BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahan tertulis ataupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru dalam aktivitas
|
|
- Agus Irawan
- 1 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II A. Kajian Teori KAJIAN PUSTAKA 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Proses pembelajaran tidak hanya berdiskusi tentang ikatan pembelajaran saja, tetapi didalamnya terpaut bermacam elemen yang menunjang proses pembelajaran. Salah satunya merupakan keberadaan bahan ajar. Bahan ajar ialah seluruh wujud bahan tertulis ataupun tidak tertulis yang digunakan oleh guru dalam aktivitas belajar mengajar. Perihal ini sependapat dengan (Majid, 2014a) yang menyatakan jika bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga terbentuk kawasan ataupun suasana yang membolehkan siswa belajar dengan baik. Pendapat lain dituturkan (Prastowo, 2011) bahwa bahan ajar ialah seluruh bahan berbentuk informasi, alat, ataupun bacaan yang disusun secara sistematis, yang menunjukkan wujud utuh dan kompetensi yang hendak dipahami siswa serta digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan. Bersumber pada penafsiran tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berisi tentang segala informasi, alat ataupun teks yang disusun secara runtut serta sistematis yang bisa digunakan guru serta siswa disaat proses pembelajaran untuk menggapai suatu tujuan pembelajaran. Bersumber pada penafsiran tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar berisi tentang segala informasi, alat ataupun teks yang disusun secara 10
2 11 runtut serta sistematis yang bisa digunakan guru serta siswa disaat proses pembelajaran untuk menggapai suatu tujuan pembelajaran. b. Jenis-Jenis Bahan Ajar Klasifikasi ataupun pembagian bahan ajar dibedakan bersumber pada bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya (Prastowo, 2011). Berdasarkan bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi 4 macam yaitu: 1) Bahan cetak (printed), yaitu bahan ajar yang disiapkan dalam bentuk kertas, yang berperan untuk keperluan pembelajaran ataupun penyampaian informasi, contohnya handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallcat gambar, ataupun foto, serta modul ataupun maket. 2) Bahan ajar dengar (audio), yaitu bahan ajar yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang bisa dimainkan ataupun didengar oleh seorang ataupun sekelompok orang, contohnya kaset, radio, piringan gelap, serta compact disk audio. 3) Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yaitu segala sesuatu yang memungkinkan sinyal, audio bisa dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya video compack disk serta film. 4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu campuran dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, serta video) yang diberi perlakuan oleh penggunanya untuk mengatur suatu perintah, contohnya compack disk interactive. Bersumber pada cara kerjanya bahan ajar dibedakan menjadi lima yaitu sebagai berikut (Prastowo, 2011). 1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, yaitu bahan ajar yang tidak membutuhkan fitur proyektor untuk memproyeksikan isi didalamnya, sehingga siswa dapat langung mempergunakan bahan ajar tersebut, contohnya foto, diagram, display, model, dan lainnya. 2) Bahan ajar yang diproyeksikan, yaitu bahan ajar yang membutuhkan proyektor supaya dapat
3 12 dimanfaatkan siswa, contohnya slide, filmstrips, overbead transparencies, dan proyeksi komputer. 3) Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang berbentuk sinyal audio yag direkam dalam sesuatu media rekam. Untuk pemakaiannya membutuhkan perlengkapan pemain (player) media rekam, semacam tape compo, CD player, VCD player, multimedia pyaler dan sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini yaitu kaset, CD, flash disk, serta lain-lain. 4) Bahan ajar video, yaitu bahan ajar yang membutuhkan alat pemutar yang umumnya berupa video tape player, VCD player, DVD player, serta sebagainya. Bahan ajar ini menyajikan gambar serta suara secara bersamaan, contohnya video, film, serta lain-lain. 5) Bahan ajar (media) komputer, yaitu bermacam kategori bahan ajar noncetak yang memerlukan komputer ataupun laptop untuk menayangkan suatu untuk belajar. Contohnya computer mediated instruction dan computer based multimedia atau hypermedia. Menurut Rowntree dalam (Belawati, 2003) mengatakan bahwa bersumber pada sifatnya, bahan ajar dibagi menjadi empat sebagai berikut: 1) bahan ajar berbasis cetak, misalnya buku, pamphlet, panduan belajar siswa, buku kerja siswa dan lain sebagainya 2) bahan ajar berbasis teknologi, misalnya audio cassette, slide, filmstrips, video interaktif, computer based tutorial, serta multimedia 3) bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar obsevasi, lembar wawancara, dan sebagainya 3) bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telpon, handphone, video conferencing, dan sebagainya. Bersumber pada penafsiran diatas, dapat dsimpulkan bahwa menurut bentuknya bahan ajar dibedakan menjadi empat yaitu: 1) bahan cetak 2) bahan ajar
4 13 dengar atau program audio 3) bahan ajar pandang dengar 4) bahan ajar interaktif. Menurut cara kerjanya bahan ajar dibedakan menjadi lima yaitu: 1) bahan ajar yang tidak diproyeksikan 2) bahan ajar yang diproyeksikan 3) bahan ajar audio 4) bahan ajar video. Menurut sifatnya, bahan ajar dibedakan menjadi empat yaitu: 1) bahan ajar berbasis cetak 2) bahan ajar berbasis teknologi 3) bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyeksi 4) bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia. c. Fungsi Bahan Ajar Aktivitas belajar serta mengajar memerlukan bahan ajar guna menguasai seluruh kompetensi yang hendak dicapai secara utuh serta merata. Perihal ini sependapat dengan (Majid, 2014a) kalau penggunaan bahan ajar dalam aktivitas pembelajaran berperan untuk memberikan peluang siswa supaya dapat menekuni sesuatu kompetensi secara runtut serta sistematis sehingga mampu memahami seluruh kompetensi secara utuh serta terpadu. 2. E-Modul (Modul Digital) a. Pengertian E-Modul Perkembangan Teknologi Informasi pada saat ini dapat diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, salah satu caranya dengan mengubah penyajian bahan belajar ke format elektronik atau digital. Modul digital merupakan modifikasi dari modul konvensional dengan memadukan pemanfaatan teknologi informasi, sehingga Modul digital yang ada dapat lebih menarik dan interaktif (Vanorika kadek benny, 2016). Sedangkan menurut pendapat Scheidlinger (Johar, 2014) Modul digital ialah tampilan informasi ataupun naskah yang direkam secara digital
5 14 dengan menggunakan hard disk, compact disk, serta flash disk, URL Link bisa dibuka menggunakan pc dan android. Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-modul menekan terbentuknya perpaduan antara teknologi cetak dengan teknologi pc dalam aktivitas pembelajaran. Berbagai macam media pembelajaran cetak, salah satunya modul yang bisa dirubah penyajiannya ke dalam wujud elektronik, sehingga melahirkan sebutan e-modul. Dengan demikian, e-modul didefinisikan sebagai sebuah wujud penyajian bahan belajar mandiri yang disusun secara sistematis ke dalam pembelajaran untuk menggapai tujuan pembelajaran yang disajikan dalam format. b. Karakteristik E-Modul Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul. Berikut merupakan karakteristik modul (Daryanto, 2014): 1) Self Instructional Self Instructional yaitu bahan ajar yang dapat membuat siswa mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan ajar yang dikembangan. Didalam bahan ajar harus terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir maupun tujuan antara. Melalui penggunaan modul, siswa mampu belajar secara mandiri dan tidak selalu tergantung pada guru maupun pihak lainnya. Untuk memenuhi karakter self instructional maka dalam modul harus memenuhi kriteria: a) membuat tujuan yang dirumuskan dengan jelas; b) membuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kecil sehingga memudahkan belajar secara tuntas; c) memuat contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; b) memuat latihan soal dan tugas yang memungkinkan siswa
6 15 memberikan respon dan dapat mengukur tingkat penguasannya; c) menggunakan Bahasa yang sederhana dan komunikatif; d) membuat rangkuman materi pembelajaran; e) memuat instrument penilaian yang memungkinkan penggunaan melakukan selft assessment f) memuat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunaan yang mengetahui tingkat penguasaan materi; g) menyediakan informasi tentang rujukan atau referensi yang mendukung materi pembelajaran dan modul 2) Self Contained Modul harus memuat seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan dalam modul tersebut. Hal ini bertujuan untuk memberikan siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. 3) Stand Alone (berdiri sendiri) Merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar atau media lain. Artinya, tanpa menggunakan bahan ajar lain atau media lain, siswa dapat mempelajari dan mengerjakan tugas yang ada dalam modul tersebut. 4) Adaptif Modul dikatakan adaptif bila dapat menyesuaikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, modul dapat digunakan diberbagai perangkat keras hardware 5) User Friendly (bersahabat atau akrab) Modul hendaknya juga memenuhi kaidah bersahabat atau akrab dengan pemakainya. Setiap instruksi dan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakai, dalam merespon dan mengakses sesaui dengan
7 16 keinginan. Sesuai karakteristik dalam pedoman penulisan modul di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul digunakan sebagai pengganti dari guru. Untuk dapat mendapatkan hasil yang maksimal, maka modul harus dibuat jelas, lengkap dan komunikatif sehingga siswa dapat belajar secara mandiri. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik modul itu dibuat agar siswa belajar mandiri tanpa harus adanya bimbingan guru, juga dengan modul dapat mempermudah siswa dalam mempelajari setiap sub pembelajaran karena setiap subnya sudah terdapat dalam satu modul. Ketika menggunakan modul siswa tidak lagi bergantung pada media lain, karena didalam modul semuanya sudah diperjelas. Menurut (Ahmad Rivai & Nana Sudjana, 2013), menyatakan bahwa modul mempunya karakteristik tertentu yaitu: a) berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap; b) berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis; c) berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus; d) Memungkinkan siswa belajar mandiri; e) merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan karakteristik modul itu berupa unit pengajaran yang telah disusun secara sistematis agar tercapainya tujuan pembelajaran juga memungkinkan siswa bisa belajar mandiri. c. Komponen-Komponen Modul Menurut penjelasan (Depdiknas, 2008), modul merupakan sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, berikut merupakan komponen modul: 1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru) 2) Kompetensi yang akan dicapai 3) Content atau isi materi
8 17 4) Informasi pendukung 5) Latihan-latihan 6) Petunjuk kerja dapat berupa Lembar Kerja (LK) 7) Evaluasi 8) Balikan terhadap hasil evaluasi. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah modul akan lebih bermanfaat apabila dapat dipahami, menarik dan mudah untuk dipergunakan. Karena modul merupakan satu unit lengkap yang terdiri dari serangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. 3. Pembelajaran Tematik a) Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik diartikan suatu proses pembelajaan yang mengaitkan sebagaian mata pelajaran ke dalam satu tema untuk membagikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. (Trianto, 2011) berpendapat, pembelajaran tematik mempunyai satu tema actual, dekat dengan dunia siswa serta terdapat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. (Majid, 2014b), berpendapat tema ialah suatu sebutan yang ada dalam pembelajaan tematik yang berarti pokok pikiran ataupun gagasan pokok sebagai pokok pembicaraan dalam aktivitas belajar mengajar. Bersumber pada pendapat yang dituturkan oleh beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran tematik ialah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan bermacam kompetensi dari bermacam mata pelajaran ke dalam tema sehingga pembelajaran itu akan lebih bermakna serta mempunyai makna untuk siswa. b) Karakteristik Pembelajaran Tematik Menurut pendapat (Majid, 2014b) menuturkan dalam model pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki karakteristik sebagai berikut:
9 18 a. Berpusat pada siswa. pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Dengan pendekatan modern yang lebih banyak menempatkan siswa selaku subjek belajar, sedangkan guru berfungsi selaku fasilitator yakni memberikan kemudahan untuk melaksanakan kegiatan belajar. b. Memberikan pengalaman langsung. Pembelajaran tematik bisa memberikan pembelajaran langsung kepada siswa (direct experiences). Siswa dihadapkan pada suatu yang nyata (konkret) sebagai dasar dalam memahami hal-hal yang lebih abstrak. c. Pemisahan pada mata pelajaran tidak begitu jelas. Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran jadi tidak begitu jelas, karena focus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang sangat dekat dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari bermacam mata pelajaran. Dalam pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari bermacam mata pelajaran dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat menguasai konsep-konsep secara utuh tidak parsial (terpotong-potong). e. Bersifat fleksibel. Pembelajaran tematik gampang disesuikan (fleksibel) dimana guru bisa mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain, apalagi mengaitkan dengan kehidupan siswa serta kondisi lingkungan di mana sekolah serta siswa berada. f. Memakai prinsip belajar sembari bermain dan mengasyikan. Dari penjelasan karakteristik pembelajaran tematik diatas, dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan bahan ajar e-modul tematik yang hendak
10 19 menyajikan bermacam mata pelajaran, fleksibel dibawa kemana-mana untuk belajar sehingga bisa menghasilkan pembelajaran yang mengasyikkan. 4. Seamless Learning a. Pengertian Seamless Learning Seamless Learning arti secara harfiah adalah kontinuitas yang berjalan secara halus. Awal mula seamless learning tidak dikaitkan dengan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, seperti yang dikemukakan Kuh tahun 1996: Kata mulus menunjukkan bahwa diyakini bagian yang terpisah dan juga berbeda (misalnya di dalam kelas serta di luar kelas, akademik serta non akademik, kurikuler serta kokulikuler, ataupun didalam kampus atau diluar kampus) sekarang menjadi satu bagian, terikat bersama sehingga nampak utuh ataupun berkepanjangan. Dalam area yang mulus siswa didorong menggunakan sumber belajar yang terdapat di dalam ataupun di luar kelas, siswa diminta untuk memakai pengalaman hidup untuk menguasai atau memahami materi yang diperkenalkan di kelas. Menurut (L. Wong, 2015) memberikan analisis tentang sejarah seamless learning berbantuan seluler. Beliau memperkirakan munculnya seamless learning pada awal 1990-an secara khusus, pada diskusi yang menyoroti kesenjangan antara kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam dan di luar kelas. Kegiatan dalam dua konteks ini difokuskan pada pemahaman bagaimana kontinuitas antara pembelajaran di sekolah dan pembelajaran yang terjadi di luar. Beliau mencatat ideide ini pada awal abad kedua puluh satu oleh peneliti di bidang pembelajaran seluler dan dimana-mana. Pada tahun 2006, (Chan, T.-W., Roschelle, J., Hsi, S., Kinshuk, K., Sharples, M., Brown, 2006) menciptakan istilah pembelajaran tanpa batas untuk menandai
11 20 aktivitas pembelajaran dengan kontinuitas pengalaman diberbagai konteks pembelajaran dan diaktifkan oleh fitur interaktif baru yang disediakan oleh teknologi seluler dan di mana-mana. Menurut (Chan, T.-W., Roschelle, J., Hsi, S., Kinshuk, K., Sharples, M., Brown, 2006) sekenario pembelajaran yang mulus dapat mencakup pengalaman belajar individu maupun kelompok secara online, dengan kemungkinan keterlibatan guru, kerabat, ahli dan sebagainya. Pembelajaran dapat berlangsung secara tatap muka atau jarak jauh menggunakan berbagai mode interaksi dan ditempatkan di tempat-tempat yang beragam seperti ruang kelas, rumah atau pengaturan informal lainnya dan lingkungan luar ruangan, taman, dan museum. Dalam (Chan, T.-W., Roschelle, J., Hsi, S., Kinshuk, K., Sharples, M., Brown, 2006), konteks pembelajaran terdiri dari konfigurasi jenis kegiatan ini, sumber daya materi serta virtual yang menyediakan kesempatan baru untuk mendukung pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa seamless adalah kontinuitas berlangsung secara halus. Pada awalnya seamless learning tidak dikaitkan dengan pemakaian teknologi di dalam pembelajarannya yang dikemukakan (L. H. Wong, 2015) kata seamless awalnya diyakini sebagai bagian yang terpisah misalnya di dalam kelas dan di luar kelas dan sebagainya. Sekarang menjadi satu bagian. Dalam lingkungan belajar yang mulus, siswa didorong untuk memanfaatkan sumber belajar baik di dalam maupun diluar kelas. seamless learning mengacu pada konteks serta sekenario belajar. Pada seamless learning terdiri atas berbagai sekenario pembelajaran, menjadikan pembelajaran aktif, produktif, kreatif dan dapat berkolaborasi melalui lintas lingkungan belajar yang berbeda pada waktu kapan pun dan dimana pun pembelajaran itu berada.
12 21 b. Komponen Seamless Learning Menurut Seaw et al (2008) mendefinisikan enam komponen pada seamless learning sebagai berikut: 1) space atau ruang : pada seamless learning menunjang pembelajaran supaya dapat bergerak secara mudah antara ruang pembelajaran yang berbeda yang dilakukan secara langsung ataupun secara virtual 2) time atau waktu : pada seamless learning waktu memegang kedudukan berarti dalam proses pengamatan pada pembelajaran, boleh jadi pengambilan informasi secara fisik pada waktu bersamaan dalam konteks yang sama pula, misalnya mengambil informasi di museum, maupun kebun binatang 3) conteks : pada seamless learning desain konteks dapat mempengaruhi pada proses pembelajaran, misalnya pada pengambilan informasi dapat dicoba dalam konteks resmi di sekolah dan kontinuitas dari pembelajaran dilakukan dengan cara informal di luar sekolah 4) community : pada seamless learning lingkup komunitas terdiri atas guru, siswa dan domain expert 5) cognitive tools : pada seamless learning perlengkapan yang digunakan untuk menambah pengetahuan kognitif semacam smartphone, fitur smarphone pada umumnya digunakan untuk merekam data, mengambil gambar, menunggah informasi di ke portal online dan lain sebagainya 6) artifact : objek yang berupa hasil kerja siswa yang dihasilkan dalam proses pembelajaran. E-modul berorientasi seamless learning yang dikembangkan terdapat komponen-komponen didalamnya yakni, pertama space atau ruang: pada e-modul seamless learning menunjang pembelajaran supaya dapat bergerak secara mudah antara ruang pembelajaran berbeda yang dilakukan secara langsung ataupun secara virtual. Sehingga dengan adanya e-modul berorientasi seamless learning dapat
13 22 menjembatani pembelajaran dapat dilakukan di dalam ruang kelas maupun pembelajaran jarak jauh secara daring. Komponen yang kedua time ataupun waktu: pada seamless learning waktu memegang peran berarti dalam proses pengamatan pada pembelajaran. pembelajaran dengan memakai e- modul ini bisa memudahkan guru serta siswa dapat belajar serta mengajar di mana saja serta kapan saja, sehingga guru serta siswa bisa lebih luwes dalam mengendalikan waktu pembelajaran dalam masa pandemic sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Komponen ke tiga, conteks: pada seamless learning desain konteks dapat mempengaruhi pada proses pembelajaran. Desain dilakukan pada saat merancang e-modul berorientasi seamless learning, merancang cover pada e-modul, menyusun isi e-modul, menyusun tujuan pembelajaran, menyusun materi pembelajaran sesuai dengan tema dan subtema yang telah dirancang menggunakan corel x5 selanjutnya di publish menggunakan aplikasi fliphtml5. Komponen ke empat, community: pada seamless learning lingkup komunitas terdiri atas guru, siswa dan domain expert. Pembelajaran menggunaan e- modul ini memerlukan kedudukan aktif antara guru, orang tua siswa untuk memdampingi serta membimbing anaknya dalam belajar, dengan terdapatnya kerja sama antara guru serta orang tua siswa sehingga dapat membangun pembelajaran yang mengasyikkan serta memudahkan proses pembelajaran secara langsung maupun secara daring sehingga pembelajaran yang hendak di disampaikan oleh guru dikala pandemi ini senantiasa bisa diterima oleh siswa dengan dorongan serta kerja sama orang tua.
14 23 Komponen ke lima, cognitive tools: pada seamless learning perlengkapan yang digunakan untuk menambah pengetahuan kognitif semacam smartphone, e- modul berorientasi seamless learning dapat diakses dengan mudah menggunakan smartphone, sehingga siswa dapat belajar lebih menyenangkan karena didalam e- modul terdapat materi pembelajaran tema 7 subtema 1 pada pembelajaran 1, 2 dan 3 serta dapat menambah pengetahuan pada siswa. Komponen ke enam, artifact: objek yang berupa hasil kerja siswa yang dihasilkan dalam proses pembelajaran. Hasil kerja siswa dapat diperoleh setelah pembelajaran menggunakan e-modul berorientasi seamless learning.
15 24 B. Kajian Peneliti yang Relevan Tabel 2.1 Kajian Penelitian Yang Relevan Relevan Tahun Persamaan Perbedaan Rufi Rismayanti (2014) 1. Penelitian ini sama-sama 1. Penelitian ini memiliki yang berjudul menggunakan subjek perbedaan pada pengembangan. Pengembangan Modul 2014 siswa kelas IV sekolah Penelitian ini pengembangan e- Bergambar Sebagai Bahan dasar. modul berorientasi seamless Ajar Matematika Materi 2. Penelitian ini dilakukan learning pada pembelajaran Pecahan Kelas IV Sekolah sama-sama di sekolah tematik sekolah dasar. Dasar dasar Sedangkan penelitian yang dilakukan Rufi Rismayanti yaitu pengembangan modul bergambar sebagai bahan ajar matematika materi pecahan kelas IV sekolah dasar. 2. Penelitian dilakukan di SDN Tengaran 2 Kabupaten Jombang. Sedangkan penelitian Rufi Rismayanti dilakukan di SDS Laboratotium PGSD FIP UNJ. 3. Penelitian ini menggunakan kurikulum Sedangkan dalam penelitian Rufi Rissmayanti menggunakan kurikulum KTSP. 4. Pengembangan ini menggunakan model pengembangan ADDIE. Sedangkan dalam penelitian Rufi Rismayanti menggunakan model Four-D (Define, Design, Develop, dan Disseminate).
16 25 Relevan Tahun Persamaan Perbedaan Gita Noviria (2018) yang Penelitian ini sama-sama 1. Penelitian ini memiliki berjudul Pengembangan menggunakan kurikulum perbedaan dari segi materi yang Modul Bergambar Pop Up 2013 digunakan. Penelitian ini Tema 7 Subtema 1 2. Penelitian ini sama-sama menggunakan materi kelas IV Pembelajaran 1 dan 2 Pada menggunakan model Sekolah Dasar. Sedangkan Kelas II pengembangan ADDIE. penelitian yang dilakukan Gita 2. Noviria menggunakan materi kelas II Sekolah Dasar. 3. Penelitian dilakukan di SDN Tengaran 2 Kabupaten Jombang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Gita Noviria dilakukan di SDN Lowokwaru 3 Malang. Abdulloh Hamid (2019) yang berjudul The Implementation Of Mobile Seamless Learning Strategy In Mastering Students Concepts For Elementary School Penelitian ini samasama dilakukan di sekolah dasar. 2. Penelitian ini samasama menggunakan subjek siswa kelas IV sekolah dasar. 3. Penelitian ini samasama menggunakan seamless learning pada pembelajaran. 1. Penelitian ini dilakukan di SDN Tengaran II Kabupaten Jombang. Sedangkan penelitian yang dilakukan Abdulloh Hamid dilakukan di Sekolah Dasar Jepara Jawa Tengah. Song Y (2017) yang berjudul Improving Primary Students Collaborative Problem Solving Competency In- Project-Based Science Learning With Productive Failure Instructional Design in a seamless learning Penelitian ini samasama dilakukan di sekolah dasar. 2. Penelitian ini samasama menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif. 3. Penelitian ini samasama menggunakan 1. Penelitian ini dilakukan di kelas IV sekolah dasar. Sedangkan penelitian yang dilakukan Song Y menggunakan subjek kelas I dan II sekolah dasar.
17 26 Relevan Tahun Persamaan Perbedaan seamless learning pada pembelajaran. Voon XWong LLoi C yang berjudul Contructivisminformed variation theory lesson designs in enriching and elevating science learning: Case studies of seamless learning design Penelitian ini samasama dilakukan di sekolah dasar. 2. Penelitian ini samasama menggunakan seamless learning pada pembelajaran. 1. Penelitian ini dilakukan dengan model pengembangan ADDIE. Sedangkan penelitian yang dilakukan Voon XWong Lloi C menggunakan model pembelajaran objek kontruktivis
18 27 C. Kerangka Pikir Kondisi Ideal 1. Pembelajaran bisa berlangsung di rumah, di sekolah serta di masyarakat (Permendikbud No 23 tahun 2013) 2. Pemanfaatan teknologi informasi serta komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran bisa berlangsung (Permendikbud No 22 tahun 2016) Kondisi Nyata di Lapangan 1. Pembelajaran bertumpu menggunakan buku tematik dari pemerintah yaitu buku guru dan buku siswa. 2. Penggunaan bahan ajar berupa buku guru dan buku siswa, materi yang tersaji kurang lengkap dan belum meanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Analisis Kebutuhan 1. Pembelajaran yang dilakukan di kelas IV menggunakan bahan ajar berupa buku guru dan buku siswa. 2. Materi yang tersaji pada buku guru dan buku siswa kurang lengkap dan juga siswa belum memanfaatkan perkembangan teknologi pada saat ini. 3. Untuk menunjang kegiatan pembelajaran, maka diperlukan bahan ajar berupa e-modul yang dapat diakses melalui smartphone untuk menambah pengetahuan siswa. Model Penelitian Model yang digunakan dalam pengembangan e-modul berorientasi seamless learning adalah model ADDIE. Model ADDIE memiliki 5 tahap analisis antara lain: analisis (analysis), perancangan (design) tahap ini digunakan untuk menentukan tema, subtema, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran dan menentukan aplikasi yang digunakan dalam membuat e- modul, pengembangan (development) tahap ini digunakan untuk mengembangan desain yang sudah dirancang ke dalam produk yang nyata, implementasi (implementation) tahap ini dilakukan untuk uji coba lapangan terhadap e-modul yang akan diimplementasikan di SDN Tengaran 2 Kabupaten Jombang dan evaluasi (evaluation) tahap ini merupakan tahap terakhir yang digunakan untuk mengetahui kualitas e-modul yang telah dikembangkan. Gambar II.1 Kerangka Pikir
BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN PUSTAKA. 1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran. a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan
BAB II LANDASAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran a. Pengertian Penelitian dan Pengembangan Pengertian penelitian dan pengembangan yang diungkapkan oleh Borg and Gall (Sugiyono,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI CHAPTER 2 Ruang Lingkup Bahan AJar Husni Mubarok, S.Pd., M.Si. Tadris Biologi IAIN Jember Coba Jelaskan A. Pengertian Bahan Ajar B. Karakteristik Bahan Ajar C. Tujuan dan
Lebih terperinciPengertian Bahan Ajar
Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bukan hanya kegiatan guru dalam menyampaikan materi dan tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru, siswa dan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang penting bagi kehidupan manusia, sehingga setiap manusia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang tujuannya untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget. dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori-Teori Belajar yang Relevan 1. Teori perkembangan Kognitif Piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Pengembangan Penelitian merupakan kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam bidang tertentu untuk mendapatkan suatu informasi yang datanya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pengembangan Bahan Ajar a. Bahan ajar Menurut Depdiknas (2006: 4) bahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis yang memungkinkan siswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS Ike Evi Yunita Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Lebih terperinciSIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA
SIGI TENTANG PENGGUNAAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI AKUNTANSI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 19 SURABAYA Vinaya Suci Wiharany Susanti PENDIDIKAN AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI, UNESA ABSTRAK The
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Matematika Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika pada hakekatnya merupakan suatu ilmu
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA
PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA THE DEVELOPMENT OF ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY ON CHEMICAL BONDING FOR GRADE X SMA/MA Sri Sunarmiati, Regina Tutik Padmaningrum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6).
Lebih terperinciSISCA RAHMADONNA, M.Pd Diadopsi dari Berbagai Sumber
SISCA RAHMADONNA, M.Pd Diadopsi dari Berbagai Sumber IDENTITAS MATAKULIAH Nama Matakuliah : Pengembangan Bahan Ajar Cetak Kode Matakuliah : PMT429 Jumlah SKS : 4 SKS Dosen : Sisca Rahmadonna, M.Pd Program
Lebih terperinciPENYUSUNAN BAHAN AJAR. Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal
PENYUSUNAN BAHAN AJAR Diklat Pra Uji Kompetensi Pendidik Kursus dan Pelatihan Pendidikan Nonformal IDENTITAS Nama : U. Hendra Irawan Tempat Tgl Lahir : Bandung, 02 Juli 1969 Alamat : Komplek Puri Budi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Lembar berarti helai, kerja berarti melakukan kegiatan, dan siswa berarti murid atau pelajar untuk tingkat
Lebih terperinciAECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar,
AECT (Association for Educational Communication and Technology) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1. Pesan; didalamnya mencakup kurikulum dan mata pelajaran.
Lebih terperinciKETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013
KETERSEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA NEGERI 1 KARANGANOM KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukanuntukmemenuhisebagianpersyaratangunamencapai
Lebih terperinciVariasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH
Variasi Bahan Ajar pada Pembelajaran E-Learning Guna Menunjang Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas ARTIKEL ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Bagan,Tematik, Tema 7 Subtema 3.
ABSTRAK Suwardika, Agus.2017. Pengembangan Bahan Ajar Berbentuk Bagan berbasis Tematik pada Tema 7 subtema 3 kelas III Sekolah Dasar. Pembimbing I Drs. Andi Suhandi, S.Pd, M.Pd.I; dan Pembimbing II Dwi
Lebih terperinciMEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)
MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN BUKU SISWA KELAS V TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN DENGAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK DAN PENDEKATAN SAINTIFIK
ANALISIS KESESUAIAN BUKU SISWA KELAS V TEMA PERISTIWA DALAM KEHIDUPAN DENGAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK DAN PENDEKATAN SAINTIFIK (1) Nilamsari Damayanti Fajrin, (2) Sa dun Akbar, dan (3) Sutarno.
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari
II. KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Hasil belajar mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dan kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning) Salah satunya menurut Duch (1995) dalam http://www.uii.ac.id pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul 1. Pengertian Modul Dalam buku Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (2004) yang diterbitkan oleh Diknas, modul diartikan sebagai sebuah buku yang ditulis dengan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ajar terlebih dahulu sebelum mengikuti pembelajaran di kelas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran apabila dikembangkan sesuai kebutuhan guru dan siswa serta dimanfaatkan secara benar akan merupakan salah satu faktor
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL JURUSAN FISIKA FMIPA UM 2015
Brosur IPA Terpadu sebagai Bahan Ajar di SMP ditinjau dari Aspek Keterbacaannya MYCO HERSANDI Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA Universitas Negeri Jember. Jl. Kalimantan 37 Tegal Boto E-mail: myco.hersandi41@gmail.com
Lebih terperinciPembuatan CD Interaktif Sebagai Media Pembelajaran Febriana Sandy
PEMBUATAN CD INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA BELAJAR SISWA KELAS 1 TEMA KELUARGAKU STUDI KASUS SD NEGERI TASIKMADU 2 KOTA MALANG Febriana Santi Wahyuni 1), Sandy Nataly Mantja 2) 1,2) Program Studi Teknik Informatika,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF IPA KELAS V SD POKOK BAHASAN ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN Octario Sakti Susilo 1, I Nyoman Sudana Degeng 2, Susilaningsih 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh banyaknya faktor. Bahan ajar merupakan salah satu faktor penting selain
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE (E-MODULE) PEMBELAJARAN SIMULASI DIGITAL PADA MATERI BLENDER UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 KLATEN
Pengembangan Electronic Module (Wafa Wijayanti Afdila) 1 PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE (E-MODULE) PEMBELAJARAN SIMULASI DIGITAL PADA MATERI BLENDER UNTUK SISWA KELAS X SMK NEGERI 1 KLATEN DEVELOPING ELECTRONIC
Lebih terperinciMetode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng
Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng Eka Setya Ningsih (Eka Setya Ningsih/148620600018/6/B1) S-1 PGSD Universitas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Bahan Ajar Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR Pengertian Bahan Ajar 1. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Mengapa guru perlu
Lebih terperinciPengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis
1 Pengembangan Bahan Ajar Berbasis 3D ebook sebagai Buku Penunjang Siswa SMP/ MTs Materi Fisika Listrik Dinamis Ari Safitri Dani Sukma, Sulur, Widjianto Universitas Negeri Malang E-mail: arry.omoryy@gmail.com;
Lebih terperinciPEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR
PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR Yeni Puji Astuti Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep Email: yeni_puji.062003@yahoo.co.id Abstract Permendiknas number 22 of 2006 which the states that
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) adalah suatu sistem pendidikan yang ditandai dengan karakteristik, salah satunya adalah keterpisahannya antara individu yang belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA ) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
45454545 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian ini mengkaji courseware multimedia pembelajaran interaktif pada sub materi pengaruh suhu terhadap laju reaksi yang dikembangkan untuk
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA GAME ULAR TANGGA EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR EKONOMI
PENGEMBANGAN MEDIA GAME ULAR TANGGA EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR EKONOMI Titi Wijayanti & Tejo Nurseto Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Email: titiestukara@gmail.com Abstrak: Penelitian
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
6 BAB II Tinjauan Pustaka A. Media Pembelajaran Interaktif Media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau penghubung antara dua pihak yaitu antara sumber pesan dan penerima pesan ( Anitah, 2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikanadalah masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikanadalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Pada saat proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN GURU BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR INPUT
KERANGKA BERPIKIR PENGEMBANGAN BUKU PANDUAN GURU BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR ISAH CAHYANI INPUT 1. Kebijakan kurikulum 2. Kebijakan penilaian hasil belajar 3. Kebijakan sertifikasi pendidik 4. Model
Lebih terperinciBAHAN AJAR MODUL. Irnin Agustina D.A., M.Pd.
BAHAN AJAR MODUL Irnin Agustina D.A., M.Pd. 1. definisi modul Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru (depdiknas)
Lebih terperinciSurakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia Surakarta, 57126, Indonesia
PENGEMBANGAN INTEGRATED CONTEXTUAL MODULE (ICM) UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PADA POKOK BAHASAN SIFAT MEKANIK BAHAN (Pembelajaran Fisika di SMK Veteran 1 Sukoharjo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing di sekolah adalah penguasaan keterampilan berbicara dengan lancar dan berterima.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teoritis 1. Bahan Ajar a. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan salah satu perangkat materi atau substansi pembelajaran yang disusun secara sistematis, serta menampilkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ini merupakan penelitian pengembangan yaitu suatu penelitian yang bertujuan menghasilkan produk tertentu dan menguji kualitas produk tersebut. Produk tersebut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
Lebih terperinciPERANCANGAN ANIMASI MODUL AJAR KALKULUS DAN CD INTERAKTIF GUNA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MAHASISWA
1 PERANCANGAN ANIMASI MODUL AJAR KALKULUS DAN CD INTERAKTIF GUNA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MAHASISWA Rela Karlina Jalil, Prof. Dr. H.M. Isa Irawan, M.T., Alvida Mustika Rukmi, S.Si, M.Si Jurusan Matematika,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK Yogia Friska Mulyani 1, Henry Praherdhiono 2, Yerry Soepriyanto 3 Jurusan Teknologi Pendidikan FIP UM 1,2,3 E-mail: yogia1993@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang berorientasi pada proses dan hasil, namun kini pembelajaran sains telah berkembang dan berorietasi pada sikap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan. pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan berkarakter. Kurikulum ini bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII MTs PONDOK PESANTREN DR M NATSIR ALAHAN PANJANG Oleh
PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGI EMPAT KELAS VII MTs PONDOK PESANTREN DR M NATSIR ALAHAN PANJANG Oleh Leni Marlina * ), Villia Anggraini ** ), Mulia Suryani** ) * ) Mahasiswa Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL MERAKIT KOMPUTER UNTUK SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 1 JOGONALAN
Pengembangan Modul Elektronik (Vitasari Cahyaningrum) 1 PENGEMBANGAN MODUL MERAKIT KOMPUTER UNTUK SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 1 JOGONALAN DEVELOPMENT OF ELECTRONIC MODULE ASSEMBLE
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pendidikan Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari guru sebagai sumber pesan kepada siswa yang menerima pesan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT ANGKET UJI KEPRAKTISAN MEDIA PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BERBASIS ICT
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT ANGKET UJI KEPRAKTISAN MEDIA PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BERBASIS ICT OLEH : REFNITA (14175056) DOSEN : Prof. Dr. Festiyed, M.S Dr. Usmeldi, M.Pd Rio Anshari, S.
Lebih terperinciDita Oktavia Yudhatami Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL MEMELIHARA STANDAR PENAMPILAN PRIBADI PADA MATA DIKLAT MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP KERJASAMA DENGAN KOLEGA DAN PELANGGAN UNTUK SISWA SMK NEGERI 2 BUDURAN SIDOARJO Dita Oktavia Yudhatami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun ajaran 2013/2014 pemerintah menetapkan kurikulum 2013 sebagai bahan ajaran pendidikan sekolah dasar selama kurang lebih 5 tahun ke depan menggantikan kurikulum
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sistem komputer tersusun atas tiga elemen, yaitu. 1. Hardware (Perangkat Keras), merupakan rangkaian elektronika
4 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Komputer Komputer merupakan suatu perangkat elektronika yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi, menjalankan program yang tersimpan dalam memori,
Lebih terperinciModul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD. Kegiatan Belajar 1. Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan. IKA KURNIAWATI, M.
Modul Pelatihan PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KEMDIKBUD Pusat Teknologi Informasi & Komunikasi Pendidikan Kegiatan Belajar 1 IKA KURNIAWATI, M.Pd Modul Pelatihan 7 PENGEMBANGAN BAHAN BELAJAR KB 1 KONSEP,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP THE DEVELOPMENT OF INTERACTIVE LEARNING MULTIMEDIA IN SCIENCE FOR EIGHTH GRADE STUDENT
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA
PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS E-LEARNING PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA 1) Tri Wahyuni, 1) Sri Wahyuni, 1) Yushardi 1) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha sadar, terencana, dan disengaja untuk mengembangkan dan membina sumber daya manusia. Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak tertulis (Amri dan Ahmadi 2010:159). Hal senada juga diungkapkan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud berupa tertulis maupun
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERBASIS ICT
686 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERBASIS ICT Swaditya Rizki Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro E-mail: swaditya.rizki@gmail.com ABSTRACT The objective of
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK KOMIK PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG (IBG) KELAS X SMK NEGERI 5 PADANG
211 * PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBENTUK KOMIK PADA MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG (IBG) KELAS X SMK NEGERI 5 PADANG Ifdhal*,Indrati Kusumaningrum**,An Arizal*** Email: if.dhal@yahoo.com ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Data hasil PISA dan TIMSS. Tahun PISA TIMSS dari 38 negara dari 41 negara -
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat perlu dimiliki oleh setiap orang. Dengan pendidikan, seseorang akan mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi pada saat ini dan mampu
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi
II. KAJIAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Salah satu tugas pendidik adalah menyediakan suasana belajar yang menyenangkan. Pendidik harus mencari cara untuk membuat pembelajaran menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap ( Dimiyati :2006). Belajar
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagi mana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dewasa ini, sebagian besar sekolah-sekolah yang ada di Indonesia khususnya di daerah perkotaan telah banyak yang memanfaatkan
Lebih terperinciPengertian Bahan Ajar
Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti lebih banyak diferensiasinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Paket keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) merupakan kompetensi yang banyak di buka di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri mauapun SMK Swasta di
Lebih terperinciPengembangan E-Modul Berbasis Adobe Flash CS6 pada Mata Pelajaran Penataan Barang Dagang
Pengembangan E-Modul Berbasis Adobe Flash CS6 pada Mata Pelajaran Penataan Barang Dagang Indah Zahrotul Fauziah Sutrisno Suwarni Jurusan Manajemen Universitas Negeri Malang E-mail: indzafa@gmail.com; sutrisno_um@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi semakin pesat dari waktu ke waktu. Dengan berkembangnya sains dan teknologi tersebut menyebabkan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pendidikan
Lebih terperinciPengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan
Pengembangan Modul Berciri Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Fisika pada Materi Tekanan Atira, Unggul Wahyono, dan Sahrul Saehana Atirasudirman066@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta menghindari terjadinya verbalisme yang terus-menerus. Penyampaian materi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan proses yang kompleks dan selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan dikembangkan melalui proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran merupakan proses interaksi antara siswa dengan guru dalam lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran serta membantu siswa dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. E-learning Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai pemanfaatan teknologi internet untuk mendistribusikan materi pembelajaran, sehingga siswa dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendekatan scientific merupakan pendekatan yang membantu siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri dengan menemukan masalah dan memecahkan masalah itu sendiri sehingga
Lebih terperinciPENGEMBANGAN VIDEO MULTIMEDIA UNTUK MENDUKUNG REMIDIAL MAHASISWA MATA KULIAH CAD
PENGEMBANGAN VIDEO MULTIMEDIA UNTUK MENDUKUNG REMIDIAL MAHASISWA MATA KULIAH CAD Heri Wibowo dan Yatin Ngadiyono (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan : 1) mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baik secara formal di sekolah maupun non-formal di lingkungan
Lebih terperincimemilih apa yang akan dikerjakan selanjutnya, bertanya dan memberikan jawaban
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Multimedia Multimedia dapat diartikan sebagai pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafis, suara dan gambar bergerak (video dan animasi) dengan menggabungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan Indonesia saat ini sangat membutuhkan sosok pendidik yang mempunyai dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Namun pada kenyataannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komputer menjadi suatu teknologi yang menjadi kebutuhan diberbagai bidang. Salah satunya dalam konteks pendidikan, komputer bukan hanya mampu membantu dalam
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BUKU DIGITAL ELEKTRONIC PUBLICATION (EPUB) MENGGUNAKAN SOFTWARE SIGIL PADA MATA KULIAH PEMROGRAMAN DASAR
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BUKU DIGITAL ELEKTRONIC PUBLICATION (EPUB) MENGGUNAKAN SOFTWARE SIGIL PADA MATA KULIAH PEMROGRAMAN DASAR Rasyid Hardi Wirasasmita 2, Muhammad Zamroni Uska 2 1,2
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modul Pada bahasan ini akan dibahas antara lain: 1. Pengertian Salah satu bahan ajar yang dianjurkan untuk pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik adalah modul. Modul
Lebih terperinciTUGAS I PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MATRIKS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT
TUGAS I PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA MATRIKS JURNAL NASIONAL DAN INTERNASIONAL TENTANG MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT Oleh REFNITA 14175056 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Festiyed, MS Dr. Usmeldi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. berbasis augmented reality untuk menunjang promosi gedung Fakultas
33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini yaitu mengembangkan media brosur berbasis augmented reality untuk menunjang promosi gedung Fakultas Universitas Pendidikan
Lebih terperinci