PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Susantina NIM : PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4 PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan kepada: Ayah dan ibu ku tercinta, kakak dan adikku yang ku sayang, keluarga-keluarga Katolik yang ada di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat dan keluarga-keluarga yang berada di Muara Batuq Kalimantan Timur iv

5 MOTTO Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." (Mat 19:6;6:34;) Jangan pernah menyerah untuk mencoba dan Jangan pernah mencoba untuk menyerah karena hidup itu ibarat ice cream nikmatilah sebelum mencair v

6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8 ABSTRAK Judul skripsi adalah PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR. Judul skripsi ini bertitik tolak dari situasi keluarga muda Katolik di Paroki Santo Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Dewasa ini banyak keluarga muda yang mengalami berbagai tantangan hidup yang berdampak pada munculnya persoalan-persoalan rumah tangga. Dalam Gereja keluarga dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah namun keluarga juga dihadapkan pada tantangan untuk menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat luas (duniawi). Sakramen perkawinan yang melambangkan bersatunya Allah dalam kehidupan kedua suami-istri menjadi sumber kekuatan yang dihayati oleh kedua suami-istri dalam hidup keluarganya. Dalam iman inilah suami bisa memandang istri bukan sebagai teman hidup saja, melainkan sebagai uluran tangan Tuhan yang ingin mengasihi dirinya, sehingga suami atau istri dapat menjadi tanda penampakan Tuhan secara konkret. Oleh karena keluarga diharapkan dapat mewujudnyatakan sakramen perkawinan sebagai tanda dan sarana kehadiran Allah maka dalam Gereja dibuatlah persiapan-persiapan bagi pasangan-pasangan yang akan memasuki kehidupan perkawinan. Salah satu bentuk persiapan tersebut adalah Kursus Persiapan Perkawinan. Lalu apakah KPP berperan dalam upaya membangun hidup iman keluarga muda khususnya keluarga muda di Paroki Santo Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Untuk menjawab permasalahan tersebut penulis menguraikan skripsi ini dalam lima bab. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. Bab II memaparkan kursus perkawinan dan pentingnya kursus perkawinan dalam mempersiapkan keluarga Katolik beriman. Bab III mengenai penelitian yang membahas mengenai KPP yang diikuti oleh calon pasangan suami-istri di Paroki Santo Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur beserta laporan hasil penelitian dan pembahasannya. Bab IV berisi program rekoleksi keluarga sekaligus dengan penjabarannya. Pada bagian akhir dari bab tersebut penulis menjabarkan satu contoh rencana pelaksanaan rekoleksi yang dapat menjadi referensi dari pelaksanaan program yang telah dibuat. Model rekoleksi dipilih oleh penulis karena alasan praktis dan cocok untuk kondisi umat yang ada di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Bab V berisi kesimpulan dan saran dari keseluruhan isi karya tulis. viii

9 ABSTRACT This study has as title THE ROLE OF THE PREPARATORY COURSE FOR MARRIAGE IN FOSTERING THE LIFE OF FAITH AMONG YOUNG FAMILIES IN SAINT MARK PARISH, MELAK, WEST KUTAI, EAST KALIMANTAN. This title stems from the situation of young Catholic families in St. Mark Parish, Melak, West Kutai, East Kalimantan. Nowadays many young families are facing various challenges of life, as seen from the problems arising within family life. In the Church, a family is called to announce the Reign of God precisely by living as an inseparable part of the world society. The Sacrament of Matrimony which symbolizes the union of God with the life of the couple constitutes a source of strength for both husband and wife. In faith both persons can look at each other not only as a companion in life, but as an extension of God s love for him or her, so that both as a couple will be able to manifest God in a concrete way. In view of this, in the Church steps have been taken to prepare prospective bride and bridegroom for family life. One of these measures is to set up the so called Preparatory Course for Marriage. The question then arises, whether this course will play a significant role in the young families in St. Mark Parish, Melak, West Kutai, East Kalimantan. To answer this question the author divides this study into five chapters. Chapter One consists of the background and the problematics of the writing, as well as the aim and the benefit of such a study. The chapter ends with an outline of this study. Chapter Two explains the importance of the Preparatory Course for Marriage for disposing the couples toward building a believing family. Chapter Three contains a report and discussion on a research done on this regard by the author in St. Mark Parish, Melak, West Kutai, East Kalimantan. Chapter Four proposes an overall program for recollection intended to be participated by those young families. At the end of this chapter the author presents an example of a session of this program, which can be taken as a reference for executing the rest of the program. This model of a recollection has been chosen out of practical considerations and it is supposed to suit well the condition of the faithful in the aforementioned parish. Finally, Chapter Five presents the conclusion of this study as well as some suggestions for the future. ix

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih dan penyertaan-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR. Skripsi ini berawal dari keprihatinan penulis mengenai situasi keluargakeluarga muda Katolik di Paroki Santo Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur yang menghadapi berbagai tantangan hidup dan berdampak pada munculnya persoalan-persoalan rumah tangga. Sedangkan pada dasarnya keluarga-keluarga dipanggil untuk mewartakan Kerajaan Allah walau tidak sedikit juga dihadapkan pada tantangan, godaan, tawaran kerajaan duniawi yang mempengaruhi kehidupan keluarga-keluarga tersebut kearah yang kurang baik. Karena menyadari bahwa pernikahan dan keluarga termasuk nilai-nilai manusiawi yang paling berharga, maka Gereja turut ambil bagian dengan menawarkan bantuan kepada mereka yang sudah menyadari nilai pernikahan serta keluarga, dan berusaha menghayatinya dengan setia, kepada mereka yang sedang ragu-ragu serta gelisah dan mencari kebenaran, maupun kepada mereka yang secara tidak adil dihalang-halangi, supaya jangan secara bebas menghayati hidup keluarga mereka. Oleh karena itu skripsi ini dimaksudkan untuk membantu Gereja dalam membantu keluarga-keluarga muda untuk dapat menghayati kehidupan beriman keluarganya dengan baik. x

11 Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. C. B. Putranta, SJ selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan dorongan serta meluangkan waktu dalam membimbing penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran serta memberikan masukan-masukan, saran juga motivasi bagi penulis dalam menyusun skripsi ini. 2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji yang selalu memotivasi dan mengingatkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Y. Supriyati, M.Pd. sebagai dosen pembimbing akademik yang terusmenerus serta dengan sabar mendampingi penulis sampai selesainya penulisan skripsi ini. 4. Drs. H.J Suhardiyanto, SJ sebagai kaprodi IPPAK USD yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 5. P. Drs. F.X Heryatno W.W.,SJ.,M.Ed sebagai dosen yang selalu memberikan perhatian dan juga motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. 6. Segenap staf dosen Prodi IPPAK-FKIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini. xi

12 7. Segenap staf sekretariat dan perpustakaan Prodi IPPAK dan Perpustakaan Kolsani, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. 8. Kepada Pastor Ambros Pantola, SVD selaku Pastor Paroki di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di Paroki tersebut dan berkenan memberikan masukanmasukan demi kelancaran dan kelengkapan materi penulisan skripsi ini. 9. Keluarga-keluarga yang telah dengan ikhlas mengisi Kuesioner penulis dengan baik. 10. Ayah dan ibu ku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi baik secara materi maupun yang non materi, serta dukungan doa-doa yang tulus. 11. Saudara-saudariku Atissakenah, Syahbayan, Yohanes Kandam, Maria Rina Nailin, Samuel Prayitno Licing, Karmanto, Dianto serta semua saudara-saudari penulis yang ada di Kutai Barat yang selalu berdoa untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Nenek dan Kakek di Linggang Bigung dan Sakaq Tada, Om Gun, Iful, Ran, Darmawijaya, Jam, Abiet, Alex, tante Ocha, Chia, Celin, Pami, Minar yang selalu memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi. 13. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2006/2007 yang turut memberikan motivasi kepada penulis dalam penulisan skripsi ini xii

13 14. Yohanes Baptista S, Sisilia Lun, Oliva, Hiping, Odete Soares, Agatha, Hermas dan Ana yang selama ini dengan tulus memberikan dukungan cinta, dan perhatian hingga selesainya skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna serta memerlukan kritik serta saran yang membantu juga membangun. Akhirnya penulis berharap agar skripsi ini dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang memiliki perhatian terhadap perkembangan iman keluarga terutama keluarga-keluarga muda. Yogyakarta, 10 Maret 2011 Penulis Susantina xiii

14 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xiv DAFTAR SINGKATAN... xviii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penulisan... 1 B. Rumusan Permasalahan... 6 C. Tujuan Penulisan... 6 D. Manfaat Penulisan... 7 E. Metode Penulisan... 7 F. Sistematika Penulisan... 7 BAB II. PENTINGNYA KURSUS PERKAWINAN DALAM MEMPERSIAPKAN KELUARGA KATOLIK YANG BERIMAN A. Arti, Hakekat, Ciri-Ciri Perkawinan dan Persoalanpersoalan yang sering muncul dalam perkawinan Pengertian Perkawinan xiv

15 2. Hakekat Perkawinan a. Persekutuan Hidup dan Cinta b. Perkawinan Merupakan Lembaga Sosial c. Perkawinan Merupakan Lembaga Hukum Negara. 18 d. Perkawinan Merupakan Sakramen (antara dua orang Pria dan Wanita yang Dibaptis) Tujuan Perkawinan Katolik Ciri-Ciri Perkawinan Katolik Persoalan/Permasalahan yang Sering Muncul Dalam Perkawinan B. Kursus Persiapan Perkawinan Pengertian Kursus Persiapan Perkawinan Tujuan Kursus Persiapan Perkawinan Relevansi Kursus Perkawinan di Masyarakat Pentingnya Kursus Persiapan Perkawinan C. Keluarga Keluarga Muda Hidup Iman Keluarga yang Kontekstual Membangun Keluarga Kristiani yang Kontekstual BAB III. PENELITIAN TENTANG KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR A. Situasi umum Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Sejarah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur xv

16 2. Letak dan Situasi Geografis Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Situasi Umat Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur a. Jumlah Umat Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur b. Situasi Sosial-ekonomi Umat Paroki Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur B. Persiapan penelitian Latar Belakang Penelitian Rumusan Permasalahan Tujuan Penelitian Metode Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Responden Penelitian Instrumen Penelitian a. Kuesioner b. Wawancara/interview Variabel Penelitian C. Laporan Hasil Penelitian Laporan Hasil Kuesioner Laporan Hasil Wawancara D. Pembahasan Hasil Penelitian E. Rangkuman Hasil Penelitian BAB IV. USULAN PROGRAM REKOLEKSI PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA MUDA PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR xvi

17 A. Latar Belakang Penyusunan Program Rekoleksi B. Usulan Program Rekoleksi C. Contoh Satuan Pelaksanaan Rekoleksi BAB V. KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian... (1) Lampiran 2 : Soal-soal Kuesioner... (2) Lampiran 3 : Daftar Pertanyaan Wawancara... (9) Lampiran 4 : Tabel Hasil Penelitian... (10) Lampiran 5 : Foto-foto Gereja Paroki St.Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur... (13) xvii

18 DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende:Arnoldus, 1984/1985, Hal 8. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja FC : Familiaris Consortio, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II Tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, tanggal 22 November 1981 GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, tanggal 7 Desember 1965 KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983 C. Singkatan Lain ABRI Art Dok KB : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia : Artikel : Dokumen : Keluarga Berencana xviii

19 KK KPP KWI LCD MSF PASUTRI PNS POLRI RT RW UU VCD : Kepala Keluarga : Kursus Persiapan Perkawinan : Komisi Waligereja Indonesia : Liquid Crystal Display : Missionarii A Sacra Familia (Misionaris Keluarga Kudus) : Pasangan Suami-Istri : Pegawai Negeri Sipil : Polisi Republik Indonesia : Rukun Tetangga : Rukun Warga : Undang-Undang : Video Compact Disk xix

20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Hidup keluarga yang beriman, bahagia, dan sejahtera, merupakan impian semua pasangan suami-istri dalam membangun hidup berkeluarga, begitu pula untuk keluarga-keluarga Katolik. Banyak pasangan suami-istri yang rela melakukan apa saja demi mempertahankan keutuhan keluarganya. Namun kenyataannya pada saat ini banyak keluarga-keluarga yang gagal membangun impian dan harapan tersebut, banyak suami-istri bercerai, anak-anak yang hidup terpisah karena masalah orang tua, anak yang kecewa terhadap orang tua kemudian pergi meninggalkan rumah dan lain sebagainya. Permasalahan tersebut kebanyakan disebabkan oleh pengertian akan martabat perkawinan yang semakin kabur, tidak dihargai dengan semestinya oleh kedua pasangan suami-istri, nilai luhur dari persekutuan cinta semakin direndahkan. Dewasa ini, banyak pasangan suami-istri Katolik yang menikah tanpa dibekali persiapan yang cukup misalnya: menikah dalam usia muda, kurang mendapat pembekalan mengenai hidup berkeluarga. Pada umumnya pasangan yang menikah tanpa persiapan yang matang ketika menghadapi situasi atau masalah yang sulit dalam kehidupan berumah tangga akan merasa kesulitan dan kurang dapat mengambil keputusan dengan bijaksana, kurang mampu mengarahkan keluarganya kepada keluarga yang sungguh-sungguh dapat diharapkan. Hal inilah yang menjadi

21 2 keprihatinan penulis bahwa betapa rapuhnya pondasi rumah tangga keluargakeluarga yang kurang mendapat pembekalan yang memadai mengenai hidup berkeluarga. Sehingga tidak jarang pasangan suami-istri mengambil keputusan yang salah dalam menyelesaikan masalah dalam keluarga yang dihadapi. Oleh karena itu alangkah baiknya apabila kedua calon pasangan suami-istri sebelum menikah terlebih dahulu sudah mendapatkan bekal yang cukup dalam hal mempersiapkan keluarga yang baik dan sungguh-sungguh berdasarkan kepada ajaran Gereja. Dalam Gereja pembekalan untuk calon pasangan yang akan menikah dikenal dengan Kursus Persiapan Perkawinan yang selanjutnya dalam tulisan akan disingkat KPP. Penghayatan yang baik mengenai makna KPP yang telah diterima dalam kehidupan berkeluarga Katolik sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan keluarga tersebut selanjutnya. Dalam KPP, semua hal yang berhubungan dengan hidup berkeluarga akan akan diberikan kepada calon pasangan suami-istri. Seperti yang dinyatakan dalam Konsili Vatikan II yang secara khusus memberikan perhatian terhadap keutuhan keluarga, para uskup mencemaskan keutuhan keluarga-keluarga terutama keluarga Kristiani seperti yang dinyatakan dalam dokumen Gaudium et Spes : Akan tetapi tidak di mana-mana martabat lembaga itu sama-sama berseri semarak, sebab disuramkan oleh poligami, malapetaka perceraian, apa yang disebut percintaan bebas, dan cacat cedera lainnya. Selain itu cinta perkawinan sering dicemarkan oleh cinta diri, gila kenikmatan dan ulah cara yang tidak halal melawan timbulnya keturunan. Kecuali itu situasi ekonomis, sosio-psikologis dan kemasyarakatan dewasa ini menimbulkan gangguan-gangguan yang tidak ringan terhadap keluarga. Akhirnya diwilayah-wilayah tertentu dunia ini dengan cukup prihatin disaksikan

22 3 munculnya masalah akibat pertambahan penduduk. Itu semua serba menggelisahkan suara hati (Art. 47) Berdasarkan kutipan tersebut dapat kita lihat perhatian Gereja kepada perkembangan keluarga sangatlah besar. Gereja sangat prihatin terhadap apa yang dialami oleh keluarga-keluarga belakangan ini. Pada saat ini keluarga sudah bukan lagi menjadi tempat yang paling nyaman untuk manusia karena dalam keluarga begitu kompleksnya permasalahan-permasalahan yang terkadang tidak dapat diselesaikan oleh kedua pasangan suami-istri sehingga berimbas kepada anggota keluarga yang lain seperti anak-anak. Keluarga yang baik perlu dipersiapkan lama karena keadaan keluarga yang baik merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah keluarga. Keadaan keluarga yang baik akan tercipta apabila pasangan suami-istri mempunyai kesadaran dan penghayatan yang sama akan makna dari sebuah perkawinan dan rumah tangga yang dijalaninya, sehingga keduanya akan mempunyai tujuan yang sama dalam membangun masa depan keluarga. Keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat dan juga basis terkecil dalam Gereja. Keluarga yang baik dan harmonis akan sangat membantu terciptanya suatu tatanan hidup yang baik di dalam masyarakat maupun keterlibatan hidup menggereja. Orang tua menjadi contoh tersendiri dalam membimbing dan mengajarkan anggota keluarga kepada hidup yang sesuai dengan norma-norma dan agama serta menjadi teladan utama untuk menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam diri setiap anggota keluarganya.

23 4 Kesejahteraan anggota keluarga menjadi pertimbangan awal bagi kedua pasangan yang sudah direncanakan sejak lama sebelum mereka menikah dan menjadi tujuan utama dalam sebuah keluarga. Perkawinan yang tidak dipersiapkan dengan baik dapat mengakibatkan keutuhan rumah tangga yang dibangun menjadi rapuh misalnya kurang bijaksana dalam menyikapi suatu masalah. Maka oleh sebab itu sangatlah penting penghayatan perkawinan dengan rencana yang sedemikian matang untuk semua pasangan keluarga muda yang akan membangun sebuah bahtera rumah tangga sehingga mampu dengan bijaksana menyikapi segala hal atau masalah yang terjadi dalam kehidupan keluarganya. Sayangnya pada saat ini banyak keluarga-keluarga Katolik yang kurang menghayati sakramen perkawinan dalam hidup berkeluarga hal ini banyak terjadi justru pada pasangan-pasangan muda yang usia perkawinannya belum terlalu lama. Pada umumnya calon pasangan suami-istri Katolik tidak begitu memperhatikan, tidak begitu memperdulikan betapa pentingnya KPP bagi mereka. Kebanyakan dari calon pasangan suami-istri mengikuti KPP hanya sebagai persyaratan untuk dapat menerima Sakramen Perkawinan saja. Lebih ironis lagi apabila calon pasangan itu sudah mengalami kecelakaan atau hamil diluar nikah dan ingin untuk segera menikah, maka kemungkinan untuk mengikuti KPP tidak akan ada, bahkan kalaupun ada bukan dalam bentuk KPP, tetapi lebih hanya dalam bentuk nasihatnasihat saja oleh Pastor Paroki, Katekis atau orang yang ditugaskan. Padahal calon pasangan suami-istri yang akan menikah akan menghadapi kehidupan, tantangan hidup berkeluarga yang sama seperti yang lain.

24 5 Seperti halnya keluarga-keluarga muda yang ada di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur banyak pasangan-pasangan yang menikah tanpa persiapan yang matang, hanya dua atau tiga kali pertemuan menjelang upacara perkawinan, terkadang waktu yang disediakan oleh calon suami-istri tersebut menjelang perkawinan begitu pendek/singkat sehingga tidak mempunyai waktu yang cukup untuk pembekalan yang selayaknya bagi pasangan yang akan menikah. Pasangan yang menikah diharapkan sudah siap dalam segala hal baik itu dari fisik maupun mental namun kebanyakan keluarga-keluarga muda saat ini sudah siap secara fisik namun secara mental mereka belum siap misalnya belum siap dalam arti belum mengerti mengenai apa itu hidup berkeluarga, bagaimana mendidik anak yang baik dalam keluarga, kurang dapat menghayati makna sebuah perkawinan itu sendiri yaitu antara pria dan wanita yang monogam dan tak terceraikan. Paroki St. Makus Melak merupakan salah satu Paroki yang berada di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur, terletak di pusat kabupaten dengan jumlah umat yang cukup banyak. Umat Paroki St. Markus Melak berada di Stasiistasi, karena Paroki St. Markus Melak sangat luas sehingga terkadang pelayanan terhadap sakramen perkawinan tidak maksimal, misalnya saja apabila ada calon pasangan suami-istri yang akan menikah bertempat tinggal di daerah atau stasi yang jauh dari Paroki maka mereka tidak akan bisa mengikuti KPP secara teratur, bahkan tidak jarang calon pasangan suami-istri itu mendapat KPP singkat dari Pastor Paroki pada saat yang sama ketika akan melangsungkan upacara perkawinan.

25 6 Berawal dari keprihatinan yang ada dikalangan keluarga-keluarga muda di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur inilah penulis kemudian mengambil judul: PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR B. Rumusan Permasalahan 1. Apakah makna perkawinan Katolik bagi keluarga-keluarga muda? 2. Sejauhmana keluarga-keluarga muda Katolik sudah mencerminkan hidup keluarga Kristiani dalam kehidupan berkeluarganya? 3. Apa saja permasalahan yang mereka hadapi dalam membangun hidup iman dalam keluarga? 4. Apa peranan KPP bagi pasangan suami-istri Katolik dalam membina kehidupan keluarganya? C. Tujuan Penulisan 1. Menguraikan makna perkawinan agar keluarga-keluarga Katolik terbantu dalam menghayatinya. 2. Membantu keluarga-keluarga muda Katolik agar semakin siap dalam membangun hidup berkeluarganya sesuai dengan nilai-nilai Kristiani 3. Memaksimalkan peranan KPP dalam membantu kesiapan calon pasangan suami-istri menjalani hidup berkeluarga.

26 7 D. Manfaat Penulisan 1. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam bagi penulis tentang makna dan peranan Sakramen Perkawinan bagi kehidupan berkeluarga Katolik 2. Memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan usaha membangun hidup iman dalam keluarga bagi keluarga muda di Paroki St. Markus Melak. 3. Memberi sumbangan pemikiran bagi Paroki St. Markus Melak dalam meningkatkan peran penghayatan KPP untuk membangun basis-basis kuat dalam Gereja yang berdasarkan nilai-nilai Kristiani dalam keluarga. E. Metode Penulisan Metode yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis. Yaitu penulisan yang memanfaatkan studi kepustakaan dan penelitian lapangan yang dapat membantu demi tercapainya penulisan skripsi ini. F. Sistematika Penulisan Judul skripsi ini adalah: PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR. Berdasarkan judul tersebut penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I yang merupakan pendahuluan dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, manfaat, metode, dan yang terakhir adalah sistematika penulisan yang merangkum keseluruhan isi skripsi.

27 8 Pada Bab II ini penulis membagi pokok bahasan kedalam tiga bagian. Bagian pertama penulis akan membahas mengenai arti, hakekat, ciri-ciri dan persoalanpersoalan yang sering muncul dalam perkawinan seperti: masalah karena kesulitan ekonomi, kesulitan dalam hal relasi sebagai suami-istri, kondisi anak-anak, kesulitan berelasi dengan masyarakat, kesulitan membangun relasi dengan Tuhan. Bagian kedua ini oleh penulis akan dibahas mengenai: pengertian, tujuan, relevansi, serta pentingnya KPP di masyarakat. Keluarga yang baik perlu dipersiapkan lama sebab keluarga yang baik adalah faktor utama untuk keselamatan (kesejahteraan), baik pribadi, masyarakat maupun Gereja, pengertian mengenai martabat perkawinan dan hidup berkeluarga harus jelas bagi muda-mudi, lebih-lebih di era globalisasi yang diwarnai oleh media masa yang begitu kuat pengaruhnya, seperti: radio, televisi, dunia maya, film, majalah, dsb. Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum menikah tentunya mempunyai tujuan agar keluarga yang kelak dibangun menjadi keluarga yang sungguh-sungguh mengenal dan beriman kepada Allah serta sesuai dengan harapan bangsa juga Gereja. Oleh karena itu ada baiknya kita mengenal dan memahami apa yang dimaksudkan dengan keluarga. Pada bagian ketiga dibahas mengenai keluarga pembahasan ini mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan keluarga muda seperti: keluarga muda, hidup iman keluarga yang kontekstual, dan membangun keluarga Kristiani yang kontekstual. Dalam Bab III skripsi ini penulis membahas mengenai penelitian terhadap peranan KPP dalam membangun hidup iman keluarga muda. Pada Bab III ini penulis akan membagi kedalam tiga bagian pokok bahasan yaitu pada bagian yang pertama

28 9 penulis akan memberikan gambaran mengenai Situasi umum Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur yang terdiri atas sejarah, letak dan situasi geografis, situasi umat, situasi sosial-ekonomi Umat Paroki Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Kemudian bagian kedua adalah mengenai: persiapan penelitian yang didalamnya mencakup latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan penelitian, metode penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, variabel penelitian. Variabel penelitian yang akan dibahas adalah: pastoral keluarga, pemahaman tentang hubungan suami-istri, kepedulian terhadap perkembangan iman dalam keluarga, keterlibatan keluarga dalam hidup menggereja, keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat dan kebudayaan yang berpengaruh terhadap pemikiran pasangan suami-istri tentang perkawinan, variabel yang terakhir adalah tanggapan mengenai KPP di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Bab IV penulis merencanakan sebuah program untuk pendampingan keluarga. Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang penyusunan program, materi program, dan penjabaran program KPP. Dalam bagian terakhir akan diberikan satu contoh rencana pelaksanaan rekoleksi yang akan dilaksanakan. Bab V pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis sehubungan dengan usaha untuk menggali pentingnya KPP untuk membantu pasangan suami-istri dalam mempersiapkan hidup berkeluarga yang berdasarkan nilai-nilai Kristiani sebagai keluarga Katolik di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur.

29 BAB II PENTINGNYA KURSUS PERKAWINAN DALAM MEMPERSIAPKAN KELUARGA KATOLIK YANG BERIMAN Hidup berkeluarga yang beriman, harmonis dan langgeng selalu menjadi impian semua pasangan suami-istri. Untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah, membutuhkan perjuangan, pengorbanan, dan melewati berbagai tahapan-tahapan yang tidak gampang. Dalam membangun hidup berkeluarga dibutuhkan kesadaran untuk rela berkorban bukan hanya dari satu pasangan saja melainkan oleh keduanya untuk saling mendukung, memahami, dan mengerti. Pada Bab II ini penulis membagi pokok bahasan kedalam tiga bagian. Bagian pertama penulis akan membahas mengenai arti, hakekat, ciri-ciri dan persoalanpersoalan yang sering muncul dalam perkawinan seperti: masalah karena kesulitan ekonomi, kesulitan dalam hal relasi sebagai suami-istri, kondisi anak, kesulitan berelasi dengan masyarakat, kesulitan membangun relasi dengan Tuhan. Bagian kedua dalam bab II akan dibahas mengenai: pengertian, tujuan, relevansi, serta pentingnya KPP di masyarakat. Keluarga yang baik perlu dipersiapkan lama sebab keluarga yang baik adalah faktor utama untuk keselamatan (kesejahteraan), baik pribadi, masyarakat maupun Gereja, pengertian mengenai martabat perkawinan dan hidup berkeluarga harus jelas bagi muda-mudi, lebih-lebih di era globalisasi yang diwarnai oleh media masa yang begitu kuat pengaruhnya, seperti: radio, televisi, dunia maya, film, majalah, dsb. Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum

30 11 menikah tentunya mempunyai tujuan agar keluarga yang kelak dibangun menjadi keluarga yang sungguh-sungguh mengenal dan beriman kepada Allah serta sesuai dengan harapan bangsa juga Gereja. Oleh karena itu ada baiknya kita mengenal dan memahami apa yang dimaksudkan dengan keluarga. Pada bagian ketiga dibahas mengenai keluarga pembahasan ini mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan keluarga muda seperti: keluarga muda, hidup iman keluarga yang kontekstual, dan membangun keluarga Kristiani yang kontekstual. A. Arti, Hakekat, Ciri-Ciri Perkawinan dan Persoalan-persoalan yang sering muncul dalam perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Dewasa ini pemahaman mengenai hakikat dan makna perkawinan masih sangat kabur, rancu dan barangkali juga keliru. Banyak hal-hal yang mempengaruhi pola pikir pasangan mengenai makna dan hakikat sebuah perkawinan misalnya: kurangnya pendidikan yang integral dan sehat di bidang perkawinan dan seksualitas dari generasi ke generasi, juga karena perkawinan itu sendiri sedang dihayati oleh tidak sedikit pasangan dalam berbagai semangat, bentuk dan cara yang berbeda. Dalam Undang-undang, perkawinan adalah: Ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU Perkawinan).

31 12 Sseorang yang dapat menikah adalah mereka yang sudah cukup umur, mempunyai niat untuk hidup secara bersama-sama, berkembang dalam sebuah komitmen yang serius, ingin mempunyai keturunan dari dirinya sendiri, dan juga dihimbau untuk mengikuti peraturan pemerintah yang telah ditentukan (Undang- Undang yang berlaku) maupun dalam aturan agama yang menyangkut bidang perkawinan. Namun ironisnya pada saat ini banyak sekali pasangan yang melakukan perkawinan tanpa memenuhi semua persyaratan yang telah ditentukan aturan agamanya maupun dari peraturan pemerintah. Dalam kenyataannya hidup perkawinan tidak mudah, banyak hal yang harus dipahami dan dimengerti oleh kedua calon pasangan suami-istri mulai dari memahami tentang makna perkawinan yang sebenarnya sampai kepada hal-hal kecil tentang anak juga harus dipahami oleh kedua pasangan suami-istri yang ingin membangun kehidupan perkawinannya dengan baik. Dalam hidup perkawinan, kedua pasangan mempunyai peranan yang sama untuk membangun keluarga, saling membantu baik dalam memenuhi kebutuhan keluarga maupun untuk masa depan keluarga tersebut kedepannya serta bertanggung jawab dalam pembangunan bangsa dan negara lewat membangun keluarga yang sungguh-sungguh dapat diandalkan. Kedua pasangan mempunyai hak dan kewajibannya masing-masing, tanggung jawab suami sebagai kepala rumah tangga dan tanggung jawab istri sebagai ibu rumah tangga bahkan pemerintah juga sudah mengatur secara khusus hal tersebut dalam Undang-Undang perkawinan. Oleh karena itu nilai sebuah perkawinan begitu luhur dan mulia, sebab itulah itu kedua pasangan yang sudah menikah hendaknya

32 13 menghargai nilai-nilai tersebut dengan saling menghargai dan menjaga serta bersamasama memperkembangkan keluarganya kearah yang dicita-citakan agama, dan bangsa. Perkawinan juga mendapat tempat yang penting dalam hidup beragama, khususnya dalam tradisi Kristiani perkawinan merupakan tanda dan sarana hadirnya Allah dalam hidup umat-nya. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan Allah sendiri adalah kasih. Karena itu panggilan untuk mengasihi merupakan panggilan khas manusia. Manusia mirip dengan Allah jika ia dapat menjadi manusia yang mengasihi dan mencintai sesamanya dan makhluk hidup ciptaan-nya. Menurut Kitab Hukum Kanonik (Kanon 1055) perkawinan adalah perjanjian (feodus, covenant) antara seorang pria dan seorang wanita untuk membantu kebersamaan seluruh hidup. Pengertian ini berdasarkan pada Dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes art. 48, bahwa perkawinan adalah sebagai suatu feodus coniugi (perjanjian nikah), dan bukan lagi sebagai contractus (sebuah kontrak), seperti yang masih kita jumpai dalam Kitab Hukum Kanonik 1917, (Kanon 1012) yang mengatakan: $1. Kristus Tuhan mengangkat kontrak perkawinan antara orang-orang yang dibaptis ke martabat Sakramen $2. Karena diantara orang dibaptis tiada kontrak perkawinan sah yang bukan dengan sendirinya adalah Sakramen (Kanon 1012). Dalam hukum Gereja aspek perjanjian dari perkawinan dideskripsikan dalam dua istilah yaitu feodus (covenant) dan contractus (contract) Kedua istilah ini sebenarnya sama-sama berarti perjanjian, namun masing-masing memiliki arti dan

33 14 kekayaan nuansa yang khas. istilah Contractus/contract adalah gagasan paling tua dalam tradisi kanonik yang mendeskripsikan perkawinan adalah sebuah kontrak istilah ini sudah ada sejak abad ke IX yang terdapat pada hukum romawi. Sedangkan istilah feodus adalah deskripsi dari perkawinan yang lebih dari hanya sebuah kontrak, tetapi sebuah gagasan biblis dan spiritual yang melukiskan relasi antara Yahweh dan Israel, atau menurut Rasul Paulus yaitu relasi antara Kristus dan Gereja-Nya. Kedua arti perkawinan ini memperlihatkan kepada kita bahwa perkawinan mempunyai nilai yang mulia dan khusus dalam hidup manusia karena Yesus telah mengangkat perkawinan kepada martabat Sakramen, sesuatu yang Kudus, agar keluarga yang dibina dalam perkawinan menjadi keluarga yang Kudus karena telah bersatu dalam Yesus Kristus sendiri. (Raharso C, 2006: 21-26). Cinta Kristus menjadi dasar perkawinan Katolik karena dalam hidup perkawinan manusia dituntut untuk saling mencintai sepenuhnya terhadap pasangan dalam persetujuan secara bebas dari keduanya, bahkan jika perlu rela mengorbankan nyawa demi pasangannya seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus yang telah mengorbankan nyawa demi cinta-nya kepada manusia dan ketaatan-nya kepada Bapa. Kristus juga berpesan kepada manusia untuk saling mengasihi satu sama lain, perintah itulah juga yang menjadi dasar perkawinan Katolik untuk saling mengasihi, setia dan penuh cinta (bdk. Yoh 15:9-17; Ef 5:22-23) Persekutuan hidup memberikan arti pula bahwa mereka yang kawin itu menjadi satu hidupnya dan sebagai partner, dalam arti sama hak dan kewajibannya, tidak ada yang lebih tinggi ataupun lebih rendah. Yang paling pokok dalam

34 15 perkawinan adalah persatuan hidup, karena keduanya saling mencintai. Tanpa persatuan hidup (kesatuan dalam cinta) persekutuan perkawinan tidak ada artinya. Perkawinan yang merupakan suatu persekutuan hidup perlu diresmikan/disahkan tetapi bukan berarti hanya sebuah kontrak, perkawinan juga memerlukan kesetiaan antara kedua pasangan, tidak dapat ditarik kembali, dan memerlukan persetujuan bebas dari keduanya. Perkawinan pada hakekatnya adalah komitmen jangka panjang dari kedua pasangan yang tidak dapat dibatalkan walau dengan alasan apapun kecuali kematian. Sebuah perjanjian timbal balik antara seorang pria dan seorang wanita yang digerakkan oleh cinta kasih, karena cinta dan demi cinta Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan sekaligus Allah memanggil mereka untuk saling mencintai, sebagaimana Allah adalah cinta dan hidup didalam persekutuan cinta kasih Tritunggal, demikian juga Allah menaruh dalam hati laki-laki dan perempuan daya dan panggilan untuk mencintai dan membentuk persaudaraan, kesatuan dan persekutuan hidup. Allah sendirilah yang mendirikan perkawinan itu dan menganugerahinya dengan rahmat dan tujuan, maka secara kodratinya perkawinan itu suci (GS 48). Dengan demikian Tuhan sendirilah yang menjadi jaminan stabilitas persekutuan cinta kasih. Cinta kasih suami-istri merupakan dasar perkawinan, ikatan pribadi yang mau diusahakan dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan penyerahan diri secara total.

35 16 2. Hakekat Perkawinan Katolik Hakekat perkawinan Katolik adalah perjanjian/persekutuan personal seluruh hidup antara seorang pria dan wanita yang berdasarkan pada perjanjian cinta kasih menuju kepada kebahagiaan bersama. Perkawinan adalah sebuah perjanjian atau kesepakatan yang mengingatkan akan perjanjian antara Allah dan manusia yang bernuansa cinta kasih. Bentuk perkawinan Katolik persekutuan seluruh hidup antara pria dan wanita yang menyangkut kesatuan hati dan perasaan walaupun mereka adalah dua pribadi yang berbeda. Orang yang melaksanakan perkawinan adalah sungguh-sungguh dalam arti pria dan wanita yang normal, baik secara fisik maupun psikis. Ikatan cinta mesra dan hidup bersama antara suami dan istri yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dilindungi dengan hukum-hukum-nya yang menampakkan cinta kasih Allah kepada umat-nya (GS, 48) Dalam hakekatnya perkawinan Katolik adalah suatu hal yang kompleks yang perlu mendapat perhatian dari semua umat terutama pasangan-pasangan suami-istri Kristiani yang hidup dalam persekutuan cinta bahwa perkawinan adalah: a. Persekutuan Hidup dan Cinta Landasan iman Kristiani adalah cinta Ilahi, manusia beriman kepada Allah karena cinta Allah kepada manusia. Atas dasar cinta jugalah Gereja didirikan oleh karena itu segala kegiatan Gereja seharusnya berdasarkan atas cinta dengan demikian hidup berkeluarga selayaknya berdiri di atas dan di dalam cinta.

36 17 Persekutuan hidup yang menyatukan seorang pria dan seorang wanita dalam kesatuan lahir batin yang mencakup seluruh hidup atas dasar cinta kasih merupakan persekutuan yang sesungguhnya dalam hubungan suami-istri. Persetujuan bebas yang menjadi syarat mutlak dan harus dinyatakan secara jelas di depan saksi-saksi untuk terjadinya dan sahnya perkawinan. Dalam cinta perkawinan, kesetiaan dalam untung dan malang menjadi hal yang utama namun bukan berarti persatuan suami-istri akan selalu bertahan sampai mati atau kedua pasangan tidak akan merasa jenuh atau bosan, tentunya persatuan kedua pasangan dapat berkembang, namun dapat juga mundur, bahkan hancur. Oleh karena itu kedua suami-istri diharapkan dapat menjaga dan memupuk kesatuannya agar tetap awet dan langgeng (Gilarso, T 2008 : 9-10). b. Perkawinan Merupakan Lembaga Sosial Dalam masyarakat umum perkawinan merupakan satu-satunya lembaga yang menghalalkan persekutuan pria dan wanita, hubungan seks dan mendapatkan keturunan. Juga dalam tradisi masyarakat perkawinan merupakan suatu yang amat sangat dijaga dan menjadi perhatian kebanyakan orang, masyarakat kebanyakan tidak akan tinggal diam apabila ada masalah yang terjadi dalam sebuah keluarga misalnya: kekerasan rumah tangga, ketidak adilan dan lain sebagainya. Kasus-kasus seperti ini akan sangat cepat menjadi perhatian masyarakat banyak karena keluarga adalah sel yang sangat penting dalam masyarakat (Gilarso T, 2008 : 10)

37 18 c. Perkawinan Merupakan Lembaga Hukum Negara Perkawinan adalah ikatan resmi yang perlu disahkan karena perkawinan bukan hanya ikatan bebas menurut selera sendiri, bukan sekedar masalah cinta saling cinta, keluarga, melainkan masalah masyarakat sosial, masa depan bangsa oleh karena itu negara mempunyai kewajiban dalam mengatur perkawinan masyarakatnya (Gilarso T, 2008 : 10). d. Perkawinan Merupakan Sakramen (antara dua orang Pria dan Wanita yang Dibaptis) Perkawinan sebagai Sakramen hanya dapat diterima dalam iman, di dalam iman, suami menerima istri bukan hanya sebagai kawan hidup melainkan sebagai uluran tangan Tuhan yang mengasihinya sepenuh hati. Demikian juga dengan istri menerima suami sebagai karunia Tuhan yang akan mengangkat hidupnya menuju kebahagiaan. Perkawinan antara dua orang yang dibaptis (yang telah bersatu secara pribadi dengan Kristus) merupakan perayaan iman Gerejawi, yang membuahkan rahmat bagi kedua mempelai. Rahmat yang mereka terima adalah rahmat yang menguduskan mereka berdua, rahmat yang menyempurnakan cinta dan persatuan antara mereka; dan rahmat yang membantu mereka dalam hidup berkeluarga, hingga semakin dekat dengan Tuhan. Tuhan hadir dalam setiap kehidupan mereka bukan hanya dalam upacara di gereja, Tuhan ada sebagai bagian dari hidup keduanya hubungan mereka terjalin karena Tuhan dan yang menjadi pemersatu kehidupan

38 19 mereka oleh karena itu mereka tidak akan bisa dipisahkan oleh alasan apapun juga. (Gilarso T, 2008 : 11) Dalam perkawinan yang tak terceraikan menandakan hadirnya Allah dalam hubungan yang khusus, hubungan yang mengangkat perkawinan itu sendiri menjadi sakral dan istimewa, hubungan yang sakral dan istimewa inilah yang kemudian mendorong perkawinan menjadi salah satu tanda dan sarana kehadiran Allah dalam diri manusia (Sakramen). Lewat perkawinan manusia dapat membina hubungan baik dengan Allah yaitu dengan saling mengasihi, cinta kasih terhadap pasangan, menghargai dan menghormati pasangan masing-masing dan masih banyak lagi yang dapat diungkapkan oleh kedua pasangan dalam hidup perkawinannya yang menggambarkan kemesraan hubungannya dengan Allah. Sakramentalitas perkawinan hanya akan terjadi pada kedua pasangan yang telah dibaptis. Dalam Kitab Hukum Kanonik (kanon 1055) menyebutkan bahwa Kristus telah mengangkat perkawinan menjadi sakramen ($1) sehingga perkawinan antara kedua orang yang sudah dibaptis adalah bersifat sakramen ($2). Sehingga keduanya pasangan tersebut dengan sendirinya menjadi sah dalam perkawinan karena mereka telah sama-sama sudah dibaptis. Gereja juga menyerukan dalam Konsili Vatikan II yang mengungkapkan kenyataan sakramental dari perkawinan terutama dalam kesatuan Kristus dengan Gereja: Cinta kasih suami-istri yang sejati diangkat ke dalam cinta-kasih ilahi dan dipimpin serta diperkaya oleh daya penyelamatan Kristus dan karya keselamatan gereja, agar suami-istri diantar kepada Allah secara tepat guna

39 20 dan dibantu serta dikuatkan dalam tugas luhur ayah dan ibu. Oleh sebab itu suami-istri kristen dikuatkan dan seolah-olah ditahbiskan untuk tugas dan martabat statusnya dengan sakramen khusus (GS 48). 3. Tujuan Perkawinan Katolik Perkawinan mempunyai beberapa tujuan yang sesuai dengan pemahaman, adat budaya serta agama yang dianut. Bagi umat Katolik tujuan perkawinan yang paling pokok adalah: a. Pengembangan cinta kasih menuju kebahagiaan dan kesejahteraan bersama suami-istri Momen dimana seseorang menentukan pilihan atas seseorang yang menjadi dambaannya untuk dijadikan teman hidup selama-lamanya. Pasangan yang sungguhsungguh menghayati perkawinannya dalam cinta kasih yang utuh dan sepenuhnya tentu mempunyai tujuan yang lebih mulia dan suci, karena keduanya menyadari bahwa perkawinan yang dijalani bukan hanya untuk hidup berdua atau demi kepentingan sesaat atau dorongan nafsu, rasa tertarik, rasa simpati atau asmara saja melainkan lebih menyeluruh dan untuk kebaikan bersama keduanya rela menyerahkan diri demi kebahagiaan pasangannya, keduanya bukan hanya sekedar pasangan hidup melainkan adalah belahan jiwa dan bersama-sama berjuang untuk mencapai kebahagiaan hidup (Gilarso, T 2008 : 11).

40 21 b. Kelahiran dan pendidikan anak Mempunyai anak merupakan kerinduan semua pasangan-pasangan suamiistri, karena tidak ada pasangan yang telah menikah yang tidak mengharapkan keturunan, dan hanya dalam perkawinan yang merupakan lembaga yang sah untuk dapat mewujudkan keinginan tersebut, namun tidak semua keinginan dan kerinduan pasangan-pasangan tersebut dapat terpenuhi dalam penikahannya, karena anak/keturunan merupakan anugerah Tuhan. Namun ada atau tidaknya anak/keturunan bukan berarti perkawinan mereka gagal sebab masih ada tujuan lain seperti pengembangan kasih sayang serta pemenuhan kebutuhan seksual yang tercapai diantara keduanya. Tanggung jawab pasangan yang telah dianugerahi anak oleh Allah tidaklah hanya berhenti pada hadirnya anak didunia. Suami-istri mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pendidikan yang layak/memadai kepada anak yang diberikan oleh Tuhan supaya mereka dapat hidup dengan wajar. (Timottius, 2010 : 12-13). c. Pemenuhan kebutuhan seksual Lembaga perkawinan merupakan satu-satunya institusi yang sah dan legal dimana pria dan wanita yang saling mencintai dapat saling memenuhi kebutuhan seksual. Karena setiap orang dewasa (laki-laki dan perempuan) yang normal memiliki kebutuhan akan pemenuhan dorongan seksual yang ada dalam dirinya. Namun hubungan suami-istri tersebut bukan hanya menuruti dorongan hawa nafsu,

41 22 melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab yang penuh sebagai ungkapan dan pemberian diri yang total dan utuh kepada pasangan. (Timottius, 2010 : 13). d. Lain-lain Selain tujuan diatas, perkawinan juga mempunyai maksud/tujuan lain misalnya: kesejahteraan keluarga, jaminan perlindungan dan keamanan, demi ketenangan, nama baik, kerukunan keluarga, jaminan nafkah, sah dan sehatnya keturunan, dan lain sebagainya. Gereja memandang hidup perkawinan sebagai kebersamaan seluruh hidup atau kesatuan suami-istri atas dasar cinta yang mempunyai tujuan pokok pada kesejahteraan suami-istri serta kelahiran dan pendidikan anak. Lebih jelas lagi dapat dilihat pada kanon sebagai berikut: $1. Perjanjian perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri serta pada kelahiran dan pendidikan anak;... (Kanon 1055) Memang tujuan perkawinan tidak hanya terpaku kepada apa yang tertulis diatas dan masih banyak lagi hal-hal yang harus diperhatikan oleh suami-istri untuk semakin menghayati kehidupan perkawinannya baik dalam membangun hubungan dengan sesama maupun dengan Tuhan Allah sendiri.

42 23 4. Ciri-Ciri Perkawinan Perkawinan Katolik adalah lambang kasih Kristus kepada Gereja. Perkawinan Katolik tidak berarti hanya kepada perkawinan itu sendiri, melainkan juga membawa makna yang dilambangkannya. Sebagaimana Kristus mencintai Gereja demikianlah suami harus mencintai istri. Karena Kristus mencintai Gereja maka layaknya Gereja setia pada Kristus. Karena suami mencintai istri, maka layaklah istri setia kepada suami begitu pula sebaliknya. Perkawinan Katolik yang melambangkan kasih Kristus inilah menjadi semangat bagi pasangan suami-istri untuk terus menghidupkannya dalam kehidupan perkawinannya. Penghayatan hidup perkawinan yang mencerminkan hubungan Kristus dengan Gereja dapat kita lihat dalam beberapa ciriciri perkawinan seperti berikut: 1) Monogami Istilahnya satu (mono) yang menggambarkan sebuah angka yang tidak dapat dibagi. Hal ini menjadi gambaran yang jelas bila dalam perkawinan, mengapa dari dua orang atau dua manusia dapat menjadi satu dalam arti satu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Seorang suami hanya mempunyai satu istri, demikian pula sebaliknya, dengan demikian cinta mereka akan menjadi penuh dan utuh, tak terbagi. Karena pria dan wanita mempunyai martabat yang sama yaitu mencintai dan dicintai. Pernyataan ini senada dengan yang tertulis dalam Undang-Undang tentang Perkawinan pasal 3 yang mengatakan: Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami (UU Tentang perkawinan Pasal 3). Pernyataan ini

43 24 semakin menegaskan bahwa perkawinan antara satu orang pria dan satu orang wanita merupakan sebuah perkawinan yang paling ideal dan sungguh-sungguh menggambarkan sebuah kesempurnaan dalam perkawinan. Pasangan suami-istri dituntut untuk saling setia, suami setia kepada istri dan begitu pula sebaliknya istri setia kepada suami, tanpa kesetiaan akan sulit dilaksanakan sebuah perkawinan yang monogam adalah anugerah dan perkawinan Katolik adalah lambang kasih Kristus kepada Gereja. 2) Tak terceraikan (indissolubilitas) Perkawinan Katolik tak terceraikan pernyataan ini mempertegas ciri yang pertama. Seperti yang kemudian ditulis dalam Kitab Hukum Kanonik yang mengatakan: Perkawinan ratum dan consummatum tidak dapat diputus oleh kuasa manusiawi manapun atas alasan apapun, selain oleh kematian (Kanon 1141) perkawinan Katolik memberikan kebebasan pasangan pria dan wanita untuk memilih sesuai dengan pilihannya karena Gereja tidak memaksa terjadinya suatu perkawinan. Atas dasar pilihannya itulah suami diharapkan dapat mencintai istri sungguhsungguh, demikian pula sebaliknya bagi sang istri. Kedua pasangan diharapkan dapat menjadi pasangan yang selalu mengutamakan komitmen atau perjanjiannya untuk selalu bersama dalam segala hal seperti yang dikatakan oleh Gilarso dalam bukunya bahwa: Dalam perkawinan suami-istri telah di persatukan dengan bebas, disatukan oleh rahmat Tuhan, baik dalam keadaan susah maupun senang, oleh karena itu rahmat Tuhan yang ada pada keduanya membentuk cinta sejati, cinta sejati itulah yang harus dipertahankan dan dikembangkan oleh kedua suami-istri,

44 25 jika mereka bercerai maka mereka tidak dapat atau gagal mengembangkan cinta sejati itu (Gilarso, 1996: 12). Suami atau istri yang menjadi pilihannya tetap menjadi pilihannya untuk selama-lamanya. Suami atau istri yang telah berjanji di hadapan Gereja harus senantiasa mewujudkan janji itu. 3) Terbuka bagi keturunan Siap menjadi orang tua, bila diberikan Tuhan juga siap selalu menjadi pasangan kalaupun belum diberikan keturunan, selain itu dalam hal memiliki keturunan, kedua pasangan harus benar-benar siap, dan bijaksana dalam mengambil keputusan untuk mempunyai keturunan. Dalam hukum Gereja Katolik segala bentuk penolakan yang dilakukan secara sengaja terhadap keturunan dilarang secara tegas (Gilarso, T 2008 : 12-13). 4) Keluarga Kristiani adalah Gereja mini Keluarga adalah persekutuan dasar bagi iman dan tempat persemaian iman yang sejati karena keluarga menjadi awal dari tempat berkumpulnya orang-orang atau manusia. Maka dalam keluarga Katolik, diharapkan iman dapat berkembang dalam keluarga dengan lebih leluasa, karena keluarga merupakan dasar, basis dalam setiap kehidupan manusia, bukan hanya dalam Gereja saja untuk pewartaan kabar gembira Allah, tapi keluarga merupakan tempat segala macam pendidikan untuk anak-anak dan semua anggota keluarga. Dalam keluarga orang tua menjadi kepala keluarga wajib memberikan pendidikan bagi anak-anak dan anggota keluarganya sebagai wujud tanggung jawab untuk mensejahterakan keluarganya misalnya: mengajarkan

45 26 sopan-santun, tata krama, adat-istiadat, terutama dalam hal penghayatan iman, orang tua menjadi dasar pengetahuan iman contoh nyata dan teladan yang sungguh-sungguh dapat dilihat secara langsung bagi anak-anak serta anggota keluarganya yang lain. Cinta kasih yang diikat dalam suatu perkawinan hendaknya dikembangkan oleh suami-istri secara terus menerus dan dengan suka rela, agar cinta kasih yang dinyatakan dalam janji perkawinan semakin nyata. Dengan demikian cinta kasih yang total dan menyeluruh ini menggabungkan yang manusiawi dan ilahi, serta mendorong suami-istri untuk saling memberi diri dengan bebas yang kemudian diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari melalui perkataan dan perbuatan. Oleh karena sebuah perkawinan adalah sesuatu yang sangat khusus dan istimewa, maka untuk mencapai sesuatu yang dikatakan perkawinan perlu adanya suatu persiapan. Persiapan yang dilakukan tidak dapat dilakukan dengan sembarangan, atau sekenanya saja melainkan sungguh-sungguh direncanakan dan mendapat dukungan dari berbagai pihak yang juga turut bekerjasama demi tercapainya tujuan perkawinan (Gilarso, T 2008 : 13). 5. Persoalan/Permasalahan Yang Sering Muncul Dalam Perkawinan Hidup perkawinan adalah hidup cinta, saling menghargai, kuat dalam penderitaan, kesabaran dan menerima kekecewaan, merupakan bekal orang yang mencintai. Perkawinan merupakan aspek yang dinamis, bertumbuh, berkembang dan mendapat kematangannya yang utuh.

46 27 Keluarga-keluarga Katolik dewasa ini sangat membutuhkan perhatian terutama dalam hal membangun iman keluarganya, namun kita juga tidak boleh mengesampingkan pengetahuan yang dimiliki oleh pasangan-pasangan yang telah menikah, banyak sekali pasangan-pasangan yang memiliki pengetahuan dan memahami serta tahu bagaimana menciptakan keluarga yang harmonis yang sunguh menghayati iman akan Kristus dalam kehidupan keluarganya. Hal inilah yang ingin diwujudkan dalam kehidupan berkeluarga, tujuan utama dalam pembinaan keluarga adalah agar semakin banyak tercipta keluarga yang sungguh-sungguh berakar kepada Kristus sebagai batu penjuru dalam hidup keluarganya. Dengan bantuan keluarga-keluarga yang telah memahami dan mengerti serta sungguh-sungguh mau berbagi cara-cara membangun hidup berkeluarga dengan berdasarkan kepada cinta kasih kepada Allah, kita akan bersama-sama membangun lebih banyak lagi keluarga-keluarga yang diharapkan oleh Gereja juga bangsa dan negara. Namun dalam usaha mewujudkan hidup keluarga tersebut seringkali keluarga dihadapkan pada persoalan-persoalan yang diantaranya ialah: a. Masalah Karena Kesulitan Ekonomi Tidak sedikit keluarga yang mengalami masalah ekonomi, bagaimana dengan penghasilan dapat mencukupi segala kebutuhan keluarga pada saat ini maupun untuk masa yang akan datang (Timmottius, 2010: ). Banyak hal yang menyebabkan munculnya masalah ekonomi dalam keluarga diantaranya: hutang keluarga yang setiap hari semakin bertambah, pengangguran,

47 28 pemborosan, kebodohan, cacat, penyakit dan lain sebagainya. Akibat dari masalah ini tentu saja akan menimbulkan masalah baru seperti: rasa minder atau malu yang kemudian dialami oleh suami atau istri, kesulitan untuk maju dan berkembang, anakanak kurang mendapat pendidikan yang layak, terkadang juga menjadi mudah iri terhadap kesuksesan orang lain. Segala macam permasalahan itu juga mengakibatkan seseorang menjadi berpikir instan misalnya berusaha mendapatkan uang dengan cepat dengan: mencuri, korupsi, atau melakukan tindak kejahatan yang lain. (Gilarso, T 2008 : ). b. Kesulitan Dalam Relasi Sebagai Suami-Istri Hampir semua suami-istri pernah mengalami masalah dalam relasi antar mereka berdua, entah masalah yang berat atau masalah yang ringan. Namun diantaranya keduanya tentu mempunyai cara-cara yang berbeda dalam menghadapi masalah tersebut. Permasalahan-permasahan yang muncul dalam relasi antar suamiistri menggambarkan ketidak dewasaan pribadi dari salah satu pasangan atau bahkan kedua-duanya. Lunturnya rasa cinta dan ketertarikan dari mereka berdua, adanya perbedaan pandangan yang sulit untuk didamaikan, mungkin juga karena campur tangan dari pihak keluarga seperti mertua, orang tua, cemburu dan juga teman (Hart, 1988: ).

48 29 c. Masalah Karena Kondisi Anak-anak Anak-anak juga terkadang menjadi masalah bagi orang tuanya dalam arti ada orang tua yang memilik anak yang cacat, bodoh, nakal bahkan tidak mempunyai anakpun terkadang juga menjadi masalah bagi pasangan suami-istri. Akibat yang ditimbulkan ialah menghadapi anak yang bandel, nakal terkadang orang tua merasa tidak berhasil mendidik anak, rasa malu terhadap masyarakat luas, rasa sedih dll (Hart, 1988: ). d. Kesulitan Berelasi Dengan Masyarakat Masyarakat sekitar merupakan bagian dari kehidupan perkawinan pasangan suami-istri. Namun terkadang dalam hubungannya seseorang tidak mungkin akan selalu harmonis. Pasangan suami-istri yang telah mejalani hidup berdua satu rumah, setiap saat saja bisa bermasalah apalagi dengan orang yang berada diluar rumah, entah itu permasalahan ringan ataupun berat atau karena hal sepele dan sebaliknya. Suatu keluarga yang kurang dapat berelasi baik dengan orang-orang disekitar pada umumnya terjadi di kota-kota besar. Rumah-rumah besar yang berpagar tinggi yang dikelilingi oleh teralis dan anjing penjaga yang galak juga dapat menghalangi silahturahmi dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Bagitu pula dengan kesibukan kerja, suami dan istri sama-sama bekerja, berangkat pagi dan pulang malam sehingga tidak ada waktu untuk berkunjung kepada tetangga dan lain sebagainya. Ini merupakan permasalahan dalam berelasi yang dengan lingkungan

49 30 sekitar yang juga dapat mempengaruhi perkembangan sebuah keluarga (Hart, 1988: ). e. Kesulitan Membangun Relasi Dengan Tuhan Perbedaan agama antara suami dan istri dapat menimbulkan relasi dengan Tuhan menjadi terganggu. Kesulitan dalam pendidikan agama dirumah, rasa enggan berdoa karena adanya perbedaan agama dengan suami atau istri. Minder untuk berangkat kegereja karena suami beragama lain juga dapat menjadi kendala untuk seseorang istri untuk dekat dengan Tuhan begitu pula sebaliknya. Kenyataan umum perkawinan dewasa ini khususnya di indonesia memang masih jauh dari apa yang diharapkan banyak sekali keluarga-keluarga yang masih berada dalam problema yang sukar untuk dicari jalan keluarnya, tentu saja hal seperti telah mendapat perhatian dari komisi keluarga baik yang berada di Paroki maupun keuskupan masing-masing. Kenyataan inilah yang menarik perhatian penulis, bahwa kasus-kasus dalam keluarga ini tidak pernah ada habisnya selalu ada hal-hal baru yang membutuhkan perhatian secara khusus. Dan memang problema dalam hidup berkeluarga itu sangatlah kompleks bukan hanya dalam hal berumah tangga namun ada faktor lain yang juga memicu problem dalam kehidupan rumah tangga. Namun perlu diketahui pula bahwa Gereja juga tidak tinggal diam, banyak usaha yang dilakukan oleh Gereja demi menciptakan keluarga-keluarga yang sungguh-sungguh berdasarkan pada iman Kristiani yang tangguh. Walau masih banyak problemproblem hidup berkeluarga yang masih belum terselesaikan ini merupakan tantangan

50 31 bukan hanya dari pihak Gereja tetapi juga dari umat secara keseluruhan, baik itu kerabat-kerabat dekat maupun jauh, teman-teman, lingkungan sekitar, dan juga pemerintah (Hart, 1988: ) B. Kursus Persiapan Perkawinan 1. Pengertian Kursus Persiapan Perkawinan Dalam ajaran Katolik mengenai perkawinan mendapat tempat yang khusus dalam menggambarkan hubungan antara manusia dengan Allah lewat hubungan kedua pasangan suami-istri. Maka untuk mempersiapkan hubungan yang khusus itu kedua pasangan dihimbau untuk mempersiapkan secara matang dan bukan hanya bagi kedua pasangan melainkan juga agar hubungan yang akan dibina tersebut layak dihadapan Allah. Gereja memberi perhatian khusus pula dalam hal ini, yang menjadi fokus bagi Gereja adalah agar hubungan kedua pasangan suami-istri tersebut kelak mampu mencerminkan hubungan Allah dengan umat-nya, maka Gereja juga menyiapkan diri dengan membekali kedua pasangan calon suami-istri ini dangan berbagai pengertian-pengertian, pemahaman-pemahaman mengenai perkawinan baik itu lewat kacamata Gereja, dan juga Kitab Suci agar kedua pasangan menjadi layak membangun keluarga yang sungguh-sungguh bukan hanya berguna bagi negaranya atau lingkungan sekitarnya, melainkan juga menjadi gambaran hadirnya Allah dalam dunia. Untuk membekali kedua pasangan calon suami-istri yang akan menjalani kehidupan berkeluarga ini Gereja sudah mempersiapkan tim khusus yang anggotanya berasal dari berbagai bidang dan masing-masing sudah mendapat tugasnya sendiri-

51 32 sendiri. Pendampingan ini dimulai ketika kedua calon pasangan suami-istri ini akan menikah misalnya dengan KPP, dan juga pendampingan ketika kedua calon suamiistri tersebut telah hidup berkeluarga misalnya dengan pembinaan lanjutan bagi pasangan yang sudah menikah, entah itu dengan rekoleksi, retret pasutri, seminarseminar yang berhubungan dengan persoalan-persoalan hidup berkeluarga dan lain sebagainya. Pada bagian ini yang menjadi topik bahasan penulis adalah mengenai KPP itu sendiri. KPP adalah suatu kegiatan persiapan pembekalan bagi kedua calon pasangan suami-istri dalam hidup berkeluarga dengan tujuan membekali calon mempelai untuk dapat memahami arti dan makna perkawinan secara umum dan memahami kekhasan perkawinan Katolik sehingga diperoleh wawasan yang mendalam tentang ajaran Gereja Katolik mengenai perkawinan. Banyak hal yang akan dibahas dalam KPP oleh karena itu Gereja membuat jadwal khusus bagi pasangan yang akan mengikuti kursus persiapan perkawinan tersebut. Materi-materi yang ada dalam KPP adalah materi-materi yang dianggap penting dan bermanfaat bagi kedua pasangan kelak. 2. Tujuan Kursus Perkawinan 1) Mempersiapkan muda mudi yang akan menikah/hidup berkeluarga dalam bentuk kursus perkawinan (penyadaran dan pemberdayaan antara lain: sebagai langkah persiapan bagi muda-mudi untuk hidup berkeluarga yang baik dan suatu usaha memberikan bekal dalam hidup keluarga Katolik, melengkapi kebutuhan mereka dalam pengetahuan teologi, psikologi, moral, seksualitas,

52 33 kesehatan, ekonomi, paham gender, dan pengetahuan lainnya yang berkaitan erat dengan hidup berkeluarga, memberikan pegangan bagi mereka untuk mengambil tindakan dan mengatur hidupnya sendiri menurut azas dan moral Kristiani. 2) KPP memberikan penjelasan bagi mereka tentang hal-hal yang berhubungan dengan masalah perkawinan dan masalah keluarga di Paroki. 3) KPP menanamkan benih panggilan Kristiani melalui keluarga-keluarga yang sungguh-sungguh menghayati panggilan hidup dalam berkeluarga. 3. Relevansi Kursus Perkawinan di masyarakat KPP sebagai tanggapan terhadap kebutuhan masyarakat dan Gereja. KPP ini merupakan pelayanan terhadap masyarakat/umat dan tanggung jawab dari Gereja, guna memperluas pandangan Kristiani mengenai perkawinan dan keluarga, yang juga merupakan harapan baik Gereja maupun masyarakat, demi tercapainya keluarga bahagia. KPP sebagai pembaharuan terhadap pastoral perkawinan. Dalam persiapan dan pembinaan, aspek keutamaan mulai diperhatikan melalui semua yang terkait dalam persiapan ini sebagai biro konsultasi perkawinan yang jarang ada di masyarakat. Kedua pasangan yang akan hidup berkeluarga memang secara fisik dan mental akan dianggap sudah cukup layak untuk membangun kehidupan berkeluarga, namun Gereja menyelenggarakan KPP tersebut bukan untuk mendikte atau menganggap kedua pasangan tidak tahu sama sekali atau tidak mengerti mengenai perkawinan dan yang terkait dengan hal itu, melainkan Gereja mempunyai kewajiban

53 34 agar keluarga yang kelak terbina menjadi keluarga yang sungguh-sungguh mempunyai tujuan yang istimewa yang mengarah kepada keluarga Kristiani yang menjadikan Kristus sebagai kepala keluarganya. Menjadi bekal yang sungguhsungguh mampu dihidupkan oleh pasangan suami-istri dan menjadi spiritualitas yang sungguh-sungguh dihayati dengan semakin sempurna dalam hubungan dengan Allah. Maka dalam persiapan perkawinan itulah spiritualitas dan semangat itu kembali disiram dan disegarkan dalam KPP. 4. Pentingnya Kursus Persiapan Perkawinan KPP sangat penting bagi para calon mempelai yang akan segera melangsungkan pernikahan. Ini terlihat juga bahwa KPP sangat penting dengan dikeluarkannya peraturan pada setiap keuskupan, yang menetapkana setiap calon mempelai harus mengikuti KPP terlebih dahulu sebelum mereka menikah. Ketentuan itu tentu saja tidak lahir begitu saja dari para pemimpin Gereja, melainkan ketentuan itu lahir dari pengalaman-pengalaman dan kejadian yang merugikan perkawinan. Peristiwa yang merugikan perkawinan Katolik, misalnya: percekcokan dalam keluarga, suami-istri tidak hidup dalam satu rumah, dan perceraian. Dalam hal ini KPP menjadi solusi yang tepat untuk membekali para calon mempelai sebelum melangsungkan perkawinan. KPP itu sangat penting terutama dalam hal : 1) Bagi para calon yang akan menikah, sangat penting sebab bekal yang mereka perlukan untuk hidup berkeluarga bukan hanya moral dan teologi perkawinan,

54 35 melainkan juga hal-hal praktis, seperti kesehatan, ekonomi rumah tangga, psikologi, komunikasi suami-istri, pendidikan anak dsb. 2) Kenyataan menunjukkan bahwa beberapa keluarga mengalami kesulitan yang disebabkan karena kurangnya persiapan dalam perkawinan, calon pasangan suami-istri terpaksa cepat-cepat melangsungkan perkawianan tanpa bimbingan yang memadai dan menyeluruh. 3) Urusan perkawinan bukan hanya urusan perseorangan, melainkan juga urusan masyarakat (sosial) dan Gereja. 4) Keluarga yang baik perlu dipersiapkan lama sebab keluarga yang baik adalah faktor utama untuk keselamatan (kesejahteraan), baik pribadi, masyarakat maupun Gereja (bdk. GS 47). 5) Pengertian mengenai martabat perkawinan dan hidup berkeluarga harus jelas bagi muda-mudi, lebih-loebih di era globalisasi yang diwarnai oleh media masa yang begitu kuat pengaruhnya, radio, film, majalah, dsb. Pengertian mengenai martabat perkawinan (keluarga) harus jelas bagi mudamudi. Kebutuhan akan persiapan yang teratur dan terperinci sungguh-sungguh dirasakan dewasa ini, baik oleh muda-mudi sendiri maupun oleh pimpinan Gereja, lebihlebih karena adanya gejala-gejala negatif masyarakat yang mengaburkan martabat perkawinan dan adanya perubahan nilai-nilai (bdk. GS 46 dan 47). Segala upaya diberikan dalam persiapan. Dewasa ini, susunan dan struktur keluarga sedang mengalami perubahan yang mendalam maka kita harus menggunakan segala upaya

55 36 (pandangan yang jelas dan sehat) untuk menciptakan suasana yang lebih memuaskan. Kalau kita menggunakan kesempatan sekarang ini dengan baik, kita dapat menunjukkan "persekutuan cinta" yang merupakan sumber terbaik untuk kehidupan manusiawi yang baru, yaitu anak-anak. Oleh karena itu, persiapan dapat dibedakan: Persiapan jangka panjang, suasana keluarga yang sehat, pendidikan di sekolah, lingkungan pergaulan, kegiatan sosial, ketrampilan, dan lain-lain. Persiapan jangka pendek, khusus bagi muda-mudi yang akan menghadapi kehidupan berkeluarga (perkawinan), seperti yang diberikan pada saat kursus. Dengan melihat betapa pentingnya kursus perkawinan bagi kehidupan pasangan suami-istri, di beberapa paroki, kursus perkawinan sebagai sarana mendapatkan pemahaman minimal mengenai perkawinan Katolik menjadi syarat wajib untuk memasuki jenjang perkawinan. Namun, kursus hidup berkeluarga ini perlu dihayati bukan sebagai kewajiban atau syarat semata, tetapi sebagai suatu rekoleksi dan permenungan yang sederhana untuk mempersiapkan diri lebih baik dan memantapkan niat memasuki jenjang perkawinan. KPP bukan hanya bermanfaat untuk memperlancar proses pernikahan ataupun melengkapi persyaratan untuk menikah bagi kedua pasangan melainkan agar kedua pasangan semakin mantap dan memperoleh bekal yang layak untuk dapat digunakan sebagai patokan dalam berpikir ketika sudah hidup berkeluarga. KPP mendapat perhatian khusus juga dalam Gereja dengan dikeluarkannya peraturan pada setiap keuskupan, yang menetapkan setiap calon mempelai dihimbau untuk mengikuti KPP terlebih dahulu sebelum mereka menikah. Ketentuan itu tentu saja tidak lahir begitu saja dari para pemimpin Gereja, melainkan dari pengalaman-pengalaman dan

56 37 kejadian yang merugikan perkawinan yang pernah dialami oleh Gereja. KPP dalam hal ini menjadi solusi yang tepat untuk membekali para calon mempelai sebelum melangsungkan perkawinan. C. Keluarga Keluarga adalah sekelompok manusia yang tinggal bersama baik itu dengan anggota yang lain maupun hanya antara pasangan suami-istri saja. Keluarga adalah lembaga yang berdasarkan pada perkawinan, namun bukan berarti juga bahwa perkawinan menjadi sarana satu-satunya untuk membangun sebuah keluarga. Keluarga adalah tempat pembentukan manusia lebih tepatnya lagi keluarga adalah tempat memanusiakan manusia. Dalam lingkup keluarga semua anggota dari kanakkanak sampai kakek berkembang dengan saling membentuk untuk memperkembangkan kepribadian mereka masing-masing dalam hubungan yang erat satu dengan yang lainnya. Keluarga adalah sel terkecil dalam masyarakat dan Gereja, yang menjadi dasar atau basis dalam setiap kegiatan bermasyarakat dan perkembangan awal dalam iman berasal dari keluarga. Hidup berkeluarga merupakan suatu panggilan, dalam mengarungi bahtera kehidupan dan selalu ada gelombang yang menghantam. Dengan perkawinan terbentuklah keluarga baru, yang bisa saja jumlah anggotanya akan terus bertambah dengan kelahiran anak misalnya. Manusia memerlukan banyak hal untuk hidup

57 38 bahagia dan semuanya itu dapat dipenuhi dalam keluarga. Di dalam keluarga kita dapat memperoleh apa yang sewajarnya diinginkan oleh semua orang seperti: merasa diperlukan, diperhatikan, dihargai, disayangi. Suasana keluarga yang hangat dapat mengisi kebutuhan akan merasa diperlukan, diperhatikan, dihargai, disayangi ini dengan istimewa. Dalam keluarga selayaknya dibangun suasana saling percaya, saling mengerti dan kasih sayang tercipta dalam rumah tangga dan menjadi tempat berteduh yang nyaman jauh dari semua kesukaran dan kerisauan yang terjadi diluar. Dalam suasana yang layak dan terkondisi dengan baik dalam keluarga anak-anak merasa aman dan kepribadian mereka dapat berkembang sepenuhnya. Pandangan Katolik tentang hidup berkeluarga bermula pada ajaran Yesus dan ajaran para rasul, kemudian dikembangkan dari abad ke abad. Perkawinan Kristen merupakan lambang dari hubungan Kristus dengan Gereja. Perkawinan merupakan kesatuan erat antar seorang pria dan seorang wanita, yang kemudian diwujudkan dalam hubungan intim khususnya dan dalam menjalani kehidupan berkeluarga pada umumnya. Kesatuan ini bukan hanya antara suami-istri tetapi juga dengan anak-anaknya kelak, yang juga merupakan bagian dari perkawinan tersebut. Inilah yang disebut keluarga dimana bagian utuh yang harus ada didalamnya. Hidup berkeluarga adalah hidup dimana kedua pasangan suami-istri hidup bersama-sama, beserta anak-anak, dalam satu rumah, dan terjalin komunikasi yang baik, bebas, masing-masing anggota keluarga berada pada perannya masing-masing dan saling membantu dalam menghadapi berbagai macam tantangan dalam keluarga secara bersama-sama. Hidup berkeluarga juga tidak lepas dari hidup bersama

58 39 dengan orang lain, bukan hanya anggota keluarga saja, tetapi juga bersama dengan oranglain yang ada disekitar. 1. Keluarga Muda Yang dimaksud keluarga muda pada tulisan ini lebih mengarah kepada keluarga yang usia perkawinannya berada diantara 1-10 tahun. Terbentuknya keluarga-keluarga muda ini entah karena dorongan dari diri-sendiri maupun dari keinginan orang tua diharapkan selalu mendapat perhatian dari keluarga induknya (keluarga besar masing-masing pihak). Banyak sekali keluarga-keluarga muda yang gagal dalam membina bahtera rumah tangganya, entah itu karena belum siap menerima diri masing-masing atau karena campur tangan dari pihak lain dalam kehidupan rumah tangga mereka dan lain sebagainya. Hal inilah yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak terutama dari Gereja, keluarga masing- masing, karena keluarga muda yang baru terbentuk harus tetap di perhatikan dibimbing dan dibantu agar mereka semakin mampu menghadapi persoalan-persoalan dalam rumah tangganya juga merasa dikuatkan terutama dari Gereja juga. 2. Hidup Iman Keluarga yang Kontekstual Hidup manusia tidak lepas dari penyelenggaraan Ilahi, oleh karena itu hubungan dengan Allah tidak bisa hanya dilakukan pada tempat-tempat tertentu misalnya hanya di gereja, di tempat kebaktian atau tempat lain yang dikhususkan.

59 40 Hubungan manusia dengan Allah terjalin dalam segala hal baik itu dalam keseharian maupun dalam segala kegiatan yang dilakukan karena Allah bukan hanya hadir pada saat-saat yang spesial atau khusus tetapi Allah hadir dalam setiap kesempatan dalam setiap hembusan nafas, oleh karena itu tidak ada tempat dimana Tuhan tidak hadir dalam kehidupan manusia. Hidup iman keluarga yang kontekstual dalam arti bahwa iman yang berkembang dalam diri pribadi dalam keluarga berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi dari anggota keluarga masing-masing, sehingga iman bukan lagi sesuatu yang terlepas dari keseharian dalam perkembangan keluarga melainkan menyatu dan menjadi bagian tang tak terpisahkan dala sebuah keluarga begitu pula penghayatan iman dalam keluarga, hendaknya menjadi satu hal yang paling diutamakan dalam sebuah keluarga. Iman adalah pertemuan atau perjumpaan pribadi manusia dengan Allah yang dikenal melalui pengalaman religius. Kepercayaan manusia akan kehadiran Allah terpancar dari sikap dan tindakannya. Tanpa pengenalan akan Allah, pertemuan atau perjumpaan tersebut hanya menjadi formalitas atau basa-basi belaka. Supaya manusia dapat menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, terlebih dahulu perlu mengenal siapakah Allah itu sesungguhnya (Njiolah, Pr 2003:11). Ajaran Katolik mendefinisikan iman sebagai pertemuan dengan Alah dan hidup dalam kesatuan dengan-nya. Iman bukanlah pertama-tama berarti menerima aturan, khususnya untuk bidang moral, melainkan menghayatai hidup secra otonom dan bertanggung jawab dalam kesatuan pribadi dengan Allah. Iman adalah tanggapan manusia terhadap perwahyuan Allah. Tanpa wahyu dari Allah, tidak akan ada

60 41 iman dari manusia. Jika Allah tidak mewahyukan diri kepada manusia, tidak mungkin manusia dapat menyerahkan diri kepada Allah (Iman Katolik 1996 :127). Dalam Konsili Vatikan II menegaskan: Allah berkenan mewahyukan diri- Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-nya. Dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari kelimpahan cinta kasih-nya menyapa manusia sebagai sahabat-nya dan bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka kedalam persekutuan dengan diri-nya dan menyambut mereka didalam-nya Kepercayaan akan penyertaan Allah dalam hidup bukan hanya terbatas pada kata-kata saja, atau hanya sebatas wejangan kepada anak-anak kecil, bukan hanya sebatas pengajaran ketika mengajar tetapi diharapkan untuk lebih konkret lagi dengan sungguh-sungguh menghayatinya dalam tindakan juga, selalu berhati-hati terhadap tingkah laku, bijaksana menghadapi segala masalah, selalu sabar dan tidak lupa bersyukur, memperhatikan serta turut membantu orang-orang di sekitar yang membutuhkan bantuan, ringan tangan dalam membantu orang-orang yang berkesusahan tanpa mengharapkan imbalan jasa dan lain sebagainya Iman yang kontekstual adalah iman yang sungguh-sungguh dihayati dalam kehidupan pribadi itu sendiri, dalam sikap hidup, pola hidup, bahkan menjadi prinsip hidup yang sungguh-sunguh dijalani. Iman yang kontekstual ini dapat dilaksanakan dalam segala segi kehidupan baik itu dunia kerja, pergaulan, keluarga, dan secara luas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Iman yang kontekstual merupakan perwujudan nyata dari tanggapan akan kasih Allah dalam hidup manusia.

61 42 Sebagai pasangan suami-istri yang sungguh menghayati imannya akan Kristus pemersatu dengan Allah maka kedua suami-istri wajib untuk menunjukkan sikap imannya tersebut dalam kehidupan rumah tangganya, baik kepada pasangan masingmasing, anak-anak, maupun kepada seluruh anggota keluarga bahkan juga kepada lingkungan sekitar. Sebagai orang tua penghayatan iman perlu sungguh-sungguh dimengerti dan dipahami oleh orang tua, karena dengan begitu orang tua akan dapat mengajarkannya kepada anak-anak. Penghayatan iman yang kontekstual dalam kehidupannya akan secara tidak langsung memberikan gambaran kepada anak-anak akan contoh atau teladan hidup yang baik dari orang tua. Selain itu orang tua tidak akan bersusah payah menciptakan sosok yang baik karena sikap dan sifat yang sungguh-sungguh berpatokan pada kerendahan hati dan kasih Allah sudah secara alami melekat dalam diri masing-masing. 3. Membangun Keluarga Kristiani yang Kontekstual Hakikat perkawinan yang mendasari sebuah keluarga yang akan dibentuk menjadi gambaran yang nyata bagaimana keluarga tersebut akan tumbuh dan berkembang, prinsip-prinsip perkawinan yang menjadi pedoman dalam membangun keluarga menjadi patokan kedua pasangan untuk memperkembangkan kehidupan keluarga dimasa yang akan datang. Memahami dan mengerti makna, ciri-ciri, hakikat, dan tujuan, sebuah perkawinan menjadi modal utama bagi kedua pasangan untuk membangun keluarga yang kontekstual, dimana sebuah keluarga dapat hidup selaras dalam rumah sendiri,

62 43 lingkungan keluarga, masyarakat dan menjadi eksis dalam kehidupan menggereja. Hidup menggereja tidak dapat dilepaskan dari kehidupan keluarga Kristiani, dalam keluargalah gereja tumbuh dan berkembang. Awal dari perkembangan sebuah gereja adalah keluarga, maka keluarga yang sungguh-sungguh berkembang dengan baik akan menjadikan kehidupan menggereja juga akan berkembang dengan baik. Disinilah titik tolak yang membutuhkan perhatian dari setiap keluarga juga gereja untuk saling bekerjasama dalam memperkembangkan Gereja dalam keluarga. Oleh karena itu sebagai keluarga Kristiani sudah selayaknyalah hal ini menjadi perhatian bagi pasangan suami-istri sebagai kepala keluarga memperhatikan perkembangan iman dalam keluarga. Kehidupan menggereja mencakup perkembangan iman, pengetahuan tentang iman, penghayatan dan pelaksanaan iman itu dalam lingkup internal keluarga itu sendiri. Dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (FC), Art. 17 Sri Paus Yohanes Paulus II mengatakan: Dalam rancangan Allah, Sang pencipta dan Penebus, keluarga bukan hanya menemukan jatidirinya, keluarga itu apakah sebenarnya, melainkan juga perutusannya, yakni: apa yang dapat dan harus dijalankannya. Peranan, yang seturut panggilan Allah harus dijalankan oleh keluarga disepanjang sejarah, dijabarkan dari jatidiri keluarga. Peranan itu merupakan pengembangan dinamis dan eksistensial jatidirinya. Setiap keluarga menemukan dalam dirinya suatu undangan, yang tidak dapat diabaikan, dan yang mengkonkretkan martabatnya maupun tanggung jawabnya: keluarga, jadilah sebagaimana harusnya. (FC 17). Keluarga Kristen diharapkan dapat memaksimalkan fungsinya sebagai keluarga Kristen yang berpatokan pada keluarga Nazareth. Jati diri sebagai keluarga Kristen menjadi nyata dalam kehidupan sehari-hari, lewat interaksi dengan

63 44 lingkungan sekitar juga dengan masyarakat baik yang seiman maupun yang berbeda iman. Disinilah peranan keluarga Kristiani dapat diungkapkan dalam interaksinya dengan lingkungan masyarakat juga interaksinya dengan alam sekitar yang mencerminkan cinta kasih yang total tanpa membedakan. Semangat Kristiani yang tumbuh dalam keluarga ini diharapkan semakin dikembangakan oleh masing-masing keluarga baik itu melalui ajaran orang tua terhadap anaknya, maupun tingkah laku sehari-hari dalam keluarga itu sendiri. Ada banyak kendala yang mungkin dihadapi oleh keluarga Kristiani dalam membangun hidup berkeluarga misalnya: Sikap egois, sikap yang terkadang masih mendominasi pola pikir keduanya apalagi dalam usia perkawinan yang masih relatif muda Komunikasi, antara kedua pasangan suami-istri tidak berjalan dengan maksimal, mereka hanya saling menebak tanpa mau membicarakannya berdua. Keintiman dan otonomi, yang terjadi pada pasangan-pasangan juga sering terjadi. Bagaimana keduanya dapat saling menerima tanpa merasa terbebani dan bukan berarti antara keduanya sebagai suami-istri lalu berhak sepenuhnya terhadap pasangan. Faktor-faktor yang mendukung: Mengatasi perbedaan, berfikir dan bertindak dengan selalu mempertimbangkan kebaikan keduanya. Hubungan dengan keluarga besar dan teman yang terjalin dengan baik juga turut mendukung iklim yang baik dalam sebuah keluarga.

64 45 Praktek agama yang benar, dimana kedua suami-istri saling mendukung dalam mendekatkan keluarganya kepada Tuhan dan lain sebagainya. Dengan kebijaksanaan kedua pasangan sebagai penggerak berkembangnya sebuah keluarga yang seimbang yaitu hubungan dalam keluarga harmonis begitu pula hubungan keluarga dengan masyarakat disekitarnya. Titik tolak perjalanan sebuah keluarga terletak pada pasangan suami-istri yang menjadi kepala keluarga, oleh karena itu bukan hanya dalam kursus perkawinan saja hal tersebut dijabarkan melainkan dalam pendampingan-pendampingan keluarga. Motivasi dan dukungan dari Gereja menjadi pemicu yang positif bagi sebuah keluarga karena mereka akan merasa dipahami dan dihargai serta diperhatikan. Karena keluarga bukan hanya sebagai tujuan pewartaan, melainkan juga dapat mengambil peran sebagai pewarta. Berdasarkan pada kerangka teori diatas maka penulis akan melaksanakan penelitian yang lebih mengutamakan mengenai seberapa jauh KPP berperan dalam hidup keluarga muda, sehingga dari hasil dan analisis penelitian tersebut akan dapat deketahui apa yang dapat kita sumbangkan untuk lebih meningkatkan perkembangan iman dalam hidup berkeluarga.

65 BAB III PENELITIAN TENTANG KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Permasalahan yang sering terjadi dalam hidup berkeluarga mengajak Gereja beserta unsur-unsurnya untuk dapat lebih peka terhadap kebutuhan umat-nya. Gereja dituntut untuk memahami apa saja yang menjadi kebutuhan rohani umat-nya, baik itu lewat pewartaan sabda, maupun kebutuhan rohani yang dipenuhi lewat sikap hidup maupun tindakan hidup manusia sehari-hari. Salah satu dari kendala bagi umat dalam mengembangkan iman kepada Allah seperti dalam hal mempersiapkan suatu kehidupan berkeluarga, karena dalam Gereja Katolik hidup berkeluarga mendapat tempat yang khusus menjadi perhatian Gereja. Tidak sedikit umat yang tidak mendapat bekal yang memadai dalam mempersiapkan hidup berkeluarga misalnya: hanya mendapat KPP yang singkat dari Pastor Paroki, waktu menikah yang terlalu cepat, terburu-buru dan lain sebagainya. Bab III ini dibagi kedalam tiga bagian pokok bahasan yaitu bagian pertama penulis akan memberikan gambaran mengenai Situasi umum Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur dalam gambaran situasi ini akan dirinci mengenai Sejarah paroki, letak dan situasi geografis, serta situasi umat.

66 47 Bagian kedua adalah mengenai penelitian yaitu: peranan KPP dalam rangka membangun hidup iman keluarga muda di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Berkaitan dengan penelitian penulis akan menjabarkan beberapa hal yakni: latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, metode, tempat dan waktu, responden, instrumen, serta variabel penelitian. Dalam bagian ketiga penulis akan menjabarkan mengenai laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan serta rangkuman dari pembahasan hasil penelitian A. Situasi umum Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur 1. Sejarah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Paroki Santo Markus Melak, adalah salah satu Paroki yang terletak di salah satu Kabupaten di Kalimantan Timur yaitu Kabupaten Kutai Barat, jumlah umatnya cukup banyak, serta dari berbagai macam suku, baik yang berada di pusat Paroki maupun yang berada diwilayah atau stasi yang juga cukup luas. Letak Paroki sangat strategis karena berada di pusat kota Kabupaten. Paroki ini semula merupakan bagian stasi dari Paroki Kristus Raja Barong Tongkok yang berada dibawah Keuskupan Agung Samarinda. Pada awal tahun 1984, Melak menjadi stasi dari Paroki Kristus Raja Barong Tongkok yang pada saat itu dilayani oleh Pastor Klein, MSF sebagai Pastor Parokinya. Jemaat perdana Stasi Melak adalah para pendatang yang bertugas di Melak sebagai: PNS, POLRI, ABRI yang berjumlah hanya 10 Kepala Keluarga (KK). Jemaat perdana ini belum memiliki

67 48 gereja yang tetap untuk kegiatan ibadat pada hari Minggu ataupun pada hari-hari raya. Mereka menggunakan fasilitas umum seperti: sekolah atau berpindah dari rumah ke rumah untuk kegiatan ibadat. Perubahan terjadi pada awal tahun 1989, ketika umat Katolik di Stasi Melak semakin bertambah, banyak anak-anak sekolah yang berasal dari kampung datang dan tinggal di asrama-asrama, keadaan inilah yang memacu umat perdana untuk merencanakan pembangunan gereja stasi (kapel). Dalam buku kenangan peresmian dan pemberkatan gereja Katolik St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur (Priyadi ed., 2004:16) dituliskan mengenai awal terbentuknya sebuah paroki di melak Kutai Barat Kalimantan Timur: Awal terbentuknya paroki sudah ada dengan adanya stasi Melak, ketika Ibukota kecamatan Melak dijadikan pusat pemerintahan pembantu Kabupaten Kutai hingga menjadi Kabupaten Kutai Barat dengan sendirinya terjadilah penambahan umat Katolik di kota ini. Melihat perkembangan itu stasi Melak ditingkatkan statusnya sebagai sebuah Paroki dalam keuskupan Samarinda berdasarkan SK Keuskupan Samarinda tanggal 1 Maret 1998 dengan membawahi 13 stasi yakni: 1. Stasi Muara Jawaq 2. Stasi Gadur 3. Stasi Sakaq Tada 4. Stasi Muara Bunyut 5. Stasi Empakuq 6. Stasi Sekolaq Darat 7. Stasi Sekolaq Joleq 8. Stasi Sekolaq Oday 9. Stasi Merayaq 10. Stasi Jengan 11. Stasi Gunung Rampah 12. Stasi Empas 13. Pusat Paroki.

68 49 2. Letak dan Situasi Geografis Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur berbatasan dengan beberapa Paroki diantaranya: sebelah selatan berbatasan dengan stasi Sakaq Lotoq, sebelah Utara berbatasan dengan Paroki Kristus Raja Barong Tongkok, sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Keluarga Suci Tering, sebelah Barat berbatasan dengan Paroki Buah Batu Loa Duri. Keadaan geografis Paroki cukup mendukung dalam perkembangan kehidupan perekonomian umat/masyarakatnya. Berada di daerah yang subur, dekat sungai Mahakam serta daerah yang strategis untuk segala kegiatan masyarakat pada umumnya. Kesuburan tanah dan hasil sungai yang melimpah menjadikan wilayah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur menjadi semakin ramai oleh penduduk yang berasal dari luar wilayah baik itu dari pulau-pulau lain maupun dari luar wilayah Kutai Barat itu sendiri. 3. Situasi Umat Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur a. Jumlah Umat Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Paroki Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur mempunyai jumlah umat yang cukup banyak yaitu KK dengan jumlah ini yang terbagi lagi kedalam 13 stasi menjadikan semakin luas wilayahnya. Banyaknya umat dalam Paroki ini membawa keuntungan tersendiri bagi Paroki dan menjadi tanggung jawab yang berat juga dalam membina perkembangan iman umatnya. Dengan jumlah umat

69 50 yang cukup banyak ini dapat dipastikan bahwa tugas seorang Pastor Paroki juga menjadi sangat berat dan untungnya umat di paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur ini dapat bekerja sama dengan baik. Saling membantu dalam segala kegiatan dan pengurus Gereja selalu berusaha merangkul umat yang berada distasi-stasi walaupun jaraknya cukup jauh dari pusat Paroki. b. Situasi Sosial-ekonomi Umat Paroki Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Penduduk asli Kutai Barat adalah suku Dayak, suku inilah yang menempati daerah Kalimantan, walaupun kemudian berkembang dan bercampur dengan para pendatang dan semakin berkembang menjadi masyarakat yang beraneka ragam. Masyarakat di wilayah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur pada umumnya berasal dari daerah-daerah di seluruh indonesia terutama dari daerah Jawa karena pada paroki Melak ini terdapat banyak sekali desa transmigran. Oleh karena itulah dalam hal agama juga berbeda-beda, walau kebanyakan beragama Muslim namun kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat masih tetap terjaga dengan baik. Setiap masyarakat di wilayah Paroki hidup rukun dan berdampingan dengan damai. Dalam kehidupan bermasyarakat umat tidak terlepas dari tradisi yang begitu kental yakni tradisi Dayak yang sudah dipelihara secara turun-temurun dari nenek moyang, mulai dari tradisi bertani, adat-istiadat, agama, dan lain sebagainya. Tradisitradisi yang hidup dalam masyarakat inipun terus berkembang dalam kehidupan umat

70 51 Katolik pada umumnya dan mendapat penyesuaian dengan kehidupan umat yang sudah beragama. Dengan keadaan geografis wilayah yang sangat mendukung maka kebanyakan penduduk Kutai Barat saat ini yang bermata pencaharian sebagai petani, nelayan, namun ada juga yang berprofesi sebagai pegawai negeri, tidak sedikit juga umat yang bekerja pada perusahaan-perusahaan tambang yang ada disekitar wilayah Kabupaten Kutai Barat. Letak Paroki yang berada di dekat sungai yaitu sungai mahakam juga menjadikan mata pencaharian sebagai nelayan menjadi salah satu mata pencaharian yang banyak dikerjakan oleh sebagaian besar masyarakat. Mengenai perkawinan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur tidak berbeda dari paroki-paroki lain. Kebanyakan yang menikah di Gereja Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur adalah calon pasangan suami-istri yang memang berdomisili di wilayah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur, namun ada juga yang berasal dari luar daerah dan usia pasangan ini adalah dalam usia yang relatif muda. KPP yang dilaksanakan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur disesuaikan dengan jadwal dari Pastor Paroki dan tergantung pada calon pasangan suami-istri yang akan menikah, KPP biasanya dilaksanakan beberapa hari menjelang pemberkatan perkawinan. Yang memberikan KPP biasanya adalah Pastor Paroki atau Ketua Stasi yang sudah ditunjuk dan dilakukan secara singkat. Tidak jarang pula Pastor Paroki terpaksa merangkap tugas sebagai ekonom, psikolog, dokter dan moralis sekaligus dalam dalam memberi bimbingan dalam KPP.

71 52 B. Persiapan Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan, metode, tempat dan waktu, responden, dan instrumen penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara/interview. Dalam bagian terakhir pada persiapan penelitian ini akan dibahas mengenai: variabel penelitian. 1. Latar Belakang Penelitian Penulis memilih meneliti mengenai peranan KPP dalam membangun hidup iman keluarga muda di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Keluarga muda yang dimaksud adalah keluarga-keluarga yang usia perkawinannya diantara 1-10 tahun. Karena keprihatinan peneliti kepada kenyataan-kenyataan yang terjadi pada perkawinan keluarga muda saat ini. Begitu banyak keluarga-keluarga muda yang bermasalah dan begitu pula cara penyelesaiannya yang dirasa kurang tepat dan tidak banyak menguntungkan, baik bagi kedua pasangan maupun anggota keluarga yang lain misalnya anak-anak. Kenyataan tersebut yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian apakah memang KPP yang telah mereka ikuti membawa pengaruh pada hubungan mereka ketika telah menjalani kehidupan berkeluarga atau tidak. Penulis juga ingin mengetahui secara lebih mendalam apakah KPP yang telah diterima benar-benar diterapkan dalam pengalaman hidup berkeluarga para pasangan atau tidak.

72 53 2. Rumusan Permasalahan Berdasarkan pokok-pokok pemikiran tersebut yang telah penulis uraikan di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana pemahaman keluarga muda Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur mengenai perkawinan, hubungan Suami-istri, keturunan (anak), serta tanggapan mengenai KPP di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur? b. Sejauh mana keterlibatan keluarga muda Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur dalam hidup menggereja dan hidup bermasyarakat? c. Adakah unsur-unsur kebudayaan setempat yang berpengaruh terhadap pemikiran tentang perkawinan keluarga muda Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur? 3. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian yang dilaksanakan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur ini adalah: a. Mengetahui sejauhmana pemahaman keluarga muda Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur mengenai perkawinan, hubungan Suami-istri keturunan (anak), serta tanggapan mengenai kursus persiapan perkawinan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur

73 54 b. Mengetahui sejauhmana tingkat keterlibatan keluarga muda Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur dalam hidup menggereja, hidup bermasyarakat c. Mengetahui sejauhmana pengaruh kebudayaan setempat terhadap pemikiran tentang perkawinan oleh keluarga muda Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur 4. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam bukunya mengenai penelitian Sugiyono menuliskan bahwa: Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana penelitia adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan data dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugioyono 2010:14). Tujuan metode penelitian kualitatif adalah untuk memperoleh makna dan pemahaman budaya subjek penelitian (Purwanto, 2010:210). Penulis memilih metode penelitian kualitatif ini tentu dengan tujuan untuk mendapatkan data yang lebih natural karena sesuai dengan kondisi dari responden penelitian itu sendiri tanpa ada rangsangan dari peneliti. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis dan diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini

74 55 penulis menggunakan analisis data yang berupa statistik inferensial karena pengambilan data dilakukan secara acak/random (Sugiyono, 2010 : 51). Untuk mendukung dalam memperoleh data maka penelitian dalam skripsi ini juga menggunakan metode survei. Sebagaimana yang dilansir dari perkataan Singarimbun dan Effendi bahwa: Penelitian survei adalah penelitian yang hanya dilakukan atas sampel (Purwanto, 2010 : 174). Survei umumnya digunakan dalam penelitian deskriptif yang mempunyai ciriciri sebagai berikut: informasi diperoleh dari responden merupakan sampel, dan informasi diperoleh dengan melalui beberapa pertanyaan yang ada. Melalui penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh informasi yang nyata, sehingga pada akhir kegiatan peneliti dapat mendeskripsikan masalah-masalah yang ada di lingkungan subjek penelitian. Metode ini bertujuan untuk memperoleh informasi melalui permintaan keterangan kepada pihak-pihak yang diberi pertanyaan (responden). Data berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Sebagai alat penelitian penulis menggunakan kuesioner/angket. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2008: 71). Kuesioner dalam penelitian ini hanya diberikan kepada responden utama (keluarga muda), sedangkan untuk mendapatkan data dari sumber lain (Pastor Paroki) maka peneliti menggunakan wawancara langsung namun ada juga data dari responden (keluarga muda) yang memakai wawancara.

75 56 5. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilaksanakan yaitu pada Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Penelitian ini dilakukan di beberapa stasi yang masih menjadi wilayah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur yang jaraknya cukup jauh dari wilyah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Waktu penelitian ini pada bulan Juli-September Responden Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga-keluarga muda dibeberapa stasi yang berada di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Guna mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian ini maka tidak semua Kepala Keluarga yang selanjutnya disingkat KK diberikan kuesioner melainkan hanya mengambil beberapa keluarga muda saja dari setiap stasi beberapa keluarga muda ini dalam penelitian layaknya disebut sampel. Sampel adalah Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 118). Cara pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan teknik sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yaitu: pasangan keluarga muda yang usia perkawinannya berada dibawah 10 tahun,

76 57 pasangan tersebut berdomisili di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur (Sugiyono, 2010:124). Dari keseluruhan jumlah responden yang ada di paroki St. Markus Melak yang diambil sebagai sampel adalah 50 Kepala KK saja, dengan mempertimbangkan beberapa kriteria tertentu seperti yang telah disebutkan dalam cara pengambilan sampel diatas tadi yaitu: pasangan keluarga muda yang usia perkawinannya berada diantara 1-10 tahun, pasangan tersebut berdomisili di wilayah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur, keluarga muda yang mendapat rekomendasi dari ketua wilayah dan juga ketua umat melalui data yang tercatat pada buku umat yang ada pada ketua wilayah atau ketua umat masing-masing. 7. Instrumen Penelitian Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran. Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang objektif yang diperlukan untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang objektif pula (Purwanto, 2010 : 183). Dalam penelitian ini peneliti mengunakan beberapa macam instrumen/teknik pengumpulan data yang berbentuk nontest yaitu dengan menggunakan kuesioner dan wawancara. a. Kuesioner Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang

77 58 efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010 : 199). Karena penelitian dilakukan dalam lingkup yang tidak begitu luas, maka kuesioner dapat diantar langsung kepada responden. Dengan adanya kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan suatu kondisi yang cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data obyektif dan tepat (Sugiyono, 2010 : ). Penulis menggunakan kuesioner dimana responden memilih satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia namun apabila tidak sesuai maka responden dapat mengisi jawaban sesuai dengan keadaan atau pendapatnya secara singkat dan jelas pada tempat yang telah disediakan. Adapun kuesioner yang di gunakan untuk mengumpulkan data-data tersebut dapat dilihat dalam lampiran (Lampiran 2 Hal 2) b. Wawancara/interview Esterberg mendefinisikan wawancara/interview sebagai berikut: a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communicationand joint constuction of meaning about a particular topic. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalu tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010 : 317). Wawancara (interview) adalah bentuk teknik komunikasi langsung antara peneliti dengan yang diteliti. Dengan bertanya langsung pada subyek yang diwawancarai peneliti akan mendapat tambahan informasi, terutama yang dirasa sulit diungkapkan dalam tulisan oleh yang diteliti, dengan wawancara juga dapat

78 59 memaksimalkan informasi yang didapat karena yang diteliti merasa bebas bercerita atau menyampaikan informasi yang diinginkan oleh peneliti. Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Seperti yang dilansir dari bukunya Sugiyono menuliskan: Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2010 : 197). Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini sebagai usaha memperjelas data yang akan diperoleh melalui kuesioner. Responden yang diwawancara adalah Pastor Paroki dan juga beberapa umat yang dirasa perlu untuk menambah data yang diperlukan oleh penulis. Jadi dalam pembahasannya, hasil wawancara akan disertakan pada pembahasan hasil kuesioner sejauh menyangkut pokok yang dibicarakan. Pedoman wawancara dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 3 hal: 9) 8. Variabel Penelitian: Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010 : 60). Dalam penelitian ini ada beberapa pokok variabel yang penulis anggap cukup membantu mengungkapkan beberapa permasalahan dalam rumusan permasalahan

79 60 diatas. Oleh karena itu penulis mengelompokkan beberapa variabel tersebut kedalam beberapa bagian guna mempermudah mendapatkan data. Beberapa pokok variabel tersebut adalah seperti yang sudah tertera dalam tabel berikut: Tabel: 1. Pokok permasalahan yang akan diungkap No. No. Item Variabel Jumlah (1) (2) (3) (4) 1 4,5,6,7,8,9,10 Pastoral keluarga ,12,13,14,15, Pemahaman mengenai hakekat keluarga 6 16 Kristiani 3 17,18,19,20,21,22,23,24,25 Kepedulian terhadap perkembangan iman dalam keluarga ,27,28,29,30,31 Keterlibatan keluarga dalam hidup 8,32,33 menggereja 5 34,35,36,37,38 Keterlibatan dalam hidup bermasyarakat ,40,41,42 Kebudayaan yang berpengaruh terhadap pemikiran tentang perkawinan 7 43,44,45,46 Tanggapan mengenai kursus persiapan perkawinan di Paroki St.Markus Melak Kutai Barat Kaltim. 4 4 C. Laporan Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu kuesioner terbuka dan tertutup, maka pada bagian ini penulis akan melaporkan hasil penelitiannya tersebut. Responden ditentukan oleh penulis dan bekerja sama dengan Pastor Paroki, adapun alasannya karena Pastor Paroki lebih mengetahui dimana lingkungan yang lebih banyak jumlah keluarga muda (keluarga dibawah sepuluh tahun).

80 61 Penelitian dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan dan dilakukan di stasi-stasi dengan cara peneliti memberikan lembaran kuesioner kepada responden kemudian memberikan waktu kepada responden untuk mengisinya bersama pasangan agar lebih leluasa mengisinya maka peneliti tidak menunggu ataupun melihat responden mengisinya dan beberapa hari kemudian peneliti datang kembali untuk mengambil lembaran kuesioner tersebut dari masing-masing responden. Sebelum pelaksanaan penelitian ini penulis telah terlebih dahulu mempersiapkan daftar pertanyaan yang berfungsi untuk mengarahkan responden kepada jawaban-jawaban yang diharapkan oleh penulis guna mengetahui hasil dari apa yang ingin diteliti. Selama proses penelitian berlangsung penulis juga menyertakan beberapa pertanyaan secara langsung (wawancara), namun tidak semua responden yang diwawancarai. Tetapi ada juga responden yang dengan suka rela bercerita mengenai pengalaman dalam hidup rumah tangganya. Waktu pengisian kuesioner juga mengikuti jadwal dari responden yang kebanyakan tidak mempunyai waktu banyak. Pengalaman-pengalaman manis dan pahit yang dialami oleh penulis semakin menambah pengetahuan penulis akan begitu kompleksnya hidup berkeluarga dan penulis banyak mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman tersebut. Bahwa tidak semua keluarga yang terlihat akur atau baik-baik saja dari luarnya sungguhsungguh bahagia, terkadang mereka menyimpannya dengan rapi dan bersikap seolaholah tidak terjadi apa-apa dalam rumah tangganya karena mereka mempunyai

81 62 pertimbangan tertentu untuk dengan sengaja tidak memperlihatkan bahwa dalam rumah tangganya terdapat masalah. 1. Laporan Hasil Kuesioner a. Responden Penelitian Tabel: 2.1. Jumlah responden yang di teliti ( N = 50 ) No No.Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) Usia a. Antara 0-2 thn 8 % 1 1 Perkawinan b. Antara 3-5 thn 26 % c. Antara 6-8 thn 32% d. Antara 9-10 thn 34 % Usia Anak Tertua Usia Anak Termuda a. 5 tahun 36 % b. 6 tahun 22 % c. 7 tahun 14 % d. Lain-lain 28 % a. 5 tahun 14 % b. 6 tahun 10 % c. 7 tahun 24 % d. Lain-lain 26 % Berdasarkan tabel 2.1 diatas dapat dilihat bahwa perkawinan yang berusia antara 6-8 tahun yang relatif masih muda hampir sebagiannya sudah mempunyai anak lebih dari 2 orang anak. Keluarga muda ini sungguh merupakan keluarga muda yang cukup produktif dan membutuhkan banyak perhatian dari pihak keluarga besarnya. Dari keluarga muda tersebut memang rata-rata hampir 26% yang memiliki anak usia batita yaitu usia anak dibawah tiga tahun.

82 63 b. Pastoral Keluarga Dalam variabel ini akan mencakup: apakah responden memahami tentang: pengertian perkawinan, perkawinan yang Sakramen, monogam, tak terceraikan, tujuan perkawinan, hakikat suatu perkawinan, cinta kasih suami-istri, perbedaan perkawinan gereja dan perkawinan sipil. Tabel 2.2 Pastoral Keluarga ( N = 50 ) No No. Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) Kunjungan a. Sering keluarga oleh b. Kadang-kadang 18 % Pastor Paroki c. Tidak pernah 76 % d. Lain-lain 6% Kurangnya a. Sudah ada perwakilan kunjungan Pastor Pastor Paroki yang - pada keluargakeluarga. berkunjung 2 5 b. Pastor terlalu sibuk sehingga 18 % kurang mempunyi waktu c. Tempat dan jarak yang tidak 80 % memungkinkan d. Lain-lain 2 % Pendampingan a. Ada 4 % keluarga oleh b. Tidak ada 86 % 3 6 gereja melalui c. Sedang di rencanakan 10 % retret/rekoleksi d. Lain-lain 4 % Mengikuti a. Selalu Pendampingan b. Tidak pernah 90% keluarga c. Kadang-kadang Pendampingan keluarga oleh paroki yang pernah diikuti d. Lain-lain 10% a. Rekoleksi bersama pasangan suami-istri selama 22 % sehari b. Penyuluhan tentang keluarga oleh Dewan Paroki ke stasi-stasi 6 %

83 64 (1) (2) (3) (4) (5) c. Seminar tentang hidup berkeluarga dengan - mengundang pembicarapembicara yang sudah berpengalaman d. Lain-lain 72 % Kendala dalam a. Kurang mendapat informasi 54 % mengikuti b. Waktu yang tidak 22 % 6 9 pendampingan memungkinkan keluarga c. Kesibukan kerja yang terlalu - padat d. Lain-lain 24 % Perlunya a. Agar keluarga muda pendampingan terbantu untuk membangun 78 % bagi keluargakeluarga keluarga yang lebih baik oleh b. Merupakan kewajiban 8 % 7 10 Gereja Gereja maka harus dijalani c. Karena belum ada instansi lain yang 12 % memperhatikannya d. Lain-lain - Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat dilihat bahwa 76% umat merasa belum pernah dikunjungi oleh Pastor Paroki karena jarak dan waktu yang tidak memungkinkan. 72% dari responden tidak pernah mengalami pendampingan dengan materi-materi tentang keluarga. Pendampingan atau pastoral keluarga juga jarang dialami oleh keluarga-keluarga ini, walau ada kegiatan yang dilaksanakan di pusat Paroki namun karena informasi yang didapat kurang dan juga kebanyakan dari keluarga-keluarga ini adalah petani yang setiap hari harus bekerja maka kegiatan tersebut menjadi tidak pernah diikuti oleh mereka. Tetapi responden cukup memahami bahwa pendampingan dalam hidup berkeluarga amat penting dilihat dari

84 65 78% responden yang merasa jika pendampingan keluarga berguna agar keluargakeluarga muda terbantu membangun keluarga yang lebih baik. c. Pemahaman Mengenai Hakikat Perkawinan Variabel ini juga akan mengungkapkan tentang: Arti hubungan suami-istri, perhatian terhadap pasangan, mendengarkan keluhan pasangan, pujian terhadap pasangan, waktu khusus untuk pasangan. Tabel: 2.3 Pemahaman Mengenai Hakikat Perkawinan ( N = 50 ) No No. Item Pernyataan Alternatif Jawaban Presentase % (1) (2) (3) (4) (5) Arti Perkawinan a. Adalah suatu jalan agar dapat melestarikan keturunan b. Persekutuan hidup antar pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang penuh 92 % c. Hidup antara dua pria dan wanita dalam satu rumah 8 % d. Lain-lain Tuntutan Gereja agar perkawinan dilakukan: Satu dengan satu, setia seumur hidup. Yang bertanggung jawab terhadap perekonomian keluarga. Menjaga hubungan suamiistri. a. Mustahil - b. Tidak realistis - c. Mungkin diwujudkan 90 % d. Lain-lain 10 % a. Suami 12 % b. Istri c. Kedua-duanya 88 % d. Lain-lain - a. Mengutamakan dialog dengan pasangan dalam segala hal. b. Memberi waktu khusus untuk pasangan 48 % 10 %

85 66 (1) (2) (3) (4) (5) c. Memperhitungkan anak-anak 29 % dalam mengambil keputusan ketika menghadapi masalah d. Cepat saling mengampuni 12 % Hubungan a. Harmonis 80 % 5 15 dengan pasangan b. Biasa saja 20 % c. Kurang Harmonis Frekuensi komunikasi dengan pasangan. d. Lain-lain - a. Selalu berusaha untuk 88 % berkomunikasi dengan pasangan dimanapun berada b. Cukup dirumah saja setelah 12 % pulang bekerja c. Bila dirasa perlu saja - d. Lain-lain - Berdasarkan tabel 2.3 pemahaman mengenai hakekat perkawinan oleh pasangan keluarga muda terlihat cukup baik dilihat dari jawaban responden di atas 80% sesuai dengan harapan peneliti. 10% responden tidak mengerti mengenai prinsip perkawinan yaitu satu dan setia seumur hidup. Oleh karena itu dalam penghayatan akan Sakramen perkawinan maka kedua pasangan hanya perlu sungguhsungguh menghayati dengan jujur untuk lebih mengembangkan hubungan yang lebih konkret antara kedua pasangan. d. Kepedulian Terhadap Perkembangan Iman Dalam Keluarga Dalam Variabel ini oleh penulis juga akan dibahas mengenai bagaimana perkembangan iman dalam keluarga muda, diantaranya tanggapan dari responden

86 67 tentang: keturunan/anak, pentingnya pendidikan anak, pandangan mengenai pendidikan anak, perlunya pendidikan anak di sekolah, rumah, dan Gereja. Tabel: 2.4 Kepedulian Terhadap Pengembangan Iman dalam Keluarga ( N = 50 ) No No.Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) Menyediakan a. Selalu 1 17 waktu untuk berdoa b. Kadang-kadang 98 % bersama dalam c. Tidak pernah keluarga. d. Lain-lain 2 % Kendala yang a. Tidak ada waktu dihadapi ketika karena terlalu sibuk 6 % ingin bersama keluarga. berdoa dalam Kegereja bersama setiap hari minggu. Anak-anak menguasai doa-doa harian (Bapa Kami, Salam Maria, Doa Tobat, Syahadat, dll). Mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan Gereja. bekerja b. Terlalu lelah 14 % c. Sering lupa 80 % d. Lain-lain - a. Merupakan suatu kebiasaan dalam 2 % keluarga b. Hanya bila ada waktu 46% saja c. Lebih sering sendirisendiri 52 % d. Lain-lain - a. Menguasai - b. Menguasai sebagian saja 60 % c. Tidak menguasai sama sekali 24 % d. Lain-lain 16 % a. Sudah merupakan kewajiban orang tua dalam mendidik iman anak-anaknya 80 % b. Hanya bila ada tugas dari sekolahnya 2 % c. Agar anak semakin

87 68 (1) (2) (3) (4) (5) mampu mengembangkan 18 % dan menghayati imannya d. Lain-lain - Menyediakan a. Selalu dan merupakan waktu untuk kebiasaan bersama 56 % berdiskusi dengan untuk berkumpul keluarga dalam keluarga b. Hanya bila ada waktu 38 % 6 22 saja c. Jika ada masalah dalam keluarga 6 % barulah ada waktu berkumpul bersama d. Lain-lain - Bersharing tentang a. Agar semakin Kitab Suci dengan pasangan. mendalami iman akan Kristus 12 % b. Agar semakin 7 23 mengenal Kristus dan dapat mengajarkan 40 % kepada anak-anak c. Hanya bila ada waktu 40 % d. Lain-lain 8 % Mendukung anak a. Agar iman anak dapat untuk mengikuti berkembang dengan 40 % segala kegiatan mandiri. gereja yang b. Agar anak semakin 8 24 disukainya. tertarik menjadi 10 % pelayan gereja c. Agar anak dapat lebih dekat dengan sumber 50 % imannya yaitu Yesus kristus. d. Lain-lain - Dari Tabel 2.4 dapat dilihat bahwa 98% pasangan hanya kadang-kadang saja menyediakan waktu berdoa dalam keluarga alasannya adalah karena lebih sering lupa. Kegiatan kegereja bersama setiap hari minggu hanya 2% saja yang merupakan

88 69 kegiatan bersama dari responden, dan hampir 60% anak-anak hanya menguasai sebagian saja dari doa-doa harian. 16% dari responden merasa jika anak-anaknya belum terlalu penting untuk menguasai doa-doa harian Gereja karena merasa anakanaknya masih sangat muda. e. Keterlibatan Keluarga Dalam Hidup Menggereja Variabel ini mengungkapkan keterlibatan keluarga dalam hidup menggereja seperti: Ke gereja bersama, terlibat dalam kepengurusan Gereja, menjabat dalam kepengurusan Gereja, berdoa bersama, doa-doa harian dikuasai, mengajarkan doa-doa kepada anak-anak. Tabel: 2.5 Keterlibatan Keluarga Dalam Hidup Menggereja ( N = 50 ) No No.Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) Pengertian hidup a. Kegiatan yang dilakukan menggereja. oleh umat dalam 50 % melaksanakan liturgi dan doa-doa di Gereja b. Kegiatan yang melibatkan umat dengan 30 % 1 25 Gereja c. Panggilan untuk semua umat beriman dalam mewujudkan tanggung 20 % jawab di gereja maupun masyarakat dalam segala bidang Terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan di lingkup gereja d. Lain-lain - a. Selalu 2 % b. Kadang-kadang 76 % c. Tidak pernah 22 % d. Lain-lain -

89 70 (1) (2) (3) (4) (5) 3 27 Menjabat sebagai a. Pernah 26 % pengurus b. Tidak pernah 72 % gereja/paroki. c. Tidak berminat 2 % d. Lain-lain - Kendala yang a. Rumah yang jauh dari dialami ketika Paroki atau Gereja 44 % menjadi pengurus b. Kesibukan kerja yang 10 % 4 28 di gereja/paroki. terlalu banyak c. Kurang memahami 5 % tentang Paroki/Gereja d. Lain-lain 36 % Sikap Anda a. Melaksanakan dengan terhadap hidup sepenuh hati karena menggereja. merupakan wujud 88 % tanggung jawab sebagai anggota gereja b. Ikut terlibat dalam hidup menggereja agar tidak ketinggalan berita 12 % dengan umat yang lain c. Melaksanakan agar tidak - di omelin oleh pastor Paroki Terlibat dalam doadoa di lingkungan tempat tinggal. Kendala doa-doa lingkungan. dalam di Kendala untuk hadir dalam doadoa dilingkungan. d. Lain-lain - a. Selalu b. Kadang-kadang 100 % c. Tidak pernah - d. Lain-lain - a. Tidak menarik sehingga tidak tertarik untuk datang 18 % b. Tidak bermutu - c. Kesulitan mengerti tentang Kitab Suci 76 % d. Lain-lain 6 % a. Terlalu sibuk 50 % b. Terlalu lelah setelah 44 % seharian bekerja c. Tidak pernah ada kegiatan 6 % doa di lingkungan d. Lain-lain -

90 71 Berdasarkan tabel 2.5 diatas dapat kita lihat bahwa dari 50 responden hampir 72% yang tidak pernah menjabat sebagai pengurus paroki, dengan berbagai alasan juga, namun responden tetap terlibat dengan kegiatan gereja walaupun tidak sepenuhnya, karena pertimbangan waktu dan keadaan responden. f. Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat Terlibat dalam kepengerusan RT, RW, ikut dalam kerja bakti di lingkungan, hubungan dengan masyarakat, ikut ronda, terlibat dalam kegiatan sosial, ikut dalam organisasi masyarakat dll. Tabel: 2.6 Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat ( N = 50 ) No No.Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) Terlibat sebagai a. Ya 8 % pengurus desa b. Tidak 92 % 1 33 c. Tidak berminat - d. Lain-lain - Motivasi terlibat a. Agar dapat dalam kegiatan di membangun 20 % lingkungan masyarakat.. masyarakat secara bersama-sama 2 34 b. Merupakan kewajiban sebagai warga 74 % c. Agar dapat menerapkan ajaran agama - dalam kehidupan bersama Waktu mengikuti musyawarah untuk d. Lain-lain 6 % a. Hanya jika ada 12 % waktu luang

91 72 (1) (2) (3) (4) (5) b. Lebih sering tidak 32 % hadir dalam 3 35 musyawarah kampung c. Berusaha untuk selalu menghadiri 56 % musyawarah kampung d. Lain-lain - Sumbangan dalam a. Apabila diminta - kegiatan di b. Menyumbang 92 % 4 36 lingkungan/ semampunya kampung. c. Bukan kewajiban 2 % d. Lain-lain 6 % Membantu dalam a. Terlibat dalam memajukan kampung gotong royong 62 % bersama. yang rutin b. Menyumbang 36 % apabila ada 5 37 kegiatan c. Ikut terlibat dengan sepenuh 2 % hati baik dalam hal dana maupun pemikiran d. Lain-lain - Berdasarkan tabel 2.6 diatas dapat dilihat dari 5 pernyataan tersebut jawaban responden relatif cukup baik walaupun 92% responden tidak terlibat dalam kepengurusan desa ata kampung namun responden cukup aktif terlibat dalam pmbangunan kampung misalnya gotong-royong dll.

92 73 g. Kebudayaan yang Berpengaruh Terhadap Pemikiran Tentang Perkawinan Pandangan tentang perkawinan dilihat dari sisi kesukuan (menurut suku masing-masing), apakah adat-istiadat masih berpengaruh dalam perkawinan, peran budaya dalam perkawinan. Tabel: 2.7 Kebudayaan yang berpengaruh terhadap pemikiran tentang perkawinan ( N = 50 ) No No.Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) Perkawinan adat suatu keharusan. Perkawinan secara adat dilaksanakan walau tanpa Perkawinan Gereja. Yang berperan dalam keluarga. a. Dilaksanakan atau tidak, tidak akan berpengaruh 8 % b. Jika tidak dilaksanakan 92 % perkawinan akan dirasa belum cukup syah c. Jika tidak dilaksanakan akan - mendapat sanksi d. Lain-lain - a. Setuju - b. Sangat setuju 2 % c. Tidak setuju 98 % d. Lain-lain - a. Suami - b. Istri 2 % c. Kedua-duanya 98 % d. Lain-lain - Peranan keluarga besar a. Ketika mengalami 10 % masalah dalam keluarga misal: Materi, anak-anak dll. b. Hanya apabila 10 % diminta oleh suami atau istri

93 74 (1) (2) (3) (4) (5) c. Keluarga besar tidak 40 % ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga kami d. Lain-lain - Berdasarkan tabel 2.7 diatas mengenai Kebudayaan yang berpengaruh terhadap pemikiran tentang perkawinan yaitu responden beranggapan bahwa perkawinan adat merupakan suatu keharusan dan jika tidak dilaksanakan perkawinan akan dirasa belum cukup syah ini terlihat dari 92 % jwaban dari 50 responden. Namun responden juga tidak setuju apabila perkawinan secara adat dilaksanakan walau tanpa perkawinan Gereja ini merupakan 98 % dari jawaban responden. h. Tanggapan Mengenai Kursus Persiapan Perkawinan di Paroki St.Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Dalam variabel ini akan penulis akan mencoba mengkapkan dari responden mengenai: perlu atau tidaknya membuat KPP, usulan materi yang dirasa penting, mengapa penting membuat kursus perkawinan bagi pasangan yang akan menikah, apakah yang harus dilakukan oleh paroki untuk semakin meningkatkan pelayanan dalam sakramen pernikahan. Dari data-data inilah nanti akan dilihat sejauh mana peranan KPP dalam mengembangkan iman keluarga muda tersebut. Sehingga penulis akan dapat menganalisisnya sesuai dengan kebutuhan dari responden mengenai apa

94 75 saja yang dibutuhkan oleh responden guna semakin memperdalam pengetahuannya mengenai hidup berkeluarga. Tabel: 2.8. Tanggapan mengenai kursus persiapan perkawinan ( N = 50 ) No No.Item Pernyataan Alternatif Jawaban Persentase % (1) (2) (3) (4) (5) 1 Hakikat a. Persekutuan hidup pria perkawinan dan wanita, atas dasar saling mencintai, 42 membentuk hidup, tujuan 52 % yang sama. b. Persekutuan hidup antara pria dan wanita, atas dasar saling mencintai untuk membentuk hidup bersama 52 % dan saling membahagiakan c. Bersatunya suami-istri membentuk keluarga baru yang lebih besar d. Lain-lain - 2 Manfaat KPP a. Semakin memahami tentang perkawinan secara 84 % 43 Kristiani b. Kurang begitu bermanfaat - c. Kurang sesuai dengan kenyataan saat ini 16 % d. Lain-lin - Pengalaman a. Pernah 4 % yang belum b. Tidak pernah 86 % 3 44 disiapkan dalam c. Kadang-kadang 6 % KPP d. Lain-lain 4 % 4 45 Pengalaman seperti apa yang belum pernah disiapkan dalam KPP a. Dalammendidik iman anak - b. Ketika berbicara tentang ekonomi keluarga 6 % c. Ketika berbeda pendapat dengan pasangan 14% d. Lain-lain 80 %

95 76 Keterangan: Jumlah Keseluruhan responden adalah 50 KK Berdasarkan tabel 2.8 diatas dapat kita lihat pula bahwa manfaat kursus persiapan perkawinan cukup berarti bagi responden ini terlihat bahwa 84 % responden yang bahwa manfaat kursus persiapan perkawinan adalah untuk semakin memahami tentang perkawinan secara kristiani. 2. Laporan Hasil Wawancara 1. Bagaimana gambaran perkawinan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur? (pertanyaan untuk pastor) Gambaran perkawinan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur cukup baik, karena sejauh Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur berdiri belum pernah ada kasus-kasus berat yang dialami oleh pasangan-pasangan suami-istri. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi sepengetahuan Pastor Paroki sampai saat ini belum ada yang sampai bercerai. Memang banyak pernikahan usia muda yang dikarenakan hamil diluar nikah, ada pula pasangan yang beragama Katolik tetapi menikah hanya dengan upacara adat saja namun pasangan-pasangan ini kemudian meminta surat keterangan menikah Gereja dari gereja. Pasangan-pasangan muda yang menikah terkadang juga tidak dapat mengikuti KPP dengan tepat. Pernikahan yang banyak dilaksanakan oleh pasangan-pasangan yang sudah menikah sebelumnya namun salah satu pasangannya meninggal adalah pernikahan secara adat (dihadapan adat) saja. Kebanyakan pasangan tidak ingin di repotkan

96 77 dengan mengurus persyaratan-persyaratan perkawinan yang telah ditentukan oleh Gereja. Dengan menikah di hadapan adat tidak banyak persyaratan yang di berikan asalkan kedua pasangan tidak ada yang keberatan maka pernikahan dapat dilaksanakan dengan segera sesuai dengan keinginan kedua pasangan. Namun memang hal ini merupakan keprihatinan dari sebagian kecil saja, karena umat di paroki St. Markus Melak sebagian besar memang sudah cukup mengerti dan memahami akan makna sebuah perkawinan. Hal inipun menjadi pendukung dalam berkembangnya Gereja paroki di Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. 2. Bagaimana proses, dan materi persiapan kursus persiapan perkawinan dilaksanakan? (pertanyaan untuk pastor) Yang paling sering kursus persiapan perkawinan dilaksanakan di pusat Paroki dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh Paroki, namun karena waktu dan kendala jadwal pertemuan tersebut kadang-kadang tidak berjalan dengan baik, pasangan calon suami-istri tersebut lebih sering datang sendiri-sendiri sesuai dengan waktu yang mereka sanggupi, hal ini kemudian menjadi semakin mempersulit narasumber yang akan memberikan informasi, karena harus memberikan informasi dua kali karena kedua calon tidak bisa datang bersamaan dan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Materi KPP disesuaikan dengan pedoman-pedoman dan buku panduan yang telah ditentukan. Materi-materi tersebut di berikan oleh Pastor paroki dalam KPP secara singkat dan padat. Terkadang juga Pastor Paroki mendatangkan narasumber-

97 78 narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, misalnya untuk kesehatan suamiistri didatangkan seorang dokter ahli, untuk bidang hidup berkeluarga maka Pastor meminta pasangan suami-istri yang telah menikah untuk membagikan pengalamannya dengan bersharing mengenai pergulatan hidupnya dalam membangun keluarga agar dapat menjadi contoh yang nyata bagi kedua calon pasangan tersebut dalam membangun hidup berkeluarga. 3. Apakah ada pembinaan lanjutan untuk pasangan suami-istri yang telah menikah? (pertanyaan untuk pastor) Ada, pembinaan lanjutan untuk pasangan yang telah menikah hanya dilaksanakan di pusat Paroki yang berupa rekoleksi keluarga sehari. Peserta yang mengikuti rekoleksi tersebut hanyalah peserta-peserta yang jarak tempat tinggalnya berada di dekat pusat Paroki. Bagi pasangan-pasangan yang tempat tinggalnya jauh dari paroki terkadang mendapat informasi namun tidak berminat/ tidak dapat untuk hadir, adapula yang tidak mendapat informasi sama sekali sehingga tidak dapat hadir. 4. Apakah budaya/adat-istiadat dayak berpengaruh dalam proses anda mengambil keputusan? (pertanyaan untuk keluarga muda) Terkadang memang benar, karena pengaruh adat-istiadat dan budaya masih sangat kuat mempengaruhi pola pikir keluarga-keluarga muda tersebut. Terutama ketika pasangan suami-istri mendapat permasalahan dalam hal mengurus anak yang sakit. Apabila mereka meminta saran kepada orang tuanya masing-masing maka

98 79 mereka akan mendapat jawaban seperti: bila penyakitnya tidak dapat disembuhkan oleh dokter coba datangi orang pintar jawaban ini bagi kedua suami-istri yang mempunyai anak yang sakit tentunya menjadi salah satu solusi, apalagi disaat ekonomi lemah, tidak memiliki uang untuk berobat kedokter, kemudian pertimbangan mereka jika mendatangi orang pintar akan lebih murah dan cepat sembuh. Namun yang menjadi kendala adalah apa yang mereka lakukan ini bertentangan dengan ajaran agama. Tentu saja keduanya semakin dibingungkan oleh berbagai pendapat disana sini. 5. Apa saja kendala yang dialami dalam melaksanakan Pastoral Keluarga? (pertanyaan untuk pastor) Kendala yang dihadapi ketika mengadakan kunjungan keluarga adalah waktu dan kondisi kesibukan Pastor Paroki di pusat Paroki sangat padat. Karena Pastor Paroki St. Markus Melak hanya 1 (satu) orang maka pastoral keluarga menjadi tidak maksimal. Terkadang kunjungan keluarga hanya kunjungan ke stasi saja setelah Ekaristi bersama lalu dilanjtukan dengan acara makan bersama dan sharing sedikit lalu pelang. Waktu yang singkat ini terkadang tidaklah cukup bagi umat untuk mensharingkan pengalaman hidupnya terutama untuk keluarga-keluarga yang membutuhkan perhatian dari pastornya.

99 80 6. Kepada siapa saja anda lebih sering bersharing ketika mendapat masalah? (pertanyaan untuk keluarga muda) Ketika bermasalah dengan pasangan lebih sering bercerita kepada teman dekat atau saudara perempuan. Karena lebih nyaman sharingnya dan usia yang tidak terpaut jauh berbeda yang membuat mereka terkadang akan dengan otomatis dapat mengerti dan memahami perasaan kita. Dengan begitu ketika mendapatkan solusi tentu saja solusi tersebut akan menjadi solusi yang baik bagi kedua-duanya buakan hanya untuk salah satu pasangan sendiri. Memang tidak sedikit yang bersharing tentang masalahnya kepada orang tua perempuan tetapi hal itu akan kebanyakan dilakukan oleh pasangan yang wanita saja. Sementara untuk sang suami akan lebih suka bercerita kepada teman dekatnya di kantor atau saudaranya yang perempuan. D. Pembahasan Hasil penelitian Setelah pengumpulan data selesai dan melihat hasil dari penelitian yang dilaksanakan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur seperti data yang tertulis dalam laporan hasil penelitian maka dibawah ini penulis akan membuat pembahasannya secara lebih rinci menurut kelompok yang akan diungkap masingmasing. Dalam pembahasan hasil penelitian ini penulis juga menambahkan beberapa laporan hasil wawancara yang memang tidak di tulis dalam hasil laporan survei.

100 81 1. Pastoral Keluarga Berdasarkan tabel 2.2 diatas dapat kita lihat 76% responden yang menjawab tidak pernah mendapat kunjungan keluarga oleh pastor paroki, kurangnya kunjungan tersebut hampir (80%) dikarenakan jarak dan waktu yang terkadang tidak memungkinkan. Belum ada pendampingan keluarga dengan retret atau rekoleksi. Dan hampir (72 %) dari responden tidak pernah mengikuti pendampingan keluarga yang dilaksanakan di paroki. Kendala yang mereka hadapi dalam mengikuti pendampingan keluarga di paroki adalah kurang mendapat informasi dan waktu yang tidak memungkinkan karena terbentur dengan pekerjaan mereka yang kebanyakan adalah sebagai petani. Namun responden cukup mengerti, memahami mengenai makna dan arti dari sebuah perkawinan dan responden juga menganggap bahwa pendampingan bagi keluarga-keluarga memang sangat perlu. Berdasarkan pada hal itu peneliti melihat bahwa pengetahuan responden mengenai perkawinan sudah cukup baik, hanya saja perlu lebih diperdalam lagi agar responden/keluarga-keluarga muda merasa bahwa pastoral keluarga itu cukup penting demi perkembangan keluarga kearah yang lebih mengutamakan perkembangan iman. Kunjungan keluarga oleh Pastor Paroki akan sangat bermanfaat bagi perkembangan umat di suatu Paroki baik itu perkembangan spiritual maupun perkembangan pengetahuan hidup sehari-hari umat sendiri. Kendala jarak dan waktu memang tidak dapat dihindari, karena memang jarak antara stasi dan pusat Paroki cukup jauh ditambah lagi dengan medan yang terkadang juga tidak mendukung, hal ini pun menjadi keprihatinan bersama. Namun semua itu tidaklah

101 82 menghalangi niat untuk memperoleh pengetahuan, semuanya pasti ada jalan keluar apabila dimusyawarahkan secara bersama-sama. Mengerti dan memahami mengenai hakikat perkawinan memang merupakan hal yang sangat baik, dan ini menjadi suatu hal yang justru menjadi pendorong bagi Gereja untuk dapat membina dan mengembangkan dengan lebih baik lagi pengetahuan tersebut lewat berbagai cara misalnya: rekoleksi keluarga, retret pasutri dan lain sebagainya yang dapat membangun dan memperkembangkan dengan lebih mendalam pengetahuan tersebut. 2. Pemahaman Mengenai Hakikat Perkawinan Dari tabel 2.3 diatas dapat kita lihat bahwa responden cukup memahami mengenai hakikat, arti dari perkawinan dilihat dari yang menjawab untuk pengertian perkawinan adalah Persekutuan hidup antar pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang penuh (92 %). Hasil survei memperlihatkan bahwa jawaban dari responden cukup baik mengenai hubungan kedua pasangan karena responden merasa hubungannya dengan pasangannya harmonis (80%). Dan dari responden merasa yakin bahwa tuntutan Gereja mengenai sifat perkawinan menurut Gereja Katolik yang satu dengan satu dan setia seumur hidup memang dapat diwujudkan dalam perkawinan Katolik. Mengutamakan dialog dalam menyelesaikan permasalahan, dan mengutamakan anak dalam proses penyelesaian masalah tersebut (90%). Walaupun masih ada yang ragu-ragu dengan pernyataan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga dapat dilihat bahwa responden cukup memahami mengenai arti dari

102 83 perkawinan dilihat dari jawaban dari responden cukup baik mengenai hubungan kedua pasangan (92 %) responden setuju dengan pernyataan mengenai arti perkawinan adalah persekutuan hidup antar pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang penuh, karena responden merasa hubungannya dengan pasangannya harmonis (80%). Ini merupakan jawaban yang cukup memuaskan karena dalam keluarga muda pemahaman mengenai arti dan makna dari sebuah perkawinan merupakan hal yang sangat penting yang juga menandakan bahwa kedua pasangan tersebut sungguh-sungguh sudah siap secara lahir batin dalam membangun keluarga baru. Pemahaman tersebut bukan hanya sebatas kepada pemahaman akan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri saja melainkan lebih dalam lagi kepada sifat-sifat perkawinan dari segi religiusitasnya hal ini pun cukup dimengerti oleh responden dilihat dari jawaban terhadap keyakinannya bahwa tuntutan Gereja mengenai sifat perkawinan menurut Gereja Katolik yang satu dengan satu dan setia seumur hidup memang dapat diwujudkan dalam perkawinan Katolik (90%). Mengutamakan dialog dalam menyelesaikan permasalahan, dan mengutamakan anak dalam proses penyelesaian masalah tersebut. Semangat ini perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak terutama Gereja. Gereja menjadi tempat yang sangat tepat dalam hal mendukung dan mengembangkan spiritulitas perkawinan dalam keluarga muda yang sudah cukup memahami dan mengerti mengenai makna dan hakikat perkawinan. Melalui Gerejalah semua yang dibutuhkan oleh keluarga menjadi terpenuhi, baik itu kebutuhan rohani akan kabar gembira dari Allah maupun semangat untuk semakin mengembangkan kabar gembira tersebut pada dunia.

103 84 3. Kepedulian Terhadap Perkembangan Iman Dalam Keluarga Berdasarkan tabel Tabel 2.4 mengenai kepedulian terhadap pengembangan iman dalam keluarga dapat dilihat kurang begitu mendapat perhatian karena kurangnya intensitas doa bersama dalam keluarga (80 %) dari jawaban responden. Dan kendala yang dihadapi sehingga kurangnya waktu berdoa dalam keluarga adalah karena sering lupa (80 %). Hal ini merupakan suatu keprihatinan tersendiri, karena kurangnya minat dan pengetahuan responden mengenai pentingnya doa bersama dalam keluarga. Responden merasa bahwa dengan membawa anak-anaknya ke gereja setiap hari minggu dan mengijinkan anak-anaknya terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan di gereja sudah mencukupi kebutuhan akan pengetahuan dan pengalaman iman bagi anak-anaknya. Padahal justru dalam keluargalah sumber iman yang kelak menjadi kekuatan itu ditemukan, dalam keluarga doa bersama menjadi sebuah pengalaman yang mengakar dan terus selalu menjadi budaya bagi anak-anak jika kelak mereka telah dewasa, kebiasaan yang baik yang dialami sejak kecil membawa dampak yang sungguh positif bagi anak-anak dalam perkembangan imannya. Bukan masalah keterlibatan anak dalam kegiatan gereja dan lain sebagainya, tetapi bagaimana memupuk supaya iman dan penghayatan akan Kristus dimulai sejak ia baru mengenal dunia, ini akan menjadi kesan dan akan selalu menjadi ingatan bahkan menjadi pedoman untuk anak di masa yang akan datang. Maka dari itu perkembangan kehidupan iman anak sejak masih kecil menjadi kesempatan yang baik bagi orang tua untuk dapat memperkenalkannya kepada anak-anak mereka. Jika hal ini tidak

104 85 menjadi perhatian utama bagi para orang tua maka jangan disesalkan apabila kelak anaknya sudah dewasa dengan mudahnya melepas kepercayaannya akan Kristus karena ia tidak sungguh-sungguh mengenal inti imannya dengan baik. 4. Keterlibatan Keluarga Dalam Hidup Menggereja Berdasarkan tabel 2.5 tersebut diatas sebagian besar responden kurang memahami dengan baik mengenai pengertian dari hidup menggereja dilihat dari jawaban responden yang hanya memahami hidup menggereja hanya sebagai keterlibatan dalam hal kegiatan yang berhubungan dengan gereja secara fisik (bangunan) bukan dalam artian gereja sebagai persekutuan (50%). Dan hampir keseluruhan dari responden yang hanya kadang-kadang saja terlibat dalam doa-doa lingkungan dengan alasan yang hampir sama yaitu merasa kesulitan memahami Kitab Suci (76%). Dan hampir seluruh atau 100% dari responden yang hanya kadangkadang saja mengikuti kegiatan doa-doa yang dilaksanakan dilingkungan tempat tinggalnya. Jarak dan waktu menjadi penghambat terlibatnya responden dalam kegiatan menggereja terutama yang dilaksanakan di paroki. Kendala kesibukan kerja juga menjadi faktor pengambat terlibatnya responden dalam kegiatan-kegiatan doa yang dilaksanakan dilingkungan. Hidup menggereja bukan hanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Gereja, tetapi menyangkut kebersamaan umat dalam kesehariannya dalam memperkembangkan imannya secara bersama-sama. Seseorang yang rajin ke gereja setiap hari belum tentu dapat dikatakan kehidupan menggerejanya sudah ideal, jika

105 86 hubungannya dengan umat yang lain tidak terjalin dengan baik, misalnya ketua umat tidak mengenalnya sebagai warga yang tinggal dilingkungannya padahal ia berdomisili pada lingkungan tersebut. Hidup menggereja sangatlah kompleks hal inilah yang perlu disadari oleh umat/responden bahwa perkembangan iman bukan hanya masalah pribadi melainkan masalah bersama, penghayatan iman menjadi nyata ketika kita mampu berinteraksi, bekerja sama dan berhubungan baik dengan orang lain yang ada disekitar kita baik itu keluarga, saudara, anak maupun masyarakat iman. Mengaplikasikan iman dalam kehidupan bersama dengan orang lain baik yang beriman sama maupun yan berbeda iman. Pluralitas keadaan tempat tinggal menjadi hal yang perlu mendapat perhatian karena itulah kenyataan dari kehidupan kita. Oleh karena itu hendaknya kehidupan kita mencerminkan diri yang mengutamakan ajaranajaran Gereja tetapi tidak menyinggung orang lain yang juga ada disekitar kita. 5. Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat Berdasarkan tabel. 2.6 yang tidak menjabat sebagai pengurus desa (70%). Namun mereka menyadari bahwa menjadi pengurus desa adalah merupakan kewajiban sebagai warga. Keterlibatan dalam membangun desa/kampung cukup baik karena mereka berusaha untuk selalu menghadiri musyawarah kampung kurang lebih (56 %). Dan mereka selalu secara rutin terlibat dalam gotong royong yang dilaksanakan dikampung/desa. (62 % ) dan hal seperti itu memang masih amat terjaga dengan baik dalam kehidupan masyarakat di pedalaman.

106 87 Kesadaran yang baik ini akan sangat lebih baik juga jika diterapkan kepada kesadaran akan perkembangan iman dalam kebersamaan. Oleh karena itu sebagai warga sekaligus umat Allah perlunya keseimbangan antara kehidupan sosial dan religius. Dengan memiliki semangat yang besar kita dapat membangun kedua hal tersebut secara bersama-sama dan mendapatkan hasil yang juga dapat mengembangkan kebersamaan. Karena dengan terciptanya tatanan hidup yang baik pada masyarakat maka akan dengan sendirinya tercipta rasa nyaman bagi masyarakat itu dalam menjalankan perintah agamanya masing-masing. 6. Kebudayaan yang Berpengaruh Terhadap Pemikiran Tentang Perkawinan Berdasarkan tabel. 2.7 diatas yang menjawab bahwa perkawinan adat memang perlu dilaksanakan karena responden merasa jika tidak dilaksanakan akan dirasakan belum syah (92 %). Tetapi responden juga tidak setuju apabila perkawinan adat dilaksanakan tanpa perkawinan gereja dilihat dari banyaknya responden yang menjawab tidak setuju apabila perkawinan adat dilaksanakan tanpa perkawinan Gereja (98%). Pendapat ini memang tidak dapat kita salahkan begitu saja, pemahaman umat mengenai pentingnya pernikahan adat karena kebanyakan dari umat belum memahami dengan benar akan sakramen perkawinan. Pemahaman bahwa hanya dengan pernikahan adat sudah dapat mengesahkan sebuah perkawinan, karena memang terhalang oleh pernikahan yang mungkin belum beres, syarat-syarat untuk sebuah perkawinan yang Katolik belum terpenuhi dan lain sebagainya hal semacam inipun dapat menjadi alasan mengapa perkawinan adat menjadi lebih penting

107 88 dibandingkan pernikahan secara Gereja. Namun ada sebagian responden juga tidak setuju apabila dengan pernyataan bahwa perkawinan adat dilaksanakan tanpa perkawinan gereja hal ini dilihat dari 98% (49 responden dari 50 responden) yang menjawab tidak setuju apabila perkawinan adat dilaksanakan tanpa perkawinan gereja. Pemahaman ini yang menjadi salah satu titik tolak bagi Gereja untuk semakin memperdalam pengetahuan umat mengenai perkawinan, terutama pengetahuan kaum muda, karena dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah bagaimana kaum muda kemudian dapat mempersiapkan rencana perkawinannya dengan bekal yang sudah matang dalam hal pengetahuan akan makna dan hakikat sebuah perkawinan Katolik. Berdasarkan data tersebut kita dapat melihat bahwa terkadang pernikahan adat memang menjadi yang nomor satu apabila tidak sanggup melaksanakan pernikahan Gereja. Pengaruh kebudayaan masih begitu kuat menyatu dalam pola pikir masyarakat/responden. Memang bukan suatu kesalahan jika adat-istiadat masih dipegang teguh oleh masyarakatnya namun fungsinya bukan justru mengganti atau menyamakan dengan ajaran-ajaran Gereja. Konsekuensi adat yang ditanggung suatu masyarakat tertentu memang sering berbenturan dengan ajaran-ajaran agama. Seperti halnya suami-istri yang mengalami masalah tertentu yang solusi nya disarankan oleh orang tua dengan cara mengikuti cara tradisi nenek moyang. Tentu saja keduannya bingung dilain pihak sudah putus asa, sementara dilain pihak merasa bertentangan dengan ajaran agama. Hal inilah yang mendorong keduanya harus bersikap lebih bijaksana dan cerdas. Memang tidak semua adat budaya dalam suatu masyarakat yang tidak dapat diterima oleh ajaran Gereja, ada tempat dimana Gereja dapat masuk

108 89 dan tradisi setempat menjadi sarana yang paling tepat untuk memperkenalkan Yesus Kristus. Karena dengan menggunakan tradisi setempat pewartaan akan semakin cepat dapat diterima dan dipahami oleh umat. Tugas pewarta adalah dapat memilih dimana letak yang cocok dimana tradisi dapat digunakan sebagai sarana untuk pewartaan Kerajaan Allah. Pengenalan akan ajaran-ajaran agama dan budaya setempat perlu mendapat perhatian lebih karena disinilah letak penyatuan tersebut, jika ajaran-ajaran agama dapat masuk dan menjadi bagian dari budaya setempat dengan tidak menghilangkan esensi dari ajaran agama itu sendiri maka ajaran-ajaran agama itu akan dengan cepat dipahami dan dapat dihayati oleh umatnya. 7. Tanggapan Mengenai Kursus Persiapan Perkawinan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur Berdasarkan tabel. 2.8 dapat dilihat bahwa responden yang pernah mendapat pengalaman yang belum pernah dibicarakan dalam kursus persiapan perkawinan (86%). Dari responden yang merasa pengalaman yang belum pernah mereka alami yaitu mengenai ketika berbeda pendapat dengan pasangan merupakan suatu persoalan yang belum pernah mereka dapatkan dalam kursus persiapan perkawinan. Kebanyakan dari responden yang mengatakan demikian karena mereka mengikuti kursus persiapan perkawinan dengan lengkap walau memang tidak sama persis namun mereka merasa pernah dibekali untuk menghadapi permasalahanpermasalahan tersebut dalam hidup berkeluarga. Dan berdasarkan pengalaman itulah mereka dengan kebijaksanaan sendiri mampu menghadapinya dengan baik.

109 90 Pengetahuan yang didapat oleh keluarga-keluarga muda ini karena relasi dan pembelajarannya kepada pengalaman yang dialami. Oleh karena itu akan sangat mendukung apabila Gereja mendukung hal-hal tersebut dengan berbagai kegiatan yang kiranya mendukung dan dapat memperkembangkan, bukan hanya menambah pengetahuan melainkan memberikan solusi bagi keluarga-keluarga yang sedang mengalami permasalahan. Setiap individu akan merasa diperhatikan apabila ada yang dengan rela dan mau membantu serta memberikan masukan ketika mengalami permasalahan, begitu pula keluarga muda Katolik yang sedang dalam problemanya masing-masing, akan merasa di perhatikan oleh Gereja ketika Gereja mau terlibat ambil bagian dalam meringankan problema yang dihadapi. Gereja dalam arti memberikan dorongan, motivasi yang positif seperti meneguhkan, memberikan pembekalan, yang berguna demi kepentingan hidup berkeluarga yang baik. Sehingga dengan begitu keluargakeluarga akan terbantu dengan bijaksana dalam menyikapi problema hidup yang mereka hadapai dan semakin dikuatkan serta diteguhkan dalam menjalani perkawinannya.mendapatkan tempat mengadu dalam mengalami permasalahan dalam keluarga. Dengan begitu Gereja juga dapat mendekati keluarga-kelaurga dengan lebih mendalam lewat keterlibatan emosi dengan umatnya secara lebih. Dari sisi inilah Gereja dapat mengambil peran sebagai pewarta, lewat pengalaman konkret umat sendiri, sehingga umat dapat secara kontekstual menghayati panggilan hidup dan semakin menghayati imannya kepada Allah secara nyata.

110 91 E. Rangkuman Hasil Penelitian Setelah penulis melakukan penelitian sederhana dan mengolah hasilnya maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan: Perkembangan pengetahuan tentang perkawinan dalam keluarga muda di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur sudah cukup berkembang Keluarga muda membutuhkan pendampingan dari Gereja, karena banyak sekali keluarga muda yang masih membutuhkan pengetahunan dan pengalaman dalam hal mengembangkan iman dalam keluarga Perlu adanya dorongan dan motivasi kepada keluarga-keluarga muda dalam menyikapi kendala-kendala yang ada agar dapat menjadi cambuk semangat untuk semakin giat dan yakin bahwa dengan kesabaran dan ketabahan serta usaha yang tiada henti dapat menjadi sumber yang kuat untuk menjadikan keluarga yang senantiasa mengandalkan Kristus. Pemahaman mengenai makna dan hakikat perkawinan tidak terbatas hanya kepada makna yang diluar saja melainkan lebih mendalam lagi dimana kedua pasangan bukan bertujuan membangun keluarga secara fisik saja melainkan bagaimana keluarga tersebut juga dapat mencerminkan kehadiran Kristus yaitu damai dan cinta kasih. Perkembangan iman dalam keluarga menjadi tanggung jawab bersama bukan hanya suami saja atau istri saja tetapi secara bersama-sama saling membantu dan saling mengisi serta keluarga besar dan semua unsur baik Gereja maupun

111 92 pemerintahan juga turut berperan serta membimbing keluarga ke arah yang lebih baik. Hidup menggereja menjadi bagian yang utuh dalam perkembangan iman keluarga dimana semua anggota keluarga diharapkan terlibat aktif dalam kegiatan Gereja baik itu secara fisik maupun pikiran. Sayangnya hidup menggereja pada saat ini kurang mendapat perhatian dari keluarga-keluarga muda. Keluarga merupakan basis Gereja yang paling kecil menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Gereja, hanya saja banyak kelaurga yang kurang menyadarinya. Hidup bermasyarakat perlu dikembangkan karena seseorang tidak akan bisa hidup tanpa orang lain. Keterlibatan dalam hidup bermasyakarat memang sangat dibutuhkan karena satu orang tidak akan mungkin dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Perwujudan ini hendaknya tidak akan pernah hilang dan akan terus menjadi kesadaran bersama satu sama lain diharapkan saling menjaga dan mengidupkan budaya kebersamaan ini agar tidak lenyap seperti kehidupan dikota-kota besar. Tradisi-tradisi yang bertentangan dengan ajaran Gereja hendaknya dapat dihindari dan dengan bijaksana memilih suatu hal yang mampu mendukkung perkembangan iman dalam keluarga. Iman menjadi nyata ketika kita mampu mnerapkanya dalam interaksi, kerja sama dan hubungan baik dengan orang lain yang ada disekitar baik yang beriman sama maupun yang berbeda iman. Terkadang orang memang bersikap acuh tak acuh

112 93 terhadap orang lain disekitarnya mau berhubungan jika ada yang dibutuhkan. Hal tersebut tidak berlaku apabila dalam kehidupan di desa atau kampung terutama di bagian yang paling pedalaman. Keterlibatan dalam hidup bermasyakarat memang sangat idbuthkan karena satu orang tidak akan mungkin dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Perwujudan ini hendaknya tidak akan pernah hilang dan akan terus menjadi kesadaran bersama satu sama lain diharapkan saling menjaga dan mengidupkan budaya kebersamaan ini agar tidak lenyap seperti kehidupan dikotakota besar. Tradisi memang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan suatu bangsa, kebudayaan memang sudah menjadi bagian dari suatu masyarakat yang perlu mendapat pelestarian dan penghormatan. Karena budaya dan adat istiadat itu saling bersatu dan terkait, yang kemudian menjadi patokan dalam hal aturan-aturan atau norma-norma tertentu dari suatu masyarakat atau suku bangsa. Begitu pula halnya di daerah Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur adat-istiadat dan budaya suku Dayak telah menjadi patokan dalam hidup suku Dayak di daerah ini. Jauh sebelum mengenal adanya agama mereka telah percaya adanya kekuatan yang jauh lebih besar yang mengendalikan kehidupan mereka. Kepercayaan ini bukannya tidak benar, kepercayaan ini justru menjadi pokok kepercayaan suku Dayak. Agamaagama yang kemudian masuk tidak serta merta mengubah pandangan dan pola pikir masyarakat tersebut. Tetapi agama masuk justru melalui pendekatan-pendekatan dengan budaya tersebut bagaimana agama dapat diterima dan tidak bertentangan dengan adat istiadat setempat, dan bagaimana kemudian agama menjadi bagian yang

113 94 tidak terpisahkan dari adat istiadat tersebut. Tentu hal ini membutuhkan suatu proses yang tidak sebentar, banyak hal yang harus dilakukan demi menyatunya kebudayaan yang menjadi sarana mengenal Kristus oleh Gereja. Menjadi tugas dan tanggung jawab keluarga untuk semakin mengembangkan pengetahuan-pengetahuan tersebut agar generasi penerus Gereja selanjutnya tidak melupakan kebudayaannya dan juga tidak acuh tak acuh terhadap perkembangan imannya dalam Gereja. Oleh karena itu keluarga-keluarga muda perlu mendapat pendampingan dalam melaksanakan tugas pewartaannya tersebut.

114 BAB IV USULAN PROGRAM REKOLEKSI PENDAMPINGAN IMAN KELUARGA MUDA PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR A. Latar Belakang Program Rekoleksi Kebutuhan akan pendampingan iman dalam keluarga bukan hanya dibutuhkan oleh keluarga muda saja, tetapi semua keluarga-keluarga Katolik. Karena semakin tua usia perkawinan juga semakin beraneka ragam tantangan hidup perkawinan yang sudah di lalui, oleh karena itu pendampingan keluarga tidak semata-mata ditujukan kepada keluarga-keluarga yang keadaannya rumah tangganya bermasalah tetapi juga untuk semakin mempererat ikatan cinta serta menumbuhkan kembali semangat cinta Kristus dalam hidup berkeluarga. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka penulis menemukan beberapa keprihatinan antara lain: keluarga muda membutuhkan pendampingan dari Gereja, karena banyak sekali keluarga muda yang masih membutuhkan pengetahunan dan pengalaman dalam hal mengembangkan iman dalam keluarga, perlu adanya dorongan dan motivasi kepada keluarga-keluarga muda dalam menyikapi kendalakendala yang mereka hadapi agar dapat menjadi cambuk semangat untuk semakin giat dan yakin bahwa dengan kesabaran dan ketabahan serta usaha yang tiada henti dapat menjadi sumber yang kuat untuk menjadikan keluarga yang senantiasa mengandalkan Kristus, pemahaman mengenai makna dan hakikat perkawinan yang

115 96 hanya terbatas kepada makna luar saja, perkembangan iman dalam keluarga juga menjadi tanggung jawab keluarga besar dan semua unsur termasuk lembaga resmi pemerintah yang berperan pada bagian keluarga, kurangnya minat dalam menghayati hidup menggereja, tradisi-tradisi yang bertentangan dengan ajaran Gereja masih terus mempengaruhi pola pikir kebanyakan keluarga dan pemahaman mengenai ajaran agama masih sangat lemah sehingga kurang dapat berpikir bijaksana dalam menyikapi atau memilih tradisi yang menurut Gereja kurang mendukung dalam perkembangan iman. Melihat kenyataan-kenyataan tersebut maka penulis mengusulkan suatu program rekoleksi yang dapat membantu keluarga-keluarga muda dalam memperkembangkan dan menghayati imannya dalam kehidupan berkeluarga. Sasaran program rekoleksi ini khususnya adalah keluarga-keluarga di setiap stasi yang ada di Paroki St. Markus Melak. Tujuan dari rekoleksi ini adalah untuk lebih meningkatkan kualitas hidup beriman keluarga-keluarga muda sehingga dapat lebih dapat menerapkan hidup beriman yang kontekstual dalam keluargannya. Lewat kegiatan rekoleksi peserta dapat dipersiapkan secara maksimal, baik dalam persiapan rekoleksi, materi-materi yang ada, juga mempersiapkan mental pasangan-pasangan keluarga muda tersebut, selain itu juga kegiatannya dapat disesuaikan dengan kondisi peserta, dapat diikuti oleh peserta karena tidak terlalu memakan waktu yang lama, menyenangkan dan dapat membangkitkan semangat kebersamaan bagi peserta, dapat dilaksanakan oleh pendamping misalnya: petugas yang bertugas pada bagian Pastoral Keluarga yang

116 97 ada di Paroki atau Katekis Paroki sehingga tidak bergantung kepada Pastor Paroki. Rencana rekoleksi ini akan dilaksanakan pada setiap stasi secara bergilir dengan waktu yang berbeda-beda sehingga bagi keluarga-keluarga yang berhalangan untuk hadir pada rekoleksi di Stasi tempat ia berdomisili masih mendapat kesempatan untuk dapat menghadiri rekoleksi yang dilaksanakan di Stasi yang lain. Pelaksanaan rekoleksi diusulkan akan dilaksanakan tiga kali dalam setahun yaitu setiap empat bulan sekali misalnya: pada bulan januari, mei, september. B. Usulan Program Rekoleksi Tema umum Membangun Hidup Iman Keluarga Muda yang Kontekstual. Tema umum ini akan dibahas lebih lanjut dalam enam kali pertemuan dengan tema: 1. Contoh usulan rekoleksi pertama: Keluarga Kristiani yang Sejati Pelaksanaan rekoleksi yng pertama ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan agar materi yang disampaikan dapat lebih mendalam dan dimengerti, dipahami serta dapat dihayati oleh peserta (pasangan keluarga muda). Untuk pertemuan yang pertama dan kedua dapat kita lihat dengan beberapai pokok bahasan yang telah dikelompokan dalam bagian-bagian masing-masing: a. Keluarga Kristiani yang Sejati, pokok bahasan yang akan dibahas bersama adalah: Keluarga Kristen sebagai Persekutuan yang Beriman dan Mewartakan Injil Keluarga Kristen sebagai Persekutuan dalam Dialog dengan Allah

117 98 b. Keluarga Kristiani yang Sejati, pokok bahasan yang akan dibahas pada pertemuan kedua adalah: Dinamika Hidup Keluarga Kristiani Mengenal diri dan menerima diri 2. Contoh usulan rekoleksi kedua: Perjuangan Mewujudkan Iman yang Kontekstual dalam Keluarga. Dalam pelaksanaannya rekoleksi yang kedua ini juga akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan tema yang sama namun pokok bahasan yang akan dibahas adalah: a. Tema : Perjuangan Mewujudkan Iman yang Kontekstual dalam Keluarga. Pokok bahasan yang akan dibahas pada pertemuan yang pertama adalah: Keluarga, jadilah Sebagaimana Harusnya Mengalami kehadiran Allah lewat peristiwa hidup sehari-hari b. Perjuangan Mewujudkan Iman yang Kontekstual dalam Keluarga. Pokok bahasan pada pertemuan kedua rekoleksi kedua ini adalah: Perjuangan menghayati Rahmat Sakramen Perkawinan Pentingnya komunikasi dalam keluarga 3. Contoh usulan rekoleksi ketiga: Menjadi Berkat Bagi Sesama Pada pertemuan rekoleksi yang ketiga ini pula akan dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan tema yang sama namun pokok bahasana yang berbeda.

118 99 a. Pertemuan yang pertama dengan tema: Menjadi Berkat Bagi Sesama dan pokok bahasannya adalah: Keluarga ikut serta dalam pengembangan masyarakat Keluarga Kristen sebagai Jemaat dalam pengabdian kepada sesama b. Pertemuan kedua dengan tema: Menjadi Berkat Bagi Sesama dan pokok bahasannya adalah: Rahmat dan Tanggung jawab Keluarga Kristen Kehidupan Keluarga sebagai pengalaman persekutuan dan saling berbagi

119 PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI KELUARGA MUDA PAROKI ST. MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Tema Umum Tujuan Tema Khusus Tujuan : Membangun Hidup Iman Keluarga Muda yang Kontekstual : Bersama Peserta membangun dan mengembangkan iman yang sungguh-sungguh berdasarkan kenyataan hidup peserta : Keluarga Kristiani yang Sejati : Bersama peserta mengembangkan sikap dan gambaran keluarga yang selalu menghadirkan Kristus dalam keseharian sehingga tercipta dan semakin tumbuh semangat cinta kasih dalam keluarga sebagai perwujudan iman yang sejati secara pribadi dan bersama. Usulan Rekoleksi Pertama (1) Bulan Januari No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Ket (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pertemuan pertama Pembukaan -Pengantar -Ucapan terima - Dialog - Teks Lagu -Kumpulan Perkenalan -Agar antara kasih atas kesediaan - Dialog -LCD, lagu-lagu pendampinga peserta dan untuk hadir Lagu Monitor, - rekoleksi -Salam Pembuka -Lagu Pembukaa rekoleksi -Perkenalan -Doa terpimpin TV -Loud Spiker Kumpulankumpulan permainan 100

120 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) -Doa Pembukaan pendamping -Doa -Kertas tercipta suasana kecil yang yang akrab dan mendukung sudah diberi tulisan -Permainan Katakan Session 1: Keluarga Kristen sebagai Persekutuan yang Beriman dan Mewartakan Injil -Agar peserta ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja, yang mendengarkan sabda Allah dengan khidmat serta mewartakannya penuh kepercayaan agar dari hari kehari semakin berkembang sebagai persekutuan -Iman sebagai kesadaran penuh rasa kagum terhadap rencana Allah bagi keluarga -Peranan keluarga Kristen -Pelayanan mewartakan injil menjadi tugas keluarga Kristen -Pengabdian kepada Gereja -Mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan -Dialog - Sharing Cinta -Papan Tulis - Pertanyaan diskusi -Kertas flep - Spidol Dok. Gerejawi no.30 (1993). Familiaris Consortio. Jakarta:De partemen Dokument asi dan Peneranga n KWI Hal:

121 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) yang beriman dan mewartakan Injil Istirahat Agar peserta -Kumpulan lebih rileks lagu-lagu Penyegaran bersama Diskusi Kelompok Agar peserta lebih semangat dan merasa dekat dengan pasangannya dalam kerja sama Perserta diajak menyadari pentingnya iman dalam hidup -Kekompakan peserta dengan pasangan -Kerjasama yang menumbuhkan sukacita -Peranan keluarga dalam perkembangan iman -Pelayanan keluarga dalam mewartakan injil - Menyanyi bersama - Permainan makan cokelat dengan mulut tanpa dipegang - Teks Lagu -LCD, Monitor atau Monitor TV -Loud Spiker -Snack cokelat -Piring -Meja kecil - Pertanyaanpertanyaan diskusi -Kumpulan permainan 102

122 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) keluarganya -Tugas keluarga -Pentingnya pengenalan dan pewartaan Injil dalam keluarga Kristen Makan siang Pleno dalam Mengumpulkan Mengumpulkan Laporan Alat tulis, -Hasil dari kelompok besar dan poin-poin penting kelompok buku sharing/dis Laporan dari menyatukan yang diperoleh catatan, kusi Hasil diskusi hasil dari selama diskusi papan kelompok kelompok diskusi yang tulis/kertas akan flep memperkaya pemahaman peserta Session 2 Keluarga Kristen sebagai Persekutuan dalam Dialog dengan Allah -Agar peserta merasa terpanggil dan mau terlibat dalam dialog dengan Allah melalui sakramen- sakramen- -Perkawinan yang Sakramen -Sanggar suci Gereja dalam rumah tangga -Pernikahan sebagai Sakramen -Dialog - Penjelasan -Tanya Jawab -Papan Tulis -LCD, TV -Loud Spiker -Pertanyaan diskusi KWI. (1996) Iman Katolik.Yo gyakarta: Kanisius Hal Hasil diskusi dibacaol eh salah satu wakil kelompo k 103

123 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) -Agar peserta -Pernikahan dan -Kertas flep Jakarta:De semakin terlibat dalam Ekaristi suci -Sakramen - Spidol partemen Dokument mengupayakan Pertobatan dan asi dan hidup keluarga Rekonsiliasi Tanya jawab -Refleksi dan Rangkuman yang sesuai dengan karuni serta pernanan imamat yang diterima dari Kristus Sang Imam Agung. -Agar peserta dapat semakin memahami dan saling berbagi dengan narasumber mengenai halhal yang belum dipahami. -Merumuskan point-point yang diperoleh telah -Doa dalam keluarga -Doa liturgis dan doa pribadi -Doa dan kenyataan hidup -Seputaran pokok bahasan yang telah di jelaskan dan di jabarkan selama pertemuan. -Iman sebagai kesadaran penuh rasa kagum terhadap rencana Allah bagi keluarga -Peranan keluarga Kristen -Pelayanan Renungan -Alat tulis, buku catatan Peneranga n KWI Hal Hasil dari seluruh, proses pertemuan, diskusi, sharing. 104

124 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) selama mewartakan Injil pertemuan menjasi tugas pertama keluarga Kristen -Pengabdian kepada Gereja -Mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan Perkawinan yang Sakramen -Sanggar suci Gereja dalam rumah tangga -Pernikahan sebagai Sakramen pengudusan timbal balik dan tindakan ibadat -Pernikahan dan Ekaristi suci -Sakramen Pertobatan dan Rekonsiliasi -Doa dalam keluarga 105

125 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Penutup -Untuk -Doa Umat -Doa, -Buku Doa -De Melo Antoni, bersyukur atas pertemuan yang telah berjalan dengan lancar dan mohon keselamatan dalam perjalanan Pertemuan kedua Pembukaan -Perkenalan pendampinga rekoleksi -Salam Pembuka -Lagu Pembukaan -Doa Pembukaan Session 3 Dinamika Hidup Keluarga -Mengantar peserta untuk memasuki suasana Rekoleksi -Agar antara peserta dan pendamping tercipta suasana yang akrab dan mendukung -Agar menyadari sifat masing-masing -Doa liturgis dan doa pribadi -Doa dan kenyataan hidup -Lagu Penutup -Do Penutup -Ucapan syukur dan terima kasih atas kesediaan untuk hadir dalam pertemua rekoleksi yang kedua -Lagu Pembukaan -Doa pembukaan -Pengalaman hidup dalam membangun keluarga Kristiani Lagu terpimpin - Dialog - Dialog - Menyanyi -Doa terpimpin - Pertanyaa n diskusi Sadana -Lagu-lagu - Teks Lagu -LCD, Monitor atau Monitor TV -Loud Spiker -Madah Bakti -Papan Tulis -Kertas flep (2008), Sadhana jalan menemuka n Tuhan Yogyakart a: Kanisius Hal: 48 -Kumpulan lagu-lagu rohani 106

126 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Kristiani pribadi sebagai pasutri, sebagai anggota -Spidol keluaga dan secara khusus sebagai orang tua dari anakanak -Melihat potensi-potensi dalam diri yang memungkinkan untuk dikembangkan -Membangun komunikasi agar memiliki sikap dan sifat keterbukaan antara suami dan istri Istirahat Penyegaran Agar peserta -Kepedulian - -Lipstik -Kumpulan bersama lebih semangat terhadap pasangan Permainan -Baby permainan 107

127 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) dan semakin -Mendengarkan menghiasi Powder menghayati dinamika dalam keluarga pasangan wajah pasangan -Cermin Diskusi -Peserta diajak -Peranan iman Kelompok menyadari dalam keluarga pentingnya memahami dinamika dalam keluarga -Peranan keluarga Pleno dalam kelompok besar Laporan dari Hasil diskusi kelompok Untuk mengumpulkan dan menyatukan hasil dari diskusi yang akan memperkaya dalam perkembangan iman anggota keluarga -Pelayanan keluarga dalam mewartakan injil -Tugas Kristen keluarga Makan Siang Mengumpulkan poin-poin penting yang diperoleh selama diskusi Laporan kelompok Pertanyaanpertanyaan panduan untuk diskusi Alat tulis, buku catatan, papan tulis/kertas flep -Hasil dari sharing/dis kusi kelompok -Hasil diskusi dibacaka n oleh salah satu wakil 108

128 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) pemahaman peserta Session 4 Agar peserta -Proses pengenalan - -film -Film-film Mengenal diri dapat dan penerimaan Penjelasan John, inspirasi dan menerima memahami diri. -Tanya - Lagu dan -Kumpulan diri dirinya sendiri -Arti menjadi Jawab slide Bapa lagu-lagu dan dapat pribadi yang dewasa sentuh Rohani - menyadari - Hambatanhambatan hatiku segala dalam -Kertas flep kelebihan dan mewujudkan -Alat kekurangan pribadi yang dewasa Tulis/Spidol yang ada pada - dirinya Dorongan/dukungan sehingga tidak untuk menjadi merasa rendah pribadi yang dewasa diri - Agar peserta mampu mengolah hidupnya sehingga menjadi pribadi-pribadi yang umbuh kelompo k 109

129 dewasa dan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) penuh tangung jawab Diskusi mengenai film Pleno laporan hasil diskusi dari masing-masing kelompok -Agar semakin mendalami, menghayati peserta makna dari menerima diri -Untuk menyatukan hasil dari diskusi yang akan dapat memperkaya pemahaman bagi semua peserta -Menerima diri dalam keluarga -Menghargai dirisendiri dan juga pasangan hidup -mampu mrngembangkan diri sesuai dengan kemampuan yang dimiliki -Mengumpulkan poin-poin penting yang diperoleh selama diskusi -Diskusi kelompok - Presentasi hasil diskusi -Daftar pertanyaan -Kertas flep - -LCD, Monitor atau Monitor TV -Loud Spiker Papan Tulis - Pertanyaan diskusi -Kertas flep - Spidol -Isi Film John - Pengalama n peserta -Hasil diskusi peserta 110

130 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Refleksi/rangku -Merumuskan -Menjadi pribadi - -Instrumen man poin-poin yang yang dewasa Renungan lagu telah diproleh -Mengenali gerak pribadi -Loud selama mengadakan batin dan macammacam godaan yang dengan instrumen Spiker -Lagu-Lagu diskusi sebagai datang musik milik bersama Penutup -Untuk bersyukur atas pertemuan yang telah berjalan dengan dan keselamatan untuk perjalanan selanjutnya lancar mohon -Doa Umat -Doa Penutup -Lagu Penutup -Pengumuman -Teks doa -Teks lagu -Kumpulan lagu-lagu 111

131 PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI KELUARGA MUDA PAROKI ST. MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Tema Umum Tujuan Tema Khusus Tujuan : Membangun Hidup Iman Keluarga Muda yang Kontekstual : Bersama Peserta membangun dan mengembangkan iman yang sungguh-sungguh berdasarkan kenyataan hidup peserta : Perjuangan Mewujudkan Iman yang Kontekstual dalam Keluarga : Bersama peserta menyadari, mengerti dan menghayati serta melaksanakan apa saja yang menjadi unsurunsur pendorong dalam usaha mengembangkan iman yang kontekstual dalam keluarga. Usulan Rekoleksi Kedua (2) Bulan Mei No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Ket (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pertemuan pertama Pembukaan -Mengantar -Ucapan - Dialog - Teks Lagu - Kumpulan lagulagu Perkenalan peserta untuk syukur dan -Menyanyi pendampinga memasuki terima kasih -Doa -Dok. Gerejawi rekoleksi suasana atas kesediaan terpimpin no.30 (1993). -Salam Pembuka Rekoleksi untuk hadir -Tanya Familiaris -Lagu Pembukaan -Agar peserta dalam acara jawab Consortio. -Doa Pembukaan ingat kembali kesimpulan Rekoleksi untuk Jakarta:Departemen Dokumentasi dan 112

132 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pada Pertemuan Penerangan KWI pertemuan yang pertama. yang kedua. Hal Session 1: -Dialog Dok. Gerejawi Keluarga jadilah - Sharing no.30 (1993). sebagaimana harusnya -Penjelasan Familiaris Consortio Istirahat -Peserta (keluarga) menemukan jatidirinya, perutusannya, dan apa yang dapat dijalankannya Penyegaran -Agar peserta sebelum masuk lebih semangat materi untuk masuk kedalam pertemuan kedua Diskusi kelompok -Agar peserta semakin -Keluarga menemukan jatidirinya -Keluarga mengenal perutusannya Keluarga mengerti apa yang dapat dijalankannya -Diiringi lagu instrument -Permainan menyanyi dalam kelompok -Diskusi Kelompok -Papan Tulis -Pertanyaan diskusi -Kertas flep - Spidol - Macromedia Slide Kisah Pensil -Daftar pertanyaan Jakarta:Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI Hal: 33 - Kumpulan lagulagu instrument -Kumpulan permainan 113

133 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) memahami diskusi dengan lebih mendalam -Semakin diperkaya dengan pengalamanpengalaman peserta yang lain Makan siang Pleno dalam -Untuk - -Laporan -Alat tulis -Hasil dari diskusi kelompok besar mengumpulkan Mengumpulkan kelompok -Kertas flep kelompok Laporan dari Hasil dan poin-poin -Buku diskusi kelompok menyatukan penting selama catatan hasil dari diskusi diskusi yang akan dapat memperkaya pemahaman bagi semua Session 2 Mengalami peserta -Pendamping dan peserta -Merasakan dan menyadari -Latihan Doa -Musik instrument 114

134 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) kehadiran Allah semakin kebaikan Allah -Meditasi lewat hidup seharihari mengenal, menyadari lewat, air, udara, sinar -Refleksi bersama kehadiran matahari, -Sharing Allah lewat kebaikan orang peristiwa hidup disekitarku, sehari-hari sehingga dalam syukur anugerah kesehatan, atas menghayati keselamatan Tanya jawab -Refleksi Rangkuman dan iman dapat semakin memiliki kepekaan batin terhadap sapaan Allah dalam setiap peristiwa hidup sehari-hari. -Agar peserta semakin mendalami materi yang telah di bahas bersama -Powerpoint tentang sebuah keluarga dalam pelukan Yesus Kristus -Papan Tulis -Pertanyaan diskusi -Kertas flep - Spidol 115

135 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) -Peserta semakin memahami kehadiran Allah lewat sharing dan pengalaman peserta-peserta yang lain Penutup Pertemuan kedua Pembukaan -Perkenalan pendampinga rekoleksi -Untuk bersyukur atas pertemuan yang telah berjalan dengan lancar dan mohon keselamatan untuk perjalanan selanjutnya -Mengantar peserta untuk memasuki suasana -Doa Umat -Doa Penutup -Lagu Penutup -Pengumuman -Ucapan syukur dan terima kasih atas kesediaan - Dialog - Dialog -Menyanyi -Doa -Teks doa -Teks lagu - Teks Lagu -LCD, Monitor atau lagu- -Kumpulan lagu 116

136 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Salam Pembuka Rekoleksi untuk hadir terpimpin - Monitor TV Gilarso BT. SJ Lagu Pembukaan -Agar antara dalam Diskusi -Loud (Ed).(1996). -Doa Pembukaan peserta dan pertemua kelompok Spiker Membangun Session 3 Perjuangan pendamping tercipta rekoleksi yang kedua -Madah Bakti - Keluarga Kristiani. Yogyakarta: menghayati Rahmat suasana yang -Lagu Skripsi Bab Kanisius. Sakramen akrab dan Pembukaan II hal Perkawinan mendukung - Doa -Papan Bersama peserta menggali, mendalami pembukaan -Arti, Hakekat, makna perkawinan Tulis -Pertanyaan diskusi -Kertas flep makna dan arti sakramen perkawinan sehingga diharpkan dapat menerapkan -Tujuan perkawinan -Ciri-ciri perkawinan -Persoalanpersoalan yang sering muncul - Spidol dalam hidup dalam sehari-hari sesuai dengan perkawinan -Perkawinan yang diajarkan sebagai oleh Yesus sakramen Penyegaran -Membangun -Menyanyi -Lagu-lagu -Buku kumpulan 117

137 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) bersama suasana yang bersama lagu-lagu rekoleksi mendukung dalam pertemuan dengan gerakan Makan Siang Session 4 Pentingnya komunikasi dalam keluarga Pleno.Laporan hasil diskusi dari masingmasing kelompok Melalui pemutaran Film peserta diajak menyadari pentingnya komunikasi secara pribadi demi terciptanya relasi yang harmonis antar suami-istri dan anggota keluarga yang lain -Untuk mengumpulkan poin-poin -Pentingnya komunikasi dalam keluarga -Mmebangun relasi dengan komunikasi -Pengertian komunikasi -Empat bahasa komunikasi - Menyelesaikan konflik - Mengumpulkan poin-poin -Bersamasama menyaksikan tayangan film -Diskusi Kelompok -Laporan Kelompok -VCD film, Player VCD, LCD, Monitor atau Monitor TV -Pertanyaan diskusi - Kertas flep -Alat Tulis/Spidol -Alat tulis -Buku catatan -Film VCD Komunikasi dalam keluarga Kristiani 118

138 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) penting yang diperoleh selama diskusi penting yang diperoleh selama diskusi Refleksi/rangkuman Agar Penutup peserta menangkap dan merenungkan serta menghayati materi diskusi maupun penjelasan dalam yang telah didapatkannya -Bersyukur atas pertemuan yang telah berjalan dengan lancar dan mohon keselamatan untuk perjalanan selanjutnya -Unsur-unsur komunikasi yang baik -syarat-syarat komunikasi yang baik -Doa umat - Doa Penutup - Lagu Penutup -Lagu/Doa Terpimpin LCD, Monitor atau -LCD, Monitor atau Teks Lagu -Teks doa -Buku Madah Bakti -Musik Instrument -Kumpulan lagulagu Rohani -Kumpulan Doadoa 119

139 PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI KELUARGA MUDA PAROKI ST. MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Tema Umum Tujuan Tema Khusus Tujuan : Membangun Hidup Iman Keluarga Muda yang Kontekstual : Bersama Peserta membangun dan mengembangkan iman yang sungguh-sungguh berdasarkan kenyataan hidup peserta : Menjadi Berkat Bagi Sesama : Bersama peserta membangun rasa syukur atas angugerah dan berkat kasih Allah yang akhirnya menumbuhkan sikap berani dan terbuka untuk membagikan kasih itu kepada orang lain. Usulan Rekoleksi Ketiga (3) Bulan September No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan Ket (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Pertemuan pertama Pembukaan Mengantar peserta -Ucapan - Dialog - Teks Lagu - Kumpulan lagulagu Rekoleksi untuk memasuki syukur dan - Dialog - Salam Pembuka suasana Rekoleksi terima kasih - Menyanyi - Lagu Pembukaan atas kesediaan -Doa - Doa Pembukaan untuk hadir terpimpin dalam acara Rekoleksi Session 1: -Agar peserta -Keluarga -Penjelasan -Papan Dok. Gerejawi 120

140 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Keluarga ikut serta menyadari bahwa Sebagai sel -Dialog - Tulis no.30 dalam keluarga pertama dan Sharing -Pertanyaan (1993).Familiaris pengembangan mempunyai ikatan vital bagi diskusi Consortio. masyarakat vital dan organis -Kertas flep Jakarta:Departemen dengan masyarakat - Spidol Dokumentasi dan dan terus menerus mengembangkannya Penerangan KWI Hal: melalui peranan, pengabdian kepada kehidupan. -Mampu memelihara kesadarannya akan martabat pribadinya, memperkayanya dengan perikemanusiaan yang mendalam, dan secara aktif menempatkannya, dengan segala keunikan serta kekhususannya, dalam tata susunan masyarakat. masyarakat -Peranan sosial dan politik Masyarakat melayani keluarga 121

141 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Istirahat - Menyanyi - Teks Lagu - Kumpulan lagulagu Session 2 -Keluarga Kristen Papan Tulis Dok. Gerejawi Keluarga Kristen bagian dari -Pertanyaan no.30 (1993). sebagai Jemaat masyarakat diskusi Familiaris dalam pengabdian -Peranan Keluarga -Kertas flep Consortio. kepada sesama Kristen dalam - Spidol Jakarta:Departemen masyarakat Dokumentasi dan Penerangan KWI Hal: Diskusi kelompok -Agar peserta -Peranan -Sharing -Kertas flep -Pengalaman hidup semakin memahami keluarga dalam pengalaman -Buku peserta dengan lebih hidup peserta catatan mendalam bermasyarakat -Alat tulis peranannya sebagai -Pengalaman jemaat yang berkarya dalam mengabdi kepada masyarakat sesama lewat sharing pengalaman antara sesama peserta Makan Siang Tanya jawab -Peserta dapat Refleksi dan mengetahui secara 122

142 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Rangkuman lebih luas dan lebih jelas mengenai materi yang dibahas lewat berbagai diskusi yang di laksanakan -Peserta mampu merangkum poinpoin penting yang ada dalam materi dan juga diskusi yang dilaksanakan Penutup -Untuk bersyukur -Doa Umat -Teks doa -Kumpulan lagulagu atas pertemuan yang -Doa Penutup -Teks lagu telah berjalan -Lagu Penutup dengan lancar dan -Pengumuman mohon keselamatan untuk perjalanan selanjutnya Pertemuan kedua Pembukaan -Mengantar peserta -Ucapan - Dialog - Teks Lagu Perkenalan untuk memasuki syukur dan - Dialog -LCD, pendampinga suasana Rekoleksi terima kasih -Menyanyi Monitor rekoleksi -Salam Pembuka -Agar antara peserta dan pendamping atas kesediaan untuk hadir -Doa terpimpin atau Monitor TV 123

143 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) -Lagu Pembukaan -Doa Pembukaan tercipta suasana Session 3 Rahmat dan Tanggung jawab Keluarga Kristen Session 4 Kehidupan Keluarga pengalaman sebagai yang akrab dan mendukung -Kelurga diharapkan memberi kepada siapapun juga kesaksian berupa dedikasi sepenuh hati tanpa pamrih terhadap perkaraperkara sosial, melalui sikap mengutamakan cinta kasih -Agar hubungan antara para anggota keluarga dijiwai dan dibimbing oleh dalam pertemua rekoleksi yang kedua -Lagu Pembukaan -Doa pembukaan -Perjuangan tanpa pamrih - Mengutamakan cinta kasih -Keluarga Kristen yang murah hati Makan Siang -Keluarga bagian dari masyarakat -Pengalaman -Dialog -Penjelasan -Tanya jawab -Penjelasan -Dsikusi Kelompok -Loud Spiker -Madah Bakti -Papan Tulis -Pertanyaan diskusi -Kertas flep -Spidol - Pengalaman keluarga -Pertanyaan Dok. Gerejawi no.30 (1993). Familiaris Consortio. Jakarta:Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI Hal: Dok. Gerejawi no.30 (1993). Familiaris Consortio. 124

144 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) persekutuan dan hukum memberi keterlibatan diskusi Jakarta:Departemen saling berbagi secara sukarela dalam kegiatan -Kertas flep Dokumentasi dan kelompok -Membangun sikap bermasyarakat -Alat Penerangan KWI saling menghormati, penting yang Tulis/Spidol Hal: keadilan, dialog, diperoleh -Kertas flep cinta kasih tujuan selama diskusi -Spidol dari materi-materi yang telah dibahas bersama Pleno, Laporan Semakin - -Laporan -Alat tulis hasil diskusi dari masing-masing memperdalam penghayatan akan Mengumpulkan poin-poin kelompok -Buku catatan Refleksi/rangkuman Merenungkan -Menajdi - -Slide kembali poin-poin keluarga yang Rengungan Renungan yang telah diproleh selalu pribadi -Musik selama pertemuan mengutamakan instrument cinta kasih Spiker dalam segala -LCD, aktivitas Monitor Penutup Menyatukan seluruh rangkaian acara dalam kedekatan antara masingmasing peserta hidupnya. -Renungan singkat -Renungan -Menyanyi atau -LCD, Monitor atau -Teks Lagu -Teks -Kumpulan lagulagu -Kumpulan musik 125

145 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) renungan -Slide -Lagu-lagu -Spiker -Teks doa Misa Penutupan Rekoleksi 126

146 127 CONTOH USULAN KEGIATAN REKOLEKSI KELUARGA MUDA PAROKI ST. MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR Tema Umum : Membangun Hidup Iman Keluarga Muda yang Kontekstual Tujuan : Bersama Peserta membangun dan mengembangkan iman yang sungguh-sungguh berdasarkan kenyataan hidup peserta Tema Khusus : Keluarga Kristiani yang Sejati Tujuan : Bersama peserta mengembangkan sikap dan gambaran keluarga yang selalu menghadirkan Kristus dalam keseharian sehingga tercipta dan semakin tumbuh semangat cinta kasih dalam keluarga sebagai perwujudan iman yang sejati secara pribadi dan bersama. A. PEMIKIRAN DASAR Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga muda dewasa ini sangatlah kompleks. Berbagai permasalahan yang rumit yang tidak mungkin dihindari yakni soal kebahagiaan, cinta, persaudaraan, ekonomi dan masih banyak lagi yang menjadi rintangan untuk terwujudnya keluarga yang bahagia. Keluargakeluarga muda di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur mempunyai dinamika hidup sendiri, yaitu; sebagian besar merupakan petani, namun ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), tidak sedikit pula yang

147 128 bekerja pada perusahaan-perusahaan swasta. Waktu untuk bersama dalam keluarga sangat sedikit karena kesibukan pekerjaan yang menuntut banyak waktu untuk berada diluar rumah. Ketika pulang kerumah pada malam hari hanya sedikit waktu berkumpul dengan keluarga karena terlalu lelah bekerja sehingga ingin segera beristirahat agar bisa bekerja lagi esok hari. Tanpa disadari pola hidup seperti ini menjadikan keluarga seolah-olah tidak diperhatikan terutama anak-anak yang membutuhkan perhatian bukan hanya dari sang ibu namun juga perhatian dari ayah mereka. Harapan Gereja adalah keluarga menjadi sumber pertama pengenalan akan iman bagi anak-anak. Keluarga menjadi tempat dimana iman bertumbuh dengan baik karena kondisi dan dukungan dari kedua pasangan suammi-istri. Oleh karena itu waktu dalam keluarga juga sangat penting guna menumbuhkan kebersamaan yang semakin erat. Ketika waktu sangat sedikit untuk keluarga maka dapat dicarikan jalan lain misalnya; rekreasi bersama, liburan bersama. Ibu atau ayah selalu menemani anak belajar sampai doa malam. Jika anak tidak ingat maka senantiasa orang tualah yang harus mengingatkannya agar kebiasaan baik itu selalu menjadi tradisi dalam keluarga sampai anak-anak dewasa.

148 129 B. PENGEMBANGAN LANGKAH-LANGKAH 1. Pembukaan Salam Pembuka dari Ketua Panitia/Ketua Stasi, perkenalan panitia pendamping rekoleksi (dalam bahasa daerah) Selamat pagi Bapak/Ibu yang terkasih dalam Kristus, pertama-tama kami ucapkan terima kasih atas kesediaan Bapak dan Ibu sekalian dalam memenuhi undangan kami untuk hadir bersama-sama dalam acara rekoleksi keluarga pada hari ini. Rangkaian rekoleksi ini akan di laksanakan dalam tiga kali pertemuan, hari ini merupakan pertemuan yang pertama bagi kita. Tema umum kita dalam rangkaian rekoleksi ini ialah: Membangun hidup iman Keluarga yang Kontekstual namun khusus pada hari ini kita akan bersama-sama membahas satu tema khusus yaitu Keluarga Kristiani yang Sejati dengan tujuannya yaitu bersama peserta mengembangkan sikap dan gambaran keluarga yang selalu menghadirkan Kristus dalam hidup keluarga kita sehingga tercipta dan semakin tumbuh semangat cinta kasih sebagai perwujudan iman yang sejati secara pribadi dan bersama. Semoga melalui kegiatan rekoleksi ini kita semakin mampu menjadi keluarga-keluarga Katolik yang sungguh-sungguh beriman dalam kristus dan menjadi teladan iman bagi keluarga-keluarga yang lain. Lagu Pembukaan: Gemuruh Ombak Menderu

149 130 Gemuruh ombak menderu, berlomba menuju pantai, bagaikan dua insan yang bercinta, semenjak alam dicipta.. Mereka salaing mencinta, indahnya betapa indah alam ini......oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh..oh.. kami sudah diciptakan, untuk saling mengasihi... Sadarlah...Sadarlah hai manusia, cintailah sesamamu, seperti dirimu sendiri...bersama nikmati, apa yang dikaruniakan-nya..ciintai-nya.. Doa Pembukaan Allah Bapa Yang Maha Kasih, pada hari ini kami mengucap syukur kepada- Mu atas berkat yang boleh kami terima sepanjang perjalanan hidup kami hingga sampai pada saat ini. Kami bersyukur karena boleh Engkau kumpulkan ditempat ini untuk bersama-sama berbagi, belajar dan saling mendengarkan sesama kami. Kami bersyukur karena Engkau telah mengaruniakan kepada kami pasangan hidup yang pada hari ini juga akan bersama-sama kami saling mengisi dalam kasih yang penuh. Pada kesempatan ini dengan penuh ketulusan kami ingin memiliki sikap keberanian untuk mencintai pasangan kami, keluarga kami dengan lebih berani dalam segala kelebihan dan kekurangan kami. Bimbinglah dan terangilah akal budi kami agar mampu memahami apa yang kami olah bersama selama rekoleksi ini. Bapa kami yang ada di surga... Amin. Permainan Katakan Cinta

150 131 - Peserta dengan pasangannya masing-masing mengambil kertas undian yang sudah disediakan dan mengambilnya kemudian secara bergantian membacakan di hadapan pasangannya masing-masing. - Diberikan kesempatan kepada beberapa pasangan untuk membacakan pernyataan cintanya kepada pasngannya di depan semua peserta yang hadir. 2. SESSION I Keluarga Kristen Sebagai Persekutuan yang Beriman dan Mewartakan Injil Tujuan : Agar peserta ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja, yang mendengarkan sabda Allah dengan khidmat serta mewartakannya penuh kepercayaan agar dari hari kehari semakin berkembang sebagai persekutuan yang beriman dan mewartakan Injil Metode Waktu Sarana : Dialog, Sharing : (60 Menit) : Papan Tulis, Pertanyaan diskusi, Kertas flep, Spidol. Sumber Bahan : Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II (1993). Familiaris Consortio. Jakarta:Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI Gilarso T (2003) Membangun keluarga Kristiani, Yogyakarta: Kanisius Paus Yohanes Pulus II (1991) Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici) Jakarta: Obor

151 132 KWI. (1996) Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius Dialog Dengan Peserta: Menggali pengalaman peserta berkaitan dengan keterbukaan dan permasalahannya Merangkum sharing pengalaman peserta sebagai titik tolak masuk pada uaraian Penjelasan Materi : a. Iman sebagai kesadaran penuh rasa kagum terhadap rencana Allah bagi keluarga. Dalam Konsili Ekumenis Vatikan II dikatakan bahwa Keluarga Kristen ikut menghayati kehidupan dan misi Gereja, yang mendengarkan sabda Allah dengan khidmat serta mewartakannya penuh kepercayaan. Begitulah keluarga kristen menjalankan peranan kenabiannya dengan menyambut setulus hati serta menyiarkan sabda Allah. Suami-istri dan orang tua Kristen mempersembahkan kepatuhan iman (Rom 16 : 26). Dalam iman inilah keluarga Kristen disadarkan bahwa sumber kekudusan keluarga berasal dari Yesus Kristus sebagai Kabar Gembira hanya dalam imanlah mereka mampu menemukan dengan penuh syukur dan gembira atas berkat Allah yang dianugerahkan dalam pernikahan mereka. Dengan menjadikan anugerah tersebut sebagai lambang serta tempat pertemuan perjanjian cintakasih antara Allah dan manusia. Demikianlah dalam keluarga Kristen iman berkembang dalam diri

152 133 masing-masing pasangan juga anggota keluarga lewat kesadaran dalam dirinya dan dalam pengalaman yang dialaminya. b. Peranan keluarga Kristen 1) Menciptakan hubungan kasih antar pribadi Perkawinan yang dibangun berdasarkan cinta kasih, hanya akan bisa bertahan dan berkembang jika dalam keluarga tersebut berhubungan dengan mengutamakan cinta kasih dan saling mengasihi. Hubungan antara suami-istri adalah hal yang kompleks, dimana keduanya mempunyai kesempatan dan hak serta kewajiban yang sama dalam membangun keluarga. Keduanya menjadi maskot dalam keluarga dalam peran yang saling menyatukan, hubungan yang pribadi antara keduanya menjadi tanda dan sekaligus menjadi simbol nyata dari kasih Allah dan Tuhan Yesus terhadap Gereja-Nya. Hubungan kasih yang menyatukan semua keluarga juga menjadi lambang persekutuan keluarga dalam ikatan dengan Allah, karena masing-masing keluarga mempunyai hubungan personal yang selalu menjadi ikatan yang tak terputuskan dalam keluarga. Ikatan ini menjadi kuat manakala dalam keluarga tercipta suasana kekeluargaan yang begitu melibatkan perasaan saling membutuhkan. Pengalaman-pengalaman buruk yang pernah dialami dalam keluarga misalnya kurangnya perhatian ayah dikarenakan terlalu sibuk bekerja juga dapat menimbulkan kondisi dalam keluarga menjadi tidak baik, anak-anak yang diasuh oleh pengasuh dapat membuat hubungan personal dalam keluarga menjadi tidak kuat. Dalam artian ikatan batin menjadi lemah.

153 134 2) Melayani penerus hidup Kedua pasangan suami-istri berhak untuk membentuk anggota keluarganya sesuai dengan kemampuan baik dari segi fisik maupun finansialnya. Dalam Gereja segala tindakan yang membuat pembatasan jumlah keluarga memang tidak diperkenankan, apalagi harus mengorbankan orang lain. Gereja semakin menyadari panggilannya untuk membela hidup manusia. Apalagi cara orang membatasi jumlah anak dengan adanya kontrasepsi yang amoral, sterilisasi, dan pengguguran ditentang dengan keras oleh Gereja. 3) Ikut membangun masyarakat Keluarga adalah sel dasar dalam masyarakat oleh karena itu keluarga tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Karena dalam masyarakat juga keluarga terus berkembang. Maka dari itu keluarga dalam masyarakat mempunyai hak untuk berkembang, melestarikan ikatan dan lembaga perkawinan, melaksanakan tanggung jawab sebagai penerus hidup dan mendidik anak, hak untuk mendidik anak sesuai dengan agama dan tradisi dalam masyarakatnya yang membantu memperkembangkan moral untuk semakin mengarahkan setiap orang kepada sikap, sifat dan tindakan yang positif. 4) Ambil bagian dalam hidup dan misi pengutusan Gereja Keluarga sebagai Gereja Mini juga berperan dalam perkembangan Gereja, dimana setiap keluarga diharapkan membangun suasana yang mendukung hidupnya iman terutama dalam aktivitas dalam keseharian keluarga terlebih dahulu. Panggilan keluarga bukan untuk menguduskan keluarganya sendiri, melainkan juga untuk

154 135 menguduskan keluarga lain. Dalam sikap dan tindakannya hidup dan terlibat pada pergaulan dengan keluarga-keluarga yang lain juga tetap akan mencerminkan sikap dan tingkah laku yang penuh dengan cinta kasih. c. Pelayanan mewartakan injil menjadi tugas keluarga Kristen Mewartakan Injil menjadi peranan keluarga Kristen yang kontekstual, dimana dalam keluarga tersebut menampakkan suatu hubungan yang erat satu-sama lain dengan penuh cinta kasih. Dalam ungkapannya Paus Paulu VI mengatakan: Keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat Injil disalurkan, dan Injil memancarkan sinarnya. Dalam keluarga yang menyadari misi itu, semua anggota mewartakan dan menerima pewartaan Injil. Orang tua tidak sekedar menyampaikan Injil kepada anak-anak mereka, melainkan dari anak-anak mereka sendiri dapat menerima Injil itu juga, dalam bentuk penghayatan mereka yang mendalam. Keluarga seperti itulah yang menjadi pewarta bagi keluarga-keluarga yang lain. d. Pengabdian kepada Gereja Pelayanan mewartakan Injil dilaksanakan oleh orang tua Kristen bersifat asli dan tidak tergantikan, yaitu dalam cinta kasih, kesederhanaan, sifat praktis dan kesaksian hidup sehari-hari. Keluarga mempunyai kewajiban untuk mendidik anak sedemikian rupa, mengenalkan anak-anak pada peranannya masing-masing, agar anak-anak dapat menerima dirinya serta mampu untuk memaksimalkan perannya dalam perkembangan keluarga dimana mereka masing-masing medapat perannya sendirisendiri dalam sebuah keluarga yang sesuai dengan perkembangan jaman.

155 136 Keterlibatannya dalam hidup menggereja sesuai dengan perannya membawa setiap anggota keluarga untuk semakin berkembang dalam iman sesuai dengan tingkatannya dan pemahamannya sendiri-sendiri disinilah letaknya dimana masing-masing keluarga berkembang dalam keterlibatannya dan juga berkembang dalam imannya yang semakin dipahami dalam setiap peristiwa hidupnya. e. Mewartakan Injil kepada seluruh ciptaan Pewartaan Injil yang didorong oleh semangat misioner yang tak kunjung padam, bersifat universal, dan tidak mengenal batas-batas. Pewartaan iman yang menjadi tanggung jawab suami-istri juga semakin termotivasi oleh perintah Kristus yang sangat jelas: Pergilah keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Mrk 16:15). Misi ini juga mengambarkan suatu bentuk misioner Gereja yang dapat dijalankan dalam kehidupan berkeluarga yang juga telah menjadi salah satu komitmen dan tujuan dari perkawinan itu sendiri. Keluarga Kristen menjadi Rasul dalam Gereja yang turut serta mewartakan kabar gembira kepada seluruh dunia dalam keluarga sendiri sampai kepada keluarga lain yang semakin meluas. Merenungkan gambaran keluarga Kristiani yang Kontekstual dalam perkembangan keluarganya sendiri. 3. Penyegaran bersama Tujuan : Agar peserta lebih semangat dan merasa dekat dengan pasangannya dalam kerjasama Metode : Permainan makan cokelat dengan mulut tanpa dipegang Sarana : Snack Cokelat, piring, meja kecil

156 Diskusi kelompok Tujuan : peserta diajak menyadari pentingnya iman kepada Allah sebagai ungkapan kasih Allah dalam hidup keluarganya, pentingnya pengenalan dan pewartaan Injil dalam keluarga. Uraian Materi : Peranan iman dalam keluarga, peranan keluarga dalam perkembangan iman, pelayanan keluarga dalam mewartakan Injil, Tugas keluarga Kristen Sarana : Pertanyaan-pertanyaan diskusi 5. SESSION 2 Keluarga Kristen sebagai Persekutuan dalam Dialog dengan Allah Tujuan : Agar peserta merasa terpanggil dan mau terlibat dalam dialog dengan Allah melalui sakramen-sakramen, agar peserta semakin terlibat dalam mengupayakan hidup keluarga yang sesuai dengan karuni serta pernanan imamat yang diterima dari Kristus Sang Imam Agung. Sarana : Papan Tulis, LCD, Monitor atau Monitor TV, Loud Spiker, Pertanyaan diskusi, Kertas flep, Spidol Uraian Materi : Perkawinan yang Sakramen, Sanggar suci Gereja dalam rumah tangga, Pernikahan sebagai Sakramen pengudusan timbal balik dan tindakan ibadat, Pernikahan dan Ekaristi suci, Sakramen Pertobatan dan Rekonsiliasi, Doa dalam keluarga, Doa liturgis dan doa pribadi, Doa dan kenyataan hidup

157 138 Sumber bahan : Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II (1993). Familiaris Consortio. Jakarta:Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI Gilarso T (2003) Membangun keluarga Kristiani, Yogyakarta: Kanisius Paus Yohanes Pulus II (1991) Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici) Jakarta: Obor Timottius I Ketut Adi Hardana, MSF, (2010). Kursus persiapan Perkawinan. Jakarta: SMK Grafika Desa Putera. 1. Dialog dengan peserta Bagaimana seharusnya kita membangun keluarga Kristiani yang senantiasa mengutamakan hubungan dengan Allah? Peranan keluarga Kristiani yang seharusnya ada dalam keluarga Kristen. 2. Penjelasan Materi a) Perkawinan yang Sakramen Perkawinan sebagai sakramen hanya dapat diterima dalam iman. Didalam iman, suami menerima istri bukan hanya sebagai kawan hidup melainkan sebagai uluran tangan Tuhan yang mengasihinya sepenuh hati. Demikian juga dengan istri menerima suami sebagai karunia Tuhan yang akan mengangkat hidupnya menuju kebahagiaan. Perkawinan antara dua orang yang dibaptis (yang telah bersatu secara pribadi dengan Kristus) merupakan perayaan iman Gerejawi, yang membuahkan rahmat bagi kedua mempelai. Rahmat yang mereka terima adalah rahmat yang menguduskan mereka

158 139 berdua, rahmat yang menyempurnakan cinta dan persatuan antara mereka;dan rahmat yang membantu mereka dalam hidup berkeluarga, hingga semakin dekat dengan Tuhan. Tuhan hadir dalam setiap kehidupan mereka bukan hanya dalam upacara di Gereja, Tuhan ada sebagai bagian dari hidup keduanya hubungan mereka terjadi karena Tuhan dan Tuhan menjadi pemersatu kehidupan mereka oleh karena itu mereka tidak akan bisa dipisahkan oleh alasan apapun juga. (Gilarso, T 2008 : 11) Dalam perkawinan yang tak terceraikan menandakan hadirnya Allah dalam hubungan yang khusus, hubungan yang mengangkat perkawinan itu sendiri menjadi sakral dan istimewa, hubungan yang sakral dan istimewa inilah yang kemudian menjadikan perkawinan sebagai salah satu tanda dan sarana kehadiran Allah dalam diri manusia (Sakramen). Lewat perkawinan manusia dapat membina hubungan baik dengan Allah yaitu dengan saling mengasihi, cinta kasih terhadap pasangan, menghargai dan menghormati pasangan masing-masing dan masih banyak lagi yang dapat diungkapkan oleh kedua pasangan yang menggambarkan kemesraan hubungan dengan Allah. Sakramentalitas perkawinana hanya akan terjadi pada kedua pasangan yang telah dibaptis. Dalam kanon 1055 menyebutkan bahwa kristus telah mengangkat perkawinan menjadi sakramen ($1) sehingga perkawinan antara kedua orang yang sudah dibaptis adalah bersifat sakramen ($2). Sehingga keduanya pasangan tersebut dengan sendirinya menjadi sah dalam perkawinan karena mereka telah sama-sama sudah dibaptis.

159 140 b) Sanggar suci Gereja dalam rumah tangga Dalam LG Art 10 mengatakan: Gereja, yakni persekutuan yang beriman dan mewartakan Injil, sekaligus ialah umat rajawi, yang dianugerahi martabat serta partisipasi dala Kuasa kristus Sang Imam Agung Perjanjian Baru dan Kekal. Dengan semangat itulah keluarga membangun Gereja dalam dirinya yang kemudian memancar dalam keseharian setiap anggota-anggotanya. Keluarga Kristen yang tergolong dalam umat rajawi yakni Gereja melalui Sakramen Pernikahan dipanggil dan dilibatkan dalam pewartaan. Itulah peranan sebagai imam, yang dapat dan harus dijalankan oleh keluarga kristen dalam persekutuan erta dengan Gereja-Gereja semesta, melalui kenyataan-kenyataan sehari-hari yang dialami dalam hidup pernikahan dan keluarga. c) Sakramen Pertobatan dan Rekonsiliasi Dalam keluarga Kristen unsur ini merupakan unsur yang paling penting, dimana keduanya saling mengutamakan cinta kasih dan menyadari dengan cinta kasih tersebut pengakuan akan segala kesalahan yang pernah dilakukan menjadi pengakuan yang saling mengampuni. Penyesalan dan pengampunan timbal-balik dalam pengakuan keluarga Kristen mendapat ungkapan yang khas dalam sakramental pertobatan. Perayaan Sakramen Tobat memperoleh makna yang istimewa bagi kehidupan keluarga. Dalam iman suami-istri serta anggota-anggota keluarga lainnya menemukan, bahwa dosa tidak hanya melanggar perjanjian dengan Allah melainkan juga perjanjian antara suami-istri serta persekutuan keluarga.

160 141 d) Doa dalam keluarga, liturgis dan doa pribadi, serta kenyataan hidup Gereja mendoakan keluarga Kristen dan membina keluarga, supaya hidup sesuai, sepenuhnya dengan karunia serta peranan imamat yang diterima dari Kristus Sang Imam Agung. Doa dalam keluarga mempunyai ciri-ciri sendiri: dipanjatkan secara bersama-sama, suami dan istri, orang tua dan anak-anak hal ini merupakan konsekuensi dari sebuah persekutuan (mengingatkan kita pada Gereja perdana dalam persekutuan para Rasul yang selalu melakukan sesuatu secara bersama-sama dan untuk kepentingan bersama). Ada ikatan yang mendalam dan penting sekali antara doa dan Gereja dan doa orang beriman perorangan, seperti telah dinyatakan dengan jelas oleh Konsili Vatikan II dalam SC art 12 yang mengatakan: Suatu tujuan penting bagi doa Gereja rumah tangga ialah: mengantarkan anak-anak dengan cara yang lazim kepada doa liturgis seluruh Gereja, baik dalam arti menyiapkan mereka untuknya, maupun dalam arti memperluas kelingkup kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. 3. Tanya jawab, refleksi dan rangkuman Tujuan : agar peserta dapat semakin memahami dan saling berbagi dengan narasumber mengenai hal-hal yang belum dipahami., kemudian dapat merumuskan poin-poin yang telah diperoleh selama pertemuan Sumber materi : Pertanyaan-pertanyaan dari peserta 4. Penutup Ungkapan syukur atas pertemuan yang telah berjalan dengan lancar

161 142 Bapak ibu yang terkasih, syukur kepada Tuhan yang telah dengan setia bersama-sama dengan kita selama pertemuan tadi. Kita pantas untuk mengucapkan terimakasih karena telah diberkati dalam pertemuan tadi, lewat keterlibatan kita dalam kegiatankegiatan yang telah kita lewati bersama. Bapak dan ibu yang terkasih marilah kita merenungkan apa yang telah kita dapatkan pada pertemuan kali ini agar kita semakin dapat menghayati dan melaksanakan tujuannya dalam hidup kita sehari-hari dan mampu membagikannya kepada sesama kita. Marilah kita bersama-sama menyatukan hati dan pikiran kita agar apa yang menjadi harapan kita pada hari ini boleh menjadi nyata dalam hidup dan tindakan kita nanti. Doa dalam buku Sadana hal 48 Doa umat : Allah Bapa yang maha kuasa, kami anak-anak-mu bersyukur dan berterima kasih atas segala rahmat karunia yang telah Engkau berikan kepada kami khususnya pada pertemuan pertama dari rangkaian rekoleksi kami pada hari ini. Kami mohon kepada Mu sudilah kiranya Engkau membimbing segala tingkah laku dan perbuatan kami agar senantiasa mencerminkan kasih-mu yang nyata dalam diri kami. (kami mohon...) Bimbinglah kami agar berani menjadi pewarta kasih-mu dalam keluarga kami, terutama untuk anak-anak kami, jadikanlah kami teladan kasih-mu yang selalu mengalir dalam diri manusia, agar kami selalu memancarkan kasih-mu kepada sesama kami ( kami mohon...)

162 143 Dilanjutkan oleh peserta (Peserta diperkenankan untuk mengungkapkan syukur dan permohonannya masing-masing) Lagu Doa Penutup (diiringi lagu Jadikan aku Tuhan ) PERTEMUAN KEDUA (Lanjutan Session 3) 1. Pembukaan 2. Salam pembuka 3. SESSION 3 Dinamika Hidup Berkeluarga Tujuan : Agar menyadari sifat masing-masing pribadi sebagai pasutri, sebagai anggota keluaga dan secara khusus sebagai orang tua dari anak-anak, Melihat potensi-potensi dalam diri yang memungkinkan untuk dikembangkan, Membangun komunikasi agar memiliki sikap dan sifat keterbukaan antara suami dan istri Sarana : Papan Tulis, LCD, Monitor atau Monitor TV, Loud Spiker, Pertanyaan diskusi, Kertas flep, Spidol Uraian Materi : Pengalaman hidup peserta dalam membangun keluarga Kristiani Diskusi Kelompok Pertanyaan Panduan Diskusi: - Bagaimana seharusnya kita membangun keluarga Kristiani? - Bagaimana gambaran keluarga Kristiani yang diharapkan?

163 144 - Apa yang perlu dilakukan untuk membangun keluarga Kristiani yang baik? Diskusi Pleno Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk membacakan rangkuman dari hasil diskusinya (maksimal 10 menit) sedangkan pokok-pokok yang diharapkan muncul dalam diskusi adalah: Adanya komunikasi yang baik Peserta menyadari bahwa keluarga adalah tempat berkembangnya Gereja Cinta kasih menjadi penggerak hubungan yang harmonis dalam keluarga Peneguhan a. Cinta kasih dalam keluarga Cinta kasih dalam keluarga membawa hubungan kedua pasangan menajadi hubungan yang saling memperkembangkan dimana kedua pasangan saling memberikan cinta kasih yang tulus dan selalu mengarah kepada kesiap sediaan dalam menghadapi segala peristiwa/ hal yang menyangkut hubungan keluarga baik peristiwa yang baik maupun peristiwa yang buruk sekalipun. Dalam perjalanan hidup keduanya sama-sama berkembang dengan melibatkan akal budi dan kehendak menuju persatuan dua pribadi yang sempurna.dan terarah kepada kehidupan rohani, kecintaan kepada Tuhan, dan kepada sesama sebagai pelaksanaannya.

164 145 b. Komunikasi pribadi dalam keluarga dalam membangun relasi antar suami-istri Panggilan untuk hidup berkeluarga dan menjadi satu dalam hidup suami-istri sudah menjadi pengertian yang tidak mungkin tidak dimengerti oleh keduanya. Untuk itu kerelaan membangun komunikasi yang baik sudah menjadi kewajiban bagi keduanya yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Keduanya wajib membangun relasi yang saling terbuka, saling menerima dan memberi satu sama lain apa adanya. Komunikasi dalam segala hal ini kemudian juga ditekankan kepada anggota keluarga yang lain bukan hanya antara suami dan istri saja melainkan juga kepada anggota keluarga yang lain terutama anak-anak. Pendidikan yang baik bagi anak-anak adalah kebiasaan-kebiasaan yang tertanam sejak kecil, dimana suatu kebiasaan positif tersebut telah mengakar dalam keluarga sehingga tidak membutuhkan energi khusus untuk membangun pola pikir yang baru bagi anak-anak. 4. SESSION 4 Mengenal Diri dan Menerima Diri Tujuan : Agar peserta dapat memahami dirinya sendiri dan dapat menyadari segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya sehingga tidak merasa rendah diri, agar peserta mampu mengolah hidupnya sehingga menjadi pribadipribadi yang umbuh dewasa dan penuh tangung jawab Sarana : film John, lagu dan slide Bapa sentuh hatiku, Kertas flep, alat tulis/spidol

165 146 Uraian Materi : Proses pengenalan dan penerimaan diri, Arti menjadi pribadi yang dewasa, Hambatan-hambatan dalam mewujudkan pribadi yang dewasa, Dorongan/dukungan untuk menjadi pribadi yang dewasa Pemikiran Dasar Manusia ingin tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang dewasa walaupun dalam perjalanan hidup sering mengalami persoalan yang terkadang dapat menghambat proses pembentukan pribadi yang dewasa. Proses untuk menjadi pribadi yang dewasa memerlukan adanya sikap pengenalan diri dan kemampuan untuk menerima diri. Tanpa adanya pengenalan diri dan proses penerimaan diri yang baik maka pribadi sesorang tidak akan berkembang dengan baik. Melalui session ini mengajak peserta untuk berani melihat diri pribadi secara jujur apa adanya. Lewat mengenal diri-sendiri terlebih dahululah dimulai sebagai titik tolak untuk menapaki kehidupan yang penuh kesadaran dengan bantuan Kasih dan Rahmat Allah maka manusia akan mampu untuk semakin berkembang secara dewasa sesuai dengan panggilan hidupnya dalam keluarga. Langkah-langkah kagiatan a. Pengantar untuk mengajak Peserta Menonton film John Bapak ibu yang terkasih dalam Kristus pada session terkahir pertemuan kita yang pertama ini marilah kita bersama-sama menyaksikan sebuah film sebagai pengantar kita masuk kedalam tujuan dari session yang terakhir ini. Peserta dibagi

166 147 kedalam beberapa kelompok, dan menonton film tersebut dalam kelompok yang telah dibentuk. b. Peserta mediskusikan tentang film John Panduan Pertanyaan diskusi: - Lewat film John tersebut apa yang anda tangkap berkaitan dengan penerimaan diri? - Apakah makna dari sebuah penerimaan diri bagi keluarga anda? - Apakah relevansinya bagi anda dalam hidup berkeluarga untuk dapat menerima diri? - Apakah artinya menjadi pribadi yang dewasa dan beriman menurut pemahaman anda? - Apakah yang mendukung anda untuk semakin dewasa dalam keluarga? c. Pendalaman Materi Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mendiskusikan jawaban dari pertanyaan dalam kelompoknya masing-masing dengan salah satu peserta yang mencatat hasilnya. Poin-poin yang diharapkan muncul dalam diskusi adalah: - Menerima diri apa adanya namun terus-menerus mengembangkan diri tanpa berputus asa dengan kekurangan yang dimiliki - Bersyukur karena memilik keluarga yang telah dianugerahkan Tuhan, dan berusaha untuk melindungi serta menjadikan keluarga adalah bagian yang utuh bagi diri dan selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk keluarga

167 148 - Menerima diri dalam keluarga semakin membantu keluarga berkembang terutama anak-anak dan anggota keluarga yang lain. Sehingga dapat bersamasama membangun keluarga dengan syukur dan usaha yang tulus tanpa harus merasa malu dengan keadaan keluarga - Menjadi orang yang mampu mengambil keputusan dan pilihan hidup, mempunyai sikap dan kepribadian yang ditandai dengan kemampuan untuk mengenali pribadinya. - Dukungan dari pasangan, perkembangan anak-anak yang terlihat semakin baik mendorong untuk semakin membarikan yang terbaik untuk keluarga, dukungan dan motivasi dari teman-teman, keluarga besar, dan juga saudara-saudari. d. Penegasan Merumuskan poin-poin yang disampaikan dari masing-masing kelompok. Menjadi pribadi yang dewasa dalam pikiran,sikap dan perbuatan tidaklah mudah, seseorang menjadi dewasa harus melalui berbagai tahapan dan proses. Kebanyakan dari proses untuk menjadi dewasa adalah pengalaman yang tidak menyenangkan. Seseorang mendapat hikmah dari segala macam pengalaman yang dihadapi, baik itu pengalaman buruk maupun pengalaman yang baik. Dengan mengevaluasi diri, merenungkan dan belajar dari berbagai kesalahan pengalaman-pengalaman seseorang dituntut untuk menjadi memahami dan mengerti sehingga secara tidak langsung dia akan belajar. Manusia diberikan anugerah akal dan pikiran dimana ketika menghadapi pengalaman yang tidak menyenangkan dia akan secara bijaksana untuk berpikir bagaimana caranya untuk menghindari atau tidak mengalami pengalaman buruk yang

168 149 sama. Pikiran inilah yang mendorong sesorang untuk dapat secara bijaksana untuk selalu ingin mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Begitulah proses pendewasaan seseorang yang menjadikan sesorang dewasa karena pengalaman hidup yang disikapi secara bijaksana. Menjadi pribadi yang dewasa tidak diukur dari apakah ia mampu mengendalikan dirinya sendiri saja, namun juga bagaimana dia dapat mengaplikasikannya dalam kehidupannnya terutama dalam keluarganya, melalui hubungan cinta kasih yang diberikan kepada pasangan, anak-anak dan keluarga yang lain, juga seseorang tersebut dapat membawa dampak yang baik bagi orang lain melalui rasa tanggung jawab sosial yang terus berkembang. e. Refleksi Bapak dan ibu yang terkasih sebagai reflekasi kita bersama pada hari ini marilah kita merenungkan: - Apakah kita sudah menjadi pribadi yang dewasa bagi diri kita sendiri, pasangan, bagi keluarga kita dan juga masyarakat disekitar kita? - Apakah kita sudah dewasa untuk Tuhan, dalam tindakan cinta kasih yang kita berikan kepada sesama? Marilah kita bersama-sama pada hari ini merenungkan dan memberikan jawaban tersebut untuk diri kita sendiri dan menerapkannya dalam kehidupan berkeluarga kita dengan harapan keluarga yang kita bina semakin dapat berkembang dan menjadi keluarga yang sungguh-sungguh menghadirkan Kristus dan memancarkan cinta kasih Kristus.

169 150 f. Lagu penutup: KE Kotabaru (134) Pujian dan Syukur Pujian dan Syukur kepada-mu ya Tuhan Melimpah berkat-mu seta pengasihan Kuasa kasih bimbingan tangan-mu menuntun hidup kami selalu Hadirlah Tuhan diantara kami Jadikanlah kami Gereja sehati Dimuliakanlah nama-mu ya Tuhan Segala pujia syukur kepada-mu g. Doa penutup Allah Bapa kami yang penuh belas kasih, cinta dan berkat. Kami bersyukur karena pada hari ini Engkau membimbing kami untuk saling mengenal diri kami masing-masing dan juga pasangan kami. Dalam kelebihan dan kekurangan kami, kami dapat menerima dan diri kami dan pasngan kami untuk secara bersama-sama membangun keluarga yang senantiasa memancarkan kasih dari-mu. Kami berbahagia karena anugerah keluarga yang telah Engkau berikan kepada kami, karena itulah kami mohon kepada-mu untuk selalu membimbing kami dalam memperkembangkan keluarga kami semakin beriman kepada-mu dan kepada sesama kami. Amin

170 BAB V KESIMPULAN SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan Keluarga Kristiani adalah Gereja mini dalam arti bahwa keluarga adalah persektuan dasar iman, tempat iman sejati mulai ditanam dan ditumbuhkembangkan dalam diri anak-anak sejak mereka masih kecil. Gereja mengharapkan dalam keluarga Katolik yang pertama-tama ditumbuhkembangkan adalah iman yang menghangatkan suasana. Pengembangan iman ini bukan dalam arti anak-anak harus mengetahui ajaran-ajaran Gereja karena mereka mungkin belum cukup usia untuk mengenal dengan baik ajaran-ajaran Gereja, namun iman yang dikembangkan ini lebih kepada penghayatannya melalui sikap-sikap yang baik misalnya: kerja sama, kerukunan, saling menjaga dalam keluarga dan lain sebagainya. Kedua pasangan saling membantu dan saling berbagi cinta kasih kepada pasangannya dalam memperkembangkan iman bersama dalam keluarga. Karena bukan hanya suami saja yang bertanggung jawab dalam keluarga tetapi kedua-duanya. Kewajiban suami-istri untuk mengembangkan iman dalam keluarga dimulai dari diri-sendiri dengan saling menerima kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri sehingga dengan penuh rasa syukur dapat mengaplikasikannya dalam hidup keluarganya. Kedewasaan iaman sebuah keluarga akan terlihat lewat sikap, sifat yang di perlihatkan dalam menyikapi pengalaman-pengalaman yang dialaminya. Dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan antara lain:

171 Hidup perkawinan membutuhkan penyegaran, pasangan-pasangan yang telah menikah buukan tidak mungkin akan mengalami rasa jenuh terhadap pasangannya dan rasa ini sangat wajar karena itu tidak dapat dijadikan alasan untuk menghindari pasangan. 2. Keluarga Katolik dipanggil untuk mewujudkan dan meneruskan keselamatan bagi anggota keluarganya, bahkan bagi keluarga-keluarga lain disekitarnya. Tugas itu tidaklah mudah apalagi jika hal itu dikerjakan oleh keluargakeluarga Katolik yang masih muda. 3. Peranan kedua pasangan sama dalam pembentukan hidup keluarga beriman yang kontekstual yaitu untuk saling mengisi dan melengkapi. Yang ditekankan bahwa semua anggota keluarga tidak membatasi diri hanya mengikuti kegiatan Gereja saja tetapi juga kegiatan dalam masyarakat yang juga diharapkan untuk mendapatkan perhatian yang sama. Nilai-nilai kebersamaan dalam masyarakat menjadi pendorong untuk memperkembangkan penghayatan iman dalam keluarga. 4. Kedua pasangan diharapkan mampu memperkembangkan iman keluarganya dalam situasi dan kondisi yang sedang berlangsung sesuai dengan perkembangan zaman, misalnya, teknologi tidak menghambat perkembangan iman dalam keluarga justru menjadi sarana yang paling ampuh dalam memperkenalkan iman kepada anak-anak. 5. Tradisi masyarakat setempat tidak menjadi penghalang dalam mengembangkan iman, dalam tradisi itulah sedikit-demi sedikit penghayatan iman mulai dilakukan.

172 Keluarga sebagai penerus tradisi hidup, sangat berperan dalam proses pembentukan pribadi seseorang. 7. Keluarga adalah sarana pewartaan yang paling ideal, tempat pengenalan, penghayatan dan pelaksanaan akan Allah yang sungguh-sungguh nyata. B. Saran Manusia memang tidak ada yang sempurna, selalu ada sisi dimana manusia membutuhkan orang lain dalam usaha lebih memahami dan mengenal makna hidup dan kehidupan. Oleh karena itu manusia berhak mendapatkan dan memberi masukan kepada orang lain dan juga berhak untuk menerima masukan dari orang lain. Diakhir penulisan ini perkenankanlah penulis memberikan beberapa saran: 1. Gereja perlu memberikan perhatian secara lebih khusus kepada keluargakeluarga muda dalam membina hidup keluarganya yang sesuai dengan ajaran Katolik. 2. Paroki St. Markus Melak, Kutai Barat Kalimantan Timur agar semakin memperhatikan perkembangan iman keluarga-keluarga yang berada jauh dari Paroki, keluarga-keluarga muda tersebut perlu mendapatkan pembekalan tentang hidup berkeluarga terutama yang berhubungan dengan ajaran Katolik, agar mereka semakin memahami dan menghayati makna perkawinannya sesuai dengan ajaran Kristus. 3. Keluarga-keluarga dihimbau untuk dengan semangat dan semakin giat mencari tahu serta memperkembangkan sendiri pengetahuannya dengan

173 154 dibantu Gereja sehingga peranan keluarga itu sendiri semakin nyata dalam tugas pewartaannya. 4. Mahasiswa IPPAK yang secara khusus menyiapkan diri sebagai calon katekis yang nantinya juga akan memilih terlibat dalam pendampingan keluargakeluarga Kristiani, perlu membekali diri dengan sungguh-sungguh mengingat begitu banyak keprihatinan yang dialami dalam keluarga-keluarga saat ini. C. Penutup Dengan mengucapkan syukur yang tak terhingga yang penulis ungkapkan untuk terselesaikannya tulisan ini, dan penulis menyadari akan banyaknya kekurangan-kekurangan dan kelemahan yang perlu perbaikan lebih lanjut agar rekoleksi yang dilaksanakan sungguh-sungguh dapat membantu pemahaman akan hidup iman yang kontekstual dapat menjadi nyata dalam kehidupan berkeluarga terutama untuk keluarga-keluarga muda yang ada di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat khususnya bagi pembaca, pemerhati perkembangan iman dalam keluarga Kristiani ataupun yang bertugas dalam pengembangan iman keluarga Kristiani yang ada di Paroki-paroki.

174 155 DAFTAR PUSTAKA Anselmus Eligius F. Fau, OFM Cap., (2000). Persiapan Perkawinan Katolik. Flores : Nusa Indah Brayat Mulyo (Tim). (2007). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta : Kanisius. Budyapranata, AL. (1981). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius Catur Raharso Alfonso Pr., (2006). Paham Perkawinan dalam Hukum Gereja Katolik. Malang : Dioma. (2006). Halangan-halangan Nikah Menurut Hukum Gereja Katolik. Malang; Dioma Chandra, Julius. ((1985). Cinta Rasional. Yogyakarta: Kanisius Depdikbud Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dok. Gerejawi no.30 (1993). Familiaris Consortio. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI Fischer, Kathlen Hart dan Hart, Thomas N. (1988). Dua Tahun Pertama Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius Gilarso BT. SJ (Ed). (1996). Membangun Keluarga Kristiani. Yogyakarta: Kanisius. Hadiwardoyo Purwa MSF., (1988). Perkawinan Dalam Tradisi Katolik, Yogyakarta: Kanisius. Hardana, Timottius I Ketut. (2010) Kursus Persiapan Perkawinan. Jakarta: Obor Heuken, A SJ Bangunkanlah Kebahagiaan Keluargamu. Jakarta Komisi Liturgi KWI, (2011). Penanggalan Liturgi.Yogyakarta: Kanisius Konferensi Waligereja Indonesia Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta: Kanisius. Konigsmann, Josef ((1989). Pedoman Hukum Perkawinan Gereja Katolik. Flores: Nusa Indah Konsili Vatikan II. (2008). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardiwiryana, Penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1966). Kusuma, Dominikus Gusti Bagus (2007). Analisis Yuridis Bonum Coniugum Dalam Perkawinan Katolik.Yogyakarta: Pustaka Nusatama KWI (2006). Kitab Hukum Kanonik, Edisi Resmi Gereja. Bogor: Grafika Mardi Yuana. Lembaga Alkitab Indonesia Alkitab Deuterokanonika. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia. Mello, Anthony (2008) Sadhana Jalan Menemukan Tuhan. Yogyakarta: Kanisius Mulyono, Tri, F.X (2001). Bermain Adalah Duniaku (Kumpulan permainan untuk dinamika kelompok). Surabaya: PLAN Internasional PU Prier, Karl Edmun. (2006). Madah Bakti. Semarang: Bina Putera. Priyadi Soegeng. W dkk. (2004) Buku Kenangan Peresmian dan Pemberkatan Gereja Katolik St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur. Samarinda

175 156 Purwanto, (2010) Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Riduwan. ((2008) Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rubiyatmoko. R, Pr (2007). Hukum Perkawinan Katolik. Diktat Mata Kuliah untuk mahasiswa semester III, FKIP, Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Seri Dokumen Gerejawi (1999). Kumpulan Dokumen Ajaran Sosial Gereja Tahun (R.Hardawiryana, Penerjemah) Bogor: Grafika Mardi Yuana Soekoto, Leo. (1978). Pedoman Pastoral Keluarga. Jakarta: Bagian Dokumentasi dan Penerangan Mawi. Soewito P.Hs (1970). Keluraga Bahagia. Flores : Arnoldus Ende. Staf Dosen Prodi IPPAK, (2006). Pedoman Penulisan Skripsi. (L.Bambang Hendarto Y: Editor).Yogyakarta: Prodi IPPAK Sugiyono, (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suharyanto, Carolus (2008). Kursus Persiapan Hidup Berkeluarga. Yogyakarta: Kanisius Tukan, Johan Suban, (1985). Mengenal Kekasih. Jakarta: Obor Widadaprayitna, (2009). Kidung Ekaristi Kotabaru. Yogyakarta : Kotabaru Widjojo, Subroto. ((1981). Problematika Perkawinan.Yogyakarta: Kanisius

176 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177 Lampiran 2 : Daftar pertanyaan Kuesioner DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER Petunjuk Mengerjakan!! Berilah tanda silang (X) pada salah satu alternatif jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. Apabila pilihan anda tidak sesuai dengan jawaban yang telah tersedia, Anda dapat mengisinya pada tempat yang kosong yang telah tersedia berdasarkan keadaan dan pendapat Anda...!!! Pasangan Bapak/ Ibu & 1. Usia perkawinan...? a. Antara 0-2 tahun c. Antara 3-5 tahun b. Antara 6-8 tahun d. Antara 9-...tahun 2. Anak tertua berusia...? a. 7 tahun c. 6 tahun b. 5 tahun d Anak termuda berusia...? a. 7 tahun c. 6 tahun b. 5 tahun d Kunjungan keluarga oleh Pastor Paroki...? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d Kurangnya kunjungan Pastor pada keluarga-keluarga karena...? a. Sudah ada perwakilan Pastor Paroki yang berkunjung b. Pastor terlalu sibuk sehingga kurang mempunyi waktu c. Tempat dan jarak yang tidak memungkinkan d Pendampingan keluarga oleh gereja melalui retret/rekoleksi...? a. Ada b. Tidak ada c. Sedang di rencanakan d Mengikuti Pendampingan keluarga oleh gereja melalui retret/rekoleksi...? a. Selalu b. Tidak pernah c. Kadang-kadang d (2)

178 8. Pendampingan keluarga oleh paroki yang seperti apa saja yang pernah diikuti...? a. Rekoleksi bersama pasangan suami-istri selama sehari b. Penyuluhan tentang keluarga oleh Dewan Paroki ke stasi-stasi c. Seminar tentang hidup berkeluarga dengan mengundang pembicara-pembicara yang sudah berpengalaman d Kendala apa saja yang dialami sehingga tidak pernah mengikuti Pendampingan keluarga yang dilaksanakan oleh Paroki...? a. Kurang mendapat informasi b. Waktu yang tidak memungkinkan c. Kesibukan kerja yang terlalu padat d Mengapa Pendampingan bagi keluarga-keluarga perlu dilakukan oleh Gereja...? a. Agar keluarga muda terbantu untuk membangun keluarga yang lebih baik b. Merupakan kewajiban Gereja maka harus dijalani c. Karena belum ada instansi lain yang memperhatikannya d Apakah arti Perkawinan bagi anda...? a. Adalah suatu jalan agar dapat melestarikan keturunan b. Persekutuan hidup antar pria dan wanita atas dasar ikatan cinta kasih yang penuh c. Hidup antara dua pria dan wanita dalam satu rumah d Tuntutan Gereja agar perkawinan dilakukan: Satu dengan satu, setia seumur hidup. Menurut anda...? a. Mustahil b. Tidak realistis c. Mungkin diwujudkan d Siapakah yang bertanggung jawab terhadap perekonomian keluarga...? a. Suami b. Istri c. Kedua-duanya d Menurut anda bagaimanakah menjaga hubungan suami-istri...? a. Mengutamakan dialog dengan pasangan dalam segala hal. b. Memberi waktu khusus untuk pasangan c. Memperhitungkan anak-anak dalam mengambil keputusan ketika menghadapi masalah d. Cepat saling mengampuni (3)

179 15. Hubungan anda dengan pasangan menurut anda...? a. Harmonis b. Biasa saja c. Kurang harmonis d Frekuensi komunikasi dengan pasangan...? a. Selalu berusaha untuk berkomunikasi dengan pasangan dimanapun berada b. Cukup dirumah saja setelah pulang bekerja c. Bila dirasa perlu saja d Menyediakan waktu untuk berdoa bersama dalam keluarga...? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d Kendala yang dihadapi ketika ingin berdoa bersama dalam keluarga...? a. Tidak ada waktu karena terlalu sibuk bekerja b. Terlalu lelah c. Sering lupa d Pewartaan Iman menjadi tanggung jawab Guru Agama di sekolah...? a. Setuju b. Kurang setuju c. Sangat tidak setuju d Kegereja bersama setiap hari minggu...? a. Merupakan suatu kebiasaan dalam keluarga b. Hanya bila ada waktu saja c. Lebih sering sendiri-sendiri d Anak-anak menguasai doa-doa harian (Bapa Kami, Salam Maria, Doa Tobat, Syahadat, dll)...? a. Menguasai b. Menguasai sebagian saja c. Tidak menguasai samasekali d Mendorong anak untuk terlibat dalam kegiatan Gereja...? a. Sudah merupakan kewajiban orang tua dalam mendidik iman anak-anaknya b. Hanya bila ada tugas dari sekolahnya (4)

180 c. Agar anak semakin mampu mengembangkan dan menghayati imannya d Menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan keluarga...? a. Selalu dan merupakan kebiasaan bersama untuk berkumpul dalam keluarga b. Hanya bila ada waktu saja c. Jika ada masalah dalam keluarga barulah ada waktu berkumpul bersama d Bersharing tentang Kitab Suci dengan pasangan...? a. Agar semakin mendalami iman akan Kristus b. Agar semakin mengenal Kristus dan dapat mengajarkan kepada anak-anak c. Hanya bila ada waktu d Mendukung anak untuk mengikuti segala kegiatan gereja yang disukainya...? a. Agar iman anak dapat berkembang dengan mandiri. b. Agar anak semakin tertarik menjadi pelayan gereja c. Agar anak dapat lebih dekat dengan sumber imannya yaitu Yesus kristus d Menurut Anda apakah hidup menggereja itu...? a. Kegiatan yang dilakukan oleh umat dalam melaksanakan liturgi dan doa-doa di Gereja b. Kegiatan yang melibatkan umat dan selalu berhubungan dengan Gereja c. Panggilan untuk semua umat beriman dalam mewujudkan tanggung jawab di gereja maupun masyarakat dalam segala bidang d Mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di lingkup gereja paroki...? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d Menjabat sebagai pengurus Gereja/Paroki...? a. Pernah b. Tidak pernah c. Tidak berminat d Kendala apa saja yang dialami ketika menjadi pengurus di gereja/paroki...? a. Rumah yang jauh dari Paroki atau Gereja b. Kesibukan kerja yang terlalu banyak c. Kurang memahami tentang Paroki/Gereja (5)

181 d Bagaimana sikap Anda terhadap hidup menggereja...? a. Melaksanakan dengan sepenuh hati karena merupakan wujud tanggung jawab sebagai anggota gereja. b. Ikut terlibat dalam hidup menggereja agar tidak ketinggalan berita dengan umat yang lain c. Melaksanakan agar tidak di omelin oleh pastor Paroki d Terlibat dalam doa-doa di lingkungan tempat tinggal...? a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah d Kendala yang dihadapi ketika terlibat dalam doa-doa di lingkungan...? a. Tidak menarik sehingga tidak tertarik untuk datang b. Tidak bermutu c. Kesulitan mengerti tentang Kitab Suci d Kendala yang dihadapi untuk hadir dalam doa-doa dilingkungan...? a. Terlalu sibuk b. Terlalu lelah setelah seharian bekerja c. Tidak pernah ada kegiatan doa di lingkungan d Apakah anda terlibat sebagai pengurus desa/ RT/RW? Jika Ya (sebagai apa?) a. Ya b. Tidak c. Tidak berminat d Motivasi anda terlibat dalam kegiatan di lingkungan masyarakat...? a. Agar dapat membangun masyarakat secara bersama-sama b. Merupakan kewajiban sebagai warga c. Agar dapat menerapkan ajaran agama dalam kehidupan bersama d Apakah anda memberikan waktu untuk mengikuti musyawarah kampung...? a. Hanya jika ada waktu luang b. Lebih sering tidak hadir dalam musyawarah kampung c. Berusaha untuk selalu menghadiri musyawarah kampung d (6)

182 37. Memberi sumbangan dalam kegiatan di lingkungan/ kampung...? a. Apabila diminta b. Menyumbang semampunya c. Bukan kewajiban d Apa yang anda lakukan untuk membantu warga kampung dalam memajukan kampung bersama...? a. Terlibat dalam gotong royong yang rutin b. Menyumbang apabila ada kegiatan c. Ikut terlibat dengan sepenuh hati baik dalam hal dana maupun pemikiran d Perkawinan adat merupakan suatu keharusan...? a. Dilaksanakan atau tidak, tidak akan berpengaruh b. Jika tidak dilaksanakan perkawinan akan dirasa belum cukup syah c. Jika tidak dilaksanakan akan mendapat sanksi d Perkawinan secara adat perlu dilaksanakan walau tanpa Perkawinan Gereja...? a. Setuju b. Sangat setuju c. Tidak setuju d Menurut anda siapakah yang seharusnya paling berperan dalam keluarga...? a. Suami b. Istri c. Kedua-duanya d Apakah keluarga besar berperan dalam keluarga anda...? a. Ketika mengalami masalah dalam keluarga misal: Materi, anak-anak dll. b. Hanya apabila diminta oleh suami atau istri c. Keluarga besar tidak ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga kami d Hakikat perkawinan yang paling mengesankan bagi anda adalah...? a. Persekutuan hidup antara pria dan wanita, atau dasar saling mencintai untuk membentuk hidup bersama secara tetap dan memiliki tujuan yang sama, yaitu saling membahagiakan b. Bersatunya kedua pasangan sebagai suami- istri yang utuh dan dapat saling melengkapi c. Bersatunya suami-istri membentuk keluarga baru yang lebih besar d (7)

183 44. Manfaat Kursus Persiapan Perkawinan dalam hidup perkawinan anda saat ini...? a. Semakin memahami tentang perkawinan secara kristiani b. Kurang begitu bermanfaat c. Kurang sesuai dengan kenyataan saat ini d Selama menjalani hidup perkawinan, pernah mendapatkan pengalaman yang belum disiapkan dalam Kursus Persiapan Perkawinan...? a. Pernah b. Tidak pernah c. Kadang-kadang d Pengalaman seperti apa yang belum pernah disiapkan dalam Kursus Persiapan Perkawinan...? a. Dalam hal mendidik iman anak b. Ketika berbicara tentang ekonomi keluarga c. Ketika berbeda pendapat dengan pasangan d....,,,,,,,,,,,,,,,,, (8)

184 Lampiran 3 : Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Pastor & Keluarga muda di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur 1. Bagaimana gambaran perkawinan di Paroki St. Markus Melak Kutai Barat Kalimantan Timur? (pertanyaan untuk pastor) 2. Bagaimana proses, dan materi persiapan kursus persiapan perkawinan dilaksanakan? (pertanyaan untuk pastor) 3. Apakah ada pembinaan lanjutan untuk pasangan suami-istri yang telah manikah? (pertanyaan untuk pastor) 4. Apakah budaya/adat-istiadat dayak berpengaruh dalam proses anda mengambil keputusan? (pertanyaan untuk keluarga muda) 5. Apa saja kendala yang dialami dalam melaksanakan Pastoral Keluarga? (pertanyaan untuk pastor) 6. Kepada siapa saja anda lebih sering bersharing ketika mendapat masalah? (pertanyaan untuk keluarga muda) (9)

185 Lampiran 4 : Tabel Hasil Penelitian Pastoral Keluarga Ite m Kunjun gan Keluar ga Faktor kurangny a kunjunga n keluarga Penda mpinga n di Paroki Umat yg Mengikut i Pendapin gan Pendamp ingan yg Pernah di ikuti Kendala tidak pernah mengikuti Pendampin gan Keluarga Alasan Pendamp ingan Keluarga oleh Umat Arti Perkawi nan Tanggapa n mengenai Perkawin an menurut Gereja Yang bertanggung jawab terhadap ekonomi keluarga A B C D Pemahaman Tentang Hakekat Perkawinan Item Menjaaga hubungan SUIS Hubungan dengan Pasangan Frekuensi komunikasi dgn pasangan Waktu berdoa dlm keluarga Kendala doa dalam keluarga A B C D (- 10 -)

186 Item Pewartaan tanggung jawab guru Hari minggu ke gereja bersama Kepedulian Terhadap Pengembangan Iman dalam Keluarga Anak menguasai doa-doa harian Mendorong anak terlibat dalam kegiatan gereja Waktu berdiskusi dengan keluarga Sharing KS dengan pasangan Mendukung anak dalam kegiatan gereja yg disukai Pengertia n hidup mengger eja A B C D Item Keterlibatan hidup menggereja Keterlibatan sebagai Pengurus Gereja Keterlibatan Keluarga Dalam Hidup Menggereja Kendala dlm Keterlibatan sebagai Pengurus Gereja Sikap terhadap hidup menggereja Keterlibatan dalam doa bersama Kendala dlm Keterlibatan doa bersama Kendala hadir dalam doa di lingkungan A B C D (- 11 -)

187 Item Terlibat sebagai pengurus masyarakat Motivasi terlibat sebagai pengurus masyarakat Keterlibatan Umat Dalam Hidup Bermasyarakat Frekuensi keterlibatan dalam kepengurusan masyarakat Andil dalam pembangunan masyarakat Aksi nyata dalam pembangunan kampung A B C D Kebudayaan yang berpengaruh terhadap pemikiran tentang perkawinan Item Perkawinan adat diharuskan Perkawinana adat lebih penting daripada perkawinan gereja Yang paling berperan dalam keluarga ideal A 4 B C D Tanggapan mengenai kursus persiapan perkawinan di Paroki St.Markus Melak Kutai Barat Kaltim. Item Peranan keluarga besar Hakikat perkawinan Manfaat KPP menurut KK Pengalaman yang belum pernah disiapkan dalam KPP A B C D 2 (- 12 -)

188 Lampiran 5 : Foto-Foto Gereja Katolik Santo Markus Melak Sendawar Kutai Barat Gambar 1 : Gereja Katolik Santo Markus Melak Sendawar Kutai Barat Tampak Depan Gambar 2 : Gereja Katolik Santo Markus Melak Sendawar Kutai Barat Tampak Samping Gambar 3 : Papan Nama Gereja Katolik Santo Markus Melak Sendawar Kutai Barat (- 13 -)

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, sebagai seorang yang amat akrab dengannya, sebagai seorang yang bersatu erat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, sebagai seorang yang amat akrab dengannya, sebagai seorang yang bersatu erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuhan menciptakan manusia sebagai pria dan wanita, dua pribadi yang memiliki kesepadanan satu terhadap yang lain. Antara pria dan wanita ada dorongan untuk saling membantu,

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA

KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA melalui penguatan kebiasaan dan tradisi iman, martabat luhur perkawinan dan kesejahteraan hidup berkeluarga KELUARGA, SUKACITA INJIL ALASAN MENIKAH

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL

KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Warta 22 November 2015 Tahun VI - No.47 KELUARGA KATOLIK: SUKACITA INJIL Hasil Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia IV (sambungan minggu lalu) Tantangan Keluarga dalam Memperjuangkan Sukacita Anglia 9.

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA 1. PENGANTAR ikut berperan serta dalam membangun Dalam tema ini akan dibicarakan peranan pria baik sebagai suami maupun ayah dalam keluarga. Sebagai suami jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA

BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA Modul ke: BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, memacu orang untuk semakin meningkatkan intensitas aktifitas dan kegiatannya. Tingginya intensitas

Lebih terperinci

PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA. Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016

PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA. Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016 PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016 ALASAN MENIKAH 1. Bukan hanya karena sudah umur, 2. Bukan hanya karena sudah hamil/ seks bebas. 3. Bukan hanya karena

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8 Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap

Lebih terperinci

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. 03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,

Lebih terperinci

Tugas Seorang. Istri

Tugas Seorang. Istri Tugas Seorang Istri Seorang wanita yang mengetahui bahwa peranannya sebagai istri merupakan suatu tanggung jawab besar, adalah orang yang bijaksana. Ia sudah siap untuk menerima petunjuk dari Allah bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA - 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan 21-23 Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu? Orang-orang yang percaya kepada Kristus terpecah-belah menjadi ratusan gereja. Merek agama Kristen sama

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Lebih terperinci

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap

Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap Pengantar Selama ini selain bulan Mei, kita mengenal bulan Oktober adalah bulan Maria yang diperingati setiap tahunnya oleh seluruh umat katolik sedunia untuk menghormati Santa Perawan Maria. Bapa Suci

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya.

Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Untuk mengenal arti pembaruan karismatik, baiklah kita tanyakan apa tujuan yang ingin dicapainya. Sesungguhnya tujuan pembaruan karismatik bukan lain daripada tujuan hidup Kristiani pada umumnya, yaitu

Lebih terperinci

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA S

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 11

Level 2 Pelajaran 11 Level 2 Pelajaran 11 PERNIKAHAN (Bagian 2) Oleh Don Krow Hari ini kita akan kembali membahas mengenai pernikahan, dan satu pertanyaan yang muncul adalah, Apakah itu pernikahan? Apakah anda pernah memikirkan

Lebih terperinci

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA

MATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN

BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan

Lebih terperinci

Pernikahan Kristen Sejati (2/6)

Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Pernikahan Kristen Sejati (2/6) Nama Kursus   : Pernikahan Kristen yang Sejati Nama Pelajaran : Memilih Pasangan Kode Pelajaran : PKS-P02                    Pelajaran 02 - MEMILIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki kodrat alam sejak lahir sampai meninggal dunia hidup bersama-sama dengan manusia lain, atau manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok

Lebih terperinci

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014

dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 SURAT GEMBALA PRAPASKA 2014 KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG dibacakan pada hari Sabtu-Minggu, 1-2 Maret 2014 Allah Peduli dan kita menjadi perpanjangan Tangan Kasih-Nya untuk Melayani Saudari-saudaraku yang terkasih,

Lebih terperinci

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN

IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN IBADAT PEMBERKATAN PERTUNANGAN Orang tua Kristiani mempunyai tanggung jawab, yang dipandang juga sebagai bentuk kerasulan khusus, untuk mendidik anak-anak dan membantu anak-anak dapat mempersiapkan diri

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)

Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,

Lebih terperinci

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat BAB IV HATI NURANI A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Memahami nilai nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki laki yang memiliki rupa rupa kemampuan

Lebih terperinci

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia

HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia HIDUP DALAM KEKUDUSAN 1 Petrus 1:14-19 Herman Yeremia Tujuan: Jemaat memahami bahwa Allah menghendaki umat-nya hidup dalam kekudusan Jemaat bertekad untuk hidup dalam kekudusan Jemaat menerapkan kehidupan

Lebih terperinci

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1:

Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA. Bacaan Pertama 1 Sam. 1: 1 Tahun C Pesta Keluarga Kudus : Yesus, Maria, Yusuf LITURGI SABDA Bacaan Pertama 1 Sam. 1:20-22. 24-28 Seumur hidupnya Samuel diserahkan kepada Tuhan. Bacaan diambil dari Kitab Pertama Samuel: Setahun

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) GUIDENA, Vol.1, No.1, September 2011 MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA) Nurul Atieka Universitas Muhammadiyah Metro PENDAHULUAN Semua orang dalam membina keluarga, menginginkan keluarga

Lebih terperinci

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam

HOME. Written by Sr. Maria Rufina, P.Karm Published Date. A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam A. Pembentukan Intelektual dan Spiritual Para Imam Di masa sekarang ini banyak para novis dan seminaris yang mengabaikan satu atau lebih aspek dari latihan pembentukan mereka untuk menjadi imam. Beberapa

Lebih terperinci

NEWSLETTER. Discovery. Kasih Itu Membawa Kenangan" Visit Surat Keluarga Agustus by Romo A. Erwin Santoso, MSF. komkk.wordpress.

NEWSLETTER. Discovery. Kasih Itu Membawa Kenangan Visit Surat Keluarga Agustus by Romo A. Erwin Santoso, MSF. komkk.wordpress. Discovery Visit us @ komkk.wordpress.com P D P K Pelatihan Dasar Pemerhati Keluarga @ 23&30 Sept DISCOVERY 19 Aug @ St. Albertus-Bekasi & MBK-Tomang OUR WEBSITE Komisi Kerasulan Keluarga NEWSLETTER Kasih

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan

SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan 1 SILABUS MATA PELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP Kelas : VIII Mata Pelajaran : Kompetensi Inti : KI 1:Menerima dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2: Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tangungjawab,

Lebih terperinci

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu) 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama. Hindu adalah salah satu agama yang di akui oleh negara. Keanekaan merupakan ciri khas negara

Lebih terperinci

Itu? Apakah. Pernikahan

Itu? Apakah. Pernikahan Apakah Pernikahan Itu? Pemikahan adalah hasil dari suam rencana ilahi Itu bukan hasil kerja atau penemuan manusia, melainkan penciptaan Allah. Tempat yang dipilih untuk memulaikannya adalah Taman Eden.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh

(mempelai wanita) & (mempelai pria) MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN. Dipimpin oleh MISA KUDUS SAKRAMEN PERKAWINAN (mempelai wanita) & (mempelai pria) Hari...,, Tanggal... Pukul ------- WIB Di... Paroko..., Kota... Dipimpin oleh ------------------------ PERSIAPAN Iringan mempelai bersiap

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 01Fakultas Psikologi GEREJA DAN HAKIKATNYA Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Psikologi HAKEKAT GEREJA A.pengertian Gereja Kata Gereja berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI

APA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI Yoh 14: Divisi Kombas - Kepemudaan BPN PKKI Yoh 14:23-29 FIRMANKU = SALING MENGASIHI MINGGU PASKAH VI 01 MEI 2016 (23) Jawab Yesus: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya

Lebih terperinci

ABSTRAK Kastiana, Dasar Dan Tujuan Partisipasi Umat Paroki Parenggean Dalam Perayaan Ekaristi (Suatu Tinjauan Teologis),

ABSTRAK Kastiana, Dasar Dan Tujuan Partisipasi Umat Paroki Parenggean Dalam Perayaan Ekaristi (Suatu Tinjauan Teologis), Kastiana, 2007. Dasar Dan Tujuan Partisipasi Umat Paroki Parenggean Dalam Perayaan Ekaristi (Suatu Tinjauan Teologis), Jurusan Kateketik Pastoral, Sekolah Tinggi Pastoral Tahasak Danum Pambelum Keuskupan

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 7 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN KALENDER DOA PROYEK HANA FEBRUARI 2013 DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN Para wanita dan para gadis yang merindukan romantika, cinta, penerimaan, dan keamanan. Akibatnya, berkali-kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

Matematika Pernikahan

Matematika Pernikahan Matematika Pernikahan Pernikahan adalah karunia terpenting yang diberikan kepada umat manusia selama seminggu masa Penciptaan. Setelah menciptakan dunia yang sempurna, dilengkapi dengan segala yang diperlukan

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DI WILAYAH PATANGPULUHAN PAROKI HATI KUDUS

Lebih terperinci

Editorial Merawat Iman

Editorial Merawat Iman Editorial Merawat Iman... kita percaya bahwa Allahlah Sang Penabur, yang menaburkan benih Injil dalam kehidupan kita. Melalui karya katekese, kita semua dipanggil untuk bersama Allah menumbuhkan dan memelihara

Lebih terperinci

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Basuh Kaki. Mendapat Bagian dalam Tuhan HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Basuh Kaki Mendapat Bagian dalam Tuhan GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1075 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7

PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 (oleh aendydasaint.wordpress.com) KURIKULUM 2013 (Kompetensi Inti:) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

Lebih terperinci

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA

ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA ARAH DASAR KEUSKUPAN SURABAYA 2010-2019 1. HAKIKAT ARAH DASAR Arah Dasar Keuskupan Surabaya merupakan panduan hidup menggereja yang diterima, dihayati dan diperjuangkan bersama oleh segenap umat Keuskupan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas/Semester : VIII / 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit A. Standar Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

Roh Kudus. Penolong dan Penghibur HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS Roh Kudus Penolong dan Penghibur GEREJA YESUS SEJATI Pusat Indonesia Jl. Danau Asri Timur Blok C3 number 3C Sunter Danau Indah Jakarta 14350 Indonesia Telp. (021) 65304150, 65304151

Lebih terperinci

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI

BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI BAB III HIERARKI DAN AWAM A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) Berbeda dengan mereka yang sekarang mengubah pengaturan Yesus, Kisah 2 memberi contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus. Cerita Awalnya Dalam Kisah 2 Petrus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I

TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK STASI MUARA ASA DI PAROKI YOHANES PENGINJIL LINGGANG MELAPEH TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci