BAB III KERANGKA PENELITIAN. 3.1 Kerangka penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KERANGKA PENELITIAN. 3.1 Kerangka penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya"

Transkripsi

1 20 BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka penelitian Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moment perawat di Rumah Sakit. Dengan variabel independen yang diteliti adalah pengetahuan cuci tangan five-moment dan variabel dependen pelaksanaan cuci tangan five-moment (sebelum menyentuh pasien, sebelum melakukan prosedur, setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien, setelah menyentuh pasien, setelah m menyentuh lingkungan sekitar). Pengetahuan perawat tentang cuci tangan - Definisi - Tujuan - Manfaat - Langkah-langkah - Five Moments Pelaksanaan cuci tangan fivemoment perawat - Sebelum menyentuh pasien - Sebelum melakukan prosedur - Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien - Setelah menyentuh pasien - Setelah menyentuh lingkungan sekitar Skema 3.1 : Hubungan Pengetahuan dengan pelaksanaan five moments perawat di Rumah Sakit. 20

2 Defenisi Operasional Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: N o Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Pengetahua Segala informasi yang Kuisioner Ordinal n cuci diketahui perawat tangan perawat meliputi cuci tangan five moments diruang rawat inap RS USU Baik Skor (12-16) Cukup Skor (6-11) Kurang Skor (0-5) 2. Pelaksanaan cuci tangan five moments perawat Suatu prosedur tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan sabun / antiseptik di bawah air yang mengalir selama detik atau dengan menggunakan handrub berbasis alkohol selama detik. Cuci tangan sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan pasien yang dilakukan perawat di ruang rawat inap RS USU Lembar observasi 5=Dilaksana kan seluruhnya 0-4=Tidak dilaksanakan seluruhnya Ordinal 1.Sebelum pasien menyentuh Lembar observasi 1=Dilaksana kan 0=tidak dilaksanakan

3 22 2. Sebelum melakukan tindakan prosedur bersih/ aseptik 3. Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien Lembar observasi Lembar observasi 1=Dilaksana kan 0=tidak dilaksanakan 1=Dilaksana kan 0=tidak dilaksanakan 4.Setelah pasien menyentuh Lembar observasi 1=Dilaksana kan 0=tidak dilaksanakan 5.Setelah lingkungan pasien menyentuh sekitar Lembar observasi 1=Dilaksana kan 0=tidak dilaksanakan 3.3. Hipotesa Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments perawat

4 23 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Populasi, Sample, dan Teknik Sampling Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang berkerja di ruang rawat inap Rumah Sakit. Jumlah perawat yang berkerja di ruang rawat inap berjumlah 65 orang Sampel Sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti (Arikunto, 2013). Banyak sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak: = di bulatkan menjadi 40 orang. Kriteria sampel dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu inklusi dan eksklusi. Karakteristik inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu 23

5 24 populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Karakteristik inklusi pada penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja diruang rawat inap dan perawat yang bersedia sebagai responden Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik convenience sampling, dimana setiap responden available terhadap peneliti (Swarjana, 2012). Sample pada penelitian ini adalah perawat yang bertugas diruang rawat inap RS USU Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RS USU Medan. Penelitian dilakukan selama 10 bulan dimulai dari tahap pembuatan proposal pada Oktober 2016 hingga laporan penelitian pada Juli Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara dipilih sebagai lokasi penelitian karena di rumah sakit ini belum pernah dilakukan penelitian terkait hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments yang dilakukan perawat. Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara juga merupakan rumah sakit pendidikan dan pelayanan.

6 Pertimbangan Etik Pengumpulan data dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek etika sebagai berikut: Perizinan Penelitian ini dilakukan setelah dinyatakan lulus sidang proposal penelitian oleh pihak penguji sidang proposal FKep USU serta mendapatkan izin dari pihak Komite Etik Fakultas Keperawatan (USU) dan Direktur Utama RS USU Lembar persetujuan (informed consent) Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti meminta izin kepada kepala ruangan untuk melakukan pengambilan data dan menyampaikan kepada perawat agar perawat mengerti maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan. Jika perawat bersedia dengan menandatangani informed consent, pengambilan data dapat dilakukan. Namun jika perawat menolak, maka peneliti harus menghormati hak perawat Tanpa nama (anonimity) Menjelaskan kepada perawat bahwa dalam pelaksanaan penelitian, perawat tidak perlu menuliskan nama pada lembar kuesioner melainkan dengan menuliskan inisial dari nama perawat karena hasil pengambilan data tidak berpengaruh pada karir perawat di rumah sakit.

7 Kerahasiaan (confidentiality) Menjelaskan kepada perawat bahwa kerahasiaan data yang diperoleh dari perawat dijamin terjaga oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian Instrument Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat terdiri dari 3 bagian yaitu lembar demografi, lembar kuisioner dan lembar observasi Lembar data demografi Lembar data demografi perawat terdiri dari: jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, dan lama masa kerja perawat di rumah sakit Lembar kuisioner pengetahuan cuci tangan perawat Pada kuesioner ini berisi tentang pengetahuan perawat dalam cuci tangan five-moments, dapat diukur dengan pemberian bobot pada setiap pertanyaan. Jumlah pertanyaan ada 16 pertanyaan dengan skor tertinggi adalah 16, dengan kriteria skor yakni: Benar : 1, Salah : 0. Tingkat pengetahuan dibagi 3 kategori yaitu: - Baik apabila responden memperoleh skor Cukup jika responden memperoleh skor kurang jika responden memperoleh skor 0-5

8 Lembar observasi pelaksanaan five moments perawat Lembar observasi pelaksanaan cuci tangan five moments bertujuan untuk menggambarkan kepatuhan perawat dalam melaksanakan cuci tangan five moments sesuai yang ditetapkan WHO. Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 5 pernyataan dengan masing-masing indikasi terdapat tindakan-tindakan yang mengacu dengan tinjauan pustaka. Skala yang digunakan dalam lembar observasi ini adalah skala Guttman dengan jenis pertanyaan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Jika perawat melaksanakan salah satu dari lima indikasi dalam five moments diberi nilai 1 dan apabila perawat tidak melaksanakan diberi nilai 0. Perawat dikatakan melaksanakan cuci tangan enam five moments apabila total nilai Validitas dan Reliabilitas Validitas Instrument untuk mengukur pengetahuan perawat dalam cuci tangan pada penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti sehingga perlu dilakukan uji validitas untuk mengetahui besar derajat alat ukur untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Uji validitas menggunakan validitas isi, uji validitas dilakukan oleh orang yang berkompeten dibidangnya dengan menguji setiap butir instrument pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan kepada Afrinayanti.W.Siregar, S.Kep.,Ns dengan menggunakan Content Validity yaitu mengukur sejauh mana kuesioner yang dibuat mewakili semua aspek sebagai kerangka konsep. CVI pada kuesioner ini sebesar 1. Sebuah alat ukur dianggap valid jika CVI > 0,86 (Polit & Beck 2012).

9 Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan, serta menunjukkan apakah hasil pengukuran tetap konsisten atau tidak bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih pada gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas pada instrument ini hanya dilakukan pada kuesioner pengetahuan perawat, sementara pada lembar observasi cuci tangan five moments tidak dilakukan karena merupakan ketetapan dari WHO. Uji reliabilitas pada instrument ini dilakukan pada 10 perawat yang tidak termasuk dalam jumlah sampel penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan KR-21. Hasil uji reliabilitas dikatakan reliabel jika nilai alpha (α) lebih besar atau sama dengan 0,70 maka instrument dinyatakan reliabel (Polit & Beck, 2012). Hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini adalah 0,748. Oleh karena itu kuesioner yang digunakan peneliti dapat dikatakan reliabel Pengumpulan Data Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) kemudian surat dari Fakultas Keperawatan USU di kirim ke RS USU Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari Direktur RS USU Medan, peneliti menjumpai kepala ruangan Mahoni, Gaharu dan Meranti untuk meminta izin dan menjelaskan maksud dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

10 29 Peneliti melakukan observasi dalam sekali pengamatan terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments. Penelitian ini berlangsung hingga indikasi pada 5 momen yang dinilai terpenuhi. Pada penelitian ini, proses observasi tidak diketahui perawat pelaksana. Setiap pengamatan yang dilakukan peneliti tidak berkelanjutan, yang berarti perawat yang diamati hanya satu kali pengamatan. Setelah memperoleh data dari hasil observasi peneliti memberikan kuesioner pengetahuan perawat tentang cuci tangan five moments. Peneliti terlebih dahulu menjelaskan kepada responden tentang proses pengisian kuesioner, kemudian responden yang bersedia diminta untuk mengisi data demografi serta menjawab pertanyaan penelitian. Setelah kuesioner terkumpul peneliti memeriksa kelengkapan data kuesioner. Apabila lembar data belum diisi secara lengkap, peneliti meminta responden untuk melengkapi data demografinya dan mengumpulkan kembali lembar tersebut Analisis Data Analisa data suatu penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap. Peneliti melakukan analisa data dimulai dengan memeriksa kelengkapan data yang dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga ketika ada kekurangan dapat segera diperbaiki, data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Data dimasukkan ke komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program komputer. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat dan analisa bivariat.

11 Analisis Univariat Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada penelitian ini analisa data dilakukan dengan metode statistik univarat yaitu digunakan untuk menganalisa data demografi, variabel independen (pengetahuan perawat tentang cuci tangan five-moments) dan variabel dependen (pelaksanaan cuci tangan fivemoments perawat). Untuk menganalisa data tersebut digunakan program komputerisasi dan akan ditampilkan dalam distribusi frekuensi dan persentase Analisis Bivariat Peneliti melakukan analisis bivariat yang bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments di Rumah Sakit. Untuk melakukan analisis data mengenai hubungan pengetahuan cuci tangan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moments, penulis menggunakan teknik statistik analisis korelasi dengan uji Rank Spearment. Analisis dilakukan untuk membuktikan hipotesa penelitian dengan menggunakan taraf signifikan 10%. Jika signifikansi > 0.1, maka tidak ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moment, tetapi jika signifikansi < 0.1 ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five-moment perawat di rumah sakit.

12 31 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Bab ini menguraikan hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di rumah sakit Universitas Sumatera Utara. Hasil penelitian ini diperoleh melalui tindakan penyebaran kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments dan hasil observasi yang dilakukan peneliti di rumah sakit. Penyajian data melalui penyebaran kuesioner meliputi jenis kelamin, usia perawat, pendidikan terakhir, lama masa kerja, dan pengalaman mengikuti pelatihan cuci tangan Analisis Univariat Karakteristik Perawat Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah perawat rawat inap yang bekerja di rumah sakit. Deskripsi perawat meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, lama masa kerja, dan pengalaman pernah mengikuti pelatihan cuci tangan. Berdasarkan pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat pelaksana adalah perempuan dengan umur kategori tahun sebesar 47,5%, tingkat pendidikan terakhir ners dan D3 sebesar 45,0% dan lama masa kerja <5 tahun sebesar 50,0%. 31

13 32 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40) Karakteristik Frekuensi (f) Persentasi (%) Usia > ,5 47,5 17,5 12,5 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan terakhir Ners Sarjana Keperawatan D3 Keperawatan Lama masa kerja <5 Tahun 5-10 Tahun >10 Tahun ,5 97,5 45,0 10,0 45,0 50,0 40,0 10, Pengetahuan Perawat Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. diperoleh bahwa frekuensi pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments pada kategori cukup sebesar 2,5% dan mayoritas pengetahuan perawat baik sebesar 97,5%. Tabel 5.2. Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments di RS USU Mei 2017 (n=40) Kategori Frekuensi (f) Persentasi (%) Cukup Baik Total ,5 97,5 100 Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan pada tabel 5.3. pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pada nomor 1, 2, 5, 6, dan 10 yaitu sebesar 100%. Sedangkan yang paling banyak menjawab salah adalah pada pertanyaan nomor 16 sebesar 37,5%

14 33 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban perawat pada variabel pengetahuan perawat di RS USU Mei 2017 (n=40) No Peryataan Jawaban Perawat Benar Salah f % f % 1 Definisi cuci tangan Tujuan cuci tangan di rumah sakit Manfaat cuci tangan 39 97,5 1 2,5 4 Langkah cuci tangan yang dilakukan di rumah sakit? 5 Langkah pertama dalam cuci tangan Langkah kedua dalam cuci tangan Langkah ketiga dalam cuci tangan 37 92,5 3 7,5 8 Langkah keempat dalam cuci tangan 35 87,5 5 12,5 9 Langkah kelima dalam cuci tangan Langkah keenam dalam cuci tangan Lama proses melakukan langkah mencuci tangan dengan air mengalir 12 Momen pertama dalam cuci tangan five 39 97,5 1 2,5 moments 13 Momen kelima dalam cuci tangan five 37 92,5 3 7,5 moments 14 Momen kedua dalam cuci tangan five moments 15 Momen ketiga dalam cuci tangan five 29 72, ,5 moments 16 Momen keempat dalam cuci tangan five moments 25 62, ,5 Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa kelompok usia tahun memiliki pengetahuan baik sebanyak 45% dan pengetahuan cukup 2,5%, sedangkan kelompok usia tahun sebanyak 17,5%. Pendidikan perawat ners memiliki pengetahuan baik sebanyak 42,5% dan pengetahuan cukup sebanyak 2,5%, sedangkan perawat dengan pendidikan diploma memiliki pengetahuan baik sebanyak 45%. Lama masa kerja <5 tahun pada perawat yang memiliki

15 34 pengetahuan baik sebanyak 50% hasil ini lebih banyak dari perawat dengan masa kerja >10 tahun yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 10%. Tabel 5.4. Distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS USU Mei 2017 (n=40) Karakteristik Pengetahuan Baik % Cukup % Usia , , ,5 0 0 > ,5 0 0 Total 39 97,5 1 2,5 Jenis Kelamin Laki-laki 1 2,5 0 0 Perempuan ,5 Total 39 97,5 1 2,5 Pendidikan Ners 17 42,5 1 2,5 Sarjana Keperawatan D3 Keperawatan Total 39 97,5 1 2,5 Lama masa kerja <5 Tahun Tahun 15 37,5 1 2,5 >10 Tahun Total 39 97,5 1 2, Pelaksanaan Perawat Berdasarkan pada tabel 5.5. dapat dilihat bahwa sebagian perawat tidak melaksanakan cuci tangan five moments (57,5%), sedangkan perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments sebesar (42,5%).

16 35 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di RS USU Mei 2017 (n=40) Pelaksanaan cuci tangan five moments Frekuensi (f) Persentasi (%) Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan ,5 57,5 Total Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pelaksanaan cuci tangan perawat tertinggi pada moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien sebesar 80,0% sedangkan pelaksanaan cuci tangan perawat terendah terdapat pada moment kelima yaitu setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien sebesar 55,0%. Tabel 5.6. Distribusi frekuensi perawat dalam cuci tangan five moments berdasarkan setiap momen di RS USU Mei 2017 (n=40) Dilaksanakan Tidak Dilaksanakan Tindakan Cuci Tangan five moments Frekuensi Persentasi Frekuensi Persentasi (f) (%) (f) (%) Sebelum menyentuh pasien (Momen 1) Sebelum melakukan tindakan prosedur bersih/ aseptik (Momen 2) Setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien (Momen 3) Setelah menyentuh pasien (Momen 4) Setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien (Momen 5) ,5 67,5 80,0 75,0 55, ,5 32,5 20,0 25,0 45,0 Berdasarkan tabel 5.7. dapat dilihat bahwa kelompok usia tahun paling banyak melakukan cuci tangan five moments sebanyak 15%, sedangkan yang paling rendah melakukan cuci tangan five moments pada kelompok usia tahun sebanyak 2,5%. Dari tabel dapat diketahui perawat dengan pendidikan terkahir ners lebih tinggi melakukan cuci tangan five moments yaitu sebesar 22,5

17 36 dan terendah terdapat pada perawat dengan pendidikan terakhir sarjana keperawatan sebanyak 5%. Lama masa kerja perawat pada kelompok <5 tahun melakukan cuci tangan five moments 22,5%, sedangkan perawat dengan lama masa kerja >10 tahun yang melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%. Tabel 5.7. Distribusi frekuensi pelaksanaan cuci tangan five moments berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir dan lama masa kerja di RS USU Mei 2017 (n=40) Pelaksanaan cuci tangan five moments Dilakukan % Tidak % dilakukan Usia , , , > ,5 Total 17 97,5 23 2,5 Jenis Kelamin Laki-laki 1 2,5 0 0 Perempuan ,5 Total 17 42,5 24 2,5 Pendidikan Ners 9 22,5 9 22,5 Sarjana Keperawatan D3 Keperawatan Total 17 42, ,5 Lama masa kerja <5 Tahun 9 22, , Tahun 7 17,5 9 22,5 >10 Tahun 1 2,5 3 7,5 Total 17 42, ,5 Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa perawat dengan pengetahuan cukup tidak melakukan cuci tangan five moments sebanyak 2,5%. Sedangkan perawat dengan pengetahuan baik melakukan pelaksanaan cuci tangan five moments sebanyak 42,5% dan tidak melakukan pelaksanaan cuci tangan five moments sebanyak 55%.

18 37 Tabel 5.8. Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40) Pengetahuan Pelaksanaan Total Dilakukan Tidak dilakukan f % f % Cukup ,5 2,5 Baik 17 42, ,5 Total , Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moment Perawat Berdasarkan pada tabel 5.9. menunjukkan hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat yaitu, nilai p = Hasil ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat. Tabel 5.9. Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat di RS USU Mei 2017 (n=40) Pengetahuan Perawat Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pengetahuan Cuci Tangan

19 Pembahasan Pelaksanaan Cuci Tangan Five Moments Perawat Cuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan menggunakan air dan sabun atau larutan sabun, baik non-mikroba maupun antimikroba (WHO, 2009). Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes, 2007). Berdasarkan hasil observasi, diperoleh data bahwa perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 42,5%, dan jumlah perawat yang tidak melakukan cuci tangan five moments sebesar 55%. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan cuci tangan five moments walaupun lingkungan Rumah Sakit sudah tersedia poster pengingat petunjuk waktu dan cara benar dalam melakukan cuci tangan hampir di setiap ruangan dan lingkungan rumah sakit. Rendahnya jumlah perawat dalam melaksanakan cuci tangan five moments dapat disebabkan karena beban kerja perawat yang tinggi, dan banyaknya jumlah pasien dalam waktu yang bersamaan di Rumah Sakit. Motacki, K., Kapoian, T., O mara, B.H. (2010) menyatakan bahwa faktor yang mengakibatkan ketidakpatuhan dalam melaksanakan cuci tangan adalah aktivitas yang terlalu sibuk, pasien yang banyak, mementingkan pasien terlebih dahulu, panduan dan pengetahuan cuci tangan tidak memadai cuci tangan, memiliki anggapan resiko rendah untuk mendapatkan infeksi dari pasien, lupa untuk mencuci tangan, tidak ada contoh dari atasan atau

20 39 seseorang yang lebih senior, meragukan hasil dari pelaksanaan cuci tangan, tidak setuju dengan rekomendasi. Hasil ini sejalan dengan penelitian Simanjuntak (2016) menyatakan bahwa hasil observasi perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 35,3%. Perawat sebagai petugas kesehatan yang selalu berada 24 jam di sekitar pasien harusnya dapat mengaplikasikan prosedur cuci tangan yang benar agar dapat mengeliminasi mikroba yang ada pada tangan secara efektif dan mengurangi kontaminasi silang dari perawat ke pasien demi mencegah terjadinya infeksi nosokomial (Schaffer, dkk, 2000). Pelaksanaan cuci tangan five moments perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara didapatkan moment pertama sebesar 62,5%, moment kedua sebesar 67,5%, moment ketiga sebesar 80%, moment keempat sebesar 75%, dan moment kelima sebesar 55%. Pelaksanaan cuci tangan paling tinggi terdapat pada moment ketiga yaitu setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien sebesar 80%. Hal ini dapat terjadi karena tangan perawat terlihat kotor dan perawat memproteksi diri sendiri apabila terpapar cairan tubuh pasien. Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri dan Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa 67% perawat melakukan cuci tangan pada momen ketiga. Pelaksanaan cuci tangan five moments pada penelitian ini yang terendah terdapat pada moment kelima sebesar 55%. Hal ini dapat terjadi karena perawat merasa tidak ada kuman berbahaya pada peralatan sekitar pasien sehingga perawat merasa aman tanpa harus mencuci tangan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien. Perawat juga menganggap bahwa tangan mereka tidak kotor (tidak terkena

21 40 darah atau nanah). Hal ini sejalan dengan penelitian Ernawati, Tri & Wiyanto (2014) yang menyatakan bahwa kepatuhan cuci tangan perawat lebih sedikit dilakukan setelah perawat menyentuh peralatan sekitar pasien, perawat kurang menyadari mereka dapat membuat pasien terkontaminasi kuman dari tindakan setelah menyentuh lingkungan sekitar pasien. Setelah moment kelima didapat hasil moment pertama juga rendah yaitu sebesar 62,5%. Hal ini sejalan dengan penelitian Widyanita & Listiowati (2014) yang menyatakan bahwa pelaksanaan pada moment pertama lebih rendah. Hal ini dikarenakan padatnya kegiatan perawatan pasien ditiap ruangan sehingga beberapa perawat melakukan kunjungan dari satu ruangan keruangan lain tanpa melakukan cuci tangan. Hal ini sejalan dengan Potter & Perry (2005) yang menyatakan bahwa perawat sering mengabaikan cuci tangan sebelum menggunakan sarung tangan serta pemakaian sarung tangan yang berulang dari satu pasien ke pasien lain. Perawat beranggapan bahwa tidak perlu melakukan cuci tangan ketika perawat menggunakan sarung tangan, karena permukaan kulit perawat tidak terkena langsung dengan pasien. Alasan kurangnya pelaksanaan cuci tangan dapat disebabkan tingginya mobilitas perawat sehingga secara praktis lebih mudah menggunakan sarung tangan, hal tersebut memicu tingginya penggunaan sarung tangan yang didukung kelalaian untuk cuci tangan sebelum dan setelah menggunakan sarung tangan (Jamaluddin 2012). Penggunaan sarung tangan baik bersih ataupun steril tidak mengubah atau menggantikan pelaksanaan cuci tangan. Sejalan dengan peryataan WHO (2009) yang menyatakan bahwa cuci tangan

22 41 harus dilakukan sebelum mengenakan sarung tangan dan setelah sarung tangan dilepas. Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan dengan usia perawat di Rumah Sakit mayoritas 25% berada pada kategori umur tahun yang berarti usia tersebut masih dapat menerima suatu bentuk aturan-aturan rumah sakit. Robbin (2002) menyatakan bahwa faktor usia pada pelaksanaan kinerja sangat erat kaitannya, alasannya adalah adanya keyakinan yang meluas bahwa pelaksanaan kinerja menurun akibat bertambahnya usia. Pekerja yang berusia tua dianggap kurang luwes dan menolak teknologi baru, di lain pihak ada kualitas positif pada pekerja yang berusia tua, meliputi pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang kuat, dan komitmen terhadap mutu. Rentang usia tahun berada pada usia dewasa dini. Pada rentang usia dewasa dini dilihat dari sisi tugas tahap perkembangannya, yaitu mempunyai pola kooperatif, kompetitif dan pola persahabatan. Tahapan usia ini jika dihubungkan dengan pelaksanaan aktivitas cuci tangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan tahapan perkembangan petugas kesehatan tersebut (Melfa, Sri & Amir, 2012) Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan dengan data demografi pendidikan terakhir perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mayoritas 22,5% berada pada kategori pendidikan Ners dengan lama masa kerja berada pada rentang <5 tahun 25% dan 5-10 tahun 20%. Handoko (2001) menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan kerja seseorang. Oleh karena pendidikan adalah langkah

23 42 awal untuk melihat kemampuan seseorang. Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan pekerjaan. Dengan latar belakang pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan. Selain itu pendidikan juga merupakan suatu pembinaan dalam proses berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya (Hasibuan, 2001). Berdasarkan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan cerminan untuk melakukan suatu pekerjaan berdasarkan kemampuan dasar yang ada padanya. Perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments jika dikaitkan dengan data demografi lama masa kerja perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara mayoritas <5 tahun sebanyak 22,5%. Jumlah perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments dengan lama masa kerja <5 tahun lebih banyak dibanding dengan perawat kategori masa kerja 5-10 tahun sebanyak 17,5% dan perawat dengan masa kerja >10 tahun. Hasil ini penelitian tidak sejalan dengan peryataan Sunaryo (2004) yang menyatakan bahwa semakin lama seseorang menggeluti bidang pekerjaannya semakin terampil orang bekerja. Rivai & Mulyadi (2010) menyatakan masa kerja dapat mempengaruhi pengalaman kerja seseorang, sehingga semakin lama bekerja diharapkan seseorang memiliki pengalaman kerja semakin banyak. Masa kerja yang lebih lama menunjukkan pengalaman kerja yang lebih pada seseorang dibandingkan dengan rekan kerja yang lain dengan masa kerja yang sedikit.

24 Pengetahuan cuci tangan five moment perawat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan perawat di Rumah Sakit dalam cuci tangan five moments dalam kategori baik yaitu sebesar 97,5%. Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang berasal dari proses penginderaan manusia terhadap objek tertentu, dengan pengetahuan yang baik seseorang akan lebih mudah menerima informasi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pada penelitian ini pengetahuan perawat tentang cuci tangan sangat penting untuk terbentuknya pelaksanaan cuci tangan five moments oleh perawat karena pengetahuan merupakan elemen yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perawat harus memiliki pengetahuan tentang cuci tangan dengan benar sebagai upaya pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan. Memecah rantai penularan salah satunya dengan tindakan aseptik yaitu penggunaan antiseptik dan desinfektan yang merupakan upaya untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial dengan cara membunuh bakteri jahat penyebab infeksi dan mencegah infeksi silang antara perawat dan pasien. Teknik aseptik dapat mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh, bertujuan membasmi mikroorganisme pada permukaan hidup dan benda mati dan sebagai salah satu proses pencegahan infeksi dasar (Yulianti, 2011). Hasil penelitian Permatasari (2013) menyatakan bahwa pengetahuan perawat tentang cuci tangan sebagian besar memiliki pengetahuan tinggi yaitu

25 44 sebanyak 82 perawat (86,3%). Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat telah mengerti tentang cuci tangan. Keadaan ini dikarenakan perawat telah mendapatkan informasi yang cukup tentang cuci tangan dengan informasi yang diperoleh maka seseorang akan memiliki pengetahuan. Penelitian Wulandari & Sholikah (2017) menyatakan bahwa pengetahuan perawat tentang five moments dalam kategori baik sebesar 75,9%. Pengetahuan perawat dalam cuci tangan baik bisa terjadi karena setiap perawat ataupun petugas kesehatan sudah diorientasi oleh pihak rumah sakit. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, dimana faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan & Dewi (2011) diantaranya adalah pendidikan dan umur. Pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments jika dikaitkan dengan data demografi pendidikan terakhir terdapat 42,5% perawat dengan pendidikan ners berpengetahuan baik dan 2,5% perawat pengetahuan cukup, hasil ini termasuk dalam kategori usia tahun. Mubarak (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh perawat tentang cuci tangan five moments. Usia perawat di Rumah Sakit mayoritas dalam rentang tahun sebesar 47,5%. Hasil penelitian diperoleh perawat yang

26 45 berusia pada rentang tahun memiliki pengetahuan tentang cuci tangan five moments dalam kategori baik sebesar 45% dan kategori cukup sebesar 2,5%. Dilihat dari usia perawat berada pada rentang tahun, dimana rentang ini termasuk ke dalam masa dewasa dini. Masa dewasa dini adalah masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat (Hurlock, 2007). Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 2,5% perawat berpengetahuan cukup, dan bila dilihat secara rinci dari masing-masing pertanyaan kuesioner masih ada beberapa pertanyaan dimana ketidaktahuan perawat hampir 37% dan ini dapat menyebabkan timbulnya kejadian infeksi nosokomial pada pasien dan rendahnya pelaksanaan cuci tangan five moments perawat. Terlihat bahwa perawat belum seluruhnya mengetahui syarat-syarat untuk mencegah infeksi nosokomial dan tahapan terjadinya infeksi. Perawat juga belum seluruhnya mengetahui urutan cuci tangan five moments. Darmadi (2008) menyatakan bahwa fokus perhatian utama terjadinya infeksi nosokomial ditujukan pada kasus-kasus yang terindikasi memperoleh tindakan medis invasif instrumentatif dan penderita dengan kasuskasus yang memiliki faktor predisposisi yang menonjol, yang memerlukan evaluasi secara klinis tentang tanda-tanda awal dari infeksi nosokomial.

27 Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan Cuci tangan Five Moments Perawat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh perawat yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 2,5% tidak melaksanakan cuci tangan five moments sebesar 2,5%. Perawat yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 97,5% diantaranya yang melaksanakan cuci tangan five moments sebanyak 42,5% dan perawat yang tidak melaksanakan cuci tangan five moments sebanyak 55%. Hasil uji analisis Spearmen didapatkan bahwa nilai Significancy p sebesar 0,397 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat. Hasil ini tidak sejalan dengan peryataan WHO menyatakan bahwa pengetahuan cuci tangan yang baik merupakan salah satu pendorong untuk melakukan cuci tangan sesuai dengan rekomendasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Herna dan Ketut (2013) di RSUD Bandung yang menyatakan p > 0,39 bahwa tidak ada perbedaan proporsi perilaku mencuci tangan pada tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan baik dan yang memiliki pengetahuan cukup ataupun kurang. Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Hikmayanti (2015) yang menyatakan bahwa pengetahuan perawat akan mendasari perawat tersebut untuk patuh dan menyadari betul bahwa mencuci tangan five moments merupakan hal yang penting untuk pencegahan penularan infeksi, sehingga pada saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien perawat akan patuh mencuci tangan five moments untuk keselamatan diri perawat itu sendiri. Banyak hal yang mempengaruhi

28 47 perilaku cuci tangan yang baik, diantaranya status petugas kesehatan yaitu non dokter, dan juga pengenalan penggunaaan handrub berbasis alkohol. Sedangkan untuk perilaku cuci tangan yang buruk dapat dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas cuci tangan yang baik seperti wastafel, kran air, sabun cuci tangan dan handuk atau tisu kering. Namun keadaan ini tidak membuat pelaksanaan cuci tangan perawat dalam cuci tangan five moments baik karena fasilitas yang tersedia di lingkungan Rumah Sakit cukup memfasilitasi perawat dalam cuci tangan. Setiap ruangan pasien maupun ruangan perawat sudah tersedia wastafel dan hand rub disetiap bed pasien. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five moments yaitu faktor personal dan faktor lingkungan. Faktor personal yang dapat mempengaruhi antara lain adalah pengetahuan tentang mencuci tangan seperti pernah mengikuti seminar tentang cuci tangan, sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi pelaksanaan cuci tangan five moments antara lain kurangnya fasilitas cuci tangan, kurangnya pengawasan komite pengedali infeksi, evaluasi terhadap perilaku perawat terhadap pelaksanaan cuci tangan, kurangnya tenaga dan pasien yang banyak, iritasi kulit dan kurangnya komitmen dari institusi tentang cuci tangan yang baik. Berdasarkan hasil kuesioner pengetahuan cuci tangan five moments perawat didapat bahwa 97,5% perawat dalam kategori pengetahuan baik, namun tidak sejalan dengan hasil observasi pelaksanaan cuci tangan five moments perawat yang masih rendah yaitu 42,5%. WHO (2013) menyatakan bahwa dalam peningkatan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat ada beberapa hal yang

29 48 perlu diperhatikan diantaranya penyediaan hand rub berbasis alkohol selain wastafel dan sabun antiseptik disetiap titik perawatan, pendidikan dan pelatihan kepada petugas kesehatan secara teratur dan berkala, evaluasi dan umpan balik berupa monitoring, persepsi dan pengetahuan petugas kesehatan secara teratur, adanya pengingat di tempat kerja untuk promosi dan meningkatkan kepedulian petugas kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian seluruh perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara sudah pernah mengikuti pelatihan cuci tangan five moments namun pelatihan serta pendidikan tersebut tidak dilakukan evaluasi dan umpan balik berupa monitoring dikarenakan perawat di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara hanya mengikuti pelatihan cuci tangan five moments satu kali. Suatu studi mengungkapkan pelaksanaan cuci tangan meningkat setelah intensif promosi cuci tangan, tetapi 6 bulan kemudian pelaksanaan cuci tangan menurun pada level awal sebelum dilaksanakannya program tersebut. Waktu adalah kunci yang menjadi faktor penting penghambat pelaksanaan cuci tangan (Wilson, J. 2006). Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pengetahuan perawat tidak sejalan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments. Minimnya pelatihan pencegahan infeksi nosokomial dari tim pengendali infeksi nosokomial di Rumah Sakit juga bisa menjadi alasan mengapa pelaksanaan cuci tangan di Rumah Sakit Universitas Suamtera Utara masih tergolong rendah. Bady dkk (2007) mengatakan bahwa pelatihan dan pemahaman infeksi nosokomial sangat berhubungan dengan ketrampilan yang dilakukan perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Adanya pelatihan diharapkan akan

30 49 memberikan pengetahuan baru yang dapat mempengaruhi sikap untuk bertindak secara positif pula. Tidak adanya reward yang secara konsisten setiap tahunnya bagi perawat yang melaksanakan cuci tangan yang baik di Rumah Sakit juga dapat menjadi salah satu hambatan rendahnya pelaksanaan perawat dalam cuci tangan five moments.

31 50 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan pada penelitian ini maka kesimpulan yang dapat diambil adalah pengetahuan cuci tangan five moments perawat di RS USU termasuk pada kategori baik sedangkan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat masih rendah. Sebagian besar perawat tidak melaksanakan cuci tangan five moments. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan cuci tangan five moments perawat. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun pengetahuan perawat dalam cuci tangan five moments baik, namun perawat yang melaksanakan cuci tangan five moments masih rendah, dan perlu evaluasi dan umpan balik berupa monitoring terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments Saran Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan untuk mebiasakan diri dalam melakukan cuci tangan dan menerapkan pelaksanaan cuci tangan five moments ketika berada di lingkungan rumah sakit maupun pusat kesehatan lainnya. 50

32 Bagi Pelayanan Kesehatan Rumah sakit diharapkan melakukan pelatihan secara berkala dan pengawasan terhadap pelaksanaan cuci tangan five moments Bagi Penelitian Keperawatan Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan pelaksanaan perawat dalam melaksanakan cuci tangan five moments.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Setiap hari terdapat 3 kali pergantian shift perawat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif study korelasi (Correlation Study ) dengan pendekatan belah lintang (cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode korelasional. Kerangka penelitian ini menggambarkan korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasi (hubungan/ asosiasi) yang mengkaji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif pendekatan survey. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah study komparatif, desain ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subyek tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan Tanggal 17 Mei-03 Juni 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 3.1.2 Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode korelasional dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan proporsi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional. Penelitian observasional adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung di lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah descriptive comparative dengan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi

Lebih terperinci

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Nita Puspitasari*, Mula Tarigan** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survai analitik yaitu survai atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO

PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO PENGETAHUAN DAN PENERAPAN FIVE MOMENTS CUCI TANGAN PERAWAT DI RSUD SUKOHARJO Riyani Wulandari, Siti Sholikah STIKES Aisyiyah Surakarta riyan1cute@yahoo.co.id ABSTRAK Pendahuluan; Pasien rawat inap di rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah non eksperimen dengan metode penelitian kuantitatif dan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional, merupakan suatu penelitian yang mengkaji hubungan, memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, dan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu data yang menyangkut variabel bebas atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu 38 BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu menggambarkan hubungan pelayanan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien pasca operasi rawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif komparatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional,

BAB III METODE PENELITIAN. dan waktu penelitian, identifikasi variabel dengan definisi operasional, BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian. Hal-hal yang termasuk dalam metode penelitian adalah desain penelitian yang digunakan, subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumen rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks. Kompleksitasnya sebuah rumah sakit tidak hanya dari jenis dan macam penyakit yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 52 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis rancangan survey yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik Comparative Study dengan pendekatan

Lebih terperinci

deskriptif korelation yaitu

deskriptif korelation yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antara variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi )

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi ) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 4. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif studi korelasi (Correlation Study) dengan pendekatan belah lintang (Cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai kemungkinan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian sebagai tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti mencoba mencari tahu hubungan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan pendekatan dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan pendidikan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat penjelasan (Explanatory), yaitu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional ini dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pada pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian quasi-eksperiment pre test dan post test design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatancross sectional. Tujuan dari desain ini adalah untuk mengetahui dinamika korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah dekriptif korelasi. Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi deskriptif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Deskripsi peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel dan mengetahui hubungan antara variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian non-ekperimen dengan desain cross sectional. Penelitian. diambil dalam waktu yang bersamaan.

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian non-ekperimen dengan desain cross sectional. Penelitian. diambil dalam waktu yang bersamaan. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan metode penelitian non-ekperimen dengan desain cross sectional. Penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi, dengan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative (hubungan) dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian BAB III METODA PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam, 2003).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menunjukkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan termasuk dalam penelitian korelasional, yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci