LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI"

Transkripsi

1 LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI Desember 2017 i

2 LAPORAN PENILAIAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI Desember 2017 Laporan ini dibuat dengan dukungan Rakyat Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). Isi dari laporan ini merupakan sepenunya tanggung jawab penulis dan tidak mencerminkan pandangan pemerintah Amerika Serikat ataupun USAID. TIM PENYUSUN Disusun oleh Tim Inti Penilaian Ketangguhan Kota Kendari dan POKJA API PRB Kota Kendari Anggota Safril Kasim, SP. MES dari Fakultas Kehutanan, Universitas Haluoleo, Husnawati dari Rumpun Perempuan, Imran Tumora dari Lembaga TERAS, Guni Armini dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari, Zainal A. Ishaq dari AJI Kendari, Cheiriel sebagai notulis Dipandu oleh Diana Chaidir dari Program USAID APIK dan Perkumpulan Lingkar Diterbitkan Desember 2017 ii

3 iii

4 DAFTAR ISI PROGRAM USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN... i Bab 1. PENDAHULUAN Latar Belakang MAKSUD DAN TUJUAN Konsep Pembangunan Kota Kendari Pendekatan (Metode) Penilaian Ketangguhan Kota Kendari Bab 2. GAMBARAN UMUM KOTA KENDARI LETAK DAN LUAS WILAYAH POTENSI WILAYAH KOTA KENDARI DEMOGRAFI DAN URBANISASI DATA PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN POTENSI EKONOMI DATA KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS PROFIL KERENTANAN KOTA KENDARI Bab 3. HASIL PENGUKURAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI GAMBARAN PENGUKURAN PENGUKURAN LEVEL HASIL ANALISIS PENILAIN KOTA TANGGUH (10 LANGKAH MENDASAR) HASIL PENGUKURAN KAPASITAS KETANGGUHAN KOTA 71 INDIKATOR Bab 4. REKOMENDASI HASIL PENGUKURAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI iv

5 Daftar Tabel Tabel 1: Luas Area Administratif Kota Kendari Tabel 2: Penduduk dan Kepala Keluarga Kota Kendari menurut Kecamatan, BPS tahun Tabel 3: Jumlah Penduduk Miskin Kota Kendari tahun Tabel 4: Jumlah rumah tangga miskin dan individu, menurut status kesejahteraan *) Tabel 5: Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok umur kepala rumah tangga dengan status kesejahteraan Tabel 6: Persebaran Penduduk Kota Kendari tahun Tabel 7: Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya selama 5 tahun Terakhir tahun Tabel 8: Jumlah Penduduk 5 tahun Kedepan Tabel 9 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Kendari Tabel 10: PDRB per kapita menurut Lapangan Usaha Kota Kendari Tabel 11: Luas dan Jenis Tanah di Kota Kendari tahun Tabel 12: Kondisi Klimatologi Kota Kendari tahun Tabel 13 Hasil Tabulasi Data Kejadian Bencana Kota Kendari Tabel 14 Jenis dan Frekuensi Kejadian Bencana di Kota Kendari Tabel 15: Jenis Becana dan Dampaknya di Kota Kendari Tabel 16: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari Tabel 17: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari Tabel 18: Sebaran Daerah Sangat Rawan Longsor Kota Kendari berdasarkan Kemiringan, Jenis Tanah, dan Penggunaan Lahan tahun 2016(* Tabel 19: Sebaran Daerah Rawan Longsor Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan di Kota Kendari, Tahun (BPBD) Tabel 20: Sebaran Daerah Rawan Banjir /Genangan berdasarkan Sejarah(* Tabel 21: Sebaran Daerah Potensi Rawan Banjir di Kota Kendari, Tahun 2016(* Tabel 22: Hasil Pengukuran Level 0 Ketangguhan Daerah Kota Kendari Tabel Tabel 24 Hasil Penilaian Pengkajian Risiko Dan PerencanaanTerpadu Tabel 25 Hasil Penilaian Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik Tabel 26 Hasil Penilaian Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana Tabel 27 Hasil Penilaian Peningkatan Efektifitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana Tabel 28 Hasil Penilaian Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana Tabel 29 Hasil Penilaian Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana Tabel 30 Hasil Pengukuran Kerentanan Kota Kendari v

6 Daftar Gambar Gambar 1 Peta Administrasi Kota Kendari Gambar 2: Proyeksi Penduduk Kota Kendari tahun Gambar 3: Inflasi Kota Kendari Gambar 4: Data Inflasi menurut bulan dan tahun Kota Kendari Gambar 5: Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari Gambar 6: Peta Kemiringan Lahan Gambar 7: Peta Geohidrologi Kendari tahun Gambar 8 Peta Geologi Kota Kendari tahun Gambar 9: Peta Jenis Tanah Kota Kendari tahun Gambar 10: Grafik Jenis Frekuensi Kejadian Bencana di Kota Kendari Gambar 11: Jenis Becana dan Dampaknya di Kota Kendari Gambar 12: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari Gambar 13: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari Gambar 14: Peta Rawan Bencana Longsor Kota Kendari Tahun Gambar 15: Peta Kawasan Bencana Banjir Kota Kendari Gambar 16: Hasil Penilaian Kapasitas Organisasi dan Koordinasi Pemangku Kepentingan Kota Kendari Gambar 17: Mengindentifikasi, memahami dan menggunakan scenario risiko saat ini dan masa mendatang.. 56 Gambar 18: Langkah Mendasar Gambar 19: Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Tangguh Gambar 20: Melindugi Penyangga Alami untuk Menigkatkan Fungsi Perlindungan oleh Ekosistem Gambar 21: Grafik Langkah Mendasar Gambar 22: Hasil Penilaian Memahami Dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat Untuk Mewujudkan Ketangguhan Gambar 23 Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur Gambar 24 Hasil Penilaian Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana Gambar 25 Hasil Penilaian Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali dengan Lebih Baik vi

7 AKRONIM APBD API BABS Bahteramas Bappeda Basarnas BASARNAS BBWS BLUD BMKG BNPB BPBD BPDAS BPKAD Bulog BWS CSR Damkar DAS DKP DKP DPA DPRD FGD FKDM FPK IHK Jakstrada Jamkesda Jampersal K3 Kalaksa KARLAHUT Kerangka Sendai KK KLHK LSM Musrembang OPD OPD ORARI PAD PB PDAM PDRB Perka PKN PKPT Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Adaptasi Perubahan Iklim Buang Air Besar Sembarangan Bebas Biaya Operasinal Sekolah Badan Perencanaan Daerah Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Balai Besar Wilayah Sungai Badan Layanan Umum Daerah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Badan Nasional Penanggulangan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Badan Urusan Logistik Balai Wilayah Sungai Corporate Social Responsibility Pemadam Kebakaran Daerah Aliran Sungai Dinas Kebersihan dan Pertamanan Dinas Kelautan Dan Perikanan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Focus Group Discussion Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat Forum Pembauran Kebangsaaan Indeks Harga Konsumen Kebijakan Dan Strategi Daerah Jaminan Kesehatan Daerah Jaminan Persalinan Kesehatan Keselamatan Kerja Kepala Pelaksana Kebakaran Lahan Dan Hutan The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction Kepala Keluarga Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Lembaga Swadaya Masyarakat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Organisasi Perangkat Daerah Organisasi Perangkat Daerah Organisasi Radio Amatir Republik Indonesia Pendapatan Asli Daerah Penanggulangan Bencana Perusahaan Daerah Air Mineral Produk Domestik Regional Bruto Peraturan Kepala Pusat Kegiatan nasional Program Kerja Pengawasan Tahunan vii

8 PLN PMI PMI PMR Polres PPS PRB PU Pusdalop PWKSS Sejahtera Ranperda RAPI RENASPB Renstra RKA RPB RPJM RPJMD RPJMN RPKP RTH RTRWK RW SAR SD SDGs Sekda SK SKPD SKTD SMAB SMP SOP Tahura TNI ToF TRC TRC UNISDR Perusahaan Listrik Negara Palang Merah Indonesia Palang Merah Indonesia Palang Merang Remaja Kepolisian Resor Pelabuhan Perikanan Samudra Pengurangan Risiko Bencana Pekerjaan Umum Pusat Pengendalian Operasional Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat Rancangan Peraturan Daerah Radio Antar Penduduk Indonesia Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana Rencana Strategi Rencana Kerja Dan Anggaran Rencana Penanggulangan Bencana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rencana Pemabangunan Jangka Menengah Nasional Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan Ruang Terbuka Hijau Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Rukun Warga Search And Rescue Sekolah Dasar Sustainable Development Goals Sekretaris Daerah Surat Keputusan Satuan Kerja Perangkat Daerah Sistem Komando Tanggap Darurat Sekolah dan Madrasah Aman Bencana Sekolah Menengah Pertama Standard Operational Procedure Taman Hutan Raya Tentara Nasional Indonesia Training of Fasilitator Tim Reaksi Cepat Tim Reaksi Cepat United Nation International Strategy for Disaster Reduction viii

9 ix

10

11 Bab 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era otonomi daerah seperti sekarang ini, daerah diberi peluang seluas-luasnya untuk melaksanakan aktivitas pembangunan di berbagai sektor kehidupan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan kawasan perkotaan di Indonesia, selain telah menghasilkan kemajuan ekonomi dan peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur, juga menimbulkan dampak negatif, antara lain semakin tingginya angka urbanisasi, menurunnya kuaitas lingkungan hidup perkotaan dan tingginya angka kemiskinan. Masalah-masalah tersebut telah menyebabkan kenyamanan kawasan perkotaan sebagai ruang hidup dan beraktivitas bagi masyarakat menjadi terganggu. Kondisi ini semakin diperparah dengan potensi perubahan iklim global yang memicu peningkatan frekuensi dan intensitas bencana-bencana terkait iklim seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang ekstrem dan abrasi pantai. Masyarakat miskin perkotaan adalah kelompok masyarakat yang memiliki tingkat keterpaparan yang tinggi dan seringkali terpapar beberapa ancaman sekaligus. Dalam konteks ini,kota-kota di Indonesia perlu mengembangkan suatu pendekatan pembangunan perkotaan yang mengutamakan peningkatan ketahanan kota dalam menghadapi berbagai kejadian bencana yang semakin sering terjadi. Kota Kendari, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu kota yang memiliki potensi bencana geologi dan hidrometereologi yang cukup tinggi. Beberapa bencana tersebut antara lain: gempa bumi, cuaca ekstrem, tanah longsor, banjir, gelombang ekstrem dan abrasi. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk memperkuat ketangguhan kota dalam rangka pengurangan risiko bencana perlu dirumuskan sejak dini. Upaya-upaya pengurangan risiko bencana perlu dikoordinasikan secara multipihak, baik dalam bentuk peningkatan kapasitas sumber daya dari seluruh pemangku kepentingan maupun dalam bentuk upaya pengurangan kerentanan sosial-budaya, ekonomi, fisik, dan lingkungan. Untuk itu, diambil langkah strategis oleh pemerintah dan masyarakat Kota Kendari dengan mengupayakan Penilaian Kota Tangguh. Penilaian Kota Tangguh tersebut bertujuan untuk membantu kota/ kabupaten dalam melaksanakan pembangunan yang aman dan berkelanjutan serta 1

12 mengukur tingkat ketangguhan kota dalam menghadapi bencana. Perangkat pengukuran dan penilaian Ketangguhan Bencana Pemerintah Daerah dikembangkan berdasarkan konsep Sepuluh Langkah Mendasar dalam membangun Kota Tangguh atau yang dikenal dengan scorecard yang diturunkan dari Kerangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Global dan 71 Indikator Kapasitas Penanggulangan Bencana Daerah yang diturunkan dari Rencana Pemabangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Aksi Nasional Penanggulangan Bencana (RENASPB) MAKSUD DAN TUJUAN Adapun maksud dan tujuan Penilaian Kota Tangguh adalah sebagai berikut: 1. Membantu pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menilai kebutuhan dan kapasitas mereka saat ini dan di masa mendatang, 2. Mempertemukan semua pemangku kepentingan untuk menyusun strategistrategi dan tujuan-tujuan besar bersama, 3. Membangun satu pemahaman holistik tentang status kota termasuk hubungan mereka satu sama lain, dan 4. Mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan intervensi-intervensi yang akan meningkatkan ketangguhan kota untuk bisa menghasilkan solusi-solusi yang menjawab berbagai tantangan dan masalah kota Konsep Pembangunan Kota Kendari Konsep pembangunan berkelanjutan diyakini menjadi konsep alternatif pembangunan kawasan perkotaan yang dapat meningkatkan ketangguhan kota dalam mengantisipasi berbagai bencana. Pembangunan kota berkelanjutan akan menekankan pada keseimbangan aspek ekologi (lingkungan), aspek ekonomi dan aspek sosial sebagai tiga pilar mendasar pembangunan berkelanjutan. Pembangunan infrastruktur dan sektor ekonomi perkotaan memerlukan kajiankajian yang mendasar tentang dampak lingkungan dan pertimbanganpertimbangan sosial sehingga kemajuan sektor ekonomi tidak menimbulkan dampak negatif terhadap penurunan kualitas lingkungan perkotaan dan menimbulkan kenyamanan pada tingkat masyarakat. Konsep pembangunan kota yang menekankan keseimbangan aspek ekologi dan ekonomi dalam rangka mewujudkan ketangguhan kota memerlukan analisis yang menyeluruh dan mendalam tentang risiko-risiko bencana yang mengancam kota. baik risiko terhadap warga yang rentan bencana dan aset-aset vital milik kota yang terpapar ancaman maupun terhadap risiko terhadap ekosistem perkotaan secara menyeluruh. Dalam konteks ini, maka tujuan pembangunan perkotaan ditumpukan pada upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat kota, meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan dan meningkatkan ketangguhan dari berbagai ancaman bahaya. Upaya-upaya ini dikenal sebagai upaya-upaya mewujudkan kota tangguh. United Nation International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) mendefinisikan ketangguhan sebagai kemampuan sistem, komunitas atau masyarakat yang menghadapi bencana untuk bertahan, menyerap, menampung 2

13 dan pulih dari kejadian bencana dalam tenggang waktu dan upaya efisien, termasuk pelestarian dan restorasi bangunan dan fasilitas-fasilitas penting. Secara umum, ketangguhan merupakan kemampuan untuk memantulkan kembali sebuah guncangan. Berdasarkan dari sudut pandang bencana alam dan perubahan iklim, ketangguhan dipandang sebagai kemampuan pemulihan secara cepat setelah terjadi bencana. Kota tangguh disiapkan untuk bertahan dan pulih dari guncangan atau tekanan ketika fungsi-fungsi penting, struktur, identitas, dan kemampuan beradaptasi dan berkembang menghadapi perubahan yang dinamis. Kota yang tangguh adalah suatu kemampuan sistem perkotaan, dengan segala unsur jaringan sosioekologis dan sosio-teknis terhadap skala temporal dan spasial untuk dapat mengelola, bertahan, atau kembali dengan cepat, ketika menghadapi bencana, untuk beradaptasi dengan perubahan, dan secara cepat mengubah system yang memiliki keterbatasan mampu beradaptasi baik sekarang ataupun dimasa yang akan datang. Dengan demikian, kota tangguh diartikan sebagai kota yang mampu menahan, menyerap, beradaptasi dengan dan memulihkan diri dari akibat dampak perubahan iklim dan bencana secara tepat waktu dan efisien, namun tetap mempertahankan struktur-struktur dan fungsi-fungsi dasarnya. Upaya mewujudkan kota-kota tangguh di Indonesia sudah menjadi komitmen dan tujuan nasional dan tujuan pembangunan berkelanjutan. Di dalam dokumen Sustainable Development Goals (SDGs), upaya mewujudkan kota tangguh masuk dalam target ke sebelas, yaitu membangun kota dan tempat tinggal yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Institusionalisasi target ini telah dijabarkan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta target global kedua dalam kerangka PRB. Kerangka Sendai (The Sendai Framework for Disaster Risk Reduction) menjadi acuan bagi seluruh kerangka khususnya dalam PRB. Perubahan yang semakin cepat dalam pemahaman kerangka manajemen bencana mulai dari kegiatan tanggap darurat, kesiapsiagaan hingga sampai pada pengarusutamaan PRB dalam pembangunan menjadi catatan penting pada kerja-kerja dalam penangangan bencana. Kerangka Sendai dijadikan rujukan dalam program dan kegiatan PRB di Indonesia yang kemudian diatur pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RenasPB) Pada dasarnya sebagian besar dokumen nasional terkait PRB sudah selaras dengan Kerangka Sendai karena dalam beberapa tahun terakhir Indonesia telah mulai mengarusutamakan PRB kedalam pembangunan. Namun, masa berlaku sebagian besar dokumen-dokumen perencanaan tersebut akan berakhir pada tahun 2019, sementara itu Kerangka Sendai mempunyai kerangka waktu Kerangka Sendai memiliki visi ke depan dengan kerangka waktu yang lebih panjang dari sistem perencanaan program dan kegiatan PRB di Indonesia. Untuk mengimplementasikan Kerangka Sendai perlu disusun sebuah kerangka besar atau peta jalan (roadmap) PRB nasional sampai 3

14 tahun Peta jalan tersebut harus mempertimbangkan segala perubahan di tingkat global, nasional, dan daerah. Perubahan yang dimaksud terkait dengan perubahan dalam hal jenis, intensitas, dan frekuensi bencana serta kejadiankejadian esktrem terkait perubahan iklim. Pada tataran pemahaman keterkaitan Adaptasi Perubahan Iklim (API) dan PRB diyakini bahwa kedua konsep tersebut memiliki keterkaitan yang sangat erat. Perubahan iklim yang ekstrem dapat memicu terjadinya bencana alam seperti banjir atau kekeringan, namun tidak semua bencana alam bisa dipicu oleh perubahan iklim. Integrasi API dan PRB ke dalam satu sistem perencanaan pembangunan merupakah langkah penting untuk meningkatkan resilience ketahanan dan pengurangan vulnerability kerentanan ancaman. Hal ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang dirumuskan oleh pemerintah Indonesia. Dukungan dari berbagai pihak untuk mengitegrasikan kedua hal ini merupakan pintu masuk yang tepat untuk segera melakukan konsolidasi bersama antar pemangku kepentingan baik di tingkat lokal, nasional dan global untuk mendapatkan persamaan pemahaman tentang API dan PRB. Kota Kendari merupakan salah satu kota yang sedang berproses untuk mewujudkan kondisi kota sebagai hunian yang inklusif, aman, tangguh dan berkelanjutan sebagaimana menjadi salah satu target SDGs. Hal ini tercermin dari pernyataan visi pembangunan Kota Kendari yang tertulis di dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kendari pada tahun , yaitu Menuju Kota Kendari Tahun 2017 sebagai Kota Bersih dan Hijau yang Berakhlak, Maju, Demokratis dan Sejahtera. Untuk mewujudkan visi tersebut dan melaksanakan aturan yang sesuai, Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pemerintah Kota Kendari telah meninjau Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) yang mencerminkan upaya-upaya mewujudkan Kota Kendari sebagai hunian yang nyaman, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional, Kota Kendari ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan nasional (PKN) yang berfungsi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang ke kawasan internasional. Adanya perubahan kebijakan dan strategi nasional ini berpengaruh terhadap pemanfaatan ruang Kota Kendari secara mendasar. Disamping itu dibutuhkan kesesuaian antara RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara dengan RTRW Kota Kendari dan kebutuhan pembangunan yang ada dengan memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan dinamika internal serta pelaksanaan pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penyusunan RTRW Kota Kendari sebagai bentuk peninjauan dan evaluasi dari RTRW Kota yang telah ada, sekaligus mengintegrasikan upaya-upaya PRB dan Adaptasi Perubahan Iklim pada berbagai sektor pembangunan kota Isu-Isu Strategis A. Kota Kendari Sebagai Pusat Kegiatan Nasional Sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah ditetapkan sebagai PKN, akan menimbulkan dampak-dampak skala besar yaitu: 4

15 1. Kota Kendari akan menjadi simpul utama mobilitas manusia dan barang yang memiliki jangkauan pelayanan regional. 2. Kebutuhan pengembangan infrastruktur strategis penunjang fungsi PKN. Perlu ada kajian evaluasi kelayakan lokasi dan kapasitas, untuk kebutuhan pengembangan kota dalam jangka waktu 20 tahun ke depan. Beberapa infrastruktur strategis yang akan menjadi pendukung fungsi PKN dan ibukota provinsi adalah: Pelabuhan regional dan internasional angkutan barang dan manusia. Pelabuhan udara skala regional dan internasional. Terminal penumpang tipe A. Rumah sakit umum kelas A. Infrastruktur strategis lainnya yang dapat memenuhi kebutuhan perkembangan kota. B. Perkembangan Internal Kota Kendari Kota Kendari merupakan kota yang sedang mengalami percepatan pertumbuhan. Hal ini ditandai dengan perkembangan kawasan pemukiman dan perdagangan yang mulai tersebar ke seluruh bagian wilayah kota walaupun berlangsung secara sporadis. Hal tersebut menunjukkan adanya tekanan pertumbuhan kota yang tersebar secara merata dan tidak hanya terkonsentrasi di pusat kota maupun kota lama yang selama ini menjadi simpul utama perkembangan Kota Kendari. C. Kapasitas Daya Dukung Lingkungan dan Ancaman Perubahan Iklim Pengembangan Kota Kendari mutlak perlu memperhatikan aspek daya dukung lingkungan yang ada. Karakteristik fisik Kota Kendari yang unik memiliki tiga tipologi yaitu wilayah perbukitan, dataran, dan pesisir yang mempunyai potensi manfaat dan potensi masalah, seperti contohnya di bagian utara kota yang bertipelogi perbukitan telah berkembang cukup pesat menjadi kawasan permukiman. Kawasan pesisir juga sudah mulai berkembang menjadi kawasan permukiman dan komersial. Apabila hal tersebut tidak segera dikendalikan, penurunan kualitas lingkungan dalam jangka panjang yang dapat menurunkan citra Kota Kendari yang unik dan biaya yang dibutuhkan dalam pemeliharaan akan semakin tinggi. Disamping itu, beberapa kejadian bencana hidrometereologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, gelombang pasang, dan abrasi pantai yang semakin sering terjadi perlu mendapat perhatian khusus dan kajian yang menyeluruh sehingga upaya-upaya PRB dapat dirumuskan dengan tepat. Meningkatnya intensitas bencana ditengarai sebagai salah satu akibat perubahan iklim global. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian risiko iklim sehingga dapat menghasilkan rumusan tindakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada berbagai sektor pembangunan di Kota Kendari. 5

16 Pembentukan Struktur Ruang Salah satu ciri percepatan pertumbuhan kota adalah munculnya simpul-simpul pusat kegiatan baik secara alami maupun yang sudah ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan pengembangan kota. Secara alami, simpul-simpul kegiatan ditandai oleh tumbuhnya pusat-pusat perdagangan, yang cenderung tumbuh pada simpul transportasi (terutama persimpangan jalan), maupun pada ruas-ruas jalan strategis. Tumbuhnya simpul-simpul kegiatan yang tidak direncanakan sejak awal, dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan baru yaitu permasalahan pada sistem transportasi, perkembangan kawasan pada fungsifungsi lahan yang tidak direkomendasikan untuk kegiatan permukiman dan penurunan nilai ekonomi pada kawasan-kawasan yang memiliki nilai strategis secara ekonomi. A. Pengembangan Kawasan Industri Pengembangan kawasan industri di Kecamatan Baruga, merupakan salah satu magnet pertumbuhan baru. Dampak langsung pengembangan kegiatan industri adalah tumbuhnya kawasan permukiman dan perdagangan di Kecamatan Baruga dalam skala besar. Kondisi tersebut juga didukung karena terdapat simpul transportasi primer yang merupakan lokasi strategis untuk berkembangnya simpul kegiatan baru. B. Pengembangan Kawasan Pemerintahan Provinsi Pengembangan kawasan pemerintahan provinsi di Kecamatan Kambu telah mendorong perubahan fungsi lahan kawasan di sekitarnya menjadi kawasan permukiman dalam skala luas. C. Pengembangan Kawasan Pendidikan Tinggi Kawasan pendidikan tinggi memiliki dampak sangat kuat dalam mendorong perkembangan permukiman dan komersial, hal tersebut sudah terlihat pada kawasan-kawasan yang berada di sekitar perguruan tinggi yang telah berkembang menjadi kawasan permukiman dan komersial. D. Strategi Penataan Ruang Wilayah KotaKendari Dalam rangka mewujudkan kebijakan penataan ruang, maka masing-masing kebijakan dapat dirumuskan ke dalam strategi untuk pencapaian masing-masing kebijakan tersebut yaitu: 1. Strategi pengembangan pusat kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan. dan jasa untuk mendukung perwujudan fungsi kota sebagai PKN: a. Mengembangkan jaringan jalan dalam kota; b. Mengembangkan kawasan permukiman baru pada lahan-lahan yang belum terbangun di pusat kota; c. Melakukan pengendalian dan penataan pada pusat-pusat kegiatan komersial pada jalur-jalur jalan utama; d. Mengendalikan dan melakukan penataan pada kawasan-kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi; e. Mengembangkan dan melakukan penataan sistem drainase dalam kota; 6

17 f. Mengembangkan sistem penyediaan air bersih yang sesuai dengan kebutuhan kota minimal untuk jangka waktu 20 tahun. 2. Strategi pengembangan bagian selatan Kota Kendari sebagai pusat pertumbuhan baru untuk pengembangan kegiatan industri, pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara, pemukiman yang meliputi: a. Menetapkan Kawasan Pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kawasan Pendidikan tinggi sebagai kawasan strategis; b. Mengembangkan kawasan permukiman baru; c. Mengembangkan jaringan jalan baru yang terintegrasi dengan jaringan jalan yang sudah ada; d. Mengembangkan simpul transportasi darat untuk menunjang pergerakan regional; e. Mengembangkan sistem utilitas penunjang yaitu penyediaan air bersih, sistem drainase, sistem energi listrik sesuai dengan kebutuhan. 3. Strategi pengembangan kawasan pusat kegiatan ekonomi di bagian timur kota, yaitu di Kecamatan Abeli dan Pulau Bungkutoko meliputi: a. Menyiapkan lahan untuk pengembangan kawasan industri di Kecamatan Abeli; b. Peningkatan jembatan penghubung Kecamatan Abeli-Kota Lamadan- Kecamatan Abeli-Pulau Bungkutoko; c. Menyediakan kebutuhan utilitas pendukung pengembangan kawasan industri dan kawasan pelabuhan; d. Pengembangan kawasan permukiman baru di Kecamatan Abeli; e. Mengendalikan kegiatan permukiman di Pulau Bungkutok; f. Mengembangkan kawasan-kawasan permukiman baru di Kecamatan Abeli; g. Pengembangan Jaringan jalan di Pulau Bungkutoko dan Kecamatan Abeli. 4. Strategi peningkatan fungsi kota lama sebagai kawasan perdagangan dan jasa, serta pariwisata, meliputi: a. Melakukan penataan kawasan permukiman di kawasan kota lama; b. Melakukan revitalisasi kawasan pasar kota lama untuk mendukung kegiatan pariwisata; c. Mempertahankan pelabuhan untuk mendukung transportasi laut; d. Mengembangkan kegiatan ekonomi baru di kawasan kota lama; e. Menyediakan fasilitas dan utilitas penunjang. 5. Strategi pengembangan kawasan Teluk Kendari sebagai pusat bisnis terpadu, pariwisata, dan konservasi yang meliputi: a. Mengintegrasikan fungsi kawasan Teluk Kendari sebagai fungsi konservasi, fungsi ekonomi, fungsi pariwisata, dan fungsi perikanan; b. Meningkatkan kualitas fisik wilayah pantai dan perairan sepanjang kawasan teluk; c. Mempertahankan fungsi lindung yang sudah ada; d. Mengembangkan kegiatan ekonomi jasa dan perdagangan; e. Mengembangkan objek wisata barbasis kelautan; f. Menyediakan fasilitas dan utilitas pendukung;dan g. Mengendalikan secara ketat kawasan permukiman dan kegiatan lainnya yang tumbuh secara tidak terencana. 7

18 6. Strategi pengembangan kawasan pertanian serta pusat kegiatan agrowisata dan kegiatan wisata alam meliputi: a. Mendorong tumbuhnya kegiatan pertanian yang dapat mendukung kegiatan agrowisata di Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Puuwatu; b. Mengembangkan objek wisata alam di Kecamatan Kambu; c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman di Lecamatan Mandonga, Kecamatan Puuwatu,dan Kecamatan Kambu; dan d. Mengembangkan fasilitas sarana prasarana dan utilitas pendukung Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 10. Undang undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, 8

19 12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Darah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);. 13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat Daerah 20. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005 tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (BAKORNAS PB) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005; 21. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 22. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana; 23. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun ; 24. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 26. Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara Nomor 7 tahun 2013 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara tahun (Lembaran Daerah Propinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013 Nomor 7); 9

20 27. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ; 28. Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara; 29. Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kendari ; 30. Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 7 tahun 2012 Tentang pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Kendari tahun 2012 Nomor 7); 31. Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Kendari tahu Peraturan Daerah kota Kendari no 1 tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Kendari tahun Peraturan Daerah Nomor 5 tahun 2016 tentang pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Kendari 1.4. Pendekatan (Metode) Penilaian Ketangguhan Kota Kendari Penilaian Kota Tangguh dilaksanakan dengan menggunakan Pendekatan atau Metode Scorecard Sepuluh Langkah Mendasar dalam membangun Kota Tangguh sebagai turunan dari Kerangka PRB Global serta mengintegrasikan 71 Indikator Kapasitas Penanggulangan Bencana Daerah yang diturunkan dari RPJM dan RENAS PB Pelaksanaan Penilaian Kota Tangguh membutuhkan informasi dan keterlibatan multi pihak. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan pada multi pihak bahwa ketangguhan kota hanya bisa dicapai dengan pembangunan kolektif. Adapun tahapan pelaksanaan kegiatan Penilaian Kota Tangguh di Kota Kendari adalah sebagai berikut: Tahap Pra-Penilaian Dalam tahap pra-penilaian, beberapa kegiatan yang dilaksanakan adalah: (1) sosialisasi tentang perlunya Penilaian Kota Tangguh kepada par apihak yang dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 di Hotel Grand Clarion, Kota Kendari; (2) rekrutmen fasilitator; (3) Training of Fasilitator (ToF) untuk fasilitator dan notulen yang dilaksanakan pada tanggal Januari 2017 di Hotel Santika Gubeng Surabaya; (4) pembentukan tim inti pada Februari 2016; (5) persiapan dan simulasi penilaian pada tanggal Januari 2017 di Hotel Horison Kendari; (6) pengumpulan data dan informasi terkait Penilaian Kota Tangguh pada tanggal 29 Januari 31 Februari 2017; (7) kunjungan advokasi ke pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses penilaian pada tanggal Maret Pada proses perekrutan tim dari anggota POKJA API-PRB Kota Kendari, sebanyak 3 fasilitator dan 3 notulen yang direkrut jadi tim inti. Tim inti terdiri dari perpaduan antara birokrasi dan masyarakat sipil yang menguasai isu pengelolaan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. 10

21 Dalam proses persiapan penilaian, tim inti memperdalam aspek-aspek yang terkait dengan indikator penilaian dan mengindentifikasi para pemangku kepentingan yang relevan dalam Penilaian Kota Tangguh. Pihak yang diidentifikasi diasumsikan memiliki data dan informasi serta dokumen dokumen pendukung yang dibutuhkan dalam pengukuran. Dalam rangka membangun pemahaman dan dukungan terhadap Penilaian Ketangguhan Kota Kendari, tim inti dan pelaksana melakukan kunjungan ke Sekretaris Daerah (Sekda) dan Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kota Kendari. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman bersama tentang isu-isu strategis dalam membangun Kota Kendari menjadi kota tangguh serta menerapkan rekomendasi dari Penilaian Hasil Ketangguhan dan hasil penilaian tersebut terhadap pembangunan Kota Kendari kedepan Tahap Penilaian Tahap ini merupakan proses kegiatan untuk (1) pelaksanaan pengukuran yang dilaksanakan pada tanggal Maret 2017 di Hotel Swissbell Kendari dan (2) penulisan laporan pengukuran yang dilaksanakan setelah pelaksanaan kegiatan pengukuran. Pengukuran pada dasarnya merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan sudah tercapai. Tujuan disini mengacu pada indikator indikator ketangguhan daerah. Pengukuran ini memiliki teknis untuk menjawab beberapa pertanyaan yang telah disusun dalam perangkat pengukuran, dengan menggunakan 2 perangkat pengukuran yakni 71 indikator kapasitas penanggulangan bencana pemerintah daerah yang diintegrasikan dengan newscorecard kota tangguh milik UNISDR atau (indikator ketangguhan kota versi baru 2016). Di dalam perangkat penilaian scorecard dan 71 indikator terdapat pertanyaan-pertanyaan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan tentang karakteristik wilayah Kota Kendari. Model pengumpulan data dengan cara Focus Group Discussion (FGD) Diskusi Kelompok Terarah. FGD dibagi menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok dipandu 1 fasilitator dan 1 notulen. Dalam proses ini peserta menjawab pertanyaan dan memberikan verifikasi bukti pendukung. Penulisan laporan dikerjakan tim inti untuk dijadikan bahan sosialiasi hasil dan rekomendasi penilaian, pelembagaan strategi dan rencana aksi pengembangan Kota Kendari sebagai kota tangguh, pemantauan dan evaluasi serta integrasi rekomendasi hasil penilaian ke dalam kebijakan pembangunan daerah Pelaksana 1. Penilaian Kota Tangguh dilaksanakan dengan melibatkan pemangku Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan pihak-pihak yang terkait di Kota Kendari. 2. Covener dalam hal ini yakni Program USAID APIK bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari dan Bappeda serta masyarakat sipil. 3. Konsultan kegiatan adalah LSM Lingkar. Lingkar ditugaskan untuk melatih fasilitator lokal yang dibentuk oleh POKJA API-PRB Kota Kendari. 11

22 4. Fasilitator dan notulen bertugas memfasilitasi proses-proses partisipatif Penilaian Kota Tangguh dalam bentuk FGD dan mencatat alur proses pelaksanaan FGD. 12

23 13

24 Bab 2. GAMBARAN UMUM KOTA KENDARI 2.1. LETAK DAN LUAS WILAYAH Kota Kendari berada diantara 122 o o 39 Bujur Timur dan 03 o o Lintang Selatan yang membentang mengelilingi Teluk Kendari. Kota Kendari dilewati oleh delapan aliran sungai yang semuanya bermuara di Teluk Kendari. Wilayah daratannya sebagian besar terdapat di daratan yang mengelilingi Teluk Kendari dan terdapat satu pulau yaitu Pulau Bungkutoko. Kota Kendari memiliki batas-batas wilayah administratif sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia; Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo dan Kecamatan Konda; Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ranomeetodan Kecamatan Sampara. Luas wilayah daratan Kota Kendari 267,37 Km 2 atau 0,70% dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara administratif Kota Kendari terdiri dari 10 kecamatan, 64 kelurahan, 347 RW dan 975 RT. Pembagian luas wilayah Kota Kendari dapat dilihat padatabel 1 berikut: Tabel 1: Luas Area Administratif Kota Kendari Kecamatan/ Kelurahan Jumlah Luas Area Administratif RW RT Ha Km Kecamatan Kendari ,68 Kelurahan Kandai ,24 Kelurahan GunungJati ,74 Kelurahan Kampung Salo ,14 Kelurahan Mangga Dua ,66 Kelurahan Kendari Caddi ,4 Kelurahan Kasilampe ,83 Kelurahan Mata ,29 Kelurahan Purirano ,56 Kelurahan Jati Mekar ,82 14

25 Kecamatan/ Kelurahan Jumlah Luas Area Administratif RW RT Ha Km 2 Kecamatan Kendari Barat ,11 Kelurahan Kemaraya ,04 Kelurahan Watuwatu ,78 Kelurahan Tipulu ,35 Kelurahan Punggaloba ,72 Kelurahan Benubenua ,38 Kelurahan Sodohoa ,82 Kelurahan Sanua ,83 Kelurahan Dapudapura ,2 Kelurahan Lahundape ,99 Kecamatan Mandonga ,77 Kelurahan Mandonga ,51 Kelurahan Korumba ,26 Kelurahan Labibia ,48 Kelurahan Wawombalata ,12 Kelurahan Alolama ,33 Kelurahan Anggilowu ,07 Kecamatan Puuwatu ,72 Kelurahan Puuwatu ,49 Kelurahan Watulondo ,49 Kelurahan Punggolaka ,88 Kelurahan Tobuuha ,16 Kelurahan Abeli Dalam ,28 Kelurahan Lalodati ,42 Kecamatan Kadia ,71 Kelurahan Kadia ,49 Kelurahan Bende ,47 Kelurahan Pondambea ,63 Kelurahan Wawowanggu ,7 Kelurahan Anaiwoi ,42 Kecamatan Wua-wua ,16 Kelurahan Wua-wua ,31 Kelurahan Bonggoeya ,3 Kelurahan Mataiwoi ,02 Kelurahan Anawai ,53 Kecamatan Baruga Kelurahan Baruga ,19 Kelurahan Lepolepo ,54 Kelurahan Watubangga ,11 Kelurahan Wundudopi ,16 Kecamatan Poasia ,74 Kelurahan Andonohu ,61 Kelurahan Rahandouna ,36 Kelurahan Anggoeya ,2 Kelurahan Matabubu ,57 Kecamatan Kambu ,63 Kelurahan Kambu ,01 Kelurahan Mokoau ,52 Kelurahan Padaleu ,44 Kelurahan Lalolara ,66 Kecamatan Abeli ,85 Kelurahan Puday ,73 Kelurahan Lapulu ,62 Kelurahan Abeli ,78 Kelurahan Benua Nirae ,59 Kelurahan Tobimeita ,05 15

26 Kecamatan/ Kelurahan Jumlah Luas Area Administratif RW RT Ha Km 2 Kelurahan Anggalomelai ,2 Kelurahan Talia ,73 Kelurahan Poasia ,48 Kelurahan Bungkutoko ,58 Kelurahan Petoaha ,89 Kelurahan Nambo Kelurahan Sambuli ,18 Kelurahan Tondonggeu ,13 Jumlah ,37 Sumber: Kota Kendari dalam angka, 2016 Berdasarkan Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa wilayah yang paling luas terdapat di Kecamatan Abeli dengan luas 43,85 Km. Sedangkan wilayah yang paling kecil terdapat di Kecamatan Kadia dengan luas 6,71 Km 2. Adapun wilayah Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 1 berikut: Gambar 1 Peta Administrasi Kota Kendari Sumber: Dokumen RP3KP Kota Kendari tahun

27 2.2. POTENSI WILAYAH KOTA KENDARI Potensi wilayah Kota Kendari terdiri dari sektor pertanian dan perkebunan, sektor perdagangan, sektor pariwisata, sektor kelautan dan perikanan, sektor peternakan dan industri Sektor Pertanian Potensi ekonomi di bidang pertanian khususnya tanaman pangan di Kota Kendari cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik dalam kualitas maupun dalam jumlah produksi. Tanaman padi sawah selain dikembangkan di Kota Kendari juga mendapatkan pasokan dari berbagai daerah sekitar seperti dari Kabupaten Konawe, Konawe Selatan dan bahkan dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara. Dari potensi lahan Ha untuk padi sawah masih ada peluang sebesar 967 Ha yang tersebar di Kecamatan Mandonga, Baruga, Poasia, Kambu, dan Abeli Sektor Perkebunan Jenis tanaman perkebunan rakyat yang diusahakan di Kota Kendari terdiri dari tiga belas jenis, namun yang diusahakan dan dikembangkan baru terbatas pada lima jenis tanaman yaitu kelapa, kopi, lada, dan kakao. Berdasarkan data statistik pada tahun 2016, lima jenis tanaman perkebunan rakyat di atas merupakan empat terbesar hasil produksinya antara lain, kakao sebanyak 304,00 ton, kelapa sebesar 301,00 ton dan lada sebesar ton Sektor Perdagangan Potensi perdagangan di Kota Kendari berupa kegiatan perdagangan antar pulau di Kota Kendari memperdagangkan barang-barang yang berasal dari hasil bumi dan laut. Hasil bumi meliputi barang-barang hasil tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan dan hasil hutan sedangkan hasil laut meliputi ikan dan hasil-hasil lainnya. Nilai impor pada pelabuhan muat Kendari pada tahun 2015 sebesar U$$. Ekspor terbesar terjadi pada 2015 dengani nilai mencapai U$$ Sektor Pariwisata Sektor pariwisata merupakan sektor andalan yang perlu dikembangkan karena Kota Kendari memiliki potensi alam yang cukup indah yang didukung dengan keberadaan Teluk Kendari yang merupakan ikon Kota Kendari dapat dijadikan kegiatan wisata air, olahraga air serta adanya rencana pembangunan Masjid Al Alam ditengah Teluk Kendari merupakan suatu potensi unggulan daerah yang perlu terus dikembangkan. Pariwisata Kota Kendari meliputi wisata teluk, budaya, pantai, dan wisata agro. Potensi pariwisata ini diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Potensi pariwisata di Kota Kendari sebenarnya cukup besar jika dilihat dari data potensi pariwisata yang ada pada tahun Hanya saja saat ini belum semua potensi tersebut belum dioptimalkan. 17

28 Ada beberapa obyek wisata yang masih belum dikelola dengan baik. Tahura Murhum misalnya, objek wisata ini berpeluang untuk dijadikan sebagai obyek wisata alam dan pendidikan. Hanya saat ini upaya untuk menata dan menyediakan sarana infrastruktur untuk mendukung obyek wisata tersebut belum dilakukan mengingat lokasi ini merupakan tangungjawab Pemerintah Provinsi, sehingga diperlukan koordinasi lebih lanjut dalam pengembangannya. Demikian pula dengan beberapa obyek wisata lainnya yang ada. Pantai Nambo dan tracking mangrove adalah obyek wisata pantai yang saat ini dikelola oleh pemerintah daerah dan merupakan salah satu sumber PAD Kota Kendari, sedangkan beberapa obyek wisata lainnya belum memberikan kontribusi sebagai sumber PAD Sektor Perikanan dan Kelautan Potensi Perikanan di Kota Kendari hingga saat ini masih merupakan potensi yang besar. Terdapat empat jenis pengelolaan yaitu budidaya air tawar, tambak, kolam, dan penangkapan ikan laut (perairan). Keempat jenis pengelolaan tersebut sebagian telah dilakukan secara modern dengan tingkat kualitas yang baik dan bernilai ekspor. Kota Kendari memiliki potensi sector kelautan dengan luasan wilayah sekitar 177,64 km² dengan bentangan garis pantai kurang lebih 85.8 km, serta terdapat Pulau Bungkutoko yang berhadapan langsung dan relatif dekat dengan Laut Banda sehingga memberi cukup peluang dan harapan yang sangat strategis untuk pengembangan sektor kelautan dan perikanan. Kota Kendari selain mempunyai potensi perikanan tangkap, juga memiliki potensi perikanan budidaya, diantaranya usaha budidaya tambak seluas 239 ha dan yang terolah sekitar 164 ha (tersebar di sepanjang pesisir Kecamatan Kendari 2 ha, Mandonga 2 ha, Poasia 96 ha, Abeli 16 ha dan Kambu 45 ha). Usaha budidaya kolam air tawar sekitar 500 ha (tersebar di Kecamatan Puwatu 205 ha, Baruga 145 ha, Poasia dan Abeli 72,5 ha), namun yang terolah baru sekitar 59,45 ha atau sekitar 11,89%. Disamping itu potensi usaha budidaya laut diperkirakan sekitar 370 ha terdapat disepanjang pantai Kelurahan Tondonggeu, Sambuli, Nambo, pantai bagian selatan Bungkutoko, sekitar perairan Mata dan Purirano Sektor Peternakan Pada sektor peternakan di Kota Kendari masih sering mengalami masalah yakni sulitnya memenuhi permintaan hewan potong. Hal ini disebabkan karena pengelolaan peternakan masih sangat tradisional hinngga permintaan pasar kadang-kadang tidak dapat dipenuhi. Populasi ternak yang dikembangkan di Kota Kendari terdiri dari ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas. Untuk ternak besar meliputi sapi dan kerbau, sedangkan ternak kecil adalah kambing, domba, dan babi. Ternak unggas meliputi ayam kampung, ayam ras, dan Itik Manila. 18

29 Populasi ternak besar di Kota Kendari tahun 2016 adalah ekor yang terdiri dari 2724 ekor ternak sapi dan 17 ekor ternak kerbau. Adapun populasi ternak kecil di Kota Kendari sebanyak 3461 ekor yang terdiri dari 3363 ekor ternak kambing dan 98 ekor ternak babi Sektor Industri Rencana pengembangan kawasan industri di Kota Kendari diarahkan untuk pengembangan industri pada kawasan potensial. Pembangunan industri ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, meratakan kesempatan usaha, meningkatkan ekspor dalam menunjang pembangunan daerah dengan memanfaatkan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia. Dari hasil Survei Industri Besar dan Sedang tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat 23 buah perusahaan dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak orang. Saat ini industri yang memiliki potensi terdiri dari industri perikanan yang berada dalam naungan Pelabuhan Perikanan Samudra (PPS), Industri Kerajinan Kayu dan Rotan yang produksinya telah dipasarkan baik untuk lokal maupun ekspor. Saat ini yang memiliki nilai ekspor baru kerajinan gembol, sedangkan untuk mebel kayu dan rotan baru memenuhi permintaan lokal dan antar pulau DEMOGRAFI DAN URBANISASI Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Kendari Penduduk Kota Kendari pada tahun 2016 berjumlah jiwa yang terdiri lai-laki dan perempuan,dengan persebaran penduduk yang tidak merata. Kecamatan Kendari Barat memiliki jumlah penduduk terbesar dengan jumlah jiwa dan Kecamatan Baruga memiliki jumlah penduduk terkecil dengan jumlah jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kota Kendari diperoleh dari asumsi 1 KK terdiri dari 5 jiwa (penduduk). Adapun gambaran jumlah penduduk dan KK Kota Kendari tahun 2016 menurut kecamatan dapat terlihat pada tabel 2 berikut. Tabel 2: Penduduk dan Kepala Keluarga Kota Kendari menurut Kecamatan, BPS tahun 2016 No Kecamatan JenisKelamin Laki-laki Perempuan Jumlah (L+P) Jumlah KK 1 Mandonga Baruga Puuwatu Kadia Wua-Wua Poasia Abeli Kambu Kendari Kendari Barat Jumlah

30 Sumber: Kota Kendari dalam Angka Jumlah Penduduk Miskin Kota Kendari Sumber data jumlah penduduk miskin Kota Kendari diambil dari data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melalui Tim Kooerdinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) dan BPS Kota Kendari, karena data tersebut mewakili data gabungan dari beberapa instansi yang menyediakan data kemiskinan Kota Kendari untuk tahun 2015 dan 2016 per kecamatan. Adapun data penduduk miskin TNP2K diperoleh dari pemetaan yang dilakukan secara partisipasi berdasarkan kriteria kemiskinan yang telah disepakati di masing-masing kecamatan, dapat disajikan pada tabel 3. Tabel 3: Jumlah Penduduk Miskin Kota Kendari tahun 2016 No. Uraian Angka 6,39 6,07 5,56 5,59 5,51 Kemiskinan (%) 2. Garis Kemiskinan (Rp) 3. Jumlah Penduduk Miskin Sumber: BPS Kota Kendari, 2017 Tabel 4: Jumlah rumah tangga miskin dan individu, menurut status kesejahteraan *) Nama Jumlah Rumah Tangga Jumlah Individu Kecamatan Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL MANDONGA BARUGA PUUWATU KADIA WUA-WUA POASIA ABELI KAMBU KENDARI KENDARI BARAT

31 JUMLAH Sumber: Basis Data Terpadu untuk Program Perlindungan Sosial (2015) Selanjutnya dalam penilaian ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, jenis kelami dan usia menjadi sangat berpengaruh sebab tingkat kerentanan dan kapasitas beradaptasi antara laki-laki dan perempuan atau orang dewasa, lansia dan anak-anak akan sangat berbeda. Di bawah ini merupakan data mengenai Rumah tangga dengan kepala keluarga perempuan yang ada di Kota Kendari. Tabel 5: Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok umur kepala rumah tangga dengan status kesejahteraan Nama Kecamatan Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan Usia di Usia Usia 60 tahun TOTAL bawah 45 tahun tahun keatas MANDONGA BARUGA PUUWATU KADIA WUA-WUA POASIA ABELI KAMBU KENDARI KENDARI BARAT Adapun sebaran penduduk Kota Kendari dapat terlihat pada tabel berikut dapat dilhat pada tabel 6. Tabel 6: Persebaran Penduduk Kota Kendari tahun 2016 Kecamatan Penduduk Persebaran (%) 1. Mandonga ,47% 2. Baruga ,68% 3. Puuwatu ,57% 4. Kadia ,53% 5 Wua-wua ,42% 6. Poasia ,61% 7. Abeli ,74% 8. Kambu ,36% 9. Kendari ,81% 10. Kendari Barat ,80% Jumlah % Sumber: Kendari dalam Angka,

32 Berdasasrkan Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa persentase persebaran penduduk Kota Kendari tertinggi berada pada kecamatan Kendari Barat sebesar 14,80%, sedangkan persentasi sebaran penduduk terendah berada di Kecamatan Abeli sebesar 7,74%. 22

33 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan A. Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya 5 Tahun Terakhir No. Kecamatan Tabel 7: Jumlah Penduduk dan Tingkat Pertumbuhannya selama 5 tahun Terakhir tahun 2016 Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Mandonga ,04 6,93 3,34 4,46 2 Baruga ,03 6,94 3,34 2,41 3 Puuwatu ,04 6,93 3,34 6,76 4 Kadia ,04 6,93 3,34 10,70 5 Wua-wua ,04 6,92 3,23 4,36 6 Poasia ,04 6,93 3,34 3,88 7 Abeli ,04 6,93 3,23 5,41 8 Kambu ,04 6,93 3,34 7,87 9 Kendari ,04 6,93 3,23 5,18 10 Kendari Barat 2012/ ,04 6,92 Jumlah Sumber: Data Sekunder Diolah, / / / ,34 3,78 23

34 B. Proyeksi Jumlah Penduduk 5 Tahun Kedepan Proyeksi jumlah Penduduk Kota Kendari lima tahun ke depan dapat ditunjukkan pada tabel 6 berikut. Tabel 8: Jumlah Penduduk 5 tahun Kedepan No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah KK Mandonga Baruga Puuwatu Kadia Wua-wua Poasia Abeli Kambu Kendari Kendari Barat Jumlah Sumber: Data Sekunder diolah,

35 Untuk lebih jelasnya perkembangan pertumbuhan pertumbuhan penduduk Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 2 berikut. Gambar 2: Proyeksi Penduduk Kota Kendari tahun Sumber: Kota Kendari dalam Angka dan hasil proyeksi 2016 Berdasarkan gambar 2 di atas menunjukkan bahwa proyeksi tingkat pertumbuhan rata- rata jumlah penduduk Kota Kendari adalah sebesar3,76%. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa berdasarkan hasil diprediksi pada tahun 2019 penduduk Kota Kendari berjumlah jiwa DATA PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN POTENSI EKONOMI Keuangan Daerah Ketersediaan pembiayaan yang memadai akan mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan berjalan dengan lancar. Pemerintah Kota Kendari menyediakan pembiayaan dari beberapa sumber yaitu pertama, bersumber dari PAD seperti pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba dari perusahaan daerah, dan sumber PAD lain-lain. Kedua, bersumber dari dana perimbangan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat I. Ketiga, dari lain-lain pendapatan yang sah. Adapun target dan realisasi anggaran pendapatan dan belanja Pemerintah Kota Kendari dapat terlihat pada tabel 7 berikut. Tabel 9 Target dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kota Kendari Tahu Pendapatan (Juta Rp) Belanja(Juta Rp) n Anggaran Realisasi Target Realisasi , , , , , , , ,

36 Sumber: Bagian Keuangan Sekertariat Daerah Kota Kendari, 2016 Menunjuk tabel 7 di atas, menunjukkan bahwa ada peningkatan realisasi pendapatan daerah dari tahun ke tahun mulai dari tahun 2008 hingga tahun Pada tahun 2014, realisasi pendapatan daerah Kota Kendari meningkat dari Rp menjadi Rp atau meningkat 13,51%. Begitu pula realisasi belanja daerah mengalami peningkatan dari Rp menjadi Rp atau meningkat sebesar 23,39% Inflasi Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi, maka dibutuhkan suatu kondisi dimana harga-harga dapat terkendali. Perubahan harga dapat diukur dengan suatu indeks tertentu yang lazin digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang biasanya dikaikan dengan inflasi. Data harga untuk menghitung IHK dan inflasi diperoleh dari hasil survey harga dibeberapa pasar tradisional dan moderen secara berkala. Adapun inflasi menurut bulan pada tahun 2012 hingga tahun 2016 di Kota Kendari dapat terlihat pada gambar 3 berikut. Gambar 3: Inflasi Kota Kendari INFLASI Gambar 4: Data Inflasi menurut bulan dan tahun Kota Kendari 2016 Sumber: Kota Kendari Dalam Angka,

37 Sepanjang tahun 2014 di Kota Kendari, terjadi empat bulan inflasi negatif dan 8 bulan inflasi positif dengan rentang inflasi antara 0,97% 3,27%. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember, sedangkan deflasi terendah terjadi pada bulan Februari. Tingginya inflasi pada bulan Desember didukung oleh tingginya indeks harga pada kelompok komoditi transportasi dan komunikasi serta komoditi perumahan sebesar 6,88% dan 3,79%, sedangkan inflasi negatif pada bulan Februari disebabkan oleh penurunan indeks harga bahan makanan yaitu sebesar -3,92% Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari Laju pertumbuhan ekonomi Kota Kendari dari tahun 2011 hingga tahun 2014 menunjukkan angka yang fluktuatif, dimana laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 8,68% dan pada tahun 2014 laju pertumbuhan naik menjadi 9,35%. Gambar 5: Pertumbuhan Ekonomi Kota Kendari Sumber: BPS Kota Kendari PDRB Per Kapita PDRB merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang memiliki residen atau non-residen. Data yang terkait dengan PDRB per kapita Kota Kendari menurut lapangan usaha dapat di lihat pada tabel 8 berikut. Tabel 10: PDRB per kapita menurut Lapangan Usaha Kota Kendari Tahun PDRB (Juta Rupiah) , , , * 43, ** 47,96 *Angka sementara **Angka sangat sementara. Sumber : BPS Kota Kendari,

38 2.5. DATA KONDISI LINGKUNGAN STRATEGIS GAMBARAN TOPOGRAFI Berdasarkan kondisi topografi wilayah Kota Kendari bervariasi mulai datar sampai dengan berbukit. Daerah dengan topografi yang datar terdapat di bagian barat dan selatan Teluk Kendari. Kecamatan Kendari yang terletak di sebelah utara teluk sebagian besar terdiri dari perbukitan (Pegunungan Nipa-Nipa) dengan ketinggian mencapai lebih kurang 459 meter dari garis pantai ke arah selatan tingkat kemiringan antara 4 30%, bagian barat (Kecamatan Mandonga) dan selatan kota (Kecamatan Poasia) terdiri dari daerah perbukitan bergelombang rendah dengan kemiringan ke arah Teluk Kendari. Begitu pula dengan faktor kemiringan lahan, wilayah Kota Kendari terbagi atas: 1. Kemiringan 0 3% mendominasi sebagian besar wilayah Kota Kendari mulai dari Teluk Kendari. Klasifikasi kemiringan ini dominan di Kecamatan Baruga dan terkecil di Kecamatan Kendari; 2. Kemiringan 3 15% merupakan kelompok kemiringan lahan kedua terluas di wilayah Kota Kendari, tersebar merata di tiga kecamatan yaitu Poasia, Baruga dan Mandonga, sedangkan di Kecamatan Kendari hanya sedikit. 3. Kemiringan 15 25% merupakan kelompok kemiringan lahan ketiga terluas di wilayah Kota Kendari, penyebarannya dominan di Kecamatan Kendari. 4. Kemiringan 25 40% penyebarannya terluas di Kecamatan Kendari, serta sekitar Pegunungan Nipa-Nipa. 5. Kemiringan >40% penyebarannya hanya terdapat Pegunungan Nipa-nipa atau Kemiringan Poasia saja. Berdasarkan faktor kemiringan lahan di atas, yang dikaitkan dengan kriteria kemiringan lahan untuk pembangunan perumahan dan permukiman sebaiknya diperuntukkan pada tingkat kemiringan lahan 0 15%. Lebih lanjut berdasarkan tingkat kemiringan yanga ada di wilayah Kota Kendari memiliki potensi yang baik untuk pembangunan perumahan danpermukiman dengan pembiayaan pembangunan yang relatif murah. Adapun ketinggian lereng dan kontur wilayah di Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 6 berikut: 28

39 Gambar 6: Peta Kemiringan Lahan 2016 Sumber: Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari, Gambaran Geohidrologi Hidrologi air permukaan di wilayah Kota Kendari dipengaruhi oleh sungai besar dan kecil, antara lain Sungai Wanggu (Sungai Lepo-Lepo) dengan debit 7,487 ltr/dtk, Sungai Tipulu (0,140 ltr/dtk), Sungai Mandonga (0,214 ltr/dtk), dan Sungai Sodohoa (0,198 ltr/dtk), yang kesemuanya bermuara ke Teluk kendari. Untuk kebutuhan pengolahan air bersih, selama ini dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Mineral (PDAM) yang menggunakan air baku dari Kali Pohara. Salah satu sungai yang mengalirkan debit air cukup besar pada saat musim kemarau adalah sungai Wanggu. Hal ini disebabkan karena hulu sungai yang berada di Pegunungan Wolasi yang menyediakan sumber air yang cukup. Daerah hulu sungai Wanggu merupakan kawasan yang sampai saat ini masih terjaga dengan baik kelestariannya. Kota Kendari diidentifikasi memiliki potensi air tanah dangkal dan air tanah dalam. Uraian lebih rinci mengenai potensi air tanah di Kota Kendari adalah sebagai berikut: 1. Potensi air tanah dangkal meliputi: a. Daerah rawan pasang surut. b. Kedalaman air tanah kurang dari 3 meter dengan debit kurang dari 5 liter. c. Kedalaman air tanah antara 3 10 meter dengan debit antara 3 liter/detik. 2. Potensi air tanah dalam diklasifikasi sebagai berikut: a. Potensi aquifer sangat rendah dengan debit (q) kurang dari 1 liter/detik 29

40 b. Potensi aquifer rendah setempat dengan debit (q) 1 liter/detik c. Potensi aquifer rendah sampai sedang dengan debit (q) antara 1 3 liter/detik d. Potensi aquifer sedang sampai tinggi dengan parameter debit air (q) antara 3 5 liter/detik. Selanjutnya berdasarkan kondisi air tanah di wilayah Kota Kendari terdiri dari: 1. Air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah 3 10 meter dan potensi aquifer sedang (3 5 liter/detik), tersebar di semua kecamatan, air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah kurang dari 3 meter dan potensi aquifer sedang >5 ltr/detik), tersebar di tiga kecamatan, yaitu di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan Poasia dan di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan Kendari, di Kecamatan Mandonga mulai dari sisi timur atau kelurahan Korumba hingga ke arah selatan Kelurahan Watulondo, dan di Kecamatan Baruga mulai dari Kelurahan Kadia ke arah selatan hingga sekitar Kelurahan Baruga dan di Kecamatan Poasia menyebar ke sebelah utara sebelum Teluk Kendari. 2. Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah setempat-tempatnya (<1 liter/detik), tersebar di semua kecamatan dengan penyebaran terluas di Kecamatan Poasia sekitar Pegunungan Nipa-Nipa, serta di sebelah barat Kecamatan Mandonga dan Baruga, sedangkan di Kecamatan Kendari hanya bagian timur wilayah pesisir; 3. Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah (1 3 liter/detik), tersebar di semua kecamatan. Jenis air tanah ini, mendominasi hampir seluruh wilayah Kecamatan Kendari. Persebarannya di Kecamatan Poasia pada Pegunungan Nipa-Nipa. Untuk lebih jelasnya melihat peta geohidrologi Kota Kendari dapat dilihat pada Gambar 7 berikut: 30

41 Gambar 7: Peta Geohidrologi Kendari tahun 2016 Sumber: Dokumen RP3KP Kota Kendari Gambaran Geologi Berdasarkan peta geologi Kota Kendari, maka terdapat 4 bagian besar kondisi struktur geologi yang menyusun tanah dan batuan dalam wilayah Kota Kendari. Data informasi tentang kondisi-kondisi geologi sangat penting artinya dalam memanfaatkan lahan dan pemanfaatan sumber daya mineral dan batuan yang terkandung di dalamnya. Adapun struktur geologi batuan yang terdapat di Kota Kendari adalah sebagai berikut: 1. Batu pasir kuarsit, serpih hitam batu sabak, batu gamping dan batu lanau tersebar di Kecamatan Kendari dan Kecamatan Mandonga dan sebagian utara sampai perbatasan dengan Kecamatan Soropia, tepatnya di Kawasan Hutan Raya Murhum. 2. Endapan eluvium pasir, lempung dan lumpur, tersebar di pesisir pantai Teluk Kendari dan di sekitar sungai-sungai yang mengalir di Kota Kendari. 3. Batu gamping oral dan batu pasir yang tersebar di Pulau Bungkutoko, pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan Mata, serta Kecamatan Mandonga ke arah Barat Laut, yang dibatasi Jalan R. Soeprapto, Jalan Imam Bonjol dan batas antara Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara. 31

42 4. Batu pasir, tersebar di sepanjang kiri kanan jalan poros antara kota lama dengan Tugu Simpang Tiga Mandonga, bagian tengah Kecamatan Mandonga dan Bagian Barat Kecamatan Baruga serta bagian tengah Kecamatan Poasia sampai ke arah selatan, yaitu kawasan rencana kompleks perkantoran Ha ke arah Pegunungan Nanga-Nanga. 5. Filit, batu sabak, batu pasir malik kuarsa kalsiulit, napai, batu lumpur dan kalkarenit lempung, tersebar di arah tenggara Kecamatan Poasia tepatnya Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli, Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan Tobimeita, Kelurahan Benuanirae, dan Kelurahan Anggoeya. 6. Batu pasir, batu lanau dan batu lempung, tersebar di Kecamatan Poasia bagian timur yaitu di Keluahan Petoaha, Kelurahan Sambuli dan Kelurahan Nambo serta sebagian Kelurahan Tondonggeu. 7. Batu gamping, batu pasir dan batu lempung, tersebar di bagian barat Kecamatan Mandonga sampai dengan batas Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara dan Kecamatan Ranomeeto. Untuk lebih jelasnya peta geologi Kota Kendari dapat dilihat pada gambar 8 berikut: Gambar 8 Peta Geologi Kota Kendari tahun 2016 Sumber: Dinas Tata Kota dan Perumahan, Kota Kendari berdasarkan kondisi keadaan tanah terdiri dari tanah liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Secara spesifik jenis tanah yang terdapat di Kota Kendari diklasifikasi kedalam tanah resina, gleisol eutrik, alluvial tionik, kambisol destrik, podsolik plintit dan mediteran hplik. Sebagian besar wilayah 32

43 Kota Kendari didominasi oleh jenis tanah Kambisol dan Gleysol. Karakteristik masing-masing jenis tanah tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Tanah Resina, tergolong tanah muda, tingkat kelapukan rendah, kedalaman tanah sangat dangkal (<50 cm), lapisan tanah langsung berbatasan dengan batu kapur atau sebagian batu kapur muncul ke permukaan, berstruktur lapis lempung sampai gelu lempung. ph tanah agak netral sampai basah, kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa sedang sampai tinggi dengan Kapasitas Tukar Kation (KTK) >16 me/100 lempung. 2. Tanah Geisol Eurik, jenis tanah yang karena kondisi topografinya yang selalu jenuh air sehingga menghambat proses pelapukan dan pematangan tanah. Kedalaman tanah umumnya > 90 cm; warna tanah gelap dan terdapat ciri-ciri terjadinya gleisasi dengan adanya bercak-bercak berwarna biru kehijauan; tekstur pasir geluhan; ph tanah sangat masam sampai rendah; mempunyai kandungan ion Natrium (Na+) lebih dari 15%; kejenuhan masa basa rendah dan KTK <16 me/g lempung. 3. Tanah Alluvial Teonik, jenis tanah yang berkembang dari bahan alluvial mudah (recent) yang mempunyai susunan yang berlapis-lapis yang diskontinyu pedologi (multi sekum, warna tanah umumnya gelap dan metrik tanah terdapat bercak-bercak berwarna kebiruan hingga kehijauan sebagai ciri adalah proses ngakesasi dari kandungan bahan sulfida yang cukup tinggi; tekstur tanah sangat (bervariasi) dari tekstur geluhan sampai lempung; ph tanah antara masam sampai sangat masam; kandungan organik tergolong rendah sampai tinggi; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK <16 me/100g lempung. 4. Jenis Tanah Kambisol Distrik, jenis tanah dengan tingkat pelapukan sedang; proses illuvial debulm, tegas; warna cokelat tua sampai merah; tekstur pasir geluhan sampai gelujan; ph tanah berkisar antara agak masam sampai netral; kandungan bahan organik tergolong rendah sampai sedang; kejenuhan basa kurang dari 50% dari KTK <16 me/100 g lempung. 5. Tanah Pedsolik Plintit, jenis tanah yang mengalami pelapukan lanjut; proses pencucian basa sangat intensif sehingga mempunyai kemasaman yang tinggi; warna tanah cokelat kekuningan samapi kemerahan; pada matriks tanah terdapat bercak-bercak karatan atau plitik yang berwarna merah lebih dari 5% luas penampang tanah; bertekstur geluh lempung sampai masam; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK < 16 me/100 g lempung. 6. Tanah Mediteran Haplik, jenis tanah yang mengalami pelapukan sedang terjadi proses alluvial yang nyata pada horison berupa akumulasi lempung yang dicirikan adanya selaput lempung; warna tanah umumnya merah sampai merah sampai merah gelap (kecokelatan); ke dalam tanah bervariasi dari dangkal sampai lebih dari 90 cm; tekstur tanah berkisar antara geluhan sampai lempung geluhan; ph tanah berkisar antara agak masam sampai netral. Kandungan bahan organik rendah sampai sedang, kejenuhan basah lebih dari 50% dengan KTK > 16 me/100 g lempung. Berdasarkan data tersebut di atas, maka dapat dikemukakan, bahwa tingkat erosi di wilayah Kota Kendari tergolong ringan sampai berat. Untuk lebih jelasnya 33

44 data luas wilayah, jenis tanah dan peta jenis tanah yang tersebar di Kota Kendari dapat di gambarkan pada tabel 11 berikut. 34

45 Tabel 11: Luas dan Jenis Tanah di Kota Kendari tahun 2016 No. JenisTanah Luas (Ha) Persentase (%) 1 A11=Aluvial 980 3,31 2 B12=Glisol ,76 3 H19=RecosoLitosol 512 1,73 4 H89=Gleisolacic ,14 5 H49=Podsoloik 762 2,58 6 P12=MediteranHaplik ,36 7 T14= Gleisol Distrik ,07 8 A13=Geliik ,96 9 B33=Aluvial Tidnik ,38 10 H31=KembisolDistrik ,92 11 H16=Rensina ,47 12 H32=Podsolikplintik ,99 13 T19= Gleisol Evtrik ,96 14 P82=Kembisol Distrik 403 1,36 Jumlah ,00 Sumber: Dokumen RP3KP Kota Kendari, 2013 Gambar 9: Peta Jenis Tanah Kota Kendari tahun 2016 Sumber: Dinas Tata Kota dan Perumahan Gambaran Kondisi Iklim Kondisi iklim suatu wilayah dapat dilihat dari keadaan curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembapan relatif, kecepatan angin, dan penyinaran matahari. Iklim 35

46 Kota Kendari secara umum beriklim panas, arah angin dipengaruhi oleh angin barat yang bertiup pada bulan November sampai bulan Agustus dengan suhu udara maksimun rata-rata 31 C. A. Curah hujan Rata-rata curah hujan di Kota Kendari sepanjang tahun 2011 mencapai 154,62 mm/bulan. bulan basah/ kering terjadi jika jumlah curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut melebihi/ kurang dari rerata curah hujan pada tahun bersangkutan. Berdasarkan rata-rata curah hujan mengindikasikan bahwa bulan basah Kota Kendari terjadi pada bulan Januari hingga bulan September dengan rata-rata curah hujan bulanan berada di atas 177 mm, sedangkan bulan keringnya yaitu bulan Oktober hingga bulan Desember dengan rata-rata curah hujan bulanan kurang dari 86.1 mm. B. Hari Hujan Pada tahun 2011 rerata hari hujan dalam satu tahunnya selama 16 hari dalam tiap bulannya.padabulan-bulan tertentu frekuensi turunnya hujan lebih sedikit dibandingkan dengan bulan lainnya. Frekuensi hujan di bawah rata-rata terjadi pada bulan Agustus hingga bulan November, hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan-bulan tersebut sedang mengalami musim kemarau. Demikian pula sebaliknya, musim hujan terjadi pada bulan Desember hingga bulan Juli karena jumlah hari hujan tiap bulannya melebihi rata-rata. C. Suhu Udara Secara umum keadaan suhu udara di Kota Kendari mengikuti kondisi suhu udara di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan wilayah yang lebih luas. Suhu udarar ratarata selama tahun 2011 di Kota Kendari berkisar 23,60 31,39 C. Pada bulanbulan tertentu, suhu udaranya berada di atas rata-rata atau bahkan berada di bawah rata-rata. Suhu udara pada bulan Agustus berada di bawah suhu udara rata-rata dengan suhu paling rendah terjadi pada bulan Agustus mencapai 21,8 C, sedangkan suhu udara bulan November berada di atas rata-rata mencapai 32.7 C. D. Kelembapan Relatif Sepanjang tahun 2011 kelembapan relatif rata-rata 81 87% sehingga dapat dikatakan bahwa Kota Kendari termasuk daerah dengan kelembapan relatif tinggi. Kelembapan relatif wilayah Kota Kendari cukup tinggi dengan rata-rata mencapai 84,58% pada tahun Pada bulan Januari Juli merupakan bulanbulan dengan tingkat kelembapannya berada di atas rata-rata, sedangkan tingkat kelembapan relatif bulan Agustus Desember berada di bawah rata-rata. E. Kecepatan Angin Rata-rata kecepatan angin di Kota Kendari selama tahun 2011 mencapai 6,6 knot, kecepatan angin di atas kecepatan rata-rata terjadi pada bulan Juli Desember yang berkisar 6,8 7,5 knot. F. Penyinaran Matahari Lama penyinaran matahari menunjukkan banyaknya hari yang mendapatkan penyinaran matahari pada tiap bulannya. Intensitas penyinaran matahari di Kota Kendari selama tahun 2011 berkisar 160,30 jam, hal ini berarti efektifitas lama 36

47 penyinaran yang terjadi di Kota Kendari berkisar 7 hari tiap bulannya. Data tentang kondisi klimotologi Kota Kendari, dapat dilhahat pada tabel 10 berikut: Bulan Tabel 12: Kondisi Klimatologi Kota Kendari tahun 2016 Curah Hujan (mm) Jumlah Hari Hujan (hari) Kondisi Klimatologi Temperatur Kelemb. Suhu Min Suhu Relatif Max (%) Kec. Angin (knot) Penyina ran Matahari (Jam) ( o C) ( o C) Januari 347, ,4 33,3 83 1, Februari 188, ,2 32,6 84 1, Maret 152, ,2 32,6 85 1, April 143, ,4 32,5 84 1, Mei 232, ,2 32,1 86 1, Juni 293, ,1 31,1 87 1, Juli 770, ,1 28,4 89 1,01 63 Agustus 45,0 4 22,3 30,3 83 1, September 29,0 1 22,6 31,5 8, Oktober 18,0 1 23,4 30,0 78 2, Nopember 113, ,2 32,7 80 2, Desember 288, ,2 32,3 85 1, Rata-rata ,80 31,90 83,80 1, Sumber: Stasiun Meteorologi Maritim Kendari/ BMKG Kota Kendari dalam Angka PROFIL KERENTANAN KOTA KENDARI Sejarah Bencana di Kota Kendari Kota Kendari termasuk wilayah berisiko terhadap bencana alam. Salah satu kejadian bencana yang paling merugikan terjadi di Kota Kendari adalah bencana banjir pada tahun 2013 yang mengakibatkan ribuan orang terdampak. Selain banjir, beberapa bencana yang pernah terjadi antara lain tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, dan kebakaran. Berdasarkan data historis bencana dari DIBI-BNPB, terdapat 9 jenis bencana yang pernah terjadi di Kota Kendari, seperti dapat dilihat dalam Tabel 13 di bawah ini. Tabel 13 Hasil Tabulasi Data Kejadian Bencana Kota Kendari No Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah Meninggal Jumlah Terluka Menderita/ Mengungsi Rumah Rusak Fasilitas Rusak Lahan Rusak (Ha) 1 Banjir , ,334 2 Banjir dan Tanah Longsor 2 1-2,679 6, Tanah Longsor Gempa Bumi , Kebakaran

48 6 Konflik sosial Angin Puting Beliung Total ,274 7, ,334 Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Untuk lebih memahami hasil analisis data tersebut di atas, maka akan disajikan dalam beberapa aspek di bawah ini: A. Jenis Bencana dan Frekuensi Kejadian Jenis dan frekuensi kejadian daeri masing-masing jenis bencana di Kota Kendari dapat dilihat pada tabel 12 Tabel 14 Jenis dan Frekuensi Kejadian Bencana di Kota Kendari No Jenis Bencana Jumlah Kejadian 1 Banjir 19 2 Banjir & Tanah Longsor 2 3 Tanah Longsor 14 4 Gempa Bumi 4 5 Kebakaran 29 6 Konflik Sosial 1 7 Angin Puting Beliung 9 Total 78 Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Data pada tabel 12 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik di gambar 10 sebagai berikut: 38

49 Gambar 10: Grafik Jenis Frekuensi Kejadian Bencana di Kota Kendari Jumlah Kejadian Per Jenis Bencana di Kota Kendari (periode ) Jumlah Kejadian Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 7 jenis bencana yang pernah terjadi di Kota Kendari. Hal ini juga berarti bahwa 7 jenis bencana tersebut berpotensi terjadi kembali. Dari aspek frekuensi kejadian, jenis bencana yang paling sering terjadi adalah bencana Kebakaran, disusul banjir, tanah longsor, dan Angin Puting Beliung. B. Dampak dan Jumlah Orang Meninggal dan Luka Tabel 15: Jenis Becana dan Dampaknya di Kota Kendari No Jenis Bencana Jumlah Kejadian Meninggal Terluka 1 Banjir Banjir dan Tanah Longsor Tanah Longsor Gempa Bumi Kebakaran Konflik sosial Angin Puting Beliung 9-2 Total Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) 39

50 Data pada tabel 13 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik di gambar 11 sebagai berikut: Gambar 11: Jenis Becana dan Dampaknya di Kota Kendari Jumlah Kejadian dan Dampak Bencana di Kota Kendari ( ) Jumlah Kejadian Meninggal Terluka Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa jenis bencana dengan dampak paling tinggi pada aspek orang meninggal adalah bencana banjir dan bencana tanah longsor. Sedangkan bencana dengan dampak paling tinggi pada aspek jumlah orang terluka adalah bencana banjir, disusul bencana gempa bumi. C. Dampak Jumlah Orang Menderita/mengungsi Tabel 16: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari No Jenis Bencana Menderita/Mengungsi 1 Banjir 17,345 2 Banjir dan Tanah Longsor 2,679 3 Tanah Longsor Gempa Bumi 5,102 5 Kebakaran - 6 Konsflik sosial - 7 Angin Puting Beliung - Total 25,274 Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) 40

51 Dalam bentuk grafik dapat dilihat pada gambar 12 sebagai berikut: Gambar 12: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari Dampak Bencana di Kota Kendari ,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Menderita/Mengungsi Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa jenis bencana dengan dampak paling tinggi pada aspek jumlah orang menderita/mengunggsi adalah bencana banjir, disusul bencana gempa bumi, dan bencana banjir yang disertai tanah longsor. D. Rumah Rusak Tabel 17: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari No Jenis Bencana Rumah Rusak 1 Banjir 22 2 Banjir dan Tanah Longsor 6,797 3 Tanah Longsor 48 4 Gempa Bumi Kebakaran Konflik sosial - 7 Angin Puting Beliung 30 Total 7,771 Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Dalam bentuk grafik dapat dilihat sebagai berikut: 41

52 Gambar 13: Jenis Bencana dan Dampaknya di Kota Kendari Dampak Bencana di Kota Kendari Terhadap Rumah 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Rumah Rusak Sumber: Diolah dari data DIBI-BNPB (2016) Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa jenis bencana dengan dampak paling tinggi pada aspek kerusakan rumah penduduk adalah bencana banjir yang disertai tanah longsor, disusul bencana gempa bumi, kebakaran, tanah longsor, angin puting beliung dan bencana banjir Data Risiko Bencana Bentang alam wilayah Kota Kendari yang terdiri dari daerah pesisir pantai, muara dari 6 sungai besar dan kecil, serta daerah perbukitan, menyebabkan beberapa wilayah cukup rawan terhadap bencana abrasi, genangan/ banjir dan tanah longsor. Jenis bencana ini disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam akibat kegiatan yang berlangsung di Kota Kendari maupun di wilayah sekitarnya. Berdasarkan peta zona seismik yang telah disusun oleh Biro Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Bandung 1981, Kota Kendari termasuk daerah dengan kerawanan gempa yang sedang dengan harga koefisien gempa z = 1,0. Berdasarkan data Studi Inventarisasi Kawasan Rawan Bencana tahun 2008, kejadian bencana yang sering terjadi dan melanda sebagian besar kelurahan yang ada adalah bencana longsor dan bencana genangan/ banjir. Bencana tanah longsor adalah bencana geologi yang sulit diramalkan kejadiannya biasanya terjadi karena lereng tidak bisa menahan bebannya sendiri sehingga bergerak karena beratnya sendiri. Hujan adalah salah satu penyebab terjandinya longsor. Berdasarkan zona tingkat kerawanannya, ternyata ada sebagian wilayah yang tidak dapat sama sekali diperuntukkan untuk pemukiman atau perencanaan pembangunan infrastruktur. 42

53 Namun kenyataannya zona tersebut telah berkembang sebagai lahan pemukiman, pertanian bahkan kecenderungan merambah ke arah bukit semakin luas. Untuk lebih jelasnya data tentang sebaran rawan longsor Kota Kendari berdasarkan kemiringan jenis tanah dan penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 16 berikut: Tabel 18: Sebaran Daerah Sangat Rawan Longsor Kota Kendari berdasarkan Kemiringan, Jenis Tanah, dan Penggunaan Lahan tahun 2016(* Kecamatan Kelurahan Luas(Ha) Mandonga Labibia 16,199 Anggilowu 6,473 Kendari Mata 2,717 Kampung Salo 0,097 Kendari Caddi 4,79 Kandai 2,483 Jati Mekar 0,495 Kendari Barat Kemaraya 48,441 Sodoha 1,413 Benua-Benua 2,27 Punggaloba 9,116 Tipulu 27,172 Watu-Watu 22,507 Dapudapura 1,193 Jumlah 145,366 Sumber: *) Data Inventaris Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2014 Berdasarkan tabel 16 di atas, nampak bahwa sebaran sangat rawan longsor Kota Kendari berdasarkan kemiringan jenis tanah dan penggunaan lahan terdapat di 3 kecamatan dari 10 kecamatan yang ada yaitu Kecamatan Mandonga, Kendari dan Kendari Barat, dimana Kecamatan Kendari Barat mempunyai kelurahan yang terbanyak rawan longsor menyusul Kecamatan Kendari dan Mandonga. Demikian pula sebaran rawan longsor Kota Kendari berdasarkan kemiringan jenis tanah dan penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel 17 berikut: Tabel 19: Sebaran Daerah Rawan Longsor Kota Kendari Berdasarkan Kemiringan Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan di Kota Kendari, Tahun (BPBD) No. Kecamatan Kelurahan Luas(Ha) 1. Abeli Benuanirae 23,419 Tondonggeu 38,888 Sambuli 37,618 Nambo 26,501 Petoaha 101,756 Tobimeita 75, Kendari Mata 74,663 Manggadua 77,71 KampungSalo 11,561 Kendari Caddi 6,814 43

54 Kandai 28 Jati Mekar 6,006 GunungJati 60, Kendari Barat Kemaraya 239,432 Sodoha 26,76 Benua-Benua 52,016 Punggaloba 85,42 Sanua 38,483 Tipulu 116,955 Watu-Watu 112,327 Dapudapura 3, Poasia Matabubu 23,988 Anggoeya 67,061 Rahandouna 24,621 Andonouhu 34, Baruga Baruga 34, Mandonga Labibia 89,815 Wawombalata 22,102 Alolama 3,579 Anggilowu 7,193 Jumlah 1551,661 Sumber: *) Data Inventaris Laporan SLHD Kota Kendari Tahun 2010 Berdasarkan tabel 17. di atas, menunjukkan bahwa sebaran rawan longsor Kota Kendari berdasarkan kemiringan jenis tanah dan penggunaan lahan terdapat di enam kecamatan dari sepuluh kecamatan yang ada yaitu Kecamatan Mandonga, Kendari, Kendari Barat, Abeli, Poasia dan Kecamatan Baruga, dimana Kecamatan Kendari Barat selain mempunyai kelurahan yang terbanyak sangat rawan dan rawan longsor dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Kendari. Untuk lebih jelasnya peta sebaran rawan longsor Kota Kendari berdasarkan kemiringan jenis tanah dan penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 14 berikut: 44

55 Gambar 14: Peta Rawan Bencana Longsor Kota Kendari Tahun 2016 Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Kota Kendari Berdasarkan hasil overlay parameter kawasan berpotensi genanghan dan banjir, diketahui bahwa hampir seluruh wilayah pesisir selatan Kota Kendari berpotensi mengalami genangan. Data tentang sebaran daerah rawan banjir/ genangan berdasarkan sejarah dapat dilihat pada tabel 18 dan 19 berikut: Tabel 20: Sebaran Daerah Rawan Banjir /Genangan berdasarkan Sejarah(* No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha) 1. Abeli Nambo 4,634 Petoaha 0, Kendari Kampung Salo Kendari Caddi 1,178 Kandai 6,252 Jati Mekar 0, Kendari Barat Kemaraya 12,13 Sodoha 11,272 45

56 Sanua 3,454 Tipulu 9,59 Watu-Watu 25,193 Dapudapura 7,178 Lahundape 10, Poasia Rahandouna 8,963 Andonouhu 40, Baruga Lepo-Lepo 70,433 Wundudopi 48,677 Watubangga 10, Mandonga Korumba 3,196 Mandonga 59, Kadia Bende 49,587 Pondambea 0,01 Wowawanggu 0, Kambu Lalolara 18,056 Kambu 88, Wua-Wua Bonggoeya 83,146 Anaiwoi 2, Puwatu Puwatu 24,336 Watulondo 27,658 Punggolaka 4,167 Jumlah 631,859 Sumber: *)Data Inventaris Laporan SLHD Kota Kendari, 2010 Selanjutnya data tentang sebaran daerah rawan banjir dapat dilihat pada tabel 19 berikut: Tabel 21: Sebaran Daerah Potensi Rawan Banjir di Kota Kendari, Tahun 2016(* No. Kecamatan Kelurahan Luas (Ha) 1. Abeli Abeli 0,362 Tondonggeu 23,53 Sambuli 12,24 Bungkutoko 68,578 Nambo 18,433 Petoaha 15,682 Poasia 0,162 Lapulu 29,418 Puday 36, Kendari Purirano 21, Kendari Barat Watu-Watu 12,395 Lahundape 61,794 Kemaraya 9,851 Sodoha 5,503 Benua-Benua 6,063 Punggaloba 4,523 Sanua 1,545 Dapudapura 9, Poasia Matabubu 95,04 Anggoeya 248,61 Rahandouna 213,604 Andonouhu 359, Baruga Baruga 934,669 Watubangga 633,92 Lepo-Lepo 218,502 46

57 Wundudori 87, Mandonga Korumba 184, Kadia Wowawanggu 6,043 Bende 120, Kambu Lalolara 259,743 Kambu 416,931 Mokoau 2, Wua-Wua Bonggoeya 84,126 Jumlah 4.203,44 Sumber: *)Data Laporan SLHD Kota Kendari, 2010 Untuk lebih jelasnya peta kawasan bencana banjir dan genangan yang ada di Kota Kendari, dapat disajikan pada gambar 15 berikut ini: Gambar 15: Peta Kawasan Bencana Banjir Kota Kendari Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Kendari,

58 48

59 49

60 Bab 3. HASIL PENGUKURAN KETANGGUHAN KOTA KENDARI 3.1. GAMBARAN PENGUKURAN Penilaian Ketangguhan Kota Kendari dalam API-PRB dan Perubahan Iklim dilaksanakan melalui dua kali Lokakarya. Lokakarya I dilaksanakan pada tanggal Maret di Hotel Swissbell Kota Kendari yang bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana konsep dan Kerangka Sendai diterapkan (Level 0). Integrasi API-PRB (Level 1) dan identifikasi API-PRB untuk ketahanan daerah (Level 2). Lokakarya II yang dilaksanakan pad tanggal April di Hotel Swissbell Kota Kendari untuk menilai implementasi kebijakan dan program API- PRB di Kota Kendari (Level 3). Uraian pada bab ini difokuskan pada penilaian penerapan Kerangka Sendai (Level 0) dan analisis Penilaian Ketangguhan Kota Kendari dalam API-PRB (Level 3). Sedangkan level 1 dan 2 ditampilkan pada lampiran laporan ini PENGUKURAN LEVEL 0 Pengukuran level 0 dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana Pemerintah Kota Kendari mengadopsi Kerangka Sendai, yang terdiri atas 4 prioritas dan 7 tujuan sebagaimana telah dijelaskan pada BAB I laporan ini. Hasil Pengukuran Level 0 di Kota Kendari ditampilkan pada tabel 20 berikut ini. 50

61 Tabel 22: Hasil Pengukuran Level 0 Ketangguhan Daerah Kota Kendari No. Level 0 Jawab Penjelasan 1. Apakah Rencana Induk Pemerintah Daerah (atau strategi/ rencana yang terkait) mengadopsi Kerangka Sendai Tidak (tetapi komitmen Pemerintah Daerah untuk mengadopsi Kerangka Sendai kedepan) Belum tercermin Dalam RPJMD Kota Kendari 2. Jumlah kematian karena peristiwa ancaman bahaya per penduduk 3. Jumlah orang yang terdampak olehancaman bahaya per penduduk 4. Kerugian ekonomi langsung karena peristiwaperistiwa Bahaya 5. Kerusakan pada infrastruktur penting karena peristiwa ancaman bahaya 6. Jumlah orang yang tercakup oleh sistem peringatan dini multi-bahaya bencana per penduduk 2 Jiwa BPBD Kota Kendari tahun BPBD Kota Kendari tahun 2013 Rp Belum ada data Sumber: Hasil Lokakarya I Ketangguhan Kota Kendari, 2017 Perhitungan kerugian dan kerusakan infrastuktur akibat bencana (JTU PASNA) akibat banjir tahun 2013 sebesar Rp BPBD Kota Kendari Secara umum Kerangka Sendai belum diadopsi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kendari Meskipun demikian, hasil pertemuan dengan tim POKJA APIK Sulawesi Tenggara, Pemerintah Kota Kendari berkomitmen untuk mengadopsi Kerangka Sendai dalam perumusan RPJMD HASIL ANALISIS PENILAIN KOTA TANGGUH (10 LANGKAH MENDASAR) Kapasitas Organisasi dan Koordinasi Visi Pemerintah Kota Kendari saat ini adalah Menuju Kota Kendari Tahun 2017 sebagai Kota bersih dan hijau yang berakhlak, maju, demokratis, dan sejahtera. Penjelasan visi tersebut adalah: (1) bersih adalah terwujudnya suatu kota yang kehidupan masyarakatnya memiliki lingkungan bersih dan nyaman sebagai tempat hunian; (2) hijau adalah menjadikan Kota Kendari sebagai kota dalam taman yang memiliki nuansa hijau dengan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sehingga dapat meningkatkan kualitas udara, air dan tanah yang dapat menjadikan lingkungan asri dan sehat; (3) berakhlak adalah mendukung penciptaan suasana kehidupan masyarakat kota yang bertaqwa, aman, rukun, damai, dan harmonis serta mendorong pemberdayaan lembaga kemasyarakatan 51

62 untuk semakin berperan dalam pembangunan kota; (4) maju adalah harapan terhadap posisi Kota Kendari yang dapat berkembang pesat dengan pertumbuhan perekonomian kota yang berbasis pada ekonomi rakyat serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaksanaan investasi di daerah; (5) demokratis adalah terwujudnya masyarakat Kota Kendari yang demokratis, berbudaya, bermartabat dan menjunjung tinggi kebebasan yang bertanggung jawab serta hak asasi manusia; dan (6) sejahtera adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Kendari melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing, kekayaan sumberdaya alam, sumber daya manusia dan budaya (RPJMD, , BAB VI). Berdasarkan visi tersebut nampak bahwa visi tersebut belum didasarkan pada hasil analisis risiko iklim. Hal ini ditunjukkan dengan belum adanya pernyataan visi yang secara spesifik mencerminkan keinginan bersama untuk mewujudkan kota yang tangguh terhadap bencana. Sementara hasil analisis risiko iklim untuk wilayah Kota Kendari telah dibuat oleh tim Badan Nasional Pengurangan Bencana (BNPB) tahun 2013 yang tertuang dalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Tahun Disamping itu, program USAID APIK Kota Kendari yang berjalan sejak tahun 2016 sedang melakukan analisis kerentanan dan risiko iklim melalui serangkaian lokakarya yang melibatkan pemangku kepentingan. Saat Penilaian Kota Tangguh berlangsung, telah dilaksanakan tiga kali lokakarya yang melibatkan para pihak pada bulan Januari Maret 2017 yang bertempat di Hotel Same, Kota Kendari. Keluaran yang telah dihasilkan sampai dengan lokakarya ketiga adalah: (1) adanya peta ancaman dan kerentanan masing-masing bidang yang dikaji; (2) adanya hasil kajian dan sintesa risiko iklim masing-masing bidang; dan (3) adanya rekomendasi pilihan dan alternatif API untuk masing-masing bidang yang dikaji. Hasil Penilaian Kapasitas Organisasi dan Koordinasi pemangku kepentingan ketangguhan Kota Kendari disajikan dalam gambar 16 berikut: 52

63 Gambar 16: Hasil Penilaian Kapasitas Organisasi dan Koordinasi Pemangku Kepentingan Kota Kendari Sumber: Hasil Lokakarya II, Mei 2017 Pertemuan tim program USAID APIK dengan Pemerintah Kota Kendari (Sekretaris Daerah dan Ketua DPRD) di Ruang Kerja Sekretaris Daerah pada Bulan Maret 2017 menghasilkan kesepakatan bahwa hasil analisis risiko dan kerentanan serta Penilaian Kota Tangguh akan dintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) (dokumen pertemuan tim USAID APIK dan jajaran Pemerintah Kota Kendari). Partisipasi para pemangku kepentingan, baik dalam kegiatan analisis risiko dan kerentanan perubahan iklim maupun dalam kegiatan-kegiatan pra dan tanggap bencana sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari dokumen-dokumen perencanaan dan laporan implementasi tanggap bencana yang dikeluarkan oleh BPBD Kota Kendari. Meskipun demikian, pada aspek tanggap bencana, pelibatan para pemangku kepentingan masih bersifat insidentil (ketika terjadi bencana) dan belum terencana dengan baik. Hal ini tercermin dari belum adanya dokumen Standard Operational Procedure (SOP) Tanggap Bencana (dokumen pra dan tanggap Bencana BPBD Kota Kendari) Dalam hal partisipasi para pemangku kepentingan dalam merumuskan Rencana Strategis Kota dalam aspek kebencanaan sudah mencapai 60 80% para pemangku kepentingan ikut berpartispasi. Pemerintah Kota Kendari telah membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) melalui Surat Keputusan Walikota Kendari 53

64 Nomor 653 tahun Meskipun demikian, layanan-layanan yang terkait dengan kondisi darurat kota belum terlibat secara efektif dalam perencanaan dan pelaksanaan tanggap bencana. Hal ini disebabkan oleh minimnya sumber daya manusia (SDM) serta sarana dan prasarana kedaruratan. RPJMD Kota Kendari direvisi 5 tahun sekali, dan RPJMD yang digunakan saat ini adalah RPJMD Di dalam dokumen RPJMD tersebut, sebagaimana dijelaskan di atas, belum mengintegrasikan hasil-hasil analisis risiko iklim ke dalam visi pembangunan daerah. Meskipun demikian, secara implisit, upaya-upaya perencanaan pembangunan dalam hal mengurangi risiko bencana dan meningkatkan adaptasi perubahan iklim telah dinyatakan dalam misi dan programprogram pembangunan. Salah satu misi pembangunan Kota Kendari yang tertuang dalam dokumen RPJMD Kota Kendari adalah misi lingkungan yaitu dengan mempertahankan Kota Kendari tetap bersih, optimalisasi program Bougenville City, serta perwujudan Green City. Misi ini diikuti dengan programprogram pembangunan misalnya program pembangunan RTH, hutan kota, dan program pembangunan taman kota. RTH dan hutan kota memiliki peran yang besar dalam mengurangi gas-gas rumah kaca, meningkatkan ketersediaan oksigen, meningkatkan infilterasi dan mengurangi aliran permukaan, menurunkan erosi dan sedimentasi serta mengurangi risiko banjir (RPJMD; Misi Pembangunan Kota Kendari, BAB VI). Pemerintah Kota Kendari telah memiliki kewenangan untuk mengkoordinasikan aktivitas PRB setempat, mengambil keputusan dalam keadaan darurat dan melakukan tindakan mitigasi ancaman bahaya, dengan membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari. BPBD adalah lembaga utama yang melaksakan fungsi-fungsi penanggulangan bencana, baik pada tingkatan pra, pelaksanaan dan pascabencana. Tugas-tugas penanggulangan bencana dilaksanakan melalui koordinasi dan konsultasi dengan pemangku kepentingan terkait. Pembentukan BPBD Kota Kendari tertuang dalam peraturan daerah Kota Kendari Nomor 4 tahun 2011 tentang pembentukan organisasi dan tata laksana BPBD. Meskipun demikian, koordinasi penanggulangan bencana belum dilakukan secara optimal. Upaya-upaya koordinasi aktivitas-aktivitas penanggulangan bencana, baik dalam koordinasi kewenangan maupun sumber daya baru dilaksanakan pada saat tanggap bencana dan setelah kejadian bencana saja. Pemerintah Kota Kendari saat ini tengah dalam proses untuk membahas koordinasi semua fungsi-fungsi dan aktivitas-aktivitas para pihak sebelum bencana terjadi melalui pertemuan-pertemuan reguler yang diselenggarakan oleh POKJA API-PRB yang beranggotakan berbagai pemangku kepentingan terkait penanggulangan bencana. Pembentukan POKJA API-PRB tertuang dalam Surat Keputusan Walikota Kendari Nomor 999 tahun Koordinasi aktivitas-aktivitas tanggap bencana dirasakan belum memadai. Hal ini disebabkan belum adanya identfikasi peran dan akuntabilitas yang jelas antara pemangku kepentingan terkait di Kota Kendari. Hal ini dapat dilihat pada penanganan bahaya bencana banjir pada tahun 2013, penanganan tanggap bencana tidak terkoordinasi dengan baik. Masing-masing pihak melakukan tindakan sendiri dalam hal melakukan penanganan bencana dan penyaluran bantuan pasca bencana. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kota 54

65 Kendari saat ini sedang membahas untuk memulai proses koordinasi semua aktivitas pascatanggap bencana melalui rangkaian pertemuan yang dilaksanakan POKJA API-PRB. Pertukaran informasi tentang risiko, bahaya dan ancaman dirasakan belum efektif. Belum adanya analisis risiko dan kerentanan iklim (sementara disusun oleh tim API- PRB), menjadi salah satu faktor tidak berjalannya mekanisme pertukaran informasi. Lembaga yang membagikan informasi tentang cuaca dan iklim adalah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dibagikan melalui media komunikasi yaitu WhatsApp group. Hal inipun masih terbatas dan belum dapat diakses oleh masyarakat. Informasi tentang perencanaan dan tanggap darurat bencana masih sangat terbatas dilakukan oleh BPBD Kota Kendari melalui penyampaian lisan di masjid-masjid. Karena dokumen analisis risiko sekarang belum disempurnakan, maka pengeluaran dan investasi pemerintah, swasta, dan masyarakat belum didasarkan pada analisis risiko iklim. Di dalam merencanakan pengeluaran dan investasi di bidang kebencanaan, Pemerintah Kota Kendari mempertimbangkan kapasitas fiskal dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Selain itu, pembangunan sarana dan prasarana di bidang kebencanaan dianggarkan pada dinas-dinas terkait, misalnya pembangunan drainase dalam wilayah Kota Kendari untuk mencegah banjir dan genangan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Partisipasi pihak swasta dalam investasi dan pengeluaran di bidang kebencanaan sudah ada tapi belum maksimal, khususnya pihak PERTAMINA telah merencanakan untuk membangun Sekolah Tanggap Bencana di Kota Kendari dengan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dimilikinya. Tetapi, perencanaan ini belum terealisasi sampai saat ini. Belum didasarkannya investasi dan pengeluaran kota pada analisis risiko iklim berimplikasi pada belum adanya evaluasi secara menyeluruh terhadap manfaat atau dampak merugikan dari investasi-investasi dan inisiatif-inisiatif kota yang telah dilaksanakan di bidang kebencanaan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari kegiatan normalisasi Sungai Kadia yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, yang salah satu tujuannya adalah mengurangi bahaya banjir di Kota Kendari, tetapi tidak pernah dilakukan evaluasi terhadap seberapa besar risiko banjir dapat dikurangi akibat adanya kegiatan normalisasi sungai tersebut. Secara umum, kegiatan evaluasi manfaat dan dampak negative dilakukan secara ad hoc atau sesekali, khususnya ketika terjadi bencana. Sampai dengan pelaksanaan kegiatan penilaian ketangguhan Kota Kendari, belum ada norma-norma atau standar-standar untuk mengkaji ancaman bahaya secara konsisten. Oleh karena itu, di dalam POKJA API-PRB Kota Kendari telah disepakati untuk menindaklanjuti hasil analisis risiko yang dibuat dengan mendorong upaya-upaya untuk menghasilkan beberapa SOP yang terkait dengan kebencanaan, termasuk didalamnya SOP tentang analisis/ kajian ancaman bahaya kebencanaan secara regular dan konsisten. 55

66 Mengindentifikasi, memahami dan menggunakan scenario risiko saat ini dan masa mendatang Gambar 17: Mengindentifikasi, memahami dan menggunakan scenario risiko saat ini dan masa mendatang Sumber: Hasil Lokakarya II, Mei 2017 Kota Kendari menganggap penting untuk melakukan analisis teknis dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan tentang ancaman dan bahaya yang dihadapi saat ini serta di masa mendatang untuk mengidentifikasi keterpaparan dan kerentanan di seluruh kota. Kondisi saat ini, Kota Kendari belum dapat mengintegrasikan dalam kebijakan di berbagai institusi pemerintah karena belum adanya payung hukum berupa Peraturan Daerah yang memuat visi Kota Kendari dalam API PRB. Secara parsial, beberapa institusi teknis lingkup Kota Kendari sudah membangun kerangka kebijakan dalam kerangka API PRB. Kota Kendari sendiri secara spesifik belum memiliki kajian risiko namun beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) / Organisasi Perangkat Daerah (OPD ) secara parsial sudah melakukan pendekatan risiko dalam menyusun rencana kerja. Beberapa peta tematik menyangkut beberapa jenis ancaman (banjir dan tanah longsor, kebakaran dan pengembangan kawasan pesisir tangguh) telah dimiliki oleh beberapa SKPD/OPD lingkup Pemerintah Kota Kendari, yaitu: hasil kajian ancaman risikio bencana kebakaran, peta manajemen 56

67 wilayah kebakaran, peta pengembangan kawasan pesisir tangguh oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP). Prakiraan tentang kemungkinan ancaman sudah ada namun ada banyak kelemahan terkait dengan kapan dimutakhirkan, tingkat tinjauan, atau tingkat penerimaan. Kajian risiko kebencanaan Kota Kendari masih bersifat sektoral dan sudah dituangkan dalam Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Kota Kendari tahun Skenario keterpaparan dan kerentanan masih dilakukan di tingkat institusi teknis. Kajian risiko belum dilakukan untuk mengindentifikasi semua aset infrastruktur dan layanan penting hanya ada konsep secara umum di RPB. Skenario mitigasi, operasi darurat, rencana kontigensi belum disadur ke dalam Kajian Risiko Bencana. Dinas Pekerjaan Umum memiliki SOP penanganan banjir di daerah rawan banjir. Aset penting diidentifikasi namun rantai kegagalan tidak diidentifikasi. Dengan demikian triase atau strategi tidak dimungkinkan dan peremajaan menjadi prioritas namun kalaupun itu terjadi, peremajaan dilaksanakan oleh dinas-dinas kota secara terpisah. Secara parsial tiap instansi telah mempersiapkan skenario kegagalan. Namun belum terinternalisasi dalam kajian risiko. Kajian risiko untuk mengidentifikasi usaha bisnis dan lapangan kerja yang berisiko, penduduk yang berisiko mengungsi, rumah-rumah yang berisiko, lahan pertanian dan ekosistem yang berisiko, warisan budaya dari skenario ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi oleh Pemerintah Kota Kendari baru pada tahapan perencanaan, namun secara umum sudah tercantum dalam beberapa dokumen OPD seperti dalam Rencana Pembangunan Kawasan Pedesaan (RPKP) di Dinas Kelautan dan Perikanan. Ada rencana untuk memperbaharui pengkajian risiko dan untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan selama proses dan harusnya sudah dituangkan dalam Rencana Kerja (Renja) 2018 untuk masuk ke Rencana Strategi (Renstra) BPBD. Beberapa pemangku kepentingan telah berperan dalam pengkajian risiko mencapai % yang pelaksanaanya di pihak ketigakan dengan konsultan dari BNPB. Perubahan iklim telah menjadi pertimbangan dalam analisis risiko Kota Kendari. Kota mempunyai sejumlah data tentang perubahan iklim dan tentang bagaimana perubahan iklim bisa berdampak pada risiko yang dihadapi saat ini di masa mendatang. Sejumlah pertimbangan tentang perubahan iklim ini diambil dalam analisis risiko dan tindakan-tindakan selanjutnya, data historikal kejadian banjir dan tanah longsor sudah menjadi pertimbangan dalam analisis risiko bencana kota namun perubahan dan kecenderungan perubahan iklim belum ada. DKP telah memiliki program Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) yang salah satu fokusnya adalah Bina Siaga Bencana dan perubahan iklim. Kajian sebagian risiko telah dilakukan dalam 5 tahun terakhir seperti kajian drainase dan telah mengintegrasikan dengan zona banjir demikian juga dengan Balai Wilayah Sungai (BWS) pada tahun 2017 telah merencanakan pembangunan drainase rawan banjir. Kajian PRB telah dibuat dalam 5 tahun 57

68 terakhir yang salah satu bentuknya adalah peta rawan bencana. Hasil kajian ini sudah diakses % OPD Kota Kendari. Akses masyarakat Kota Kendari terhadap informasi kesiapsiagaan keadaan darurat yang disediakan oleh instansi yang berwenang masih sangat rendah. Informasi yang ada yakni peringatan dini melalui Facebook telah diakses oleh 217 orang yang didapat dari Informasi Komunitas Orari dengan Jumlah Anggota 314 orang. Secara khusus yang mengakses informasi tentang kesiapsiagaan belum ada pengukuran/ kuisionernya tentang kesiapsiagaan Kapasitas Keuangan untuk Mewujudkan Ketangguhan (LM 3) Dalam memastikan pendanaan untuk kegiatan PRB, Pemerintah Kota Kendari telah mengalokasikan dana APBD dalam bentuk dana kontingensi yang ada di Sekretariat Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), dana peningkatan infrastruktur kebencanaan yang berada pada dinas-dinas terkait serta dana untuk pelaksanaan program kegiatan kebencanaan yang berada di BPBD Kota Kendari. Sementara eksplorasi dana-dana pihak ketiga sedang dalam penjajakan, misalnya dengan pihak PERTAMINA untuk mewujudkan Kelurahan Kampung Salo sebagai salah satu kelurahan tangguh di Kota Kendari (rancangan proposal kerjasama dengan PERTAMINA). Oleh karena itu, untuk memayungi kerjasama dengan pihak ketiga telah dibuat Paraturan Daerah tentang Sumbangan Pihak Ketiga dan Peraturan Daerah tentang CSR. Hasil Penilaian Ketangguhan Kota Kendari dalam aspek kapasitas keuangan untuk mewujudkan ketangguhan disajikan pada gambar 18. Gambar 18: Langkah Mendasar 3 58

69 Sumber: Hasil Lokakarya II, Mei 2017 Meskipun demikian, perencanaan keuangan yang dibutuhkan untuk aksi dan program untuk mewujudkan ketangguhan dianggap belum memadai. BPBD sebagai instansi utama yang memiliki kewenangan dalam penanggulangan bencana menerima proporsi dana yang sangat kecil yang bersumber dari APBD, dibandingkan dengan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh instansi ini dalam melakukan rangkaian kegiatan penanggulangan bencana. Dalam konteks ini, BPBD hanya mengusulkan anggaran sesuai dengan kebutuhan dengan kuota yang telah ditetapkan. Untuk pelaksanaan aksi dan program pada saat bencana terjadi, BPBD melakukan koordinasi dengan dinas-dinas terkait (Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, TNI, Polri, dll). Selain itu, BPBD juga menyusun rencana anggaran untuk diusulkan kepada pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP). Pada tahun 2016, BPBD Kota Kendari menerima dana untuk rehabilitasi dan rekonstruksi yang bersumber dari dana APBD. Untuk perencanaan anggaran kerjasama dengan pihak-pihak eksternal, BPBD sementara menjajaki peluang kerjasama dengan memanfaatkan dana-dana CSR dan sumbangan pihak ketiga untuk kegiatan penanggulangan bencana. Setiap tahun Pemerintah Kota Kendari melakukan kajian aset-aset ekonomi. Kajian aset-aset ekonomi Kota Kendari dimaksudkan untuk mengetahui ketersediaan dan jumlah aset serta kondisi aset pada tahun berjalan. Meskipun demikian, kajian aset-aset ekonomi perkotaan tersebut belum dikaitkan dengan aspek kebencanaan, misalnya kerusakan aset ekonomi kota sebagai dampak dari bencana yang terjadi. Kajian aset ekonomi yang terkait dengan kebencanaan diperlukan untuk menjadi landasan perhitungan kerugian ekonomi akibat bencana yang terjadi serta penyusunan anggaran rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahun-tahun yang akan datang. Sampai dengan pelaksanaan Penilaian Kota Tangguh dilaksanakan, Pemerintah Kota Kendari belum menyediakan dana-dana yang spesifik digunakan untuk aktivitas-aktivitas adaptasi perubahan iklim dan riset tentang perubahan iklim. Meskipun demikian, Pemerintah Kota Kendari saat ini berkomitmen untuk menyediakan dana untuk kegiatan-kegiatan adaptasi perubahan iklim dan riset tentang perubahan iklim. Pemerintah Kota Kendari telah menyediakan dana kontingensi yang akan digunakan pada saat bencana terjadi. Dana kontingensi digunakan untuk operasional penanganan bencana dan pemulihan pascabencana dan dana tersebut hanya dapat digunakan melalui rekomendasi Walikota. Meskipun demikian, berdasarkan pengalaman kejadian bencana banjir bandang pada tahun 2013, dana kontigensi yang tersedia belum memadai untuk kegiatan penanganan dan pemulihan pascabencana (Dokumen BPKAD Kota Kendari). Sampai saat ini, Pemerintah Kota Kendari belum menyediakan dana khusus untuk kerja-kerja teknis dan kegiatan-kegiatan lainnya yang mempertimbangkan skenario dan aset penting kota yang telah diidentifikasi. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa inventarisasi aset ekonomi kota belum dikaitkan dengan upayaupaya pemulihan aset pascabencana. Implikasi dari hal tersebut adalah belum 59

70 adanya kerja-kerja teknis dan kegiatan-kegiatan lainnya yang khusus direncanakan dengan mempertimbangkan skenario dan asset penting yang telah diidentifikasi. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa Pemerintah Kota Kendari telah menyediakan dana kontingensi dimana salah satu alokasi penggunaan dana tersebut adalah memberikan dukungan dana untuk rehabilitasi rumah korban bencana. Berdasarkan penanganan pasca bencana banjir bandang pada tahun 2013, belum seluruhnya masyarakat korban bencana banjir dapat dijangkau dengan dukungan dana kontingensi (Dokumen penggunaan dana untuk pembangunan rumah dari dana kontingensi BPKAD). Disamping itu, belum ada masyarakat korban bencana memiliki dana pertanggungan rumah. Dana operasional yang spesifik untuk memenuhi semua biaya operasional untuk aktivitas-aktivitas ketangguhan bencana belum ada. Meskipun demikian, ada dana-dana operasional rutin di BPBD untuk peningkatan kapasitas SDM penanggulangan bencana, tetapi belum mempertimbangkan scenario bencana yang jumlahnya belum memadai. (Dokumen penggunaan anggaran BPBD dan BPKAD). Pemerintah Kota Kendari telah menyediakan dana/ insentif untuk usaha bisnis bagi masyarakat korban bencana melalui Badan Layanan Umum Daerah, tetapi belum spesifik ditujukan untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bencana. Sementara dana / insentif bagi organisasi-organisasi nirlaba yang khusus untuk kegiatan bertujuan meningkatkan ketangguhan bencana belum tersedia. Ada dana-dana yang diperuntukkan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat bantuan sosial, tetapi tidak spesifik untuk meningkatkan ketangguhan terhadap bencana. Pencairan dana-dana bantuan sosial tersebut memerlukan proposal yang harus disusun oleh organisasi-organisasi nirlaba tersebut (BPKAD, penggunaan dana untuk bantuan sosial). 60

71 Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Tangguh Gambar 19: Mengupayakan Pembangunan dan Rancangan Kota Tangguh Sumber: Hasil Lokakarya II, Mei 2017 Mengkaji kerentanan lingkungan terbangun untuk mengidentifikasi peluangpeluang untuk perbaikan, mencakup perencanaan, perancangan, pembangunan infrastruktur dan ruang perkotaan yang baru, perbaikan infrastruktur yang ada dan ruang-ruang perkotaan, serta memperbaiki tingkatan lingkungan regulatori. Informasi tentang risiko yang menyebabkan kerentanan kota oleh para pihak dianggap penting untuk masuk dalam perencanaan dan di beberapa institusi teknis memasukan dalam program kegiatan sehingga kegitan masih bersifat parsial di OPD masing-masing. Salah satu bentuk pelaksanaan berada pada institusi teknis Dinas Pekerjaan Umum yang mengembangkan aturan dan standar bangunan dalam mengantisipasi ancaman ancaman bahaya banjir dan dampak perubahan iklim melalui pengawasan rutin dan penegakan aturan dalam mendirikan bangunan. Rangkaian data berbasis risiko telah digunakan sebagai landasan dalam perencanaan. Ada data Peta Mitigasi Bencana ( ) dan Zonasi telah di 61

72 pakai dalam perencanaan kegiatan di Kota Kendari. Data daerah rawan banjir telah dimutahirkan tahun 2017 yang dilakukan oleh Universitas Muhammadyah Kendari. Dalam dokumen PKPT DKP telah menggunakan data tersebut dalam kegiatannya. Laporan tahunan pengembangan kawasan pesisir tangguh tahun 2016 dijelaskan 65,1% penduduk yang dapat mengakses layanan listrik resmi dan 39,41 % mendapat pelayanan air bersih dari rumah tangga. Persentase penduduk kota yang mendapatkan pelayanan air minum 20 39% baik dari jaringan pipa PDAM, air sumur dan sumber lainnya. Data layanan sanitasi Kota Kendari tahun 2015 menujukan masyarakat yang dapat layanan akses dengan layak 20,28%, sedangkan dari sumber data buku putih sanitasi kota dan strategi sanitasi (air limbah) tahun 2015 akses layak sebesar 20, 28% akses dasar 73,58%, Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 3,25% sanitasi (persampahan) 76%, akses sanitasi drainase layak 25%. Penduduk Kota Kendari yang tinggal di kawsan kumuh masih sangat besar di atas 60% dengan luas kawasan kumuh di Kota kendari 497,27 Ha. Praktik perencanaan inovatif dalam meningkatkan ketangguhan melalui pengembangan taman kota, konservasi mangrove, Kebun Raya Kendari Nangananga, serta Hutan Kota Baruga. Alokasi pendanaan untuk pengelolaan sampah sebesar 20 39% dari total 500 miliar rupiah untuk anggaran kegiatan kota. Prioritas intervensi di dalam perencanaan kota yang sudah mendapat alokasi dan jaminan pendanaan dari pemerintah Kota Kendari 1 19% jika dilihat dari jumlah APBD Kota sebesar 1,3 Triliun rupiah. 800 miliar rupiah untuk belanja pegawai. Belanja drainase dan pengolahan Sampah yang telah mendapat alokasi dan jaminan pendanaan. Keterlibatan para pemangku kepantingan dalam perencanaan kota terutama dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrembang) mulai dari tingkat kelurahan. Sudah ada aturan dalam mendirikan bangunan namun belum berdasarkan standar dari analisa risiko keamanan dalam skenario ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi. Pengawasan supervisi konstruksi belum dilakukan namun Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah memiliki Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) lingkungan hidup. Aturan mendirikan bangunan khusus lingkup Pemerintah Kota Kendari telah diterapkan dan sudah ada pengawasan dari Dinas Tata Ruang. Pelaksanaan sudah mencapai % pada struktur yang semestinya. 62

73 Melindugi Penyangga Alami untuk Menigkatkan Fungsi Perlindungan oleh Ekosistem. Gambar 20: Melindugi Penyangga Alami untuk Menigkatkan Fungsi Perlindungan oleh Ekosistem Sumber: Hasil Lokakarya II, Mei 2017 Mengidentifikasi perlindungan alami dan memantau ekosistem alam yang berperan membangun ketangguhan, termasuk air dan lahan basah, tanah dan vegetasi, polinasi dan keragaman hayati, dan bisa masuk dalam ekosistem di luar geografi kota. Visi Terwujudnya Kota Kendari tahun 2017 sebagai Kota Bersih dan Hijau yang Berakhlak, Maju, Demokratis dan Sejahtera yang dikembangkan ke dalam strategi menjadikan Kota Kendari sebagai kota dalam taman yang memiliki nuansa hijau dangan adanya RTH sehingga dapat meningkatkan kualitas udara, air, dan tanah yang dapat menjadikan lingkungan asri dan sehat. Solusi yang dikembangkan Pemerintah Kota Kendari dalam mengatasi risiko lingkungan dengan menyiapkan RTH yang diperkuat dengan Peraturan Daerah RTH Nomor 10 tahun 2011, Peraturan Daerah Kebun Raya, serta Peraturan 63

74 Daerah Hutan Kota yang bertujuan melindungi, dan memantau ekosistem alam yang berperan membangun ketangguhan, termasuk air dan lahan basah, tanah dan vegetasi, polinasi dan keragaman hayati, dan bisa termasuk ekosistem diluar geografi kota. RTH yang dipersiapkan yakni 22,21% dari luas kota daratan 267,37Km 2. Jumlah penduduk orang, kawasan hijau dalam hektar 5.882Ha ( ) Secara umum Pemerintah Kota Kendari telah menyiapkan penyangga alami sebagai bagian dari strategi mewujudkan visi kota, tetapi membutuhkan kajian apakah sistem layanan ini dapat menjadikan Kota Kendari menjadi tangguh terhadap bencana dan membutuhkan starategi untuk mengintegrasikan dalam berbagai aspek seperti efisiensi energi. Saat ini belum ada mekanisme pemantauan yang dibangun sehingga kondisi dari penyangga alami ini belum dapat berfungsi dengan baik. Intesitas banjir telah berkurang namun tidak signifikan dibanding tahun sebelumnya jika dikaitkan dengan adanya layanan perlindungan ekosistem dan infrastruktur hijau. Pemerintah Kota Kendari telah mengembangkan program khusus untuk melestarikan dan memulihkan lahan untuk mendukung keanekaragaman hayati dan ekositem penting melalui pengembangan areal konservasi mangrove, revitalisasi di sekitar Teluk Kendari serta pengembangan Hutan Raya Nangananga. Peristiwa gangguan menurun seiring menurunnya kejadian banjir (tidak ada laporan secara resmi karena penutupan jalan yang sering terjadi hanya bersifat otomatis di karenakan jalan tidak bisa dilalui namun setelah air surut jalan terbuka kembali). Ekosistem penting yang berada di luar batas adminstrasi kota yang dinilai berperan dalam meningkatkan ketangguhhan kota adalah Tahura Nipanipa yang berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan kawasan Hutan Nangananga yang berbatasan dengan Kabupaten Konawe Selatan Memperkuat Kapasitas Kelembagaan Untuk Ketangguhan Tujuan dari LM6 adalah untuk mengidentifikasi dan memahami keterhubungan sosial dan budaya gotong royong misalnya melalui inisiatif masyarakat dan pemerintah, dan saluran komunikasi media massa. Pemangku kepentingan yang terkait adalah pemerintah pusat, pemerintah kota, dan dinas-dinas setempat terkait misalnya penanggulangan bencana dan pendidikan, serta aktor-aktor lain yang mempunyai peran utama dalam ketangguhan kota seperti LSM, masyarakat sipil, ekosistem infrastruktur seperti sektor swasta maupun lembaga masyarakat sipil. 64

75 Gambar 21: Grafik Langkah Mendasar 6 Sumber: Hasil Lokakarya II, Maret 2017 Berdasarkan grafik di atas, berikut penjelasannya: kebutuhan karyawan dianggap sudah baik. Hal ini dibuktikan dengan dengan berbagai kegiatan untuk peningkatan kapasitas karyawan dan perorangan yang bekerja di berbagai instansi serta kelompok masyarakat. Kegiatan berupa peningkatan kapasitas dalam penanggulangan bencana terkait dengan pertolongan pertama. Lembaga yang terlibat dalam proses pelatihan adalah BPBD Kota Kendari, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BASARNAS), Taruna Siaga Bencana (TAGANA) serta Komando Distrik Militer (KODIM) BPBD Kota Kendari melakukan juga peningkatan kapasitas dikalangan masyarakat dengan melibatkan perwakilan warga dari 10 kecamatan di Kota Kendari. Selain itu TRC mengadakan peningkatan kapasitas di kalangan internal dan masyarakat. Untuk sistem dan proses pertukaran informasi Pemerintah Kota Kendari dengan kabupaten terdekat dianggap sudah berjalan dengan baik. Dibuktikan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Konawe Selatan dalam hal penanganan Sungai Wanggu. Beberapa kegiatan tingkat nasional sebagai tempat untuk bertukar informasi dengan daerah lain berupa kegiatan bulan bakti PRB yang melibatkan kelompok PRB seluruh Indonesia. Untuk Dinas Kesehatan Kota Kendari melakukan pertukaran informasi dengan dalam kegiatan bulan sabit yang diadakan sekali setahun. Begitupun dengan Palang Merah Indonesia (PMI) 65

76 melakukan pertukaran informasi dalam kegiatan peningkatan kapasitas anggota dalam bentuk kegiatan PRA dan temu karya. Upaya untuk belajar di kota dan negara lain untuk meningkatkan ketangguhan Kota Kendari, dilakukan dalam bentuk kegiatan sertifikasi ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance (AHA). Kegiatan terlaksana atas kerjasama BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara dengan TATTS Mercy Corp. Proses belajar dengan negara lain diwujudkan Pemerintah Kota Kendari dengan melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota La Rochelle, Prancis untuk penanggulangan air bersih dan Sungai Wanggu. Hal-hal yang belum dianggap baik meliputi Legislasi Forum PRB. Langkahlangkah yang dianggap belum baik yakni evaluasi legislasi tentang PRB. Hal ini tidak berjalan dikarenakan Peraturan Daerah Penanggulangan Bencana Kota Kendari belum disahkan oleh DPRD Kota Kendari sampai sekarang. Forum PRB sudah terbentuk, tetapi belum ada regulasi yang mengikat seluruh pihak swasta, organisasi masyarakat sipil dan Pemerintah Kota Kendari. Sistem pelibatan yang tepat, yang memungkinkan warga untuk berpartisipasi dalam pengumpulan data dan untuk menerima dan memberikan informasi terkini sebelum dan setelah sebuah bencana, yang ada di masyarakat dan digunakan. Pemerintah Kota Kendari dalam tahap ini menggunakan sistem pelibatan, namun ada kesenjangan yang lebih besar terkait informasi yang tersedia dalam hal ini alur komunikasi warga ke pemerintah. Model yang mulai berjalan baru tahap melatih TRC untuk mendata dan menginformasikan ke masyarakat. Begitupun dengan PMI Kota Kendari menggunakan rapid assessment sendiri, format penilaian awal tanpa melibatkan warga secara langsung. Pelibatan sektor swasta dalam PRB belum dianggap baik, karena belum ada kesepakatan bersama. Menurut pihak Bank Sultra, Perjanjian pihak swasta dengan Pemerintah Kota Kendari untuk melakukan PRB belum sampai sekarang. Pihak Bank Sultra hanya menerima permintaan dana dari organisasi masyarakat sipil untuk melakukan kegiatan PRB. Karena itu, pihak swasta dalam hal ini, Bank Sultra hanya melakukan PRB untuk penyelamatan aset-aset jaminan. Dalam lingkup BPBD Kota Kendari dengan pihak swasta sudah memulai kerjasama dengan pihak swasta yaitu kerjasama BPBD Kendari dengan CV Alam Tehnik terkait sosialisasi peringatan dini. Pelibatan organisasi masyarakat sipil dalam kegiatan PRB dianggap belum berjalan dengan baik. Forum PRB yang telah dibentuk BPBD Kota Kendari belum bekerja maksimal sebagaimana mestinya. Hal ini dikarenakan anggaran yang tersedia untuk Forum PRB sangat minim. Begitupun dengan Kelompok TAGANA yang dibentuk Dinas Sosial Kota Kendari belum berjalan dengan baik, permasalahannya mirip dengan Forum PRB yakni minim anggaran. Keterampilan dan pengalaman dalam ketangguhan terhadap bencana (identifikasi risiko, mitigasi, perencanaan dan tanggap bencana) belum dimiliki semua instansi terkait di instansi Pemerintah Kota Kendari. Kegiatan yang berjalan yakni Pihak BPBD Kota Kendari bekerjasama dengan Dinas Pendidikan 66

77 mengadakan kegiatan pelatihan kesiapsiagaan dari tingkat SD sampai perguruan tinggi. Sedangkan SKPD lain belum mempunyai rencana strategis untuk PRB. Mekanisme pelaporan kegiatan kebencanaan belum bersifat inklusif yang melibatkan seluruh SKPD. Mekanisme pelaporan dan rencana untuk mengembangkan satu mekanisme pelaporan belum terjadi. SKPD berjalan secara sendiri-sendiri tanpa pelaporan inklusif. Begitupun dengan para pemangku kepentingan PRB Kota Kendari dalam melakukan aktivitas belum transparan dan akuntabel. Hanya sebagian data yang tersedia, itupun atas permintaan. Para pemangku kepentingan untuk PRB belum banyak berupaya untuk memberikan penjelasan tentang kegiatan masing-masing. Data tentang risiko sudah bisa diperoleh, dikelola dan dipertukarkan, dan data bisa diakses oleh lembaga-lembaga lain dan warga, namun tidak diperoleh dan dikelola melalui satu proses melibatkan semua pemangku kepentingan. Dan proses penyebaran informasi sudah cukup baik dalam hal ini, BPBD Kota Kendari menyebarluaskan informasi melalui media sosial dan media massa, BMKG melalui media Whatsapp dan SMS Gateway. Orari sebarluaskan informasi melalui media radio dan Bappeda termasuk melalui saluran media massa baik cetak dan elektronik Memahami dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat untuk Mewujudkan Ketangguhan Tujuan dari LM7 untuk mengindetifikasi dan memahami hubungan sosial dan budaya gotong royong misalnya melalui prakarsa-prakarsa masyarakat dan pemerintah dan berbagai saluran media komunikasi. Para pemangku kepentingan terkait adalah pemerintah pusat, pemerintah kota, dinas-dinas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, budaya, dan penanggulangan bencana. Rukun Warga (RW) dan kelompok masyarakat sipil. Aktor-aktor lain yang terlibat dalam prakarsa- prakarsa masyarakat, warisan budaya, dan komunikasi media 67

78 Gambar 22: Hasil Penilaian Memahami Dan Memperkuat Kemampuan Masyarakat Untuk Mewujudkan Ketangguhan Sumber: Hasil Lokakarya Maret 2017 Program bantuan layanan kesehatan dianggap sudah tersedia dan memadai sesui dengan kebutuhan penduduk Kota Kendari. Penduduk miskin Kota Kendari mencapai KK yang tersebar di 10 Kecamatan (survey baseline data P2KKP, 2015). Untuk jaminan kesehatan warga miskin berasal dari program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari pemerintah pusat, program Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Bangun Kesejahteraan Masyarakat (BAHTERAMAS) dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara,dan program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) dari Pemerintah Kota Kendari. Rumah sakit aman bencana dan Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) aman bencana belum terlaksana dengan baik. Karena sosialisasi belum ada dari pihak terkait. Selain itu, rumah sakit dan puskesmas belum menciptakan perencanaan kegiatan/ program berdasarkan 4 modul safety hospital (kajian keterpaparan ancaman, gedung/ bangunan aman, sarana prasarana aman dan kemampuan penyelenggaraaan penanggulangan bencana). Bantuan sosial kepada penduduk yang paling miskin, untuk meningkatkan kapasitas mereka dan mengurangi kerentanan mereka terhadap bencana sudah ada. Sedangkan program program bantuan sosial untuk penduduk yang rentan, dianggap tersedia untuk banyak penduduk namun kurang memadai. Contoh 68

79 kasus data rumah tidak layak huni berdasarkan data Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Kendari tahun 2017, sebanyak rumah. Sedangkan program Peningkatan Peranan Wanita menuju Keluarga Sehat Sejahtera (P2WKSS) hanya 40 rumah dalam setahun. Selain program bantuan perumahan, Kota Kendari mempunyai program Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Persaudaraan Madani, dan Badan Amil Zakat serta Bedah Rumah untuk penduduk yang paling miskin. Untuk bidang pendidikan, berdasarkan indek pendidikan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kendari, tingkat literasi penduduk warga Kota Kendari masih berada diantara 30<55. Program beasiswa sudah ada dari pihak Pemerintah Kota Kendari, tetapi siswa mengalami pungutan bayaran dari pihak sekolah. Dana 20% dari APBD pendidikan kebanyakan digunakan untuk peningkatan fasilitas sekoloah dan peningkatan kualitas guru sehingga untuk siswa miskin tidak terpenuhi dengan baik. Hubungan sosial antara masyarakat dianggap sudah baik dan tinggi di Kota Kendari. Penduduk Kota Kendari terdiri dari Suku Tolaki sebanyak 31%, Suku Bugis 25%, Suku Muna 21%, Suku Buton 7%, dan yang lainnya dianggap minoritas. Hubungan sosial masyarakat dalam dilihat dari tingkat pastisipasi warga dalam perkumpulan yang dianggap sudah plural. Organisasi keagaamaan dan kedaerahan cukup tinggi seperti Majelis Taqlim, Kerukunan Masyarakat Muna, Paguyuban Tolaki, dan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan. Partisipasi akar rumput dalam membangun ketangguhan terhadap masih berkisar antara 25 50% dari RW yang tercakup. Partisipasi akar rumput dalam kegiatan kebencanaan terwujud dalam bentuk kegiatan yang diadakan Dinas Sosial Kota Kendari berupa program kampung siaga bencana di Kelurahan Lalolara. BPBD Kota Kendari melaksanakan kegiatan Kelurahan Tangguh di Kelurahan Lepo- Lepo dan Kampung Salo, Kecamatan Kendari Barat. Untuk kegiatan PRB dari organisasi masyarakat cukup banyak namun belum terintegrasi dengan baik. Beberapa organisasi yang melakukan kegiatan PRB di akar rumput yakni komunitas relawan Kelurahan Benua-Benua, Retropolis Komunitas Motor, Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Relawan Indonesia RELI Hisbut Tahrir, Forum komunikasi umat beragama, Forum Pembauran Kebangsaaan (FPK), dan Gerakan Rakyat Miskin Kota Kendari. Kelemahan organisasi akar rumput tidak didukung dengan pelatihan dan identifikasi serta koordinasi yang jelas. Untuk Kota Kendari masih dalam tahap 25 50% RW, sejumlah peran ditetapkan, namun koordinasi yang sangat lemah sehingga dalam kegiatan pelatihan tidak lengkap. Pengelolaan warisan budaya berbasis PRB belum terjadi dengan baik di Kota Kendari. Berdasarkan identifikasi dari Dinas Pariwisata Kota Kendari, terdapat beberapa warisan budaya meliputi Kuburan Raja Sao-Sao, Rumah Jabatatn (Rujab) Ketua DPRD, Kota Lama, Gereja Sumber Kasih, Gedung Akademik, Teknik Kendari, Rujab Tentara Komandan Belanda, Rumah Kontroler Belanda, Benteng Meriam Purirano, Mesjid Raya Lama, Penjara Lama, Bungker Jepang dan 9 buah pilbox. Langkah yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata masih berupa identifikasi warisan budaya. Dinas Pariwisata Kota Kendari sedang 69

80 mempertimbangkan untuk memulai satu proses untuk mengidentifikasi situs warisan budaya, struktur, artefak dan asset yang rawan risiko. Mungkin perlu bermitra dengan pihak ketiga untuk membantu mengembangkan dan melaksanakan satu proses pengelolaan risiko bencana yang terkait. Kampanye pendidikan dengan penyampaian pesan terstruktur, saluran komunikasi, dan penyampaian informasi kepada masyarakat. Sosialisasi melalui (1) BPBD Kota Kendari melalui media cetak dan eletronik, whatsapp dan facebook; (2) BPBD Kota Kendari mengadakan pelatihan dan simulasi, mapping jalur evakuasi: Benua-Benua, Sungai Wanggu, Lorong Lasolo, Kampung Salo, (3) pemasangan papan informasi di Lalolara; (4) melalui pamflet di Mata; (5) RAPI dan ORARI Informasi lewat radio; (6) BMKG Informasi lewat whatsapp; (7) papan infomasi tentang bahaya bencana di Fajar merantau, Lorong Lasolo, Kampung Salo.; (8) infomasi melalui toa masjid; (9) informasi melalui kentongan atau tiang listrik; (9) PMI mengajar praktik pemetaan, tata cara evakuasi. Untuk menciptakan sekolah dan madrasah aman bencana, kondisi Kota Kendari masih berada dalam level % khusus wilayah rawan bencana. Sosialisasi kepada sekolah/ madrasah ditingkat pendidikan dasar (SD) hingga menengah (SMP) di kawasan rawan bencana tentang hasil/ manfaat/ tujuan dari kegiatan/ program Sekolah dan Madrasah Aman Bencana (SMAB) terlaksana di SD 10 Kendari Barat, SMA Negeri 2 Kendari dan SMA Negeri 6 Kendari dan SMA negeri 1 Kendari yang dilakukan oleh PMI. Namun, program sekolah dan madrasah aman yang fokus pada 3 pilar belum dilakukan secara komprehensif. Sedangkan persentase sekolah yang mempunyai jalur evakuasi kebakaran dan gladi evakuasi masih sangat minim. PRB sektor swasta untuk mendorong kelangsungan bisnis, para pemberi kerja belum bertindak sebagai saluran pegawainya. Untuk Kota Kendari hanya 10% pemberi kerja ambil bagian dalam penyampaian komunikasi dan 1% ambil bagian dalam pelatihan ketangguhan. Pelatihan PRB di sektor swasta terjadi: pertama, pemadam kebakaran Kota Kendari kerjasama dengan Hotel Clarion untuk melatih karyawan hotel mengantisipasi kebakaran. Kedua, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Kota Kendari melakukan pelatihan Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) untuk seluruh karyawan. Ketiga, BPBD sosialisasi peringatan dini bencana di CV Alam Tehnik. Melihat dari kegiatan PRB yang dilakukan pihak swasta masih sangat minim. Keterlibatan sektor swasta dalam PRB perlu didorong agar mempunyai rencana kelangsungan usaha yang kuat dan berjalan dengan baik ke depan Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur Memahami bagaimana kota menyiapkan infrastruktur yang penting untuk mendukung penyediaan layanan merespons bencana dan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kinerja mereka. 70

81 Gambar 23 Meningkatkan Ketangguhan Infrastruktur Sumber: Hasil Lokakarya Maret 2017 Kota Kendari belum memiliki forum multi instansi yang melakukan kajian masalah masalah infrastruktur dan ketangguhan, issu adaptasi perubahan iklim dan permasalahan kebencanaan dibahas dalam forum SKPD yang membahas seluruh persoalan di tingkat Kota Kendari. Perencanaan yang memperhitungkan risiko bencana pada bidang air dan sanitasi, listrik dan energi, layanan kesehatan, komunikasi termasuk sistem teknologi serta sektor transportasi sudah dilakukan dimasing masing OPD dan institusi pelaksana hanya perlu dilakukan kajian keterkaitan antar rencana kontigensi dengan langkah lanjutan dan integrasi dari semua sektortersebut. Dana pemeliharaan dan perbaikan masih kekurangan terutama dari PDAM dan perbaikan jalan dari sektor transportasi namun telah ada perencanaan penambahan yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Peningkatan kapasitas dan layanan perbaikan infrastruktur bersumber dari pusat. Kota Kendari belum merancang infrastruktur pelindung. Infrastruktur pelindung belum dirancang dengan baik dan belum dibangun dengan baik berdasarkan 71

82 pada informasi risiko. Untuk kondisi tertentu sudah dapat mengatasi ancaman pada beberapa bagian namun masih terdapat banyak kelemahan pada skenario ancaman yang lebih parah karena infrastruktur yang dibangaun belum berdasarkan kajian analisa risiko. Pemeriksaan rutin infrastruktur pelindung belum dilakukan inspeksi hanya berdasarkan laporan masyrakat. Peta infrastruktur penting sudah dilakukan namun terbatas pada beberpa bagian saja (bersifat tematik) namun hanya sebagian kecil mempertimbangkan risikorisiko tersebut. Dalam pengadaan infrastuktur atau bangunan milik pemerintah terkadang pertimbangannya adalah anggaran. Untuk itu, terkadang bangunan berada di daerah yang tidak semestinya penempatan fasilitas umum dan strategis seperti rumah sakit dan sekolah belum berdasarkan hasil kajian kawasan berisiko walaupun fasilitas rumah sakit yang terdampak 0 29% demikian juga dengan sekolah hanya 0 29% dari seluruh fasilitas rumah sakit dan sekolah yang ada di Kota Kendari. Master plan drainase Kota Kendari telah dibuat dengan mempertimbangkan perubahan iklim namun bukan dari hasil kajian dan telah mencakup 50 25% kawasan Kota Kendari Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana Meski telah memiliki pengalaman dalam penanganan bencana banjir dalam skala besar pada tahun 2013, namun hingga saat ini Pemerintah Kota Kendari belum memiliki pusat operasi keadaan darurat yang dapat memungkinkan semua instansi dapat berpartisipasi dan menggerakkan secara otomatis prosedur operasional baku yang khusus disusun untuk menghadapi skenario ancaman bahaya yang paling mungkin terjadi dan atau paling parah. Hal ini disebabkan belum adanya perangkat Pusat Pengendalian Operasional (PUSDALOP) yang didukung Surat Keputusan Walikota untuk dapat dijadikan sebagai pedoman. Berdasarkan pengalaman bencana banjir bandang pada tahun 2013, pusat kendali bencana berada pada Sekretaris Daerah Kota Kendari sebagai Kepala BPBD Kota Kendari (ex-officio). Pemerintah Kota Kendari mempunyai kapasitas yang sangat terbatas pada penanggulangan bencana, khususnya untuk menghadapi lonjakan dalam surge capacity kondisi darurat untuk bisa mendukung tugas-tugas lembaga yang berwewenang pertama melakukan tanggap darurat. Implikasi belum adanya Surat Keputusan Walikota tentang PUSDALOP, maka BPBD sebagai instansi yang memiliki wewenang untuk melakukan tindakan pada saat kondisi darurat belum mendapat dukungan optimal dari dinas/ instansi terkait. Pada saat bencana terjadi, unit kesiapsiagaan memantau kondisi cuaca dari BMKG termasuk menunggu informasi dari masyarakat selama 24 jam. Jika ada informasi yang berpotensi menimbulkan bencana yang cukup menimbulkan ancaman, maka informasi kesiapsiagaan diteruskan ke unit kedaruratan. Jika situasi sudah dianggap genting maka TRC akan turun lapangan untuk melakukan kajian awal tentang skala bencana, jumlah orang terdampak dan titik rawan bencana. Laporan kajian awal akan disampaikan kepada pihak Kepala Pelaksana (KALAKSA) BPBD untuk kebutuhan melakukan rapat-rapat koordinasi dengan dinas/ instansi terkait, termasuk dengan pihak Kepala BPBD dan 72

83 walikota. Hasil kajian awal dan hasil rapat koordinasi akan menentukan penentuan darurat bencana oleh walikota. Hasil analisis kesiapsiagaan dan tanggap bencana dalam Penilaian Kota Tangguh disajikan pada gambar 24. Gambar 24 Hasil Penilaian Kesiapsiagaan dan Tanggap Bencana Sumber: Hasil Lokakarya Maret 2017 Berdasarkan pengalaman kejadian bencana banjir bandang tahun 2013, pada saat lonjakan kondisi darurat terjadi, BPBD mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan dan melakukan tindakan penanggulangan bencana. Hal ini disebabkan oleh minimnya sumber daya manusia dan peralatan. Di samping itu, pada saat puncak darurat terjadi, koordinasi dan operasi dinas/ instansi terkait belum optimal, dalam artian bahwa dinas/instansi terkait lainnya belum maksimal untuk melaksanakan operasi kedaruratan dan secara umum tindakan kedaruratan dilaksanakan oleh BPBD di lokasi bencana. Karena belum ada SOP tentang darurat bencana, maka BPBD hanya bekerja berdasarkan tupoksi internal. Distribusi bantuan dan tindakan kedaruratan selama ini hanya mengandalkan terbitnya Surat Keputusan Walikota Kendari tentang Distribusi Bantuan, SK Pernyataan Darurat dan Surat Keputusan Rehab Rekon (Dokumen 73

84 Surat Keputusan Walikota tentang Distribusi Bantuan, Surat Keputusan Pernyataan Darurat, Surat Keputusan Rehabilitasi dan Rekonstruksi). Pelaksanaan gladi kebencanaan pernah dilakukan tetapi tidak secara regular, misalnya pelaksanaan simulasi kesiapsiagaan penanganan bencana yang oleh BPBD dengan melibatkan semua unsur terkait (SAR, TNI, PMI, akademisi, dinas terkait dan masyarakat), pada bulan Desember 2016 di lapangan Benua-Benua dengan jumlah peserta sekitar 100 orang. Kegiatan serupa pernah dilaksanakan pada tahun 2014 di Kelurahan Kampung Salo dan Kelurahan Lepo-Lepo (Laporan Kegiatan Simulasi Kesiapsiagaan Penanganan Bencana Tahun 2014 dan 2016, BPBD Kota Kendari). Pemerintah Kota Kendari telah memiliki rencana tanggap darurat yang tertuang dalam dokumen Rencana Kontigensi Penanganan Banjir yang di bawah kendali BPBD Kota Kendari. (Dokumen Rencana Kontijensi Penanganan Banjir). Meskipun demikian, Rencana Kontingensi tersebut baru berupa Rencana Kontingensi Banjir, belum berdasarkan analisis risiko, serta belum melibatkan para pelaku tanggap bencana professional dan organisasi berbasis masyarakat. Rencana kontigensi banjir tersebut sampai dengan saat pelaksanaan Kota Tangguh belum dimutakhirkan. Rencana kontingensi tersebut juga belum pernah diujicobakan setelah dibuat. Jumlah pemadam kebakaran per penduduk yang diharapkan dapat terlibat dalam penanggulangan bencana sebanyak 12 uni tarmada pada tahun 2017, dengan jumlah personel sebanyak 212 orang. Namun dari jumlah 12 unti armada, hanya terdapat 3 unit dalam kondisi normal (bisa dinormalkan). Dengan jumlah 12 unit tersebut, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk/ , maka kapasitas tersebut memiliki rasio 61,40% (Data Kepegawaian Pemadam Kebakaran (DAMKAR) Kota Kendari, 2017). Sementara jumlah polisi yang masuk dalam wilayah kerja Kepolisian Resort (Polres) Kota Kendari pada tahun 2017 adalah 834 personel dan jumlah purnawirawan sebanyak 58. Total polisi aktif dan purnawirawan sebanyak 892 orang. Wilayah hukum Polres Kota Kendari termasuk untuk melayani pengamanan di Kabupaten Konawe Kepulauan (jumlah penduduk: sekitar jiwa), serta satu kecamatan di Kabupaten Konawe yaitu Kecamatan Lalonggasumeeto (jumlah penduduk 4.975) serta satu kecamatan di Kabupaten Konawe Selatan yaitu Kecamatan Ranomeeto (jumlah penduduk ). Sehingga jumlah total penduduk di wilayah hukum Polres Kota Kendari yaitu Berdasarkan jumlah tersebut, maka nilai analisis rasio jumlah polisi dan jumlah penduduk adalah 218. (Data personel Polres Kota Kendari tahun 2017). Pemerintah Kota Kendari dalam hal ini, instansi terkait belum memiliki analisis yang menyeluruh terkait kebutuhan akan perlengkapan dan pasokan serta ketersediaan perlengkapan jika terjadi bencana. Sehingga jika terjadi bencana, sejauh ini pihak terkait hanya mengandalkan sumbangan sukarela dari pihak ketiga. Termasuk kebutuhan tenaga medis dan relawan. Demikian juga didalam rencana kontigensi banjir yang dibuat oleh BPBD Kota Kendari juga belum melakukan perhitungan analisis prakiraan jumlah kebutuhan yang diperlukan. 74

85 Selama ini yang dilakukan terbatas pada upaya mengiventarisir aset dan sumber daya yang dimiliki oleh BPBD Kota Kendari. Namun hal tersebut juga belum didasarkan pada kajian analisis risiko bencana. Hal ini dapat dilihat pada dokumen rencana kontigensi BPBD Kota Kendari. Kota Kendari tidak memiliki cadangan pangan khusus untuk antisipasi terjadinya bencana. Cadangan pangan sangat bergantung dari provinsi (BNPB) dan bantuan masyarakat. Ada dana khusus pada Dinas Sosial untuk bantuan pangan non beras, namun jumlahnya belum memadai. Sementara cadangan pangan yang terdapat di Badan Urusan Logistik (Bulog) Kota Kendari hanya bisa diakses bila terjadi bencana. Itu pun hanya dapat disalurkan bila ada Surat Keputusan Walikota Kendari. Berdasarkan Laporan Penanganan Banjir tahun 2013 dan peta evakuasi, salah satu permasalahan dalam penanganan bencana di Kota Kendari adalah permasalahan hunian sementara. Pemerintah Kota Kendari terkendala dengan minimnya ketersediaan lahan guna peruntukkan hunian sementara bagi korban bencana. Berdasarkan pengalaman kejadian banjir tahun 2013 yang melanda 10 kecamatan (titik terparah di Kecamatan Baruga dan Kecamatan Kambu dengan kelurahan terparah yaitu Kelurahan Lepo-Lepo, Anawai, Pondambea, Lalolara, Kambu, Wundudopi). Ketika terjadi darurat bencana saat itu, Pemerintah Kota Kendari belum menyediakan hunian sementara namun hanya berupa tenda evakuasi pada titik evakuasi tertentu. Keberadaan titik evakuasi sementara perlu dievaluasi lebih jauh dengan mempertimbangkan berbagai aspek, misalnya aspek keamanan, kesehatan, dan kelengkapan sarana dan prasarana. Kota Kendari belum memiliki sistem peringatan dini yang baik. Sistem peringatan dini yang digunakan selama ini hanya mengandalkan peringatan manual misalnya informasi bahaya bencana melalui masjid atau alat tradisional lainnya seperti kentongan. Oleh karena sistem peringatan dini hanya mengandalkan sistem manual atau tradisional yang tidak terukur, maka selama ini belum ada evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui berapa besaran atau nilai proporsi penduduk yang bisa dijangkau oleh sistem peringatan dini tersebut. Sejauh ini Pemerintah Kota Kendari belum memiliki sumber daya yang cukup termasuk perangkat maupun SOP dan alokasi pembiayaan secara khusus untuk membangun sarana sistem peringatan dini Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali dengan Lebih Baik Tujuan untuk memastikan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi sejalan dengan perencanaan jangka panjang dan memberikan lingkungan kota yang lebih baik dan ketangguhan masyarakat terdampak yang meningkat. Pemangku kepentingan terkait adalah pemerintah pusat, pemerintah kota, dan dinas-dinas setempat yang terkait dengan pembangunan kota, keuangan, perencanaan, lingkungan, penanggulangan bencana dan dinas-dinas penyedia layanan-layanan penting dan layanan-layanan keadaan darurat. Aktor-aktor lain yang terlibat dalam perencanaan, perancangan, konstruksi, dan penyediaan layanan termasuk masyarakat sipil dan kelompok. 75

86 Gambar 25 Hasil Penilaian Mempercepat Pemulihan dan Membangun Kembali dengan Lebih Baik Sumber: Hasil Lokakarya II, Maret 2017 Kota Kendari sudah mempunyai rencana untuk pemulihan pascabencana dan memulai kembali ekonomi, namun masih ada sejumlah kekurangan. Pihak yang terlibat dalam proses pemulihan bencana yakni Dinas Sosial Kota Kendari berupa bantuan bahan rumah, logistik dan psiko sosial. Dinas Kesehatan Kota Kendari berupa bantuan tenaga medis dan obat-obatan. Dinas PU Kota Kendari berupa perbaikan infrastruktur jalan, saluran air, dll. PLN berupa bantuan listrik. Keterlibatan semua SKPD yang terkait belum semua, untuk memperkuat kinerja pemulihan pasca bencana dibutuhkan Surat Keputusan Tim Kerja yang melibatkan semua OPD dalam pemulihan bencana. Keuangan bayangan untuk pemulihan bencana belum ada. Dana yang digunakan untuk pemulihan bencana berasal dari dana ongkol dan dari dana lain-lain yang berada di BPKAD. Selain itu, sistem yang mengatur masuknya dana bantuan ketika pemulihan bencana tidak ada. Untuk memperbaiki sistem keuangan pemulihan bencana perlu menciptakan sistem keuangan alternatif pemulihan bencana di masing-masing OPD, serta memperluas kerjasama dengan pihak luar. 76

87 Dalam proses pemulihan bencana dipimpin oleh Sekertatis Daerah Kota Kendari dan BPBD Kota Kendari. Pemangku kepentingan yang diajak kosultasi tentang rencana pemulihan bencana yakni OPD terkait, penyelenggaran pendidikan, swasta, ormas, LSM dan kelompok minoritas dilibatkan, seperti BASARNAS dan PMI untuk layanan kedaruratan kota, Bappeda bagian ekonomi, Dinas Kesehatan Kota Kendari, Dinas Perhubungan Kota Kendari, Dinas Pekerjaan Umum Kota Kendari, Dinas Sosial Kota Kendari, organisasi perempuan yang terlibat pendampingan, Organisasi Dasawisma, Bank Artha Graha dan Bank Sultra serta Universitas Haluoleo. Analisis kegagalan dan kemampuan untuk menangkap pembelajaran belum dituangkan dalam bentuk dokumen. Proses dan format pascakejadian tentang apa yang sudah berjalan baik dan kurang berjalan baik dalam tahapan darurat maupun pascatanggapbencana belum sistematis dan masih ada kesenjangan. Untuk penguatan analisis kegagalan dibutuhkan pengadaan format standar untuk analisa kegagalan (pembelajaran) bencana setiap OPD kedepan. Kota Kendari mempertimbangkan risiko-risiko baru pascabencana. Ada kapasitas dan persyaratan pada tataran tertentu, contoh kasus pendangkalan Teluk Kendari mengakibatkan pemukiman penduduk makin rentan terhadap bencana. Begitupun risiko pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menambah kerentanan. Dokumen rencana mengatasi permasalahan di atas tertuang dalam rencana aksi hijau Kota Kendari, RTRW dan dokumen perjanjian Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan terkait penanganan Sungai Wanggu (Data Wilayah Sungai Provinsi). Proses pembelajaran dari bencana yang terjadi di kota-kota lain selama 10 tahun terakhir belum pernah dilaksakan. Untuk peningkatan kapasitas OPD dalam PRB, perlu belajar pendekatan-pendekatan baru dalam PRB. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Kendari melibatkan seluruh SKPD perlu melakukan studi banding ke kota yang sudah memiliki ketangguhan baik dalam negeri maupun luar negeri. Keterlibatan Pemerintah Kota Kendari dalam forum PRB baik tingkat nasional maupun international lebih dari satu kali. Kota Kendari terlibat dalam Forum PRB Provinsi Sulawesi Tenggara dan Forum Green City. Selain itu Kota Kendari terlibat dalam forum kota layak huni. Namun, Keterlibatan perlu ditingkatkan dalam jaringan Forum PRB baik tingkat nasional dan international. Kemampuan hunian sementara utama untuk bertahan dari kejadian bencana dan tetap aman dan bisa digunakan masih rendah di Kota Kendari. Kurang dari 50% dari hunian sementara dikaji terkait kemungkinannya untuk bisa bertahan dari peristiwa ancaman bahaya yang paling parah. 77

88 3.4. HASIL PENGUKURAN KAPASITAS KETANGGUHAN KOTA 71 INDIKATOR Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan Perkuatan kebijakan dan kelembagaan dengan indikator dan nilai adalah 1), Peraturan Daerah Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (PB) dengan nilai indikator 0,13; 2). Peraturan Daerah Tentang Pembentukan BPBD dengan nilai indikator 0,10; 3). Peraturan Tentang Pembentukan Forum PRB dengan nilai indikator 0,08; 4). Peraturan tentang penyebaran informasi kebencanaan dengan nilai indikator 0,03; 5). Peraturan Daerah tentang RPB dengan nilai indikator 0,03; 6). Peraturan Daerah tentang Tata Ruang berbasis PRB dengan nilai indikator 0,05; 7). BPBD Kota Kendari dengan nilai indikator 0,15; 8). Forum PRB dengan nilai 0,02; 9). Komitmen DPRD Kota Kendari terhadap PRB dengan nilai indikator 0,15. Dari berbagai indikator di atas, melahirkan Indeks Prioritas sebesar 0,73. Gambaran dalam bentuk tabel di bawah ini. 78

89 Tabel 23 Prioritas Indikator Respon Nilai Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Indeks prioritas (ya=1; tidak=0) respon Perkuatan 1 Peraturan Daerah tentang kebijakan dan Penyelenggaraan PB Kelembagaan 2 Peraturan Daerah tentang Pembentukan BPBD 3 Peraturan tentang pembentukan Forum PRB 4 Peraturan tentang penyebaran informasi Kebencanaan 5 Peraturan Daerah tentang RPB 6 Peraturan Daerah tentang Tataruang Berbasis PRB BPBD Forum PRB Komitmen DPRD Terhadap PRB

90 Berikut penjelasan tentang di bidang penguatan kebijakan dan kelembagaan: 1. Penerapan Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana belum ditetapkan sampa sampai saat ini. Namun, ada inisiatif penyusunan rancangan peraturan daerah tentang penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Kajian akademis telah dilakukan tim dari Universitas Muhammadyah Kendari. Untuk itu kerjasama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kendari untuk mensahkan draft Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang penyelenggaran Penanggulangan Bencana perlu dilakukan secepatnya. (Verifikasi berupa draft Ranperda Penanggulangan Bencana Kota Kendari dan bukti-bukti rapat). 2. Penerapan aturan teknis pelaksanaan fungsi BPBD Kota Kendari tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2011 dan Peraturan Daerah OPD tahun Dengan adanya pembentukan BPBD meningkatkan koordinasi dan pelaksanaan Penanggulangan Bencana di Kota Kendari. Namun dilihat dari segi program dan anggaran tidak berkorelasi. Anggaran masih terbatas sehingga mengandalkan sharing anggaran dari Pemerintah Pusat dan pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal lain yang perlu ditingkatkan sumber daya manusia dan peningkatan peralatan dilingkup BPBD Kota Kendari. 3. Optimalisasi penerapan aturan dan mekanisme Forum PRB tertuang dalam Peraturan Kepala BPBD Kota Kendari Nomor 1272 tahun 2013 tentang Pembentukan Forum PRB Kota Kendari melalui pemetaan isu dan pemetaan pemangku kepentingan (baik pemerintah, LSM, PMI, akademisi, media, ulama dan sebagainya) yang menunjukkan tanggung jawab, kapasitas, dan kompetensi yang mendasar untuk memperkuat ketangguhan kota baik dalam kesiapsiagaan, tanggap bencana dan pemulihan pasca bencana. Forum PRB telah memiliki struktur dan program, namun tidak berjalan sebagaimana mestinya karena keterbatasan anggaran. Karena itu, keberadaan Forum PRB Kota Kendari belum mampu mempercepat pengarusutamaan PRB dan API dalam perencanaan pembangunan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung pengelolaan risiko bencana di Kota Kendari di masa yang akan datang. (Bukti verifikasi SK pembentukan, struktur pengurus, program kerja dan anggaran). 4. Peraturan tentang penyebaran informasi kebencanaan di Kota Kendari terbentuk, berdasarkan Keputusan Kepala Pelaksana BPBD Kota Kendari Nomor 3 Tahun 2016 tentang PUSDALOPS-Penanggulangan Bencana (PB) Siaga Darurat yang ditetapkan pada tanggal 8 Februari PUSDALOP PB berada di bawah bidang penanganan darurat dan logistik. Dalam melaksanakan tugas PUSDALOP PB menggunakan media surat kabar, televisi, dan media sosial facebook. Namun, Pembentukan PUSDALOP PB belum melibatkan multipihak yang terkait. Pengurus masih didominasi oleh pegawai BPBD Kota Kendari. Penyebaran informasi juga belum meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraaan PB. (Bukti verifikasi berupa SK pembentukan dan struktur pengurus dan alur kerja struktur). 5. Penguatan aturan tentang rencana penanggulangan bencana berupa Peraturan Daerah tentang RPB belum ada sampai saat ini. Namun BPBD 80

91 Kota Kendari telah membuat Rencana Penanggulangan Bencana periode Adapun rencana strategi generik penanggulangan bencana berupa 1). Penguatan aturan dan kapasitas kelembagaan; 2). Perencanaan penanggulangan bencana terpadu; 3). Penelitian, pendidikan, dan pelatihan; 4). Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat. Selain itu, RPB Kota Kendari berisi strategi perlindungan masyarakat dari bencana dan penanganan darurat bencana gempa bumi, banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem, kekeringan, gelombang ekstrem dan abrasi, tsunami, kebakaran hutan dan lahan, epidemi dan wabah penyakit. (Bukti verifikasi dokumen RPB Kota Kendari). Beberapa hal yang perlu ditingkatkan yakni rencana penanggulangan bencana perlu berdasarkan kajian risiko yang disusun dengan melibatkan multipihak (pemerintah, masyarakat dan swasta). Rencana penanggulangan bencana perlu ditetapkan dalam sebuah aturan atau kebijakan di Kota Kendari, sehingga bisa jadi pertimbangan dalam rencana strategis kota demi menjamin tercapainya ketangguhan kota/ kabupaten terhadap bencana dan perubahan iklim. Terakhir, rencana penanggulangan bencana baiknya memberikan peningkatan program dan anggaran penanggulangan bencana yang dilakukan oleh multipihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta. 6. Peraturan Daerah tentang tata ruang berbasis PRB terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Kendari Tentang RTRW. Dalam RTRW Kota Kendari tahun halaman 26 disebutkan, bentang alam wilayah Kota Kendari yang terdiri dari daerah pesisir, enam sungai besar dan kecil, serta daerah perbukitan menyebabkan beberapa wilayah cukup rawan terhadap bencana abrasi, genangan/ banjir, dan tanah longsor. Berdasarkan data potensi Kota Kendari tahun 2000, kejadian bencana yang sering terjadi dan melanda sebagian besar kelurahan adalah bencana genangan/banjir. Rata-rata genangan kurang lebih 7 meter, dan terjadi di 15 kelurahan. Untuk bencana longsor terjadi di 9 kelurahan diantaranya berada di Kecamatan Kendari. Sedangkan abrasi hanya terjadi di Kecamatan Kendari meliputi 7 kelurahan. (Dokumen RTRW Kota Kendari , Peraturan Daerah RTRW). Pedoman penataan ruang perlu ditingkatkan agar berperspektif PRB. Begitupun dengan rencana tata ruang telah membuat jalur evakuasi, pengawasan dan pemanfaatan ruang daerah rawan bencana, serta perlindungan kawasan rawan bencana. Dengan dijadikannya PRB sebagai dasar dalam penataan ruang, maka akan terjadi pengurangan risiko bencana pada kawasan rawan bencana di Kota Kendari. 7. Pembentukan BPBD Kota kendari dilengkapi dengan struktur sesui dengan Peraturan Kementerian Dalam Negeri (PERMENDAGRI) Nomor 46 tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja BPBD, dan Peraturan Kepala (PERKA) BNPB Nomor 3 Tahun 2008 tentang pedoman pembentukan BPBD. Untuk kebutuhan sumber daya BPBD (dana, sarana, prasarana, personel) belum terpenuhi dengan baik dalam hal kualitas dan kuantitas. Pemetaan sumber daya dan sarana masih terbatas. Karena itu, kuantitas dan sumberdaya perlu ditingkatkan. Untuk fungsi dalam mengoordinasikan, memberi komando, dan pelaksana dalam penyelenggaraan PB berpusat dari Walikota dan koordinasi tidak ada masalah. 81

92 8. Forum PRB terbentuk sejak 2013 dan berada di bawah pengawasan bagian kesiapsiagaan BPBD Kota Kendari dengan batas waktu kepengurusan selama 3 tahun. Ketua forum PRB saat ini adalah Rektor Universitas Avicenna, namun kepengurusan tidak menjalankan program dengan baik, disebabkan anggaran yang minim bahkan tidak ada. Tugas dan fungsi Forum PRB perlu ditingkatkan, karena belum mampu meningkatkan partisipasi multipihak dalam penyelenggaraaan pengelolaan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim. Selain itu, Forum PRB belum dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pengelolaan risiko bencana. 9. Dalam rangka penguatan fungsi pengawasan dan penganggaran legislatif dalam Pengurangan Risiko Bencana di Kota Kendari, Peran dan keterlibatan DPRD dalam upaya pengurangan risiko bencana di Kota Kendari diwujudkan dalam bentuk mengawal mulai dari Musrembang hingga penetapan anggaran APBD. Untuk peningkatan anggaran dalam upaya pengurangan risiko bencana belum terjadi, melainkan dalam kasus tertentu anggota DPRD mengaliahkan anggaran ke instansi teknis seperti Pekerjaan Umum. Contoh kasus untuk pembuatan talud di Kampung Salo, Kecamatan Kendari dan pembuatan bronjong di Kecamatan Baruga. Anggaran dan program belum menjadi kebijakan atau aturan di Sekretariat DPRD, namun ada komitmen tersendiri dari DPRD terkait anggaran penanggulangan risiko bencana. Anggaran itu efektif dan tepat sasaran dalam upaya pengurangan risiko bencana di Kota Kendari. (Bukti verifikasi dokumen reses dan pembahasan Dewan Pertimbangan Agung (DPA) SKPD khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang) Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu Pengkajian risiko dan perencanaan terpadu dengan indikator dan nilai yakni: 10). Peta bahaya dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah 0,13; 11). Peta kerentanan dan kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah dengan nilai indikator 0,13; 12). Peta kapasitas dan kajiannya dengan nilai indikator 0,13; 13). Rencana penanggulangan bencana dengan nilai indikator 0,20. Dari berbagai indikator di atas, melahirkan Indeks Prioritas sebesar 0,60. Gambaran dalam bentuk tabel di bawah ini. 82

93 Prioritas Indikator Respon (ya=1; tidak=0) Pengkajian Risiko dan perencanaan terpadu 10 Peta Bahaya dan Kajiannya untuk seluruh bahaya yang ada di daerah 11 Peta Kerentanan dan kajiannya untuk Seluruh bahaya yang ada di daerah 12 Peta Kapasitas dan kajiannya 13 Rencana Penanggulangan Bencana Daerah Tabel 24 Hasil Penilaian Pengkajian Risiko Dan PerencanaanTerpadu Nilai respon Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Indeks prioritas

94 Berikut penjelasan tentang hasil penilaian ketangguhan Kota Kendari bidang pengkajian risiko dan perencanaan terpadu: 1. Kajian bahaya bencana sudah ada dalam bentuk dokumen RPB tahun , namun dalam proses penyusunan belum melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Hasil kajian RPB sudah mempunyai beberapa peta risiko bencana seperti Peta Risiko Abrasi dan Gelombang, Peta Risiko Banjir, Peta Risiko Gempa Bumi, Peta Risiko Kekeringan dan Peta Tanah Longsor. Dalam dokumen RPB terdapat juga ancaman cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan serta epidemi dan wabah penyakit, namun peta risikonya belum ada. Peta bahaya digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan penanggulangan bencana. Contoh kasus untuk penanggulangan bencana genangan/ banjir, Peta banjir digunakan untuk mengidentifikasi wilayah genangan untuk penyusunan master plan drainase (dokumen master plan drainase Kota Kendari). Dalam proses kajian bahaya belum memuat informasi keteterpaparan dan dampak. Selain itu, peta ancaman bencana tidak mempertimbangkan perubahan variabilitas yang dimukhtahirkan secara rutin (3 tahun sekali) dalam menyusun RPJMD, sedangkan Peta ancaman bencana yang ada dibuat pada tahun 2012 oleh tim BNPB. 2. Jenis jenis kerentanan berupa kerentanan fisik seperti bangunan, infrastruktur, dan konstruksi yang lemah. Kerentanan sosial meliputi kemiskinan, lingkungan, konflik, tingkat pertumbuhan yang tinggi, anak-anak dan wanita, lansia. Kerentanan mental meliputi ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya diri dan lainnya. Peta kapasitas, Peta kerentanan dan kajiannya untuk seluruh bahaya di Kota Kendari belum ada dalam dokumen RPB. Kajian kerentanan dengan melibatkan multipihak perlu dilakukan, dan peta kerentanan disusun berdasarkan hasil kajian, dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun perencanaan penanggulangan bencana dimasa yang akan datang. Kajian kerentanan bencana perlu memasukkan ancaman perubahan variabilitas iklim, dimutakhirkan minimal 18 bulan terakhir dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun RPJMD Kota Kendari kedepan. 3. Peta kapasitas adalah peta kemampuan masyarakat menanggapi situasi tertentu (termasuk bahaya dan bencana) dengan sumber daya yang tersedia (fisik manusia, keuangan dan lainnya). Ketika kerentanan banyak, maka kemungkinan bencana yang terjadi besar. Walaupun begitu masyarakat mempunyai yang namanya capacity kapasitas. Dalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Kota Kendari tahun , peta kapasitas masyarakat belum dijadikan pertimbangan. Peta kapasitas masyarakat di daerah rawan bencana belum ada, sehingga tidak bisa dijadikan dasar untuk perencanaan penanggulangan bencana. Dalam proses pembuatan peta kapasitas kedepan, perlu memasukkan ancaman perubahan variabilitas iklim, minimal 18 bulan terakhir dan digunakan sebagai menyusun RPJMND. 4. Kota Kendari sudah memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Bencana RPB tahun Dalam proses penyusunan dokumen RPB belum berdasarkan kajian risiko, tetapi berdasarkan peta ancaman bahaya dalam suatu wilayah, karena peta kapasitas dan peta kerentanan tidak terdapat dalam dokumen RPB. Walau Dokumen RPB tidak berdasarkan kajian risiko, 84

95 tetapi menjadi bahan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan daerah. Kelemahan dokumen RPB hanya melibatkan lintas SKPD. Aspirasi masyarakat, akademisi, dunia usaha maupun organisasi non pemerintah belum dilibatkan dalam proses peyusunan dokumen RPB Kota Kendari. Selain itu, dokumen RPB Kota Kendari belum mempertimbangkan kajian kerentanan dampak perubahan iklim di Kota Kendari Pengembangan Sistem Informasi, Diklat Dan Logistik Pengembangan sistem informasi, diklat dan logistik dengan indikator dan nilai yakni: 14) Sarana penyampaian informasi kebencanaan yang menjangkau langsung masyarakat dengan nilai indikator 0,03; 15). Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap kecamatan di wilayahnya dengan nilai indikator 0,08; 16). Komunikasi bencana lintas lembaga minimal beranggotakan lembaga-lembaga dari sektor pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha dengan nilai indikator 0,02; 17). PUSDALOP PB dengan fasilitas minimal mampu memberikan respon efektif untuk pelaksanaan peringatan dini dan penanganan masa krisis dengan nilai indikator 0,02; 18). Sistem pendataan bencana yang terhubung dengan sistem pendataan bencana nasional dengan nilai indikator 0.01; 19). Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan penanggulangan bencana dengan nilai indikator 0,10; 20). Penyelenggaraan latihan (gladi) kesiapsiagaan dengan nilai indikator 0,09; 21). Kajian kebutuhan peralatan dan logisik kebencanaan 0,01; 22). Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan dengan nilai indikator 0,03; 23). Penyimpanan/pergudangan logistik penanggulangan bencana dengan nilai indikator 0,05; 24). Pemeliharaan peralatan dan supply chain logistik yang diselenggaran secara periodik dengan nilai indikator 0,02; 25). Tersedianya energi listrik untuk kebutuhan darurat dengan nilai indikator 0,03; 26). Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat dengan nilai indikator 0,02. Dari berbagai indikator di atas, melahirkan Indeks Prioritas sebesar 0,51. Gambaran dalam bentuk tabel di bawah ini. 85

96 Tabel 25 Hasil Penilaian Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik Prioritas Indikator Respon (ya=1; tidak=0) Pengembangan Sistem informasi,diklat dan logistik 14 Sarana penyampaian Informasi kebencanaan yang menjangkau langsung masyarakat 15 Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pad atiap-tiap kecamatan di wilayahnya 16 Komunikasi bencana lintas lembaga minimal Beranggotakan lembagalembaga dari sektor pemerintah, masyarakat maupunduniausaha 17 Pusdalops PB dengan fasilitas minimal mampu Memberikan respon efektif untuk Pelaksanaan peringatan dini danpenanganan masakrisis 18 Sistem pendataan Bencana yang terhubung dengan sistem Pendataan bencana nasional 19 Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan PB Nilai respon Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Indeks prioritas

97 20 Penyelenggaraan Latihan (geladi) Kesiapsiagaan 21 Kajian kebutuhan peralatan dan logistik Kebencanaan 22 Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik Kebencanaan 23 Penyimpanan/ pergudang Logistik PB 24 Pemeliharaan peralatan dan supply chain logistik yangdiselenggarakan secaraperiodic 25 Tersedianya energi listrik untuk kebutuhan darurat 26 Kemampuan pemenuhan pangan daerah untuk kebutuhan darurat

98 Berikut penjelasan tentang bidang pengembangan sistem informasi, diklat dan logistik: 1. Sarana penyebaran informasi kebencanaan dilakukan berbagai pihak, BPBD Kota Kendari menggunakan papan informasi yang berada di tiap kelurahan. Selain itu, BPBD Kota Kendari memberikan informasi lewat sms gateway dan memanfaatkan media sosial Facebook. BMKG Sulawesi Tenggara menggunakan saluran komunikasi whatsapp untuk memberikan informasi kepada masyarakat. Sedangkan TAGANA Provinsi Sulawesi Tenggara menggunakan komunikasi lewat sms. Namun, diantara beberapa instansi di atas yang memberikan informasi bencana secara periodik adalah BPBD Kota Kendari dan BMKG. Sarana informasi tersebut setidaknya memberikan peringatan kepada masyarakat akan ancaman bahaya, tetapi belum meningkatkan kegiatan masyarakat untuk pengurangan risiko dan kesiapsiagaan. Informasi kebencanaan yang diterima lewat sarana informasi belum berdampak terhadap berbagai program pengurangan risiko dan kesiapsagaan yang ada di masyarakat. 2. Sosialisasi pencegahan dan kesiapsiagaan bencana pada tiap-tiap kecamatan di wilayahnya dilaksanakan oleh BPBD Kota Kendari dengan cara mengumpulkan perwakilan warga dari 10 Kecamatan di Hotel Srikandi pada tahun (bukti verifikasi dokumentasi, daftar hadir dan materi). Sosialisasi pencegahan dilakukan secara rutin dan telah menjangkau seluruh lapisan masyarakat di Kecamatan rawan becana dengan materi standar sesui dengan jenis ancaman yang ada. Masyarakat pun sudah mulai sadar terhadap bencana, contoh kasus masyarakat sekitar Sungai Wanggu selalu siap siaga ketika air mulai meluap (verifikasi laporan kegiatan PMI Kendari dan Basarnas). Dalam kegiatan pencegahan dan kesiapsiagaan yang dilakukan sudah memberikan dampak seperti pembuatan map area bencana dan penanaman mangrove yang dilakukan oleh masyarakat (verifikasi laporan kegiatan PMI dan BPBD Kota Kendari). 3. Komunikasi bencana lintas lembaga yang melibatkan sektor pemerintah, masyarakat dan dunia usaha belum terjadi sebagaimana mestinya. Lembaga menjalankan peran masing-masing tanpa koordinasi. Pusdalop BPBD jalan sendiri, begitupun dengan Orari dan RAPI serta BMKG. Hal ini terjadi karena belum ada mekanisme yang didukung dengan aturan dan sumberdaya yang memadai. Mekanisme tidak ada, maka sulit untuk menghasilkan program bersama secara terstruktur dan berkelanjutan. 4. PUSDALOP PB Kota Kendari sudah ada. Pembentukan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pelaksana BPBD Kota Kendari Nomor 03 tahun Struktur PUSDALOP diisi oleh pegawai BPBD Kota Kendari. Kelemahan PUSDALOP tidak didukung dengan peralatan yang memadai untuk menjalankan fungsi peringatan dini dan penanganan masa darurat. Oleh karena itu, PUSDALOP sulit untuk dijadikan rujukan seluruh pemangku kepentingan dalam perencanaan dan penanganan darurat di Kota Kendari. 5. Sarana dan prasarana serta mekanisme belum mendukung sehingga pendataan di Kota Kendari tidak terhubung dengan sistem pendataan BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara dan BNPB. Sistem pendataan yang berjalan bersifat manual dalam bentuk laporan ke Pemerintah Provinsi dan Pusat. Oleh karena itu Pemerintah Pusat dan Provinsi Sulawesi Tenggara sulit untuk 88

99 berkontribusi langsung terhadap rencana pencegahan dan kesiapsiagaan di Kota Kendari. 6. Peningkatan kapasitas, pelatihan, sertifikasi penggunaan peralatan penanggulangan bencana dilakukan secara rutin oleh BPBD Kendari sekali setahun (laporan kegiatan). Peningkatan kapasitas telah dilakukan juga BPBD Provinsi Sulawesi Tenggara bekerjasama dengan TATTS mercy corp untuk sertifikasi dari AHA terkait protap penggunaan peralatan pertolongan pertama. Kegiatan diadakan pada tahun Pelatihan dan sertifikasi penggunaan peralatan penanggulangan bencana diuji coba dalam sebuah latihan kesiapsiagaan (drill, simulasi, gelada posko maupun gladi lapangan). Kegiatan simulasi peralatan penanggulangan bencana dipraktikkan TAGANA Provinsi Sulawesi Tenggara dalam bentuk pelatihan dapur umum, pelatihan evakuasi air, pelatihan pelayanan logistik serta sekolah siaga bencana. Dan PMI Kota Kendari melakukan kegiatan pengenalan peralatan PB melalui pelatihan korps sukarela dan sosialisasi tentang kebencanaan pada anakanak SD, SMP dan SMA. 7. Pelatihan kesiapsiagaan telah dilakukan dengan stackeholder dan masyarakat, kegiatan diadakan sekali setahun oleh BPBD Kota Kendari. Pelatihan kesiapsiagaan juga dilaksanakan oleh TAGANA Kota Kendari dan PMI Kota Kendari. Pelatihan mulai dilakukan secara bertahap dalam bentuk pelatihan simulasi ujicoba protap kebencanaan dengan menggunakan tenda, logistik, radio komunikasi, pertolongan pertama dan dapur umur. Pelatihan secara bertahap dilakukan dalam bentuk uji kaji cepat TRC menggunakan data assessment untuk mendapatkan informasi kejadian di lapangan. Namun, kebanyakan pihak yang melakukan pelatihan hanya diadakan sekali setahun karena terkendala faktor anggaran rutin yang minim. Kelemahan pelatihan gelada kesipasiagaan bencana belum berdampak terhadap peningkatan geladi di Kota Kendari. Hal itu disebabkan karena dukungan anggaran sangat kurang dari pihak pemerintah maupun non pemerintah seperti dunia usaha, sekolah dan universitas serta swadaya masyarakat. 8. Kajian kebutuhan peralatan dan logisik kebencanaan yang melibatkan multipihak dan mempertimbangkan isu-isu inklusifitas berdasarkan risiko proritas belum disepakati dan inisiatif untuk melakukan kajian kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan berdasarkan rencana kontijensi belum ada. Seandainya kajian sudah ada, kemungkinan akan berdampak penerapan pedoman pengkajian peralatan dan logistik memiliki dampak terhadap peningkatan alokasi anggaran. 9. Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik kebencanaan sudah diusulkan oleh BPBD Kota Kendari ke BPBD Provinsi untuk diteruskan ke pemerintah pusat. Begitupun dengan TAGANA Dinas Sosial Kendari mengusulkan pengadaan peralatan dan logistik di Kementerian Sosial RI. Pengadaan kebutuhan peralatan dan logistik belum berdasarkan pada hasil kajian kebutuhan peralatan dan logistic kebencanaan. Sehingga kadang peralatan dan logistic kebencanaan tidak sesui dengan kebutuhan rill saat kondisi bencana. 10. Penyimpanan/pergudangan logistik sudah ada di Kantor BPBD Kota Kendari dan Kantor Dinas Sosial Kota Kendari dan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara serta Kantor PMI Kota Kendari. Pengelolaan logistik berada di bawah lembaga teknis di Pemerintahan. Logistik penanggulangan bencana 89

100 yang akuntabilitas dan transparansi belum bisa dijamin, karena laporan tahunan hanya bersifat antara instansi terkait atau tidak terbuka. Selain itu, penempatan gudang logistik PB belum memenuhi secara kuantitas, karena masih terpusat di kantor pemerintahan instansi terkait. Kampung yang rawan bencana belum mempunyai gudang logistik tersendiri. 11. Pemeliharaan peralatan dan supply chain logistic yang diselenggarakan sudah dilaksanakan secara periodik (bukti laporan asset dan kartu invetaris barang di bidang aset pemerintah Kota Kendari). Namun beberapa kelemahan karena lembaga belum memiliki kemampuan sumber daya (anggaran, personel, peralatan, mekanisme dan prosedur) yang cukup dalam dalam menangani pemeliharaan peralatan dan ketersediaan supply chain logistic untuk kebutuhan darurat bencana. 12. Lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab menyediakan energy listrik kebutuhan darurat bencana biasanya memakai alat Dinas Sumber Daya Alam Kota Kendari. Pihak PLN juga menyiapkan listrik untuk tanggap darurat berupa jenset. PLN dalam menjalan tugas kedaruratan bencana dengan menggunakan SOP. Strategi pemenuhan listrik pada masa tanggap darurat belum mempertimbangkan scenario bencana terparah yang disusun berdasarkan rencana kontijensi. Jaminan keberlangsungan pemulihan pasokan listrik untuk kebutuhan darurat bencana terparah belum ada dari pihak Dinas Sumber Daya Air (SDA) dan PLN. 13. Lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab dalam pemenuhan pangan untuk kebutuhan darurat bencana adalah Dinas Sosial Kota Kendari dan lumbung pangan Dinas Pangan Kota Kendari dan Bulog. Pemenuhan kebutuhan pangan daerah belum mempertimbangkan skenario bencana terparah (berdasarkan Rencana Kontijensi) dan skenario bencana jangka panjang (slow on set) di Kota Kendari Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana Penanganan tematik kawasan rawan bencana dengan indikator dan nilainya yakni 27). Penataan ruang berbasis PRB dengan nilai indikator 0,09; 28). Informasi penataan ruang yang mudah diakses publik dengan nilai indikator 0,10; 29). SMAB dengan nilai indikator 0,25; 30). Rumah sakit dan puskesmas aman bencana dengan nilai indikator 0,5; 31). Kelurahan tangguh bencana dengan nilai indikator 0,20. Berdasarkan dari indikator tersebut, menghasilkan nilai Indeks Prioritas sebesar 0,69. Gambaran dalam bentuk tabel lihat di bawah ini. 90

101 Tabel 26 Hasil Penilaian Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana Prioritas Indikator Respon (ya=1; tidak=0) Penanganan Tematik kawasan rawan bencana 27 Penataan ruang Berbasis PRB 28 Informasi penataan ruang yang mudah diakses public 29 Sekolah/ Madrasah Aman Bencana (SMAB) 30 RSAB dan Puskesmas Aman Bencana 31 Kelurahan Tangguh Bencana Nilai respon Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Indeks prioritas

102 Berikut penjelasan tentang bidang penanganan tematik kawasan rawan bencana: 1. Penataan ruang Kota Kendari sudah berspektif PRB. Dalam rencana tata ruang Kota Kendari telah memuat beberapa jalur evakuasi, pengawasan dan pemanfaatan ruang daerah becana dan perlindungan kawasan bencana (verifikasi perda tata ruang nomor 1 tahun 2012). Namun beberapa daerah baru yang rawan bencana belum dimasukkan dalam rencana tata ruang. Dalam perda tata ruang Nomor 1 tahun 2012 tidak memasukkan semua wilayah dalam RTRW pembangunan, karena disebabkan kemiringan tertentu tidak diperbolehkan dan larangan membangun di ruang terbuka hijau RTH. Dengan begitu tidak serta merta terjadi pengurangan risiko bencana di kawasan rawan bencana di Kota Kendari. 2. Lembaga pemerintah yang menangani informasi penataan ruang berada di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kota Kendari, di bawah bidang penataan ruang. Informasi penataan ruang sangat mudah untuk diakses melalu website pemerintah kota (kendari.co.id). Publik bebas mengakses penataan ruang di website tersebut. Ketika terjadi pelanggaran tata ruang telah disediakan akses untuk mengadakan pengaduan (lihat buku pengaduan tata ruang Kota Kendari). 3. Sosialisasi kepada sekolah/madrasah di tingkat SD hingga SMP di kawasan rawan bencana belum semua mendapatkan pengetahuan tentang SMAB. PMI Kota Kendari yang gencar melakukan sosialisasi di sekolah tingkat dasar hingga sekolah menengah pertama, berupa kegiatan pembuatan tandu untuk anggota Palang Merang Remaja (PMR). Dalam pelaksanaan kegiatan belum berfokus pada 3 pilar (pendidikan untuk pengurangan risiko bencana, manajemen bencana sekolah dan sarana prasarana) SMAB secara komprehensif. 4. Sosialisasi rumah sakit dan puskesmas aman bencana belum pernah dilakukan. Seharusnya rumah sakit dan puskesmas yang berada di daerah rawan bencana mendapatkan kegiatan perencanaan rumah sakit aman bencana berdasarkan 4 modul safety hospital (kajian keterpaparan ancaman, gedung/ bangunan aman, sarana prasarana rumah sakit aman dan kemampuan penyelenggaraan penanggulangan bencana). Pihak rumah sakit baiknya mendapatkan sertifikasi atau evaluasi aspek safety hospital yang sesui dengan pemenuhan syarat akreditasi rumah sakit. 5. Sosialisasi PRB terhadap komunitas masyarakat dilakukan oleh BPBD Kota Kendari sekali setahun. Untuk peningkatan kapasitas kelurahan dengan menggunakan indikator kelurahan tangguh telah dilakukan di Kelurahan Lalolara, Lepo-Lepo dan Kampung Salo. Beberapa kelurahan tangguh telah melakukan simulasi dan uji sistem penanggulangan bencana seperti yang dilakukan TAGANA Kota Kendari melatih 60 masyarakat di Kelurahan Lalolara, dan BPBD Kota Kendari di Lepo-lepo dan Kampung Salo. Pengalaman kelurahan tangguh belum mampu menginspirasi pembangunan kelurahan tangguh di kelurahan lain di Kota Kendari. 92

103 Peningkatan Efektivitas Pencegahan Dan Mitigasi Bencana Peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana dengan indikator dan nilai sebagai berikut: 32). Penetapan sumur resapan danatau biopori dengan nilai indikator 0,04; 33). Perlindungan daerah tangkapan air dengan nilai indikator (0.06). 34). Restorasi sungai dengan nilai indikator 0,07; 35). Penguatan lereng dengan nilai indikator 0,07; 36). Penegakan hokum dengan nilai indikator 0,06; 37). Optimalisasi pemanfaatan air permukaan dengan nilai indikator 0,06; 38). Pemantauan berkala hulu sungai dengan nilai indikator 0,01; 39). Penerapan bangunan tahan gempabumi dengan nilai indikator 0,02; 40) Tanaman dan atau bangunan penahan gelombang tsunami dengan nilai indikator 0,10; 41). Revitalisasi tanggul embung, waduk, taman kota dengan nilai indikator 0,02; 42). Restorasi lahan gambut dengan nilai indikator 0,02; 43). Konservasi vegetatif Daerah Aliran Sungai (DAS) rawan longsor dengan nilai indikator 0,10. Berdasarkan indikator di atas, maka menghasilkan Indeks Prioritas sebesar 0,63. Gambaran dalam bentuk tabel di bawah ini. 93

104 Tabel 27 Hasil Penilaian Peningkatan Efektifitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana Prioritas Indikator Respon (ya=1; tidak=0) Peningkatan 32 Penerapan sumur efektivitas resapan dan/atau pencegahan Biopori dan mitigasi bencana 33 Perlindungan daerah tangkapan air Nilai respon Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Restorasi sungai Penguatan lereng Penegakan hukum Optimalisasi pemanfaatan air Permukaan Indeks prioritas 94

105 38 Pemantauan berkala hulu sungai 39 Penerapan Bangunan Tahan Gempa bumi 40 Tanaman dan/atau bangunan penahan gelombang tsunami 41 Revitalisasi tanggul, embung, waduk dan Taman kota Restorasilahangambut Konservasi vegetatif DAS rawan longsor

106 Berikut penjelasan tentang bidang peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana: 1. Kebijakan tentang lingkungan hidup telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 10 tahun 2011 tentang Pengelohan RTH. Dalam Perda terdapat penerapan resapan air atau biopori dalam upaya pengurangan risiko bencana banjir. Kebijakan dalam Peraturan Daerah terkait biopori atau resapan air belum mampu menurunkan frekuensi dan luasan banjir dalam setahun terakhir. Penerapan resapan air belum mampu juga mengurangi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh bencana banjir. 2. RTRW Kota Kendari telah memuat perlindungan daerah tangkapan air. Pemerintah Kota Kendari telah menyusun rencana pengelolaan DAS. Hal itu terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Kendari Tentang DAS. Rencana pengelolaan DAS telah terintegrasi dalam satu DAS terpadu termasuk lintas administrasi. Perjanjian Kota Kendari dan Kabupaten Konawe Selatan terkait pengelolaan DAS terdapat di Balai Wilayah Sungai IV Kota Kendari. Tetapi perlindungan daerah tangkapan air di daerah ternyata belum mampu menurunkan frekuensi dan luasan banjir dalam setahun terakhir. 3. Sempadan sungai dan perairan lainnya sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Tentang Sempadan Sungai dan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 13 Tahun 2013 tentang Perlindungan Mangrove dan Kawasan Pesisir. Restorasi sungai sudah direncanakan dalam perencanaan daerah dan terdapat dalam Renja. 4. Restra PU (Lihat Rencana Kegiatan Anggaran Dinas PU). Upaya restorasi sungai di Kota Kendari belum menurunkan frekuensi dan luasan banjir dalam setahun terakhir (lihat daerah setahun terakhir). 5. Program penguatan lereng pada kawasan DAS rawan bencana longsor sudah termuat dalam rencana pembangunan. Pendanaan program penguatan lereng pada kawasan DAS rawan longsor telah ada dalam APBD Kendari. Upaya penguatan lereng di DAS telah menurunkan frekuensi dan luasan tanah longsor (lihat laporan kegiatan setelah dan sebelum pembangunan di Dinas Pekerjaan Umum) 6. Kebakaran hutan dan lahan, termasuk pengelolaan pembukaan lahan tanpa bakar sudah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 12 tahun 2014 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota Kendari dan Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 8 tahun 2015 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. OPD yang memiliki tupoksi pengelolaan kebakaran hutan dan lahan tidak memiliki pejabat penegakan hukum. Kegiatan penegakan hukum hanya melalui kegiatan sosialisasi tanpa ada penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan. Jumlah hotspot titik panas; dan indeks kebakaran tidak dapat diukur karena jarang terjadi kebakaran hutan selama setahun terakhir. 7. Kajian cadangan air permukaan dan cadangan air bawah tanah tertuang dalam strategi Jastrada dalam dokumen Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada) Bappeda Kota Kendari. Program perlindungan cadangan air permukaan dan cadangan air bawah tanah berupa program penghijauan yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup Kota Kendari. Peningkatan cadangan air permukaan dan cadangan air bawah tanah belum bisa diukur (cek DAM Dinas Pekerjaan Umum). Organisasi perangkat pemerintah yang 96

107 bertugas memantau hulu sungai adalah Balai Wilayah Sungai IV Kendari. Laporan belum dipublikasikan secara periodik. Oleh karena itu sulit melahirkan rekomendasi untuk dijadikan dasar dalam program pembangunan. Sedangkan frekuensi banjir semakin bertambah dalam setahun terakhir. 8. Kota Kendari belum memiliki kebijakan pendirian bangunan tahan gempa, sehingga tidak ada rujukan dalam setiap proses perizinan (IMB) pendirian bangunan. Penerapan kontrol dan pemantauan pendirian izin bangunan terjadi, karena itu pedagang kaki lima PKL ditertibkan satpol PP setiap saat. 9. Pemerintah Kota Kendari telah menerbitkan Peraturan Walikota Tentang Perlindungan Mangrove. Penanaman mangrove sebagai salah bentuk untuk memberikan perlindungan perumahan dari tsunami. Program penanaman mangrove belum diterapkan semua di wilayah yang berisiko tinggi terhadap tsunami, hanya lokasi tertentu di Bungkutoko, Kebi dan Purirano (lihat program DKP). Untuk pembangunan tanggul pemecah ombak sebagai penahan tsunami belum ada. 10. Revitalisasi taman kota sudah dilaksanakan tetapi belum berdasarkan kajian untuk mitigasi structural terhadap bencana banjir. Rencana pembangunan untuk melakukan mitigasi structural terhadap ancaman banjir berupa perbaikan drainase se kota kendari. Rekayasa teknis belum dibuat dalam mengurangi kawasan banjir, sehingga sulit untuk mengukur frekuensi dan luasan banjir yang berkurang dan atau bertambah dalam setahun terakhir. 11. Kajian dan identifikasi lokasi, luas dan kedalaman gambut belum ada. Begitupun dengan pendukungnya berupa peraturan daerah dan lembaga yang mengawasi lahan gambut serta program perbaikan (restorasi) kawasan gambut belum ada sama sekali. 12. Program mitigasi struktural bencana longsor dimuat dalam rencana pembangunan reboisasi pengkayaan Dinas Tahura. Pendanaan konservasi vegetative di DAS rawan longsor sudah dianggarkan Dinas Tahura. Program konservasi vegetative diadakan Tahura setiap tahun sejak tahun Dalam evaluasi dan peningkatan kualitas konservasi vegetatif di wilayah DAS rawan longsor secara berkala dengan mempertimbangan perubahan iklim (lihat hasil evaluasi kegiatan tahura) Perkuatan Kesiapsiagaan Dan Penanganan Darurat Bencana Perkuatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana dinilai dengan indikator yakni 44). Rencana kontijensi gempabumi dengan nilai indikator 0,01; 45). Rencana kontijensi tsunami dengan nilai indikator 0,01; 46). Sistem peringatan dini bencana tsunami dengan nilai indikator 0,01; 47). Rencana evakuasi bencana tsunami dengan nilai indikator 0,01; 48). Rencana kontijensi banjir dengan nilai indicator 0,01; 49). Sistem peringatan dini bencana banjir dengan nilai indikator 0,01; 50). Rencana kontijensi tanah longsor dengan nilai indikator 0,01; 51). Sistem peringatan dini bencana tanah longsor dengan nilai indikator 0,01; 52). Rencana kontijensi karlahut dengan nilai indikator 0,01; 53), Sistem peringatan dini Bencana Karhutla dengan nilai indikator 0,01; 54). Rencana kontijensi erupsi gunungapi dengan nilai indikator 0,01; 55). Sistem peringatan dini bencana gunung api dengan nilai indikator 0,01; 56). Infrastruktur dan evakuasi bencana erupsi gunungapi dengan nilai indikator 0,01; 57). 97

108 Rencana kontijensi bencana kekeringan dengan nilai indikator 0,01; 58). Sistem peringatan dini bencana kekeringan dengan nilai indikator 0,0;. 59). Rencana kontijensi banjir bandang dengan nilai indikator 0,01; 60). Sistem peringatan dini banjir bandang dengan nilai indikator 0,01; 61). Penentuan status tanggap darurat dengan nilai indikator 0,02; 62). Penerapan sistem komando operasi darurat dengan nilai indikator 0,08; 63). Pengerahan tim kaji cepat ke lokasi bencana dengan indikator 0,10; 64). Pengerahan tim penyelamatan dan pertolongan korban dengan nilai indikator 0,08; 65). Perbaikan darurat dengan nilai indikator 0,01; 66). Pengerahan bantuan pada masyarakat terjauh dengan nilai indikator 0,05; 4). Penghentian status tanggap darurat dengan nilai indikator 0,01. Dari hasil indikator di atas menghasilkan Indeks Prioritas sebesar 0,45. Gambaran dalam bentuk tabel lihat di bawah ini. 98

109 Perkuatan kesiapsiagaan Dan penanganan Darurat bencana Tabel 28 Hasil Penilaian Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana Prioritas Indikator Respon (ya=1; tidak=0) 44 Rencana Kontijensi Gempa bumi 45 Rencana Kontijensi Tsunami 46 Sistem Peringatan Dini Bencana Tsunami 47 Rencana Evakuasi Bencana Tsunami 48 Rencana kontijensi banjir 49 Sistem peringatan dini bencana banjir 50 Rencana kontijensi tanah longsor 51 Sistem peringatan dini bencana tanah Longsor Nilai respon Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Indeks prioritas 99

110 52 Rencana Kontijensi karlahut 53 Sistem peringatan dini bencana karlahut 54 Rencana kontijensi erupsi gunung api 55 Sistem peringatan dini bencana erupsi gunung api 56 Infrastruktur evakuasi bencana Erupsi gunung api 57 Rencana kontijensi kekeringan 58 Sistem peringatan dini bencana kekeringan 59 Rencana kontijensi banjir bandang 60 Sistem peringatan dini bencana banjir bandang

111 61 Penentuan Status Tanggap Darurat 62 Penerapan sistem komando operasi Darurat 63 Pengerahan Tim Kaji Cepat ke lokasi bencana 64 Pengerahan Tim Penyelamatan dan Pertolongan Korban Perbaikan Darurat Pengerahan bantuan pada masyarakat terjauh 67 Penghentian status Tanggap Darurat

112 Berikut penjelasan tentang Hasil Penilaian Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana 1. Inisiatif mengembangkan sistem peringatan dini daerah yang terhubung dengan otoritas sistem peringatan dini tsunami, untuk merespon hasil analisis informasi (laporan) peringatan kemungkinan (terjadi/ tidak terjadi) kejadian tsunami dari BMKG atau BNPB sebagai dasar dalam menentukan tindakan peringatan dini dan penyebarluasan (oleh lembaga pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan media massa), serta menentukan status kejadian/ bencana dan mengambil keputusan tindakan tanggap darurat yang belum ada di Kota Kendari. Penyebaran peringatan melalui berbagai sarana (media sosial, radio, SMS, sirene dll.) sesuai dengan kebutuhan mereka yang terancam (misalnya, untuk budaya, sosial, gender, bahasa, dan latar belakang pendidikan yang berbeda); serta menjangkau masyarakat (keseluruhan populasi, termasuk populasi musiman dan lokasi terpencil) belum ada. Peringatan dini yang dipakai oleh BMKG menggunakan SMS gateway dan publikasi di media online. BPBD Kota Kendari menggunakan media sosial seperti facebook, sirine dan sms. Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Orari menggunakan media radio. 2. Kota Kendari telah memiliki rencana kontinjensi banjir yang disusun dengan melibatkan masyarakat sipil dan swasta, yang dilakukan BPBD Kota Kendari. Rencana kontinjensi banjir beserta standar/ prosedur tetap operasional telah dilegalkan, namun pendanaan kadang tidak memadai. BPBD Kota Kendari belum mengevaluasi (menguji-coba) rencana kontinjensi banjir secara periodik untuk mendapatkan gambaran kapasitas dan sumber daya tanggap darurat (bantuan darurat, persediaan perlengkapan dan barang-barang bantuan, dll), dan kapasitas untuk memastikan fungsi-fungsi penting (polisi dan pemadam kebakaran) tetap berjalan bahkan dalam keadaan darurat. 3. BPBD Kota Kendari sudah inisiatif mengembangkan sistem peringatan dini daerah yang terhubung dengan otoritas sistem peringatan dini banjir, untuk merespon hasil analisis informasi (laporan) peringatan kemungkinan (terjadi/tidakterjadi) kejadian banjir dari BMKG atau BNPB sebagai dasar dalam menentukan tindakan peringatan dini dan penyebarluasan (oleh lembaga pemerintah,lembaga penyiaran swasta, dan media massa), serta menentukan status kejadian/ bencana dan mengambil keputusan tindakan tanggap darurat. Kebijakan operasional dan anggaran untuk mengembangkan (biaya modal) menjalankan (biaya operasional) sistem peringatan dini banjir berasal dari dana ongkol. BPBD Kota Kendari belum mempunyai perangkat yang memadai untuk penyebaran peringatan melalui berbagai sarana (media sosial, radio, SMS, sirene dll.) sesuai kebutuhan mereka yang terancam (misalnya, untuk budaya, sosial, jender, bahasa, dan latar belakang pendidikan yang berbeda); serta menjangkau masyarakat (keseluruhan populasi, termasuk populasi musiman dan lokasi terpencil). 4. BPBD Kota Kendari sudah mempunyai rencana kontijensi bencana longsor, tetapi dalam proses penyusunan belum melibatkan masyarakat sipil dan swasta. BPBD Kota Kendari sudah memiliki kapasitas dan sumber daya yang memadai yang diperlukan untuk tanggap darurat bencana longsor (bantuan darurat, persediaan perlengkapan dan barang-barang bantuan, dll), dan 102

113 kapasitas untuk memastikan fungsi-fungsi penting (polisi dan pemadam kebakaran) tetap berjalan bahkan dalam keadaan darurat. 5. Inisiatif untuk mengembangkan system peringatan dini biasa dilakukan melalui media massa dan sosial. Kebijakan operasional dan anggaran untuk mengembangkan dan menjalankan system peringatan dini masih terkendala di BPBD Kota Kendari. Kendala lain yakni sumber daya dan perangkat telah memadai untuk penyebaran peringatan melalui berbagai sarana sesuai kebutuhan mereka yang terancam dan bersifat khas secara geografis untuk memastikan bahwa peringatan hanya ditujukan bagi mereka yang terancam saja, serta menjangkau 100% masyarakat (keseluruhan populasi, termasuk populasi musiman dan lokasi terpencil). 6. Rencana Kontinjensi Karlahut yang disusun dengan melibatkan masyarakat sipil dan swasta belum ada di Kota Kendari. Karena itu, Rencana Kontinjensi Karlahut beserta standar/prosedur tetap operasionalnya tersebut belum dilegalkan dan memiliki pendanaan yang memadai. 7. Inisiatif belum ada untuk mengembangkan sistem peringatan dini daerah yang terhubung dengan otoritas sistem peringatan dini karlahut, untuk merespon hasil analisis informasi (laporan) peringatan kemungkinan (terjadi/tidakterjadi) kejadian karlahut dari BMKG/Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan KLHK/BNPB sebagai dasar dalam menentukan tindakan peringatan dini dan penyebarluasan (oleh lembaga pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan media massa), serta menentukan status kejadian/bencana dan mengambil keputusan tindakan tanggap darurat. 8. Rencana kontijensi dan peringatan dini serta infrastruktur dan evakuasi bencana gunung api, dikarenakan gunung api tidak ada di Kota Kendari. 9. Rencana kontinjensi kekeringan yang disusun dengan melibatkan masyarakat sipil dan swasta belum ada. Karena itu, gambaran kapasitas dan sumber daya tanggap darurat (bantuan darurat, persediaan perlengkapan dan barang-barang bantuan, dll), dan kapasitas untuk memastikan fungsifungsi penting (polisi dan pemadam kebakaran) tidak berjalan dengan baik. 10. Inisiatif belum ada untuk mengembangkan sistem peringatan dini daerah yang terhubung dengan otoritas sistem peringatan dini kekeringan, untuk merespon hasil analisis informasi (laporan) peringatan kemungkinan (terjadi/tidak terjadi) kejadian kekeringan dari BMKG/ Dinas Pertanian dan BNPB sebagai dasar dalam menentukan tindakan peringatan dini dan penyebarluasan (oleh lembaga pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan media massa), serta menentukan status kejadian/bencana dan mengambil keputusan tindakan tanggap darurat. 11. Rencana kontinjensi banjir bandang yang disusun dengan melibatkan masyarakat sipil dan swasta sudah ada. Untuk mengevaluasi (menguji-coba) rencana kontinjensi banjir bandang belum terjadi secara periodi kuntuk mendapatkan gambaran kapasitas dan sumberdaya tanggap darurat (bantuan darurat, persediaan perlengkapan dan barang-barang bantuan, dll), dan kapasitas untuk memastikan fungsi-fungsi penting (polisi dan pemadam kebakaran) tetap berjalan bahkan dalam keadaan darurat. 12. Inisiatif sudah ada untuk mengembangkan system peringatan dini daerahyang terhubung dengan otoritas system peringatan dini banjir bandang, untuk merespon hasil analisis informasi (laporan) peringatan kemungkinan 103

114 (terjadi/tidakterjadi) kejadian banjir bandang dari BMKG/ Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)/ Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) dan BNPB sebagai dasar dalam menentukan tindakan peringatan dini dan penyebarluasan (oleh lembaga pemerintah, lembaga penyiaran swasta, dan media massa), serta menentukan status kejadian/ bencana dan mengambil keputusan tindakan tanggap darurat. 13. Mekanisme prosedur yang mengatur tentang penentuan status darurat bencana yang melibatkan lembaga berwenang belum ada. Hal ini menyebabkan sulit untuk mendapatkan pendanaan yang memadai. Selain itu, kapasitas dan sumber daya tidak memadai untuk menentukan status tanggap darurat. 14. Mekanisme prosedur yang mengatur tentang struktur komando tanggap darurat bencana dan melibatkan para pemangku kepentingan sudah diatur dalam Surat Keputusan Walikota Kendari Nomor 704 tahun 2013 tentang Sistem Komando Tanggap Darurat (SKTD). Pemimpin komando adalah Seketaris Daeraj Kota Kendari. Mekanisme dan prosedur sudah diujicoba dan dievaluasi pada tahun 2013 lalu (lihat laporan evaluasi BPBD Kota Kendari). Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sudah memahami tugas dan fungsi masing-masing, namun SKPD belum semua menganggarkan dana tanggap darurat bencana. 15. Tim kaji cepat biasanya dikerjakan oleh relawan terlatih dari tim reaksi cepat TRC BPBD Kota Kendari dan tim TAGANA Dinas Sosial Kota Kendari, begitupun dengan PMI. Hasil kaji cepat dijadikan data awal untuk meningkatkan status daerah bencana. Tim relawan yang melakukan kaji cepat sudah sesui dengan prosedur yang berlaku karena diuji melalui sertifikasi dan laporan kegiatan. 16. Relawan dan personel terlatih sudah mampu melakukan penyelamatan dan pertolongan korban pada masa krisis dan tanggap darurat bencana. Relawan berasal dari PMI, BASARNAS, TAGANA Dinas Sosial, TNI-Polri, RAPI dan seterusnya. Kerja-kerja relawan tim penyelamatan dan pertolongan korban terlatih sesui dengan prosedur yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tim relawan dapat melaksakan tugasnya secara efektif (lihat laporan tiap lembaga di atas). 17. Prosedur perbaikan darurat bencana untuk pemulihan fungsi fasilitas kritis pada masa tanggap darurat bencana berdasarkan laporan TRC yang diolah untuk dijadikan rujukan. Proses tersebut belum mengakomodir peran komunitas, dunia usaha dalam perbaikan darurat bencana. Prosedur perbaikan darurat bencana belum dapat memulihkan fungsi fasilitas kritis dengan segera (misal1x24jam) pada masa tanggap darurat bencana. 18. Relawan dan personel sudah ada yang mampu melakukan pendistribusian bantuan kemanusiaan bagi masyarakat termasuk masyarakat terjauh pada masa krisis dan tanggap darurat bencana. Tim relawan dari Palang Merah Indoesia (PMI), TAGANA dan BPBD Kota Kendari. Mekanisme dan prosedur penggalangan dan pengerahan bantuan darurat bencana belum terkoordinasi semua. Penggalangan dana masih dilakukan sendiri-sendiri oleh berbagai pihak. PMI melakukan pengumpulan dana dalam kegiatan bulan dana, sedangkan BPBD melakukan pengumpulan dana dengan membuka posko bantuan, dan Dinas Sosial menggunakan bantuan dari Kementerian Sosial. Para relawan dan personel melakukan pendistribusian bantuan sesui dengan 104

115 prosedur dan lebih memperhatikan masyarakat terjauh. Aturan tertulis (baik dalam bentuk peraturan daerah, keputusan kepala daerah) tentang prosedur penghentian status tanggap darurat bencana belum ada, sehingga penghentian status tanggap darurat tersebut kadang tidak mengembalikan kondisiaktivitas masyarakat (normal kembali) Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana Pengembangan sistem pemulihan bencana dengan indikator dan nilai yakni: (1) pemulihan pelayanan dasar pemerintah dengan nilai indikator 0,06; (2) pemulihan infrastruktur penting dengan nilai indikator 0,15 (3) perbaikan rumah penduduk dengan nilai indikator 0,05 (4) pemulihan penghidupan masyarakat dengan nilai indikator 0,04. Berdasarkan hasil indikator di atas menghasilkan indeks proritas sebesar 0,30. Seperti yang tergambar dalam bentuk tabel di bawah ini. 105

116 Pengembangan sistem pemulihan bencana Tabel 29 Hasil Penilaian Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana Prioritas Indikator Respon (ya=1; tidak=0) 68 Pemulihan pelayanan dasar pemerintah 69 Pemulihan infrastruktur penting 70 Perbaikan rumah Penduduk 71 Pemulihan Penghidupan masyarakat Nilai respon Level indikator Nilai kepentingan Nilai indikator Indeks prioritas 106

117 Berikut Penjelasan Hasil Penilaian Hasil Pengukuran Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana: 1. Inisiatif untuk membangun mekanisme dan atau rencana pemulihan pelayanan dasar pemerintah pasca bencana bagi sebagian ancaman bencana belum ada. Karena itu, jaminan kelanjutan semua fungsi pemerintahan danatau administrasi penting sangat rentan pasca bencana. 2. Perencanaan pemulihan infrastruktur penting pascabencana sudah dilakukan pendataan pada tahun 2013 pasca bencana dan kemudian dilaporkan ke Bappeda, hasil dokumen dalam bentuk usulan rehab rekon yang dilakukan oleh BPBD Kota Kendari. Mekanisme dan atau rencana dan pelaksanaan pemulihan infrastruktur penting pasca bencana, yang disusun masih bersifat sektoral atau belum disusun secara bersama dengan melibatkan pemangku kepentingan. 3. Sistem atau mekanisme untuk perbaikan rumah penduduk pasca bencana baik dukungan pemerintah maupun swadaya atau pihak lain belum ada. Berdasarkan pengalaman BPBD Kota Kendari melakukan penghitungan kerusakan rumah penduduk akibat bencana. Rencana perbaikan rumah warga biasanya tidak disusun secara bersama-sama dengan berbagai pihak untuk mempertimbangkan kebutuhan dasar korban. Dan kadang rancangan proses perbaikan rumah penduduk pasca bencana tidak memperhatikan risiko bencana guna menghindari risiko jangka panjang. Karena itu, sulit untuk mengukur perbaikan rumah penduduk dapat mengurangi risiko terhadap ancaman bencana yang telah dan akan terjadi. 4. Mekanisme dan atau rencana rehabilitasi dan pemulihan penghidupan masyarakat pasca bencana belum ada, sehingga pemulihan penghidupan masyarakat pasca bencana agak kesulitan membangun terutama kapasitas jaringan pangan, kesehatan umum, perekonomian dalam hal pengurangan terbentuknya kelompok-kelompok miskin. 107

118 Gambar 25 Grafik Pengukuran Ketahanan Kota Kendari Prioritas Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu Tabel 30 Hasil Pengukuran Kerentanan Kota Kendari Pengembangan Sistem Informasi, Diklatdan Logistik Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana Peningkatan Efektivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana Perkuatan Kesiapsiagaan dan Penanganan Darurat Bencana Indeks prioritas Indeks kapasitas 0.52 Daerah Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana 108

119 109

120 Hasil penilaian kapasitas daerah Kota Kendari terkait Penanggulangan Bencana masuk kategori sedang dengan indeks kapasitas daerah 0,52. Adapun yang dinilai yakni: (1) penguatan kebijakan dan kelembagaan dengan indeks prioritas 0,73; (2) pengkajian risiko dan perencanaan terpadu dengan indeks proritas 0,60; (3) pengembangan sistem informasi, pendidikan kilat (diklat) dan logistik dengan indeks prioritas 0,51; (4) penanganan tematik kawasan rawan bencana dengan indeks proritas 0,69; (5) peningkatan efektivitas pencegahan dan mitigasi bencana dengan indeks proritas 0,63; (6) penguatan kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana dengan indeks prioritas 0,45; (7) pengembangan sistem pemulihan bencana dengan indeks prioritas 0,

121 111

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi Kota Kendari disusun dengan mengacu pada visi misi Kota Kendari yang tertuang dalam RPJMD Kota Kendari, dengan adanya

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

Proposal Peduli Sanitasi

Proposal Peduli Sanitasi 0 1 2 3 4 KILOMETERS U T e l u k K e n d a r i PENDAHULUAN berupaya mewujudkan kondisi sanitasi permukiman yang layak, yaitu yang dapat diakses oleh masyarakat sesuai dengan standar teknis, berfungsi secara

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN DARI DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL MEWAKILI MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional SFDRR (Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana) dan Pengarusutamaan PRB dalam Pembangunan di Indonesia Tanggal 17 Oktober

Lebih terperinci

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT Disampaikan Oleh: SESDITJEN BINA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Sekilas Berdirinya BNPB Indonesia laboratorium bencana Terjadinya bencana besar : Tsunami NAD dan Sumut, 26 Desember 2004,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hadirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan

Lebih terperinci

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN B. Wisnu Widjaja Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan TUJUAN PB 1. memberikan perlindungan kepada masyarakat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PEMERINTAH PROVINSI RIAU BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Jalan Jendral Sudirman No. 438 Telepon/Fax. (0761) 855734 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB I PENDAHULUAN...I. DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... I. 1 1.1 Latar Belakang... I. 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I. 9 1.3 Hubungan RKPD dan

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Balangan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup serta kondisi lingkungan yang dapat memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1978 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF KENDARI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1978 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF KENDARI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1978 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF KENDARI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan dan kemajuan di

Lebih terperinci

REVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015 S/D 2019 PENGADILAN AGAMA KENDARI KELAS 1 A

REVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015 S/D 2019 PENGADILAN AGAMA KENDARI KELAS 1 A REVIU DOKUMEN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015 S/D 2019 PENGADILAN AGAMA KENDARI KELAS 1 A KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, telah melimpahkan rahmat hidayahnya,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA

PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA PENURUNAN INDEKS RISIKO BENCANA DI INDONESIA 14 DESEMBER 2016 DISIAPKAN OLEH : DIREKTORAT PRB, BNPB INDONESIA DAN BENCANA Secara geografis Indonesia terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ]

Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB ] KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Bencana terkait dengan cuaca dan iklim [Renas PB 2010-2014] Banjir Tanah longsor Kekeringan Kebakaran hutan dan lahan Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kawasan Pantai Utara Surabaya merupakan wilayah pesisir yang memiliki karakteristik topografi rendah sehingga berpotensi terhadap bencana banjir rob. Banjir rob ini menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar populasi dunia bermukim dan menjalani kehidupannya di kawasan pesisir (Bird, 2008), termasuk Indonesia. Kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Makassar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2036. RUPM berfungsi untuk mensinergikan & mengoperasionalisasikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

CHAPTER I GEOGRAPHY AND CLIMATE CONDITION BAB I KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM

CHAPTER I GEOGRAPHY AND CLIMATE CONDITION BAB I KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM BAB I KEADAAN GEOGRAFI DAN IKLIM Pada bab ini menyajikan gambaran umum daerah Kota Kendari yang mencakup letak geografis, batas wilayah, luas wilayah, jenis tanah dan keadaan iklim. 1.1 Keadaan Geografi

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana LAMPIRAN Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Lampiran 1. Aspek dan Indikator Desa/Kelurahan Tangguh Aspek Indikator Ya Tidak

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi BAB V Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran 5.1 Visi Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga menjawab

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Pelayanan Permasalahan PD Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan PD Luas wilayah Kabupaten Lamongan adalah 1.812,8 km², atau menempati

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Bab 5 5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan 5.2.1 Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan Perhatian harus diberikan kepada kendala pengembangan,

Lebih terperinci

ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI

ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI ARAHAN DAN PENJELASAN GUBERNUR SULAWESI TENGGARA TENTANG RENCANA PENGERUKKAN DAN REKLAMASI TELUK KENDARI DISAMPAIKAN PADA PERTEMUAN DENGAN DPRD KOTA KENDARI KENDARI, 11 JUNI 2012 1 DESKRIPSI TELUK KENDARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara

Lebih terperinci

MATRIKS SANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 BNPB KEMENDAGRI KEMENSOS CATATAN. Pemerintahan Daerah

MATRIKS SANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 BNPB KEMENDAGRI KEMENSOS CATATAN. Pemerintahan Daerah MATRIKS SANDINGAN PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA 1 UNDANG- UNDANG BNPB KEMENDAGRI KEMENSOS CATATAN UU 24 / 2007 tentang PB UU 32 / 2004 tentang Pemerintahan Daerah UU 33

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENANGGULANGAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN BADAN PENANGGULANGAN Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Garut Tahun 2014 2019 Rencana Strategis Badan Penanggulangan Bencana Daerah i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan PEMANFAATAN DATA SIDIK DALAM PENETAPAN LOKASI DAN AKSI PRIORITAS ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Disampaikan pada Rapat Koordinasi ProKlim Manggala Wanabakti, 26 April

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DINAS DAERAH KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS POSISI PUSAT KOTA KENDARI BERDASARKAN ASPEK AKSESIBILITAS WILAYAH. HP: ABSTRACT

ANALISIS POSISI PUSAT KOTA KENDARI BERDASARKAN ASPEK AKSESIBILITAS WILAYAH.   HP: ABSTRACT ANALISIS POSISI PUSAT KOTA KENDARI BERDASARKAN ASPEK AKSESIBILITAS WILAYAH Usman Rianse 1), La Ode Muh. Magribi 2), Rice Soesilowati 3) 1) Dosen Fakultas Pertanian dan Pascasarjana UHO 2) Dosen Pascasarjana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DAN TANAH LONGSOR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PB PELUNCURAN DAN DISKUSI BUKU TATANAN KELEMBAGAAN PB DI DAERAH PUJIONO CENTER, 3 JUNI 2017 RANIE AYU HAPSARI Peran Serta Masyarakat SFDRR: Prioritas 1 (Memahami Risiko Bencana):

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA Provinsi Papua PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH PAPUA 1 Pendidikan Peningkatan akses pendidikan dan keterampilan kerja serta pengembangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81 05. A. KEBIJAKAN PROGRAM Arah kebijakan program pada Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan diarahkan pada Peningkatan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan secara Optimal, dengan tetap menjaga

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH SALINAN BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG DUNIA USAHA TANGGUH BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BUPATI KARANGANYAR, ESA Menimbang : a.

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan

Lebih terperinci