BAB IV PEMBAHASAN EMPIRIK PERAN E-COMMERCE PADA USAHA KECIL DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN EMPIRIK PERAN E-COMMERCE PADA USAHA KECIL DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN EMPIRIK PERAN E-COMMERCE PADA USAHA KECIL DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BANDUNG A. Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Kota Bandung 1.1 Kependudukan Kota Bandung Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya. Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat dengan ada sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880 yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia). Pada tahun 1941 tercatat sebanyak jiwa jumlah penduduk kota ini kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi, penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat jumlah penduduknya sebanyak jiwa. Penduduk Kota Bandung menurut Registrasi Penduduk sampai dengan bulan Maret 2004 berjumlah : jiwa dengan luas wilayah ,50 Ha. (167,67 Km 2), sehingga kepadatan penduduknya per hektar sebesar 155 jiwa. Komposisi penduduk warga negara asing yang berdomisili di Kota Bandung adalah sebesar jiwa. Jumlah warga negara asing menurut catatan Kantor Imigrasi Bandung yang berdiam tetap di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar jiwa, sedangkan jumlah warga negara asing yang berdiam

2 sementara di Kota Bandung setiap bulannya rata-rata sebesar jiwa. Program Pemerintah dalam hal mengurangi kepadatan penduduk yang tinggi khususnya di Kota Bandung telah dilaksanakan Program Transmigrasi ke luar Pulau Jawa dengan jenis transmigrasi terbesar adalah Transmigrasi TU sebanyak 76 Kepala Keluarga dengan jumlah jiwa sebesar 86, sedangkan daerah tujuan Transmigrasi TU adalah Propinsi Riau dan Kalimantan tengah. Kota Bandung menjadi kota terpadat di Jawa Barat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat, tingkat kepadatan penduduk mencapai jiwa per kilometer persegi. Total jumlah penduduk di kota Bandung mencapai jiwa sampai tahun Jumlah tersebut jauh dari angka ideal. Semestinya, setiap satu kilometer persegi jumlah penduduk adalah jiwa atau 40 jiwa per hektar. 1.2 Mata Pencaharian Penduduk Kota Bandung Pertanian sebagai mata pencaharian utama dalam kehidupan manusia dibeberapa bagian dunia telah mengalami proses perkembangan yang cukup panjang dalam sejarah kebudayaan manusia. Hal itu sejalan dengan tahap perkembangan pengetahuan manusia tentang jenis-jenis tanaman pangan dan cara penanamannya. Proses perubahan sistem mata pencaharian berburu dan meramu menjadi sistem mata pencaharian bercocok tanam itu merupakan suatu peristiwa besar dalam proses perkembangan kebudayaan manusia. Para ahli menyebut peristiwa itu sebagai suatu revolusi dalam peradaban manusia. Mata pencaharian penduduk Kota Bandung berbeda-beda mulai dari pegawai Negeri, pegawai swasta, petani, pedagang, TNI dan lainlain. Berdasarkan data yang telah diterima dari Badan Pusat Statistik Jawa

3 Barat, bahwa mata pencaharian penduduk Kota Bandung untuk pegawai swasta sebesar 4,002,000 pada jenis kelamin perempuan dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 3, Gambar 3.1 Daftar Rekafitulasi Jumlah Penduduk Kota Bandung Berdasarkan Pendidikan dan Mata Pencaharian Tahun 2010 Sumber: Iklim Usaha Kecil di Kota Bandung Pada tahun 2005 nilai PDB atas dasar harga konstan tahun 2000 tercatat sebesar 1750,66 Triliun Rupiah. Peran UKM yaitu sebesar 979,71 Triliun Rupiah atau 55,96 persen dari total PDB Nasional. Kontribusi usaha kecil tercatat sebesar 688, 9 Triliun Rupiah atau 39,35 persen, usaha menengah sebesar 290,8 Triliun Rupiah atau 16,61 persen dan usaha besar berkontribusi sebesar 770,9 Triliun Rupiah atau 44,04 persen dari keseluruhan PDB. Tabel 4.1. PDB dan Proporsi PDB Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Tahun

4 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar) Tahun Kecil Menengah Besar Jumlah ,9 (39,25) ,3 (39,26) ,1 (39,35) ,4 (39,31) ,4 (16,3) ,9 (15,56) ,3 (16,61) ,5 (16,60) Sumber : Departemen Koperasi, 2008 Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%) ,0 (44,45) ,6 (44,18) ,6 (44,04) ,0 (44,09) ,3 (100,00) ,8 (100,00) ,1 (100,00) ,9 (100,00) Sampai dengan tahun 2006 perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) meningkat sejalan dengan membaiknya kinerja sektor riil secara umum. Pada Tabel 4.1. terlihat PDB UKM berdasarkan nilai tambah dan laju pertumbuhannya. Meskipun secara nominal nilai tambah UKM semakin besar tiap tahunnya akan tetapi usaha besar tetap memberikan kontribusi terbesar baik itu berdasarkan proporsi dan kuantitas. Pada tahun 2006 tercatat proporsi usaha kecil sebesar 39,31 persen dan usaha menengah mencapai 16,60 persen terhadap total PDB sebesar ,9 Milyar Rupiah. Keberhasilan pertumbuhan PDB, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor UKM diharapkan mampu mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja. Selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempercepat pemulihan ekonomi.

5 Tabel 4.2. Investasi Usaha Kecil dan Menengah Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah) Tahun Kecil Menengah Jumlah , , , , , , , , , , , ,349 Sumber : Departemen Koperasi, 2008 Berdasarkan nilai investasi pada Tabel 4.2., investasi keseluruhan UKM setiap tahunnya semakin bertambah. Dari tahun 2003 investasi UKM adalah sebesar Juta Rupiah dan pada tahun 2006 menjadi Juta Rupiah atau terjadi peningkatan sebesar 29,15 persen dalam kurun waktu 4 tahun. Pada tahun 2006, investasi pada usaha kecil sebesar Juta Rupiah dari total investasi keseluruhan Juta Rupiah atau mempunyai porsi sebanyak 46,86 persen. Selain itu, sisanya usaha menengah mempunyai porsi sebesar 53,14 persen sebanyak Juta Rupiah. Berdasarkan kondisi tersebut kinerja sektor riil akan terus membaik karena dilihat dari kecenderungan

6 investasi yang semakin meningkat, sehingga dengan produktivitas yang terus meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan pula turut meningkat. Tabel 4.3. Ekspor dan Laju Pertumbuhan UKM Menurut Sektor Ekonomi Tahun (Milyar Rupiah) Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan , , , Pertambangan dan 638, , ,320 Penggalian. 3. Industri Pengolahan , , ,486 Total Ekspor ,239 (23,93) Sumber : Departemen Koperasi, 2008 Keterangan : dalam kurung ( ) menunjukan persentase (%) ,064 (15,48) ,515 (10,75) Selanjutnya, dalam ekspor peranan UKM masih belum signifikan karena pertumbuhannya cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun. Berdasarkan Tabel 4.3. laju pertumbuhan ekspor barang usaha kecil dan menengah terus menurun sehingga pada tahun 2006 turun menjadi sebesar 10,75 persen mencapai Juta Rupiah. Berdasarkan kontribusinya menurut sektor ekonomi, selama kurun waktu sektor Industri Pengolahan merupakan penyumbang terbesar terhadap total ekspor. Kemudian berturut-turut diikuti oleh sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian. B. Analisa Penerapan E-Commerce pada Usaha Kecil di Kota Bandung Peran UKM dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi disetiap sektor; (2)

7 penyedia lapangan kerja yang terbesar; (3) pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat; (4) pencipta pasar baru dan inovasi; (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran dalam kegiatan ekspor. Peran UKM sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu manjadi fokus pembangunan ekonomi pada masa mendatang. Pemberdayaan UKM secara terstruktur dan berkelanjutan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional diatas 6 persen per tahun dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Dalam sepuluh tahun terakhir pasca krisis jumlah dan persentase usaha skala kecil dan menengah terus tumbuh. Perkembangan jumlah UKM pada periode tahun mengalami peningkatan sebesar 3,88 persen dari unit pada tahun Pada tahun 2006 jumlah seluruh usaha yang ada di Indonesia sebanyak unit usaha diantaranya sebanyak merupakan usaha kecil dan menengah (Tabel 1.1.). Hampir sebesar 99 persen unit usaha di Indonesia didominasi oleh usaha kecil dan menengah. Berdasarkan statistik UKM tahun sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit terbesar adalah sektor (1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengangkutan dan Komunikasi; dan (5) Jasa-Jasa. Sedangkan sektor ekonomi yang mempunyai proporsi unit usaha terkecil berturut-turut yaitu sektor (1) Sektor Pertambangan dan Penggalian; (2) Bangunan; (3) Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan; dan terakhir (4) Listrik, Gas dan Air Bersih. Tenaga kerja merupakan modal dasar bagi perkembangan dan

8 pertumbuhan ekonomi, apabila tenaga kerja tersebut sebagai sumberdaya ekonomi dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Seiring dengan pertumbuhan unit usaha UKM, dalam penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Bila pada tahun 1999 jumlah tenaga kerja yang diserap UK sebanyak 59.9 juta orang selama 3 tahun naik berturut-turut menjadi 68.3 juta orang atau naik 4,6 persen rata-rata setiap tahun. Persentase kenaikan penyerapan tenaga kerja yang tinggi terjadi pula pada UM dan UB. Penyerapan tenaga kerja UK terbesar terjadi di sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yakni 36.4 juta orang di tahun 2001 dan meningkat menjadi 37,0 juta orang di tahun Pada tahun 2006 UKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar rang atau 96,18 persen dari total penyerapan tenaga kerja yang ada. Jumlah ini meningkat sebesar 2,62 persen atau orang dibandingkan tahun Kontribusi usaha kecil tercatat sebanyak orang atau 91,14 persen dan usaha menengah sebanyak orang atau 5,05 persen (Tabel 1.4). Untuk usaha kecil Pertanian, Peternakan, Perhutanan dan Perikanan tercatat memiliki peran terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebanyak orang atau sebesar 46,91 persen dari total tenaga kerja yang diserap. C. Analisa Pengaruh Penerapan E-Commerce pada Usaha Kecil di Kota Bandung terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bandung Peranan UKM dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia dilihat berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor tersebut yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) UKM, jumlah unit usaha UKM (JUU),

9 pendapatan per kapita (PPK), Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Hasil estimasi model ditunjukan dalam Tabel 5.1 berikut ini : Tabel 5.1. Hasil Regresi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja Variable Coefficient Probability C LOG_PDB LOG_JUU LOG_PPK LOG_KMK LOG_KI R-squared Adjusted R-squared F-statistic Prob(F-statistic) Durbin-Watson stat Keterangan : Taraf Nyata α=0,05(5%) Berdasarkan hasil pendugaan pada parameter Tabel 5.1., hasil analisis regresi menunjukan bahwa persamaan ini memiliki kecocokan model yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada persamaan penyerapan tenaga kerja bernilai (99,96 %). Artinya bahwa faktor-faktor penyerapan tenaga kerja seperti PDB Riil, Jumlah Unit Usaha UKM, Pendapatan Per kapita Riil, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi yang terdapat dalam model dapat menjelaskan keragaman sebesar 99,96 persen dan sisanya 0,04 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan dengan nilai statistik uji-t menunjukan bahwa empat variabel berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen. Variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Jumlah Unit Usaha, PDB UKM, Pendapatan Per kapita, Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi. Uji-f menunjukan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas F sebesar

10 yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti bahwa pengaruh yang ditimbulkan keseluruhan variabel penjelas secara serempak terhadap variabel bebas adalah baik. Artinya dari kelima variabel bebas dalam model tersebut setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerja. Estimasi parameter regresi dengan mengggunakan Ordinary Least Square (OLS) harus memenuhi asumsi-asumsi klasik. Untuk melihat apakah asumsi dasar tersebut dipenuhi, perlu dilakukan pengujian setelah perhitungan dan uji hipotesis dilakukan. Pengujian asumsi dasar tersebut meliputi uji multikolineritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas. Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya pelanggaran terhadap asumsi dasar tersebut. Bila terjadi pelanggaran, maka akan diperoleh asumsi yang tidak valid. Pada persamaan penyerapan tenaga kerja diketahui bahwa pada persamaan ini tidak terjadi autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas yang dapat diabaikan dengan uji Klein. Sehingga pada persamaan ini model dapat memenuhi asumsi dasar Selain itu, karena jumlah data < 30 maka dilakukan uji normalitas dan hasilnya yaitu pada model tersebut error term dapat terdistribusi dengan normal. Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan teori ekonomi. Pada uji ini yang dilihat adalah tanda serta nilai dari koefisien variabel bebas, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.1. Pada variabel jumlah unit usaha memberikan pengaruh yang signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan hasil uji ekonomi jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari jumlah unit usaha

11 adalah Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah unit usaha sebesar 1 persen akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap sebesar persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah unit usaha mempunyai hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Peningkatan jumlah usaha sama artinya dengan menambah jumlah lapangan usaha sehingga kesempatan kerja akan terbuka. Kondisi tersebut akan menyerap tenaga kerja yang tersedia pada jumlah unit usaha baru yang membutuhkan sumber daya manusia untuk pengelolaannya. Hasil dapat dirujuk pada Bab sebelumnya dengan melihat Tabel 1.1. dan Tabel 1.4. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihartanti (2006) bahwa peningkatan jumlah unit usaha dapat mengakibatkan semakin meningkatnya jumlah penyerapan tenaga kerja disektor tersebut. Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk angkatan kerja yang semakin bertambah. Terutama bagi negara berkembang termasuk Indonesia dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk Indonesia yang cenderung tinggi sehingga cenderung pula melebihi pertumbuhan kapital. Berdasarkan kondisi tersebut dengan semakin meningkatnya jumlah unit UKM maka akan membantu dalam penyediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja baru. Sehingga dengan ini tujuan pembangunan dapat tercapai untuk peningkatan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan yang merupakan masalah utama negara berkembang khususnya Indonesia. Nilai PDB pada sektor UKM memberikan pengaruh yang signifikan pada penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari nilai PDB adalah sebesar

12 Nilai ini menunjukkan bahwa peningkatan PDB sebesar 1 persen akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa nilai PDB mempunyai hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Angka tersebut menunjukkan bahwa semakin meningkat PDB sektor UKM, maka meningkatkan investor yang menanamkan modalnya disektor UKM. Dalam hal ini investor tersebut adalah pemerintah yang telah mewujudkan program pengembangan UKM dengan adanya Kredit Usaha Kecil. Sehingga dengan kondisi tersebut semakin banyak nilai investasi yang ditanamkan pada sektor UKM semakin tinggi peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM. Selain itu pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan kerja, karena dengan adanya pertumbuhan maka diperlukan adanya tambahan input. Input tersebut adalah tenaga kerja yang merupakan fungsi produksi dari PDB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prihartanti (2006) bahwa PDB secara signifikan memberikan pertumbuhan yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil dapat dirujuk pada Bab sebelumnya dengan melihat Tabel 1.4. dan Tabel 4.1. Nilai Kredit Modal Kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari Kredit Modal Kerja adalah Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan Kredit Modal Kerja sebesar 1 persen maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebanyak persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa Kredit Modal Kerja mempunyai hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Kredit

13 Modal Kerja adalah kredit yang digunakan sebagai modal awal untuk membuka suatu usaha, dengan membuka lapangan usaha baru sama artinya dengan membuka kesempatan kerja. Sehingga dengan membuka kesempatan kerja maka akan terjadi penyerapan tenaga kerja. Penyaluran kredit kepada usaha kecil merupakan program pengembangan UKM untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi pengangguran. Penyaluran kredit ini diharapkan akan menciptakan lapangan kerja baru yang sangat dibutuhkan bagi angkatan kerja Indonesia yang terus bertambah. Nilai Kredit Investasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari Kredit Investasi adalah Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan Kredit Investasi sebesar 1 persen akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa Kredit Investasi mempunyai hubungan yang positif dengan penyerapan tenaga kerja. Kredit Investasi adalah kredit yang digunakan untuk menambah skala usaha dengan bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi dengan mengganti bagian dari penyediaan barang modal yang rusak dan tambahan dalam penyediaan modal yang ada. Kredit ini biasanya digunakan untuk membeli barang-barang modal yang baru dan cenderung digunakan untuk investasi yang padat modal untuk meningkatkan tingkat efisiensi suatu produksi. Sehingga pada kredit investasi tersebut kurang dapat memberdayakan sumberdaya manusia melalui penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh tim pengkaji dari Departemen Koperasi (2006) terhadap dampak penggunaan kredit UKM di sepuluh propinsi di Indonesia. Pada sepuluh propinsi tersebut

14 diketahui bahwa hampir seluruh kredit digunakan untuk pembelian bahan baku, peralatan UKM dan pembayaran gaji. Selain itu, dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa meskipun kredit untuk bahan baku berpengaruh positif terhadap volume usaha akan tetapi pengaruhnya tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Secara keseluruhan, meskipun kredit investasi mempunyai hubungan yang negatif dengan penyerapan tenaga kerja akan tetapi kredit ini bukan berarti menjadi penghambat dalam pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan pada awalnya kredit investasi digunakan sebagai bantuan permodalan dalam Kredit Usaha Kecil bedasarkan tujuan penggunaannya untuk berinvestasi dengan sasaran pengusaha UKM. Selain itu kredit ini juga bertujuan untuk mengembangkan usaha para pengusaha UKM yang mempunyai keterbatasan dalam kepemilikan modal, sehingga sisi positifnya yaitu untuk para pemilik usaha kecil dan menengah agar dapat mengembangkan usahanya. Disamping itu, proporsi kredit ini dibandingkan dengan kredit lain tidak begitu besar. Kredit Investasi pada tahun 2006 tercatat hanya sebesar 38,2 Triliun Rupiah, berbeda dengan Kredit Modal Kerja yang sebesar 180,8 Triliun Rupiah dan Kredit Konsumsi sebesar 208,9 Triliun Rupiah (Bank Indonesia, 2007). Pendapatan per kapita memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Nilai koefisien dari Pendapatan per kapita adalah sebesar Nilai ini menunjukan bahwa peningkatan pendapatan per kapita sebesar 1 persen akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa pendapatan per kapita mempunyai pengaruh negatif dengan penyerapan tenaga

15 kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anderson (1982) dalam Lamadlau (2006) menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM. Hal tersebut dikarenakan bahwa kenaikan pendapatan per kapita di negara berkembang kemungkinan dipengaruhi oleh sektor diluar UKM yaitu sektor usaha besar. Terbukti dengan sumbangan PDB nasional yang masih didominasi oleh usaha besar dibandingkan dengan usaha kecil. Sehingga dengan kondisi tersebut, jika ada kenaikan baik itu dari segi nilai tambah, kuantitas ataupun proporsi diluar UKM maka akan mempengaruhi pangsa tenaga kerja UKM. Dimana pada kondisi tersebut terdapat kemungkinan bahwa terdapat peningkatan penyerapan tenaga kerja pada usaha besar. A. Analisa Faktor-faktor Pendukung Pengaruh Penerapana E-Commerce terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bandung Peranan UKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu diindikasikan dengan pertumbuhan PDB UKM. Pertumbuhan PDB UKM dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tenaga kerja UKM (TK), investasi UKM (I) dan nilai ekspor UKM (EKS). Hasil estimasi model ditunjukan dalam Tabel 5.2. berikut ini : Tabel 5.2. Hasil Regresi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi Variable Coefficient Probability C LOG_TK LOG_I LOG_EKS R-squared Adjusted R-squared F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) Keterangan : Taraf Nyata α=0,05(5%)

16 Berdasarkan hasil pendugaan parameter Tabel 5.2., hasil analisis regresi menunjukan bahwa persamaan ini memiliki kecocokan model yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai koefisien determinasi (R 2 ) pada persamaan pertumbuhan ekonomi bernilai (98,16 %). Artinya bahwa faktor- faktor pertumbuhan ekonomi seperti Tenaga Kerja pada sektor UKM, Investasi UKM, Ekspor UKM dan Jumlah Unit UKM yang terdapat dalam model dapat menjelaskan keragaman sebesar 98,16 persen dan sisanya 1,83 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukan oleh nilai statistik uji-t menunjukan bahwa dua variabel (Prob < 0,05) berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen. Variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah Tenaga Kerja sektor UKM dan Investasi UKM. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh secara signifikan yaitu Ekspor UKM. Uji-f menunjukan hasil yang baik. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas F sebesar yang nilainya lebih kecil dari taraf nyata 0,05. Hal ini berarti bahwa pengaruh yang ditimbulkan keseluruhan variabel penjelas secara serempak terhadap variabel independent adalah baik. Artinya dari ketiga variabel independent dalam model tersebut setidaknya ada satu variabel yang berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi.. Uji ekonometrika dilakukan untuk melihat masalah pada OLS. Pada model persamaan pertumbuhan ekonomi menunjukan bahwa persamaan ini dapat memenuhi kriteria ekonometrika. Hal tersebut dikarenakan pada model persamaan tidak terdapat autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas yang dapat diabaikan dengan uji Klein. Selain itu, uji normalitas menunjukan bahwa pada persamaan ini error term terdistribusi

17 normal ( Hasil dapat dilihat pada Lampiran 4 ). Pembahasan ekonomi untuk melihat kesesuaian hasil analisis dengan teori ekonomi. Pada uji ini yang dilihat adalah tanda serta nilai dari koefisien variabel bebas, seperti dapat dilihat pada Tabel 5.2. Nilai Tenaga Kerja memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien dari Tenaga Kerja adalah Nilai tersebut menunjukan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 1 persen akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar persen. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu penentu pertumbuhan ekonomi. Semakin produktif tenaga kerja semakin tinggi pula nilai tambah dan output yang dihasilkan. Tenaga kerja dipandang sebagai faktor produksi yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya guna faktor produksi lainnya seperti dalam pengelolaan usaha dan pemanfaatan modal. Nilai Investasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Nilai koefisien dari Investasi adalah Nilai tersebut menunjukan bahwa peningkatan Investasi sebesar 1 persen maka akan meningkatkan PDB sebesar persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa investasi mempunyai hubungan yang positif dengan pertumbuhan ekonomi karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi yang ditanamkan pada sektor UKM dapat mendorong kenaikan output dan permintaan input sehingga berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang selanjutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Sesuai teori ekonomi makro salah satu unsur yang mempengaruhi PDB adalah investasi dimana jika terjadi peningkatan investasi juga akan

18 meningkatkan PDB. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan teori Harrod-Domar bahwa investasi mempunyai pengaruh yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan investasi akan meningkatkan nilai tambah atau penghasilan untuk masa datang karena nilai tambah suatu investasi akan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil dapat dirujuk dengan melihat Tabel 1.3. dan Tabel 4.2. Dari keempat variabel bebas terdapat satu variabel bebas yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu Nilai Ekspor UKM. Hal tersebut dikarenakan nilai probabilitas Nilai Ekspor yang lebih besar dari taraf nyata. Ekspor berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi karena hampir sebagian besar ekspor di Indonesia masih bergantung dengan input impor sehingga nilai ekspor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif (1993) yang menyatakan bahwa jika ekspor masih bergantung pada input impor maka pengaruhnya tidaklah nyata terhadap PDB. Ekspor dapat berpengaruh nyata terhadap PDB jika kandungan input impornya kecil. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi kondisi ekspor di Indonesia yang masih didominasi oleh nilai ekspor usaha besar sehingga salah satu hal yang mempengaruhi tidak berpengaruhnya ekspor UKM adalah sumbangan dan kontribusinya yang masih rendah. Tabel 5.3. Ekspor Barang Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun (Juta Rupiah) Tahun Kecil Menengah Besar Jumlah (3,92) (4,04) (4,04) (10,82) (13,18) (11,59) (85,26) (82,78) (84,37) (100) (100) (100)

19 Sumber (%) (4,04) (3,92) (3,89) (11,77) (11,51) (11,80) (84,19) (84,57) (84,31) (100) (100) (100) : Departemen Koperasi, 2007 Keterangan : dalam kurung ( ) menunjukan persentase Berdasarkan Tabel 5.3. diketahui perbandingan kontribusi dari ekspor usaha kecil, menengah dan besar. Mulai tahun 2001 hingga 2006 menunjukan meskipun tiap tahunnya secara nominal menunjukan pertumbuhan, akantetapi rata-rata setiap tahunnya berdasarkan proporsi usaha adalah tetap. Usaha kecil dan menengah mempunyai proporsi yang lebih kecil dibandingkan usaha besar, khususnya usaha kecil yang mempunyai proporsi yang sangat rendah. Hal tersebut dapat mengindikasikan rendahnya produktivitas UKM dalam ekspor sehingga mengakibatkan rendahnya kontribusi UKM dalam ekspor nasional. Rendahnya produktivitas pada ekspor UKM dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya yaitu yang paling dominan adalah terdapat hambatan dalam birokrasi dan masih rendahnya kualitas atau mutu barang yang dihasilkan.

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 No. 21 / VII / 24 Maret 2004 INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003 (Disusun melalui kerjasama BPS dan Kementerian Koperasi dan UKM) Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dapat dipandang

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

V. PEMBAHASAN Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi V. PEMBAHASAN 5.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penanaman Modal Asing di Kota Cimahi Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi penanaman modal asing di Kota Cimahi adalah dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN 1995 2013 Naskah Publikasi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Estimasi Parameter Model Metode yang digunakan untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur adalah dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan 53 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan diteliti adalah data sekunder, berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami 44 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Menurut Laporan Perekonomian Indonesia dari Bank Indonesia (2003-2007) perekonomian ekonomi Indonesia pada tahun 2003 hingga 2007 mengalami

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared. V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil estimasi dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam tiga pemaparan umum yaitu pemaparan secara statistik yang meliputi pembahasan mengenai hasil dari uji statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008 BADAN PUSAT STATISTIK No.43/08/Th. XI, 14 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II- Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2012 TUMBUH 7,63 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan Pertumbuhan ekonomi di suatu daerah selalu digunakan sebagai salah satu indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 214/11/21/Th.V, 5 Nopember 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2010 TUMBUH 1,23 PERSEN PDRB Kepri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013 A. PDRB PROVINSI KEPULAUAN RIAU MENURUT LAPANGAN USAHA I. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2013 No. 75/11/21/Th.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang harus dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perbedaan dari varian residual atas observasi. Di dalam model yang baik tidak BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Kualitas Data A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Heterokedastisitas Heteroskedastisitas memberikan arti bahwa dalam suatu model terdapat perbedaan dari varian residual

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 No. 12/VII/16 Februari 2004 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2003 PDB INDONESIA TAHUN 2003 TUMBUH 4,10 PERSEN! PDB Indonesia selama tahun 2003 meningkat sebesar 4,10 persen dibandingkan tahun 2002.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.145/11/21/Th.IV, 10 November 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009 PDRB KEPRI TRIWULAN III TAHUN 2009 TUMBUH 1,90 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 79/11/21/Th.IX, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III PDRB KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TUMBUH 6,15 PERSEN (c to c) PDRB Kepulauan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 30/05/21/Th.VI, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2011 TUMBUH 0,23 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/08/31/Th.IX, 15 AGUSTUS 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001

PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 No. 07/V/18 FEBRUARI 2002 PERPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2001 PDB INDONESIA TAHUN 2001 TUMBUH 3,32 PERSEN PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG 4.1. Indikator Kependudukan Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen No. 62/11/75/Th. VII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen PDRB Provinsi Gorontalo triwulan III-2013 naik 2,91 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Belajar dari pembangunan negara maju, muncul keyakinan banyaknegara berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1

Daftar Isi. Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... vii 1. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Isu-isu Pokok Pembangunan Ekonomi Daerah... 2 1.1.2 Tujuan... 5 1.1.3 Keluaran... 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. demografi, dan sosial terhadap pengeluaran konsumsi rumahtangga. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Statistik Deskriptif Analisis ini digunakan untuk memberikan gambaran umum dari variabel penelitian yang digunakan Analisis diskriptif bersifat pemaparan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 No. 19/05/31/Th. X, 15 Mei 2008 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I tahun 2008 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8% VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah Irigasi Teknis di Provinsi Jawa Barat Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh pada Tabel 16 menunjukkan bahwa model yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.177/05/21/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB KEPRI TRIWULAN I TAHUN 2010 TUMBUH 1,16 PERSEN PDRB Kepri pada triwulan I tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT

ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT ANALISIS KONSUMSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA BARAT Nurhuda. N, Sri Ulfa Sentosa, Idris Program Magister Ilmu Ekonomi Universitas Negeri Padang Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 No. 45/08/72/Th. XVI, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci