BAB I PENDAHULUAN. Di Provinsi Jawa Barat, terdapat sebuah BUMD yaitu PT Agronesia. PT Agronesia

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Provinsi Jawa Barat, terdapat sebuah BUMD yaitu PT Agronesia. PT Agronesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam industri-industri berbeda melalui tiga unit bisnis, yaitu unit bisnis barang teknik karet (INKABA), unit bisnis industri makanan dan minuman (BMC), dan unit bisnis industri es. Unit bisnis makanan dan minuman, yaitu BMC, memiliki lini produk bermacammacam dari makanan besar, yoghurt, hingga Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Lini produk AMDK merupakan salah satu unggulan dari BMC. Hal ini dikarenakan air minum adalah kebutuhan primer bagi manusia sehingga permintaan akan air minum selalu tinggi. Lini produk AMDK milik BMC ini beroperasi dalam lingkup regional, khususnya kota Bandung, bersaing dengan beberapa produsen AMDK lainnya. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen, departemen AMDK awalnya memproduksi jenis air minum dengan cukup beragam. Departemen AMDK sempat menjual produk gelas 124 ml, botol 330 ml, botol 600 ml, botol 1500 ml, botol premium dan galon 19 l. Namun, saat ini hanya jenis galon 19 l saja yang diproduksi. Demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan air minum, departemen AMDK melakukan penjualan AMDK ke berbagai pihak seperti instansi pemerintah, restoran, rumah sakit, perusahaan, hingga sekolah dalam lingkup regional dalam jumlah banyak. 1

2 2 Bagian penjualan yang bertanggung jawab atas pemasaran melakukan penjualan langsung dengan menawarkan produk langsung kepada konsumen yang dituju. Departemen AMDK mendapatkan omset yang cukup tinggi dari penjualan AMDK. Omset penjualan AMDK mencapai 707 juta rupiah. Besarnya omset AMDK memperlihatkan penjualan merupakan aktivitas yang sangat penting. Penjualan AMDK turut berkontribusi terhadap kinerja keuangan PT Agronesia. Namun, omset AMDK beberapa tahun ini menunjukkan tren yang menurun. Dalam wawancara awal dengan auditor internal perusahaan, penulis mendapatkan bahwa perusahaan mengalami permasalahan dalam pengelolaan galon. Kebijakan perusahaan terhadap galon adalah galon tidak dijual, melainkan dipinjamkan ke konsumen. Seringkali, galon yang dipinjamkan hilang atau rusak. Galon merupakan aset penting bagi perusahaan karena perusahaan penjualan air dan galon tidak terpisah. Galon-galon yang rusak dan hilang ini menyebabkan jumlah pengiriman pesanan terkadang tidak terpenuhi dan harus dialihkan ke hari selanjutnya. Dalam jangka panjang, keadaan ini dapat merugikan perusahaan karena konsumen beralih ke pesaing sehingga menyebabkan omset menurun. Perusahaan juga menghadapi biaya penggantian galon yang tidak sedikit. Selain permasalahan galon, berdasarkan informasi awal yang didapatkan mengenai proses penjualan. Penulis menemukan hal-hal yang berpotensi untuk melemahkan proses penjualan dan pendistribusian di divisi penjualan, terutama terkait pemisahan tugas dan tanggung jawab.

3 3 Aktivitas penjualan merupakan nyawa bagi perusahaan karena dari aktivitas penjualan perusahaan memperoleh pendapatan. Pengelolaan atas aktivitas penjualan harus dilakukan dengan baik untuk memastikan pendapatan perusahaan tidak terganggu. Oleh karena itu, pengendalian internal dari perusahaan perlu mendapatkan perhatian untuk meminimalisir masalah-masalah tersebut dan memastikan perusahaan mencapai tujuannya. Mulyadi (2002) menambahkan bahwa aktivitas penjualan akan optimal jika diimbangi sistem pengendalian internal yang baik. Mengapa pengendalian internal? Dunia bisnis yang dinamis dan berkembang mendorong perusahaan untuk beroperasi secara efisien dan efektif. Operasi yang efisien dan efektif mendukung perusahaan untuk dapat bersaing dengan para kompetitornya. Pengendalian internal membantu perusahaan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. COSO (2013) menjelaskan bahwa salah satu tujuan pengendalian internal adalah mencapai efisiensi dan efektivitas perusahaan, termasuk kinerja operasional dan finansial, dan perlindungan atas aset dari kerugian. Pengendalian internal harus berfungsi secara efektif agar tujuan-nya dapat tercapai. Sri Nova dalam Adani (2013) menjelaskan bahwa setiap entitas atau organisasi harus memiliki pengendalian internal yang efektif, karena pengendalian internal memiliki peran kunci dalam pengelolaan perusahaan yang mendukung efektivitas dan efisiensi operasi. Salah satu panduan pengendalian internal yang umumnya digunakan adalah laporan COSO berjudul Internal Control Integrated Framework. Pengertian

4 4 pengendalian internal menurut COSO banyak digunakan karena mampu memenuhi kebutuhan pengguna yang bervariasi (Rezaee, 1994). COSO (2013) menjelaskan pengendalian internal sebagai sebuah proses yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil yang didesain untuk memperoleh keyakinan memadai terkait pencapaian tujuan yaitu pelaksanaan kegiatan secara efisien dan efektif, pelaporan informasi keuangan yang dapat diandalkan, dan kepatuhan terhadap aturan. Tujuan itu didukung oleh lima komponen yang saling berkaitan yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan pengawasan. COSO (2013) menekankan bahwa kelima komponen tersebut harus eksis, berfungsi, dan terintegrasi agar sebuah pengendalian internal dapat dikatakan efektif. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul Evaluasi Pengendalian Internal Pada Siklus Penjualan (Studi pada Departemen Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Pada Unit Bisnis Makanan dan Minuman Bandoengsche Melk Centrale (BMC), Di PT Agronesia). Penulis menggunakan definisi pengendalian internal menurut COSO dengan lima komponen pengendalian internal sebagai basis untuk mengevaluasi pengendalian internal atas siklus penjualan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa pengendalian internal yang baik akan membantu perusahaan mencapai tujuan yaitu efisiensi dan efektivitas operasi, keandalan laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap aturan. Namun, pengendalian

5 5 internal yang ada dalam perusahaan masih memiliki beberapa kelemahan yang dapat menggangu tercapainya tujuan tersebut. Oleh karena itu, penulis mengajukan dua pertanyaan, yaitu a. Mengapa implementasi pengendalian internal pada siklus penjualan AMDK kurang efektif? b. Bagaimana agar pengendalian internal penjualan pada lini produk AMDK di BMC menjadi lebih efektif? 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis hanya mengevaluasi pengendalian internal pada aktivitas penjualan departemen AMDK dalam unit bisnis makanan dan minuman BMC di PT Agronesia yang bertempat di Jalan Jakarta, Bandung. Aktivitas produksi, keuangan, dan quality assurance pada departemen AMDK di pabrik AMDK di Lembang tidak dibahas dalam penelitian ini. Dalam aktivitas penjualan, fokus penelitian dibatasi pada operasional siklus penjualan. Pembatasan ini dilakukan karena kelemahan-kelemahan yang ditemui terkait pada prosedur penjualan produk. Pengendalian internal atas siklus penjualan dinilai menggunakan lima komponen pengendalian internal menurut COSO. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah

6 6 c. Mengevaluasi desain pengendalian internal siklus penjualan AMDK BMC menggunakan lima komponen COSO. d. Menilai efektivitas operasional pengendalian internal siklus penjualan AMDK BMC menggunakan lima komponen COSO. e. Memberikan saran dan masukan atas kelemahan-kelemahan yang ada dalam pengendalian internal siklus penjualan AMDK BMC. 1.5 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif menempatkan penulis di lapangan untuk mengumpulkan data untuk menjelaskan suatu kejadian. Data yang diambil berupa data primer dan sekunder. 1. Data Primer Data primer diambil secara langsung dengan wawancara, observasi, dan inspeksi a. Wawancara Penulis melakukan wawancara dengan manajer penjualan untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus penjualan yang berjalan di perusahaan. Penulis melakukan wawancara dengan auditor internal untuk memperoleh informasi terkait komponen lingkungan pengendalian. b. Observasi

7 7 Penulis melakukan observasi untuk memahami operasi dalam siklus penjualan di perusahaan. c. Inspeksi Penulis memeriksa kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan siklus penjualan. 2. Data Sekunder Data Sekunder diperoleh dari studi literatur yang terkait dengan pengendalian internal. Setelah memperoleh data, penulis kemudian mendeskripsikan data dan menganalisis efektivitas pengendalian internal pada siklus penjualan berdasarkan teori yang diperoleh dari studi literatur. 1.6 Manfaat Penelitian a. Perusahaan, khususnya unit bisnis AMDK BMC, diharapkan dapat memperoleh masukan jika terdapat kekurangan dalam pengendalian internal siklus penjualan. b. Pelaku bisnis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi mereka dalam menerapkan praktik pengendalian internal siklus penjualan, khususnya pada industri sejenis. c. Penulis diharapkan dapat memperoleh gambaran mengenai siklus penjualan dalam suatu perusahaan dan memahami penerapan