ujung semakin kecil. Kekerasan daging buah bagian pangkal dan tengah semakin kecil maka kekerasan daging buah bagian ujung semakin kecil (Lampiran 3).

32 Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), PTT/ATT, ph, Vitamin C, Karoten 21 Stadia kematangan 75 dan 100%, serta genotipe yang diamati tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan PTT buah (Tabel 1). Akamine dan Goo (1971) mengemukakan bahwa gula merupakan komponen utama PTT. Selama pemasakan buah, PTT meningkat karena terjadi pemecahan dan pembelahan polimer karbohidrat khususnya pati menjadi gula sehingga kandungan gula secara umum meningkat. Kandungan PTT pada cairan daging buah yang dapat dimakan bertambah dengan meluasnya warna kuning permukaan kulit buah sampai tingkat 80%, setelah itu menurun dengan meluasnya warna kulit karena hidrolisis gula menjadi asam organik dan digunakan untuk proses respirasi. Tabel 7. PTT, ATT, PTT/ATT, ph Genotipe PTT ATT PTT/ATT ph Brix % IPB 1: ab bc IPB 3: abc ab IPB 4: a c IPB 2A: c abc IPB 3A: abc bc IPB 8: bc abc IPB 9: c a IPB 7: c a Uji F. tn * tn ** Kandungan PTT pada genotipe pepaya yang diamati berkisar 9 12 o Brix (Tabel 7). Paull et al. (1998) menyatakan bahwa standar PTT minimal yang diinginkan konsumen berkisar 11.5 o Brix. Hasil penelitian Suketi et al. (2008), nilai PTT beberapa genotipe buah pepaya berkisar 9 11 o Brix.

33 22 Nilai ATT pada genotipe pepaya yang diamati berkisar %. Hasil penelitian Suketi et al. (2007) kandungan ATT buah pepaya %. Kandungan ATT genotipe IPB 4 lebih tinggi dari IPB 2A, IPB 7, IPB 8, IPB 9. Genotipe IPB 2A, IPB 7, IPB 9 memiliki kandungan ATT lebih rendah dari IPB 1 (Tabel 7). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ATT dan PTT/ATT mempunyai hubungan yang negatif, semakin kecil nilai ATT maka semakin besar nilai perbandingan PTT/ATT (Lampiran 3). Winarno dan Aman (1981) menyatakan buah yang menjadi matang, kandungan gula meningkat tetapi asam menurun, akibatnya perbandingan gula dan asam mengalami perubahan. Nilai derajat keasaman (ph) pada stadia kematangan 75% lebih besar dari stadia kematangan 100%. Nilai ph pada stadia kematangan buah 75% sebesar 5.37 dan kematangan 100% sebesar 5.17, hal ini menunjukkan bahwa nilai ph mengalami penurunan. Wills et. al. (1998) mengemukakan bahwa perubahan ph berhubungan dengan degradasi klorofil yang berpengaruh pada perubahan warna buah, semakin rendah rendah nilai ph maka kandungan klorofil semakin berkurang. Nilai ph genotipe IPB 3 lebih tinggi dari IPB 4. Genotipe IPB 7 dan IPB 9 memiliki nilai ph lebih tinggi dari IPB 1, IPB 3A, IPB 4 (Tabel 7). Nilai ph memiliki hubungan yang negatif dengan ATT, semakin rendah nilai ph maka semakin tinggi nilai ATT (Lampiran 3). Kandungan vitamin C antar genotipe memiliki perbandingan yang nyata. Genotipe IPB 2A memiliki kandungan vitamin C lebih rendah daripada IPB 3 dan IPB 4. Genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi dari IPB 3A (Tabel 8). Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) perbedaan kadar vitamin C disebabkan oleh genotipe yang berbeda, faktor budidaya, kondisi iklim sebelum panen, cara pemanenan ataupun perbedaan umur petik. Kandungan karoten antar genotipe memiliki perbandingan yang nyata. Kandungan karoten IPB 1 lebih rendah dari IPB 3 dan IPB 4. Genotipe IPB 4 memiliki kandungan karoten yang lebih tinggi dari IPB 3A, IPB 7, IPB 8, IPB 9 (Tabel 8). Yon (1994) mengemukakan bahwa kandungan karoten pada pepaya berkisar antara mg/100 g daging buah, tergantung pada kultivar pepaya.

34 23 Tabel 8. Vitamin C, Karoten Genotipe Vitamin C Karoten mg/100g mg/100g IPB 1: abc c IPB 3: ab ab IPB 4: a a IPB 2A: c abc IPB 3A: bc bc IPB 8: abc bc IPB 9: abc bc IPB 7: abc bc Uji F. * * Kualitas Buah Berdasarkan Beberapa Peubah Kualitas buah pepaya masing-masing genotipe dapat ditentukan oleh beberapa peubah yang dilakukan berdasarkan nilai skor. Peubah-peubah yang diamati diberi skor dengan criteria 1 (kurang baik), 2 (cukup baik), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Penentuan nilai skor untuk masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel 9. Kualitas buah masing-masing genotipe berdasarkan skor yang didapat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 9. Kisaran Nilai Skor Masing-masing Genotipe Peubah Skor JBJ > < 600 BDD (%) < > 65 KDB (mm/150g/5detik) > < 75 PTT ( o Brix) < > ATT (%) > < 0.10 PAT < > 125 DPH < > 5.30 VIC (mg/100g) < > 100 KRT (mg/100g) < > 25

35 Tabel 10. Skor Kualitas Buah Genotipe Pepaya Berdasarkan Beberapa Peubah Peubah Genotipe IPB 1 IPB 3 IPB 4 IPB 2A IPB 3A IPB 8 IPB 9 IPB 7 JBJ BDD KDB PTT ATT PAT DPH VIC KRT Keterangan: 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup baik, 1 = kurang baik 24 Genotipe IPB 3 memiliki keunggulan pada presentase bagian buah yang dapat dimakan, nilai PTT, ph, serta kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi. Genotipe IPB 2A memiliki keunggulan pada peubah bagian buah yang dapat dimakan, tingkat kekerasan daging buah, rendahnya nilai ATT, besarnya perbandingan antara PTT dan ATT, serta kandungan karoten. Genotipe IPB 9 dan IPB 7 memiliki keunggulan pada peubah yang sama, yaitu peubah tingkat kekerasan daging buah, kandungan ATT yang rendah, nilai perbandingan antara PTT dan ATT yang besar, serta nilai ph yang tinggi. Genotipe IPB 3A memiliki keunggulan pada tingkat kekerasan daging buah, dan nilai PTT yang tinggi. Genotipe IPB 4 memiliki keunggulan pada peubah jumlah biji yang sedikit, presentase bagian buah yang dapat dimakan, tingginya nilai PTT, serta kandungan vitamin C dan karoten. Genotipe IPB 8 memiliki keunggulan pada persentase bagian buah yang dapat dimakan dan rendahnya kandungan ATT. Genotipe IPB 1 memiliki nilai yang baik pada peubah jumlah biji yang lebih sedikit daripada IPB 3, IPB 8 dan IPB 9, tingkat kekerasan daging buah yang lebih tinggi dari IPB 4 dan IPB 8, nilai PTT lebih tinggi dari IPB 8 dan IPB 7, serta kandungan vitamin C lebih tinggi dari genotipe IPB 2A.

36 25 Data Produksi Buah Pada bulan Februari Juni 2008 dilakukan pengamatan produksi buah yang layak jual dan tidak layak jual berdasarkan penampilan fisik buah seperti bentuk buah yang tidak normal, kulit buah yang sudah terluka atau terkena penyakit. Produksi buah yang diamati pada genotipe IPB 3, IPB 4, IPB 7, IPB 8, IPB 9. Buah yang layak jual digunakan untuk bahan pengamatan, selanjutnya buah yang tidak layak hanya dihitung bobotnya saja (Tabel 11). Tabel 11. Data Produksi Buah Pepaya Selama Empat Bulan*) Genotipe Produksi Produksi Jml. Buah Produksi Jml. Buah Total Kg Buah kg Layak Jual Buah kg Tidak tidak Layak IPB IPB IPB IPB IPB Keterangan: *)Februari 2008 Juni 2008 Hasil produksi tanaman yang diamati kurang begitu baik karena pohon yang digunakan sudah cukup tua sehingga produksinya sudah menurun dan seharusnya sudah dilakukan penanaman baru. Faktor lain yang mempengaruhi banyaknya buah yang tidak layak adalah serangan hama dan penyakit. Pada bulan Februari April 2008 hujan masih jarang turun, tanaman banyak diserang oleh hama. Hama yang muncul antara lain tungau (Tetranicus sp.) dan kutu putih (Pseudococcidae sp.). Pada bulan Mei Desember 2008 hujan mulai sering turun sehingga tanaman mulai diserang penyakit yang disebabkan cendawan, seperti Rhizopus sp. dan Colletotrichum sp.

37 KESIMPULAN Genotipe yang diamati pada kematangan 75 dan 100% pada umumnya memiliki kualitas yang sama, kecuali pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah dan ujung, kandungan vitamin C serta kandungan karoten. Kualitas buah dapat ditentukan oleh beberapa peubah, yaitu jumlah biji, bagian buah yang dapat dimakan, kekerasan daging buah, nilai PTT, ATT, perbandingan PTT dan ATT, serta kandungan vitamin C dan karoten. Genotipe IPB 4 memiliki jumlah biji yang lebih sedikit dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe IPB 3 memiliki keunggulan hampir pada semua peubah yang menentukan kualitas, kecuali pada tingkat kekerasan daging buah yang lunak, nilai ATT yang lebih tinggi serta perbandingan antara nilai PTT dan ATT lebih rendah dibandingkan dengan IPB 2A dan IPB 9. Genotipe IPB 9 dan IPB 7 memiliki keunggulan yang sama pada peubah tingkat kekerasan daging buah, kandungan ATT yang rendah, nilai perbandingan antara PTT dan ATT yang besar, serta nilai ph yang tinggi. Kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 4.

38 DAFTAR PUSTAKA Abeywickrama, K., C. Wijerathna, N. Rajapaksha, S. Kannangara, and K. Sarananda Integrated disease control strategies for strorage life lengthening of Papaya Red Lady and Rathna Varieties. Makalah disampaikan pada Seminar International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits. Bogor 3 7 November Akamine, E. K. and T. Goo Relationship between surface color development and total soluble solids in papaya. HortScience 6: Andarwulan, N., dan S. Koswara Kimia Vitamin. Rajawali. Jakarta. 255 hal. Ashari, S Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 474 hal. Aziz-Abou, A. B., S. M. El-Nabawy, H. A. Zaki Effects of different temperatures on the storage of papaya fruit and respirational activity during storage. HortScience 3: Departemen Pertanian Produktivitas Hortikultura Februari FAO April 2007 Hawai i State Department of Agriculture Petunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil, hal Dalam: Er.B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. Penerjemah: Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 223 hal. Huber, D. J The role of cell wall hydrolases in fruit ripening. Hort. Rev. 5: Jeong, J., D. J. Huber and S. A. Sargent. (2002). Influence of 1- methylcyclopropene (1-MCP) on ripening and cell-wall matrix polysaccharides of avocado (Persea americana) fruit. Phostharvest Biology Technology 25: Kays, S. J Postharvest Physiology of Perisable Plant Product. Van Nostrand Reinhold. New York. 532 p.

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT

KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor 2009 KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT Wiwit Widyastuti 1), Ketty Suketi 2), Sriani Sujiprihati 2)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Umur Simpan Penggunaan pembungkus bahan oksidator etilen dapat memperpanjang umur simpan buah pisang dibandingkan kontrol (Lampiran 1). Terdapat perbedaan pengaruh antara P2-P7 dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Pemanenan buah jeruk dilakukan dengan menggunakan gunting. Jeruk yang dipanen berasal dari tanaman sehat yang berumur 7-9 tahun. Pada penelitian ini buah jeruk yang diambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

Studi Karakter Mutu Buah Pepaya IPB

Studi Karakter Mutu Buah Pepaya IPB Studi Karakter Mutu Buah Pepaya IPB Fruit Quality Study of IPB S Papaya Ketty Suketi 1*, Roedhy Poerwanto 1, Sriani Sujiprihati 1, Sobir 1, dan Winarso D.Widodo 1 Diterima 21 Oktober 2009/Disetujui 24Februari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU

EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU EFEKTIVITAS BAHAN PEMBUNGKUS OKSIDATOR ETILEN UNTUK MEMPERPANJANG MASA SIMPAN PISANG RAJA BULU Winarso D. Widodo *, Ketty Suketi dan Bungas Sabrina 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Botani Buah Naga TINJAUAN PUSTAKA 4 Botani Buah Naga Buah naga termasuk famili Cactaceae dengan biji berkeping dua (dikotil). Famili ini meliputi 120-200 genera yang terdiri atas 1 500-2 000 spesies yang ditemukan khususnya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok

Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok Kriteria Kematangan Pascapanen Pisang Raja Bulu dan Pisang Kepok D. Sutowijoyo, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga,

Lebih terperinci

PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A

PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A i PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A24051509 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ii RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 15 Keadaan Umum Penelitian ini dilaksanakan di kebun buah naga di Desa Bojongkoneng, Bukit Sentul. udara rata-rata bulanan kawasan permukiman Bukit Sentul berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KUALITAS BUAH EMPAT GENOTIP PEPAYA (Carica papaya L.) KOLEKSI BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA

KARAKTERISASI KUALITAS BUAH EMPAT GENOTIP PEPAYA (Carica papaya L.) KOLEKSI BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA KARAKTERISASI KUALITAS BUAH EMPAT GENOTIP PEPAYA (Carica papaya L.) KOLEKSI BALAI PENELITIAN TANAMAN BUAH TROPIKA Characterizing Fruit Quality of Four Papaya Genotypes, Collection of Tropical Fruit Research

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Cemaran Getah Kuning pada Aril dan Kulit Buah Manggis Tanaman yang diberi kalsium menghasilkan skor getah kuning aril dan kulit buah yang lebih rendah daripada tanaman yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel 1. Pengukuran Kadar Air (AOAC, 1984) Cawan aluminium dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 C selama 15 menit, kemudian didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Konsentrasi KMnO 4 Terhadap Susut Berat Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap susut berat cabai merah berbeda nyata

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A

PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A PENGARUH PERENDAMAN BUAH DALAM LARUTAN CaCl 2 TERHADAP KUALITAS TOMAT (Lycopersicon esculentum) Oleh : Mawardi A00499046 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 PENGARUH

Lebih terperinci

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997).

(Prihatman,2000). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Rabani, 2009; Swennen & Ortiz, 1997). II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Taksonomi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Tanaman terung belanda berbentuk perdu yang rapuh dengan pertumbuhan yang cepat dan tinggi dapat mencapai 7,5 meter. Tanaman ini mulai berproduksi pada umur 18 bulan setelah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN

PEMATANGAN BUAH INDEKS KEMATANGAN PEMATANGAN BUAH & INDEKS KEMATANGAN Pemasakan Tahap akhir fase perkembangan buah,,yang meliputi pembesaran sel, akumulasi fotosintat, dan senyawa aromatik, serta penurunan kadar asam, dan posisi buah masih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Pisang Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai berikut: Regnum Divisio Classis Ordo Familya Genus : Plantae : Magnoliophyta

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A34304035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DIMAS PURWO ANGGORO.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae

TINJAUAN PUSTAKA. Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae TINJAUAN PUSTAKA Terung Belanda Terung belanda (Cyphomandra betacea) termasuk keluarga Solanaceae yang berasal dari daerah subtropis. Buah terung belanda saat ini telah banyak dibudidayakan oleh petani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI Oleh Wahyu Kaharjanti A34404014 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 EVALUASI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina

Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina Aplikasi Kalium Permanganat sebagai Oksidan Etilen dalam Penyimpanan Buah Pepaya IPB Callina H.E.Pratiwi, K. Suketi, W.D. Widodo Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Darmaga Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO A

KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO A KRITERIA KEMATANGAN PASCAPANEN BUAH PEPAYA CALLINA PADA UMUR PETIK DAN UMUR TANAMAN BERBEDA JAMILUDIN SUGITO A24100188 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Panen dan Pascapanen Pisang Cavendish' Pisang Cavendish yang dipanen oleh P.T Nusantara Tropical Farm (NTF) memiliki ciri diameter sekitar 3,1 cm. Panen pisang Cavendish dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pada semua parameter menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara perlakuan umur pemanenan dengan konsentrasi KMnO 4. Berikut ini merupakan rata-rata

Lebih terperinci

KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A

KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A24061724 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NURUL FEBRIYANTI. Kajian Metaxenia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan buah yang tumbuh berkelompok. Tanaman dari famili Musaceae ini hidup di daerah tropis dengan jenis yang berbeda-beda, pisang ambon, pisang

Lebih terperinci

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama,

II. TINJAUN PUSTAKA. penghasil pisang yang terkenal diantaranya Brasil, Filipina, Panama, II. TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pisang Pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para penyebar agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis)

Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Pengaruh Umur Panen dan Suhu Simpan terhadap Umur Simpan Buah Naga Super Red (Hylocereus costaricensis) Effects of Fruit Age and Storage Temperature on Shelf-life of Super Red-Fleshed Dragon Fruit (Hylocereus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beriklim dingin maupun di daerah beriklim panas (Sato et al, 2006). untuk pengembangan budidayanya maupun penelitian ilmiah.

I. PENDAHULUAN. beriklim dingin maupun di daerah beriklim panas (Sato et al, 2006). untuk pengembangan budidayanya maupun penelitian ilmiah. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Buah tomat mengandung sumber antioksidan yang baik untuk digunakan sebagai asupan harian. Buah tomat ini dapat dikonsumsi dalam keadaan segar ataupun yang

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di sentra produksi manggis di Desa Mulang Maya, Kecamatan Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung. Penelitian berlangsung pada akhir Bulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A

KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI LIMA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) Oleh INNE RATNAPURI A34103038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko dan Amerika Selatan, kemudian menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia sekitar

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PEMANGKASAN PUCUK DAN JUMLAH CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEPAYA

PENGARUH WAKTU PEMANGKASAN PUCUK DAN JUMLAH CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEPAYA PENGARUH WAKTU PEMANGKASAN PUCUK DAN JUMLAH CABANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PEPAYA (Carica papqya L.) Oleh: RITTA SUDARYATI A34302056 PROGRAM STUD1 HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999).

I. PENDAHULUAN. penghasil pisang terbesar yaitu ton buah pisang per tahun. Buah. dan B yang penting bagi tubuh (Anonim, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan salah satu jenis tanaman di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan serta dimanfaatkan oleh masyarakat karena memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian PENDAHULUAN Latar Belakang Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian besar diolah menjadi berbagai bentuk dan jenis makanan. Pengolahan buahbuahan bertujuan selain untuk memperpanjang

Lebih terperinci

KAJIAN PERTUMBUHAN, EKSPRESI SEKS TWAMAN, DAN KUALITAS BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 1 DAN IPB 2 DENGAN PUPUK ORGANIK

KAJIAN PERTUMBUHAN, EKSPRESI SEKS TWAMAN, DAN KUALITAS BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 1 DAN IPB 2 DENGAN PUPUK ORGANIK KAJIAN PERTUMBUHAN, EKSPRESI SEKS TWAMAN, DAN KUALITAS BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 1 DAN IPB 2 DENGAN PUPUK ORGANIK Ketty suketil, Sriani sujiprihatil, ~eliyawati~, dan Devis suni2 'st Pengqm Departemen Agrommi

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium pengolahan limbah Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI APOKAD (Persea americana Mill.) DAN KONDISI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: JAJA MUHAMMAD FAZRI A

IDENTIFIKASI APOKAD (Persea americana Mill.) DAN KONDISI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT. Oleh: JAJA MUHAMMAD FAZRI A IDENTIFIKASI APOKAD (Persea americana Mill.) DAN KONDISI BUDIDAYANYA DI KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh: JAJA MUHAMMAD FAZRI A34303045 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci