PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Ekonomi dunia semakin lama semakin terintegrasi seperti adanya libelarisasi di dalam pasar keuangan, yang berupa hilangnya penghalang bagi perpindahan modal dan investasi. Leverage keuangan semacam ini sangat berkembang, sehingga membuat perekonomian suatu negara ataupun kawasan sangatlah rentan terhadap krisis (Yoshendy, 2012). Pertengahan tahun 2008 merupakan awal terjadinya perubahan ekonomi di seluruh dunia. Krisis ini terjadi pada saat terjadinya subprime mortgage di Amerika Serikat yang merupakan awal terjadinya krisis keuangan dunia atau Global Crisis Financial (GFC). Beberapa negara di dunia termasuk Indonesia terkena dampak dari situasi ini, keuangan yang terintegrasi memicu percepatan terjadinya dampak terhadap krisis ini. Pemerintah Amerika Serikat turun tangan untuk mengantisipasi kerusakan di pasar keuangan yang jika dibiarkan akan kian parah dan bergulir pada sektor riil. Berbagai perusahaan ataupun bank dianggap terlalu besar untuk gagal. Dampak rentetannya adalah meningkatnya pengangguran dan kemiskinan, berbagai masalah sosial, mengganggu pembangunan nasional yang pada ujungnya mengancam kedaulatan negara. Implikasi yang menonjol adalah terjadinya ketetatan likuiditas yang disebabkan oleh kepercayaan yang anjlok dan sistem kredit yang macet. Dana ditarik dari Emerging market ke pusat-pusat keuangan di Amerika Serikat dan negara-negara lain yang menyebabkan Foreign Domestic Investment (FDI) turun. Ketetatan likuiditas merambat hingga menyebabkan negara-negara maju mengalami resesi yang berimplikasi pada pertumbuhan dan ekspor negara-negara berkembang karena depresiasi Rupiah yang tidak dapat mendorong ekspor (Siregar, 2009). Krisis bukanlah hal yang baru yang terjadi pada sebuah negara. Ekonomi pada zona Euro yakni terdapat 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa sudah mulai menunjukkan gelagah akan mengalami sebuah krisis. Krisis tersebut semakin parah pada tahun 2011, yang bahkan jika digambarkan kondisinya semakin buruk dan dapat mengancam kelangsungan sistem mata uang tunggal Euro (Tambunan, 2011). Krisis global menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa setelah krisis keuangan Amerika Serikat pada pertengahan tahun Krisis keuangan berawal dari defisit anggaran pemerintah yang semakin besar di negara kawasan Eropa terutama negara-negara lapisan pertama yaitu Yunani, Irlandia, dan Portugal. Sementara itu lebarnya defisit anggaran pemerintah dibarengi dengan rasio hutang per PDB yang menyebabkan kemampuan memperoleh pembiayaan defisit terbatas. Tidak berfungsinya kebijakan moneter dalam kawasan Euro, terbatasnya ruang gerak fiskal, tidak terlihatnya upaya pemulihan, mendorong perlambatan bahkan penurunan perekonomian pada beberapa negara kawasan Eropa. Surendro (2010) mencatat bahwa pada tahun 2010 perkembangan beberapa variabel/indikator ekonomi makro zona Euro sudah mengindikasikan kearah krisis. Diantara indikator-indikator tersebut adalah indeks kepercayaan konsumen (IKK) yang

2 2 cenderung bergerak mendatar, bahkan sempat mengalami penurunan yang cukup tajam sekitar bulan Mei Kedalaman krisis keuangan Eropa yang menjadi krisis global dikhawatirkan akan memberi dampak negatif yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Hingga saat ini, perekonomian Indonesia masih terjaga meskipun mengalami sedikit gejolak pada sektor finasial. Kedalaman krisis pada jangka waktu pendek diperkirakan mendorong aliran modal keluar besar-besaran terkait dengan ketidakpercayaan pada sistem finansial dunia. Krisis keuangan global yang berdampak terhadap kondisi perekonomian global semula diperkirakan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisi perekonomian indonesia. Namun, pada awal triwulan IV-2008 dampa krisis mulai dirasakan oleh dunia usaha dengan ditandai melemahnya permintaan akan produk-produk ekspor, menurunnya beberapa harga komoditas internasional, ditambah dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD. Prasmuko dan Anugrah (2010) menyatakan bahwa dampak krisis keuangan global terhadap perekonomian Indonesia terjadi melalui perdagangan internasional yang ternyata telah mengurangi output nasional. Nilai tukar langsung dipengaruhi oleh krisis keuangan global, melalui studi sebelumnya nilai tukar mempengaruhi baik ekspor dan impor namun tidak mempengaruhi investasi. Hal ini mungkin karena nilai tukar lebih stabil, dan yang memiliki pengaruh ekspor dan impor untuk menggambarkan kekuatan tren positif GFC tersebut. Dalam menghadapi krisis keuangan ini, pemerintahpemerintah di Eropa memberikan pasokan fiskal untuk merangsang ekonomi dan mengatasi bank-bank yang ambruk. Walaupun demikian, hingga saat ini krisis keuangan di Eropa masih belum bisa diatasi justru semakin memburuk. Penyebabnya terutama karena mengalami kesulitan koordinasi di antara anggotanya. Di satu sisi, Eropa telah mengadopsi satu mata uang bersama, tetapi dilain pihak setiap anggota memiliki kepentingan dan tidak mengelola keuangan dengan semangat kebersamaan (Tambunan et al, 2011). Dampak krisis ekonomi Eropa terhadap ekonomi Indonesia mulai terasa. Untuk pertama kalinya sejak tahun 2010, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 641 juta dollar AS. Nilai ekspor Indonesia pada April 2012 hanya 15,981 miliar dollar AS, tetapi impor mencapai 16,621 miliar dollar AS. Pada periode Januari-April 2012, nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Uni Eropa hanya 6,06 miliar dollar AS atau menurun 9 persen dibandingkan dengan nilai ekspor periode Januari-April Uni Eropa selama ini dikenal sebagai tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia, khususnya minyak kelapa sawit, kopi, kakao, lada, karet, ikan, udang, dan sebagainya. Kelesuan ekonomi global tersebut menentukan komposisi permintaan-penawaran komoditas strategis yang kemudian berdampak terhadap anjloknya harga komoditas ekspor Indonesia. Akibat yang paling buruk bagi Indonesia adalah penerimaan ekspor dan ekonomi rumah tangga petani dan nelayan di dalam negeri juga menurun. Persepsi awam bahwa pengalaman krisis ekonomi global yang memberikan rezeki nomplok (windfall profit) bagi komoditas ekspor dan pertanian Indonesia ternyata salah. Karakter krisis ekonomi pada tahun 1998, yang dimulai dari krisis moneter negara-negara Asia, tentu amat berbeda dengan krisis ekonomi saat ini yang dipicu lesunya perekonomian Eropa.

3 Harga rata-rata komoditas pertanian di tingkat global turun 1,7 persen sepanjang Mei 2012, itu pun karena harga beras, bungkil kedelai, kopi, dan teh mulai naik. Harga karet terjun bebas 73 persen dalam satu tahun terakhir, dan mencapai rekor buruk 3,72 dollar AS per ton pada Mei 2012, walau tidak seburuk Januari 2009 yang menyentuh 1,2 dollar AS per ton. Harga minyak kelapa sawit (CPO) dan minyak kedelai turun 7-8 persen. Harga minyak kelapa (CCO), dan minyak biji sawit (PKO), bahkan turun sampai 14 persen. Harga kopi Arabika turun 3,6 persen karena produksi kopi Arabika Brasil meningkat. Sebaliknya, harga kopi Robusta naik 5 persen karena Vietnam sebagai produsen Robusta terbesar sedang menahan stok kopinya dan tidak melemparnya ke pasar global. Dampak krisis ekonomi Eropa saat ini benar-benar memukul petani Indonesia karena struktur pasar komoditas ekspor di tingkat domestik yang masih amat tidak sehat. Petani, pekebun, dan nelayan sangat bergantung secara ekonomi-sosial-psikologis pada tengkulak yang terkadang beroperasi melampaui batas kewajaran. Komoditas ekspor pertanian Indonesia menghadapi asimetri pasar dan asimetri informasi yang sangat tidak berimbang. Kenaikan harga komoditas di tingkat global amat lambat untuk tertransmisi ke tingkat petani, sementara penurunan harga di tingkat global nyaris seketika harus ditanggung petani. Pemerintah dan para elite politik sebenarnya telah paham mengenai fenomena di atas, tetapi seakan tidak berdaya untuk merumuskan kebijakan intervensi dan langkah-langkah pemihakan yang kredibel. Krisis ekonomi sekarang berbeda dengan krisis ekonomi global 2008 yang dipicu oleh melambungnya harga minyak bumi dunia dan harga-harga komoditas pangan strategis. Fenomena perubahan iklim, bahan bakar nabati, dan spekulasi investasi pada bursa komoditas pertanian di tingkat global juga memperburuk dampak krisis pada ekonomi pangan di beberapa negara berkembang. Pada waktu itu Indonesia mampu meredam dampak krisis pangan di dalam negeri karena produksi pangan cukup baik sehingga harga-harga pangan tidak bergerak terlalu liar. Akan tetapi, saat ini pemerintah tampak tidak siap untuk mengantisipasi dan melakukan langkah-langkah kebijakan untuk meredam atau mengurangi dampak buruk krisis Eropa terhadap komoditas ekspor dan ekonomi pertanian umumnya. Dampak krisis Eropa itu seakan datang terlalu cepat karena karakter krisis ekonomi pada era modern memang cepat menyebar seiring dengan tingkat keterhubungan sistem informasi dan teknologi multimedia yang semakin maju. Otoritas Uni Eropa sebenarnya telah berusaha keras menahan dan menanggulangi krisis tersebut. Penurunan daya beli tidak hanya dirasakan di Yunani, sebagai episentrum awal, tetapi mulai menular ke Portugal dan Spanyol. Kini, dampak krisis telah mulai terasa di Belanda, Belgia, Jerman, dan negara Eropa lain yang menjadi tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia. Upaya pencarian pasar-pasar baru (nontradisional) dari komoditas ekspor strategis ke negara-negara Blok Eropa Timur, Asia Tengah, Afrika, dan Amerika Latin kini seakan terhenti. Pernah ada satu-dua misi dagang, ekspo, dan pameran produk ekspor Indonesia yang digagas sejak Namun, hanya sedikit sekali yang mampu direalisasikan menjadi kontrak dagang jangka panjang dan alternatif pasar ekspor komoditas pertanian strategis Indonesia. Dunia usaha dan asosiasi komoditas ekspor pernah cukup semangat untuk menggarap pasar-pasar baru potensial, tepatnya ketika harga CPO, kopi, dan kakao anjlok pada semester pertama Akan tetapi, setelah harga komoditas di tingkat 3

4 4 global kembali normal pada awal 2010, rintisan upaya untuk mengembangkan pasar ekspor alternatif itu seakan terlupakan. Birokrasi pemerintah pun demikian, semua kembali terlena dengan rutinitas kerja dan target-target politis yang belum tentu tercapai. Krisis ekonomi Eropa seakan bergerak amat liar sehingga banyak negara produsen komoditas pertanian melakukan tindakan trade shock yang hanya mementingkan diri sendiri, seperti yang dilakukan Vietnam. Malaysia dan Thailand tampak cukup peduli terhadap kejatuhan harga karet dan kelapa sawit terhadap keberlanjutan dan daya saing komoditas ekspor mereka. Sekian macam respons kebijakan telah diberikan oleh pemerintah negara-negara tetangga sesama ASEAN itu untuk memperkuat posisi tawar petani mereka dalam menghadapi fenomena global, sementara di Indonesia, respons kebijakan pemerintah tampak amat lambat dan seakan tidak berdaya. Upaya untuk sekadar melindungi petani hortikultura dari serbuan impor pun terkesan maju-mundur dengan alasan. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih konsisten untuk melindungi petani, pekebun, dan nelayan di dalam negeri dengan menyelesaikan target-target kebijakan yang memadai. Strategi pengembangan komoditas ekspor pertanian wajib mengacu pada falsafah keberlanjutan dan daya saing dalam jangka panjang. Keberlanjutan meliputi pelestarian dan konservasi sumber daya alam, sertifikasi, keterlacakan daerah asal, dan pemberdayaan petani dan koperasi pedesaan. Daya saing meliputi inovasi produksi, peningkatan produktivitas dan pengembangan kluster ekonomi di tingkat hulu dan kemampuan diplomasi di kancah global, termasuk pengembangan pasar-pasar baru nontradisional. Pemerintah dan dunia usaha wajib bahu-membahu mewujudkan strategi keberlanjutan dan peningkatan daya saing ekspor tersebut. Pemerintah dan parlemen wajib segera menyelesaikan Rancangan Undang-Undang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Pembahasan yang berkembang selama ini terlalu bertele-tele dan terjebak pada urusan administratif yang tidak substantif. Muatan strategis yang lebih esensial harus menjadi acuan pembahasan. Singkatnya, negara wajib berperan besar dalam perbaikan kesejahteraan petani dan perekonomian Indonesia umumnya. Dalam jangka waktu yang lebih panjang, krisis global diperkirakan akan memberikan dampak yang besar pada sektor riil terutama perdagangan terkait perlambatan perekonomian dunia terutama pada negara-negara maju. Permintaan eksternal yang masih melambat akibat ketidakpastian perekonomian global mempengaruhi kinerja ekspor barang baik secara triwulan maupun tahunan. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ekspor ke China, Amerika Serikat, Taiwan, Uni Eropa, dan India menurun. Sementara ekspor tujuan Thailand, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, dan Jepang masih tumbuh positif. Padahal bila dilihat dari kontribusinya, nilai ekspor non-migas Indonesia memiliki kontribusi yang cukup besar selama empat tahun terakhir yang diperlihatkan pada Tabel 1.

5 5 Tabel 1 Persen PDB terhadap nilai ekspor Uraian Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 PDB total ( 6,10 4,50 6,10 6,50 6,50 6,50 6,50 6,30 persen) Menurut Migas dan Non Migas a. Migas ( 0,20-0,70-0,40-0,30-1,30 0,28 2,26-0,28 persen) b. Non Migas ( 6,50 4,90 6,60 6,90 7,00 6,95 7,10 6,73 persen) Sumber : Kementrian Perindustrian, 2012 Kontribusi ekspor non migas membentuk pasar yang telah sempurna pada negara-negara maju di dunia, salah satunya adalah Benua Eropa. Selama beberapa tahun belakang sebelum terjadinya krisis, Eropa merupakan Benua dengan pangsa pasar yang terus mengalami pertumbuhan nilai ekspor. Namun terjadinya krisis pada saat ini menyebabkan pertumbuhan nilai ekspor tersebut semakin melambat yang mengakibatkan perlambatan ekonomi Benua Eropa. Tabel 2 Beberapa negara tujuan ekspor Indonesia Triwulan ** Negara Pertumbuhan ( % ) Nilai (Jutaan USD) Pangsa ( % ) q.t.q y.o.y Jepang ,0 1,9 0,4 China ,9-28,3 29,2 Uni Eropa ,3-6,0-7,2 Korea Selatan ,2 3,2 9,8 Singapura ,7 2,5-4,6 Amerika Serikat ,7-11,1-11,2 India ,4-1,9 15,7 Malaysia ,1 12,2-0,7 Thailand ,5 57,9-9,9 Taiwan ,2-9,9 17,1 Lainnya ,9-6,0 15,0 Total ,0-4,8 5,1 ** Angka Sementara Sumber : Bank Indonesia, 2012 Penurunan pertumbuhan tersebut sebagai akibat dari adanya perlambatan perekonomian di negara Eropa yang notabenenya menjadi urutan ketiga pangsa pasar ekspor Indonesia yang diperlihatkan pada Tabel 2. Walaupun demikian ekonomi Indonesia mengalami ekspansi pada triwulan sebesar 1,4 persen (q.t.q). Ekspansi tersebut didorong oleh sektor pertanian yang tumbuh paling tinggi dibandingkan sektor lainnya (Menkoekuin,2012).

6 6 *data triwulan Gambar 1 Grafik nilai ekspor Indonesia-Eropa * (Bank Indonesia, 2012) Walaupun ekspansi pada sektor pertanian meningkat, namun terjadi penurunan nilai ekspor seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1 terjadi penurunan pada nilai ekspor pada kuartal 2 tahun 2011 dan kuartal 2 tahun 2012 ke Benua Eropa. Hal ini mengakibatkan adanya indikasi perlambatan perekonomian pada negara-negara di Benua Eropa. Indonesia yang memiliki berbagai sektor dalam bidang agribisnis yang mengekspor hasil produksinya ke Eropa pun mengalami penurunan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3 Nilai ekspor non migas menurut sektornya (juta USD) Ekspor Total nilai Ekspor Non- Migas Q1 Q2 Q3 Q4 Q Biji Coklat Udang Biji Kopi Ikan lainlain Rempahrempah The Buah- Buahan Tembakau Karet Sumber: Bank Indonesia, 2012 Ikan merupakan salah satu komoditas perdagangan yang mengalami perkembangan perdagangan cukup pesat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia khususnya benua Eropa. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk ini akan mempengaruhi jumlah konsumsi ikan di dunia baik ikan segar ataupun ikan olahan. Kedua ikan ini tidak hanya dikonsumsi oleh manusia, tetpai juga digunakan untuk bahan baku pajan ternak. Perkembangan perdagangan ikan yang cukup pesat ini

7 7 juga didorong oleh semakin meluasnya penggunaan lemari pendingin dan pengembangan alat transportasi yang mampu menjaga kualitas ikan segar. Sebagai komoditas yang diperdagangkan, ikan memiliki potensi pasar yang cukup besar dimana sepertiga dari produksi ikan dunia diperdagangkan secara internasional. Berdasarkan data FAO (2010), produksi perikanan dunia selama beberapa tahun terkahir telah mengalami peningkatan. Ikan dikonsumsi oleh manusia karena memiliki kandungan protein dan nutrisi yang cukup baik. Dibanyak negara konsumsi ikan dipergunakan sebgai pasokan bagi orang-orang yang melakukan diet. Dalam laporan FAO disebutkan bahwa sekitar 81 persen dari total produksi perikanan dunia (115,1 juta ton) digunakan sebagai bahan konsumsi langsung manusia sedangakn sisanya 19 persen atau 27,2 juta ton digunakan sebagai prosuk non pangan, utamanya untuk fishmeal dan fish oil. Untuk sektor perikanan, Indonesia masih mengandalkan ekspor ikan dan udang, khususnya ke Taiwan, Jepang, Korea dan sedikit Amerika Serikat. Produksi ikan secara kumulatif pada 2008 diperkirakan 8,1 juta ton, suatu peningkatan yang sangat signifikan (32 persen per tahun) dari angka produksi 6,1 juta ton pada Berhubung begitu kuatnya keterkaitan sektor perikanan tekanan ekonomi global, masyarakat sangat khawatir akan dampak krisis keuangan global saat ini, khususnya terhadap kesejahteraan nelayan, terutama nelayan skala kecil dan menengah. Sebelum krisis keuangan global, produksi perikanan di tingkat global diperkirakan 7,5 juta ton, termasuk 3,8 juta berasal dari budidaya udang. Maksudnya, produksi udang budidaya telah melebihi produksi perikanan konvensional, karena semakin intensifnya usaha budidaya udang. Angka ini lebih banyak didorong oleh tingginya produksi udang budidaya selama lima tahun terakhir dengan tingkat pertumbuhan 21 persen per tahun. Laju pertumbuhan udang budidaya diperkirakan melambat pada 5-6 tahun mendatang, dengan laju pertumbuhan 6 persen atau kurang. Beberapa analisis telah menyimpulkan bahwa dampak langsung dari krisis keuangan global adalah menurunnya permintaan, terutama dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Akibat berikutnya dari kontraksi pasar ini adalah penurunan harga produk perikanan dan bahkan kekhawatiran gagal bayar karena persoalan finansial pada perusahaan skala besar. Disamping itu, kekhawatiran negara-negara besar importir produk perikanan terhadap dampak ekonomi global adalah kemungkinan penggunaan teknik budidaya perikanan yang tidak ramah lingkungan, karena nelayan mencoba untuk mengurangi biaya produksi. Apa pun yang terjadi, sektor perikanan di Indonesia perlu juga melakukan eksplorasi pasar-pasar ekspor baru, yang mungkin tidak terlalu ketat menerapkan persyaratan, seperti bidang lingkungan hidup dan sebagainya. Langkah-langkah pengembangan baru memerlukan kemampuan intelijen pasar yang tangguh, peraturan yang dapat merugikan dan tentu saja kemampuan analisis selera konsumen, dan sebagainya. Tabel 3 menunjukkan penurunan nilai ekspor terjadi pada komoditas biji coklat, biji kopi, teh dan sebagainya. Namun dalam hal komoditas udang dan ikan dalam sektor perikanan mengalami kenaikan. Realisasi ekspor udang pada tahun 2011 mencapi nilai ekspor sebesar US$2,8 milliar. Menurut data Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) potensi ikan tuna (2012) adalah sekitar ton/tahun, sementara volume produksi ikan tuna saat ini adalah sekitar ton/tahun. Data tersebut menunjukkan masih adanya potensi yang belum dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat dipastikan bahan baku kegiatan ekspor tuna masih tersedia bagi para pelaku bisnis ekspor yang hendak bergerak di bidang ekspor ikan tuna.

8 8 Ekspor non-migas memiliki beberapa sektor seperti agribisnis, industri, pertambangan dan lain-lain. Dalam sektor agribisnis tersebut memiliki sub-sektor yang kurang diperhatikan yaitu sektor perikanan. Indonesia memiliki zona laut yang luas yang belum dioptimalkan untuk menambah nilai ekspor. Namun terdapat peluang dimana perikanan Indonesia dapat memaksimalkan kerjasama perdagangan dengan Eropa dengan melihat peluang bahwa pasar Eropa merupakan pasar yang potensial, karena Eropa sedang mengalami kekurangan bahan baku dalam bidang perikanan karena terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap perikanan di Eropa yang menyebabkan negara-negara di Benua Eropa harus mengimpor ikan dari Indonesia (KKP, 2012). Produk yang memiliki keunggulan ekspor di bidang perikanan adalah jenis udang dan ikan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4 Rincian nilai ekspor komoditas perikanan terbesar (juta USD) Jenis Ikan Shrimps and prawns, frozen Fish meat & mince, except liver, roe & fillets, froze Fish nes, frozen, whole Fish fillets, frozen Crabs, not frozen Tuna nes, fresh or chilled, whole Fish nes, fresh or chilled, whole Cuttle fish, squid, frozen, dried, salted or in brine Crabs, frozen Octopus, frozen, dried, salted or in brine Sumber: UN Comtrade, 2012 Pasar Eropa saat ini masih menempati urutan ke tiga untuk pasar ekspor perikanan Indonesia setelah Amerika Serikat dan Jepang. Pencapaian ekspor produk perikanan ke Eropa mencapai US$3,52 milliar dengan nilai pangsa pasar 13 persen (KKP,2012). Saat ini kontribusi ekspor dari total ekspor produk perikanan sebesar 34 persen berasal dari udang, sedangkan tuna berkontribusi sebesar 18 persen. Pemerintah melalui KKP saat ini sedang menggalakkan ekspor produk perikanan ke Eropa setelah adanya kesepakatan Free Trade dan Penghapusan bea tarif masuk dan Indonesia memiliki peluang besar karena saat ini Eropa masih dalam masa kebijakan morotarium penangkapan yang mengakibatkan minimnya persediaan bahan baku ikan.

9 9 Komoditi udang dan ikan beku merupakan komoditi unggulan di sector perikanan yang telah diekspor oleh beberapa perusahaan ekspor di Indonesia dan tujuan utama ekspor udang dan ikan beku yang pertama adalah Negara Jepang lalu Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa Benua Eropa sendiri memiliki potensi permintaan terhadap udang dan ikan beku yang semakin meningkat. Namun seiring dengan krisis yang terjadi di Benua Eropa yang menyebabkan perlambatan perekonomian di Benua Eropa memungkinkan akan mengakibatkan beberapa eksportir Indonesia mengalami guncangan terhadap keuangan mereka karena permintaan akan komoditas udang ataupun ikan menurun. Oleh karena itu, krisis yang melanda di Eropa berkepanjangan dikhawatirkan dapat mempengaruhi permintaan terhadap udang dan ikan beku Indonesia sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi keadaan perekonomian di Indonesia. Dengan demikian, penelitian ini berfokus untuk menganalisis dampak yang terjadi pada pasar ekspor perikanan dengan komoditas udang dan ikan ke Eropa bila krisis berkepanjangan, mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi nilai ekspor udang dan ikan beku sehingga dapat menyediakan informasi yang berguna untuk eksportir udang dan ikan beku Indonesia dalam meningkatkan ekspor. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah 1. Apakah krisis Eropa mempengaruhi ekspor udang dan ikan Indonesia ke beberapa negara di Eropa? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai ekspor udang dan ikan Indonesia ke beberapa negara di Eropa? 3. Apa implikasi dari informasi yang dihasilkan bagi eksportir? Tujuan Penelitian Tujuan pada penelitian ini adalah 1. Membandingkan ekspor udang dan ikan ke beberapa negara di Eropa sebelum dan sesudah krisis. 2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang terkait dengan nilai ekspor udang dan ikan. 3. Merumuskan masukkan strategi eksportir dalam mengantisipasi krisis. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Penulis dapat memperoleh gambaran mengenai krisis yang terjadi di Eropa. 2. Penulis dapat mengetahui pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai dampak krisis Eropa. 3. Sebagai masukan berharga untuk penentu kebijakan dan produsen maupun calon produsen. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan difokuskan kepada nilai ekspor ke Eropa dari komoditas nonmigas pada sektor perikanan dengan komoditi udang dan ikan yang menjadi tujuan ekspor Indonesia ke beberapa negara di Eropa dan beberapa perusahaan yang bergerak pada ekspor udang beku dan ikan beku. Penelitian ini dibatasi pada aliran perdagangan

10 10 (ekspor), kemudian mengkaji perkembangan pasar ekspor Indonesia ke beberapa negara Eropa yang konsisten, setelah itu menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan Indonesia yang indikasinya terpengaruh terhadap krisis Eropa yang terjadi dan mengimplikasi pada kebijakan yang akan diterapkan secara umum. Kontribusi PDB perikanan terhadap PDB Nasional non-migas mencapai 3,35 persen (LAKIPKKP,2011). Pada penelitian ini udang yang digunakan adalah HS dan ikan dengan HS 0303.

11 Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan dan industri kelapa sawit merupakan salah satu sektor usaha yang mendapat pengaruh besar dari gejolak ekonomi global, mengingat sebagian besar (sekitar

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia

Tinjauan Terkini TINJAUAN UMUM: HINGGA SEPTEMBER Daftar Isi. Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 9, Nopember 2010 Perdagangan Indonesia Volume 9, Nopember 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga September 2010 Pemulihan Ekspor Indonesia Pengarah

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Ekspor Nonmigas 21 Mencapai Rekor Tertinggi Jakarta,

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak nabati merupakan salah satu komoditas penting dalam perdagangan minyak pangan dunia. Tahun 2008 minyak nabati menguasai pangsa 84.8% dari konsumsi minyak pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan perdagangan internasional. Salah satu kegiatan perdagangan internasional yang sangat penting bagi keberlangsungan

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pesat globalisasi dalam beberapa dasawarsa terakhir mendorong terjadinya perdagangan internasional yang semakin aktif dan kompetitif. Perdagangan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010

Kinerja Ekspor Nonmigas November 2010 Memperkuat Optimisme Pencapaian Target Ekspor 2010 SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 111 Telp: 21-386371/Fax: 21-358711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas November 21 Memperkuat Optimisme

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis pergerakan..., Adella bachtiar, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis pergerakan..., Adella bachtiar, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti terjadinya perdagangan internasional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam GBHN 1993, disebutkan bahwa pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, tanaman perkebunan dan tanaman lainnya diarahkan pada berkembangnya pertanian yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor

Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus Menguat Menuju Pencapaian Target Ekspor SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Kinerja Ekspor Nonmigas Bulan Februari 2011 Terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 sampai 1998 lalu. Peristiwa ini telah membawa dampak yang merugikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 7, September 2010 Perdagangan Indonesia Volume 7, September 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juli 2010 Ekspor & Impor Beberapa Produk

Lebih terperinci

Perdagangan Indonesia

Perdagangan Indonesia Tinjauan Terkini Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Perdagangan Indonesia Volume 6, Agustus 2010 Daftar Isi Tinjauan Umum Hingga Juni 2010 Beberapa Produk Yang Mengalami Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 1 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Ekspor Bulan Februari 2012 Naik 8,5% Jakarta, 2 April 2012

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis global adalah peristiwa dimana seluruh sektor ekonomi di pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh dunia. Krisis global

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat perdagangan internasional yaitu,memperoleh keuntungan dari spesialisasidalam memproduksi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika perekonomian global masih diliputi oleh nuansa ketidakpastian yang tinggi yang tercermin dari perubahan yang berlangsung sangat cepat dan sulit diprediksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia, karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada dasarnya untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat (social welfare) tidak bisa sepenuhnya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah dan beraneka ragam. Hal ini tampak pada sektor pertanian yang meliputi komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci