BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Umum Kabupaten Kebumen a. Letak Geografis Kabupaten Kebumen merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Menurut Peraturan Bupati Nomor 24 tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2017 dijelaskan bahwa Kabupaten Kebumen merupakan daerah yang terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Tengah, dengan batas-batas wilayah yaitu: a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Cilacap dan Banyumas, c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo, dan d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Kabupaten Kebumen dalam konteks regional memiliki posisi yang strategis karena merupakan simpul penghubung antara Jawa Timur dan Jawa Tengah dan memanjang di Pulau Jawa bagian selatan. Oleh karena itu Kabupaten Kebumen menjadi penghubung kota-kota besar yang menjadi kawasan pusat pertumbuhan baik tingkat regional maupun Nasional. 53

2 Secara astronomis, Kabupaten Kebumen terletak pada 7 27' (tujuh koma dua puluh tujuh derajat sampai dengan tujuh koma lima puluh derajat) Lintang Selatan dan ' ' (seratus sembilan koma dua puluh dua derajat sampai dengan seratus sembilan koma lima puluh derajat) Bujur Timur. Bagian selatan Kabupaten Kebumen merupakan dataran rendah, sedang pada bagian utara berupa pegunungan. Secara administratif Kabupaten Kebumen terdiri dari 26 kecamatan, yang mencakup sejumlah 449 desa, dan 11 kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Kebumen sebesar ,50 (seratus dua puluh delapan ribu seratus sebelas) hektar atau 1.281,115 (seribu dua ratus delapan puluh satu koma seratus lima belas) kilometer persegi. Kondisi wilayah Kebupaten Kebumen sebagian besar adalah dataran rendah dan sebagian lainnya berupa perbukitan dan wilayah pantai. Wilayah pantai memanjang di bagian selatan yang menjadikan Kabupaten Kebumen memiliki berbagai pariwisata pantai yang indah. b. Situasi Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Kebumen pada tahun 2015 tercatat sebanyak jiwa, tumbuh sebesar 0,33% dari tahun sebelumnya. Jumlah rumah tangga sebanyak rumah tangga, sehingga rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebesar 4 jiwa. Kepadatan penduduk Kabupaten Kebumen sebesar 922 jiwa/km², dengan Kecamatan Kebumen merupakan daerah terpadat penduduknya dengan kepadatan 54

3 2.893 jiwa/km² dan Kecamatan Sadang merupakan daerah terjarang penduduknya dengan kepadatan 335 jiwa/km². Dilihat dari jenis kelamin, pada tahun 2015 jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa, sehingga angka sex ratio sebesar 99,20 artinya komposisi penduduk lakilaki 0,99% lebih sedikit dibanding penduduk perempuan. Kecenderungan sex ratio di bawah 100 (seratus) dimungkinkan dengan banyaknya penduduk yang merantau ke luar daerah demi mencari atau mendapatkan lapangan pekerjaan khususnya sektor industri dan perdagangan/jasa di kota-kota besar, yang didominasi dari kalangan laki-laki. c. Kondisi Kemiskinan Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen seperti yang telah dijelaskan diatas pada tahun 2016 menempati peringkat kedua sebagai Kabupaten termiskin di Provinsi Jawa Tengah dengan persentase 19.86%. Lebih lanjut mengenai kondisi kemiskinan di Kabupaten Kebumen dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini tentang jumlah dan persentase penduduk miskin di 26 kecamatan yang ada di Kabupaten Kebumen. 55

4 Tabel 5. Jumlah penduduk miskin per kecamatan di Kabupaten Kebumen No Kecamatan Penduduk Miskin Total Penduduk desa (Pend Miskin/ Total desa) 1 Ayah % 2 Buayan % 3 Puring % 4 Petanahan % 5 Klirong % 6 Buluspesantren % 7 Ambal % 8 Mirit % 9 Prembun % 10 Kutowinangun % 11 Alian % 12 Kebumen % 13 Pejagoan % 14 Sruweng % 15 Adimulyo % 16 Kuwarasan % 17 Rowokele % 18 Sempor % 19 Gombong % 20 Karanganyar % 21 Karanggayam % 22 Sadang % 23 Bonorowo % 24 Padureso % 25 Poncowarno % 26 Karangsambung % Jumlah Sumber : Bidang Litbang SP Bappeda, Pendataan Penduduk Miskin Tahun 2016 Berdasarkan tabel 5 diatas dapat dilihat bahwasanya angka kemiskinan per kecamatan di Kabupaten Kebumen tergolong tinggi. 56

5 Kecamatan Karanggayam sebagai kecamatan dengan angka kemiskinan tertinggi di Kabupaten Kebumen dengan 43.28%, disusul oleh Kecamatan Sadang dengan 36.54%, dan Kecamatan Rowokele dengan 35.02%. Kemudian untuk kecamatan dengan angka kemiskinan terendah di Kabupaten Kebumen adalah Kecamatan Pejagoan dengan 6.15%, disusul oleh Kecamatan Gombong dengan 7.12%. Sedangkan Kecamatan Kebumen menempati peringkat ketiga dengan presentase 9.32%. Ada perbedaan yang besar antara Kecamatan Karanggayam yang merupakan kecamatan dengan presentase kemiskinan tertinggi dengan Kecamatan Pejagoan sebagai kecamatan dengan presentase kemiskinan terendah. Mengingat ada perbedaan lokasi antara kedua kecamatan tersebut dimana Kecamatan Pejagoan berada di daerah perkotaan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kebumen, sedangkan Kecamatan Karanggayam berada pada bagian utara Kabupaten Kebumen yang wilayahnya cenderung masih berupa pedesaan. Frank Ellis (dalam Edi Suharto, 2010: ) menyebutkan ada tiga jenis-jenis kemiskinan yakni kemiskinan ekonomi, kemiskinan politik, dan kemiskinan sosial-psikologis. Mengingat persentase kemiskinan yang tinggi terdapat pada kecamatan yang daerahnya masih berupa pedesaan yang lokasinya jauh dari perkotaan, apabila merujuk pada jenis-jenis kemiskinan tersebut, kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Kebumen termasuk kedalam jenis kemiskinan ekonomi. 57

6 Hal tersebut dikarenakan belum meratanya pembangunan dan persebaran perekonomian di Kabupaten Kebumen dan juga adanya faktor penghambat dalam masyarakat untuk memanfaatkan potensi yang ada guna peningkatan produktifitasnya. Faktor tersebut seperti rendahnya kualitas SDM untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki desa. Terbatasnya sumberdaya tersebut berakibat terhadap minimnya kesempatan kerja dan peluang usaha masyarakatnya. Untuk itu pemerintah daerah Kabupaten Kebumen harus mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan pariwisata di Kabupaten Kebumen yang mampu menjangkau masyarakat-masyarakat desa untuk terlibat sehingga akan memunculkan peluang usaha baru. d. Kondisi Pariwisata Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang mempunyai banyak pesona keindahan alam. Kondisi wilayah Kabupaten Kebumen yang kebanyakan berupa daerah pegunungan, pantai, dan dataran rendah menyimpan berbagai objek wisata yang menarik. Sebagai kabupaten yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Kebumen memiliki garis pantai yang cukup panjang. Hal ini menjadikan Kabupaten Kebumen dikaruniai berbagai macam objek wisata pantai yang mempesona. Walaupun kenyataannya beberapa pantai masih belum terlalu terjamah. Objek wisata pantai yang cukup terkenal dan menjadi ikon pariwisata di Kabupaten 58

7 Kebumen meliputi Pantai Lembupurwo, Pantai Petanahan, Pantai Logending, Pantai Karangbolong, Pantai Suwuk, Pantai Watubale, Pantai Sawangan, Pantai dan Menganti. Selain wisata pantai, Kabupaten Kebumen juga memiliki objek wisata lain seperti Goa Jatijajar, Goa Petruk, Goa Barat. Kemudian ada juga objek wisata air, yakni Waduk Wadaslintang, Waduk Sempor, Jembangan Wisata Alam. Selanjutnya ada objek wisata sejarah berupa Benteng Van der wijck, serta ada wisata pendidikan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kecamatan Karangsambung dan Hutan Mangrove. Kemudian akhir-akhir ini Kabupaten Kebumen mulai mengembangkan sektor pariwisata baru, yakni dengan mulai dibukanya desa-desa wisata. Desa wisata tersebut memberikan alternatif baru bagi kepariwisataan di Kabupaten Kebumen. Dimana desa wisata tersebut menawarkan sensasi wisata yang berbeda, yakni wisatawan diajak untuk menikmati kehidupan di desa dengan kekhasannya. Beberapa desa wisata yang ada di Kabupaten Kebumen seperti Brujul Adventure Park di Desa Peniron, Kampung Wisata Sapi di Desa Puring, Kampung Wisata Inggris Kebumen di Desa Adimulyo. Banyaknya objek wisata di Kabupaten Kebumen tidak semua dimiliki oleh pemerintah daerah. Akan tetapi pemerintah daerah Kabupaten Kebumen dalam hal ini melalui Dinas Kepemudaan Dan Olahraga Dan Pariwisata hanya mengelola sembilan objek wisata. Objek 59

8 wisata tersebut meliputi, Goa Jatijajar, Pantai Logending, Goa Petruk, Pantai Petanahan, Pantai Karangbolong, Waduk Sempor, Pemandian Air Panas (PAP) Krakal, Waduk Wadaslintang dan Pantai Suwuk. Di luar sembilan objek wisata tersebut pengelolaanya dilakukan oleh pemerintah desa yang bekerjasama dengan perhutani. Hal ini dikarenakan lahan yang digunakan merupakan milik perhutani. Pemerintah Kabupaten Kebumen sudah sejak lama menaruh perhatian terhadap sektor pariwisata. Hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen No. 15 Tahun 2011 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga. Dalam Peraturan daerah tersebut diatur mengenai besarnya tarif retribusi pada tempat rekreasi dan olahraga. Tujuan ditetapkannya besaran tarif retribusi dalam tempat rekreasi dan olahraga adalah untuk menghindari adanya pungutan liar (pungli) atas nama retribusi yang dilakukan oleh pengelola objek wisata. Selain itu tujuan adanya penetapan besaran tarif retribusi adalah untuk memperoleh keuntungan yang layak. Keuntungan yang layak adalah keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan tempat rekreasi, pariwisata dan olah raga tersebut dilakukansecara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Penghitungan besarnya retribusi yang pada objek wisata dilakukan berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaanjasa dengan tarif retribusi.tingkat penggunaan jasa yang dimaksud di sini yaitu diukur berdasarkan lokasi,luas, jenis, golongan umum, serta frekuensi 60

9 penggunaan fasilitas tempat rekreasi danolahraga yang digunakan atau dimanfaatkan. Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut: a. setiap memasuki tempat rekreasi dan olahraga dikenakan retribusi dengan ketentuan sebagai berikut: No Tempat wisata Biaya retribusi (dewasa) Biaya retribusi (anak-anak) 1 Waduk Sempor 4.000, ,- 2 Waduk Wadaslintang 3.000, ,- 3 Pantai Karangbolong 3.000, ,- 4 Pantai Suwuk 3.000, ,- 5 Pantai Petanahan 3.000, ,- 6 Goa Jatijajar 7.000, ,- 7 Pantai Logending 4.000, ,- 8 Goa Petruk 7.500, ,- 9 Pemandian Air Panas (PAP) Krakal 2.500, ,- b. Bagi setiap orang yang mandi di Pemandian Air Panas Krakal dipungut retribusi sebesarrp ,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah) per orang; c. Bagi setiap orang yang mengusahakan sarana rekreasi yang berupa kuda, andong dansejenisnya di lokasi objek wisata dikenakan Retribusi sebesar Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah) setiap sarana per hari; d. Bagi setiap orang yang mengusahakan sarana rekreasi yang berupa ATV (All-Terrain Vehicle) dan sejenisnya di lokasi objek wisata dikenakan Retribusi sebesar Rp ,00(sepuluh ribu rupiah) setiap sarana per hari; 61

10 e. Penggunaan khusus tempat olah raga yang berada di lokasi objek wisata dikenakan retribusi menempati yang besarnya Rp ,00 (seratus ribu rupiah) per hari; f. Bagi pengusaha fotografi yang masuk tempat rekreasi dikenakan retribusi setiap unit sebesar Rp ,00 (tiga ribu rupiah) per hari; g. Bagi pengusaha jasa tirta dikenakan retribusi setiap perahu sebesar Rp ,00 (sepuluh ribu rupiah) per hari; dan h. Bagi setiap orang yang melakukan ritual di Karang Bolong dikenakan Retribusi sebesar Rp ,00 (sepuluh ribu rupiah) per hari. Melalui pengaturan besaran tarif retribusi ini diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan jumlah pengunjung di objek wisata. Apabila jumlah pengunjung meningkat tentu saja akan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama bagi mereka yang mempunyai usaha dibidang pariwisata baik itu usaha jasa maupun usaha dagang. Berikut daftar jumlah pengunjung di sembilan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Kebumen tahun

11 Tabel 6. Jumlah Pengunjung di Sembilan Objek Wisata Yang Dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen Tahun No Tempat wisata Jumlah Pengunjung Tahun Waduk Sempor 39,865 2 Waduk Wadaslintang 26,754 3 Pantai Karangbolong 27,290 4 Pantai Suwuk 362,190 5 Pantai Petanahan 106,825 6 Goa Jatijajar 355,865 7 Pantai Logending 144,532 8 Goa Petruk 7,834 9 Pemandian Air Panas 25,497 (PAP) Krakal 10 Jumlah Total Pengunjung 1,096,652 Sumber: Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen. Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa jumlah pengunjung pada tahun 2016 sebesar Jumlah pengunjung pada tahun 2016 tersebut belum begitu banyak sehingga berdampak pada belum terpenuhinya target Pendapatan Asli daerah (PAD) sektor pariwisata yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kebumen. Mengenai target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut. 63

12 Tabel 7. Target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah sektor pariwisata tahun 2016 No Tempat wisata Target Pendapatan Asli Daerah (Rupiah) Realisasi (Rupiah) Presentase (%) 1 Waduk Sempor 148,775, ,083, % 2 Waduk 52,600,000 59,760, % Wadaslintang 3 Pantai 106,600, ,523, % Karangbolong 4 Pantai Suwuk 2,083,500,000 1,429,072, % 5 Pantai Petanahan 368,600, ,547, % 6 Goa Jatijajar 2,905,050,000 2,664,909, % 7 Pantai Logending 579,600, ,348, % 8 Goa Petruk 83,275,000 64,987, % 9 Pemandian Air Panas (PAP) Krakal 10 Lain-lain (Musiman, Sewa Tanah, Sewa Penginapan, Sewa Kios, Benteng Van der wijck, Premi Asuransi 25% ) 146,700, ,370, % 125,300, ,280, % 11 Jumlah Total Pengunjung 6,600,000,000 5,852,882, % Sumber: Diolah dari Dinas Pemudan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen. Seperti yang tertera pada tabel 7 di atas, bahwasanya target Pendapatan Asli daerah (PAD) sektor pariwisata yang ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kebumen adalah sebesar Rp ,- sedangkan realisasi yang bisa diperoleh sektor pariwisata sebesar Rp ,- atau secara presentase sebesar 88,68%. Kemudian dari sembilan objek wisata ada tiga objek wisata yang belum mampu memenuhi target, yakni Pantai Suwuk, Goa Jatijajar, dan Goa Petruk. Hal ini berarti sektor pariwisata belum mampu memenuhi target 64

13 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditetapkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kebumen. 2. Profil Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen beralamat di Jalan Pahlawan nomor 136 Kebumen. Nama Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen baru diresmikan pada tanggal 1 Januari 2017 yang sebelumnya bernama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Mengenai tugas dan fungsi Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 78 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, tugas Dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata. 1. Tugas Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen mempunyai tugas untuk melaksanakan urusan pemerintahan bidang kepemudaan dan olahraga dan bidang pariwisata yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang diberikan kepada daerah. 2. Fungsi Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen 65

14 Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana dan program di bidang kepemudaan dan olahraga, pengembangan pariwisata, dan pemasaran pariwisata; b. perumusan kebijakan di bidang kepemudaan dan olahraga, pengembangan pariwisata, dan pemasaran pariwisata; c. pelaksanaan koordinasi di bidang kepemudaan dan olahraga, pengembangan pariwisata, dan pemasaran pariwisata; d. pelaksanaan kebijakan di bidang kepemudaan dan olahraga, pengembangan pariwisata, dan pemasaran pariwisata; e. pengendalian, evaluasi dan pelaporan di bidang kepemudaan dan olahraga, pengembangan pariwisata, dan pemasaran pariwisata; f. pelaksanaan administrasi Dinas; g. pengendalian penyelenggaraan tugas Unit Pelaksana Teknis Dinas; dan h. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 66

15 Gambar 4. Struktur organisasi Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Parwisata Kabupaten Kebumen Sumber: Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Parwisata Kabupaten Kebumen 3. Tugas Pokok dan Fungsi Unsur Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen 67

16 Berdasarkan struktur organisasi Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen, unsur yang terkait dengan penelitian ini yakni Bidang Pengembangan Pariwisata yang terdiri dari Seksi Destinasi dan Daya Tarik Wisata, serta Seksi Usaha dan Jasa Sarana Pariwisata. Selanjutnya Bidang Pemasaran Pariwisata yang terdiri dari Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata serta Seksi Pengembangan Sumber Daya Pariwisata. Adapun rincian dari masingmasing unsur dijelaskan sebagai berikut: b. Bidang Pengembangan Pariwisata 1) Tugas Bidang Pengembangan Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan perumusan rencana, pengkoordinasian, pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi serta pelaporan meliputi pembinaan dan pengembangan pariwisata, pemberian pertimbangan dalam rangka penetapan tanda daftar usaha pariwisata, atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum, pembinaan kegiatan usaha jasa dan sarana pariwisata, pengembangan produk pariwisata. 2) Fungsi a) pengelolaan, pembinaan dan pengembangan destinasi dan daya tarik wisata; b) pengelolaan kawasan strategis pariwisata; 68

17 c) inventarisasi potensi destinasi dan daya tarik wisata, tenaga teknis sarana danprasarana destinasi dan daya tarik wisata; d) bimbingan teknis pengelolaan destinasi dan daya tarik wisata, kerjasama dengan pengusaha pariwisata dalam rangka pengembangan destinasi dan daya tarik wisata; e) pembinaan dan ketertiban destinasi dan daya tarik wisata; f) pemrosesan rekomendasi perizinan di bidang pengusahaan destinasi dan daya tarik wisata; g) inventarisasi potensi usaha jasa dan sarana wisata; h) bimbingan teknis, pengelolaan dan pengembangan jasa dan sarana wisata; i) rekomendasi kegiatan dan perizinan di bidang usaha dan jasa sarana wisata; j) pelaksanaan kerjasama dengan pengusaha pariwisata dalam rangka pembinaan dan pengembangan bidang usaha jasa dan sarana wisata; k) pengawasan dan pengendalian serta pelaporan pengelolaan bidang usaha dan jasa sarana wisata; l) pemantauan standarisasi dan klasifikasi usaha bidang pengembangan jasa dan sarana wisata; dan m) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. c. Seksi Destinasi dan Daya Tarik Wisata 69

18 Seksi Destinasi dan Daya Tarik Wisata mempunyai tugas untuk melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi sertapelaporan meliputi pengelolaan, pembinaan dan pengembangan destinasi dan dayatarik wisata, pengelolaan kawasan strategis pariwisata, inventarisasi potensidestinasi dan daya tarik wisata, tenaga teknis sarana dan prasarana destinasi dandaya tarik wisata, bimbingan teknis pengelolaan destinasi dan daya tarik wisata,kerjasama dengan pengusaha pariwisata dalam rangka pengembangan destinasidan daya tarik wisata, pembinaan dan ketertiban destinasi dan daya tarik wisata,pemrosesan rekomendasi perizinan di bidang pengusahaan destinasi dan daya tarikwisata. d. Seksi Usaha dan Jasa Sarana Pariwisata Seksi Usaha dan Jasa Sarana Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahanperumusan kebijakan teknis, pengkoordinasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasiserta pelaporanmeliputiinventarisasi potensi usaha jasa dan sarana wisata,bimbingan teknis, pengelolaan dan pengembangan jasa dan sarana wisata,rekomendasi kegiatan dan perizinan di bidang usaha dan jasa sarana wisata,pelaksanaan kerjasama dengan pengusaha pariwisata dalam rangka pembinaandanpengembangan bidang usaha jasa dan sarana wisata, pengawasan danpengendalian serta pelaporan pengelolaan bidang usaha dan jasa sarana wisata,pemantauan 70

19 standarisasi dan klasifikasi usaha bidang pengembangan jasa dansarana wisata. e. Selanjutnya Bidang Pemasaran Pariwisata 1) Tugas Melaksanakan perumusan rencana, pengkoordinasian, pelaksanaan kebijakan, pemantauan, evaluasi sertapelaporan meliputi promosi dan informasi pariwisata, penerapan brandingpariwisata nasional dan tag line pariwisata, penyediaan dan pengembangan sisteminformasi pariwisata, fasilitasi pelaksanaan atraksi wisata, pengembangan ekonomikreatif, rekreasi dan hiburan umum, penyediaan prasarana (zona kreatif/ruangkreatif) sebagai ruang berekspresi, berpromosi dan berinteraksi bagi insan kreatif,penyiapan perizinan di bidang pengusahaan atraksi wisata, rekreasi dan hiburanumum. 2) Fungsi a) fasilitasi pelaksanaan promosi dan informasi pariwisata; b) penetapan pedoman perencanaan dan kerjasama pemasaran/promosi pariwisata; c) penetapan pedoman partisipasi dan penyelenggaraan pameran/event budaya dan pariwisata; d) pelaksanaan program promosi pariwisata serta penyediaan informasi pariwisata; 71

20 e) pelaksanaan pameran baik di dalam maupun di luar negeri bekerja sama dengan lintas sektoral; f) penerapan branding pariwisata nasional dan tag line pariwisata, penyediaan dan pengembangan sistem informasi pariwisata; g) fasilitasi pelaksanaan atraksi wisata,pengembangan ekonomi kreatif, rekreasi dan hiburan umum; h) pembinaan, pengembangan dan pengawasan terhadap atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum; i) penyediaan prasarana (zona kreatif/ruang kreatif) sebagai ruang berekspresi, berpromosi dan berinteraksi bagi insan kreatif; j) penyiapan perizinan di bidang pengusahaan atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum; dan k) pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya. f. Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata Seksi Promosi dan Informasi Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusankebijakan teknis, pengoordinasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi sertapelaporan meliputi fasilitasi pelaksanaan promosi dan informasi pariwisata,penetapan pedoman perencanaan dan kerjasama pemasaran/ promosi pariwisata,penetapan pedoman partisipasi dan 72

21 penyelenggaraan pameran/event budaya danpariwisata, pengembangan sistem informasi pariwisata, pelaksanaan programpromosi pariwisata serta penyediaan informasi pariwisata, pelaksanaan pameranbaik di dalam maupun di luar negeri bekerja sama dengan lintas sektoral,pelaksanaan penerapan branding pariwisata nasional dan tag line pariwisata,penyediaan dan pengembangan sistem informasi pariwisata, fasilitasi pelaksanaan,pengembangan dan pengawasan atraksi wisata,rekreasi dan hiburan umum,penyediaan prasarana (zona kreatif/ruang kreatif) sebagai ruang berekspresi,berpromosi dan berinteraksi bagi insan kreatif dan penyiapan perizinan di bidangpengusahaan atraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum. g. Seksi Pengembangan Sumber Daya Pariwisata Seksi Pengembangan Sumber Daya Pariwisata mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pengoordinasian, pelaksanaan, pemantauan, evaluasiserta pelaporan meliputi inventarisasi potensi kelompok masyarakatpariwisata/kelompok sadar wisata, penyediaan dan pengembangan potensikelompok masyarakat pariwisata/kelompok sadar wisata, peningkatan kapasitassumber daya manusia pariwisata/penyuluhan wisata, penyiapan bahanrekomendasi kegiatan dan perizinan di bidang usaha pengembangan sumber dayamanusia pariwisata, pembinaan dan pengawasan terhadap 73

22 pengembangan sumberdaya pariwisata/penyuluhan wisata, penyiapan perizinan dibidang pengusahaanatraksi wisata, rekreasi dan hiburan umum dan pengembangan ekonomi kreatif. B. Upaya Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam Pengentasan Kemiskinan Melalui Sektor Pariwisata Pemerintah Kabupaten Kebumen, dalam hal ini adalah Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata (Selanjutnya disebut Disporawisata) selaku bagian dari Perangkat Daerah di Kabupaten Kebumen telah melaksanakan urusan pemerintahan pilihan yakni pengembangan sektor pariwisata. Adapun sektor pariwisata dikembangkan salah satu tujuannya adalah untuk mengentaskan kemiskinan di Kabupaten Kebumen yang masih tinggi. Terdapat dua upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata yakni dengan pengembangan desa wisata dan pengembangan destinasi wisata. Berdasarkan hasil penelitian, kedua upaya tersebut telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dijadikan rujukan dalam penyelenggaran pemerintahan. Berikut ini pembahasanlebih lanjut mengenai upaya pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata. 1. Pengembangan desa wisata Salah satu sektor yang dapat dikembangkan untuk menekan angka kemiskinan adalah sektor pariwisata. Sektor pariwisata memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan perekonomian terutama dalam 74

23 meningkatkan kesempatan kerja dan membuka peluang usaha baru bagi masyarakat.. Pengembangan Desa Wisata menjadi salah satu upaya dari pemerintah Kabupaten Kebumen dalam upaya mengentaskan kemiskinan melalui sektor pariwisata. Pengembangan desa wisata ini diharapkan mampu meningkatkan pariwisata di Kabupaten Kebumen agar bisa menjangkau masyarakatmasyarakat desa untuk terlibat sehingga akan memunculkan peluang usaha baru. Desa wisata sendiri merupakan wilayah pedesaan yang mempunyai berbagai karakteristik dan kekhasan khusus yang dapat menjadi tujuan pariwisata. Apabila merujuk pada jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane, bahwasanya desa wisata masuk kedalam jenis pariwisata untuk rekreasi dan pariwisata untuk kebudayaan. Sebagai pariwisata untuk rekreasi, desa wisata memberikan tempat yang nyaman dan tenang yang sangat cocok untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Kemudian desa wisata juga masuk kedalam jenis wisata kebudayan dimana desa wisata memberikan berbagai atraksi kebudayaan dan adat-istiadat yang ada di desa tersebut sehingga memberikan pengalaman dan pengetahuan baru mengenai kebudayaan bagi para wisatawan. Pengembangan desa wisata ini sesuai dengan konsep kepariwisataan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, yakni kepariwisataan yang memungkinkan masyarakat dilibatkan dalam pengelolaannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui pelibatan masyarakat dalam 75

24 pengelolaan pariwisata diharapkan akan mampu mencapai salah satu tujuan pariwisata yakni mampu menghapus kemiskinan. Pelibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata ini terlihat dalam pengelolaannya yang semua diserahkan kepada masyarakat melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis)dimana anggota-anggota pokdarwis tersebut adalah warga masyarakat desa wisata itu sendiri. Pembentukan pokdarwis sendiri ada dua, yakni pokdarwis yang dibentuk oleh kesadaran masyarakat sendiri dan yang dibentuk atas inisiasi dari Disporawisata. Pengembangan Desa Wisata mulai digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen mulai tahun 2011 dengan Desa Wisata Jembangan sebagai pelopornya. Pada saat itu Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (sekarang Disporawisata) memandang daerah Jembangan memiliki potensi wisata yang menjanjikan karena terdapat bendungan yang cukup besar, suasananya tenang dan udaranya juga sejuk. Oleh karena itu ada niatan dari Pemda untuk membuat wisata air di daerah Jembangan. Akan tetapi dikarenakan keterbatasan anggaran, Pemda Kebumen kemudian mengajak masyarakat Desa Jembangan untuk membuka wisata air dan membentuk pokdarwis untuk pengelolaan objek wisata air Jembangan. Pembukaan Desa Wisata Jembangan tidak diduga mampu menarik cukup banyak wisatawan untuk berkunjung. Walaupun kebanyakan masih wisatawan dari Kabupaten Kebumen dan daerah lain yang berdekatan seperti Wonosobo, Purworejo, maupun Banjarnegara. Melihat semakin banyaknya wisatawan yang hadir membuka peluang usaha baru bagi masyarakat Desa 76

25 Jembangan, mereka kini bisa memaksimalkan sektor pariwisata sebagai alternatif untuk meningkatkan perekonomian mereka dengan membuka usaha penjualan makanan, minuman, aneka cenderamata, dan penyewaan perahu. Keberhasilan Desa Wisata Jembangan membuat daerah lain termotivasi untuk ikut membentuk pokdarwis secara mandiri guna menggali potensi yang ada di desa yang nantinya dapat berkembang menjadidesa wisata.selain itu, Disporawisata juga semakin gencar dalam menggali potensi-potensi pariwisata yang ada di desa.adapun di Kabupaten Kebumen sampai saat initerdapat 22 desa wisata yang bisa dilihat pada tabel tabel 8. Tabel 8. Jumlah desa wisata di Kabupeten Kebumen No. Desa Wisata Kecamatan 1. Desa wisata Karangsambung Karangsambung 2. Desa wisata Maduretno Buluspesanten 3. Desa wisata Bulupitu Kutowinangun 4. Desa wisata Peniron Pejagoan 5. Desa wisata Adiluhur Adimulyo 6. Desa wisata Candirenggo Ayah 7. Desa wisata Jemur Kebumen 8. Desa wisata Jatijajar Ayah 9. Desa wisata Argopeni Ayah 10. Desa wisata Sitiadi Puring 11. Desa wisata Sikayu Buayan 12. Desa wisata Karangsari Kutowinangun 13. Desa wisata Pasir Ayah 14. Desa wisata Giripurno Karanganyar 15. Desa wisata Jembangan Poncowarno 16. Desa wisata Karangduwur Ayah 17. Desa Wisata Grogolbeningsari Petanahan 18. Desa Wisata Tambakmulyo Puring 19. Desa wisata krakal Alian 20. Desa wisata Kedungdowo Poncowarno 21. Desa wisata Redisari Rowokele 22. Desa wisata Wagirpandan Rowokele Sumber: Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Kebumen 19 Mei Pengembangan Desa Wisata diharapkan mampu mengentaskan kemiskinan karena akan memperluas peluang usaha dan peningkatan kesempatan kerja terutama bagi warga miskin. Dengan adanya desa wisata 77

26 masyarakat mendapat peluang usaha baru untuk meningkatkan perekonomian seperti penjualan berbagai cenderamata, penyewaan tempat istirahat atau homestay. Kemudian kesempatan kerja masyarakat sekitar juga akan meningkat, seiring kedatangan para wisatawantentunya membutuhkan berbagai akomodasi seperti makanan, minuman, oleh-oleh, transportasi dan tour guide. Selain itu pengembangan desa wisata juga akan menambah pemasukan untuk desa yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat desa itu sendiri. Berkaitan dengan pengembangan desa wisata Disporawisata berperan dalam melakukan pembinaan dan promosi. Hal ini dikarenakan pengelolaan desa wisata yang sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat melalui pokdarwis. a. Pembinaan Disporawisata secara berkala dan berkelanjutan melakukan pembinaan kepada pokdarwis selaku pengurus desa wisata. Pembinaan ini dilakukan pada hari Selasa minggu kedua setiap bulannya yang tempatnya bergantian pada setiap desa wisata, namun untuk awal tahun pembinaan diadakan di kantor Disporawisata Kabupaten Kebumen. Sistem pembinaan tersebut disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan dari pokdarwis itu sendiri. Jadi untuk pembinaan bulan depan tema ditentukan pada pembinaan bulan sebelumnya. Fokus utama pembinaan ini adalah peningkatan usaha di bidang pariwisata dan pengelolaan desa wisata. 78

27 Pembinaan terhadap peningkatan usaha di bidang pariwisata dilakukan untuk mendorong masyarakat membuka usaha di bidang pariwisata, baik itu usaha dagang maupun usaha jasa. Hal ini bertujuan untuk membuka peluang dan kesempatan kerja baru bagi masyarakat sekitar desa wisata sehingga mampu meningkatkan perekonomiannya yang nantinya akan mampu mengentaskan kemiskinan. Selain itu dengan banyaknya usaha dagang dan jasa di kawasan desa wisata akan mampu menopang keberadaan desa wisata itu sendiri, dimana desa wisata yang mempunyai fasilitas memadai dan kebutuhan wisatawan seperti tempat makan, istirahat, akomodasi terpenuhi dengan baik akan membuat wisatawan menjadi betah. Berbagai usaha dagang yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk meningkatkan pendapatan dan juga untuk memenuhi kebutuhan wisatawan di desa wisata seperti usaha warung makan, oleh-oleh maupun cenderamata. Adapunberbagai oleh-olehmakanan khas dari Kabupaten Kebumen seperti Lanting dan Jenang.Selain oleh-oleh ada berbagai cenderamata seperti gantungan kunci dan berbagai hiasan rumah. Adapun pembinaan yang dilakukan oleh Disporawisata terkait usaha dagang yang ada di desa wisata seperti bagaimana cara mengemas produk yang menarik dan menjaga kualitas produk agar tetap baik. Selain itu berkenaan dengan usaha warung makan/restoran 79

28 pembinaan yang dilakukan seperti menjaga kebersihan tempat dan makanan serta pembuangan limbah yang benar. Kemudian usaha jasa yang bisa dikembangkan dalam desa wisata dalam rangka meningkatkan perekonomian sehingga mampu mengentaskan kemiskinan cukup beragam. Masyarakat bisa menawarkan jasa penginapan, tempat beristirahat, sewa alat (perahu, ATV, sepeda, sepeda motor, kamera) maupun menjadi pemandu wisata (tour guide). Disporawisata menekankan bahwa setiap desa wisata harus mempunyai pemandu wisata. Adapun pembinaan yang dilakukan oleh Disporawisata terkait usaha jasa yang ada di desa wisata seperti melakukan pembinaan tentang bagaimana melayanai wisatawan yang baik, menjaga kebersihan dan kenyamanan tempat istirahat maupun penginapan serta menjaga kualitas barang-barang yang disewakan jangan sampai mengecewakan pengunjung. Selanjutnya pembinaan pemandu wisata ini juga menjadi perhatian Disporawisata dimana pemandu wisata dituntut mempunyai kualitas, skill, dan attitude yang baik dalam memandu para wisatawan. Fokus pembinaan selanjutnya berkaitan dengan pengelolaan desa wisata. Hal ini dikarenakan keberhasilan pengembangan desa wisata agar mampu mengentaskan kemiskinan sangat bergantung kepada kesiapan dan dukungan masyarakat itu sendiri. Selain itu dalam desa wisata masyarakat juga akan bersinggungan langsung dengan para 80

29 wisatawan baik sebagai pengelola maupun sebagai pelayan yang nantinya akan menimbulkan berbagai interaksi antar masyarakat dan para wisatawan. Terkait pengelolaan desa wisata Disporawisata melakukan pembinaan terhadap pokdarwis selaku pengelola desa wisata. Pembinaan tersebut seperti manajemen pengelolaan yang baik, pemanfaatan potensi wisata secara bijak, pengelolaaan limbah, penataan ruang, dan pengadaan sarana dan prasara. b. Promosi Selain melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap desa wisata, Disporawisata juga melakukan promosi desa wisata dengan mengadakan festival desa wisata tanggal 20 dan 21 Mei 2017 yang bertempat di alun-alun Kabupaten Kebumen dan pendopo rumah dinas Bupati. Festival desa wisata tersebut diikuti 18 desa wisata yang ada di Kabupaten Kebumen. Selain untuk mempromosikan desa wisata kepada masyarakat Kabupaten Kebumen tujuan diadakannya festival desa wisata tersebut adalah untuk mengetahui selama ini bagaimana perkembangan desa wisata yang ada di Kabupaten Kebumen. Festival desa wisata terbagi dalam dua bagian acara, tanggal 20 Mei 2017 diadakan acara pameran desa wisata, yakni setiap desa wisata diharapkan mampu memberikan suguhan mengenai potensi, kekhasan dan konsep desa wisata yang dikembangkan kepada para pengunjung acara tersebut. Kemudian tanggal 21 Mei 2017 para peserta festival desa wisata 81

30 diharuskan mempresentasikan di depan para juri mengenai potensi desanya, apa yang menjadi nilai jual, kekhasan desanya dibanding yang lain, bagaimana pengelolaan desa wisatanya selama ini, program-program kedepannya guna pengembangan desa wisatanya, bantuan yang dibutuhkan dari pemerintah, serta kendala dalam pengelolaan maupun pengembangannya. Selain itu para peserta juga diharuskan menampilkan satu atraksi yang akan mereka jual untuk menarik minat wisatawan. Para juri selain dari pihak Disporawisata juga ada dari Dispermades (Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa) dan dari Bappeda (Badan perencanaan dan penelitian dan pengembangan daerah). Alasan pihak Disporawisata juga mengundang juri dari Dispermades dan Bappeda adalah agar mereka mengetahui bagaimana potensi dan program-program desa wisata tersebut. Untuk itu bukan tidak mungkin tahun depan baik Dispermades maupun Bappeda bisa turut serta dalam pengembangan desa wisata dengan menganggarkan dana untuk salah satu desa maupun beberapa dea wisata di Kabupaten Kebumen. Perkembangan desa wisata di Kabupaten Kebumen tidak semuanya berjalan dengan baik, ada desa yang perkembangannya cepat, adapula yang lambat, dan ada juga yang masih dalam tahap pembelajaran. Hal ini dikarenakan dari potensi, sumber daya alam dan masyarakatnya yang berbeda-beda, jadi pengembangannyapun tidak sama. Untuk itu dengan adanya festival desa wisata ini para peserta dapat memperoleh manfaat terutama dalam segi pengelolaan dan program kedepannya. Para 82

31 peserta dapat mengukur sendiri bagaimana kesiapan desanya apabila dibandingkan dengan desa wisata yang lain. Dilihat dari strategi pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata, pengembangan desa wisatacukup mampu menerapkannya dengan baik. Adapun strategi pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata menurut Poultney dan Spenceley(dalam Janianton Damanik, 2005: 22-24) sebagai berikut: 2. Perluasan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin Perluasan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin dapat dimulai dengan penggunaan barang dan jasa di kawasan wisata. Barang dan jasa yang digunakan adalah milik masyarakat lokal setempat sehingga akan lebih menjamin terbukanya peluang usaha bagi penduduk miskin. Dengan terbukanya peluang usaha maka diharapkan akan meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga mampu mengentaskan kemiskinan. 3. Perluasan kesempatan kerja bagi penduduk miskin Kesempatan kerja bagi masyarakat miskin dapat diperluas dengan cara merekrut tenaga kerja dalam kegiatan kepariwisataan. Hal ini ditujukan agar masyarkat lokal mampu mendapat manfaat dari adanya kegiatan kepariwisataan di daerahnya. 4. Pengurangan dampak lingkungan bagi penduduk miskin yang lebih rentan Industri pariwisata perlu mengantisipasi dampak negatif pemanfatan sumber daya lokal yang digunakan industri pariwisata terhadap kehidupan 83

32 masyarakat lokal. Misalnya akomodasi perhotelan yang dapat berdampak negatif terhadap ketersediaan sumber air setempat. 5. Pengurangan dampak sosial budaya pariwisata yang negatif bagi penduduk miskin Pariwisata dapat dengan mudah mengubah struktur ekonomi masyarakat lokal. Tetapi perubahan tersebut mungkin sulit menjangkau aspek-aspek sosial dan budaya. Misalnya, perluasan kesempatan kerja di sektor pariwisata hanya menyerap tenaga kerja laki-laki, padahal dalam kenyataanya tenaga kerja perempuan yang justru banyak menjadi penganggur. 6. Pengembangan kelembagaan yang mendorong upaya pengentasan kemiskinan Untuk mengoptimalkan fungsi pariwisata sebagai instrumen pengentasan kemiskinan diperlukan suatu entitas kelembagaan yang mempresentasikan masyarakat miskin. Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu kelembagaan yang tepat agar mereka mampu melakukan negosiasi dan keputusan-keputusan strategis dalam pengelolaan sumberdaya pariwisata. 7. Penajaman kebijakan dan perencanaan pengembangan pariwisata yang lebih tepat Kebijakan-kebijakan dan rencana pengembangan pariwisata perlu dirumuskan secara spesifik dan tegas mengakomodasi kepentingan masyarakat miskin. Masyarakat miskin di daerah tujuan pariwisata perlu 84

33 dihargai sebagai pemilik sumberdaya yang utama, sehingga setiap kegiatan pengembangan pariwisata harus dapat memberikan sumbangan positif bagi kehidupan mereka. Kebijakan dan rencana pengembangan tersebut juga harus menjadi komitmen kuat pemerintah. Berkenaan dengan stategi tersebut pengembangan desa wisata mampu membuka kesempatan berusaha dan kesempatan kerja baru bagi penduduk miskin seperti masyarakat bisa menjual makanan, minuman, aneka cenderamata, menyewakan berbagai alat kepada wisatawandan juga bisa menjadi pemandu wisata. Kemudian desa wisata juga mampu mengembangkan kelembagaan yang mendorong upaya pengentasan kemiskinan dimana pengelolaan desa wisata diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat sehingga masyarakat sendiri mampu bernegosiasi dan mengambil keputusan-keputusan strategis dalam pengelolaan sumberdaya pariwisata. Kemudian berkaitan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kebumen Nomor 20 tahun 2012 tentang Percepatan penanggulangan kemiskinan, pengembangan desa wisata termasuk kedalam kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Hal ini dikarenakan dalam desa wisata pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat, sehingga masyarakat dituntut untuk mampu mengembangkan potensi daerahnya dan terlibat dalam pembangunannya. Dilihat dari upaya pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata, pengembangan desa wisata mencakup pelibatan masyarakat dalam pengelolaan dan perluasan kesempatan usaha baru. Kemudian apabila 85

34 dikaitkan dengan pengertian kemiskinan secara umum upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Kebumen dapat dikatakan telah mampu mengakomodasi kondisi serba kekurangan masyarakat miskin yang kesulitan dalam mendapatkan lapangan pekerjaan dan usaha baru. 2. Pengembangan destinasi wisata Pariwisata sebagai salah satu sektor yang diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan perekonomian di Kabupaten Kebumen terutama untuk mengurangi angka kemiskinan perlu dikembangkan secara terpadu dan terencana. Untuk itu Disporawisata diharapkan mampu membuat program-program maupun kebijakan yang mampu mendorong peran dan keterlibatan masyarakat dalam kepariwisataan di Kabupatem Kebumen sehingga akan menimbulkan multipliereffect yang tertuang dalam tujuan kepariwisataan. Salah satu multipliereffect kepariwisataan yang sangat diharapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen adalah sektor kepariwisataan mampu menghapus kemiskinan. Harapan tersebut dikarenakan Kabupaten Kebumen mempunyai potensi kepariwisataan yang bagus akan tetapi angka kemiskinannya yang masih tinggi. Seperti yang telah diketahui bahwasanya sektor pariwisata berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan dengan jalan menyediakan lapangan pekerjaan baru, dan membuka peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan dan juga pengurangan kerentanan. Pengembangan destinasi wisata menjadi salah satu upaya dari Disporawisata untuk mengentaskan kemiskinan melalui sktor pariwisata di 86

35 Kabupaten Kebumen. Destinasi wisata sendiri merupakan daerah yang menjadi tujuan kegiatan wisata. Jadi singkatnya pengembangan destinasi wisata adalah usaha untuk mengembangkan daerah tujuan wisata menjadi lebih baik sehingga tujuan dari kegiatan kepariwisataan mampu tercapai. Disporawisata sendiri dalam pengembangan destinasi wisata hanya mencakup sembilan objek wisata. Hal ini karena Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen hanya mengelola sembilan objek wisata. Adapun kesembilan objek wisata tersebut dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini. Tabel 9. Objek Wisata yang Dikelola Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen No Tempat wisata 1 Waduk Sempor 2 Waduk Wadaslintang 3 Pantai Karangbolong 4 Pantai Suwuk 5 Pantai Petanahan 6 Goa Jatijajar 7 Pantai Logending 8 Goa Petruk 9 Pemandian Air Panas (PAP) Krakal Sumber: Statistik Kepariwisataan Kabupaten Kebumen Pengembangan destinasi wisata oleh Disporawisata lebih menekankan dalam peningkatan infrastruktur yang ada di objek wisata. Selain itupelibatan masyarakatdalam kepariwisataan juga menjadi perhatian dari Disporawisata dalam pengembangan destinasi wisata. a. Peningkatan Infrastruktur Peningkatan infrastruktur yang dilakukan oleh Disporawisata dalam pengembangan destinasi wisata terwujud dengan pengadaan berbagai sarana di objek wisata.selain itu, pembangunan berbagai 87

36 prasarana juga dilakukan Disporawisata dalam pengembangan destinasi wisata di Kabupaten Kebumen.Peningkatan infrastruktur tersebut diharapkan mampu mencapai tujuan kepariwisataan yang salah satunya untuk menghapus kemiskinan. 1. Pengadaan sarana objek wisata Peningkatan sarana objek wisata oleh Disporawisata terwujud dengan pengadaan berbagai alat pendukung kegiatan kepariwisataan. Sarana pendukung tersebut seperti pengadaan peralatan keselamatan alat susur goa di objek wisata Goa Jatijajar dan Goa Baratserta pengadaan kapal wisata dan jet ski di objek wisata Pantai Logending. Pengadaan berbagai sarana tersebut diharapkan akan mampu menarik banyak wisatawan untuk datang berkunjung. Selain itu pengadaan sarana tersebut juga bertujuan untuk ikut membantu upaya pengentasan kemiskinan bagi masyarakat sekitar objek wisata. Sebagai contoh pengadaan sarana alat susur goa di objek wisata Goa Jatijajar dan Goa Baratakan membuka kesempatan menjadi pemandu wisata untuk para wisataan yang berkenan menyusuri Goa. Hal itu tentu menjadi kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk dapat memperoleh pekerjaan baru maupun tambahan penghasilan dengan ikut menjadi pemandu wisata. Mengingat medan yang cukup terjal dan berbahaya terutama untuk Goa Barat maka dalam menjadi pemandu wisata di kedua objek wisata tersebut diperlukan pelatihan dan keterampilan khusus. 88

37 Kemudian sarana pengadaan kapal wisata di objek wisata Pantai Logending juga diharapkan mampu mendongkrak pemasukan objek wisata dan mampu membuka peluang kerja baru bagi masyarakat. Kapal-kapal wisata tersebut dikemudikan oleh masyarakat sekitar mengingat keterbatasan pengelola di objek wisata Pantai Logending. Hal tersebut tentu menjadi peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha di sektor pariwisata namun terhalang oleh keterbatasan modal dan alat. 2. Peningkatan prasarana di objek wisata Disporawisata dalam pengembangan destinasi wisata juga melakukan peningkatan terhadap prasarana di objek wisata. Fokus peningkatan prasarana tersebut yakni membangun prasarana yang baru maupun memperbaiki prasarana yang telah rusak. Adapun peningkatan prasarana yakni seperti pembangunan pasar wisata dan taman di objek wisata Goa Jatijajar, pembangunan gerbang masuk dan taman di objek wisata Pantai Logending, dan pembangunan warung, taman, serta fasilitas bermain anak di objek wisata Pantai Karangbolong. Pembangunan pasar wisata di objek wisata Goa Jatijajar merupakan salah satu wujud pengembangan destinasi wisata yang dilakukan oleh Disporawisata. Pembangunan pasar wisata tersebut juga memberikan kontribusi nyata terhadap upaya pengentasan kemiskinan. Pasar wisata tersebuttersebut membuka peluang usaha 89

38 baru bagi masyarakat sekitar objek wisata Jatijajar terutama untuk perempuan. Hal ini dikarenakan banyak perempuanmaupun ibu-ibu di desa yang tidak bekerja. Dengan adanya pasar wisata ini para perempuan yang sebelumnya tidak bekerja kini sudah punya pendapatan untuk meningkatkan perekonomian. Pasar wisata tersebut terdiri dari 42 kios pedagang yang menjual berbagai oleh-oleh khas Kabupten Kebumen seperti berbagai kerajinan tangan, aneka baju, makanan khas Kebumen. Pemerintah Kabupaten Kebumen sengaja menempatkan pasar wisata tersebut di pintu keluar Goa Jatijajar dengan alasan agar wisatawan yang sudah menikmati objek wisata Goa Jatijajar langsung berada di pasar wisata tersebut dan harapannya tertarik untuk berbelanja disana. Untuk lebih jelasnya mengenai pasar wisata Goa Jatijajar dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Kemudian Disporawisata juga membangun warung, taman serta fasilitas bermain anak di objek wisata Pantai Karangbolong. Dibangunnya warung disekitar Pantai Karangbolong memiliki dua tujuan yang saling berkaitan. Pertama dengan adanya warung tersebut tentu membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan sehingga mampu menambah penghasilan yang nantinya akan mampu mendorong pengentasan kemiskinan. Kedua, keberadaan warungwarung tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan para wisatawan yang berkunjung seperti kebutuhan akan makanan, minuman, serta 90

39 tempat istirahat. Selanjutnya pembangunan taman dan fasilitas bermain anak bertujuan untuk menarik wisatawan dan membuat wisatawan yang datang menjadi betah dan berkenan berkunjung lagi di kemudian hari. Apabila dikaitkan dengan pengertian kemiskinan secara umum dimana kemiskinan merupakan suatu kondisi masyarakat yang berada pada kondisi serba terbatas, baik dalam aksesbilitas pada faktor produksi, peluang/kesempatan berusaha, dan fasilitas hidup lainnya. Upaya Pemerintah Kabupaten Kebumen dengan membangun pasar wisata di objek wisata Goa Jatijajar, pengadaan kapal-kapal wisata di Pantai Logending setidaknya mampu mendorong pengentasan kemisknan di Kabupaten Kebumen dengan membuka lapangan pekerjaan dan usaha baru di bidang pariwisata. b. Pelibatan masyarakat Selain peningkatan sarana dan prasarana, pengembangan destinasi wisata juga mencakup pelibatan masyarakat dalam kepariwisataan. Adapun keterlibatan masyarakat dalam kepariwisataan di Kabupaten Kebumen yakni dengan menjadi Buruh Tak Terlatih (BTT), Mas dan Mbak Duta Wisata, dan ikut dalamkomunitas pariwisata. 1. Buruh Tak Terlatih (BTT) Pengelola pada setiap objek wisata berjumlah enam orang, yang terdiri dari satu kepala pengelola dan lima staf. Jumlah pengelola tersebut terlalu sedikit untuk mengurusi objek wisata yang sedemikian 91

40 luasnya. Kemudian untuk membantu tugas pengelola Disporawisata mempekerjakan masyarakat sekitar objek wisata sebagai buruh tak terlatih (BTT). Buruh tak terlatih dalam setiap objek wisata ini berjumlah lima orang. Walaupun hanya berjumlah lima orang tetapi keberadaanya sangat membantu pengelola objek wisata terutama saat objek wisata ramai seperti musim liburan dan lebaran. Tugas utama dari BTT ini adalah membantu pengelolaan di objek wisata terutama untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di objek wisata. Pengangkatan BTT tersebut selain untuk membantu tugas pengelola objek wisata juga sebagai upaya dari Disporawisata untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam pengelolaan pariwisata.dengan adanya BTT tersebut setidaknya ada kontribusi positif dari pariwisata terhadap pengentasan kemiskinan dengan memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sekitar walaupun tidak terlalu signifikan. 2. Mas dan Mbak Duta Wisata Disporawisata terus mendorong partisipasi masyarakat dalam kepariwisataan dengan mengadakan pemilihan Mas dan Mbak duta wisata.tugas utama Mas dan Mbak duta wisata adalah sebagai agen perubahan, pelopor atau penggerak kesadaran pariwisata di Kabupaten Kebumen. Banyak event-event pariwisata di luar Kebumen yang diikuti oleh Mas dan Mbak duta wisata ini untuk untuk sebagi upaya untuk mempromosikan pariwisata di Kebumen. 92

41 Kemudian untuk memajukan pariwisata di Kebumen duta wisata membuat berbagai event di objek wisata untuk menarik para wisatawan. Bahkan duta wisata menjadi pelopor dibukanya Wisata Pentulu Indah di Karanggayam dan Bukit Langit di Karanganyar. Hal ini tentu perlu diapresiasi, terutama untuk dibukanya objek wisata pentulu indah karena Kecamatan Karanggayam merupakan Kecamatan dengan angka kemiskinan tertinggi di Kabupaten Kebumen. Dibukanya objek Wisata Pentulu Indah tersebut diharapkan akan meningkatkan peluang usaha masyarakat Karanggayam sehingga mampu mengurangi kemiskinan. Kemudian pada tanggal 10 Juni 2017 duta wisata mengadakan acara Indahnya Berbagi Bersama. Acara tersebut bertujuan untuk mengumpulkan donasi bagi kaum dhuafa dan yatim piatu yang ada di Kabupaten Kebumen. Selain itu dalam acara tersebut juga diputar film Eksotisme Tanah Lawet, film garapan Mas dan Mbak Duta Wisata Kebumen yang menyuguhkan tentang keindahan pariwisata di Kabupaten Kebumen untuk mempromosikan pariwisata Kebumen. Acara tersebut berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp ,- yang akan dibagikan ke kaum dhuafa dan yatim piatu yang ada di Kabupaten Kebumen. 3. Komunitas Pariwisata Selain menjadi Buruh Tak Terlatih dan ikut menjadi Mas dan Mbak Duta Wisata, keterlibatan masyarakat juga bisa dilakukan dengan 93

42 ikut dalam berbagai komunitas-komunitas pariwisata Kebumen. Adapun komunitas-komunitas pariwisata tersebut membantu memasarkan atau mempromosikan pariwisata yang ada di Kabupaten Kebumen. Promosi pariwisata cukup penting dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui sektor pariwisata sangat bergantung pada banyaknya wisatawan yang berkunjung di objek wisata. Hal ini dikarenakan dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang berwisata tentu uang yang dibelanjakan semakin banyak sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah. Sehingga sektor pariwisata mampu berkontribusi terhadap pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kebumen. Berbagai komunitas-komunitas pariwisata dan kelompokkelompok sadar wisata mulai banyak terbentuk. Komunitas-komunitas tersebut seperti Kebumen Memotret, Kebumen Keren, dan Plesir Kebumen. Komunitas-komunitas tersebut giat memprosikan pariwisata Kabupaten Kebumen terutama melalui media sosial. Selain itu Disporawisata juga bekerjasama dengan komunitas Kebumen Memotret untuk membuat booklet yang berisi peta wisata lengkap dengan petunjuk jalan dan jarak tempuh. 94

43 Gambar 7. Salah satu keterlibatan masyarakat dalam promosi pariwisata Sumber: http// Seperti yang tertera, gambar diatas merupakan salah satu bentuk keterlibatan masyarakat dalam hal ini komunitas Kebumen Keren untuk memasarkan destinasi pariwisata di Kabupaten Kebumen melalui media sosial instagram. Gambar diatas diambil pada objek wisata Waduk Sempor. Pengembangan destinasi wisata yang baik dan terencana akan mampu mencapai tujuan kepariwisataan, terutama untuk mengentaskan kemiskinan. Menurut Cooper, untuk mencapai destinasi wisata yang baik setidaknya harus memenuhi empat unsur sebagai berikut: 1. Atraksi(Attraction) Atraksi adalah produk utama dari sebuah destinasi, atau singkatnya apa yang dijual oleh sebuah destinasi wisata tersebut. Atraksi sendiri berkaitan 95

BAB I PENDAHULUAN. dan layak. Masalah kemiskinan menjadi masalah yang cukup serius karena akan

BAB I PENDAHULUAN. dan layak. Masalah kemiskinan menjadi masalah yang cukup serius karena akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah masalah kemiskinan. Kondisi kemiskinan ini terjadi karena rakyat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa Retribusi Daerah merupakan

Lebih terperinci

Rekapitulasi Belanja Langsung SKPD - RA RKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Bahan Musrenbang Kabupaten Kebumen Tahun 2016

Rekapitulasi Belanja Langsung SKPD - RA RKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Bahan Musrenbang Kabupaten Kebumen Tahun 2016 Rekapitulasi Belanja Langsung - RA RKPD Kabupaten Kebumen Tahun 2017 Bahan Musrenbang Kabupaten Kebumen Tahun 2016 No Nama Jumlah Program Jumlah Kegiatan 1 1.01.01 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI SEKTOR PARIWISATA JURNAL

UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI SEKTOR PARIWISATA JURNAL UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI SEKTOR PARIWISATA JURNAL Oleh: Dias Endar Pratama NIM. 13401241076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sandang, pangan, maupun papan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sandang, pangan, maupun papan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan wisata telah menjadi bagian dari kebutuhan manusia. Manusia sebagai mahluk hidup selalu berusaha untuk memenuhi segala kebutuhannya. Kebutuhan manusia meliputi

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TINGKAT KABUPATEN PUTARAN II

REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TINGKAT KABUPATEN PUTARAN II Lampiran 2 Model DB1-KWK Kabupaten Provinsi : Kebumen : Jawa Tengah REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI TINGKAT KABUPATEN PUTARAN II A. SUARA SAH PASANGAN CALON

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 25/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 185.613 RUMAH TANGGA, TURUN 14,85 PERSEN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 69 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ZONASI PARIWISATA BERDASARKAN POTENSI SUMBER DAYA TARIK WISATA (SDTW) DI KABUPATEN KEBUMEN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ZONASI PARIWISATA BERDASARKAN POTENSI SUMBER DAYA TARIK WISATA (SDTW) DI KABUPATEN KEBUMEN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ZONASI PARIWISATA BERDASARKAN POTENSI SUMBER DAYA TARIK WISATA (SDTW) DI KABUPATEN KEBUMEN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TOURISM ZONING BASED ON THE TOURISM ATTRACTION POTENTIAL (SDTW) IN KEBUMEN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI SEKTOR PARIWISATA RINGKASAN SKRIPSI

UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI SEKTOR PARIWISATA RINGKASAN SKRIPSI UPAYA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI SEKTOR PARIWISATA RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Dias Endar Pratama NIM. 13401241076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN

BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN BAB IV RENCANA PENGEMBANGAN 4.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, Kabupaten Kebumen Bidang Pariwisata dan Budaya

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 31 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PEMETAAN PARIWISATA KABUPATEN KEBUMEN Puput Lestari Jurusan Teknik Informatika, STMIK EL RAHMA, Yogyakarta E-mail : bopu.puputcute@gmail.com Abstrak Kabupaten

Lebih terperinci

ZONASI PARIWISATA BERDASARKAN POTENSI SUMBER DAYA TARIK WISATA (SDTW) DI KABUPATEN KEBUMEN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS RINGKASAN SKRIPSI

ZONASI PARIWISATA BERDASARKAN POTENSI SUMBER DAYA TARIK WISATA (SDTW) DI KABUPATEN KEBUMEN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS RINGKASAN SKRIPSI ZONASI PARIWISATA BERDASARKAN POTENSI SUMBER DAYA TARIK WISATA (SDTW) DI KABUPATEN KEBUMEN BERBANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Apri Waidah NIM 13405241003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Pariwisata merupakan salah satu sektor kegiatan ekonomi yang cukup penting dan mempunyai andil yang besar dalam memacu pembangunan. Perkembangan sektor pariwisata akan membawa

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang sangat besar, dimana terdiri dari beribu-ribu pulau yang tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat besar, yang dihuni oleh bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI DAYA TARIK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KEBUMEN SEBAGAI WADAH YOUTH CENTER

BAB III TINJAUAN KEBUMEN SEBAGAI WADAH YOUTH CENTER BAB III TINJAUAN KEBUMEN SEBAGAI WADAH YOUTH CENTER 3.1 Tinjauan Lokasi Kebumen merupakan kota berkembang yang mempunyai banyak potensi di berbagai bidang seperti pariwisata, kesenian maupun kuliner. Dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 17 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 8

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 17 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 8 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 17 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan perencana

Lebih terperinci

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Wonosobo dengan kondisi geografis pegunungan dan panorama alam yang memukau merupakan kekayaan alam yang tak ternilai bagi potensi pariwisata. Selain itu budaya dan keseniannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai pengembangan pariwisata berbasis

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian masyarakatnya. Tidak heran jika dewasa ini banyak masyarakat bersikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang berlapis karang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 9 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Secara umum indikator keberhasilan pemerintah daerah untuk untuk melaksanakan fungsi ekonomi pada masing-masing bidang sebagai berikut : 9.1. Indikator Kinerja Bidang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten di Wilayah BARLINGMASCAKEB Wilayah BARLINGMASCAKEB terdiri atas Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberikan alternatif lain sebagai salah satu sektor andalan (leading

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberikan alternatif lain sebagai salah satu sektor andalan (leading BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata adalah sebagai salah satu sektor yang sangat potensial yang dapat memberikan alternatif lain sebagai salah satu sektor andalan (leading sector) di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Selama ini orang menganggap Kebumen sebagai wilayah perlintasan bagi para pengguna kendaraan yang akan menuju kota-kota tujuan utama di Pulau Jawa. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera,

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah suatu kegiatan sebagai industri pelayanan dan jasa yang akan menjadi andalan Indonesia sebagai pemasukan keuangan bagi negara. Kekayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari daerah pantai, perbukitan karst dan dataran rendah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari daerah pantai, perbukitan karst dan dataran rendah. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian Kabupaten Kebumen merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Jawa Tengah. Secara Geografis Kabupaten Kebumen terletak diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013

Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.C.5.1 Program dan Realisasi Anggaran Urusan Kepariwisataan Tahun 2013 5. URUSAN KEPARIWISATAAN Sektor pariwisata sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang cukup penting mempunyai peran dalam memacu pembangunan. Pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan pondasi utama dalam kehidupan ini karena hanya bidang pertanian yang mampu memberikan pangan kepada seluruh penduduk dunia. Tidak hanya memberikan pangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata di Indonesia saat ini semakin mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan

Lebih terperinci

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi

b. pelaksanaan koordinasi kebijakan di bidang kepemudaan, keolahragaan, pengembangan destinasi pariwisata, dan pemasaran pariwisata dan ekonomi BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah perlu dilaksanakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan Organisasi dalam pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dan bersifat multidimensi

Lebih terperinci

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KEPARIWISATAAN DI KOTA BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI C

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI C BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI C PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 572 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2005

Lebih terperinci

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun Uraian dan Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun No 1 2 3 1 Sekretariat Melaksanakan kebijakan pelayanan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas meliputi pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pada bab sebelumnya telah diuraikan gambaran umum Kabupaten Kebumen sebagai hasil pembangunan jangka menengah 5 (lima) tahun periode yang lalu. Dari kondisi yang telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan Hasil analisis dari penelitian tentang pengembangan objek wisata pantai di Kabupaten Tulungagung, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci