KAJIAN FISKAL REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN FISKAL REGIONAL"

Transkripsi

1 KEMENTERI ANKEUANGANRI DI REKTORATJENDERALPERBENDAHARAAN KAJ I ANF I SKALREGI ONAL Tahun2017

2 Kementerian Keuangan R.I Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Timur KAJIAN FISKAL REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Tim Penyusun º Penanggung jawab : Midden Sihombing º Ketua : Muhammad Yusuf º Wakil Ketua : Muksin º Anggota : Budi Marsudiyoto, Harwanto, Apriliansyah Noor, Warno, Firstanto Ary Wibowo, Deni Herdianto, Prasetyo Adi Priatno, Amrizal, Chyntia Bella Br. Sitepu, Tri Rahardjo, R.Jabbar Quddus Muhammad º Pengumpulan Data : Sugeng, Sriyono.

3 Assalamu alaikum wr.wb. Salam sejahtera untuk kita semua. Pertama-tama mari kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya dengan izin-nya maka Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kalimantan Timur tahun 2017 ini bisa diselesaikan. Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi, baik berupa data, informasi maupun masukan yang sangat membantu penyelesaian kajian ini. Kajian Fiskal Regional ini disusun sebagai salah satu bentuk peran Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai perwakilan Kementerian Keuangan di daerah. Kajian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lengkap tentang kondisi fiskal regional, yang terdiri dari indikator ekonomi, indikator kesejahteraan, kinerja pelaksanaan APBN- APBD serta keunggulan dan potensi daerah. Dibagian akhir juga disajikan dua analisis tematik, pertama Sinkronisasi APBN dan APBD pada sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ketahanan Pangan dan kedua Penggunaan Dana Desa. Sebagaimana layaknya sebuah kajian, di bagian paling akhir diuraikan rekomendasi upaya-upaya yang perlu dilakukan di masa mendatang, terutama oleh pengambil kebijakan di tingkat nasional dan di tingkat regional. Dengan kajian ini, diharapkan kebijakan fiskal, baik di tingkat pusat maupun daerah, dapat dirumuskan, direncakan dan diimplementasikan lebih baik. Upaya ini diyakini akan menjadi stimulus sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi regional. Dalam konteks kekinian, hal tersebut tentunya sangat penting bagi regional Kaltim mengingat pertumbuhan ekonomi di regional ini baru memasuki masa pemulihan pasca pertumbuhan minus selama tahun Kami menyadari bahwa kajian ini tentunya masih banyak kekurangan, karena keterbatasan data ataupun kekhilafan tim penyusun. Masukan, saran atau bahkan kritik tentunya sangat kami harapkan untuk perbaikan kajian ini di masa mendatang. Terima kasih, Wassalamu alaikum wr.wb. Midden Sihombing Kakanwil DJPb Prov. Kaltim. II

4 ... II... III... VI...VIII... 1 A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Suku Bunga Inflasi Nilai Tukar B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) Tingkat Kemiskinan Ketimpangan (Gini Ratio) Kondisi Ketenagakerjaan C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL A. APBN TINGKAT PROVINSI B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/ Kementerian/Lembaga) Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT E. TRANSFER KE DAERAH F. PENGELOLAAN BLU PUSAT Profil Dan Jenis Layanan BLU Pusat III

5 2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP, dan RM BLU Pusat Kemandirian BLU Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT Kredit Program A. APBD TINGKAT PROVINSI B. JENIS PENDAPAPATAN DALAM APBD C. JENIS BELANJA DALAM APBD Rincian Belanja Daerah Berdasarkan Klasifikasi Urusan Rincian Belanja Daerah Menurut Jenis Belanja (Sifat Ekonomi) D. PENGELOLAAN BLU DAERAH E. PENGELOLAAN INVESTASI DAERAH Bentuk Investasi Daerah Profil Dan Jenis Badan Usaha Milik Daerah F. SILPA DAN PEMBIAYAAN Perkembangan Surplus/Defisit APBD Pembiayaan Daerah A. LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KONSOLIDASIAN B. PENDAPATAN KONSOLIDASIAN C. BELANJA KONSOLIDASIAN D. SURPLUS/DEFISIT E. ANALISIS KONTRIBUSI PEMERINTAH DALAM PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) A. KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI REGIONAL Industri Pengolahan Pertanian Pertambangan dan Penggalian B. TANTANGAN FISKAL REGIONAL IV

6 A. KESIMPULAN B. REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA V

7 Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Tahun Tabel 1.2 PDRB berdasarkan Pengeluaran Tahun Tabel 1.3 Nominal PDRB berdasarkan Pengeluran Tahun Tabel 1.4 Jumlah Proyek dan Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2016 dan Tabel 1.5 PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun Tabel 1.6 Indeks Pembangunan Manusia Kab/Kota di Kalimantan Timur Tahun Tabel 1.7 Perbandingan Target RPJMD dan Realisasi Indikator Makroekonomi Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Tahun 2016 dan 2017 (miliar Rp) Tabel 2.2 Target dan Realisasi Perpajakan Pusat Kaltim (miliar Rp) Tabel 2.3 Realisasi Penerimaan PNBP Tahun (juta Rp) Tabel 2.4 Penerimaan PNBP Tahun 2017 berdasarkan Fungsi (juta Rp) Tabel 2.5 Kontirbusi Pajak dan PNBP terhadap Ekonomi Regional Tabel 2.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran (miliar Rp) Tabel 2.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi Kaltim (miliar Rp) Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Menurut Jenisnya Kaltim 2016 dan 2017 (miliar Rp) Tabel 2.9 Cash Flow Pemerintah Pusat di Kaltim Tahun 2016 dan 2017 (miliar Rp) Tabel 2.10 Pagu dan Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Kaltim (miliar Rp) Tabel 2.11 Nilai Aset dan Pagu BLU Pusat di Provinsi Kaltim Tabel 2.12 Perkembangan Nilai Aset BLU di Provinsi Kaltim (miliar Rp) Tabel 2.13 Perkembangan Nilai Pagu BLU tahun (miliar Rp) Tabel 2.14 Tingkat Efektivitas BLU Pusat Tabel 2.15 Profil Satker Pengelola PNBP di Provinsi Kaltim TA 2017 (juta Rp) Tabel 2.16 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker PNBP (juta Rp) Tabel 2.17 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP (juta Rp) Tabel 2.18 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Tahun 2017 (Rp) Tabel 3.1 I-Account agregat APBD Kaltim Tahun 2016 dan 2017 (miliar Rp) Tabel 3.2 Agregat Pendapatan APBD Kaltim Tahun 2016 dan 2017 (miliar Rp) 44 Tabel 3.3 Belanja per Urusan APBD Kaltim Tahun (miliar Rp) Tabel 3.4 Agregat Belanja per Jenis Belanja APBD Kaltim Tahun (miliar Rp) Tabel 3.5 Profil BLUD Regional Kaltim (juta Rp) VI

8 Tabel 3.6 Perkembangan Aset BLUD Regional Kaltim (juta Rp) Tabel 3.7 Perkembangan Pagu dari APBD dan Pagu dari Pendapatan BLUD (juta Rp) Tabel 3.8 Penyertaan Modal/Investasi Daerah Tahun (miliar Rp).. 59 Tabel 3.9 Perkembangan Aset BMUD (miliar Rp) Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) Tabel 4.2 Kontribusi Pendapatan Konsolidasian Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tabel 4.3 Rasio Surplus/Defisit Konsolidasian terhadap PDRB Kaltim Tabel 4.4 Kontribusi Pemerintah dalam Pembentukan PDRB (triliun Rp) Tabel 5.1 Penyaluran Kredit dan Realisasi Investasi di Kaltim 2017 (triliun Rp). 71 Tabel 6.1 Penggunaan Dana Desa di Kaltim Tahun VII

9 Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kaltim dan Nasional Tahun 2015 s.d (yoy)... 1 Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Regional Kalimantan Tahun 2017 (yoy)... 1 Grafik 1.3 Struktur PDRB dan Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha... 2 Grafik 1.4 Struktur Ekonomi Kalimantan Tahun Grafik 1.5 Distribusi PDRB dan Pertumbuhan Menurut Pengeluaran (%)... 4 Grafik 1.6 Perkembangan PDRB per Kapita tahun Grafik 1.7 Perkembangan Suku Bunga Tahun Grafik 1.8 Tingkat Inflasi Kaltim dan Nasional Tahun 2017 (y-on-y)... 9 Grafik 1.9 Tingkat Inflasi Kaltim dan Nasional Tahun 2017 (month to month) Grafik 1.10 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS Tahun Grafik 1.11 IPM antar Provinsi di Kalimantan Grafik 1.12 Tingkat Kemiskinan Kaltim Grafik 1.13 Indeks Kedalaman & Indeks Keparahan Kemiskinan Grafik 1.14 Indeks Gini Ratio Kaltim tahun Grafik 1.15 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 1.16 Target dan Capaian Tingkat Pengangguran dan Kemiskinan Kaltim (%) Grafik 2.1 Rasio Perpajakan Pusat terhadap PDRB Kaltim Grafik 2.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun Grafik PNBP berdasarkan Fungsi dengan perubahan terbesar Tahun 2017 (juta Rp) Grafik 2.4 Kontribusi Perpajakan Pusat (non BM & BK) per Penduduk Kaltim 2016 dan Grafik 2.5 Penyaluran Transfer ke Daerah dan Dana Desa tahun Grafik 2.6 Tingkat Kemandirian BLU Pusat Grafik 2.7 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Menurut Sektor Usaha Tahun Grafik 2.8 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat dan Jumlah Debitur Per Kab/Kota Tahun Grafik 3.1 Rasio Realisasi PAD terhadap Pendapatan Kaltim Tahun Grafik 3.2 Rasio Realisasi PAD terhadap Target PAD Kaltim Tahun Grafik 3.3 Rasio DBH terhadap Pendapatan Kaltim Tahun Grafik 3.4 Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) Grafik 3.5 Rasio Belanja Pegawai terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) Grafik 3.6 Rasio Bantuan Keuangan terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) VIII

10 Grafik 3.7 Rasio Belanja Hibah terhadap Total Belanja Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) Grafik 3.8 Rasio Ruang Fiskal terhadap Pendapatan Kaltim Tahun Grafik 3.9 Rasio Surplus/Defisit terhadap Pendapatan Kaltim Tahun Grafik 3.10 Rasio SILPA/SIKPA terhadap Total Belanja Kaltim Tahun Grafik 3.11 Keseimbangan Primer Kaltim Tahun (Triliun Rp) Grafik 4.1 Komposisi Pendapatan Konsolidasian TA Grafik 4.2 Komposisi Penerimaan Konsolidasian TA Grafik 4.3 Komposisi Belanja dan Transfer Konsolidasian Tahun Grafik 4.4 Komposisi Belanja Konsolidasian Tahun Grafik 5.1 Lapangan Usaha Pembentuk Struktur PDRB Terbesar (%) Grafik 5.2 Pertumbuhan Ekonomi Kaltim Grafik 5.3 Perkembangan Rasio Kepatuhan Pajak Kaltim Grafik 5.4 Perkembangan Rasio Belanja (%) Grafik 6.1 Pagu dan Realisasi Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ketahanan Pangan APBN 2017 (miliar Rp) Grafik 6.2 Pagu dan Realisasi Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ketahanan Pangan APBD 2017 (miliar Rp) Grafik 6.3 Penyaluran dan Penyerapan Dana Desa di Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) Grafik 6.4 Perbandingan Dana Desa dan Alokasi Dana Desa di Kaltim Tahun 2017 (miliar Rp) IX

11 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

12 A. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) a. Laju Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) 6% 4% 2% 0% -2% -4% 5,19% Masa depan Perekonomian Kalimantan Timur mulai cerah dengan ditandai pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 3,13 persen, setelah sebelumnya mengalami dua periode yang kurang menggembirakan pada tahun 2015 dan 2016 karena kontraksi ekonomi masing-masing sebesar 1,28 persen dan 0,38 persen. Dibandingkan tingkat pertumbuhan Nasional, pertumbuhan ekonomi 1,61% I II II IV I II II IV I II II IV 5,8 5,17 1,65 1, Kaltim Samarinda Nasional 6,74 5,34-3,16 5,29 4,46 1,61 0,86 3,13 2,6 7,04 6,59 Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Kaltara q to q Tw.IV 2017 y on y Tw.IV Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% -1% -2% regional Kaltim tersebut masih jauh dibawah pertumbuhan nasional tahun 2017 yang mencapai 5,07 persen, melanjutkan tren yang relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya. 5,02% 4,79% 5,03% 5,07% 2,17% -1,28% -0,38% Kaltim Nasional 3,13% Sementara itu, jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, pertumbuhan ekonomi Kaltim baik di triwulan IV 2017 (yoy) maupun tahun 2017 tercatat 1

13 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL paling rendah. Pertumbuhan tertinngi di triwulan IV tercatat di Provinsi Kalimantan Utara sebesar 7,04 persen, sedangkan pertumbuhan tertinggi tahun 2017 tercatat di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 6,74 persen. Tahun 2017 menandai pergeseran lapangan usaha penyokong pertumbuhan ekonomi regional Kaltim, karena pertumbuhan ekonomi tertinggi bersumber dari sektor Industri Pengolahan sebesar 0,74 persen. Pertumbuhan industri pengolahan ini tercermin dari peningkatan produksi pada Industri Pengolahan Besar dan Sedang serta Industri Pengolahan Kecil dan Mikro. Peningkatan produksi Industri Pengolahan Mikro dan Kecil bahkan mencapai 37,69 persen pada triwulan IV tahun 2017 (yoy) walaupun sempat mengalami penurunan pada triwulan II sebesar 12,89 persen ,33 6,53 3,47 4 1,21 0,59 0,49 0,74 0,33 0, Pertambangan Konstruksi Industri Perdag. Besar & Pertanian, Hutan Pengolahan Eceran & Ikan 5,7 % Growth (yoy) Kontribusi Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Jenis Industri Triw. I Triw. II Triw. III Triw. IV Industri Pengolahan Besar dan Sedang 3,10 1,56 0, Industri Pengolahan Kecil dan Mikro 5,74-12,89 0,29 37,69 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Sementara itu, pertambangan mulai pulih dengan angka pertumbuhan sebesar 1,21 persen setelah tahun lalu tumbuh -1,76 persen. Angka pertumbuhan tersebut sejalan dengan nilai ekspor hasil pertambangan pada tahun 2017 yang meningkat menjadi US$ 11,95 miliar dari US$ 8,81 miliar (BPS Provinsi Kaltim, Perkembangan Ekspor Provinsi Kaltim Bulan Desember 2017). Pertumbuhan sektor pertambangan ini terjadi di tengah kebijakan larangan impor batubara di 2

14 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I berbagai pelabuhan kecil di Tiongkok mulai bulan Juli 2017 (Bank Indonesia, KEKR bulan Agustus 2017). b. Nominal PDRB Produk Domestik Regional Bruto Kaltim tahun 2017 tercatat mencapai Rp592,5 Kaltim 52,29% Kaltara 6,83% Kalbar 15,66% Kalteng 11,14% Kalsel 14,08% triliun (ADHB) dan Rp452,84 triliun (ADHK) sehingga tetap menempatkan Kaltim sebagai regional yang mendominasi struktur perekonomian di Kalimantan dengan peranan sebesar 52,29 persen, sedangkan peranan terkecil bersumber dari provinsi termuda, Kaltara sebesar 6,83 persen. Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur 1) Nominal PDRB Sisi Pengeluaran Sumber 2017 Distribusi Nominal Distribusi 2016 Konsumsi Rumah Tangga ,74 16,42 17,90 Konsumsi LNPRT 1781,78 0,44 0,48 Pengeluaran Pemerintah ,05 3,52 4,76 Pembentukan Modal Tetap Bruto ,25 26,30 28,55 Perubahan Inventori 1.096,37 0,30 0,38 Ekspor netto (Ekspor Impor) ,57 28,99 26,11 Net Ekspor Antar Daerah ,53 24,03 21,82 PDRB ,29 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Porsi terbesar pembentuk PDRB sisi pengeluaran tahun 2017 (ADHK) berasal dari komponen Ekspor Netto yang menyumbang 28,99 persen dari total PDRB. Bahan Bakar Mineral merupakan komoditi utama dalam kegiatan ekspor di Kaltim yang mencapai 92,73 persen dari keseluruhan angka ekspor Kaltim (Berita Resmi Statistik, Perkembangan Ekspor dan 3

15 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL Impor Provinsi Kalimantan Timur, Desember 2017). Angka ini menunjukkan terjadinya perubahan sumber utama pertumbuhan, yang pada tahun 2015 dan 2016 adalah Pembentukan Modal tetap Domestik Bruto dengan porsi terbesar pembentuk PDRB sebesar 28,44 persen. Sumber Tahun 2017 I II III IV Total Konsumsi Rumah Tangga , , , , ,74 Konsumsi LNPRT 441,08 455,25 434,67 450, ,78 Pengeluaran Pemerintah 1.830, , , , ,05 Investasi Sektor Bisnis/Swasta , , , , ,25 Perubahan Inventori 323,58 317,99 260,06 194, ,37 Ekspor netto (Ekspor Impor) , , , , ,57 Net Ekspor Antar Daerah , , , , ,53 PDRB , , , , ,29 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Penurunan laju pertumbuhan yang sangat signifikan terjadi pada konsumsi pemerintah dan perubahan inventori yang masing-masing mengalami penurunan sebesar 15,28 persen dan 15,85 persen. Penurunan kedua komponen tersebut tidak signifikan mempengaruhi laju pertumbuhan karena memiliki peranan yang relatif kecil dalam struktur PDRB. 2,55 Ekspor LN 40,67 7,57 Net Ekspor AD 24,03-15,28-15,85 3,01 2,54 2,51 4,89 PMTB Kons RT Impor LN Kons Pemerintah Kons LNPRT Perubahan Inv. 0,44 0,3 3,52 16,42 11,68 26,3 Laju Pertumbuhan Porsi Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur 4

16 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I a) Konsumsi Kontribusi Konsumsi Rumah Tangga terhadap PDRB mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun lalu yang tercatat 17,90 persen. Pada tahun 2017 p eranan konsumsi rumah tangga sebesar 16,42 persen, mengalami penurunan sebesar 1,48 persen. Namun demikian, konsumsi rumah tangga masih mengalami pertumbuhan sebesar 2,54 persen menjadi sebesar Rp66,15 triliun. Pertumbuhan konsumsi tersebut tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk di Kaltim, berdasarkan data yang diambil dari sidata BAPPEDA, jumlah penduduk Kalimantan Timur mengalami peningkatan sebesar 2,12 persen menjadi orang dari orang pada tahun b) Investasi Investasi yang berada di Kaltim terlihat dari komponen Pembentuk Modal Tetap Bruto (PMTB) pada struktur PDRB. Peranan PMTB dalam struktur PDRB mengalami penurunan sebesar 2,25 persen pada tahun 2017 menjadi 26,30 persen dari 28,55 persen pada tahun Walaupun mengalami penurunan kontribusi namun PMTB masih tetap mengalami pertumbuhan sebesar 3,01 persen menjadi Rp110,19 triliun. Investasi Proyek Nominal Proyek Nominal Penanaman Modal Dalam Negeri 186 6, ,72 Penanaman Modal Asing 471 1, ,97 Sumber : sidata.kaltimprov.go.id, diakses tanggal 13 Februari 2018 *) Angka Nominal PMA dalam jutaan US$ dan angka nomonal PMDN dalam triliun rupiah Kenaikan nominal investasi pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), menunjukkan peningkatan sebesar 41,97 persen. Peningkatan signifikan terjadi pada sektor primer yang mencapai 134,37 persen dan sektor tersier sebesar 97,52 persen. Nilai investasi di tahun 2017 pada sektor primer sebesar Rp7,27 triliun, sedangkan pada sektor tersier sebesar Rp1,96 triliun. Sementara itu, nilai investasi pada sektor sekunder mengalami penurunan sebesar 82,38 persen menjadi Rp446,87 miliar. Hal yang berbeda terlihat pada Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengalami penurunan sebesar 17,89 persen. 5

17 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL c) Pengeluaran Pemerintah Konsep pengeluaran pemerintah yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik yaitu jumlah belanja pegawai, belanja barang, belanja bantuan sosial dan belanja lainnya ditambah dengan unsur penyusutan aset tetap. Selain itu, pendapatan PNBP dijadikan faktor pengurang dalam konsumsi pemerintah. Peranan pengeluaran pemerintah terhadap PDRB di tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 1,24 persen dari 4,76 persen di tahun 2016 menjadi 3,52 persen. Peranan pengeluaran pemerintah ini tidak terlepas dari menurunnya anggaran pemerintah yang tercermin dari penurunan laju pertumbuhan sebesar 15,28 persen. Pengeluaran pemerintah di Kalimantan Timur pada tahun 2017 sebesar Rp12,14 triliun sedangkan pada tahun 2016 sebesar Rp14,58 triliun. d) Ekspor dan Impor Peranan ekspor netto terhadap PDRB menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2017 kontribusi ekspor netto mencapai 28,99 persen, meningkat dari tahun 2016 yang mencapai 26 persen. Peningkatan ini juga tercermin dalam neraca perdagangan Kalimantan Timur tahun 2017 yang mencapai US$14,25 miliar, meningkat US$4,12 miliar dari tahun 2016 yang hanya mencapai US$10,13 miliar. Komoditas ekspor utama adalah Bahan Bakar Mineral (BBM) yang mencapai 92,73 persen dari total ekspor. Dari jumlah tersebut, 68,40 persen merupakan BBM Nonmigas, sedangkan 24,33 persen adalah BBM Migas. Tujuan utama ekspor migas adalah Jepang, mencapai 36,43 persen, sementara untuk tujuan utama ekspor non migas adalah India yang mencapai 23,06 persen. Impor utama tahun 2017 adalah Migas, mencapai US$2,40 miliar atau 74,36 persen dari keseluruhan impor. Sumber utama impor dari Nigeria yang mencapai 6,39 persen. 6

18 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I 2) Nominal PDRB Sisi Penawaran Lapangan Usaha Tahun Nominal (Rp.Miliar) Growth (%) Distrib. (%) Distrib. (%) Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ,61 5,70 7,96 8,22 Pertambangan dan Penggalian ,21 1,21 46,31 43,17 Industri Pengolahan ,99 3,47 19,07 20,62 Pengadaaan Listrik, Gas 238,53 6,79 0,05 0,05 Pengadaan Air 219,98 9,05 0,05 0,05 Konstruksi ,67 7,33 8,07 8,31 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ,40 6,53 5,30 5,53 Transportasi dan Pergudangan ,10 7,08 3,62 3,71 Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 3.781,31 9,17 0,93 0,95 Informasi dan Komunikasi 7.049,90 8,73 1,26 1,30 Jasa Keuangan 6.532,01 (0,61) 1,53 1,72 Real Estate 4.032,55 3,35 0,88 0,96 Jasa Perusahaan 853,81 3,54 0,21 0,22 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 7.820,64 (0,23) 2,03 2,32 Jasa Pendidikan 6.398,19 7,64 1,55 1,62 Jasa Keseharan dan Kegiatan Sosial 2.492,46 7,16 0,59 0,63 Jasa Lainnya 2.400,13 7,98 0,62 0,63 Produk Domestik Regional Bruto ,48 3,13 100,00 100,00 Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur Dilihat dari lapangan usaha, Sektor Pertambangan dan Penggalian masih mendominasi struktur perekonomian dengan kontribusi sebesar 46,31 persen. Angka ini sedikit lebih besar dari peranan sektor tersebut di tahun 2016 yang telah mencapai 43,17 persen. Kenaikan ini diduga disebabkan karena adanya kenaikan harga batubara. Berdasarkan harga acuan batubara yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM, rata-rata harga batubara acuan pada tahun 2017 naik sebesar 45,41 persen menjadi US$89,92 dari US$61,84 pada tahun Dengan struktur yang sangat dominan pada satu lapangan usaha tersebut, maka perekonomian Kaltim 7

19 Rp.Juta BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL akan rentan terhadap perubahan harga batubara. Pada saat harga batubara anjlok maka akan langsung mengakibatkan kontraksi ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 2015 dan Share terbesar kedua penyumbang PDRB adalah industri pengolahan dengan peranan sebesar 19,07 persen, turun sebesar 1,55 persen dari tahun Namun demikian, walaupun mengalami penurunan dalam hal peranan di struktur perekonomian, industri pengolahan masih mampu untuk tumbuh sebesar 3,47 persen. Untuk sektor yang lain, kontribusi untuk PDRB masih di bawah 10 persen. 3) PDRB per Kapita Setelah mengalami penurunan dalam ,71 tahun terakhir, PDRB 165 per kapita Kalimantan 158,47 157, Timur mencapai titik 155 tertinggi pada tahun ,99 144, mencapai 140 Rp165,71 juta. Angka ini 135 diperoleh dari PDRB berdasarkan harga Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur berlaku yang didapatkan dari Berita Resmi Statistik dari BPS Provinsi Kalimantan Timur dan data jumlah penduduk yang terdapat dalam sidata BAPPEDA Provinsi Kaltim. Untuk data per kabupaten/kota, pada tahun 2016, Kota Bontang memiliki PDRB per kapita yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 323,22 juta yang kemudian diikuti oleh Kabupaten Kutai Timur senilai Rp 284,55 juta. PDRB per kapita yang paling rendah adalah Kabupaten Penajam Paser Utara dengan PDRB per kapita senilai Rp48,44 juta. 2. Suku Bunga Tingkat suku bunga kredit investasi selama 2017 mengalami penurunan mulai bulan Agustus Sampai dengan Juli 2017, BI rate sebagai suku bunga acuan berada pada level 4,75 dan pada bulan Agustus diturunkan menjadi 4,50. BI Rate ini kemudian diturunkan kembali pada bulan September 2017 sebesar 25 basis poin menjadi 4,25. 8

20 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I Suku bunga merupakan salah satu instrumen yang dapat dipergunakan oleh otoritas moneter dalam mengendalikan inflasi. Pada % 4,75 5 4,25 4 4,25 3,61 3 3, BI Rate Inf Kaltim (yoy) Inf Nasional (yoy) Sumber : KPwBI Kalimantan Timur saat inflasi tinggi, maka suku bunga dinaikkan sebagai daya tarik investor untuk menempatkan investasinya ke dalam instrumen investasi yang ada di bank. Hal ini dapat mengurangi jumlah uang beredar sehingga konsumsi akan menurun dan inflasi juga akan terkendali. Penetapan suku bunga ini tidak terlepas dari perkembangan berbagai indikator, terutama tingkat inflasi. Pada tahun 2017, inflasi tertinggi di Kalimantan Timur terjadi pada bulan Mei 2017 sebesar 4,66 persen yang bertepatan dengan bulan puasa, sedangkan secara nasional inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juni 2017 sebesar 4,37. Inflasi ini merupakan inflasi yang terjadi musiman yaitu ketika bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Idul Fitri. 3. Inflasi 6,0% 5,0% Kaltim Nasional Samarinda Balikpapan 4,0% 3,0% 2,0% 1,0% 0,0% Jan 17 Feb 17 Mar 17 Apr 17 Mei 17 Jun 17 Jul 17 Agt 17 Sep 17 Okt 17 Nop 17 Des 17 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur 9

21 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL Inflasi year on year Kaltim pada tahun 2017 mencapai 3,15 persen, sedikit lebih rendah dibanding tahun 2016 yang tercatat sebesar 3,39 persen. Dibandingkan dengan inflasi nasional, pada awal tahun sampai bulan Agustus 2017 inflasi Kaltim lebih tinggi dari inflasi nasional, akan tetapi setelah bulan Agustus inflasi Kaltim berada lebih rendah dari inflasi nasional. Inflasi tertinggi di Kaltim berada pada level 4,66 persen tercatat di bulan Mei, sedangkan inflasi terendah pada bulan Desember sebesar 3,15 persen. Sementara itu, inflasi nasional tertinggi 2,0% 1,5% Kaltim Nasional Samarinda Balikpapan 1,0% 0,5% 0,0% -0,5% -1,0% Jan 17 Feb 17 Mar 17 Apr 17 Mei 17 Jun 17 Jul 17 Agt 17 Sep 17 Okt 17 Nop 17 Des 17 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur sebesar 4,37 persen pada bulan Juni 2017 sedangkan terendah pada bulan November senilai 3,30 persen. Pola kenaikan dan penurunan tingkat inflasi per bulan (yoy) di Kaltim memiliki kesamaan dengan pola inflasi nasional. Inflasi pada tahun 2017 disebabkan karena kenaikan biaya bahan bakar, penerangan dan air sebesar 19,17 persen. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) tahap kedua yang terjadi pada bulan Maret dan April 2017 berkontribusi sangat besar pada inflasi di tahun PLN Wilayah Kaltimra resmi mencabut subsidi sebanyak pelanggan listrik daya 900 VA. Para pelanggan listrik ini dianggap sudah tidak berhak menerima subsidi pemerintah, masing-masing sebesar Rp 110 ribu per pelanggan. Deputi Manajer Hukum dan Humas PLN Wilayah Kaltim-Kaltara, Wijayanto Nugroho, mengatakan ada pelanggan daya 900 VA di Kaltimra. Namun, hanya pelanggan yang layak menerima subsidi. Pelanggan ini masuk kategori masyarakat miskin sesuai hasil verifikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Selain disebabkan oleh pencabutan subsidi listrik, inflasi tahun 2017 juga diakibatkan karena kenaikan tarif pulsa ponsel dan kenaikan biaya STNK. 10

22 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I 4. Nilai Tukar Pada tahun 2017 nilai tukar rupiah cenderung lebih stabil bila dibanding dengan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Sumber: Bank Indonesia tahun Hal ini tercermin dari nilai tertinggi dan nilai terendah dalam dua periode tercatat di periode tahun Nilai tukar dolar stabil pada level Rp sampai dengan Rp sampai bulan Agustus Bulan September 2017, rupiah mengalami pelemahan dan mencapai puncaknya pada bulan Oktober 2017 yang mencapai Rp Pelemahan rupiah ini terjadi lebih disebabkan karena faktor eksternal. Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo, mengungkapkan bahwa dollar AS menguat secara global sebagai dampak respon pasar keuangan terhadap dinamika proses pencalonan Bank Sentral, normalisasi kebijakan moneter, meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga serta rencana reformasi pajak di AS. Ditambahkan oleh Deputi Senior Bank Indonesia, Adityawaswara, faktor yang paling mempengaruhi pelemahan rupiah adalah ketidakjelasan antara siapa yang akan menjadi gubernur The Fed. Setelah adanya kejelasan Jerome Powell sebagai kandidat kuat pengganti Janet Yellen sebagai gubernur The Fed, volatilitas rupiah cenderung mereda. Kondisi tersebut tercermin dari menguatnya rupiah pada bulan November 2017 menjadi Rp B. INDIKATOR KESEJAHTERAAN 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) Indeks Pembangunan Manusia di Kaltim selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, pertumbuhan IPM Provinsi Kaltim pada tahun 2016 mencapai 0,57 11

23 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL persen dengan indeks mencapai 74. IPM provinsi Kaltim dan mayoritas Kab/Kota di Kaltim tercatat pada kategori tinggi (IPM > 70), hanya terdapat 3 kabupaten yang memiliki IPM dibawah 70 yaitu Kutai Barat, Penajam Paser Utara dan Mahakam Ulu. Rendahnya IPM kabupaten-kabupaten tersebut terutama disebabkan karena merupakan daerah otonom baru hasil pemekaran. Sementara itu, kenaikan IPM tertinggi tercatat di Penajam Paser Utara dan Paser, masing-masing 1,01 persen dan 1,00 persen. Kemajuan pembangunan di Kabupaten Penajam Paser Utara didorong oleh dimensi pendidikan dan kesehatan, sementara Kabupaten Paser dikarenakan perbaikan standar hidup layak dan juga pendidikan. Kab/Kota Growth (%) Paser 66,54 67,11 68,18 69,61 69,87 70,30 71,00 1,00 Kutai Barat 65,90 66,92 67,14 68,13 68,91 69,34 69,99 0,94 Kutai Kartanegara 67,45 68,47 69,12 70,71 71,20 71,78 72,19 0,57 Kutai Timur 66,94 67,73 68,71 69,79 70,39 70,76 71,10 0,48 Berau 69,16 70,43 70,77 72,02 72,26 72,72 73,05 0,45 Penajam Paser Utara 66,37 66,92 67,17 68,07 68,60 69,26 69,96 1,01 Mahakam Ulu n/a n/a n/a 63,81 64,32 64,89 65,51 0,96 Balikpapan 75,55 76,02 76,56 77,53 77,93 78,18 78,57 0,50 Samarinda 75,85 77,05 77,34 77,84 78,39 78,69 78,91 0,28 Bontang 76,97 77,25 77,55 78,34 78,58 78,78 78,92 0,18 Kalimantan Timur 71,31 72,02 72,62 73,21 73,82 74,17 74,59 0,57 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur 12

24 64,89 65,59 65,88 67,77 68,53 69,13 67,63 68,38 69,05 68,64 68,76 69,20 68,9 69,55 70,18 73,82 74,17 74,59 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Kaltara Nasional Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur Apabila dibandingkan dengan IPM provinsi lain di Pulau Kalimantan, hanya Kalimantan Timur yang masuk ke dalam kategori tinggi, sedangkan provinsi lain baru sampai pada kategori sedang. Secara mengejutkan provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi termuda berada di posisi kedua IPM tertinggi dengan nilai indeks sebesar 69,20. IPM Kalimantan Timur juga lebih tinggi dari IPM tingkat nasional yang berada pada level 70, Tingkat Kemiskinan 6,3 6,2 6,1 5,9 5,8 Tingkat kemiskinan pada September tahun 2017 berada pada angka 6,08 persen, sedikit di bawah target RPJMD yang ditetapkan sebesar 6,10 persen. Tingkat kemiskinan menurun 0,09 persen atau berkurang 1,5 ribu 6 6,23 6,1 6,11 6 6,19 orang dibanding periode Maret Perkembangan tersebut penurunan menyebabkan jumlah penduduk miskin dari semula sebanyak 220,17 ribu jiwa menjadi 218,67 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan tersebut terjadi di tengah penurunan Nilai Tukar Petani (NTP). Pada bulan Maret 2017, NTP berada pada angka 98,25 dan menurun pada bulan September 2017 menjadi 96,17. Selain itu garis kemiskinan di Kaltim mengalami kenaikan sebesar 4,06 persen dari Rp per kapita di bulan Maret 2017 menjadi Rp di bulan September (Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, 2 Januari 2018). Kenaikan 6,08 Mar 15 Sept 15 Mar 16 Sept 16 Mar 17 Sept 17 Tk. Kemiskinan (%) Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur 13

25 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL tersebut lebih rendah dari kenaikan garis kemiskinan nasional yang mencapai 3,39 persen. Penurunan angka kemiskinan ini diduga lebih disebabkan karena ekonomi Kalimantan Timur yang terus tumbuh sehingga pendapatan yang diperoleh masyarakat miskin juga mengalami kenaikan. Perekonomian Kalimantan Timur saat ini banyak disokong oleh sektor-sektor modern seperti pertambangan, industri pengolahan, konstruksi dan lainnya. Bahkan, sektor pertambangan dan turunannya berkontribusi lebih dari 50 persen pada struktur ekonomi Kalimantan Timur. Sementara itu sektor pertanian yang merupakan sektor pertanian seperti terlupakan dan menyumbang penduduk miskin terbanyak, menurut data BPS hampir 67 persen penduduk miskin berada di sektor pertanian. Hal ini juga diperparah dengan tingkat pendidikan yang masih sangat rendah, data BPS mengemukakan bahwa 76 persen tenaga kerja yang berada di sektor pertanian masih lulusan Sekolah Dasar (SD). Hal ini menjadikan sektor pertanian masih dikelola secara tradisional sehingga produksi pertanian juga tidak akan bisa naik signifikan. Kondisi ini mengakibatkan sulitnya penduduk miskin keluar dari kemiskinan yang melanda. Selain persentase dan jumlah penduduk miskin, indikator kesejahteraan juga harus memperhatikan Indeks Kedalaman Kemiskinan, yaitu ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, dan Indeks Keparahan Kemiskinan yaitu gambaran mengenai kesenjangan pengeluaran di antara sesama penduduk miskin. Semakin rendah angka indeks, menunjukkan kondisi yang lebih baik. Pada bulan September 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan mengalami 1,2 1,044 0, ,885 0,874 0,793 0,808 penurunan sebesar 0,011 0,8 0,693 persen dari Maret ,6 menjadi 0,874. Kondisi ini 0,4 0,176 0,219 0,275 0,167 0,168 0,208 0,187 0,2 menunjukkan kedalaman 0 kemiskinan sedikit berkurang Sept 14 Mar 15 Sept 15 Mar 16 Sept 16 Mar 17 Sept 17 karena rata-rata pengeluaran Index Kedalaman Index Keparahan penduduk miskin meningkat, Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur lebih mendekati garis kemiskinan, sehingga lebih dekat untuk keluar dari kategori miskin. Sementara 14

26 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I itu, Indeks Keparahan Kemiskinan juga turun dari 0,208 di bulan Maret menjadi 0,187 pada bulan September Hal ini mengindikasikan kondisi tingkat keparahan kemiskinan semakin berkurang karena ketimpangan pengeluaran di antara sesama penduduk miskin sedikit dapat dikurangi. 3. Ketimpangan (Gini Ratio) Tingkat ketimpangan atau kesenjangan kesejahteraan antar penduduk yang diukur dengan indeks Gini Ratio pada tahun 2017 tercatat makin meningkat pada beberapa periode pengukuran. Kenaikan tersebut dimulai pada september 2016 yang meningkat 0,008 poin menjadi 0,328. Kemudian kembali meningkat 0,002 poin ke indeks 0,330 pada bulan Maret 2017 dan mencapai angka 0,333 pada 0,4 0,35 0,3 0,25 0,34 0,333 0,28 0,2 0,15 0,1 0,05 0 Mar 14 Sep 14 Mar 15 Sep 15 Mar 16 Sep 16 Mar 17 Sep 17 Perkotaan Pedesaan Kaltim Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur bulan September Kenaikan gini rasio ini terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi yang juga semakin meningkat. Ini berarti bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk di Kalimantan Timur. Pertumbuhan tersebut lebih banyak dinikmati oleh kalangan menengahatas, sehingga kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin semakin lebar. 4. Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2017 tercatat turun 1,64 persen dari Februari 2017 menjadi 6,91 persen atau sekitar 114,29 ribu dari 15

27 BAB I PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL 1,65 juta orang angkatan kerja. Penurunan ini terjadi 10 % Feb 15 Agst 15 Feb 16 Agst 16 Feb 17 Agt 17 TPT Kaltim TPT Nasional karena banyak masyarakat Kaltim yang mencari kerja di daerah lain (kaltim.prokal.co, 07 Nov 2017). TPT pada bulan Agustus sudah mampu memenuhi target tingkat pengangguran yang Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Timur ditetapkan di RPJMD sebesar 7,60 persen, tetapi masih jauh di atas tingkat pengangguran nasional sebesar 5,50 persen. C. EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MAKRO EKONOMI DAN PEMBANGUNAN REGIONAL No Variabel Makro Ekonomi Target Realisasi Deviasi 1 Pertumbuhan Ekonomi 0,5±1 3,13 +1,63 2 Inflasi 4±1 3,15 +0,50 3 Indeks Pembangunan Manusia 74,46 74,59 +0,09 4 Tingkat Kemiskinan 6,10 6,08 +0,02 5 Gini Rasio 0,32 0,333-0,013 6 Pengangguran 7,18 6,91 +0,17 Sumber: Penyesuaian RPJMD Prov. Kaltim & BPS Provinsi Kaltim Data target variabel makro ekonomi diambil dari Penyesuaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun yang telah disahkan melalui Peraturan Gubernur Kalimantan Timur nomor 50 Tahun Terdapat target pada tahun 2017 yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Kalimantan Timur Nomor 21 Tahun 2016, Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2017, akan tetapi target dalam RKPD tersebut masih menggunakan data RPJMD yang lama sehingga kurang menggambarkan sasaran dan target yang akan dicapai. Penyesuaian tersebut perlu dilakukan karena perubahan yang signifikan pada kondisi perekonomian di Kaltim pada tahun Pada tahun tersebut, terjadi 16

28 PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL BAB I penurunan drastis terhadap harga batubara yang merupakan komoditas utama di Kaltim. Perubahan RPJMD tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan fenomena pembangunan dan permasalahan/isu strategis pembangunan yang paling terkini. Alasan utama yang melandasi dilakukannya perubahan yaitu untuk menyelaraskan RPJMD dengan RPJMN, terbitnya Peraturan Daerah nomor 1 tahun 2016 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Timur Tahun , kinerja ekonomi global yang cenderung menurun dan berdampak pada kapasitas fiskal dan target pembangunan. Selain itu, target kinerja pada tahun-tahun sebelumnya tidak dapat tercapai karena berkurangnya sumber pendanaan sebagai akibat tidak tercapainya target pendapatan. Sebagaimana terlihat pada tabel 1.6, target yang disusun oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur secara mayoritas dapat tercapai, hanya Gini Rasio yang targetnya masih meleset. Dengan banyaknya target variabel makro ekonomi yang tercapai dapat disimpulkan bahwa penetapan target tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi. 9 8,5 8 7,5 7 8,55 7,18 7, ,19 6,08 6,10 6,10 6,5 6,91 3 3,90 3,90 6 5,5 6,3 6,3 2 5 Feb 15 Agst 15 Feb 16 Agst 16 Feb 17 Agt 17 1 Mar 15 Sept 15 Mar 16 Sept 16 Mar 17 Sept 17 Target RPJMD Pengangguran Target RPJMN Target RPJMD Kemiskinan Target RPJMN Sumber: RPJMD, RPJMN dan BPS Provinsi Kaltim 17

29 BAB ii PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL

30 A. APBN TINGKAT PROVINSI Uraian Tahun 2016 Tahun 2017 Pagu Realisasi Pagu Realisasi A. PENDAPATAN NEGARA , , , ,08 1. Penerimaan Pajak , , , ,11 2. PNBP 1.366, , , ,98 B. BELANJA NEGARA , , , ,51 I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 8.398, , , ,04 1. Belanja Pegawai 2.661, , , ,97 2. Belanja Barang 2.621, , , ,73 3. Belanja Modal 3.103, , , ,65 4. Belanja Hibah - 5,32-11,77 5. Belanja Bantuan Sosial 11,88 11,69 11,22 10,92 II. TRANSFER KE DAERAH DAN , , , ,47 DANA DESA 1. Transfer ke Daerah a. Dana Perimbangan 1) Dana Alokasi Umum 4.274, , , ,96 2) Dana Bagi Hasil , , , ,62 3) Dana Alokasi Khusus 3.033, , , ,24 b. Dana Insentif Daerah 35,00 35,00 149,06 149,06 2. Dana Desa 540,76 522,29 692,42 688,59 C. SURPLUS DEFISIT (5.793,03) (10.876,32) (5.928,84) (6.823,43) Sumber : Kanwil DJP Kaltim, Kanwil DJBC Kalbagtim, OmSPAN dan SIMTRADA, diolah. Dana APBN yang dikelola di regional Kaltim diadministrasikan oleh beberapa unit berbeda di lingkup Kementerian Keuangan. Untuk sisi penerimaan perpajakan, data diperoleh dari Kanwil Ditjen Pajak Kaltim dan Kaltara, sementara untuk data Bea dan Cukai diperoleh dari Kanwil Ditjen Bea & Cukai Kalbagtim. Sedangkan untuk data PNBP merupakan data yang dikelola oleh Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Kaltim, begitu 18

31 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL juga untuk data belanja pemerintah pusat. Untuk transfer daerah, data dikelola secara terpusat oleh Ditjen Perimbangan Keuangan melalui aplikasi Simtrada. Realisasi pendapatan di tahun 2017 baik secara nominal maupun persentase terhadap target menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir tahun, pendapatan yang terhimpun mencapai 87,88 persen dari target. Pada tahun 2017, pendapatan perpajakan mencatatkan realisasi senilai Rp15,23 triliun atau 80,79 persen dari target. Persentase tersebut meningkat sebesar 12,26 persen dari tahun 2016 yang hanya mencapai Rp15,19 triliun atau 68,53 persen. Sementara itu, penerimaan PNBP tercatat mengalami peningkatan signifikan mencapai 114,85 persen dari tahun lalu, pada tahun 2017 realisasi mencapai Rp2,6 triliun atau 180,41 persen dari target. Pada sisi realisasi Belanja, terjadi sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya secara persentase terhadap pagu. Total persentase realisasi belanja negara yang disalurkan pada tahun 2017 mencapai 94,03 persen dari pagu, meningkat 0,57 persen dari tahun B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI 1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Jenis Target Real % Target Real % PPh , ,42 59,79% , ,26 72,37% PPN 4.996, ,98 76,16% 5.172, ,92 81,46% PPnBM 10,04 17,69 176,24% 17,92 82,15 458,43% PBB 632, ,49 250,93% 820, ,45 127,74% Pajak Lainnya 101,24 96,15 94,97% 91,67 115,84 126,37% Bea Masuk 437,15 377,690 86,40% 456,82 542,79 118,82% Bea Keluar 0,03 0,04 113,64% 22,41 43,63 194,69% Cukai ,07 - Total , ,58 68,96% , ,11 80,79% Sumber: Kanwil DJP Kaltim dan Kanwil DJBC Kalbagtim Kinerja perpajakan Kaltim di tahun 2017 menunjukkan sejumlah peningkatan. Realisasi penerimaan di tahun ini tercatat sebesar 80,79 persen dari target, jauh lebih besar dari tahun 2016 yang hanya mencapai 68,96 persen. Namun demikian, apabila dilihat dari nominal realisasi, peningkatan perpajakan hanya senilai Rp38,53 miliar. Dengan demikian, peningkatan kinerja perpajakan lebih disebabkan karena penurunan target sebesar Rp3,18 triliun. 19

32 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II Jika dilihat per jenis pajak capaian yang terkecil dicatatkan Pajak Penghasilan (PPh) yang hanya terealisasi sebesar 72,37 persen dari target. Namun secara nominal, penerimaan terkecil dihasilkan oleh Cukai yang hanya sebesar Rp70 juta.. Capaian realisasi tertinggi dicatatkan oleh penerimaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di mana berhasil terkumpul 458,43 persen dari target. Sedangkan jika dilihat secara nominal, pendapatan tertinggi tercatat pada jenis Pajak Penghasilan yang mencapai Rp9,18 triliun. Dibandingkan capaian tahun sebelumnya, penurunan realisasi yang paling drastis tercatat pada jenis Pajak Bumi dan Bangunan. Pada tahun 2016, realisasi Pajak Bumi dan Bangunan mencapai 250,93 persen dari target dan turun drastis walaupun masih melebihi target di tahun 2017 menjadi 127,74 persen dari target. Penurunan persentase realisasi jenis pajak ini disebabkan kombinasi kenaikan target dan penurunan realisasi pada tahun Pada penerimaan Bea dan Cukai, persentase realisasi penerimaan baik bea masuk, bea keluar dan cukai pada tahun 2017 mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi di tengah kenaikan target yang ditetapkan untuk masing-masing kantor pelayanan bea dan cukai. a. Analisis Pajak terhadap PDRB (Tax Ratio) Grafik 2.1 Rasio Perpajakan Pusat terhadap PDRB Kaltim ,68% 2,75% 3,16% 3,00% 2,57% Sumber: BPS Prov. Kaltim, Kanwil DJP Kaltim dan Kanwil DJBC Kalbagtim Rasio perpajakan Kaltim tahun 2017 adalah sebesar 2,57 persen dari PDRB. Angka tersebut menunjukkan penurunan yang signifikan bila dibandingkan tahun 2015 dan 2016 yang sebesar 3,16 dan 3,00 persen dari PDRB. Tax ratio tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perpajakan di Kalimantan Timur. Pada tahun 2017, PDRB berdasarkan harga berlaku mencapai Rp592,50 triliun meningkat sebesar Rp85,43 triliun atau 16,85 persen. Sementara itu, realisasi penerimaan perpajakan di Kaltim sebesar Rp15,23 triliun hanya mengalami peningkatan sebesar 20

33 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL 0,25 persen. Peningkatan tersebut jauh lebih kecil daripada kenaikan PDRB sehingga mengakibatkan rasio perpajakan menurun sebesar 0,43 persen. b. Analisis Perbandingan Data Realisasi Pendapatan Pajak antara DJPBN dengan DJP dan DJBC Grafik 2.2 Perbandingan Realisasi Penerimaan Perpajakan Tahun , ,3 DJP/DJBC DJPb 5.238, , ,5 688,4 115,8 117,5 542,8 542,8 43,6 43,6 0,1 0,1 PPh PPN PBB Pajak Lainnya Bea Masuk Bea Keluar Cukai Sumber : LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN, Kanwil DJP Kaltimtara, dan Kanwil DJBC Kalbagtim Berdasarkan data dari pihak Ditjen Pajak (DJP) dan Ditjen Bea & Cukai (DJBC), penerimaan perpajakan regional Kaltim di tahun 2017 adalah sebesar Rp15,23 triliun. Sedangkan berdasarkan data Ditjen Perbendaharaan mencapai Rp15,71 triliun. Terdapat perbedaan jumlah data penerimaan namun tidak signifikan antara dua sumber data tersebut. Hampir seluruh jenis penerimaan tercatat lebih besar di Ditjen Perbendaharaan, kecuali PBB. Selisih tersebut disebabkan karena di satu pihak DJP dan DJBC mencatat penerimaan berdasarkan penyetor (Wajib Pajak dan Wajib Setor) terdaftar, yaitu sesuai kode lokasi pada NPWP yang diterbitkan kantor pelayanan di wilayah Kaltim, sedangkan Ditjen Perbendaharaan mencatat penerimaan yang penyetorannya dilakukan di Kaltim tanpa mempedulikan di mana NPWP Wajib Pajak dan Wajib Setor tersebut terdaftar. 21

34 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi a. Perkembangan PNBP Menurut Jenis Uraian Target Realisasi % Target Realisasi % PNBP , ,2 88, , ,2 180,4 SDA Pendapatan Kehutanan PNBP LAINNYA , ,9 75, , ,1 172,2 Pendapatan Pemanfaatan BMN , ,8 116, , ,4 374,2 Pendapatan Jasa , ,6 66, , ,5 88,3 Pendapatan Bunga 0 0, ,3 0 Hasil Tindak Pidana Korupsi 4.409, ,8 312, , ,6 314,4 Pendapatan Pendidikan , ,3 26, , ,8 31,9 Hasil Korupsi 1.085, ,5 188,24 415, ,4 388,7 Iuran dan Denda 494, , ,6 258, , ,5 Pendapatan Lain-Lain 8.933, , , , , ,7 PENDAPATAN BLU 8.489, ,3 676, , ,2 336,4 Pendapatan Jasa Layanan Umum 8.489, , , , ,9 557,5 Pendapatan Hibah BLU , ,6 0 0 Pendapatan Hasil Kerjasama , ,1 36,028,6 112,9 Pendapatan BLU Lainnya , , ,5 119,94 Sumber : LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN, diolah Total realisasi PNBP Kaltim Tahun 2017 tercatat sebesar Rp2,60 triliun, meningkat drastis dari realisasi tahun lalu sebesar 114,84 persen atau lebih dari dua kali lipat realisasi tahun 2016 yang hanya mencapai Rp1,21 triliun. PNBP pada tahun 2017 hanya berasal dari PNBP Lainnya dan Pendapatan BLU. Kontributor terbesar penerimaan PNBP berasal dari PNBP Lainnya yang mencatatkan realisasi sebesar Rp2,36 triliun dan berperan terhadap 90,68 persen penerimaan PNBP, sementara sisanya berasal dari Pendapatan BLU yang terealisasi sebesar Rp242,85 miliar. Secara administrasi di regional Kaltim tidak tercatat PNBP SDA, karena meskipun lokasi pertambangan ataupun penyetoran dilakukan di wilayah Kaltim namun administrasi pencatatan dilakukan secara terpusat oleh Ditjen Minerba, sehingga tercatat pada Kanwil DJPb Provinsi DKI Jakarta. Hal tersebut dikuatkan dengan dinobatkannya PT Kaltim Prima Coal 22

35 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL sebagai wajib bayar dengan kontribusi terbesar untuk kelompok PNBP Sumber Daya Alam Non Minyak dan Gas Bumi pada tanggal 30 November 2017 oleh Menteri Keuangan. Penghargaan ini merupakan kali kedua bagi PT. Kaltim Prima Coal. Secara rinci, kategori PNBP Lainnya yang terealisasi di Kaltim paling banyak disumbangkan oleh kelompok Pendapatan Lain-Lain. Realisasi pada kelompok Pendapatan Lain-Lain pada tahun 2017 mencapai Rp1,308 triliun atau sebesar 55,38 persen dari total PNBP Lainnya. Jenis PNBP yang mendominasi dalam kelompok Pendapatan Lain-Lain yaitu Penerimaan Kembali Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu yang terealisasi sebesar Rp1,306 triliun atau mencapai 99,88 persen dari Pendapatan Lain- Lain. Apabila dilihat lebih dalam lagi terdapat Penerimaan Kembali Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun Anggaran Yang Lalu yang mencapai Rp1,29 triliun yang disetorkan oleh Satker Transfer Dana Perimbangan (DBH). Penerimaan ini berasal dari pengembalian kelebihan salur DBH di tahun-tahun sebelumnya baik pada tahun 2014, 2015 maupun Penyumbang terbesar selanjutnya untuk kategori PNBP lainnya adalah kelompok Pendapatan Jasa dengan realisasi sebesar Rp942,04 miliar atau sebesar 39,88 persen. Jenis PNBP yang mendominasi dalam kelompok pendapatan jasa adalah pendapatan jasa Bandara, Kepelabuhan dan Kenavigasian sebesar Rp619,39 miliar, berbagai Pendapatan Jasa Kepolisian sebesar Rp163,63 miliar dan Pendapatan Jasa dari BPJS Kesehatan sebesar Rp53,23 miliar. Untuk kategori Pendapatan BLU, angka tersebut merupakan penerimaan dari Universitas Mulawarman dan Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan sebagai BLU yang ada di Kaltim. Pendapatan BLU di tahun 2017 didominasi oleh pendapatan jasa layanan umum yang mencapai Rp204,82 miliar. b. Perkembangan PNBP Fungsional Dilihat berdasarkan fungsinya, PNBP dari Jasa Bandar Udara, Kepelabuhan dan Kenavigasian yang diterima oleh Kementerian Perhubungan mendominasi penerimaan PNBP tahun 2017 sebesar RP619,38 miliar. Jumlah ini hampir 10 kali lipat dari penerimaan PNBP dari 23

36 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II Surat Tanda Nomor Kendaraan yang dikelola oleh Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang mencapai Rp66,29 miliar. Penerimaan PNBP Pagu Realisasi Pagu Realisasi Jasa Bandar Udara, Kepelabuhan dan Kenavigasian , , , ,7 Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) , ,1 Pendapatan dari BPJS Kesehatan 751, , ,9 Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya , ,8 Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) 9.514, ,2 Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) 9.607, ,1 Penerbitan SIM , ,1 Perpanjangan SIM ,5 Hasil Denda dan sebagainya 4.178, , , ,3 Pengamanan Obyek Vital , ,3 Sumber: LKPK LRA Triwulan IV 2017 OmSPAN, diolah Dari 10 penerimaan PNBP terbesar, 6 diantaranya merupakan penerimaan oleh POLRI yaitu Surat Tanda Nomor Kendaraan, Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Penerbitan SIM, Perpanjangan SIM dan Pengamanan Obyek Vital. Keenam PNBP tersebut apabila dijumlahkan dapat mencapai Rp163,20 miliar. Bahkan, masih terdapat PNBP lainnya yang berasal dari pendapatan dari BPJS yang diterima oleh Biddokes Polda Kaltim senilai Rp2,96 miliar. Grafik PNBP berdasarkan Fungsi dengan perubahan terbesar tahun 2017 (juta Rp) Pendapatan dari BPJS Kesehatan 6984,4% Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya Biaya Pengurusan Piutan dan Lelang Negara Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) Penerbitan Surat Keterangan Catatan Kepolisian Penerbitan Surat Mutasi Kendaraan Ke Luar Daerah Kejaksaan dan Peradilan Lainnya Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) Bea Lelang 636,1% 421,9% 294,1% 286,7% 272,8% 195,9% 167,3% 123,2% 59,3% Sumber: LKPK LRA Triwulan IV 2017 OmSPAN, diolah 24

37 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL Apabila dilihat dari persentase kenaikan, Pendapatan dari BPJS Kesehatan yang diterima Biddokes POLDA Kaltim, Kesdam VI/Mulawarman, Rumah Sakit TK. II DR. Hardjanto Kesdam VI/MLW dan Lanud Balikpapan merupakan PNBP yang naik sangat signifikan sebesar 6984,4 persen dari semula sebesar Rp3,5 miliar pada tahun 2016 menjadi Rp53,23 miliar di tahun Khusus Biddokkes POLDA Kaltim, pendapatan jenis ini adalah pendapatan dana kapitasi yang menjadi hak Poliklinik POLDA sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang bekerjasama dengan BPJS. Sedangkan pada satker dibawah Kemenhan, pendapatan merupakan pembayaran klaim atas pelayanan kepada pasien peserta BPJS. Sementara itu, pendapatan dari Rumah Sakit dan Instansi Kesehatan Lainnya mengikuti di peringkat kedua dengan kenaikan sebesar 636,1 persen. PNBP ini merupakan salah satu fungsi dari Kementerian Pertahanan dan diterima oleh Kesdam VI/Mulawarman senilai Rp4,22 miliar, Rumah Sakit TK. II DR. Hardjanto Kesdam VI/MLW sebesar Rp38,67 miliar dan Lanud Balikpapan dengan realisasi sebesar Rp595,98 juta. Pendapatan ini murni bersumber dari pasien umum non-peserta BPJS yang membayar tunai dan kemudian disetorkan ke Kas Negara sebagai PNBP. c. Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Tabel 2.5 Kontribusi Pajak dan PNBP terhadap Ekonomi Regional Tahun Perpajakan/PDRB PNBP/PDRB ,99% 0,24% ,57% 0,44% Sumber : Kanwil DJP Kaltim-Kaltara, Kanwil DJBC Kalbagtim, LKPK LRA Triwulan IV 2017 OmSPAN, BPS Prov. Kaltim, diolah. Kontribusi kemampuan fiskal pemerintah dapat diketahui dengan memperbandingkan penerimaan pusat/daerah dengan pertumbuhan ekonomi regional. Berdasarkan perhitungan rasio pada tabel 2.5, terjadi perbedaan perkembangan kontribusi antara Penerimaan Perpajakan dan PNBP. Kontribusi perpajakan terhadap ekonomi regional mengalami penurunan sebesar 0,42 persen, sebaliknya kontribusi PNBP mengalami kenaikan kontribusi, yaitu sebesar 0,24 persen. 25

38 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II d. Analisis Kontribusi Populasi terhadap Pendapatan Pemerintah Grafik 2.4 Kontribusi Perpajakan Pusat (non BM & BK) per Penduduk Kaltim 2016 dan Juta Rp 7 6 6,7 6,4 6,52 Kontribusi 2016 Kontribusi ,68 0 Samarinda Balikpapan Bontang Kukar Kutai Timur Kutai Barat Paser Penajam Berau Mahakam Ulu Sumber: BPS Prov. Kaltim dan Kanwil DJP Kaltim-Kaltara Rasio pajak nasional per penduduk yang paling tinggi pada tahun 2017 tercatat di Kab. Kutai Timur dan Kota Balikpapan. Setiap penduduk di wilayah tersebut berkontribusi sebesar Rp6,52 juta dan Rp6,08 juta untuk pajak nasional. Meski nominal penerimaan pajak di Kota Balikpapan lebih besar dari pada Kutai Timur, faktor jumlah penduduk yang lebih banyak menyebabkan Kontribusi per penduduk di Kutai Timur untuk Pajak Nasional lebih besar. Faktor jumlah penduduk yang jauh lebih besar tentunya juga menjadi penyebab kontribusi perpajakan nasional di Samarinda sebagai kontributor penerimaan pajak terbesar di Kaltim lebih kecil dibanding Kutai Timur bahkan dibandingkan Bontang. Sementara itu, apabila melihat pergerakan kontribusi perpajakan pusat, Kabupaten Penajam Paser Utara, walaupun belum berkontribusi secara signifikan, telah berhasil meningkatkan kontribusi per penduduk sebesar 42,29 persen dari tahun 2016 sebesar Rp481,13 ribu menjadi Rp684,69 ribu. Angka ini menjadi kontribusi perpajakan terkecil di Kaltim. C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI 1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran/ Kementerian/Lembaga) Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja pemerintah pusat yang dialokasikan kepada Kementerian Negara / Lembaga / dan Bagian 26

39 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL No Anggaran Bendahara Umum Negara (BUN). Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat berdasarkan Organisasi di wilayah Kalimantan Timur dan Utara akan disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.6 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran (miliar Rp) Bagian Anggaran Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % 1 PUPERA 2.573, ,25 70,89% 2.527, ,48 86,18% 2 KEMENHAN 959,12 898,73 93,70% 982,69 957,87 97,47% 3 POLRI 936,76 897,01 95,76% 927,10 919,80 99,21% 4 KEMENRISTEK & DIKTI 719,30 626,83 87,14% 626,51 609,27 97,25% 5 KEMENAG 636,96 574,36 90,17% 586,74 568,13 96,83% 6 KEMENHUB 544,68 492,39 90,40% 434,35 406,19 93,52% 7 KEMENTAN 245,62 181,02 73,70% 280,77 188,74 67,22% 8 KEMEN LH &HUT 187,48 164,20 87,58% 190,41 177,79 93,37% 9 KEMENKEU 198,65 181,79 91,51% 184,93 174,00 94,09% 10 KEMENKUMHAM 130,96 124,45 95,03% 180,63 150,33 83,23% Sumber: LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN, diolah Total pagu Belanja Pemerintah Pusat tahun 2017 sebesar Rp8,1 triliun rupiah, naik sebesar 3,47 persen dari alokasi tahun anggaran Jika dilihat dari perkembangan pagu sejak TA 2016 sampai TA 2017 terdapat 10 Kementerian/Lembaga yang secara konsisten memperoleh alokasi pagu terbesar. Mencermati kinerja penyerapan anggaran kesepuluh Kementerian/Lembaga di atas dalam 2 tahun terakhir, rata-rata penyerapan berada dilevel 90,84 persen, dimana Polri dan Kementerian Pertahanan mencatat rata-rata tingkat penyerapan tertinggi masing-masing sebesar 97,49 persen dan 95,59 persen. Sedangkan Kementerian Pertanian mencatat tingkat realisasi terendah, di tahun 2016 tingkat penyerapan anggarannya berada dilevel yang sangat rendah yaitu 73,70 persen, bahkan tahun 2017 hanya sebesar 67,22 persen. 27

40 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II 2. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Fungsi Tabel 2.7 Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi Kaltim (miliar Rp) No Fungsi Pagu Real % Pagu Real % 1 Pelayanan Umum 1.971, ,87 89,96% 2.353, ,19 92,80% 2 Pertahanan 959,12 899,20 93,75% 982,69 957,60 97,45% 3 Ketertiban dan Keamanan 817,72 740,95 90,61% 682,45 659,04 96,57% 4 Ekonomi 2.613, ,12 68,69% 2.477, ,04 89,89% 5 Lingkungan Hidup 148,29 119,90 80,86% 130,75 128,99 98,65% 6 Perumahan dan Fasilitas Umum 195,93 187,08 95,48% 182,96 176,64 96,55% 7 Kesehatan 196,09 98,69 50,33% 75,48 67,61 89,57% 8 Pariwisata dan Budaya 6,35 5,42 85,35% 1,35 1,35 99,94% 9 Agama 96,06 82,14 85,51% 88,71 85,75 96,66% 10 Pendidikan 1.374, ,99 88,81% 1.130, ,69 92,60% 11 Perlindungan Sosial 18,71 17,52 93,64% 12,99 12,47 96,00% Sumber: LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN, diolah Alokasi terbesar belanja pemerintah pusat dalam 2 tahun terakhir dialokasikan untuk 3 fungsi yaitu Fungsi Ekonomi, Fungsi Pelayanan Umum dan Fungsi Pendidikan. Alokasi pada Fungsi Ekonomi selama 2 tahun terakhir lebih disebabkan karena memang fokus terbesar pemerintah pusat untuk daerah ini adalah pada subfungsi Transportasi, khususnya Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Laut. Alokasi terbesar pada subfungsi Transportasi merupakan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Laut sedangkan untuk subfungsi program penyelenggaraan jalan untuk program Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional. Dana yang dialokasikan pada subfungsi Transportasi sebesar Rp2,22 triliun atau sebesar 89,70 persen alokasi pada Fungsi Ekonomi. Sementara itu, alokasi terkecil belanja pemerintah pusat diberikan kepada Fungsi Pariwisata yang hanya mendapatkan alokasi sebesar Rp1,35 miliar, mengalami penurunan sebesar Rp5,00 miliar dari alokasi tahun sebelumnya. Alokasi tersebut disediakan untuk satker Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur dengan capaian angka realisasi anggaran sebesar 99,94 persen. 28

41 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL 3. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja Belanja Pemerintah Pusat jika ditinjau berdasarkan jenisnya terdiri dari 8 jenis belanja yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Lain-Lain. Khusus jenis belanja Pembayaran Bunga Utang dan Subsidi hanya dialokasikan untuk satker di Pusat sehingga di Kaltim hanya ada 5 jenis belanja. Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Menurut Jenisnya Kaltim 2016 dan 2017 (miliar Rp) Jenis Belanja Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % Pegawai 2.661, ,21 96,28% 2.679, ,97 96,54% Barang 2.621, ,07 80,10% 2.642, ,73 89,57% Modal 3.103, ,92 72,63% 2.733, ,65 84,46% Hibah 0 5,3-0 11,77 - Bansos 11,88 11,69 98,37% 11,22 10,92 97,33% Sumber: LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN, diolah Di wilayah Kalimantan Timur dalam 2 tahun terakhir, berdasarkan komposisi per jenis belanja, Belanja Modal memperoleh alokasi terbesar pada tahun 2017 sebesar 33,89 persen dari total pagu, mengalami penurunan dari tahun 2016 yang tercatat sebesar 36,95 persen dari total pagu, diikuti kemudian belanja pegawai sebesar 33,22 persen, belanja barang sebesar 32,76 persen dan belanja bansos sebesar 0,14 persen. Besarnya alokasi Belanja Modal mengindikasikan peran pemerintah pusat dalam mencegah perlambatan perekonomian di wilayah ini baik secara langsung melalui Belanja Infrastruktur untuk fasilitas umum maupun secara tidak langsung dengan mendorong permintaan barang dan jasa. Capaian realisasi tertinggi selama 2 tahun terakhir tercatat pada Belanja Bantuan Sosial dengan rata-rata sebesar 97,33 persen, kemudian Belanja Pegawai mencapai 96,54 persen. Sedangkan untuk Belanja Modal dan Belanja Barang masing-masing terealisasi dengan rata-rata 84,46 persen dan 89,57 persen. Realisasi Belanja Modal yang senantiasa memperoleh alokasi pagu terbesar dalam 2 tahun terakhir, justru menunjukkan tingkat realisasi yang cukup rendah dimana pada tahun 2016 hanya tercapai sebesar 72,63 persen, dan 84,46 pada tahun

42 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II D. ANALISIS CASH FLOW PEMERINTAH PUSAT Tabel 2.9 Cash Flow Pemerintah Pusat di Kaltim Tahun 2016 dan 2017 (miliar Rp) Uraian Kas Masuk , ,08 Pendapatan Pajak , ,11 Pendapatan PNBP 1.212, ,98 Kas Keluar , ,51 Belanja Pemerintah Pusat 6.933, ,04 Transfer ke Daerah , ,47 Surplus/Defisit (10.876,32) (6.823,43) Sumber: LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN, diolah Kondisi arus kas pemerintah pusat ke Kalimantan Timur terus mengalami defisit. Penerimaan Negara yang masuk belum mampu untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Kalimantan Timur. Pada tahun 2016, terjadi defisit sebesar Rp10,87 triliun. Keberhasilan peningkatan realisasi pajak dan PNBP serta penurunan belanja memperkecil defisit yang terjadi menjadi Rp6,82 triliun atau turun sebesar 37,26 persen pada tahun Namun demikian, arus kas yang berdasarkan perhitungan di atas belum mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Dalam artian, pendapatan pajak yang diterima merupakan setoran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak yang terdaftar di wilayah Kaltim karena realisasi pajak menggunakan data dari Kanwil DJP Kaltim dan Kaltara sehingga apabila terdapat wajib pajak yang menyetorkan pajak di Kaltim tidak akan masuk ke dalam perhitungan. Begitu pula dengan belanja, realisasi belanja merupakan belanja yang dilakukan oleh satker-satker yang ada di wilayah Kaltim sehingga tidak memasukkan data realisasi satker di luar Kaltim yang digunakan untuk pembangunan di wilayah Kaltim. E. TRANSFER KE DAERAH Data Transfer ke Daerah yang disajikan bersumber dari Perpres Nomor 86 Tahun 2017 tentang Rincian APBN Tahun 2017 untuk alokasi, sementara untuk realisasinya bersumber dari Sistem Informasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (SIMTRADA) yang dikelola oleh Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan R.I serta Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OMSPAN) sebagai pembanding. 30

43 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL Tabel 2.10 Pagu dan Realisasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Kaltim (miliar Rp) TKDD PAGU REAL % PAGU REAL % DBH , ,26 101, , ,62 95,86 DAU 4.274, ,41 100, , ,96 100,00 DAK Fisik 1.341, ,85 83, , ,85 92,74 DAK Non Fisik 1.691, ,38 75, ,56 976,42 77,77 Dana Desa 540,76 522,29 96,58 692,42 688,59 99,45 DID 35,00 35, ,06 149, TOTAL , ,19 97, , ,47 95,71 Sumber : Perpres Rincian APBN Tahun 2017, Simtrada, OmSPAN Grafik 2.5 Penyaluran Transfer Ke Daerah dan Dana Desa tahun 2017 Berau PPU Paser Balikpapan Mahulu Kubar Kutim Kukar Bontang Samarinda Kaltim 91,74% 91,30% 90,26% 91,53% 95,31% 92,94% 93,80% 93,98% 100,87% 103,98% Sumber : Aplikasi SIMTRADA DJPK dan OmSPAN 105,27% Kondisi perekonomian Kaltim yang masih mengalami dampak kontraksi pada tahun 2015 dan 2016, masih berdampak terhadap penurunan alokasi Transfer ke Daerah. Penurunan tersebut khususnya terjadi pada DBH, di mana alokasi tahun lalu sebesar Rp12,90 triliun menjadi hanya Rp9,34 triliun di 2017 atau turun sebesar 27,55 persen. Namun penurunan DBH tersebut juga diiringi dengan adanya peningkatan alokasi untuk pos-pos Transfer ke Daerah Lainnya, kecuali DAK Non Fisik. Bahkan alokasi untuk Dana Desa ditahun 2017 mencapai Rp688,59,8 miliar, meningkat sebesar 28,05 persen dari tahun lalu dan Dana Insentif Daerah meningkat signifikan sebesar 325,89 persen menjadi Rp149,06 miliar. Beralih ke realisasi Transfer ke Daerah berdasarkan wilayah, Kota Bontang, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Barat mendapatkan realisasi dana transfer ke daerah lebih dari 100 persen masing-masing sebesar 105,27 persen, 103,98 persen dan 100,87 persen. Kondisi ini terjadi karena adanya penyaluran Dana Transfer ke Daerah pada tahun 2017 yang berasal dari Dana Bagi Hasil Kehutanan, Dana Bagi Hasil Pajak Bumi Bangunan (PBB), dan Dana Bagi Hasil Minyak dan Gas (Migas) yang melebihi alokasi. 31

44 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II F. PENGELOLAAN BLU PUSAT 1. Profil Dan Jenis Layanan BLU Pusat Badan Layanan Umum adalah Instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Terdapat dua satker yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum di wilayah Kalimantan Timur, yaitu Universitas Mulawarman, yang bergerak disektor pendidikan dan Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan, yang bergerak di sektor kesehatan. Dasar hukum satuan kerja tersebut menjadi BLU yaitu Universitas Mulawarman yang melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor 51/KMK.05/2009 tanggal 27 Februari 2009 dan Rumah Sakit Bhayangkara yang menjadi BLU melalui Keputusan Menteri Keuangan nomor 679/KMK.05/2016 tanggal 30 Agustus Universitas Mulawarman, yang menjadi BLU lebih awal, memiliki aset sebesar Rp3,77 triliun dengan pagu sebesar Rp479,84 miliar. Sementara itu, RS Bhayangkara Balikpapan memiliki jumlah aset yang lebih sedikit yaitu Rp33,17 miliar dengan alokasi dana pagu 2017 sebesar Rp26,30 miliar. No Jenis Layanan Tabel 2.11 Nilai Aset dan Pagu BLU Pusat di Provinsi Kaltim BLU Nilai Aset Pagu PNBP Pagu RM Jumlah Pagu 1 Pendidikan Universitas Mulawarman 3.773,49 209,85 269,99 479,84 2 Kesehatan RS Bhayangkara Balikpapan 33,17 3,15 23,15 26,30 sumber: Aplikasi Monev PA dan E-Rekon 2. Perkembangan Pengelolaan Aset, PNBP, dan RM BLU Pusat Aset tahun 2017 pada Universitas Mulawarman mengalami penurunan sebesar Rp49,01 miliar atau sebesar 1,28 persen dari aset yang tercatat tahun lalu. Penurunan ini terjadi pada aset lancar sebesar Rp33,81 miliar dan aset tetap sebesar Rp21,98 miliar. Sementara itu, Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan, yang baru menjadi BLU di tahun 2017, mampu meningkatkan nilai asetnya hampir 2 kali lipat dari tahun sebelumnya. Peningkatan terbesar terjadi pada aset tetap yang meningkat sebesar Rp17,53 miliar. 32

45 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL Tabel 2.12 Perkembangan Nilai Aset BLU di Provinsi Kaltim (miliar Rp) No BLU Nilai Aset 2016 Nilai Aset Universitas Mulawarman 3.822, ,49 2 RS Bhayangkara Balikpapan 15,93 33,17 sumber: Aplikasi E-Rekon Tabel 2.13 Perkembangan Nilai Pagu BLU tahun (miliar Rp) No BLU Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP Pagu RM 1 Universitas Mulawarman 269,59 193,39 269,99 209,85 2 RS Bhayangkara Balikpapan - 3,07 23,15 3,15 sumber: Aplikasi MonevPA Dari sisi perkembangan alokasi dana DIPA, kedua satker tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2017, Universitas Mulawarman meningkat sebesar Rp16,85 miliar sedangkan RS Bhayangkara Balikpapan sebesar Rp23,23 miliar. Demikian pula pagu PNBP pada 2017 juga mengalami peningkatan, walaupun rasio mengalami sedikit penurunan. 3. Kemandirian BLU Grafik 2.6 Tingkat Kemandirian BLU Pusat Universitas Mulawarman RS Bhayangkara Balikpapan 269,59 269,99 58,20% 209,85 193,39 56,20% 59% 58% 58% 57% 57% 56% 56% 0 55% Pagu PNBP Pagu RM Kemandirian sumber: Aplikasi MonevPA 23,15 100% 88% 80% 60% 40% 3,07 3,15 20% 0% 0% Pagun PNBP Pagu RM Kemandirian Salah satu tujuan diberikannya status BLU kepada satuan kerja adalah untuk mewiraswastakan pemerintah (enterprising the gorvernment). Oleh karena itu, satker BLU didorong untuk menciptakan kemandirian terhadap dirinya sendiri

46 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II Kemandirian satker BLU dapat dilihat dari berkurangnya porsi alokasi pagu rupiah murni (RM). Satker BLU dapat dikatakan telah mandiri apabila porsi pagu PNBP mencapai 65 persen dari total pagu. Dari tabel 2.14, hanya RS Bhayangkara Balikpapan yang telah memenuhi batas kemandirian BLU dengan porsi pagu PNBP telah mencapai 88,02 persen. Universitas Mularwarman, walaupun telah menjadi satker BLU lebih dulu, pada tahun 2017 porsi pagu PNBP baru mencapai 56,27 persen sehingga masih perlu meningkatkan porsi tersebut sebesar 8,73 persen untuk mencapai BLU yang mandiri. a. Efektivitas BLU Analisis efektivitas BLU adalah analisis untuk mengetahui efektivitas dibentuknya BLU yaitu untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi, produktivitas dan penerapan praktek bisnis yang sehat. Salah satu cara untuk mengukur efektivitas BLU yaitu perputaran Aset Tetap (Fixed Asset Turnover), dengan membandingkan Pendapatan Operasional dengan Aset Tetap. BLU Universitas Mulawarman RS Bhayangkara Balikpapan Tahun Sumber: Laporan Operasional dan Neraca E-Rekon Tabel 2.14 Tingkat Efektivitas BLU Pusat Pendapatan Operasional Aset Tetap Rasio Skor , ,30 5,86% 0, , ,32 5,42% 0, , ,12 78,36% , ,19 Belum BLU Pada tabel 2.15 terlihat bahwa Rumah Sakit Bhayangkara Balikpapan telah mampu menggunakan aset tetapnya dengan efektif dalam arti aset tetap yang digunakan dapat menghasilkan PNBP yang sepadan. Sementara itu, Universitas Mulawarman belum secara efektif menggunakan aset tetapnya untuk menghasilkan penerimaan dengan rasio perputaran aset tetap sebesar 5,86 persen. b. Analisis Legal Analisa kepatuhan BLU yang diuraikan pada bagian ini terutama pada BLU Universitas Mulawarman, karena BLU RS Bhayangkara Balikpapan baru menerapkan PPK BLU sejak tahun

47 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL Universitas Mulawarman secara umum telah mematuhi peraturan perundangundangan dengan menyampaikan Rencana Bisnis dan Anggaran Definitif meskipun tidak tepat waktu. Keterlambatan penyampaian RBA tersebut terutama disebabkan karena koordinasi yang belum kuat antara Rektorat dengan seluruh fakultas dan unit di Universitas Mulawarman. Laporan Keuangan Unmul telah pula disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Seperti halnya RBA, penyampaian LK BLU juga cenderung belum bisa tepat waktu, karena proses penyusunan LK menunggu diselesaikannya administrasi pengesahan transaksi keuangan, termasuk revisi pagu minus. Mulai LK Tahun 2017, Unmul telah menerapkan PSAP 13 sehingga tidak lagi menyusun LK SAK namun cukup dengan menyusun LK SAP. Keterlambatan penyampaian Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU hampir setiap tahun selalu terjadi, terutama SP3B Triwulan I yang baru disampaikan di Triwulan III. Dalam satu tahun pengajuan SP3B paling banyak hanya dilakukan 3 kali. Pada periode 2017, SP3B diterima KPPN bulan Juli, September dan Desember. Kepatuhan yang patut diapresiasi adalah terkait pengusulan dan penetapan Tarif Layanan, dalam hal ini Tarif Layanan Unmul telah ditetapkan melalui Peraturan Meneteri Keuangan Nomor 159/PMK.05/2015. Namun demikian, dalam implementasi tarif tersebut, masih ada beberapa tarif layanan yang sudah didelegasikan kepada Rektor selaku pemimpin BLU yang belum ditetapkan. Rekening yang dimiliki oleh Unmul telah seluruhnya mendapatkan ijin dari KPPN Samarinda selaku Kuasa Bendahara Umum Negara di Daerah. Namun demikian, masih ada satu rekening penampungan Dana Bergulir yang sudah tidak digunakan namun belum ditutup sesuai rekomendasi BPK. Dalam rangka pemenuhan salah satu elemen tata kelola keuangan yang baik, BLU Unmul telah menyusun dan menetapkan Standar Operating Procedure (SOP) Pengelolaan Keuangan, baik transaksi uang masuk maupun uang keluar. Sejak ditetapkan BLU Unmul menunjukkan peningkatan kinerja pelayanan dengan keberhasilan meraih Akreditasi A pada bulan Mei Prestasi ini menjadi salah satu bukti bahwa setelah menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLU, pelayanan yang diberikan menjadi lebih baik dan sekaligus 35

48 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II memberikan kontribusi nyata bagi tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat dan perekonomian regional. 4. Profil dan Jenis Layanan Satker PNBP Di wilayah Provinsi Kalimantan Timur terdapat 98 satuan kerja yang mengelola dana PNBP pada TA 2017 yang belum menjadi satker BLU. Dari sekian banyak satker tersebut kami klasifikasikan menjadi 20 satker PNBP yang memiliki potensi PNBP terbesar. Tabel 2.15 Profil Satker Pengelola PNBP di Provinsi Kaltim TA 2017 (juta Rp) NO JENIS LAYANAN SATKER PNBP Nilai Aset PAGU RM 2017 PAGU PNBP JUMLAH PAGU 1 Kesehatan RS Tk. II dr. Hardjanto, Kesdam VI/Mlw , , , ,49 2 Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Balikpapan , , , ,29 3 Pertahanan Kesdam VI/Mulawarman , , , ,34 4 Pendidikan Politeknik Negeri Samarinda , , , ,30 5 Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Samarinda , , , ,00 6 Pendidikan Institut Teknologi Kalimantan , , , ,38 7 Perhubungan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Saamrinda , , , ,49 8 Pertanahan Kanwil BPN Prov. Kaltim , , , ,78 9 Kehutanan Balai Pengelolaan Hutan Produksi Wilayah XI Samarinda , , , ,44 10 Pertanahan Kantor Pertanahan Kota Balikpapan , , , ,41 11 Kehutanan Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung Mahakan Berau , , , ,74 12 Pendidikan Institut Agama Islan Negeri Samarinda , , , ,25 13 Perhubungan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Balikpapan , , , ,57 14 Kepolisian Ditlantas Polda Kaltim , , , ,86 15 Pendidikan Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur , , , ,01 16 Perhubungan Unit Penyelenggara Pelabuhan Sangatta 3.380, , , ,46 17 Perhubungan Bandar Udara Kalimarau di Tanjung Redeb , , , ,16 18 Kepolisian Rosarpas Polda Kaltim , , , ,65 19 Perhubungan 20 Komunikasi Sumber: LRA LKPK Triwulan IV OmSPAN Unit Penyelenggara Pelabuhan Tanjung Laut Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Samarinda , , , , , , , ,37 Dari 20 satker tersebut, terdapat 11 satker yang memiliki pagu PNBP lebih besar dari pagu RM. Rumah Sakit Tingkat II dr. Hardjanto yang berada di Kesdam VI/Mulawarman memiliki pagu PNBP terbesar senilai Rp79,09 miliar dengan persentase terhadap jumlah pagu juga terbesar yang mencapai 82,56 persen. 36

49 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL 5. Potensi Satker PNBP Menjadi Satker BLU Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, terdapat persyaratan substantif yang harus terpenuhi oleh satker yang berkeinginan untuk menjadi BLU yaitu; a. Menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi yang berhubungan dengan: 1) Penyediaan barang atau jasa layanan umum, seperti pelayanan di bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan pengembangan (litbang) 2) Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum seperti otorita dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet); atau 3) Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi atau pelayanan kepada masyarakat, seperti pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan menengah. b. Bidang layanan umum yang diselenggarakan bersifat operasional yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods) c. Dalam kegiatannya tidak mengutamakan keuntungan. Dengan adanya persyaratan substantif tersebut maka satuan kerja yang dalam kegiatannya menyelenggarakan penyediaan jasa namun bersifat khusus maka tidak memenuhi syarat untuk menjadi BLU. Dengan demikian, satuan kerja PNBP yang berpotensi menjadi satker BLU dapat dipersempit menjadi 6 satuan kerja. Tabel 2.16 Perkembangan Pengelolaan Aset Satker PNBP (juta Rp) No Nama Satker PNBP Aset tahun 2016 Aset Tahun RS Tk. II dr. Hardjanto, Kesdam VI/Mlw n/a ,80 2 Politeknik Negeri Samarinda , ,07 3 Institut Teknologi Kalimantan , ,60 4 Institut Agama Islan Negeri Samarinda , ,26 5 Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur , ,00 6 Bandar Udara Kalimarau di Tanjung Redeb , ,31 Sumber: Aplikasi E-Rekon 37

50 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II Tabel 2.17 Perkembangan Pagu PNBP dan Pagu RM Satker PNBP (juta Rp) No Nama Satker PNBP 1 RS Tk. II dr. Hardjanto, Kesdam VI/Mlw 2 Politeknik Negeri Samarinda 3 Institut Teknologi Kalimantan 4 Institut Agama Islan Negeri Samarinda 5 Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur 6 Bandar Udara Kalimarau di Tanjung Redeb Sumber: Aplikasi MonevPA Tahun 2016 Tahun 2017 Pagu RM Pagu PNBP Pagu RM Pagu PNBP n/a , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,80 Dari keenam satker tersebut, RS Tk. II dr. Hardjanto Kesdam VI/Mlw dan Institut Teknologi Kalimantan mempunyai potensi yang besar untuk menjadi BLU apabila dilihat dari rasio pagu PNBP-nya. Rasio pagu PNBP RS Tk II dr. Hardjanto Kesdam VI/Mlw pada tahun 2017 mencapai 82,56 persen, sedangkan Institut Teknologi Kalimantan memiliki rasio 67,64 persen setelah pada tahun 2016 rasionya sebesar 71,51 persen. RS Tk. II dr. Hardjanto Kesdam VI/Mlw baru mendapatkan DIPA pada tahun 2017, sebelum tahun 2017 alokasi dana DIPA satker tersebut masih tergabung ke Kesdam VI/Mlw. G. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI PUSAT Pada periode 2017, manajemen investasi pusat yang dikelola di Provinsi Kalimantan Timur hanya penyaluran Kredit Program khusunya Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang terdiri dari KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR TKI. 1. Kredit Program Kebijakan penyediaan pembiayaan yang terjangkau bagi masyarakat, khususnya pelaku UMKM sangat penting untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terutama karena di Indonesia UMKM merupakan jenis usaha terbanyak yaitu mencapai 99,9 persen dari seluruh jenis usaha. Selain itu, UMKM yang juga menyediakan 97,2 persen lapangan kerja mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembetukan Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar 59,1 persen. Menyadari pentingnya UMKM dalam struktur perekonomian, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan UMKM. Salah satunya 38

51 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL dalam hal dukungan kemudahan mendapatkan pembiayaan, melalui kebijakan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR merupakan kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan tambahan belum cukup. KUR terdiri atas KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Melalui KUR, pelaku UMKM diharapkan akan mendapatkan pembiayaan atau modal dengan biaya murah untuk mengembangkan usaha yang sudah berjalan. Selanjutnya usaha yang berkembang tersebut diharapkan akan menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga secara keseluruhan dalam jangka menengah maupun jangka panjang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan KUR yang telah dimulai sejak tahun 2007 secara terus-menerus dievaluasi dan disempurnakan. Berdasarkan evaluasi atas kebijakan dengan skema pemberian Imbal Jasa Penjaminan (IJP) yang sudah diterapkan sejak tahun 2007 sampai dengan 2014, maka pada tahun 2015 pemerintah mulai menerapkan kebijakan baru berupa skema subsidi bunga. Dengan skema ini, penerima KUR hanya dibebani bunga sebesar 9%, sedangkan selisih antara bunga pasar dengan bunga KUR tersebut akan ditanggung oleh pemerintah. Penyempurnaan juga dilakukan melalui penerapan Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) memberikan kesempatan kepada Pemda untuk aktif melakukan monitoring dan pendampingan calon debitur potensial di wilayahnya. Penginputan calon debitur pada SIKP memberikan peluang kepada penyalur KUR untuk memberikan kredit kepada debitur yang terverifikasi. Namun sayangnya fasilitas pembiayaan bagi UMKM tersebut belum termanfaatkan secara optimal di Kaltim Hal tersebut terlihat dari kecilnya penyaluran KUR di Kaltim bila dibanding dengan penyaluran Nasional. Berdasarkan data yang diperoleh dari SIKP, diketahui jumlah KUR yang disalurkan oleh Bank Penyalur sepanjang tahun 2017 di wilayah Kaltim dan Kaltara mencapai Rp1,17 triliun dengan jumlah debitur sebanyak orang/badan usaha. Nominal tersebut ternyata hanya 0,60 persen dari penyaluran nasional yang mencapai Rp193,68 triliun. 39

52 PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL BAB II JENIS KUR BANK PENYALUR Tabel 2.18 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Tahun 2017 (Rp) AKAD OUTSTANDING DEBITUR KUR MIKRO Bank Rakyat Indonesia Bank Mandiri Bank BRI Syariah Bank Negara Indonesia Bank Arta Graha Bank Central Asia BPD Nusa Tenggara Timur PT. Mega Central Finance KUR RITEL Bank Negara Indonesia Bank Mandiri Bank Rakyat Indonesia Bank Artha Graha Bank Sinarmas Bank Bukopin Bank Tabungan Bank Maybank BPD DI Yogyakarta Bank Central Asia UMI UMI JUMLAH Sumber: SIKP, diunduh pada tanggal 17 Februari 2018 *) Termasuk Kalimantan Utara KUR Mikro memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap total seluruh penyaluran baik dari sisi jumlah KUR yang disalurkan maupun jumlah debiturnya. Penyaluran KUR Mikro hingga akhir tahun 2017 tercatat sebesar Rp715,61 miliar atau sebesar 61,18 persen dari total keseluruhan penyaluran KUR. Jumlah debitur KUR Mikro tercatat orang/badan usaha atau sebesar 92,27 persen dari total keseluruhan debitur KUR. 40

53 BAB II PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT REGIONAL Grafik 2.7 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Menurut Sektor Usaha Tahun ,51% 1,57% 0,10% 0,00% 7,22% 2,97% 18,12% 0,07% 0,00% 4,00% 2,95% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN 61,49% Sumber: SIKP, diunduh pada tanggal 17 Februari 2018 *) Termasuk Kalimantan Utara Sektor usaha produktif yang mendominasi penyaluran KUR di wilayah Kaltim dan Kaltara pada tahun 2017 adalah Sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor ini berkontribusi hingga 61,49% atau mencapai Rp719,21 miliar dari total seluruh sektor usaha yang memperoleh KUR. Grafik 2.8 Penyaluran Kredit Usaha Rakyat dan Jumlah Debitur per Kab/Kota Tahun Akad Debitur Sumber: SIKP, diunduh pada tanggal 17 Februari 2017 *) Termasuk Kalimantan Utara 41

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan LAMPIRAN BAB II. Inflasi PERKEMBANGAN TINGKAT INFLASI Prov/Kab/Kota Tingkat Inflasi (%) Keterangan Prov Maret 0 (YoY) Kabupaten Maret 0 (bulanan)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2017 EKONOMI ACEH SEMESTER I-2017 DENGAN MIGAS NAIK 3,67 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,54 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II )

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II ) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 057/08/64/Th.XVIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II - 2015 1) EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II - 2015 : PERTUMBUHAN Y ON Y : -0,25

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 067/08/64/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2017 EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2017 : PERTUMBUHAN Y-ON-Y 6,44 PERSEN DAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 TUMBUH 3,36 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -0,72 PERSEN 26/05/94/Th.X,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015 -9,000-8,000 4,85481 4,52823 3,92159 6,47735 6,82849 7,15099 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH TAHUN DENGAN MIGAS TURUN 0,72 PERSEN,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 11/02/32/Th.XVII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,07 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN )

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN ) Distribusi (%) Laju Pertumbuhan (%) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 015/02/64/T h.xix, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 1) EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN TERKOREKSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 No. 05/11/Th.IX, 5 Februari 2015 No. 11/02/63/Th.XIX/ 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2014 TUMBUH 4,85 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN

Lebih terperinci

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II :

EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II : BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 066/08/64/Th.XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II -2017 : PERTUMBUHAN Y-ON-Y 3,58 PERSEN DAN Q-T-

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 40/08/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 2,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN III )

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN III ) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 082/11/64/T h.xviii, 5 Nopember 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN III2015 1) EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN III 2015 : PERTUMBUHAN Y ON Y : 3,49 PERSEN,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 No. 05/02/Th. IX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,88 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 No. 34/05/51/Th. IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2015 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2015 TUMBUH SEBESAR 6,20% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,53% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 No. 94/11/64/Th.XX tgl 06 Nov 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Timur Triwulan III 2017 Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 5/5/Th. IX, Mei 1 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-1 TUMBUH 5,1 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-1 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 11/2/16/Th.XIX, 6 Februari 217 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 216 TUMBUH 5,3 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th.XIII, 5 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN III-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II -25,91-20,79-7,04-3,05-1,61 8,82-0,06-0,11 1,43 0,38 0,50 0,90 0,26 0,14 3,34 5,46 12.73 13.46 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 40/08/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II - EKONOMI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 No. 11/02/Th.IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,51 PERSEN Perekonomian Sulawesi Tenggara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH EKONOMI ACEH SELAMA TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,31 PERSEN. Perekonomian Aceh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 010/02/64/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 1) EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TAHUN TUMBUH 2,02 PERSEN Release PDRB Tahun dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 37/08/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2016 EKONOMI ACEH SEMESTER I - 2016 DENGAN MIGAS NAIK 3,59 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 4,35 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 No. 13/02/71/Th. X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2015 TUMBUH 6,12 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2015 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016 I. No. 10/02/63/Th.XXI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2016 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2016 TUMBUH 4,38 PERSEN (C TO C) Perekonomian Kalimantan selatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 071/08/64/Th.XVIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2016 EKONOMI KALIMANTAN UTARA TRIWULAN II - 2016 : PERTUMBUHAN Y ON Y 2,26 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 No. 09/02/36/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 TUMBUH 5,47 PERSEN Perekonomian Banten tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 09/02/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008 EKONOMI ACEH TAHUN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -5,17 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA 45/08/94/Th.X, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 4,91 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 52/08/52/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI KONTRAKSI 1,96 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 09/02/18 Tahun XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016 TUMBUH 5,15 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Lampung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I )

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I ) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 034/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I 2015 1) EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I 2015 : PERTUMBUHAN Y ON Y 1,32 PERSEN DAN Q

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 069/08/64/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II - 2016 EKONOMI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN II - 2016 : PERTUMBUHAN Y ON Y : -1,30 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 49/08/73/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 7,62 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017 INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA No. 45/08/Th. IX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. II-2017 TUMBUH 7,03 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan IV 2016

Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan IV 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 016/2/64/Th.XX, 6 Februari 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Timur Triwulan IV PEREKONOMIAN KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV - : PERTUMBUHAN Y ON Y : -0,30 PERSEN DAN Q

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 05/11/Th.VIII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. III-2015 TUMBUH 6,96 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Aceh Triwulan III-2017 No. 51/11/Th. XX, 6 November 2017 PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2017 DENGAN MIGAS NAIK 4,78 PERSEN, TANPA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 No. 35/05/71/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 TUMBUH 6,43 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2017 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2014 No. 13/02/51/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,72 PERSEN LEBIH CEPAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Release PDRB Tahun dan selanjutnya menggunakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 11/02/16/Th.XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN TUMBUH 4,50 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2015 -0.71 2.25 2.38 3.84 3.59 3.50 4.85 4.47 No. 10/02/63/Th.XX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV -2015 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2015 TUMBUH 3,84 PERSEN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 15/02/21/Th.XI, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015 TUMBUH 6,02 PERSEN Perekonomian Kepulauan Riau tahun 2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 No. 35/05/71/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,96 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2016 yang diukur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara Tahun 2016 Distribusi (%) Laju Pertumbuhan (%) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 017/02/64/Th.XX, 6 Februari 2017 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Utara Tahun EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN TUMBUH

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 No. 74/11/51/Th. X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN III - 2016 TUMBUH SEBESAR 6,17% (Y-ON-Y) Total perekonomian Bali pada triwulanan III - 2016 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 22/05/Th.XIX, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016 EKONOMI ACEH TRIWULAN I TAHUN 2016 DENGAN MIGAS NAIK 3,66 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,96

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 2 BPS PROVINSI DI YOGYAKARTA No 46/08/34/ThXIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II 2017 TUMBUH 5,17 PERSEN LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015 No. 11/2/36/Th.X, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 215 EKONOMI BANTEN TAHUN 215 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Banten tahun 215 yang diukur

Lebih terperinci