BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA"

Transkripsi

1 Modul ke: BAB VIII PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi

2 PERKAWINAN AGAMA KATOLIK DAN KETIDAKTERCERAIKANNYA

3 A. PENDAHULUAN Perkawinan katoik dan tantangannya Bab ini membahas perkawinan kanonik katolik yang pelaksanaannya diatur oleh norma-norma hukum kanonik Gereja Katolik, khususnya kanon Perkawinan kanonik ini mencakup semua perkawinan yg dilangsungkan menurut tata peneguhan kanonik oleh orang-orang yang telah dibaptis secara Katolik.

4 B. AJARAN GEREJA KATOLIK TTG PERKAWINAN 1. Hakikat, Tujuan dan Sakramentalitas Perkawinan a. Hakikat Perkawinan Kanon 1055 ini merupakan kanon doktrinal dan mengartikan perkawinan sebagai sebuah perjanjian (foedus, consensus, covenant) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaam seluruh hidup. Definisi ini mempunyai latar belakang pada dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et spes art. 48, yang mengartikan perkawinan sebagai suatu foedus coniugi (perjanjian nikah) dan bukan lagi sebagai contractus (sebuah kontrak).

5 c. Sakramentalitas Perkawinan Kanon 1055 rnenyebutkan bahwa Kristus telah mengangkat perkawinan menjadi sakramen ( 1) sehingga sifat perkawinan di antara orang-orang yang telah dibaptis adalah sakramen ( 2). Ide tentang sakramentalitas ini didasarkan pada Ef. 5, Kanon ini menandaskan adanya identifikasi antara perjanjian perkawinan orang-orang dibaptis dengan sakramen. Identifikasi ini membawa konsekuensi:

6 b. Tujuan Perkawinan... yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak.. Kanon ini dengan sederhana menunjukkan adanya 3 tujuan utama perkawinan: - kesejahteraan suami-istri -prokreasi - pendidikan anak

7 Semua perkawinan sah yang diselenggarakan antara orang-orang yang telah dibaptis secara sah menurut kategori kanon 849, dengan sendirinya merupakan sebuah sakramen ( 2). Dalam hal ini, tidak dituntut maksud khusus dari mempelai untuk menerimanya sebagai sakramen. Sakramentalitas perkawinan tidak terletak pada pemberkatan pastor karena yang menjadi pelayan sakramen perkawinan adalah kedua mempelai yang saling mengikrarkan janji perkawinan.

8 Orang-orang yang dibaptis tidak dapat menikah dengan sah jika dengan maksud positif dan jelas mengecualikan sakramentalitas perkawinan. Perkawinan antar orang yang tidak baptis, dengan sendirinya akan diangkat ke dalam martabat sakramen jika keduanya dipermandikan. Dalam hal ini, tidak dituntut perjanjian nikah baru, namun mereka dapat minta berkat pastor.

9 2. Ciri Hakiki Perkawinan Katolik: Unitas Et Indissolubilitas Kanon Ciri-ciri hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat tak-dapat-terputuskan), yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen.

10 3. Kesepakatan Nikah (Konsensus): Dasar Perkawinan Kanon Kesepakatan pihak-pihak yang dinyatakan secara legitim antara orangorang yang menurut hukum mampu, membuat perkawinam kesepakatan itu tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi mana pun. 2. Kesepakatan perkawinan : tindakan kehendak dgnnya seorg laki2 dan seorg perempuan saling rnenyerahkan diri dan saling menerima utk membentuk perkawinan dgn perjanjian yg tak dpt ditarik kembali.

11 a. Kesepakatan membuat perkawinan. Dalam kanon ini, ditegaskan bahwa kesepakatan merupakan satu-satunya unsur yang "membuat" perkawinan itu sendiri, consensus matrimonium facit. Kesepakatan merupakan satusatunya causa efficiens dari suatu perkawinan. Dalam arti ini, tidak pernah ada institusi perkawinan selain oleh karena kesepakatan nikah antara dua pribadi berbeda seksualitas. Oleh karena itu, perkawinan bersifat contractus consensualis, dan bukan contractus realis. Artinya, perkawinan terjadi sejauh telah terjadi kesepakatan nikah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan meskipun belum disempurnakan dengan persetubuhan.

12 Kesepakatan itu harus muncul hanya dari pasangan suami-istri itu sendiri, dan bukan dari orang lain. Kanon menandaskan bahwa "kesepalcatan itu tidak dapat diganti oleh kuasa manusiawi mana pun". Hal ini mengandaikan kebebasan masing-masing untuk saling meneguhkan perkawinan. Kebebasan ini tidak hanyaberartibahwatidakadapaksaandariluar, namun juga berarti bebas secara hukum atau mampu secara hukum. "Bebas secara hukum" berarti bahwa berdasarkan norma-norma hukum yang berlaku, masing-masing tidak mempunyai halangan dan larangan untuk menikah (lih. kanon ).

13 b. Objek kesepakatan nikah Kanon , selain memberikan definisi tentang kesepakatan, juga menegaskan apa yang sebenarnya menjadi objek kesepakatan tersebut. Menurut kanon dari KHK 1917, objek kesepakatan adalah hak ekslusi dan tetap terhadap tubuh (ius in corpus) pasangannya dengan tujuan utama untuk mendapatkan keturunan. Rumusan "hak atas tubuh" ini untuk pertama kalinya dimunculkan oleh Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef. 5,25-31).

14 Namun, perlu disadari bahwa hak atas tubuh hanyalah salah satu aspek dari kesepakatan nikah. Kanon dari KHK 1983 dipahami bersama-sama dengan kanon 1055 tidak mau membatasi objek kesepakatan hanya pada ius in corpus, tetapi memperluasnya dengan menegaskan bahwa objek kesepakatan nikah adalah "kebersarnaan seluruh hidup" (consortium totius vitae) yang terarah pada kesejahteraan suami-istri, kelahiran, dan pendidikan anak. Di dalarn consortium totius vitae ini, sudah tercakup ius in corpus.

15 4. Hak Untuk Menikah Kanon 1058 Semua orang dapat melangsungkan perkawinan, sejauh tidak dilarang hukum. Kanon ini menegaskan hak untuk menikah (ius connubii), sebagai hak asasi dan fundamental manusia. Hak ini meliputi juga hak untuk melangsungkan pernikahan dan memilih calon pasangan hidupnya secara bebas. Setiap orang, laki-laki dan perempuan, mempunyai hak dasariah untuk menikah.

16 5. Pertunangan Kanon 1062 P. Janji untuk menikah, baik satu pihak maupun dua belaah pihak, yang disebut pertunangan, diatur menurut hukum partikular yang ditetapkan Konferensi para Uskup dengan mempertimbangkan kebiasaan serta hukum sipil jika itu ada. 2. Dari janji untuk menikah, tidak timbul hak pengaduan untuk menuntut peneguhan perkawinan; tetapi ada hak pengaduan untuk menuntut ganti rugi jika ada.

17 C. PENUTUP perkawinan sebagai sebuah perjanjian (foedus, consensus, covenant) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaam seluruh hidup. Tiga tujuan utama perkawinan: - kesejahteraan suami-istri -prokreasi - pendidikan anak

18 Ciri-ciri hakiki (proprietates) perkawinan ialah unitas (kesatuan) dan indissolubilitas (sifat takdapat-terputuskan), yang dalam perkawinan kristiani memperoleh kekukuhan khusus atas dasar sakramen. Kesepakatan perkawinan : tindakan kehendak dgnnya seorg laki2 dan seorg perempuan saling rnenyerahkan diri dan saling menerima utk membentuk perkawinan dgn perjanjian yg tak dpt ditarik kembali.

19 Terima Kasih Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H.

KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA

KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA KELUARGA KATOLIK MENUJU ERA PERADABAN KASIH INDONESIA melalui penguatan kebiasaan dan tradisi iman, martabat luhur perkawinan dan kesejahteraan hidup berkeluarga KELUARGA, SUKACITA INJIL ALASAN MENIKAH

Lebih terperinci

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON 1055 1 KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira

Lebih terperinci

BAB III GEREJA DAN SAINS

BAB III GEREJA DAN SAINS BAB III GEREJA DAN SAINS Modul ke: Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Gereja dan Sains GEREJA SAINS 2 B. Pengertian Gereja Kata 'ekklesia'

Lebih terperinci

Lex Crimen Vol. V/No. 7/Sep/2016

Lex Crimen Vol. V/No. 7/Sep/2016 KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN MENURUT UNDANG-UNDANG No. 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM KANONIK 1 Oleh: Christine M. Mangiri 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. 2 Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki kodrat alam sejak lahir sampai meninggal dunia hidup bersama-sama dengan manusia lain, atau manusia tidak dapat hidup menyendiri, terpisah dari kelompok

Lebih terperinci

BAB VII SEKSUALITAS MANUSIA

BAB VII SEKSUALITAS MANUSIA Modul ke: BAB VII SEKSUALITAS MANUSIA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi SEKSUALITAS MANUSIA A. PENDAHULUAN Sex merupakan hal yang dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah sesuatu yang sangat sakral. Kesakralan itu berada dalam proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan menjalaninya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 3/April/2014

Lex et Societatis, Vol. II/No. 3/April/2014 PERKAWINAN YANG TAK TERCERAIKAN MENURUT HUKUM KANONIK 1 Oleh: Meikel Kkaliks Leles Kancak 2 ABSTRAK Prinsip tak terceraikan dalam perkawinan menurut Hukum Kanonik adalah bahwa hidup perkawinan tidak bisa

Lebih terperinci

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA

KEUSKUPAN AGUNG JAKARTA FORMULIR PENDAFTARAN PERKAWINAN Hal yang perlu dilampirkan (pribadi) --1-- Katolik Gereja Kristen Islam/Budha/Hindu/Lainnya Surat baptis yang diperbaharui (6 bulan terakhir) FC Surat penguatan/krisma (tidak

Lebih terperinci

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XII MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XII Modul ke: 13 MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MENJAGA KEUTUHAN CIPTAAN Terima Kasih A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, sebagai seorang yang amat akrab dengannya, sebagai seorang yang bersatu erat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, sebagai seorang yang amat akrab dengannya, sebagai seorang yang bersatu erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuhan menciptakan manusia sebagai pria dan wanita, dua pribadi yang memiliki kesepadanan satu terhadap yang lain. Antara pria dan wanita ada dorongan untuk saling membantu,

Lebih terperinci

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR!

PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR! 1. Simbol perkawinan bahtera yang sedang berlayar mempunyai makna bahwa perkawinan... A. merupakan perjalanan yang menyenangkan B. ibarat mengarungi samudra luas yang penuh

Lebih terperinci

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari

menyendiri, namun manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dari 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling mulia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup menyendiri atau terpisah dari kelompok manusia lainnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB VI MORAL AKHIR HIDUP MANUSIA

BAB VI MORAL AKHIR HIDUP MANUSIA Modul ke: BAB VI MORAL AKHIR HIDUP MANUSIA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. PENDAHULUAN Moral : perbuatan/tindakan yang baik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

PROSEDUR : PERKAWINAN GEREJA

PROSEDUR : PERKAWINAN GEREJA PROSEDUR : PERKAWINAN GEREJA 1. Mendaftarkan rencana Perkawinan 2. Mengikuti Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) dengan mengisi form surat pengantar kursus persiapan perkawinan yang ditandatangani Pastor

Lebih terperinci

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi BAB II Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Pengertian Ekaristi Istilah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan Katolik pada dasarnya bersifat atau berkarakter hakiki tak terputuskan (indissoluble).

BAB V PENUTUP. perkawinan Katolik pada dasarnya bersifat atau berkarakter hakiki tak terputuskan (indissoluble). BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah ada, penulis sampai pada kesimpulan bahwa perkawinan Katolik pada dasarnya bersifat atau berkarakter hakiki tak terputuskan (indissoluble).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masyarakat Indonesia tergolong heterogen dalam segala aspeknya. Dalam aspek agama jelaslah bahwa terdapat enam agama yang diakui di Indonesia yakni Agama Islam, Hindu,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku umum pada semua makhluk Tuhan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1 Sunnatullah dalam Agama Islam ada pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN KATOLIK MENGENAI PERKAWINAN ANTAR AGAMA

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN KATOLIK MENGENAI PERKAWINAN ANTAR AGAMA BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ISLAM DAN KRISTEN KATOLIK MENGENAI PERKAWINAN ANTAR AGAMA A. Perkawinan Antar Agama menurut Islam dan Kristen Katolik Pada dasarnya kedua agama tersebut, yakni Islam

Lebih terperinci

PROSEDUR 03: PERKAWINAN GEREJA

PROSEDUR 03: PERKAWINAN GEREJA PROSEDUR 03: PERKAWINAN GEREJA 1. Mendaftarkan rencana Perkawinan Setelah mengisi Formulir Pendaftaran Perkawinan (lihat Form-03.A dan Form - 03.B), Calon Pengantin harus datang sendiri (tidak boleh diwakilkan)

Lebih terperinci

Pandangan Gereja Terhadap Pernikahan Beda Agama

Pandangan Gereja Terhadap Pernikahan Beda Agama Pandangan Gereja Terhadap Pernikahan Beda Agama Pemahaman Alkitab Interaktif Komisi Dewasa GKI Cinere 16 Oktober 2012 Pdt. Tohom Tumpal Marison Pardede Kawin Campur: Tradisi Perjanjian Lama Pernikahan

Lebih terperinci

Oleh : TIM DOSEN SPAI

Oleh : TIM DOSEN SPAI Oleh : TIM DOSEN SPAI Syarat Pernikahan Adanya persetujuan kedua calon mempelai Adanya izin dari orang tua bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun Antara kedua calon tidak ada hubungan darah Calon

Lebih terperinci

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kurikulum : 2006 Jumlah Kisi-Kisi : 60 KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 NO KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

BERKAS PERKAWINAN DIBERKATI OLEH CALON PRIA: AGAMA LINGK ALAMAT TELP/HP CALON WANITA: SURAT YANG DIPERLUKAN:

BERKAS PERKAWINAN DIBERKATI OLEH CALON PRIA: AGAMA LINGK ALAMAT TELP/HP CALON WANITA: SURAT YANG DIPERLUKAN: BERKAS PERKAWINAN TANGGAL :.JAM:... DIBERKATI OLEH :... CALON PRIA: NAMA AGAMA LINGK ALAMAT TELP/HP CALON WANITA: NAMA AGAMA LINGK ALAMAT TELP/HP SURAT YANG DIPERLUKAN: 1 Surat Pengantar Ketua Lingkungan

Lebih terperinci

Tata Upacara Pernikahan Sipil

Tata Upacara Pernikahan Sipil Tata Upacara Pernikahan Sipil 1 Penyerahan calon mempelai oleh wakil keluarga K Romo yang kami hormati. Atas nama orang tua dan keluarga dari kedua calon mempelai, perkenankanlah kami menyerahkan putra-putri

Lebih terperinci

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan

MATERI I MATERI I. subyek yang ikut berperan subyek yang ikut berperan 14 1 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI Menurut Anda pribadi, manakah rencana Allah bagi keluarga Anda? Dengan kata lain, apa yang menjadi harapan Allah dari keluarga Anda? Menurut Anda

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK 1 MODUL PERKULIAHAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK IMAN KATOLIK Fakultas Program Studi Tatap Muka Reguler Kode MK Disusun Oleh MKCU PSIKOLOGI 02 MK900022 Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Abstract Pada Bab

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kurikulum : 2006 Alokasi Waktu : 120 Menit Jumlah soal : 40 + 5 Bentuk Soal : Pilihan Ganda dan Uraian

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik

S K R I P S I. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DALAM UPAYA MEWUJUDKAN PERKAWINAN YANG UNITAS DAN INDISSOLUBILITAS BAGI PASANGAN SUAMI ISTRI KATOLIK YANG USIA PERKAWINAN 15-30 TAHUN DI WILAYAH PATANGPULUHAN PAROKI HATI KUDUS

Lebih terperinci

dan Pertunangan Pernikahan

dan Pertunangan Pernikahan Pertunangan dan Pernikahan Biasanya sebelum orang memulaikan suatu perkongsian di dunia bisnis banyak perencanaan dan persiapan terjadi Sebelum kontrak atau persetujuan terakhir ditandatangani, mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Itulah petikan pasal 28B ayat 1 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR

PENGANTAR I. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGANTAR Bersama dan atas nama Kristus, Sang Gembala utama, para imam dan para tokoh awam dipanggil dan diutus untuk mendampingi umat beriman, berdasarkan ajaran dan teladan Kristus, Sang Gembala itu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetapi praktekprakteknya pernikahan

Lebih terperinci

PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI

PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI PERANAN KURSUS PERSIAPAN PERKAWINAN DALAM RANGKA MEMBANGUN HIDUP IMAN KELUARGA MUDA DI PAROKI SANTO MARKUS MELAK KUTAI BARAT KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. Banjarmasin adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia.

BAB III PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN. Banjarmasin adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. 32 BAB III PAPARAN DAN PEMBAHASAN DATA PENELITIAN A. Paparan Data 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Geografi Kota Banjarmasin Banjarmasin adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota

Lebih terperinci

BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS Modul ke: BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS 14 Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi A. PENDAHULUAN INDONESIA GEREJA DI ANTARA PLURALITAS

Lebih terperinci

BAB IV MORAL AWAL HIDUP MANUSIA

BAB IV MORAL AWAL HIDUP MANUSIA Modul ke: BAB IV MORAL AWAL HIDUP MANUSIA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. PENDAHULUAN lstilah moral, moralitas berasal dari kata

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERWUJUDAN JANJI PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI-ISTRI DENGAN USIA PERKAWINAN 5-15 TAHUN DEMI MENJAGA KEUTUHAN PERKAWINAN DI PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA S

Lebih terperinci

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

XII.  Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

MENGATUR KELAHIRAN DALAM PERSPEKTIF MORAL KATOLIK

MENGATUR KELAHIRAN DALAM PERSPEKTIF MORAL KATOLIK JURNAL TEOLOGI, Volume 04, Nomor 01, Mei 2015: 41-56 MENGATUR KELAHIRAN DALAM PERSPEKTIF MORAL KATOLIK Yohanes Sudaryanto ABSTRACT: The Church believes that God calls human to become partner in the work

Lebih terperinci

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA

MATERI II PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA PRIA SEBAGAI SUAMI DAN AYAH DALAM KELUARGA 1. PENGANTAR ikut berperan serta dalam membangun Dalam tema ini akan dibicarakan peranan pria baik sebagai suami maupun ayah dalam keluarga. Sebagai suami jelas

Lebih terperinci

BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.

BAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi. BAB XI Modul ke: MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA A. PENDAHULUAN MEMAKNAI? -Memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen

BAB I PENDAHULUAN. Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda nyata dari cinta Tuhan kepada manusia dinyatakan melalui sakramen-sakramen dalam Gereja. Melalui sakramen-sakramen dalam Gereja Tuhan hendak mencurahkan daya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling BAB IV ANALISA DATA A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya bisa tergolong memiliki makna, Diantara makna tersebut bisa di bilang

Lebih terperinci

JURNAL HUKUM ASAS MONOGAMI PADA HUKUM PERKAWINAN AGAMA ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN KANONIK

JURNAL HUKUM ASAS MONOGAMI PADA HUKUM PERKAWINAN AGAMA ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN KANONIK JURNAL HUKUM ASAS MONOGAMI PADA HUKUM PERKAWINAN AGAMA ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN KANONIK Diajukan oleh : BIMO AJI PRATOMO NPM : 13 05 11387 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh seorang pria dengan seorang wanita, yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara

Lebih terperinci

MATERI XI KESETIAAN HUBUNGAN SUAMI-ISTRI DALAM PERKAWINAN KRISTIANI MATERI XI 6. DOA PENUTUP 1. PENGANTAR 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI

MATERI XI KESETIAAN HUBUNGAN SUAMI-ISTRI DALAM PERKAWINAN KRISTIANI MATERI XI 6. DOA PENUTUP 1. PENGANTAR 7. PERTANYAAN UNTUK DISKUSI 6. DOA PENUTUP Allah Bapa, Engkaulah sumber kesetiaan dan kebahagiaan para suami-istri. Engkau menghendaki agar kami semua hidup dalam kebahagiaan dan kegembiraan dengan setia menghayati janji-janji setia

Lebih terperinci

Key words: Sinode, keluarga, para uskup, anulasi, fungsionaris tribunal.

Key words: Sinode, keluarga, para uskup, anulasi, fungsionaris tribunal. SINODE PARA USKUP DAN SAGKI TENTANG KELUARGA DAN IMPLIKASINYA BAGI PASTORAL ANULASI PERKAWINAN P. Don Wea S. Turu Pr. Abstrak: Prosentase keluarga yang hidup dalam ikatan perkawinan baru yang irregular,

Lebih terperinci

PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA. Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016

PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA. Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016 PERSIAPAN HIDUP BERKELUARGA Paroki SP. Maria Regina Purbowardayan, Sabtu, 14 Mei 2016 ALASAN MENIKAH 1. Bukan hanya karena sudah umur, 2. Bukan hanya karena sudah hamil/ seks bebas. 3. Bukan hanya karena

Lebih terperinci

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran

UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran UJIAN SEMESTER I SEKOLAH BINA NUSANTARA Tahun Ajaran 2008 2009 L E M B A R S O A L Mata pelajaran : Pendidikan Agama Katolik Kelas : 7 Hari / tanggal : Waktu : 60 menit PETUNJUK UMUM : 1. Tulislah nama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

KDRT DALAM PERKAWINAN KANONIK Tinjauan Yuridis

KDRT DALAM PERKAWINAN KANONIK Tinjauan Yuridis KDRT DALAM PERKAWINAN KANONIK Tinjauan Yuridis Robertus Rubiyatmoko Universitas Katolik Sanata Dharma, Yogyakarta Abstract: Domestic violence usually happens because of wrong understanding on human dignity

Lebih terperinci

BAB IX KERJA SEBAGAI IBADAH

BAB IX KERJA SEBAGAI IBADAH Modul ke: BAB IX KERJA SEBAGAI IBADAH Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi A. PENDAHULUAN KERJA SEBAGAI IBADAH KERJA? IBADAH? B. ARTI KERJA

Lebih terperinci

BAB V MENSYUKURI ANUGERAH KEHIDUPAN

BAB V MENSYUKURI ANUGERAH KEHIDUPAN Modul ke: BAB V MENSYUKURI ANUGERAH KEHIDUPAN Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. PENDAHULUAN Pentingnya mengucap syukur dalam segala

Lebih terperinci

Matias Meindra.K et al., Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa UNEJ Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun

Matias Meindra.K et al., Penulisan Artikel Ilmiah Mahasiswa UNEJ Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun PERKAWINAN BEDA AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANGPERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM KANONIK DIFFERENT RELIGION MARRIAGE BASED ON CODE 1/1974 ABOUT MARRIAGE IN CANONIC LAW PERSPECTIVE

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami 114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perkawinan poligami dibawah tangan pada masyarakat batak toba di Kota Bandar Lampung saat ini, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS. Modul ke: Kewarganegaraan Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan Fakultas Teknik Uly Amrina ST, MM Program Studi Teknik Industri Kode : 90003 Semester 1 2 SKS Hak dan Kewajiban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS A. Kaus Nono dalam Perkawinan Meto Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 3/April/2014

Lex et Societatis, Vol. II/No. 3/April/2014 PERPISAHAN HIDUP PERKAWINAN MENURUT KITAB HUKUM KANONIK (KHK) KANON 1151-1155 DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SISTEM PERUNDANGAN INDONESIA 1 Oleh: Alfian Hadyanto Purnadi 2 ABSTRAK Makna perpisahan hidup perkawinan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ALIRAN KRISTEN: "KATOLIK ROMA"

STUDI PERBANDINGAN ALIRAN KRISTEN: KATOLIK ROMA STUDI PERBANDINGAN ALIRAN KRISTEN: "KATOLIK ROMA" Istilah Katolik Istilah 'Katolik' bukan monopoli golongan Katolik, karena istilah 'Katolik' berarti universal atau umum / am [bandingkan dengan Pengakuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kristus. Sakramen-sakramen merupakan tahap paling konkret di mana

BAB V PENUTUP. Kristus. Sakramen-sakramen merupakan tahap paling konkret di mana BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Panggilan hidup manusia merupakan anugerah Allah. Manusia dipanggil untuk hidup bersama Allah. Konsekuensi praktis dari pandangan demikian mau melegitimasi karunia Allah sebagai

Lebih terperinci

Peranan Perempuan Dalam Gereja. Agnes Widanti

Peranan Perempuan Dalam Gereja. Agnes Widanti Peranan Perempuan Dalam Gereja Agnes Widanti 1 CV Nama : Agnes Widanti Lahir : Jogya 26 Sep. 1942 Pendidikan : S1, S2 UGM, S3 Undip Pekerjaan: Ketua Prog. Madgister Hukum Kesehatan. Guru Besar FH UNIKA

Lebih terperinci

RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI

RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI RAHMAD HENDRA FAKULTAS HUKUM UNRI Hukum Keluarga dimulai dengan adanya perkawinan. Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor I Tahun 1974, kondisi hukum perkawinan di Indonesia sangat pluralistis. Hal ini

Lebih terperinci

KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH CINTA 284, KUHP,

KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH CINTA 284, KUHP, KELUARGA SEBAGAI SEKOLAH CINTA (keterangan ringkas pandangan Gereja Katolik untuk Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dalam perkara judicial review pasal 284, 285 dan 292 KUHP, Selasa 6 Desember 2016) Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan keaslian dari penelitian ini maka terdapat beberapa penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan keaslian dari penelitian ini maka terdapat beberapa penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Untuk meyakinkan bahwa penelitian ini belum ada yang meneliti dan membuktikan keaslian dari penelitian ini maka terdapat beberapa penelitian yang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk, hal ini ditegaskan Allah melalui sejumlah firman-nya, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. makhluk, hal ini ditegaskan Allah melalui sejumlah firman-nya, antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku umum pada semua makhluk Tuhan, baik manusia, hewan, maupun tumbuhtumbuhan. 1 Sunnatullah dalam Agama Islam ada

Lebih terperinci

1155); dan Pengesahan perkawinan (Kanon ). Kata kunci: Perkawinan, Kanonik

1155); dan Pengesahan perkawinan (Kanon ). Kata kunci: Perkawinan, Kanonik PELAKSANAAN PERKAWINAN MENURUT HUKUM KANONIK DI KEVIKEPAN TONSEA SEBAGAI SYARAT SAHNYA PERKAWINAN DALAM PERSPEKTIF UU NO. 1 TAHUN 1974 DI INDONESIA 1 Oleh : Thierry Juvinus Nomo 2 Abstrak Kedudukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkawian poligami ialah perkawian yang lebih dari satu istri. Menurut Hukum Islam poligami diatur dalam Al-Qur an surah An-Nissa ayat 3 (Q.IV:3) yang maksudnya, Dan

Lebih terperinci

ORANG MUDA KATOLIK: ANTARA MORALITAS SEKSUAL DAN TREND PERGAULAN BEBAS

ORANG MUDA KATOLIK: ANTARA MORALITAS SEKSUAL DAN TREND PERGAULAN BEBAS ORANG MUDA KATOLIK: ANTARA MORALITAS SEKSUAL DAN TREND PERGAULAN BEBAS Rosmayasinta Makasau 1 Abstact This study is aimed to gain the Catholic Youth understanding and the implementation of the Christian

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENULISAN SOAL US TAHUN PELAJARAN 2012 2013 Sekolah : Bentuk soal : PG Mata Pelajaran : Agama Katolik Alokasi wkatu : 120 Menit Kurikulum acuan : KTSP Penyusun : Lukas Sungkowo, SPd Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Sistem Ada berbagai macam pengertian tentang sistem. Menurut Eka Iswandy, sistem merupakan kumpulan unsur yang saling melengkapi dalam mencapai suatu tujuan dan sasaran (Iswandy,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 !!! DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN 2 I. HAKEKAT, TUJUAN, DAN SPIRITUALITAS 3 II. ALASAN DAN DASAR 4 III. MANFAAT 5 IV. KEGIATAN-KEGIATAN POKOK 5 V. KEGIATAN-KEGIATAN LAIN 6 VI. ORGANISASI 6 VII. PENDAFTARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT, karena setiap insan manusia yang ada dimuka bumi ini telah ditentukan pasangannya

Lebih terperinci

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat

BAB IV HATI NURANI. 2. KOMPETENSI DASAR Mengenal suara hati, sehingga dapat bertindak secara benar dan tepat BAB IV HATI NURANI A. KOMPETENSI 1. STANDAR KOMPETENSI Memahami nilai nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan mengembangkan diri sebagai perempuan atau laki laki yang memiliki rupa rupa kemampuan

Lebih terperinci

Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup. selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan (O'Collins &

Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup. selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan (O'Collins & BABI PENDAHULUAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang imam dalam Gereja Katolik berarti pula menjalani hidup selibat, yaitu hidup tidak menikah dengan alasan-alasan keimanan

Lebih terperinci

SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *)

SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *) SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *) PENDAHULUAN Dalam masyarakat hukum adat dayak masih ada yang memegang teguh adat istiadat leluhurnya dalam melaksanakan

Lebih terperinci

I. Buku Katekumen : Yang berisi tentang :

I. Buku Katekumen : Yang berisi tentang : I. Buku Katekumen : Yang berisi tentang : I B A P T I S A N a. Keterangan Calon Baptis Nama diri (Lengkap) :.. Nama baptis yang dipilih :. Tempat / Tgl lahir :.... Pendidikan terakhir :.. Pekerjaan Alamat

Lebih terperinci

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani * Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 24 Oktober 2015; disetujui: 29 Oktober 2015 Perilaku seks menyimpang hingga saat ini masih banyak terjadi

Lebih terperinci

Level 2 Pelajaran 10

Level 2 Pelajaran 10 Level 2 Pelajaran 10 PERNIKAHAN (Bagian 1) Oleh Don Krow Hari ini kita akan bahas mengenai pernikahan. Pertama-tama, saya ingin sampaikan beberapa data statistik: 75% dari seluruh rumah tangga memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masalah atau problem merupakan bagian dari kehidupan manusia. Hampir setiap hari orang dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang perlu jalan keluarnya.

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 14Fakultas Psikologi SEJARAH GEREJA, ALIRAN, TOKOH DAN PENGARUHNYA Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. PENGANTAR : Abad pertama sejarah gereja

Lebih terperinci

BAB II IMPLIKASI PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTRI BAGI PEMELUK AGAMA KRISTEN (STUDI KASUS DIWILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA)

BAB II IMPLIKASI PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTRI BAGI PEMELUK AGAMA KRISTEN (STUDI KASUS DIWILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA) BAB II IMPLIKASI PERCERAIAN PASANGAN SUAMI ISTRI BAGI PEMELUK AGAMA KRISTEN (STUDI KASUS DIWILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI YOGYAKARTA) A. PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974. Keragaman

Lebih terperinci

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SMP-K PERMATA BUNDA CIMANGGIS : Pendidikan Agama Katolik : IX/2 : 2 x 40 menit A. Standar : Memahami dan melaksanakan

Lebih terperinci

Halangan Perkawinan Menurut UU No 1 tahun 1974 dan Menurut Kitab Hukum Kanonik. Disusun Oleh : Nama : Anna Kiti Astuti NIM :

Halangan Perkawinan Menurut UU No 1 tahun 1974 dan Menurut Kitab Hukum Kanonik. Disusun Oleh : Nama : Anna Kiti Astuti NIM : Halangan Perkawinan Menurut UU No 1 tahun 1974 dan Menurut Kitab Hukum Kanonik SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Hukum dan Komunikasi Untuk Memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata 1 dalam

Lebih terperinci

2. Teori. (Jakarta: PT. Intisari Mediatama, 2007)

2. Teori. (Jakarta: PT. Intisari Mediatama, 2007) 2. Teori 2.1 Pengertian Perkawinan Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Keluarga sebagai sistem yang berinteraksi dan merupakan unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL )

PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL ) PEMBERIAN DISPENSASI NIKAH OLEH PENGADILAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN. ( STUDI KASUS PENGADILAN AGAMA KABUPATEN TEGAL ) SKRIPSI diajukan kepada Fakultas Hukum guna memenuhi

Lebih terperinci